Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS “ INTRA NATAL CARE (INC)”


DI RUANG IGD PERSALINAN RSUD TORABELO SIGI

OLEH :
MUHAMMAD RIFAL MARDANI, S.Kep.
NIM. 2021032089

CI LAHAN CI INSTITUSI

Tgl : 10 Juli 2022

____________________________

Ns. Ni Nyoman Elfiyunai,.S.Kep,.M.Kes


NIK:

POGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA NUSANTARA PALU 2022
LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL
CARE

A. Konsep Teori Intranatal Care


1. Definisi
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2014).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Mitayani, 2016).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2013).
2. Etiologi
a. Teori penurunan hormon progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesterone dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga menimbulkan his.
b. Teori oksitoksin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot rahim.
c. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan his. d. Teori
prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi miometrium
pada setiap umur kehamilan.
e. Pengaruh janin
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus,
kehamilan sering lama dari biasanya.
f. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot–otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
g. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan
misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his (Nugroho, 2011).
3. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan
nyeri. Hal ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron,
peningkatan oxytosin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya
kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR
menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament,
descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi
eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi
ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa
nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan
berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil,
dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai
implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir
sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi
infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan
mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu:
a. Kala I: waktu pembukaan serviks samapi menjadi pembukaan lengkap.
b. Kala II: dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
c. Kala III: dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
d. Kala IV: keluarnya plasenta sampai 2 jam post Partum (Nugroho, 2011).
4. Pathway
5. Klasifikasi persalinan
a. Persalinan Spontan: Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
b. Persalinan Buatan: Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
c. Persalinan Anjuran: Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan rangsangan.
Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan:
1) Abortus
a) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
b) Hidup diluar kandungan
c) Umur hamil sebelum 28 minggu
d) Berat janin kurang dari 1000 gram
2) Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu Berat janin kurang dari
2.449 gram.
3) Persalinan Aterm
a) Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
b) Berat janin diatas 2500 gram
4) Persalinan Serotinus
a) Persalinan melampaui umur 42 minggu
b) Pada janin terdapat tanda postmaturitas
6. Tahap-tahap persalinan
a. Kala I
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan
pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala 1 terdapat
dua fase yaitu :
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar enam
jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama 20-30
detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap 10 menit, dengan
durasi 60-90 detik. Kontraksi terjadi bersamaan dengan keluarnya darah, lendir, serta
pecah ketuban secara spontan. Cairan ketuban yang keluar sebelum pembukaan 5 cm
kerap dikatakan sebagai ketuban pecah dini.
b. Kala II
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan
waktu sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah membuka selebar 10cm hingga
bayi lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban sudah pecah atau baru pecah spontan, dengan
kontraksi yang lebih sering terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.
Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah janin yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan kontraksi otot-otot
dinding abdomen serta diafragma, membantu ibu mengeluarkan bayi dari dalam
rahim.
c. Kala III
Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari dalam
rahim. Fase ini dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya plasenta. Pada
tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun frekuensi dan aktivitas rahim
terus menurun. Plasenta bisa lepas spontan atau tetap menempel dan membutuhkan
bantuan tambahan.
d. Kala IV
Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan untuk
mengobservasi persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil dikeluarkan dan tidak
boleh ada pendarahan dari vagina atau organ. Luka-luka pada tubuh ibu harus dirawat
dengan baik dan tidak boleh ada gumpalan darah
7. Tanda-Tanda Mulainya Persalinan
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping
yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang
air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut
dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik
menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody
show) (Hafifah, 2017).
Tanda-Tanda In Partu :
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian
servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar
8. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari
janin, plasenta dan uterus.
2. Pemeriksaan KTG
Memakai alat Kardiotokografi (KTG): Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound
untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi
kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat
gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama (Nugroho,
2011).
9. Penatalaksanaan
a. Kala I
1) Mengukur TTV
2) Auskultasi DJJ
3) Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi terendah dan
kemajuan persalinan serta perineum
b. Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan
c. Kala III
1) Pengawasan terhadap perdarahan
2) Memperhatikan tanda plasenta lepas
d. Kala IV
1) Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
2) Kontraksi rahim
3) Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu

10. Komplikasi
a. Komplikasi Kala I dan Kala II
1) Persalinan macet (partus tidak maju)
Penyebab persalinan yang macet adalah kondisi tulang panggul si ibu yang
terlampau sempit dan menyebabkan bayi susah untuk lahir. Persalinan macet ini juga
bisa disebabkan oleh gangguan beberapa penyakit yang menyebabkan sang ibu
kepayahan mengeluarkan kepala bayi saat persalinan. Hal lain yang membuat proses
persalinan macet adalah faktor usia sang ibu, paritas, konsistensi mulut rahim, berat
badan sang janin, gizi ibu, psikis si ibu dan penyakit semisal anemia.
2) Distosia
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan
tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
a) Distosia karena kelainan tenaga/his (His Hipotonic/ Inersia Uteri, His
Hipertonic, His yang tidak terkordinasi).
b) Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
c) Distosia karena jalan lahir
b. Komplikasi Kala III dan IV
1) Atonia Uteri
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).Atonia uteri adalah kegagalan
serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini
merupakan penyebab pendarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi
segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atoria uteri dapat
menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovelemik.
2) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah
kelahiran bayi. Sewaktu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaaan ini dapat menimbulkan
pendarahan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien: Nama , jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat pendidikan,
dll.
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
2) Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil keluhan yang di
rasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan selama, kehamilan (ANC),
hamil ke berapa
c. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat menstruasi:1.Menarche 2.Siklus haid 3.Lama haid 4.banyak haid
5.dismenorhoe.. 6. HPHT 7. HPL
2) Riwayat pernikahan :1.Usia pernikahan suami-istri 2.Pernikahan
3) Riwayat KB:1.Apakah klien mengikuti program KB/tidak, Jenis KB yang di
gunakan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga terdapat penyakit
keturunan,ataupun penyakit menular.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan atau keadaan umum
2) Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
3) Tanda-tanda vital
4) Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada atau tidak,
edema ada atau tidak
5) Mata: fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna kornea,
sklera ikterik atau tidak
6) Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak, kesimetrisan,
kebersihan, kesimetrisan, kebersihan
f. Pengkajian Kala I
1) Memeriksa tanda-tanda vital.
2) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan
karakteristitik yang mengambarkan kontraksi uterus: frekuensi, internal,
intensitas, durasi, tonus.
3) Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada kehamilan
pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya.
4) Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan.
5) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus, letrak
janin, penurunan janin.
6) Pemeriksaan Vagina: membran, serviks, foetus, station.
7) Tes diagnostik dan laboratorium: Specimen urin, tes darah, ruptur membran,
cairan amnion (warna, karakter dan jumlah)
g. Pengkajian Kala II
1) Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir, adanya
mual, bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan serviks, his
lebih kuat dan sering, ibu merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin
BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah
mengatakan saya ingin BA, pada waktu his kepala janin tampak di vulva.
2) Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas),
keadaan janin (penurunan janin melalui vagina), kandung kemih penuh/tidak,
nadi dan tekanan darah.
3) Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung 45– 60
menit , multipara berlangsung 15 – 30 menit.
h. Pengkajian Kala III
1) Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
a) Adanya kontraksi vunds yang kuat
b) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat pipih
sehingga plasenta bergerak kebagian bawah
c) Keluarnya darah hitam dari introuterus
d) Terjadinya perpanjangan taliu pusat sebagai akibat plasenta akan keluar.
e) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina atau rektal ,
atau membran poetus terlihat pada introitus).
2) Status Fisik mental
Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan dijumpai,
curah jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke
plasenta berhenti.didapatkan melalui pemeriksaan: Suhu, nadi, dan
pernafasan, pemeriksaan terhadap perdarahan (warna darah dan jumlah
darah)
3) Tanda-tanda masalah potensial: Saat praktisi keperawatan primer
mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda dari ibu,
perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan
i. Pengkajian Kala IV
1) Tanda tanda vital: Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa
potensial,komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV
observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah
melahirkan seperti : pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam
pertama dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari
cardiovaskuler.
2) Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung
kemih menengang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada
perkusi. Kateterisasi mungkin diperlukan mencegah peregangan kandung
kemih dan retensi kandung kencing jika klien tidak bisa kencing.
3) Lochea: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan
kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat
dicatat hasil dan bekuannya.
4) Perinium: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk
mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan
perlahan-lahan mengangkat bokong untuk melihat perineum.
5) Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan
dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas
normal selama rentang waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini
mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan.
6) Kenyamanan: Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan
selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi ketidaknyamanannya.
7) Tanda-tanda potensial masalah: Karena pendarahan dapat menyebabkan
potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada adanya potensial
komplikasi (Nurarif, 2018).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2021), diagnosa yang mungkin muncul pada intranatal meliputi:
Menurut NANDA (2021), diagnosa yang mungkin muncul pada intranatal meliputi:
a. Kala I: Nyeri persalinan b.d kontraksi uterus
b. Kala II: Nyeri persalinan b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
c. Kala III: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif perdarahan
d. Kala IV: Risiko infeksi dibuktikan dengan gangguan integritas kulit; Risiko
perdarahan dibuktikan dengan komplikasi pascapartum ( atoni uterus, retensi
plasenta)
2. Intervensi dan Rasional
a. Kala I
Nyeri persalinan berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Data dasar dalam
a. Kontrol nyeri komphrehensif yang menentukan
b. Tingkat nyeri meliputi lokasi, intervensi
Kriteria Hasil: karakteristik, onset / selanjutnya.
a. Mampu mengontrol durasi, frekuensi, kualitas, 2. Reaksi
nyeri saat terjadi intensitas / beratnya nyeri nonverbal bisa
kontraksi dan faktor pencetus menggambarkan
b. Melaporkan 2. Observasi reaksi nonverbal nyeri yang dirasakan
bahwa
dari ketidaknyamanan pasien
nyeri berkurang
3. Kendalikan faktor 3. Lingkungan yang
c. Mengatakan rasa
nyaman setelah nyeri lingkungan yang dapat nyaman dapat
berkurang mempengaruhi respon mengurangi persepsi
pasien terhadap nyeri pasien.
ketidaknyamanan (suhu 4. Nyeri pada kala 1
ruangan, pencahayaan, merupakan efek
suara bising) samping dari
4. Ajarkan penggunaan kontraksi yang dapat
teknik nonfarmakologi
(hypnosis, relaksasi, mendorong bayi
bimbingan antisipatif, mendekati jalan
terapi musik, terapi
bermain, terapi aktivitas lahir. Sehingga nyeri
dan aplikasi panas dingin) hanya diminamalisir
menggunakan
tekhnik non-
farmakologi
b. Kala II
Nyeri persalinan berubungan dengan tekanan mekanis pada bagian presentasi
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: 1.Lakukan pengkajian 1. Data dasar
a. Kontrol nyeri nyeri dalam
komphrehensif yang menentukan
b. Tingkat nyeri
meliputi lokasi, intervensi
karakteristik, onset / selanjutnya.
durasi,
2. Reaksi
Kriteria Hasil: frekuensi,
nonverbal bisa
kualitas, intensitas /
a. Mampu mengontrol nyeri menggambarkan
beratnya nyeri dan
saat terjadi kontraksi nyeri yang
faktor penceetus
dirasakan pasien
b. Melaporkan bahwa nyeri 2.Observasi reaksi
berkurang nonverbal dari 3.Lingkungan yang
ketidaknyamanan nyaman dapat
c. Mengatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang mengurangi persepsi
3.Kendalikan faktor
nyeri pasien.
lingkungan yang dapat
mempengaruhi 4. Posisi yang
respon pasien nyaman dapat
terhadap mempengaruhi
ketidaknyamanan (suhu kekuatan meneran
ruangan,
pencahayaan, 5. Cara meneran
yang benar dapat
suara bising)
menghemat tenaga
4.Atur posisi yang dan
nyaman bagi klien
memaksimalkan
(dorsal kekuatan klien dalam
rekumben/litotomi) persalinan
5.Ajarkan klien tentang
cara meneran dengan
benar
c. Kala III
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif perdarahan
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: 1. Monitor status hidrasi 1. Data dasar dalam
a. Keseimbangan cairan (misalnya membran menentukan intervensi
b. Hidrasi mukosa lembab, denyut selanjutnya
nadi adekuat dan 2. Dehidrasi dapat
Kriteria Hasil: tekanan darahortostatik) mempengaruhi tanda-
a. Asupan cairan terpenuhi 2. Monitor tanda-tanda tanda vital, terutama
b. Tekanan darah dan denyut vital pasien nadi
nadi radial dalam batas 3.Jaga intake / asupan 3. Untuk mengetahui
normal yang akurat dan catat balance cairan pasien
c. Keseimbangan intake dan output pasien 4. Mengurangi
output dalam 24 jam 4.Pertahankan terjadinya perdarahan
terjaga agar pasien tetap 5. Tranfusi darah
d. Turgor kulit elastis tirah baring jika terjadi dapat mencegah
e. Membran mukosa lembab
pendarahan aktif terjadinya anemia
5.Kolaborasi dengan 6. Mengganti cairan
yang hilang melalui
dokter untuk pemberian
perdarahan
tranfusi darah
6.Kelola cairan IV,
seperti yang diresepkan

d. Kala IV
1) Risiko infeksi dibuktikan dengan gangguan integritas kulit (luka episiotomy)
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: 1.Monitor tanda dan 1. Mengetahui ada
a. Status imun gejala infeksi sistemik tidaknya infeksi,
dan lokal untuk menentukan
b. Kontrol resiko intervensi selanjutnya.
2. Monitor adanya luka
2. Luka merupakan de
3.Kaji suhu badan pasien
Kriteria Hasil: 4.Pertahankan teknik entre
a. Bebas tanda gejala infeksi aseptik 3. Pasien yang
5.Cuci tangan sebelum mengalami infeksi
b. Jumlah leukosit dalam
dan sedudah tindakan biasanya terjadi
batas normal 6.Berikan pendkes kenaikan suhu badan.
c. Status imun, genitourinaria tentang vulva hygiene 4.Untuk
yang benar meminimalisir
dalam batas normal
7.Berikan pendkes terjadinya infeksis
d. Luka episiotomy baik tentang perawatan luka 5.Meminimalisir
perineum terjadinya penyebaran
8.Lakukan perawatan kuman
luka post episiotomi 6. Vulva hygiene
yang benar dapat
mencegah terjadinya
infeksi
7. Perawatan luka
perineum dapat
mencegah terjadinya
infeksi
8. Perawatan luka
post episiotomi dapat
mencegah terjadinya
infeksi dan
memberikan rasa
nyaman bagi klien

2) Risiko perdarahan dibuktikan dengan komplikasi pascapartum (atonia uterus, retensi


plasenta)

Tujuan Intervensi Rasional


NOC: 1. Catat nilai Hb dan HT 1. Untuk mengetahui
a. Keseimbangan cairan sebelum dan sesudah apakah pasien
b. Hidrasi terjadìnya perdarahan mengalami kehilangan
banyak darah
2.Awasi perdarahan dari
(anemia) atau tidak
jalan lahir
Kriteria Hasil:
2.Menghindari
a. Asupan cairan terpenuhi 3.Berikan masase pada perdarahan dari jalan
b. Tekanan darah dan denyut fundus uteri. lahir
nadi radial dalam batas
4.Monitan tanda-tanda 3.Merangsang
normal
vital kontraksi,
c. Keseimbangan intake dan
sehingga
output dalam 24 jam 5.Pertahankan
perdarahan akan
terjaga agar pasien tetap
berhenti
f. Turgor kulit elastis tirah baring jika terjadi
g. Membran mukosa lembab pendarahan aktif 4. Perdarahan
sangat berpengaruh
6.Lakukan manual
pada tanda-tanda vital
pressure (tampon vagina)
(tekanan darah, nafas,
7.Lakukan manual nadi, suhu)
placenta
5. Untuk
menghindari
terjadinya perdarahan
yang lebih banyak.

6. Dep pada
sumber perdaarahan
sangat efektif dalam
menghentikan
perdarahan

7.Untuk mengeluarkan
placenta yang belum
lepas
DAFTAR PUSTAKA

Abdul bari saifuddin, 2019, Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.

Abdul bari saifuddin, 2019, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.

Hacher/moore, 2018, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates, jakarta.

Manuaba 2018, Ida Bagus Gede, 2018, Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga
berencana, EGC, Jakarta.

Marlyn Doenges,dkk, 2016,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta.

Sarwono, 2017, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai