Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS INTRANATAL CARE

DI RUANG UGD KEBIDANAN RSUD TORABELO SIGI


PROVINSI SULAWESI TENGAH

OLEH :
SHISIL ATRIANI PUTRI
NIM. 2021032093

CI LAHAN CI INSTITUSI

_______________________________ Ns. Ni Nyoman Elfiyunai, S.Kep., M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
INTRANATAL CARE

A. KONSEP INTRANATAL CARE


1. Definisi persalinan
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi
dan plasentadari rahim ibu (Buku Acuan APN, 2017).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Mitayani, 2016).
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).

2. Etiologi
a. Teori penurunan hormon progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesterone dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga menimbulkan his.
b. Teori oksitoksin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot rahim.
c. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan   progesteron
yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan
his.
d. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi   miometrium
pada setiap umur kehamilan.
e. Pengaruh janin
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus,
kehamilan sering lama dari biasanya.
f. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot–otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
g. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan
ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his (Nugroho, 2011).

3. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Hal ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytosin, peningkatan prostaglandin, dan
tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan
penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament,
descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi
eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga
terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir
akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10
menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta,
rahim bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara
bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea
dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat
menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi
estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin
aktif dan produksi laktasi dimulai.  Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu:
a. Kala I: waktu pembukaan serviks samapi menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
b. Kala II: dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
c. Kala III: dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
d. Kala IV: keluarnya plasenta sampai 2 jam post Partum (Nugroho, 2011).

4. Pathway

Kehamilan (37 – 42 mg)

 Tanda inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kepala Bayi Kontraksi Kontraksi uterus


Esterogen &
Oksitosin Turun

Rahim mengecil Atonia uteri


Rasa Ingin dan dinding Rahim
Keregangan Otot menebal
Mengejan
Rahim Robek Jalan lahir

Plasenta lepas
Nyeri Ekspulsi
Persalinan Resiko
Resiko
Infeksi
perdarahan
Nyeri
Persalinan
5. Klasifikasi persalinan
a. Persalinan Spontan: Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri
b. Persalinan Buatan: Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
c. Persalinan Anjuran: Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan rangsangan.
Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan:
1) Abortus
a) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
b) Hidup diluar kandungan
c) Umur hamil sebelum 28 minggu
d) Berat janin kurang dari 1000 gram
2) Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu Berat janin kurang
dari 2.449 gram.
3) Persalinan Aterm
a) Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
b) Berat janin diatas 2500 gram
4) Persalinan Serotinus
a) Persalinan melampaui umur 42 minggu
b) Pada janin terdapat tanda postmaturitas
d. Persalinan Presipitatus: Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
(Nugroho 2011).

6. Tahap-tahap persalinan
a. Kala I
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan
pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala 1
terdapat dua fase yaitu : 
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan
jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar enam jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama
20-30 detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap 10
menit, dengan durasi 60-90 detik. Kontraksi terjadi bersamaan dengan
keluarnya darah, lendir, serta pecah ketuban secara spontan. Cairan ketuban
yang keluar sebelum pembukaan 5 cm kerap dikatakan sebagai ketuban pecah
dini.
b. Kala II
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan
waktu sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah membuka selebar 10cm
hingga bayi lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban sudah pecah atau baru pecah
spontan, dengan kontraksi yang lebih sering terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.
Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah janin
yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan kontraksi otot-
otot dinding abdomen serta diafragma, membantu ibu mengeluarkan bayi dari
dalam rahim.
c. Kala III
Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari dalam rahim.
Fase ini dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya plasenta. Pada
tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun frekuensi dan aktivitas
rahim terus menurun. Plasenta bisa lepas spontan atau tetap menempel dan
membutuhkan bantuan tambahan.
d. Kala IV
Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan untuk
mengobservasi persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil dikeluarkan dan
tidak boleh ada pendarahan dari vagina atau organ. Luka-luka pada tubuh ibu
harus dirawat dengan baik dan tidak boleh ada gumpalan darah
Tanda dan Gejala
Sebelum terjadi kehamilan/persalinan beberapa minggu sebelumnya, wanita hamil
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan
(Prepatory Stage of Labor). Tandanya adalah sebagai berikut :

a. Lightening: Ligtening yang mulai dirasakan kira –kira dua minggu sebelum
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor. Pada
presentasi sevalik, kepala bayi biasanya engaged setelah lightening. Saat itu, sesak
nafas yang dirasakan oleh ibu opada trimester 3 berkurang, karena kondisi ini akan
menciptakan ruang baru abdomen atas untuk ekspansi paru. Sebaliknya ibu akan
merasa menjadi sering berkemih, perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul
yang menyeluruh, kram pada tungkai, dan peningkatan statis pada vena.
b. Perubahan Servik: Mendekati persalinan serviks semakin matang. Konsistensi
servik menjadi seperti pudding dan terjadi sedikit penipisan.
c. Ketuban pecah Dini: Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu
persalinan. KPD dialami oleh 80% wanita hamil dan mengalami persalinan
spontan dalam 24 jam.
d. Persalinan Palsu: Persalinan palsu tediri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri,
yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan
palsu sebenarnya terjadi karena kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang
telah terjadi sejak 6 minggu kehamilan.
e. Bloody show: Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir
serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan penutup jalan
lahir selama kehamilan. Plak lender inilah yang dinamakan blody show.
f. Lonjakan energi: Wanita hamil mengalami lonjakan energi 24 sampai 48 jam
sebelum terjadinya persalinan. Ia akan merasa bersemangat, setelah beberapa
minggu dan hari merasa letih secara fisik dan kelelahan akibat kehamilan.
g. Gangguan saluran cerna: Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare,
kesulitan mencerna, mual muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala
menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini (Nugroho,
2011)
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan urine protein (Albumin)
2) Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya
gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
3) Pemeriksaan urin gula
4) Pemeriksaan darah
b. Ultrasonografi (USG): Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk
mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
c. Stetoskop Monokuler: Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas
terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
d. Memakai alat Kardiotokografi (KTG): Kardiotokografi adalah gelombang
ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk
mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama
sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat
yang sama (Nugroho, 2011).
8. Penatalaksanaan
a. Kala I
1) Mengukur TTV
2) Auskultasi DJJ
3) Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi terendah
dan kemajuan persalinan serta perineum
b. Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan
c. Kala III
1) Pengawasan terhadap perdarahan
2) Memperhatikan tanda plasenta lepas
d. Kala IV
1) Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
2) Kontraksi rahim
3) Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu
9. Komplikasi
a. Komplikasi Kala I dan Kala II
1) Persalinan macet (partus tidak maju)
Penyebab persalinan yang macet adalah kondisi tulang panggul si ibu yang
terlampau sempit dan menyebabkan bayi susah untuk lahir. Persalinan macet
ini juga bisa disebabkan oleh gangguan beberapa penyakit yang menyebabkan
sang ibu kepayahan mengeluarkan kepala bayi saat persalinan. Hal lain yang
membuat proses persalinan macet adalah faktor usia sang ibu, paritas,
konsistensi mulut rahim, berat badan sang janin, gizi ibu, psikis si ibu dan
penyakit semisal anemia.
2) Distosia
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan
kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
a) Distosia karena kelainan tenaga/his (His Hipotonic/ Inersia Uteri, His
Hipertonic, His yang tidak terkordinasi).
b) Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
c) Distosia karena jalan lahir
b. Komplikasi Kala III dan IV
1) Atonia Uteri
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).Atonia
uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab pendarahan post
partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga
4 jam setelah persalinan. Atoria uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat
dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovelemik.
2) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi. Sewaktu bagian plasenta (satu atau lebih lobus)
tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaaan
ini dapat menimbulkan pendarahan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien: Nama , jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat pendidikan,
dll.
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
2) Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil keluhan yang
di rasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan selama, kehamilan
(ANC), hamil ke berapa
c. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat menstruasi:1.Menarche 2.Siklus haid 3.Lama haid 4.banyak haid
5.dismenorhoe.. 6. HPHT 7. HPL
2) Riwayat pernikahan :1.Usia pernikahan suami-istri 2.Pernikahan
3) Riwayat KB:1.Apakah klien mengikuti program KB/tidak, Jenis KB yang di
gunakan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga terdapat penyakit
keturunan,ataupun penyakit menular.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan atau keadaan umum
2) Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
3) Tanda-tanda vital
4) Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada atau
tidak, edema ada atau tidak
5) Mata: fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna kornea,
sklera ikterik atau tidak
6) Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak, kesimetrisan,
kebersihan, kesimetrisan, kebersihan
f. Pengkajian Kala I
1) Memeriksa tanda-tanda vital.
2) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan
karakteristitik yang mengambarkan kontraksi uterus: frekuensi, internal,
intensitas, durasi, tonus.
3) Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada kehamilan
pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya.
4) Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan.
5) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,
letrak janin, penurunan janin.
6)  Pemeriksaan Vagina: membran, serviks, foetus, station.
7) Tes diagnostik dan laboratorium: Specimen urin, tes darah, ruptur membran,
cairan amnion (warna, karakter dan jumlah)
g. Pengkajian Kala II
1) Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir, adanya
mual, bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan serviks,
his lebih kuat dan sering, ibu merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin
BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah
mengatakan saya ingin BA, pada waktu his kepala janin tampak di vulva.
2) Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas),
keadaan janin (penurunan janin melalui vagina), kandung kemih
penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.
3) Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung 45– 60
menit , multipara berlangsung 15 – 30 menit.
h. Pengkajian Kala III
1) Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
a) Adanya kontraksi vunds yang kuat
b) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat pipih
sehingga plasenta bergerak kebagian bawah
c) Keluarnya darah hitam dari introuterus
d) Terjadinya perpanjangan taliu pusat sebagai akibat plasenta akan
keluar.
e) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina atau
rektal , atau membran poetus terlihat pada introitus).
2) Status Fisik mental
Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan dijumpai,
curah jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke
plasenta berhenti.didapatkan melalui pemeriksaan: Suhu, nadi, dan
pernafasan, pemeriksaan terhadap perdarahan (warna darah dan jumlah
darah)
3) Tanda-tanda masalah potensial: Saat praktisi keperawatan primer
mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda dari ibu,
perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan
i. Pengkajian Kala IV
1) Tanda tanda vital: Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa
potensial,komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV
observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah
melahirkan seperti : pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam
pertama dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari
cardiovaskuler.
2) Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika
kandung kemih menengang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup
pada perkusi. Kateterisasi mungkin diperlukan mencegah peregangan
kandung kemih dan retensi kandung kencing jika klien tidak bisa kencing.
3) Lochea: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan
kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat
dicatat hasil dan bekuannya.
4) Perinium: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk
mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan
perlahan-lahan mengangkat bokong untuk melihat perineum.
5) Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan
dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas
normal selama rentang waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini
mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan.
6) Kenyamanan: Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan
selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi
ketidaknyamanannya.
7) Tanda-tanda potensial masalah: Karena pendarahan dapat menyebabkan
potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada adanya potensial
komplikasi (Nurarif, 2018).
2. Diagnosa keperawatan
Menurut NANDA (2021), diagnosa yang mungkin muncul pada intranatal meliputi:
a. Kala I: Nyeri persalinan b.d kontraksi uterus 
b. Kala II: Nyeri persalinan b.d  tekanan mekanis pada bagian presentasi
c. Kala III: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif perdarahan
d. Kala IV: Risiko infeksi b.d gangguan integritas kulit; Risiko perdarahan b.d
komplikasi pascapartum ( atoni uterus, retensi plasenta)
3. Intervensi dan Rasional
a. Kala I
Nyeri persalinan berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: Lakukan pengkajian Data dasar dalam
a. Kontrol nyeri nyeri komphrehensif menentukan intervensi
b. Tingkat nyeri yang meliputi lokasi, selanjutnya.
Kriteria Hasil: karakteristik, onset /
a. Mampu mengontrol durasi, frekuensi,
nyeri saat terjadi kualitas, intensitas /
kontraksi beratnya nyeri dan faktor
b. Melaporkan bahwa penceetus
nyeri berkurang
Observasi reaksi Reaksi nonverbal bisa
c. Mengatakan rasa
nonverbal dari menggambarkan nyeri
nyaman setelah nyeri
ketidaknyamanan yang dirasakan pasien
berkurang
Kendalikan faktor Lingkungan yang
lingkungan yang dapat nyaman dapat
mempengaruhi respon mengurangi persepsi
pasien terhadap nyeri pasien.
ketidaknyamanan (suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising)

Ajarkan penggunaan Nyeri pada kala 1


teknik nonfarmakologi merupakan efek
(hypnosis, relaksasi, samping dari
bimbingan antisipatif, kontraksi yang dapat
terapi musik, terapi mendorong bayi
bermain, terapi aktivitas mendekati jalan lahir.
dan aplikasi panas Sehingga nyeri hanya
dingin) diminamalisir
menggunakan tekhnik
non-farmakologi

b. Kala II
Nyeri persalinan berubungan dengan tekanan mekanis pada bagian presentasi
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: Lakukan pengkajian Data dasar dalam
a. Kontrol nyeri nyeri komphrehensif menentukan intervensi
b. Tingkat nyeri yang meliputi lokasi, selanjutnya.
karakteristik, onset /
durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil: kualitas, intensitas /
a. Mampu mengontrol beratnya nyeri dan faktor
nyeri saat terjadi penceetus
kontraksi
Observasi reaksi Reaksi nonverbal bisa
b. Melaporkan bahwa
nonverbal dari menggambarkan nyeri
nyeri berkurang
ketidaknyamanan yang dirasakan pasien
c. Mengatakan rasa
nyaman setelah nyeri Kendalikan faktor Lingkungan yang
berkurang lingkungan yang dapat nyaman dapat
mempengaruhi respon mengurangi persepsi
pasien terhadap nyeri pasien.
ketidaknyamanan (suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising)

Atur posisi yang nyaman Posisi yang nyaman


bagi klien (dorsal dapat mempengaruhi
rekumben/litotomi) kekuatan meneran

Ajarkan klien tentang Cara meneran yang


cara meneran dengan benar dapat
benar menghemat tenaga
dan memaksimalkan
kekuatan klien dalam
persalinan

c. Kala III
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif perdarahan
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: Monitor status hidrasi Data dasar dalam
a. Keseimbangan cairan (misalnya membran menentukan intervensi
b. Hidrasi mukosa lembab, denyut selanjutnya
nadi adekuat dan
Kriteria Hasil: tekanan darahortostatik)
a. Asupan cairan
Monitor tanda-tanda Dehidrasi dapat
terpenuhi
vital pasien mempengaruhi tanda-
b. Tekanan darah dan
tanda vital, terutama nadi
denyut nadi radial
dalam batas normal Jaga intake / asupan Untuk mengetahui
c. Keseimbangan intake yang akurat dan catat balance cairan pasien
dan output dalam 24 output pasien
jam terjaga
Pertahankan agar pasien Mengurangi terjadinya
d. Turgor kulit elastis
tetap tirah baring jika perdarahan
e. Membran mukosa
terjadi pendarahan aktif
lembab

Kolaborasi dengan Tranfusi darah dapat


dokter untuk pemberian mencegah terjadinya
tranfusi darah anemia

Kelola cairan IV, seperti Mengganti cairan yang


yang diresepkan hilang melalui
perdarahan

d. Kala IV
1) Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit (luka episiotomy)
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: Monitor tanda dan gejala Mengetahui ada
a. Status imun infeksi sistemik dan tidaknya infeksi,
b. Kontrol resiko lokal untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
Kriteria Hasil: Monitor adanya luka Luka merupakan de
a. Bebas tanda gejala entre
infeksi Kaji suhu badan pasien Pasien yang
mengalami infeksi
biasanya terjadi
kenaikan suhu badan.
Pertahankan teknik Untuk meminimalisir
aseptik terjadinya infeksis
Cuci tangan sebelum dan Meminimalisir
sedudah tindakan terjadinya penyebaran
kuman
Berikan pendkes tentang Vulva hygiene yang
vulva hygiene yang benar dapat mencegah
benar terjadinya infeksi
b. Jumlah leukosit dalam
Berikan pendkes tentang Perawatan luka
batas normal
perawatan luka perineum perineum dapat
c. Status imun,
mencegah terjadinya
genitourinaria dalam
infeksi
batas normal
Lakukan perawatan luka Perawatan luka post
d. Luka episiotomy baik
post episiotomi episiotomi dapat
mencegah terjadinya
infeksi dan
memberikan rasa
nyaman bagi klien

2) Risiko perdarahan b.d komplikasi pascapartum (atonia uterus, retensi plasenta)


Tujuan Intervensi Rasional
NOC: Catat nilai Hb dan HT Untuk mengetahui
a. Keseimbangan cairan sebelum dan sesudah apakah pasien
b. Hidrasi terjadìnya perdarahan mengalami kehilangan
banyak darah
Kriteria Hasil: (anemia) atau tidak
a. Asupan cairan
Awasi perdarahan dari Menghindari
jalan lahir perdarahan dari jalan
lahir

Berikan masase pada Merangsang


fundus uteri. kontraksi, sehingga
perdarahan akan
berhenti

Monitan tanda-tanda Perdarahan sangat


vital berpengaruh pada
tanda-tanda vital
(tekanan darah, nafas,
nadi, suhu)

terpenuhi Pertahankan agar pasien Untuk menghindari


b. Tekanan darah dan tetap tirah baring jika terjadinya perdarahan
denyut nadi radial terjadi pendarahan aktif yang lebih banyak.
dalam batas normal
Lakukan manual Dep pada sumber
c. Keseimbangan intake
pressure ( tampon perdaarahan sangat
dan output dalam 24
vagina) efektif dalam
jam terjaga
menghentikan
f. Turgor kulit elastis
perdarahan
g. Membran mukosa
lembab Lakukan manual Untuk mengeluarkan
placenta placenta yang belum
lepas

 
DAFTAR PUSTAKA

Ai Nursiah, dkk, 2015. Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan. Bandung : Refika Aditama

Bullechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 7th Edition. Missouri:


Elseiver Mosby.

Herdmand, T & Kamitsuru, S. 2022. NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions & Classification 2021-2023 12th ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Moorhead, S. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Measurement of Health


Outcomes 6th Edition. Missouri: Elsevier Saunder.

Nurarif, A.H. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa  Medis dan
Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Meidcation Jogja.

Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2012. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi. Jakarta:
Buku Kesehatan

Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai