Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS TUMOR GASTER

DI RUANGAN FLAMBOYAN RSUD UNDATA


PROVINSI SULAWESI TENGAH

Disusun Oleh :

NAMA: NURSAFANA B.R. AMIN


NIM : 2021032077

Mengetahui

CI Lahan CI Institusi

SUPARMI,S.Tr.Kep.,NS Ns.SUAIB,S.Kep.,M.Kes

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2022
A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian
Tumor merupakan sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan sel
yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Kanker gaster adalah penyakit yang terjadi di
lambung, dimana Penyakit ini diduga dipicu karena adanya radang lambung yang
dibiarkan.Kanker gaster biasanya bersifat jinak, namun apabila tidak segera diatasi maka
bisa menyebabkan Kanker gaster yang ganas.Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel
(benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel.Neoplasma jaringan ikat yang banyak
ditemukan adalah tumor otot polos. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah
ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak ditemukan
nekrosis (Rubenstein, 2015)
2. Etiologi
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal sebagai berikut :
Faktor predisposisi
1. Faktor genetik. Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki
hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya
mutasi dari gen Ecadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat
keluarga anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi
genetik pada kanker lambung.
2. Faktor umur. Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun,
tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 %
kurang dari 30 tahun.
Faktor presipitasi
1. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan. Beberapa studi
menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi faktor utama
peningkatan kanker lambung. Sehingga menfasilitasi konversi golongan nitrat
menjadi carcinogenic nitrosamines didalam lambung. Kondisi terlambatnya
pengosongan asam lambung dan peningkatan komposisi nitrosamines didalam
lambung memberikan konstribusi terbentuknya kanker lambung.
2. Infeksi H. Pylori. H. Pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus doudenum
dan 80% tukak lambung. Bakteri ini menempel dipermukaan dalam tukak lambung
melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari
glikoprotein membran sel-sel epitel lambung. Mekanisme utama bakteri ini dalam
menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA
bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara;
diantaranya melalui pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas sel,
pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri
sel). Pada beberapa individu, H. Pylori juga menginfeksi bagian badan lambung. Bila
kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang lebih luas yang
tidak hanya memengaruhi ulkus didaerah badan lambung, tetapi juga meningkatkan
risiko kanker lambung. Peradangan dilendir lambung juga merupakan faktor risiko
tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) dilambung, atau disebut dengan
limfoma MALT (Mucosa Lymphoid Tissue). Infeksi H. Pylori berperan penting
dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding atrofi dan
perubahan metaplastik pada dinding lambung.
3. Mengkonsumsi rokok dan alkohol. Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30
batang sehari dan kombinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkatkan
risiko kanker lambung
4. NSAIDs. Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi
NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dalam hal ini (polip lambung) dapat menjadi
prekursor kanker lambung. Kondisi polip lambung berulang akan meningkatkan
risiko kanker lambung.
5. Anemia pernisiosa. Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan
absorpsi kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor instrinsik
sekresi (Brunner, Suddarth. 2013).
3. Anatomi Fisiologi Lambung
a. Anatomi Gaster
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara
bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung merupakan ruang
berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio
epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen (Widjaya,2013).
Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus,
badan (body), antrum, dan pilori.
1) Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal
(gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung.
2) Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia.
3) Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus
dan merupakan bagian terbesar dari lambung.
4) Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik dan
terdiri dari otot yang kuat.
5) Pilorik adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan
duodenum dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz & Martin, 2015).

Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya dengan
lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi tertentu yaitu lapisan mukosa,
submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz & Martin, 2015).
1. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan muskularis
mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propia dengan kedalaman
yang bervariasi, dan membentuk sumur-sumur lambung disebut foveola gastrika.
Epitel yang menutupi permukaan dan melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah
epitel selapis silindris dan semua selnya menyekresi mukus alkalis. Lamina propia
lambung terdiri atas jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel
limfoid. Muskularis mukosa yang memisahkan mukosa dari submukosa dan
mengandung otot polos (Schmitz & Martin, 2015).
2. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem limfatik,
limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus submukosa
(Meissner) (Schmitz & Martin, 2015).
3. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu : inner oblique, middle
circular, outer longitudinal. Pada muskularis propia terdapat pleksus myenterik
(auerbach). Lapisan oblik terbatas pada bagian badan (body) dari lambung (Schmitz
& Martin, 20015).
4. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos (mesotelium)
dan jaringan ikat areolar. Lapisan serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan
bagian dari viseral peritoneum (Schmitz & Martin, 2015).
4. Fisiologi
Fungsi utama lambung adalah penerima makanan dan minuman, dikerjakan oleh
fundus dan korpus, dan penghancur dikerjakan oleh antrum, selain turut bekerja dalam
pencernaan awal berkat kerja kimiawi asam lambung dan pepsin.Fungsi lambung yang
berkaitan dengan gerakan adalah penyimpanan dan pencampuran makanan serta
pengosongan lambung. Kemampuan lambung menampung makanan mencapai 1500 ml
karena mampu menyesuaikan ukurannya dengan kenaikan tekanan intraluminal tanpa
peregangan dinding relaksasi resepti (Wijayaningsih,2013).
Fungsi ini diatur oleh N.Vagus dan hilang setelah Pagotomi. Ini antara lain yang
mendasari turunnya kapasitas penampungan pada penderita tumor lambung lanjut sehingga
cepat kenyang. Peristalsis terjadi bila lambung mengambang akibat adanya makanan dan
minuman. Kontraksi yang kuat pada antrum (dindingnya paling tebal) akan mencampur
makanan dengan enzim lambung, kemudian mengosongkannya ke duodenum secara
bertahap. Daging tidak berlemak, nasi, dan sayuran meninggalkan lambung dalam tiga jam,
sedangkan makanan yang tinggi lemak dapat bertahan di lambung 6 - 12 jam.
Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung.Sel-sel yang
bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan mukosa lambung. Secara
umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi dua bagian terpisah : (1) mukosa oksintik
yaitu yang melapisi fundus dan badan (body), (2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi
bagian antrum. Sel-sel kelenjar mukosa terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu
suatu invaginasi atau kantung pada permukaan luminal lambung.Variasi sel sekretori yang
melapisi invaginasi ini beberapa diantaranya adalah eksokrin, endokrin, dan parakrin.Ada
tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan kelenjar oksintik
mukosa lambung yaitu:
1. Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus yang
encer.
2. Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel parietal. Sel
utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen.
3. Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik artinya
tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk menghasilkan keadaan
yang sangat asam.
Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan mereka berperan
dalam membentuk getah lambung (gastric juice ). Sel mukus cepat membelah dan
berfungsi sebagai sel induk bagi semua sel baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang
dihasilkan dari pembelahan sel akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel epitel
permukaan atau berdiferensiasi ke bawah untuk menjadi sel utama atau sel parietal.
Melalui aktivitas ini, seluruh mukosa lambung diganti setiap tiga hari.
Kantung-kantung lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama mengeluarkan
mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda dengan mukosa oksintik.Sel-sel di
daerah kelenjar pilorik ini jenis selnya adalah sel parakrin atau endokrin.Sel-sel tersebut
adalah sel enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan gastrin,
sel D menghasilkan somatostatin.Histamin yang dikeluarkan berperan sebagai stimulus
untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin.Sel G yang dihasilkan berperan sebagai stimuli
sekresi produk protein, dan sekresi asetilkolin.Sel D berperan sebagai stimuli asam
(Rubenstein, 2014).
5. Patofisiologi
Kanker dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering ditemukan pada
sepertiga distal.Kebanyakan kanker-kanker lambung adalah adeno karsinoma dan terjadi
dalam bentuk-bentuk polypoid, ulseratif atau infiltratif.Bentuk ulseratif merupakan bentuk
yang paling sering terjadi dan mungkin menampakkan gejala-gejala semacam ulkus
peptikum, yang karenanya sering kali memperlambat diagnosis dan mendorong pasien
untuk mengobati sendiri.Tumbuhnya kanker pada pintu masuk atau pintu keluar lambung
dapat menimbulkan tanda-tanda obstruksi esofagus dan pilorus (nyeri ulu hati dan cepat
kenyang).Pada umumnya bagaimanapun tanda-tanda awal dari kanker lambung tersebut
tidaklah nampak. Kanker lambung dapat menyebar secara langsung melalui dinding
lambung jaringan-jaringan yang berdekatan, ke pembuluh limfe, ke kelenjar limfe regional
di lambung, ke organ-organ perut lain dan cenderung menyebar ke arah intraperitoneal.
Prognosis tergantung pada dalamnya invasi dan tingkatan metastasis (Brunner, Suddarth.
2013).
6. Pathway
7. Faktor Risiko Kanker Lambung
Seperti kanker pada umumnya, belum diketahui secara pasti apa penyebab utama
munculnya sel abnormal yang lantas berkembang menjadi kanker pada dinding lambung.
Namun, infeksi bakteri penyebab luka dinding lambung yaitu H.pylori diketahui dapat
memicu timbulnya kanker melalui berbagai proses peradangan seperti gastritis. Kondisi
kesehatan seperti mengalami penyakit anemia pernisiosa dan memiliki polip pada dinding
lambung juga meningkatkan risiko terjadinya kanker lambung. Hal lainnya yang juga
meningkatkan risiko kanker lambung sebagai berikut (Schmitz & Martin, 2015):
a. Usia
Jumlah penderita kanker lambung meningkat secara progresif seiring
bertambahnya usia. Dari kasus yang didiagnosis antara tahun 2005 dan 2009 di
Amerika Serikat, sekitar 1% kasus terjadi antara usia 20 dan 34 tahun, sedangkan
29% terjadi antara 75 dan 84 tahun (25). Selama periode ini, usia rata-rata saat
diagnosis kanker lambung adalah 70 tahun.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki memiliki risiko terkena kanker lambung lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Sekitar 1,8 sampai dengan 2 kali lebih tinggi laki-laki terkena kanker
lambung dibandingkan dengan perempuan. Secara umum persentase menunjukkan
68% kasus lambung terjadi pada laki-laki dan hanya 32% terjadi pada perempuan.
c. Obesitas
Hasil penelitian menunjukkan 2,3 kali lipat peningkatan risiko tertular kanker
lambung di kardiomi pada orang yang terkena obesitas. Telah ditunjukkan bahwa
obesitas pada pria adalah faktor risiko perkembangan kanker lambung sekaligus
perkembangan kanker colorectal, kanker hati dan kantong empedu.Pada gilirannya,
obesitas pada wanita dikaitkan dengan peningkatan risiko pengembangan tumor hati,
pankreas dan payudara.
d. Diet
Asupan makanan yang mengandung garam, asap ataupun yang diasinkan,
misalnya daging panggang atau ikan asap diketahui meningkatkan faktor risiko
terjadinya kanker lambung. Sedangkan makanan yang diawetkan, makanan yang
kaya akan daging merah, serta kekurangan vitamin dan antioksidan diketahui
mengurangi kemungkinan terjadinya kanker. Garam dan konsumsi makanan asin
menyebabkan kenaikan risiko terjadinya kanker lambung 50% sampai dengan
100%.Hal ini terjadi karena natrium klorida merusak selaput lendir perut yang
menyebabkan infeksi dan akibatnya memudahkan kolonisasi dan pertumbuhan
helicobacter pylori.Mengurangi jumlah sayuran dan buah yang dikonsumsi dalam
setiap hari juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker lambung sekitar 30%
sampai dengan 50%.Hal ini terkait dengan efek antioksi dan zat yang terkandung
dalam sayuran seperti asam askorbat (vitamin C), karotenoid dan ta-
copherol.Mengurangi jumlah produk yang diawetkan secara kimiawi dalam makanan
yang tertelan juga berkontribusi untuk mengurangi risiko terjadinya kanker
lambung.Antioksidan seperti vitamin C dan E, beta-karoten, atau zat mikro seperti
selenium, seng atau magnesium memiliki pelindung efek.
e. Penggunaan Alkohol dan Rokok
Penggunaan alkohol dan rokok diperkirakan meningkatkan risiko terkena
kanker lambung, penderita kanker lambung di Indonesia naik sekitar lima kali lipat
karena mengonsumsi rokok, hal ini disebabkan oleh efek karsinogenik yang
terkandung di dalam rokok. Karsinogen adalah zat yang mampu membentuk ikatan
kovalen dengan DNA, yang mengubah fungsi DNA yang benar dan dapat
menyebabkan perkembangan kanker lambung.Demikian pula seseorang yang
mengonsumsi alkohol memiliki risiko tinggi terkena kanker lambung dan tumor pada
saluran pencernaan lainnya (kanker mulut, tenggorokan, laring dan
kerongkongan).Etanol bukan merupakan zat yang mengandung karsinogen, namun
zat nitrosamin terdapat pada minuman beralkohol, terutama di vodka, zat tersebut
dapat meningkatkan risiko terkena kanker lambung.
f. Mengonsumsi obat-obatan
Aspirin adalah salah satu obat yang meningkatkan risiko terkena kanker
lambung.Seseorang yang secara teratur mengonsumsi aspirin berisiko terjangkit
kanker lambung meningkat hingga 30%. Aspirin meningkatkan permeabilitas
membran bakteri luar yang menyebabkan faktor risiko terkena kanker lambung
meningkat.
g. Infeksi Helicobacter Pylori (H. pylori)
Infeksi kronis bakteri helicobacter pylori (bakteri yang menyebabkan ulkus
peptikum atau tukak lambung) dapat meningkatkan faktor risiko terkena kanker
lambung.Telah dipastikan bahwa pasien dengan infeksi H. pylori berisiko terkena
kanker lambung meningkat tujuh kali lipat dibandingkan dengan seseorang yang
tidak terinfeksi bakteri tersebut. Infeksi H. pylori berhubungan dengan gen CagA+
dan VacA yang berkontribusi terhadap munculnya risiko terjadinya karsinogenesis.
Selain itu, helicobacter pylori menghasilkan urease yang memecah urea menjadi
amonia dan karbon dioksida. Amonia menetralisir asam klorida yang terkandung
dalam cairan perut yang menyebabkannya meningkatnya kadar pH sehingga
memudahkan bakteri bertahan dan reproduksi. Peradangan kronis yang disebabkan
oleh infeksi helicobacter pylori dapat mengakibatkan kerusakan pada DNA sel
dengan mengganggu proses oksida sekaligus meningkatkan tingkat bentuk reaktif
oksigen.
h. Infeksi Virus Epstein-Barr
Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus herpes gamma, yang menyebabkan
limfonitis oportubistik. Prosentase seseorang yang terkena kanker lambung yang
disebabkan oleh EBV berbeda-beda disetiap negara, berkisar antara 1,3% sampai
dengan 20,1%, rata-rata sekitar 10%.
i. Status Sosial Ekonomi
Diseluruh dunia pada tahun 2002, tercatat sekitar 2/3 kasus kanker lambung
berkembang di negara-negara yang kurang berkembang.Negara-negara di Afrika
memiliki risiko tinggi terkena kanker lambung.Hal ini disebabkan karena diagnosis
dan status perawatan medis yang tidak mencukupi di negara tersebut. Faktor status
sosial lain juga tergantung dari jenis pekerjaannya, misalnya pekerjaan sebagai
penjual daging, petani atau nelayan memiliki risiko terkena kanker lambung karena
terpapar zat herbisida atau zat nitrat selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko
terkena kanker lambung.
j. Migrasi
Penelitian mengenai penurunan jumlah penderita kanker lambung diketahui
karena migrasi dari suatu daerah yang memiliki risiko tinggi terkena kanker lambung
ke daerah yang memiliki risiko rendah terkena kanker lambung.Penelitian yang
dilakukan terhadap imigran Amerika Serikat dari negara-negara dengan risiko tinggi
terkena kanker lambung seperti Jepang atau Polandia telah menunjukkan bahwa
jumlah generasi warga Jepang atau Polandia yang terkena kanker lambung semakin
menurun.
k. Penyakit Ulkus Peptik
Seseorang yang terkena kanker lambung sering disebabkan karena mempunyai
penyakit ulkus peptik yang terdapat di perut atau duodenum.
l. Riwayat Keluarga Penderita Kanker Lambung
Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga terkena kanker lambung juga
memiliki risiko terkena kanker lambung.Faktor ini telah dipelajari dibanyak daerah
seperti Asia Timur, Amerika Utara, Eropa Utara dan negara-negara di wilayah
Mediterania.Sekitar 10% sampai dengan 15% seseorang terkena kanker lambung
memiliki riwayat keluarga yang terkena kanker lambung (Chandrasoma, &
Parakrama, 2005).
8. Klasifikasi Kanker Lambung
Menurut National Cancer Institute (2015), klasifikasi stadium kanker lambung adalah
sebagai berikut:
a. Stadium 0
Sel kanker hanya terdapat pada lapisan sel dinding lambung.Gejala-gejala pada
kanker lambung stadium 0 sulit dikenali, sehingga apabila sudah diketahui lebih
awal bahwa seseorang sudah terkena kanker lambung maka dapat melakukan
penanggulangan lebih awal juga.Sehingga penyebaran sel-sel kanker pun dapat
dicegah untuk tidak mengganggu organ lainnya.
b. Stadium I
Apabila kanker pada stadium 0 tidak ditemukan penanggulangan secara tepat,
maka sel kanker akan terus berkembang. Perkembangan sel kanker ini
menyebabkan stadium 0 akan meningkat menjadi stadium I. Stadium I dibagi 21
menjadi dua bagian. Bagian yang pertama menunjukkan penyebaran sel kanker
masih di organ lambung, sedangkan bagian kedua telah menjangkiti kelenjar di
sekitar organ.
c. Stadium II
Pada peningkatan stadium I ke stadium II, pertumbuhan sel kanker sudah mulai
tidak dapat ditanggulangi.Kanker biasanya telah menyebar ke seluruh dinding
lambung dan seluruh kelenjar di sekitarnya.
d. Stadium III
Stadium III merupakan salah satu jenis stadium yang paling mengkhawatirkan.
Sel kanker pada stadium III ini menyebar ke seluruh bagian mulai dari organ,
kelenjar, bahkan otot telah merasakan akibat dari penyebaran kanker tersebut,
Biasanya penyebaran sel kanker pada tahap ini pun kemudian menjadi sangat
agresif dan penuh efek membahayakan.
e. Stadium IV
Pada tahapan kanker ini, biasanya penderita telah mulai tidak bisa melakukan
banyak hal. Aktivitas telah sangat terbatas dan proses pengobatan juga sudah
semakin sulit dilakukan. Beberapa operasi mungkin juga dilakukan dengan resiko
tinggi seperti kegagalan dan meninggal.
9. Manifestasi Klinis
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di
kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung, gejala
mungkin tidak ada.Beberapa penilitian telah menunjukkan bahwa gejala awal yang hilang
dengan antasida, dapat menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus benigna.
Gejala yag dialami saat stadium awal :
1. Perut kembung dan sering bersendawa
2. Nyeri pada lambung
3. Mual
4. Asam lambung meningkat
Gejala kanker lambung stadium lanjut adalah :
1. Nafsumakan berkurang
2. Anemia
3. Penuruan berat badan
4. Pembengkakan pada perut karena penumpukan cairan
5. Muntah darah
6. BAB berwarna hitam
10. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun
dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah
terjadi metastasis ke hati,teraba hati hati yang ireguler, dan kadang kadang kelenjar
limfe klavikula teraba.
b) CT Scan.
Pemeriksaan CT Scan ini dilakukan sebagai evaluasi praoperatif dan untuk
melihat stadium dengan sistem TNM dan penyebaran ekstra lambung, yang penting
untuk penentuan intervensi bedah radikal dan pemberian informasi prabedah pada
pasien.
c) Endoskopi dan biopsy
Pada pemeriksaan endoskopi dan biopsi sangat penting untuk mendiagnosis
karsinoma lambung, terutama untuk membedakan antara karsinoma epidermal dan
adenokarsinoma. Paling tidak diperlukan beberapa tindakan biopsi, karena
kemungkinan terjadi penyebaran ke submukosa dan adanya kecendrungan
tertutupnya karsinoma epidermal oleh sel epitel skuamus yang normal
d) Pemeriksaan darah pada tinja
Pada tumor ganas gaster sering didaptkan perdarahan dalam tinja (occult
blood), untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes benzidin.
e) Sitologi
Pemeriksaan papanicolao dari cairan lambung dapat memasukkan tumor ganas
lambung dengan hasil 80-90%.Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan
pemeriksaan gastroskopi dan biopsi).
11. Penatalaksanaan
a) Operasi
Metode pengobatan ini menawarkan peluang kesembuhan terbaik bagi pasien
yangmenderita Kanker gaster stadium awal, yang belum menyebar keluar dari
lambung.Tingkat kuratif dari tindakan operasi mencapai lebih dari 60% di antara
pasien penderita penyakit stadium awal. Volume reseksi tergantung pada status kanker
yang ganas.
Tindakan operasi mungkin melibatkan proses pengangkatan kanker bersama
dengan beberapa jaringan di sekitarnya.
b) Radioterapi eksternal
Tindakan ini bisa diberikan sebagai terapi kuratif Kanker gaster stadium awal
bagipasien yang tidak bisa menjalani tindakan operasi karena sudah berusia lanjut atau
memiliki penyakit lainnya.Radioterapi berguna untuk menghancurkan sel-sel kanker
padapasien jika terdapat penyebaran kanker secara lokal, sel kanker yang tidak bisa
diangkatmelalui tindakan pembedahan pasca operasi, atau gejala yang disebabkan oleh
penyebaran kanker (seperti sakit tulang dan metastasis otak).
c) Kemoterapi
Untuk pasien dengan Kanker gaster metastatik, obat kemoterapi (obat anti kanker)
akan digunakan untuk membantu menghentikan pembelahan dan perkembangan sel-
sel kanker. Obat antikanker tunggal atau kombinasi akan disuntikkan ke tubuh pasien
dengan metode infus intravena. Pasien perlu beristirahat selama 3-4 minggu sebelum
menerima infus lebih lanjut; biasanya 4-6 infus akan diberikan selama keseluruhan
tindakan pengobatan ini. Penatalaksaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium
(staging) dan pengelompokkan stadium tumor.Intervensi yang lazim dilakukan adalah
tindakan endoskopi, kemoterapi, radioterapi, dan intervensi bedah.
Pada polip lambung jinak, diangkat dengan menggunakan endoskopi.Bila
karsinoma ditemukan di dalam lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk
mencoba menyembuhkannya.Sebagian besar atau semua lambung diangkat
(gastrektomi) dan kelenjar getah bening di dekatnya juga ikut diangkat.Bila karsinoma
telah menyebar ke luar lambung, tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk
mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien.Kemoterapi dan terapi
penyinaran pada limfoma lebih pada karsinoma. Beberapa pasien dengan tingkat
toleransi yang baik akan bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan secara
sistematik untuk mengumpulkan data menganalisanya, sehingga dapat mengidentifikasi
masalah-masalah keperawatan yang dialami pasien. Dengan tahap pengkajian ini data
dikumpulkan selengkapnya mungkin yang diperoleh dari pasien langsung maupun
keluarganya serta cacatan keperawatan, medis dan sumber-sumber lainnya.
Pengumpulan data pada klien dengan anemia aplastik:
1) Identitas Pasien:
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh lemas, lesu, dan pusing.
3) Riwayat Kesehatan.
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien kanker gaster biasanya terjadi nyeri hebat pada daerah
perut (lambung).

b) Riwayat Penyakit Dahulu


Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat.Dan apakah
pasien dulu pernah kekurangan makanan yang mengandung asam folfat, Fe.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi
pada beberapa keturunan, dan anemia defisiensi besi yang cenderung
diturunkan secara genetik.
d) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum Dikaji mengenai tingkat kesadaran Tingkat kesadarn :
composmentis , somnolen, stupor, apatis
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
3) Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
4) Pemeriksaan head to toe
a. Kepala :bentuk kepala, adanya pembengkakan atau tidak, adanya
lesi atau tidak, warna rambut, bentuk rambut, bersih
atau tidak.
b. Wajah : adanya muka memerah atau tidak, adanya berjerawat dan
berminyak atau tidak
c. Mata : simetris kiri dan kanan, tidak ada kotoran Konjungtiva :
anemis, sklera anikterik, pupil tidak dilatasi (isokor)
d. Hidung : simetris kiri dan kanan, sekret tidak ada, tidak ada
polip,pernafasan cuping hidung.
e. Mulut : membran mukosa pucat, bibir kering.
f. Telinga :simetris kiri dan kanan, lubang telinga ada, tidak ada
serumen.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis (-),
tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening.
h. Thoraks
1. Paru-paru
Inspeksi : tidak terlihat retraksi intercosta, pergerakan dada
simetris atau tidak
Palpasi : adanya terdapat nyeri tekan atau tidak
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
2. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 4-5 midclavicula
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama teratur
3. Abdomen
Inspeksi : Ada distensi abdomen
Palpasi : Ada benjolan pada abdomen
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
Auskultasi : Peristaltic usus 15 x/menit i. Ekstremitas : adanya
keterbatasan dalam beraktifitas, adanya kekauan, adanya nyeri
pada seluruh bagaian ekstremitas
4. Integument : Turgor kulit tidak elastis, terdapat bulu halus
5. Genitalia : Pasien terpasang kateter, urine berwarna kuning jernih
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b/d agen cedera biologis
b. Kekurangan nutrisi dari kebutuhan
c. Hambatan mobilitas fisik
d. Resiko infeksi
3. Intervensi
DiagnosaKeperawat
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
an
1 Nyeri Akut NOC: NIC:
1. Lakukan pengkajian
 Skala nyeri nyeri secara
 Kontrol Nyeri Kriteria Hasil : komprehensif
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu termasuk lokasi,
penyebab nyeri, mampu karakteristik, durasi,
menggunakan teknik frekuensi, kualitas
nonfarmakologi untuk dan faktor
mengurangi nyeri, mencari presipitasi
bantuan) 2. Observasi reaksi
2. Melaporkan bahwa nyeri nonverbal dari
berkurang dengan menggunakan ketidaknyamanan
manajemen nyeri 3. Gunakan teknik
3. Mampu mengenali nyeri (skala, komunikasi
intensitas, frekuensi dan tanda terapeutik untuk
nyeri mengetahui
4. Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri
setelah nyeri berkurang pasien
5. Tanda vital dalam rentang 4. Kaji kultur yang
normal mempengaruhi
respon nyeri
5. Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
6. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10.Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
11.Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
12.Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
13.Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14.Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15.Tingkatkan istirahat
16.Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17.Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyer
2 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake makanan
Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan
1. Adanya peningkatan berat badan ahli gizi untuk
sesuai dengan tujuan menentukan jumlah
2. Berat badan ideal sesuai dengan kalori dan nutrisi
tinggi badan yang dibutuhkan
3. Mampu mengidentifikasi pasien.
kebutuhan nutrisi 3. Anjurkan pasien
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi untuk meningkatkan
5. Tidak terjadi penurunan berat intake Fe
badan yang berarti 4. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin
C
5. Berikan substansi
gula
6. Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
7. Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi
8. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
9. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
10.Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11.Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
3 Hambatan mobilitas NOC: NIC:
fisik  active 1. Monitor vital sign
 Mobility level sebelum/sesudah

 Self care : ADLs latihan dan lihat

 Transfer performance Criteria respon pasien saat

hasil : latihan

a. Pasien meningkat alam 2. Konsultasi dengan

aktivitas fisik terapi fisik tentang

b. Mengerti tujuan dari rencana ambulasi

peningkatan mobilitas sesuai dengan

c. Memverbalisasikan perasaan kebutuhan

dalam meningkatkan kekuatan 3. Bantu pasien untuk


dan kemampuan berpindah menggunakan tongkat
saat berjalan dan
cegah terhadap
cedera
4. Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Damping danbantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps
8. Berikan alat bantu
jika pasien
memerlukan
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisikan
4 Resiko infeksi NOC : NIC :
1. Immune status 1. Bersihkan
2. Knowledge: infection control lingkungan setelah
3. Risk control dipakai pasien lain
Setelah dilakukan tindakan 2. Pertahankan teknik
keperawatan selama pasien isolasi
bertoleransi terhadap aktivitas dengan 3. Batasi pengunjung
Kriteria Hasil : bila perlu
4. Instruksikan pada
1. Klien bebas dari tanda dan gejala pengunjung untuk
infeksi mencuci tangan saat
2. Mendeskripsikan proses penularan berkunjung dan
penyakit, faktor yang setelah berkunjung
mempengaruhi penularan serta meninggalkan
penatalaksanaannya pasien
3. Menunjukkan kemampuan untuk 5. Gunakan sabun
mencegah timbulnya infeksi antimikrobia untuk
4. Jumlah leukosit dalam batas cuci tangan
normal 6. Cuci tangan setiap
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
7. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat

9. Ganti letak IV
perifer dan line
central dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum

10. Tingkatkan
intake nutrisi

11. Berikan
antibiotik bila perlu

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencanaasuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasienmencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakanperbandingan
yang sistemastis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dantujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, L dan Suddarth, D. 2013.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.Edisi 8.Jakarta :


EGC. Cunningham. 2016. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Dischange Planning. 2018 – 2020. Jakarta:
Egc Hollingworth. 2016. Diagnosis Banding dalam Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC

National Cancer Institute. (2015). Kemoterapi dan Anda

Prawirohardjo, Sarwono Schmitzb & Martin, 2015.Anatomi dan Fisiologi Manusia. Ed.Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu. . (2015). (keperawatan medical bedah).Nuha Medika
Jogjakarta.Reber, S.A., Reber, S.E. (2015). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Rubenstain, David, dkk. 2015. Lecture notes: Kedokteran klinis. Jakarta : Erlangga.

Wijayaningsih, KS. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. CV. Trans info media. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai