Anda di halaman 1dari 33

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker lambung menempati peringkat kedua dari jenis kanker
yang palingumum terjadi di dunia. Di banyak negara berkembang, angka
kejadian kanker lambung telah menuruh secara drastis selama setengah
abad yang lalu. Di amerika serikat, keganasan kanker lambung
menjadikan penyakit itu menduduki peringkat ke-14 yang paling sering
terjadi di negri itu.
Menurunya kasus kanker lambung sebagian di hubungkan dengan
semakin banyaknya masyarakat yang mengunakan kulkas, yang
mempunyai beberpa efek menguntungkan, seperti meningkatkan
konsumsi buah dan sayuran segar, menurunkan asupan garam dan
menurunkan kontaminasi makanan oleh senyawa-senyawa karsinogenik
yang muncul dari busuknya produk produk daging yang tidak di masukan
ke dalam kulkas. Garam dan makanan bergaram mungkin merusak
mukosa lambung (menyebabkan peradangan) dan berkaitan dengan
peningkatan sintesis DNA serta perkembangbiakan sel. Faktor faktor lain
yang kemungkinan memberi andil dalam menurunkan angka kanker
lambung adalah angka infeksi Helicobacter pylori kronis yang lebih
rendah, yang disebabkan oleh semakin baiknya sanitasi dan penggunaan
antibiotik serta meningkatan screening test di banyak negara.
Kedati demikian, kanker lambung masih menjadi penyebab
kematian akibat kanker nomor dua di dunia. Selain itu, kanker lambung
tetap menjadi penyakit yang sangat sulit di obati di negara negara barat,
terutama karena kebanyakan pasien telah mengalami penyakit yang
sudah sangat parah. Bahkan pasien yang berada dalam kondisi sangat
baik dan menjalani operasi kuratif pun sering kali meninggal karena
kambuhnya kanker ini. Kebanyakan kasus kanker lambung (sekitar 85 %)
merupakan adenokarsinoma yang terjadi di sepanjang jalur lambung
(mukosa). Kira-kira 40% kasus kanker lambung berkembang di bagian
bawah lambung (pylorus), 40% bekembang di bagian tengah (tubuh) dan
15% berkembang di bagian atas (kardia). Semetara itu, sekitar 10%
kasus kanker lambung berkembang di lebih dari satu bagian organ tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kanker lambung merupakan bentuk neopasma maligna
gastrointestial. Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma
lambung yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari
semua kematian akibat kanker (cancer facts and figures, 1991).
Neoplasma ialang kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi
dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (patologi, dr.
Achmad tjarta, 2002)
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung,
sebagian besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung
lainya adalah leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker
lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker
tertentu terjadi pada orang dibawah usia 50 tahun (osteen, 2003). Kanker
lambung pada pria merupakan keganasan terbanyak ketiga setelah
kanker paru dan kanker kolorektal, sedangkan pada wanita merupakan
peringkat ke 4 setelah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker
kolorektal (christian, 1999).

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Lambung
Lambung merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya
antara esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen di bawah
diafragma. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang
karena adanya gerakan peristaltik, tekanan organ lain, tekanan organ
lain dan postur tubuh. Struktur lambung.
a. Fundus ventrikuli
Bagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum
kardiakum dan biasanya berisi gas. Pada batas dengan esophagus
terdapat katup sfingter kardiak.
b. Korpus ventrikuli
Bagian ini merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung
dan mempunyai otot yang tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum
pylorus merupakan muara bagian distal dan berlanjut ke duodenum.
c. Antrum pylorus
Merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan
mempunyai otot yang tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum
pylorus merupakan muara distal yang berlanjut ke duodenum.
d. Kurvantura minor
Terletak di sebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum
kardiak sampai ke pylorus. Kurvantura minor dihubungkan ke hepar
oleh omentum minor. Suatu lipatan ganda dari peritoneum.
e. Oesteum kariakum
Merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pylorus yang tidak
mempunyai sfincter khusus, hanya berbentuk cincin yang membuka
dan menutup osteum dengan kontraksi dan relaksasi. Osteum dapat
tertutup oleh lipatan membran mukosa dan serta otot pada dasar
esophagus.

2. Fungsi lambung
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus,
menghancurkan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan
getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara:

a. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan


mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi
secara gerakan peristaltik setiap 20 detik.

b. Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam


lambung dan enzim-enzim tergantung jenis makanan enzim yang
dihasilkan antara lain pepsin asam garam, renin dan lapisan
lambung.
1. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton) agar dapat diabsorbsi di intestinum minor.
2. Asam garam (HCl) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan
desinfektan yang masuk ke dalam makanan. Disamping itu
mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana asam.
3. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membentuk kasein dan
kaseinogen dari protein.
4. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk
merangsang sekresi getah lambung.

3. Sekresi getah lambung


Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan
apabila melihat, mencium, dan merasakan makanan maka sekresi
lambung akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga
menimbulkan rangsang kimiawi yang menyebabkan dinding lambung
melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Sekresi
getah lambung mengalami 3 fase yaitu:
a. Fase serebral
Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat dari otak
ke nervus vagus sampai ke lambung yang merupakan kelenjar yang
terstimulasi untuk mensekresi hormon gastrin yang disekresi oleh
membran mukosa kanalis pylorus yang menghasilkan getah
lambung.
b. Fase gastric
Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.
c. Fase intestinal
Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi
getah lambung membentuk lebih banyak gastrin.
Sfingter pylorus mengendalikan pengosongan lambung walaupun
pylorus tetap terbuka. Kontraksi antrum akan diikuti oleh kontraksi
pylorus dan duodenum. Apabila suatu gelombang peristaltik kuat
sampai di antrum maka tekanan isi antrum naik dan diikuti oleh
kontraksi pylorus sehingga mendorong kembali sebagian besar isi
antrum yang masih bersifat padat ke korpus lambung, hanya
sejumlah kecil yang masuk ke duodenum pada setiap kali kontraksi.
C. PATHOFISIOLOGI dan PATWAY
Seperti pada umumnya tumor ganas ditempat lain penyebab
tumor gaster juga belum diketahui secara pasti. Faktor yag
mempermudah timbulnya tumor ganas gaster adalah perubahan mukosa
yang abnormal antara lain seperti gastritis atropik, polip di gaster, dan
anemia pernisiosa. Di samping itu juga pengaruh keadaan lingkungan
mungkin memegang peran penting terutama pada penyakit gaster seperti
dinegara Jepang, Chili, Irlandia, Australia, Rusia dan Skandinavia.
Ternyata pada orang jepang yang telah lama meninggalkan jepang,
frekuensi tumor ganas gaster lebih rendah.
Dapat disimpulkan bahwa kebiasaaan hidup mempunyai peran
penting, makanan panas dapat merupakan faktor timbulnya tumor ganas
seperti juga makanan yang di asap, ikan asin yang mungkin
mempermudah timbuknya tumor ganas gaster. Selain itu faktor lain yang
mempengaruhi adalah faktor herediter, dan faktor infeksi H. Pylori.
Karsinoma gaster berasal dari pertumbuhan epitel pada membran
mukosa gaster. Kabanyakan karsinoma gaster berkembang pada bagian
bawah gaster. Sedangkan pada atrofi gaster disapatkan bagian atas
gaster dan secara multisenter.
Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk.
1. Seperempatnya berasal dari propria yang berbentuk fungating yang
tumbuh ke lumen sebagai massa.
2. Seperempatnya berbentuktumor yang berulserasi.
3. Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot.
4. Penyebarannya melalui dinding yang disemari penyebaran pada
permukaan.
5. Bentuk linisplastika.
6. Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas.
Prognosis yang baik berhubungan dengan bentuk polipoid dan
kemudian berbentuk ulserasi dan yang paling jelek ada bentuk scirrhous.
Penyebaran karsinoma gaster sering kehati, arteri hepatika dan celiac,
pankreas dan hilus selitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru, otak
dan bagian lain saluran cerna.
D. ETIOLOGI
Ketika ada banyak faktor resiko terjadinya kanker lambung,
namun tidak bisa diketahui dengan pasti bagaimana semua faktor
tersebut bisa menyebabkan sel-sel yang ada pada baris lambung menjadi
mangandung kanker, maka inilah yang kemudian mendapatkan perhatian
para ilmuwan untuk bisa diteliti.
Berdasarkan pengamatan para ilmuwan, ada beberapa perubahan
yang bisa terjadi pada baris lambung yang dianggap sebagai prakanker.
Salah satu kondisi ini adalah gastritis atropik, sebuah kondisi di mana
kelenjar-kelenjar normal lambung telah menurun atau bahkan tiada. Ada
sebuah variable tingkat peradangan (sel-sel lambung yang dirusak oleh
sel-sel dari sistem kekebalan penderita), dan ini sering kali mengarah
pada infeksi Helicobacter pylori. Namun, tidaklah diketahui dengan pasti
mengapa kondisi ini bisa berubah menjadi kanker.
Perubahan lainnya pada baris lambung yang mungkin juga
dianggap prakanker adalah metap;asia usus kecil. Ini adalah sebuah
kondisi dimana baris lambung normal digantikan dengan sel-sel yang
secara tertutup menyerupai sel-sel yang biasanya melapisi usus kecil.
Orang yang mengalami kondisi ini biasanya juga mengalami gastritis
atropik kronis. Bagaimana dan mengapa perubahan ini terjadi serta
berubah menjadi kanker, tidak bisa dipahami dengan baik.
Penelitian mutakhir telah membagi beberapa tanda bagaimana
kanker lambung terbentuk. Misalnya, bakteri Helicobacter pylori, yang
secara khusus mempunyai subtipe tertentu, bisa mengubah sebagian dari
kimiawi dalam makanan berisiko tinggi menjadi kimiawi yang
menyebabkan kanker, yang menghasilkan mutasi-mutasi (perubahan-
perubahan) pada sebuah sel DNA dalam baris lambung. Inilah penjelasan
mengapa makanan tertentu bisa meningkatakan risiko terhadap
seseorang terkena kanker lambung. Di sisi lain, sebagian makanan yang
merendahkan risiko kanker lambung mengandung vitamin-vitamin dan
kimiawi lain yang bisa membuat pasif substansi perusal sel DNA.
Selama beberapa tahun yang lalu, para ilmuwan telah membuat
kemajuan besar dalam memahami bagaimana perubahan tertentu dalam
DNA bisa menyebabkan sel lambung normal tumbuh menjadi tidak
normal dan membentuk kanker. DNA adalah kimiawi yang membawa
instruksi-instruksi yang sel-sel kita lakukan pada segala sesuatu yang
berdekatan dengannya. Kita biasanya menyerupai orang tua kita karena
mereka merupakan sumber DNA kita. Namun, DNA mempengaruhi kebih
dari sekedar penampakan kuar kita. Sebagian gen (bagian-bagian dari
DNA kita) mengandung instruksi-instruksi pengontrol ketika sel-sel
tumbuh dan membelah diri. Gen-gen tertentu yang memajukan
pembelahan sel disebut onkogen. Sebagian yang lainnya memperlambat
pembelahan sel atau menyebabkan sel menjadi mati pada waktu yang
sesuai, yang disebut gen penekan tumor. Dari sana, kemudian dikenal
bahwa kanker bisa disebabkan oleh mutasi DNA yang menghidupkan
onkogen atau mematikan gen-gen penekan tumor.
Poliposis adenomatosa keluarga (FAP) dan kanker kolon bukan
poliposis warisan (HNPCC) adalah dua kondisi yang disebabkan oleh
mutasi gen warisan. Keduanya sama-sama meningkatkan resiko
seseorang terkena kanker kolorektal, namun pada tingkatan yang lebih
kecil juga bisa memberi andil bagi tercipyanya kanker lambung.
Perubahan pada gen penekan tumor yang bernama APC adalah faktor
pencetus terjadinya poliposis adenomatosa keluarga (FAP). Orang
dengan kondisi-kondisi seperti ini mempunyai perubahan dalam gen yang
mengakibatkan sebuah protein penekan tumor menjadi tidak utuh dan
tidak efektif. Ini menyebabkan pertumbuhan banyak polip jinak (bukan
kanker) pada kolon dan bagian lain dari sistem pencernaan.
Bersamaan dengan waktu, kanker akan selalu berkembang di
satu atau lebih polip kolon dan mungkin juga berkembang di lambung.
Sebuah mekanisme perbaikan DNA yang tidak sempurna menyebabkan
terjadinya kanker kolon nonpoliposis warisan (HNPCC). Sel-sel harus
membuat sebuah salinan baru dari DNA mereka setiap kali mereka
membelah. Dan, kesalahan bisa terjadi pada penyalinan kode DNA.
Untungnya, sel-sel mempunyai enzim-enzim yang bisa memperbaiki DNA
yang bertindak seperti pembaca ahli atau pemeriksa lafal dalam
program pemrosesan kata. Akan tatapi, mutasi-mutasi dalam gen enzim
yang mampu memperbaiki DNA tertentu membuat kesalahan-kesalahan
DNA menuntut tanpa adanya pembetulan. Jika kesalahan-kesalahan
tersebut mempengaruhi gen-gen yang mengatur pertumbuhan, maka
kanker akan berkembang di kolon,lambung, uterus, atau organ-organ
yang lain.
Mutasi-mutasi DNA yang berkaitan dengan kanker lambung
biasanya lebih banyak diperoleh (berkembang selama kehidupan
manusia) dibandingkan warisan sebelum kelahiran. Mutasi-mutasi yang di
peroleh (bukan warisan) yang menyebabkan kanker lambung mungkin
bersumber dari kimia-kimia yang menyebabkan kanker dalam beberapa
bahan makanan. Perubahan dalam onkogen tertentu atau gen penekan
tumor membuat sebagian kanker lambung kemungkinan besar tumbuh
dan menyebar lebih cepat dibandingkan dengan yang lainnya. Penelitian
mutakhir di bidang ini ditunjukan pada perkembangan tes yang bisa
mendeteksi kanker lambung pada stadium awal dengan mengenali
perubahan-perubahan DNA tertentu. Sementara itu, para peneliti lain
bekerja pada strategi terapi gen untuk memperbaiki atau mengantikan
gen-gen yang bermutasi tersebut agar bisa menghentikan perkembangan
tidak normal dan penyebaran sel-sel kanker.

Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan
merupakan faktor penting dalam kejadian karsinoma Gaster. Makanan
tersebut seperti ;
1. Gastritis kronis.
2. Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
3. Herediter.
4. Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar
atau diasapkan.
5. Sering makan makanan yang terlalu pedas.
6. Kurang makanan yang mengandung serat.
7. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-
karsinogenik.
E. TANDA dan GEJALA
Di Negara-negara seperti jepang, di mana kanker lambung lima
kali lebih umum terjadi di bandingkan di Amerika Serikat, mass screening
terhadap populasi telah membantu menemukan banyak kasus sejak
stadium dini yang mampu diobati dan ditangani dengan baik, dan telah
mengurangi angka orang yang meninggal dari penyakit ini. Namun, kajian
yang dilakukan di Amerika Serikat tidak menemukan manfaat dari mass
screening bagi kanker lambung, karena penyakit ini tidak begitu umum di
sana. Di sisi lain, orang dengan faktor resiko kanker lambung tertentu bisa
mengambil manfaat dari mass screening tersebut. Jika anda mempunyai
pertanyaan tentang resiko kanker lambung atau manfaat screening,
tanyakan kepada dokter.
Apabila mass screening bagi kanker lambung tidak dilakukan,
maka penderita akan terdiagnosis ketika tanda-tanda dan gejala-gejala
tertentu mengindikasikan kebutuhan untuk mendapatkan pemeriksaan
medis lebih lanjut. Dan, sayangnya, pasien yang mengalami kanker
lambung jarang yang mengalami gejala-gejala pada stadium awal
penyakitnya. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa kanker
lambung menjadi sangat sulit dideteksi sejak dini.
Adapun tanda-tanda dan gejala-gejala kanker lambung,
diantaranya sebagai berikut:
1. Rasa penuh pada perut bagian atas dan sedikit dibawah tulang dada
setelah makan makanan kecil. Dokter menyebut ini sebagai kenyang dini,
dan ini juga menjadi gejala paling awal kanker lambung. Jika hal ini terjadi
bersamaan dengan berjalannya waktu, maka penderitanya akan mulai
kehilangan berat badan.
2. Tidak sanggup mencerna, keasaman tinggi, dan sering bersendawa. Ini
adalah gejala paling awal kanker lambung, tetapi juga menjadi gejala-
gejala masalah perut yang lain. Kebanyaan orang yang mengalaminya
tidak bisa mencerna dalam jangka waktu yang lama. Sekitar 1 dari setiap
50 orang yang pergi ke dokter untuk pertama kalinya karena susah
mencerna dan bersendawa akan terkena kanker lambung.
3. Pendarahan atau kelelahan dan susah bernafas. Bahkan, kanker
lambung awal bisa mengeluarkan darah ke lambung. Kehilangan darah
selama lebih dari saru periode waktu bisa membuat penderitanya
mengalami anemia. Ini berarti jumlah sel darah merahnya terlalu rendah.
Anemia membuat penderita merasa lelah dan terlihat pucat. Jika sangat
kekurangan darah, maka penderita juga mungkin merasa susah bernafas.
Namun, muntah darah bukanlah gejala awal yang umum, tetapi bisa saja
terjadi. Jika itu terjadi, darah mungkin tidak terlihat dengan jelas. Darah
yang naik mungkin menjadi merah terang, yang berarti itu adalah
perdarahan darah segar. Atau, darah itu mungkin terlihat coklat gelap,
seperti dasar kopi, jika perdarahan tersebut terjadi di lambung ntuk
sesaat.
4. Terjadi bekuan darah. Penderita kanker lambung kemungkinan besar
mendapatkan bekuan darah. Jika penderita merasa nyeri atau bengkak
pada bagian kaki, atau tiba-tiba dada nyeri dan susah bernafas, ia bisa
saja mengalami bekuan darah pada kaki atau paru-paru. Karena itu, ia
harus bergegas menghubungi dokter, dan dokter pun akan segera
memberikan obat anti bekuan darah.
5. Merasa sakit atau nyeri dan sulit menelan. Lebih dari separuh orang yang
terdiagnosis terkena kanker lambung akan mengalami nyeri atau sulit
menelan. Area pasti dari rasa nyeri tersebut bisa bervariasi. Namun, biasa
nya terjadi di bagian atas perut. Atau nyeri itu juga bisa terjadi di bawah
tulang dada (sternum) atau sedikit lebih ke bawah. Penderitaannya bisa
merasa sakit atau benar-benar sakit.
6. Bengkak terhadap perut yang mengarah pada akumulasi cairan dan sel-
sel kanker. Dokter menyebut hal ini sebagai ascites (akumulasi cairan
serosa dalam rongga peritoneal) yang berbahaya. Gejala ini merupakan
tanda bahwa kankernya sudah berada pada tahap parah, dan dokter
akan merasakan adanya benjolan di perut.
7. Kehilangan nafsu makan serta berat badan yang tidak diharapkan. Ini
sering kali menjadi gejala paling akhir dan bisa menjadi tanda bahwa
kankenya sudah begitu parah, meski sebagian orang yang terkena kanker
lambung pada awalnya juga akan kehilangan nafsu makan.
Sebagian dari gejala-gejala tersebut bisa terjadi dengan kondisi
bukan kanker, seperti virus lambung atau jenis kanker yang lain. Namun,
orang yang mengalami gejala-gejala ini untuk jangka waktu yang lama
harus memeriksakan diri ke dokter, khususnya jika mereka sudah berusia
di atas 50 tahun atau mempunyai faktor risiko kanker lambung. Dan, perlu
diketahui, sejak gejala-gejala kanker lambung sering tidak Nampak
sampai penyakit itu sudah parah, hanya sekitar 10-20% kanker lambung
yang ditemukan pada stadium awal, sebelum mereka menyebar ke area
tubuh yang lain.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTK
1. Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan
menurun dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan
suatu massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati yang
iregular, dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras
ganda dengan berbagai posisi seperti telentang. Tengkurap, oblik
yang disertai dengan komprsi.
3. Gastroskopi dan Biopsi
Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk
melihat adanya tumor gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1969)
dengan biopsi ditemukan 94 % pasien dengan tumor ganas gaster
sedangkan dengan sitologi lavse hanya didapatkan 50 %.
4. Pemeriksaan darah pada tinja
Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult
blood), untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
5. Sitologi
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan
tumor ganas lambung dengan hasil 80 90 %. Tentu pemeriksaan ini
perlu dilengkapi dengan pemeriksaan gastroskopi dan biopsi.

G. KOMPLIKASI
1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.
2. Hematemesis
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas
lambung sehingga dapat menimbulkan anemia.
3. Obstruksi
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang
disertai keluhan mintah-muntah.
4. Adhesi
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan
infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri
perut

H. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
Jika kanker terdiagnosis sebelum menyebar, penderitanya hampir
pasti akan menjalani pembedahan. Sekali lagi,jumlah pembedahan
yang akan dijalani tergantung pada stadium kanker penderita. Pasien
kemungkinan aka menjalani CT-Scan dan laparoskopi untk membantu
dokter jika pembedahan mejadi pilihan. Tetapi, dokter mungkin tidak
mampu mengatakan secara pasti stadium apa yag diderita hingga
setelah pembedahan dilakukan. Usai pembedahan, spesimen dari
operasi tersebut dikirimkan ke laboratorium, dimana seorang patolog
mengmaati spesimen tersebut dengan mikroskop. Pengamatan ini
memberikan sebuah ukuran stadium kanker yang paling akurat.
Tergantung pada kanker yang diderita pasien mungkin akan
menjalani pembedahan untuk mengangkat kanker atau hanya untuk
meredakan gejala-gejalanya saja.
b. Kemoterapi
Kemoterapi bekerja dengan menganggu pertumbuhan sel-sel
kanker. Untuk menghancurkan sel-sel kanker, digunakan obat anti
kanker ( sitotoksik ). Obat tersebut bersirkulasi dalam darah dan bisa
menjangkau sel-sel kanker dimanapun mereka berada dalam tubuh.
Untuk kanker lambung pasien akan mejalani kemoterapi sebelum
atau setelah pembedahan atau bisa juga dilakukan sebelum dan
sekaligus sesudah pembedahan. Kemoterapi ini bertujuan untuk
mengurangi atau mengontrol gejala-gejala pada kanker yang sudah
parah serta menurunkan laju kanker yang sudah parah.
c. Radioterapi
Radioterapi merupakan sebuah terapi yang menggunakan
gelombang energi tinggi untuk mengobati kanker. Radioterapi tidak
biasa digunakan untuk kanker lambung dini, meski ujicoba
menunjukkan bahwa radioterapi yang berkombinasi dengan
kemoterapi dapat membantu menghentikan kanker datang kembali
setelah operasi. Tetapi, biasanya pasien menjalani radio terapi untuk
menyusutkan kanker yang sudah parah. Tetapi ini mungkin
meredakan tekanan yang telah menyebabkan rasa nyeri. Radioterapi
juga sangat berguna dalam menghentikan perdarahan dari kanker
yang sudah parah.
d. Uji coba klinis
Berbagai kajian menjanjikan perawatan baru atau eksperimental
kepada pasien yang dikenal sebagai uji coba klinis. Uji coba klinis
hanya di lakukan ketika ada beberapa alasan yang bisa diyakini
bahwa perawatan yang telah di kajitersebut mungkin bermanfaat bagi
pasien. Perawatan yang digunakan dalam uji coba klinis sering kali
ternyata mempunyai manfaat yang nyata.
e. Pilihan perawatan berdasarkan stadium kanker
Berdasarkan penjelasan diatas, jenis perawatan yang diambil
tentu harus disesuaikan dengan stadium kankernya. Berikut ini
penjelasan lebih terperinci mengenai hal itu.
a. Stadium O
Karena pada stadium O kanker masih terbatas pada lapisan
lambung dan tidak menyerang jaringan yang mendasari
lambung, maka kankernya bisa ditangani dengan pembedahan
saja. Tidak ada kemoterapi ataupun terapi radiasi. Kanker pada
stadium ini biasanya ditangani dengan gastrektomi, yakni
pembedahan dengan menghilangkan bagian atau semua
lambung, dan limfadenektomi, yakni penghilangan kelenjar getah
bening di dekatnya.
b. Stadium I
Kebanyakan pasien pada kanker lambung stadium I ini
kankernya dihilangkan dengan cara bedah, yakni melalui
gastrektomi total atau parsial, serta penghilangan omentum
(jaringan lemak di perut) dan kelenjar getah bening di dekatnya.
Tidak ada terapi tambahan yang bisa diberikan.
c. Stadium II
Penghilangan semua atau sebagian organ lambung dan
diperluas dengan limfadenektomi merupakan perawatan pilihan.
Uji coba klinis dengan memberikan kemoterapi adjuvant dan/atau
terapi radiasi mungkin di coba jika kankernya ternyata telah
menyerang bagian luar dinding lambung atau menyebar ke lebih
dari tiga kelenjar getah bening. Terapi adjuvant mungkin juga
direkomendasikan jika oeperasi tidak menghilangkan semua
kanker di lambung.
d. Stadium III
Pasien yang berada pada stadium ini harus menjalani
pembedahan, kecuali kalau ia mempunyai kondisi medis lain
yang membuatnya terlalu beresiko untuk melakukan
pembedahan. Lebih dari 15% pasien sukses ditangani dengan
pembedahan. Pasien dengan kanker lambung stadium III ini
harus dipertimbangkan untuk menjalani uji coba klinis dengan
memberikan kemoterapi adjuvant dan/atau terapi radiasi,
tergantung pada seberapa jauh pastinya kankernya telah
menyebar dan berapa jumlah kelenjar getah bening yang telah
diserang. Terapi adjuvant mungkin juga direkomendasikan jika
operasi tidak menghilangkan semua kanker dari lambung.
e. Stadium IV
Karena kanker lambung stadium IV telah menyebar ke organ-
organ yang jauh, kesembuhan tentu tidak munbgkin terjadi.
Terkadang, pembedahan hanya untuk mencegah halangan pada
lambung dan/atau usus, atau untuk mengontrol perdarahan yang
diperlukan. Dalam sebagian kasus, sinar laser yang diarahkan
secara langsung melalui endoskop bisa menguapkan
kebanyakan tumor dan mengurangi halangan tanpa harus
melewati pembedahan.
Kemoterapi dan/atau terapi radiasi tidak diharapkan bisa
menyembuhkan kanker, tetapi sering kali bisa mengurangi
beberapa gejala. Perawatan baru dalam uji coba klinis mungkin
bermanfaat bagi sebagian pasien. Meski perawatan tambahan
untuk menghancurkan atau menyusutkan kanker tidak lagi
menjadi pilihan, namun perawatn yang tersedia mampu
meredakan nyeri dan berbagai gelaja lainnya. Pasien
seharusnya tidak ragu untuk mengatkan kepada tim penanganan
kanker tentang berbagai gejala yang telah di alami.
Sementara itu, angka kebertahan hidup 5 tahun akibat kanker
lambung yakni lebih dari 90% pada stadium 0 dan I, sekitar 50%
pada stadium II, 15% atau kurang dari pada stadium III, dan
sekitar 3% pada stadium IV. Kebanyakan pasien yang
terdiagnosis kanker lambung telah menginjak stadium III dan IV.
Karena itulah, penting untuk diingat bahwa angka kebertahanan
hidup ini hanyalah rata-rata dan ramalan pada individu pasien
tidak bisa di prediksi dengan akurasi yang besar. Meski stadium
kanker sangat berguna dalam memperkirakan harapan hidup
pasien, itu bukan satu-satu nya faktor yang mempengaruhi
angka kebertahanan hidup. Sebagian pasien bertahan hidup
lebih lama dibandingkan dengan prediksi dokter dengan hanya
mempertimbangkan stadiumnya saja.

f. Terapi nutrisi
Sangatlah penting bagi pasien untuk makan dengan baik selama
dan setelah perawatan kanker. pasien membutuhkan jumlah kalori
yang benar, juga protein, vitamin, dan mineral. Makan dengan baik
akan membantu pasien merasa lebih baik dan mempunyai lebih
banyak energi.
Tak dapat di pungkiri, makan dengan baik memang bisa menjadi
susah. Terkadang, khusunya selama atau setalah perawatan, pasien
mungkin tidak merasa bernafsu untuk makan. Pasien mungkin tidak
nyaman atau merasa lelah. Pasien mungkin menemukan bahwa
makan tidaklah enak seperti biasa. Pasien juga mungkin mengalami
efeksamping perawatan, nafsu makan berkurang, mual, muntah, atau
diare. Pasien tidak perlu khawatir, sebab ahli gizi bisa menunjukan
cara-cara untuk menghadapi masalah tersebut. Sebagia penderita
kanker lambung dibantu dengan menerima nutrisi menggunakan
tabung makanan atau suntikan pada pembuluh darah. Sebagian yang
lain dibantu dengan produk-produk makanan nutrisional.
Disamping itu, kehilangan berat badan setelah melakukan
pembedahan kanker lambung sudah biasa terjadi. Pasien mungkin
membutuhkan perubahan jenis makanan yang pasien konsumsi. Ahli
gizi bisa membantu pasien merencanakan makanan yang akan
memberi pasien nutrisi yang dibutuhkan.

I. MORBIDITAS dan MORTALITAS


1. Fakta fakta kanker lambung secara klinis
a. Di ameika serika, sekitar25% penderita kanker lambung
mengalami kanker lokal, 31% mengalami kanker regional, dan
32% mengalami kanker yang sudah bermetastasis ke tempat
yang jauh, sedangkan sisanya terdaftar sebagai kanker yang
belum bisa di lihat sebagai stadium atau belum ada stadiumnya.
Selain itu, kanker ini tidak mempunyai gejala-gejala. Namun,
sebagian penderita dengan keluhan insidetal terdiagnosis kanker
lambung awal.
b. Kebanyakan gejala kanker lambung merefleksikan penyakit
yang parah. Keluahan penderita biasanya adalah tidak bisa
mencerna, merasa mual atau muak, susah menelan atau
disfagia, menjadi sangat kenyang meski makan sedikit,
kehilangan nafsu makan, melena atau fese berdarah, dan
penurunan berat badan.
c. Komplikasi terakhir meliputi peritoneal patologis dan efusi
pleural, gangguan pada outlet lambung, percabangan
gastroesofageal, atau buang air besar yang kecil, perdarahan
pada lambung karna terjadi varises di esofagus atau
anastomosis (pengikatan/pembukaan dua organ atau ruang yang
normalnya tidak berhubungan) setelah pembedahan; penyakit
kuning intrahepatis yang disebabkan oleh terjadinya
hepatomegaly (pembesaran tidak normal pada lever) ; penyakit
kuning ekstrahepatis, inanition (kekurangan nutrisi) yang
bersumber dari menderita kelapara atau cachexia ( penyakit
yang membuat seseorang menjadi kurus karena adanya kanker
atau infeksi kronis) akibat adanya sumber tumor.
2. Fakta fakta kanker lambung secara fisik
a. Semua tanda fisik muncul pada saat akhir. Ketika tanda-tanda itu
muncul, penyakit hampir pasti sudah berada pada tahapan
prosedur pengobatan tingkat lanjut atau sudah berada pada
stadium lanjut.
b. Tanda-tandanya mencakup lambung yang jelas membesar
dengan percikan cairan pada saat pasien diguncang;
hepatomegaly; metastasis periumbilikal; serta munculnya node
atau benjolan pada limfa yang membesar, seperti node virchow
(yakni supraklavikular kiri) dan node irish (axillary anterior).
Cangkang blumer, yakni tumor seperti cangkang pada dinding
rektal (dubur) anterior, mungkin juga ada. Sebagian penderita
mengalami penguranan berat badan, sedangkan penderita lainya
mungkin mengalami berak darah atau kepucatan karena anemia.
c. Sindrom paraneoplastik, seperti dermatomyosis, acanthosis
nigrican dan circinate erythema, merupakan karakteristik
prognostik yang lemah.
d. Ketidaknormalan yang lain juga mencakup tromboplebitis
periferal dan anemia hemolitik mikroangiopatik.

J. FAKTOR RESIKO KANKER LAMBUNG


Faktor resiko adalah sesuatu yang meningkatkan peluang
seseorang untuk mendapatkan penyakit seperti kanker. Jenis kanker
yang berbeda mempunyai faktor resiko yang berbeda pula. Misalnya,
merokok adalah faktor resiko bagi kanker paru, mulut, dan lainya.
Paparan sinar matahari langsung tanpa ada pelindung atau proteksi
darinya bisa menjadi faktor resiko terjadinya kanker kulit. Lalu apa saja
faktor resiko kanker lambung ? kanker lambung sering kali disebabkan
oleh banyak faktor, yang keturunan dari lingkungan. Faktor lingkungan
yang berimplikasikan dalam perkembangan kanker lambung, termasuk
diantaranya infeksi virus helicobacter pylori, diet (makanan), pembedahan
lambung sebelumnya, anemia yang merusak, polip adenomatosa,
gastritis atropik kronis, serta paparan radiasi. Berikut adalah
penjelasannya secara lebih terperinci:

1. Infeksi helicobacter pylori


Infeksi jangka panjang terhadap lambung oleh bakteri ini
mungkin bisa menyebabkan terjadinya gasritis atropik kronis
(peradangan dan kerusakan pada lapisan dalam lambung) yang
mungkin mengubah barisan prakanker lambung. Dan penderita
dengan sejarah gastritis yang panjang mempunyai peningkatan
resiko terkena kanker lambung enam kali lipat. Menariknya, asosiasi
ini semakin kuat pada tumor yang terletak dibagian antrum, tubuh
dan fundus lambung, tetapi tidak tampak bertahan bagi tumor yang
bersumber dalam kardia.
Penderita adenokarsinoma lambung mempunyai angka infeksi yang
lebih tinggi dibandingkan orang tanpa kanker ini. Infeksi helicobacter
pylori juga dikaitkan dengan beberapa jenis limfoma lambung.
Namun,mayoritas orang yang membawa bakteri ini pada lambung
mereka tidak akan pernah mengembangkan kanker.
Helicobacter pylori mungkin menginfeksi 50% populasi dunia, tetapi
hanya lebih dari 5% individu yang terinfeksi saja, yang terkena
kanker. Hal itu terjadi barangkali karena serangan tertentu dari
helicobacter pylori sangatlah berkaitan dengan kegawatan, yang
mungkin karena ia mampu menghasilkan sejumlah besar
peradangan.
2. Makanan
Peningkatan resiko kanker lambung umurnya dikaitkan dengan
makanan-makanan yang mengandung sejumlah besar makanan
yang diasapkan, ikan, dan daging beragam; makanan tertentu yang
tinggi zat tepung dan rendah serat; serta sayuran yang dibuat acar.
Di sisi lain, makanan yang seluruhnya merupakan produk biji-bijian,
buah-buahan, dan sayuran segar yang mengandung vitamin A dan C
tampaknya bisa merendahka resiko kanker lambung. Nitrat dan nitrit
merupakan dua substansi yang umumnya ditemukan pada makanan
obat, sebagai air minum, dan sayuran-sayuran tertentu. Kedua
substansi tersebut bisa diubah oleh bakteri tertentu, seperti
helicobacter pylori, menjadi senyawa-senyawa yang ternyata
menyebabkan kanker lambung pada binatang.
3. Minuman beralkohol
Kebiasaan minum-minuman beralkohol dapat meningkatkan
resiko kanker lambung, khususnya kanker yang terjadi pada lambung
proksimal, yakni bagian paling atas lambung yang paling dekat
dengan esofagus.
4. Merokok
Rokok dikaitkan dengan meningkatnya insiden kanker lambung
dalam suatu cara yang tergantung dosis, baik dalam hal jumlah rokok
yang diisap maupun durasi merokok itu sendiri. Selain itu, rokok juga
meningkatkan resiko terjadinya bentuk-bentuk kanker lambung, baik
yang ada hubungannya dengan jantung maupun tidak. Karena itu,
berhenti merokok bisa mengurangi resiko tersebut. Sementara itu,
sebuah metaanalisis dari 40 kajian menjelaskan bahwa resiko
tersebut meningkat kira-kira 1,5-1,6 kali dan lebih tinggi terjadi pada
pria.
5. Pernah melakukan bedah lambung sebelumnya
Kanker lambung kemunngkinan besar berkembang pada
mereka yang telah menjalani penghilangan pada bagian lambung
untuk menangani penyakit kanker, seperti bisul perut. Ini mungkin
menjadi sebab adanya bakteri yang menghasilkan lebih banyak nitrit.
Selain itu, produksi asam turun setelah bedah bisul, dan mungkin ada
refluks empedu dari usus kecil ke lambung. Resiko terus meningkat
untuk sepanjang 15 hingga 20 tahun setelah bedah. Dan penderita
yang menjalani operasi billroth II juga akan berisiko lebih besar
terkena kanker lambung.
6. Anemia
Sel-sel tertentu dalam garis lambung normalnya menghasilkan
sebuah substansi esensial bagi penyerapan vitamin B12 dari
makanan. Jika kecukupan substansi ini tidak ada, maka akan
mengakibatkan terjadinya defisiensi vitamin B12, yang menyebabkan
terjadinya masalah dalam memproduksi sel darah merah yang cukup
(dikenal dengan penyakit anemia). Di samping anemia, ada juga
resiko kanker lambung yang sedikit meningkat pada penderita
penyakit ini. Namun, karena resiko tersebut tampaknya sangat kecil,
screening terhadap penderita kanker lambung tidaklah
direkomendasikan.

7. Penyakit Menetrier
Penyakit ini juga disebut gastropati hipertropik dan merupakan
sebuah kondisi lipatan besar dalam lambung yang berkaitan dengan
perubahan-perubahan dalam garis lambung dan produksi asam yang
rendah. Karena penyakit ini sangat jarang terjadi, resiko kanker
lambung yang pasti belumlah di ketahui.
8. Jenis Kelamin
Kanker lambung akan terjadi dua kali lebih besar pada pria
dibandingkan pada wanita.
9. Usia
Ada sebuah peningkatan kanker lambung yang tajam setelah
seseorang berusia 50 tahun. Banyak orang yang didiagnosis kanker
lambung berada pada kisaran usia 60 hingga 70-an tahun.
10. Golongan Darah A
Golongan darah merujuk pada antigen-antigen (kimiawi yang
diakui oleh system kekebalan) tertentu yang normalnya hadir dalam
sel darah merah dan sebagian jenis sel yang lain. Golongan darah ini
penting dalam penyesuaian darah dalam tranfusi. Untuk alasan yang
tidak diketahui; orang yang mempunyai golongan darah A
mempunyai resiko terkena kanker lambung yang lebih tinggi.

11. Sindrom Kanker Keluarga


Kanker kolon bukan poliposis yang sifatnya herediter (warisan)
atau bisa disebut dengan sindrom Lynch atau HNPCC (hereditary
nonpolyposis colon cancer) dan poliposis adenomatosa keluarga
merupakan gangguan genetic warisan. Keduanya menyebabkan
terjadinya peningkatan resiko yang sangat besar terkena kanker
kolorektal, dan sedikit peningkatan risiko kanker lambung pada
anggota keluarga yang dipengaruhi oleh mutasi-mutasi gen warisan
ini.
12. Factor Genetis
Orang yang mempunyai hubungan darah yang dekat dengan
penderita kanker lambung kemungkinan besar akan terkena kanker
lambung. Ini terbukti dengan adanya penelitian yang menyatakan
bahwa 10% kasus kanker lambung terjadi karena faktor genetis.
Kendati demikian, pencakupan faktor genetis sebagai pemicu
kanker lambung tetaplah kurang bisa dipahami, meski mutasi spesifik
telah teridentifikasi dalam sebuah subset penderita kanker lambung.
Misalnya, mutasi pemotongan garis kuman (germline truncating
mutations) pada gen E-cadhering (CDH1) dideteksi dalam 50%
kanker lambung jenis panjang, dan keluarga yang mempunyai
mutasi-mutasi ini mempunyai pola dominan autosomal warisan
dengan penetrasi yang sangat tinggi.
13. Virus Epstein-Barr
Virus Epstein-Barr juga ada kaitannya dengan bentuk tidak
bisa (<1%) kanker lambung, yakni karsinoma seperti limfoepitelioma.
14. Obesitas atau Kegemukan
Obesitas juga meningkatkan resiko kanker kardia lambung.
15. Paparan Radiasi
Orang yang selamat dari ledakan bom atom akan mengalami
peningkatan angka kanker lambung. Populasi lainnnya yang terpapar
radiasi mungkin juga mengalami peningkatan angka kanker lambung.
16. Polip Lambung
Polip merupakan benjolan kecil atau pertumbuhan seperti
jamur yang yang lebih besar pada garis lambung. Kebanyakan jenis
polip (kemungkinan polip hiperplastik atau polip peradangan) tidaklah
meningkatkan risiko seseorang terkena kanker lambung., tetapi polip
adematosa terkadang bisa berkembang menjadi kanker lambung.

K. DETEKSI dan STADIUM KANKER LAMBUNG


a. Mendeteksi Kanker Lambung
Ada 3 prosedur yang umum digunakan ketika orang mempunyai
faktor resiko tertentu untuk terkena kanker lambung atau ketika tanda-
tanda dan gejala-gejala penyakit ini sudah ada. Adapun ketiga
prosedur tersebut adalah sebagai berikut.
1. Endoskopi Bagian Atas
Ketika pasien menjadi tenang, dokter meletakkan sebuah
tabung yang tipis, fleksibel, dan bercahaya, yang disebut endoskop
kedalam kerongkongan. Instrumen ini bisa membuat sang dokter
mampu melihat baris esofagus, lambung, dan bagian awal usus
kecil. Jika ketidaknormalan terlihat, biopsi (sampel jaringan) bisa
digunakan. Sampel jaringan yang kecil (kurang dari 1/8 inci) bisa
diambil dengan menggunakan instrumen yang dioperasikan melalui
endoskop. Sampel jaringan diperiksa menggunakan mikroskop
untuk melihat ada atau tidaknya kanker serta jenis kankernya. Tes
ini dengan mudah ditoleransi oleh hampir semua pasien.
2. Radiograf Gastrointestinal Bagian Atas dengan menggunakan
Barium
Penderita yang menjalani tes ini meminum larutan yang
mengandung barium, yang melapisi baris esofagus, lambung, dan
bagian pertama usus kecil. Radiolog kemudian mengambil gambar
sinar x ganda. Nah, pelapisan barium membantu dalam
menemukan ketidaknormalan baris organ ini. Untuk
mengidentifikasi kanker lambung awal, teknik kontras ganda
biasanya digunakan, dimana udara dipompa kedalam lambung
setelah larutan barium.
Ketika dilihat dengan menggunakan endoskop, kanker lambung
bisa tampak seperti bisul, sebuah polipoid atau massa yang
menonjol keluar, atau seperti area mukosa yang datar dan menebal,
yang dikenal sebagai linitis plastica. Kondisi terakhir ini (linitis
plastica) lebih sulit dikenali pada stadium paling awal, sebab hanya
dengan biopsi terhadap area yang dicurigai saja, yang akan
menampakkan hasil dalam diagnosis.
3. Ultrasound Endoskopis
Ini adalah sebuah teknik baru, yang mana sebuah instrumen
khusus digunakan pada penderita yang menjalani endoskopi
bagian atas. Untuk tes ini, endoskop mempunyai sateit ultrasound
kecil diujungnya. Satelit ini melepaskan gelombang suara
berfrekuensi tinggi, lalu mendeteksi gema gelombang suara yang
memantul pada jaringan dinding lambung. Sebuah komputer
kemudian menerjemahkan pola gema tersebut kedalam bentuk
gambar tentang dinding lambung. Tes ini digunakan untuk
memperkirakan seberapa jauh kanker menyebar ke dinding
lambung dan menuju jaringan serta kelenjar getah bening yang
disekitarnya.

b. Mengenal Stadium kanker lambung


Stadium adalah sebuah proses yang bisa memberikan
gambaran kepada dokter tentang penyebaran sebuah kanker.
Perawatan dan prognosis terhadap kanker lambung tergantung pada
tingkatan yang luas, yakni stadium penderita saat didiagnosis.
Sistem yang seringkali digunakan untuk mengetahui stadium
kanker lambung adalah sistem TNM.T berarti sifat tumor itu sendiri
(seberapa jauh ia menyebar dalam lambung dan organ yang ada
didekatnya); N berarti penyebaran ke kelenjar getah bening
(sekumpulan sel sistem kekebalan seukuran kacang yang memerangi
infeksi dan kanker); dan M berarti kankernya sudah bermetastasis
(menyebar) ke organ-organ yang jauh. Dalam penahapan TNM,
informasi tentang tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis
dikombinasikan dengan sebuah proses yang dinamakan
pengelompokkan stadium. Stadium digambarkan oleh sejumlah angka
Romawi dari 0 hingga IV.
1. Stadium 0
Ini merupakan stadium paling awal dari kanker. Pada stadium
ini, sel kanker belum berkembang melebihi lapisan sel yang
melapisi lambung (epithelium). Stadium ini juga dikenal sebagai
karsinoma in situ, yang berarti sel-sel kanker belum menyebar
melebihi lapisan dimana ia bermula.
2. Stadium 1A
Pada stadium ini, kanker telah menyebar dibawah epithelium
ke satu atau lapisan di dekatnya, seperti lamina propria, mukosa
muskularis, atau submukosa. Namun, ia belum tumbuh ke dalam
lapisan otot utama lambung yang disebut muscularis propria, dan
kanaker belum menyebar ke beberapa kelenjar getah bening.
3. Stadiun 1B
Ada dua kombinasi karakteristik T dan N yang diterapkan pada
stadium ini, yakni sebagai berikut :
a. Kanker telah menyebar ke lapisan otot utama dinding lambung,
tetapi tidak melebihi subserosa (lapisan terluar lambung) dan
belum menyebar ke kelenjar getah bening serta jaringan atau
organ di dekatnya.
b. Kanker telah menyebar dibawah epithelium menuju lamina
propria, mukosa muscularis, atau submukosa, tetapi belum
tumbuh ke dalam lapisan otot utama lambung yang disebut
muskularis propria. Selain itu, kanker juga belum menyebar
antara satu hingga enam kelenjar getah bening di dekat
lambung.
4. Stadium II
Ada tiga kombinasi ciri T dan N yang ditetapkan pada stadium ini,
yakni sebagai berikut :
a. Kanker telah menyebar dibawah epithelium ke dalam lamina
propria, mukosa muscularis, atau submukosa, tetapi belum
menyebar ke lapisan otot utama lambung yang disebut
muskularis propria. Kanker juga telah menyebar antara tujuh
hingga lima belas kelenjar getah bening didekat lambung.
b. Kanker telah menyebar ke dalam muskularis propria, tetapi
tidak melebihi subserosa. Kanker juga belum menyebar ke
jaringan-jaringan atau organ-organ yang ada didekatnya.
Namun, kanker telah menyebar ke antara satu hingga enam
kelenjar getah bening ke dekat lambung.
c. Kanker telah menyebar dengan utuh melalui muskularis propria
dan subserosa, tetapi belum menyebar ke beberapa jaringan
atau organ yang ada di dekatnya ataupun beberapa kelenjar
getah bening.
5. Stadium III A
Ada tiga kombinasi ciri T dan N yang diterapkan pada stadium ini,
yakni sebagai berikut :
a. Kanker telah menyebar ke muscularis propria, tetapi tidak
melebihi subserosa. Namun demikian, kanker belum
menyebar ke beberapa jaringan atau organ didekatnya, tetapi
telah menyebar antara tujuh hingga lima belas kelenjar getah
bening dekat lambung.
b. Kanker telah menyebar dengan utuh melalui muscularis
propria dan subserosa, tetapi belum menyebar ke beberapa
jaringan atau organ didekatnya. Kanker ini telah menyebar
antara satu hingga enam kelenjar getah bening dekat
lambung.
c. Kanker telah menyebar secara utuh melalui dinding lambung
menuju organ-organ lain didekatnya, seperti limfa, liver, usus
kecil, ginjal, pankreas dan seterusnya. Namun, ia belum
menyebar ke beberapa kelenjar getah bening.
6. Stadium III B
Ada salah satu ciri T dan N yang ditetapkan pada stadium ini, yakni
kanker telah menyebar secara utuh melalui muscularis propria dan
subserosa. Tetapi, ia belum menyebar ke beberapa jaringan antara
tujuh hingga lima belas kelenjar getah bening dekat lambung.
7. Stadium IV
Ada beberapa kombinasi ciri T,N, dan M yang telah ditetapkan pada
stadium ini, di antaranya sebagai berikut :
a. Kanker telah menyebar dengan utuh melalui dinding lambung
menuju organ-organ lain di dekatnya, seperti limfa, liver, usus
kecil, ginjal, pankreas, dan seterusnya. Ia juga telah menyebar
antara satu hingga enam kelenjar getah bening dekat lambung.
b. Kanker telah menyebar dibawah epithelium menuju lamina
propria, mukosa muscularis, atau submukosa, tetapi belum
tumbuh ke dalam lapisan otot utama lambung yang disebut
muskularis propria. Kanker juga telah menyebar ke lebih dari
lima belas kelenjar getah bening dekat lambung.
c. Kanker telah menyebar ke muscularis propria, tetapi belum
melebihi subserosa. Kanker juga belum menyebar ke beberapa
jaringan atau organ di dekatnya, tetapi telah menyebar ke lebih
dari lima belas kelenjar getah bening dekat lambung,
d. Kanker telah menyebar dengan utuh melalui muscularis propria
dan sebserosa, tetapi belum menyebar ke beberapa jaringan
atau organ di dekatnya. Kanker ini telah menyebar ke lebih dari
lima belas kelenjar getah bening dekat lambung.
e. Kanker telah menyebar secara utuh melalui dinding lambung
menuju organ-organ lain di dekatnya, seperti limfa, liver, usus
kecil, ginjal, pankreas, dan seterusnya. Selain itu, kanker juga
telah menyebar antara tujuh hingga lima belas kelenjar getah
bening dekat lambung.
f. Kanker telah menyebar secara utuh melalui dinding lambung
menuju organ-organ lain di dekatnya, seperti limfa, liver, usus
kecil, ginjal, pankreas, dan seterusnya. Selain itu, kanker juga
telah menyebar ke lebih dari lima belas kelenjar getah bening
dekat lambung.
g. Kanker mungkin tumbuh dengan luas dalam lambung serta
kelenjar getah bening di dekatnya, dan telah bermetastasis
(menyebar) melalui sistem limfatik atau aliran darah ke organ-
organ yang jauh. Penyebaran ke organ-organ yang jauh
meliputi kelenjar getah bening yang tidak dekat lambung,
seperti tulang, paru-paru, dan otak. Penyebaran melalui aliran
darah ke liver yang mengarah ke satu nodul tumor atau lebih di
dalam liver dianggap sebagai penyebaran yang jauh.
Sebaliknya, penyebaran melebihi dinding lambung dengan
pertumbuhan menuju permukaan liver dianggap sebagai
penyebaran lokal ekstensif.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien, yang memfokuskan
pada isu seperti masukan tinggi makanan asap atau diasinkan dan
masukan buah dan sayuran yang rendah. Apakah pasien mengalami
penurunan berat badan; bila demikian seberapa banyak?
Apakah pasien merokok? Bila demikian, seberapa banyak harinya dan
berapa lama? Apakah pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung
selama atau setelah merokok? Apakah pasien minum alcohol? Bila
demikian seberapa banyak?
Perawat menanyakan pasien bila ada riwayat keluarga tentang kanker. Bila
demikian, anggota keluarga dekat atau kerabat jauh yang terkena? Apakah
status perkawinan pasien? Adakah seseorang yang dapat memberikan
dukungan emosional?
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi
massa. Perawat harus mengobservasi adanya asites. Organ lain diperiksa
untuk nyeri tekan atau massa.nyeri biasanya merupakan gejala lambat.

B. DIAGNOSA
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnose keperawatan utama
mencakup yang berikut:

a) Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang


diantisipasi.
b) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
c) Nyeri,berubungan dengan adanya sel epitel abnormal.
d) Berduka diantisipasi berhubungan dengan diagnosis kanker.
e) Kurang pengetahuan tentang aktivitas perawatan diri.

C. INTERVESI dan IMPLEMENTASI


Tujuan : tujuan utama mencakup penuruna ansietas,mendapatkan nutrisi
optimal, penghilangan nyeri, dan menyesuaikan dengan diagnosis dan
perubahan gaya hidup yang di antisipasi.

Intervensi Keperawatan

a. Menurunkan ansietas. Lingkungan yang rileks dan tidak mengancam di


berikan sehingga pasien dapat mengekspresikan rasa takut, masalah,
dan kemungkinan rasa marah akibat diagnosis dan prognosis. Perawat
mendorong keluarga dalam mendukung pasien. Memberikan
ketenangan dan dukungan tindakan coping positif. Perawat
menganjurkan pasien tentang adanya prosedur dan pengobatan
sehingga pasien mengetahui apa yang diharapkan ; perawat juga dapat
menganjurkan pasien yang perlu mendiskusikan perasaan pribadi
dengan orang pendukung ( misalnya, rohaniawan ) bila diinginkan.
b. Meningkatkan nutrisi optimal. Pemberian makan porsi kecil dan sering
dengan makanan yang tidak mengiritasi mendorong untuk menurunkan
iritasi lambung. Suplemen makanan harus tinggi kalori, vitamin A dan
C serta besi sehingga perbaikan jaringan di permudah. Bila gatrektomi
total dilakukan, vitamin B12 parental akan perlu diberikan untuk jangka
waktu yang tidak terbatas. Perawat memantau kecepatan dan
frekuensi terapi intravena. Perawat mencatat masukan, pengeluaran
dan berat badan setiap hari untuk memastikan berat badan pasien
tetap atau bertambah. Tanda tanda dehidrasi ( haus, membrane
mukosa kering, turgor kulit buruk, takikardia ) dikaji dan hasil
pemeriksaan laboratorium setiap hari ditinjau ulang memperhatikan
adanya abnormalitas metabolic. Antiemetic diberikan sesuai resep.
c. Mengurangi nyeri. Analgesic diberikan sesuai resep. Infus continue
opioid mungkin diperlukan untuk mengatasi nyeri berat. Frekuensi,
intensitas, dan durasi nyeri dikaji untuk menentukan keefektifan
analgesic yang diberikan. Perawat bekerja dengan pasien untuk
mengatasi nyeri (misalnya perubahan posisi). Metode non farmakologis
untuk menghilangkan nyeri seperti imajinasi, distraksi, relaksas,
gosokan punggung, dan masase dianjurkan, dan periode istirahat dan
relaksasi dianjurkan.
d. Memberikan dukungan psikososial. Perawat membantu pasien
mengekspresikan rasa takut dan keperhatinan tentang diagnosis,
sambal memberikan kebebasan untuk berkabung. Pertanyaan pasien
dijawab dengan jujur, dan pasien didorong untuk berpartisipasi dalam
keputusan pengobatan. Beberapa pasien berdukacita akibat
kehilangan bagian tubuh dan menganggap pembedahan sebagai suatu
tindakan yang merusak. Beberapa mengekspektasikan ketidakyakinan
dan memerlukan waktu dan dukungan untuk menerima diagnosis.
Perawat memberikan dukungan emosi dan melibatkan anggota
keluarga dan orang terdekat kapan pun mungkin. Ini termasuk
mengenali perubahan dalam perasaan dan mekanisme pertahanan
(menyangkal, rasionalisasi, mengucilkan diri, regresi) dan
menenangkan pasien dan anggota keluarga bahwa respons emosi
adalah normal dan dimaklumi. Pelayanan rohaniawan, spesialis
perawatan klinis psikiatris, psikologis, pekerja sosial, dan psikiatris
diberikan, bila dibutuhkan. Perawat menunjukkan pendekatan empatis
dan menyediakan waktu untuk menemani pasien. Kebanyakan pasien
akan mulai berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri bila mereka
telah menerima kehilangan mereka.
e. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Pasien
dijelaskan bahwa makan makanan regular boleh dilakukan 6 bulan
setelah dilakukan reseksi lambung parsial. Awalnya makanan diberikan
sedikit dan sering, atau nutrient diberikan melalui selang; nutrisi
parenteral total mungkin perlu dilakukan. Pada pemberian makan
enteral, ada kemungkinan timbul sindrom dumping, sehingga ini harus
dijelaskan dan cara untuk mengatasinya ditinjau kembali.
Pasien diberitahu bahwa diperlukan waktu 3 bulan untuk dapat kembali
melakukan aktifitas normal. Periode istirahat setiap hari diperlukan, dan
control ke dokter setelah pulang juga perlu dilakukan. Gaya hidup akan
dipengaruhi oleh kemoterapi dan terapi radiasi, bila diprogramkan,
sehingga pasien perlu mengetahui apa yang akan terjadi: lama
pengobatan, reaksi yang kan dialami (mual, muntah, anoreksia,
kelelahan), dan perlunya transportasi untuk pengobatan. Konseling
psikologis juga diperlukan.
Konseling nutrisi dimulai di rumah sakit dan diteruskan dirumah.
Pemberian makanan enteral atau parentral diawasi oleh perawat
kunjungan, yang juganakan mengajarkan pasien dan anggota keluarga
cara menggunakan peralatan dan formula serta cara mendeteksi
adanya komplikasi. Pasien belajar untuk mencatat masukan, keluaran,
dan berat badan setiap hari dan diinstruksikan tentang cara mengatasi
nyeri, mual, muntah, dan kembung. Pasien juga diajarkan untuk
mengenali dan melaporkan adanya komplikasi yang memerlukan
perhatian medis, seperti perdarahan (hematemesis nyata atau
tersembunyi, melena, obstrksi, perforasi, atau adanya gejala yang
menjadi makin buruk).
Perawat mengajarkan pada pasien car amerawat insisi dan cra
memeriksa luka terhadap tanda-tanda infeksi (bau drainase yang
menyimpang, nyeri, panas, inflamasi, bengkak). Adanya program
kemoterapi atau terapi radiasi dijelaskan. Pasien dan keluarga perlu
mengetahui perawatan seperti apa yang akan diperlukan selam dan
setelah pengobatan.

D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan

1. Sedikit mengalami ansietas


a) Mengekspresikan rasa takut dan masalah tentang pembedahan.
b) Mencari dukungan emosi
2. Mendapatkan nutrisi optimal
a) Makan makanan porsi kecil dan sering yang tinggi kalori, besi, dan
Vitamin A dan C
b) Mendapatkan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
3. Sedikit mengalami nyeri
4. Melakukan aktivitas perawatan diri dan menyesuaikan
denganperubahangaya hidup
a) Melakukan kembali aktivitas normal dalam 3 bulan
b) Mengubah periode istirahat dan aktivitas
c) Mangatur pemberian makan per selang.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai