Anda di halaman 1dari 59

KEPERAWATAN GERONTIK

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Lansia Gangguan Sistem


MuskuloskeletaldenganPenyakit Osteoarthritis

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik)


Dosen Pengampu : Ns. Indah Kurniawati, S.Kep., MKM.

Disusun Oleh :
Kelompok 8

Abigail Wedelia NIM. 201811002


Arga Pratama R. NIM. 201811006
Asih Sri Rahayu NIM. 201811007
Dyah Intan Bellatris NIM. 201811036

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jayakarta


Jalan Raya PKP Kelapa Dua Wetan Kelurahan Kelapa Dua
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur 13730. Telp. & Fax. 021 22852216.
e-mail : stikesjayakarta@gmail.com
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
karena berkat rahmat dan hidayahnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Asuhan Keperawatan Gerontik pada Pasien yang mengalami Gangguan Sistem
Muskuloskeletal secara tepat waktu sebagaimana yang telah ditentukan oleh dosen kami.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan dalam pembuatan makalah kami
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi. Namun, kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat masih banyak kekurangannya baik dari isi maupun tata bahasa.
Maka dari itu, kami menerima kritikan dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap makalah ini juga dapat bermanfaat untuk pembaca.

Jakarta, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. TUJUAN PENULIS........................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum................................................................................................................. 2
2. Tujuan Khusus ................................................................................................................ 2
C. RUANG LINGKUP ........................................................................................................ 3
D. MANFAAT PENELITIAN ............................................................................................ 3
E. METODE PENULISAN ................................................................................................. 3
F. SISTEMATIKA PENULISAN ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................... 5
A. Konsep Dasar .................................................................................................................. 5
B. Konsep Sistem Muskuloskeletal ................................................................................... 18
1. Pengertian Sistem Muskuloskeletal .......................................................................... 18
2. Sistem Muskuloskeletal yang normal ....................................................................... 18
3. Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia dan dampaknya akibat perubahan .. 20
C. Konsep Dasar Osteoarthritis ......................................................................................... 24
1. Definisi Osteoarthritis ............................................................................................... 24
2. Penyebab Osteoarthritis............................................................................................. 25
3. Tanda dan gejala........................................................................................................ 25
4. Komplikasi Penyakit ................................................................................................. 29
5. Masalah kesehatan Osteoarthritis dikaitkan dengan gerontologi .............................. 30
6. Asuhan Keperawatan................................................................................................. 31
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................ 36
A. Kasus ............................................................................................................................. 36
B. Pengkajian Keperawatan ............................................................................................... 37
C. Analisa Data .................................................................................................................. 43
D. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................. 45
E. Perencanaan Keperawatan ............................................................................................ 46
F. Implementasi Keperawatan .......................................................................................... 49
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................................... 51
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 53

ii
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 53
B. Saran ............................................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 55

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan
dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara
bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya. Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan, sel, dan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada
kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai
penyakit, sindroma, dan kesakitan dibanding dengan orang dewasa lain (Khalifah,
2016).
Osteoarthritis (OA) adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi
dan penyebab utama dari rasa nyeri dan cacat yang menurunkan status kesehatan
(Allen & Golightly, 2015). Pravelensi penduduk yang mengalami gangguan
osteoarthritis di Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% di
antaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat
bebas pereda nyeri.
Nyeri lutut merupakan gejala dari osteathritis. Hidup dengan nyeri seringkali
dihubungkan dengan stress yang kronis akibat hambatan mobilitas fisik, nyeri kronik
memiliki komplikasi besar bagi kesehatan, fungsi, dan kualitas hidup lansia.
Penatalaksanaan nyeri sendi mencakup terapi farmakologi dan non farmakologi dan
pembedahan pada Lansia memiliki resiko untuk mengalami kerugian atau efek
samping akibat pengobatan medis, sehingga diperlukan pendekatan alternative yaitu
non farmakologi (Arthritis Foundation, 2012).
Ambardini (2014) mengatakan bahwa nyeri pada pasien osteoathritis lutut derajat
I dan II dapat dikurangi dengan melakukan exercise seperti ROM (Fleksi ekstensi
lutut), latihan ini dapat mengurangi nyeri pada pasien OA lutut karena dengan latihan
akan terjadi tekanan secara fisiologis yang akan meningkatkan pembentukan
proteoglikan oleh sel kartilago dewasa, sehingga mampu menopang beban pada
1
daerah sendi, dan juga meningkatkan metabolisme cairan sensi synovil yang akan
memberikan nutrisi pada tulang rawan disekitarnya. Latihan gerak sendi lutut
merupakan bagian penting dalam manajemen osteoarthritis. Tujuan latihan gerak
sendi lutut, yaitu memperbaiki fungsi sendi, proteksi sendi dari kerusakan dengan
mengurangi stres pada sendi, meningkatkan kekuatan sendi, mencegah disabilitas, dan
meningkatkan kebugaran jasmani. Manfaat latihan gerak sendi lutut adalah
meningkatnya mobilitas sendi dan memperkuat otot yang menyokong dan melindungi
sendi, mengurangi nyeri dan kaku sendi, serta dapat mengurangi pembengkakan.

B. TUJUAN PENULIS

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu membuat
asuhan keperawatan gerontik pada pasien lansia dengan gangguan sistem
muskuloskeletal.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini mahasiswa mampu membahas
mengenai asuhan keperawatan gerontik pada pasien lansia dengan gangguan
sistem muskuloskeletal, sebagai berikut:
a) Mahasiswa mampu memahami definisi, Karakteristik, patofisiologi dan tanda
klinis gangguan sistem muskuloskeletal.
b) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien lansia dengan gangguan
sistem muskuloskeletal.
c) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan gerontik pada klien
lansia dengan gangguan sistem muskuloskeletal.
d) Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan gerontik pada klien
lansia dengan gangguan sistem muskuloskeletal.
e) Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan gerontik pada klien
lansia dengan gangguan sistem muskuloskeletal.
f) Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan gerontik pada klien
lansia dengan gangguan sistem mukuloskeletal.

2
C. RUANG LINGKUP
a. Ruang lingkup dalam makalah ini adalah konsep dasar sistem muskuloskeletal dan
asuhan keperawatan gerontik pada klien lansia dengan gangguan sistem
muskuloskeletal.
b. Hasil pengkajian digunakan untuk menentukan masalah yang terjadi pada kasus
tersebut. Setelah ditentukannya masalah akan di analisis untuk mengetahui
penyebab dan permaslahan tersebut.
c. Hasil analisis kami gunakan sebagai dasar membuat perencanaan dan
menjadikannya sebagai solusi permasalahan.
d. Hasil dari perencanaan akan kami implementasikan. Hasil dari implementasi kami
evaluasi untuk membuat kesimpulan dan menilai sejauh mana keberhasilan.

D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan makalah ini diharapkan agar para mahasiswa keperawatan bisa memahami
konsep dasar sistem muskuloskeletal dan mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan
gerontik pada klien lansia dengan gangguan sistem muskuloskeletal.

E. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan metode:
a. Research library yaitu pengambilan sumber dari buku-buku yang berkaitan
dengan pembahasan atau studi pustaka.
b. Research pengambilan sumber dari internet mengenai materi tentang asuhan
keperawatan gerontik gangguan sistem muskuloskeletal.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
a. BAB I
Dalam BAB ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup, metedeologi penulisan, dan sistematika penulisan untuk
menjelaskannya pokok-pokok pembahasan.
b. BAB II
Dalam BAB ini membahas konsep dasar asuhan keperawatan gerontik pada pasien
lansia dengan gangguan sistem muskuloskeletal dan teori-teori yang berisi
definisi, patofisiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, komplikasi dari sistem
muskuloskeletal dengan penyakit osteoarthritis.
c. BAB III

3
Dalam BAB ini membahas tentang permasalahan yang terjadi dan membuat
asuhan keperawatan gerontik pada pasien lansia dengan gangguan sistem
muskuloskeletal untuk menentukan perencanaan keperawatan yang kemudian di
implementasikan dan di evaluasikan untuk menilai keberhasilan dari perencanaan
yang telah dibuat.
d. BAB IV
Dalam BAB ini membahas kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada untuk
memvalidkan data dan menyesuaikan dasar teori dasar teori dengan kasus.
e. BAB V
Dalam BAB ini mengemukakan simpulan dari makalah yang dilakukan dan saran-
saran yang diusulkan untuk pengembangan lebih lanjut agar tercapai hasil yang
lebih baik.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Definisi Lansia
Pengertian lanjut usia beragam tergantung kerangka pandang individu. Orang tua
yang berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya yang tidak muda lagi.
Orang sehat aktif berusia 65 tahun mungkin mengganggap usia 75 tahun sebagai
permulaan lanjut usia (Brunner dan Suddart, 2001, Lilik, 2011).
Menurut Surini & Utomo (2003) dalam Lilik, 2011, lanjut usia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan
dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan.
Lanjut Usia adalah sebagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan hingga
akhirnya menjadi tua. Hal ini normal dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lanjut usia merupakan suatu proses
alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.
Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara
bertahap. (Azizah, 2012).

2. Batasan Usia Lansia


Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1999 dalam Lilik (2011)
menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4
kelompok yaitu usia pertengahan (Middle age) antara usia 45-59 tahun, lanjut usia
(Elderly) antara usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (Old) antara usia 75-90 tahun,
dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan Nugroho (2000) dalam Lilik (2011) menyimpulkan pembagian umur
berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang
yang telah berumur 65 tahun keatas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro dalam Wahjudi Nugroho (2012),
lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly Adulthood) 18 atau
25-29 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau Maturitas usia 25-60 atau 65
5
tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi-
bagi lagi dengan 70-75 tahun(young old) 75-80 tahun (old) lebih dari 80 tahun
(very old).
UU no. 13 tahun 1998 dalam Wahjudi Nugroho, 2012 tentang kesejahteraan lanjut
usia bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas dan
membuat penggolongan lanjut usia menjadi 3 kelompok yaitu : kelompok lanjut
usia dini (55-64 tahun) yakni kelompok yang baru memasuki lanjut usia,
kelompok lansia (65 tahun keatas) dan kelompok lanjut usia resiko yakni lanjut
usia yang berusia lebih dari 70 tahun.

3. Proses Menua
Teori Penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teori penuaan secara
biologi dan teori penuaan psikososial.
a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses
menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh
selama masa hidup (Zairt, 1980 dalam Renny, 2014).
Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat
proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam konteks sistemik dapat
mempengaruhi/memberi dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan
berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis (Renny, 2014).
1) Teori error
Menurut teori ini proses penua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai
macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut
menyebabkan kerusakan metabolisme dan kerusakan sel dan fungsi sel
secara perlahan.
Sejalan perkembangan umur sel tubuh pada DNA dan RNA, yang
merupakan substansi pembentukan sel baru.Peningkatan usia
mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel nukleus menjadi lebih besar
tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA.
2) Teori Autoimun
Pada teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi
sistem imun. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun
humoral yang dpaat menjadi faktor predisposisi pada orang tua:
6
a) Menurunkan resistensi melawan perubahan tumor dan perkembangan
kanker.
b) Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara
agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap patogen.
c) Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin
meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
autoimun. Di pihak lain sistem imun yang ada di dalam tubuh
mengalami penurunan, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai
dengan meningkatnya umur.
3) Teori free radical
Teori radical bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat
kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu mempengaruhi adanya
berbagai radikal bebas didalam tubuh. Radikal bebas yang reaktif mampu
merusak sel termasuk mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan
cepatnya kematian (apoptosis) sel, menghambat proses produksi sel. Hal
ini yang mengganggu fungsi sel akibat radikal bebas adalah bahwa radikal
bebas dapat berupa: superoksida (O2), radikal hidroksil dan H2O2.
Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, Protein, dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur
makin banyak terbentuk radikal bebas sehingga proses pengerusakan terus
terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
b. Teori Biologi
1) Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan aktif
dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan
dihari tua. Aktivitas dalam teori 11 ini dipandang sebagai sesuatu yang
vital untuk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang
positif. Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa :
a) Aktif lebih baik daripada pasif
b) Gembira lebih baik daripada tidak gembira
c) Orang tua merupakan orang yang baik untuk mencapai sukses dan
akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira.
2) Teori Kontinuitas

7
Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu
terjadi secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut
usia.
3) Disanggement theory
Putusnya berhubungan dengan dunia luar seperti dengan masyarakat,
hubungan dengan individu lain.
c. Teori lingkungan (environmental theory)
1) Teori radikal ( radiation theory)
Setiap hari manusia terpapar adanya radiasi baik karena sinar ultraviolet
maupun dalam bentuk gelombang-gelombang mikro yang telah
menumbuk tubuh tanpa terasa yang dapat mengakibatkan merubah
susunan DNA dalam sel hidup atau bahkan rusak dan mati.
2) Teori stress (theory stress)
Stres fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran
neurotransmiter tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi jaringan
menurun sehingga jaringan mengalami kekurangan oksigen danmengalami
gangguan metabolisme sel sehingga mengalami penurunan jumlah cairan
dalam sel dan penurunan eksistensi membran sel.
3) Teori polusi (pollution theory)
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh mengalami
gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya mempercepat
terjadinya proses menua dengan perjalanan yang masih rumit untuk
dipelajari.
4) Teori pemaparan (exposure theory)
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan
sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA sehingga proses
penuaan atau kematian sel bias terjadi.

4. Karakteristik Lansia
Menurut buku ajar keperawatan gerontik, aplikasi Nanda, NIC dan NOC. (Aspiani,
2014), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi :
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Endokrin

8
Kelenjar endokrin adalah kelenjar dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ
tubuh yang termasuk hormon kelamin adalah :
a. Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
b. Kelenjar pancreas, yang memproduksi insulin dan sangat penting
dalam pengaturan gula darah mengalami penurunan.
c. Kelenjar adrenal/ anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar
yang berkaitan dengan hormon pria/wanita. Salah satu kelenjar
endokrin dalam tubuh yang mengatur agar arus darah ke organ tertentu
berjalan dengan baik, dengan jalan mengatur vasokontriksi pembuluh
darah. Kegiatan kelenjar anak ginjal ini berkurang pada lanjut usia.
d. Hampirsemua produksi hormon menurun.
e. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
f. Hipofisis pertumbuhan hormone ada, tetapi rendah dan hanya ada di
pembuluh darah, berkurangnya reproduksi ACTH, TSH, FSH, dan LH.
g. Aktivitas tiroid, BMR (Basal metabolic rate) dan daya pertukaran zat
menurun.
h. Produksi oldesteron menurun
i. Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone, ekstrogen, dan
testosterone menurun.
2) Sel
a. Jumlah sel menurun/lebih sedikit
b. Ukuran sellebih besar
c. Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
d. Proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
e. Jumlah sel otak menurun
f. Mekanisme perbaikan sel terganggu
g. Otak menjadi atrofi, bertanya kurang 5-10%
h. Lekuan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

3) Sistem Persarafan
a. Menurunnya hubungan persarafan
9
b. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya)
c. Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress
d. Saraf panca-indra mengecil
e. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan
perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan suhu, dan
rendahnya ketahanan terhadap dingin
f. Kurang sensitive terhadap sentuhan
g. Deficit memori
4) Sistem Pendengaran
a. Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan ostosklerosis
c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
keratin
d. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mangalami ketegangan/stress
e. Titinus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus menerus atau intermiten)
f. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar)
5) Sistem Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul sclerosis dan respon sinar menghilang
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap
e. Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manisfestasi presbiopis,
seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya
elastisitas lensa
f. Lapang pandang menurun : luas pandang berkurang
10
g. Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau
pada skala
6) Sistem Kardiovaskuler
a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
b. Elastisitas dinding aorta menurun
c. Kemampuan janntung memompa darah menrun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. hal ini menyebabkan kontraksi dan volume
menurun (frekuensi denyut jantung maksimal 200 – umur)
d. Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun)
e. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg mengakibatkan pusing mendadak.
f. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan
g. Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh dari perifer
meningkat. Sistol normal ±170 mmHg, diatole ±95 mmHg
7) Sistem pengaturan suhu tubuh
a. Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35ºc ini
akibat metabolisme yang menurun.
b. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
mengigil, pucat, dan gelisah.
c. Keterbatasan reflex mengigil dan tidak dapat memprodusi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
8) Sistem Pernafasan
a. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku
b. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya)
c. Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress
d. Saraf panca indra mengecil
e. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan
perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan suhu, dan rendah
ketahanan terhadap dingin
f. Kurang sensitive terhadap sentuhan
11
g. Deficit memori
9) Sistem Pencernaan
a. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
dan gizi yang buruk
b. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis,
atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di
lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit.
c. Esophagus melebar
d. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
f. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu terutama
karbohidrat)
g. Hati semakin mengecil dan penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang
10) Sistem reproduksi
Wanita
a. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
b. Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi
c. Atrofi payudara
d. Atrofi vulva
e. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna
Pria
a. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur
b. Dorongan seksual menetap sampai usia 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik, yaitu:Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai
masa lanjut usia.
c. Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.

12
d. Tidak perlu cemas karna prosesnya alamiah sebanyak ±75% pria usia
65 tahun mengalami pembesaran prostat
11) Sistem Genitourinaria
a. Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui
urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil
dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Mengecilnya
nefron akibat atrofi, aliran darah keginjal menurun sampai 50%
sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya, kemampuan
mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya ±1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
b. Vesika urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lajut usia,
vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi
urine meningkat
c. Pembesaran prostat
±75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun
d. Atrofi vulva
e. Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan seksualnya masih ada.
Tiadak ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksual seseorang
berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun secara
bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk mrnikmatinya berjalan
sampai tua.
12) Sistem Integumen
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit cenderung kusam, kasar dan bersisik (karena
kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel
epidermis)
c. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanognesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik – bintik atau
noda cokelat
13
d. Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut- kerut
halus diujung mata akibat lapisan kulit yang menipis
e. Respons terhadap trauma menurun
f. Mekanisme proteksi kulit menurun
g. Produksi serum menurun
h. Produksi vitamin D menurun
i. Produksi kulit terganggu
j. Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
k. Rambut dalam hidung dan telinga menebal
l. Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan vaskularisasi
m. Pertumbuhan kuku lebih lambat
n. Kuku jari menjadi keras dan rapuh
o. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
p. Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang
13) Sistem Muskuloskeletal
a. Tulang kehilangan massa (cairan) dan semakin rapuh
b. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
c. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan dan paha
d. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak
e. Kifosis
f. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
g. Gangguan gaya berjalan
h. Persendian membesar dan menjadi kaku
i. Tendon mengeut dan mengalami sclerosis
j. Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
laman, otot kram, dan menjadi tremor(perubahan pada otot cukup
rumit dan dipahami )
k. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua
14) Sistem Imun
a. Perubahan fungsi system imunologi
b. Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun
c. Kecepatan respon imun menurun

14
d. Produksi imunoglobukin berkurang jumlahnya sehingga vaksinasi
dalam tubuh kurang efektif melawan penyakit.
e. Imun kehilangan kemampauan untuk membedakan benda asing yang
masuk kedalam tubuh
b. Perubahan Kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, (dalam buku “keperawatan lanjut
usia”,(Azizah, 2012).
1. Memory (daya ingat)
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan dan
menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang pernah dialami
seseorang. Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi
kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka
panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan
ingatan jangka pendek (short term memory) atau seketika 0-10 menit
memburuk. Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita
atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi baru
seperti TV dan film. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham dalam
keluarga. Oleh sebab itu dalam proses pelayanan sangat perlu dibuatkan
tanda-tanda atau rambu-rambu baik berupa tulisan, atau gambar untuk
membantu daya ingat mereka. Misalnya dengan tulisan JUM‟AT,
TANGGAL 26 JARUARI 2017 dan sebagainya, ditempatkan pada tempat
yang strategis yang mudah terlihat/dibaca.
2. IQ (intellegent quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika (analisa,
linier, sekuensial) dan perkataan verbal.Tetapi persepsi dan daya
membayangkan (fantasi) menurun.Walaupun mengalami kontrofersi, tes
intelegensia kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan
padalansia.Hal ini terutama dalam bidang vokabulari (kosakata),
keterampilan praktis, dan pengetahuan umum. Fungsi intelektual yang
stabil ini disebut sebagai crystallized intelligent. Sedangkan fungsi
intelektual yang mengalami kemunduran adalah fluid intelligent seperti
mengingat daftar, memori bentuk geometri, kecepatan menemukan kata,
penyelesaian masalah, kecepatan berespon, dan perhatian cepat teralih.

15
3. Kemampuan pemahaman
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia
mengalami penurunan.Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi
pendengarannya lansia yang mengalami penurunan. Dalam pelayanan
terhadap lanjut usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam
komunikasi dilakukan kontak mata (saling pandang). Dengan kontak mata,
mereka akan dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan
pendengarannya dapat diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud
orang lain. Sikap yang hangat dalam komunikasi akan menimbulkan rasa
aman dan diterima, sehingga mereka akan lebih tenang, lebih senang
merasa dihormati.
4. Pemecahan masalah (problem solving)
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dipahami tentu semakin banyak.
Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi
terhambat karena terjadinya penurunan fungsi indra pada lanjut usia.
Hambatan yang lain dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman
dan lain-lain,yang berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi lebih
lama. Dalam menyikapi hal ini pendekatan pelayanankesehatan jiwa lanjut
usia perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.
c. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupanya.Lansia
makin teratur dalam kehidupan keagamaanya.Hal ini dapat terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari. Spiritualitas pada lansia bersifat universal,
interinsik dan merupakan proses individu yang berkembang sepanjang rentan
kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan tersebut. Lansia yang telah
mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan
akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan
memunginkan individu dengan keimananspiritual atau religius untuk bersikap
untuk menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
d. Perubahan psikososial
1. Pensiun
Bila seorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan antara
lain:
a) Kehilangan finansial
16
b) Kehilangan status (dulu punya jabatan yang tinggi dan segala
fasilitasnya)
2. Keluarga (emptiness): kesendirian, kehampaan
3. Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaankapan
akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat pikun (tidak
berkembang).
4. Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit,
tidak diberi makan).
5. Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan pribadi
yang dikumpulkan sejak masih muda.
6. Pensiun: kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun).Kalau
tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.
7. Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocokbagi
lansia dan income security.
8. Rekreasi: untuk ketenangan batin.
9. Keamanan: jatuh, terpeleset.
10. Transportasi: kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagilansia
11. Politik: kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikanmasukan
dalam sistem politik yang berlaku
12. Pendidikan: berkaitan dengan pengentasan buta aksara dankesempatan
untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.
13. Agama: melaksanakan ibadah.
14. Panti jompo: merasa dibuang/ diasingkan.
e. Perubahan mental pada lansia
Dalam pekembangan lansia dan perubahan yang dialaminya akibat proses
penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut :
1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harusbergantung pada
orang lain.
2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasanuntuk
melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahanstatus ekonomi
dan kondisi fisik.
4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yangtelah
meninggal atau pergi jauh dan/ atau cacat
17
5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luangyang semakin
bertambah.
6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagaiorang dewasa
7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khususdirencanakan
untuk orang dewasa
8. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuklansia dan
memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang berat dengan yang
lebih cocok.

B. Konsep Sistem Muskuloskeletal

1. Pengertian Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang terdiri dari otot, jaringan ikat, saraf,
serta tulang dan sendi. Sistem ini berperan penting dalam gerakan tubuh. Oleh
karena itu, bila sistem muskuloskeletal terganggu, kemampuan dalam bergerak
dan melakukan aktivitas pun bisa terganggu.

2. SistemMuskuloskeletal yang normal


a. Tulang
Tulang merupakan salah satu bagian utama dalam sistem muskuloskeletal
yang berfungsi untuk menopang dan memberi bentuk tubuh, menunjang
gerakan tubuh, melindungi organ-organ tubuh, serta menyimpan mineral
kalsium dan fosfor. Orang dewasa umumnya memiliki sekitar 206
tulang.Tulang terdiri dari lapisan luar dan dalam. Lapisan luar tulang
memiliki tekstur keras dan terbuat dari protein, kolagen, serta berbagai
macam mineral, termasuk kalsium.Sementara itu, bagian dalam tulang
memiliki tekstur yang lebih lembut dan berisi sumsum tulang, yaitu tempat
diproduksinya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping
darah.
b. Sendi
Sendi merupakan sambungan antara kedua tulang. Sendi ada yang bisa
digerakkan, tetapi ada juga yang tidak.Sendi yang tidak bisa digerakkan
contohnya adalah sendi yang terdapat di lempengan tengkorak. Sedangkan,
sendi yang bisa digerakkan meliputi sendi jari tangan dan kaki, siku,
pergelangan tangan, bahu, rahang, panggul, lutut, dan pergelangan kaki.

18
c. Otot
Ada tiga jenis otot yang merupakan bagian dari sistem muskuloskeletal,
yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos.Otot rangka adalah otot yang
melekat pada tulang dan sendi. Otot ini bisa meregang dan berkontraksi saat
tubuh bergerak, seperti saat berjalan, menggenggam benda, atau saat
mengubah posisi tubuh, misalnya menekuk dan meluruskan lengan atau
kaki.Sementara itu, otot polos adalah jenis otot yang terdapat pada organ-
organ tubuh, misalnya saluran cerna dan pembuluh darah. Aktivitas otot
polos diatur oleh saraf otonom, sehingga mereka dapat bekerja secara
otomatis.Sama seperti otot polos, otot jantung juga bekerja secara otomatis
dalam memompa darah ke seluruh tubuh, tetapi struktur jaringan otot ini
mirip dengan otot rangka.Di saluran pencernaan, otot polos bertugas untuk
menggerakkan usus agar makanan dan minuman bisa dicerna, kemudian
dibuang sebagai kotoran. Pada pembuluh darah, otot polos bertugas untuk
mengatur aliran darah dengan cara melebarkan atau menyempitkan
pembuluh darah.
d. Tulangrawan
Tulang rawan adalah sejenis jaringan ikat yang menutup sendi. Selain
berada di antara sambungan tulang, tulang rawan juga ada di hidung, telinga,
dan paru-paru.Tulang rawan memiliki struktur yang kokoh, tetapi lebih
kenyal dan lentur, tidak seperti tulang rangka. Tulang rawan bertugas untuk
mencegah tulang dan sendi saling bergesekan serta menjadi peredam fisik
saat tubuh mengalami cedera.
e. Ligamen
Ligamen adalah jaringan ikat yang menghubungkan tulang dan sendi.
Ligamen terdiri atas serat elastis yang tersusun dari protein. Jaringan ikat ini
berfungsi untuk menopang sendi, seperti lutut, pergelangan kaki, siku, dan
bahu, serta memungkinkan pergerakan tubuh.
f. Tendon
Tendon adalah jaringan ikat tebal dan berserat yang berfungsi untuk
menghubungkan otot ke tulang. Tendon terdapat di seluruh tubuh, mulai dari
kepala, leher, hingga kaki.Ada banyak jenis tendon dan salah satunya adalah
tendon Achilles, tendon terbesar di tubuh. Tendon ini menempelkan otot
betis ke tulang tumit dan memungkinkan kaki serta tungkai untuk bergerak.
19
Sementara itu, tendon rotator cuff di bahu berfungsi untuk menunjang
gerakan bahu dan lengan.

3. Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia dan dampaknya akibat perubahan


Gangguan pada sistem muskuloskeletal bisa menimbulkan berbagai keluhan,
mulai dari nyeri, otot atau sendi terasa kaku, hingga sulit untuk bergerak. Ada
banyak gangguan atau penyakit yang bisa terjadi pada sistem muskuloskeletal, di
antaranya:

a. Cedera, misalnya patah tulang, dislokasi, cedera otot, dan keseleo


b. Kelainan bentuk tulang, misalnya akibat cedera, osteoporosis, penyakit
degeneratif, kelainan genetik, dan tumor atau kanker
c. Osteomielitis atau infeksi pada tulang dan jaringan di sekitarnya
d. Gangguan persendian, seperti radang sendi, robekan ligamen, bursitis,
dislokasi sendi, dan nyeri sendi
e. Gangguan pada sendi lutut, meliputi cedera meniskus dan robekan pada
ligamen lutut
f. Masalah pada otot, misalnya otot robek, atrofi otot, cedera hamstring,
dan sarcopenia atau berkurangnya massa otot akibat penuaan
g. Penyakit autoimun, misalnya rheumatoid arthtiris, vaskulitis, ankylosing
spondylitis, dan lupus
4. Asuhan Keperawatan terkait sistem muskuloskeletal
a. Pengkajian
Sebelum melakukan anamnesis, pastikan bahwa identitas sesuai dengan
catatan medis. Perawat hendaknyan memperkenalkan diri, sehingga
terbentuk hubungan salung percaya yang akan mendasari hubungan
terapeutik selanjutnya antara perawata dan klien dalam asuhan keperawatan.
Untuk itu, format pengkajian pada lansia yang di kembangkan minial terdiri
atas : data dasar yaitu identitas, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama, dan
suku bangsa (Sunaryo, dkk, 2016) .
1) Identitas
Beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien di atas
usia 60 tahun. Lansia yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
yang mengalami gangguan sistem muskuloskeletal dari pada

20
perempuan, pekerjaan yang berat juga akan dapat mempengaruhi
sistem muskuloskeletal.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengalami kesulitan untuk melakukan
beraktivitas, dispnea setelah aktivitas, gangguan sikap berjalan,
gerakan lambat, kesulitan membolak-balikan posisi, keterbatasan pada
rentang gerak, dan ketidaknyamanan pada pasien (NANDA
Internasional, 2015).
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang dirasakan
sampai saat dibawa ke layanan kesehatan, biasanya pasien mengalami
intoleransi aktivitas, nyeri yang di akibatkan jatuh dan fraktur,
gangguan muskuloskeletal penyebabnya peralatan eksternal seperti
restrain atau gips, atau kondisi kronis seperti osteoporosis, fraktur,
arthritis, tumor, edema (Buckwalter, 2011).
4) Riwayat penyakit dahulu
Perlu di kaji riwayat penyakit yang lalu seperti riwayat penyakit
muskuloskeletal, riwayat pekerjaan yang dapat berhubungan dengan
penyakit muskuloskeletal. Apakah klien pernah mengalami penyakit
serupa sebelumnya, apakah klien mengalami menopause dini, serta
penggunaan obat-obatan tertentu seperti kortikosteorid,
glukokortikosteroid serta diuretik (Muttaqqin, 2008 dalam Afni, 2019).
5) Riwayat penyakit keluarga
Perlu di kaji ada tidaknya anggota keluarga yang memiliki Riwayat
penyakit keturunan keluarga atau apakah keluarga pernah menderita
penyakit yang sama karena faktor genetik. Misalnya tentang ada
tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, dan DM
(Mutaqqin,2008 dalam Afni,2019).
6) Pengkajian psikososial dan spiritual
a) Psikologi: biasanya mengalami peningkatan stress
b) Sosial: cenderung menarik diri dari lingkungan
c) Spiritual: kaji agama terlebih dahulu, bagaimana cara pasien
menjalankan ibadah menurut agamanya, adakah risiko/ hambatan
pasien dalam menjalankan ibadahnya
21
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Pasien lansia (≥60 tahun) yang mengalami gangguan
muskuloskeletal keadaan umumnya lemah. Timbang berat badan
klien, apakah ada gangguan penyakit karena obesitas atau malnutrisi.
b) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis.
c) Tanda-tanda vital
- Suhu meningkat (>37ᶿC) atau dalam batas normal
- Nadi meningkat atau dalam batas normal
- Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal
- Pernafasan biasanya normal atau terjadi peningkat
d) Pemeriksaan head to toe
- Pemeriksaan muka dan kepala
Pemeriksaan ini meliputi bentuk wajah, benjolan pada kepala
maupun muka, ada tidaknya lesi, penyebaran rambut, dan
kerontokan rambut.
- Mata
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan konjungtiva,
sklera, strabismus, penglihatan, peradangan, katarak, dan
penggunaan kacamata.
- Hidung
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi bentuk hidung,
peradangan dan penciuman.
- Mulut, tenggorokan, telinga
Terdapat kebersihan mukosa bibir, peradangan/stomatitis, gigi,
radang gusi, kesulitan mengunyah, pendengaran. Pada lansia
biasanya terdapat penurunan pendengaran.
- Dada
Pemeriksaan yang dilakukan pemeriksaan bentuk dada normal,
retraksi, suara nafas vesikuler, ada tidaknya suara tambahan, ada
tidaknya suara jantung tambahan, pemeriksaan ictus cordis, dan
ada tidaknya keluhan yang dirasakan.
- Abdomen
22
Pemeriksaan bentuk perut, nyeri tekan, kembung, bising usus,
dan massa keluhan yang dirasakan.
- Ekstremitas
Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5)
0: Lumpuh Ada kontraksi
1: Melawan gravitasi dengan sokongan
2: Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
3: Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
4: Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
Biasanya pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik akan
mengalami kelemahan pada otot karena biasa terjadi akibat nyeri
pada ekstermitas atau penyakit lain seperti stroke, osteoporosis,
gout arthritis, dll (Buckwalter, 2011)
b. Diagnosa Keperawatan
Dalam studi literatur ini hanya fokus membahas pada diagnosa keperawatan
hambatan mobilitas fisik (Bulecheck, dkk, 2013, Moorhead, dkk, 2013),
Herdman & Kamitsuru 2015.
c. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan 1
Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik
Definisi : Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Batasan Karakteristik
 Penurunan waktu reaksi
 Kesulitan membolak-balikkan posisi
 Dispnea setelah beraktivitas
 Perubahan cara berjalan
 Keterbatasan rentang

Faktor yang berhubungan

 Intoleransi aktivitas
 Perubahan metabolisme selular
 Ansietas

23
 Indeks masa tubuh diatas perintil ke-75 sesuai usia

Tujuan dan Kriteria hasil

NOC : Circulation status Tissue perfusion: cerebral

Kriteria Hasil:

 Tekanan darah dalam rentang normal


 Defisit neurologi membaik
 Kelemahan berkurang
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
 Tidak ada tandatanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

Intervensi

 Perawatan tirah baring Peningkatan mekanika tubuh


 Menajemen energy
 Menajemen lingkungan
 Peningkatan latihan
 Peningkatan latihan: latihan kekuatan
 Peningkatan latihan : peregangan

C. Konsep Dasar Osteoarthritis

1. Definisi Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang terjadi pada cartilago (tulang rawan)
yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan sendi yang terkena.
Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain,
sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri pembatasan gerak pada sendi. (Helmi,
2016).
Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan progresif
biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut ditandai dengan
adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang. Kerusakan
kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada
tubuh (American College of Rheumatology, 2015).

24
Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,
penyakit ini jarang terjadi pada usia dibawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai
pada usia diatas 60 tahun. (Renny, 2014).

2. Penyebab Osteoarthritis
Menurut Sellam J, 2013 terjadinya osteoartritis disebabkan karena beberapa hal,
yaitu :
a. Perubahan metabolik seperti akibat dari penyakit wilson, artritis kristal,
akromegali, hemokromatosis.
b. Kelainan anatomi atau struktur sendi seperti panjang tungkai tidak sama,
deformitas valgus atau varus, dislokasi koksa kongenital.
c. Trauma: trauma sendi mayor, fraktur pada sendi atau osteonekrosis, akibat
bedah tulang.
d. Inflamasi: semua artropati inflamasi dan artritis septik.

3. Tanda dan gejala


a. Riwayat Penyakit
1) Nyeri
a) Nyeri pada awal gerakan
b) Nyeri selama bergerak
c) Nyeri yang menetap atau nyeri nocturnal
d) Membutuhkan analgesic
2) Hilangnya Fungsi
a) Kekakuan (stiffness)
b) Keterbatasan gerakan
c) Penurunan aktivitas sehari-hari
d) Kebutuhan akan alat bantu ortopedi
3) Gejala lain
a) Krepitasi
b) Peningkatan sensitivitas terhadap dingin atau lembab
c) Progresi bertahap (Joern, 2010)

25
b. Pemeriksaan Fisik
1) Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini
(secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur.
Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh gerakan) maupun eksentris
(salah satu arah gerakan saja) (Sudoyo, 2014)
2) Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh
pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit,
krepitasi dapat terdengar sampai jara tertentu. Gejala ini mungkin timbul
karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan
secara aktif maupun secara pasif (Sudoyo, 2014)
3) Pembengkakan sendi yang sering asimetris
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang
biasanya tak banyak (<100 cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit,
yang dapat mengubah permukaan senndi (Sudoyo, 2014)
4) Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada
OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tak menonjol dan
timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan
sendi-sendi kecil tangan dan kaki (Sudoyo, 2014)
5) Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan
permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada
tulang dan permukaan sendi (Sudoyo, 2014)
6) Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha, dan
OA tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti
tangan bahu, siku, dan pergelangan tangan, osteoarthritis juga
menimbulkan gangguan fungsi (Sudoyo, 2014)
26
7) Sendi-sendi yang terkena
Sendi-sendi yang sering terkena :
a) Pinggul
Nyeri dirasakan di daerah pangkal paha dan kadang-kadang dibagian
dalam lutut atau paha
b) Lutut
Saat digerakkan terjadi sensasi „gesekan‟ atau sering disebut dengan
krepitasi
c) Jari
Pertumbuhan tulang atau spurs di tepi sendi dapat menyebabkan jari
menjadi bengkak, lembut, dan merah
d) Kaki
Rasa sakit dan nyeri dirasakan di sendi besar di dasar jempol kaki.
Mungkin dikarenakan adanya pembengkakan di pergelangan kaki atau
jari kaki (Sudoyo, 2014)
8) Derajat OA
a) Kellgren- Lawrence
Tingkat keparahan OA dinilai berdasarkan skala penilaian Kellgren-
Lawrence (K-L system). K-L system merupakan alat penilaian yang
digunakan untuk menilai tingkat keparahan osteoarthritis lutut pada
foto polos X-ray. Berdasarkan skala penilaian Kellgren- Lawrence,
Osteoarthritis dibagi menjadi lima tahap :
 Grade 0
Pada tahap ini sendi masih dikategorikan „normal‟. Sendi tidak
menunjukkan tanda-tanda OA, dan fungsi sendi masih normal,
tanpa gangguan maupun nyeri
 Grade 1
Merupakan tahap awal OA. Pada tahap 1 ini mulai terjadi
pembentukan osteophyte (pertumbuhan tulang yang terjadi pada
sendi disebut juga dengan „spurs‟)
 Grade 2

27
Tahap ini disebut sebagai tahap ringan dari OA. Pada tahap ini
terjadi penyempitan ruang sendi yang sedang. Terbentuk
subkondral sklerosis yang moderate
 Grade 3
Pada tahap ini >50% terjadi penyempitan sendi, kondilus femoralis
bulat, subkondral sklerosis yang luas, pembentukan osteophyte
yang luas
 Grade 4
Pada tahap ini terjadi kerusakan sendi, hilangnya ruang sendi,
terdapat kista subkondral pada bagian atas tibia dan di kondilus
femoralis (Joern, et al., 2010)
b) WOMAC (Western Ontario and McMaster Universities Osteoathritis
Index)
Selain menggunakan gambaran Radiologi, tingkat keparahan
OA dapat dinilai menggunakan instrumen lain seperti Visual Analog
Scale (VAS), Lequesne‟s algofunctional index, knee Osteoarthritis
Outcome Score (KOOS), dan WOMAC (Maya, 2014). Walaupun
jarang digunakan pada praktik sehari-hari di klinik, instrument/index
WOMAC memiliki nilai yang cukup valid untuk menilai derajat
keparahan OA (Joern, et al., 2010). Validitas WOMAC berkisar antara
0,78-094, sedangkan reliabilitasnya antara 0,80-0,98 untuk OA lutut.
Instrumen ini memiliki tiga subskala yang nyeri, kekakuan, dan
keterbatasan fungsi fisik.
Pada subskala nyeri terdapat lima pertanyaan mengenai
intensitas nyeri yang dirasakan pada sendi-sendi pada saat berjalan,
naik tangga, istirahat, dan pada malam hari. Sedangkan subskala
kekakuan terdiri dari dua pertanyaan mengenai intensitas kekakuan
sendi yang dirasakan pada pagi dan sore/malam hari. Dalam subskala
keterbatasan fungsi fisik terdapat 17 pertanyaan. Subskala ini menilai
disabilitas penderita OA lutu yang terjadi saat naik turun tangga,
berdiri dari duduk, berdiri , membungkuk ke lantai, berjalan
dipermukaan datar, masuk/keluar dari mobil, berbelanja, memakai dan
melepas kaos kaki, berbaring dan bangun dari tempat tidur, mandi,

28
duduk, ke toilet, serta pada saat melakukan pekerjaan rumah tangga
baik ringan maupun berat (Yanuarti, 2014)

4. Komplikasi Penyakit
a. Fibromialgia
Fibromialgia adalah kondisi yang ditandai dengan rasa nyeri pada otot dan
tulang.
Rasa nyeri ini mampu menyebar ke seluruh tubuh dan akan disertai dengan
gejala sering mengantuk, suasana hati yang berubah, tubuh cepat lelah, hingga
daya konsentrasi dan ingat yang menurun.Namun penyebab dari fibromialgia
sendiri belum diketahui jelas; ada dugaan kuat bahwa kondisi ini terkait
gangguan senyawa kimia pada otak, cedera, penyakit infeksi, atau mutasi gen.
b. Tendinitis
Tendinitis merupakan kondisi ketika tendon mengalami iritasi atau radang.
Tendon sendiri merupakan jaringan penghubung antar tulang dan otot
sehingga tubuh manusia dapat bergerak dengan baik.Bila peradangan
menyerang tendon, seseorang dengan kondisi ini akan merasakan nyeri ketika
menggerakkan otot tubuhnya.
 Sindrom Lorong Karpal / Carpal Tunnel Syndrome
Bentuk gangguan muskuloskeletal lainnya adalah sindrom lorong
karpal yang ditandai dengan rasa nyeri, kesemutan, kelemahan dan
terkadang.Bila saraf pergelangan tangan mengalami tekanan
(terhimpit misalnya), maka sindrom ini dapat timbul.Pergelangan
tangan yang mengalami keretakan pun mampu menjadi salah satu
penyebab sindrom ini terjadi.
 Artritis Reumatoid
Rheumatoid arthritis atau artritis reumatoid adalah kondisi radang
pada sendi sebagai dampak dari gangguan sistem imun. Ketika sistem
kekebalan tubuh justru keliru menyerang jaringannya sendiri,
gangguan muskuloskeletal seperti artritis reumatoid dapat terjadi
dengan kondisi radang yang menyerang sendi cukup lama.
 Osteoarthritis
Osteoarthritis merupakan sebuah kondisi ketika sendi mengalami
radang kronis sebagai dampak dari rusaknya tulang

29
rawan.Osteoarthritis umumnya ditandai dengan rasa kaku dan nyeri
pada sendi di mana osteoarthritis ini pun sebenarnya masih termasuk
dalam golongan arthritis.Osteoarthritis ini pun merupakan
jenis penyakit degeneratif sendi yang seiring waktu dapat
membahayakan tubuh penderitanya.
c. Patah Tulang
Fraktur atau patah tulang merupakan jenis gangguan muskuloskeletal
lainnya, yaitu sebuah kondisi saat tulang mengalami patah sehingga
mengalami perubahan bentuk dan posisi.Umumnya cedera menjadi
penyebab utama tulang patah, namun sebenarnya terdapat banyak jenis
patah tulang tergantung penyebabnya.Tingkat keparahan gangguan
muskuloskeletal berbeda antar individu yang mengalaminya, tergantung
pula dari jenis gangguan muskuloskeletal yang terjadi.Pada beberapa
kasus, penderitanya merasakan sakit yang parah sehingga aktivitas sehari-
hari terhambat.
5. Masalah kesehatan Osteoarthritis dikaitkan dengan gerontologi
Osteoarthritis bisa terjadi pada segala kelompok usia, termasuk orang
berusia muda dan lansia. Namun seringnya, gejala osteoarthritis baru
muncul pada saat seseorang menginjak usia lebih tua. Hal ini didukung
oleh National Library of Medicine yang menyebutkan banyak orang
mengalami gejala osteoarthritis pada usia 70 tahun.Pada usia muda,
osteoarthritis lebih disebabkan karena faktor trauma. Misalnya, karena
cedera olahraga, kecelakaan, atau faktor genetik. Sedangkan pada lansia,
osteoarthritis disebabkan karena melemahnya sendi dan tulang seiring
pertambahan usia.Bertambahnya usia bukan hanya membuat sendi dan
tulang menjadi kaku, melainkan juga membuat produksi cairan sinovial
yang berfungsi sebagai pelumas menjadi berkurang. Akibatnya, lansia
rentan mengalami pergesekan antara tulang dan sendi, menyebabkan
tulang rawan menipis dan menimbulkan gejala fisik yang mengganggu
aktivitas. Di antaranya adalah nyeri, bengkak, dan masalah pergerakan
sendi.
Selain usia, adakah faktor lain penyebab osteoarthritis? Tentu ada, berikut
ini faktor risiko osteoarthritis selain usia yang perlu diketahui:

30
 Riwayat keluarga. Risiko pengapuran sendi meningkat pada orang
yang memiliki riwayat kondisi serupa di dalam keluarga.
 Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko mengalami pengapuran sendi
dibandingkan pria. Risiko ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon
estrogen pada perempuan setelah menopause.
 Kelebihan berat badan (overweight atau obesitas). Kelebihan berat
badan memberi tekanan lebih besar pada persendian, tulang rawan,
dan tulang (terutama pada lutut). Hal ini yang memicu terjadinya
pengapuran pada lutut hingga membatasi kemampuan gerak.
 Pekerjaan. Terutama pekerjaan yang melibatkan sendi dan tulang
secara berlebihan.
 Cedera pada sendi. Misalnya, akibat kecelakaan atau terjatuh.
 Mengidap penyakit radang sendi lain, seperti asam urat atau
rheumatoid arthritis.

6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukanstatus kesehatan dan fungsional dan untuk
menentukan pola respon pasien. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi (Muttaqin,
2010) :
1) Anamnesis
Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau wawancara untuk menggali
masalah keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat adalah mengkaji
riwayat kesehatan pasien. Perawat memeroleh data subjektif dari pasien
mengenai 17 masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah
dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah
kesehatan dapat memengaruhi perbaikan kesehatan.
a) Informasi Biografi
Informasi biografi meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, status
pekerjaan, status perkawinan, nama anggota keluarga terdekat atau
orang terdekat lainnya, agama, dan sumber asuransi kesehatan.

31
b) Keluhan Utama
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan menanyakan
tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu
pertolongan.
c) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan termasuk alasan untuk mencari perawatan
kesehatan dan pengkajian riwayat kesehatan masa lampau dan saat ini.
1. Riwayat Kesehata Saat ini
Riwayat penyakit sekarang merupakan serangkaian wawancara
yang dilakukan perawat untuk menggali permasalahan pasien dari
timbulnya keluhan utama pada saat pengkajian. Misalnya, sejak
kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa x keluhan
tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, di mana
pertama x keluhan timbul apa yang sedang dilakukan ketika
keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau
memperingan keluhan, usaha mengatasi keluhan ini sebelum
meminta pertolongan, serta berhasil atau tidaknya usaha tersebut,
dan sebagainya pertanyaan tentang penggunaan obat-obatan yang
telah digunakan oleh pasien perlu mendapat perhatian dengan
tujuan mencegah perawat dalam melakukan pemberian obat yang
tidak rasional dan memungkinkan memberidampak yang
merugikan pada pasien akibat efek samping dari obat-obatan yang
telah dan akan diberikan.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah
dialami sebelumnya. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
 Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi
Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu
yang masih relevan, seperti pemakaian obat kortikosteroid.
Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Selain itu
juga harus menanyakan alergi obat dan reaksi alergi seperti apa
yang timbul.
 Riwayat Keluarga

32
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami
oleh keluarga. Apabila ada anggota keluarga yang meninggal,
maka penyebab kematian juga ditanyakan. Hal ini ditanyakan
karena banyak penyakit menurun dalam keluarga.
 Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan
lingkungannya. Seperti kebiasaan sosial dan kebiasaan yang
memengaruhi kesehatan
 Status perkawinan dan kondisi kehidupan
Tanyakan mengenai status perkawinan pasien dan tanyakan
dengan hati hati menganai kepuasan dari kehidupannya yang
sekarang.
2) Pemeriksaan Diagnostik
a) Reaksi aglutinasi : positif
b) LED meningkat pesat
c) Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi
d) SDP : meningkat pada proses inflamasi
e) JDL : menunjukkan ancaman sedang
f) Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
g) RO : menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis, pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang,
penyempitan tulang sendi.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasicairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan:Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan
dengan:Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum,
Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan
lingkunganberhubungan dengan:Proses penyakit degeneratif jangka
panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.

33
c. Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasicairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
Intervensi :
a) Kaji keluhannyeri :catatlokasi dan intensitasnyeri (skala 6). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
b) Bantu klienmengambilposisi yang nyaman pada waktutiduratau duduk
di kursi. Tingkatkanistirahatdi tempattidursesuaiindikasi
c) Bantu klienuntuk mandi hangat pada waktubanguntidur
d) Bantu klienuntukmengompreshangat pada sendi-sendi yang
sakitbeberapa kali sehari
e) Berikanmasase yang lembut
f) Dorongpenggunaanteknikmanajemen stress
misalnyarelaksasiprogresifsentuhanterapeutik bio feedback, visualisasi,
pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.
g) Beri obatsebelumaktivitas/latihan yang direncanakansesuaipetunjuk
h) Bantu kliendenganterapifisik.

2. Diagnosa Keperawatan 2
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan:Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
Intervensi :
a) Pantautingkatinflamasi/rasa sakit pada sendi
b) Pertahankantirah baring/duduk jikadiperlukan
c) Jadwal aktivitasuntukmemberikanperiodeistirahat yang terus-menerus
dan tidurmalamharitidakterganggu
d) Bantu kliendenganrentanggerakaktif/pasif dan latihanresistif dan
isometrik jika memungkinkan
e) Doronganuntukmempertahankanposisi tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.

34
f) Berikanlingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset,
menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat
bantu mobilitas/kursi roda penyelamat
g) Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.
3. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan
dengan:Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum,
Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Intervensi :
a) Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan.
b) Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang,memastikan
bagaimana pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup
sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual
c) Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
d) Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh/perubahan.
e) Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
f) Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
g) Ikut sertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal
aktivitas.
4. Diagnosa Keperawatan 4
Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan
lingkunganberhubungan dengan:Proses penyakit degeneratif jangka
panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.
Intervensi :
a) Kaji tingkat fungsi fisik
b) Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan
untuk diri sendiri.
c) Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi
individual.
d) Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu
mobilisasi
35
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. KASUS
Kakek. S (63 th) masuk ke panti werda karena sudah tidak memiliki keluarga lagi.
Klien sudah 5 tahun tinggal di panti, sebelumnya klien menumpang ditempat
temannya. Selama ini klien mengatakan dari muda pekerjaannya kuli bongkar muat di
pelabuhan. Setelah berusia 50 tahun, klien baru berhenti sebagai kuli bongkar muat
dan berjualan koran dijalan. Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan
sebelum masuk panti werda, klien menjadi korban tabrak lari dan kaki sebelah kanan
klien patah namun karena klien tidak memiliki biaya, kaki klien hanya dibawa ke
klinik patah tulang saja tidak dilakukan operasi. Saat dilakukan pengkajian oleh
perawat, klien mengatakan sudah satahun ini nyeri pada kakinya kambuh lagi, terasa
ngilu dan seperti diremas-remas, nyeri hilang timbul terutama pada malam sampai
pagi hari, skala nyeri 6. Klien mengatakan tidak bisa berjalan jauh, kakinya sakit jika
dibawa jalan sehingga aktifitas klien hanya duduk atau tiduran saja. Klien tidak
pernah ikut kegiatan senam di panti sejak kakinya sakit. Klien mengatakan untuk
beribadah sholat selama ini klien duduk, klien tidak mau menggunakan alat bantu
berjalan karena menurut klien dirinya terlihat seperti orang cacat jika menggunakan
kruk. Kekuatan otot klien ekstremitas atas dalam batas normal, ekstremitas kanan
bawah 3333 kiri bawah dalam batas normal. Terdengar bunyi krepitasi, aktiivitas
hanya di kursi, klien tampak meringis. Klien mengatakan jika kakinya sakit oleh klien
dipijat dengan menggunakan obat gosok. Patella terlihat sedikit bengkak, teraba
hangat dan terlihat deformitas antara ekstremitas kanan dan kiri. TTV TD : 140/100
mmHg, Nadi : 100 x/mnt, Napas : 20 x/menit. klien mengatakan sudah satu minggu
nyeri dikaki tidak hilang, klien tampak menguap, mata merah. Klien mengatakan sulit
tidur karena sakit pada kakinya, tidur hanya 3 jam. Klien mandi 3x/hari yaitu pukul
04.00, 15.00 dan 20.00 sebelum tidur. Penampilan klien rapih, aktivitas klien mandiri.
Klien tampak berjalan pincang, lantai kamar dan kamar mandi sedikit licin,
penerangan kurang dan penataan ruangan sempit. Klien sampai saat ini masih
merokok, mengkonsumsi kopi 2 gelas perhari. hasil pengkajian SPMSQ klien 8, nilai
index depresi 4.

36
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Identitas Klien
Nama : Tn. S
Usia : 63 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan ` :-
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat :Cipayung
Penampilan :Kantung mata terlihat menghitam dan warna
rambutsebagian besar putih
2) Pemeriksaan Fisik
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sudah satahun ini nyeri pada kakinya kambuh lagi,
terasa ngilu dan seperti diremas-remas, nyeri hilang timbul terutama pada
malam sampai pagi hari, skala nyeri 6. Klien mengatakan tidak bisa
berjalan jauh, kakinya sakit jika dibawa jalan sehingga aktifitas klien
hanya duduk atau tiduran saja.
b. Pembuluhdarah
Hasil pemeriksaan akral hangat, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada dan warna dasar kuku merah
muda
c. Kepala
Hasil pemeriksaan kepala tidak ada lesi, bersih, distribusi rambut merata,
warna rambut sebagian bessar putih, konjungtiva an anemis,
kantungmataterlihatmenghitam
d. Rongga mulut
Hasil pemeriksaan mukosa bibir lembab, tidak ada stomatis
e. Telinga
Hasil pemeriksaankemampuanmendengarberkurang
f. Saluranpencernaan
Hasil pemeriksaan kemampuan menelan baik
g. Kulit
Hasil pemeriksaan turgor kulit agak lambat (proses menua) dan tidak ada
lesi

37
h. Paru-paru dan jantung
Hasil pemeriksaan dada simetris, bunyi jantung S1 – S2 normal dan bunyi
paru vesikuler
i. Hati
Hasil pemeriksaan tidak ada pembesaran hepar
j. Keadaansyaraf
Hasil pemeriksaansyaraf kekuatan otot klien ekstremitas atas dalam batas
normal, ekstremitas kanan bawah 3333 kiri bawah dalam batas normal
5555 5555
3333 5555
3) Pemeriksaan Status Fungsional
a. Indeks Katz
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian, dan mandi. Pasien mampu makan, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi secara mandiri tanpa bantuan orang lain
B Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian, dan mandi. Pasien mampu makan, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi secara mandiri tanpa bantuan orang lain
C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.
D Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke 27
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

38
b. Short Portable Mental Status Quesitionnaire (SPMSQ)
Setelah dilakukan pemeriksaan SPMSQ pasien Tn.S yaitu 8 fungsi
intelektual kerusakan sedang
Skor
+ - No. Pertanyaan Jawaban
+ 1. Tanggalberapahariini ? Pasienmengatakanhariinitanggal
02 Juni
+ 2. Hari apasekarang ? Pasienmengatakanhariinihari
Rabu
+ 3. Apanamatempatini ? Pasienmengatakamtempatini
Panti Werda
+ 4. Dimana alamatanda ? Pasien mengatakan alamatnya
berada di Cipayung
+ 5. Berapaumuranda ? Pasienmengatakanumurnya 63
tahun
+ 6. Kapan andalahir ? Pasienmengatakanlahirtahun
1958
+ 7. Siapakahpresiden Indonesia Pasienmengatakan tau
saatini ? namapresidensaatini
- 8. Siapakahpresidensebelumnya ? Pasienmengatakantidak tau
namapresidensebelumnya
+ 9. Siapanamakecilanda ? Pasienmengatakan tau
namakecilnya dan
menyebutkannya
- 10. Kurangi 3 dari 20 dan Pasientidakmampumelakukannya
tetappengurangan 3
darisetiapangkabaru,
semuasecaramenurun !
JumlahKesalaan Total 8 (kerusakanintelektualsedang)

39
c. MMSE (Mini Mental State Exam)
Setelah dilakukan pemeriksaan MMSE pasien Tn.S yaitu 26 tidak ada
kelainan kognitif
Nilai Pasie Pertanyaan
Maksimu n
m
Orientasi
Tahun, musim, tanggal, hari, bulan, apa sekarang? Dimana kita
(Negara bagian, wilayah, kota) di RS mana? Ruang apa?

Pasienmengatakansekarangtahun 2021, tanggal 2, bulan Juni,


di negara Indonesia, Cipayung, pasienmengatakanberada di
10 10 Panti Werda
Registrasi
Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing)
tanyakan pada lansia ke 3 objek setelah anda katakan. Beri poin
untuk jawaban benar, ulangi sampai lansia mempelajari
ketiganya dan jumlah skor yang telah dicapai

3 3 Pasien dapat menyebutkan kembali nama barang yang di


tunjukkan (meja, kursi, dan pintu) setelah dikatakan perawat
Perhatian dan Kalkulasi
Pilihlah kata dengan 7 huruf, missal kata “panduan”, berhenti
setalah 5 huruf, beri satu poin tiap jawaban benar, kemudian
dilanjutkan, apakah lansia masih ingat huruf selanjutnya

Pasiendapatmelanjutkanhurufselanjutnyasetelahdikatakanpera
5 5 wat
Mengingat
Minta untukmengulangiketigaobjekdiatas,
berisatupoinuntuktiapjawabanbenar

3 3 Pasien masih mengingat dan bisa mengulangi ketiga benda


yang di ucapkan sebelumnya
Bahasa
Nama pensil dan melihat (2 poin)

40
9 5 Pasienkurangjelasdalammenyebutkan
30 26 Tidak adakelainankognitif

d. Skala Depresi Geriatik Yesavage (GDS) Short Version


Setelah dilakukan pemeriksaan GDS pasien Tn.S yaitu 3 Skor not depressed
(Tidak depresi/normal).
No. Pertanyaan Jawaban Skor
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan Ya/Tidak 0
kehidupan anda ?
2. Apakah anda telah meninggalkan Ya/Tidak 1
banyak kegiatan dan minat atau
kesenangan anda ?

3. Apakah anda merasa kehidupan anda Ya/Tidak 0


kosong ?
4. Apakah anda sering merasa bosan ? Ya/Tidak 1
5. Apakah mempunyai semangat yang Ya/Tidak 1
baik setiap saat ?
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang Ya/Tidak 0
buruk akan terjadi pada anda ?
7. Ya/Tidak 0
8. Apakah anda sering merasa tidak Ya/Tidak 0
berdaya ?
9. Apakah anda lebih senang tinggal Ya/Tidak 0
dirumah daripada keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa mempunyai Ya/Tidak 0
banyak masalah dengan daya ingat
anda disbanding dengan kebanyakan
orang ?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda Ya/Tidak 0
sekarang ini Ya/Tidak menyenangkan ?
12. Apakah anda merasa tidak berharga Ya/Tidak 0
seperti perasaan anda saat ini ?

41
13. Apakahandamerasaandapenuhsemangat Ya/Tidak 0
?
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan Ya/Tidak 0
anda tidak ada harapan ?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain Ya/Tidak 1
lebih baik keadaannya daripada anda ?
Total not depressed 4
(Tidak
depresi/normal)

42
C. ANALISA DATA
Nama : Kakek S
Umur : 63 Tahun Perawat : Arga
No Tgl Data Problem Etiologi Paraf
1 21/05/21 DS :
- Klien mengatakan sudah 1 tahun nyeri pada
kakinya kambuh
P : Nyeri timbul dan bertambah pada saat
beraktifitas
Q : Nyeri seperti diremas-remas
R : Nyeri dibagian kaki kanan
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul
- Klien mengatakan sudah seminggu ini nyeri pada Agens Cedera Biologis Nyeri Akut (00132)
kakinya tidak hilang.
- Klien mengatakan sulit tidur, tidur hanya 3 jam
karena terasa sakit kakinya.

DO :
- Klien tampak meringis kesakitan
- Terlihat deformitas antara ekstremitas kanan dan
kiri
- Patella klien terlihat bengkak dan teraba hangat

43
- Klien tampak menguap dan mata merah
- Terdengar bunyi krepitasi
TTV :
TD : 140/100 mmHg
ND : 100 x/mnt
RR : 20 x/mnt

2 21/05/21 DS :
- Klien mengatakan tidak bisa berjalan jauh dan
terlalu banyak aktifitas karena kakinya sangat
terasa sakit.
- Klien mengatakan untuk beribadah sholat, klien
hanya duduk
DO : Penurunan kekuatan otot Hambatan Mobilitas Fisik
- Klien tampak beraktifitas hanya di kursi (00085)
- Klien tampak berjalan pincang
- Kekuatan otot klien
5555 5555
3333 5555
3 21/05/21 DS :
- Klien mengatakan tidak mau menggunakan alat
bantu jalan (kruk), karena merasa seperti orang Lingkungan yang tidak
cacat. terorganisasi Risiko Jatuh (00155)

44
DO :
- Ruangan klien terlihat lantai kamar dan kamar
mandi sedikit licin, penerangan kurang dan
penataan ruangan sempit.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Kakek S
Umur : 63 tahun Perawat : Arga
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Paraf

1 21/05/21 Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan Agens cedera biologis

2 21/05/21 Hambatan Mobilitas Fisik (00085) berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot

3 21/05/21 Risiko Jatuh (00155) berhubungan dengan Lingkungan fisik

45
E. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama : Kakek S
Umur : 63 tahun Perawat : Arga
No. Tanggal Dx NOC NIC Paraf
1 21/05/21 1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 Manajemen Nyeri (1400)
jam, diharapkan nyeri dapat berkurang. - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
Dengan Kriteria hasil : lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
a. Kontrol Nyeri (1605) intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
- Mengenali kapan nyeri terjadi - Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani
Saat dikaji Tujuan nyeri dengan tepat
1 3 - Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
- Menggunakan analgesik yang direkomendasikan - Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat
Saat dikaji Tujuan mencetuskan atau meningkatkan nyeri
1 4 - Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan
- Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada resapan analgesik
professional kesehatan
Saat dikaji Tujuan Monitor tanda-tanda vital (6680)

1 4 - Monitor tekanandarah, nadi, suhu dan status


pernafasandengantepat
- Monitor tekanandarahsaatpasienberbaring, duduk dan

- Melaporkan nyeri yang terkontrol berdirisebelumdansetelahperubahanposisi.

Saat dikaji Tujuan

46
1 4

b. Tingkat Nyeri (2102)


- Nyeri yang dilaporkan
Saat dikaji Tujuan
1 4
- Ekspresi nyeri wajah
Saat dikaji Tujuan
1 4
2 21/05/21 2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 TerapiLatihan :Mobilitas Sendi (0024)
jam, diharapkan klien dapat beraktifitas kembali. - Jelaskan pada pasienmanfaat dan
Dengan kriteria hasil : tujuanmelakukanlatihansendi
a. Pergerakan (0208) - Monitor lokasi dan kecenderunganadanyanyeri dan
- Berjalan ketidaknyamananselamapergerakan/aktivitas
Saat dikaji Tujuan - Inisiasipengukuran control
1 4 nyerisebelummemulailatihansendi
- Bergerak dengan mudah - Lakukanlatihan senam lututsesuaijadwal yang teratur
dan terencana
Saat dikaji Tujuan
1 5 Terapi Latihan : Kontrol Otot (0226)
- Jelaskan protocol dan rasionalisasi latihan pada pasien
- Beri pakaian yang tidak menghambat pergerakan
pasien

47
- Dorong pasien untuk mempraktikan lathan secara
mandiri, sesuai indikasi
3 21/05/21 3 Setelah dilakukanasuhankeperawatan 3 x 24 Jam, Pencegahan Jatuh (6490)
diharapkanRisikojatuhteratasi. Dengankriteriahasil: - Mengidentifikasidefisitkognitifataufisikpasien yang
a. KontrolRisiko (1902) dapatmeningkatkanpotensijatuhdalamlingkunganterten
- Mengidentifikasifaktorrisiko tu
Saat dikaji Tujuan - Mengidentifikasilingkungan yang
2 3 dapatmeningkatkanpotensiuntukjatuh (misalnya, lantai
b. Kejadianjatuh: tidakadakejadianjatuh yang licin)
Saat dikaji Tujuan - ajarkanpasienbagaimanajikajatuh,
2 3 untukmeminimalkancedera

c. Menggunakan system dukungan personal - sediakanpencahayaan yang


untukmengurangirisiko cukupdalamrangkameningkatkanpandangan

Saat dikaji Tujuan - sediakan alas kaki yang

2 4 tidaklicinuntukmemfasilitasikemudahanmenjangkau

48
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Kakek S
Umur : 63 tahun Perawat : Arga
No Tgl DiagnosaKeperawatan Implementasi TTD
1 24/05/2021 Hambatan Mobilitas Fisik (00085) berhubungan TerapiLatihan :Mobilitas Sendi (0024)
dengan Penurunan kekuatan otot - Menjelaskan pada pasienmanfaat dan
tujuanmelakukanlatihansendi
- Memonitorlokasi dan kecenderunganadanyanyeri dan
ketidaknyamananselamapergerakan/aktivitas
- Menginisiasipengukurankontrolnyerisebelummemulailatihansendi
- MelakukanLatihan senam lututsesuaijadwal yang teratur dan
terencana.
Terapi Latihan : Kontrol Otot (0226)
- Menjelaskan protokol dan rasionalisasi latihan pada pasien
- Memberi pakaian yang tidak menghambat pergerakan pasien
- Mendorong pasien untuk mempraktikan latihan secara mandiri,
sesuai indikasi

49
G. EVALUASI KEPERAWATAN
NO Dx Tgl SOAP TTD
2 24/05/2021 S :
- Pasien mengatakan nyeri pada lutut kanan sedikit berkurang
- Pasien mengatakan lututnya tidak kaku dan sedikit bisa digerakan
O:
- Pasien tampak bisa menekuk lutunya sedikit demi sedikit
- Pasien tampak terlihat lebih rileks pada saat mengikuti terapi senam lutut
A:
- Masalah teratasi Sebagian
P:
- Lanjutkan Intervensi

50
BAB IV
PEMBAHASAN
Menua (aging) merpakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya (Meliana, 2016). Peningkatan
populasi lanjut usia di dunia saat ini sejalan dengan peningkatan jumlah kasus nyeru
sendi (Eliopoulus, 2013). Proses penuaan ditandai dengan perubahan fisiologis yang
terjadi pada beberapa oragan dan sistem. Perubahan yang terjadi menyebabkan
penurunan fungsi tubuh untuk melakukan aktivitas. Urutan 10 masalah kesehatan
yang kerap dialami lansia adalah hipertensi, arthritis, stroke, PPOK, DM, kanker,
jantung coroner, batu ginjal, gagal jantung dan gagal ginjal (Pusat Data Informasi
Kesehatan, 2016). Data tersebut menunjukan bahwa penyakit arthritis yang
berkontribusi pada keluhan kaku sendi, nyeri dan keterbatasan pergerakan menempati
urutan kedua terbesar setelah hipertensi (Achmad,dkk. 2018). Masalah
musculoskeletal seperti arthritis dan gangguan pada tulang menjadi masalah yang
sering terjadi pada lansia karena memengaruhi mobilitas dan aktivitas yang
merupakanhal vital bagikesehatan total lansia. Pada kasus kakes S (63 tahun) dimana
pasien mengatakan bahwa nyeri pada kakinya, terasa ngilu dan seperti diremas-remas,
nyeri hilang timbul terutama pada malam sampai pagi hari, skala nyeri 6. Klien
mengatakan tidak bisa berjalan jauh, kakinya sakit jika dibawa jalan sehingga aktifitas
klien hanya duduk atau tiduran saja. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat
perawat. Berdasarkan pengkajian dan analisa data pada kasus yang dilakukan pada
Kakek S diagnosa yang diangkat yaitu nyeriakut, hambatan mobilitas fisik dan
risikocidera. Intervensi yang dilakukan pada kakek S adalah senam lutut. Menurut
Ambardini (2014) mengatakan bahwa nyeri pada pasien osteoathritis lutut derajat I
dan II dapat dikurangi dengan melakukan exercise seperti ROM (Fleksi ekstensi lutut),
latihan ini dapat mengurangi nyeri pada pasien Osteoarthritis. Latihan gerak sendi
lutut merupakan bagian penting dalam manajemen osteoarthritis. Implementasi yang
sudah dilakukan pada kakek S mengkaji skala nyeri, memonitor lokasi dan
kecenderungan adanya nyeri dilanjutkan dengan mengajarkan teknik senam lutut.
Respon klien setelah diberikan implementasi adalah klien mengalami pengurangan
nyeri dari skala 6 menjadi 5 dengan kategori nyeri sedang setelah melakukan senam

51
lutut. Sesuai dengan teori Mentes (2010) dengan menjadi lebih aktif, orang dewasa
atau dengan osteoarthritis lutut dapat menurunkan rasa sakit mereka dan risiko
gangguan fungsional atau cacat. Kakek S dilakukan evaluasi dihari pertama
mengatakan nyeri pada lutut kanan sedikit berkurang, lututnya tidak kaku dan sedikit
bisa digerakan. Masalah pada kakek S masih teratasi sebagian dan intervensi masih
dilanjutkan.

52
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lanjut Usia adalah penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Menua atau menjadi tua a
dalah suatuproses menghilangnya secara perlahan,suatu jaringan untukmempertahank
an struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses menuaadalah proses yang pastiterjadi pada setiap orang, terjadi secara
terus menerus secara alamiah, dimulai sejak lahir dan dialami oleh makhluk hidup
(Dariah, 2015). Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang berperan dalam
menunjang, melindungi dan menggerakan tubuh. Rangka merupakan bingkai bagi
struktur tubuh dan melindungi organ internal yang rentan dari kerusakan. Otot dengan
bantuan sendi, ligament dan tendon memungkinkan tulang bergerak (Risnanto &
Insani, 2014). Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang terjadi pada cartilago (tulang
rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan sendi yang
terkena. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain,
sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri pembatasan gerak pada sendi. (Helmi, 2016).
Dalam asuhan keperawatan kakek S dengan osteoarthritis kelompok menggunakan
tahap proses keperawatan yaitu : pengkajian, diagnosakeperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Pada analisa data didapatkan
dua data sehingga membentuk tiga diagnosa yaitu nyeri Akut berhubungan dengan
Agens cedera biologis, hambatanmobilitasfisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot dan risiko cedera berhubungan dengan lingkungan fisik. Pelaksanaan
perencanaan keperawatan sesuai dengan teori yang ada, pada tahap evaluasi masalah
keperawatan baru teratasi sebagian.

B. SARAN
1. Bagi Profesi Keperawatan
Meningkatkan riset dalam bidang keperawatan gerontik agar pada saat menentukan
perencananaan serta pelaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan lebih tepat
dan lebih spesifik dengan melihat respon pasien dan keluarga pasien.

53
2. Bagi Penulis
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam
mengembangkan wawasan hipertensi pada lansia.

54
DAFTAR PUSTAKA

Aspriani, Reny Yuli. (2014) Buku ajar asuhan keperawatan gerontik aplikasi NANDA, NIC
dan NOC-Jilid 1. Jakarta : CV. Trans Info Media
Aspiani, R. Y.(2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi Nanda, NIC dan
NOC Jilid 2. Jakarta : TIM.
Sellam, J & Berenbaum, F 2013, „Is osteoarthritis a metabolic disease?‟, Joint Bone Spine,
vol. 80, no. 6, pp. 568-573, di akses tanggal 24 September 2017
Joern, W, et al. (2010). The Epidemiology, Etiology, Diagnosis, and Treatment of
Osteoarthritis of the Knee. Continuing Medical Education
Muttaqin, Arif. (2010). Pengkajian Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.

Allen, K.D., Golightly, Y.M. (2015). Epidemiology of osteoarthritis: state of the evidence.
Curr Opin Rheumatol, 27(3), 276-283.

American College Rheumatology, 2012. Guidelines for the Management of Rheumatoid


Arthritis, Arthritis & Rheumatism, 46 (2), 328–346.

Ambardini, L. 2014. Aktifitas Fisik Pada Lanjut Usia.Yogyakarta: Staff Pengajar UNY
Helmi, Z. N. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. A. (2014)
Risnanto & Uswatun Insani. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah: sistem
muskuloskeletal (Ed.1) Yogyakarta: Deepublish
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.

55

Anda mungkin juga menyukai