Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

FALSAFAH TEORI KEPERAWATAN


TEORI KEPERAWATAN AFAF IBRAHIM MELEIS

(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Falsafah Teori Keperawatan yang
dibimbing oleh Ns Wulan Noviantika )

Disusun Oleh:

Atep Suhendar
NIM. C.0105.20.041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Berkat rahmat dan karunia-Nya, terselesaikanlah makalah yang berudul “Teori
Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis” ini dengan sebaik-baiknya.

Makalah Falsafah Teori Keperawatan ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Falsafah Teori Keperawatan, yaitu “Teori Keperawatan Afaf Ibrahim
Meleis”. Melalui Penugasan ini diharapkan para Mahasiswa dapat memahami tentang
Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis yang pada gilirannya dapat di implementasikan
dalam pembelajaran. Dapat memahami serta mampu menyampaikan ide/gagasan
pemecahan masalah Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis.

Kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


dalam menyelesaikan makalah ini. Kepada semua rekan-rekan, kami mengucapkan
selamat membaca dan manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya.

kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menjadikan fram of think dalam megambil suatu
putusan pembelajaran, pisau pemilah dalam pemecahan masalah, dan bahkan sebagai
bagian hidup yang integrative kritik dan saran perbaikan sangat kami harapkan demi
kelengkapan dan penyempurnaan tugas ini.

Cimahi, 21 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian..........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TEORI AFAF IBRAHIM MELEIS....................................3
2.1 Sejarah Teori................................................................................................................3
2.2 KonsepdanDefinisi.......................................................................................................4
2.3 ScopeatauCakupanTeori...............................................................................................9
2.4 HubunganAntar-Konsep.............................................................................................10
2.5 AsumsiTeori...............................................................................................................10
2.6 Ciri Khas Teori (Theoretical Assertions)....................................................................11
2.7 Bentuk Logika............................................................................................................12
2.8 Penerimaan dari Komunitas Keilmuan.......................................................................12
2.9 Pengembangan Lanjutan.............................................................................................14
2.10 AnalisaTeoriAfaf Ibrahim Meleis...............................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
3.1 TeoriTransisiAfaf Ibrahim Meleis..............................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN JANTUNG KORONER.........................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi
oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh, dengan demikian perawat harus mampu
berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon
manusia. Banyak bentuk-bentuk pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus
dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model
keperawatan dalam proses keperawatan dan tiap model dapat digunakan dalam praktek
keperawatan sesuai dengan kebutuhan.
Bentuk profesionalisme keperawatan salah satunya ditunjukkan dalam
pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan
rasional dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi kelima tahapan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Penerapan teori keperawatan yang diperkenalkan oleh para ahli dibidang
keperawatan perlu terus dikembangkan penerapannya di lapangan atau pada praktik
keperawatan. Banyak teori yang telah diperkenalkan oleh para ahli keperawatan. Salah
satunya adalah model konsep keperawatan yang dikembangkan oleh Afaf Ibrahim
Meleis. Teori yang diperkenalkannya adalah Teori Transisi. Model konsep yang
diperkenalkan oleh Meleis tersebut menekankan bahwa seseorang akan mengalami
masa transisi dalam hidupnya. Peran perawat dalam hal ini membantu individu tersebut
dalam masa transisi agar mampu memenuhi kebutuhan self-care pada saat kondisi sakit
atau tidak mampu memenuhi kebutuhannya.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui Aplikasi Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis dalam Asuhan
Keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus

1
1. Mengetahui Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis yang didapat pada
berbagai literature pustaka.
2. Melakukan kajian dari Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis yang
didapat pada berbagai literature pustaka tersebut
3. Menganalisis permasalahan yang ada di klinik atau pendidikan yang dapat
dipecahkan dengan menggunakan Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis
4. Membuat rancangan penerapan Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis
dalam Asuhan Keperawatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TEORI AFAF IBRAHIM MELEIS
2.1 Sejarah Teori
Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis, Personal
Communication, 29 Desember 2007)ia mengatakan bahwa keperawatan sudah menjadi
bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya dainggap TheFlorence Nightingale dari
Timur tengah. Ia adalah orang pertama di Mesir yang mendapatkan gelar BSN dari
Syracuse University, dan merupakan perawat pertama di Mesir yang mendapatkan delar
MPH dan PhD dari Egyprin University. Meleis mengagumi dedikasi dan komitmen
sang ibu kepada profesi dan menggap keperawatan sudah ada dalam darahnya. Di
bawah pengaruh ibunya, Meleis menjadi tertarik terhadap keperawatan dan memilih
untuk mendalami disiplin ilmu keperawatan. Namun ketika ia memilih untuk mengikuti
keperawatan, orang tuanya merasa keberatan dengan keputusannya tersebut karena
mereka tahu bagaimana perjuangan perawat untuk dapat berjuang mendapatkan kualitas
dari care. Namun pada akhirnya mereka menyetujui apa pilihannya dan mereka
meyakinkan Afaf bahwa ia dapat melakukannya.
Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The University of
Alexandria, Egypt. Ia datang ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya menjadi
seorang perawat akademisi (Meleis, Personal Communication, 29 Desember 2007). Dari
The University of California, Los Angeles, ia menerima gelar MS dalam bidang
keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dalam bidang sosiologi pada tahun 1966, dan
sebuah gelar PhD dalam bidang Medical and Social Psychology pada tahun 1968.
Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai administrator dan
instruktur di The University of California, Los Angeles dari tahun 1966 sampai 1968
dan sebagai asisten profesor dari tahun 1968 sampai 1971. Pada tahun 1971, ia pindah
ke The University of California, San Fransisko (UCSF), dimana ia menghabiskan 34
tahun berikutnya dan mengembangkan Transitions Theory. Pada tahun2002, nama
Meleis dinominasikan dan menjadi nama sebuah sekolah keperawatan yaitu Meleis

3
Bond Simon Dean of The School of Nursing at the University of Pennsylvania.
(Alligood&Tomey 2010).
2.2 KonsepdanDefinisi
Transition theory adalah salah satu nursing theory yang dicetuskan oleh Afaf
Ibrahim Meleis, teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1960. Transisi adalah konsep
yang sering digunakan didalam teori perkembangan dan teori stress-adaptasi. Transisi
mengakomodasi kelangsungan dan ketidakberlangsungan dalam proses kehidupan
manusia. Transisi berasal dari bahasa latin “transpire” yang berarti “pergi menyebrang”,
dalam kamus Webster, transisi berarti pergerakan dari satu keadaan, kondisi, atau
tempat ke kondisi lainnya.
Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi yang sehat atau
transisi yang tidak efektif dalam kaitannya dengan peran yang tidak efektif. Meleis
mendefenisikan peran yang tidak efektif sebagai kesulitan di dalam mengenal atau
kinerja dari peran atau perasaan dan tujuan yang terkait dengan peran perilaku seperti
yang dirasakan oleh diri sendiri atau oleh orang lain (Meleis, 2007 dalam Alligood,
2014).
Konsep umum dari Transition Theory terdiri dari:
1. Tipe dan Pola dari Transisi,
Tipe transisi terdiri developmental, health and illness, situational, and
organizational. Developmental (perkembangan) terdiri dari kelahiran, kedewasaan
(adolescence), menopause, penuaan (aging), dan kematian. Health and illness
(sehat dan sakit) terdiri dari proses pemulihan, hospital discharge (keluar dari
rumah sakit), dan diagnosis dari penyakit kronis. Organizational transition adalah
perubahan kondisi lingkungan yang berefek pada kehidupan klien, serta kinerja
mereka (Schumacer &Meleis, 1994 dalam Alligood, 2014).
Pola transisi terdiri dari multiple dan kompleks. Kebanyakan orang
memiliki pengalaman yang multiple (banyak) dan simultan (berkelanjutan)
dibandingkan dengan hanya satu pengalaman transisi, dimana tidak mudah untuk
mengenalinya dari konteks kehidupan sehari-hari. Dalam setiap studinya meleis

4
mencatat dimana dasar dari teori pengembangan meliputi seseorang yang
memiliki minimum dua tipe transisi, dimana tidak adanya hubungan langsung
antara dua tipe transisi, sehingga mereka mempertimbangkan jika terjadi transisi
yang berurutan dan simultan serta adanya overlaping dari transisi, maka esensi
dari hubungan antara kejadian yang terpisah adalah permulaan dari transisi
seseorang.
2. Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman transisi),
Properties Of Transition Experience adalah: kesadaran, keterlibatan,
perubahan dan perbedaan, rentang waktu, peristiwa dan poin utama. Kesadaran
didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan, pengakuan dari perubahan karena
pengalaman sedangkan tingkat kesadaran direfleksikan pada derajat kesesuaian
antara apakah pemahaman tentang proses dan respon dan apakah merupakan
harapan dari respon dan persepsi dari individu tentang perubahan. sifat dari
pengalaman transisi terdiri dari lima subkonsep yaitu:
a. Kesadaran (Awarness) didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan
dan pengenalan terhadap pengalaman transisi. Level dari kesadaraan
sering tercermin dari tingkatan kesesuaian antara apa yang diketahui
tentang proses dan respon serta harapan dasar apa yang ditetapkan
tentang respon dan persepsi individu yang mengalami transisi yang
sama. Individu yang tidak sadar akan perubahan berarti tidak memulai
proses transisinya. Keterlibatan berarti tingkatan dimana seseorang
turut campur dalam proses perubahan. Tingkatan dari kesadaran dapat
berakibat pada keterlibatan seseorang dan keterlibatan terkadang bisa
terjadi tanpa ada kesadaran, sehingga tingkatan keterlibatan dari
seseorang adalah kesadaran secara fisik, emosi, sosial atau perubahan
lingkungan.
b. Ikatan ( Engagement), merupakan sifat lainnya yang dicetuskan oleh
Meleis, engagement adalah tingkatan yang mana melibatkan
demonstrasi atau pertunjukkan seseorang yang tidak dapat dipisahkan
dari proses transisi. Level pertimbangan awareness mempengaruhi

5
level dari engagement, tidak akan ada engagement tanpa adanya
awarness.
c. Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)
Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran,
hubungan, kebiasaan, dan perilakunya yang kemungkinan membawa
keinginan untuk bergerak atau arahan langsung proses internal dan proses
eksternal. Meleis, dkk menyatakan semua transisi berhubungan dengan
perubahan, walaupun perubahan belum tentu merupakan suatu transisi.
Mereka juga menyatakan untuk memahami transisi secara komplit sangat
penting untuk menyingkap dan menjelaskan arti dan pengaruh dan cakupan
dari perubahan seperti alam, kesementaraan, kekejaman, personal, keluarga,
norma sosial dan harapan.
Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan atau
tantangan bisa ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau harapan yang
tidak lazim, perasaan yang tidak sama, atau memandang sesuatu dengan
cara yang berbeda, dan meleis meyampaikan perawat harus mengenali
tingkat kemyamanan dan penguasaan klien dalam mengalami perubahan dan
perbedaan.
Perubahan dan perbedaan adalah properti perubahan. Perubahan
pada identitas, status, kemampuan dan pola dari perilaku dapat mendukung
terjadinya perubahan internal maupun eksternal. Perbedaan dapat
dicontohkan dengan tidak terkabulnya harapan, merasa berbeda, atau
melihat dunia dan yang lainnya dengan jalan yang berbeda dan ini dapat
digunakan perawat kepada kliennya untuk mengetahui tingkat kenyamanan
dan penguasaan dengan perubahan dan perbedaan.
d. Rentang waktu (Time Span)
Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat. Karakter
transisi sebagai time span dengan indentifikasi titik akhir. Berawal dari
antisipasi, persepsi atau demonstrasi perubahan, bergerak melalui periode
yang tidak stabil, kebingungan, stress berat sampai menuju fase akhir

6
dengan adanya permulaan baru atau periode yang stabil. Meleis, dkk
mencatat bahwaakanbermasalah atautidak layak, dan bahkan
mungkinmerugikan, untuk membatasirentang waktubeberapa
pengalamantransisi.
e. Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event), didefinisikan
sebagai “penanda yang terdiri dari kelahiran, Kematian, menopause,
atau diagnosis penyakit. Meleis juga mengakui bahwa penanda
peristiwa spesifik tidak semuanya jelas bagi beberapa transisi,
walaupun transisi biasanya memiliki critical point dan events.Critical
point and event biasanya berhubungan dengan kesadaran tinggi pada
perubahan atau ketidaksamaan atau lebih exertive engagement pada
proses transisi
Poin utama dan peristiwa adaah properti perubahan yang terakhir,
yang dijelaskan sebagai penanda kelahiran, kematian, menarche, atau
diagnosis dari penyakit. Poin utama dan peristiwa juga berhubungan dengan
peningkatan kesadaran dari perubahan atau perbedaan atau aktifitas yang
lebih terlibat dalam perubahan perubahan berdasarkan pengalaman.
3. Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), adalah keadaan yang
mempengaruhi cara orang bergerak melalui transisi dan menfasilitasi atau
menghambat kemajuan untuk mencapai transisi yang sehat. Kondisi transisi
terdiri dari personal, komunitas, atau faktor social yang bisa mempercepat
atau menghalangi proses dan outcome dari transisi yang sehat.
a. Kondisi personal, terdiri meaning (arti), didefinisikan sebagai
beberapa keadaan atau pencetus yang mempercepat atau
memperlambat suatu transisi. Dari beberapa penelitian, setiap orang
memiliki arti tersendiri terhadap setiap peristiwa yang dialaminya bisa
arti positif, negative, ataupun tidak memiliki arti sama
sekali.Kepercayaan Kultural (cultural believe), merupakan suatu
stigma yang berhubungan dengan pengalaman transisi. Stigma akan
mempengaruhi pengalaman transisi.

7
b. Persiapan dan pengetahuan, antisipasi dari persiapan dalam
menfasilitasi pengalaman transisi, dimana apabila terjadi gangguan
pada persiapan maka akan menghambat transisi. Pengetahuan
berhubungan dengan proses persiapan, dimana seseorang harus
memiliki pengetahuan tentang harapan selama transisi dan bagaimana
strategi untuk mewujudkan dan me-managenya.
c. Status Sosial dan Ekonomi
d. Kondisi Komunitas atau kondisi sosial
4. Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome)) adalah
karakter dari respon kesehatan, karena transisi terus berubah sepanjang
waktu. Proses indikator menururt maleis diantaranya adalah hubungan
perasaan, interaksi, situasi dan kondisi, peningkatan kepribadian serta
analisis. Klien akan membutuhkan perasaannya dan interaksi dalam
lingkungannya untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisinya sehingga
terjadi perubahan pengalaman dan kemampuan analisisnya. Indikator
pengeluaran menurut maleis adalah penguasaan dan keterpaduan identitas
personal/ klien. Mengidentifikasi indicator proses klien yang bergerak baik
ke arah kesehatan atau terhadap kerentanan dan resiko, memungkinkan
perawat untuk melakukan pengkajian awal dan intervensi untuk
menfasilitasi outcome yang sehat. Indicator proses ini terdiri dari:
a. Feeling Connected
Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama lain,
hubungan dan kontak personal, adalah sumber informasi utama tentang
pelayanan kesehatan dan sumber dayanya. Merasa terhubung dengan tenaga
kesehatan yang professional yang mampu menjawab pertanyaan dan klien
merasa nyaman untuk berhubungan merupakan indicator lain dari
pengalaman positif transisi
b. Interacting
Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku dapat
diketahui,dipahami, dan diklarifikasi.

8
c. Location and being situated
Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting dalam
transisi.
d. Developing confidence and coping
Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses
transisi sehat atau tidak. Ada dua indicator penting yang digunakan yaitu
penguasaan terhadap skill baru (Mastery of new skills) dan pencairan
identitas (fluid integrative identities), penguasaan terhadap kemampuan dan
pencairan identitas baru dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur situasi
baru atau lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam
identitas merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses transisi
5. Nursing Therapeutics
Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga alat ukur
yang dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi terapeutik selama masa
transisi. Pertama, mereka mengusulkan kesiapan pengkajian sebagai nursing
therapeutic. Pengkajian memerlukan usaha secara interdisiplin dan berdasarkan
pengertian penuh tentang klien. Kedua, adalah persiapan untuk proses transisi,
pendidikan merupakan modal utama dalam persiapan proses transisi.Ketiga, peran
pelengkap (supplementation role), namun dalam middle-range theory of
transition, peran pelengkap tidak dikembangkan dalam nursing
therapeutic.Konsep askep ada 3 ukuran yang dapat diaplikasikan dalam
perubahan intervensi teraupeutik. Pertama dapat mengusulkan diagnosa untuk
asuhan keperawatannya. Diagnosa dapat berasal dari berbagai pemahaman yang
kompereherensif dari klien. Kedua, persiapan klien dalam menghadapi perubahan
dapat menjadi asuhan keperawatan. Ketiga, pemberian saran atau kritik terhadap
klien dapat diajukan dalam asuhan keperawatan.
2.3 ScopeatauCakupanTeori
Transition Theory merupakan salah satu nursing theory yang merupakan bagian
dari middle-range theory, dikarenakan Transition theory adalah middle range theory

9
maka, teori ini dikembangkan berdasarkan riset yang menggunakan Transition
Framework. Transition theory dapat diaplikasikan dalam praktek dengan berbagai tipe
grup, yang terdiri dari populasi geriatric, popoulasi psikiatri, populasi maternal, wanita
yang menopause, pasien Alzheimer, family caregiver, wanita imigran, dan orang yang
memiliki penyakit kronis. Transition theory menyediakan arahan untuk praktik
keperawatan dengan berbagai tipe transisi oleh penyediaan perspektif yang
komprehensif pada konsep nature dan tipe transisi, kondisi transisi, dan indikator proses
serta outcome.
2.4 HubunganAntar-Konsep
Hubungan antar kosep dalam Transition dapat digambarkan sebagai berikut

2.5 AsumsiTeori
Asumsi dari teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nursing
a. Perawat adalah pemberi pelayanan pelayanan utama pada klien dan
keluarganya yang berada dalam proses transisi

10
b. Transisi mengakibatkan perubahan serta merupakan hasil dari
perubahan
2. Person
a. Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam pola
fundamental kehidupan, dimana merupakan manifestasi dari semua
individu
b. Transisi menyebabkan perubahan dalam identitas, peran, hubungan,
kebiasaan, dan pola perilaku.
c. Kehidupan sehari-hari dari klien, linkungan dan interaksi terbentuk
oleh alam, kondisi, arti, dan proses pengalaman transisi klien
3. Health
a. Proses transisi adalah bersifat kompleks dan multidimensional.
Transisi memiliki pola yang multiple dan kompleks.
b. Semua transisi berkarakteristik mengalir dan berubah sepanjang waktu
c. Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar walaupun merka
bersinonim dengan transisi
4. Environment
a. Kerentanan berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan
kondisi lingkungan yang mengekspose individual terhadap potensi
kerusakan, problematic atau perpanjangan pemulihan kesehatan atau
kegagalan koping yang sehat.
2.6 Ciri Khas Teori (Theoretical Assertions)
Ciri khas dari teori ini adalah pada kelengkapan peran, framework transisi, dan
middle-range transition yang disusun oleh Meleis dan teman-temannya. Beberapa
diantaranya adalah :
1. Pertumbuhan, sehat dan sakit, dan transisi yang terorganisasi yang
merupakan pusat dari praktik keperawatan.
2. Bentuk dari transisi meliputi :
a. Dimana klien mengalami satu transisi atau multiple transisi.

11
b. Dimana transisi multipel terjadi terus menerus.
c. Perluasan dari kejadian tumpang tindih dalam transisi.
d. Keaslian dari hubungan antara kejadian yang berbeda yang memiliki
petunjuk transisi untuk klien.
e. Kekayaan dari pengalaman transisi adalah bagian yang saling
berhubungan dalam proses yang kompleks.
f. Derajat dari kesadaran mempengaruhi derajat hubungan yang lebih
dalam, yang mana hubungan ini tidak akan terjadi tanpa adanya
kesadaran.
g. Persepsi manusia dan pemahaman arti akan situasi sehat dan sakit
dipengaruhi oleh dan perubahan dari pengaruh pada kondisi dibawah
pengaruh transisi.
h. Transisi kesehatan adalah dikarakteristikkan oleh proses dan indikator
pencapaian.
i. Transisi negosiasi yang sukses tergantung pada perkembangan dari
hubungan yang efektif diantara perawat dan klien (keperawatan yang
terapeutik). Hubungan ini adalah proses yang saling timbal balik yang
akan mempengaruhi keduanya (perawat-klien).
2.7 Bentuk Logika
Teori ini dibentuk dari induksi dengan menggunakan penelitian penelusuran
literatur untuk menemukan informasi. Hal ini pada awalnya dibentuk sebagai konsep
inti dari keperawatan dan kemudian sebagai middle-range teori. Teori ini dibentuk
dengan pencapaian dari integrasi dari apa yang dikenal dengan pengalaman transisi
yang melintasi berbagai bentuk dari transisi dengan keperawatan yang terapeutik untuk
orang-orang dalam masa transisi. Teori ini menyediakan framework (bagan) untuk
memahami hasil dari penelitian transisi lanjutan lebih baik dan untuk menyediakan
konsep untuk studi lanjutan.

12
2.8 Penerimaan dari Komunitas Keilmuan
Sejauh ini, teori transisi sudah di gunakan dan diterjemahkan kedalam berbagai
bahasa dan digunakan di negara-negaa seperti di Swedia, Taiwan, Korea Selatan,
Portugal, Spanyol dan Singapura.
1. Praktik
Teori transisi menyediakan perspektif yang komprehensif pada
pengalaman transisi dimana pertimbangan konteks diantara berbagai orang adalah
pengalaman dari sebuah transisi. Karena komprehensifnya, dapat
diaplikasikannya, dan ketertarikannya dengan kesehatan, teori transisi dapat
diaplikasikan pada banyak fenomena-fenomena kemanusiaan yang terkait dengan
keperawatan, seperti keadaan sakit, penyembuhan, kelahiran, kematian, dan
kehilangan sebaik pada keadaan imigrasi.Teori transisi sangat berguna untuk
menjelaskan transisi sehat/sakit seperti proses penyembuhan, persiapan pulang
dari rumah sakit dan pada diagnosa kronik. Tentu saja, studi yang
mengindikasikan teori transisi dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan
dengan penyebaran kelompok atau perorangan, termasuk populasi lansia, populasi
dengan gangguan mental, populasi maternal, keluarga sebagai pembari perawatan,
wanita dengan menopause, pasien alzheimer, wanita imigran, dan orang-orang
dengan penyakit kronik dan banyak lainnya. Teori transisi dapat menyediakan
petunjuk untuk praktik keperawatan dengan orang-orang dari berbagai tipe
transisi dengan menyediakan perspektif yang menyeluruh dengan dasar dan tipe
transisi, kondisi transisi dan indikator proses dan pencapaian dari bentuk respon
transisi. Juga teori transisi menuntun untuk pengembangan dari terapeutik
keperawatan yang saling berhubuangan dengan pengalaman unik dari pasien dan
keluarganya dalam keadaan transisi, yang mana menunjukkan respon sehat pada
keadaan transisi.
2. Pendidikan
Teori transisi digunakan secara luas pada pendidikan sarjana dan masteral
di seluruh dunia. Teori ini bertumbuh secara internasional dan terintegrasi dalam
kurikulum keperawatan. Teori transisi digunakan sebagai framework kurikulum

13
pada beberapa tempat, termasuk universitas connecticut dan universitas clayton di
morrow, georgia dimana teori transisi adalah program pendidikan mereka yang
sudah berlangsung selama 15 tahun ini dan banyak lagi dukungan dalam
pemakaian teori ini.
3. Penelitian
Secara Internasional, beberapa peneliti ada banyak yang menggunakan
teori transisi dalam studi mereka sebagai dasar teori untuk penelitian. Program
penelitian meleis adalah secara alamani berdasarkan pada teori transisi dan
banyak peneliti yang menguji secara empiris teori transisi melalui studi mereka.
2.9 Pengembangan Lanjutan
Teori transisi adalah bagan kerja (framework) yang dapat menjadi
perkembangan lebih lanjut, di uji dan disaring, berdasarkan pada filosofis Meleis pada
perkembangan teori yang terbentuk secara siklis, dinamis dan terus berkembang. Teori
transisi berlanjut terus dan di uji, disaring untuk menjelaskan konsep utama dan
hubungan diantara bermacam-mcam kelompok dari populasi pada berbagai tipe transisi.
Karena dukungan empirikal yang cukup oleh banyaknya studi yang dilakukan maka
teori ini ada, studi lanjutan akan bertujuan untuk melakukan studi intervensi untuk
mencoba teori ini melalui intervensi yang berdasarkan pada teori, selanjutnya teori ini
akan memberikan kekuatan untuk menunjang praktik keperawatan.
2.10 AnalisaTeoriAfaf Ibrahim Meleis
a. Clarity (Kejelasan):
Menurut Chinn & Kramer (2004, 2008) dalam Tommey & Alligood (2010,
hal. 748), clarity merujuk kepada bagaimana teori dapat dimengerti dengan baik,
dan bagaimana konsep disajikan dengan jelas dan konsisten. Definisi konseptual
dari Teori Transisi cukup jelas dan mencakup pemahaman yang comprehensive
tentang kompleksitas dari transisi. Dalam hubungan antar konsep sudah jelas di
jabarkan mengenai gambaran relasi antar konsep dimana secara umum
TeoriTransisi ini terdapat input (nature transition) yang akan mempengaruhi
transisi dari klien, nature transisi akan dihambat atau difasilitasi tergantung dari

14
kondisi dan situasi yang ada di dalam dirinya, komunitas, dan sosial dari klien,
dalam proses yang transisi di harapkan nantinya akan mencapai outcome yang
positif (transisi yang sehat) sehingga klien akan berada kembali dalam situasi
stabil setelah transisi. Adanya proses transisi dari input-proses-outcome, sama-
sama dipengaruhi oleh nursing therapeutic.
b. Simplicity (Kesederhanaan):
Sebuah teori yang sederhana adalah sebuah teori yang memiliki jumlah
konsep yang minimal (Tommey & Alligood, 2010). Teori Transisi, dalam hal ini,
sangat sederhana dengan lima konsep utama yaitu (1) tipe dan pola transisi; (2)
kekayaan pengalaman transisi; (3) kondisi transisi; (4) pola respon; (5) terapeutik
keperawatan. Konsep-konsep utama secara logika terhubung dan hubungan nya
nyata dalam pernyataan teoritis. Berdasar pada tingkat simplicity ditemukan
hubungan antara konsep yang cukup sederhana, dapat memberikan panduan yang
cukup jelas bagi perawat untuk pengaplikasiannya dilapangan dikarenakan konsep
yang ada sudah cukup detail, namun disi lain konsep dalam theory ini cukup
banyak.
c. General (Umum)
General mengartikan berdasarkan studi dengan partisipan dari budaya dan
gender yang berbeda, dalam setting yang bermacam-macam. Teori Transisi telah
menunjukkan jika teori ini relevant untuk semua populasi dalam transisi,
tergantung dari tipe transisi yang dialami oleh populasi. Cakupan dari theory ini
dapat diaplikasikan pada kelompok geriatric, ibu hamil, wanita menopause, pasien
Alzheimer, pasien dengan penyakit kronik, kelompok pskiatri, Family caregiver,
wanita imigran, namun teori ini menurut saya kurang cocok diterapkan pada
pasien dengan penyakit akut, anak-anak dikarenakan anak-anak akan sulit bagi
perawat untuk mengkaji tahap kondisi transisi. Teori ini bersifat lebih konkrit dari
model conceptual dan sudah memiliki kerangka yang jelas dalam penerapannya.
d. Accessibility
Teori Transisi telah diuji dan didukung oleh Meleis dan yang lainnya
sebagai suatu kerangka kerja untuk menjelaskan pengalaman transisi dari berbagai

15
macam grup populasi dalam tipe-tipe transisi yang berbeda. Hal ini dikarenakan
teori ini bersumber dari konseptual model dn riset-riset yang ada maka, teori ini
telah memberikan panduan yang cukup dapat diaplikasikan pada praktek
keperawatan, walaupun cakupannya masih cukup luas.
e. Derivable Consequences : how important?
Teori Transisi dengan focus kepada masyarakat dengan tipe transisi yang
berbeda membuktikan sebuah komprehensif dan petunjuk pengembangan bagi
semua yang berhubungan dengan disiplin kesehatan. Perhatian yang tidak
terpisahkan dari kenakeragaman layanan kesehatan klien dan penelitian diantara
grup-grup yang berbeda berkontribusi terhadap kepentingan teori ini. Teori
transisi ini juga penting dikarenakan teori ini telah memiliki cakupan dan panduan
yang cukup jelas dalam aplikasinya dilapangan, teori ini focus pada keberagaman
dari individu atau kelompok dalam menjalani proses transisi. Dimana proses
transisi yang efektif akan membuat individu berada pada fase yang baru dan
mampu memulai kehidupan yang baru dari awal. Dan dalam pelayanan,
keberagaman tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 TeoriTransisiAfaf Ibrahim Meleis

MeleismenyusunTeoriTransisiberdasarkanstudipanjangtentangberbagaimacamko
ndisitransisi.Diamengemukakan lima konseputamatentangTeoriTransisi diantaranya
Tipe dan Pola dari Transisi, Properties of Transition Experiences (Sifat dari
pengalaman transisi), Transition Condition (Facilitators and inhibitor), Pola Respon
(Pattern of Response (process indicator and outcome), Nursing Therapeutics.
TeoriTransisiinidapatdiaplikasikan di berbagaitipetransisi, danpraktekpada sistem
pelayanankesehatan.

17
ASUHAN KEPERAWATAN JANTUNG KORONER

1. Nama : Nurdin
2. Usia : 50 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Jenis pekerjaan : Buruh Harian Lepas
5. Alamat : Kp. Kalapa Nunggal Rt/Rw 001/005 Desa. Tanjungjaya Kec.
Pakenjeng Kab. Bandung
6. Suku/bangsa : Indonesia
7. Agama : Islam
A. Konsep Dasar Nyeri Akut pada Penyakit Jantung Koroner
1. Pengetian nyeri akut pada penyakit jantung koroner
Pada penderita penyakit jantung koroner nyeri dada atau biasa disebut
angina pektoris adalah perasaan nyeri atau tidak enak yang menggangu daerah
dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada.
Nyeri koroner adalah rasa sakit terjadi akibat iskemik miokard (kekurangan
pasokan oksigen pada otot jantung) yang suatu saat tidak mencukupi kebutuhan
metabolisme miokard (Padila, 2013). Dapat disimpulkan, nyeri akut pada
Penyakit Jantung Koroner merupakan suatu rasa tidak enak yang diproyeksikan
secara subyektif pada bagian dada umumnya bagian kiri seperti tertekan benda
berat, ditindih, ditusuk dengan respon klien tampak meringis, memegang area
dada, dan membungkuk dengan intensitas dari ringan sampai berat dan frekuensi
yang tidak konstan.
2. Gejala dan tanda
Nyeri akut pada Penderita Jantung Koroner mempunyai manifestasi klinis
sesak nafas, rasa lelah berkepanjangan, irama jantung yang tidak teratur dan nyeri
dada atau biasa disebut Angina Pektoris. Keluhan yang umum adalah pasien
mengeluh nyeri dan gejala tanda yang kumungkinan ada lainya adalah pasien
tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,

18
tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berkurang, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.
3. Alat ukur nyeri akut
a. Skala numerik Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan
saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik.
b. Skala Analog Visual Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu
garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri sangat
berat

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit Jantung Koroner Dengan Nyeri


Akut
1. Pengkajian Data yang harus dikaji pada penyakit jantung koroner
dengan nyeri akut menurut Udjianti (2010) :
a. Biodata, yang perlu dikaji yaitu nama, nomor rekam medis, jenis
kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
status, agama, alamat, pekerjaan, serta umur pasien.
b. Keluhan Utama, merupakan keluhan paling menonjol yaitu klien
mengeluh nyeri dada di anterior, prekordial, substernal yang dapat
menjalar ke lengan kiri, leher, punggung dan epigastrium. Nyeri dada
dirasakan seperti tertekan beban berat, diremas yang timbul
mendadak. Durasi serangan dapat bervariasi dan merupakan alasan
pokok klien masuk rumah sakit atau keluhan utama saat dilakukan
pengkajian oleh perawat.
c. Riwayat penyakit sekarang, merupakan informasi tentang keadaan dan
keluhan keluhan klien saat timbul serangan yang baru timbul atau

19
sering hilang timbul, durasi, kronologis dan frekuensi serangan nyeri.
Gejala utama yang diidentifikasi klien dengan penyakit kardiovaskuler
meliputi nyeri dada (chest pain), sesak napas, fatigue, palpitasi,
pingsan, nyeri pada ekstremitas.
d. Riwayat penyakit masa lalu, meliputi riwayat penyakit yang pernah
diderita oleh klien terutama penyakit yang mendukung munculnya
penyakit sekarang contohnya Hipertensi, penyakit pembuluh darah,
diabetes mellitus, gangguan fungsi tiroid, rheumatoid heart disease.
e. Riwayat penyakit keluarga, informasi dapat digali tertang usia dan
status kesehatan anggota keluarga yang bertali darah. Status kesehatan
anggota keluarga meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita
keluarga klien terutama gangguan sistem kardiovaskular.
f. Riwayat psikososial, berhubungan dengan kondisi penyakitnya serta
dampaknya terhadap kehidupan sosial klien. Keluarga dan klien akan
menghadapi kondisi yang menghadirkan situasi kematian atau rasa
takut terhadap nyeri, ketidakmampuan serta perubahan pada dinamika
keluarga. Perlu dicatat tentang jenis pekerjaan klien serta adanya stres
fisik maupun psikis yang mempengaruhi beban kerja jantung.
g. Pengkajian, terkait hal-hal yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri
dada koroner menurut Padila (2013) :
1) Lokasi nyeri, pengkajian daerah mana tempat mulai nyeri,
penjalaranya, nyeri dada koroner khas mulai dari sternal
menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri bagian
aula.
2) Sifat nyeri, perasaan penuh rasa berat seperti kejang diremas,
menusuk, mencekik dan rasa terbakar.
3) Ciri rasa nyeri, derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam
jangka waktu tertentu.
4) Kronologis nyeri, awal timbul nyeri serta perkembanganya
secara berurutan.

20
5) Keadaan pada waktu serangan, apakah timbul saat kondisi
tertentu
6) Faktor yang memperkuat atau meringankan rasa nyeri misalnya
sikap atau posisi tubuh, pergerakan, tekanan.
7) Karakteristik nyeri, komponen pengkajian analisis symptom
meliputi Palitatif atau provocative, Quality atau Quantity,
Region, Severity, dan Timing (PQRST) menurut Andarmoyo
(2013).
(a) Palitatif atau provocative yang menyebabkan timbulnya
masalah, perilaku yang memperbesar dan memperkecil
masalah, posisi sewaktu terjadi nyeri.
(b) Quality atau Quantity yaitu kualitas dan kuantitas nyeri
yang dirasakan, sejauh mana nyeri dirasakan, aktifitas apa
yang terganggu, parah atau ringan dari nyeri sebelumnya.
(c) Region yaitu lokasi nyeri, penyebaran merambat pada
punggung atau lengan, merambat pada leher atau
merambat di kaki.
(d) Severity yaitu keparahan, nyeri dirasakan dengan skala
berapa dari 1-10, ringan, sedang, berat, atau sangat berat.
(e) Timing yaitu waktu berlangsungnya nyeri kapan dan
sampai berapa lama, seberapa sering berlangsung, tiba-tiba
atau bertahap.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dalam penelitian ini menggunakan diagnosa
keperawatan, yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis:
iskemia jaringan miokard terhadap sumbatan arteri koronaria ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, takikardi,
sulit tidur. Berikut disajikan pada tabel berikut ini :
Nyeri akut
Kategori: Psikologis

21
Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan
Definisi:
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual dan fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensistas ringan
hingga beratyang berlangsung kurang dari tiga bulan
Penyebab:
Agen pencedera fisiologis: iskemia
Gejala tanda Mayor Minor
Data Subjektif (DS) 1. Mengeluh Nyeri (tidak tersedia)
Data Objektif (DO) 1. Tampak meringis 1. Tekanan darah
2. Bersikap protektif (mis. meningkat
Waspada, posisi 2. Pola nafas
menghindar nyeri berubah
3. Gelisah 3. Nafsu makan
4. Frekuensi nadi meningkat berkurang
5. Sulit tidur 4. Proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada
diri sendiri
7. Diaforesis
3. Rencana keperawatan
Rencana pada pasien dengan nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis menggunakan perencanaan keperawatan pada nyeri akut
menurut kriteria intervensi keperawatan (NIC) menggunakan label manajemen
nyeri (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013). Dalam penelitian ini
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan menggunakan kriteria outcome
keperawatan (NOC) dengan label kontrol nyeri (Moorhed, Johnson, Maas, &
Swanson, 2013). Berikut ini tujuan, kriteria hasil dan perencanaan keperawatan :
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional
Keperaw Hasil

22
at an
1 2 3 4
Nyeri NOC : Kontrol Nyeri NIC : Management Nyeri 1) Mengetahui
akut 1) Dapat mengenali 1) Lakukan pengkajian tingkat
berhubun kapan nyeri terjadi nyeri secara pengalaman
g an 2) Dapat komprehensif nyeri klien dan
dengan menggambarkan termasuk lokasi, tindakan
agen faktor penyebab karakteristik, durasi, keperawatan
pencedera 3) Dapat frekuensi, kualitas yang akan
fisiologis menggunakan dan faktor presipitasi dilakukan
: iskemia jurnal harian untuk (PQRST) untuk
jaringan memonitor gejala 2) Observasi reaksi mengurangi
miokard dari waktu ke nonverbal dari nyeri
terhadap waktu ketidaknyamanan. 2) Reaksi
sumbatan 4) Dapat melakukan 3) Gunakan teknik terhadap nyeri
arteri tindakan komunikasi biasanya
koronaria pencegahan terapeutik untuk ditunjukkan.
ditandai 5) Dapat mengetahui 3) Mengetahui
dengan menggunakan pengalaman nyeri pengalaman
pasien tindakan pasien nyeri
mengeluh pengurangan nyeri 4) Ajarkan tentang 4) Penanganan
nyeri, tanpa analgesik teknik non nyeri tidak
tampak 6) Menggunakan farmakologi selamanya
meringis, analgesik yang 5) Evaluasi keefektifan diberikan obat
bersikap diberikan kontrol nyeri 5) Mengetahui
protektif, 7) Melaporkan 6) Motivasi untuk keefektifan
gelisah, perubahan meningkatkan kontrol nyeri
takikardi, terhadap gejala asupan nutrisi yang 6) Mengurangi
sulit tidur. nyeri bergizi rasa nyeri
8) Melaporkan gejala 7) Kontrol lingkungan Menentukan

23
yang tidak yang dapat intervensi
terkontrol pada mempengaruhi nyeri keperawatan
professional 8) Cek riwayat alergi, sesuai skala
kesehatan tentukan pilihan nyeri.
9) Menggunakan analgesik sesuai 7) Minimalisir
sumber daya yang kolaborasi kemungkinan
tersedia 9) Monitor vital sign nyeri
10) Mengenali apa sebelum dan bertambah.
yang terkait sesuadah pemberian 8) Penentuan
dengan gejala analgesic tindakan
nyeri medikasi dan
11) Melaporkan nyeri cara cepat
terkontrol untuk
mengurangi
nyeri.
9) Respon klien
dan obat
analgesik
dipantau

4. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan.Terdapat
tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri sesuai dengan
intervensi yang direncanakan. Implementasi lebih ditujukkan pada upaya
perawatan dalam meningkatkan kenyamanan, upaya pemberian informasi yang
akurat, upaya mempertahankan kesejahteraan, upaya tindakan peredaan nyeri
farmakologis, dan pemberian terapi non-farmakologis (Andarmoyo, 2013).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan diobservasi terkait subjek, objektif, assesgment,
planning SOAP yang ditulis perawat pada catatan perkembangan setelah

24
dilakukan tindakan keperawatan maupun setelah batas waktu asuhan keperawatan
diberikan. Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan menilai kemampuan
pasien dalam merespon rangsangan nyeri, dengan melaporkan adanya penurunan
rasa nyeri, pemahaman yang akurat mengenai nyeri (Andarmoyo, 2013). Berikut
hasil yang diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan menurut Nuratif &
Kusuma(2015) :
a) Pasien mampu mengenali kapan nyeri terjadi dan dapat
menggambarkan faktor penyebab nyeri.
b) Pasien mampu menggunakan jurnal harian untuk memonitor gejala
dari waktu ke waktu dan pasien mampu menggunakan tindakan
pencegahan.
c) Pasien mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa
analgesic dan pasien mampu menggunakan analgesik yang
direkomendasikan.

25
DAFTAR PUSTAKA
Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (4th Ed).Missouri:
Elsevier.

Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work (8th Ed).Missouri: Elsevier.

Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and


Evaluation of Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis
Company

Galih, (2013). http://galih-priambodo.blogspot.co.id/2013/02/teori-keperawatan-afaf-


ibrahim-meleis.html. Diakses 25/03/2016

Helena, (2014). https://helenapangaribuan.wordpress.com/2014/12/10/afaf-ibrahim-


meleis-teori-transisi-teori-peralihan/. Diakses 25/03/2015

Meleis, Afaf I. (2010). Transition Theory: Middle Range and Situation-Spesific


Theories in Nursing Research And Practice. New York: Springer Publishing
Company

iii

Anda mungkin juga menyukai