Oleh Kelompok 4:
Siti Arwani (P17211186004)
Bagas Rani Putra Pradan (P17211186009)
Ardika Sulisetiyani (P17211186014)
Iqlima Alvein Nafiisah (P17211186019)
Winda Yunita Miftahul J (P17211186024)
Fita Purnamasari Rahmadhani (P17211186029)
Rachmatul Hasanah (P17211186034)
Tyas Hanif Muslimah (P17211186039)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Memberikan gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
masalah bedah gastrointestinal menggunakan pendekatan teori keperawatan
model Kathryn E. Barnard
1.2.2 Tujuan khusus
a. Teridentifikasinya gambaran penerapan teori keperawatan model Kathryn E.
Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah
gastrointestinal.
b. Teridentifikasinya gambaran pencapaian kompetensi dan peran perawat dalam
asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal.
c. Teridentifikasinya analisis penerapan teori keperawatan model Kathryn E.
Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah
gastrointestinal.
d. Teridentifikasinya analisis pencapaian kompetensi praktik ners spesialis
keperawatan anak.
1.2.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana gambaran penerapan teori keperawatan model Kathryn E. Barnard
pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal?
a. Bagaimana gambaran pencapaian kompetensi dan peran perawat dalam asuhan
keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal?
b. Bagaimana analisis penerapan teori keperawatan model Kathryn E. Barnard
pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal?
c. Bagaimana analisis pencapaian kompetensi praktik ners spesialis keperawatan
anak?
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Biografi Khatryn E. Barnard
Katrin E Barnard lahir pada tanggal 16 April 1938 di Omaha, Nebraska, pada tahun
1956 dia mengikuti program keperawatan di Universitas Nebraska dan lulus dengan sarajana
Ilmu Pengetahuan Keperawatan pada bulan juni 1960. Pada saat kelulusan, dia melanjutkan
ke Universitas Nebraska.
Pada musim panas dia menerima posisi sebagai Kepala Keperawatan dan bersamaan
menjadi asisten instruktur keprawatan anak, pada tahun 1961 Barnard pindah ke Boston,
massachesetts, dan mengikuti program masternya diuniversitas boston, dan bekerja sebagai
perawat pribadi setelah mendapatkan gelar master pada bulan juni 1962 dia menerima posisi
sebagai seorang instruktur keperawatan keibuan dan anak di Universitas Wasington diSeatle.
Barnard menjadi Direktur rancangan untuk mengembangkan metode penilaian keperawatan
anak pada tahun 1971 beberapa tahun kemudian dia mendapat gelar PH.O. dalam Psikologi
Perkembangan masa anak-anak dari Universitas Wasington. Pada tahun 1972 Barnard
menerima posisi sebagai profesor Keperawatan orang tua dan anak dari bulan mei 1985
sampai mei 1986.
Dia telah menertibkan artikel keduanya Keperawatan dan Jurnal Non Keperawatan sejak
1966, bukunya memasukan rentetan 4 bagian terhadap penilaian kesehatan anak, 2 Edisi
berhubungan untuk mengajarkan keterbelakangan mental dan keterlambatan perkembangan
anak,dan menfokuskan terhadap keluarga-keluarga bayi yang terserang penyakit.
Barnard masuk anggota asosiansi perawat amerika dia juga seorang anggota aktif dari
10 organisasi nasional lainnya,dilanjutkan pada tahun 1969 barnard diberi penghargaan
lucille perry leone oleh liga nasional keperawatan untuk konstribusi terhadap pendidikan
keperawatan,sejak itu dia telah dihormati oleh beberapa asosiasi-asosiasi perawat amerika
keibuan dan kesehatan anak
Pada tahun 1987 bernard dinamakan ilmuan perawat tahunan oleh dewan peneliti
perawat dari asosiasi perawat amerika,dia menerima 2 peghargaan penelitian dari sigma
thefa tau pada tahun yang sama,pada bulan mei 1990 barnard menerima penghormatan doctor
sarjana ilmu pengetahuan dari universitas pusat medis nebraska pada bulan mei 1992 ,
asosiasi amerika perlindungan kesehatan anak diberikannya dengan T.D.Penghargaan dosen
brazelton.
Care giver-parent
Characteristics: Sensitivity to
cues Alleviation of distress,
Providing growth- fostering
situation
Infant Characteristics:
Clarity to cues
Responsiveness to caregiver
Child
Temperament
Adaptation
Sleeping Pattern
Fisical Appearance
Mother Interac
Environment
Psichological Asset tion People
Concern Object
Expectation Place
Amount of Life Changes Sound
Parenting Style Visual
Adaptational Skill Tactil
Ketiga lingkaran berkumpul di titik yang dihasilkan dari lingkaran tumpang tindih.
Daerah ini merupakan interaksi lingkungan, anak/bayi dan ibu. Masing-masing dari tiga
memiliki potensi untuk mempengaruhi satu sama lain. Menurut Barnard karakteristik
individu dari tiap anggota mempengaruhi sistem orangtua/pemberi asuhan-anak/bayi
sehingga terjadi modifikasi perilaku adaptasi untuk memenuhi kebutuhan sistem. Teori
Barnard berfokus pada interaksi ibu-anak/bayi dengan lingkungan.
Masalah/ kebutuhan
Memungkin mengalami: bayi/anak
ketidakseimbanagn nutrisi,
nyeri akut, risiko
ketidakseimbangan cairan, Respon/perilaku
risiko kerusakanintegritas orangtua atau pemberi
kulit danBagan
risiko infeksiTeori Parent Child Interactionasuhan
3 Integrasi Barnard dalam Asuhan Keperawatan Anak
dengan Masalah Bedah Intestinal
(3.7 g/dl)
e. Memberikan terapi
antibiotik; cefotaxime 250 mg,
intravena
f. Memantau hasil laboratorium Hb
dan Ht: dibawah normal; Hb 8.7
g/dl dan Ht 28%. Anak dapat
transfusi PRC 100 cc/12 jam. HT
jenis : menunjukan adanya proses
peradangan ringan.
g. Memberikan injeksi metronidazol
300 mg, intravena melalui infus
pump
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan mengobservasi kembali respon atau perilaku
anak setelah orangtua atau pemberi asuhan melaksanakan intervensi yang
telah dibuat. Pemberi asuhan dalam hal ini perawat mengevaluasi hasil
intervensi yang telah diberikan dan menilai apakah kebutuhan atau masalah
anak telah terpenuhi atau teratasi. Evaluasi keperawatan setelah perawatan
7 hari yaitu masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh dan nyeri akut teratasi. Kebutuhan atau masalah risiko kerusakan
integritas kulit, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi
tidak terjadi. Untuk lebih jelasnya, evaluasi keperawatan dapat dilihat pada
tabel 2.7 berikut:
Tabel 3.4 Evaluasi Asuhan Keperawatan An. G
15-04-2014:
Anak aktif, tanda vital dalam 1. Ketidakseimbangan Mempertahank
batas normal: suhu 36,7ºC, 98 nutrisi: kurang dari an intervensi
kali/menit, kebutuhan tubuh sampai
frekuensi pernafasan 28 berhubungan dengan pasca operasi
kali/menit. rencana asupan tidak adekuat
operasi besok, hari ini mulai belum teratasi
makan bubur sumsum dan Risiko kerusakan Menghent
minum air gula. Stoma vital, integritas kulit ikan
produksi (+) ditampung kantong berhubungan dengan intervensi
stoma, tidak terlihat iritasi. adanya lembab tidak
terjadi
Melanjutkan
intervensi 2x24
jam
Menghentika
n intervensi
masih minta “nenen”
22-04-2014: 3. Nyeri akut Menghentikan
Anak aktif, tidak rewel, berhubungan dengan intervensi
minum ASI + SF, tidak insisi pasca bedah
muntah, tidak teratasi
kembung, terapi obat Menghentikan
diberikan, balance 4. Risiko intervensi
cairan (intake – output) ketidakseimbangan
sampai siang ini: positif volume cairan
15 cc, ibu mengatakan berhubungan dengan
tidak ada keluhan asupan cairan yang
tidak adekuat sekunder
tidak terjadi
b. Masalah/Kebutuhan Anak
Masalah/kebutuhan anak merupakan hasil dari respon/perilaku
anak. Masalah yang muncul meliputi ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan, risiko kerusakan integritas kulit, nyeri akut,
risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.
Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, dan
Senagore (2010) dan Thompson dan Magnuson (2012) menyatakan
komplikasi pasca operasi intestinal salah satunya adalah asupan
nutrisi yang sedikit. Anak dari kasus ini menjalani puasa sebagai
salah satu penatalaksanaan operasi, anak puasa beberapa jam
sebelum operasi sampai beberapa hari (rata-rata 5-7 hari) pasca
operasi. Kondisi ini dapat menjadi komplikasi pasca bedah karena
penatalaksanaan pasca operasi yang dilakukan masih bersifat
tradisional yang disertai dengan dekompresi abdomen dengan
nasogastric tube, pemberian cairan intravena dan penundaan
makan oral sampai motilitas usus kembali. Namun saat ini prinsip
pemberian makan pasca operasi adalah pemberian makan enteral
lebih awal yaitu 24-48 jam pertama termasuk pasca anastomosis
proksimal, monitoring residual lambung dan kemampuan untuk
menerima makan lebih awal menunjukkan manfaat pada
sebagian besar pasien (Sholadoye, Suleiman, Mshelbwala, &
Ameh, 2012; Amanollahi & Azizi, 2013; Evans, Martindale, Kiraly,
& Jones, 2013; Reignier, et al. 2013).
Risiko kerusakan integritas kulit ditegakkan pada pasien yang
tidak menunjukkan tanda gangguan pada kulit tapi berisiko
mengalami gangguan pada permukaan kulit atau kerusakan
(Wilkinson & Ahern, 2009). Pada kasus ini anak terpasang stoma.
Anak tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda kerusakan kulit.
Kulit sekitar stoma tidak terlihat ruam/kemerahan, stoma
vital, produksi ditampung kantong kolostomi.
Masalah nyeri akut dapat ditegakkan berdasarkan laporan pasien
karena merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial yang berlangsung kurang dari enam bulan (Wilkinson &
Ahern, 2009). Salah satu komplikasi pasca operasi intestinal yang
dapat muncul adalah nyeri sehingga dibutuhkan manajemen nyeri
(Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld &
Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012).
Masalah risiko terjadinya kerusakan integritas kulit pada anak
berupa faktor ekternal adalah adanya kelembaban akibat terpasang
stoma. Masalah risiko infeksi dapat ditegakkan dengan ditemukan
data bayi dengan adanya pemasangan kateter intravena dan prosedur
invasif lainnya yang berisiko merusak integritas kulit serta
tidak adekuatnya pertahanan sekunder (Wilkinson & Ahen, 2009).
Masalah lain yang diangkat pada kasus kelolaan yaitu konstipasi dan
ansietas orangtua.
Semua masalah ini akan berdampak lanjut jika pemberi asuhan
tidak bisa membaca respon yang dimunculkan anak dan berdampak
pada penatalaksanaan pasca operasi menjadi kurang tepat. Evans,
Martindale, Kiraly dan Jones (2013) menyatakan kondisi gizi kurang
pada masa sebelum operasi menentukan tercapainya hasil akhir dari
pembedahan yaitu untuk meningkatkan penyembuhan, mengurangi
komplikasi pasca operasi, mempersingkat masa perawatan dan
dipulangkan. Thompson dan Magnuson (2012) menyatakan untuk
mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi fokus perawatan
antara lain pemenuhan nutrisi dan cairan, menajemen nyeri,
ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik atau pengobatan.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yaitu sebagian besar terjadi
sebelum anak menjalani operasi. Anak-anak tersebut memiliki risiko gizi kurang
akibat asupan yang tidak memadai dan riwayat operasi intestinal sebelumnya
yaitu pembuatan stoma/kolostomi. Selama pemberian asuhan keperawatan dengan
prinsip teori Barnard terlihat gaya kontrol dan kesensitifan dari pemberi asuhan
masih terbatas. ‘
b. Penerapan teori Parent Child Interaction Barnar memfasilitasi pelaksanaan asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan melalui identifikasi
respon/perilaku bayi/anak dan membalas respon anak tersebut dengan
respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan untuk mencapai respon adaptif anak dan
orangtua/pemberi asuhan. Hambatan dalam penerapan teori ini karena masih
bersifat umum, banyak melihat tentang interaksi orangtua (ibu dan ayah) dalam
pemberian makan dan pendidikan pada bayi, tidak ada uraian yang jelas tentang
respon baik anak maupun orangtua/pemberi asuhan yang spesifik dalam rangka
memenuhi kebutuhan anak dalam mencapai perilaku adaptif yang diharapkan
terutama dalam pemberian makan.
5.2 Saran
a. Teori Parent Child Interaction Barnard merupakan teori yang bersifat umum dan
dapat dikembangkan lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak.
b. Pengkajian respon/perilaku anak terkait ketidakseimbangan nutrisi pada anak
dengan masalah bedah khususnya bedah intestinal harus lebih diperhatikan oleh
pemberi asuhan dalam rangka meminimalakan komplikasi perioperatif khususnya
pasca operasi.
c. Pemberi asuhan khususnya perawat dapat memberi respon juga terhadap respon
yang ditunjukkan oleh orangtua dengan melaksanakan peran perawat khususnya
sebagai advokat dan pendidik disamping sebagai pemberi asuhan.
d. Pemberi asuhan khususnya perawat diharapkan dapat melakukan pengkajian
sesuai dengan prinsip teori yang digunakan, membuat inovasi dan menggunakan
evidence based practice terkait perawatan anak dan menerapkannya dalam praktik
keperawatan anak secara langsung.