Anda di halaman 1dari 32

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

TEORI KATHRYN E BARNARD

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Keperawatan Anak Yang Dibina Oleh Ibu Hurun Ain, S. Kep., Ns., M.Kep

Oleh Kelompok 4:
Siti Arwani (P17211186004)
Bagas Rani Putra Pradan (P17211186009)
Ardika Sulisetiyani (P17211186014)
Iqlima Alvein Nafiisah (P17211186019)
Winda Yunita Miftahul J (P17211186024)
Fita Purnamasari Rahmadhani (P17211186029)
Rachmatul Hasanah (P17211186034)
Tyas Hanif Muslimah (P17211186039)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nutrisi yang adekuat berperan penting dalam menjaga homeostasis tubuh


dan pertumbuhan terutama pada anak. Kebutuhan nutrisi anak berbeda dengan
dewasa (Falcao, 2002). Hockenberry dan Wilson (2009) menyatakan tujuan
dukungan nutrisi adalah menyediakan zat gizi yang adekuat untuk mendukung
pertumbuhan yang normal, menyediakan energi dan protein yang adekuat
untuk penyembuhan, mengembalikan dan mengganti kekurangan zat gizi yang
hilang.
Kekurangan zat gizi dapat disebabkan puasa yang lama, penyakit, stres,
atau trauma yang menyebabkan penipisan cadangan tubuh terutama cadangan
protein, dan dipercepat oleh proses hipermetabolik. Kondisi ini menurunkan
kemampuan daya tahan tubuh dan meningkatkan morbiditas serta mortalitas
(Falcao, 2002). Selain lebih tingginya morbiditas dan mortalitas pasien gizi
kurang, kondisi tersebut juga meningkatkan lama rawat (Length Of Stay/LOS)
dan meningkatkan biaya rumah sakit (Hiesmayr, Schindler, Pernicka, et al.
2009).
World Health Organization (WHO) menyebutkan masalah malnutrisi
atau gizi kurang merupakan ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat
di dunia. Hal ini juga dibuktikan prevalensi pasien gizi kurang di rumah sakit
berkisar hingga 50%. Selain itu juga terbukti berdasarkan skrining gizi
dan terapi nutrisi pada pasien bedah, pasien risiko gangguan gizi
sebelum operasi meningkat hingga 40% (Cerantola, Grass, Cristaudi,
Demartines, Schafer, & Hubner, 2011). Gizi kurang sebelum operasi
gastrointestinal disebabkan oleh penurunan asupan makanan oral, penyakit
kronis, cachexia tumor, gangguan penyerapan karena obstruksi usus, dan
reseksi usus sebelumnya (Schiesser, Muller, Kirchhoff, Breitenstein, Schafer,
& Clavien, 2008).
Cerantola, Grass, Cristaudi, Demartines, Schafer, dan Hubner, (2011)
dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa gizi kurang sebelum operasi
merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan morbiditas dan mortalitas
pasca operasi. Hal ini diperoleh melalui skrining gizi dan nutrisi perioperatif
pada pasien yang menjalani operasi gastrointestinal. Sulistyaningrum dan
Puruhita (2007) dalam studi observasionalnya juga menilai status gizi dan
dampaknya pada pasien bedah, ditemukan adanya hubungan yang signifikan
antara status gizi dengan lama penyembuhan luka operasi khususnya di bagian
abdomen. Semakin baik indeks massa tubuh (IMT) dan semakin tinggi
albumin semakin cepat penyembuhan luka operasi. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Ija (2009) menunjukkan adanya pengaruh status gizi secara
signifikan terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap.
Operasi gastrointestinal atau abdomen memiliki salah satu
penatalaksanaan pasca operasi yaitu tidak boleh makan (NPO). Sholadoye,
Suleiman, Mshelbwala, dan Ameh, (2012) menyatakan bahwa
penatalaksanaan pasca operasi intestinal adalah: hidrasi melalui intravena,
tidak boleh makan, pemasangan nasogastric tube (NGT), evaluasi klinikal dan
radiologi abdomen untuk menegakkan kebocoran anastomosis. Berdasarkan
pemahaman ini banyak dokter bedah mempertahankan pasien untuk puasa (not
permit oral, NPO) selama 4-5 hari pasca operasi. Sementara puasa lebih dari
2-3 hari tidak dapat ditoleransi oleh anak. Jika dipuasakan lebih lama anak
membutuhkan total parenteral nutrition (TPN). Dampak dari puasa lama ini
adalah bertambahnya biaya dan risiko komplikasi (Amanollahi & Azizi,
2013).
Komplikasi pasca operasi intestinal yang dapat muncul antara lain: nyeri,
asupan nutrisi yang sedikit, keterlambatan penyembuhan luka, komplikasi
pulmonal, infeksi, perpanjangan lama rawat, dan peningkatan biaya pasien
serta perawatan (Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, &
Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012). Kunci untuk meminimalkan
semua komplikasi tersebut adalah perawatan harus berfokus pada pemenuhan
nutrisi, cairan, menajemen nyeri, ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik
atau pengobatan (Thompson & Magnuson, 2012). Pemenuhan nutrisi pasca
operasi dan tidak menambah komplikasi pasca reseksi atau anastomosis usus
dapat berupa pemberian makan lebih dini karena puasa lama tidak
memberikan manfaat yang jelas dan meningkatkan kepuasan orang tua dan
anak (Amanollahi & Azizi,2013) karena perawatan anak tidak bisa dilepaskan
dari interaksi anak - orang tua terutama ibu.
Orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan orang
yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuh dan kembang anak. Perawat
harus memperhatikan dan memahami hubungan dan interaksi antara orangtua
dan anak dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional kepada
anak dan keluarga (Pridham, Lutz, Anderson, Riesch, & Becker, 2010).
Pemberian asuhan keperawatan dengan memperhatikan prinsip interaksi
orangtua/ pemberi asuhan-anak merupakan penerapan salah satu dari teori
keperawatan. Teori keperawatan yang menerapkan interaksi orangtua/pemberi
asuhan-anak dalam asuhan keperawatan yaitu model interaksi orangtua/
pemberi asuhan- anak (Parent-Child Interaction ) menurut Kathryn E.
Barnard. Model interaksi Barnard ini dapat menjadi panduan bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah
gastrointestinal.
Fokus teori Barnard adalah perkembangan instrumen pengkajian untuk
mengevaluasi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak disamping
memandang orangtua/pemberi asuhan dan anak sebagai sebuah sistem
interaktif. Sistem orangtua/ pemberi asuhan-anak dipengaruhi oleh
karakteristik individu setiap anggota dan karakteristik individu tersebut
dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan sistem yang diharapkan dapat
memunculkan perilaku adaptif. Karateristik orangtua/pemberi asuhan berupa
sensitivity to cues, alleviation of distress, providing growth social, emotional,
and cognitive fostering situation. Sementara karakteristik anak atau bayi
berupa clarity to cues, dan responsiveness to caregiver (Tomey & Aligood,
2010).
Selanjutnya Barnard mengembangkan teorinya dengan menggunakan
konsep Child Health Assessment Interaction Theory yang memiliki 3 konsep
dasar yaitu: (1) lingkungan yang diwakili oleh lingkaran besar, (2) ibu
diwakili oleh lingkaran terbesar kedua, dan (3) anak atau bayi diwakili oleh
lingkaran terkecil. Barnard menggambarkan seorang anak atau bayi dengan
menggunakan karakteristik perilaku baru lahir, pola makan dan tidur, tampilan
fisik, temperamen dan kemampuan anak untuk beradaptasi terhadap petugas
kesehatan dan lingkungan. Ketiga lingkaran berkumpul di titik yang
dihasilkan dari lingkaran tumpang tindih. Daerah ini merupakan interaksi
lingkungan, anak atau bayi dan ibu. Ketiga komponen memiliki potensi untuk
mempengaruhi satu sama lain (Tomey & Aligood, 2010).
Model interaksi pemberi asuhan (orangtua)-anak Barnard dapat
digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan anak atau bayi dengan masalah bedah gastrointestinal. Anak atau
bayi dengan masalah bedah gastrointestinal memiliki risiko untuk mengalami
ketidakseimbangan nutrisi baik sebelum atau pasca bedah, sehingga perawat
harus memperhatikan pemenuhan nutrisi atau makan anak atau bayi. Sinyal
yang dimunculkan anak dapat berupa menangis atau rewel, pola makan tidak
teratur, mual, muntah, nafsu makan berkurang yang ditandai dengan makan
sedikit, berat badan yang turun atau tidak sesuai umur atau tinggi badan atau
panjang badan. Respon pemberi asuhan setelah melihat sinyal atau respon
anak dapat berupa memberikan makan, menimbang berat badan dan
menciptakan lingkunganyang nyaman saat makan, memantau hasil
laboratorium. Respon anak yang diharapkan setelah dilakukan tindakan oleh
pemberi asuhan atau orangtua adalah anak tenang, pola makan teratur,mual
dan muntah tidak ada,berat badan naik atau sesuai umur atau tinggi badan atau
panjang badan (Tomey & Aligood, 2010; Blake, 1954, 1965 dalam Pridham,
Lutz, Anderson, Riesch, & Becker, 2010; Wilkinson & Ahern, 2012).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk menerapkan
pendekatan proses keperawatan model interaksi pemberi asuhan (orangtua)-
anak Barnard yang dilakukan perawat pada anak atau bayi dengan masalah
masalah bedah gastrointestinal yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi
baik sebelum atau pasca bedah, untuk membantu mencapai perilaku adaptif
anak atau bayi dan meningkatkan proses penyembuhan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Memberikan gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
masalah bedah gastrointestinal menggunakan pendekatan teori keperawatan
model Kathryn E. Barnard
1.2.2 Tujuan khusus
a. Teridentifikasinya gambaran penerapan teori keperawatan model Kathryn E.
Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah
gastrointestinal.
b. Teridentifikasinya gambaran pencapaian kompetensi dan peran perawat dalam
asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal.
c. Teridentifikasinya analisis penerapan teori keperawatan model Kathryn E.
Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah
gastrointestinal.
d. Teridentifikasinya analisis pencapaian kompetensi praktik ners spesialis
keperawatan anak.
1.2.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana gambaran penerapan teori keperawatan model Kathryn E. Barnard
pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal?
a. Bagaimana gambaran pencapaian kompetensi dan peran perawat dalam asuhan
keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal?
b. Bagaimana analisis penerapan teori keperawatan model Kathryn E. Barnard
pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal?
c. Bagaimana analisis pencapaian kompetensi praktik ners spesialis keperawatan
anak?
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Biografi Khatryn E. Barnard
Katrin E Barnard lahir pada tanggal 16 April 1938 di Omaha, Nebraska, pada tahun
1956 dia mengikuti program keperawatan di Universitas Nebraska dan lulus dengan sarajana
Ilmu Pengetahuan Keperawatan pada bulan juni 1960. Pada saat kelulusan, dia melanjutkan
ke Universitas Nebraska.
Pada musim panas dia menerima posisi sebagai Kepala Keperawatan dan bersamaan
menjadi asisten instruktur keprawatan anak, pada tahun 1961 Barnard pindah ke Boston,
massachesetts, dan mengikuti program masternya diuniversitas boston, dan bekerja sebagai
perawat pribadi setelah mendapatkan gelar master pada bulan juni 1962 dia menerima posisi
sebagai seorang instruktur keperawatan keibuan dan anak di Universitas Wasington diSeatle.
Barnard menjadi Direktur rancangan untuk mengembangkan metode penilaian keperawatan
anak pada tahun 1971 beberapa tahun kemudian dia mendapat gelar PH.O. dalam Psikologi
Perkembangan masa anak-anak dari Universitas Wasington. Pada tahun 1972 Barnard
menerima posisi sebagai profesor Keperawatan orang tua dan anak dari bulan mei 1985
sampai mei 1986.
Dia telah menertibkan artikel keduanya Keperawatan dan Jurnal Non Keperawatan sejak
1966, bukunya memasukan rentetan 4 bagian terhadap penilaian kesehatan anak, 2 Edisi
berhubungan untuk mengajarkan keterbelakangan mental dan keterlambatan perkembangan
anak,dan menfokuskan terhadap keluarga-keluarga bayi yang terserang penyakit.
Barnard masuk anggota asosiansi perawat amerika dia juga seorang anggota aktif dari
10 organisasi nasional lainnya,dilanjutkan pada tahun 1969 barnard diberi penghargaan
lucille perry leone oleh liga nasional keperawatan untuk konstribusi terhadap pendidikan
keperawatan,sejak itu dia telah dihormati oleh beberapa asosiasi-asosiasi perawat amerika
keibuan dan kesehatan anak
Pada tahun 1987 bernard dinamakan ilmuan perawat tahunan oleh dewan peneliti
perawat dari asosiasi perawat amerika,dia menerima 2 peghargaan penelitian dari sigma
thefa tau pada tahun yang sama,pada bulan mei 1990 barnard menerima penghormatan doctor
sarjana ilmu pengetahuan dari universitas pusat medis nebraska pada bulan mei 1992 ,
asosiasi amerika perlindungan kesehatan anak diberikannya dengan T.D.Penghargaan dosen
brazelton.

2.2 Sumber Teoritis terhadap Perkembangan Teori


Meskipun barnard mengutip berbagai teori keperawatan, seperti Florence
Nightngale,Virginia Henderson dan Martha Rogers, pengaruh langsung mereka terhadap
penelitiannya dan perkembangan teori masih diragukan,Barnard mengarahkan kepada
gagasan keperawatan yang mempunyai 4 ekspresi kesehatan dan penyakit , kesadaran sensasi
, gerakan dan afilasi , bekerja pada sebuah gagasan praktek dan barnard perkumpulannya
akan terkait terhadap priode masa pertumbuhan. Barnard kemudian menetapkan pada tinjauan
keduanya gagasan maryland dan penelitian washington.

2.3 Penggunaan Bukti Empiris


Temuan penelitian banyak digunakan sebagai pekerjaan barnard yang berpusat di
sekitar interaksi orangtua-anak berevolusi,Barnard menggunakan karya T. Berry Brazelton
dan Bettye Caldwell. setelah itu ditentukan bahwa interaksi atau adaptasi antara orangtua dan
anak adalah daerah untuk fokus, barnard menggunakan temuan penelitian banyak, seperti
H.Als, M.F. Waldrup dan J.D.Goering, dan L.M.S. Dubowitz. temuan mereka ditambahkan
ke pertumbuhan badan pengetahuan yang dapat digunakan yang bisa dibawa ke bearon tugas
mengembangkan alat untuk cukup menilai aspek interaksional penting dari perkembangan
dini anak.Selain menekan penelitian lain, barnard melakukannya sendiri. ia mulai
penelitiannya pada tahun 1968 dengan mempelajari mental dan fisik anak-anak cacat dan
orang dewasa. pada awal tahun 1970, ia belajar kegiatan anak baik dan kemudian diperluas
studinya untuk memasukkan metode mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan anak. dia
juga memulai serangkaian 10 tahun proyek penelitian untuk menguji efek stimulasi pada
kondisi tidur pada bayi prematur, mayoritas studi penelitian ini didanai oleh hibah dari U.S.
Department kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan dari 1976-979, barnard dan rekan dari
universitas Washington memulai pekerjaan untuk menentukan bagaimana hasil penelitian
dapat dikomunikasikan berlatih perawat di seluruh bangsa. Ini menyebabkan evolusi dari
penilaian proyek pelatihan keperawatan anak satelit pada tahun 1977 barnard mulai meneliti
metode untuk menyebarrkan informasi tentang bayi yang baru lahir dan anak-anak kepada
orangtua. Proyek ini didanai oleh yayasan nasional pawai of Dimes dan produk
bayi johnson & johnson. barnard baru ini berpartisipasi dalam sebuah publikasi bagi orang
tua yang berjudul, "Aspek banyak Touch “Yang juga didanai oleh Johnson & Johnson.
Sekarang, barnard terus mempelajari hubungan ibu-bayi.

2.3 Aplikasi Teori Kathryn E. Barnard


Berbagai teori keperawatan diperkenalkan oleh para ahli keperawatan. Salah satunya
adalah teori Kathryn E. Barnard. Fokus teori Barnard adalah perkembangan alat pengkajian
untuk mengevaluasi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak disamping memandang
orangtua dan anak sebagai sebuah sistem interaktif. Sistem orangtua-anak dipengaruhi oleh
karakteristik individu setiap anggota dan karakteristik individu tersebut yang dimodifikasi
untuk memenuhi kebutuhan sistem dan Barnard mendefinisikan modifikasi sebagai perilaku
adaptif yang terlihat pada gambar 2.1 berikut:

Care giver-parent
Characteristics: Sensitivity to
cues Alleviation of distress,
Providing growth- fostering
situation

Infant Characteristics:
Clarity to cues
Responsiveness to caregiver

Bagan 1:Model Barnard


( Diadopsi dari Barnard, 1994 dalam Chesnay & Anderson, 2012)

Barnard kemudian mengembangkan teorinya dengan menggunakan konsep Child Health


Assessment Interaction Theory yang memiliki 3 konsep dasar yaitu model The Child Health
Assessment Interaction Model diperlihatkan dalam gambar 2.2 di bawah ini:

Child
Temperament
Adaptation
Sleeping Pattern
Fisical Appearance

Mother Interac
Environment
Psichological Asset tion People
Concern Object
Expectation Place
Amount of Life Changes Sound
Parenting Style Visual
Adaptational Skill Tactil

Bagan 2 Model interaksi pengkajian kesehatan anak menurut Barnad


(Diadopsi dari Barnard, 1994 dalam Tomey & Aligood 2010)
Interaksi antara orangtua dan anak Barnard (1994 dalam Chesnay & Anderson, 2012)
menguraikan perilaku orang tua atau pemberi asuhan dan bayi atau anak sebagai berikut:
a) Perilaku Bayi atau Anak Anak atau bayi diwakili oleh lingkaran terkecil dengan
karakteristik perilaku:
1. Infant’s Clarity of Cues
Seorang anak/bayi akan memberikan suatu sinyal (cues) kepada orang tua dan petugas
kesehatan. Pertanda yang dikirimkan dapat mempermudah atau mempersulit orangtua
untuk membaca tanda tersebut dan membuat modifikasi yang sesuai dengan tanda
tersebut. Pertanda yang diberikan oleh seorang anak/bayi dapat berupa tidur, bangun,
lapar, dan lain-lain. Apabila pertanda yang diberikan membingungkan maka dapat
mengganggu kemampuan adaptasi petugas kesehatan.
2. Infant’s responsiveness to the caregiver
Seorang anak/bayi juga dapat membaca pertanda (cues) yang ditunjukkan petugas
kesehatan dan orang tua, sehingga anak/bayi dapat memodifikasi kembali
perilakunya. Jika seorang anak/bayi tidak berespon terhadap perilaku dari petugas
kesehatan maka adaptasi tidak mungkin terjadi.
b) Perilaku Orangtua atau Pemberi asuhan Ibu diwakili oleh lingkaran terbesar kedua
dengan karakteristik perilaku:
1. Parent’s sensitivity to the child’s cues
Orangtua/pemberi asuhan harus dapat membaca pertanda yang diberikan anak/bayi,
sehingga mereka dapat memodifikasi perilakunya dengan tepat. Ada beberapa hal
yang dapat mempengaruhi kesensitifan orangtua/pemberi asuhan yaitu: keuangan,
emosi, dan stress perkawinan.
2. Parent’s ability to alleviate the infant’s distress
Kemampuan orangtua/pemberi asuhan untuk mengurangi distres pada anaknya
tergantung pada pemahaman orangtua/pemberi asuhan tentang saat terjadinya stres
dan pengetahuan orangtua/pemberi asuhan tentang tindakan yang tepat dilakukan saat
stres terjadi.
3. Parent’s social and emotional growth fostering activities
Kemampuan orangtua/pemberi asuhan dalam menstimulasi pertumbuhan sosial dan
emosional anak memerlukan proses adaptasi. Orangtua/pemberi asuhan berperan
mengasuh anak, menjalin interaksi sosial dengan anak, seperti pada saat makan
bersama anak dan memberikan reinforcement positif terhadap perilaku anak.
Orangtua/pemberi asuhan harus memahami tingkat perkembangan anak dan dapat
menyesuaikan perilakunya terhadap kebutuhan perkembangan anak.
4. Parent’s cognitive growth fostering activities
Kemampuan orangtua/pemberi asuhan dalam menstimulasi perkembangan kognitif
anak harus ditingkatkan. Sejumlah penelitian telah mengungkapkan bahwa
pertumbuhan kognitif difasilitasi dengan pemberian rangsangan yang dapat membantu
meningkatkan tingkat pengertian anak.
c) Lingkungan Lingkungan diwakili oleh lingkaran besar. Lingkungan di sini merujuk pada
lingkungan ibu dan anak animate dan inanimate. Lingkungan animate mencakup
aktivitas-aktivitas yang dilakukan pengasuh untuk mengenalkan dan mengarahkan anak
kepada dunia luar dan lingkungan inanimate berupa objek-objek yang tersedia yang
memungkinkan anak untuk melakukan eksplorasi dan manipulasi. Lingkungan sangat
dipengaruhi oleh sekitarnya fisik, pengaruh budaya, dan aspek ekstrinsik lain yang
mempengaruhi seperti pada saat menyusui. Selain itu karekteristik lingkungan meliput
aspek lingkungan fisik dan keluarga, keterlibatan ayah, dan tingkat hubungan orangtua
yang saling menguntungkan dengan anaknya.

Ketiga lingkaran berkumpul di titik yang dihasilkan dari lingkaran tumpang tindih.
Daerah ini merupakan interaksi lingkungan, anak/bayi dan ibu. Masing-masing dari tiga
memiliki potensi untuk mempengaruhi satu sama lain. Menurut Barnard karakteristik
individu dari tiap anggota mempengaruhi sistem orangtua/pemberi asuhan-anak/bayi
sehingga terjadi modifikasi perilaku adaptasi untuk memenuhi kebutuhan sistem. Teori
Barnard berfokus pada interaksi ibu-anak/bayi dengan lingkungan.

Basavanthappa (2007) menyebutkan fokus teori yang dikemukakan Barnard dalam


Barnard’s Child Health Assessment Interaction Theory , adalah :
1. Pengkajian anak bertujuan mengidentifikasi masalah sebelum mereka berkembang
dan menjadikan intervensi lebih efektif.
2. Faktor lingkungan di pahami sebagai proses interaksi antara orang tua dan anak yang
merupakan hal penting untuk menentukan tercapainya kesehatan anak.
3. Interaksi pengasuh dan anak memberikan informasi yang mencerminkan lingkungan
alamiah anak yang diterima secara terus menerus.
4. Kapasitas adaptasi dari pemberi asuhan dipengaruhi oleh respon anak dan
lingkungannya.
5. Interaksi adaptasi orangtua dan anak merupakan suatu proses yang saling
menguntungkan, dimana perilaku orangtua akan mempengaruhi anak dan sebaliknya
anak akan mempengaruhi orangtua sehingga keduanya mengalami perubahan.
6. Proses adaptasi lebih mudah dimodifikasi dari karakteristik dasar ibu dan anak,
sehingga interaksi keperawatan seharusnya menekankan sensitifitas dan respon ibu
dalam mengartikan isyarat anak daripada mencoba merubah karakteristik dasarnya.
7. Aspek penting yang perlu ditingkatkan berkaitan dengan proses belajar anak adalah
memberikan kesempatan anak untuk mengenali perilakunya dan memperkuat
kemampuan anak di dalam melaksanakan tugasnya.
8. Isu utama bagi profesi keperawatan adalah memberi dukungan selama tahun pertama
kehidupan anak.
9. Pengkajian terhadap proses interaksi adalah suatu proses yang komprehensif dalam
model perawatan kesehatan anak.
10. Pengkajian terhadap lingkungan anak adalah sangat penting dalam pengkajian
kesehatan anak
2.4 Asuhan Keperawatan berdasarkan Teori Parent Child Interaction Barnard Teori
Teori keperawatan digunakan sebagai arah dalam melakukan penelitian, praktik, pendidikan
dan asuhan keperawatan (Alligood & Tomey, 2010). Proses keperawatan terdiri dari lima
langkah yaitu pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi. Penerapan teori
Barnard dalam proses keperawatan meliputi pengkajian, respon atau perilaku bayi/anak,
masalah/kebutuhan bayi/anak, dan perilaku orangtua/pemberi asuhan.
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Perawat melakukan pemeriksaan
fisik, mengobservasi respon bayi/anak, melihat dari catatan medis, melihat hasil pemeriksan
penunjang/diagnostik, dan mendiskusikan kebutuhan klien. Data yang diperoleh merupakan
respon atau perilaku yang ditunjukkan bayi/anak.
Tahap kedua yaitu menentukan kebutuhan atau masalah yang dialami anak. Kebutuhan atau
masalah yang dialami anak. merupakan hasil dari respon atau perilaku orangtua atau pemberi
asuhan dalam membaca respon atau perilaku anak. Tahap ketiga yaitu respon atau perilaku
orangtua atau pemberi asuhan dengan melakukan intervensi berdasarkan kebutuhan atau
masalah yang dialami anak yang bertujuan membantu anak berperilaku adaptif.
Evaluasi merupakan tahapan dimana perawat mengobservasi kembali respon atau perilaku
anak setelah orangtua atau pemberi asuhan merespon terhadap kebutuhan atau masalah yang
dialami anak. Pemberi asuhan dalam hal ini perawat mengevaluasi hasil intervensi yang telah
diberikan dan menilai apakah kebutuhan atau masalah anak memberikan respon adaptif.

Anak dengan masalah bedah Pengkajian lingkungan


intestinal, persiapan sebelum animate dan inanimate:
operasi, dan pasca operasi respon/perilaku

Masalah/ kebutuhan
Memungkin mengalami: bayi/anak
ketidakseimbanagn nutrisi,
nyeri akut, risiko
ketidakseimbangan cairan, Respon/perilaku
risiko kerusakanintegritas orangtua atau pemberi
kulit danBagan
risiko infeksiTeori Parent Child Interactionasuhan
3 Integrasi Barnard dalam Asuhan Keperawatan Anak
dengan Masalah Bedah Intestinal

Intervensi Keperawatan Evaluasi:


Respon/perilaku
adaptif
BAB 3
KASUS

3.1 Aplikasi Teori Parent Child Interaction Barnard


3.1.1 Assessment (pengkajian)
An. G, laki-laki, usia 1 tahun 6 bulan, anak ke-1, lahir spontan, cukup bulan, berat
badan lahir 2800 gram, PB 47 cm, dan riwayat atresia ani dan buat stoma/kolostomi
usia 2 hari, PSARP (Juni 2013) businasi ukuran 9-15. Anak dirawat di ruang bedah
anak (BCH) dengan diagnosa medis Atresia ani on kolostomi post PSARP pro tutup
stoma.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum operasi
antara lain: anak tampak kurus, berat badan 8,5 kg, TB 78 cm, status gizi berdasarkan
BB/TB: gizi kurang, abdomen terdapat stoma, produksi ada, tidak ada iritasi, buang air
besar ditampung kantong kolostomi, makan sedikit, tanda-tanda vital yaitu denyut
jantung 90 kali/menit, frekuensi pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC.
Temperamen dan daya.

3.1.2 Perilaku anak


Berdasarkan data yang diperoleh, kebutuhan atau masalah (diagnosis keperawatan)
yang teridentifikasi pada An. G dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Kebutuhan atau Masalah An. G
Respon/perilaku anak Masalah/kebutuhan
Sebelum operasi 1. Ketidakseimbangan nutrisi:
Anak tampak kurus, berat badan 8,5 kg, kurang dari kebutuhan tubuh,
TB: 78 cm, status gizi: gizi kurang, 2. Risiko kerusakan
abdomen terdapat stoma, produksi ada, integritas kulit
tidak ada iritasi, buang air besar
ditampung kantong kolostomi, makan
sedikit, tanda-tanda vital yaitu denyut
jantung 90 kali/menit, frekuensi
pernafasan 24 kali/menit, dan suhu
36,4ºC.
Setelah operasi 1. Nyeri akut,
Anak sadar, rewel/menangis, Flace 2. Risiko
Scale 3, masih banyak tidur, luka ketidakseimbangan volume
operasi tertutup kassa dengan plester cairan
transparan, tidak ada rembesan. Anak 3. Risiko infeksi
puasa, nasogastric tube (NGT)
terpasang, produksi minimal, dan keruh,
kateter terpasang. Terapi injeksi dan
cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10
mEq): 35 ml/jam.

3.1.3 Respon atau Perilaku Orangtua atau Pemberi Asuhan (Intervensi)


Respon atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan selanjutnya adalah
melakukan intervensi berdasarkan kebutuhan atau masalah yang dialami anak
yang bertujuan membantu anak berperilaku adaptif. Respon atau perilaku orangtua
atau pemberi asuhan (intervensi) An. G dapat dilihat pada tabel 2.5. berikut:
No. Masalah/kebutuhan Respon/perilaku pemberi asuhan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Tujuan:
kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
tubuh berhubungan dengan anak mendapatkan nutrisi yang adekuat
asupan tidak adekuat dengan indikator:
a. Anak menunjukan mempertahankan
berat badan 8,5 Kg
b. Orang tua mengungkapkan tekad
untuk memberikan diet anak
c. Anak memiliki nilai
laboratorium dalam batas normal
(albumin (3.8 – – 5.4 g/dl)
d. Anak dapat mentoleransi program diet
yang diberikan: tidak muntah, tidak
kembung
Intervensi:
1. Manajemen nutrisi : bantu atau
sediakan asupan makaan dan cairan
diet seimbang
2. Berikan informasi pada keluarga
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
3. Pantau nilai laboratorium terutama
albumin dan elektrolit
4. Libatkan orangtua dalam menciptakan
lingkungan nyaman/menyenangkan
untuk makan
5. Libatkan orangtua dalam memberikan
makanan dalam porsi sedikit tapi sering
6. Berikan anak minuman dan kudapan
bergizi
7. Kolaborasi bersama ahli gizi jumlah
kalori dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan untuk memenuhi nutrisi
anak
2. Risiko kerusakan Tujuan:
integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan
berhubungan dengan anak menunjukkan integritas jaringan:
adanya lembab kulit dan membran mukosa yang
dibuktikan oleh indikator:
a. Sensasi, elastisitas, dan hidrasi tidak
ada gangguan
b. Kulit utuh
c. Warna kulit normal (tidak pucat, tidak
sianosis)
Intervensi:
1. Libatkan orangtua dalam surveilans
kulit: pantau kulit terhadap:
a. Ruam dan lecet
b. Warna dan suhu
c. Kelembaban dan kekeringan
yang berlebihan
d. Area kemerahan dan rusak
2. Libatkan orangtua dalam
membersihkan kulit saat terkena
kotoran (ganti kantong stoma jika
bocor) minimalkan pajanan kulit
terhadap kelembabab (gunakan ukuran
lubang kantong stoma dengan ukuran
stoma yang tepat)
3. Nyeri akut berhubungan Tujuan:
dengan insisi pasca bedah Setelah dilakukan tindakan keperawatan
anak menunjukkan tingkat nyeri ringan
yang dibuktikan dengan indikator:
a. Anak tidak gelisah
b. Anak tidak menangis
c. Ekspresi rileks
d. Istirahat/tidur baik (tidur nyenyak, >8
jam/hari)
Intervensi:
1. Manajemen nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif
b. Observasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan
c. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur kepada orang tua
d. Ajarkan orang tua teknik
nonfarmakologis seperti: masase,
kompres hangat dan dingin,
hipnosis
e. Dampingi anak saat memenuhi
kebutuhan rasa nyaman
2. Pemberian analgesik
a. Kolaborasi dan pastikan pemberian
analgesia terapi
b. Laporkan kepada dokter jika terapi
tidak berhasil
4. Risiko ketidakseimbangan Tujuan:
volume cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan asupan cairan yang anak menunjukkan keseimbangan
tidak adekuat sekunder cairan/volume cairan dengan indikator:
a. Menampilkan hidrasi yang baik
(membran mukosa lembab, mampu
berkeringat)
b. Asupan cairan intravena dan oral yang
adekuat
c. Memiliki keseimbangan asupan dan
haluaran yang seimbang
d. Memiliki nilai labor dalam batas
normal (Hb: 10.5 – 14 g/dl & Ht: 32 –
42 %)
Intervensi:
1. Libatkan orangtua dalam manajemen
cairan:
a. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi
kehilangan cairan
b. Identifikasi faktor pengaruh
terhadap bertambah buruknya
dehidrasi: misal demam, stres, dan
program pengobatan
c. Pantau status hidrasi: kelembaban
membran mukosa, keadekuatan nadi
dan tekanan darah
d. Pertahankan keakuratan catatan
asupan dan haluaran
e. Pantau hasil laboratorium
f. Kolaborasi terapi intravena sesuai
program
5 Risiko infeksi berhubungan Tujuan:
. dengan pertahanan sekunder Setelah dilakukan tindakan keperawatan
tidak adekuat, prosedur faktor risiko infeksi akan hilang
invasif, gizi kurang dibuktikan oleh:
a. Penyembuhan luka primer dan
sekunder; tidak ada tanda peradangan
luka operasi kering, tidak kemerahan,
tidak panas, tidak bengkak
b. Anak terbebas dari tanda dan gejala
infeksi: anak tidak demam
Intervensi:
1. Perawatan luka insisi: bersihkan,
pantau, dan fasilitasi penyembuhan
luka jahitan
2. Pengendalian infeksi
a. Pantau tanda dan gejala infeksi:
suhu, nadi, drainase, penampilan
luka
b. Pantau hasil laboratorium: darah
lengkap, hitung jenis, protein serum,
albumin
c. Ajarkan orang tua teknik cuci
tangan yang benar
d. Terapkan kewaspadaan universal
e. Batasi jumlah pengunjung
3. Kolaborasi pemberian antibiotik
Sumber: Modifikasi Alligood & Tomey, 2010; Wilkinson & Ahern, 2009.

3.1.4 Implementasi (Pelaksanaan)


Implementasi merupakan pelaksanaan respon atau perilaku orangtua/ pemberi
asuhan secara nyata dari yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi yang
dilakukan pada An. G yang telah dibuat dengan menerapkan konsep Barnard dapat
dilihat pada tabel 2.6. berikut:
Tabel 3.3. Implementasi Repon/Perilaku Pemberi Asuhan An. G
No. Masalah/kebutuhan Implementasi
1. Ketidakseimbangan nutrisi: a. Memotivasi orang tua/ibu untuk
kurang dari memberikan diit bubur sumsum
kebutuhan tubuh dan air gula kepada anak untuk
berhubungan dengan asupan persiapan operasi besok
tidak adekuat b. Melibatkan orangtua
mennciptakan lingkungan yang
menyenangkan saat makan
c. Memonitor hasil laboratorium; Hb
dibawah normal (8.7 g/dl);
albumin sedikit dibawah normal
19

(3.7 g/dl)

2. Risiko kerusakan a. Melibatkan orangtua dalam memantau


integritas kulit kulit sekitar stoma terhadap: ruam dan
berhubungan dengan lecet, warna dan suhu, kelembaban dan
adanya lembab kekeringan yang berlebihan
3. Nyeri akut a. Melakukan pengkajian nyeri.
berhubungan dengan insisi Anak menangis kemungkinan
pasca bedah karena nyeri luka pembedahan,
tidak nyaman karena kedua kaki
diikat, lapar karena kemarin puasa,
analgesik tidak diberikan takut
over dosis
b. Memberikan informasi kepada
orangtua tentang kemungkinan
nyeri pada anak sehingga anak
menangis terus
c. Menganjurkan orangtua/ibu untuk
mengusap-usap anak dan
menggendong anak supaya lebih
tenang dan nyaman
d. Mendampingi keluarga saat memberikan
e. Mengukur tanda vital: nadi dalam
batas normal (98 kali/menit)
f. Meminimalkan manipulasi
terhadap anak untuk dapat
istirahat/tidur
g. Mendukung orang tua untuk
memberikan kenyamanan pada
anak dengan mengusap dan memeluk/m
20

h. Memberikan terapi analgesia;


farmadol 250 mg intravena dengan
infus pump
i. Memberikan umpan balik positif
kepada anak dan orang tua atas
keberhasilan memberikan
kenyamanan kepada anak
4. Risiko ketidakseimbangan a. Menganjurkan ibu untuk
volume cairan berhubungan menampung urine dengan diaper
dengan asupan cairan yang untuk menentukan balance cairan
tidak adekuat sekunder b. Melibatkan orangtua dalam
mengukur balance cairan; intake
dan output (tanpa IWL)
a. Melibatkan orang tua dalam
memantau warna urine (warna
kuning jernih), frekuensi
kehilangan cairan muntah tidak
ada cairan NGT hijau (tidak
terukur)
b. Melibatkan orangtua dalam
mempertahankan keakuratan
catatan asupan dan haluaran
c. Melanjutkan terapi intravena
sesuai program
6. Risiko infeksi berhubungan a. Memonitor tanda dan gejala infeksi
dengan pertahanan sekunder b. Menerapkan kewaspadaan universal
tidak adekuat, prosedur c. Menerapkan cara mencuci dengan
invasif, gizi kurang benar
d. Mengukur tanda-tanda vital dalam
batas normal
21

e. Memberikan terapi
antibiotik; cefotaxime 250 mg,
intravena
f. Memantau hasil laboratorium Hb
dan Ht: dibawah normal; Hb 8.7
g/dl dan Ht 28%. Anak dapat
transfusi PRC 100 cc/12 jam. HT
jenis : menunjukan adanya proses
peradangan ringan.
g. Memberikan injeksi metronidazol
300 mg, intravena melalui infus
pump

Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan mengobservasi kembali respon atau perilaku
anak setelah orangtua atau pemberi asuhan melaksanakan intervensi yang
telah dibuat. Pemberi asuhan dalam hal ini perawat mengevaluasi hasil
intervensi yang telah diberikan dan menilai apakah kebutuhan atau masalah
anak telah terpenuhi atau teratasi. Evaluasi keperawatan setelah perawatan
7 hari yaitu masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh dan nyeri akut teratasi. Kebutuhan atau masalah risiko kerusakan
integritas kulit, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi
tidak terjadi. Untuk lebih jelasnya, evaluasi keperawatan dapat dilihat pada
tabel 2.7 berikut:
Tabel 3.4 Evaluasi Asuhan Keperawatan An. G

Respon/perilaku anak Kebutuhan/Masalah Respon/perilaku


pemberi asuhan

15-04-2014:
Anak aktif, tanda vital dalam 1. Ketidakseimbangan Mempertahank
batas normal: suhu 36,7ºC, 98 nutrisi: kurang dari an intervensi
kali/menit, kebutuhan tubuh sampai
frekuensi pernafasan 28 berhubungan dengan pasca operasi
kali/menit. rencana asupan tidak adekuat
operasi besok, hari ini mulai belum teratasi
makan bubur sumsum dan Risiko kerusakan Menghent
minum air gula. Stoma vital, integritas kulit ikan
produksi (+) ditampung kantong berhubungan dengan intervensi
stoma, tidak terlihat iritasi. adanya lembab tidak
terjadi

18-04-2014: putih & ASI. intake


Anak aktif, menangis karena (IVFD + Obat) 599 2. Nyeri
minta “nenen”, hasil cc, a
laboratorium Hb dan Ht dalam output (urine + kut
batas normal: Hb 11,1 g/dl, Ht nasogastric) 153 cc. berhubungan
34,6%; hitung jenis dalam batas Ibu mengatakan anak dengan insisi pasca
normal: basofil 0.1%, masih rewel, ibu juga bedah teratasi
eosinofil sudah memerah asi sebagian.
0.4%, neutrofil 73.8%, tapi anak
limfosit 17.3%, monosit 3. Risiko
8.4%; albumin sedikit ketidakseimbangan
dibawah normal (3.7 g/dl); tanda volume
vital dalam batas normal: suhu cairan
36,2ºC, 120 kali/menit, berhubungan
frekuensi pernafasan 30 dengan
kali/menit; mukosa bibir asupan cairan
lembab, sudah minum/ yang tidak
membasahi mulut dengan air adekuat sekunder
teratasi sebagian
Melanjutkan
4. Risiko infeksi intervensi 2x24
berhubungan dengan pertahanan jam
sekunder tidak terjadi.

Melanjutkan
intervensi 2x24
jam

Menghentika
n intervensi
masih minta “nenen”
22-04-2014: 3. Nyeri akut Menghentikan
Anak aktif, tidak rewel, berhubungan dengan intervensi
minum ASI + SF, tidak insisi pasca bedah
muntah, tidak teratasi
kembung, terapi obat Menghentikan
diberikan, balance 4. Risiko intervensi
cairan (intake – output) ketidakseimbangan
sampai siang ini: positif volume cairan
15 cc, ibu mengatakan berhubungan dengan
tidak ada keluhan asupan cairan yang
tidak adekuat sekunder
tidak terjadi

Follow up setelah 1 1. Ketidakseimbangan Menghentikan


minggu via telepon: nutrisi: kurang dari intervensi.
ibu mengatakan anak kebutuhan tubuh
sudah makin sehat, berhubungan dengan
masih kontrol, berat asupan tidak adekuat
badan dan tinggi badan belum teratasi
sudah mulai bertambah
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Teori Kathryn E Barnard dalam Asuhan Keperawatan Anak


dengan Masalah Bedah Intestinal yang Mengalami Ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan
Karakteristik klien dengan masalah bedah intestinal dengan
dengan status gizi kurang. Prieto dan Cid (2011) menyatakan anak
dibawah lima tahun di negara berkembang memiliki risiko mengalami
gizi kurang yang disebabkan sumber daya keluarga yang sedikit,
gangguan perilaku makan atau penyakit yang mempengaruhi makan atau
penyerapan nutrisi. Klien ini menjalani operasi gastrointestinal. Menurut
Ward (2003) bahwa pasien dengan bedah gastrointestinal berisiko
mengalami penurunan nutrisi akibat dari asupan nutrisi yang tidak
memadai, trauma pembedahan, meningkatnya tingakat metabolik.
a. Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan dengan memperhatikan modifikasi
prinsip teori Barnard. Basavanthappa (2007) menyebutkan bahwa
fokus teori yang dikemukakan Barnard adalah pengkajian yang
bertujuan untuk mengidentifikasinya masalah sebelum anak
berkembang dan menjadikan intervensi lebih efektif dengan melihat
respon/perilaku yang dilakukan oleh anak tersebut (infant’s clarity of
cues dan infant’s responsiveness to the caregiver). Namun, Barnard
tidak menguraikan dengan jelas bentuk respon anak tersebut
terutama dalam pemenuhan nutrisi atau makan. Hodges, Houck dan
Kindermann (2009) menyatakan respon anak terkait dengan
pemberian makan seperti anak menampilkan ketegangan di awal
makan atau anak menghindarkan pandangan seperti melihat ke
bawah atau berpaling selama makan.
Pada kasus, anak dengan bedah intestinal yang residen rawat
didapati anak mengalami gizi kurang sebelum operasi
gastrointestinal dan orangtua mengatakan anak makan dalam porsi
sedikit. An. G berusia 1 tahun 6 bulan dan memiliki riwayat atresia
dengan operasi intestinal sebelumnya pembuatan stoma/kolostomi
pada usia 2 hari, dan dilanjutkan dengan Posterior Sagital Anorektal
Plasty (PSARP) pada Juni 2013 dan businasi ukuran 9-15
Melihat dari masalah kesehatan kasus tersebut terlihat munculnya
gizi kurang pada anak adalah akibat asupan yang kurang sebelum
menjalani bedah intestinal, anak berumur dibawah lima tahun,
gangguan penyerapan karena obstruksi usus, dan reseksi usus
sebelumnya (Prieto & Cid, 2011; Schiesser, Muller, Kirchhoff,
Breitenstein, Schafer, & Clavien, 2008). Pemberian makan ini
menjadi fokus orang tua dan pemberi asuhan karena anak rentan
terhadap masalah makan antara lain makan berlebihan, makan yang
sedikit, masalah perilaku makan dan pilihan makan yang tidak biasa
atau tidak sehat. Cerantola, Grass, Cristaudi, Demartines, Schafer,
dan Hubner (2011) juga menegaskan gizi kurang sebelum operasi
merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan morbiditas dan
mortalitas pasca operasi.

b. Masalah/Kebutuhan Anak
Masalah/kebutuhan anak merupakan hasil dari respon/perilaku
anak. Masalah yang muncul meliputi ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan, risiko kerusakan integritas kulit, nyeri akut,
risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.
Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, dan
Senagore (2010) dan Thompson dan Magnuson (2012) menyatakan
komplikasi pasca operasi intestinal salah satunya adalah asupan
nutrisi yang sedikit. Anak dari kasus ini menjalani puasa sebagai
salah satu penatalaksanaan operasi, anak puasa beberapa jam
sebelum operasi sampai beberapa hari (rata-rata 5-7 hari) pasca
operasi. Kondisi ini dapat menjadi komplikasi pasca bedah karena
penatalaksanaan pasca operasi yang dilakukan masih bersifat
tradisional yang disertai dengan dekompresi abdomen dengan
nasogastric tube, pemberian cairan intravena dan penundaan
makan oral sampai motilitas usus kembali. Namun saat ini prinsip
pemberian makan pasca operasi adalah pemberian makan enteral
lebih awal yaitu 24-48 jam pertama termasuk pasca anastomosis
proksimal, monitoring residual lambung dan kemampuan untuk
menerima makan lebih awal menunjukkan manfaat pada
sebagian besar pasien (Sholadoye, Suleiman, Mshelbwala, &
Ameh, 2012; Amanollahi & Azizi, 2013; Evans, Martindale, Kiraly,
& Jones, 2013; Reignier, et al. 2013).
Risiko kerusakan integritas kulit ditegakkan pada pasien yang
tidak menunjukkan tanda gangguan pada kulit tapi berisiko
mengalami gangguan pada permukaan kulit atau kerusakan
(Wilkinson & Ahern, 2009). Pada kasus ini anak terpasang stoma.
Anak tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda kerusakan kulit.
Kulit sekitar stoma tidak terlihat ruam/kemerahan, stoma
vital, produksi ditampung kantong kolostomi.
Masalah nyeri akut dapat ditegakkan berdasarkan laporan pasien
karena merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial yang berlangsung kurang dari enam bulan (Wilkinson &
Ahern, 2009). Salah satu komplikasi pasca operasi intestinal yang
dapat muncul adalah nyeri sehingga dibutuhkan manajemen nyeri
(Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld &
Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012).
Masalah risiko terjadinya kerusakan integritas kulit pada anak
berupa faktor ekternal adalah adanya kelembaban akibat terpasang
stoma. Masalah risiko infeksi dapat ditegakkan dengan ditemukan
data bayi dengan adanya pemasangan kateter intravena dan prosedur
invasif lainnya yang berisiko merusak integritas kulit serta
tidak adekuatnya pertahanan sekunder (Wilkinson & Ahen, 2009).
Masalah lain yang diangkat pada kasus kelolaan yaitu konstipasi dan
ansietas orangtua.
Semua masalah ini akan berdampak lanjut jika pemberi asuhan
tidak bisa membaca respon yang dimunculkan anak dan berdampak
pada penatalaksanaan pasca operasi menjadi kurang tepat. Evans,
Martindale, Kiraly dan Jones (2013) menyatakan kondisi gizi kurang
pada masa sebelum operasi menentukan tercapainya hasil akhir dari
pembedahan yaitu untuk meningkatkan penyembuhan, mengurangi
komplikasi pasca operasi, mempersingkat masa perawatan dan
dipulangkan. Thompson dan Magnuson (2012) menyatakan untuk
mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi fokus perawatan
antara lain pemenuhan nutrisi dan cairan, menajemen nyeri,
ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik atau pengobatan.

c. Respon/Perilaku Orangtua/Pemberi Asuhan


Respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan merupakan intervensi
berdasarkan respon/perilaku anak dengan menerapkan prinsip
Barnard. Hodges, Houck dan Kindermann (2009) juga menguraikan
4 karakteristik perilaku orangtua/pemberi asuhan saat pemenuhan
nutrisi: (1) kepekaan membaca respon anak (caregiver sensitivity to
cues), (2) Menanggapi kesulitan anak (response to the child’s
distress), (3) Aktifitas yang medorong pertumbuhan sosial-emosional
(social–emotional growth fostering) dengan memvariasikan tekanan
dan nada suaranya, ekspresi wajah, sentuhan, dan interaksi sosial,
misalnya pengasuh terlibat dalam bentuk-bentuk sosial interaksi
seperti bermain dengan anak setidaknya sekali selama makan, (4)
Mendorong pertumbuhan kognitif (cognitive–growth fostering)
dengan memperkenalkan anak pada pemandangan, suara, dan
pengalaman, seperti ungkapan verbal pemberi asuhan yang
menggambarkan situasi makanan atau makan bersama.
Pada kasus ini, intervensi yang dilakukan meliputi tindakan
manajemen konstipasi, manajemen nutrisi, melakukan surveilan
kulit, melakukan manajemen nyeri dan kolaborasi pemberian
analgesik, manajemen cairan, perawatan luka dan pengendalian
infeksi. Intervensi yang tercakup dalam manajemen nutrisi antara
lain; kepekaan membaca respon anak (caregiver sensitivity to cues)
dan menanggapi kesulitan anak (response to the child’s distress)
dapat dilihat dari intervensi berupa; bantu atau sediakan asupan
makanan dan cairan diet seimbang untuk anak, berikan informasi
tentangmu itu kebutuhan nutrisi anak dan bagaimana memenuhinya,
pantau nilai laboratorium terutama albumin dan elektrolit, berikan
makanan dalam porsi sedikit tapi sering, dan beri anak minuman dan
kudapan bergizi. Bentuk intervensi yang menerapkan prinsip aktifitas
yang medorong pertumbuhan sosial-emosional (social–emotional
growth fostering) dan kognitif anak (cognitive–growth fostering)
antara lain dengan libatkan orangtua dalam menciptakan lingkungan
menyenangkan untuk makan. Seluruh respon/perilaku
orangtua/pemberi asuhan tersebut membutuhkan kepekaan dan
keyakinan dari orangtua/pemberi asuhan sehingga
kebutuhan/masalah anak segera terpenuhi/teratasi.
Pernyataan Sullivan dan McGrath (1999) serta LeCuyer-Mauss
(2000) dalam Pridham, et al (2010), keberhasilan dalam mengatasi
masalah terlihat pada pemberian asuhan atau intervensi terhadap
anak dalam memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah nutrisi dan
cairan pada kasus ini. Gaya kontrol dan kesensitifan dari pemberi
asuhan terlihat masih terbatas, terutama untuk pemenuhan kebutuhan
nutrisi sehingga muncul masalah dalam pemberian makan lebih
awal pada anak-anak pasca bedah intestinal. Sementara itu dalam
memenuhi kebutuhan cairan terutama dalam monitor dan pencatatan
keakuratan masukan dan haluaran juga terlihat kontrol dari pemberi
asuhan juga belum optimal (Martindale, McClave, Taylor, &
Lawson, 2013). Setelah keterlibatan orangtua/pemberi asuhan
dioptimalkan masalah atau kebutuhan cairan dapat diatasi atau
dipenuhi.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan respon/perilaku
anak terhadap respon/perilaku yang diberikan orangtua/pemberi
asuhan. Masalah risiko kerusakan integritas kulit dan risiko
ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi. An. G tidak
memperlihatkan respon atau tanda-tanda kerusakan kulit,. Masalah
nyeri akut teratasi. Selama menerapkan prinsip yang terdapat dalam
teori Barnard tersebut dapat dijadikan panduan bagi pemberi asuhan
dalam memberikan asuhan keperawatan. Dengan menerapkan prinsip
teori Barnard berfokus pada respon/perilaku anak dan
respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan terhadap respon yang
diperlihatkan anak, dapat mempermudah orangtua/pemberi asuhan
dalam memberikan asuhan keperawatan terutama untuk
keseimbangan nutrisi dan cairan dengan menerapkan interaksi atau
keterlibatan orangtua dalam merawat anak di rumah sakit
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yaitu sebagian besar terjadi
sebelum anak menjalani operasi. Anak-anak tersebut memiliki risiko gizi kurang
akibat asupan yang tidak memadai dan riwayat operasi intestinal sebelumnya
yaitu pembuatan stoma/kolostomi. Selama pemberian asuhan keperawatan dengan
prinsip teori Barnard terlihat gaya kontrol dan kesensitifan dari pemberi asuhan
masih terbatas. ‘
b. Penerapan teori Parent Child Interaction Barnar memfasilitasi pelaksanaan asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan melalui identifikasi
respon/perilaku bayi/anak dan membalas respon anak tersebut dengan
respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan untuk mencapai respon adaptif anak dan
orangtua/pemberi asuhan. Hambatan dalam penerapan teori ini karena masih
bersifat umum, banyak melihat tentang interaksi orangtua (ibu dan ayah) dalam
pemberian makan dan pendidikan pada bayi, tidak ada uraian yang jelas tentang
respon baik anak maupun orangtua/pemberi asuhan yang spesifik dalam rangka
memenuhi kebutuhan anak dalam mencapai perilaku adaptif yang diharapkan
terutama dalam pemberian makan.
5.2 Saran
a. Teori Parent Child Interaction Barnard merupakan teori yang bersifat umum dan
dapat dikembangkan lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak.
b. Pengkajian respon/perilaku anak terkait ketidakseimbangan nutrisi pada anak
dengan masalah bedah khususnya bedah intestinal harus lebih diperhatikan oleh
pemberi asuhan dalam rangka meminimalakan komplikasi perioperatif khususnya
pasca operasi.
c. Pemberi asuhan khususnya perawat dapat memberi respon juga terhadap respon
yang ditunjukkan oleh orangtua dengan melaksanakan peran perawat khususnya
sebagai advokat dan pendidik disamping sebagai pemberi asuhan.
d. Pemberi asuhan khususnya perawat diharapkan dapat melakukan pengkajian
sesuai dengan prinsip teori yang digunakan, membuat inovasi dan menggunakan
evidence based practice terkait perawatan anak dan menerapkannya dalam praktik
keperawatan anak secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai