Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

OLEH
KELOMPOK 2
1. Ni Luh Made Puspawati (C1118085)
2. Luh Ade Fitri Diani (C1118087)
3. Ni Ketut Trisna Dewi (C1118092)
4. I Gusti Ayu Diah Wulan Sari (C1118093)
5. I Ketut Krisna Pramana (C1118101)

PROGRAM SUTIDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan
harmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Keperawatan Paliatif ini.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori chronic sorrow bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
1. Latar Belakang............................................................................1
2. Rumusan Masalah.......................................................................2
3. Tujuan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................3
1. Model Teori Chronic Sorrow......................................................3
2. Konsep Utama.............................................................................3
3. Asumsi Teori ..............................................................................5
4. Asumsi Utama.............................................................................9
5. Strategi Manajemen.....................................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................11
1. Simpulan......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................12
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori middle range merupakan level kedua dari teori keperawatan,
abstraknya pada level pertengahan, inklusif, memiliki sejumlah variable
terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori middle range memiliki hubungan
yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Teori penderitaan kronik
(Chronic sorrow) merupakan salah satu teori middle range keperawatan
yang berfokus pada stress dan adaptasi yang berhubungan dengan
penderitaan kronik yang dialami individu sehingga timbul kesedihan dan
rasa berduka yang berkepanjangan (Alligood, 2014).
Prevalensi penyakit kronik, termasuk masalah perkembangan dan
perilaku anak-anak, terus berlangsung hingga terjadi peningkatan lebih dari
30 tahun ini (Halfon 2010). Beberapa waktu belakangan ini, terjadi
peningkatan jumlah penyakit kronis dengan confidence interval (CI) 95%,
yaitu dari 25.1% pada tahun 1988 yang meningkat menjadi 51.5%% pada
tahun 2006 (Van Cleave 2010)
Penyakit kronis dapat didefinisikan sebagai kondisi sakit yang
menimbulkan berkurangnya atau hilangnya fungsi sehari-hari lebih dari 3
bulan dalam 1 tahun atau mengamali hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam 1
tahun (Hockenberry, 2007). Hal ini menyebabkan individu dengan penyakit
kronik mengalami berbagai masalah keterbatasan sehingga individu tersebut
mempunyai kebutuhan akan perawatan khusus, komprehensif dan
berkelanjutan. Penyakit kronik mempunyai efek besar terhadap fungsi
keluarga. Salah satunya adalah efek substansial fungsi keluarga dimana
keluarga akan mendapatkan tugas keluarga yang lebih kompleks,
tanggungjawab yang lebih besar, perhatian yang lebih besar, pembiayaan,
ketidakpastian masa depan, keterbatsan atas kecukupan ekonomi,
kehilangan secara emosional, reaksi terhadap persepsi dalam masyarakat,
isolasi sosial, dan kehilangan kesempatan dalam bermasyarakat secara
norma, sehingga bisa dikatakan bahwa keluraga adalah faktor pendukung

1
yang sangat berpengaruh terhadap kondisi yang terjadi pada salah satu
anggota keluarganya (Alligood, 2014).
Peran utama dari perawat menurut teori ini mencakup bersikap
empati, menjadi pendidik yang baik, memberi perhatian dan bersikap
professional. Penerapan teori ini dalam pemberian asuhan keperawatan
dapat membantu klien yang menderita penyakit kronik maupun keluarga
serta orang di sekitarnya untuk meningkatkan kemampuan mekanisme
koping eksternal dalam menghadapi proses kehilangan yang terjadi
(Peterson and Bredow 2013). Dari pernyataan diatas, kami bermaksud
merumuskan makalah tentang bagaimana analisis middle range theory dari
teori penderitaan kronik (chronic sorrow) pada klien amputasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana model teori chronic sorrow?
2. Bagaimana konsep utama teori chronic sorrow?
3. Bagaimana asumsi teori chonic sorrow?
4. Bagaimana asumsi utama chronic sorrow?
5. Bagaimana strategi manajemen chronic sorrow?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui model teori chronic sorrow.
2. Untuk mengetahui konsep utama teori chornic sorrow.
3. Untuk mengetahui asumsi teori chronic sorrow.
4. Untuk mengetahui asumsi utama chronic sorrow.
5. Untuk mengtahui strategi manajemen chronic sorrow.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MODEL TEORI CHRONIC SORROW
Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi
kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun suatu kejadian.
Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan
antara yang diharapkan dengan kenyataan. Kejadian tersebut dapat memicu
timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan/ mendalam yang
potensial progresif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanen.
Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan
menggunakan metode manajemen dalam mengatasinya. Metode manajemen
dapat berasal dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal
(dukungan orang yang berharga maupun tim kesehatan). Jika metode
manajemen yang digunakan efektif maka individu akan meningkat perasaan
kenyamanannya. Tetapi jika tidak afektif akan terjadi hal sebaliknya.
B. KONSEP UTAMA
1. Dukcita kronis atau chronic sorrow
Penderitaan atau dukacita kronis adalah suatu perbedaan yang
berkelanjutan sebagai hasil dari suatu kehilangan, dengan karakteristik
dapat menyebar dan bisa juga menetap. Gejala berduka berulang pada
waktu tertentu dan gejala ini berpotensi progresif.
Studi NCRCS (The Nursing Consortium for Research on
Chronic Sorrow) ini meliputi :
a. Individu dengan kanker (Eakes, 1993), infertility (Eakes et al.,
1998), Multiple Sclerosis (Hainsworth, Burke, Lindgren, & Eakes,
1993 ; Hainsworth, 1994), dan Penyakit Parkinson (Lindgren,
1996)
b. Spouse caregivers/ individu yang memiliki pasangan hidup dengan
penyakit mental kronik (Hainsworth, Busch, Eakes, & Burke,
1995), Multiple Sclerosis (Hainsworth, 1995), dan Penyakit
Parkinson (Lindgren, 1996)

3
c. Parent caregivers/ orang tua yangmemiliki anak dewasa dengan
penyakit mental kronik (Eakes, 1995)
2. Kehilangan
Kehilangan terjadi akibat dari perbedaan antara suatu “ideal”
atau harapan dan situasi nyata atau pengalaman. Kehilangan (Loss)
adalah situasi aktual atau potensial dimana seseorang atau objek yang
dihargai tidak dapat dicapai atau diganti sehingga dirasakan tidak
berharga seperti semula.
3. Peristiwa Pencetus
Peristiwa pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi-kondisi
berbeda atau perasaan kehilangan yang berulang (kambuh)atau baru
mulai yang memperburuk perasaan berduka. NCRCS membandingkan
dan membedakan pencetus pada individu dengan kondisi kronik, family
caregivers, pada orang yang kehilangan (Burke, Eakes, & Hainsworh,
1999).
4. Metode Manajemen
Metode manajemen adalah suatu cara bagaimana individu
menerima penderitaan kronis. Bisa secara internal (strategi koping
individu) atau eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang
lain). Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah bila
efektif dalam mengatur perasaan, bisa secara internal maupun ekternal.
Strategi manajemen perawatan diri diatur melalui strategi koping
internal. NCRCS ditunjuk lebih lanjut untuk mengatur strategi koping
internal seperti tindakan, kognitif, interpersonal dan emosional.
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek
individu dengan kondisi kronis dan pemberi perawatannya. (Eakes ,
1993, 1995, Eakes at al., 1993, 1999; Hainsworth et al., 1995; Lindgren,
1996). Kognitif koping contohnya berpikir positif, membuat sesuatu
dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan diri bila tidak mampu
(Eakes, 1995; Hainsworth, 1994, 1995). Contoh koping interpersonal
adalah pergi memeriksakan diri ke psikiater, masuk dalam suatu

4
kelompok atau group dan bicara atau berkomunikasi dengan orang lain
(Eakes, 1993; Hainsworth, 1994, 1995)
Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi
lainnya (Eakes, et al., 1998; Hainsworth, 1995). Manajemen eksternal
adalah intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et al.,
1998). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional dapat
membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga
profesional yang kompeten lainnya.
5. Inefektif Manajemen
Strategi manajemen yang tidak efektif mengakibatkan
meningkatnya ketidaknyamanan individu atau menambah rasa duka
yang mendalam.
6. Efektif manajemen
Strategi manajemen yang efektif berperan penting
meningkatkan kenyamanan perasaan individu secara efektif.
C. ASUMSI TEORI
1. Clarity (kejelasan)
Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi
pada area klinik ketika terjadi kehilangan. Konsep Mayor dan hubungan
antar konsep juga diartikan secara jelas hingga menghasilkan
pemahaman yang tepat. Sebagai contoh pemahaman bahwa Chronnic
sorrow memberikan kerangka berpikir dalam menghadapi dan
memahami individu yang sedang mengalami suatu kehilangan atau
berduka yang memanjang . Dalam konsep chronic sorrow terdapat
antecenden atau hal-hal yang mendahului , triger event atau kejadian
pemicu, dan metode-metode manajemen baik internal, maupun
eksternal. Metode-metode yang dipakai bisa direspon secara efektif atau
tidak efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi kenyamanan.
Apabila manajemen efektif , maka individu akan mengalami
kenyamanan dalam kondisi kroniknya dan sebaiknya apabila
manajemen tidak efektif, maka individu akan mengalami
ketidaknyamanan . jelas bahwa manajemen yang efektif baik internal

5
maupun eksternal akan menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya
manajemen yang tidak efektif akan meningkatkan ketidaknyamanan
dan intensitas dari duka cita yang kronis.
Sebagai teori middle range, wilayah teori dibatasi pada
penjelasan atau fenomena yakni respon kehilangan dan hal ini sesuai
dengan pengalaman praktik klinik. Seperti yang dinyatakan oleh Eakes,
keunggulan middle range teori ini memberi penjelasan secara benar
bagi praktisi perawat , pelajar/mahasiswa perawat dan pendidik sebagai
bukti komunikasi yang berkelanjutan secara nasional dan internasional
(Alligood, 2014).
Satu aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan
tentang mengapa tidak semua individu yang mengalami kehilangan juga
akan mengalami berduka kronis. Tidak ada data yang menjelaskan
tentang individu -individu yang tidak mengalami berduka kronis ini
apakah mereka memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda ,
misalnya memiliki ketabahan atau mereka menerima intervensi yang
berdbeda saat mengalami kehilangan? Apa data yang diinginkan dari
individu terkait koping dengan kehilangan yang terus menerus. Konsep
lain yang perlu dilakukan klarifikasi adalah progresifitas dari berduka.
Meskipun dikatakan bahwa berduka kronis berpotensi untuk
berkembang, bagaimana perkembangannya dan patologi yang
berhubungan tidak jelas dipaparkan.
Perlu klarifikasi strategi menejemen internal. Dalam hal ini
belum jelas perbedaan problem oriented dengan cognitive strategies .
demikian juga emotive cognitive. Emosional dan strategi interpersonal
belum digambarkan secara jelas. Beberapa overlap yang nyata antara
manajemen internal dan eksternal terjadi ketika kata “interpersonal”
digunakan untuk menggambarkan bantuan professional.
Teori ini memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni
memandang bahwa focus dari perawatan adalah individu, keluarga
(caregiver), kelompok (peer group), hanya kurang memandang
masyarakat yang dalam kondisi berduka kronis ini bisa dijadikan

6
sebagai support system (manajemen eksternal), teori ini hanya
memandang profesi kesehatan sebangai sumber manajemen eksternal
untuk meningkatkan kenyamanan melalui peran empatik , pengajaran,
caring dan memberikan asuhan yang professional.
Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada
situasi kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu
kejadian. Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan dengan kenyataan .
kejadian tersebut dapat memicu timbulnya kesedihan atau dukacita
berkepanjangan / mendalam yang potensial progersif, meresap dalam
diri individu, berulang dan permanen. Individu dengan pengalaman
kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode manajemen
dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal dari internal
(koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang
berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manajemen yang
digunakan efektif, maka individu akan meningkat perasaan
Kenyamanannya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal sebaliknya.
2. Simplicity (kesederahaan)
Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang
berorientasi pada fase berduka kronis. Teori berduka kronis (chronic
sorrow) memperjelas pemahaman hubungan antara variable dari konsep
mayor yang dipaparkan. Melalui model ini, jelas bahwa berduka kronis
aalah siklus alami, menyebar dan berpotensi berkembang.
Teori ini juga secara sederhana menjelaskan subkonsep metode
manajemen internal versus metode manajemen eksternal. Selain itu
teori ini secaa sederhana juga menjelaskan bahwa respon metode
manajemen yang dilakukan oleh pasien dan keluarga (primary
caregiver) menghasilkan respon manajemen inefektif versus manajemen
efektif.
Teori secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus
mampu mengidentifikasi dan memfasilitasi metode manajemen internal
dan eksternal pasien. Perawat dan kelompok pendukung lainnya lebih

7
banyak berperan pada metode menejemen yang efektif untuk mencegah
chronic sorrow menjadi progrsif.
Dengan jumlah variable yang terbatas, teori ini lebih mudah
dimengerti. sebagai kelompok middle rang teori ini berguna untuk
panduan praktik dan penelitian selanjutnya.
3. Generality ( Keumuman / generalisasi)
Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua
dengan anak yang mengalami gangguan fisik atau kognitif . melalui
pembuktian secara empiris, teori diperluas untuk memasukan
berbagai paengaruh aman dari kehilangan . teori ini menerapkan
secara jelas bagaimana rentang kehilangan dan dapat diaplikasikan
untuk mempengaruhi individu seperti halnya pemberian perawatan.
Sebagai tambahan, teori ini berguna untuk berbagai praktisi
pelayanan kesehatan . dengan konsep ini, keunikan yang alami dari
pengalaman digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu .
pemicu dan manajemennunik pada setiap situasi individu dan bisa
diaplikasikan pada situasi yang lebih beragam.
Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai
kasus asuhan keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic
sorrow. Karena secara umum kesedihan atau berduka merupakan
fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat
diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.
4. Empirical Precision (Presisi Empiris)
Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang
terbatas akan lebih mudah bagi peneliti untuk mempelajari
fenomena. dengan jumlah variable yang terbatas, peneliti dapat
melakukan generalisasi hipotesa berhubungan dengan studi pada
intervensi keperawatan yang meingkatkan efektivitas strategi
menejemen pada berduka kronis. Hasil dari studi ini dapat
menambah kekuatan dasar pada praktik berdasarkan hasil
pembuktian (evidencebased practice). Karena teori ini berasal dari
pembuktian secara empiris, maka kegunaannya jelas untuk

8
penelitian lebih lanjut . Definisi yang jelas bukan dari berduka kronis
membuat hal ini dapat dipelajari pada individu dengan kehilangan
yang beragam dan situasi yang umumnya menghasilkan berduka
kronis. Melalui penelitian yang lebih lanjut, peneliti dapat
memikirkan alat pengkajian untuk perawat klinik.
5. Derivable Consequence (Konsekuensi yang Didapat)
Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa
dialami seseorang Karena adanya factor pencetus. Teori ini sangat
penting dalam aplikasi terutama pada kasus-kasus penyakit kronis
dan terminal. Aplikasi teori ini sangat membantu seseorang untuk
mengatasi kesedihan atau berduka yang dialami sehingga mencegah
chronic sorrow yang berkelanjutan.
Teori ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu
dengan pengalaman yang berbeda berkaitan dengan penyakit kronis ,
tanggung jawab pemberi pelayanan, hilangnya kesempurnaan dari
anak atau kesedihan (Alligood, 2014).
D. ASUMSI UTAMA
1. Keperawatan
Diagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai
dengan lingkup praktik keperawatan, perawat dapat memberikan
antisipasi berduka pada individu yang beresiko. Peran utama perawat
meliputi menunjukan rasa empati, ahli / profesional, caring dan pemberi
asuhan keperawatan yang kompeten
2. Manusia
Manusia mempunyai persepsi yang idealis pada proses
kehidupan dan kesehatan. Orang membandingkan pengalamannya
dengan kedua kenyataan tadi sepanjang kehidupannya. Walaupun setiap
orang pengalaman dengan kehilangan adalah unik dan umumnya
kehilangan dapat diramalkan atau diketahui sehingga dapat diantisipasi
reaksi dari kehilangan tersebut.
3. Kesehatan

9
Kesehatan adalah bila seseorang berfungsi normal, kesehatan
seseorang tergantung atas bagaimana seseorang beradaptasi terhadap
kehilangan. Koping yang efektif akan menghasilkan respon yang
normal akibat dari kehilangan.
4. Lingkungan
Interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana
meliputi lingkungan keluarga, sosial, lingkungan kerja dan lingkungan
perawatan kesehatan. Respon individu di kaji berdasarkan hasil
interaksi individu terhadap norma-norma sosial. (Eakes, Burke, &
Hainsworth, 1998).
E. STRATEGI MANAJEMEN
NCRCS (the Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow)
menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu
dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif. Manajemen strategi
terdiri dari internal dan eksternal.
1. Strategi koping internal meliputi :
a. Action (tindakan), mekanisme koping individu baik yang
bersangkutan maupun yang memberikan perawatan. Contohnya
metode distraksi yang umum digunakan untuk menghadapi nyeri
b. Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya
berpikir positif, ikhlas menerima semua ini.
c. Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan
berkonsultasi ahli jiwa, bergabung dengan kelompok pendukung,
melakukan curhat
d. Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis
dan mengekspresikan emosi
2. Strategi koping eksternal, dideskripsikan sebagai intervensi yang
dilakukan oleh professional kesehatan dengan cara meningkatkan rasa
nyaman para subyek dengan bersikap empati, memberi edukasi serta
merawat dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya.

10
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Chronic sorrow merupakan salah satu middle range theory yang
konsep awalnya berasal dari teori yang dicetuskan oleh Olshansky pada
tahun 1962. Kemudian dikembangkan oleh pusat study The Nursing
Consortium for Reasearch on Chronic Sorrow (NCRCS) yang di prakarsai
oleh Eakes, Burke dan Hainsworth. Burke mendefinisikan duka cita kronis
sebagai suatu kesedihan yang meresap dan merupakan pengalaman
permanen, periodik dan berpotensi menjadi lebih berat (Eakes, Burke,
Hainsworth, et al., 1993). Chronic sorrow merupakan respon normal
manusia yang berhubungan dengan disparitas berkelanjutan sebagai akibat
dari situasi kehilangan. Kondisi ini merupakan siklus yang terjadi secara
alamiah. Dalam kondisi tersebut terdapat pencetus yang memperberat
respon berduka, bersifat internal maupun eksternal yang dapat diprediksi.
Manusia memiliki strategi koping yang efektif dalam mencapai
keseimbangan saat mengalami chronic sorrow. Pada dasarnya, chronic
sorrow disebabkan oleh disparitas antara kondisi harapan dan kenyataan
(Eakes et al., 1998; Alligood, 2014).
Pendiagnosaan chronic sorrow dapat membuat seseorang jatuh pada
keadaan sedih yg mendalam, karena harapan atau keinginan tidak sesuai
dengan realita. Kesedihan kronis merupakan kesenjangan yang berlangsung
akibat kerugian dari suatu fungsi dan bersifat permanen. Gejala kesedihan
akan berulang secara berkala dan gejala-gejala ini berpotensi progresif
(Alligood, 2014). Peran perawat dalam teori ini adalah menunjukkan rasa
empati dan memberikan support system agar klien tidak jatuh dalam
keadaan depresi, sehingga klien mampu melakukan manajemen koping baik
manajemen koping internal maupun eksternal yang melibatkan klien,
perawat, dokter, psikolog atau tenaga kesehatan lainnya serta dukungan dari
orang-orang terdekat.

11
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. (2014). Nursing theories and their work. 8th edition.
Singapore. Elsevier Singapore Pte Ltd
Peterson, S. J, and T. S Bredow. 2013. Middle Range Theories Application
to Nursing Research. third. ed. J Clay. Cina: Lippincott Williams &
Wilkins.
Alligood, M. R. (2014). Introduction to nursing theory: Its history,
significance and analysis. In A. M. Tomey & M. R. Alligood (Eds.),
Nursing theorists and their work (8th ed., pp. 3–15). St. Louis: Elsevier.

12

Anda mungkin juga menyukai