Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN TENTANG PSIKOTERAPI DAN TERAPI

KOMPLEMENTER PADA TERAPI INDIVIDU, KELUARGA DAN


KELOMPOK DALAM KEPERAWATAN JIWA

Oleh:

Atin Humayya 206070300111014

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
1. Pendahuluan
Gangguan jiwa adalah penyakit gangguan mental terjadi pada individu
yang mempengaruhi emosi, pikiran dan tingkah laku menimbulkan hal negatif
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Gangguan jiwa dapat terjadi di
berbagai kalangan pada individu atau masyarakat seperti anak-anak, remaja,
dewasa dan lansia.
Data Riskesdas 2013 dalam (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2016) prevalensi ganggunan mental dengan gejala depresi dan kecemasan
sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000
orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Sementara menurut data World
Health Organization (WHO) pada tahun 2016, terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta
47,5 juta terkena dimensia. Dalam mengatasi masalah gangguan jiwa diatas
selain menggunakan terapi pengobatan juga dapat dilakukan psikoterapi dan
terapi komplementer.
Psikoterapi adalah bentuk perawatan yang digunakan sebagai rencana
tindakan dengan melakukan pendekatan psikologik untuk individu yang
mengalami gangguan jiwa. Sedangkan terapi komplementer adalah perawatan
yang dilakukan dengan menggunakan terapi alternative yang difokuskan pada
aspek bio-spiko-sosial dan spiritual seperti terapi holistik. Di lingkungan
masyarakat seringkali mencari pengobatan alternative dan komplementer
karena biaya perawatan medis yang sangat mahal. Dalam terapi komplementer
dapat diuji hasil penelitiannya karena mampu menyebuhkan berbagai macam
penyakit salah satunya gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang paling sering
dialami oleh individu yaitu cemas dan depresi. Melakukan terapi
komplementer pada individu yang cemas dan depresi dilakukan dengan proses
pengkajian dengan rutin dan memberikan anjuran kepada klien untuk
melakukan terapi dengan rutin karena dapat dirasakan manfaatnya untuk
mengurangi cemas dan depresi. Individu yang telah melakukan terapi
komplementer seringkali mengatakan lebih baik setelah dilakukan terapi
karena manfaat dalam terapi komplementer dapat mengatur dan mengatasi
emosi yang ada didalam tubuh sehingga seringkali individu lebih bersifat
positif dalam kepribadian dan spiritualnya (Russinova et al, 2009 dalam Stuart,
2016).
2. Peran Perawat
Terapi komplementer sudah banyak dilakukan penelitian yang berbasis
bukti dengan beberapa asumsi yaitu metodologi yang digunakan penelitian
bersifat adekuat, manfaat dari terapi dapat dilakukan pengukuran secara klinis
dan dapat diterapkan untuk praktik klinis. Dalam hal ini perawat dapat
berperan dengan aktif untuk melakukan terapi komplementer pada individu
yang memiliki gejala insomnia, cemas, emosi tidak stabil, mudah marah, serta
depresi. Sesuai dengan penelitian yang dibuktikan bahwa terapi komplementer
dapat menghasilkan kemanjuran, dosis serta keamanan untuk dilakukan terapi
mengatasi gangguan jiwa. Perawat melakukan pengkajian tentang penggunaan
terapi komplementer dan melakukan pantauan terkait penggunaan obat herbal.
Karena dengan penggunaan obat herbal yang tidak berkualitas menyebabkan
adanya keluhan yang berlebihan karena ketidakamanan obat herbal yang
dikonsumsi (Stuart, 2016). Penggunaan alternative dan terapi komplementer
dalam keperawatan terdapat pada Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun
2009 pasal 1 ayat (16). Penerapan terapi komplementer pada keperawatan telah
mengacu teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem yang terbuka,
kompleks, terdapat dimensi dan energi. Karena dapat dikembangkan
pengobatan tradisional yang menerapkan energi. Teori dalam keperawatan
dapat juga dijadikan dasar bagi seorang perawat untuk mengembangkan
komplementer misalnya teori trankulturan dalam praktik dengan memasukkan
ilmu anatomi fisiologis dan patofisiologis. Dalam hal tersebut didukung oleh
teori Florence Nightingle dengan menekankan pentingnya memandang klien
sebagai mahluk holistic dengan mengembangkan tindakan keperawatan yaitu
peran perawat yang dapat memberikan terapi alternative dan komplementer
sesuai dengan batas kemampuannya (Mukhammad Rajin, 2020).
3. Macam Psikoterapi
a. Terapi Perilaku Kognitif adalah terapi yang dilakukan dengan membuat
klien berfokus pada pikiran dan nantinya tindakannya akan berubah
menjadi lebih baik. Pendekatan yang akan dilakukan dengan kognitif dapat
menekan klien dengan bagaimana kognisi klien memberi perantara
perasaan dan perilaku. Terapi tersebut bisa dilakukan invidu atau
berkelompok, dengan jangka pendek ataupun jangka panjang sesuai dengan
kondisi klien, dapat dilakukan dengan terapi rawat jalan dan rawat inap.
Terapi tersebut biasanya digunakan untuk klien yang depresi, cemas,
adanya gangguan makan, insomnia, marah yang tidak terkontrol, obsesif
dan kompulsif.
b. Terapi Psikoanalitik dan Psikodinamik adalah terapi yang dilakukan
dengan pendekatan psikodinamik dengan tujuan mengubah tanda gejala
pada klien dengan melakukan penyelesaian masalah yang timbul secara
tidak sadar yang dianggap menjadi latar belakang gejala tersebut muncul.
Terapi ini dapat dilakukan selama enam bulan setiap minggu 2 sesi pada
klien dengan gangguan kepribadian dan sulit untuk melakukan
interpersonal.
c. Terapi Interpersonal adalah terapi yang dilakukan dengan berfokus pada
hubungan antara orang yang ada disekitar dengan perkembangan sintom
penyakit gangguan jiwa berfokus pada keadaan emosi klien. Terapi ini
digunakan untuk menangani klien depresi pada anak, remaja, dewasa, dan
lansia, serta pada klien HIV. Selain itu terapi interpersonal dilakukan untuk
mengobati klien pengguna obat-obatan terlarang, anoreksia nervosa,
bipolar dan dysthymia. Terapi interpersonal bertujuan untuk meningkatkan
penyesuaian klien dengan lingkungan masyarakat.
d. Terapi Keluarga adalah terapi yang digunakan dengan melakukan
pendekatan pada keluarga untuk memahami perilaku dan pengalaman dari
masalah yang dihadapi klien. Keluarga merupakan fokus utama dan
intervensi. Adanya permasalahan pada klien dapat ditinjau dari fungsi
strategik untuk mempertahankan aspek pada keluarga. Perawat membantu
keluarga untuk melakukan tindakan yang adaptif.
e. Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan dengan memasukkan sugesti
untuk membantu mengatasi masalah yang ada dipikiran, perasaan dan
perilaku. Terapi ini dilakukan dengan teknik pikiran menggunakan
hypnosis sehingga dapat memberi sugesti dan melakukan perintah pada
pikiran bawah sadar. Terapi ini digunakan untuk klien dengan klien
depresi, kecemasan dan gangguan jiwa lainnya (Renny Nirwana, 2020).
4. Macam Terapi Komplementer
a. Terapi Akupuntur adalah terapi yang dilakukan dengan menusuk jarum
sesuai dengan titik meridian pada akupuntur. Terapi ini sudah diuji secara
medis termasuk dalam pengobatan yang dapat dibuktikan manfaat secara
bio-spiko-sosial dan spiritual yang dapat diterima oleh masyarakat.
Terdapat beberapa konsep terapi akupuntur dapat menunjang pelayanan
kesehatan yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Tindakan akupuntur pada
keperawatan terdapat pada Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun
2014 Pasal 30 ayat (2). Manfaat terapi akupuntur dalam keperawatan jiwa
dapat mengobati individu yang mengalami depresi, cemas dan hiperaktif
karena menimbulkan rangsangan sensasi euphor juga memiliki efek sedasi.
Selain itu terapi akupuntur dapat membantu mengurangi penggunaan
alcohol dan nikotin (Mukhammad Rajin, 2020).
b. Terapi Meditasi adalah terapi yang dilakukan untuk memfokuskan dan
memperhatikan perasaan yang dirasakan saat ini dengan memperoleh
kedamaian dan menghentikan timbulnya masalah. Dimana gelombang otak
pada manusia seperti gamma, beta, alpha, tetha dan delta bekerja. Dimana
manfaat meditasi dalam keperawatan jiwa membantu klien untuk
mengurangi stress, sedih, ansietas dan depresi (Akbar Pratama, 2019).
c. Terapi Bekam adalah terapi yang digunakan dengan cara mengeluarkan
darah kotor yang ada didalam tubuh. Manfaat terapi bekam dalam
keperawatan jiwa yaitu membantu klien untuk mengurangi stress, insomnia
dan gangguan jiwa lainnya (Mohammad Riza Aldjufrie, 2015).
d. Yoga adalah kegaiatan yang dilakukan dengan menggerakkan tubuh,
mengatur tubuh secara fisik dan emosional dengan menggerakkan berbagai
posisi tubuh, latihan peregangan, mengontrol pernafasan dan meditasi.
Mekanisme yang ada pada yoga berhubungan dengan pengaturan
menurunkan fungsi hipotalamus hipofisis adrenal yang dapat menrunkan
stress, pengatur sistem neurotransmitter, meningkatkan kualitas tidur dan
membentuk pikiran yang positif (Stuart, 2016)
e. Olahraga adalah menggerakkan tubuh secara fisik dengan melatih kekuatan
otot, kardiovaskular, membentuk pikiran positif, menurunkan ketegangan
dan penghasil energi yang baru. Dengan melakukan olahraga dapat
menurunkan stress dan derpresi (Stuart, 2016).
f. Pijat adalah terapi yang dilakukan dengan menekan beberapa titik dengan
jari dengan mengurut bagian tubuh agar melemaskan otot pada tubuh agar
peredaran darah menjadi lancar. Pada gangguan jiwa dapat disebabkan
karena peredaran darah tidak lancar dan menghambat beberapa sistem
tubuh. Mekanisme yang bekerja pada terapi pijat yaitu menekan HPA
sehingga dappat menurukan hormone stress dan dapat meningkatkan sistem
saraf parasimpatis. Manfaat dilakukan pemijatan untuk mengatasi adanya
sihir, depresi, skizofrenia, ansietas dan autis. Maka untuk mendapatkan
hasil yang maksimal terapi pemijatan harus dilakukan dengan berulang
sampai kondisi orang dengan gangguan jiwa menjadi optimal (Struart,
2016).
g. Guided Imagery adalah terapi yang dilakukan dengan menggunakan teknik
visual untuk memandu imajinasi, metafora, bercerita, mengeksplorasi
fantasi serta gambar dengan mengaktifkan unsur ketidaksadaran
menceritakan dengan menampilkan gambaran yang dapat dikomunikasikan
dengan sadar. Manfaat dari terapi tersebut mengurangi stress dan mambuat
tubuh menjadi santai.
h. Pengunaan Obat Herbal adalah terapi yang dilakukan dengan membuat
ramuan dari tumbuhan dan dikonsumsi. Obat herbal dapat dikonsumsi
karena memiliki efek samping yang sangat kecil (Nurochmat Nadjib,
2019).
Daftar Pustaka

Aldjufrie R. Mohammad. (2015). Bekam Hijamah Menurut Sains dan Kedokteran


Modern. Surabaya

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peran Keluarga Dukung


Kesehatan Jiwa Masyarakat. Retrieved November 28, 2018, from
http://www. depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-
dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html.

Kusumawardani Agung, Redayani Petrin, Kaligis Fransiska. (2018). Psikiatri.


Edisi Indonesia: Elsevier.

Lumonggalubis Namora. (2016). Depresi Tinjauan Psikologi. Jakarta: Kencana.

Nadjib Nurrochmat. (2019). Kelor Tanaman Ajaib Untuk Kehidupan Lebih Sehat.
Yogyakarta: Deepublish.

Pratama Akbar. (2019). 5 Menit Meditasi Untuk Public Speaking Yang


Mengagumkan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Rajin Mukhammad. (2020). Buku Ajar Keperawatan Komplementer Terapi


Akupuntur. Kediri: Chakra Brahmanda Lentera.

Sari Nirwana Renny. (2020). Therapy Self Hater Healing. Surabaya: Scopindo
Media Pustaka.

Stuart Gail. (2016). Prinsip dan Praktik KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


STUART Edisi Indonesia. Edisi Indonesia: Elsevier.

Ulfiah. (2020). Psikologi Konseling Teori dan Implementasi. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai