Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH INTERVENSI SAFEWARDS TERHADAP

PERILAKU KEKERASAN MELALUI RUFA CARING SYSTEM


Studi Eksperimental

RANCANGAN PROPOSAL TESIS

Untuk memenuhi sebagai persyaratan


Mata Kuliah Pengembangan Proposal Tesis

BAYU EKA KURNIAWAN


22020122410012

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

1
2023
FORM
RESEARCH DAY

1. Nama : Bayu Eka Kurniawan


2. NIM : 22020122410012
3. Pembimbing Tesis :
a. Pembimbing I : Dr. Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc
b. Pembimbing II : Dr. Meira Erawati, S.Kep., M.Si.Med
4. Judul Tesis yang Diajukan :
“Pengaruh Intervensi Safewards Terhadap Perilaku Kekerasan Melalui
RUFA Caring System”
5. Latar Belakang Penelitian :
Salah satu tanda dan gejala pasien dengan gangguan jiwa adalah Perilaku
Kekerasan (PK), perilaku kekerasan merupakan suatu kemarahan yang
diekspresikan oleh individu secara berlebihan sehingga tidak dapat dikendalikan
baik secara verbal maupun non verbal dan dapat mencederai diri senidiri,
maupun orang lain serta merusak lingkungan. 1,2 Perilaku kekerasan merupakan
salah satu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologi.3 Ada beberapa tanda gejala terjadinya perilaku kekerasan
diantaranya yaitu, berbicara kasar, nada suara tinggi, muka merah, otot tegang,
mata melotot/pandangan tajam, mengepalkan tangan, mengatupkan rahang
dengan kuat, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal dan fisik,
memaksakan kehendak seperti melempar atau memukul ijka menemui hal-hal
yang tidak disenangi, tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol
perilaku kekerasan.2,4
Perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor
predisposisi ataupun presipitasi yang keduanya dapat memicu terjadinya
perilaku kekerasan.2 Pasien gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan biasanya
terjadi karena uncertainty (ketidakpastian) yaitu kondisi dimana terjadi
kurangnya informasi atau informasi yang tidak akurat sehingga menghasilkan
keputusan atau kesimpulan yang tidak tepat sehingga membuat pasien
discomfort (tidak nyaman).5 Dikarenakan keadaan yang tidak nyaman
menyebabkan reaksi gangguan emosi dan perasaan sehingga pasien berperilaku
agresif atau menimbulkan perilaku kekerasan. Gangguan emosi terjadi
dikarenakan adanya pembajakan amigdala (amygdala hijack). Amigdala adalah
pusat pembentukan emosi.6 Pembajakan amigdala merupakan respon
emosional terhadap stres yang dialami saat seseorang kehilangan kemampuan
untuk mengendalikan emosinya. Kondisi pembajakan amigdala ini terjadi karena
bagian amigdala pada otak tidak dapat dikendalikan oleh tubuh. Hal ini akan
membuat seseorang “meledak” atau menjadi marah secara tiba-tiba karena hal
sepele yang mengganggu.7

2
Permasalahan pada pasien dengan perilaku kekerasaan adalah
kemampuan untuk mengontrol diri yang tidak menyadari perilakunya sehingga
memerlukan intervensi untuk mampu mengontrol perilakunya tersebut. Pasien
dengan perilaku kekerasan juga mengalami masalah dimana pasien
ketergantungan dengan obata-obatan, kemudian memerlukan perhatian khusus
dari perawat serta memerlukan kepastian. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka diperlukan suatu intervensi agar pasien tersebut bisa tenang.
Untuk menangani pasien dengan perilaku kekerasan dapat dilakukan
dengan memberikan suatu intervensi seperti intervensi penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan terhadap penanganan pasien dengan perilaku kekerasan
adalah terapi latihan Asertif (Role Playing), Cognitive Behaviour Therapy (CBT),
dan Asertiviness Training (AT). Latihan asertif (Role Playing) yang diberikan pada
pasien skizofrenia bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengendalikan
marah oleh pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan melalui latihan Asertif
(Role Playing). Cognitive Behaviour Therapy (CBT) bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif pasien untuk mengatasi gejala perilaku
kekerasan. Sedangkan Asertiviness Training (AT) bertujuan untuk membantu
meningkatkan kemampuan pasien dalam mengkomunikasikan apa yang
diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain. Hasil dari penelitian
tersebut diperoleh data bahwa latihan Asertif (Role Playing), Cognitive
Behaviour Therapy (CBT), dan Asertiviness Training (AT) efektif dalam
meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan. 8–10
Ada beberapa penerapan intervensi keperawatan yang dapat diberikan
untuk mengontrol perilaku kekerasan dapat dilakukan dengan cara diantaranya
mengobservasi menggunakan RUFA Caring System dimana bertujuan untuk
mengetahui kondisi darurat/level fase intensif dan tindakan yang harus
diberikan kepada pasien dengan perilaku kekerasan 11 dan memberikan
intervensi Safewards yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan konflik
dan penahanan. Model Safewards menggunakan serangkaian strategi
pencegahan dan intervensi yang dirancang untuk mempromosikan respons
terapeutik untuk meminimalkan konflik dan penahanan di antara pasien
sehingga mengoptimalkan keselamatan pasien dan perawat. Model Safewards
membutuhkan penyedia layanan kesehatan yang terdidik dan terampil dalam
pendekatan ini untuk mengenali faktor-faktor yang berkontribusi yang
mengarah pada agresi dan konflik dan kemudian merespons untuk mengurangi
risiko pemicu situasional yang dapat mengakibatkan penahanan. 12
Pada intervensi Safewards terdapat sepuluh aspek yang secara ilmiah
dapat menghasilkan pengurangan konflik dan penahanan dalam ruang intensif
psikiatri. Sepuluh aspek intervensi Safewards tersebut diantaranya  ekspektasi
yang jelas (clear mutual expectations), kata-kata lembut (soft words), bicara
dengan nada rendah (talk down), kata-kata positif (positive words), mitigasi
berita buruk (bad news mitigation), saling mengenal (know each other),
pertemuan yang saling membantu (mutual help meeting), metode
menenangkan (calm down methods), memberikan jaminan (reassurance), dan
pesan-pesan sebelum pasien pulang (discharge messages). Tujuan dari

3
penerapan Safewards sendiri yaitu menciptakan ruang intensif psikiatri sebagai
tempat penyembuhan yang lebih nyaman dan menyenangkan.
Berdasarkan penelitian berkelanjutan yang telah dilakukan oleh Profesor
Len Bowers menunjukkan intervensi Safeward dapat menurunkan 15% konflik
dan menurunkan 24% penahanan pada pasien karena cara perawat menangani
pasien dapat merubah situasi perawatan. 13 Pengembangan intervensi Safewards
sendiri sudah menyebar ke berbagai negara salah satunya di Indonesia.
Penerapan intervensi Safewards masih terbilang baru dikembangkan di
Indonesia sehingga penerapannya menyesuaikan dengan kebiasaan dan budaya
yang ada di Indonesia seperti bentuk fisik, bahasa, gaya hidup, etika, tradisi dan
adat istiadat.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut pengaruh intervensi Safewards terhadap perilaku kekerasan melalui RUFA
Caring System. RUFA Caring System menggunakan pendekatan respons manusia
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsi respon yang
adaptif. Dari hasil scoring RUFA dapat diketahui tindakan apa yang dapat
diberikan kepada pasien dengan perilaku kekerasan. Kemudian untuk intervensi
Safewards peneliti tertarik untuk menerapkan salah satu aspek intervensi
Safewards yaitu metode menenangkan (calm down methods) dimana intervensi
ini menyarankan berbagai alternatif untuk menggunakan obat PRN dan
menyediakan sarana untuk membuat berbagai barang dan peralatan yang dapat
digunakan untuk membantu orang menjadi lebih tenang. 14 Intervensi ini dapat
membantu mengurangi kemungkinan konflik dan penahanan pada pasien
perilaku kekerasan sehingga mengoptimalkan keselamatan semua orang
termasuk perawat, pasien, dan pengunjung di rumah sakit serta menciptakan
ruang perawatan yang lebih nyaman dan menyenangkan. Intervensi Safewards
ini akan dilakukan oleh perawat untuk mengurangi terjadinya konflik dan
penahanan pada pasien perilaku kekerasan di ruang intensif psikiatri.

6. Rumusan Masalah :
Perilaku kekerasan merupakan suatu kemarahan yang diekspresikan oleh
pasien secara berlebihan sehingga tidak dapat dikendalikan dan dapat
mencederai diri senidiri maupun orang lain yang disebabkan karena adanya
pembajakan amigdala, sehingga perlunya diberikan intervensi untuk
menenangkan pasien tersebut.
Pasien dengan perilaku kekerasan memerlukan monitoring melalui RUFA
Caring System dengan intervensi Safewards yaitu metode menenangkan (calm
down methods) agar pasien bisa melatih dan mengontrol perilaku kekerasan
dengan baik serta juga dapat menenangkan dan menyadari perilakunya.
Safewards merupakan sebuah intervensi untuk meningkatkan keselamatan
perawat, pasien, dan pengunjung di rumah sakit serta untuk menciptakan ruang
perawatan yang nyaman dan menyenangkan.

4
7. Tujuan Penelitian :
a. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh intervensi Safewards terhadap perilaku
kekerasan melalui RUFA Caring System.
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi perilaku kekerasan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi Safewards.
2) Mengidentifikasi perilaku kekerasan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setelah diberikan intervensi Safewards.
3) Menganalisis pengaruh intervensi Safewards terhadap perilaku kekerasan
melalui RUFA Caring System.

5
8. State of The Art (Bentuk Tabel) 5 Tahun Terakhir
No Penulis Judul Penelitian Variabel Penelitian Desain Hasil
1 Ramona Irfan Pengaruh Latihan Variabel independen Quasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
Kadji, 2017 Asertif (Role Playing) dalam penelitian ini Eksperimental perbedaan yang signifikan antara pre test dan post test
Terhadap adalah Latihan Asertif pada kelompok perlakuan (p=0,000), sedangkan pada
Kemampuan (Role Playing). kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan (p=0,097).
Mengendalikan Variabel dependen dalam terdapat perbedaan antara kelompok kontrol dan
Marah Pada Klien penelitian ini adalah perlakuan (p=0,000). Setelah diberikan latihan asertif
Skizofrenia Dengan Kemampuan (role playing) pada kelompok perlakuan hampir
Perilaku Kekerasan Di Mengendalikan Marah seluruhnya kemampuan mengendalikan marah pada
Komunitas Pada Klien Skizofrenia klien skizofrenia mengalami peningkatan yang
Dengan Perilaku bermakna.13
Kekerasan.

2 Sri Maryatun, Pengaruh Cognitive Variabel independen Quasi Hasil peneltian menunjukkan terdapat perubahan harga
Nurna Ningsih, Behaviour Therapy dalam penelitian ini Experimental diri yang mengarah pada peningkatan pada pasien
2018 (CBT) Terhadap adalah Cognitive Pre-Post Test perilaku kekerasan sebelum dan sesudah diberikan
Perubahan Harga Diri Behaviour Therapy (CBT). one Group terapi CBT dengan token economy dengan p value
Pasien Perilaku Variabel dependen dalam 0,000.14
Kekerasan Dengan penelitian ini adalah
Aplikasi Model Token Perubahan Harga Diri
Economy Pasien Perilaku Kekerasan
Dengan Aplikasi Model
Token Economy.

3 Jek Amidos Pengaruh Behaviour Variabel independen Quasi Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh Behaviour
Pardede, Therapy Terhadap dalam penelitian ini Eksperimental Therapy Terhadap Perubahan Gejala Risiko Perilaku
Efendi Putra Risiko Perilaku adalah Behaviour Therapy. Pre-Post Test Kekerasan sebelum dan setelah dilakukannya Behaviour
Hulu, 2019 Kekerasan Pada Variabel dependen dalam Therapy Peneliti menyimpulkan bahwa Behaviour
Pasien Skizofrenia Di penelitian ini adalah Risiko Therapy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

6
Rumah Sakit Jiwa Perilaku Kekerasan Pada perubahan gejala risiko perilaku kekerasan di RSJ
Prof. Dr. Muhammad Pasien Skizofrenia. Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan yang ditandai
Ildrem Provsu Medan dengan Pvalue = 0,000 <p = 0,05.17

4 Sri Maryatun, A Comparison of The Variabel independen Quasi Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan perilaku
Zullian Effendi, Effectiveness of dalam penelitian ini Ekperimental kekerasan pasien antara kelompok perlakuan yang
Sayang Ajeng Cognitive Behaviour adalah Efektifitas Perilaku Pre-Post Test diberikan CBT,AT dengan kelompok kontrol sebelum dan
Mardiyah, Therapy and Kognitif Terapi dan Latihan Control Group sesudah diberikan intervensi dengan hasil CBT p=0,021
2020 Assertive Training Asertif. Design dan AT p=0,032. Ada perbedaan yang signifikan antara
Against The Ability to Variabel dependen dalam CBT dengan AT dalam mengendalikan perilaku
Control Violence penelitian ini adalah kekerasan dengan nilai p=0.015. Berdasarkan nilai mean
Behaviour in Kemampuan difference, intervensi CBT lebih baik daripada AT dalam
Schizophrenic Mengendalikan Perilaku mengendalikan perilaku kekerasan. CBT dapat
Patients Kekerasan. meningkatkan kemampuan pasien dalam
mengendalikan perilaku kekerasan.18

5 Yoyo Haryono, Pengaruh Asertiviness Variabel independen Quasi Hasil penelitian diketahui uji statistic kelompok
2022 Training (AT) dalam penelitian ini Eksperimen Pre intervensi dari 16 responden, terdapat 15 (93,8%) yaitu
Terhadap Penurunan adalah Asertiviness Post Tes With adanya perubahan Perilaku Kekerasan dengan nilai p
Perilaku Kekerasan Training (AT). Control Group value 0,008<0,05. Terbukti Assertiviness Training dapat
Pada Pasien Variabel dependen dalam menurunan Perilaku Kekerasan pada Pasien
15
Skizofrenia penelitian ini adalah Skizofrenia.
Penurunan Perilaku
Kekerasan Pada Pasien
Skizofrenia.

7
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan dengan
penelitian sebelumnya, diantaranya yaitu :
1. Penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti mengenai penerapan
intervensi Safewards, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
pengaruh intervensi Safewards terhadap perilaku kekerasan melalui RUFA
Caring System.
2. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengurangi konflik
dan penahanan dengan mengobservasi menggunakan RUFA Caring System
dengan tujuan untuk mengetahui level fase intensif dan tindakan yang harus
diberikan kepada pasien dengan perilaku kekerasan dan memberikan
intervensi Safewards dengan tujuan untuk mencegah konflik dan peristiwa
penahanan di antara pasien sehingga mengoptimalkan keselamatan pasien
dan perawat serta menciptakan ruang intensif psikiatri sebagai tempat
penyembuhan yang lebih nyaman dan menyenangkan.
3. Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di Indonesia.
4. Penelitian ini dikembangkan di Indonesia dengan menyesuaikan budaya
yang ada di Indonesia.
5. Penelitian ini dilakukan pada pasien Perilaku Kekerasan di RSJ.

8
9. Conceptual/Theoretical Framework (Bagi Penelitian Kuantitatif)

Ketidakpastian
(Uncertainty)

Etiologi
Tidak Nyaman 1. Factor Predisposisi
(Discomfort)
2. Factor Presipitasi

Ketidakstabilan Emosi
(Amygdala Hijack)

Emosi Positif Emosi Negatif


(Senang, Gembira, (Marah, Jengkel, Kesal,
Suka Cita) Putus Asa, Tertekan,
Tidak Berdaya)

Mengurangi Konflik Perilaku Kekerasan


dan Penahanan

1. Observasi menggunakan
Ruang Perawatan
RUFA Caring System
Lebih Nyaman dan
Menyenangkan 2. Pemberian Intervensi
Safewards

Meningkatkan Keselamatan
Perawat, Pasien, dan
Pengunjung di Rumah Sakit
Meningkatkan Kemandirian
Pasien Perilaku Kekerasan
Dalam Mengontrol Emosi
Sehingga Pasien Merasa Tenang

Gambar Kerangka Teori Pengaruh Intervensi Safewards Terhadap Perilaku


Kekerasan Melalui RUFA Caring System.

9
10. Ringkasan Metodologi Penelitian
a. Setting
Penelitian ini menggunakan metode Quasi-Experiment Design dengan
rancangan Pre Test Post Test with Control Group Design, dimana metode ini
bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antara satu variabel
dengan lainnya.19 Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan menganalisa
pengaruh intervensi Safewards terhadap perilaku kekerasan melalui RUFA
Caring System di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Rancangan penelitian ini memiliki
konsep yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

O1 X O2
O3 O4
Gambar Desain penelitian Pre Test Post Test with Control Group Design
Keterangan :
Kelompok perlakuan mendapatkan intervensi yang sudah ditetapkan dan
dilakukan secara sistematik (X), kelompok kontrol tidak mendapatkan
intervensi.
O1 = Pengukuran perilaku kekerasan sebagai kelompok intervensi
sebelum dilakukan intervensi Safewards (pre-test).
O2 = Pengukuran perilaku kekerasan sebagai kelompok intervensi setelah
dilakukan intervensi Safewards (post-test).
O3 = Pengukuran perilaku kekerasan sebagai kelompok kontrol yang tidak
diberikan intervensi.
O4 = Pengukuran perilaku kekerasan sebagai kelompok kontrol setelah
kelompok intervensi diberikan intervensi Safewards.
b. Populasi dan Sampel
 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau
subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 19 Populasi
pada penelitian ini yaitu pasien gangguan jiwa yang memiliki perilaku
kekerasan.
 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. 19 Sampel
yang dipilih didasari oleh kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu teknik
penarikan sampel yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria
spesifik yang telah dietapkan oleh peneliti.20
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Pasien usia 18-55 tahun
2) Pendidikan SD sampai perguruan tinggi

10
3) Pasien gangguan jiwa yang terdiagnosa perilaku kekerasan dan bersedia
menjadi responden
4) Pasien yang selama perawatan 3 minggu menunjukkan reaksi amuk
5) Pasien tidak sedang dalam kondisi sedang berperilaku kekerasan dan bisa
membaca serta menulis
6) Pasien gangguan jiwa yang terdiagnosa perilaku kekerasan dengan nilai
intensif minimal 2
Pada penelitian ini kriteria eksklusinya adalah sebagai berikut :
1) Pasien dengan waham
2) Pasien perilaku kekerasan dengan penyakit penyerta
c. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan aplikasi RUFA dan lembar observasi.
d. Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu rangkaian kegiatan penelitian yang
mencakup pencatatan peristiwa-peristiwa atau keterangan-keterangan atau
karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh populasi yang akan
menunjang atau mendukung penelitian. Data yang dikumpulkan mencakup
variabel independen/variabel bebas, variabel dependen/variabel terikat, data
dasar atau data sekunder yang terkait dengan responden atau lokasi
penelitian.25 Adapun tahapan pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :
1) Tahap Persiapan Pengumpulan Data
2) Tahap Persiapan Fasilitator
3) Tahap Persiapan Penelitian
4) Tahap Pelaksanaan Penelitian
5) Tahap Post Intervensi
e. Analisis Data
Analisa data terdiri dari analisa univariat serta analisa bivariat. Analisa
univariat disajikan dalam bentuk nilai mean, standar deviasi pada kelompok
intervensi dan kontrol. Menggambarkan kriteria responden sperti
pendidikan, pekerjaan, usia, jenis kelamin, lama rawat, dan frekuensi pasien
dirawat. Analisa bivariat membandingkan dan menganalisa hasil yang telah
didapat dari pre-test dan post-test kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Uji statistik Paired t-test digunakan untuk melihat perbedaan
perilaku kekerasan pre-test dan post-test pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
f. Daftar Pustaka
1. Mauila A, Aktifah N. Literature review : gambaran penerapan terapi
assertiveness training terhadap penurunan resiko perilaku kekerasan
klien skizofrenia. Pros Semin Nas Kesehat. 2021;1:1314–22.
2. Suerni T, Livana PH. Respons pasien perilaku kekerasan. J Penelit
Perawat Prof. 2019;1(1):41–6.
3. Kandar, Iswanti DI. Faktor predisposisi dan prestipitasi pasien resiko
perilaku kekerasan. J Ilmu Keperawatan Jiwa. 2019;2(3):149–56.
4. Amimi R, Malfasari E, Febtrina R, Maulinda D. Analisis tanda dan gejala

11
resiko perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. J Ilmu Keperawatan
Jiwa. 2020;3(1):65–74.
5. Mayatopani H, Subekti R, Yudaningsih N, Sanwasih M. Pengembangan
sistem pakar diagnosa gangguan mental dengan mesin inferensi
menggunakan algoritma dempster-shafer theory. J Buana Inform.
2022;13(1):66–76.
6. Kral TRA, Schuyler BS, Mumford JA, Rosenkranzo MA, Lutz A, Davidson
RJ. Impact of short- and long-term mindfulness meditation training on
amygdala reactivity to emotional stimuli. HHS Public Access. 2019;
(181):301–13.
7. Resna N. Amygdala hijack dan kaitannya dengan kesehatan mental
[Internet]. SehatQ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2022.
Available from: https://www.sehatq.com/artikel/amygdala-hijack
8. Kadji RI. Pengaruh latihan asertif (role playing) terhadap kemampuan
mengendalikan marah pada klien skizofrenia dengan perilaku kekerasan
di komunitas. 2017.
9. Maryatun S, Ningsih N. Pengaruh cognitive behaviour therapy (cbt)
terhadap perubahan harga diri pasien perilaku kekerasan dengan
aplikasi model token economy. J Keperawatan Jiwa. 2018;193–8.
10. Haryono Y. Pengaruh assertiviness training (at) terhadap penurunan
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. J Ilm Wijaya.
2022;14(1):13–22.
11. Departemen Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Diskusi dan
overview RUFA (respons umum fungsi adaptif). Semarang; 2022.
12. Gerdtz M, Daniel C, Jarden R, Kapp S. Use of the safewards model in
healthcare services : a mixed- method scoping review protocol. BMJ
Journals. 2020;10:1–4.
13. Hospital S. Berhasil terapkan safeward intervention pada agitasi pasien
jiwa, soerojo hospital adakan workshop nasional [Internet]. Soerojo
Hospital. 2022. Available from:
https://soerojohospital.co.id/SingelArtikel/berhasil-terapkan-safeward-
intervention-pada-agitasi-pasien-jiwa-soerojo-hospital-adakan-
workshop
14. Victoria Goverment. Safewards handbook [Internet]. Melbourne:
Victoria Goverment; 2016. 24–25 p. Available from:
http://www.health.vic.gov.au/safewards
15. Pardede JA, Hulu EP. Pengaruh behaviour therapy terhadap risiko
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa prof. dr.
muhammad ildrem provsu medan. Konf Nas Jiwa XVI Lampung.
2019;4(1):257–66.
16. Maryatun S, Effendi Z, Mardiyah SA. A comparison of the effectiveness
of cognitive behaviour therapy and assertive training against the ability
to control violence behaviour in schizophrenic patients.
2020;11(3):210–22.
17. Fletcher J, Brophy L, Pirkis J, Hamilton B. Contextual barriers and

12
enablers to safewards implementation in victoria, australia: application
of the consolidated framework for implementation research. Front
Psychiatry. 2021;12.
18. Dickens GL, Tabvuma T, Frost SA, SWSLHD Safewards Steering Group.
Safewards: changes in conflict, containment, and violence prevention
climate during implementation. Int J Ment Health Nurs.
2020;29(6):1230–40.
19. Fletcher J, Hamilton B, Kinner SA, Brophy L. Safewards impact in
inpatient mental health units in victoria, australia: staff perspectives.
Front Psychiatry. 2019;10(462):1–10.
20. Yates NJ, Lathlean J. Exploring factors that influence success when
introducing “the safewards model” to an acute adolescent ward: a
qualitative study of staff perceptions. J Child Adolesc Psychiatr Nurs.
2022;35(3):218–29.
21. Purwaningsih, Khairani AI, Lubis TEM. Teknik assertiveness training
dalam penurunan perilaku kekerasan pada pasien skizoprenia di rs. jiwa
prof. dr. muhammad ildrem medan. J Ris Hesti Medan Akper Kesdam
I/BB Medan. 2021;6(1):74–84.
22. Firmawati, Biahimo NU. Hubungan assertiveness training terhadap
perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa prof.dr.v.l ratumbuysang
manado provinsi sulawesi utara. J Ilmu Kesehat. 2017;5(1):1–7.
23. Priyanto B, Permana I. Pengaruh latihan asertif dalam menurunkan
gejala perilaku kekerasan pada pasien skizoprenia : a literature review.
Avicenna J Heal Res. 2019;2(2):12–4.
24. Frazier SN, Vela J. Dialectical behavior therapy for the treatment of
anger and aggressive behavior: a review. Aggress Violent Behav A Rev J
[Internet]. 2014;19(2):156–63. Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S135917891400
0147
25. Rahman ANF. Pengaruh paket intervensi sistem informasi deteksi
pasien pulang (si-depapu) terhadap kemampuan mengontrol emosi
pada pasien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan (rpk). 2020.
26. Wongtongkam N, Day A, Ward PR, Winefield AH. The influence of
mindfulness meditation on angry emotions and violent behavior on thai
technical college students. Eur J Integr Med [Internet]. 2015;7(2):124–
30. Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S187638201400
3102?via%3Dihub
27. Dzedzickis A, Kaklauskas A, Bucinskas V. Human emotion recognition :
review of sensors and mehods. Sensors. 2020;20(3):592.
28. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar diagnosis keperawatan indonesia
(sdki). Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia; 2016.
29. Astrina. Pengaruh pemberian terapi assetiveness training (at) terhadap
penurunan perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa di rsd madani
provinsi sulawesi tengah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya

13
Nusantara Palu; 2017.
30. Siyoto S, Sodik A. Dasar metodologi penelitian. Cetakan 1. Ayup, editor.
Yogyakarta: Literasi Media Publishing; 2015. 22 p.
31. Kuntjojo. Metodologi penelitian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI;
2009. 35 p.
32. Dachlan U. Panduan lengkap structural equation modeling. Semarang:
Lentera Ilmu; 2014.
33. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta; 2012.
34. Dharma KK. Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media; 2011.
35. Surahman, Rachmat M, Supardi S. Metodologi Penelitian. Pertama.
Toha M, editor. Jakarta: Pusdi SDM Kesehatan; 2016. 148 p.
36. Hidayat AAA. Metode penelitian kesehatan paradigma kuantitatif. Jilid
1. Aulia, editor. Surabaya: Health Books Publishing; 2015.
37. RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Standar
operasional prosedur (spo) implementasi calm down methods (metode
menurunkan ketegangan dan agitasi). Semarang; 2022.

31 Januari 2023

Bayu Eka Kurniawan


NIM. 22020122410012

Mengetahui
Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc Dr. Meira Erawati, S.Kep., M.Si.Med
NIP. 196005151983032002 NIP. 197705132002122002

Keterangan:
1. Menggunakan A4, single spasi
2. Huruf : calibri 12

14
3. Jumlah halaman maksimal 10 lembar
SKALA RUFA PERILAKU KEKERASAN
Petunjuk :
Berilah tanda (√) jika “Ya” dan (-) jika “Tidak”
Penilaian (Skor)
No. Indikator RUFA Perilaku Kekerasan
Ya (0) Tidak (1)
1. Perilaku Melukai diri sendiri
Melukai orang lain
Merusak lingkungan
Mengamuk
Menentang
Mengancam
Mata Melotot
2. Verbal Bicara kasar
Intonasi tinggi
Intonasi sedang
Menghina orang lain
Menuntut
Berdebat
3. Emosi Labil
Mudah tersinggung
Ekspresi tegang
Marah-marah
Dendam
Merasa tidak aman
4. Fisik Muka merah
Pandangan tajam
Nafas pendek
Berkeringat
Tekanan darah meningkat
Tekanan darah menurun
Jumlah

Cara Menghitung Skor RUFA :

Kategori Skor RUFA :


- Skor 1 – 10 masuk ruang intensif I
- Skor 11 – 20 masuk ruang intensif II
- Skor 21 – 30 masuk ruang intensif III

Sumber : Skala RUFA Perilaku Kekerasan 11

15
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SPO)
IMPLEMENTASI CALM DOWN METHODS
(METODE MENURUNKAN KETEGANGAN DAN AGITASI)

Pengertian Calm Down Methods adalah kegiatan yang dilakukan oleh perawat
sepanjang pelayanan rawat inap ketika pasien dalam kondisi agitasi
dan pasien belum siap untuk bercerita pada petugas dengan cara
penggalian mekanisme koping yang digunakan ketika menghadapi
ketegangan dan agitasi baik berada dalam ruangan yang tenang dan
nyaman maupun peralatan yang mampu memberikan ketenangan
dan kelonggaran pikiran. Petugas atau perawat membantu atau
memfasilitasi pasien untuk mendapatkannya.
Tujuan 1. Meningkatkan kemampuan pasien dalam memperdayakan
dirinya dalam kontrol diri terhadap perilaku agresif
2. Memberikan kesempatan bagi pasien untuk awal eskalasi
ketegangan pikiran dan perilaku
3. Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan dan
ventilasi pikiran dan perasaan melalui alat atau ruangan
4. Menurunkan tindakan restrain dan seklusi serta penggunaan
obat tambahan
5. Meningkatkan harga diri pasien
Prosedur 1. Kenali tanda -tanda agitasi
2. Ucapkan salam
3. Perkenalkan nama dan profesi
4. Check nama pasien dan tanggal lahir
5. Jelask kondisi Pasien saat ini
6. Jelaskan tujuan pertemuan
7. Tanyakan yang membuat tidak nyaman
8. Tanyakan apakah ada hal yang hendak diceritakan
9. Bantu pasien identifikasi peralatan atau hal-hal yang membuat
nyaman
10. Berikan reinforcement positif
11. Buat kontrak topik pertemuan
12. Buat kontrak lama pertemuan
13. Buat tempat kontrak pertemuan
14. Tawarkan pada pasien, akan ditemani atau sendirian
15. Berikan kesempatan pada pasien menggunakan peralatan 30-60
menit
16. Kunjungi ulang pasien setelah waktu yang disepakati
selesai/habis
17. Tanyakan perasaan pasien setelah menggunakan peralatan/
ruangan
18. Tanyakan apakah ada penurunan ketegangan pikiran
19. Berikan reinforcement positif
20. Tawarkan apakah sudah siap untuk bercerita ketidak

16
nyamanannya
21. Jika belum siap, persilahkan pasien istirahat/ berkegiatan yang
lain
22. Jelaskan jika membutuhkan bantuan perawat, segera temui
perawat
23. Buat kontrak topik pertemuan
24. Buat kontrak lama pertemuan
25. Buat kontrak tempat pertemuan
26. Ucapkan salam penutup
27. Persilahkan pasien untuk istirahat
28. Bereskan peralatan/ ruangan
Unit Terkait Unit Rawat Inap

Sumber : SPO Calm Down Methods 37

17

Anda mungkin juga menyukai