Anda di halaman 1dari 53

Askep KDRT, Korban Pemerkosaan, Nara

pidana dan korban Trafficking Human


Askep Kekerasan
dalam rumah tangga
PENGERTIAN
1. Tindak Kekerasan adalah setiap tindakan yang disengaja dengan atau tanpa menggunakan kekuatan
atau paksaan terhadap diri sendiri, orang lain, sekelompok orang atau komunitas, berupa cedera
fisik, mental, sosial-ekonomi dan seksual (UNFPA)
2. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga
Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan
Dalam Rumah Tangga

01 02 03
BIOLOGI SPIKOLOGI SOSIAL
BUDAYA
1. Lingkup Kekerasan dalam Rumah Tangga
2. Pertama : hubungan keturunan darah
3. Kedua : hubungan suami istri
4. Ketiga : hubungan bekerja di dalam keluarga
5. Klasifikasi Kekerasan dalam Rumah Tangga
6. Kekerasan antar orang dewasa.
7. Kekerasan orang dewasa dengan anak.
8. Kekerasan orang dewasa dengan lansia.
Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga

FISIK PSIKOLOGIS

SEKSUAL EKONOMI
● Bentuk- bentuk tindak kekerasan terbanyak di rumah tangga
menurut WHO (2004) terdiri dari :

● Penelantaran anak
● Kekerasan oleh pasangan
● Kekerasan seksual
● Kekerasan remaja
● Kekerasan pada lansia
● Bunuh diri serta bentuk
● Kekerasan terhadap diri sendiri.
Karakteristik Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Isolasi sosial

Proses Transmisi
1
Antargenerasi
4 2 Kekuasaan dan
kontrol
3
Penyalahgunaan alkohol
dan obat-obatan yang lain
Rentang Respon Masalah
1. Mekanisme koping adaptif
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung
fungsi integrasi, pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan seperti bebrbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif.Pada kasus ini timbulnya respon emosional pada informan yang
mengalami KDRT mendorong informan untuk melakukan berbagai upaya mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Upaya yang dilakukan berupa mekanisme koping adaptif yang ditunjukkan informan dalam
prilaku dan pernyataan berikut :
1) Bercerita dengan orang terdekat
2) Mengalihkan kesedihan
3) Memenuhi keinginan suami
4) Peningkatan Spritual

2. Koping Maladaptif
Yang dimaksud dari koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, penurunan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan
(Stuart,2006).
Adaptif Maladaptif
●Asertif → Frustasi→Pasif→Agresif→ Amuk
●Tindakan kekerasan memiliki alur rentang respond sebagai berikut:
●Asertif Mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega
●Frustasi: Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang
tidak realistis
●Pasif: Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan
●Agresif: Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol
●Amuk: Tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak
terkontrol
Siklus terjadinya KDRT
Fase 1:
Munculnya ketegangan konflik,pertentangan dan perilaku nonverbal

Fase II:
Insiden pemukulan akut terjadi dengan tindak kekerasan verbal, fisik, dan seksual;
berlangsung dalam beberapa jam sampai 24 jam atau lebih

Fase III:
Merasa lega, seringkalimengungkapkan rasa cinta, penyesalanyang
mendalam,berperilaku baik, meminta maaf, mengungkapkan janji tidak akan
mengulangi perbuatan kasarnya

Fase IV:
Korban mengeluh, pasif, atau menarik diri untuk mengelak dari kemarahan, seringkali
menunda untuk segera mencari pertolongan
Respons Korban Tindak Kekerasan

01__ Respons 03__ Respons 05__


Biologik Perilaku

Respons Respons Respons


Fisik 02__ Psikologik 04__ Interperson
al
Pencegahan KDRT
● Melakukan advokasi kepada pembuat kebijakan,
pemangku kepentingan dan tokoh masyarakat untuk
mendukung upaya pengendalian KDRT melalui aspek legal.

● Melakukan sosialisasi

● Meningkatkan pengawasan baik di tingkat rumah tangga,


masyarakat maupun negara.Rumah tangga atau keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat.

●Melaksanakan penguatan keluarga dengan jalan


meningkatkan perindungan terhadap keluarga dari penyakit
dan gangguan lingkungan.
Pencegahan KDRT
●Meningkatkan peran keluarga dalam menanamkan norma budi
pekerti yang baik melalui pembekalan keterampilan dan ketahanan
hidup pada anak.

●Meningkatkan promosi pencegahan KDRT di masyarakat melalui


keluarga, sekolah, tempat kerja.

●Melakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)


tentang pencegahan KDRT sesuai tatanan keluarga.

●Melakukan kajian kebijakan tentang pembatasan alkohol, NAPZA,


senjata, alat tajam dan pestisida.
Asuhan keperawatan KDRT
DIAGNOSA

Kecemasan Ketidakefektifan koping


individu
Isolasi social
harga diri rendah

Ketakutan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KORBAN
PEMERKOSAAN
DEFINISI

● Perkosaan (rape) merupakan bagian dari tindakan kekerasan


(violence) sedangkan kekerasan dapat berupa kekerasan fisik,
mental, emosional dan hal-hal yang sangat menakutkan bagi
korban. Perkosaan adalah suatu hubungan seksual yang dilakukan
dengan paksaan baik fisik maupun mental, tidak dikehandaki dan
tanpa persetujuan
● Korban perkosaan adalah seseorang yang menjadi korban tindakan
pemaksaan hubungan seksual. Pemaksaan hubungan seksual
tersebut dapat berupa ancaman secara fisik maupun secara
psikologis
Etiologi Terjadinya Perkosaan

● Faktor rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku


● Faktor ekonomi
● Faktor kerentanan seperti teman kencan
● Kondisi yang mendukung
Patofisiologi
Menurut Tower (2002) dalam Maria (2008) kekerasan seksual pada anak dapat terjadi satu kali,
beberapa kali dalam periode berdekatan, bahkan menahun. Walaupun berbeda-beda pada setiap kasus,
kekerasan seksual tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui beberapa tahapan antara lain :
● Tahap awal, pelaku membuat
● Tahap kedua, adalah interaksi seksual
● Tahap berikutnya, adalah tahapan dimana korban mau menceritakan pengalamannya kepada
orang lain
Anak yang memiliki resiko mengalami kekerasan seksual biasanya adalah anak-anak yang biasa
ditinggalkan sendiri dan tidak mendapat pengawasan dari orang yanglebih dewasa, terutama
ibu.Tidak hanya kehadiran secara fisik, kedekatan emosional antara ibu dan anak pun merupakan
faktor yang penting (Maria, 2008).
Menurut Maria (2008) dampak kekerasan seksual pada anak adalah
sebagai berikut :
● Stress: akut, traumatic – PTSD (post traumatik stress disorder)
● Agresif, menjadi pelaku kekerasan, tidak percaya diri
● Rasa takut, cemas
● Perilaku seksual yang tidak wajar untuk anak seusianya

Jenis-jenis kekerasan seksual berdasarkan pelakunya (Tower, 2002 dalam


Maria, 2008) :
● Kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga.
● Kekerasan yang dilakukan oleh orang lain di luar anggota keluarga
P
a
t
h
w
a
y
Manifestasi klinik
Berdasarkan jurnal “Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual: Sebuah
Studi Fenomenologi”, Dampak psikologis sexual abuse adalah :

Dampak psikologis yang dialami oleh subyek dapat digolongkan menjadi tiga
bagian, yaitu gangguan perilaku, gangguan kognisi, gangguan emosional.

○ Gangguan Perilaku, ditandai dengan malas untuk melakukan


aktifitassehari-hari.

○ Gangguan Kognisi, ditandai dengan sulit untuk berkonsentrasi,


tidak fokus ketika sedang belajar, sering melamun dan termenung
sendiri.

○ Gangguan Emosional, ditandai dengan adanya gangguan mood


dan suasana hati serta menyalahkan diri sendiri.
Tanda dan indikasi yang diambil dari buku Jeanne Wess

1. Balita

○ Tanda-tanda fisik, antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing, penyakit kelamin, dan sakit
kerongkongan tanpa penyebab jelas bisa merupakan indikasi seks oral.

○ Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat takut kepada siapa saja atau pada tempat tertentu atau orang
tertentu, perubahan kelakuan yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah tidur, mimpi buruk, dan ngompol), menarik diri atau
depresi, serta perkembangan terhambat.
2. Anak usia prasekolah
Gejalanya sama ditambah tanda-tanda berikut:
● Tanda fisik: antara lain perilaku regresif, seperti mengisap jempol, hiperaktif, keluhan somatik seperti sakit kepala yang terus-
menerus, sakit perut, sembelit.
● Tanda pada perilaku emosional dan sosial: kelakuan yang tiba-tiba berubah, anak mengeluh sakit karena perlakuan seksual.
● Tanda pada perilaku seksual: masturbasi berlebihan, mencium secara seksual, mendesakkan tubuh, melakukan aktivitas seksual
terang-terangan pada saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang aktivitas seksual, dan rasa ingin tahu berlebihan tentang
masalah seksual.
3. Anak usia sekolah
● Memperlihatkan tanda-tanda di atas serta perubahan kemampuan
belajar, seperti susah konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos,
hubungan dengan teman terganggu, tidak percaya kepada orang
dewasa, depresi, menarik diri, sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi
buruk, tak suka disentuh, serta menghindari hal-hal sekitar buka
pakaian.
4.Remaja
● Tandanya sama dengan di atas dan kelakuan yang merusak diri sendiri,
pikiran bunuh diri, gangguan makan, melarikan din, berbagai
kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang atau alkohol, kehamilan
dini, melacur, seks di luar nikah, atau kelakuan seksual lain yang tak
biasa.
Penatalaksanaan
Menurut Suda (2006) ada beberapa model program counseling yang dapat diberikan kepada anak yang
mengalami sexual abuse, yaitu :
● The dynamics of sexual abuse.
Artinya, terapi difokuskan pada pengambangan konsepsi
● Protective behaviors counseling.
Artinya, anak-anak dilatih menguasai keterampilan mengurangi kerentannya sesuai dengan usia
● Survivor/self-esteem counseling.
Artinya, menyadarkan anak-anak yang menjadi korban bahwa mereka sebenarnya bukanlah korban,
melainkan orang yang mampu bertahan (survivor) dalam menghadapi masalah sexual abuse.
● Cognitif terapy.
Artinya, konsep dasar dalam teknik ini adalah perasaan-perasaan seseorang mengenai beragam jenis dalam
kehidupannya dipengaruhi oleh pikiran-pikiran mengenai kejadian tersebut secara berulang-lingkar.
Prognosis
Secara medis, pemerkosaan bisa menghasilkan cedera ekstragenital, genital, psikologis serta penyakit
menular seksual
Dalam jangka pendek, korban pemerkosaan mengalami ketakutan, mimpi buruk, gangguan tidur,
kemarahan, rasa malu, rasa bersalah dan gabungan dari semuanya. Seiring berjalan waktu, kondisi ini
bisa semakin baik dan tidak menutup kemungkinan untuk sembuh. Namun, tetap ada efek jangka
panjang dari korban pemerkosaan
Dukungan dan penanganan psikologis yang konsisten dan berkala sangat diperlukan untuk para korban
pemerkosaan. Untuk korban dengan luka fisik dan gangguan kejiwaan, sangat disarankan untuk
menemui psikiater untuk penanganan maksimal.
Pengkajian
Pengkajian pada klien yang mengalami penganiayaan seksual (sexual abuse) antara lain :
● Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau tidur berlebihan, mimpi burukm, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang
asing, keletihan.
● Integritas ego
○ Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri/meminta ampun karena tindakannya terhadap orang tua.
○ Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat.)
○ Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
○ Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme pertahanan yang paling dominan/menonjol)
○ Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap menunduk, takut (terutama jika ada pelaku)
○ Melaporkan faktor stres (misalnya keluarga tidak bekerja, perubahan finansial, pola hidup, perselisihan dalam pernikahan)
○ Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain
● Eliminasi
○ Enuresisi, enkopresis.
○ Infeksi saluran kemih yang berulang
○ Perubahan tonus sfingter.
Pengkajian
●Makan dan minum : Muntah sering, perubahan selera makan (anoreksia), makan berlebihan, perubahan berat badan, kegagalan
memperoleh berat badan yang sesuai
●Higiene
○Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca (penganiayaan seksual) atau tidak adekuat memberi perlindungan.
○Mandi berlebihan/ansietas (penganiayaan seksual), penampilan kotor/tidak terpelihara.
●Neurosensori
○Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk atau pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan
usia
○Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, laporan adanya pengingatan kembali. Pikiran tidak terorganisasi, kesulitan
konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak sesuai, mungkin sangat waspada, cemas dan depresi.
○Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan penyesalan yang dalam setelah penganiayaan seksual terjadi.
○Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, ketrampilan koping terbatas, kurang empati terhadap orang lain.
○Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain : gelisah (korban selamat).
○Manifestasi psikiatrik (misal : fenomena disosiatif meliputi kepribadian ganda (penganiayaan seksual), gangguan kepribadian
ambang (koeban inses dewasa)
○Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera eksternal
Pengkajian
●Keamanan
○Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air panas, rokok) ada bagian botak di kepala, laserasi,
perdarahan yang tidak wajar, ruam/gatal di area genital, fisura anal, goresan kulit, hemoroid, jaringan parut, perubahan tonus
sfingter.
○Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera internal.
○Perilaku mencederai diri sendiri (bunuh diri), keterlibatan dalam aktivitas dengan risiko tinggi
○Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat menghindari bahaya di dalam rumah
●Seksualitas
○Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual, meliputi masturbasi kompulsif, permainan seks dewasa sebelum waktunya,
kecenderungan mengulang atau melakukan kembali pengalaman inses. Kecurigaan yang berlebihan tentang seks, secara
seksual menganiaya anak lain.
○Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa berlendir.
○Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (terutama pada anak).
●Interaksi sosial
Melarikan diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara verbal kurang responsif, peningkatan penggunaan perintah
langsung dan pernyataan kritik, penurunan penghargaan atau pengakuan verbal, merasa rendah diri. Pencapaian restasi
disekolah rendah atau prestasi di sekolah menurun.
Diagnosa Keperawatan :

● Ansietas
● Harga diri rendah
● isolasi sosial
Asuhan Keperawatan untuk
Narapidana
“Narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum .”

—UU No.12 Tahun 1995.


Etiologi

Faktor Ekonomi
Sistem Ekonomi
Pendapatan
Pengangguran
Faktor Pribadi
Umur
Alkohol
Faktor Mental
Agama
Bacaan dan Film
Penggolongan Narapidana
Lama Pidana
• Pidana 1 hari sd 3 bulan
( Register B.II b )
• Pidana 3 bulan sd 12 bulan 5
hari (1 tahun) (Register B.II a)
• Pidana 12 bulan 5 hari (1
Umur tahun keatas ) (Register B.I) Jenis Kelamin
• Pidana Seumur Hidup
(Register Seumur Hidup) •Laki-laki
• Anak (12 s.d. 18 tahun) • Pidana Mati (Register Mati)


•Wanita
Dewasa (diatas 18
tahun)
MASALAH KESEHATAN NARAPIDANA
Kesehatan Fisik

1. HIV
Tingginya angka infeksi HIV pada narapidana
berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi
seperti penggunaan obat-obaan, sexual
Kesehatan Mental intercourse yang tidak aman dan pemakaian
tato.

Penyakit jiwa yang sering 2. Hepatitis


Hepatitis B & C meninkat lebih tinggi
dijumpai adalah skizofrenia, bipolar karena penggunaan obat-obat lewat
affective disorder dan personality suntikan, tato, imigran dari daerah dengan
disorder. Karena banyak yang insiden hepatitis B dan C tinggi.
mengalami ganguan kesehatan jiwa 3. TBC
maka pemerintah harus TBC menjadi 3X lipat lebih besar di LP
menyediakan pelayanan kesehatan karena kepadatan penjara dan ventilasi
yang buruk, yang mempengaruhi
mental. penyebaran penyakit.
PENATALAKSANAAN

1. Psikoterapi 2. Keperawatan

Terapi kerja baik dilakukan untuk mendorong •Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita • terapi aktivitas kelompok stimulasi realita
lain, perawat dan dokter, • terapi aktivitas kelompok sosialisasi
•terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
3. Terapi Kerja

Terapi Kerja pada NaPi Perempuan


Terapi Kerja NaPI Laki-Laki
Pembinaan soft skill yang dilaksanakan
1. Pelatih Binatang
yaitu pembinaan intelektual, pembinaan
kerohanian dan pembinaan rekreatif.
2. Bidang Kuliner Pembinaan hard skill yang dilaksanakan
3. Konseling yaitu pembinaan keterampilan dan
kemandirian melalui bimbingan
kerja.Ketrampilan khusus yang di
Terapi Kerja anak latihkan pada naraidana perempuan
berupa ketrampilan hidup seperti
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal
pertukangan kayu, kerajinan sapu, las
baginya setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada listrik, batik tulis, kerajinan sangkar
mereka di berikan latihan kerja. berupa latihan kerja di bidang burung,perkebunan, dan pembuatan
souvenir.
pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain
sebagainya
02
Bentuk-Bentuk
Pelayanan terhadap
Narapidana
01 Pelayanan Konsumsi
Pelayanan
Kesehatan bentuk pelayanana makan dan

03
minum narapidana yang sedang

04
upaya penaggulangan, dan menjalani hukuman
pencegahan gangguan kesehatan
yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan.
Pelayanan
Pelayanan penjagaan
Kunjungan
suatu bentuk pelayanan dari pihak bentuk kegiatan dalam melindungi,menjaga serta
keluarga maupun kerabat untuk dapat memperhatikan narapidana di rumah tahanan
mengunjungi narapidana yang sedang agar terhindar dari kekerasan ataupun kerusuhan
menjalani hukuman di rumah tahanan antar sesama narapidana
Rehabilitasi Narapidana

05 1. Pembinaan kepribadian
a.Pembinaan kesadaran beragama
b.Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara
c.Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan)
d.Pembinaan kesadaran hukum
e.Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat

2. Pembinaan kemandirian
f.Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri
g.Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil
h.Keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing

Langkah-langkah rehabilitasi :
 Tahap persiapan
 Tahap pelaksanaan
 Tahap tindak lanjut
Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Identitas klien statusmental

Faktor predisposisi / faktor


pendukung pengobatan dan penanganan
gejala stress

Faktor presipitasi / faktor


Mekanisme koping
pencetus

Psikososial Aspek medik


DIAGNOSA:

Resiko perilaku kekerasan


isolasi sosial
harga diri rendah
Konsep Trafficking Human
Definisi

Menurut resolusi senat AS no. 2 tahun 199, trafficking


adalah salah satu atau lebih bentuk penculikan,
penyekapan, perkosaan, penyiksaan, buruh paksa
atau praktek-praktek seperti perbudakan dan
menghancurkan hak asasi manusia.
trafficking akan terpenuhi apabila memenuhi tiga
unsur yaitu: proses, jalan atau cara dan tujuan.
Proses disni meliputi perekrutan, pengiriman,
pemindahan, penampungan dan penjualan,
sedangkan cara atau jalannya ialah dengan
kekerasan, pemaksaan,
penipuan, kebohongan dan penculikan. Adapun
tujuannya adalah untukeksploitasi, baik seksual
atupun ekslpoitasi yang lain seperti perbudakan dan
menjadikan pelayan.
Penyebab Trafficking Human

Faktor
ekonomi

Faktor Pendidikan

 
Tidak Ada Akta
Kelahiran

Kebijakan yang Bias


Gender

Pengaruh Globalisasi
Bentuk dan Modus Trafficking Human
Eksploitasi Seksual
 Eksploitasi seksual komersial untuk prostitusi. diajak bekerja ditempat
hiburan kemudian dijadikan pekerja seks atau panti pijat.
 Eksploitasi non komersial, pencabulan terhadap anak, perkosaan dan
kekerasan seksual.

Pekerja Rumah Tangga

Penjualan Bayi

Jeratan hutan

Pengedar Narkoba dan Pengemis

Pengantin Pesanan Pos (Mail order bride)


Modus Trafficking

Dalam menjalankan operandinya para trafficker sering menggunakan mudus berupa iming-iming. Di antara modus-modusnya
antara lain yaitu:
1. Tawaran Kerja
Salah satu modus human trafficking yang sering dilakukan adalah penawaran kerja ke luar pulau atau luar negeri dengan gaji
tinggi. Pelaku biasanya mendatangi rumah calon korbannya dan saat pemberangkatan juga tanpa dilengkapi surat keterangan
dari pemerintah desa setempat.

2. Bius
Modus ini menggunakan kekerasan, cara modus ini berawal dari penculikan terhadap korban, kemudian pelaku membiusnya
dengan suntikan ataupun dengan alat yang lain yang digunakan untuk membius.
Ciri-ciri perdagangan orang dalam konteks migrasi
ketenagakerjaan?
 Perekrutan tanpa Perjanjian Penempatan;
 Ditempatkan tanpa perjanjian Kerja;
 Perekrutan dibawah umur (-18 thn) dokumen dipalsukan;
 Perekrutan tanpa izin suami/orang tua/wali;
 Ditempatkan tanpa sertifikat kompetensi (tidak dilatih);
 Hanya menggunakan paspor dengan visa kunjungan;
 Ditempatkan oleh perorangan, bukan Perusahaan yang memiliki izin dari Menteri Tenaga Kerja;
 Dipindahkan ke majikan lain tanpa perjanjian Kerja;
 Dipindahkan ke negara lain yang peraturannya terbuka walaupun tidak sesuai dengan peraturan Indonesia.
 Beban biaya diatas ketentuan yang ditetapkan pemerintah (over charging).
 
Hak Korban dan/ atau Saksi
Hak Korban dan/ atau Saksi juga diberikan kepada keluarganya dengan rincian sebagai berikut:
1. Memperoleh kerahasiaan identitas (Pasal 44) Hak ini diberikan juga kepada keluarga korban dan/
atau saksi sampai derajat kedua.
2. Hak untuk mendapat jaminan perlindungan dari ancaman yang membahayakan diri, jiwa dan/atau
hartanya (Pasal 47).
3. Restitusi (Pasal 48). Restitusi ini adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku
berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/ atau
immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya (Pasal 1 angka 13 Undang – Undang Nomor 21
Tahun 2007). Pengaturan restitusi berupa ganti kerugian atas garis besarnya adalah sebagai berikut:
• kehilangan kekayaan atau penghasilan,
• penderitaan,
• biaya untuk tindakan perawatan medis dan/ atau psikologis, dan/atau
• kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang.
 
Dampak/ Pengaruh Trafficking Human
1. Dampak Psikologi dan Kesehatan Mental
 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
 Kecemasan
 ketidakberdayaan

2. Dampak Sosial

3. Dampak Kesehatan Fisik


cedera aktual & ancaman terhadap integritas diri para korban yang mengalami kekerasan fisik dan seksual Penderitaan
secara fisik yang dialami para perempuan korban trafficking, menciptakan citra diri negatif, konsep diri para korban semakin
terpuruk, kehilangan makna hidup, harkat dan martabat para korban menjadi hancur.
Pencegahan dan Penanggulangan Human
Trafficking
Upaya Masyarakat dalam pencegahan trafficking yakni dengan meminta dukungan ILO dan Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang melakukan Program Prevention ofChild Trafficking for Labor and
Sexual Exploitation. Tujuan dari program ini adalah:
 Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah Atasuntuk
memperluas angka partisipasi anak laki-laki dan anak perempuan.
 Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah lulus sekolah dasar
 Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan penghasilan
 Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk memfasilitasi usaha sendiri.
 Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap trafficking anak.
Asuhan Keperawatan Human Trafficking

a. Pengkajan

Hal-hal yang perlu dikaji kepada pasien dengan Human Trafficking adalah sebagai berikut:
1. Identitas pasien.
Pada identitas pasien yang perlu dikaji seperti nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat dan nomor telepon, sampai ke siapa penanggung jawab klien dan apa hubungan klien
dengan penanggung jawab tersebut
2. Keluhan Utama pasien
3. Riwayat penyakit sekarang
Lama keluhan, faktor yang memperberat keluhan, dan upaya untuk mengatasi keluhan
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
Diagnosa

Diagnosa yang dapat ditegakkan untuk kasus Human


Trafficking adalah sebagai berikut:

1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah


2. Ansietas
3. Isolasi SosiAL
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai