01 02 03
BIOLOGI SPIKOLOGI SOSIAL
BUDAYA
1. Lingkup Kekerasan dalam Rumah Tangga
2. Pertama : hubungan keturunan darah
3. Kedua : hubungan suami istri
4. Ketiga : hubungan bekerja di dalam keluarga
5. Klasifikasi Kekerasan dalam Rumah Tangga
6. Kekerasan antar orang dewasa.
7. Kekerasan orang dewasa dengan anak.
8. Kekerasan orang dewasa dengan lansia.
Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
FISIK PSIKOLOGIS
SEKSUAL EKONOMI
● Bentuk- bentuk tindak kekerasan terbanyak di rumah tangga
menurut WHO (2004) terdiri dari :
● Penelantaran anak
● Kekerasan oleh pasangan
● Kekerasan seksual
● Kekerasan remaja
● Kekerasan pada lansia
● Bunuh diri serta bentuk
● Kekerasan terhadap diri sendiri.
Karakteristik Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Isolasi sosial
Proses Transmisi
1
Antargenerasi
4 2 Kekuasaan dan
kontrol
3
Penyalahgunaan alkohol
dan obat-obatan yang lain
Rentang Respon Masalah
1. Mekanisme koping adaptif
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung
fungsi integrasi, pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan seperti bebrbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif.Pada kasus ini timbulnya respon emosional pada informan yang
mengalami KDRT mendorong informan untuk melakukan berbagai upaya mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Upaya yang dilakukan berupa mekanisme koping adaptif yang ditunjukkan informan dalam
prilaku dan pernyataan berikut :
1) Bercerita dengan orang terdekat
2) Mengalihkan kesedihan
3) Memenuhi keinginan suami
4) Peningkatan Spritual
2. Koping Maladaptif
Yang dimaksud dari koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, penurunan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan
(Stuart,2006).
Adaptif Maladaptif
●Asertif → Frustasi→Pasif→Agresif→ Amuk
●Tindakan kekerasan memiliki alur rentang respond sebagai berikut:
●Asertif Mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega
●Frustasi: Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang
tidak realistis
●Pasif: Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan
●Agresif: Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol
●Amuk: Tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak
terkontrol
Siklus terjadinya KDRT
Fase 1:
Munculnya ketegangan konflik,pertentangan dan perilaku nonverbal
Fase II:
Insiden pemukulan akut terjadi dengan tindak kekerasan verbal, fisik, dan seksual;
berlangsung dalam beberapa jam sampai 24 jam atau lebih
Fase III:
Merasa lega, seringkalimengungkapkan rasa cinta, penyesalanyang
mendalam,berperilaku baik, meminta maaf, mengungkapkan janji tidak akan
mengulangi perbuatan kasarnya
Fase IV:
Korban mengeluh, pasif, atau menarik diri untuk mengelak dari kemarahan, seringkali
menunda untuk segera mencari pertolongan
Respons Korban Tindak Kekerasan
● Melakukan sosialisasi
Ketakutan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KORBAN
PEMERKOSAAN
DEFINISI
Dampak psikologis yang dialami oleh subyek dapat digolongkan menjadi tiga
bagian, yaitu gangguan perilaku, gangguan kognisi, gangguan emosional.
1. Balita
○ Tanda-tanda fisik, antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing, penyakit kelamin, dan sakit
kerongkongan tanpa penyebab jelas bisa merupakan indikasi seks oral.
○ Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat takut kepada siapa saja atau pada tempat tertentu atau orang
tertentu, perubahan kelakuan yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah tidur, mimpi buruk, dan ngompol), menarik diri atau
depresi, serta perkembangan terhambat.
2. Anak usia prasekolah
Gejalanya sama ditambah tanda-tanda berikut:
● Tanda fisik: antara lain perilaku regresif, seperti mengisap jempol, hiperaktif, keluhan somatik seperti sakit kepala yang terus-
menerus, sakit perut, sembelit.
● Tanda pada perilaku emosional dan sosial: kelakuan yang tiba-tiba berubah, anak mengeluh sakit karena perlakuan seksual.
● Tanda pada perilaku seksual: masturbasi berlebihan, mencium secara seksual, mendesakkan tubuh, melakukan aktivitas seksual
terang-terangan pada saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang aktivitas seksual, dan rasa ingin tahu berlebihan tentang
masalah seksual.
3. Anak usia sekolah
● Memperlihatkan tanda-tanda di atas serta perubahan kemampuan
belajar, seperti susah konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos,
hubungan dengan teman terganggu, tidak percaya kepada orang
dewasa, depresi, menarik diri, sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi
buruk, tak suka disentuh, serta menghindari hal-hal sekitar buka
pakaian.
4.Remaja
● Tandanya sama dengan di atas dan kelakuan yang merusak diri sendiri,
pikiran bunuh diri, gangguan makan, melarikan din, berbagai
kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang atau alkohol, kehamilan
dini, melacur, seks di luar nikah, atau kelakuan seksual lain yang tak
biasa.
Penatalaksanaan
Menurut Suda (2006) ada beberapa model program counseling yang dapat diberikan kepada anak yang
mengalami sexual abuse, yaitu :
● The dynamics of sexual abuse.
Artinya, terapi difokuskan pada pengambangan konsepsi
● Protective behaviors counseling.
Artinya, anak-anak dilatih menguasai keterampilan mengurangi kerentannya sesuai dengan usia
● Survivor/self-esteem counseling.
Artinya, menyadarkan anak-anak yang menjadi korban bahwa mereka sebenarnya bukanlah korban,
melainkan orang yang mampu bertahan (survivor) dalam menghadapi masalah sexual abuse.
● Cognitif terapy.
Artinya, konsep dasar dalam teknik ini adalah perasaan-perasaan seseorang mengenai beragam jenis dalam
kehidupannya dipengaruhi oleh pikiran-pikiran mengenai kejadian tersebut secara berulang-lingkar.
Prognosis
Secara medis, pemerkosaan bisa menghasilkan cedera ekstragenital, genital, psikologis serta penyakit
menular seksual
Dalam jangka pendek, korban pemerkosaan mengalami ketakutan, mimpi buruk, gangguan tidur,
kemarahan, rasa malu, rasa bersalah dan gabungan dari semuanya. Seiring berjalan waktu, kondisi ini
bisa semakin baik dan tidak menutup kemungkinan untuk sembuh. Namun, tetap ada efek jangka
panjang dari korban pemerkosaan
Dukungan dan penanganan psikologis yang konsisten dan berkala sangat diperlukan untuk para korban
pemerkosaan. Untuk korban dengan luka fisik dan gangguan kejiwaan, sangat disarankan untuk
menemui psikiater untuk penanganan maksimal.
Pengkajian
Pengkajian pada klien yang mengalami penganiayaan seksual (sexual abuse) antara lain :
● Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau tidur berlebihan, mimpi burukm, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang
asing, keletihan.
● Integritas ego
○ Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri/meminta ampun karena tindakannya terhadap orang tua.
○ Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat.)
○ Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
○ Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme pertahanan yang paling dominan/menonjol)
○ Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap menunduk, takut (terutama jika ada pelaku)
○ Melaporkan faktor stres (misalnya keluarga tidak bekerja, perubahan finansial, pola hidup, perselisihan dalam pernikahan)
○ Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain
● Eliminasi
○ Enuresisi, enkopresis.
○ Infeksi saluran kemih yang berulang
○ Perubahan tonus sfingter.
Pengkajian
●Makan dan minum : Muntah sering, perubahan selera makan (anoreksia), makan berlebihan, perubahan berat badan, kegagalan
memperoleh berat badan yang sesuai
●Higiene
○Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca (penganiayaan seksual) atau tidak adekuat memberi perlindungan.
○Mandi berlebihan/ansietas (penganiayaan seksual), penampilan kotor/tidak terpelihara.
●Neurosensori
○Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk atau pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan
usia
○Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, laporan adanya pengingatan kembali. Pikiran tidak terorganisasi, kesulitan
konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak sesuai, mungkin sangat waspada, cemas dan depresi.
○Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan penyesalan yang dalam setelah penganiayaan seksual terjadi.
○Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, ketrampilan koping terbatas, kurang empati terhadap orang lain.
○Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain : gelisah (korban selamat).
○Manifestasi psikiatrik (misal : fenomena disosiatif meliputi kepribadian ganda (penganiayaan seksual), gangguan kepribadian
ambang (koeban inses dewasa)
○Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera eksternal
Pengkajian
●Keamanan
○Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air panas, rokok) ada bagian botak di kepala, laserasi,
perdarahan yang tidak wajar, ruam/gatal di area genital, fisura anal, goresan kulit, hemoroid, jaringan parut, perubahan tonus
sfingter.
○Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera internal.
○Perilaku mencederai diri sendiri (bunuh diri), keterlibatan dalam aktivitas dengan risiko tinggi
○Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat menghindari bahaya di dalam rumah
●Seksualitas
○Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual, meliputi masturbasi kompulsif, permainan seks dewasa sebelum waktunya,
kecenderungan mengulang atau melakukan kembali pengalaman inses. Kecurigaan yang berlebihan tentang seks, secara
seksual menganiaya anak lain.
○Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa berlendir.
○Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (terutama pada anak).
●Interaksi sosial
Melarikan diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara verbal kurang responsif, peningkatan penggunaan perintah
langsung dan pernyataan kritik, penurunan penghargaan atau pengakuan verbal, merasa rendah diri. Pencapaian restasi
disekolah rendah atau prestasi di sekolah menurun.
Diagnosa Keperawatan :
● Ansietas
● Harga diri rendah
● isolasi sosial
Asuhan Keperawatan untuk
Narapidana
“Narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum .”
Faktor Ekonomi
Sistem Ekonomi
Pendapatan
Pengangguran
Faktor Pribadi
Umur
Alkohol
Faktor Mental
Agama
Bacaan dan Film
Penggolongan Narapidana
Lama Pidana
• Pidana 1 hari sd 3 bulan
( Register B.II b )
• Pidana 3 bulan sd 12 bulan 5
hari (1 tahun) (Register B.II a)
• Pidana 12 bulan 5 hari (1
Umur tahun keatas ) (Register B.I) Jenis Kelamin
• Pidana Seumur Hidup
(Register Seumur Hidup) •Laki-laki
• Anak (12 s.d. 18 tahun) • Pidana Mati (Register Mati)
•
•Wanita
Dewasa (diatas 18
tahun)
MASALAH KESEHATAN NARAPIDANA
Kesehatan Fisik
1. HIV
Tingginya angka infeksi HIV pada narapidana
berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi
seperti penggunaan obat-obaan, sexual
Kesehatan Mental intercourse yang tidak aman dan pemakaian
tato.
1. Psikoterapi 2. Keperawatan
Terapi kerja baik dilakukan untuk mendorong •Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita • terapi aktivitas kelompok stimulasi realita
lain, perawat dan dokter, • terapi aktivitas kelompok sosialisasi
•terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
3. Terapi Kerja
03
minum narapidana yang sedang
04
upaya penaggulangan, dan menjalani hukuman
pencegahan gangguan kesehatan
yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan.
Pelayanan
Pelayanan penjagaan
Kunjungan
suatu bentuk pelayanan dari pihak bentuk kegiatan dalam melindungi,menjaga serta
keluarga maupun kerabat untuk dapat memperhatikan narapidana di rumah tahanan
mengunjungi narapidana yang sedang agar terhindar dari kekerasan ataupun kerusuhan
menjalani hukuman di rumah tahanan antar sesama narapidana
Rehabilitasi Narapidana
05 1. Pembinaan kepribadian
a.Pembinaan kesadaran beragama
b.Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara
c.Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan)
d.Pembinaan kesadaran hukum
e.Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat
2. Pembinaan kemandirian
f.Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri
g.Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil
h.Keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing
Langkah-langkah rehabilitasi :
Tahap persiapan
Tahap pelaksanaan
Tahap tindak lanjut
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Faktor
ekonomi
Faktor Pendidikan
Tidak Ada Akta
Kelahiran
Pengaruh Globalisasi
Bentuk dan Modus Trafficking Human
Eksploitasi Seksual
Eksploitasi seksual komersial untuk prostitusi. diajak bekerja ditempat
hiburan kemudian dijadikan pekerja seks atau panti pijat.
Eksploitasi non komersial, pencabulan terhadap anak, perkosaan dan
kekerasan seksual.
Penjualan Bayi
Jeratan hutan
Dalam menjalankan operandinya para trafficker sering menggunakan mudus berupa iming-iming. Di antara modus-modusnya
antara lain yaitu:
1. Tawaran Kerja
Salah satu modus human trafficking yang sering dilakukan adalah penawaran kerja ke luar pulau atau luar negeri dengan gaji
tinggi. Pelaku biasanya mendatangi rumah calon korbannya dan saat pemberangkatan juga tanpa dilengkapi surat keterangan
dari pemerintah desa setempat.
2. Bius
Modus ini menggunakan kekerasan, cara modus ini berawal dari penculikan terhadap korban, kemudian pelaku membiusnya
dengan suntikan ataupun dengan alat yang lain yang digunakan untuk membius.
Ciri-ciri perdagangan orang dalam konteks migrasi
ketenagakerjaan?
Perekrutan tanpa Perjanjian Penempatan;
Ditempatkan tanpa perjanjian Kerja;
Perekrutan dibawah umur (-18 thn) dokumen dipalsukan;
Perekrutan tanpa izin suami/orang tua/wali;
Ditempatkan tanpa sertifikat kompetensi (tidak dilatih);
Hanya menggunakan paspor dengan visa kunjungan;
Ditempatkan oleh perorangan, bukan Perusahaan yang memiliki izin dari Menteri Tenaga Kerja;
Dipindahkan ke majikan lain tanpa perjanjian Kerja;
Dipindahkan ke negara lain yang peraturannya terbuka walaupun tidak sesuai dengan peraturan Indonesia.
Beban biaya diatas ketentuan yang ditetapkan pemerintah (over charging).
Hak Korban dan/ atau Saksi
Hak Korban dan/ atau Saksi juga diberikan kepada keluarganya dengan rincian sebagai berikut:
1. Memperoleh kerahasiaan identitas (Pasal 44) Hak ini diberikan juga kepada keluarga korban dan/
atau saksi sampai derajat kedua.
2. Hak untuk mendapat jaminan perlindungan dari ancaman yang membahayakan diri, jiwa dan/atau
hartanya (Pasal 47).
3. Restitusi (Pasal 48). Restitusi ini adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku
berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/ atau
immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya (Pasal 1 angka 13 Undang – Undang Nomor 21
Tahun 2007). Pengaturan restitusi berupa ganti kerugian atas garis besarnya adalah sebagai berikut:
• kehilangan kekayaan atau penghasilan,
• penderitaan,
• biaya untuk tindakan perawatan medis dan/ atau psikologis, dan/atau
• kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang.
Dampak/ Pengaruh Trafficking Human
1. Dampak Psikologi dan Kesehatan Mental
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Kecemasan
ketidakberdayaan
2. Dampak Sosial
a. Pengkajan
Hal-hal yang perlu dikaji kepada pasien dengan Human Trafficking adalah sebagai berikut:
1. Identitas pasien.
Pada identitas pasien yang perlu dikaji seperti nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat dan nomor telepon, sampai ke siapa penanggung jawab klien dan apa hubungan klien
dengan penanggung jawab tersebut
2. Keluhan Utama pasien
3. Riwayat penyakit sekarang
Lama keluhan, faktor yang memperberat keluhan, dan upaya untuk mengatasi keluhan
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
Diagnosa