Berdasarkan jurnal “Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual: Sebuah Studi Fenomenologi”, Faktor
penyebab sexual abuse adalah sebagai berikut adalah :
Faktor kelalaian orang tua.. Kelalaian orang tua yang tidak memperhatikan tumbuh kembang
dan pergaulan anak yang membuat subyek menjadi korban
Faktor rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku. Moralitas dan mentalitas yang tidak dapat
bertumbuh dengan baik, membuat pelaku tidak dapat mengontrol nafsu atau perilakunya.
Faktor ekomoni. Faktor ekonomi membuat pelaku dengan mudah memuluskan rencananya
dengan memberikan iming-iming kepada korban yang menjadi target dari pelaku
Berdasarkan jurnal “play therapy dalam identifikasi kasus kekerasan seksual”, dampak sexual abuse adalah :
diantaranya adanya perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri, bayangan kejadian dimana korban
menerima kekerasan seksual, mimpi buruk, insomnia, takut hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan
(termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, dll), masalah harga diri, disfungsi seksual, sakit kronis,
kecanduan, keinginan bunuh diri cedera, bunuh diri, keluhan somatik, depresi (Roosa, Reinholtz., Angelini, 1999)
Selain itu muncul gangguan-gangguan psikologis :
Pasca-Trauma Stress Disorder
Kecemasan jiwa
Penyakit lain (termasuk gangguan kepribadian dan gangguan identitas )
Cedera fisik
Balita
Tanda-tanda fisik, antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing, penyakit kelamin,
dan sakit kerongkongan tanpa penyebab jelas bisa merupakan indikasi seks oral.
Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat takut kepada siapa saja atau pada tempat
tertentu atau orang tertentu, perubahan kelakuan yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah tidur, mimpi
buruk, dan ngompol), menarik diri atau depresi, serta perkembangan terhambat.
Anak usia prasekolah
Gejalanya sama ditambah tanda-tanda berikut:
Tanda fisik: antara lain perilaku regresif, seperti mengisap jempol, hiperaktif, keluhan somatik seperti
sakit kepala yang terus-menerus, sakit perut, sembelit.
Tanda pada perilaku emosional dan sosial: kelakuan yang tiba-tiba berubah, anak mengeluh sakit karena
perlakuan seksual.
Tanda pada perilaku seksual: masturbasi berlebihan, mencium secara seksual, mendesakkan tubuh,
melakukan aktivitas seksual terang-terangan pada saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang
aktivitas seksual, dan rasa ingin tahu berlebihan tentang masalah seksual.
Remaja
Tandanya sama dengan di atas
a. Kelakuan yang merusak diri sendiri
b. Pikiran bunuh diri, gangguan makan, melarikan diri, berbagai kenakalan remaja,
penggunaan obat terlarang atau alkohol, kehamilan dini, melacur, seks di luar
nikah, atau kelakuan seksual lain yang tak biasa.
Infeksi saluran kemih yang sering Kesulitan atau nyeri saat berjalan atau duduk
Kemerahan atau gatal pada daerah genital, menggaruk daerah tersebut secara
sering atau gelisah saat duduk Sering muntah Perilaku menggairahkan, dorongan
masturbasi, bermain seks dewasa sebelum waktunya Ansietas berlebihan dan tidak
percaya kepada orang lain Penganiyaan seksual pada anak yang lain
PENATALAKSANAAN
4. Feeling counseling. Artinya, terlebih dahulu harus diidentifikasi kemampuan korban yang mengalami sexual
abuse untuk mengenali berbagai perasaan. Kemudian mereka didorong untuk mengekspresikan perasaan-
perasaannya yang tidak menyenangkan, baik pada saat mengalami sexual abuse maupun sesudahnya. Selanjutnya
mereka diberi kesempatan untuk secara tepat memfokuskan perasaan marahnya terhadap pelaku yang telah
menyakitinya
5. Cognitif terapy.
Artinya, konsep dasar dalam teknik ini adalah perasaan-perasaan seseorang
mengenai beragam jenis dalam kehidupannya dipengaruhi oleh pikiran-pikiran
mengenai kejadian tersebut secara berulang-lingkar.
PENGKAJIAN
Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau tidur berlebihan, mimpi buruk, berjalan saat tidur,
tidur di tempat yang asing, keletihan.
Integritas ego
Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri/meminta ampun karena tindakannya terhadap orang tua.
Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat.)
Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme pertahanan yang paling dominan/menonjol)
Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap menunduk, takut (terutama jika ada pelaku)
Melaporkan faktor stres (misalnya keluarga tidak bekerja, perubahan finansial, pola hidup, perselisihan dalam pernikahan)
Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain
Eliminasi
Enuresisi, enkopresis.
Infeksi saluran kemih yang berulang
Perubahan tonus sfingter.
Makan dan minum : Muntah sering, perubahan selera makan (anoreksia), makan berlebihan, perubahan berat badan, kegagalan
memperoleh berat badan yang sesuai .
Higiene
Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca (penganiayaan seksual) atau tidak adekuat memberi
perlindungan.
Mandi berlebihan/ansietas (penganiayaan seksual), penampilan kotor/tidak terpelihara.
Neurosensori
a.Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk atau pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak sesuai
dengan usia
b. Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, lap[oran adanya pengingatan kembali. Pikiran tidak terorganisasi,
kesulitan konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak sesuai, mungkin sangat waspada, cemas dan depresi.
c . Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan penyesalan yang dalam setelah penganiayaan seksual
terjadi.
d. Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, ketrampilan koping terbatas, kurang empati terhadap orang lain.
e Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain : gelisah (korban selamat).
f. Manifestasi psikiatrik (misal : fenomena disosiatif meliputi kepribadian ganda (penganiayaan seksual), gangguan
kepribadian ambang (koeban inses dewasa)
g. Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera eksternal
Nyeri atau ketidaknyamanan
1. Bergantung pada cedera/bentuk penganiayaan seksual
2. Berbagai keluhan somatik (misalnya nyeri perut, nyeri panggul kronis, spastik kolon, sakit kepala)
Keamanan
1. Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air panas, rokok) ada bagian botak
di kepala, laserasi, perdarahan yang tidak wajar, ruam/gatal di area genital, fisura anal, goresan
kulit, hemoroid, jaringan parut, perubahan tonus sfingter.
2. Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera internal.
3. Perilaku mencederai diri sendiri (bunuh diri), keterlibatan dalam aktivitas dengan risiko tinggi
4. Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat menghindari bahaya di dalam
rumah
Seksualitas
1. Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual, meliputi masturbasi kompulsif, permainan seks dewasa sebelum
waktunya, kecenderungan mengulang atau melakukan kembali pengalaman inses. Kecurigaan yang berlebihan
tentang seks, secara seksual menganiaya anak lain.
2. Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa berlendir.
3. Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (terutama pada anak).
Interaksi sosial
Merikan diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara verbal kurang
responsif, peningkatan penggunaan perintah langsung dan pernyataan kritik,
penurunan penghargaan atau pengakuan verbal, merasa rendah diri. Pencapaian
restasi dis ekolah rendah atau prestasi di sekolah menurun.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan seksual yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan
berlawanan dengan keinginan dan persetujuan pribadi seseorang
Ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari
nyeri fisik atau cidera dengan tujuan untuk menyebabkan bahaya, biasanya terjadi dalam waktu lama.
Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan
Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
Gangguan pola tidur berhubungan dengan a nsietas dan hiperaktif
Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang
mengakibatkan penurunan makna diri
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota
keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama
Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi,
interpretasi yang salah tentang informasi
Identifikasi Masal ah
Keperawatan
D- x.
Keperawatan
Dx. Kepera wa t a n Harga Diri
- Isolasi Sosial Rendah
Intervensi
1. Identifikasi kemampuan melakukan interaksi Intervensi
dengan orang lain
2.Identifikasi hambatan melakukan interaksi 1.Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif
dengan 2.Jelaskan kepada keluarga pentingnya
orang lain dukungan dalam perkembangan konsep diri
3.Anjurkan berinteraksi dengan orang lain 3.Ajari selalu kontak mata saat berkomunikasi
secara dengan orang
berhatap
TERIMA KASIH