Anda di halaman 1dari 120

KOPING MENGHADAPI STRES PADA ANAK JALANAN DIKUDUS

Oleh :

Yulisetyaningrum, S.Kep.,Ns,Msi.,Med

Email: yulisetyaningrum@stikesmuhkudus.ac.id

Tri Suwarto, S.Kep.,Ns

Email: tricantika14@gmail.com

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN 2017
ABSTRAK

Judul :
Koping Menghadapi Stres Pada Anak Jalanan Di Kudus
Keberadaan dan berkembangnya anak jalanan merupakan persoalan yang
perlu menjadi perhatian. Hal ini mengingat kehidupan anak jalanan identik dengan
kekerasan, kekasaran, ketidakadilan serta penuh ketidakpastian. Oleh karena itu tidak
menutup kemungkinan anak-anak jalanan mengalami stres dalam dirinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi koping anak jalanan dalam
menghadapi stres, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, indept
interview sebagai metode pengumpulan data dengan jumlah informan 10 orang anak
jalanan di Kudus.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar anak jalanan pernah mengalami
stres, meskipun ada beberapa diantara mereka yang tidak dapat menjelaskan arti dari
stres itu sendiri, namun mereka merasakan dan mengalami tanda-tanda stres yang
meliputi respon fisiologis, respon psikologis, dan respon maladaptif. Sumber stres
anak jalanan berasal dari masalah ekonomi, keluarga, dan lingkungan. Sumber stres
utama mereka adalah masalah ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan
mereka guna untuk membantu orang tua mencukupi kebutuhan sehari-hari. Koping
yang digunakan anak jalanan disaat mereka menghadapi stres yaitu koping adaptif
dan koping maladaptif. Sharing, introspeksi diri, ngamen, melakukan kegiatan yang
merupakan hobby mereka, merupakan koping adaptif anak jalanan. Koping adaptif
anak jalanan juga diperoleh dari dukungan sosial (orang tua, teman, sahabat) dan
motivasi yang ada dalam dirinya. Dukungan sosial yang mereka dapatkan biasanya
berupa pendapat, saran yang membuat mereka merasa nyaman.Sedangkan NAPZA
adalah koping maladaptif yang dilakukan anak jalanan saat menghadapi stres, seperti
merokok, minum-minuman keras, ngepil.Dan yang paling sering dilakukan oleh anak
jalanan khususnya laki-laki adalah merokok.

Kata Kunci : anak jalanan, stres, koping.


ABSTRACT

Title :
Coping Used By Underaged Tramps In Kudus To Overcome Stress

The existence and broadening of underaged tramps is an apprehensive


problem that needs concern. They live in violance, rudeness, uncertainty and
intolarable situation. This leads to possibility of having stress.
The purpose of this study is to identify coping used by underaged tramps in
order to overcome stress. This study uses quality-based-research method, and
interview as data collecting method done to 10 underaged tramps in Kudus.
This study shows that most of underaged tramps have stress. Some of them
can’t define stress itself, but they are able to feel and experience its symptomps, i. e.
Physical response, psychological response and maladaptive response. Stress factors
are financial matters, family problems and environment, while their main and major
stress factor is economical problems dealt with their earning money for supporting
their parents income for daily needs. Coping they used to overcome stress are
adaptive and maladaptive coping. Sharing, introspecting, becoming singing beggars,
and doing hobbies are adaptive coping. This type of coping is supported by their
society (parents, friends and bestfriends) and their inner motivation. Social supports
can be advice and suggestion that comfort them. On the contrary, ‘NAPZA’ or drugs
and additive consuming is maladaptive coping used by underaged tramps. They
smoke, get drunk and consuming drugs. The most common way, especially the one
done by the boys, is smoking.

Key words : underaged tramps, stress, coping.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena anak jalanan merupakan ekses lingkaran setan kemiskinan

bangsa Indonesia. Salah satu masalah sosial yang timbul di berbagai kota besar

pascakrisis adalah perkembangan jumlah anak jalanan yang belakangan ini makin

mencemaskan. Peningkatan kegiatan mereka ini tidak saja dalam jumlahnya yang

terus membesar, namun jenis kegiatannya juga terus berkembang (1). Data

mengenai anak jalanan dari 12 kota di Indonesia saja saat ini mencapai 47.000

anak (2). Menurut Anwar dan Irwanto diperkirakan jumlah anak jalanan di

Indonesia sekitar 50.000 anak. Menurut Departemen Sosial perkiraan yang ada

berkisar antara 50.000-170.000 anak jalanan. Dibandingkan data tahun 1998 anak

jalanan di Kudus diperkirakan 700 anak, berarti mengalami peningkatan 100-

200% (3).

Anak jalanan menurut Deputi Bidang Kesejahteraan dan Perlindungan Anak

Kementrian Pemberdayaan Perempuan Rachmat Sentika adalah anak-anak

hingga usia 18 tahun yang menggunakan jalan sebagai wilayah mencari nafkah

(2).

Anak jalanan muncul karena ketimpangan struktur penduduk, dimana usia

muda jumlahnya banyak, sedangkan tingkat kesejahteraan mereka masih minimal


sekali. Juga kehadiran anak jalanan tidak terlepas dari pengaruh sosial budaya,

pendidikan dan psikologis (1). Kehadiran anak jalanan sangat erat hubungannya

dengan latar belakang berikut ini : lemahnya kondisi ekonomi keluarga dimana

orang tua tidak mampu merawat anak-anaknya sehingga menyebabkan anak-anak

turun ke jalan, keserasian keluarga, kondisi lingkungan komunitas anak atau

gabungan faktor-faktor tersebut. Sebuah penelitian bersama antara Pusat

Penelitian Pranata Pembangunan Universitas Indonesia dan Balitbang Depsos RI

tentang anak jalanan di DKI Jakarta menemukan kondisi ekonomi anak jalanan

semakin dipersulit oleh besarnya tanggungan keluarga dan kurangnya perhatian

orang tua, kemiskinan keluarga (1). Penelitian anak jalanan di Kudus

menyimpulkan alasan utama mereka menjadi anak jalanan yaitu

ketidakharmonisan keluarga dan kurangnya perhatian orang tua, kemiskinan

keluarga dan dorongan teman (5).

Untuk bertahan hidup di tengah kehidupan kota yang keras dan membantu

orang tua mencari nafkah akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, anak-anak

biasanya melakukan berbagai pekerjaan di sektor informal, baik legal maupun

yang illegal di mata hukum (9). Di kalangan anak-anak yang hidup di jalanan,

memang kisah-kisah yang menyedihkan dan terkadang menguras air mata adalah

hal yang biasa terjadi sehari-hari. Eksploitasi dan ancaman merupakan dua hal

yang terkadang sekaligus dialami dan terpaksa dirasakan anak jalanan. Sudah

lazim mereka ditipu teman sendiri, dicaci maki oleh anak sebaya, dituduh

mencuri, dipukuli oleh petugas, atau dirampas barang dagangannya secara paksa,

baik oleh Tibum maupun preman. Kurangnya atau bahkan tidak adanya aturan-

aturan yang mengikat perilaku mereka di dalam masyarakat menjadikan anak


jalanan cenderung berperilaku bebas, acuh terhadap lingkungan, hidup di luar

ikatan norma yang berlaku seusia mereka (6). Keberadaan dan berkembangnya

anak jalanan merupakan persoalan yang menjadi perhatian. Hal ini mengingat

anak-anak yang melakukan kegiatan atau tinggal di jalanan senantiasa

berhadapan dengan situasi buruk yang menjadikan mereka korban dari perilaku

kekerasan, tindak kriminal, penyalahgunaan obat-obatan dan minuman keras

serta objek seksual. Situasi ini berdampak buruk juga pada perkembangan anak,

baik perkembangan fisik, mental, dan sosial (7).

Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan anak-anak jalanan mengalami

stres dalam dirinya. Stres merupakan respon yang dialami seseorang disaat

mereka mendapat ancaman.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Koping menghadapi stres pada anak jalanan di Kudus”.

B. Perumusan Masalah

Anak jalanan adalah laki-laki atau perempuan yang melewatkan,

menghabiskan, atau memanfaatkan sebagian waktunya untuk melakukan

kegiatan hidup sehari-hari di jalanan dengan tujuan mencari nafkah. Latar

belakang hadirnya anak jalanan erat hubungan dengan kondisi ekonomi keluarga

yang lemah sehingga kebutuhan primerpun tidak terpenuhi, keserasian keluarga

yang menjadikan anak tidak krasan di rumah atau kadang orang tua menyuruh

anak mencari nafkah di jalan, kondisi lingkungan komunitas anak atau gabungan

faktor-faktor tersebut. Keberadaan anak-anak di jalan sangat rentan terhadap

berbagai kondisi yang mengancam kehidupan dan tumbuh kembang mereka.


Kehidupan yang dihadapi anak jalanan identik dengan kekerasan, kekasaran,

ketidakadilan, serta penuh ketidakpastian. Berbagai kondisi fisik yang

membahayakan kesehatan dan keselamatan anak (polusi, terik matahari,

keramaian lalu lintas). Interaksi dengan orang-orang yang tidak bertanggung

jawab atas perkembangan kepribadian anak (eksploitasi, tindak kekerasan,

kriminalitas, pelecehan seksual). Situasi ini berdampak buruk pada

perkembangan anak, baik perkembangan fisik, mental dan sosial.

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa perlu untuk merumuskan

masalah penelitian “Koping menghadapi stres pada anak jalanan di Kudus”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memahami koping anak jalanan dalam menghadapi stres.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi sumber stres pada anak jalanan.

b. Mengidentifikasi sumber koping anak jalanan.

c. Mengidentifikasi anak jalanan dalam menghadapi stres.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi lebih lanjut di

bidang keperawatan komunitas, keperawatan jiwa dan sebagai bahan referensi

bahan di lingkungan STIKES MUH.KUDUS.

2. Manfaat bagi Peneliti


Memahami secara mendalam mengenai fenomena anak jalanan yang

meliputi faktor-faktor penyebab menjadi anak jalanan, permasalahan yang

menjadi sumber stres, sumber koping dan koping anak jalanan menghadapi

stres.

3. Manfaat bagi Peneliti Lain

Sebagai acuan penelitian lebih lanjut tentang koping anak jalanan dalam

menghadapi stres.

4. Manfaat bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi mengenai gambaran stres serta koping anak

jalanan dalam menghadapi stres.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Anak Jalanan

1. Definisi

Anak jalanan diidentifikasikan sebagai anak yang melewatkan sebagian

waktunya yaitu kurang lebih 8 jam perhari. Bahkan sebagian diantaranya lebih

dari 11 jam per hari di jalanan dengan tujuan untuk mencari nafkah (9).

Franggidae menjelaskan tentang siapa yang disebut anak jalanan belum

juga ada kesepakatan ataupun batasan-batasan teknis. Sekalipun demikian,

sebagian besar anak jalanan adalah para remaja yang kegiatannya menyatu

dengan jalanan kota. Kegiatan yang biasanya mereka lakukan yaitu menjual

jasa dan produk fisik lainnya di tempat-tempat strategis seperti terminal, halte,

pusat perbelanjaan, restoran, diatas kereta api atau bus, persimpangan jalan.

Mereka tidak bisa disebut anak terlantar, anak menggelandang, anak pengemis,

anak nakal (1).

Odi Shalahuddin menjelaskan bahwa anak jalanan adalah seseorang

dibawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalan

dengan melakukan kegiatan guna mendapatkan uang atau guna

mempertahankan hidupnya (8).


2. Fenomena Anak Jalanan

Ciri anak jalanan menurut laporan Penataan Anak Jalanan oleh Depsos

tahun 1997 dibedakan menjadi ciri-ciri fisik (warna kulit kusam, rambut

kemerahan, kebanyakkan berbadan kurus, pakaian tidak terurus) dan ciri-ciri

psikologis (mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif,

berwatak kasar, kreatif, semangat hidup tinggi, berani menanggung resiko dan

mandiri).

Banyak pihak yang meyakini bahwa kemiskinan merupakan faktor

utama yang mendorong anak pergi ke jalanan dan menjadi pekerja. Selain

kemiskinan ada berbagai faktor pendorong lain yang merupakan turunan akibat

kondisi kemiskinan itu sendiri yaitu kekerasan dalam keluarga, dorongan

keluarga, impian kebebasan, ingin memiliki uang sendiri, pengaruh teman (8).

Penyebab munculnya anak-anak jalanan adalah hubungan dengan

orang tua yang jelek, orang tua mereka sudah meninggal, mempunyai kesulitan

umum untuk menyesuaikan diri dengan pendidikan dan agama orang tuanya,

orang tua tidak mampu merawat anak-anaknya, kehamilan di luar nikah yang

sering terjadi pada gadis-gadis jalanan menyebabkan mereka meninggalkan

rumah, hal ini orang tua ingin menyembunyikan rasa malu dan kemarahan

pada anak gadisnya atau dikarenakan gadis itu sendiri yang merasa malu

terhadap keluarga dan tetangganya (4).

Anak jalanan yang lahir karena latar belakang tersebut menyandang

berbagai predikat seperti penjual koran/majalah, penjaja makanan/minuman


ringan, penjaja rokok, permen, tisu, penyemir sepatu, pengamen, pembawa

belanjaan ibu rumah tangga, penyewa payung bahkan sebagai pengatur

kendaraan di jalan raya yang macet (8). Anak jalanan menjalankan kegiatannya

tersebut karena termotivasi oleh hasrat yang besar untuk memperoleh

penghasilan sendiri, apa yang mereka lakukan sebenarnya merupakan upaya

mencari nafkah. Bagi yang masih sekolah, penghasilan yang mereka peroleh

sangat membantu dirinya. Paling tidak mengurangi beban orang tua dalam

membiayai pendidikannya. Namun tidak sedikit pula anak jalanan yang tidak

bersekolah lagi, entah tamat atau putus sekolah dan mencari nafkah dengan

menyatu di jalanan kota.

3. Permasalahan yang Terjadi pada Anak Jalanan

Departemen Sosial Republik Indonesia menjelaskan beberapa faktor

penyebab permasalahan anak jalanan berkaitan dengan kondisi-kondisi seperti

(7) :

a. Rendahnya tingkat kemampuan ekonomi keluarga yang mengakibatkan

tidak mampunya keluarga memenuhi kebutuhan anak.

b. Meningkatnya skala dan kompleksitas masalah psikososial yang dialami

keluarga, seperti keterpisahan orang tua, rendahnya kemampuan dalam

pengasuhan anak dan perawatan anak, kekerasan dalam keluarga.

c.Mengakarnya nilai budaya yang tidak berpihak pada anak, yang membawa

kecenderungan pada pengabaian terhadap hak-hak anak.

Permasalahan yang sering terjadi pada anak jalanan diantaranya antara

lain (8) :

a. Kekerasan
Tipe kekerasan yang ada yaitu : kekerasan mental, fisik ataupun

kekerasan seksual. Contoh kekerasan mental diantaranya antara lain,

ejekan, hinaan, makian, ancaman, pemerasan, diludahi, dimarahi, dikurung

dan diusir. Pada kekerasan fisik diantaranya, dipukuli dengan alat, ditampar,

ditendang, dicubit, dijambak, dikejar-kejar, dikeroyok, dipukuli dengan

tangan, disundut rokok, ditusuk/dibacok. Sedangkan pada kekerasan seksual

seperti pelecehan seksual, pemerkosaan, penganiayaan dan penjerumusan ke

dunia prostitusi yang biasanya dikoordinasi penyalur yang memperkerjakan

anak jalanan sebagai pekerja seks. Kekerasan lain yang kerap kali dialami

oleh anak jalanan adalah tindakan razia yang cenderung bersifat represif dan

biasanya dilakuklan oleh pihak polisi.

b. Penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras

Sebagian besar anak jalanan diketahui telah mengkonsumsi pil dan

alkohol. Huijben yang dikutip oleh Shalahudin (2000) dalam bukunya yang

berjudul Anak Jalanan Perempuan menjelaskan bahwa hal yang mendorong

anak jalanan mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman keras yaitu

anggapan terselesainya masalah yang dihadapinya. Sebagian anak jalanan

mengkonsumsi obat-obatan dan minuman keras juga untuk menumbuhkan

keberanian saat melakukan kegiatan di jalanan seperti, mengamen di dalam

bus yang penuh.

c. PMS ( Penyakit Menular Seksual )

Anak jalanan dipandang rentan terhadap penyakit menular seksual

seperti HIV/AIDS (Human Immuno Virus/Aquired Immuno Deficiency

Syndrome) mengingat adanya pengalaman seksual dini dan kecenderungan


untuk berganti-ganti pasangan.

B. Konsep Stres

1. Definisi

Stres merupakan realitas kehidupan setiap hari. Stres adalah perubahan

yang memerlukan penyesuaian, kejadian yang menimbulkan stres dianggap

sebagai kejadian yang negatif seperti cedera, sakit atau kematian orang yang

dicintai, dapat juga kejadian yang positif sebagai contoh perubahan status dan

tanggung jawab baru (20).

Stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka

rasakan sebagai ancaman terhadap kesehatan fisik atau psikologisnya,

peristiwa tersebut biasanya dinamakan stesor, dan reaksi orang terhadap

peristiwa dinamakan respon stres (18).

Baum et al (1984) yang dikutip oleh Neil (2000) dalam buku Psikologi

Kesehatan menyatakan bahwa stres dijelaskan sebagai variasi luas dari hasil

akhir, yang kebanyakan negatif, tidak membutuhkan penjelasan, mereka

mengatakan bahwa stres untuk gejala psikologis yang mendahului penyakit,

reaksi ansietas, ketidaknyamanan dan banyak keadaan lain (12).

Stres merupakan suatu stimulus yang menuntut, akibat dari respon

fisiologis dan emosional kita pada stimulasi lingkungan, interaksi antara orang

dengan lingkungannya (13).

Stres adalah kondisi respon sistem manusia yang mempunyai efek

positif dan negatif terhadap perubahan lingkungan yang diterima sebagai

tantangan, ancaman, atau bahaya dan mempengaruhi seluruh dimensi manusia


baik fisik, emosi, intelektual, sosial, spiritual (15).

2. Penyebab Umum Stres

Sarafino (1990) membedakan sumber-sumber yang menjadi penyebab

stres yaitu : sumber stres di dalam diri seseorang, sumber stres di dalam

keluarga, sumber stres di dalam komunitas dan lingkungan (17). Berdasarkan

tingkat rangsangannya penyebab umum stres dibedakan menjadi : tingkat

rangsangan rendah dan tingkat rangsangan tinggi. Yang termasuk tingkat

rangsangan rendah misalnya : pekerjaan rutin yang membosankan, hubungan

yang tidak memuaskan dan tidak menguntungkan, kurang kesempatan yang

bersifat rekreatif dan kurang berhubungan dengan orang lain. Sedangkan

tingkat rangsangan yang tinggi misalnya : terlalu sibuk, tuntutan konflik

dengan waktu atau keahlian, aktivitas yang terlalu banyak untuk dikerjakan,

kurang kesempatan untuk bersantai, kecemasan finansial atau pribadi (14).

Peristiwa yang dirasakan sebagai stres biasanya masuk ke dalam salah

satu atau lebih kategori berikut (11) :

a. Peristiwa traumatik

Situasi bahaya ekstrim yang berada di luar rentang pengalaman

manusia yang lazim. Peristiwa tersebut antara lain : bencana alam, bencana

buatan manusia, penyerangan fisik (pemerkosaan/upaya pembunuhan).

b. Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan

Semakin peristiwa tampaknya tidak dapat dikendalikan, semakin

besar kemungkinannya dianggap stres. Keyakinan bahwa kita dapat

mengendalikan suatu peristiwa akan memperkecil kecemasan kita terhadap


peristiwa itu. Peristiwa besar yang tidak dapat dikendalikan antara lain :

kematian orang yang dicintai, dipecat dari pekerjaan, penyakit serius.

Sedangkan peristiwa yang tidak dapat dikendalikan antara lain mendapatkan

kawan menolak permintaan maaf.

c. Peristiwa yang tidak dapat diperkirakan

Mampu memprediksi kejadian suatu peristiwa stres walaupun tidak

mengendalikannya, biasanya menurunkan keparahan stres.

d. Konflik internal

Stres juga dapat ditimbulkan oleh proses internal-konflik yang tidak

terpecahkan yang mungkin disadari atau tidak disadari. Konflik terjadi jika

seseorang harus memilih antara tujuan/tindakan yang tidak

sejalan/bertentangan.

3. Reaksi Psikologis Terhadap Stres (11)

a. Kecemasan

Respon yang paling umum terhadap stresor adalah kecemasan,

mengartikan kecemasan sebagai emosi yang tidak menyenangkan yang

ditandai oleh kuatir, prihatin, tegang dan takut yang dialami oleh semua

manusia dengan derajat yang berbeda-beda. Orang yang mengalami

peristiwa yang di luar rentang penderitaan manusia normal (sebagai

contohnya, bencana alam, pemerkosaan, penculikkan) kadang-kadang

mengalami suatu kumpulan gejala berat yang berkaitan dengan kecemasan,

yang dikenal sebagai gangguan stres paska-traumatik.

b. Kemarahan dan Agresi

Reaksi umum lain terhadap situasi stres adalah kemarahan, yang


mungkin dapat menyebabkan agresi. Hipotesis frustasi-agresi menyatakan

bahwa jika upaya seseorang mencapai tujuan dihalangi, dorongan agresif

terinduksi yang selanjutnya memotivasi perilaku untuk merusak objek atau

orang yang menyebabkan frustasi itu.

Agresi langsung terhadap sumber-sumber frustasi tidak selalu

dimungkinkan atau tidak selalu bijaksana. Kadang-kadang sumber frustasi

tidak jelas dan tidak dapat diraba. Orang tidak tahu apa yang diserang tetapi

merasa marah dan mencari objek yang dapat melampiaskan perasaan

mereka. Kadang-kadang individu yang menyebabkan frustasi sangat

berkuasa sehingga serangan kepadanya akan berbahaya.

c. Apati dan Depresi

Walaupun respon umum terhadap frustasi adalah agresi aktif, respon

kebalikannya menarik diri dan apati juga sering terjadi. Jika kondisi stres

terus berjalan dan individu tidak berhasil mengatasinya, apati dapat

memberat menjadi depresi. Teori ketidakberdayaan yang dipelajari (learned

helplessness) menjelaskan bagaimana pengalaman dengan peristiwa tidak

mengenakan dan tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan apati dan

depresi.

d.Gangguan Kognitif

Selain respon emosional terhadap stres, orang seringkali

menunjukkan gangguan kognitif yang cukup berat jika berhadapan dengan

stresor yang serius. Mereka merasa sulit berkonsentrasi dan

mengorganisasikan pikiran mereka secara logis. Mereka mungkin mudah

terdistraksi. Sebagai akibatnya, kemampuan mereka melakukan pekerjaan,


terutama pekerjaan yang kompleks, cenderung memburuk. Gangguan

kognitif ini mungkin berasal dari dua sumber. Tingkat rangsangan emosional

yang tinggi dapat mengganggu pengolahan informasi di pikiran. Sehingga

semakin cemas, marah, atau terdepresinya kita setelah suatu stresor, semakin

besar kemungkinannya kita mengalami gangguan kognitif. Gangguan

kognitif juga dapat terjadi akibat pikiran yang mengganggu yang terus

berjalan di otak kita jika kita berhadapan dengan suatu stresor.

C. Konsep Koping

1. Definisi

Koping adalah managemen stres yang dilalui oleh manusia dan emosi

secara umum (kognitif dan usaha perilaku untuk mengatur tuntutan spesifik

eksternal dan internal yang dinilai melebihi kemampuan manusia). Koping

dapat dihubungkan dengan lingkungan atau seseorang atau sesuatu dan perasaan

terhadap stres (16).

2. Sumber Koping

Mechanic mengidentifikasikan 5 sumber koping yang menolong

manusia untuk beradaptasi terhadap stres yaitu :

a. Aset ekonomi

b. Kemampuan dan ketrampilan individu

c. Teknik-teknik pertahanan

d. Dukungan sosial

e. Dorongan motivasi

Sedangkan Lazarus dan Folkman yang dikutip oleh Stuart dan Sudden
(1995) dalam bukunya yang berjudul Principles and Practise of Nursing

menambahkan sumber-sumber koping yang lain yaitu (19) :

a. Keyakinan positif

b. Ketrampilan pemecahan masalah

c. Sumber-sumber koping dan sosial

3. Beberapa Mekanisme Koping

Bell (1997) yang dikutip oleh Taylor (1993) dalam bukunya yang

berjudul Fundamental of Nursing : The Art and Science of Nursing Care

membagi koping menjadi 2 yaitu (15) :

a. Koping jangka panjang, sifatnya konstruktif serta realistik.

b. Koping jangka pendek, sifatnya bias destruktif dan sementara.

Mekanisme koping adalah perilaku yang diperlukan atau usaha untuk

mengurangi stres dan kecemasan.

Tipe perilaku atau koping untuk kecemasan ringan antara lain

meliputi : menangis, tertawa, tidur dan memaki, aktivitas fisik dan latihan,

merokok dan minum-minum, kontak mata kurang, membatasi persahabatan dan

menarik diri. Sedangkan mekanisme koping yang digunakan untuk tingkat

kecemasan yang tinggi dikategorikan sebagai tugas-reaksi orientasi/mekanisme

pertahanan (16).

Tiga tipe utama koping yaitu mekanisme koping yang terfokus pada

masalah, misalnya negoisasi, konfrontasi, dan nasehat, mekanisme koping yang

terfokus pada kognitif misalnya, positive comparison, selective ignorance,

subsitusi penghargaan, devaluasi tujuan dan mekanisme koping yang terfokus

pada emosi. Misalnya, denial, supresi, proyeksi (19).


Stuart dan Sudden mengidentifikasi mekanisme koping menjadi 3 yaitu

(16) :

a. Melawan perilaku : terjadi ketika seseorang berusaha mengatasi hambatan

untuk melawan masalah, mungkin konstruktif, dengan penyelesaian masalah

asertif atau melawan/merusak dengan perasaan yang agresif marah dan

permusuhan.

b. Perilaku menarik diri meliputi : menarik diri dari ancaman, reaksi emosional

seperti mengaku kalah, menjadi apatis atau perasaan bersalah dan

mengisolasi.

c. Perilaku kompromi : biasanya konstruktif, mengutarakan tujuan atau

negoisasi untuk sebagian atau semua yang dibutuhkan.

Mekanisme koping lain yang sering digunakan atau muncul dalam

menghadapi masalah antara lain :

a. Strategi terfokus pada masalah

Untuk mengurangi stresor individu akan mengatasi dengan

mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan baru. Individu akan

cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya yakin akan dapat mengubah

situasi (17). Strategi yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah

antara lain : menentukan masalah, menciptakan pemecahan alternaif,

menimbang-nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat, memilih

salah satunya dan mengimplementasikan alternatif yang dipilih (16).

b. Strategi terfokus emosi

Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres.

Pengaturan ini melalui perilaku individu seperti : penggunaan alkohol,


bagaimana meniadakan fakta-fakta tidak menyenangkan, strategi kognitif

(17).

Yang termasuk mekanisme pertahanan sebagai strategi terfokus emosi :

a. Represi

Seseorang cenderung untuk melupakan hal-hal yang tidak

menyenangkan di masa lalunya dan hanya mengingat hal-hal yang

menyenangkan (15). Freud menganggap represi sebagai mekanisme

pertahanan yang paling dasar dan penting. Dalam represi, impuls atau

memori yang terlalu menakutkan atau menyakitkan dikeluarkan dari

kesadaran (11).

b. Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah motif yang dapat diterima secara logika atau sosial

yang kita lakukan sedemikian rupa dengan mengembangkan alasan rasional

yang menyimpangkan fakta sehingga kita tampaknya bertindak secara

rasional (18).

c. Pembentukan Reaksi

Sebagian individu dapat mengungkapkan suatu motif bagi dirinya

sendiri dengan memberikan ekspresi kuat pada motif yang berlawanan (15).

d. Proyeksi

Semua orang memiliki sifat yang tidak diinginkan yang tidak diakui,

bahkan oleh dirinya sendiri. Salah satu mekanisme bawah sadar, proyeksi

melindungi kita dari mengetahui kualitas diri kita yang tidak layak dengan

menampakkan sifat itu secara berlebihan pada diri orang lain (11).
e. Intelektualisasi

Intelektualisasi adalah upaya melepaskan diri dari situasi stres dengan

memutarbalikkan realita untuk mempertahankan harga diri dan biasanya

menggunakan istilah-istilah yang abstrak dan intelektualisasi (11,18).

f. Penyangkalan

Terjadi ketika seseorang menolak untuk menerima kondisi yang tidak

menyenangkan dalam dirinya (15).

g. Pengalihan

Melalui mekanisme pengalihan, suatu motif yang tidak dapat dipuaskan

dalam suatu bentuk diarahkan ke saluran lain (11).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dimulai dari

pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan secara umum. Penelitian

kualitatif dipilih karena penelitian berusaha untuk memahami dan menafsirkan

makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu

menurut perspektif sendiri (21). Disamping peneliti akan mencoba menggali atau

mengeksplorasi, menggambarkan atau mengembangkan pengetahuan bagaimana

kenyataan dialami (22). Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis yaitu

penulis menaruh perhatian dengan menekankan pada aspek subyektif perilaku

manusia dengan berusaha masuk kedalam dunia konseptual subyek agar dapat

memahami bagaimana dan makna apa yang mereka konstruksi disekitar peristiwa

dalam kehidupannya sehari-hari (23).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah

yang diteliti, yaitu anak jalanan yang ada di Kudus. Teknik sampling yang

dipakai adalah purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah

dikenal sebelumnya (22). Pemilihan sampel lebih tepat dilakukan secara sengaja.

Sampel yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan peneliti untuk selanjutnya

disebut informan. Jumlah sampel sebanyak sepuluh informan dengan

memperhatikan kriteria inklusi yaitu :

1. Anak jalanan usia 13-18 tahun.

2. Yang melakukan kegiatan di jalan minimal 8-11 jam per hari.

3. Bersedia menjadi informan dan kooperatif.

C. Definisi Istilah

1. Anak jalanan adalah anak yang melewatkan sebagian waktunya yaitu lebih

dari 8 jam per hari bahkan sebagian diantaranya lebih dari 11 jam per hari di

jalanan dengan melakukan kegiatan guna mendapatkan uang dan guna

mempertahankan hidupnya.

2. Stres adalah respon positif atau negatif yang disebabkan oleh perubahan

lingkungan sebagai tantangan, ancaman atau bahaya. Stres mempengaruhi

seluruh dimensi manusia (fisik, emosi, intelektual, sosial, spiritual).

3. Koping adalah managemen stres yang dilalui oleh manusia dan emosi manusia

secara umum (kognitif dan usaha perilaku untuk mengatur spesifik eksternal

dan internal yang dinilai melebihi kemampuan manusia). Mekanisme koping

merupakan perilaku untuk mengurangi stres dan kecemasan.


D. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat Penelitian

Dalam penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen itu sendiri, dalam

pengumpulan data peneliti juga menggunakan alat pengumpul data yang lain

yaitu panduan wawancara dengan alat penunjang wawancara berupa alat tulis,

tape recorder.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam atau

indepth interview terhadap para informan sebagai sumber data dalam bentuk

pertanyaan terbuka dengan fokus wawancara yang dituangkan dalam beberapa

pertanyaan yang telah dibuat dalam bentuk panduan wawancara. Indepth

interview merupakan wawancara yang menggali dan lebih sensitif pada topik

tertentu, juga mengarahkan dan mengasumsikan hasil wawancara yang

diprioritaskan pada topik tertentu untuk mengetahui pertanyaan yang sedang

diinvestigasi (26).

3. Tahap Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan oleh peneliti itu sendiri,

tahap pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :

a. Tahap orientasi

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan

usulan atau proposal penelitian untuk mendapatkan rekomendasi dari Ketua


Program Studi atau Dosen Pembimbing. Selanjutnya mengajukan ijin

kepada pihak-pihak yang terkait dengan proses penelitian ini yaitu pihak

yang berwenang dengan tempat dilakukannya penelitian dan informan

berada. Selain itu juga dengan informan itu sendiri untuk mendapatkan

persetujuan menjadi informan.

b. Tahap pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara

mendalam yang disesuaikan dengan panduan wawancara. Wawancara

dilakukan dengan tempat yang telah disepakati, pelaksanaan wawancara

dengan masing-masing informan tidak ditentukan berapa lamanya waktu

yang disesuaikan dengan situasi sampai tujuan penelitian tercapai. Secara

umum pelaksanaannya sebagai berikut : pertama-tama peneliti

memperkenalkan diri, memberikan pengarahan pada informan tentang

tujuan penelitian dan langkah-langkah interview sebagai berikut :

1. Peneliti memberikan pertanyaan kepada informan sesuai dengan

panduan wawancara yang telah dibuat mulai dari topik pertama sampai

dengan topik terakhir.

2. Bila jawaban dirasakan agak melenceng atau keluar dari topik maka

peneliti akan mengarahkan informan sesuai dengan fokus penelitian.

3. Semua hasil wawancara dicatat dengan direkam menggunakan tape

recorder.

c. Jenis data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Stres pada anak jalanan.


2. Koping anak jalanan dalam menghadapi stres.

E. Keabsahan Data

Hasil penelitian kualitatif atau penelitian naturalistik dipandang memenuhi

kriteria jika memiliki kepercayaan tertentu (23). Menurut Lincoln & Guba (1985)

yang dikutip oleh Moleong (1999) dalam bukunya yang berjudul Metodologi

Penelitian Kualitatif bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika

peneliti berpegang pada prinsip atau kriteria yaitu (22) :

a. Credibility

b. Dependability

c. Confirmability

d. Transferability

Prinsip kredibilitas (credibility) berarti apakah kebenaran hasil penelitian

kualitatif dapat dipercaya dalam mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya.

Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti melakukan wawancara secara terus-menerus

hingga mencapai tingkat redundancy.

Prinsip dependabilitas (dependability) berarti apakah hasil penelitian itu

memiliki keandalan atau reliabilitas. Prinsip ini dapat dipenuhi dengan cara

mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan data, dalam menggunakan

konsep dan menggunakan tafsiran atas fenomena.

Prinsip konfirmabilitas (confirmability) bermakna keyakinan atas data

penelitian yang diperoleh.

Prinsip transferabilitas (transferability) mengandung makna apakah hasil


penelitian ini dapat digeneralisasaikan atau diaplikasikan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tringulasi sumber dan teori

untuk menguji kredibilitas data dengan membandingkan persepsi dari sumber satu

dengan pandangan sumber lain serta membandingkannya dengan teori yang

berkaitan (31).

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Dari semua data yang diperoleh selama wawancara yang telah dilakukan

dikumpulkan dan dianalisa dengan menggunakan analisa kualitatif, yaitu

menggunakan cara berpikir induktif yang dalam pengujiannya bertitik tolak dari

data yang telah didapatkan kemudian disimpulkan, dan dilakukan secara terus-

menerus pada setiap tahap penelitian sehingga tuntas (31). Aktivitas dalam analisa

data yaitu, data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (31).

1. Data reduction

Data yang telah diperoleh segera dicatat, diteliti dan dilakukan analisa

melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas.

2. Data display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Dalam mendisplaykan data, maka akan


memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Data yang

ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung lama

dilapangan akan mengalami perkembangan, untuk itu peneliti harus selalu

menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisa data adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak. Kesimpulan merupakan temuan baru berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek.

Pada penelitian ini data akan dianalisa secara manual dengan langkah-

langkah sebagai berikut (22) :

a. Hasil rekaman baik berupa catatan maupun tape recorder diketik secara

lengkap dengan menggunakan komputer lengkap kata demi kata.

b. Hasil ketikan kemudian dilihat secara keseluruhan secara utuh.

c. Peneliti mengkode dengan kartu-kartu yang berisi kata-kata kunci dan

memberikan kategori-kategori untuk mengidentifikasi prevalensi terbanyak

atau prioritas terbesar.

d. Kemudian dibuat skema dengan menghubungkan beberapa kategori yang

menghasilan tema-tema.

e. Bila kartu tidak sesuai dengan kategori maka kartu tersebut dibuang.

f. Membuat kesimpulan dengan menginterpretasikan data yang diperoleh bila

semua data terkumpul.


G. Etika Penelitian (25)

a. Inform Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada calon informan yang akan diteliti

untuk memenuhi kriteria inklusi dengan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Jika informan menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak mereka.

b. Anomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

informan tetapi akan digunakan inisial nama dan kode.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi informan dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

H. Jadwal Penelitian

Proses bimbingan dilaksanakan selama 10 bulan. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2015, dan dilanjutkan pada bulan

Maret-April 2016.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Informan

Tabel 1 menjelaskan tentang karakteristik informan dalam penelitan ini

yaitu, anak jalanan di Kudus tahun 2016. Informan berjumlah 10 orang,

karakteristik informan tersebut terdiri atas inisial informan, jenis kelamin, usia

informan, lama menjadi anak jalanan, alamat keluarga, pendidikan terakhir.

Tabel 1. Karakteristik Informan (anak jalanan) di Kudus tahun 2016

No Inisial Jenis Usia Lama menjadi Daerah melakukan Alamat Pendidikan


Informan Kelamin (th) Anak Jalanan Aktivitas Keluarga Terakhir

1. R L 17 2 sekitar jalan Pahlawan, Temanggung SD Kls VI


Gajah Mungkur (Sudah tidak
(depan hotel Siranda) sekolah)

2. N P 16 5 sekitar jalan Pahlawan, Kudus SMK Kls III


Gajah Mungkur (masih sekolah)
(depan hotel Siranda)

3. I P 13 1,5 sekitar jalan Pahlawan, Kudus SD Kls V


Gajah Mungkur (Sudah tidak
(depan hotel Siranda) sekolah)

4. K P 13 3 sekitar jalan Pahlawan, Kudus SMP Kls I


Gajah Mungkur (masih sekolah)
(depan hotel Siranda)

5. M P 16 5 sekitar jalan Pahlawan, Kudus Tidak


Gajah Mungkur Sekolah
(depan hotel Siranda)

6. S L 13 1,5 Perumahan Tlogosari, Kudus SMU Kls III


Banyumanik, (Sudah tidak
Plamongan sekolah)

7. K L 18 1 Perumahan Klipang, Kudus SMU Kls II


Tlogosari, Palebon, (Sudah tidak
Plamongan sekolah)

No Inisial Jenis Usia Lama menjadi Daerah melakukan Alamat Pendidikan


Informan Kelamin (th) Anak Jalanan Aktivitas Keluarga Terakhir

8. J L 18 1 Perumahan Klipang, Kudus SMP Kls III


Plamongan, (Sudah tidak
sekolah)

9. A P 18 2 Perumahan Klipang, Kudus SMP Kls III


Banyumanik, (Sudah tidak
Simpang Lima sekolah)

10 B L 13 3 Sekitar jalan Pahlawan, Kudus SMU Kls III


Gajah Mungkur (Sudah tidak
(depan hotel Siranda) sekolah)

Keterangan : L : Laki-laki
P : Perempuan

B. Stres Anak Jalanan

1. Respon Maladaptif Anak Jalanan

Tabel 2. Respon Maladaptif Anak Jalanan


Isi Kategori Tema
Pengennya menyendiri Respon pasif pada Respon maladaptif
Pikiran kosong lingkungan anak jalanan
Males apa-apa
Merasa tertekan
Merasa sepi
Aku cuma meneng wae

Ingin nganu (memukul) teman Agresif


Jengkel sama teman
Cek-cok dengan teman
Benci
Marah sama teman
Omongane rusak
Sesuai dengan karakteristik informan, dari sepuluh informan

memberikan pendapat secara berbeda-beda, namun pada intinya sama. Mereka

menyatakan inginnya menyendiri, pikran kosong, malas untuk melakukan apa-

apa, merasa tertekan, merasa sepi yang dikategorikan dalam respon pasif pada

lingkungan, sedangkan respon agresif yang dialami oleh informan seperti ingin

memukul temannya, marah dengan temannya, cek-cok dengan teman, jengkel

dan benci dengan teman, bicaranya yang kasar. Sebagaimana kutipan

pernyataan informan sebagai berikut :

“Kalau stres sih merasa bingung, tertekan, merasa sepi, itu mbak yang saya
rasakan”
“Nek pas stres gampang marah, kalau sudah seperti itu saya njotos teman
mbak”
(informan 1)

“Stres itu jengkel, inginnya nangis, inginnya nganu (memukul) temennya..”


(informan 4)

“Pas stres gitu seringnya males apa-apa mbak”


(informan 5)

“Stres itu pikiran resah, bingung, pengennya menyendiri...”

(informan 8)

“...nek pas stres paling aku cuman meneng wae dewekan”


(informan 9)

2. Respon Fisiologis Anak Jalanan

Tabel 3. Respon Fisiologis Anak Jalanan


Isi Kategori Tema
Pusing Keluhan Fisik Respon fisiologis anak
Sirahe senut-senut jalanan
Panas dingin
Kedinginan
Keringatan terus
Perut tidak enak
Makannya berkurang

Respon fisiologis yang dialami oleh anak jalanan disaat mereka dalam

keadaan stres berupa keluhan-keluhan fisik. Keluhan fisik yang paling sering

dirasakan oleh anak jalanan adalah pusing, selain itu ada beberapa diantara

mereka merasakan panas dingin, kedinginan, keluar keringat terus, perut merasa

tidak enak, makannya berkurang. Sebagaimana kutipan pernyataan informan

sebagai berikut :

“Bingung karena memikirkan sesuatu didalam kepala, kalau sudah seperti


itu kepala saya terasa pusing”
(informan 2)

“Pikirane bingung, lha nek wis bingung, kepala jadi pusing, rasane sirahe
senut-senut”
(informan 9)

“Nek stres yo panas dingin to mbak, keringatan panas trus kedinginan...”


(informan 10)

3. Respon Psikologis Anak Jalanan

Tabel 4. Respon Psikologis Anak Jalanan


Isi Kategori Tema
Kuatir Cemas Respon Psikologis
Takut Anak Jalanan
Bingung
Bimbang
Pengen nangis
Ndak tahu apa yang saya Gangguan Kognitif
lakukan

Rak ngerti aku kudu pie, kudu


ngapa

Pikirane rak iso konsen

Respon psikologis yang dialami informan disaat mereka stres yaitu

cemas, dan gangguan kognitif. Kecemasan seperti, kuatir, takut, bingung,

bimbang, ingin menangis, sedangkan gangguan kognitif yang dialami

informan seperti, tidak tahu apa yang akan dilakukan, pikiran yang tidak bisa

berkonsentrasi. Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“Ya saya ndak tahu apa yang saya lakukan soalnya rasanya pikirannya
penuh”
(informan 1)

“Yang saya rasakan saat stres itu kuatir, cemas, takut, takutnya kalau
dimarahin guru, ndak bisa bayar SPP, bingung mbak saya”
(informan 2)

“...kadang rak ngerti aku kudu ngapa, kudu pie”


(informan 9)

4. Kesulitan Ekonomi Sebagai Sumber Stres Anak Jalanan

Tabel 5. Kesulitan Ekonomi Sebagai Sumber Stres Anak Jalanan


Isi Kategori Tema
Ngamennya dapetnya Masalah Keuangan Kesulitan ekonomi
sedikit sebagai sumber stres
anak jalanan
Ya sing dapet uange
sitik tok, adikku kudu
mbayar sekolah

Gara-gara ndak dapet


uang, buat makan
sekeluarga bingung

Pas lagi ndak punya


uang kita bingung

Mbayar kontrakkan

Masalah paling sering menjadi sumber stres anak jalanan adalah

masalah yang bersumber dari perekonomian yaitu masalah keuangan. Informan

menyatakan stres disaat mereka mendapatkan uang yang sedikit dari hasil

mengamen, terlebih lagi mereka juga membutuhkan uang untuk membayar uang

sekolah adiknya, makan sekeluarga, untuk membayar sewa rumah.

Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“...pengen (ingin) pulang ndak ada uang, soalnya kalau pulang mesti (pasti)
dimintai uang sama ibu”
(informan 1)

“Masalah keluarga itu kalau mau mbayar kontrakkan itu lho mbak...”
(informan 5)

“Ya gara-gara ndak dapet uang, kalau buat makan sekeluarga bungung”
(informan 7)

“Ya masalahnya cewek, misalnya janjian sama cewek ndak punya uang...”
(informan 8)

5. Keluarga Sebagai Sumber Stres Anak Jalanan


Tabel 6. Broken Home Sebagai Sumber Stres Anak Jalanan
Isi Kategori Tema
Orang tua meninggal Kehilangan/berpisah dengan Broken Home
Orang tua cerai/pisah orang tua sebagai sumber
stres anak
Jengkel kadang ibu ngomel Pertengkaran di keluarga jalanan
pas bapak ngrokok, trus ibu
sama bapak marahan

Bapak, ibu tukaran

Kakak sama Bapak


berantem

Broken home merupakan salah satu permasalahan yang menjadi sumber

stres informan, dimana orang tua yang meninggal, orang tua yang cerai, serta

pertengkaran diantara anggota keluarga, yang terjadi karena difungsional

komunikasi diantara anggota keluarga. Alasan inilah yang menyebabkan mereka

turun ke jalan, dan menjadi anak jalanan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“Ya karena ibu sama ayah saya pisah, ya saya mencari uang buat ibu saya”
(informan 1)

“Stres saya ya masalah keluarga mbak, dari kecil sampek dewasa hidup saya
susah terus mbak, orang tuaku meninggal...”
(informan 5)

“Stres jengkel kadang ibu ngomel pas bapak ngrokok trus biasanya ibu sama
bapak marahan mbak”
(informan 3)

“ Ya kadang-kadang berantem mbak, kakak pertama saya sama bapak,


biasanya itu masalah sepele, masalah umbah-umbah ibue orak gelem, trus
ditampek karo bapak, ibue ngundangke mase, trus tukaran, kuwi sempet
membuat stres mbak...”.
(Informan 10)
6. Lingkungan Sebagai Sumber Stres Anak Jalanan

Tabel 7. Lingkungan Sebagai Sumber Stres Anak Jalanan

Isi Kategori Tema


Dimarahi guru Sekolah Lingkungan sebagai
Diceramahin guru sumber stres anak
jalanan
Duit dijaluki koncoku Teman
Diputusin cewek
Teman membuat salah
Diusir sesama teman
pengamen lain
Dikompasin sesama pengamen

Diusir polisi Petugas keamanan


Dusir Satpam
Ditangkap Polisi

Stres anak jalanan dapat juga datang dari lingkungan mereka seperti

sekolah (guru), teman (laki-laki/perempuan sesama anak jalanan), dan petugas

keamanan (satpam, polisi). Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai

berikut :

“Bayar uang SPP, uang gedung, kalau ndak mbayarkan dipanggil guru,
dimarahi guru, yang membuat saya stres itu”
(informan 2)

“Ya stres saya itu intinya satu diputusin cewek...”


(informan 6)

“...ngamen diusiri kana-kene, ya kadang diusir polisi, satpam, duit dijaluki


karo konco, wah nek pas kuwi sirahku ngelu banget banget mbak, stres aku”
(informan 9)

“Stresnya itu kalau ditangkap sama polisi Pamong Praja itu lho mbak,
diperingatkan tidak boleh ngamen lagi, dimarah-marahin sama teman, ndak
mbuat PR trus dimarahin sama guru”
(informan 10)
C. Koping Anak Jalanan Ketika Menghadapi Stres

Tabel 8. NAPZA Sebagai Koping Maladaptif Anak Jalanan

Isi Kategori Tema


Merokok NAPZA NAPZA sebagai koping
Minum-minuman maladaptif anak jalanan
keras
Ngepil

NAPZA merupakan salah satu koping maladaptif yang dilakukan anak


jalanan disaat stres seperti : merokok, minum-munuman keras, ngepil,
sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“...kalau pas punya uang kadang beli minuman, mabuk”


(informan 1)

“...kadang saya minum, mabuk-mabukan, merokok...malah kadang ngepil”


(informan 5)

“...cara mengatasinya saya merenung sambil merokok mbak...”


(informan 6)

Tabel 9. Koping Adaptif Anak Jalanan

Isi Kategori Tema


Cerita dengan teman Sharing Koping Adaptif
Curhat sama teman Anak Jalanan
Ngomong sama orang tua
Cerita sama kakak

Merenung Introspeksi
Menyendiri sebentar
Ngamen kenceng Ngamen
Ngamen terus
Ngamen ditempat lain
Menghibur diri lewat lagu yang
kita nyanyikan waktu ngamen.

Pergi ke taman Jalan-jalan


Pergi ke mall

Gitaran sama teman Kumpul dengan teman


Main kartu sama teman
Pergi kemana aja dengan teman

Nonton TV Hobby
Ndegerin musik
Membeli dan mengisi TTS

Koping adaptif yang dilakukan anak jalanan disaat stres diantaranya

sharing, introspeksi, jalan-jalan, kumpul dengan teman, melakukan kegiatan yang

merupakan hobby mereka. Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai

berikut :

“BeliTTS dan ngisi TTS, kalau ada teman yang datang ya pergi sama teman
kemana aja agar stresnya hilang, kalau ada yang mbuat jengkel ya marah,
diem aja dirumah nglakuin kegiatan apa saja yang bisa membuat stres hilang,
misal bersih-bersih, denger musik atau bantu-bantu. Ya berdoa aja, kalau
berdoa dengan sungguh yakin aja pada Tuhan...”
(informan 2)

“Kalau stres saya ngamen kenceng mbak”


(informan 3)

“Ya yang saya lakukan mencoba menghibur diri lah mbak lewat lagu yang
kita nyanyikan dalam mencari uang”
(informan 6)

“Ya aku cuma meneng wae mbak, aku coba ngamen ditempat sing aku
durung pernah ngamen, apa main kartu ning pinggir ndalan karo koncoku,
malah kadang ngamen terus mbak, benstresku ilang”
(informan 9)
D. Sumber Koping Anak Jalanan

Tabel 10. Dukungan Sosial Sebagai Sumber Koping Anak Jalanan

Isi Kategori Tema


Teman, sahabat sebagai tempat Teman Dukungan sosial sebagai
curhat. sumber koping anak
jalanan
Teman memberi pinjaman

Ibu memberi saran, nasehat Orang tua

Orang tua, nenek sebagai tujuan


terakhir disaat mereka tidak punya
uang.

Tabel 11. Dorongan/Motivasi Sebagai Sumber Koping Anak Jalanan

Isi Kategori Tema


Ngamen itu kan dorongan Dorongan/motivasi Dorongan/motivasi
sendiri. sebagai sumber
kopng anak
Membantu orang tua jalanan

Kalau saya tidak ngamen


nanti ndak bisa makan.

Kalau tidak ngamen tidak


bisa mbayar sekolah adik.

Sumber koping merupakan dukungan yang digunakan atau diperoleh


seseorang untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Dari hasil wawancara dengan

informan didapatkan bahwa disaat mereka mempunyai masalah, biasanya

mereka meminta bantuan kepada teman, sahabat, orang tua. Sebagaimana

kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“Teman-teman saya mbak, teman seprofesi saya, sama ibu sendiri sering
mbak, sampai pulangnya kalau ada apa-apa sering ngomong, minta sarannya
biar ndak stres’.
“Ya teman ngasih pendapat yang baik mbak, kalau saya butuh uang juga
pinjam sama teman, mereka juga ngasih pinjaman”.
(informan 7)

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Informan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak jalanan berusia di

bawah 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian anak jalanan menurut teori

yaitu seseorang yang berumur di bawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian

atau seluruh waktunya dijalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna

mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya (8). Umur termuda


ketika anak pertama kali turun ke jalanan adalah 6 tahun yang dialami oleh satu

orang informan. Tingkat pendidikan anak jalanan 80 % mengalami putus sekolah.

Sedangkan anak jalanan yang masih bersekolah, minimal pada tingkat sekolah

dasar.

Ciri anak jalanan berdasarkan pengamatan peneliti didapatkan sesuai

dengan laporan penataan anak jalanan oleh Depsos tahun 1997 yang dibedakan

menjadi ciri-ciri fisik seperti warna kulit kusam, rambut kemerahan,

kebanyakkan berbadan kurus, pakaian tidak terurus, dan ciri-ciri psikologis

seperti mobilitas tinggi, penuh curiga, berwatak kasar, semangat hidup tinggi,

berani menanggung resiko, dan mandiri. Hal ini tampak saat pertama kali peneliti

mengunjungi mereka untuk mendata, mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang menunjukan kecurigaannya. Sebagaimana kutipan pernyataan informan

sebagai berikut :

“Buat apa to mbak wawancaranya ? Saya ndak usah direkam mbak, nanti
semua orang tahu, trus nanti hasil rekamannya dicetak disurat kabar ndak?

Berwatak kasar terlihat saat informan diwawancarai, ketika seorang teman

bertanya dengan maksud bercanda informan tersebut melontarkan kata-kata yang

kasar, dan dengan nada yang kasar, bahkan terlihat saat informan merasa kesal

dengan temannya, informan sempat main tangan terhadap temannya, atau

memukul atau menendang sesuatu yang ada disekitarnya. Mobilisasi tinggi juga

merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh anak jalanan, dimana mereka sering

kali berpindah tempat untuk mengamen jika dirasa mereka jenuh, dan

membutuhkan uang lebih.


Alasan utama mereka pergi ke jalanan adalah untuk membantu orang tua

mencukupi kebutuhan, karena kondisi ekonomi mereka yang lemah, hal ini

sesuai dengan pendapat banyak pihak yang menyatakan bahwa faktor utama

penyebab munculnya anak jalanan adalah kemiskinan (8). Kondisi demikian

memaksakan orang tua untuk memprioritaskan pengeluaran belanja untuk hal-hal

yang dapat langsung mempertahankan hidup saja. Orang tua yang hidup seperti

ini lalu menganjurkan anaknya menjadi anak jalanan, selain anakpun mempunyai

kemauan itu, sekalipun barangkali terpaksa mereka lakukan. Anak jalanan dari

kondisi keluarga yang kurang mampu sangat ingin mempunyai penghasilan,

apapun jenis pekerjaannya sekalipun jumlah yang mereka peroleh tidak menentu.

Ini tuntutan yang sangat logis, karena ketrampilan teknis tertentu yang senantiasa

dituntut dalam bidang pekerjaan tidak dimiliki anak jalanan. Bagi anak jalanan

pekerjaan ini tidak hina juga bukan pekerjaan kasar. Sebagaimana kutipan

pernyataan informan sebagai berikut :

“Yang penting kita mencari uang ndak dijalan yang salah, yang penting halal”

(informan 5)

Ada informan yang mengatakan karena orang tua mereka yang tidak

mampu, sehingga mereka ingin membantu orang tuanya, orang tua yang kena

PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) hingga menganggur tidak bekerja lagi, untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, untuk membayar sekolah. Selain itu ada beberapa

alasan sosial yang mereka ungkapkan seperti tidak adanya pekerjaan lagi yang

mereka lakukan sehingga mereka memilih mencari nafkah dengan jalan

mengamen, hal ini disebabkan karena lulusan pendidikan mereka yang rendah,
ada juga mengatakan ingin kumpul dengan teman-teman mereka, mengisi waktu

luang daripada menganggur mereka mengamen untuk mendapatkan uang.

“Cari uang buat tambahan makan keluarga, dan karena tidak ada pekerjaan
lagi, daripada menganggur ya saya ngamen”
(informan 9)

Bahkan ada juga yang mengatakan mereka mengamen untuk mengolah

vokal, hal ini disebabkan karena awalnya mereka mengamen karena ikut-ikutan

temannya, dan sebelum mereka putus sekolah mereka sempat membentuk band.

“Ya intinya saya ngamen itu cuman pengen ngolah vokal, dulu waktu saya
SMP kan sempat pernah mbuat band, trus karena saya ndak bisa melanjutkan
sekolah ya saya ngamen sambil ngolah vokal saya”
(informan 8)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, selain faktor utama

kemiskinan ada faktor lain yang mendorong mereka pergi ke jalanan yaitu karena

pengaruh teman. Pada awalnya mereka hanya ikut-ikutan temannya mengamen

untuk mengisi waktu luang, lama kelamaan mereka mulai tertarik karena dengan

mengamen mereka merasa bisa mendapatkan uang sendiri. Namun kebanyakkan

dari mereka mengamen karena memang mereka membutuhkan uang untuk

makan dan membantu orang tuanya.

Anak jalanan yang lahir dari berbagai unsur tersebut menyandang berbagai

predikat seperti penjual koran, majalah, penjaja makanan/minuman ringan,

penjaja rokok, permen, tisu, penyemir sepatu, pengamen, pembawa belanjaan ibu

rumah tangga, penyewa payung bahkan sebagai pengatur jalanan yang macet (8).

Berdasarkan pengamatan peneliti, banyak anak jalanan yang berprofesi sebagai

pengamen, yang mereka lakukan dengan alat yang seadanya. Anak jalanan yang
menjadi pengamen umumnya tidak lagi bersekolah, jadi mereka bekerja purna

waktu dengan melakukan kegiatannya dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00.

Banyak anak jalanan yang berstatus siswa memandang aktivitasnya di jalan

sebagai pekerjaan sambilan atau “nyambi” mencari uang pada sela-sela waktu

saat mereka tidak bersekolah. Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai

berikut :

“Saya mulainya jam 8 pagi sampai jam 10 malam, kalau capek ya istirahat
mbak”
(informan 1)

“Saya ngamen pulang sekolah sampek jam 8, jam 9, kadang jam 10 malem...”
(informan 3)

Sedangkan kegiatan-kegiatan sambilan yang dilakukan anak jalanan adalah

menjual koran, menjual minuman, menjual es, menjual makanan kecil,

membantu mencari penumpang. Kegiatan sambilan yang mereka lakukan ini

untuk menambah penghasilan utama mereka dari mengamen, dan itu dilakukan

jika ditempat mereka mengamen ada orang yang meminta mereka membantunya.

Semua kegiatan anak jalanan tersebut dilakukan oleh mereka karena termotivasi

hanya untuk memperoleh penghasilan sendiri, apa yang mereka lakukan

sebenarnya merupakan upaya mencari nafkah. Hal ini terkait dengan latar

belakang mereka hingga menjadi anak jalanan seperti sekarang ini.

B. Stres Anak Jalanan

1. Respon Maladaptif Anak Jalanan

Respon maladaptif merupakan suatu respon yang tidak dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan situasi dalam hal ini keadaan stres
dengan tingkat kecemasan yang berat dan panik, di mana setiap orang yang

mengalaminya tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan,

dengan panik akan terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang,

kehilangan pemikiran yang rasional (37).

Stres terjadi jika dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan

sebagai hal yang mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya (11). Respon

maladaptif merupakan reaksi terhadap situasi stres, diantaranya kemarahan,

yang mungkin menyebabkan agresi/merusak (11). Agresi langsung terhadap

sumber stres tidak selalu dimungkinkan atau tidak selalu bijaksana. Kadang

sumber stres tidak jelas dan tidak dapat diraba. Orang tidak tahu apa yang

dapat diserang tetapi merasa marah dan mencari objek yang dapat

melampiaskan perasaan mereka.

Berdasarkan pernyataan beberapa informan, disaat stres, perasaan

mereka sangat sensitif dimana mereka seringkali marah, ingin memukul

temannya, tidak dapat mengendalikan pembicaraannya hingga pembicaraan

yang keluar selalu kata-kata kotor yang ditujukan untuk memaki-maki baik itu

orang atau benda yang ada disekitarnya, hal itu dilakukan oleh mereka untuk

melampiaskan perasaan mereka.

Menurut teori psikoanalitik Freud, banyak dari tindakan kita ditentukan

oleh naluri (instink), jika ekspresi naluri tersebut tidak terpuaskan dorongan

agresi dibangkitkan untuk menghancurkan penghalang orang atau benda yang

menyebabkan frustasi. Hal ini tampak disaat salah seorang informan sedang

menjajakan dagangannya, informan menyatakan marah karena merasa


temannya merebut pembeli yang ingin membeli dagangannya. Sebagaimana

kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“...kalau jualan gitu mbak, mo dibeli ujuk-ujuk temenku mlayuni, ya aku


nesu to mbak, wong arep tuku nggonku malah diplayoni mbek de-e”
(informan 5)

Walaupun respon umum terhadap stres adalah agresi aktif yang bersifat

merusak, respon kebalikannya yaitu apati atau respon pasif pada lingkungan

seperti : inginnya menyendiri, merasa sepi, merasa tertekan. Teori

ketidakberdayaan yang dipelajari menjelaskan bagaimana pengalaman atau

peristiwa yang tidak mengenakkan dan tidak dapat dikendalikan dapat

menyebabkan apati. Contoh peristiwa yang tidak dapat dikendalikan dari

informan diantaranya perceraian orang tua, orang tua meninggal, hal inilah

yang menjadi salah satu sumber stres bagi informan, karena mereka harus

membantu keluarganya untuk memenuhi kebutuhan. Sebagaimana pernyataan

informan sebagai berikut :

“Ya karena ibu saya sama ayah saya pisah, ya saya mencari uang buat ibu
saya”
“Kalau ndak dapet uang bingung makan apa mbak, trus biasanya saya
menyendiri”
(informan 7)

“Orang tua saya meninggal mbak, kalau ndak ngamen mau makan apa?”.
“Ya kalau ngamen ndak dapat uang mbak”
(informan 5)

2. Respon Fisiologis Anak Jalanan

Dengan stres yang berkepanjangan, mekanisme tubuh dilengkapi untuk

mempertahankan tubuh, tetapi akibatnya adalah apa yang dimanifestasikan

dengan melemahnya
“Bingung resisten terhadap
karena memikirkan penyakit
sesuatu didalam dan kalau
kepala, infeksi.sudah
Polaseperti
respon
itu kepala saya terasa pusing”
(informan 2)

“Nek stres yo panas dingin to mbak, keringatan trus kedinginan...”


(informan 10)
fisiologis ini timbul tanpa memandang sumber stres contohnya kedinginan

hebat, penyakit dan konflik emosional (11). Selama jangka waktu tertentu,

kemampuan untuk bereaksi terhadap stres dalam keadaan ini mengorbankan

tubuh yaitu sistem individu berangsur-angsur menjadi kehabisan tenaga,

mengakibatkan kerentanan terhadap penyakit meningkat dan penurunan

resistensi stres itu sendiri. Hal ini juga dialami oleh informan disaat mereka

dalam keadaan stres, informan mengalami keluhan-keluhan fisik seperti :

pusing, kedinginan, perut merasa tidak enak. Sebagaimana kutipan pernyataan

informan sebagai berikut :

3. Respon Psikologis Anak Jalanan

Situasi stres menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan

(jika peristiwa menuntut tapi dapat ditangani) sampai emosi kecemasan,

kemarahan, kekecewaan dan depresi. Jika situasi stres terjadi, emosi kita

mungkin berpindah bolak-balik diantara emosi-emosi tersebut, tergantung pada

keberhasilan kita menyelesaikannya. Respon yang paling umum terhadap

stresor adalah kecemasan, kita mengartikan kecemasan sebagai emosi tidak

menyenangkan yang ditandai oleh istilah seperti : kuatir, prihatin, tegang, takut

yang dialami oleh semua manusia dengan derajat yang berbeda-beda.

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya,
keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan ini dialami

oleh informan disaat mereka menghadapi stres, karena kehidupan mereka yang

penuh dengan ketidakpastian, terlebih lagi masalah keuangan yang menjadi

sumber stres utama mereka. Penghasilan mereka yang tidak dapat dipastikan,

bahkan terkadang penghasilan mereka yang tidak mencukupi untuk makan

sehari.

“Kuatir, cemas, takut, kalau dimarahin ndak bisa bayar SPP, nanti dipanggil
guru trus diceramahin“.
(informan 2)

Selain reaksi emosional, orang seringkali menunjukkan gangguan

kognitif jika berhadapan dengan stresor yang serius. Mereka merasa sulit

berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran mereka secara logis. Sebagai

akibatnya, kemampuan mereka melakukan pekerjaan cenderung memburuk.

Demikian juga dengan informan, informan menyatakan tidak bisa konsentrasi,

tidak tahu apa yang akan dilakukannya, sehingga hal itu berdampak pada

pekerjaan mereka, dimana mereka malas untuk melakukan aktivitas apapun

termasuk mengamen. Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai

berikut :

“Ya saya ndak tau apa yang saya lakukan, soalnya rasanya pikirannya
penuh mbak...”
(informan 1)

“Stres itu pikirane bingung, pikirane kosong, rasane males napa-napa”.


(informan 9)
C. Sumber Stres Anak Jalanan

Stres adalah kondisi respon sistem manusia yang mempunyai efek positif

dan negatif terhadap perubahan lingkungan yang diterima sebagai tantangan,

ancaman, atau bahaya dan mempengaruhi seluruh dimensi manusia baik fisik

emosi, intelektual, sosial dan spiritual (15).

Menurut Sarafino (1990) sumber-sumber yang menjadi penyebab stres

yaitu : sumber stres dalam diri seseorang, sumber stres dalam keluarga, sumber

stres didalam komunitas dan lingkungan. Karena manusia hidup selalu

berhubungan dengan dirinya sendiri, lingkungan dan komunitasnya. Apabila

seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik berupa

tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stres. Stres

bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan sendiri tidak dipenuhi. Yang menjadi

keinginan dan kebutuhan anak jalanan adalah masalah uang yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, disaat mereka mendapatkan penghasilan

yang sedikit mereka merasa bingung, terlebih lagi bagi mereka yang menjadi

tumpuan hidup keluarganya.

1. Kesulitan Ekonomi sebagai Sumber Stres Anak Jalanan

Depsos RI menjelaskan beberapa faktor yang menjadi penyebab

permasalahan anak jalanan berkaitan dengan kondisi-kondisi rendahnya

tingkat kemampuan ekonomi keluarga yang mengakibatkan tidak mampunya

keluarga memenuhi kebutuhan anak, hingga anak tersebut harus turun ke

jalan mencari uang. Keadaan ini sangat meningkat saat Indonesia mengalami

krisis moneter. Dimana banyak pekerja-pekerja di berhentikan, sehingga

orang tua mereka harus menganggur, dan hal ini berdampak pada
perekonomian keluarganya, hingga pada akhirnya pendidikan anak

dikesampingkan, mencari uang untuk makan itulah yang diutamakan oleh

mereka.

Banyak informan yang harus putus sekolah karena orang tua mereka

yang tidak mampu, atau karena orang tua yang meninggal, dan mereka harus

mencari uang untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. Sehingga

disaat mereka mendapatkan uang yang sedikit dari hasil mengamen, mereka

selalu mengeluh pusing, bingung yang merupakan salah satu respon stres.

Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“Stresnya sih kalau pas ngamennya sepi , trus pengen pulang ndak ada
uang”
(informan 1)

“Ngamen ndak dapet uang, bingung buat makan sekeluarga”


(informan 7)

“E...ya sing pertama sih dapet uangnya sedikit, adikku kudu mbayar
sekolah, wah nek pas kuwi sirahku ngelu banget mbak”
(informan 9)

2. Keluarga sebagai Sumber Stres Anak Jalanan

Keluarga merupakan sebuah unit dasar yang dibentuk dari masyarakat,

oleh karena itu keluarga merupakan lembaga sosial yang paling menonjol

terhadap anggotanya. Unit dasar ini memiliki pengaruh kuat terhadap


perkembangan seorang individu yang dapat menentukan berhasil tidaknya

kehidupan individu tersebut (36).

Hubungan interpersonal dalam keluarga, keutuhan keluarga, perhatian

orang tua, serta nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluarga akan

mempengaruhi anggota keluarga (28). Didalam keluarga sangat dibutuhkan

komunikasi, dimana komunikasi merupakan suatu proses simbolik,

transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam

keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara, beberapa informan menyatakan

hubungan diantara anggota keluarganya tidak harmonis, dimana sering terjadi

pertengkaran diantara anggota keluarga hanya karena masalah yang kecil

sekalipun. Hal tersebut dikarenakan komunikasi diantara anggota keluarga

tidak berfungsi dengan baik, sehingga tidak tercipta suatu pengertian dalam

keluarga. Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“ Ya kadang-kadang berantem mbak, kakak pertama saya sama bapak,


biasanya itu masalah sepele, masalah umbah-umbah ibue orak gelem, trus
ditampek karo bapak, ibue ngundangke mase, trus tukaran, kuwi sempet
membuat stres mbak...”
(Informan 10)

Selain itu, salah satu kategori peristiwa yang dirasakan sebagai stres

yaitu : peristiwa yang tidak dapat dikendalikan. Semakin suatu peristiwa

tampaknya tidak dapat dikendalikan, semakin besar kemungkinannya

dianggap stres. Peristiwa besar yang tidak dapat dikendalikan antara lain

kematian orang yang dicintai, hal ini juga dialami oleh beberapa informan

dimana mereka kehilangan orang tuanya karena meninggal, berpisah dengan


anggota keluarganya. Salah satu alasan peristiwa yang tidak dapat

dikendalikan itu menyebabkan stres adalah karena jika kita tidak dapat

mengendalikannya, kita tidak dapat mencegahnya terjadi.

“Stres saya ya masalah keluarga mbak...dari kecil sampai sekarang hidup


saya susah terus mbak, orang tuaku meninggal, kakakku ndak tahu
dimana”
(informan 5)

3. Lingkungan sebagai Sumber Stres Anak Jalanan

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan

manusia lain, dalam hal ini berkaitan dengan lingkungan dimana manusia itu

melakukan aktivitasnya. Lingkungan juga mampu mempengaruhi perilaku

seseorang. Lingkungan yang mempengaruhi informan berasal dari

lingkungan sekolah mereka, teman, dan petugas keamanan yang berkaitan

dengan aktivitasnya, di jalanan. Sebagaimana kutipan pernyataan informan

sebagai berikut :

“...ngamen diusiri kana-kene, ya kadang diusir polisi, satpam, duit


dijaluki karo konco, wah nek pas kuwi sirahku ngelu banget mbak, stres
aku”
(informan 9)

D. Koping Anak Jalanan Menghadapi Stres

Menurut Hoerdjan (1987) yang dikutip oleh Sunaryo (2004), adaptasi

adalah mekanisme penyesuaian diri yang merupakan usaha atau perilaku yang

tujuannya mengatasi kesulitan (28). Seseorang yang mampu beradaptasi dengan

lingkungan secara positif akan menimbulkan respon afektif yang positif pula, dan

biasanya dorongan-dorongan positif yang muncul dari dirinya sendiri, misal


karena ngamen itu dorongan sendiri, mereka mempunyai tujuan positif dari apa

yang mereka lakukan. Koping adalah managemen stres yang dilalui oleh manusia

dan emosi secara umum, koping dapat dihubungkan dengan

lingkungan/seseorang/sesuatu dan perasaan terhadap stres (16). Berdasarkan hasil

wawancara dengan informan, koping yang mereka lakukan dapat dikelompokkan

menjadi koping adaptif dan koping maladaptif.

Koping maladaptif diantaranya merokok, minum-minuman keras, ngepil,

yang dikategorikan NAPZA. Menurut informan, koping maladaptif tersebut

dilakukan untuk menyelesaikan masalah mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat

Huijben yang dikutip oleh Shalahuddin (2000) yang menjelaskan bahwa hal yang

mendorong anak jalanan mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman

keras yaitu anggapan terselesaikannya masalah yang dihadapinya. Penggunaan

NAPZA oleh informan merupakan tahap pemakaian situasional yaitu pemakaian

pada saat mengalami keadaan tertentu, seperti ketegangan, sedih, kecewa yang

menjadi respon stres dan digunakan dengan maksud menghilangkan perasaan

tersebut. Sebagaimana kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“...kadang saya minum, mabuk-mabukan, merokok...malah kadang ngepil”


(informan 5)

Sedangkan koping adaptif anak jalanan diantaranya adalah sharing,

introspeksi, ngamen, jalan-jalan, kumpul dengan teman, hobby. Koping adaptif

yang sering pertama kali informan lakukan adalah sharing, karena dengan sharing

mereka bisa menceritakan semua masalah yang dihadapinya, dan biasanya

mereka mendapatkan masukkan yang dapat meringankan beban pikiran mereka.


E. Sumber Koping Anak Jalanan

1. Dukungan Sosial Anak Jalanan

Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

bantuan orang lain. Kebutuhan fisik, kebutuhan sosial, kebutuhan psikis

termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan

orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah baik berat

maupun ringan. Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan

sosial dari orang-orang disekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai,

diperhatikan dan dicintai (29). Dukungan sosial didefinisikan oleh Gottlieb

(1983) yang dikutip oleh Kuntjoro (2000) sebagai informasi verbal atau non

verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-

orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau berupa

kehadiran dan hal-hal yang dapat memberi keuntungan emosional atau

berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (29). Sumber-sumber dukungan

sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. Demikian juga

dengan informan, disaat mereka mempunyai masalah yang berat mereka

memperoleh bantuan dukungan dari keluarga, teman, sahabat. Dukungan yang

mereka dapatkan berupa saran, nasehat yang mampu memberikan keuntungan

emosional yaitu rasa nyaman dan aman bagi diri mereka. Dukungan lain yang

mereka peroleh yaitu berupa materi misalnya bantuan uang atau pinjaman

yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebagaimana

kutipan pernyataan informan sebagai berikut :

“Teman-teman saya mbak, teman seprofesi saya, sama ibu sendiri sering
mbak, sampai pulangnya kalau ada apa-apa sering ngomong, minta
sarannya biar ndak stres”
(informan 7)

“...nek rak crita karo konco cedakku, paling memberi saran, pendapat...”
“...nek pas kepepet ya minta tolong orang tua, nek pas kasihan ndak punya
uang yo pinjem temen”
(informan 9)
2. Dorongan atau Motivasi

Motivasi diartikan sebagai kondisi (kekuatan atau dorongan) yang

menggerakkan organisme (individu) untuk mencapai suatu tujuan atau dengan

kata lain motivasi itu menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar

individu itu berbuat, bertindak atau bertingkah laku (30). Kegiatan mengamen

yang dilakukan anak jalanan merupakan motivasi sebagian besar informan

untuk mencari nafkah, terlebih lagi bagi informan yang menjadi tulang

punggung keluarga.

“Ya karena saya mencari uang untuk membantu orang tua saya, ya jadi
saya ndak sedih”.
“...kalau ndak ngamen, ndak bisa makan”
(informan 7)
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar anak jalanan pernah mengalami stres, meskipun mereka tidak

dapat mengartikan stres itu sendiri, namun mereka dapat merasakan dan

mengalami tanda-tanda stres tersebut, yang meliputi respon fisiologis,

psikologis dan respon maladaptif. Respon fisiologis yang paling sering dialami

oleh anak jalanan adalah sakit kepala, sedangkan kecemasan merupakan

respon psikologis yang paling sering dialami oleh anak jalanan.


2. Sumber stres anak jalanan berasal dari ekonomi, keluarga dan lingkungan.

Masalah ekonomi merupakan sumber stres utama anak jalanan karena hal itu

berhubungan dengan penghasilan anak jalanan yang tidak menentu setiap

harinya, selain itu kehidupan keluarga yang broken home juga merupakan

salah satu sumber stres anak jalanan.

3. Kebiasaan anak jalanan disaat mereka stres atau hal-hal yang dilakukan anak

jalanan disaat mereka stres dapat disebut sebagai koping, yang meliputi

koping adaptif dan koping maladaptif. Cerita dengan teman, sahabat

merupakan koping adaptif yang sering dilakukan anak jalanan disaat mereka

stres, sedangkan koping maladaptif yang sering dilakukan anak jalanan laki-

laki adalah merokok.

4. Sumber koping yang digunakan anak jalanan disaat mereka mengalami stres

berasal dari dukungan sosial seperti orang tua, teman sahabat dan juga berasal

dari dorongan dan motivasi diri sendiri. Dukungan sosial yang sering mereka

dapatkan biasanya berupa pendapat atau saran yang bisa membuat mereka

merasa nyaman, sedangkan mendapatkan uang guna mencukupi kebutuhan dan

membantu orang tua merupakan dorongan atau motivasi dari diri sendiri.

B. Saran

1. Tenaga Kesehatan

Sebagai tenaga kesehatan diharapkan memberikan pendidikan kesehatan kepada

anak jalanan dan keluarga mengenai stres serta koping yang tepat dalam

mengahadapi stres.

2. Anak Jalanan dan Keluarga


Keluarga sebagai orang terdekat anak jalanan, sebaiknya selalu menjadi

pendamping dalam kehidupan sehari-hari, terlebih disaat anak mengalami

masalah, sehingga keluarga dapat mengenali lebih cepat tanda-tanda stres pada

anak. Sedangkan untuk anak jalanan berusaha untuk meningkatkan kemampuan

pertahanan diri yang baik, sehingga dapat beradaptasi terhadap stres dengan

baik pula.

3. Peneliti Lain

Peneliti diharapkan mampu mengapresiasikan hasil penelitiannya dengan

menggali masalah yang ada, sehingga masalah tersebut dapat cepat dikenali dan

diselesaikan.

4. Lingkungan

Lingkungan diharapkan mampu menerima anak jalanan, dan jangan

memandang mereka sebagai sampah masyarakat, namun pandanglah mereka

sebagai manusia yang membutuhkan dukungan dan bantuan dari kita semua.

5. Pemerintah

Bagi pemerintah, lebih meningkatkan bantuan pendidikan anak jalanan dengan

memberikan bantuan beasiswa, orang tua asuh, karena sebagian besardari

mereka masih berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Franggidae, A. Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial. Puspa Swara.

2. Mari Dengar Suara Anak Jalanan. http : //www.kompas-


co.id/kompas-cetak/0307/23/utama/450363.htm. Diakses tangal 23 Juli 2003.

3. Permadie G, Ardhianie N. Selenting Ganja di Tangan. Yogyakarta : Yayasan


Duta Awam dan Terre de Hommes Netherlands, 1999.

4. Oudshoorn, Jolanda. Penelitian Tentang Gadis-Gadis Jalanan di Yogyakarta.


http //www.jolanda.htm.

5. Rochaeti Nur, Lita Tesyta. Penanganan Anak Jalanan di Kotamadya Dati II


Kudus. http : //www.undip.ac.id/riset/riset.pub.genderlpn.htm.

6. Anomim Anak Jalanan dan HIV/AIDS. http : //www.s-s-et.com/bahtera/HIV-


AIDS. Htm. Diakses tanggal 8 Maret 2004.
7. Direktorat Bina Pelayanan Sosial, Direktorat Jendral Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial. Acuan Umum Pengembangan Pelayanan Sosial Rumah
Singgah Dalam Menangani Anak Jalanan. Jakarta: Departemen Sosial RI.
Jakarta, 2002.

8. Shalahuddin, Odi. Anak Jalanan Perempuan. Kudus: Yayasan Setara, 2000.

9. Sularto St. Seandainya Aku Bukan Anakmu. Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2000.

10. Priest Robert. Bagaimana Cara Mengatasi Stres dan Depresi. Jakarta: Dahara
Prise, 1994.

11. Kus Widjaja. Pengantar Psikologi. Jakarta: Interaksa, 1999.

12. Neil Niven. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat dan


Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC, 2000.

13. Abraham Charles. Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta: EGC, 1997.

14. Noi Tay Swee, Smith Peter J. Bagaimana Mengendalikan Stres. Jakarta:
Anggota IKAPI, 1991.

15. Taylor Carol. Fundamental of Nursing : The Art and Sciense of Nursing
Care. Philadelphia: Lippincott, 1993.
16. J. Sachari Barbara. Child, Adolescent, and Family Psychiatric Nursing.
Philadelphia: lippincott, 1995.

17. Smet Bart. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo, 1994.

18. Suryabrata Sumadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Garfindo


Persada, 2002.

19. W Stuart Gail, I Sudden Sudra. Principles and Practise of Nursing. A Louis:
Mosby, 1995.

20. S Hamid, Achir Yani. Panduan Relaksasi dan Reduksi Stres. Jakarta: EGC,
1995.

21. Usman Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

22. Moleong L. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 1999.

23. Alsa Asmadi. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya


Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2003.
24. Danim Sudarwan. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta:
EGC, 2003.

25. Alimul H azis. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika, 2003.

26. Holloway Imay 7 Wheeler Stephanie. Qualitatif Research for Nurses. British:
Blackwell Science, 1998.

27. Cormark, Desmond F S. The Research Process in Nursing. British: Blackwell


Publication, 1994.
28. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.

29. Sri Kuntjoro, H Zainuddin. Dukungan Sosial Pada Lansia. Jakarta, 2002.

30. Irwanto. Psikologi Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Tama, 1994.

31. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.

32. Effendi Usman, Juhaya Praja. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa


Anggota IKAPI, 1993.

33. Kartono, Kartini. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju, 1990.

34. Friedman MM. Keperawatan Keluarga :Teori dan Praktik. Jakarta: EGC,
1998.

35. Hawari.D. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza (Narkotik, Alkohol


dan Zat Adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.

36. Alatas H, Madiyono B. Penanggulangan Korban Narkoba: Meningkatkan


Peran Keluarga dan Lingkungan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.

37. Hamid Achir Yani. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC, 1998.
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi

informan penelitian yang dilakukan oleh dosen STIKES MUh.Kudus yang bernama

Yuli Setyaningrum, Tri Suwarto dengan judul “Koping Menghadapi Stres Pada

Anak Jalanan di Kudus”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatif dan

data mengenai saya dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti.
Semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk

keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan lagi akan dimusnahkan.

Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data-data penelitian.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya bersedia

berperan serat dalam penelitian ini.

Kudus,..............2016

Tanda Tangan Informan

(tanpa ditulis nama)

Lampiran 2

PANDUAN WAWANCARA

A. Data Personal

1. Nama :
2. Usia :
3. Alamat Keluarga :
4. Pendidikan :
5. Tempat Singgah :
6. Daerah/tempat melakukan aktivitas kegiatan dijalan :
7 Lama menjadi anak jalanan :
8. Alasan penyebab menjadi anak jalanan :
B. Pertanyaan Wawancara Mendalam

1. Pertanyaan mengenai stres

a. Kegiatan apa saja yang dilakukan anak jalanan setiap harinya ?

b. Bagaimanakah perasaan anak jalanan ketika melakukan kegiatan di jalan setiap

harinya ?

c. Bagaimanakah pengertian stres menurut anak jalanan ?

d. Permasalahan apa sajakah yang sering muncul pada anak jalanan ?

e. Masalah mana yang seringkali menjadi sumber stres pada anak jalanan ?

f. Bagaimana reaksi anak jalanan ketika menghadapi stres ?

2. Pertanyaan mengenai koping

a. Apa yang dilakukan anak jalanan bila sedang dalam keadaan stres ?

b. Bagaimana cara anak jalanan mengatasi stres tersebut ?

c. Kemana mereka meminta tolong atau mengadu kesulitan yang dihadapi ?

Lampiran 3

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA MENDALAM Sdr. R

Data Personal
Nama : Sdr. R
No Kode : 01
Usia : 17 tahun
Alamat Keluarga : Temanggung
Pendidikan : Lulusan SD
Tempat Singgah : -
Daerah/tempat melakukan aktivitas/kegiatan dijalan : Siranda
Lama menjadi anak jalanan : Sudah hampir 2 tahun.
Alasan menjadi anak jalanan : Tidak ada pekerjaan lain, membantu orang tua, ingin
memiliki uang sendiri.
I : Informan
P : Peneliti

P : Selamat sore mas ? Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini saya mau minta
tolong mas untuk wawancara.
I : Ya mbak silahkan.
P : Langsung aja ya, alasan apa yang menyebabkan mas menjadi anak jalanan
seperti sekarang ini ?
I : Ya karena sudah tidak ada pekerjaan lagi, membantu orang tua mencari uang,
selain itu saya juga kepengen (ingin) punya uang sendiri ok mbak.
P : Orang tuanya masih ada semua mas ?
I : Bapak sudah ndak ada, tinggal ibu sama dua adik saya. Makanya itu mbak saya
kerja ngamen untuk cari uang buat orang tua saya, dan adik-adik saya.
P : Lha selama ini yang jadi tumpuan untuk keluarga mas siapa ?
I : Ya ibu sama saya mbak, kalau untuk sekolah adik-adik saya mereka dapat
beasiswa tidak mampu ok mbak, kadang juga dibantu sama nenek saya.
P : Orang tua tahu kalo mas di Kudus sini kerja ngamen ?
I : Ndak tau mbak mereka taunya saya kerja gitu tok (saja).
P : Alasannya apa kok ndak pernah crita ?
I : Ya saya malu mbak, nanti kalau ibu saya tau, meskipun nantinya ibu ndak bakalan
marah, saya aja yang ndak mau crita, nati malah tambah pikiran mbak ibu saya.
P : Kenapa mas kok ndak ngamen di Temanggung saja ?
I : Disana sulit mbak cari uang.
P : Siapa yang mengajak mas pertama kali ke Kudus ?
I : Pertama kali saya ke Kudus sini tu diajak sama teman saya mbak.
P : Memang untuk ngamen datang ke Kudus ?
I : Dulu sih rencanane (rencananya) cari kerja mbak, saya sama temen cari kerja
kemana-mana ndak dapet, jadi kuli bangunan saja ndak dapet. Saya waktu itu
duduk di bunderan itu lho mbak (sambil menunjuk), trus diajak sama salah satu
teman disini untuk ngamen.
P : Perasaanya gimana waktu itu ?
I : Ya pertama kali ndak krasan (tidak betah) mbak, pengennya (inginnya) pulang
terus tapi lama-lama biasa, malah itu sekarang sudah jadi dorongan sendiri mbak,
soalnya memang saya butuh uang mbak.
P : Kegiatan apa yang biasa dilakukan mas setiap harinya dijalanan, dan sehari dari
kegiatan ma situ, mas bisa dapat uang berapa ?
I : Ngamen mbak, kalau pas teman bawa koran ya saya bantuin jualan koran, kadang
malah bantuin jualan mainan yang seperti itu lho mbak (sambil menunjuk kearah
mainan), sehari minimal 20 ribu, kalau malam minggu bisa sampai 25 ribu.
P : Berapa jam biasanya mas melakukan aktivitas dijalan setiap harinya ?
I : Saya mulainya jam 8 pagi sampai jam 10 malam, kalau capek ya istirahat mbak.
P : Bagaimana perasaan mas sewaktu melakukan aktivitas dijalan itu ?
I : Ya masalahnya sih itu sudah jadi dorongan sendiri ya mbak jadi ya biasa-bisa saja.
Tapi terkadang sedih mbak.
P : Apa yang membuat sedih ?
I : Kalau pas kepanasan, kehujanan, dapat uangnya cuman sedikit. Bosen juga pernah
mbak, kalau sudah bosen ya saya ndak ngamen mbak.
P : Selama mas menjadi anak jalanan ini, mas pernah mengalami stres ?
I : Ya pernah mbak, bisa dibilang sering.
P : Menurut mas sendiri, stres itu apa sih ?
I : Stres…apa ya mbak, kalau stres sih… merasa bingung, tertekan, merasa sepi, itu
mbak yang saya rasakan.
P : Selama mas jadi anak jalanan masalah apa yang sering dialami mas ?
I : Maksudnya mbak ?
P : Mungkin kekerasan dari anak jalanan lain, atau mungkin dibujuk untuk minum-
minuman keras atau pemerasan ?
I : O… kalau kekerasan dari teman lain sih ndak pernah mbak, soalnya kita disini
sudah seperti saudara sendiri mbak.
P : Atau mungkin masalah lain yang menjadikan mas stres ?
I : Stresnya sih biasanya kalau pas ngamennya sepi, trus pengen (ingin) pulang tapi
ndak ada uang mbak, soalnya saya kalau pulang mesti (pasti) saya dimintai uang
sama ibu mbak, jadi kalau pas ndak ada uang saya nunggu ngumpulin uang dulu,
trus kalau habis pulang, saya dijalan mikir “pokoknya saya harus ngamen terus
sampai uang saya terkumpul, ben (biar) nanti nek (kalau) pulang bawa uang
banyak”.
P : Apa reaksi mas sendiri ketika dalam keadaan stres seperti itu ? Mungkin cemas,
marah, atau mungkin stres itu membuat mas ndak bisa konsen.
I : Kalau pas stres saya ndak tau mbak apa yang saya lakukan, soalnya rasanya
pikirannya penuh mbak, trus kalau pas stres itu saya gampang marah mbak, tapi
biasanya itu tak tahan-tahan mbak, nek wis marah banget, saya bisa njotos teman
mbak.
P : Sama badan atau tubuhnya sendiri yang dirasakan saat stres itu seperti apa ?
I : Ya pusing mbak sirahe (kepalanya), perute rak enak, makan yang jadi kurang.
P : Trus apa yang mas lakukan disaat mas stres itu ?
I : Ya saya crita-crita sama teman-teman, gitaran, nyanyi bareng-bareng kalau pas
punya uang ya kadang beli minuman, trus minum-minum.
P : Itu tadi yang mas lakukan disaat stres, trus untuk mengatasi stres itu sendiri apa
yang dilakukan oleh mas ?
I : Ya minum-minum itu mbak, mabuk, ben (biar) stresnya cepat hilang, tapi nek pas
ndak punya uang, ya saya ngamen terus mbak, paling kalau saya punya masalah
crita sama teman.
P : Temannya sering ngasih pendapat untuk masalah mas tadi ?
I : Kalau saya crita tentang masalah saya teman saya sering ngasih jalan keluar buat
saya mbak, biasanya saya radak (agak) lega mbak.
P : Selain teman kemana biasnya mas minta tolong kalau punya masalah ?
I :Ya paling teman itu mbak, wong saya sama orang tua ndak deket ok mbak, pokoke
(pokoknya) saya sudah bisa pulang bawa uang sudah seneng ok mbak. Apalagi
disini kan saya sudah punya teman yang ngerti sama saya mbak. Saya sekarang
betah ok mbak disini.
P : Ya sudah mas, trimakasih mas sudah mau meluangkan waktunya buat menjawab
pertanyaan-pertanyaan saya.
I : Sama-sama mbak
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA MENDALAM Sdri. N

Data Personal
Nama : Sdri. N
No Kode : 02
Usia : 16 tahun
Alamat Keluarga : Kudus
Pendidikan : SMK (Masih sekolah)
Tempat Singgah :
Daerah/tempat melakukan aktivitas/kegiatan dijalan : Siranda
Lama menjadi anak jalanan : 5 tahun
Alasan yang menyebabkan menjadi anak jalanan : Membantu orang tua
I : Informan
P : Peneliti

P : Alasan yang menyebabkan adik menjadi anak jalanan itu apa ?


I : Apa itu buat bayar sekolah sama memenuhi kebutuhan makan keluarga itu lho
mbak.
P : Kegiatan yang dilakukan dijalanan berapa jam ?
I : Pulang sekolah sampai malem, jam 10 malem.
P : Kegiatan apa yang dilakukan adik dalam setiap harinya.
I : Kadang-kadang ngamen sama jual koran.
P : Perasaanya gimana saat melakukan aktivitas dijalanan.
I : Senang bisa kumpul temen-temen, dapat pengetahuan luas, tapi kalau ketemu
temen sekolah ya malu, pertama kali saya ngumpet (bersembunyi) mbak, tapi
lama-kelamaan ndak lagi, mereka sudah tau mbak.
P : Pernah ndak merasa sedih atau bingung ?
I : Ya pernah, kalau pas ndak dapet uang ya bingung, buat mbayar ini gimana, ini
gimana ?
P : Uang itu cuman untuk biaya sekolah adik atau untuk biaya lainnya ?
I : Biaya sekolah dan biaya makan sehari.
P : Setiap hari dapet berapa ?
I : Kalau hari biasa minimal 20 ribu, kalau hari raya ndak tau tergantung itu
mobilnya yang ngasih banyak atau sedikit.
P : E…menurut adik stres itu apa ?
I : Stres itu nganu lho mbak, ya bingung karena memikirkan apa-apa sesuatu di
dalam kepala, kalau sudah seperti itu kepala saya terasa pusing.
P : Biasane (biasanya) apa yang dipikirkan ?
I : Ya dapet uang apa ndak, mata pelajarannya gimana, bayar buku.
P : Kalau masalah-masalah keluarga pernah mengalami, yang seringnya
menyebabkan stres ?
I : Ya pernah, tapi ndak pernah dipikirkan, yang dipikirkan dapet uang pa ndak.
P : Masalah yang sering muncul pada adik dengan kehidupan di jalanan ?
I : Kan banyak orang yang ngamen, lha saya dapet uang apa ndak ya ? Kalau yang
ngamen sedikit, ya saya dapet banyak.
P : Harus setoran ndak ?
I : Setor ke orang tua mbak, sebagian untuk orang tua sebagian untuk saya.
P : Di target ndak berapa nominalnya kalau setoran ?
I : Ndak sedapetnya.
P : Pernah terjadi masalah dengan anak-anak jalanan lain ?
I : Ndak ada, disini kompak, jadi ndak ada masalah.
P : Trus e…dari permasalahan tadi, mana yang sering menyebabkan stres ?
I : Bayar uang SPP, uang gedung, kalau ndak mbayar kan dipanggil guru, dimarahin,
yang buat saya stres itu.
P : Kalau masalah tugas-tugas sekolah, membuat adik stres ndak ?
P : Berarti tiap hari harus punya target harus dapet segini untuk bayar SPP ?
I : Iya.
P : Reaksi adik saat stres apa ? Apa adik cemas, kuatir, atau mungkin ndak bisa
berpikir, ndak bisa berkonsentrasi, depresi, takut, atau gimana ?
I : Yang saya rasakan saat stress itu kuatir, cemas dan takut, takutnya kalau dimarahin
ndak bisa bayar SPP, nanti dipanggil guru BP, trus diceramahin, bingung mbak
saya.
P : Pernah merasa rendah diri dik ?
I : Pernah.
P : Trus saat itu adik langsung menyendiri dan ndak mau diajak ngomong ?
I : O…kalau itu ndak pernah.
P : Yang dilakukan adik sendiri bila sedang stres itu apa ?
I : Beli TTS, trus ngisi TTS, biar stres itu hilang gitu lho mbak. Kalau temen datang
ya pergi sama temen kemana aja yang penting agar stresnya hilang.
P : Pernah marah-marah ?
I : Ya kalau ada yang buat jengkel ya marah.
P : Yang paling sering dilakukan apa ?
I : Beli TTS itu tho mbak, ngisi TTS.
P : Mesti itu ?
I : Ya, yang teka-teki silang itu lho mbak, diisi sampai bisa, kan stresnya hilang.
P : Selain itu, cara adik mengatasi stres adik seperti apa ? yang pernah adik lakukan?
I : Ya diem aja dirumah atau nglakuin kegiatan apa yang bisa mbuat stres hilang.
P : Misalnya ?
I : Bersih-bersih rumah, denger musik atau bantu-bantu.
P : Hobinya apa ?
I : Ngerjain temen ok mbak.
P : Apa itu bisa ngilangin stres ?
I : Ndak sih, tapi kalau disekolah stres disimpen dalam hati supaya temen-temen
ndak tau kalau saya stres, disekolah cuman seneng-seneng tok.
P : Kalau pengen (ingin) cerita sama siapa ?
I : Sama temen yang ada disini.
P : Punya temen deket ?
I : Kalau cewek dikit, kalau anak laki-laki disini kan banyak, salah satu diantaranya
mereka saya ajak curhat, sama-sama curhat gitu lho.
P : Kalau soal curhat tadi apa bisa menyelesaikan stres?
I : Ya bisa.
P : Mereka ngasih pendapat ?
I : Ya ngasih pendapat, kalau masuk akal saya ambil, kalau ndak ya ndak, biar
stresnya hilang.
P : Biasa minta tolong sama siapa ? Kalau pas kesulitan ?
I : Mas Susanto.
P : Itu temen yang paling deket disini ?
I : Temen sekaligus sudah saya anggap kakak saya sendiri.
P : Kalau sama keluarga ? Pernah crita sama keluarga ?
I : Ndak pernah.
P : Hubungan adik sama keluarga gimana ?
I : Ya baik.
P : Ada masalah dari keluarga yang sampai saat ini membuat adik stres ?
I : Ya bisa, tapi saya ndak bisa ngatakan.
P : Orang tuanya masih ada ?
I : Masih.
P : Kerjanya apa ?
I : Kalau ibu dirumah, kalau ayah kerjanya jual koran kalau ndak mainan-mainan.
P : Ngamennya sudah berapa lama ?
I : Sudah ada 5 tahun, jual koran, ngamen didaerah sini aja.
P : Pernah ndak kalau pas stres adik menyangkal, misalnya saya pokoknya harus
melakukan yang positif biar saya ndak stres.
I : Pernah.
P : Apa itu yang sering dilakukan ?
I : Ya, kadang-kadang.
P : Trus selama ini apa terfokus pada masalah ?
I : Ya pokokmen (pokoknya)terfokus pada masalah, cepat diselesaikan biar stresnya
hilang. Dan kalau ketemu masalah lagi biar bisa menghadapi lagi gitu lho mbak.
P : Pernah punya masalah yang berat banget ?
I : Pernah.
P : Diselesaikan dengan gimana ?
I : Ya berdoa aja, kalau berdoa dengan sungguh, yakin pada Tuhan, kita serahin,
nanti akan bantu kita, saya orangnya kalau punya masalah ndak pernah masalahe
tak pikir terus.
P : Selain temen dengan siapa adik minta tolong ?
I : Selain temen ya Tuhan.
P : Yakin itu bisa selesai .
I : Ya yakin, saya yakin aja
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA MENDALAM Sdri. I

Data Personal
Nama : Sdri. I
No Kode : 03
Usia : 13 tahun
Tempat Singgah : -
Alamat Keluarga : Kudus
Pendidikan : SD (Tidak Lulus)
Daerah/tempat melakukan aktivitas/kegiatam dijalanan : Siranda.
Lama menjadi anak jalanan : 1,5 tahun.
Alasan menjadi anak jalanan : Membantu orang tua.
I : Informan
P : Peneliti

P : Alasan adik yang menyebabkan adik menjadi anak jalanan itu apa ?
I : Bapak ndak punya uang buat makan saya sama kakak ngamen kampung dapat
kenalan di Kaliwiru trus dapat kenalan disini menetap disini sampek sekarang
bisa maem (makan), bisa transport.
P : Dulu e… tinggal dimana tho ?
I : Karang sari sana
P : Asal keluarga semua dari Kudus ?
I : Ibu dari Madiun, bapak Kudus, sekarang semua disini.
P : Kenapa kok sekarang disini ?
I : Ya enake (enaknya) kerja disini.
P : Dulu sekolah dimana ?
I : Sampangan.
P : Trus kok ndak sekolah lagi kenapa ?
I : Ndak mbayar buku terus, jadi mbolos malu, semester 1-2 baru dibayar, ndak
masuk sekolah ibu dipanggil raport disuruh ngambil, trus ndak sekolah lagi.
P : Selain tadi bapak ndak kerja, trus apalagi yang menyebabkan adik jadi anak
jalanan, ngamen ?
I : Enak ngamen daripada dirumah terus ndak bisa makan.
P : Itu dorongan adik sendiri apa didorong orang lain, misal orang tua ?
I : Saya sama kakak yang ngrencanake (merencanakan).
P : Berapa jam adik ngamen dijalanan ? Dari jam berapa sampai jam berapa ?
I : Dari pagi sampek malem tapi ada istirahat, dari jam setengah 9 pagi sampek 9
malem.
P : Ngamene seringe dimana dik?
I : Siranda
P : Kegiatan apa yang adik sering lakukan dijalanan ?
I : Ya ngamen tok (saja).
P : Ngamen, trus selain itu ? Ndak jualan koran ?
I : Ndak, tapi kadang nemenin bapak jualan koran.
P ; Bapak kerja apa dik ?
I : Tadinya sales sekarang ngamen.
P : Bagaimana perasaan adik dalam melakukan aktivitas kegiatan di jalanan ?
I : Ya seneng.
P : Ndak pernah ngerasa (merasa) sedih, jengkel ?
I : Ya kadang pernah jenuh, jengkel kalau ngamennya sepi.
P : Tapi itu ndak tiap hari tho ?
I : Ndak.
P : Tiap hari dapet berapa ?
I : 15 ribu sampek (sampai) 20 ribu.
P : Trus uange buat apa ? Apa harus disetor orang lain, atau buat bapak ?
I : Buat makan adik, aku, bapak, dan angkot pulang pergi, beli makan dirumah.
P : Itu cukup atau kurang ?
I : Kadang kurang, kadang kelebihan.
P : Lebihnya ditabung atau apa ?
I : Ya buat jajan.
P : Menurut adik pengertian stres itu apa ?
I : Bimbang
P : Pernah merasa takut, cemas, ndak tahu ngapa kok jengkel banget ?
I : Pernah mbak, seringe sirahe ngelu (seringnya kepala pusing) mbak
P : Lha yang sering ? Masalah apa yang mbuat adik jengel ?
I : Ngamen ndak dapet duit (tidak dapat uang), marahan sama teman.
P : Kok bisa ? Penyebabnya apa ?
I : Jengkel, rebutan mainan orgi tu lho mbak.
P : Pernah dipukul sama temen ?
I : Ndak pernah.
P : Yang sering mbuat adik, stres, jengkel, sedih ?
I : Kadang-kadang ibu ngomel pas bapak ngrokok (merokok).
P : Kalo ndak dapet uang adik dimarahi ndak ?
I : Ndak pernah.
P : Adik pernah berpikir untuk sekolah lagi ?
I : Pengen banget (ingin sekali) sekolah lagi.
P : Trus kalau dalam lingkungan adik sendiri ada ndak yang menyebabkan stres,
temenya ?
I : Ejek-ejekan sama temen.
P : Reaksi adik saat stres, apa adik merasa marah, jengkel, atau mungkin takut ?
I : Ya ada jengkel, kuatir, ya campurlah mbak.
P : Jengkele napa (jengkele kenapa) ?
I : Ya jengkel, ibu sering ngomel-ngomel, bapak ngrokok kalau dirumah, trus
biasanya bapak sama ibu marahan mbak.
P : Yang dilakuin saat seperti itu apa ?
I : Ngamen tok (saja).
P : Cara mengatasi sendiri, “ aku jik bingung “(aku masih bingung), trus cara
mengatasinya ?
I : Ya ngamen kenceng mbak
P : Meskipun adik bingung gitu ?
I : Ndak, ya sama berdoa, tapi kadang dimales-malesin ngamennya, mainan di bang
jo (traffic light).
P : Ndak pernah curhat sama temen ?
I : Curhat itu apa tho mbak ?
P : Curhat itu adik cerita sama mungkin temen-temen, trus temennya ngasih tahu
kamu harus gini, kamu harus gini.
I : Ya pernah.
P : Pernah cerita sama kakak ? Adik, orang tua ?
I : Ndak pernah, adik masih kecil ok mbak.
P : Kalau punya masalah seringe (seringnya) memendam apa curhat ?
I : Ya kadang dipendem (dipendam/disembunyikan), kadang crita, campurlah mbak.
P : Kalau adik punya masalah seringe minta tolong sama siapa ?
I : Sama bapak, temen, teman biasanya memberi saran.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA MENDALAM Sdri. K

Data Personal
Nama : Sdri. K
No Kode : 04
Usia : 13 tahun.
Alamat Keluarga : Kudus
Pendidikan : SD
Tempat Singgah : -
Daerah/ tempat melakukan aktivitas/kegiatan dijalanan : Siranda
Lama menjadi anak jalanaan : 3 tahun
Alasan menjadi anak jalanan : Membantu orang tua
I : Informan
P : Peneliti

P : Alasan apa yang menyebabkan adik menjadi anak jalanan seperti sekarang ini ?
I : Ingin membantu orang tua, ingin kumpul sama temen-temen, karena kalau
dirumah sana temennya sedikit ok mbak.
P : Lho rumahnya dulu dimana ?
I : Lempong sari, ayah sama ibu kan dulu rumahnya diatas lempong sari, sarai nek
neng omahe mbahku aku wedi karo pakdheku, nek neng lempong sepi
(masalahnya kalau dirumah nenek saya takut dengan pakdhe, kalau di Lempong
sepi), trus pindah sini karena lebih deket.
P : Membantu, maksudnya membantu orang tua seperti apa ?
I : Membantu mencari uang.
P : Ngamen itu dorongan sendiri apa teman ?
P : Trus uangnya itu digunakan untuk apa ?
I : Untuk sekolah saya sama kakak,untuk sangune masku (uang saku kakak), kan
sangune masku kuwi sedina 20 (kan uang sakunya kakakku itu sehari 20),
sebagian ditabung, sisanya buat beli maem (makan) beli sayuran, beli beras.
P : Wong tuwone kerjane apa? (orang tuanya kerja apa?)
I : Yen ibue kerja dodol sega karo rosok, bapake saiki mbecak biyen dodolan bensin
karo tambal ban trus kompresore rusak, bensine bangkrut, tapi duite rak pernah
dikeke ibue, sewu wae rak pernah, duite ibue kanggo ngopeni kabeh (kalau
ibunya kerja jualan nasi sama barang bekas, bapak sekarang kerja becak dulu
jualan bensin sama tambal ban terus kompresornya rusak, bensinnya bangkrut,
tapi uangnya tidak pernah diberikan ibu, seribu saja tidak pernah, uangnya ibu
untuk membiayai semua).
P : Kegiatan apa saja yang biasa adik lakukan setiap harinya dijalanan ?
I : Ya bermain, mengamen.
P : Ngamennya berapa jam dik ?
I : Pulang sekolah sampek (sampai) jam 8, 9, 10. Kalau hari Jumat, Sabtu pulang
sekolah jam 11, kalau hari biasa jam 3, jam 4, tapi kalau ada PR banyak
ngamennya cuma sampai jam 7 tok.
P : Kalau malam minggu ?
I : Malam minggu sampai jam 10 malam.
P : Pasti ramai dik ?
I : Ya lumayan
P: Bagaimana perasaan adik sendiri dalam melakukan aktivitas dijalan setiap
harinya?
I : Kadang seneng, susah, njengkelke (menjengkelkan). Senengnya kalau temennya
itu bisa diajak gantian gitu lho mbak.
P : Maksudnya gantian gimana ?
R: Ya kalau mereka punya makanan trus dibagi-bagi, atau kalau pas di bang jo
(waktu di traffic light) orangnya banyak ya mau gantian.
P : Jengkelnya napa ?
R : Temennya suka marah-marah berebut mainan.
P : Pernah merasa bosen dik ?
R : Pernah.
P : Trus kalau merasa bosen yang dilakuin adik apa ?
R : Ya cuman bermain aja, kalau ada PR ya cuman ngerjain PR tok (saja).
P : Adik ngamen itu dorongan orang lain atau dorongan adik sendiri ingin membantu
orang tua ?
I : Saya sendiri.
P : Karena ingin membantu orang tua ?
I : Ya mbak.
P : Jumlah saudara berapa, trus disini adik tinggal sama siapa?
I : Jumlah saudara empat, saya anak nomer 3, saya tinggal disini sama bapak, ibu,
adik, kalau kakak di Lempong Sari rumah nenek.
P : Berarti kowe nduwe mas loro ? wis kerja kabeh ? (berarti kamu punya kakak dua?
Sudah kerja semua?)
I : Durung, gek latihan kerja. (belum, masih latihan kerja).
P : Kabeh mau dibayari ibue (semua tadi dibiayai ibunya) ?
I : Yen rak kuat dibantu karo mbahku sitik ( kalau tidak kuat dibantu sama nenekku
sedikit).
P : Stres sendiri menurut adik itu apa? Adik pernah mengalami stres?
I : Pernah.
P : Lha pengertiannya apa ?
I : Sesuatu yang pernah orang alami karena suatu masalah, stres itu jengkel, inginya
nangis, ingin nganu (memukul) temennya, menyendiri, pengennya main, ndak
ingin ngamen, rak iso konsen (tidak bisa konsen), atine gregel kok bisa terjadi
napa, sirahe ngelu (kepalanya pusing).
P : Pas kuwi masalah apa yang menyebabkan perasaan adik seperti itu ?
I : Ya rebutan mainan sama temen.
P : Selain itu ?
I : Masalah bapak karo (dengan) ibu tukaran mbayar (bertengkar membayar) masku,
ibu karo (dengan) masku tukaran masalah duit (uang), bapakku isone mung nesu-
nesu (bisanya hanya marah-marah).
P : Kalau masalah ndak dapet uang itu ?
I : Ndak.
P : Pernah punya target aku harus dapet uang segini untuk biaya sekolah ?
I : Tidak pernah.
P : Pernah punya masalah sama temen-temen anak jalanan lain, misal karena kamu
masih kecil terus dikalah-kalahin kamu ndak boleh ngamen disini ?
I : Ndak pernah.
P : Masalah mana yang menjadi sumber stres buat adik ?
I : Masalah PR yang banyak, tidak bisa mengerjakan, teman membuat salah.
P : Teman membuat salah itu maksudte pie (maksudnya bagaimana)?
I : Ya membuat salah waktu mainan, trus perkataannya.
P :Reaksi adik sendiri disaat mempunyai perasaan stres itu apa ? Disaat adik
mungkin jengkel tadi, marah tadi. Itu reaksinya seperti apa ? Apakah adik juga
kepengen (ingin) marah, takut, kuatir.
I : Takut, pengen nangis (ingin menangis) menyendiri.
P : Apa yang dilakukan adik untuk menghilangkan stres ?
I : Ngobrol sama temen-temen, kadang-kadang membaca buku.
P : Menurut adik sendiri cara mengatasi stres itu seperti apa ? Yang selama ini
dilakukan adik ?
I : Biar ndak stres, bilang sama temen, kakak aku gini-aku gini.
P : Curhat maksudte ?
I : Ya, trus temennya ngasih (teman memberi)masukan.
P : Itu bisa menguatkan adik ?
I : Kadang-kadang ya, kadang-kadang ndak.
P : Hubungan dengan keluarga sendiri gimana ?
I : Ya. apik-apik wae (baik-baik saja), kadang juga tukaran, biasane masalah sangu
tadi.
P : Masalah itu membuat adik stres ndak ?
I : Rak ik (tidak) biasa saja, napa stres barang.
P : Ada masalah lain yang membuat adik stres selain tadi masalah sekolah adik ?
I : E…kakake sama ibue (kakaknya sama ibunya) bingung bayar sekolah
P : Pernah kecewa ndak dengan keadaan seperti ini ?
I : Pernah, kenapa kok dulu saya mau ngamen, tapi sekarang sudah ndak, uangnya
kan untuk bayar sekolah.
P : Sehari dari ngamen entuke pira (dapatnya berapa)?
I : Rak mesti ok mbak, pokoke nek wis entuk duit bali ngono mbak, aku rak pernah
diseneni ok mbak yen duite entuk sitik (tidak pasti mbak, pokonya kalau sudah
dapat uang pulang, saya tidak pernah dimarahi mbak kalau uangnya dapat
sedikit).
P : Mosok yen entuk sewu, balik (Masak kalau dapat seribu, pulang)?
I : Rak popo to ya, sapa sing meh nyeneni, wong aku rak pernah ditarget (tidak apa-
apa, siapa yang mau marahin, saya tidak pernah ditarget).
P : Lha trus mbayar sekolahe pie (trus bayar sekolahnya bagaimana)?
I : Sekolahe gratis ok mbak, buku dibayari yayasan.
P : Kalau adik punya masalah ceritanya sama siapa ?
R : Sama kakak
TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Sdri.M

Data Personal
Nama : Sdri.M
No Kode : 05
Usia : 16 tahun
Alamat Keluarga : Kudus
Pendidikan :-
Tempat Singgah : -
Lama menjadi anak jalanan : 5 tahun
Alasan menjadi anak jalanan : Orang tua tidak mampu.
I : Informan
P : Peneliti
P : Sudah berapa lama adik menjadi anak jalanan ?
I : Sudah 5 tahun
P : Daerah/tempat melakukan aktivitas/kegiatan biasanya dimana dik?
I : Di Siranda mbak.
P : Alasan apa yang menyebabkan adik menjadi anak jalanan selama 5 tahun?
I : Orang tuanya tidak mampu ok mbak.
P : Asalnya dari mana dik ?
I : Kudus, orang tua meninggal, trus kalau saya ndak ngamen mau makan apa? Aku
kan ke rumah kakakku mbak, mau minta uang ndak dikasih, mau pulang ndak bisa
mbak, trus akhire (akhirnya) aku ngamen di Sri Ratu pemuda itu lho mbak, trus
sampek sekarang jadi pengamen.
P : Yang memperkenalkan adik ngamen di daerah Siranda siapa ?
I : Kenalan sendiri mbak.
P : Trus selain alasan untuk membantu orang tua tadi ada alasan lain ndak ?
I : Ndak ada.
P : Kegiatan apa yang dilakukan adik setiap harinya dijalan ?
I : Ya ngamen, kadang jualan koran, kalau sore sampek jam 3 les mbak.
P : Les apa dik ?
I : Salon mbak, kamis.jumat sabtu.
P : Trus biayanya dari mana dik ?Adik sendiri atau…
I : Dibayari sama orang ok mbak.
P : Cuma itu aja kegiatannya ? Cuman ngamen, jualan koran gitu tok ?
I : (informan mengangguk)
P : Ndak pernah di supermarket bantuin, misalnya menyewakan payung ?
I : Ndak pernah mbak.
P : Perasaanya gimana dik menjadi anak jalanan sekarang ?
I : Ndak enak mbak.
P : Lho kok bisa ndak enak ? trus kok betah hayo ?
I : Ya cari kerjaan susah ok, nanti kalau les salonnya sudah selesai kan ingin buka
salon mbak ?
P : E..cita-citanya pengen buka salon itu ?
I : Ya mbak.
P : Aktivitas adik dijalan berapa jam kira-kira ?
I : Ya dari jam 10 sampek jam 7 malem.
P : Tidurnya juga disini dik ?
I : Ndak, pulang.
P : Pulang dimana dik ?
I : Kalibanteng.
P : Trus perasaan apa lagi yang dirasakan adik selama ini ?
I : Ya cuma itu, susah sih mbak sekarang cari uang tidak seperti dulu, dulu kan cari
uang gampang, sekarang cari uang 10 ribu saja susah.
P : Itu penghasilannya sehari berapa dik ?
I : Sehari 10 ribu
P : Kalau hari-hari libur gitu, misalnya malem minggu ?
I : Ya kadang 15 ribu
P : Trus kalau hari-hari tertentu cari pekerjaan lain ndak ? Misalnya ngamen ndak
hanya di sini gitu lho, di Tugu Muda mungkin ?
I : Ndak mbak, kalau di Tugu Muda itu cuman main sama temen-temen.
P : Kalo menurut adik sendiri pengertian stres itu apa ?
I : Ndak ngerti ah mbak, tapi nek pas (sewaktu) stres itu males apa-apa mbak.
P : Pernah ngrasain (merasakan) stres ndak ?
I : Ya pernah mbak.
P : Pernah punya masalah ?
I : Masalah pacar ik mbak ?
P : Sing laine, sing menyangkut (Yang lainnya, yang menyangkut) perekonomian
adik ?
I : Masalah keluarga.
P : Kalau boleh tahu masalah keluarga yang seperti apa ?
R : Ndak ah mbak males (malas) crita.
P : Ya wis sak anane wae, perekonomiane pie (Ya sudah seadanya saja,
perekonomiannya bagaimana)? Hubungan adik sendiri dengan keluarga ?
R : Masalah keluarga itu kalau mau mbayar kontrakan tu lho mbak, harusnya kan
urunan (iuran) ya mbak sama kakakku, tapi kakakku tu ndak mau nguruni
(membantu) mbak, ah stres aku. Malah senenge kakakku itu marahi terus mbak,
ngene-ngene…. Kakakku tu ndak pernah pengertian gitu lho mbak, ndak pernah
ngasi makan, ndak pernah tanya kamu sudah makan belum? Jadi urusannya
sendiri-sendiri gitu mbak.
P : Jumlah saudara berapa to?
I : Empat, saya anak no empat.
P : Lha kakak-kakake ?
I : Wis do pisah ok (sudah pisah semua) mbak.
P : Tapi masih sering ketemu ndak?
I : Ndak, lha wis keluargaku koyo ngono (seperti itu), ruwet (berantakan) ok mbak.
P : Selama adik menjadi anak jalanan itu sendiri, masalah apa yang biasanya muncul
pada adik yang berhubungan dengan aktivitas adik.
I : Lha cuma sering dimarahi sama kakakku terus.
P : Pernah punya target “aku harus punya uang segini”?
I : Ya pernah mbak, kalau ndak harus punya uang segini, trus pie mbayari iki,
mbayari iki (bagaimana membayar ini, membayar ini).
P : Dimarahi dik kalau ndak uang ?
I : Kalau dulu sih dimarahi, tapi sekarang ndak, sekarang kan udah meninggal mbak
orang tuaku.
P : Yang meninggal bapak atau ibu ?
I : Semua, sejak saya umur 10 tahun ok mbak.
P : Trus adik tinggal sama siapa ?
I : Sendirian mbak di Kalibanteng.
P : Saudara-saudara yang lain ?
I : Ndak tau mbak.
P : Ndak ngerti dimana ?
I : (responden mengangguk)
P : Trus yang berhubungan dengan itu, adik menjual koran, ngamen, mungkin
masalah yang berhubungan dengan teman, mungkin rebutan, gitu pernah ?
I : Kalau jualan gitu mbak, mo dibeli ujuk-ujuk temenku mlayuni (tiba-tiba teman
saya berlari merebut) ya aku nesu to (marah) mbak, wong arep tuku nggon aku
mosok diplayoni mbek de-e (mau beli ditempat saya masak direbut sama dia).
P : Sering dik seperti itu ?
I : Sering mbak.
P : Trus adik gimana ?
I : Ya marah mbak, tapi ya sabarlah.
P : Dari masalah-masalah tadi, masalah mana yang menjadi sumber stress adik saat
ini, yang dipikirkan adik sekarang ini ?
I : Ya masalah keluarga mbak, dari kecil sampek dewasa hidup saya ini susah terus
mbak, kakakku ndak tau dimana, orang tuaku meninggal, kakakku yang satu ikut
istrinya.
P : Reaksi adik sendiri dalam menghadapi stres itu, mungkin adik merasa takut,
cemas.
I : Ya ndak mbak biasa aja, dipikir-pikir terus malah tambah stres mbak, tapi kadang
pusing mbak.
P : Ndak pernah merasa jengkel, mengeluh ?
I : Kalau saya seringnya nangis mbak.
P : Yang dilakukan adik sendiri itu apa saat stres itu, selain nangis ?
I : Kadang saya minum, mabuk, pas stres gitu seringe males apa-apa mbak, ngamen
males, malah seringe pergi apa dolan (main) sama temen-temen.
P : Itu sering apa cuman kadang-kadang ?
I : Ya cuma kalau stres tok.
P : Yang ngajak siapa hayo ?
I : Saya sendiri mbak.
P : Ndak karena dorongan dari luar ?
I : Orak (tidak) mbak.
P : Lha adik tadi ingin jadi pengamen kan dorongan diri sendiri to ? Trus pas adik
stres kan kadang minum, tu pa ndak eman-eman ?
I : Ya kalau orang stres itu ndak eman-eman, ya kalau mau minum ya beli minuman.
P : Selain nangis, mabuk-mabukan, apa lagi yang dilakukan adik disaat stres itu ?
I : Malah kadang ngepil mbak.
P : Pil itu dari mana dik ?
I : Minta temen tho mbak.
P : Kok temenmu tau kalau kamu sedang stres ?
I : Ya temenku tu pengertian mbak, kalau lihat wajahku sedang stres, mereka ndak
ngajari minum mbak, malah aku bilang “yok ngombe-ngombe” (“ayo minum-
minum”).
P : Yang mbayari siapa dik ?
I : Yo koncoku (ya temanku) mbak, koncoku duite kebak (temanku uangnya banyak).
P : Adik dari kecil sampai sekarang apa-apa sendiri ?
I : Ya mbak, aku pengen dibliin (ingin dibelikan) baju sama kakakku tapi ndak
pernah
P : Ndak pernah tau nenek dimana ?
I : Nenekku aja benci mbak karo(sama) aku, soale aku mau disekolahke tapi ndak
mau, ndak enak mbak melu sedulur (ikut saudara), trus kalau sekarang saya
kesana itu lho mbak malah diusir, makanya sampek sekarang saya ndak mau.
P : Trus adik kalau pas punya masalah, itu curhatnya sama siapa ?
I : Sama mbak Voni, sudah tak anggep kaya (saya anggap seperti) kakakku sendiri,
kalau temen sendiri disini ndak pernah mbak.
P : Kalau adik punya masalah seperti itu pengennya langsung meyelesaikan masalah
itu atau lari dari masalah itu ?
I : Ya pengene lari mbak, tapi seringe mbak Voni itu yang ngasih tau aku. Saya
kadang kalau punya masalah itu doa mbak sama Tuhan, kalau salah minta
ampun, tapi kalu pas masalah itu datang lagi ya seperti tadi lagi. Pengene bangun
pagi maca (membaca) alkitab, doa, tapi seringe males mbak kalau disuruh
berdoa.
TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Sdr. S

Data Personal
Nama : Sdr. S
No Kode : 06
Usia : 18 tahun
Alamat Keluarga : Kudus
Pendidikan : SMU (Tidak lulus)
Tempat Singgah :-
Lama menjadi anak jalanan : 1,5 tahun.
Daerah/tempat melakukan aktivitas/kegiatan dijalan : Perumahan-perumahan
Alasan menjadi anak jalanan : Mencari uang.
I : Informan
P : Peneliti
P : Selamat malam mas ?
I : Ya, selamat malam.
P : Maaf, menganggu sebentar.
I : O ya ndak papa, ndak papa.
P : Saya mau wawancara mas sebentar mengenai kegiatan mas di jalan.
I : Oya boleh.
P : Ndak nganggu tho mas ?
I : O..ndak
P: E.. .sebelumnya perkenalan dulu ya mas ? Namanya mas?
I : S.L.A
P : Sekarang usianya berapa ?
I : 18 tahun.
P : Tinggalnya ?
I : Kudus, sama keluarga
P : Sekarang masih sekolah apa ?
I : Dah (sudah) ndak sekolah lagi mbak, lulusan SMU, tapi tidak lulus.
P : Sudah berapa lama mas menjadi anak jalanan ?
I : Ya kira-kira habis lulus sekolah.
P : Berapa tahun itu ?
I : Ya kira-kira 1,5; 2 tahunanlah.
P : Daerah/tempat melakukan aktivitas dijalan dimana ?
I : Ya ndak tentu ya mbak, itu tergantung kita melihat sikon (situasi kondisi) ya
kadang-kadang pindah-pindahlah di perumahan-perumahan.
P : Perumahan mana aja mas ?
I : Ya manalah, Tlogosari, Banyumanik apa di Plamongan, banyaklah mbak.
P : Punya tempat singgah ndak ? Tempat yang khusus memberikan bantuan.
I : O…ndak punya.
P : Kalau boleh tau ni mas, alasan apa sih yang menyebabkan mas menjadi anak
jalanan ?
I : Kalau itu cuman buat iseng ya mbak, dirumah daripada nganggur, mendingan cari
uang yang penting halal tidak mencuri.
P: Bapak ibunya masih to ?
I : O..masih-masih.
P : Anak nomer berapa ?
I : Nomer 1
P : Trus ini ada sedikit pertanyaan, kegiatan apa saja yang dilakukan mas sendiri
setiap harinya dijalanan ?
I : Ya banyak ya, contohnya cari uang lewat menjual suara, apa apalah, ya banyaklah,
menjual suara intinya itu saja.
P : Ngamen maksudte ?
I : Ya tul.
P : Selain itu ada ndak ?
I : Ndak ada.
P : Jual koran, jual balon?
I : Malu dong mbak.
P : E…kalau biasanya melakukan kegiatan itu jam berapa sampai jam berapa ?
I : Mulainya sih jam setengah 9, siang istirahat, makan, trus lanjut sampai sore.
P : Perasaanya gimana dalam melakukan kegiatan dijalan ?
I : Ya biasa, yang penting kita mencari uang ndak dijalan yang salah, yang penting
halal.
P : Perasannya sendiri gitu lho apa kadang-kadang bosen atau gimana ?
I : Biasa ajalah buat iseng-iseng diwaktu kosong.
P : Ndak kepengen cari pekerjaan sendiri selain ngamen ini ?
I : Kadang-kadang kalau lagi males, cari informasi –informasi di koran.
P : Ndak pernah mengalami yang yang namanya stres ?
I : Ya pernah mbak.
P : Pengertiannya sendiri menurut mas apa ?
I : Pengertian stres itu lagi bingung atau cemas memikirkan sesuatu, ya dah..
P : Permasalahan apa yang biasanya sering muncul, dalam melakukan kegiatan
dijalan, ngamen itu ?
I : Permasalahan itu kalau kita lagi ngamen, tiba-tiba dikejar polisi, ya bingung saya,
kan sekarang banyak pengamen-pengamen dijalan yang dipegang polisi karena
mengganggu kelestarian dijalan.
P : Lho apa ndak punya tempat sendiri untuk ngamen sampai dikejar-kejar polisi ?
I : Ya punya tempat, tapi katanya Kudus sekarang mau dibersihkan dari debu-debu
jalanan.
P : Seringnya didaerah mana itu ?
I : Ya ditempat-tempat besar di Kudus, ya contohnya dijalan atau pinggir abang ijo
(traffic light), dijalan protokol, simpang lima.
P: Selain tadi dikejar-kejar polisi ada ndak masalah yang e… dengan sesama
pengamen sendiri ?
I : Ndak ada ya, kita kan senasib seperjuangan kok saling membenci itu kan ndak
baik, tapi kemarin saya sempat dikompasin mbak sama pengamen lain yang
bukan teman saya, itu aja saya ndak kenal. Ya pertama sih ngancam tapi lama-
lama ndak, dia sudah tau saya lama disini..
P : Masalah itu sempat membuat mas stres ndak ?
I : Ya soalnya waktu itu saya pas ndak punya uang ya kok malah dimintai, ya
memang ndak seberapa sih, tapi yang namanya butuh.
P : Selain itu pengamen yang usianya jauh lebih tinggi dari mas pernah ?
I : Ya ndak pernah ya, kita coba saling mengerti, kalau kita saling menghormati kan
ndak ada masalah, nanti kan masalah itu ndak akan muncul.
P : Masalah mana yang seringkali menjadi sumber stres buat mas.
I : Ya intinya tu satu, diputusin cewek, trus kalau pas lagi ndak punya uang kita
bingung.
P : Maksudnya itu selama dijalan, yang menjadi sumber stres itu apa ? Apa pas
ngamen lama banget ndak dapet uang.
I : Lha ya contohnya maksudnya gitu, trus kalau dirumah nanti ketemu ceweknya
gimana, bingung, cemas. Saya cari uang itu khan cuman buat iseng-iseng aja, ya
pokoke intinya kita bisa mandiri.
P : Sehari biasanya dapet berapa ?
I : Biasanya kalau saya berangkat orang dua tu satu orangnya 30 ribu.
P : Pernah ndak sehari itu ndak dapat uang sama sekali ?
I : Selama ini belum pernah, pas lagi sepi itu dapetnya kalau ndak sepuluh ya lima
belas.
P : Reaksi mas sendiri ketika menghadapi stres itu apa ? Apa dengan stres itu
seringkali marah-marah, menyendiri atau gimana ?
I : Reaksi saya suka cemas, kalau marah-marah itu bukan sifat saya.
P : Biasanya cemasnya itu karena apa ?
I : Ya masalah uang, apalagi dikompasin tadi.
P : Menyendiri ?
I : Ndak, ndak suka menyendiri nanti dianggap orang gila.
P : Marah-marah, bingung ?
I : Ndak.
P : Pernah ndak waktu stres, tubuh mas merasakan sesuatu yang ndak enak misal.
Pusing atau badannya sakit semua atau lainnya seperti kaya orang sakit lho mas ?
I : Ya mbak, kemarin itu saya juga merasakan seperti itu, kepala saya itu terasa
pusing sekali, panas, ndak punya uang ya buat periksa ya saya cuma tiduran.
P : Apa yang dilakukan mas sendiri jika dalam keadaan stres itu ?
I : Ya yang saya lakukan, mencoba menghibur diri sendirilah lewat lagu-lahu yang
kita nyanyikan dalam kita mencari uang, kalau punya masalah itu, trus nanti kita
nyanyinya seperti masalah itu ?
P : Cara mengatasi stres sendiri itu gimana ?
I : Merenung, merokok, sama memikirkan apa penyebab munculnya masalah ini itu
gimana ?
P : Kemana biasanya mas minta tolong kalau pas punya masalah ?
I : Biasanya sih sama teman sesama profesi, selalu curhat sama teman, ngomong-
ngomong, dia memberikan saran.
P : Orang tua sendiri deket ndak ?
I : Dulu sih kalau curhat sama orang tua ndak pernah, tapi sekarang dah mending
deket ma orang tua, sering pulang rumah ok mbak, kalau ada apa-apa saya cerita.
P : Selain merokok mas pernah minum-minum ndak waktu stres ?
I : Ndak pernah mbak, saya dari dulu ndak suka minum, soalnya cari uang susah
kenapa dibuat begituan, memang kita anak jalanan tapi ndak pernah yang
namanya minum. Kita kalau ndak merokok, ya cari makan, nanti ada cewek
makan bareng, keliatannya lebih setia kawan.
P : Trus kalau pas punya masalah, mas seringkali terfokus masalah itu untuk
menyelesaikannya atau malah terfokus pada emosinya ?
I : Ya kalau bisa saya mencari inti permasalahannya dulu, kalau ndak bisa ya saya
coba untuk melupakan apa yang terjadi, apa jalan-jalan dimall atau gimana.
P : Ngomong-ngomong soal mall, pernah ndak mas kerja bantuin bawa barang-
barang belanjaan ?
I : Kalau saya sih biasanya cuman bantuin cari penumpang.
P : Pertama kali yang ngajak mas ngamen siapa ? Atau itu dorongan sendiri ?
I : Pertama kali sih saya ikut-ikutan.
P : Lha kok trus kepengen ?
I : Ya aku mikir aku pengen mandiri, cari uang sendiri.
P : Selain ngamen usaha untuk mendapatkan uang ?
I : Ya kalau bisa jangan mencopet ya, ya usaha kaya njemput anak sekolah.
P : Punya angan-angan ndak ngamen lagi ?
I : Saya pengen pindah profesi aja, jadi pengamen itu sulit banyak rintangannya.
Rintangan dikejar-kejar keamanan, kalau ketemu temen cewek atau cowok kita
malu, muka kita mau ditaruh dimana ?
P : Waktu melakukan aktivitas dijalan masnya sendiri pernah ndak merasa jengkel
sama temen, saingan ?
I : O…ndak pernah, kalau kaya gitu saya ndak suka, kan rejeki udah ada yang mbagi,
kita kalau bisa saling membantu, kita lakukan dengan senang hati.
P : Kalau pas bener-bener ndak punya uang, trus ma pernah minta uang orang tua ?
I : Ya kalau kepepetnya saya sesekali minta orang tua paling cuman untuk beli rokok.
P : Ya sudah mas gitu aja trimakasih untuk waktunya.
I : O..ya sama-sama
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA MENDALAM Sdr. K

Data Personal
Nama : Sdr.K
No Kode : 07
Usia : 18 tahun
Alamat Keluarga : Kudus
Pendidikan : SMP
Tempat Singgah :-
Lama menjadi anak jalanan : 1 tahun
Daerah/ tempat melakukan aktivitas/kegiatan dijalanan : Perumahan-perumahan
Alasan menjadi anak jalanan : Membantu orang tua.
I : Informan
P : Peneliti
P : Selamat malem mas…
I : Ya
P : E… maaf menganggu sebentar, saya mau minta tolong mas wawancara sebentar,
nganggu ndak mas ?
I : Ndak mbak, boleh.
P : Sebelumnya perkenalan dulu ya mas ? Namanya siapa mas ?
I : K.G
P : Usianya sekarang ?
I : 18 tahun.
P : Alamat keluarga, tinggal sama keluarga apa ?
I : Sama keluarga, di Kudus.
P : Pendidikannya ?
I : SMP
P : Sekarang mas masih sekolah ?
I : Sudah keluar.
P : Sejak kelas berapa keluar sekolah ?
I : Lulus SMP.
P : Daerah melakukan aktivitas mas dijalanan itu biasanya dimana aja ?
I : Di perumahan-perumahan, di Klipang, Tlogosari, Plamongan indah, Palebon.
P : Daerah simpang lima gitu ndak pernah mas ?
I : O…ndak pernah.
P : Sudah berapa lama menjadi anak jalanan ini ?
I : Ya sekitar 1 tahunan.
P : Alasan apa yang menyebabkan mas menjadi anak jalanan seperti sekarang ini ?
I : Ya karena ibu saya sama ayah saya pisah, ya saya mencari uang buat ibu saya.
P : E..masnya sendiri anak nomerberapa ?
I : Nomer 1
P : Punya adik ?
I : Punya, adik saya 3.
P : Alasan mas menjadi anak jalanan tadi tu kan membantu orang tua, adiknya sendiri
masih sekolah ?
I : Adik-adik saya masih sekolah.
P : Kegiatan apa yang dilakukan mas setiap harinya dijalan ?
I : Ya kegiatan mencari uang untuk sekolah adik-adike sama makan sekeluarga.
Selain saya ngamen ya jualan es, selain itu dulu jualan mie ayam dirumah,
sekarang bangkrut ya soalnya sepi mbak.
P : Bagaiman perasaan mas sendiri, ketika melakukan kegiatan di jalanan ?
I : Ya perasaan saya senang sekali, bisa membantu.
P : Pernah ndak merasa bosen, sedih gitu ?
I : Saya ndak pernah bosen mbak.
P : Apa yang menyebabkan mas ndak pernah bosen?
I : Ya karena saya mencari uang untuk membantu orang tua, ya jadi saya ndak sedih.
P : Biasanya berapa lama mas melakukan aktivitas dijalanan?
I :Ya jam setengah 9 sampai pukul setengah 5 sore.
P : Itu terus ngamen apa pas waktu istirahat makan gitu?
I : Setengah sembilan sampai dua belas, jam dua belas itu istirahat, lanjut sampai jam
setengah 5 sore baru pulang.
P : Yang pertama kali ngajak mas ngamen itu siapa ? Apa itu dorongan mas sendiri ?
I : Ya dorongan diri sendiri karena terpaksa.
P : Mas pernah merasa stres ndak ?
I : Saya ndak pernah merasa stres ?
P : Kalau bingung gitu pernah ?
I : Kalau bingung terus ndak dapet uang.
P : Pengertian stres itu sendiri buat mas apa ?
I : Stres saya, besok cari uangnya gimana ? Ke mana? Ya itu yang membuat saya
stres.
P : Permasalahan apa yang sering muncul pada diri mas sendiri selama menjadi anak
jalanan ?
I : Ya masalahnya kalau saya sedang ngamen sering dihina sama orang kaya, tapi
ndak saya masukkan dalam hati.
P : Pernah dimusuhi ndak sama anak-anak pengamen lain yang usianya jauh lebih
tinggi ?
I : Saya ndak pernah dimusuhi sama pengamen yang lebih tua, saya malah
menghormatinya.
P : Kalau dikejar-kejar polisi itu pernah ndak ?
I : Saya ndak pernah dikejar-kejar polisi.
P : Dari masalah tadi, masalah mana yang sering kali menjadi sumber stres ? Apa
karena gara-gara ndak dapet uang ?
I : Ya gara-gara ndak dapet uang itu, kalau buat makan sekeluarga bingung.
P : Apa yang dirasakan mas sendiri ketika menghadapi stres itu apa, cemas ?
I : Pernah cemas binging juga pernah.
P : Itu karena apa ?
I : Karena ngamen dapet sedikit, trus ndak mencukupi.
P : Trus ada sambilan lain ndak ?
I : Ya ndak ada, cari kerja sekarang susah.
P : Pernah coba cari pekerjaan lain ?
I : Ndak pernah mbak, kalau ndak ada hubungan susah.
P : Apa yang dilakukan mas sendiri jika dalam keadaan stres ?
I : Menyendiri sambil merokok mbak, dapat menghilangkan stres, lihat TV atau
sebagainya.
P : Itu tadi kan jika dalam keadaan stres seperti itu, trus kalau cara mengatasinya.
Mas pernah stres, trus mas pernah berpikiran harus begini, harus begini biar ndak
stres.
I : Ya bicara sama ibu, minta tolong sarannya biar ndak stres.
P : Hubungan mas sama keluarga sendiri terbuka apa tertutup ?
I : Terbuka kalau sama orang tua.
P : Disini tinggal sama ibu ?
I : Tinggal sama ibu sendiri sama adik-adik.
P : Pernah ndak mas punya pikiran, cara mengatasi stres dengan minum ?
I : O…nggak, saya ndak pernah minum, cuman merokok saja.
P : Temen-temen yang lain pernah ndak ngojok-ngojoki (membujuk), “halah minum
aja ndak wis”.
I : Ya pernah mbak, tapi saya ndak mau menuruti ajakan temen saya, karena saya
ndak boleh sama orang tua saya.
P : Kalau sama ibu sendiri sering cerita masalah apa ?
I : Ya sering mbak, sampai pulangnya kalau ada pa pa sering ngomong.
P : Trus kalau ndak ngamen, seringnya kemana, misalnya : “Ah lagi males ngamen”
trus biasanya kemana ?
I : Ya dirumah mbak, bersih-bersih rumah, nyapu, ngepel, umbah-umbah (mencuci),
cuci piring.
P : Kalau boleh tau ibunya jualan apa ?
I : Dulu sih jualan mie ayam, bakso, sekarang momong.
P : Sehari dapet berapa dik ?
I : Kadang sepuluh, dua puluh kalau ramai sampai empat puluh mbak.
P : Hari-hari biasa sama malam minggu sama ndak penghasilannya ?
I : Ndak mesti mbak.
P : Biasanya kalau ngamen dijalan-jalan atau ikut bis-bis.
I : Saya ngamennya di perumahan-perumahan ok mbak, kalau ndak ya di Bang jo
(traffic Light).
P : Hubungan-hubungan sama adik sendiri ?
I : Ya sering bercanda mbak, main sama adik-adik.
P : Kalau adik punya masalah adik terfokus pada masalah itu atau malah mengurusi
masalah adik yang meledak-ledak, atau ndak urusan dengan masalah itu, malah
marah-marah sendiri.
I : Saya ndak pernah marah-marah, saya coba menyelesaikan masalah itu.
P : Hubungan adik dengan teman-teman ?
I : Hubungan saya dengan teman-teman baik juga.
P : Biasanya adik minta tolong sama siapa, kalau pas punya masalah ?
I : Teman-teman saya mbak, teman seprofesi saya, sama ibu sendiri sering mbak,
sampai pulangnya kalau ada apa-apa sering ngomong, minta sarannya biar ndak
stres. Ya teman ngasih pendapat yang baik mbak, kalau saya butuh uang juga
pinjam sama teman, mereka juga ngasih pinjaman.
P : Sebenarnya pihak keluarga mendukung ndak adik mengamen?
I : Ya sebenarnya tidak mendukung, tapi karena kebutuhan ekonomi yang mendesak
ok mbak.
P : Sampai sekarang masih terpaksa apa ndak ?
I : Ya kadang-kadang terpaksa mbak kalau ndak, ndak bisa makan sekeluarga.
P : Pernah ndak males?
I : Ya pernah mbak.
P : Trus kalau males gitu pie (malas seperti itu bagaimana)?
I : Saya males, saya paksa berangkat buat cari uang mbak.
P : Ya udah mas, trimakasih buat waktunya.
I : Ya mbak sama-sama.

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Sdr. J

Data Personal
Nama : Sdr. J
No Kode : 08
Usia : 18 tahun
Alamat Keluarga : Kudus.
Pendidikan : SMP
Tempat Singgah : -
Daerah/tempat melakukan aktivitas dijalan : Perumahan-perumahan.
Lama menjadi anak jalanan : 1 tahun.
Alasan menjadi anak jalanan : Mengolah vokal.
I : Informan
P : Peneliti
P : Selamat malam mas ?
I : Malam
P : Maaf kalau menganggu, ini saya mau minta tolong wawancara sebentar.
I : Ya
P : Sebelumya perkenalan dulu ya ? Namanya siapa mas ?
I:J
P : Pendidikannya ?
I : Lulusan SMP.
P : Jadi sekarang udah ndak sekolah lagi ?
I : Ndak
P : Punya itu ndak, e…rumah singgah ?
I : Rumah mbak ?
P : Nggak, seperti yayasan yang mengurusi ?
I : E..ndak punya ikut orang tua.
P : Daerah/tempat melakukan aktivitas dijalan itu diman aja ?
I : Perumahan-perumahan.
P : Berapa lama menjadi anak jalanan itu ?
I : Barusan ok mbak, ya sekitar hampir 1 tahun.
P : Sejak ndak sekolah itu ?
I : Ndak saya lulusan tahun 2003, sebelumnya dirumah.
P : Alasan apa yang menyebabkan kepengen (ingin) jadi pengamen, menjadi anak
jalanan ?
I : Ya kalau intinya saya ngamen itu, pengen ngolah vokal, soalnya saya kan
ngeband, nanti kalau ada yang ngomong suaranya bagus.
P : Tadi soal ngomong band, itu band waktu masih sekolah SMP ?
I : Ya, dulu saya pas SMP kan pernah ngeband sama anak-anak, sampai sekarang
masih.
P : Ngamen cuman pengen ngolah vokal aja, ndak ada alasan pengen bantu orang
tua?
I : Ndak ada, ngamen ini aja ndak ketahuan orang tua.
P : Berati diem-diem (diam-diam)?
I : Ya.
P : Lha trus uange buat apa ?
I : Buat beli rokok, main-main ke Citra, ke Mall-mall gitu loh.
P : Adik berapa bersaudara ?
I : 4, saya anak nomer 1.
P : Yang lainnya masih sekolah ?
I : Yang satu sudah ndak sekolah baru lulus kemarin, yang satu kelas 5, yang satu
masih kecil.
P : Kegiatan apa yang dilakukan adik setiap harinya dijalanan, selain ngamen?
I : Ya nongkrongan, main ke mall, ngisi ngisi kegiatan gitulah.
P : Kegiatan pokoknya ngamen?
I : Ya bisa dibilang kegiatan pokoknya nongkrong.
P : Ngamen buat sambilan apa?
I : Ya gitulah.
P : Berarti uangnya buat adik sendiri ya?
I : Ya gitulah buat seneng-seneng sendiri.
P : Perasaan adik sendiri dalam melakukan kegiatan itu?ngamen itu perasannya
gimana?
I : Ya senenglah, apalagi ada yang ngomong ”wah masnya suaranya bagus,semangat
gitu loh mbak”.
P : Pernah merasa itu apa…bosen dengan kehidupan adik, sedih ?
I : Itu ndak pernah, ya tapi kadang mbak kalau pas ngamen udah ndak ada hiburan,
misalnya hiburan itu ya contohnya ngamen depannya cewek itu kan biasanya
tambah semangat itu ada ,trus dapetnya sedikit, kalau sampai rumah kepikiran gitu
loh mbak.
P : Lho katanya uangnya buat sendiri ndak buat keluarga?
I : Iya intinya ngamen tu kan buat ngolah vokal sama cari hiburanitu loh mbak.
P : Pernah punya pikiran cari kerja sambilan selain ngamen itu?
I : Ya sebenarnya itu pengen (ingin), cuma sekarang cari kerja itu susah mbak,
apalagi lulusan SMP itu sekarang sulit ok mbak.
P : Pernah coba nglamar-nglamar ndak ?
I : Pernah sih, tapi ditolak soalnya itu lulusannya SMP.
P : E…adik pernah ngalami stres nda ?
I : Kalau stres itu saya sering mbak.
P : Stres sendiri menurut adik itu apa ?
I : Ya gitulah, waktu ada hubungan sama ceweklah.
P : Pengertiannya ? Stres adalah..
I : Pikiran, resah, bingung, pengennya menyendiri, gitulah mbak.
P : Permasalahan apa yang sering dihadapi adik di jalanan itu ?
I : Kalau dijalanan ya, masalahya kalau ketemu temen cewek kalau kenal itu malu
mbak, tapi kalau ndak kenal malah seneng.
P : Pernah ndak adik punya permasalahan, misalnya dikejar-kejar polisi ?
I :Pernah waktu di Plamongan, disitukan ada satpam, dimarahi sama satpamnya ndak
boleh masuk situ, saya tetep ngamen.
P : Trus sama temen ngamen, yang usianya lebih tinggi dari adik, kaya saingan ?
I : Ya kalau melotot-melotot pernah mbak, tapi ndak sampai bertengkar, paling
melotot-melotot langsung minggir, dia kekanan, saya kekiri.
P : Masalah mana yang seringkali menjadi sumber stres buat adik ?
I : Intinya masalah stres itu mbak ?
P : Ndak masalah yang sering meyebabkan adik stres ?
I : Ya masalah cewek, misalnya janjian sama cewek ndak punya uang, ngamen
dapetnya sedikit.
P : Ada masalah lain ndak, misal dalam keluarga ?
I : Kalau dalam keluarga ndak pernah, urusannya keluarga itu sendiri, saya ngamen
kan cuman buat main-main.
P : Kalau sama temen-temen yang lain pernah punya masalah ?
I : Kalau sama temen lain ndak pernah, paling cuman disuruh beliin rokok, kalau
saya dapetnya sedikit nanti dikirain saya dapet uangnya banyak, temen-temen
ndak percaya, trus cek cok.
P : Reaksi adik sendiri ketika menghadapi stres itu apa ?
I : Ya menyendiri, kadang ke taman gitaran, kalau cemas saya jalan-jalan gitaran,
bingung, pokoknya kalau saya stres saya ke taman, cari tempat yang sepi.
P : Itu tadi kan yang dilakukan adik di saat stres, apa ada hal lain yang dilakukan adik
saat stres ?
I : Ya selain pergi ke taman, kalau punya uang ya ke mall cuci mata, disana cuma
nongkrong gitu, ndak beli-beli.
P : Bagaimana cara adik mengatasi agar stres itu tidak muncul lagi ?
I : Ya caranya gitulah pergi ke taman.
P : Tadikan yang sering menjadi streskan karena uangnya sedikit, lha cara adik untuk
mendapatkan uang banyak dengan cara seperti apa ?
I : O..kalau itu biasanya saya berangkatnya pagi jam 8 itu sampai jam setengah 5
sore, itu saya jalani, biasanya kan cuman setengah hari paling sampai siang, tapi
kalau pas ndak ada uang saya bisa ngamen satu hari.
P : Berapa yang didapatkan adik seharinya ?
I : Ya ndak mesti, satu kali berangkat pagi sampai sore gitu ya 20 ribu, orang satu.
P : Biasanya berangkat sendiri atau sama temen-temen lain ?
I : Saya sama temen-temen, kalau sendiri malu.
P : Napa kok malu ?
I : Ndak PD (tidak percaya diri) gitu lho mbak, alatnya kurang.
P : Berarti ngamennya juga sama temen-temen lain nda sendirian ?
I : Ya soalnya kalau sendiri alatnya cuman gitar, kalau sama temen-temen kan ada
yang lain, misalnya gendang.
P : Kalau ngamen itu sendiri, dorongan adik sendiri atau dari orang lain ?
I : Aku ikut-ikutan temen-temen mbak, dapet uang bisa maen (main) sama ceweknya,
jadi aku kepengen(ingin) juga punya uang, kalau minta orang tua ndak pernah
dikasih.
P : Kalau ditanya sama orang tua pie (bagaimana) ?
I : Kan itu pernah ketahuan tapi saya ngelak (mengelak) mbak, bilang maen (main)
dari temenlah, gitu.
P : Kalau adik punya masalah, adik pengennya (inginnya) menyelesaikan masalah
itu, lari dari masalah itu, atau malah berfoya-foya minum-minum gitu?
I : Aku tu kalau punya masalah langsung diselesaike langsung biar ndak menjadi
pikiran, soalnya saya tu orangnya sering kepikiran.
P : Pernah ndak pas punya masalah banyak itu trus minum-minum ?
I : Kalau minum-minum ndak, meskipun sering diajak sama temen-temen saya tetep
ndak, ya temen-temen bilang “ndak menghargai, ndak menghargai”.
P : Hubungan adik sama orang tua tertutup apa terbuka ?
I : Kalau sama orang tua saya ndak pernah crita mbak, tapi biasanya ceritanya sama
temen-temen.
P : Pernah ndak punya angan-angan ndak ngamen lagi ?
I : Ya pernah mbak, pa lagi pas stres, kalau angan-angan pengen (ingin) kerja apa,
gimana itu ndak pernah, masalahnya sekarang kerja kalau ndak ada hubungann
ya itu susah mbak, ya paling ya saya andalkan ya ngeband itu mbak, kalau
terkenalkan bisa dapet uang.
P : Ya udah mas gitu aja wawancaranya, trimakasih buat waktunya.
I : Ya mbak sama-sama.

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Sdri.A

Data Personal
Nama : Sdri. A
No Kode : 09
Usia : 18 tahun
Alamat Keluarga : Kudus
Tempat Singgah :-
Pendidikan : SMP (Tidak lulus)
Daerah/tempat melakukan aktivitas/kegiatan di jalan : Perumahan-perumahan,
Simpang Lima.
Lama menjadi anak jalanan : 2 tahun
Alasan menjadi anak jalanan : Membantu orang tua
I : Informan
P : Peneliti

P : Selamat sore dik ?


I : Sore mbak, mau wawancara sekarang mbak ?
P : Iya, ndak nganggu to ?
I : Ndak ok mbak, ini pas istirahat.
P : Perkenalan dulu ya, namanya siapa dik ?
I : A mbak.
P : Sudah berapa lama adik menjadi anak jalanan ini ?
I : Sudah hampir 2 tahunan mbak, sejak saya keluar dari sekolah.
P : Biasanya adik kalau melakukan aktivitas dijalanan itu dimana ?
I : Kalau saya cuma di perumahan-perumahan, simpang lima, tapi seringnya di
perumahan-perumahan, lha ini saya pas ngamen di sini.
P : Alasan apa sih yang membuat adik mau jadi anak jalanan, ngamen seperti ini ?
I : Ya cari uang buat tambahan makan keluarga, ya pokoke bantu orang tua. Kalau
cuman bergantung sama penghasilan orang tua ndak cukup mbak, lagian saya
sudah coba cari kerjaan ndak dapet-dapet.
P : Orang tuanya kerja apa dik ?
I : Bapak saya dulunya sih kerja di pabrik, tapi sekarang nganggur mbak kena PHK,
ya sekarang cuman jadi kuli bangunan sing ndak mesti (tidak pasti) setiap harinya
dapat uang, ibu saya kerja mocok, bantuin tetangga bersih-bersih, nyuci.
P : Jumlah saudara adik berapa ?
I : Kalau sama saya ya 3 adik-adik saya masih sekolah, lha saya ngamen ini juga buat
bantu biaya sekolah adik saya mbak, biar saya ndak sekolah lagi yang penting
adik saya sekolahnya selesai, paling ndak lulus SMU.
P : Biasanya adik kalau ngamen dimana ?
I : Ya seringnya di perumahan-perumahan mbak, kadang di Simpang Lima, kalau
ndak cari tempat di bangjo(Traffic Light) yang belum ada sing ngamen, halte.
P : Kegiatan adik selain ngamen apa, yang dilakukan setiap harinya dijalanan.
I : Ya selain ngamen, ya jualan koran, jualan makanan kecil, kalau ada yang nitip
jualan mainan ya saya bantuin, lha nanti kan saya dapet uang.
P : Dari semua aktivitas adik tadi, sehari bisa dapet berapa dik ?
I : Kalau cuman ngamen dapet 15 ribu sehari, kalau sama nyambi (sambilan) yang
lainnya bisa sampai 25, 30 ribu.
P : Adik menjadi anak jalanan ini, dorongan diri sendiri atau orang lain, orang tua
mungkin ?
I : Ya dorongan diri sendiri mbak, karena pengen dapet uang, malah orang tua
sajakno (seharusnya) ndak boleh, tapi aku tetep ngeyel (tetap membangkang)
mbak, ya memang pertama kali aku ikut-ikutan teman, trus lama-lama aku kok
pengen (ingin) sing (yang) penting cari duit (uang) halal mbak.
P : Bagaimana perasaan adik sendiri ketika melakukan aktivitas dijalan ?
I : Ya gimana ya mbak, kadang seneng, kadang sedih, kadang males banget mbak.
P : Bisa adik jelaskan, kapan seneng, kapan sedih, kapan pas males ?
I : Senenge nek pas dapet uang banyak, ngamene lancar, jualane laris (jualannya
laku banyak). Nek sedihe ya pas dapet (kalau sedihnya waktu dapat) uang sitik
(sedikit) mbak, po meneh pas udan (apa lagi waktu hujan) wah sepi mbak, pa
meneh pas kuwi adikku pas kudu mbayar (apa lagi waktu itu adikku harus
membayar) sekolah, wah stres aku mbak, aku sempat pernah bosen mbak jadi
pengamen, anak jalanan, tapi nek kelingan (kalau teringat) adikku ya bosene
ilang (bosennya hilang) mbak.
P : Adik tadi ngomong soal stres, sering ndak adik mengalami stres itu, trus menurut
adik stres itu apa sih ?
I : Ya kadang sih mbak, e…stres sak ngertiku kuwi pokoke pikirane bingung (setahu
saya itu pokoknya pikirannya bingung), kepala pusing banget, pikirane
(pikirannya) kosong, rasane males napa-napa (rasanya malas apa-apa) mbak.
P : Permasalahan apa yang sering ada pada diri adik ?
I : E…ya sing pertama sih, dapet uang sedikit. Trus kalau pas ngamen kadang diusir
karo (sama) pengamen lain, malah pernah meh kecekel (mau tertangkap) polisi
mbak, kepanasan.
P : Kenapa kok sampai mau ditangkap polisi ?
I : Ya soale (masalahnya) aku ngeyel (membangkang) ngamen padahal ning kono wis
(disitu sudah) dilarang ngamen, tapi pas kuwi (waktu itu) aku mlayu (lari) ok
mbak.
P : Trus masalah apa lagi yang dialami ?
I : Ya kadang duitku dijaluki karo koncoku nganggo tuku rokok (uangku diminta
sama temanku untuk beli rokok).
P : Dari masalah tadi yang seringkali menjadi sumber stres yang mana ?
R : Ya sing dapet uange sitik tok (yang dapat uangnya sedikit), adikku kudu mbayar
(adik saya harus membayar) sekolah, ngamen diusiri kana kene (sana-sini), duit
dijaluki konco wah nek pas kuwi sirahku ngelu banget (uang diminta teman kalau
waktu itu kepala saya pusing sekali) mbak.
P : Reaksi adik sendiri gimana ketika stres? Apa pengen marah, bingung atau
gimana?
I : Ya pengene aku marah-marah mbak, tapi tak tahan mbak, malah aku engko rugi
dewe, bingung kaya wong edan, kadang rak ngerti aku kudu ngapa, kudu pie,
paling aku cuma meneng wae mbak karo dongo.
P : Apa yang adik lakukan pas adik stres ?
I : Ya nek pas stres aku cuma meneng wae (diam saja) mbak, ya aku coba ngamen di
tempat yang aku durung (belum) pernah ngamen, pa aku main kartu ning pinggir
ndalan karo koncoku (dipinggir jalan sama temanku) ngobrol-ngobrol karo
koncoku (sama temanku) malah kadang aku ngamen terus mbak ben stress ku
ilang (biar stres saya hilang).
P : Pernah ndak adik berpikiran untuk mabuk, ngrokok pas stres itu ?
I : E…ya pernah mbak, pas kuwi (waktu itu)aku stres banget trus koncoku (temanku)
ngajaki aku ngombe (minum) ya aku melu wae, nek ngrokok rak seneng mbak,
(ikut saja, kalau merokok tidak suka, mbak), tapi kuwi (itu) jarang banget mbak,
ngentek-ngenteke duit (menghabis-habiskan uang), tapi nek (kalau) dibayari
koncoku aku melu wae (dibayari temanku aku ikut saja).
P : Cara adik sendiri untuk mgatasi stres apa ?
I : Ya aku coba menghibur diri mbak, nek rak (kalau tidak) crita karo kanco cedakku
(sama teman dekatku) atau ngamen sampai malem banget.
P : Selain sama teman dekat tadi, kemana biasanya adik minta tolong kalau ada
masalah ?
I : Ya selain konco (teman) rak ana (tidak ada) mbak, aku jarang crita-crita ok mbak
karo wong tuaku, apa meneh (lagi)adik-adikku, paling ya aku ndongo (berdoa)
crita karo (sama) Tuhan.
P : Biasanya teman memberikan saran apa hingga membuat adik nyaman ?
I : Yo paling memberi saran pendapat gitu tok mbak.
P : Nek misale kepepet adik ndak punya uang, mintanya sama siapa ?
I : Nek kepepet ya minta sama orang tua, nek pas kasian ndak punya uang ya pinjem
teman.
P : Trimakasih dik buat waktunya, jika ada salah kata saya minta maaf ya ?
I : O…ya sama-sama mbak.

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM Sdr.B

Data Personal
Nama : B.S
No Kode : 10
Usia : 13 tahun
Alamat Keluarga : Kudus
Tempat Singgah : -
Pendidikan : SD Klas 6 (masih sekolah)
Daerah/tempat melakukan aktivitas/kegiatan di jalan : Sekitar Siranda
Lama menjadi anak jalanan :
Alasan menjadi anak jalanan : Membantu orang tua
I : Informan
P : Peneliti
P : Namanya siapa dik ?
I : B.S mbak.
P : Umurnya sekarang berapa ?
I : 13 tahun mbak.
P : Trus alamat tinggal, sama keluarga ?
I : Ya mbak, saya tinggal sama keluarga di Lempong sari.
P : Keluarganya berapa dik ?
I : 8 mbak, anak 6, bapak sama ibu.
P : Pada ngamen semua ?
I: Ndak mbak, ibunya kerja, bapaknya nganggur mbak. Ibunya kerja mocok
pembantu rumah tangga di tetangga kalau sore pulang. Bapak dulu buruh
bangunan di Jakarta, sekarang nganggur kalau hari minggu bapaknya mincing.
P : Pendidikan terakhir ?
I : SD klas 6 masih sekolah mbak.
P : Adik melakukan kegiatannya hanya disini sekitar siranda ?
I : Ya mbak, kalau dulu saya ngemen bis mbak, sekarang yang ngamen bis banyak,
saya pindah sini mbak.
P : Alamat keluarga tadi kan di Lempong sari, lha itu kok ndak ngamen di sana aja
kenapa ?
I : Ndak ada lampu merahnya mbak, yang ada lampu merahnya kan sini sama
Kariadi, di Kariadi saya diusir ok mbak, diusir sama yang nyekel (memegang)
sana lah mbak.
P : Trus pertama kali diusir perasaanya pie (bagaimana) dik ?
I : Ya sengit, ya aku pergi ajalah dan waktu itu saya sama adik saya.
P : Sejak kapan adik jadi anak jalanan ini ?
I : Sejak umur 6 tahun ok mbak, waktu belum sekolah.
P : Alasannya apa, adik mau jadi anak jalanan ?
I : Buat jajan, sama nabung, membantu orang tua juga mbayar buku.
P : Keinginan adik untuk ngamen itu merupakan dorongan sendiri atau dorongan dari
orang tua ?
I : Dorongan sendiri mbak, ya tetangga saya ngamen saya ikut-ikut.
P : Pertama kali ngamen ndak dimarahi orang tua ?
I : Ndak
P : Adik anak nomer berapa ?
I : Saya anak nomer 4, kakak-kakaknya nganggur semua.
P : Trus yang menghidupi keluarga adik siapa ?
I : Ya orang tua mbak.
P : Tadi katanya bapaknya nganggur, ibunya cuman pembantu rumah tangga, adik
sendiri ngamen.
I : Ya kalau dibilang cukup ya cukup, kalau boros ya ndak cukup.
P : Kakak-kakaknya masih ikut orang tua ?
I : Yang satu sudah ikut bojonya (suaminya).
P : Sekolahnya dapat beasiswa dik ?
I : Dapat mbak, uang sekolah gratis, tapi buku-buku sama lesnya mbayar. Uang les
yang mbayar saya sendiri mbak.
P : Kegiatan yang adik lakukan setiap harinya di jalan apa ?
I : Ngamen sama sekolah, pernah jual koran waktu klas 3 mbak, tapi sekarang ndak
pernah mbak, soalnya ndak payu (tidak laku).
P : Trus perasaan adik sendiri sebagai anak jalanan ini yang dirasakan selama ini apa,
bagaimana ?
I : Enak mbak, soale sudah ada lengganane mbak, yang ngasih uang itu lho mbak.
Sehari rata-ratanya itu 25 ribu sehari. Kalau berangkatnya kemarin jam setengah
tujuh sampai jam sembilan trus pulang dapat 25 ribu.
P : Pernah ndak dik selama jadi anak jalanan ini ngrasain sedih atau takut ?
I : Ndak.
P : Pernah ngalami stres ndak dik ?
I : Stresnya kalau tidak dapat uang.
P : Itu sing dirasake, waktu adik stres ?
I : Sengit benci kalau ndak dapat uang tu pusing mbak, tapi saya kalau ndak dapat
uang ndak dimarahin sama ibu.
P : Berarti uang hasil ngamen itu cuma buat sambilan adik saja, buat mbayar buku
gitu ?
I : Ya mbak.
P : Ndak pernah ditarget kamu harus dapat uang segini ?
I : Ndak pernah mbak.
P : Tadi adik bilang yang dirasakan adik saat stres itu pusing, trus keadaan suhu
badan adik sendiri gimana, apakah biasa-biasa saja atau malah panas dingin ?
I : Yo panas to mbak, keringatan panas trus kedinginan, kalau makan masih doyan.
P : Trus menurut adik sendiri stres itu apa ?
I : Kalau dibenci orang mbak, stres itu ndak dapat uang.
P : Sebagai anak jalanan itu kan pasti punya masalah-masalah yang dihadapi, lha
masalah apa yang sering dihadapi adik ?
I : Tukaran , tukaran karo (dengan) pengamen ning (di) bis, apa ning bang jo itu lho
mbak.
P : Pernah ngamen di perumahan-perumahan ndak ?
I : Ndak berani mbak, malu ok mbak.
P : Pernah punya masalah dengan polisi ndak ?
I : Stresnya itu kalau ditangkap sama polisi pamong praja itu lho mbak,
diperingatkan tidak boleh ngamen lagi, trus ngamen suwi (lama) ndak dapat
uang, dimarah-marahin teman.
P : Trus kenapa kok masalah itu bisa membuat adik stres ?
I : Karena kan tidak bisa cari uang mbak, soalnya kalau diperingatin itu berarti ndak
boleh ngamen dimana-mana.
P : Pernak ndak dik, adik mengalami seperti itu, trus adik bingung ?
I : Ya bingung mbak.
P : Trus waktu diperingatin sama pamong praja itu adik gimana ?
I : Ya tetep nekat ngamen mbak, lha kalau ada pamong praja lari to mbak.
P : Ndak pernah ketangkep ?
I : Ndak.
P : Trus masalah apa lagi dik yang dihadapi, masalah keluarga ada ndak ?
I : Ndak ada mbak.
P : Hubungan sama keluarga sendiri gimana ?
I : Ya kadang-kadang berantem mbak, kakak pertama saya sama bapak, biasanya itu
masalah sepele, masalah umbah-umbah ibue rak gelem (nyuci ibunya tidak mau)
trus ditampek karo (datampar sama) bapak, ibue ngundangke mase (ibunya
memanggilkan mas), trus tukaran.
P : Pernah ndak adik sendiri punya masalah dengan keluarga ?
I : Saya sih ndak pernah, tapi kadang masalah kuwi mau sempat membuat saya stres
tapi biasa mbak.
P : Hubungan adik sendiri sama keluarga ? sering crita-crita, ngobrol gitu ndak ?
I : Ya sering to mbak, tanggapannya mereka kalau saya dijalan gini, cerita ngamen,
trus ibu ngomong rak papa (bilang tidak apa-apa).
P : Apa saat adik stres itu seringe marah-marah atau sing dilakukan adik waktu stres?
I : Ya marah-marah, jengkel.
P : Trus yen rumangsa (kalau merasa) jengkel, sing dilakuke (yang dilakukan ) adik
apa ?
I : Ya nek pas jengkel kuwi aku diam sendiri, trus nek pas rak enthuk dhuwit pengene
(kalau sewaktu tidak dapat uang) ngamen terus sampai bang jo mati.
P : Pernah cerita sama teman ndak ?
I : Ndak pernah mbak, males.
P : Pernah diajaki minum-minum, ngrokok, waktu stres ?
I : Ndak mbak, kalau saya minum sama ngrokok ditabuki (dipukul) masku mbak.
P : Kalau cara mengatasi stres itu sendiri adik ngapa ?
I : Ya paling diam mbak, nek diajaki omong lucu-lucu ya ketawa, ben strese hilang
trus ece-ecenan sama teman, nonton TV.
P : Nek adik punya masalah itu minta tolongnya sama siapa ?
I : Sama teman-teman to mbak, sama orang tua apalagi bapak ndak pernah soalnya
galak, kalau stres soal PR saya juga pernah, trus saya minta diajari sama kakak.
P : Emosi adik sendiri disaat stres itu sendiri apa ?
I : Ya omongane rusak, soale pas kuwi dijengkeli sama teman, trus diseneni
(dimarahi), yo omonganku rusak, pas kuwi gara-garane kancaku ngelek-ngelek
awakku ok mbak, gampang marah mbak, lambeku sering ce cet cowet (waktu itu
gara-garanya temanku mengejek saya mbak, mudah marah mbak, mulutku sering
mengomel).
Lampiran 6

KATEGORI HASIL WAWANCARA

I. Alasan yang Menyebabkan Menjadi Anak Jalanan

Informan 01 : “Ya karena sudah tidak ada pekerjaan lagi, membantu orang tu

mencari uang, selain itu saya kepengen punya uang sendiri ok mbak”.

Informan 02 : “Apa itu buat bayar sekolah sama memenuhi kebutuhan makan

keluarga itu lho mbak”.

Informan 03 : “Bapak ndak punya uang buat makan...”.

Informan 04 : “ Ingin membantu orang tua, ingin kumpul sama temen-temen...”.


Informan 05 : “Orang tuanya tidak mampu ok mbak”.

“Orang tua ndak kerja, trus kalau saya ndak ngamen mau makan

apa ?”.

Informan 06 : “Kalau itu cuman buat iseng ya mbak, dirumah dari pada

nganggur, mendingan cari uang yang penting halal tidak mencuri”.

Informan 07 : “Ya karena ibu saya sama ayah saya pisah, ya saya mencari uang

buat ibu saya”.

Informan 08 : “Ya kalau intinya saya ngamen itu, pengen ngolah vokal, soalnya

kan saya dulu ngeband”.

Informan 09 : “Ya cari uang buat tambahan makan keluarga, ya pokoke mbantu

orang tua. Kalau cuman bergantung sama penghasilan orang tua ndak cukup mbak,

lagian saya sudah coba cari kerjaan ndak dapet-dapet”.

Informan 10 : “Buat jajan, sama nabung, membantu orang tua juga, buat mbayar

buku”.

II. Stres Anak Jalanan

A. Stres Menurut Anak Jalanan

Informan 01 : “Stres itu, kalau stres sih merasa bingung, tertekan, merasa

sepi, itu mbak yang saya rasakan”.

Informan 02 : “Stres itu nganu lho mbak, ya bingung karena memikirkan

apa-apa sesuatu di dalam kepala, ya kalau sudah seperti itu kepala saya terasa

pusing”.

Informan 03 : “Bimbang, takut, cemas, jengkel”.

Informan 04 : “Stres itu jengkel, inginnya nangis, inginnya nganu

temannya...”.
Informan 05 : “Pas stres itu seringnya males apa-apa mbak”.

Informan 06 : “Pengertian stres itu lagi bingung, cemas memikirkan sesuatu”.

Informan 07 : “Stres saya besok cari uangnya gimana ? kemana ?”.

Informan 08 : “Stres itu pikiran resah, bingung, pengennya menyendiri”.

Informan 09 : “Ya stres sak ngertiku kuwi pikirane bingung, lha nek wes

bingung kepala jadi pusing, pikiran kosong, rasane sirahe senut-senut”.

Informan 10 : “Kalau dibenci orang mbak, stres itu ndak dapet uang”.

B. Permasalahan Yang Dihadapi Anak Jalanan

Informan 01 : “Ngamennya sepi...”.

Informan 02 : “Kan banyak orang ngamen, lha saya dapet uang apa ndak ya ?

kalau yang ngamen sedikit, ya saya dapet banyak”.

Informan 03 : “Ngamen ndak dapet duit, marahan sama temen”.

Informan 04 : “Ya rebutan mainan sama teman”.

Informan 05 : “Masalah keluarga itu lho mbak, kalau mbayar kontrakkan”.

“Lha Cuma sering dimarahi sama kakakku terus, kalau jualan gitu mbak, mo

dibeli ujuk-ujuk temenku mlayuni, ya aku nesu to mbak, wong arep tuku

nggonku malah diplayoni mbek de-e”.

Informan 06 : “Permasalahannya itu kalau kita lagi ngamen, tiba-tiba di

kejar-kejar polisi, ya bingung saya, tapi kemarin saya sempat di kompasin

mbak sama pengamen lain yang bukan teman saya”.

Informan 07 : “Ya masalahnya kalau sedang ngamen sering dihina sama

orang kaya”.

Informan 08 : “Kalau dijalanan masalahnya kalau ketemu temen cewek,


kalau kenal itu malu mbak, tapi kalau ndak kenal malah seneng, pernah waktu

di Plamongan, di situkan ada satpam, dimarahi sama satpamnya”.

Informan 09 : “E...ya sing pertama sih dapet uange sedikit, trus kalau pas

ngamen kadang diusir karo pengamen lain, malah pernah meh dicekel karo

polisi mbak, kepanasen”.

Informan 10 : “Tukaran mbak, tukaran karo pengamen ning bis”.

III. Sumber Stres Anak Jalanan

Informan 01 : “Stresnya sih kalau pas ngamennya sepi, trus pengen pulang tapi

ndak ada uang mbak”.

Informan 02 : “Bayar uang SPP, uang gedung, kalau ndak bayarkan dipanggil

guru, dimarahin, yang mbuat saya stres itu”.

Informan 03 : “Kadang-kadang ibu ngomel pas bapak ngrokok, ngamen ndak

dapet duit”.

Informan 04 : “Masalah PR banyak, tidak bisa mengerjakan, teman membuat

salah...”.

Informan 05 : “Masalah keluarga itu kalau mau mbayar kontrakkan itu lho

mbak, harusnya kan urunan ya mbak sama kakakku, tapi kakakku itu ndak mau

nguruni mbak, ah stres aku, malah senenge kakakku itu marahi aku terus mbak,

ngene-ngene...dari kecil sampek dewasa hidup saya ini susah terus mbak”.

Informan 06 : “Ya intinya satu, diputusin cewek, trus lagi pas ndak ada uang

bingung, ngamen lama banget ndak dapet uang”.

Informan 07 : “Ya gara-gara ndak dapet uang”.

Informan 08 : “Ya masalahnya cewek, misalnya janjian sama cewek ndak


punya uang , trus ngamen dapetnya sedikit”.

Informan 09 : “ Ya sing dapet uange sitik tok, adikku kudu mbayar sekolah,

ngamen diusiri kana-kene, duit dijaluki karo konco, wah nek pas kuwi sirahku

ngelu banget mbak”.

Informan 10 : “Stresnya itu kalau ditangkap sama polisi Pamong Praja itu lho

mbak, diperingatkan tidak boleh ngamen lagi, trus ngamen suwi ndak dapet uang,

dimarahi teman, ndak buat PR trus dimarahi sama guru”.

IV. Reaksi Ketika Menghadapi Stres

Informan 01 : “Ya saya ndak tau apa yang saya lakukan, soalnya rasanya

pikirannya penuh mbak, trus kalau pas stres itu saya gampang marah mbak, tapi

biasanya tak tahan-tahan mbak, nek wis marah banget, saya bisa njotos mbak”.

“Ya pusing mbak sirahe, perute rak enek, makannya jadi kurang”.

Informan 02 : “...kepala saya terasa pusing”.

“Kuatir, cemas, takut, kalau dimarahin ndak bisa bayar SPP, nanti dipanggil guru

trus diceramahin “.

Informan 03 : “ Jengkel dan kuatir...”

Informan 04 : “Takut, pengen nagis, menyendiri...”.

Informan 05 : “Biasa saja, dipikir-pikir terus malah tambah stres mbak, kalau

saya seringnya nangis mbak”.

Informan 06 : “Reaksi saya suka cemas...”.

“...kepala saya itu terasa pusing sekali, panas, ndak punya buat periksa ya saya

cuma tiduran”.

Informan 07 : “Pernah cemas, bingung juga pernah...”.


Informan 08 : “Ya menyendiri ke taman, gitaran, kalau cemas saya jalan-jalan

gitaran , bingung...”.

Informan 09 : “Ya pengene marah-marah, tapi tak tahan mbak, malah aku

engko rugi dewe, bingung koyo wong edan, kadang rak ngerti aku kudu ngapa,

kudu pie, paling aku cuma meneng wae karo ndongo mbak”.

“...wah nek pas kuwi sirahku ngelu banget”.

Informan 10 : “Sengit, benci, kalau ndak dapet uang pusing mbak...”.

“Yo panas to mbak, keringatan panas terus kedinginan, kalau makan masih

doyan“.

V. Koping Anak Jalanan Ketika menghadapi Stres

Informan 01 : “Ya saya biasanya cerita-cerita sama temen-temen, gitaran,

nyanyi bareng-bareng, kalau pas punya uang kadang beli minuman, mabuk”.

Informan 2 : “Beli TTS dan ngisi TTS biar stres itu hilang gitu lho mbak, kalau

ada teman datang ya pergi sama teman kemana aja agar stresnya hilang, kalau

ada yang mbuat jengkel ya marah, ya diem aja dirumah atau nglakuin kegiatan

apa saja yang bisa membuat stres hilang, misal bersih-bersih rumah, denger

musik ataau bantu-bantu, ya berdoa aja, kalau berdoa dengan sungguh, yakin aja

ama Tuhan “.

Informan 03 : “Kalau stres saya ngamen kenceng ya sama berdoa, tapi kadang

dimales-malesin ngamennya, mainan di bangjo”.

Informan 04 : “Ngobrol sama teman, kadang-kadang membaca buku”.

Informan 05 : “Kadang saya minum, mabuk-mabukan, pas stres gitu seringnya

males apa-apa mbak, ngamen males, malah seringnya pergi dolan sama teman-
teman, malah kadang ngepil mbak”.

Informan 06 : “Ya yang saya lakukan mencoba menghibur diri sendiri lah, lewat

lagu yang kita nyanyikan dalam kita mencari uang. Ya cara mengatasinya

merenung, merokok, sama memikirkan apa penyebab munculnya masalah ini, itu

gimana ?”.

Informan 07 : “Menyendiri, sambil merokok mbak. Ya bicara sama ibu, minta

tolong sarannya biar ndak stres, ya berdoa sering mbak, biar cari uangnya ndak

susah”.

Informan 08 : “Ya selain pergi ke taman, kalau punya uang pergi ke mall cuci

mata, disana cuma nongkrong gitu, ndak beli-beli”.

Informan 09 : “Ya aku cuma meneng wae mbak, ya aku coba ngamen ditempat

sing aku durung pernah ngamen, apa aku main kartu ning pinggir dalan karo

koncoku, ngobrol-ngobrol karo koncoku malah kadang aku ngamen terus mbak

ben stresku ilang, pas kuwi aku stres trus koncoku ngajari aku tuku ngombe, ya

aku melu wae, ngatasine aku coba menghibur diri mbak, nak rak crita karo

konco cedakku”.

Informan 10 : “Ya nek pas jengkel kuwi aku diam sendiri, trus nek pas rak

enthuk dhuwit pengenne ngamen terus sampai bangjo mati”.

“Ya paling diam mbak, nek diajaki omong lucu-lucu ya ketawa, ben strese hilang

trus ece-ecenan sama teman,nonton TV”.

VI. Sumber Koping Anak Jalanan

Informan 1 : “Ya saya crita-crita sama teman-teman,...”.

“Kalau saya crita tentang masalah saya teman saya sering ngasih jalan keluar
buat saya mbak, biasanya saya radak lega mbak”.

Informan 02 : “...salah satu diantaranya mereka saya ajak curhat...”.

“Ya ngasih pendapat, kalau masuk akal saya ambil, kalau ndak ya ndak, biar

stresnya hilang”.

Informan 03 : “Sama bapak, temen, teman biasanya memberi saran “.

Informan 04 : “...bilang sama temen, kakak, aku gini-aku gini”.

“trus temennya ngasih masukan”.

Informan 05 : “Sama mbak Voni, sudah tak anggep kakaku sendiri, kalau temen

sendiri disini ndak pernah mbak”.

Informan 06 : “Biasanya sih sama teman sesama profesi, selalu curhat sama

teman, ngomong-ngomong, dia memberikan saran”.

“Ya kalau kepepetnya saya sesekali minta orang tua paling cuman untuk beli

rokok”.

Informan 07 : “Teman-teman saya mbak, teman seprofesi saya, sama ibu sendiri

sering mbak, sampai pulangnya ada apa-apa sering ngomong, minta sarannya

biar ndak stres. Ya teman ngasih pendapat yang baik mbak, kalau saya butuh

uang juga pinjam sama teman, mereka juga ngasih pinjaman”.

Informan 08 : “Kalau sama orang tua saya ndak pernah crita mbak, tapi

biasanya ceritanya sama temen-temen”.

Informan 09 : “Ya selain konco rak ana mbak, aku jarang crita-crita ok mbak

karo wong tuaku, apa meneh adik-adikku, paling yo aku ndongo crito karo

Tuhan”.

“Yo paling memberi saran pendapat gitu tok mbak”

“Nek kepepet yo minta sama orang tua, nek pas kasihan ndak punya uang ya
pinjem teman”.

Informan 10 : “Sama teman-teman tho mbak, sama orang tua apalagi bapak

ndak pernah soalnya galak, kalau stres soal PR saya juga pernah, trus saya minta

diajari sama kakak”.

Anda mungkin juga menyukai