Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena anak jalanan sebetulnya sudah berkembang
lama, tetapi saat ini semakin menjadi perhatian dunia, seiring
dengan meningkatnya jumlah anak jalanan diberbagai kota besar
di dunia1. Secara umum, pendapat yang berkembang di
masyarakat mengenai anak jalanan adalah anak- anak yang
berada di jalanan untuk mencari nafakah dan menghabiskan
waktu untuk bermain, tidak bersekolah, dan kadang kala ada pula
yang menambahkan bahwa anak- anak jalanan mengganggu
ketertiban umum dan melakukan tindak kriminal adanya
pandangan seperti ini akan berpengaruh terhadap terbentuknya
konsep diri anak jalanan sendiri2.
Hidup dan berada di jalanan bukanlah tempat yang layak
untuk membantu tumbuh kembang anak secara optimal karena
resiko eksploitasi dan ancaman kekerasan merupakan dua hal
yang terkadang sekaligus dialami dan terpaksa dirasakan oleh
anak jalanan. Sehingga resiko tinggal atau hidup dijalan akan
melekat pada diri anak dan anak menjadi tidak mempunyai
keterampilan disektor lain, tidak memiliki identitas diri dengan

1
De Moura, S.L. “The social construction of the street children:
Configuration and implications” Britis Journal of Social Work vol 32 (2012)
pp 253-367.
2
Martini dan Agustin, Terloit Anak Jalanan (2011).

1
2

sempurna, internalisasi perilaku, traumatized dan stigmatized


serta reproduksi kekerasan3.
Sementara itu Departemen Sosial membuat suatu
definisi operasional dari anak jalanan, yaitu anak yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah
dan berkeliaran di jalanan dan tempat- tempat umum lainnya.
Mereka biasanya berusia 6 – 18 tahun, masih sekolah atau sudah
putus sekolah, tinggal dengan orangtua maupun tidak, atau
tinggal di jalanan sendiri maupun dengan teman-temannya, dan
mempunyai aktivitas di jalanan, baik terus- menerus maupun
tidak. Beberapa faktor utama, yang diakui oleh masyarakat dan
beberapa tokoh, yang menyebabkan timbulnya anak jalanan,
antara lain kemiskinan, disfungsi keluarga, dan kekerasan dalam
keluarga4.
Yayasan Duta Awan Semarang mengkategorikan faktor
penyebab anak turun ke jalan karena tiga faktor yaitu ekonomi,
masalah keluarga dan pengaruh teman, masalah keluarga dan
pengaruh teman. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama yang
menjadikan anak turun ke jalanan, yaitu kemiskinan, baik
struktual maupun non struktual, sehingga anak turun ke jalanan
bukan karena inisiatif sendiri terkadang juga karena paksaan.
Banyak kasus anak turun ke jalanan justru karena perintah

3
Handayani, Jurnal Pemberdayaan Anak Jalanan di Rumah Singgah,
Vol. 5 No. 1 ISSN: 2339-0042 pp. 52
4
Departemen Sosial Anak Jalanan Terloit (2011)
3

orangtuannya5. Kemudian faktor keluarga bisa jadi penyebab


seorang anak turun ke jalana, yaitu karena penanaman disiplin
dan pola asuh otoriter yang kaku dari orangtua, keluarganya
selalu ribut, perceraian, diusir dan dianiaya orangtua. Faktor
teman juga bisa menyebabkan anak turun ke jalanan, yaitu
adanya dukungan sosial atau bujuk rayu dari teman.
Dalam perkembangan sosial remaja, harga diri yang
positif sangat berperan dalam pembentukan pribadi yang kuat,
sehat dan memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan,
termasuk maupun berkata “tidak” untuk hal-hal negatif. Dengan
kata lain tidak mudah terpengaruh berbagai godaan yang dihadapi
seorang remaja setiap hari dari teman sebaya mereka sendiri6.
Anak jalanan yang ada di perkotaan tidak hanya muncul begitu
saja tanpa adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sudrajat
mengemukakan penyebab munculnya anak jalanan meliputi
tingkat mikro, mezzo dan makro, yang dapat diuraikan sebagai
berikut7;
1. Tingkat mikro (immediate causes)
Yakni faktor yang berhubungan dengan anak dan
keluarganya seperti lari dari keluarga, dipaksa bekerja,

5
Kalinda, Faktor Penyebab Anak Turun ke Jalan (Semarang:Yayasan
Duta Awan, 2015)
6
Peer pressure, Utamadi. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Vol. 9,
No. 1 (Mei 2007) pp62-82
7
Sudrajat, Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996) hlm. 154
4

berpetualang, diajak teman, kemiskinan keluarga, ditolak


atau kekerasan atau terpisah dari orang tua;
2. Tingkat mezzo (underlying causes) yakni faktor di
masyarakat seperti kebiasan mengajaknya untuk bekerja
sehingga suatu saat menjadi keharusan dan kemudian
meninggalkan sekolah, kebiasaan pergi ke kota untuk
mencari pekerjaan karena keterbatasan kemampuan di
daerahnya;
3. Tingkat makro (basic causes)
Yakni yang berhubungan dengan struktur makro, seperti
peluang pekerjaan pada sektor informal yang tidak perlu
membutuhkan modal dan keahlian yang besar, urbanisasi,
biaya pendidikan yang tinggi dan perlakuan guru yang
diskriminatif, belum adanya kesamaan persepsi instansi
pemerintah terhadap anak jalanan8.
Seperti hal yang terjadi dilapangan (Sum-Sel) masih ada
beberapa anak jalanan yang mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Sebagai kota metropolitan yang dinamis,
masalah-masalah sosial pun turut bermunculan bergandengan
dengan pembangunan di Palembang. Salah satu PR bagi dinas
sosial dan pemkot Palembang adalah maraknya keberadaan anak
jalanan (Anjal) yang hadir dalam berbagai wujud, baik
pengamen, penjual koran, penjual tisu dan lain sebagainya

8
http://sriwijaya.id/2018/10/22/relawan-anak-sumsel-kita-semua-
harus-rangkul-anak-jalanan.
5

disudut-sudut jalan kota Palembang9. Pada tahun 2017, total anak


jalanan, pengemis, gelandangan dan orang gila yang berhasil
terjaring yakni sebasar 400 orang, sedangkan tahun 2018 yakni
sebanyak 200 orang. “Hampir rata- rata yang terjaring berasal
dari luar palembang seperti Sukabumi” narasumber: Ikhsan
(5/2/19).
Pemerintah kota (Pemkot) Palembang menyatakan bahwa
anak jalanan yang putus sekolah segara ditampung oleh
pemerintah di sekolah filial, sekolah yang khusus untuk
mengakomodir anak-anak kurang mampu tersebut diresmikan
langsung oleh wali kota Palembang, Harnojoyo10.
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang
Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya
melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang
harus dijunjung tinggi11.
Masyarakat mempunyai kecenderungan untuk membagi
kehidupan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap anak-anak dan
dewasa. Perpindahan dari satu tahap ke tahap lainnya, secara
antropologis, ditandai dengan adanya perkembangan atau
pertumbuhan secara fisik. Hal ini membawa sejumlah

10
Palembang, IDN Time, Anak Jalanan yang Putus Sekolah 12
September 2019.
11
Undang-Undah Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
6

konsekuensi sosial dan hukum, dengan sejumlah norma yang


harus dipatuhi seseorang12.
Usia seseorang merupakan salah satu tolak ukur dalam
kajian hukum untuk menentukan kualifikasi pertanggungjawaban
atas perbuatan yang dilakukan. Secara umum pengertian anak
mengalami perkembangan secara variatif. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian anak adalah
sebagai manusia yang masih kecil13. Dalam sumber buku Kartini
Kartono dijelaskan bahwa anak adalah keadaan manusia normal
yang masih muda usia dan sedang menentukan identitasnya serta
sangat labil jiwanya serta sangat mudah kena pengaruh
lingkungan14. sementara itu, menurut Romli Atmasasmita, anak
adalah seorang yang masih dibawah umur dan belum dewasa
serta belum kawin15.
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 35 Tahun
2014 Tentang Perlindungan Anak ditentukan bahwa “anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang ada dalam kandungan”. Undang-Undang ini
menegaskan bahwa pertanggung jawaban orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian

12
Tedy Sudrajat, Jurnal Ilmu Hukum No. 54, Th. XIII (Agustus,
2011), pp. 111-132.
13
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2011), hlm. 735
14
Kartini Kartono, Gangguan-Gangguan Psikis (Bandung: Sinar
Baru, 1981) hlm.187
15
Romli Atmasasmita, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja
(Bandung: Armico, 1983), hlm. 25
7

kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi


terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus
berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik fisik, mental, spritual maupun sosial.
Tindakan ini dimasukan untuk mewujudkan kehidupan terbaik
bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang
potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh
akhlak mulia dan nilai pancasila, serta berkemauan keras menjaga
kesatuan dan persatuan bangsa dan negara.
Akan tetapi berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan
atas tidak sedikit dari anak-anak yang masih dibawah umur yang
tidak mendapatkan hak dan kewajiban tidak terpenuhi oleh kedua
orangtuanya. Bahkan tak jarang pula hak dan kewajiban anak
tersebut direnggut oleh orang tuanya hanya demi untuk
kepentingannya saja tidak memikirkan anak tersebut. Berbicara
masalah anak, anak mempunyai multi dimensi: sosial, ekonomi,
budaya, politik dan lain-lain. Peningkatan kualitas hidup anak,
termasuk pembinaan dan pengembangan anak hingga mencapai
usia dewasa secara fisik dan mental, bukan hanya tanggung jawab
orang tua dan keluarga, tetapi tanggung jawab pemerintah dan
masyarakat. Anak mempunyai hak-hak asasi yang universal 16.
Anak berhak untuk hidup dan bekembang. Anak berhak
untuk mendapat perlindungan terhadap tindakan kekerasan,
eksploitasi, penyalahgunaan seksual, diskriminasi dan ketidak

16
Universal menurut KBBI “Umum berlaku untuk semua orang atau
seluruh dunia; bersifat melingkupi seluruh dunia”.
8

adilan. Anak berhak tinggal dengan orang tua, memperoleh


perawatan, pelayanan kesehatan pelayanan pendidikan serta
mempunyai bantuan hukum didalam dan diluar pengadilan.
Anak mempunyai hak bebas untuk berpikir,
berkeyakinan dan beragama, berkumpul dan berserikat. Anak
berhak untuk bermain berekreasi, berseni budaya, bersenang-
senang dan beristirahat17. Usia seseorang salah satu tolak ukur
dalam kajian hukum untuk menentukan kualifikasi
pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya. Oleh
karena itu, batasan dalam penelitian ini lebih berorientasi dan
menitik beratkan pada batasan usia dalam memberikan pengertian
tentang anak. Secara umum, pengertian anak mengalami
perkembangan secara variatif.
Anak jalanan adalah anak laki-laki dan perempuan yang
menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja atau hidup di
jalanan dan tempat-tempat umum seperti simpang lampu merah,
terminal, mal dan sebagainya. Anak jalanan merupakan salah satu
dari masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia. Di bangsa
manapun di dunia masalah sosial juga bermunculan, seperti
halnya masalah pelacuran yang begitu sulit mencari formula yang
jitu untuk menanganinya. Kompleksitas masalah anak jalanan
juga tidak kalah ruwetnya. Jumlah anak telantar dan anak jalanan
jelas terus meningkat, meskipun hampir mustahil memperoleh
statistik resminya, pemerinta dinilai tidak bisa berbuat banyak

17
Rianto Adi, Peranan Lembaga Perlindungan Anak Dalam
Advokasi Hak-Hak Anak (Jakarta : Pengayoman 2007) hlm.1
9

untuk menyelamatkan mereka. Setiap hari anak- anak jalanan


dihantui berbagai ancaman termasuk perilaku jahat aparat18.
Anak jalanan lebih tepat dikonotasikan sebagai anak-
anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya mencari uang
di jalanan karena disebabkan oleh beberapa faktor, seperti putus
sekolah, kondisi perekonomian keluarga yang lemah, atau
kombinasi terburuk dari keduanya. Manusia mempunyai mimpi
yang indah, seperti hidup yang berkecukupan, apa yang dicita-
citakan menjadi nyata, dan lain-lain mimpi indah yang diinginkan
oleh manusia. Namun ditengah kondisi negara yang tengah
dihantam krisis ekonomi yang membuat sebagian orang bingung
karena keadaan ini, masih dapat kita lihat anak- anak jalanan
yang seharusnya mereka menuntut ilmu demi cita-cita mereka
harus mengubur dalam-dalam mimpi mereka demi sesuap nasi19.
Inilah fenomena yang dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari , bisa kita temukan di perempatan lampu merah, ada
juga yang mendatangi satu rumah ke rumah lain. Hal itu mereka
lakukan demi mencukupi kehidupan mereka sehari-hari, demi
untuk sesuap nasi mereka mengorbankan semuanya. Kemiskinan
orang tua menyebabkan anak harus meninggalkan bangku
sekolah, karena harus ikut bekerja membantu menunjang
ekonomi keluarga untuk mempertahankan kehidupan keluarga
Irwanto, Farid, dan Anwar, menyatakan bahwa anak yang bekerja

18
Jurnal Kontektualitas Vol. 24, No. 2, (Des 2008)
19
https://benradit.wordpress.com/2012/05/16/realita-kehidupan-
anak-jalanan-indonesia
10

dapat membahayakan kesehatan dan perkembangan dirinya,


terutama pekerjaan yang dapat mengganggu tugas pokok
perkembangan anak, yaitu bermain dan pendidikan, hal ini juga
berarti bahwa dengan memperkerjakan anak, secara tidak
langsung pembangunan sebuah bangsa juga akan terganggu20.
Bagi kita, remaja yang memiliki orang tua
berkecukupan, tentu kehidupan ini bisa dilalui dengan indah.
Apalagi yang bisa mengecap nikmatnya bangku sekolah. Namun
bagimana mereka yang tidak mengenyam kehidupan yang
menyenangkan seperti remaja lain? Padahal di sekeliling kita
begitu banyak remaja yang orang tuanya tidak mampu, bahkan
tidak punya sama sekali.
Sapri misalnya, seorang anak jalanan yang ditemui di
dekat masjid Almakaz Al Islami. Kehidupan lelaki tangguh
berusia 16 tahun ini adalah potret sisi lain kehidupan remaja masa
kini yang benar-benar berbeda. Hari-hari Sapri lebih banyak
dihabiskan di jalanan, tak ada waktu untuk mengikuti
meramaikan kegiatan remaja di anjungan Pantai Losari maupun
tempat hiburan lainnya. Apalagi untuk shopping di toko-toko
distro dan berburu pakaian model terbaru21.
Menurut Ben-Arieh dan Frones, pendidikan dan
kehidupan bersekolah merupakan bagian dari dimensi
kesejahteraan anak. Kesejahteraan anak, menurut Ben-Arieh dan
Frones mencakup konsep being (object or state) yaitu kehidupan

20
Makara, Sosial Humaniora, Vol. 16, No. 1 Juli 2012 hal 37
21
https://Internasional.kompas.com/read/2010/01/21/10040338
11

yang dijalani dan dialami pada saat ini, dan konsep becoming
(change or development) yaitu perubahan dan perkembangan
kehidupan di masa yang akan datang sebagai orang dewasa.
Perubahan dan perkembangan untuk kehidupan di masa yang
akan datang, dibentuk oleh lingkungan sosial dan pihak-pihak
lain disekitar anak22.
Dari uraian di atas bisa memberikan pemikiran untuk
mengatasi masalah-masalah sosial yang muncul disekitar kita.
Semoga pemikiran ini dapat menjadi gagasan untuk hidup yang
lebih baik lagi. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 Ayat 1
tersebut mempunyai makna bahwa anak-anak jalanan dipelihara
atau diberdayakan oleh negara yang dilaksanakan oleh
pemerintah23. Hal ini mengandung makna bahwa anak adalah
subjek hukum dari hukum nasional yang harus dilindungi,
dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejateraan anak. Dengan
kata lain anak tersebut merupakan tanggungjawab pemerintah
dan masyarakat terhadap pengertian anak menurut Undang-
Undang Dasar 1945 ini.
Irma Setyowati Soemitri, SH, menjabarkan sebagai
berikut : “Ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan
pengaturannya dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 4
Tahun 1979 tentang kesejateraan anak, yang berarti makna anak

22
Ben-Arieh, A, & Frones, I.. Taxonomy for child well-being
indicators: A framework for the analysis of the well-being of children.
Childhood. A Journal of Global Child Research, 18 (4) (2011) hal. 460-477
23
Undang- Undang Dasar 1954, Pasal 34, (Offset Setting Perkasa,
70 Qs, Makasar)
12

(pengertian tentang anak) yaitu seseorang yang harus


memperoleh hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangan dengan wajar baik secara rahasia, jasmaniah,
maupun sosial. Anak juga berhak atas pelayanan untuk
mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial. Anak juga
berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosial serta pemeliharaan dan perlindungan baik
semasa dalam kandungan maupun sesudah ia dilahirkan”24.
Anak adalah elemen dasar dari masa depan bangsa. Alih-
alih sebagai masa depan bangsa, pada masyarakat miskin anak
tidak bersekolah dan tidak mempunyai bekal pendidikan serta
keterampilan yang cukup untuk masa depan. Dengan demikian
mereka berpotensi besar untuk membahayakan kemanjuan
bangsa. Mengacu pada perspektif ekologis perkembangan
manusia dari Bron fen brenner, semua aspek dari perkembangan
anak adalah fungsi dari semmua faktor di lingkungan anak yang
saling berhubungan, dan hanya berbeda di setiap jenjang usia dan
tahap maturitas anak, dari perspektif ini, diyakini bahwa tidak
hanya satu faktor tertentu dan spesifik dari berbagai faktor yang
lebih luas dari kehidupan anak. Hubungan antara anak dengan
keluarga dan masyarakat sekitar, serta masyarakat yang lebih luas
akan mempengaruhi perkembangan dan tingkat kesejahteraan
anak25.

24
Ibid, Undang-Undang Kesejahteraan Anak.
25
Ibid Ben-Arieh dan Frones, (2011)
13

Pada Bab III, saya akan membahas mengenai


Perlindungan Anak Jalanan (Anjal), sebagai pencari nafkah
keluaga. Dimana yang telah kita ketahui bahwa hak seorang anak
yang dibawah umur hanyalah untuk belajar, tidak diharuskan
untuk berkerja sebagai pencari nafkah tapi setelah kita lihat
dijalan tidak sedikit anak-anak tersebut mencari uang dijalan
seberti berdagang bahkan tidak sedikit yang meminta-minta.
Penanganan masalah anak jalanan sangatlah penting
untuk dilakukan dan diperhatikan, disamping hak anak untuk
mendapatkan pelayanan kesejateraan yang telah dilindungi oleh
undang-undang, juga untuk menghindari dampak negarif apabila
masalah anak marjinal ini tidak dapat dipecahkan. Kita harus
menyadari bahwa terhambatnya pemenuhan hak-hak anak
terutama pada anak jalanan akan berdampak pada
keberlangsungan hidup anak itu sendiri, bangsa dan negara
Indonesia. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk mencari
tau faktor apa yang menyebabkan anak tersebut melakukan hal
yang sepatutnya tidak harus dilakukan-nya diusianya tersebut,
dan bagaimana peranan penegak hukum dan orang tua dalam
melindungi hak anak jalanan. Perlindungan anak adalah segalah
kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta dapat melindungi dari kekerasan dan dikriminasi.
14

B. Rumusan Masalah
Anak jalanan biasanya melakukan berbagai pekerjaan di
sektor informal, baik yang legal maupun yang ilegal di mata
hukum untuk bertahan hidup di tengah kehidupan kota yang
keras. Ada yang bekerja sebagai pedagang asongan, menjajakan
koran, menyemir sepatu, mencari barang bekas, mengamen di
perempatan lampu merah, tukang lap mobil, dan tidak jarang pula
ada anak-anak jalanan yang terlibat pada jenis pekerjaan berbau
kriminal.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut
diatas, penulis membatasi pembahasan dalam penulisan ini untuk
membantu permasalahan lebih fokus dan terarah. Kajian ini
terbatas pada Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan
(Anjal) Sebagai Pencari Nafkah Keluarga Berdasarkan Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak yang
ditinjau dari hukum Islam. Untuk mempermudah pembahasan
dalam skripsi ini, penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja yang menelatarbelakangi anak turun kejalanan ?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak jalanan
sebagai pencari nafkah keluarga berdasarkan Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014 ?
3. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap perlindungan
anak jalanan sebagai pencari nafkah berdasarkan Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014 ?
15

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Adapun tujuan dan kegunaan dari penulisan ini yaitu
sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang seperti
apa yang harus ditegakan untuk anak jalanan yang
mencari nafkah untuk keluarganya berdasarkan
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap
perlindungan dan hak anak jalanan berdasarkan
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014.
2. Penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:
a. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi masyarakat sekitar untuk
memberikan perlindungan, hak dan kewajiban yang
semestinya pada anak jalanan;
b. Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan
pengetahuan tentang perlindungan terhadap anak
jalanan yang mencari nafkah keluarga berdasarkan
Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang
perlindungan anak yang ditinjau dari Hukum Islam;
c. Diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan
pemikiran dan memperkaya kepustakaan (khazanah
intelektual khususnya dalam bidang hukum), dan
dapat menambah wawasan pembaca tentang tinjauan
16

Hukum Islam terhadap perlindungan anak jalanan


(anjal) sebagai pencari nafkah untuk keluarga.
Penelitian ini berguna bagi peneliti sendiri, mahasiswa,
pembaca, masyarakat, bagi peneliti berikutnya serta bagi penegak
hukum dalam membantu memberikan masukan dan tambahan
pengetahuan dalam perkembangan ilmu hukum yang ada di
Indonesia secara umum serta sebagai masukkan pada penelitian
lebih lanjut dengan topik yang sama.
Adapun manfaat penelitian dari karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Melatih kemampuan penulisan dalam melakukan
penelitian secara ilmiah dan merumuskan hasilnya
kedalam penulisan.
b. Menambah pengetahuan mengenai masalah yang
diuraikan pada penelitian ini.
c. Dapat mengolah dan menganalisis secara mendalam dan
konkrit tentang perlindungan hukum terhadap anak
jalanan sebagai pancari nafkah keluarga berdasarkan
Undang-Undang No 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak.
2. Manfaat Praktis
Agar penelitian yang penulis lakukan dapat bermanfaat
bagi semua pihak seperti halnya mahasiswa agar mereka lebih
mengetahui bagaimana bersikap yang semestinya terhadap anak
17

jalanan yang mencari nafkah untuk keluarganya. Dan agar hasil


penelitian ini menjadi perhatian dan dapat digunakan bagi semua
pihak baik orangtua pemerintah, masyarakat umum maupun
pihak yang bekerja di bidang hukum.
D. Tinjauan Pustaka
Salah satu hal yang penting dalam penelitian ini adalah
penelitian terdahulu. Penelitian Terdahulu ini menjadi salah satu
acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat
memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian
yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak
menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul
penelitian penulis. Namun, penulis mengangkat beberapa
penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian
pada penelitian terdahulu berupa beberapa skripsi terkait dengan
penelitian yang dilakukan penulis.
Sumber-sumber yang menjadi refrensi yang didapatkan
berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan antara
lain;
1. Adhila Ayu Puruhita, Faedah penelitian terdapat faktor
penyebab yang ditemukan ialah kurangnya ekonomi
keluarga yang didapatkan oleh orang tua sehingga
menyebabkan anak ikut mengikuti orang tua dam
mencari nafkah dengan mencari sumber pendapatan
dijalanan, akan tetapi orang tua tidak memaksa anak
18

dikarenakan hak anak adalah hanya untuk belajar bukan


mencari nafkah26.
2. Amanda Tikha Santriati, Hasil penelitian faktor
penghambat dalam memberikan perlindungan hak
pendidikan, yaitu mengenai bantuan (BOS, KMS,
Beasiswa) yang masih belum merata secara menteluruh,
yang mana ada sebagian masyarakat yang bukan dari
kalangan keluarga miskin ikut mengambil porsi dalam
bantuan tersebut. Ini merupakan salah satu faktor
penyebab penelantaran anak dan menyebabkan anak
bekerja diluar rumah sehingga memaksanya untuk turun
kejalan untuk mendapatkan uang tambahan untuk
pendidikannya27.
3. Hempri Suyatna, Menyatakan bahwa keberadaan rumah
singgah perlu dioptimalkan perannya sebagai ujung
tombak penanganan anak jalanan. Untuk mewujudkan
hal tersebut perlu ada upaya revitalisasi baik dari internal
maupun eksternal. Dari sisi internal, rumah singgah
perlu melakukan perbaikan dalam model penanganan
anak jalanan. Sedangkan dari aspek eksternal, peran
pemerintah dan swasta perlu terus didorong agar rumah

26
Adhila Ayu Puruhita, dan Suryahmo, Hamdan Tri Atmaja. Pelaku
Sosial Anak-Anak Jalanan di Kota Semarang (Universitas Negeri Semarang
2016)
27
Amanda Tikha Santriati, Perlindungan dan Hak Anak Telantar di
Jogyakarta Ditinjau dari UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
(Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013)
19

singgah dapat terus eksis. Sinergi diantaranya berbagai


stakeholder ini diharapkan akan mewujudkan program
penanganan anak jalanan yang lebih efektif dan
komprehensif28.
4. Jurnal Makara, yang mana hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa: Pendidikan yang dirancang dan
diselenggarakan untuk anak jalanan dan pekerja anak,
harus mencakup tiga komponen pokok, yaitu
pengetahuan dasar, keterampilan hidup dan keterampilan
vokasional. Pengetahuan dasar diberikan dengan maksud
membekali anak jalanan dan pekerja anak dengan
berbagai pengetahuan, sehingga mereka dapat mengikuti
ujian persamaan dan mendapat ijazah untuk dapat
melanjutkan ke sekolah formal29.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Sonja Grover. Penelitian
ini menghasilkan temuan bahwa perlindungan terhadap
anak-anak jalanan tidak memadai. Anak-anak ini bahwa
seharusnya harus dilindungi oleh hukum domestik dan
internasional yang ditunjukan untuk keragaman populasi
anak jalanan secara legal dan de facto anak-anak tanpa
kewarganegaraan. Hubungan keterlibatan jalanan

28
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Revitalisasi Model
Penanganan Anak Jalanan di Rumah Singgah . Vol 15, No 1( Juni 2011) pp
41-54
29
Jurnal, Sosial, Humaniora, Faktor- faktor penting dalam
merancang program pendidikan luar sekolah untuk anak jalanan dan pekerja
anak. Vol. 16 No. 1 (Juli 2012) pp36-48.
20

pekerja anak, berbagai resiko kesehatan dan korban.


Pendidikan, sebenarnya adalah kebutuhan anak jalanan.
Dalam hal ini ternyata banyak pihak yang terlibat dan
tidak hanya orang tua. Perlunya penanganan pemerintah
terhadap kebijakan pendidikan untuk memasukan anak-
anak jalanan yang terlibat dalam perencanaan
pendidikan mereka, implementasi pemikiran dan upaya-
upaya advokasi30.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Ervan Aziz. Yang
menyatakan bahwa anak jalanan memiliki sikap yang
kurang terkontrol cenderung mengarah kepada tindakan-
tindakan kriminal, yang harus mandapatkan tindakan
penanganan yang serius dan tepat. Selanjutnya sikap
mereka terhadap orang dari satpol PP, Dinas Sosial
ataupun masyarakat yang memandang negatif anak
jalanan. Sikap yang ditunjukan oleh anak jalanan
cenderung tidak bersahabat. Untuk penanganan
pendidikan dalam hal sikap anak jalanan oleh dinas sosial
kota Palembang lebih menekankan kepada pendidikan
mental disiplin dan pendidikan semi militer. Berdasarkan
hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pendidikan dalam
hal sikap yang dilakukan oleh dinas sosial kota Palembang
menurut informan diatas lebih menekankan pada

30
Sonja Grover. The Education Rights Of Involved Children. Brock
Education. Vol 16 No. 2 (2007)
21

pendidikan mental disiplin dan pendidikan karakter


building31.
7. Jurnal Penelitian Analisis Kebijakan Pemkot Surabaya
dalam Menangani Anak Jalanan menyatakan bahwa, Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh dinas sosial dan 15
rumah singgah yang ada di Surabaya hasilnya sangatlah
mengejutkan. Prosentase jumlah anak jalanan jauh lebih
banyak bila dibandingkan dengan jumlah gelandangan dan
pengemis. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh LIPI dan BPS pada tahun 1999 dapat
diketahui bahwa penyebab atau alasan anak jalanan turun
ke jalanan adalah sangat bervariasi. Prosentase terbesar
dari alasan mereka turun ke jalan (menjadi anak Jalanan)
adalah untuk membantu orang tua, akibat biaya sekolah
kerang dan karena putus sekolah32.
8. Andi Muhammad Sofyan, hasil penelitian menyatakan
bahwa tanggung jawab perlindungan hak pendidikan anak
jalanan adanya tanggung jawab pemerintah provinsi,
pemerinta kabupaten/kota, dan kewajiban orang tua wali,
orang tua keluarga dan masyarakat serta negara. Terhadap
pengelolaan pendidikan menjadi tanggung jawab
pemerintah dan tanggung jawab terhadap adanya kerugian
yang ditimbulkan atas fautes personalles (jabatan) yaitu

31
Jurnal Administrasi Publik, Vol. 17 No. 02 (Juli 2016)
32
Jurnal Erna Setijaningrum, Fakultas Ilmu Politik,( Universitas
Airlangga)
22

kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada


pejabat, fautes the servies (instansi) pihak ketiga
dibebankan pada instansi dan tanggung jawab finansial33.
9. Skripsi Rahmadani putri, hasil penelitian di dalam KHI
hanya dibahas tentang pemeliharaan orang tua sebatas
pengobatan, perawatan anak terhadap orang tua semasa
hidupnya sampai orang tua meninggal dunia,
kelemahannya yakni seharusnya dijelaskan lagi tentang
kewajiban anak terhadap orang tua uzur. Sedangkan di
dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 sudah jelas
bahwa kewajiban anak untuk memelihara yakni merawat
dan menghormati orang tua dan meskipun terdapat
kelemahan hanya sebatas kepada kemampuan anak untuk
memelihara orang tua dan seharusnya tambahkan wajib
memberi nafkah kepada orang tua demi kepastian
hukum34.
Berdasarkan dari sumber-sumber diatas adalah sumber
yang berkaitan dengan anak jalanan dan sumber tersebut
memiliki beberapa perbedaan dengan pembahasan yang akan
saya bahas dimana saya akan menjelaskan bagaiman
perlindungan hukum terhadap anak jalanan yang mencari nafkah

33
Jurnal Al-Maiyyah, Tanggung Jawab Negara Terhadap Anak
Jalanan Pada Bidang Pendidikan. Vol. 10 No. 1 (Januari-Juni 2017)pp82
34
Skripsi Rahmadani putri, Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua
Uzur Menurut Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 (Studi Kasus Kelurahan Gunung Beringin Kecamatan Penyambungan
Timur Kabupaten Mandailing Natal) 2018 UIN Sumatra Utara
23

berdasarkan UU. No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak


dan faktor apa saja yang menyebabkan anak tersebut hingga
harus turun ke jalan untuk mencari penghasilan.
E. Metodologi Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian, tidak akan terlepas
dari penggunaan metode. Karena metode merupakan cara atau
jalan bagaimana seseorang harus bertindak. Metode penelitian
pada dasarnya cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu35. Oleh karena itu penting bagi peneliti
menentukan metode yang paling tepat dalam menyelesaikan
penelitiannya.
Dalam penelitian ini, saya penulis menggunakan
pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang difokuskan
untuk mendapatkan hal-hal yang secara teoritis dan praktis yang
berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak jalanan
sebagai pencari nafkah keluarga berdasarkan Undang-Undang
No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
1. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Penelitian
Jenis data Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian kepustakaan (library research) yaitu suatu penelitian
yang menekankan sumber informasi dari buku-buku hukum,
jurnal, makalah dan menelaah dari berbagai macam literatur-

35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.2.
24

literatur dan pendapat yang mempunyai hubungan relevan dengan


perlindungan hukum terhadap anak;
b. Sumber Data
Dalam pengumpulan data ini dibagi menjadi dua yaitu
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis subjektif
peneliti dengan memanfaatkan landasan teori sebagai panduan di
lapangan. Sedangkan data kuantitatif adalah data sistematis,
terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga hasil
akhir penelitian berdasarkan pengumpulan data informasi yang
berupa simbol angka dan bilangan36. Sumber yang saya ambil
dalam penyelesaian skripsi ini dengan menggunakan sumber
kualitatif. Saya sebagai penulis menggunakan data sekunder37.
Adapun dalam menggunakan data sekunder yaitu sumber data
yang diolah yang berkaitan dengan perlindungan anak jalanan
(Anjal) sebagai pencari nafkah keluarga.
Dalam rangka untuk mendapatkan data sekunder penulis
menggunakan pendekatan sumber bahan hukum;
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang
mengikat, berupa Undang-undang Dasar, Kitab Undang-

36
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan
Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, Cet. 4. 2017), hlm. 328.
37
Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui
wawancara dan/atau survei di lapangan yang berkaitan dengan perilaku
masyarakat. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui badan pustaka.
Lihat, H. Ainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika,
2010), hlm. 24.
25

undang Hukum Perldata, Undang-undang Nomor 35


Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak;
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang
memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer,
misalnya: peraturan pemerintah, hasil-hasil penelitian,
hasil karya dari pakar hukum, pemahaman hadist dan ijma
ulama mengenai perlindungan terhadap anak jalanan
(Anjal);
3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberi
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan sekunder, misalnya: Kamus, indeks kumulatif yang
berhubungan dengan perlindungan anak.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Dalam teknik pengumpulan
data terdapat beberapa macam, diantaranya: Observasi,
wawancara, dokumentasi dan triangulasi/gabungan38. Adapun
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif,
yaitu pengumpulan data melalui studi dokumen (library
research) dari sumber bahan hukum (primer, sekunder dan
tersier) untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan
perlindungan anak yang mencari nafkah keluarga berdasarkan

38
Ibid., hlm. 224.
26

Undang-Undang. No. 35 Tahun 2014 yang ditinjau dari hukum


Islam.
3. Analisis Data
Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengolah
data menjadi informasi, sehingga karakteristik data tersebut bisa
dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama
masalah yang berkaitan dengan penelitian39. Adapun dalam
penelitian ini data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk
kuantitatif yaitu diuraikan dalam bentuk kalimat singkat dan
rinci. Setelah itu dianalisis dengan menghubungkan teori,
peraturan yang ada, serta hasil penulisan yang berhubungan
dengan perlindungan pemerintah, keluarga, dan masyarakat
terhadap anak jalanan (anjal). Kesimpulan ditarik dengan
menggunakan metode deduktif yaitu menarik kesimpulan dari hal
yang bersifat umum kepada yang khusus.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami bahan
laporan penelitian yang akan ditulis, maka penulis menyusunnya
dengan sistem pengkumpulan pembahasan menjadi beberapa bab
dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi penjelasan tentang Latar Belakang
permasalahan yang dipandang menarik, penting, dan perlu diteliti
oleh penulis. Yaitu berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

39
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarja: Pustaka Pelajar,
1998). Hlm. 91.
27

dan kegunaan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan metode


penelitian.
BAB II TINJAUAN UMUM
Pada bab ini berisikan tentang gambaran secara umum
dari isi pembahasan. Seperti pengertian anak menurut
KUHPerdata, dan Hukum Islam. Bentuk hak dan kewajiban
orangtua terhadap anak yang semestinya didapatkan oleh seorang
anak, serta kewajiban seorang anak terhadap orangtua.
Perlindungan Hukum Positif dalam melindungi anak- anak
jalanan (anjal) yang mencari nafkah berdasarkan Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
BAB III TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HASIL
DARI PERLINDUNGAN HUKUM ANAK JALANAN
SEBAGAI PENCARI NAFKAH KELUARGA
Pada bab ini berisikan tentang pandangan perubahan
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 terhadap anak jalanan
sebagai pencari nafkah keluarga, dan pandangan Hukum Islam
terhadap anak jalanan sebagai pencari nafkah keluarga
berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan penutup dari penulisan ini dan berisi tentang
kesimpulan dari pembahasan bab-bab yang telah diuraikan
sebelumnya dan saran-saran yang dapat diberikan.

Anda mungkin juga menyukai