PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena anak jalanan sebetulnya sudah berkembang
lama, tetapi saat ini semakin menjadi perhatian dunia, seiring
dengan meningkatnya jumlah anak jalanan diberbagai kota besar
di dunia1. Secara umum, pendapat yang berkembang di
masyarakat mengenai anak jalanan adalah anak- anak yang
berada di jalanan untuk mencari nafakah dan menghabiskan
waktu untuk bermain, tidak bersekolah, dan kadang kala ada pula
yang menambahkan bahwa anak- anak jalanan mengganggu
ketertiban umum dan melakukan tindak kriminal adanya
pandangan seperti ini akan berpengaruh terhadap terbentuknya
konsep diri anak jalanan sendiri2.
Hidup dan berada di jalanan bukanlah tempat yang layak
untuk membantu tumbuh kembang anak secara optimal karena
resiko eksploitasi dan ancaman kekerasan merupakan dua hal
yang terkadang sekaligus dialami dan terpaksa dirasakan oleh
anak jalanan. Sehingga resiko tinggal atau hidup dijalan akan
melekat pada diri anak dan anak menjadi tidak mempunyai
keterampilan disektor lain, tidak memiliki identitas diri dengan
1
De Moura, S.L. “The social construction of the street children:
Configuration and implications” Britis Journal of Social Work vol 32 (2012)
pp 253-367.
2
Martini dan Agustin, Terloit Anak Jalanan (2011).
1
2
3
Handayani, Jurnal Pemberdayaan Anak Jalanan di Rumah Singgah,
Vol. 5 No. 1 ISSN: 2339-0042 pp. 52
4
Departemen Sosial Anak Jalanan Terloit (2011)
3
5
Kalinda, Faktor Penyebab Anak Turun ke Jalan (Semarang:Yayasan
Duta Awan, 2015)
6
Peer pressure, Utamadi. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Vol. 9,
No. 1 (Mei 2007) pp62-82
7
Sudrajat, Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996) hlm. 154
4
8
http://sriwijaya.id/2018/10/22/relawan-anak-sumsel-kita-semua-
harus-rangkul-anak-jalanan.
5
10
Palembang, IDN Time, Anak Jalanan yang Putus Sekolah 12
September 2019.
11
Undang-Undah Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
6
12
Tedy Sudrajat, Jurnal Ilmu Hukum No. 54, Th. XIII (Agustus,
2011), pp. 111-132.
13
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2011), hlm. 735
14
Kartini Kartono, Gangguan-Gangguan Psikis (Bandung: Sinar
Baru, 1981) hlm.187
15
Romli Atmasasmita, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja
(Bandung: Armico, 1983), hlm. 25
7
16
Universal menurut KBBI “Umum berlaku untuk semua orang atau
seluruh dunia; bersifat melingkupi seluruh dunia”.
8
17
Rianto Adi, Peranan Lembaga Perlindungan Anak Dalam
Advokasi Hak-Hak Anak (Jakarta : Pengayoman 2007) hlm.1
9
18
Jurnal Kontektualitas Vol. 24, No. 2, (Des 2008)
19
https://benradit.wordpress.com/2012/05/16/realita-kehidupan-
anak-jalanan-indonesia
10
20
Makara, Sosial Humaniora, Vol. 16, No. 1 Juli 2012 hal 37
21
https://Internasional.kompas.com/read/2010/01/21/10040338
11
yang dijalani dan dialami pada saat ini, dan konsep becoming
(change or development) yaitu perubahan dan perkembangan
kehidupan di masa yang akan datang sebagai orang dewasa.
Perubahan dan perkembangan untuk kehidupan di masa yang
akan datang, dibentuk oleh lingkungan sosial dan pihak-pihak
lain disekitar anak22.
Dari uraian di atas bisa memberikan pemikiran untuk
mengatasi masalah-masalah sosial yang muncul disekitar kita.
Semoga pemikiran ini dapat menjadi gagasan untuk hidup yang
lebih baik lagi. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 Ayat 1
tersebut mempunyai makna bahwa anak-anak jalanan dipelihara
atau diberdayakan oleh negara yang dilaksanakan oleh
pemerintah23. Hal ini mengandung makna bahwa anak adalah
subjek hukum dari hukum nasional yang harus dilindungi,
dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejateraan anak. Dengan
kata lain anak tersebut merupakan tanggungjawab pemerintah
dan masyarakat terhadap pengertian anak menurut Undang-
Undang Dasar 1945 ini.
Irma Setyowati Soemitri, SH, menjabarkan sebagai
berikut : “Ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan
pengaturannya dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 4
Tahun 1979 tentang kesejateraan anak, yang berarti makna anak
22
Ben-Arieh, A, & Frones, I.. Taxonomy for child well-being
indicators: A framework for the analysis of the well-being of children.
Childhood. A Journal of Global Child Research, 18 (4) (2011) hal. 460-477
23
Undang- Undang Dasar 1954, Pasal 34, (Offset Setting Perkasa,
70 Qs, Makasar)
12
24
Ibid, Undang-Undang Kesejahteraan Anak.
25
Ibid Ben-Arieh dan Frones, (2011)
13
B. Rumusan Masalah
Anak jalanan biasanya melakukan berbagai pekerjaan di
sektor informal, baik yang legal maupun yang ilegal di mata
hukum untuk bertahan hidup di tengah kehidupan kota yang
keras. Ada yang bekerja sebagai pedagang asongan, menjajakan
koran, menyemir sepatu, mencari barang bekas, mengamen di
perempatan lampu merah, tukang lap mobil, dan tidak jarang pula
ada anak-anak jalanan yang terlibat pada jenis pekerjaan berbau
kriminal.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut
diatas, penulis membatasi pembahasan dalam penulisan ini untuk
membantu permasalahan lebih fokus dan terarah. Kajian ini
terbatas pada Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan
(Anjal) Sebagai Pencari Nafkah Keluarga Berdasarkan Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak yang
ditinjau dari hukum Islam. Untuk mempermudah pembahasan
dalam skripsi ini, penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja yang menelatarbelakangi anak turun kejalanan ?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak jalanan
sebagai pencari nafkah keluarga berdasarkan Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014 ?
3. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap perlindungan
anak jalanan sebagai pencari nafkah berdasarkan Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014 ?
15
26
Adhila Ayu Puruhita, dan Suryahmo, Hamdan Tri Atmaja. Pelaku
Sosial Anak-Anak Jalanan di Kota Semarang (Universitas Negeri Semarang
2016)
27
Amanda Tikha Santriati, Perlindungan dan Hak Anak Telantar di
Jogyakarta Ditinjau dari UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
(Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013)
19
28
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Revitalisasi Model
Penanganan Anak Jalanan di Rumah Singgah . Vol 15, No 1( Juni 2011) pp
41-54
29
Jurnal, Sosial, Humaniora, Faktor- faktor penting dalam
merancang program pendidikan luar sekolah untuk anak jalanan dan pekerja
anak. Vol. 16 No. 1 (Juli 2012) pp36-48.
20
30
Sonja Grover. The Education Rights Of Involved Children. Brock
Education. Vol 16 No. 2 (2007)
21
31
Jurnal Administrasi Publik, Vol. 17 No. 02 (Juli 2016)
32
Jurnal Erna Setijaningrum, Fakultas Ilmu Politik,( Universitas
Airlangga)
22
33
Jurnal Al-Maiyyah, Tanggung Jawab Negara Terhadap Anak
Jalanan Pada Bidang Pendidikan. Vol. 10 No. 1 (Januari-Juni 2017)pp82
34
Skripsi Rahmadani putri, Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua
Uzur Menurut Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 (Studi Kasus Kelurahan Gunung Beringin Kecamatan Penyambungan
Timur Kabupaten Mandailing Natal) 2018 UIN Sumatra Utara
23
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.2.
24
36
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan
Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, Cet. 4. 2017), hlm. 328.
37
Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui
wawancara dan/atau survei di lapangan yang berkaitan dengan perilaku
masyarakat. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui badan pustaka.
Lihat, H. Ainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika,
2010), hlm. 24.
25
38
Ibid., hlm. 224.
26
39
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarja: Pustaka Pelajar,
1998). Hlm. 91.
27