Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak ada manusia yang selalu
hidup dalam keadaan baik-baik saja. Manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak luput dari adanya permasalahan sosial dalam hidupnya. Akan
selalu ada sebab-akibat dalam suatu permasalahan sosial.
Masalah sosial ialah adanya ketidaksesuaian antara bagian-bagian
masyarakat atau kebudayaan, yang dapat mengancam kehidupan
masyarakat sosial, atau timbulnya kepincangan ikatan sosial yang
mengakibatkan kemauan-kemauan pokok warga kelompok sosial menjadi
terhambat sehingga tidak terpenuhi. Selain itu, dapat didefinisikan sebagai
masalah yang berkaitan dengan kemasyarakatan, baik kelompok ataupun
individu. Suatu peristiwa yang memperoleh perhatian serta sorotan
sepenuhnya dari masyarakat belum tentu bagian dari permasalahan sosial. 1
Dalam ruang lingkup sosial, berbagai permasalahan akan kerap kali
muncul, mulai dari yang teringan sampai terberat. Salah satu permasalahan
sosial yang ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat adalah anak jalanan.
Anak jalanan sering kali dianggap sebagai suatu permasalahan yang
mengganggu kehidupan bermasyarakat. Anak jalanan sendiri pada
umumnya merupakan sekelompok individu yang sedang memasuki masa
pertumbuhan pada rentang usia 0-18 tahun. Mereka disebut anak jalanan
hanya karena lingkungannya yang berbeda dengan teman sebayanya yang
tinggal di lingkungan standar, dan juga karena menghabiskan banyak
waktunya di jalanan. Fenomena anak jalanan muncul sebagai bentuk
kegagalan fungsi keluarga dengan kebutuhan dasar (fisiologis), kebutuhan
emosional atau kekeluargaan (psikologis), dan kebutuhan masyarakat

1
Sriyana. 2021. Masalah Sosial: Kemiskinan, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Sosial. Malang:
CV. Literasi Nusantara Abadi, h. 1.

1
(sosial). Karena kebutuhan dasar tidak terpenuhi, anak-anak didorong untuk
turun ke jalan dan berusaha memperoleh kebutuhan tersebut dari anggota
kelompok atau orang dewasa lain yang mereka jumpai di jalan. Mereka
memenuhi kebutuhan minum, makan, sandang, kasih sayang, solidaritas
kelompok dan membuat keputusan komunitas di jalanan. 2
Data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Kementerian Sosial RI
Tahun 2019 mencatat ada sekitar 8.320 anak jalanan di Indonesia. Dokumen
statistik Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat tahun 2021 mencatat, terdapat
3.605 anak jalanan di Provinsi Jawa Barat. Dinas Sosial Kota Bandung
tahun 2017 mencatat terdapat 1.654 anak jalanan. Jumlah anak jalanan
tersebut dinilai jauh lebih banyak mengingat data tersebut sifatnya laporan
kasus bukan pendataan secara masif. Anak jalanan sebagai populasi yang
mobile (berpindah-pindah) sehingga menjadi sulit mendapatkan data yang
valid.3
Menurut Departemen Sosial, karakteristik anak jalanan meliputi
ciri-ciri fisik dan psikis. Ciri-ciri fisik antara lain: warna kulit kusam,
rambut kemerah-merahan, kebanyakan berbadan kurus dan pakaian tidak
terurus. Sedangkan ciri-ciri psikis antara lain: mobilitas tinggi, acuh tak
acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, kreatif, semangat hidup
tinggi, berani menanggung risiko dan mandiri. Lebih lanjut dijelaskan
indikator anak jalanan antara lain: 1) Usia berkisar antara 6 sampai dengan
18 tahun; 2) Waktu yang dihabiskan di jalanan lebih dari 4 jam setiap hari;
3) Tempat anak jalanan sering dijumpai di pasar, terminal bus, stasiun kereta
api, taman-taman kota, daerah lokalisasi PSK, perempatan jalan raya, pusat
perbelanjaan atau mall, kendaraan umum (pengamen) dan tempat
pembuangan sampah; 4) Aktivitas anak jalanan yaitu: menyemir sepatu,
mengasong, menjadi calo, menjajakan koran atau majalah, mengelap mobil,

2
Andi Tenri Citra Haris. 2020. Solidaritas Sosial dalam Pembinaan Anak Jalanan. Yogyakarta:
CV. Fawwaz Mediacipta, h. 21-22.
3
Dwi Yuliani, dkk. 2022. Eksploitasi Anak Jalanan Kota Bandung dan Kabupaten Ciamis Jawa
Barat. Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Sosial, vol 4 (1), h. 46.

2
mencuci kendaraan, menjadi pemulung, pengamen, menjadi kuli angkut,
menyewakan payung, menjadi penghubung atau penjual jasa; 5)
Permasalahan: korban eksploitasi seks, rawan kecelakaan lalu lintas,
ditangkap petugas, konflik dengan anak lain, terlibat tindakan kriminal,
ditolak masyarakat lingkungannya; 6) Kebutuhan anak jalanan: aman dalam
keluarga, kasih sayang, bantuan usaha, pendidikan bimbingan keterampilan,
gizi dan kesehatan, hubungan harmonis dengan orang tua, keluarga dan
masyarakat.4
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup di dunia akan selalu
mempunyai tujuan. Salah satunya membantu sesama manusia lainnya.
Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama
manusia. Dapat berkontribusi dengan tenaga yang dimilikinya. Meluangkan
waktu untuk membantu yang seharusnya dibantu. Melatih rasa empati agar
lebih merasakan apa yang orang lain rasakan.
Dalam menggerakkan perubahan di suatu keadaan, bukanlah hal
yang mudah. Diperlukan adanya kesadaran dari manusia sendiri dengan
dibekali ilmu serta keberanian yang tinggi. Salah satunya dapat dilakukan
oleh komunitas. Komunitas sendiri merupakan sekumpulan orang dalam
suatu sistem yang bertujuan untuk mewujudkan visi misi yang sama agar
melahirkan perubahan yang berdampak positif. Komunitas yang berfokus
pada permasalahan anak jalanan salah satunya yaitu Komunitas Rumah
Pelangi.
Komunitas Rumah Pelangi berdiri pada tahun 2012 dengan berfokus
dalam mendidik anak jalanan. Komunitas ini ingin mendidik anak jalanan
agar mereka dapat merasakan senangnya belajar seperti anak-anak pada
umumnya. Pelajaran yang diberikan tidak hanya mengenai pelajaran umum
saja, tetapi ilmu agama juga. Dalam mendidik anak jalanan, tak jarang para
anggota komunitas kewalahan dengan perilaku mereka yang susah untuk

4
Debi Trila Suci. 2017. Konsep Diri Anak Jalanan. Indonesian Journal of School Counseling, vol
2 (2), h. 17.

3
fokus ketika sedang belajar. Maka, diperlukan kesabaran yang tinggi untuk
mengarahkan dan mengatur mereka agar tetap fokus selama pembelajaran.
Selain itu, komunitas ini juga berfokus dalam menyejahterakan
kehidupan sosial anak jalanan, seperti pada saat lebaran selalu diadakan
kegiatan kado lebaran agar anak jalanan merasakan juga euforia lebaran
seperti yang lainnya. Komunitas ini menjadi wadah kebahagiaan bagi anak
jalanan agar mendapatkan kehidupan yang layak juga baik. Selain itu
komunitas ini juga mempunyai tujuan dalam pembinaan akhlak pada anak
jalanan.
Anak jalanan yang ada di Komunitas Rumah Pelangi yang di
Terminal Leuwi Panjang ini hidup menjadi dua kelompok, ada yang tinggal
di Terminal Leuwi Panjang yang di mana mereka masih memiliki orang tua.
Ada juga yang tinggal di jalanan, mereka hidup di jalanan dan kebanyakan
sudah tidak memiliki orang tua. Aktivitas mereka dihabiskan di warnet
dekat Pasar Caringin atau meminta-minta di jalanan. Sejak kecil, mereka
jarang diajarkan perihal keagamaan. Tak jarang mereka memiliki perilaku
yang kurang baik, seperti berbicara kasar, emosi yang tidak terkontrol,
adanya rasa kurang menghargai kepada yang lebih tua, malas belajar dan
beribadah, serta perilaku kurang baik lainnya.
Lingkungan yang kumuh, pergaulan dan kurangnya bimbingan dari
orang tua membuat beberapa anak jalanan memiliki perilaku yang tidak
terkontrol. Hal ini tentunya menjadi kewajiban bersama untuk membina
mereka agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Pentingnya
pembangunan akhlak sejak dini tentunya akan memberikan kontribusi
positif dalam pembentukan mental anak-anak agar mereka mampu memiliki
prinsip yang kokoh di masa depan. 5
Pembinaan akhlak atau budi pekerti yang baik bagi anak-anak akan
semakin diperlukan apalagi di saat manusia modern ini menghadapi

5
Mardiana, dkk. 2021. Peran Dakwah Komunitas Peduli Anak Jalanan (KPAJ) Dalam Pembinaan
Akhlak Anak Di Jalan Kerung-Kerung Kota Makassar. Jurnal Mercusuar, vol 2 (2), h. 50.

4
permasalahan moral dan akhlak yang cukup mendalam, dan masa depan
bangsa akan hancur jika dibiarkan berkembang di masyarakat. Menurut
Zakiah Daradjat, mengungkapkan salah satu munculnya permasalahan
moral yang terdapat di lingkungan masyarakat adalah akibat dari
melemahnya regulasi, yang mengakibatkan kurangnya daya tanggap
manusia terhadap agama. Krisis moral ini menunjukkan bahwa kualitas
pendidikan agama mereka yang seharusnya memberikan nilai spiritual,
tidak berdaya dikarenakan kurangnya kesadaran beragama dalam diri
mereka sendiri. 6
Pembinaan agama Islam diharapkan mampu membentuk identitas
individu yang mempunyai ciri khas seorang muslim, baik yang ditampilkan
dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku
lahiriyah seperti berjalan, makan, minum, berkomunikasi dengan guru,
orang tua, teman dan lain-lainnya. Sedangkan tingkah laku batin seperti
penyabar, ikhlas, tidak dengki dan sikap terpuji lainnya yang timbul dari
dalam batin.7
Dengan latar belakang hal tersebut, peneliti akan mengambil topik
penelitian skripsi dengan judul “Peran Komunitas Rumah Pelangi Dalam
Pembinaan Akhlak Pada Anak Jalanan di Kota Bandung (Studi
Deskriptif di Terminal Leuwi Panjang Bandung)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan pemaparan dalam latar belakang, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini diantaranya:
a. Bagaimana gambaran akhlak anak jalanan di Terminal Leuwi Panjang
Bandung?
b. Bagaimana peran Komunitas Rumah Pelangi dalam pembinaan akhlak
pada anak jalanan di Kota Bandung?

6
Syaepul Manan. 2017. Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan. Jurnal
Pendidikan Agama Islam, vol 15 (1), h. 50.
7
Sari Famularsih dan Arif Billah. 2014. Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan dalam
Membentuk Kepribadian. Jurnal Kajian Pendidikan Islam, vol 6 (1), h. 107.

5
c. Apa metode pembinaan akhlak yang digunakan Komunitas Rumah
Pelangi dalam membina anak jalanan di Kota Bandung?
d. Bagaimana hasil pembinaan akhlak yang dilakukan Komunitas Rumah
Pelangi pada anak jalanan di Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui gambaran akhlak anak jalanan di Terminal Leuwi
Panjang Bandung.
b. Untuk mengetahui peran Komunitas Rumah Pelangi dalam pembinaan
akhlak pada anak jalanan di Kota Bandung.
c. Untuk mengetahui metode pembinaan akhlak yang digunakan
Komunitas Rumah Pelangi dalam membina anak jalanan di Kota
Bandung.
d. Untuk mengetahui hasil pembinaan akhlak yang dilakukan Komunitas
Rumah Pelangi pada anak jalanan di Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih atau kontribusi atau saran kepada akademik maupun
jurusan Tasawuf dan Psikoterapi. Penelitian ini dapat memperkaya
pengembangan dan pembangunan keilmuan mengenai mendidik anak
jalanan. Penelitian ini akan menganalisis secara ilmiah dan akan
menghasilkan suatu penemuan tentang adanya peran Komunitas Rumah
Pelangi dalam pembinaan akhlak pada anak jalanan berdasarkan fakta-
fakta di lapangan.
b. Manfaat praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi
bagi masyarakat, baik secara nasional ataupun secara lokal pada
umumnya. Bahwa pemahaman serta penjelasan yang mendalam
mengenai pembinaan akhlak dapat diimplementasikan kepada siapa
saja, termasuk pada anak jalanan.

6
E. Kerangka Berpikir
Menurut Friedman M, peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik
secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada ketentuan
dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan
mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Stres peran terjadi jika suatu struktur sosial, seperti keluarga menciptakan
tuntutan-tuntutan yang sangat sulit, tidak mungkin atau tuntutan-tuntutan
yang menimbulkan konflik bagi mereka yang menempati posisi dalam
struktur sosial masyarakat.8
Komunitas Rumah Pelangi merupakan kelompok sosial yang
berfokus dalam mendidik anak jalanan. Selain mendidik, komunitas ini juga
menyejahterakan perekonomian serta spiritual anak-anak jalanan yang
mereka didik.
Komunitas merupakan sekelompok orang-orang yang bersosialisasi
dengan berinteraksi dan berbagi lingkungan dalam suatu area tertentu.
Sering kali mempunyai habitat dan minat yang sama satu sama lain. Atau
kelompok yang keanggotaannya dicirikan dengan adanya kesamaan dalam
norma-norma sosial. Dibentuknya komunitas ini bertujuan untuk saling
dapat membantu menghasilkan sesuatu.
Kelompok sosial itu sendiri adalah kumpulan individu nyata, teratur
dan permanen yang menjalankan perannya masing-masing secara berkaitan
untuk mencapai tujuan bersama. Komunitas kemudian dapat diartikan
sebagai semacan identitas dan interaksi sosial, yang dibangun di atas
berbagai dimensi untuk memenuhi kebutuhan fungsional. 9

8
Masduki Duryat, dkk. 2021. Mengasah Jiwa Kepemimpinan; Peran Organisasi Kemahasiswaan.
Indramayu: Penerbit Adab, h. 5.
9
Fajar Utama Ritonga, dkk. 2022. Intervensi Komunitas dan Gerakan Sosial Birmingham Small
Arm Owner’s Motorcycle Siantar (BOM’S). Yogyakarta: Jejak Pustaka, h. 38.

7
Menurut Suyatno yang dikutip oleh Uswatul Hasanah adanya anak
jalanan disebabkan oleh beberapa hal. Kejadian sosial anak jalanan timbul
dikarenakan oleh dua hal, yaitu: permasalahan sosiologi muncul
dikarenakan aspek keluarga yang kurang efektif demi tumbuh kembang
anak, contohnya orang tua yang minim memberikan atensi terhadap anak-
anaknya, keluarga yang tidak memberikan kehangatan, banyak tekanan
serta tidak dipedulikan dalam keluarga, dan pengaruh dari ruang lingkup
pertemanan. Permasalahan ekonomi, muncul karena aspek kemiskinan.
Tanggungan ekonomi keluarga yang semestinya menjadi kewajiban orang
tua, terpaksa dipikul oleh seorang anak. 10
Selain itu, aspek geografi akibat daerah asal yang musnah dan
tandus, sehingga tidak memungkinkan penggarapan tanahnya, aspek agama
karena rendahnya asas-asas ajaran agama, sehingga menimbulkan tipisnya
iman, membuat anak-anak tidak tahan jika berhadapan dengan cobaan. Pada
hakikatnya anak jalanan terpaksa berkelana ke seluruh sudut perkotaan
dengan mencari sesuap nasi untuk sekadar makan dan seteguk air guna
melanjutkan hidup bahkan semata-mata agar dapat mempertahankan
kehidupan pada tingkatan yang dapat dicapainya dengan baik dan
maksimal. 11
Pembinaan akhlak adalah upaya penerapan beberapa nilai moral
yang baik terhadap Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia serta alam
sekelilingnya untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang
dilakukan secara terus-menerus. Proses pembinaan akhlak ini harus dimulai
sedini mungkin, karena moral atau akhlak yang mulia seseorang tidak hadir
secara tiba-tiba atau berdasarkan keturunan, akan tetapi membutuhkan

10
Mardiana, dkk. 2021. Peran Dakwah Komunitas Peduli Anak Jalanan (KPAJ) Dalam Pembinaan
Akhlak Anak Di Jalan Kerung-Kerung Kota Makassar. Jurnal Mercusuar, vol 2 (2), h. 49.
11
Andi Tenri Citra Haris. 2020. Solidaritas Sosial dalam Pembinaan Anak Jalanan. Yogyakarta:
CV. Fawwaz Mediacipta, h. 23.

8
kurun waktu yang tidak sedikit, oleh karena itu proses pembinaan akhlak
dibutuhkan kesabaran serta kerja keras yang tinggi.12
Menurut Al-Ghazali, pembinaan akhlak akan dilakukan dengan
lebih memaksimalkan sifat terpuji dan menekan dorongan hawa nafsu dan
sifat-sifat destruktif. Akhlak bukanlah pengetahuan tentang yang baik dan
jahat, bukan pula pengalaman yang baik dan buruk melainkan suatu kondisi
jiwa yang kokoh.13
Ada empat metode yang dilakukan Al-Ghazali dalam pembinaan
akhlak, yaitu metode uswah al-hasanah (keteladanan), metode ta’wid
(pembiasaan), metode mau’izah (nasehat) dan metode qishshah (cerita).14
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi metode pendidikan akhlak
terbagi menjadi 8 metode, yaitu metode hiwar (diskusi), metode qisah
(kisah), metode amtsal (perumpamaan), metode uswah (keteladanan),
metode tadrib (pembiasaan), metode ‘ibrah (perenungan atau tafakur),
metode mau ‘idzah (nasehat) dan metode targhib wa tarhib (ganjaran dan
hukuman).15

Komunitas
Pembinaan Anak
Rumah
Akhlak Jalanan
Pelangi

Gambar 1.1 Skema Kerangka Berpikir

12
Hasan Basri, dkk. 2017. Pembinaan Akhlak Dalam Menghadapi Kenakalan Siswa Di Madrasah
Tsanawiyah Bukhari Muslim Yayasan Taman Perguruan Islam (YTPI) Kecamatan Medan Baru
Kota Medan. Jurnal Edu Riligia, vol 1 (4), h. 648.
13
Marhani. 2020. Relevansi Pemikiran Akhlak Al-Ghazali Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat.
Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press, h. 18.
14
Feriska Listrianti dan Fitriani. 2020. Pendidikan Akhlak Perspektif Al-Ghazali Dalam Mengatasi
Rational Hedonism Di MTS Negeri 1 Probolinggo. Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, vol 6 (1),
h. 110.
15
Hasan Basri, dkk. 2017. Pembinaan Akhlak Dalam Menghadapi Kenakalan Siswa Di Madrasah
Tsanawiyah Bukhari Muslim Yayasan Taman Perguruan Islam (YTPI) Kecamatan Medan Baru
Kota Medan. Jurnal Edu Riligia, vol 1 (4), h. 654.

9
F. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sherly Meydiana dari
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu pada tahun 2019 dengan
judul “Peran Rumah Singgah Dalam Pembinaan Akhlak Pada Anak Jalanan
Di Rumah Singgah Al-Izzah Kota Bengkulu”. Penelitian tersebut dilakukan
dengan metode kualitatif yaitu penyelidikan mendalam (indepth study).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan yang dilakukan oleh
Rumah Singgah Al-Izzah pada anak jalanan yaitu dengan pembinaan
instruktif, pembinaan ceramah, pembinaan nasihat, pembinaan hukuman
edukatif dan pembinaan diskusi. Hal tersebut berpengaruh pada anak
jalanan seperti adanya perubahan dalam tata bicara, meskipun
perubahannya harus secara bertahap.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indah Mulyaningsih dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014
dengan judul “Peran Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Akhlak Anak
Jalanan Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung Jakarta
Timur”. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian materi bimbingan agama pada
anak jalanan ada empat hal pokok yaitu materi keimanan, akhlak, ibadah
shalat dan tata cara membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode
ceramah, tanya jawab atau diskusi. Adanya faktor pendukung yaitu
dukungan dari pihak lembaga dan para warga binaan sosial serta faktor
penghambat yaitu kurangnya motivasi dari pegawai panti. Tetapi dengan
peran pembimbing agama, warga binaan sosial dapat memiliki ketenangan
batin, bertambahnya pengetahuan agama, meningkatnya kesadaran dalam
menjalankan perintah-perintah Allah, tingkah laku menjadi lebih baik.
Memiliki rencana hidup yang terukur, memiliki motivasi untuk bekerja,
menjadi nafkah yang halal dan tidak kembali lagi ke jalan.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Mardiana, Misbahuddin dan
St. Aisyah BM dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada tahun

10
2021 dengan judul “Peran Dakwah Komunitas Peduli Anak Jalanan (KPAJ)
Dalam Pembinaan Akhlak Anak Di Jalan Kerung-Kerung Kota Makassar”.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembinaan akhlak pada anak jalanan dilakukan
melalui metode pembiasaan, metode keteladanan dan metode mauidzah
(nasihat). Proses penanaman beberapa nilai Islami pada anak jalanan harus
disampaikan dengan baik agar ampuh dapat dilakukan melalui pujian serta
menerangkan sebab mengapa harus melakukan sesuatu. Agar pesan dakwah
dapat tersampaikan dengan baik, maka perlu diselingi canda tawa ketika
menyampaikan materi dakwah sehingga anak-anak jalanan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Sutrimo Purnomo dari
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto pada tahun 2014 dengan
judul “Penanaman Akhlak Bagi Anak Jalanan Di TPQ Tombo Ati Kampung
Dayak Purwokerto Selatan”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
lapangan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akhlak
yang ditanamkan oleh TPQ Tombo Ati kepada para anak jalanan yaitu
akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia dan akhlak kepada
alam atau lingkungan. Penanaman akhlak tersebut menggunakan metode
keteladanan, pembiasaan, pemberian nasihat dan pemberian perhatian atau
pengawasan. Metode pembiasaan lebih mendominasi untuk mendapat
perhatian dan dibutuhkan agar membangun mental bagi anak jalanan.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Badrus Zaman dari Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tahun 2018 dengan judul
“Pendidikan Akhlak Pada Anak Jalanan di Surakarta”. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model pendidikan akhlak yang digunakan adalah model pendidikan
non formal dengan mengajarkan baca tulis Al-Qur’an, model konseling,
model keteladanan dan model keterampilan. Dengan diterapkannya
beberapa model tersebut, motivasi anak jalanan ingin berubah menjadi lebih

11
baik, mengajarkan berbagai nilai-nilai akhlak dan keterampilan kepada anak
jalanan.
Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Sartika dari Universitas
Islam Negeri Antasari Banjarmasin pada tahun 2021 dengan judul
“Pembinaan Akhlak Anak Jalanan Pada SMP Kelas Khusus Pasar Lima
Banjarmasin”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya peranan guru dalam pembinaan
akhlak yang dilakukan pada anak jalanan yaitu dengan menggunakan
metode keteladanan, metode pembiasaan, metode nasihat, metode
pemberian motivasi, metode pengawasan dan metode hadiah dan hukuman.
Selain itu adanya faktor pendukung serta faktor penghambat. Dalam hal ini
cukup memberi pengaruh pada perubahan pola sikap dan pola perilaku
peserta didik.
Persamaan dari beberapa penelitian di atas adalah bagaimana
pembinaan akhlak pada anak jalanan. Hal ini mendorong peneliti untuk
mengkaji lebih dalam apakah Komunitas Rumah Pelangi mempunyai
peranan dalam pembinaan akhlak anak jalanan. Selain itu, terdapat beberapa
perbedaan dengan penelitian terdahulu, yaitu:
1) Dengan penelitian pertama, letak perbedaannya yaitu pada peranan yang
diambil dan lokasi penelitian. Peranan yang diambil yaitu Rumah Singgah
tempat singgahnya anak-anak jalanan di Bengkulu, sedangkan penelitian ini
mengambil peranan sebuah komunitas yang berfokus pada anak jalanan di
Terminal Leuwi Panjang Bandung.
2) Dengan penelitian kedua, letak perbedaannya yaitu pada peranan yang
diambil dan lokasi penelitian. Peranan yang diambil yaitu pembimbing
agama dalam membina akhlak anak jalanan di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 2 Cipayung Jakarta Timur, sedangkan penelitian ini
mengambil peranan sebuah komunitas yang berfokus pada anak jalanan di
Terminal Leuwi Panjang Bandung.
3) Dengan penelitian ketiga, letak perbedaannya yaitu pada fokus pembahasan
dan lokasi penelitian. Fokus pembahasannya yaitu mengenai dakwah pada

12
anak jalanan di Kerung-Kerung Kota Makassar yang dilakukan oleh
Komunitas Peduli Anak Jalanan, sedangkan penelitian ini dilakukan oleh
Komunitas Rumah Pelangi pada anak jalanan di Terminal Leuwi Panjang
Bandung.
4) Dengan penelitian keempat, letak perbedaannya yaitu lokasi penelitiannya.
Lokasi penelitian diambil di TPQ Tombo Ati Kampung Dayak Purwokerto
Selatan, sedangkan penelitian ini diambil di Terminal Leuwi Panjang
Bandung.
5) Dengan penelitian kelima, letak perbedaannya yaitu lokasi penelitiannya.
Lokasi penelitian diambil di Surakarta Jawa Tengah, sedangkan penelitian
ini diambil di Bandung Jawa Barat, tepatnya di Terminal Leuwi Panjang.
6) Dengan penelitian keenam, letak perbedaannya yaitu pada peranan yang
diambil dan lokasi penelitian. Peranan yang diambil yaitu seorang guru
dalam membina anak jalanan di SMP Kelas Khusus Pasar Lima
Banjarmasin, sedangkan penelitian ini mengambil peranan sebuah
Komunitas yang berfokus pada anak jalanan di Terminal Leuwi Panjang
Bandung.

13

Anda mungkin juga menyukai