Anda di halaman 1dari 18

MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Sosiologi dan Antropologi Pendidikan”

Dosen Pengampu :

Arif Shaifudin, M.Pd.I.

Nama Kelompok:

Risky Reviani (201210380)


Rizal Andika Saputra (201210383)
Robiatul Adawiyah (201210393)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
2023
MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN

Risky Reviani, Rizal Andika Saputra, Robiatul Adawiyah

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

riskyrevi02@gmail.com, rizalandikasaputra3@gmail.com,
robiatulaaaaaa@gmail.com

Abstrak
Masyarakat yang terdiri dari individu-individu, yang masing-masing memiliki
kebutuhan yang selalu ingin dipenuhi. Salah satu kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan untuk memperoleh pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, apa
yang dilakukan oleh masyarakat tergantung pada apa yang dilakukan oleh masing-
masing. Mereka merupakan “the material points or molecules” dari sistem yang
disebut masyarakat. Ini berarti sistem dibangun berdasarkan pada bagian-bagian
yang saling bergantung satu sama lain, jika satu tidak berfungsi maka akan
berpengaruh pada yang lain. Hal tersebut tampak jelas pada bidang pendidikan dan
pembelajaran. Pendidikan melalui sistem pembelajaran sebagai media untuk
meneruskan dan mengajarkan nilai-nilai dari leluhur ke generasi berikutnya.
Kata Kunci : Masyarakat, Pendidikan, Pembelajaran.

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan pondasi yang sangat penting dan esensial bagi
keunggulan suatu bangsa. Pendidikan tidak akan pernah habis untuk
diperbincangkan oleh siapapun terutama para pakar dan praktisi pendidikan.
Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan
outcome sumber daya yang unggul, yang akan mampu membangun watak suatu
bangsa, serta dapat menentukan keberhasilan bidang lainya seperti ekonomi,
politik dan sebagainya, karena manusia sendiri merupakan subjek dalam
seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut . Dengan adanya Humas dalam
pendidikan, maka akan terjalin kerjasama antar semua pihak, baik warga sendiri
(internal public) dan masyarakat umum (eksternal public). Sehingga hubungan
yang harmonis ini akan membentuk, (1) saling pengertian antar sekolah, orang
tua, masyarakat dan lembaga lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk
dunia kerja, (2) saling membantu antar sekolah dan masyarakat karena

1
mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peran masing-masing, (3) kerja sama
yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan
mereka merasa bangga dan ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan
di sekolah .
Sekolah yang berorientasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut
community school atau sekolah masyarakat. Sekolah ini berorientasi pada
masalahmasalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia,
masalah kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu tenggang komunikasi,
transportasi ,dansebagainya. Dalam kurikulum ini anak dididik agar turut serta
dalam kegiatan masyarakat. Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat
di turut sertakan. Tokohtokoh dari setiap aspek kehidupan masyarakat seperti
dari dunia perusahaan, pemerintahan, agama, politik, dan sebagainya diminta
bekerja sama dengan sekolah dalam proyek perbaikan masyarakat. Untuk itu
diperlukan masyarakat yang merasa turut bertanggung jawab atas kesejahteraan
masyarakat dan atas pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat dalam hal ini
bekerjasama dalam suatu aksi sosial.1

B. Cara Mengenali Masyarakat


Setiap individu melakukan berbagai peran dalam hidup dan kehidupan
ini, baik sebagai individu, sebagai bagian dari keluarga, maupun sebagai bagian
dari masyarakat. Dalam berbagai peran tersebut setiap individu ingin sukses
atau memberikan makna yang berarti. Untuk dapat berperan secara efektif,
maka seseorang perlu mengenal orang lain di samping dirinya sendiri maupun
di masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia sebagai makhluk sosial
tak sanggup hidup sendirian. Tak ada satupun manusia di dunia ini yang dapat
hidup tanpa tergantung ataupun memerlukan bantuan orang lain. Karena itulah,
sejak dulu, manusia selalu hidup berkelompok, bersuku-suku hingga berbangsa-
bangsa.2

1
Iskandi, Hubungan Pendidikan Dengan Masyarakat Dalam Perspektif Sosiologi,
Tawshiyah Vol. 15, No. 1 Tahun 2020, 01.
2
Kementerian Pertahanan RI Badan Pendidikan Dan Pelatihan. Bahan Pembelajaran
Dinamika Kelompok. Keputusan Kepala Badan Pendidikan Dan Pelatihan Nomor : Kep/ 725 /VII.
2020, 13.

2
Dilain pihak, manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai
perbedaan antara satu dengan yang lain, sehingga tidak mudah untuk
mewujudkan kehidupan yang harmonis. Konsekuensinya, setiap individu harus
berusaha menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok, agar dapat diterima
masyarakat dan merasa aman dan nyaman didalamnya. Usaha tersebut adalah
mengenali orang lain agar dapat menikmati kehidupan dalam masyarakat, tidak
terasing dan tidak ditolak oleh kelompoknya.3
Mengenali orang lain merupakan keharusan bagi seseorang untuk bisa
“masuk“, diterima dan berkomunikasi dengan mereka. Individu yang populer
adalah yang disenangi, yang mudah masuk dan diterima oleh orang dari
berbagai strata dan kelompok-kelompok lainnya. Predikat yang dimilikinya
sebagai: orang yang menyenangkan, orang yang luwes, pandai menyesuaikan
diri dalam pergaulan. Untuk menjadi orang yang dapat diterima orang lain
diperlukan usaha-usaha tertentu. Usaha-usaha demikian akan semakin lebih
mudah bila didukung oleh lebih dahulu kenal dengan siapa berinteraksi.4
Sesuai dengan pepatah “Tak kenal maka tak sayang“, maka mengenal
orang lain bukan saja agar disayang dan dibutuhkan oleh orang lain tersebut,
tetapi merupakan kebutuhan sosial dan afiliasi serta memenuhi kebutuhan untuk
dihargai. Untuk memperoleh respon positif, mengenal orang lain saja dianggap
belum cukup, tetapi masih diperlukan berbagai usaha penyesuaian diri, yang
mencakup:
1. Pemahaman tentang orang lain: kelebihan dan kekurangannya, perangai,
kecerdasan, emosi, sikap mental dan pola pikirnya.
2. Berkomunikasi dengan cara empati (mendudukkan diri pada posisi orang
lain).
3. Menata dan menyesuaikan diri atas dasar saling menghormati.5

3
Kementerian Pertahanan RI Badan Pendidikan Dan Pelatihan. Bahan Pembelajaran
Dinamika Kelompok. 2020, 14.
4
Ibid., 14.
5
Ibid., 15.

3
Terdapat dua hal yang bisa dilakukan dalam mengenal masyarakat,
diantaranya sebagai berikut :
1. Kesetaraan
Dalam proses mengenal masyarakat kesetaraan atau kesejajaran
kedudukan memiliki arti adanya persamaan tanggung jawab antara
masyarakat dengan lembaga, antara laki-laki dan perempuan, dan
masyarakat dengan pihak otoritas. Dinamika yang dibangun adalah
hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagi
pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain, saling mengakui
kelebihan dan kekurangan satu sama lain, sehingga terjadi proses saling
belajar.6
2. Partisipatif
Dalam hal ini, dapat dilaksanakan dengan program pemberdayaan.
Hakekat dari suatu pemberdayaan masyarakat adalah partisipasi. Program
pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah
program yang memiliki sifat parstisipatif, direncanakan, dilaksanakan,
diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun, agar sampai pada tingkat
tersebut, diperlukan waktu dan proses pendampingan yang melibatkan
fasilitator yang mempunyai komitmen tinggi terhadap pemberdayaan
masyarakat. Pola program pemberdayaan masyarakat yang terjadi saat ini,
lebih menekankan pada charity atau mebagikan bantuan secara cuma-
cuma.7
C. Sistem Nilai Yang Berlaku Di Masyarakat
1. Nilai Kebudayaan
“Kebudayaan dapat dipandang sebagai semua cara hidup (Way of
life) yang dipelajari dan diharapkan, yang samasama diikuti oleh para
anggota dari suatu kelompok masyarakat tertentu, kebudayaan ini meliputi
semua bangunan, perkakas dan benda-benda fisik lainnya yang dikenal oleh
kelompok tersebut.” Bentuk-bentuk kebudayaan berupa kebudayaan matari

6
Moh. Yusuf Efendi. METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Polije Press. 2021, 6.
7
Ibid., 7.

4
meliputi segala sesuatu yang telah terciptakan dan digunakan oleh manusia
dan menpunyai bentuk yang dapat dilihat dan diraba. Kebudayaan juga
berbentuk non-materi meliputi semua buah karya manusia yang ia gunakan
untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman bagi tindakan-tindakannya,
kebudayaan itu meliputi norma-norma dan intuisi-intuisi.8
2. Nilai Sosial
Berbicara tentang sosial tidak terlepas dari berbicara tentang
interaksi (hubungan) baik itu interaksi antar orang perorang, antar orang
dengan kelompoknya dan sebaliknya dan interaksi antar kelompok. Dalam
berinteraksi dengan sesama diperlukan tata cara berbuat/bertingkah laku
yang dijadikan patokan atau rujukan agar hubungan/interaksi tersebut
berjalan dengan baik. Tata cara tersebut dikenal dengan “norma” yang
tentunya di dalam norma tersebut terdapat nilai-nilai. Norma-norma yang
ada dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda.
Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya. 9
Pada akhirnya, umumnya anggota masyarakat pada tidak berani
melanggarnya. Norma-norma tersebut antara lain :
a. Cara (usage) ialah norma yang menunjukkan pada suatu perbuatan yang
memliki sanksi lemah, misalnya berupa ocehan, sindiran. Contoh :
sindiran kepada orang yang makan dengan mulut berdecak (kecap-
kecap).
b. Kebiasaan (folkways) ialah cara-cara bertingkah laku yang sudah
dikenal, diterima, dan diakui masyarakat,serta dilakukan secara
berulang-ulang, dan memiliki sanksi yang agak berat seperti teguran.
Misalnya : teguran kepada orang yang naik kendaraan di gang. (tidak
boleh : ngebut!).
c. Tata kelakuan (mores) ialah kebiasaan yang tidak semata-mata
merupakan cara bertingkah laku,tetapi merupakan norma yang

8
TARBIYAH bil QALAM. Jurnal Pendidikan, Agama dan Sains. Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Al-Bukhary (STITA) Vol. IV Edisi 1 Januari-Juni 2020, 18.
9
Ibid., 20.

5
mengatur, menyuruh atau melarang melakukan suatu perbuatan
dilakukan. Dan moral adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap kewajiban, budi pekerti dan susila.
d. Adat istiadat (costum) ialah tata kelakuan yang kekal serta kuat
intregasinya (berpadu) dengan polapola kelakuan masyarakat, karena
telah diakui dan dilakukan oleh masyarakat itu sejak lama (warisan
nenek moyang).10
Pada dasarnya norma-norma yang ada dalam masyarakat
mengandung nilai-nilai yang membantu manusia mengatur kehidupan diri
dan lingkungannya. Termasuk masyarakat Indonesia norma-norma tersebut
mengandung nilai sebagai berikut : Kekeluargaan, kerja sama, sabar,
semangat gotong royong, keadilan, keindahan, ramah-ramah, kemanusiaan,
dll. Yang kesemuanya terdapat dalam pancasila yang dijadikan sebagai
pandangan hidup oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat.11
3. Nilai Politik
Pengertian “politik” berasal dari kosa kata “polities” yang memiliki
makna bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara,
yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti
dengan pelaksanaan pelaksanaan tujuan itu.”Pengambilan Keputusan” atau
“decision making” mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem
politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan
skalaskala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu. Politik selalu
menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan
bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik menyangkut
kegiatan berbagi kelompok termasuk partai politik, lembaga masyarakat
maupun perseorangan. 12
Dengan demikian maka secara operasional bidang politik
menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan negara (state),

10
Ibid.,20.
11
Ibid.,21.
12
Ibid., 22.

6
kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making),
kebijaksanaan (policy), pembagian (distribution), serta alokasi (allocation).
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan :
a. Asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan
hukum yang berlaku.
b. Disahkan dan dijalankan secara demokrasi (legitimasi demokrasi).
c. Dilaksanakan berdasarkan prinsipprinsip moral atau tidak bertentangan
dengannya (legimitasi moral).
Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan
kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat. Rakyat merupakan asal
mula kekuasaan negara. Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan, kekuasaan serta kewenangan
harus dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok negara.13
4. Nilai Ekonomi
Secara praktis nilai ekonomi dapat ditemukan dalam pertimbangan
nilai produksi, pemasaran, konsumsi barang, perincian kredit keuangan, dan
pertimbangan kemakmuran hidup secara umum. Oleh karena pertimbangan
nilai ini melihat bahwa dalam kehidupan manusia seringkali terjadi konflik
antara kebutuhan nilai ini dengan nilai lainnya. Kelompok manusia yang
memiliki minat kuat terhadap nilai ini adalah para pengusaha, ekonom atau
setidaknya orang yang memiliki jiwa materialistik.
Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan yang hanya
mendasarkan pada pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai
kesejahteraan bersama seluruh bangsa, dalam kenyataannya hanya
menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang bahkan penguasa. Pada
era ekonomi global dewasa ini dalam kenyataannya tidak mampu bertahan.
Krisis ekonomi yang terjadi di dunia dan melanda Indonesia mengakibatkan

13
Ibid., 23.

7
ekonomi Indonesia terpuruk, sehingga kepailitan yang diderita oleh
pengusaha harus ditanggung oleh rakyat.
Dalam kenyataannya sektor ekonomi yang justru mampu bertahan
pada masa krisis dewasa ini adalah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi
yang berbasis pada usaha rakyat. Oleh karena itu subsidi yang luas biasa
banyaknya pada kebijaksanaan masa orde baru hanya dinikmati oleh
sebagian kecil orang, yaitu sekelompok konglomerat, sedangkan bilamana
mengalami kebangkrutan seperti saat ini rakyatlah yang banyak dirugikan.
Oleh karena itu rekapitulasi pengusaha pada masa krisis dewasa ini sama
halnya dengan rakyat banyak membantu pengusaha yang sedang terpuruk.14
D. Sistem Kekuasaan Dalam Masyarakat
Definisi tentang kekuasaan yang tergolong bersifat umum dari Green
mengatakan bahwa kekuasaan meliputi “… capacity to produce or prevent
change” (kapasitas untuk mengupayakan atau [sebaliknya] mencegah
perubahan). Malecki mendefinisikan kekuasan sebagai “the ability to produce
intended effects” (kemampuan menghasilkan pengaruh yang dikehendaki).
Kedua definisi ini menyiratkan bahwa orang-orang atau kalangan yang
tidak/kurang memiliki kekuasaan cenderung berada di bawah kendali orang
atau kalangan yang lebih memiliki kekuasaan; atau sebaliknya orang/kalangan
yang memiliki kekuasaan mengontrol orang/kalangan lain yang tidak memiliki
kekuasaan.15
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan
terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan. Kekuasaan mencakup
kemampuan untuk memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga memberi
keputusan- keputusan yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
tindakan-tindakan pihak lainnya. Max Weber menyatakan bahawa kekuasaan
adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan

14
Ibid.,23.
15
Pawito dkk, Tinjauan Teoritik Model-Model Kekuasaan, Jurnal Masyarakat dan
Budaya, Volume 5 No. 2 Tahun 2003, 110.

8
masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri sekaligus menerapkannya
terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-
golongan tertentu.

Kekuasaan dapat dilihat pada interaksi sosial antar manusia maupun


antar kelompok yang mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu :
1) Rasa takut Perasaan takut pada seseorang akan menimbulkan kepatuhan
terhadap segala kemajuan dan tindakan orang yang ditakuti tersebut. Rasa
takut merupakan gejala universal yang terdapat di segala tempat dan
biasanya dipergunakan sebaik-baiknya dalam masyarakat yang
mempunyai pemerintahan otoriter.
2) Rasa Rasa cinta menghasilkan perbuatan yang pada umumnya bersifat
posesif, apabila ada suatu reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai
maka sistem kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan teratur.
3) Kepercayaan Kepercayaan bisa timbul sebagai hasil hubungan langsung
antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatif. Soal kepercayaan
sangat penting demi kelanggengan kekuasaan.
4) Pemujaan Sistem kepercayaan mungkin dapat disangkal oleh orang lain,
tetapi sistem pemujaan membawa seseorang dan kelompok untuk
membenarkan segala sesuatu yang dating dari penguasa tersebut.16
Sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang baik
atau yang buruk, namun sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur
penting dalam kehidupan suatu masyarakat. Kekuasaan ada dalam setiap
bentuk masyarakat, baik yang bersahaja maupun masyarakat yang
kompleks. Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang
berkuasa dengan yang dikuasai, atau dengan kata lain, antara pihak yang
memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan pihak lain yang
menerima pengaruh itu, dengan rela atau karena terpaksa, sehingga apabila
kekuasaan itu diterjemahkan pada diri seseorang, biasanya orang itu

16
Jeanne Darc N. Manik, Kekuasaan dan Kepemimpinan Sebagai Proses Sosial Dalam
Bermasyarakat, 67.

9
dinamakan pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruh-pengaruhnya
adalah pengikut-pengikutnya.17
E. Relasi Sekolah Dan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang
diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk
mendapatakan aspirasi, simpati dari masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya
kerjasama untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan
hubungan tersebut adalah untuk mensukseskan program-program sekolah yang
bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis. Hubungan sekolah
dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan
masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan
serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama untuk
masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Kindred, Balgin
dan Gallagher mendefinisikan husemas ini sebagai usaha kooperatif untuk
menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta
saling pengertian antara sekolah, personil sekolah dan masyarakat.18
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan suatu
sistem terbuka, artinya sekolah merupakan lembaga yang tidak pernah lepas dari
pengaruh lingkungan dan masyarakat. Dengan demikian sekolah seharusnya
menjalin kerja sama dengan lingkungannya, hal ini agar sekolah bisa tetap eksis
dan bertahan di tengah masyarakat yang selalu membutuhkan pendidikan yang
berkualitas dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 butir 6, yang
berbunyi: Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.
Hubungan masyarakat sangat penting dalam manajemen pendidikan,
hubungan masyarakat mempunyai beberapa fungsi pokok dalam manajemen

17
Ibid.,68.
18
Feby Kristina, Hade Afriansyah, Hubungan Sekolah dengan Masyarakat, Padang 2019,
02.

10
pendidikan yaitu dapat menarik perhatian masyarakat umum sehingga
meningkatkan relasi serta animo masyarakat terhadap lembaga pendidikan te
rtentu yang akhirnya menambah income bagi lembaga pendidikan agar dapat
mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.19
Ruang lingkup hubungan sekolah dan masyarakat dalam suatu organisasi
atau lembaga, yaitu:
1) Humas eksternal (publik eksternal), yang dimaksud dengan publik
eksternal adalah publik umum (masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya
sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga yang
diwakilinya. Berdasarkan macam-macam khalayak ini dikenal sebagai
media massa, pemerintah, masyarakat setempat, kontraktor, serta
pelanggan (orang tua siswa).
2) Humas internal (publik internal), yang dimaksud dengan publik internal
adalah publik yang menjadi bagian dari unit atau organisasi atau lembaga
itu sendiri.

Tujuan hubungan sekolah dan masyarakat kedalam pada hakikatnya


untuk meningkatkan kegairahan bekerja para guru, tenaga akademik, karyawan
lembaga/instansi yang bersangkutan. Sebagai garis besar, publik internal
meliputi warga dalam sekolah, yaitu guru, siswa, tenaga kependidikan, dan
komite sekolah.20

F. Peranan Masyarakat Sebagai Sumber Belajar


Banyak hal yang bisa kita pelajari dari lingkungan masyarakat, dimanapun
kita berada. Banyak hal yang bisa kita pelajari dan terjadi proses pembelajaran
di tengah masyarakat pedesaan. Kita biswa belajar nilai-nilai
kegotongroyongan, sikap sederhana atau bersahaja mereka, nilai-nilai sosial,
nilai-nilai kebersamaan, suka menolong yang hal tersebut mungkin tidak kita
jumpai di kehidupan kota yang serba modern atau masyarakat industri. Namun

19
Gita Irawanda & M. Bachtiar, Manajemen Hubungan Sekolah Dan Masyarakat Di Smk
Negeri Makassar, Jurnal Administrasi, Kebijakan, dan Kepemimpinan Pendidikan Volume 1 no 1
Juni 2020, 26-27.
20
Ibid., 29.

11
kita bisa belajar dan mengikuti etos kerja mereka yang tidak kenal lelah dalam
bekerja dan berusaha.21
Dalam lingkungan masyarakat yang tediri dari lingkungan fisik, sosial,
ekonomi dan budaya, atau dengan kata lain lingkungan masyarakat terkandung
berbagai materi ilmu pengetahuan mulai dari dalam bumi (inti bumi),
lingkungan batuan, lingkungan perairan, apa yang ada di permukaan bumi
sampai dengan pada lingkungan atmosfir. Berdasarkan sudut pandang geografi
lingkungan terdiri dari lingkungan lithosfir (lingkungan batuan), hidrosfir
(lingkungan perairan), atmosfir (lingkungan udara atau lapisan udara) dan
biosfir (lingkungan kehidupan). Di setiap lingkungan tersebut banyak hal
sampai dengan tak terbatas yang dapat dipelajari, disumbangkan, dikerjakan,
dan diberdayakan untuk kepentingan manusia.22
Masyarakat pada dasarnya adalah sumber pendidikan, yang di dalamnya
terdapat proses dialektika antara masyarakat sebagai input belajar dan
masyarakat sebagai hasil belajar. Dengan kata lain, masyarakat merupakan
komunitas belajar yang memperkaya materi-materi pembelajaran yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas individu dalam masyarakat, baik
sebagai pengguna (user) maupun sebagai pencipta materi itu sendiri (creator).
Bagi masyarakat yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah
bagaimana hidup hari ini, karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka
tidak mau belajar hanya untuk belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong
untuk mengembangkannya melalui pendidikan berbasis masyarakat, yakni
pendidikan nonformal dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat.23
Pengembangan masyarakat sebagai komunitas belajar itu sendiri tentunya
diawali dengan pemahaman sistem sosial kelompok masyarakat yang menjadi
sasaran dari pendidikan itu sendiri. Pengenalan terhadap kelompok sosial itu

21
Husaah. Pembelajaran Lua Kels, Out Door Larning. Acangan Strategis
Mengembangkan Metode Pembelajaran Yang Menyenangkan Inovatf dan Menantang. Presta
Pustaka. Jakarta. 2013, 4.
22
Ibid, 4.
23
Husaah. Pembelajaran Lua Kels, Out Door Larning. Acangan Strategis
Mengembangkan Metode Pembelajaran Yang Menyenangkan Inovatf dan Menantang. Presta
Pustaka. Jakarta. 2013, 6.

12
sendiri menjadi dasar bagi penyusunan kurikulum pendidikan berbasis
masyarakat. Soekanto (2000) memberikan beberapa kriteria yang disebutnya
kelompok sosial, antara lain : (1) Setiap anggota kelompok sadar bahwa dia
merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan, (2) Ada hubungan timbal
balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya, (3) Ada suatu
faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah
erat, misalnya : nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
ideologi politik yang sama, dan lain-lain, (4) Berstruktur, berkaidah, dan
mempunyai pola perilaku, (5) Bersistem dan berproses.24
Pola penggunaan masyarakat sebagai sumber belajar, misalnya melakukan
kunjungan karya wisata ke Kantor Pemerintahan Kabupaten atau Kotamadya.
Terdapat beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan dalam
menggunakan kunjungan sebagai sumber belajar, yaitu : (1) Pemilihan waktu
yang tepat, sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran lain, (2)
Ketersediaan dana serta besaran biaya, (3) Keterjangkauan lokasi/tempat, (4)
Kemudahan kontak dengan pihak pengelola pemerintahan/ daerah wisata, (5)
Kecermatan dalam langkah-langkah karya wisata.25
G. Peran Lingkungan Terhadap Pendidikan Anak
Untuk menempuh suatu pendidikan terdapat tiga lingkungan yang berperan
sebagai tempat pembentukan maupun penguatan karakter anak yaitu
lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat.
1) Peran lingkungan keluarga

Keluarga merupakan wadah utama dalam pembentukan dan


pendidikan karakter karena anak lebih dahulu mencontoh perilaku orang tua
dan mengikuti apa yang diajarkan. Orang tua harus mendidik melalui
kolaborasi antara karakter dengan agama dari usia dini supaya dapat
mengikuti betapa pentingnya agama untuk masa depan anak. Orang tua
mengarahkan anak supaya disiplin dalam menggunakan waktu dan

24
Ibid, 6.
25
Ibid, 7.

13
menghormati semua orang. Orang tua mencontohkan karakter yang sesuai
dianjurkan agama, agar mereka dapat menjadi seseorang yang berkualitas.
Keluarga termasuk lingkungan yang diharapkan anak dalam memperoleh
perhatian pendidikan dan hindarkan perkataan yang kasar ataupun yang
membentak. Penanaman ilmu agama di lingkungan keluarga untuk
penguatan karakter terhadap anak.
Lingkungan keluarga harus dapat menyiapkan dan memberikan
Pendidikan untuk anaknya agar menjadi generasi penerus yang baik.
Pendidikan merupakan proses pengembangan potensi individu, pewarisan
budaya dan interaksi antar potensi individu, kelompok dengan lingkungan
masyarakat luas. Sehingga anak yang berkembang dengan baik akan
mengambarkan kondisi dari faktor berpengaruhnya perkembangan dari
lingkungan keluarga. Berhasil tidaknya Pendidikan seorang anak dapat
dihubungkan dengan perkembangan sikap dan pribadi dari orang tuanya
serta hubungan komuikasi pola asuh dalam keluarganya, lingkungan
keluarga dapat berperan penuh terhadap perkembangan untuk memberikan
sistem Pendidikan secara komerhensif yang saling berkesinambung.26
2) Peran lingkungan sekolah
Sekolah menjadi lingkungan kedua dalam membentuk dan
memperkuat karakter siswa. Salah satunya arahan dan bimbingan yang
diperbuat guru untuk merubah tingkah laku siswa. Guru berperan sebagai
role model dan sekaligus key aktor dalam proses pembelajaran di sekolah.
Guru mengutamakan untuk menerapkan peraturan yang dibuat nya sebelum
menyeru anak untuk menurutinya. Lingkungan sekolah guru mengajarkan
agama kepada siswanya di sela-sela proses pembelajaran.
3) Peran lingkungan masyarakat
Dalam membentuk karakter dari seorang anak usia dini ini perlu
kehatihatian agar tidak salah pada pola pengasuhannya.Sebab yang terjadi
saat ini banyak orang tua yang acuh dengan perkembangan anak, mereka

26
Atik Latifah, “Peran Lingkungan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan
Karakter Anak Usia Dini” Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal vol.3 no 2,2020,105.

14
lebih banyak melibatkan sekolah sebagai sarana pembentukan karakter pada
anak usia dini. Peran penting bagi perkembangan seorang anak adalah
dengan melibatkan pola asuh yang baik serta lingkungan yang baik untuk
mendukung tumbuh kembangnya.27 Masyarakat dijadikan suatu lingkungan
yang diharapkan anak dalam memperoleh pengetahuan untuk penguatan
karakter. Lingkungan masyarakat dapat mengajarkan anak untuk memiliki
kebiasaan yang baik.
H. Kesimpulan
Mengenali orang lain merupakan keharusan bagi seseorang untuk bisa
“masuk“, diterima dan berkomunikasi dengan mereka. Individu yang populer
adalah yang disenangi, yang mudah masuk dan diterima oleh orang dari
berbagai strata dan kelompok-kelompok lainnya. Untuk menjadi orang yang
dapat diterima orang lain diperlukan usaha-usaha tertentu. Terdapat dua hal
yang bisa dilakukan dalam mengenal masyarakat, diantaranya yaitu :
Kesetaraan, Partsipatif.
Sistem nilai yang berlaku dimasyarakat yaitu, Nilai Kebudayaan ;
Kebudayaan dapat dipandang sebagai semua cara hidup (Way of life) yang
dipelajari dan diharapkan, yang samasama diikuti oleh para anggota dari suatu
kelompok masyarakat tertentu, Nilai Sosial ; Berbicara tentang sosial tidak
terlepas dari berbicara tentang interaksi (hubungan) baik itu interaksi antar orang
perorang, antar orang dengan kelompoknya dan sebaliknya dan interaksi antar
kelompok, Nilai Politik ; polities” yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, yang menyangkut proses
penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan
pelaksanaan tujuan itu. Nilai Ekonomi ; Secara praktis nilai ekonomi dapat
ditemukan dalam pertimbangan nilai produksi, pemasaran, konsumsi barang,
perincian kredit keuangan, dan pertimbangan kemakmuran hidup secara umum.
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan

27
Ibid.,109.

15
terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan. Kekuasaan mencakup
kemampuan untuk memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga memberi
keputusan- keputusan yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
tindakan-tindakan pihak lainnya.
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi
antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat
tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan
kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah.
Manusia sebagai anggota masyarakat terikat oleh sebuah aturan yang
berlaku di dalam masyarakatnya. Melalui proses sosialisasi seseorang atau
sekelompok orang menjadi mengetahui dan memahami bagaimana ia atau
mereka harus bertingkah laku di lingkungan masyarakatnya, juga mengetahui
dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya berdasarkan peranan peranan yang
dimilikinya.
Untuk menempuh suatu pendidikan terdapat tiga lingkungan yang
berperan sebagai tempat pembentukan maupun penguatan karakter anak yaitu
lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat. Lingkungan keluarga harus dapat
menyiapkan dan memberikan Pendidikan untuk anaknya agar menjadi generasi
penerus yang baik. Sekolah menjadi lingkungan kedua dalam membentuk dan
memperkuat karakter siswa. Masyarakat dijadikan suatu lingkungan yang
diharapkan anak dalam memperoleh pengetahuan untuk penguatan karakter.
Lingkungan masyarakat dapat mengajarkan anak untuk memiliki kebiasaan yang
baik.
I. Daftar Pustaka

Efendi, Moh. Yusuf. METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Polije


Press. 2021.
Feby Kristina, Hade Afriansyah. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat,
Padang 2019.

16
Gita Irawanda & M. Bachtiar, Manajemen Hubungan Sekolah Dan
Masyarakat Di Smk Negeri Makassar, Jurnal Administrasi, Kebijakan, dan
Kepemimpinan Pendidikan Volume 1 no 1 Juni 2020.
Husaah. Pembelajaran Lua Kels, Out Door Larning. Acangan Strategis
Mengembangkan Metode Pembelajaran Yang Menyenangkan Inovatf dan
Menantang. Presta Pustaka. Jakarta. 2013.
Iskandi, Hubungan Pendidikan Dengan Masyarakat Dalam Perspektif
Sosiologi, Tawshiyah Vol. 15, No. 1 Tahun 2020.
Kementerian Pertahanan RI Badan Pendidikan Dan Pelatihan. Bahan
Pembelajaran Dinamika Kelompok. Keputusan Kepala Badan Pendidikan
Dan Pelatihan Nomor : Kep/ 725 /VII. 2020.
Latifah, Atik. “Peran Lingkungan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap
Pembentukan Karakter Anak Usia Dini” Jurnal Pendidikan Raudhatul
Athfal vol.3 no 2. 2020.
Manik, Jeanne Darc N. Kekuasaan dan Kepemimpinan Sebagai Proses Sosial
Dalam Bermasyarakat.
Pawito dkk, Tinjauan Teoritik Model-Model Kekuasaan, Jurnal Masyarakat
dan Budaya, Volume 5 No. 2 Tahun 2003.
TARBIYAH bil QALAM. Jurnal Pendidikan, Agama dan Sains. Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Bukhary (STITA) Vol. IV Edisi 1 Januari-Juni
2020.

17

Anda mungkin juga menyukai