Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LANDASAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGIS


PENDIDIKAN
Ditujukan memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang diampuh Oleh:
Laili Rahmi S.Pd,M. Pd

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. ALDY PRATAMA

2. RIA YUNITA

3. ANDINI RAHMAN

4. RURI DARMAYANI PUTRI

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM
RIAU 2022
Bab I

Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh
Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun
tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin
sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua
potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu
yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki
manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak
dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal
pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu
adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan
potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya.
Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari
generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas
masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup
manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap
kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.
Dengan mempelajari metode pendidikan kabudayaan maka antropologi
bermanfaat bagi pendidikan. Dimana para pendidik harus melakukan secara
hati-hati. Hal ini disebabkan  karena kebudayaan yang ada dan berkembang
dalam masyarakat bersifat unik, sukar untuk dibandingkan   sehingga harus
ada perbandingan baru yang besifat tentative. Setiap penyelidikan yang
dilakukan oleh para ilmuan akan memberikan sumbangan yang berharga dan
mempengaruhi pendidikan.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui khusus dan percobaan yang
terpisah dengan kajian yang sistrmatis mengenai praktek pendidikan dalam
prespektif budaya, sehingga  antropologi menyimpulkan bahwa sekolah
merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam
membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode
mengajar  kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan
dengan data yang didapat di lapanga oleh para antropolog. Tugas para
pendidik bukan hanya mengekploitasi nilai kebudayaan namun menatanya
dan menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai
satu keseluruhan.
Untuk memberikan pemahan lebih lanjut mengenai antropologi,
antropologi pendidikan, sejarah perkembangan antropologi, fungsi
kebudayaan dalam pendidikan, dan  implikasi pendidikan dalam antropologi.
Maka dalam makalah ini akan memaparkan landasan antropologi pendidikan
yang menjelaskan mengenai pembahsan tersebut.

B.     Rumusan Masalah
             1.      Apa yang dimaksud dengan landasan sosiologi pendidikan ?
             2.      Bagaimana urgensi sosiologi dalam pendidikan ?
             3.      Apa saja aliran-aliran yang terdapat dalam sosoiolgi pendidikan ?
             4.      Apa yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan ?
             5.      Bagaimana urgensi antropologi dalam pendidikan ?
             6.      Apa saja aliran-aliran yang terdapat dalam antropoligi pendidikan ?

C.    Tujuan Penulisan
            1.      Untuk menjelaskan tentang pengertian landasan sosiologi pendidikan.
            2.      Untuk menjelaskan tentang urgensi sosiologi dalam pendidikan.
        3.      Untuk menjelaskan aliran-aliran yang terdapat dalam sosoiolgi
pendidikan.
4.      Untuk menjelaskan tentang pengertian landasan antropologi pendidikan.
5.      Untuk menjelaskan tentang urgensi antropologi dalam pendidikan.
6.      Untuk menjelaskan aliran-aliran yang terdapat dalam antropoligi
pendidikan.
Bab II
Pembahasan

A.    Pengertian Landasan Sosiologi dalam Pendidikan


Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa.
Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus
memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar
kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan
masyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam
perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan
bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang
dianut oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2) paham
kolektivisme, (3) paham integralistik.
Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka
dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut
keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain.
Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih
mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam
masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri,  antara
anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga
menimbulkan dampak yang kuat.
Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada
masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan
hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya.
Sedangkan paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-
masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara
organis merupakan masyarakat. Masyarakat integralistik menempatkan
manusia tidak secara individualis melainkan dalam konteks strukturnya
manusia adalah pribadi dan juga merupakan relasi. Kepentingan masyarakat
secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham
integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1)
kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat,
(2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara
melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan
kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya
meningkatkan kualitas manusia secara orang per orang tapi juga
meningkatlan kualitas masyarakat umum.

B.     Urgensi Landasan  Sosiologi dalam Pendidikan


Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan tentang antara
manusia dalam kelompok-kelompok dan stuktur sosialnya. Sosiologi
mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut:
1.      Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan
diciptakan dari kenyatan yang terjadi di lapangan.
2.      Teoritis adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu
bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan
kepada generasi muda.
3.      Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus menerus sebagai
konsekuensi dari terjadinya perubahan dimasyarakat, yang membuat teori-
teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4.      Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat
beserta individu-individudi dalamnya, tidak menilai apakah hal iu baik atau
buruk.
Dalam sosiologi pendidikan penting adanya proses sosial. Proses sosial
dimulai dari interaksi sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan
proses sosial didasari oleh faktor-faktor yaitu: imitasi, sugesti, identifikasi,
dan Simpati.
Kajian dalam landasan pendidikan sosiologis memiliki banyak fungsi,
beberapa fungsi dari landasan pendidikan sosiologis diantaranya adalah:
1.      Fungsi eksplanasi
Menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang
termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-
konsep, proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik
sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai
hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun
dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah dan tantangan yang
dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan akurat, komunikan akan
memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat
menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara akurat. Penjelasan-
penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi.
2.      Fungsi prediksi
Meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan
akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan  itu, tuntutan
masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor
internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai
media komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan
pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
3.      Fungsi utilisasi
Menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran,
konflik sosial, kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan
dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri. 

Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan


sosial yang dinamis. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat
sebgai berikut
1.      Kontak sosial
Merupakan awal dari terjadinya interaksi sosial dan masing-masing
pihak saling berinteraksi meskipun tidak saling bersentuhan secara fisik. Jadi
kontak tidak harus selalu berkomunikasi.
Kata kontak dalam bahasa inggrisnya “contack” dari bahasa lain
“con”  atau “cum” yang artinya bersama-sama  dan “tangere” yang artinya
menyentuh . Jadi kontak berarti sama-sama menyentuh.Kontak social ini tidak
selalu melalui interaksi atau hubungan fisik, karena orang dapat melakuan
kontak social tidak dengan menyentuh, misalnya menggunakan HP, telepon
dsb.
Kontak social memiliki memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a.       Kontak social bisa bersifat positif dan bisa negative. Kalau kontak social
mengarah pada kerjasama berarti positif, kalau mengarah pada suatu
pertentangan atau konflik berarti negative.
b.      Kontak social dapat bersifat primer dan bersifat skunder. Kontak social
primer terjadi apa bila peserta interaksi bertemu muka secara langsung.
Misanya kontak antara guru dengan murid dsb. Kalau kontak skunder terjadi
apabila interaksi berlangsung melalui perantara. Missal percakapan melalui
telepon, HP dsb.
2.      Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan maksud
untuk dapat dipahami. Proses komunikasi terjadi pada saat kontak sosial
berlangsung.
Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu:
a.       Komunikator yaitu orang yang menyampaikan informasi atau pesan atau
perasaan atau pemikiran pada pihak lain.
b.      Komunikan yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran,
informasi.
c.       Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan.
d.      Media yaitu alat untuk menyampaiakn pesan’
e.       Efek/feed back yaitu tanggapan atau perubahan yang diharapkan terjadi
pada komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator.

Sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan masyarakat,


pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia
pedidikan.Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ini adalah
proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan
hidup dalam pergaulan manusia. Perwujudan cita-cita pendidikan sangat
membutuhkan bantuan sosilogi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunju
kepada guru-guru tentang bagimana seharusnya mereka membina para siswa
agar mereka bisa memililki kebisaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan
akrab sesama teman. Para guru dan pendidik lainnya akan menerapkan
konsep sosiologi dilembaga pendidikan masing-masing.

C.    Aliran-aliran dalam Sosoiologi Pendidikan


1.      Aliran Empirisme
John locke menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih
yang bersih yang belum ditulisi. Teori ini secara jelas mengatakan anak sejak
lahir tidak mempunyai bakat dan kemampuan.
Dalil yang berhubungan dengan aliran empirisme ini adalah terdapat dalam
QS. Ar-Rum (30) ayat 30
َ ِ‫اس َعلَ ۡي َه ۚا اَل َت ۡب دِي َل ل َِخ ۡل ِق ٱهَّلل ِۚ ٰ َذل‬
َّ‫ك ٱل ِّدينُ ۡٱل َق ِّي ُم َو ٰلَكِن‬ َ ‫ين َحن ِٗيف ۚا ف ِۡط َر‬
َ ‫ت ٱهَّلل ِ ٱلَّتِي َف َط َر ٱل َّن‬ َ ‫َفَأقِمۡ َو ۡج َه‬
ِ ‫ك لِل ِّد‬
٣٠ ‫ُون‬ َ ‫اس اَل َي ۡعلَم‬ ِ ‫َأ ۡك َث َر ٱل َّن‬
Artinyah: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”
2.      Aliran Nativisme
Schopenhauer berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh
factor-faktor yang dibawa sejak lahir. Kaum Nativisme mengatakan bahwa
pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan.
Dalil yang berhubungan dengan aliran nativisme ini adalah hadis Nabi yang
artinya: “Setiap orang dilahirkan oleh ibunya atas dasar fitrah (potensi dasar
untuk beragama), maka setelah itu orang tuanya mendidik menjadi beragama
yahudi, nasrani, dan majusi; jika orang tua keduanya Islam, maka anaknya
menjadi Muslim” (H.R. Muslim dalam kitab Shahih, Juz. II p. 459)
3.      Aliran Naturalisme
J.J. Rousseau, Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang
lahir di dunia mempuyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan
menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aturalisme sering
disebut negativisme.
4.      Aliran Konvergensi
William Stern, Aliran ini merupakan kombinasi dari aliran nativisme dan
empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah
memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan akan dipengaruhi oleh lingkungan.
Factor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Bakat yang
dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya
dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan.

D.    Pengertian Landasan Antropologi dalam Pendidikan


Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi
lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di
Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang
sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik
beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan
logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk
biologis sekaligus makhluk sosial. Para ahli mendefinisikan antropologi
sebagai berikut:
1.       William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2.      David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang umat manusia.
3.      Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi,
yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik
serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-
beda. Secara umum Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang  bermanfaat tentang manusia dan perilakunya
dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia. Sedangkan Antropologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha memahami dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan
analsis berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan Antropologi.

E.     Urgensi Landasan Antropologi dalam Pendidikan


Kata kebudayaan dan peradaban merupakan dua kata yang
pengertiannya senantiasa menjadi pembicaraan para ahli, karena semakin
manusia itu berkembang dan maju cara berpikirnya, maka  akan berdampak
pula kepada pengertian  kedua  kata tersebut. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Al-Kroeber dan Clyde Kluckhohn dalam Mudji Sutrisno  bahwa untuk
kata kebudayaan tidak  kurang dari 160 defenisi. Dengan demikian untuk
memahami kata kebudayaan dan peradaban tidak dapat diberikan pengertian
atau definisi.
Kata Kebudayaan kerap kali disejajarkan, dari segi asal katanya dengan
kata-kata: cultuur (bahasa Belanda), kultur (bahasa Jerman), culture (bahasa
Inggris dan Perancis) atau cultura (bahasa Latin), bahkan ada sederetan kata
lain yang tumpang tindih dengan kata kebudayaan yaitu: civilization (bahasa
Inggris dan Perancis), civilta (bahasa Italia) dan bildung (bahasa Jerman).
Padahal arti kata tersebut berbeda satu sama lain. Seperti culture (bahasa
Perancis) searti dengan kata bildung (bahasa Jerman) dan education (bahasa
Inggris) yang mengandung arti budi halus, keadaban, lalu disamakan dengan
kata kebudayaan.
Para ahli ada yang membedakan antara kata
kebudayaan/ culture           (bahasa Inggris) dengan kata
peradaban/ civilization (bahasa Perancis), seperti Malinowsky dalam Mudji
Sutrisno mengartikan kata civilization sebagai aspek khusus dari kebudayaan
yang lebih maju. J. Maritin lebih menekankan aspek rasional dan moral pada
arti kata kebudayaan dan aspek sosial, politik dan institusional pada kata
peradaban. Dan ada juga yang diperlawankan kedua kata tersebut oleh
O.Spengler yaitu memandang kebudayaan sebagai perujudan dari budi
manusia, sedangkan peradaban sebagai perbudakan dan pembekuan budi.
Kebudayaan adalah cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan
oleh manusia itu sendiri sebagai warga masyarakat.Sedangkan secara teoretis
Pendidikan adalah sebagian dari proses pembudayaan, namun demikian
dalam praktek kehidupan kita  tidaklah demikian halnya. Ada dua sebab
mengapa ulasan mengenai kebudayaan dalam pendidikan perlu dan penting.
Pertama ialah kebudayaan telah diartikan secara sempit. Kebudayaan tidak
lebih dari kesenian, tari-tarian, seni pahat, seni batik, dan sebagainya..Yang
Kedua ialah pendidikan kita dewasa ini sangat intelektualistis, artinya hanya
mengenai satu unsur saja dalam kebudayaan.
Orang sering sulit membedakan antara kebudayaan dengan peradaban.
Menurut Hassan (1983) peradaban itu adalah kebudayaan yang sudah maju.
Kebudayaan umum yang jelas  harus diajarkan pada semua sekolah, asal
proporsinya disesuaikan dengan waktu dan tempat. Kebudayaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia.
2.      Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, dan
sebagainya.
3.      Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya lebih lebih
pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.Contoh kebudayaan
popular yaitu lagu-lagu popular, model film musiman, mode-mode pakaian,
dan sebagainya.
Ada tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan menurut
Kneller ialah:
1.      Originasi, yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan baru.
2.      Difusi, yaitu pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-
elemen budaya yang baru kedalam budaya yang lama.
3.      Reinterpretasi, yaitu perubahan kebudayaan akibat terjadinya modifikasi
elemen-elemen kebudayaan yang telah ada agar sesuai dengan keadaan
zaman.
Kerber dan Simth (Imran Manan, 1989) menyebutkan ada enam fungsi
utama kebudayaan dalam kehidupan manusia, yaitu :
1.      Penerus keturunan dan pengasuh anak.
2.      Pengembangan kehidupan berekonomi
3.      Transmisi budaya
4.      Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
5.      Pengendalian sosial
6.      Rekreasi
Pendidikan adalah enkulturasi (Imran Manan,1989).Ia hanya mampu
berpikir, berkata, dan bertindak sesuai dengan budaya yang dipelajarinya.
Enkulturasi ialah akibat pendidikan yang hanya memasukkan kebudayaan
tertentu perkembangan anak sehingga ia menjadi kaku, hanya berperilaku
sebatas kebudayaan itu saja. Karena itu strategi dan metode dalam
pendidikan perlu disempurnakan untuk menghindarkan terjadinya robot-
robot dalam budaya itu sendiri.

F.     Aliran-aliran Antropologi dalam pendidikan


1.      Aliran Evolusionisme
Charles Darwin menjelaskan bahwa manusia yang tetap hidup itu ialah
mereka yang paling serasi. Mereka tidak dianggap sebagai seorang indvidu,
sebagai orang perseorangan namun Darwin mlihatnya dalam hubungan
kelompok-kelompok.
2.      Aliran kognitif
Antropologi kognitif merupakan suatu pendekatan idealis untuk mempelajari
kondisi manusia.
3.      Aliran Sruktualisme
Aliran ini menjelaskan mengenai nalar manusia (human mind) dan sistem
relasi (system of relation).
4.      Aliran Simbolik-Interpretatif
Adalah mengenai keseluruhan pengetahuan manusia yang dijadikan sebagai
peoman atau penginterpretasi keseluruhan tindakan manusia.
Bab III
Penutup

A.    Kesimpulan
Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa.
Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus
memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar
kelompok dalam masyarakat tersebut.
Dalam sosiologi pendidikan penting adanya proses sosial. Proses sosial
dimulai dari interaksi sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan
proses sosial didasari oleh faktor-faktor yaitu: imitasi, sugesti, identifikasi,
dan Simpati.
Aliran-aliran dalam Sosoiologi Pendidikan: aliran empirisme, aliran
nativisme, aliran naturalisme, dan aliran Konvergensi.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi
lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di
Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.

B.     Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kami selaku
penyusun makalah tersebut mengharapkan saran, dan ide yang bisa
membangun, untuk  melengkapi makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai