MATA KULIAH
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
DOSEN PENGAMPU
Dr. DENI IRAWAN, S.Sos.I, M.S.I
OLEH :
ABDUL CHANAN
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
taufiq, hidayah, serta inayahNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini bisa terwujud atas
bantuan dan jasa dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Untuk
itu penulis tidak lupa mengucap terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan Islam, Bapak Dr. Deni Irawan,
S.Sos.I, M.S.I yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami.
Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Dan kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah
ini, maka dari itu kami mengharapkan banyak kritik serta saran agar kami dapat
memperbaikinya dimasa yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosial merupakan hal yang paling dekat dalam kehidupan manusia.
Sejak manusia lahir ke dunia, kehidupan sosial yang pertama ialah dalam
keluarga. Kegiatan manusia tidak bisa lepas dari sosial lingkungannya.
Manusia satu dengan manusia lainnya akan berhubungan dengan tujuan
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia selalu berkelompok,
berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud masing-
masing individu tersebut.
Salah satu tujuan dari interaksi kelompok manusia ialah
pendidikan. Pendidikan adalah proses pendewasaan manusia. Proses
pendewasaan ini saling mempengaruhi antar terdidik dalam kelompok
individu. Uno dan Lamatenggo (2016:88) menjelaskan, “pendidikan
merupakan peristiwa sosial yang berlangsung di dalam latar interaksi sosial”.
Dalam kelompok masyarakat yang memiliki tujuan yang sama dalam
pendewasaan, mereka akan saling mempengaruhi guna untuk mencapai
tujuan bersama. Sehingga, pendidikan tidak mungkin terjadi dalam
kehampaan sosial. Seorang individu tidak mungkin melakukan pendewasaan
diri secara mandiri. Dibutuhkan ruang lingkup sosial untuk mencapai tujuan
pendewaan diri tersebut.
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak
terputus dari generasi ke generasi di mana pun di dunia ini. Upaya
memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai
dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial kebudayaan setiap
masyarakat tertentu. Oleh karena itu, meskipun pendidikan itu universal
namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup
dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata lain, pendidikan diselenggarakan
1
berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap
masyarakat, termasuk di Indonesia. 1
Supaya lebih memahami arah pendidikan terutama pendidikan
agama islam, harus terlebih dulu memahami landasan sosiologi pendidikan
yang diantaraanya membahas tentang individu, masyarakat dan kebudayaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pemaparan latar belakang diatas, penulis
merumuskan bebarapan rumusan masalah, yakni sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Landasan Sosiologi Pendidikan ?
2. Apa Landasan Sosiologi Pendidikan ?
3. Apa Pengertian Individu ?
4. Apa Pengertian Masyarakat ?
5. Apa Pengertian Kebudayaan ?
6. Apa Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia ?
7. Bagaimana Implementasi Landasan Sosiologis di Sekolah dalam
Pendidikan Nilai-Nilai Keislaman ?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini untuk memahami tentang
pengertian landasan sosiologi pendidikan, landasan sosiologi pendidikan,
pengertian individu, pengertian masyarakat, pengertian kebudayaan, landasan
sosiologis pendidikan di indonesia, dan implementasi landasan sosiologis di
sekolah dalam pendidikan nilai-nilai keislaman.
1
Iwan Kurniarahman, “Landasan Sosiologi Pendidikan Dan Implementasinya Di Sekolah
Dalam Pendidikan Nilai-nilai Keislaman,” 2018,
https://www.academia.edu/37220746/LANDASAN_SOSIOLOGIS_PENDIDIKAN_DA
N_IMPLEMENTASINYA_DI_SEKOLAH_DALAM_PENDIDIKAN_NILAI_NILAI_K
EISLAMAN. Diakses pada tanggal 15 November 2020
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
https://rimatrian.blogspot.com/2014/12/landasan-sosiologis-pendidikan.html
diakses pada tanggal 19 November 2020
3
Syatriadin, “LANDASAN SOSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN” 1, no. 2 (2017): 101–7,
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/download/171/162. diakses pada
tanggal 19 November 202
3
berhubungan dan berinteraksi dengan individu lain dalam kelompoknya serta
bagaimana bentuk susunan unit-unit atau struktur dalam masyarakat atau
sosial beserta kaitannya satu sama lain serta terjadi interaksi antara budaya
masyarakat. Ringkasnya sosiologi membahas tentang hubungan individu,
masyarakat dan kebudayaan.
Adapun penjelasan Individu, masyarakat, dan kebudayaan,
pembahasannya sebagai berikut :
1. Pengertian Individu
Secara etimologis, kata “individu” ini diadaptasi dari bahasa
Inggris yang berasal dari bahasa Yunani “individium”, yang mana artinya
“tidak terbagi”. Istilah tersebut merujuk pada suatu kesatuan yang paling
kecil serta terbatas. Sehingga dalam hal ini, individu itu merupakan suatu
kesatuan yang terbatas, yakni sebagai manusia perseorangan bukan
sebagai manusia keseluruhan. 4
Supaya dapat lebih memahami mengenai apa itu individu, maka
kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli, diantaranya :
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut KBBI, pengertian individua ini merupakan orang seorang;
pribadi orang (terpisah dari yang lain); organisme yang hidupnya itu
berdiri sendiri, secara fisiologi ia itu bersifat bebas (tidak memiliki
hubungan organik dengan sesamanya) 5.
b. Menurut Martin Luther King Jr. Pengertian individu ini merupakan
satuan kecil yang tidak bisa/dapat dibagi lagi, yakni manusia yang
hidup berdiri sendiri. Individu ialah sebagai mahkluk ciptaan tuhan di
dalam dirinya itu selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang
meliputi raga, rasa, rasio.
c. Menurut Soediman Kartohadiprodjo
Arti individu ini merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan yang di
dalam dirinya itu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi
4
https://pendidikan.co.id/pengertian-individu-ciri-karakteristik-dan-menurut-ahli/ diakses
pada tanggal 15 November 2020
5
https://kbbi.web.id/individu diakses pada tanggal 15 November 2020
4
raga, rasa, rasio. Individu merupakan unit terkecil pembentuk
masyarakat.6
Dari semua pengertian diatas, secara umum, pengertian
individu dapat dipahami bahwa individu merupakan satu organisme
tunggal yang hidupnya berdiri sendiri dan secara fisiologis bersifat
bebas, dan juga tidak mempunyai hubungan organik dengan
sesamanya yang dilengkapi dengan perangkat sebagai unit terkecil
pembentuk masyarakat.
Pengertian diatas adalah pengertian secara umum,
sedangkan dalam pengertian sosiologi : Individu adalah manusia
perseorangan yang melakukan sesuatu, mempunyai pikiran,
mempunyai kehendak, mempunyai kebebasan, memberi arti
(meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil
tindakannya sendiri dan juga mempunyai peranan di lingkungan
sosialnya. Singkatnya individu adalah subyek yang bertindak atau
aktor.7
Individu mempunyai 3 aspek yang serta saling berhubungan
antar satu dengan lainnya, yaitu ;8
a. Aspek organik jasmaniah
b. Aspek psikis-rohaniah
c. Aspek sosial
2. Pengertian Masyarakat
Secara etimologis kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab,
yaitu “musyarak” yang artinya hubungan (interaksi). Sehingga definisi
masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama-sama di
suatu tempat dan saling berinteraksi dalam komunitas yang teratur.
6
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-individu.html diakses pada tanggal 16
November 2020
7
Nur Hidayah, “Individu dan masyarakat,” n.d.,
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309997/pendidikan/INDIVIDU+DAN+MASYARA
KAT.pdf. Diakses pada tanggal 17 November 2020
8
https://pendidikan.co.id/pengertian-individu-ciri-karakteristik-dan-menurut-ahli/ diakses
pada tanggal 17 November 2020
5
Agar lebih memahami apa definisi masyarakat, maka kita dapat
merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
a. Paul B. Harton
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup
bersama-sama dalam waktu relatif cukup lama, mendiami suatu wilayah
tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian
besar kegiatan dalam kelompok manusia tersebut.
b. Ralp Linton
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebaga suatu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang dirumuskan secara jelas.
c. John J. Macionis
Masyarakat adalah orang-orang yang berinteraksi dalam suatu wilayah
tertentu dan memiliki budaya bersama.
d. Soerjono Soekanto
Masyarakat adalah proses terjadinya interaksi sosial, suatu interaksi
sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat
yaitu interaksi sosial dan komunikasi.
e. Selo Sumardjan
Menurut Selo Sumardjan, pengertian masyarakat adalah orang-orang
yang hidup bersama dan menghasilkan suatu kebudayaan.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan
masyarakat adalah hubungan satu orang atau sekelompok orang- orang
yang hidup secara mengelompok maupun individu dan berinteraksi satu
sama lain saling pengaruh dan mempengaruhi menimbulkan perubahan
sosial dalam kehidupan dan menghasilkan kebudayaan.
Mengacu kepada dua definisi tentang masyarakat seperti
dikemukakan di atas, ada empat unsur yang terdapat di dalam masyarakat,
yaitu:
6
a. Manusia (individu-individu) yang hidup bersama,
b. Mereka melakukan interaksi sosial dalam waktu yang cukup lama.
c. Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan, sehingga setiap individu di dalamnya merasa terikat satu
dengan yang lainnya.
Dalam perspektif sosiologis, masyarakat terbentuk karena
beberapa faktor berikut ini :
a. Faktor yang berkaitan dengan naluri biologis untuk mengembangkan
keturunan dari sesama,
b. Faktor kelemahan manusia yang mendesak untuk mencari kekuatan
bersama dan memenuhi kebutuhan kehidupan sehari- hari,
c. Manusia adalah zoon politicon, yaitu makhluk sosial yang secara
kodrati mencari kehidupan secara kolektif,
d. Faktor yang terkait perbedaan manusia secara fisik maupun psikis
berupa bakat, sifat, kemampuan, kedudukan, dan sebagainya.
3. Pengetian Kebudayaan
Kebudayaan (cultuur dalam bahasa belanda), (culture dalam
bahasa Inggris), berasal dari bahasa latin “colere” yang berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah
tanah atau bertani. Dari segi arti ini maka berkembanglah
arti culture yang berarti “segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengubah alam.” Sedangkan dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan
berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari kata
buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan bahwa kata
budaya adalah sebagai perkembangan dari kata majemuk yaitu budi daya
yang berarti daya dari budi, karena itu dibedakan antara pengertian budaya
dengan kebudayaan.
Secara singkat budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
7
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Para ahli budaya lebih banyak mendefinisikan kebudayaan
daripada budaya. Hal ini menunjukkan bahwa hakikat kebudayaan lebih
kompleks dibandingkan dengan budaya. Beberapa pengertian kebudayaan
dari beberapa ahli, antara lain:
8
kepemilikan yang dimiliki dan dipertahankan oleh sekelompok orang
atau suatu generasi. 9
Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan pengertian
kebudayaan yaitu hasil kegiatan dan penciptaan akal budi manusia
meliputi berbagai aspek kehidupan seperti cara-cara berlaku, kepercayaan-
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat yang dijadikan milik manusia dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dari penjelasan di atas tentang pengertian budaya dan
kebudayaan, secara singkat dapat dikatakan perbedaan antara budaya dan
kebudayaan adalah bahwa budaya itu merupakan cipta batin (akal budi)
suatu masyarakat, sedangkan kebudayaan keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yag
dijadikan milik diri sendiri manusia dengan belajar.
Adapun Kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma,
peraturan dan sebagainya
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia .10
Dari penjelasan tentang individu, masyarakat dan kebudayaan,
terdapat hubungan dan saling mempengaruhi antara individu, masyarakat dan
kebudayaannya serta tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dipahami bahwa
setiap individu hidup bermasyarakat dan berbudaya, adapun masyarakat itu
sendiri terbentuk dari individu-individu. Masyarakat dan kebudayaan
mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan dipengaruhi
pula oleh individu-individu yang membangunnya.
Manusia tidak serta merta bisa langsung hidup bermasyarakat dan
berbudaya sejak lahir. Untuk itulah, individu atau masyarakat (dalam bentuk
9
https://www.zonareferensi.com/pengertian-kebudayaan/ diakses pada tanggal 20 November
2020
10
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Media Akademi, 2016),
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6176/1/Sosiologi Pendidikan.pdf.
9
manusia) perlu melakukan kegiatan pendidikan (sosialisi) dan enkulturasi.
Hal ini dimaksudkan agar masing-masing individu bisa hidup bermasyarakat
serta berbudaya, sehingga tingkah laku yang menyimpang dari nilai-nilai dan
norma-norma di masyarakat bisa dihindari.
Dengan mengacu pada penjelasan di atas, Landasan Sosiologis
Pendidikan merupakan acuan atau rujukan dalam menerapkan pendidikan,
yang bertolak ukur pada interaksi dan komunikasi antarindividu sebagai
bagian dari makhluk sosial dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat yang
tentunya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Kegiatan pendidikan
adalah satu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik, dengan
harapan peserta didik bisa mengembangkan dirinya. Pengembangan diri
tersebut dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Itulah sebabnya, kegiatan
pendidikan mampu dilaksanakan dengan baik di lingkungan sekolah,
keluarga, maupun masyarakat.11
11
Kurniarahman, “Landasan Sosiologi Pendidikan Dan Implementasinya Di Sekolah Dalam
Pendidikan Nilai-nilai Keislaman.”
12
https://kbbi.web.id/individualisme diakses pada tanggal 19 November 2020
10
di dalam diri manusia yang menganut paham ini akan berubah menjadi
negatif berupa keserakahan (Suhartono, 2013).
Paham Kolektivisme adalah paham yang tidak menginginkan
adanya hak milik perseorangan, segala sesuatu adalah milik bersama 13.
Paham ini beranggapan bahwa eksistensi individu tidaklah begitu penting,
dan yang paling penting adalah kepentingan kelompok. Artinya, segala daya
dan upaya yang individu lakukan haruslah ditujukan dan diarahkan demi
kepentingan kelompok. Pada praktiknya, paham ini pun tidak sesuai dengan
Pancasila karena lebih berorientasi pada kelompok dan akan membatasi
kemampuan individu untuk menunjukkan eksistensi dirinya.
Paham ketiga adalah paham Integralistik. Mengenai paham ini,
Parieta dalam Kaelan (2013:296) mengemukakan pendapatnya sebagai
berikut.
Paham Integralistik adalah paham yang terkandung
dalam Pancasila yang meletakkan asas kebersamaan hidup,
mengidamkan keselarasan dalam hubungan antara individu dengan
individu lain maupun individu dengan masyarakat. Artinya, paham
ini tidak memihak kepada pihak yang lebih dominan atau kuat,
menepis adanya dominasi mayoritas, serta tidak mengenal adanya
tirani minoritas. Paham ini mengandung nilai-nilai kekeluargaan,
kebersamaan, ke-Bhinneka Tunggal Ika-an, keagamaan dan
keselarasan.
13
https://kbbi.web.id/kolektivisme diakses pada tanggal 19 November 2020
11
Namun faktanya, keberadaan manusia yang terhimpun dalam masyarakat
sarat akan keanekaragaman, yang memang merupakan bagian dari keutuhan
komunitas sosial di bangsa yang besar ini. Untuk menjamin dan
memastikan terwujudnya tata kehidupan yang sarat akan ketertiban dan
kedamaian, perlu diterakan paham Integralistik sebagai landasan sosiologis
pendidikan di Indonesia.
Lebih lanjut lagi tentang Landasan Sosiologis Pendidikan di
Indonesia, menurut Hidayanto yang dikutip dari Fitriyati (2013:9), paham
Integralistik yang dianut bersumber dari norma-norma dan nilai-nilai
kehidupan di masyarakat, yakni: (1) kekeluargaan dan gotong royong,
kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi
tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4)
selaras, serasi, dan seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu,
pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia
perorangan namun juga kualitas struktur masyarakatnya.
Asas gotong royong ini juga tercermin dalam Al-Qur’an surah Al-
Maidah ayat 2 yang berbunyi:
َٰٓ َ ْى َو ََل ْٱلقَلََٰٓئِدَ َو
ََل َءآَٰ ِمينَ ْٱلبَيْت َ ام َو ََل ْٱل َهد
َ ش ْه َر ْٱل َح َر َّ ٱَّلل َو ََل ٱل َ يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا ََل ت ُ ِحلُّوا
ِ َّ شعََٰٓئِ َر
شنَـانُ قَ ْو ٍم أَن َ جْر َمنَّكُ ْم ِ َطاد ُوا ۚ َو ََل ي َ ص ْ ض َوناا ۚ َوإِذَا َحلَ ْلت ُ ْم فَٱ
ْ ام يَ ْبتَغُونَ فَض اًْل ِمن َّربِ ِه ْم َو ِر َ ْٱل َح َر
علَى ٱ ْ ِْلثْ ِم
َ علَى ٱ ْلبِ ِر َوٱلت َّ ْق َوى ۖ َو ََل تَعَ َاونُوا
َ ع ِن ْٱل َمس ِْج ِد ْٱل َح َر ِام أَن ت َ ْعتَد ُوا ۘ َوتَعَ َاونُوا
َ صدُّوكُ ْم َ
ِ شدِيد ُ ْٱل ِعقَا
ب َ َّ َو ْٱلعُد َْو ِن ۚ َوٱتَّقُوا
َّ ٱَّلل ۖ إِ َّن
َ َٱَّلل
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka
mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka).
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
12
[Q.S. Al-Maidah:2] 14
14
https://tafsirweb.com/1886-quran-surat-al-maidah-ayat-2.html diakses pada tanggal 21
November 2020
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di bab II dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Landasan sosiologi pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang bersumber
dari kaidah-kaidah sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan
serta merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
2. Landasan Sosiologis Pendidikan tidak bisa lepas dari peran individu,
masyarakat dam kebudayaan, karena ketiga hal merupakan obyek
pembahasan sosiologi. individu, masyarakat dan kebudayaan, terdapat
hubungan dan saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini
dapat dipahami bahwa setiap individu hidup bermasyarakat dan
berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari individu-individu.
Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya
masyarakat dan kebudayaan dipengaruhi pula oleh individu-individu yang
membangunnya.
3. Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia bersumber dari norma-
norma dan nilai-nilai kehidupan di masyarakat, yakni: (1) kekeluargaan
dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2)
kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara
melindungi warga negaranya, dan (4) selaras, serasi, dan seimbang antara
hak dan kewajiban.
4. Dalam rangka mengajarkan nilai-nilai keislaman kepada siswa dengan
menjadikan kehidupan sosial sebagai landasan utamanya, para guru bisa
memulai dengan mengajarkan tata karma ketika bertemu teman atau guru.
14
Daftar Pustaka
15