Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH DOSEN PEMBIMBING

Sosiologi Pendidikan Emilya Ulfah, M. Pd

“Sejarah Perkembangan Sosiologi Pendidikan”

Oleh: Kelompok I

Mariam : 17.12.4173
Muhamma Effendi : 17.12.4271
Zumrotul Khadijah : 17.12.4336

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PAI


KONSENTRASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA
2020 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini
sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan rencana. Makalah yang berjudul “Sejarah Pendidikan Sosioogi
Pendidikan”
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu Emilyah Ulfah
M. Pd selaku dosen mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan
tugas kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan beberapa tentang “Sejarah
Perkembangan Sosiologi Pendidikan”
Dan kami berterimakasih kepada semua pihak-pihak yang telah membantu
baik secara lisan maupun buku. Dan kami meminta maaf sebesar-besarnya jika
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah kami ini. Tentunya
tegur sapa, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini di
masa akan datang.
Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kami dan bagi para pembaca. Amin Ya Rabbal A’lamin.

Martapura, Oktober 2020

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sosiologi Pendidikan............................................................................ 2
1. Pengertian sosiologi Pendidikan...................................................... 2
2. Tujuan Sosiologi Pendidikan........................................................... 3
B. Sejarah Perkembangan Sosiologi Pendidikan ...................................... 4
C. Tokoh-tokoh Sosiologi Pendidikan....................................................... 6
D. Paradigma Sosiologi Pendidikan.......................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha yang berjalan secara terus menerus
untuk menjadikan manusia mencapai taraf kemakmuran. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.
Pengaruh pendidikan sangat penting, tanpa pendidikan manusia akan sulit
untuk berkembang bahkan terkebelakang.
Perkembangan masyarakat pada abad ke 20 ini tidak dapat lepas dari
berbagai macam pengaruh masuknya tata nilai budaya yang baru. Perubahan
struktur masyarakat menyebabkan lahirnya berbagai topik kajian sosiologi.
Secara umum sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat secara keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan
manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik
formal maupun material, baik statis maupun dinamis. Sosiologi juga dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sosiologi pendidikan?
2. Bagaimana sejarah sosiologi pendidikan?
3. Siapa saja tokoh sosiologi pendidikan?
4. Bagaimana Paradigma Sosiologi Pendidikan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian sosiologi pendidikan
2. Untuk memahami sejarah sosiologi pendidikan
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh sosiologi pendidikan
4. Untuk mengetahui Paradigma Sosiologi Pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SOSIOLOGI PENDIDIKAN
1. Pengertian Sosiologi Pendidikan
Secara etimologis, sosiologi berasal dari bahasa Latin socius dan
logos. Socius yang artinya teman-kawan, sahabat, dan logos artinya ilmu
pengetahuan. Sosiologi adalah suatu kajian atau studi tentang hubungan
antara manusia dengan manusia. Hubungan antara manusia tersebut lebih
bersifat human relationship. Lebih lanjut bahwa sosiologi merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang secara khusus mempelajari masyarakat sebagai
kesatuan dari keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan
manusia, manusia dengan suatu kelompok, kelompok dengan kelompok,
baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis.1
Dalam sosiologi pendidikan juga dibahas mengenai struktur social dan
dan proses social, sosiologi merupaka salah satu bagian ilmu pengetahuan
social. Sosiologi pendidikan adalah suatu abang ilmu pengetahuan yang
mebahas proses interaksi social anak-anak mulai dari keluarga, masa
sekolah samap dewasa serta dengan kondisi-kondisi social budaya yang
terdapat di dalam lingkungan masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Terdapat beberapa definisi sosiologi menurut beberapa ahli di
antaranya:2
Pertama, menurut Abdullah Syamsudin, sosiologi pendidikan adalah
cabang dari ilmu pengetahuan yang membahasa interaksi social anak muai
dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta kondisi-kondisi social
cultural yang terdapat dalam lingkungannya atau masyarakat dimana ia
tinggal. Sosilogi juga merupakan ilmu yang mempelajari hubungan
manusia secara individual maupun secara berkelompok.
Kedua, menurut Abdul Syani, sosiologi merupakan ilmu yang
berkenaan dengan masyarakat social, hubungan yang terjadi di dalamnya

1
Syaepurohman, Purnama, Sosiologi Pendidikan, hal.4
2
Maunah, Binti, Sosiologi Pendidikan,hal.3

2
dan pengaruhnya untuk struktur masyarakat tersebut. Secara ilmiah
sosiologi pendidikan membahas tentang interaksi social serta hasil-
hasilnya, dari adanya interaksi sosialakan memiliki hasil berupa organisasi
social.
Ketiga, Stephen K. Sanderson, sosiologi adalah kajian ilmiah tentang
kehiduan social manusia. Sosiologi berusaha mencari tahu tentang hakekat
dan sebab-sebab dari berbagai pola pikiran dan tindakan manusia yang
teratur dan berulang. Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang
membahas tentang beragai struktur dan proses kemasyarakatan yang
bersfat stabil.
Keempat, menurut Abudin Nata, sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari struktur social dan proses-proses sosila termasuk perubahan-
perubahan sosial. Adapaun objeknya adalah masyarakayt yang dilihat dari
sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan
manusia dalam masyarakat, sedangkan untuk tujuannnya sendiri untk
meningkatkan daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan hidupnya.
Kelima, menurut S. Nasution, sosiologi adalah sutu ilmu pengetahuan
yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni antara hubungan
di antara manusia dengan manusia lainnya maupun dengan kelompok.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sosiologi pendidikan adalah aspek-aspek sosiologi yang diterapkan pada
masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2. Tujuan Sosiologi Pendidikan
Layaknya sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan, sosiologi
pendidikan juga memiliki tujuan. Beberapa ahli seperti Francis Bacon
mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh
keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat atau cara individu
memperoleh atau mengorganisasi pengalamannya.

3
Sedangkan menurut S, Nasution, tujuan sosiologi pendidikan sebagai
berikut:3
1) Menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Pengaruh lingkungan dan kebudayaan
masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak perlu diperhatikan.
2) Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar atau
orang yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan peran yang
sangat besar bagi kemajuan masyarakat. Sebab, dengan memiliki
ijazah yang tinggi, seseorang akan lebih mampu menduduki jabatan
yang lebih tinggi serta penghasilan yang lebih banyak.
3) Menganalisis status pendidikan di dalam masyarakat. Berdirinya suatu
lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan
tingkatan daerah tempat lembaga pendidikan berada.
4) Menganalisis partisipasi orang-orang terdidik dalam kegiatan sosial.
Peran atau aktivitas warga yang berpendidikan sering menjadi ukuran
tingkat kemajuan suatu masyarakat. Orang-orang berpendidikan
mudah untuk berperan dalam masyarakat.
5) Menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa
tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dipulangkan pada
filsafat hidup bangsa tersebut.
6) Memberikan latihan-latihan yang efektif dalam bidang sosiologi
kepada guru atau orang yang terlibat dalam pendidikan sehingga
memberikan kontribusi yang tepat terhadap proses pendidikan.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN


Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak,
sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan
sosial yaitu hubungan antara manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial itu
dimulai dari hubungan antara anak dengan orang tua kemudian meluas hingga
ke tetangga.

3
Maksum, Ali, Sosiologi Pendidikan, hal.7

4
Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan dan proses
pengenalan tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma dan tanggung
jawab manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan masyarakat yang
berbeda-beda dengan masalah yang berbeda pula.
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia dikenal
sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia merupakan
seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang
dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi
atas statika sosial dan dinamika sosial dan sosiologi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:4
1. Bersifat empiris yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang
hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil
observasi.
3. Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori
yang ada kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus.
4. Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta
tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut.
Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia
mesti melalui tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-turut yaitu
keagamaan atau khayalan, metafisika atau abstrak dan saintifik atau positif.
Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat berubah
secara drastis di mana masyarakat dunia menginginkan adanya perubahan
dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian
perilaku lembaga pendidikan. Oleh karena itu disiplin sosiologi pendidikan
yang sempat tenggelam dimunculkan kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu
penting di lembaga pendidikan.

4
Zayyin, Sejarah dan Perkembangan Sosiologi Pendidikan,
zayyinlidinillah.wordpress.com/2016/03/23/sejarah-dan-perkembangan-sosiologi-
pendidikan Sosiolog Pendidikan berawal dari ilmu,sendiri sejak abad ke19.
Diakses pada 1 Oktober 2020 pada pukul 15:35 WITA.

5
Sosiologi Pendidikan berawal dari ilmu sosiologi umum atau sosiologi
micro (micro sociology) yang muncul pada abad ke-18. Ilmu sosiologi mulai
melepaskan diri dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak abad ke -19. Istilah
sosiologi pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) dalam
bukunya Cour de phillosophie positive.
Pada awalnya sosiologi berada dalam ilmu filsafat yang dipandang
sebagai satu-satunya ilmu untuk pengetahuan umum. Namun, ketika ada
masalah yang terdapat dalam masyarakat yang ternyata tidak bisa dipecahkan
dalam ilmu filsafat maupun ilmu-ilmu lainnya, maka kebiasaan untuk
memisahkan sosiologi dari ilmu lainnya tampak dan terasa pada masa
Revolusi di Eropa yang mengganas dalam Revolusi Prancis (1789-1799).
Pada abad ke-19 ahli-ahli sosiologi menyumbangkan pemikiran-
pemikirannya untuk mempermudah pendidikan, maka lahirlah disiplin ilmu
baru yang disebut sosiologi pendidikan.
Ditinjau dari perspektif sebab lahirnya sosiologi pendidikan adalah
dikarenakan adanya perkembangan masyarakat yang cepat dan berakibat pada
merosotnya peran pendidik, dan perubahan interaksi antar manusia.
Dikarenakan manusia tumbuh dan berkembang bukan di sekolah melainkan
di masyarakat.5

C. TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI PENDIDIKAN


Mempelajari sosiologi pendidikan tidak hanya mengetahui akan arti,
makna, dan konsep akan sosiologi saja, akan tetapi juga harus mengetahui
akan tokoh-tokoh yang melatarbelakangi munculnya sosiologi pendidikan.
Tokoh-tokoh sosiologi pendidikan antara lain:6
1. Auguste Comte
Tokoh sosiologi yang satu ini mendapat julukan sebagai bapak
Sosiologi. Salah satu sumbangan pemikiran terbesarnya terhadap

5
Zaitun, Sosiologi Pendidikan Teori dan Aplikasinya,hal.10
6
Maunah, Binti, Sosiologi Pendidikan,hal.25

6
sosiologi adalah tentang hukum kemajuan kebudayaan masyarakat yang
dibagi menjadi tiga zaman yaitu:
1) Zaman teologis adalah zaman di mana masyarakatnya mempunyai
kepercayaan magis, percaya pada roh, jimat serta agama, dunia
bergerak menuju alam baka, menuju kepemujaan terhadap nenek
moyang, menuju ke sebuah dunia di mana orang mati mengatur
orang hidup.
2) Zaman metafisika adalah masa masyarakat di mana pemikiran
manusia masih terbelenggu oleh konsep filosofis yang abstrak dan
universal.
3) Zaman positivis merupakan masa di mana segala penjelasan gejala
sosial maupun alam dilakukan dengan mengacu pada deskripsi
ilmiah (hukum-hukum ilmiah).
Karena memperkenalkan metode positivis maka Comte, akhirnya ia
dianggap sebagai perintis positivisme. Ciri-ciri metode positivis adalah
objek yang dikaji berupa fakta, bermanfaat, dan mengarah pada kepastian
dan kecermatan.
Sumbangan pemikiran penting lainnya yaitu pemikiran tentang
agama baru yaitu agama humanitas yang mendasarkan pada
kemanusiaan. Menurut Comte, intelektualitas yang dibangun oleh
manusia harus berdasarkan pada sebuah moralitas. Bagi Comte,
kesejahteraan, kebahagiaan dan kemajuan sosial tergantung pada
perkembangan perasaan altruistik serta pelaksanaan tugas meningkatkan
kemanusiaan sehingga masyarakat yang tertib, maju, dan modern dapat
terwujud. Akan tetapi agama humanitas tersebut belum sempat
dikhotbahkan oleh Comte sebagai agama baru bagi masyarakat dunia
karena pada tahun 1957, Comte meninggal dunia.
2. Limile Durkheim
Tokoh sosiologi yang satu ini merupakan seorang ilmuwan yang
sangat produktif. Karya utamanya diantaranya Rules of The Sociological

7
Method, The Division of Labour in Society, Suicide, Moral Education,
dan The Elementary Forms of The Religious Life.
Durkheim melihat bahwa setiap manusia memerlukan solidaritas,
dengan membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu solidaritas mekanis
yang merupakan tipe solidaritas yang didasarkan pada persamaan dan
lazimnya ditemui pada masyarakat sederhana dan solidaritas organis
yang ditandai dengan adanya saling ketergantungan antar individu atau
kelompok lain, masyarakat tidak lagi memenuhi semua kebutuhannya
sendiri.
Seiring berjalannya waktu pembagian kerja dalam masyarakat
(munculnya diferensiasi, spesialisasi) semakin berkembang sehingga
solidaritas mekanis berubah menjadi solidaritas organis. Pada masyarakat
dengan solidaritas organis masing-masing anggota masyarakat tidak lagi
dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh
saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain.
Solidaritas organis merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas
bagian-bagian yang saling bergantung layaknya bagian-bagian suatu
organisme biologis. Berbeda dengan solidaritas mekanis yang didasarkan
pada hati nurani kolektif maka solidaritas organis didasarkan pada akal
dan hukum.
Dalam perkembangan selanjutnya, Durkheim menggunakan lima
metode untuk mempelajari sosiologi, diantaranya:
1) Sosiologi harus bersifat ilmiah, di mana fenomena-fenomena sosial
harus dipelajari dengan objektif dan menunjukkan sifat
kausalitasnya.
2) Sosiologi harus mampu memperlihatkan karakteristik sendiri yang
berbeda dengan ilmu-ilmu lain.
3) Menjelaskan kenormalan patologi.
4) Menjelaskan masalah sosial secara “sosial” pula.
5) Mempergunakan metode komparatif secara sistematis.

8
Metode tersebut telah diterapkan dalam sebuah penelitian tentang
gejala bunuh diri yang melanda masyarakat Eropa saat itu yang berjudul
“Suicide”.
3. Max Weber
Max Weber dikenal sebagai salah satu intelektual sosial paling
berpengaruh abad 20. Meskipun dianggap sebagai tokoh besar sosiologi,
kontribusi keilmuan Max Weber menjangkau berbagai disiplin ilmu
sosial lainnya, meliputi ilmu hukum, ekonomi, budaya, politik, sejarah
dan agama. Saking luasnya pengaruh Weber dalam pengembangan ilmu
sosial, tak jarang pembaca mengalami kesulitan memahaminya secara
komprehensif. Pembaca karya Weber biasanya akan fokus pada tema
tertentu saja untuk dapat mendalami pemikirannya.
Selain teori birokrasi dan konsep tipe ideal, Weber juga
menghasilkan kontribusi yang krusial dalam bidang metodologi ilmu
sosial, khususnya sosiologi. Berbeda dengan dua raksasa lain: Karl Marx
dan Emile Durkheim, Weber memiliki formulasi metodologi sendiri
untuk memahami dunia sosial. Formulasi tersebut tidak berafiliasi
dengan pendekatan yang sudah eksis sebelumnya, seperti pendekatan
konflik dan struktural. Menurut Max Weber, dunia sosial hanya dapat
diketahui melalui pemahaman interpretatif atas makna subjektif tindakan
sosial yang dilakukan oleh aktor. Weber membuka diskusi dengan
menyatakan bahwa objektivitas dalam ilmu sosial hanya bisa diperoleh
dengan mengrinterpretasi makna simbolik dari tindakan-tindakan yang
subjektif. Dengan demikian, objektivitas dibentuk oleh interrelasi makna
subjektif yang bisa diperoleh melalui proses yang disebut interpretative
understanding (verstehen).
4. Charles Horton Cooley
Cooley mengemangkan konsepsi mengenai hubungan timbalbalik
dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat.
Cooley dala teorinya mengidamkan kehidupan bersama, rukun, dan
damai.sebagaimana dijumpai pada masyarakat yang masih bersahaja,

9
prihatin melihat masyarakat modern yang teah goyah norms-
normnya,sehingga masyarakat bersahaja dan bentuknya ideal dan
sempurna.
Cooley menekankan kesatuan dan menjauhkan diri dari pandangan
sosial, yang kemudian dikenal dalam sosiologi dengan sebuta
Solidarisme Klasik. Menurut Cooley bahwa masyarakat bagaikan sebuah
looking glass yang digunakan untuk belajar siapa dia. Sama sebaaimana
cermin maka seseorang tidak akan melihat siapa dirinya, apakah ia hitam,
putih, pendek ataupun tinggi dan bahkan tidak dapat melihat raut
mukanya, demikian juga masyarakat tidak dapat melihat identitasnya.
5. George Simmel
Georhe mengatakan bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang khusus artinya, sosiologi merupakan satu-satunya ilmu
pengetahuan amalitis yang abstrak diantara semua ilmu pengetahuan
kemasyarakatanlainnya. Objek kajian sosiologi adalah bentuk-bentuk
hubungan antar manusia. George juga mengatakan bahwa masyaraat
sebagai proses individu dalam merumuskan hakikat masyarakat atau
kelompok sosial keduanya tidak dibedakan olehnya dengan tegas. George
menjauhkan diri dari organisme, yang memberi status antalogis kepada
realitas sosial dan beranggapan bahwa realitas sosial berdiri di luar
individu. Ia mengatakan bahwa hanya menurut penampakannya dan
kesan kita masyarakat mempunyai “ada” dalam diri sendiri dan dikuasai
oleh hukumnya sendiri.
6. Vilfredo Pareto
Pareto berpebdapat bahwa sosiologi didasarkan pada observasi
terhadap tindakan-tindakan,hasil eksperimen terhadap fakta-fakta dan
rumus-rumus matematis. Masyarakat merupakan system kekuatan yang
seimbang, keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku
dan tindakan manusia. Tindakan-tindakan manusia ini tergatung dri
adanya keinginan-keinginan serta dorongan-ddorongan dalam dirinya.
Menurutnya pula bahwa sosiologi di zamannya belum bermutu seperti

10
boleh diharapkan. Walaupun Agust Comte telah digelari sebagai “Bapak
Positivisme”, Pareto tidak membenarkan gelar itu.
Pareto menekankan bahwa hidup bermasyarakat terdiri dari apa yang
dilakukan oleh anggota-anggota individu. Mereka merupakan the
material points or molecules dari system yang disebut masyarakat. Bias
kita lihat bahwa Pareto disini tidak memakai “badan” tetapi “system”,
karena suatu system dibentuk dari bagian-bagian yang tergantung satu
dari yang lain karena dikontraksi demikian.
7. Herbert Spencer
Selama hidupnya ia sukar diajak bergaul, is selalu Nampak
beroposisi terhadap nilai-nilai budaya masyarakat. Spencer terkenal dan
menjadi orang yang berpengaruh di dunia Barat oleh ajarannya mengenai
prioritas individu atas masyarakat (Induvidualisme), dan prioritas ilmu
pengetahuan atau agama. Individualism Spencer bertentangan dengan
sosiologinya.
Spencer mengalami kritik tajam sekaligus pujian bear dari
pembacanya. Pada akhir hidupnya ia tidak lagi menerima mereka karena
ia merasa cemas. Spencer memperjuangkan penafsiran-penafsiran
keagamaan digantikan dengan penafsiran ilmiah yang alami.
Spencer mengatakan bawhwa: masyarakat adalah organisme yang berdiri
sendiri dan berevolusi sendiri lepas dari kematian dan bertanggung jawab
atas anggotanya, dan di bawah kuasa hokum.
8. Thorstein Veblen
Hanya beberapa kali saja untuk jangka waktu yang pendek Veblen
diangkat sebagai mahaguru di beberapa univertias.oleh karena ia tidak
beragama, dan juga sikap pribadinya menyimpang dari norma-norma
zamannya, dan lagi karena ia menunjukkan individualism ekstrem dan
sarkasme maka ia tdak popular. Pada waktu menjelang akhir hayatnya,
gagasannya akan bidang sosio-ekonomi mulai dihargai di kalangan
intelegensia.

11
Veblen mempunyai otak/pemikiran yang tajam dan menggunakan
kecerdasannya untuk mengupas nilai-nilai dan gaya hidup kelas borjuis
di Amerika Serikat. Karangan yang terkenal berjudul The theory of the
Leisure. Vebeln membedakan empat naluri yang berpengaruh atas
kelakuan orang yaitu:
a. Kecenderungan untuk tahu (idle curiosity)
b. Kecenderungan untuk menjadi produktif yaitu menghasilkan sesuatu
(naluri kerja, instinct of wormanslup)
c. Kecenderungan untuk membajak (predatory instinct), dan
d. Kecenderungan untuk berdikap baik terhadap kaum kerabat dan
sesame.
9. Talcolt Parson
Parson adalah sosiologi modern yang paling disebut-sebut namanya
dalam sejarah sosiologi. Karirnya sebagai sosiolog Parsons dikesankan
oleh keadaan teratur yang ia sebut dengan kkata”masyarakat”
Parson menyebutkan perpaduan masyarakat disebabkan oleh:
a. Adanya nilai-nilai budaya yang dibagi bersama
b. Yang dilambangkan menjadi norma-norma sosial
c. Dibatinkan oleh individu-individu menjadi motivasi-motivasi.
Dari rumusan Parsons tersebut menunjukka bahwa Max Weber dan
Emile Durkhein mempunyai pengaruh terhadap pemikiran Parsons.
Tetapi, Parsons juga menentang Behaviorisme yang tidak setuju dengan
intropeksi sebagai sumber pengetahuan dan mempunyai anggapan bahwa
motivasi, persepsi intuitif, penghayalan, penentuan diri, dan penilaian etis
oleh pelaku, tidak dapat diberikan tempat ke dalam sosiologi potisivisme.
Tiap-tiap system sosial mulai dari Negara besar sampai keluarga
menghadapi empat masalah yang harus ditanggulangi agar tidak lenyap.
Sesuai dengan teori umum, proses jalannya tiap-tiap sistem sosial
tergantung dari empat imperative atau masalah yang harus
ditangguulangi secara memadai supaya keseimbangan dan atau
keberadaan siste itu terjamin. Keempat prasyarat atau masalah itu adalah:

12
a. Adaptasi
b. Kemungkinan mencapai tujuannya
c. Integrasi anggota-anggotanya, dan
d. Kemampuan mempertahankan identitasnya terhadap kegoncangan
dan ketegangan yang timbul dari dalam.
Adanya adaptasi tersebut diharapkan supaya para anggota
masyarakat menghasilkan dan mempunyai sarana maupun prasarana
yang dibutuhkan mereka supaya hidup dan dapat bergerak secara leluasa.
10. William Graham Summer
Summer merupakan tokoh sosiologi budaya, hal ini dapat dibuktikan
bahwa: pertama, norma-norma sosial atau folkways merupakan tradisi
yang mendahului individu. Kedua, kesatuan antara masyarakat dan
individu yang oleh Cooley disebut twin born (berkembar), dirumuskan
oleh summer dengan konsep antagouistic cooperation. Ketiga, masih ada
keyakinan lain yang muncul di hamper tiap-tiap halaman bukunya.
Keyakinan itu memaksa kita untuk menggolongkan summer di bawah
sosiologi budaya.
11. Karl Manhein
Karl Manhein merupakan pelopor sosiologi pendidikan pengetahuan,
menelaah hubungan masyarakat dengan pengetahuan. Akar dari segenap
pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam ketegangan-
ketegangan yang timbul disemua lapangan kehidupan. Planning for
freedom yaitu semacam perencanaan yang diawasi secara demokratis dan
menjamin kemerdekan aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok
manusia.
12. Pierre Guillaume Freferic Le Play
Pierre Guillaume Freferic Le Play mengenalkan metode tertentu di
dalam meneliti dan menganalisis gejala-gejala sosial. Gejala-gejala sosial
dapat diatasi yaitu dengan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta
sosial dn analisis induktif. Kemudian di ajuga menggunakan metode
studi kasus (case study) dalam penelitian-penelitian sosial. Hasil

13
penelitiannya, bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan,
dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-
lembaga lainnya.

D. PARADIGMA SOSIOOGI PENDIDIKAN


1. Pengertian Paradigma
Pengertian paradigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
diantaranya: 1) paradigma adalah daftar semua bentukan dari sebuah kata
yang memperlihatkan konjugasi (penggabungan inti) dan deklinasi
(perbedaan kategori) dari kata tersebut.; 2) paradigma adalah model dari
teori ilmu pengetahuan; 3) paradigma adalah kerangka berfikir.
Robert Friedrich mengartikan paradigma, yaitu suatu pandangan
mendasar dari suatu disiplin ilmu tertentu yang menjadi pokok persoalan
(subject matter) yang seharusnya dipelajari. Selanjutnya, apa yang
dipaparkan oleh Friedrich mengenai paradigma ini disintesiskan oleh
George Ritzer secara lebih terperinci dan lebih jelas.
Menurut Ritzer, paradigma adalah pandangan yang mendasar dari
ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang seharusnya
dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ‘paradigma’ adalah cara pandang yang membantu
seorang ilmuan untuk merumuskan apa yang harus dipelajari, persoalan-
persoalan apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya menjawabnya,
serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menafsirkan informasi
yang dikumpulkan dalam menjawab persoalan-persoalan tersebut.
Dari penjelasan di atas, paradigma dapat dipahami suatu asumsi-
asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum yang merupakan
suatu sumber nilai. Konsekuensinya hal itu merupakan suatu sumber
hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga
sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang
kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain, misalnya politik, hukum,

14
ekonomi dan budaya serta bidang-bidang lainnya. Dalam masalah yang
popular ini istilah “paradigma” berkembang menjadi suatu terminologi
yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,
orientasi dasar, sumber, asas, arah, dan tujuan dari suatu perkembangan,
perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu.
Ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan paradigmatik
dalam sosiologi. Pertama, karena perbedaan pandangan filsafat yang
mendasari pemikiran masing-masing komunitas sosiolog tentang pokok
persoalan yang semestinya dipelajari sosiologi. Asumsi dasar atau aksioma
antara komunitas sosiolog yang satu dan yang lain berbeda. Kedua,
sebagai akibat logis yang pertama, maka teori yang dibangun dan
dikembangkan masing-masing komunitas ilmuwan itu berbeda. Ketiga,
metode yang dipakai untuk memahami dan menerangkan substansi disiplin
inipun berbeda7.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

7
Maksum, Ali, Sosologi Pendidikan, hal.44-46

15
Sosiologi adalah suatu kajian atau studi tentang hubungan antara manusia
dengan manusia. Hubungan antara manusia tersebut lebih bersifat human
relationship. Lebih lanjut bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan
yang secara khusus mempelajari masyarakat sebagai kesatuan dari
keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan suatu kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun
material, baik statis maupun dinamis.

Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia dikenal
sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia merupakan
seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang
dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte.

Tokoh-tokoh sosiologi pendidikan antara lain: Auguste Comte, Limile


Durkhein, Max Weber, Charles Horton Cooley, George Summel, Vilfredo
Pareto,Herbert Spencer, Thorstein Veblen, Talcolt Parson,William Graham
Sumner, Krl Manhein dan Pierre Guillaume Frederic Le Play.

16
DAFTAR PUSTAKA

Syaepurohman, Purnama, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Universitas


Muhammadiyah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, PJJ S-1 PGSD

Maunah, Binti, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Media Akademi, 2016.

Zaitun, Sosiologi Pendidikan Teori dan Aplikasinya, Pekanbaru: Kreasi Edukasi


Publishin dan Consulting Company, 2016.

Maksum, Ali, Sosiologi Pendidikan, Malang: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


UIN Sunan Ampel, 2013.

Maksum, Ali, Sosologi Pendidikan, Malang: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


UIN Sunan Ampel , 2013.

Zayyin, Sejarah dan Perkembangan Sosiologi Pendidikan,


zayyinlidinillah.wordpress.com/2016/03/23/sejarah-dan-perkembangan-
sosiologi-pendidikan Sosiolog Pendidikan berawal dari ilmu,sendiri sejak
abad ke19. Diakses pada 1 Oktober 2020 pada pukul 15:35 WITA.

17

Anda mungkin juga menyukai