Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LAHIRNYA ILMU SOSIAL

Dosen Pengampuh:

Prof. Dr. Dra. Hj. A. Cahaya, M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

MUH. FAIZ RAYHAN Nim. 21 111 109

ABDUL HALID Nim. 21 111 054

NURHALISA Nim. 21 111 058

WIDIYA Nim. 21 111 059

ASRAH MAULANA Nim. 21 111 060

MUTMAINNA Nim. 21 111 085

UNIVERSITAS CAHAYA PRIMA

UNCAPI BONE

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunianya kita dapat diberi kesehatan untuk menjalankan aktivitas kita, terlebih atas

hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah

ini.Salam dan shalawat tak lupa kita curahkan kepada sang pemilik cinta yang patut

kita cintai dan sang pemilik rindu yang patut kita rindukan yaitu Nabi Muhammad

SAW.nabi yang membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang

menderang seperti saat sekarang ini. Dan terimakasih ucapkan kepada bapak/Ibu

Selaku dosen pembimbing mata kuliah Teori Sosial

Menyadari bahwa eksistensi dasar kemanusiaan kita, sebagai makhluk yang

diciptakan dari Kemahakuasaan Sang Pencipta, maka patutlah diucapkan puji syukur

kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya,

sehingga Makalah ini selesai pada waktunya.

Terakhir, penulis sangat menyadari bahwa Makalah ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan.Olehnya itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang

budiman sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kebaikan karya ilmiah

selanjutnya.

Watampone,20 November 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3

D. Metode Penulisan .................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5

A. Latar Belakang Lahirnya Ilmu Sosial...................................................... 5

B. Manfaat Ilmu Sosial ................................................................................ 7


C. Perkembangan Ilmu Sosial Dalam Sejarah ............................................. 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11

A. Kesimpulan.............................................................................................. 11

B. Saran .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang sangat penting bagi

setiap umat manusia di dunia ini. Karena dengan ilmu – ilmu sosial manusia

dapat berinteraksi degan baik dan benar, sejak kita lahir di dunia ini secara tidak

langsung kita sudah mempelajari ilmu – ilmu sosial secara tidak sengaja dan

tidak disadari. Sejak kita lahir kita sudah berada di tengah – tengah keluarga,

maka kita diajari untuk berinteraksi terhadap sesama manusia dan saling

menghargai antara satu dan yang lain.1

Dengan ilmu sosial yang baik dimiliki seseorang maka dapat meraih

kesuksesan karna ia memiliki keterampilan sosial dengan baik. Meskipun

seseorang menguasai dengan baik ilmu eksakta akan tetapi jika tidak memiliki

keterampilan sosial yang baik maka ilmunya tidak berarti apa – apa.

Ilmu sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan

penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari

konsep-konsep dan keterampilan Sejarah, Geografi, sosiologi, antropologi, dan

ekonomi. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan di Sekolah Dasar yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga

1
Rahmad, “Kedudukan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Sekolah Dasar”, Muallimuna,
Vol. 2, No. 1, 2016, h. 71.

1
Negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang

cinta damai.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan membentuk warga

Negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di

tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi

warga Negara yang baik dan bertanggungjawab, sedangkan ilmu sosial

bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam bidang ilmu sosial. Pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut: Pertama, anak didik mengenal konsep. Konsep yang berkaitan

dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Kedua, siswa memiliki

kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Ketiga,

memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

Keempat, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan

global.2

Dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa dapat

dibawa langsung ke dalam lingkungan alam dan masyarakat. Dengan

lingkungan alam sekitar, siswa akan akrab dengan kondisi setempat sehingga

mengetahui makna serta manfaat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

secara nyata. Di samping itu, dengan mempelajari sosial atau masyarakat,

2
Sodiq Anshori, “Kontribusi Ilmu Pengetahuan Dalam Pendidikan Karakter”, Jurnal
Edueksos, Vol. 3, No. 2, 2014, h. 62.

2
siswa secara langsung dapat mengamati dan mempelajari norma-

norma/peraturan serta kebiasaan- kebiasaan baik yang berlaku dalam

masyarakat tersebut sehingga siswa dapat pengalaman langsung adanya

hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara kehidupan pribadi

dan masyarakat. Dengan kata lain, manfaat yang diperoleh setelah mempelajari

Ilmu Pengetahuan Sosial di samping mempersiapkan diri untuk terjun ke

masyarakat, juga membentuk dirinya sebagai anggota masyarakat yang baik

dengan menaati aturan yang berlaku dan turut pula yang mengembangkannya

serta bermanfaat pula dalam mengembangkan pendidikannya ke jenjang yang

lebih tinggi. Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah

Dasar meliputi Aspek-aspek. Yang pertama, Aspek manusia dan

lingkungannya. Kedua, Aspek waktu, keberlanjutan, dan perubahan. Ketiga,

Aspek system sosial dan budaya. Keempat, Aspek perilaku ekonomi dan

kesejahteraan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dasar pemikiran yang telah disajikan, penulis merasa

mendorong untuk merumuskan permasalahan yang memerlukan penyelidikan

dan solusi, yaitu: bagaimanakah latar belakang lahirnya ilmu sosial?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan yaitu untuk memahami dan mengetahui

tentang latar belakang lahirnya ilmu sosial.

3
D. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan

dalam menganalisis suatu permasalahan secara sistematis dan obyektif. Metode

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode

sejarah (historical method) adalah metode atau cara yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya

atau dengan kata lain metode penelitian sejarah adalah instrumen untuk

merekonstruksi peristiwa sejarah (historical as pass actuality) menjadi sejarah

sebagai kisah (history as written).3

3
Wulan Juliani Sukmana, “Metode Penelitian Sejarah”, Seri Publikasi Pembelajaran, Vol.
1, No. 2, 2021, h. 2.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG LAHIRNYA ILMU SOSIAL

Akar dari semua ilmu pengetahuan adalah filsafat tak terkecuali ilmu

sosial. Sejatinya konsep-konsep dasar ilmu sosial telah ada sejak era Yunani

dan Romawi kuno berbarengan dengan proses transmisi mitos ke logos. Lambat

laun terjadi spesialisasi atau dikotomisasi ilmu pengetahuan sehingga

melahirkan suatu displin ilmu baru yang lebih spesifik. Proses legitimasi dan

institusionalisasi ilmu sosial sejatinya baru dimulai sekitar abad XIX dimana

kota-kota besar Eropa seperti Inggris, Prancis, Jerman, italia menjadi

sentralnya.

Ilmu sosial sendiri mencapai eksistensi otonom (cabang disiplin)

pertamaya sebagai ilmu sejarah. Hal ini karena ilmu sejarah merupakan praktik,

metodologi serta terminologi yang memang sudah ada sejak lama.Eksistensi

ilmu sosial (cabang displin) yang lahir berikutnya ialah ilmu sosiologi.

Sosiologi sendiri tidak muncul begitu saja, melainkan terdapat relasi sebab

akibat yang sudah terjadi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan

manusia. Imu pengetahuan tentang masyarakat sudah ada sejak beberapa abad

yang lalu sebelum istilah sosiologi ditemukan baru kemudian seorang filsuf asal

Prancis Auguste Comte dalam bukunya Cours De Philosophie Positive

memperkenalkan istilah ini.4

4
Andi Haris, dkk. “Mengenal Gerakan Sosial dalam Perspektif Ilmu Sosial”, Hasanuddin
Journal of Sociologi, Vol. 1, No. 1, 2019, h. 20.

5
Sosiologi sendiri merupakan suatu rumusan yang muncul sebagai

bentuk tanggapan atas berkembangnya gerakan revolusi industri antara tahun

1760-1850 di mana terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang

pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta

memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan

budaya di dunia. Salah satu dampak yang paling mencolok dari revolusi industri

ini adalah menculnya stratifikasi sosial ditandai dengan lahirnya golongan

borjuis dan proletar. Ilmu sosiologi berperan menjadi problem solver guna

menanggulangi kesenjangan yang terjadi sehingga mengarahkan tata sosial

kemasyarakatan yang lebih harmonis.

Selanjutnya ilmu sosial juga melahirkan suatu cabang yang disebut

sebagai ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi baru secara formal disebut sebagai displin

ilmu. Saat pemberlakuan teori-teori ekonomi liberal abad XIX, istilah ekonomi

politik yang populer abad XVIII digantikan. Penghilangkan kata politik dengan

mencerminkan perilaku ekonomi lebih merupakan cermin suatu psikologi

individualistik universal daripada institusi-institusi yang dikonstruksikan secara

sosial prinsip-prinsip Laissez faire.

Cabang ilmu sosial yang lahir berikutnya adalah ilmu politik.

Munculnya ilmu politik bukan sebagai subject matter negara kontemporer dan

perolitikannya, bukan karena menyetujuai analisis nemotetis, tetapi karena

resistensi fakultas-fakultas hukum untuk merebut monopoli di arena ini.

Disamping itu, juga terdapat cabang lain yakni psikologi, psikologi sebagai

cabang ilmu sosial yang menfokuskan diri pada fenomena psikologis manusia,

6
baik sifatnya abstrak maupun konkret. Psikologi ini nantinya akan menjadi cikal

bakal konsep kepribadian, karakter dan metodologi psikis lainya.

B. Manfaat Ilmu Sosial

1. Sebagai Critical Discorse: Ilmu sosial menjadi diskursus yang membahas

topik-topik pengetahuan secara kritis dan menggunakan suatu pendekatan

akademis dalam merumuskan metodologinya. Metodologi tersebut juga

harus rasional, sistematis dan ilmiyah.

2. Sebagai Academia Enterprise: Ilmu sosial harus memikirkan bagaimana

mestinya. Bagaimana mestinya memosisikan bahwa ilmu-ilmu sosial tidak

bebas nilai. Oleh karena itu, Taufik menyebut bahwa ilmu sosial sebagai

tetangga dekat ideologi, sebagai sistematisasi strategis dari nilai dan filsafat

sebagai pandangan hidup.

3. Sebagai Applied Sciences : Ilmu sosial diperlukan untuk mendapatkan atau

mencapai hal-hal praktis dan berguna bagi kehidupan manusia. Ilmu sosial

dibutuhkan untuk memecahkan masalah kemiskinan, masalah ledakan

penduduk, masalah konflik antarkelompok dan lain-lain.5

C. PERKEMBANGAN ILMU SOSIAL DALAM SEJARAH

Ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi,

geografi sosial,politik bahkan sejarah. Istilah ilmu sosial tidak begitu saja dapat

diterima di tengah- tengah kalangan akedemisi, terutama di Inggris. Sciences

Sosiale dan Sozialwissenschaften adalah istilah-istilah yang lebih berkaitan

5
Putri Wulansari & Nurul Khotimah, “Membumikan Ilmu Sosial Profetik: Reaktualisasi
Gagasan Profetik Kuntowijoyo dalam Tradisi Keilmuwan di Indonesia”, Prosiding Konferensi
Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains, Vol. 2, No. 1, h. 433.

7
meski keduannya juga membuat “menderita” karena diinterpretasikan terlalu

luas maupun terlalu sempit.

Ironisnya, ilmu sosial yang dimaksud sering hanya untukmendefinisikan

sosiologi, atau hanya teori sosial sintetis. Kenyataan seperti itu kita dapat kita

lihat pada tahun 1982, pemerintah Inggris menentang nama Sosial

ScienceResearch Council yang dibiayai negara, mereka mengusulkan kajian-

kajian sosial, dan akhirnya de’an itu disebut Economic and Sosial Research

Council.6

Berjalannya waktu dan peristiwa sejarah, tidak banyak membantu dalam

mengusahakan diterimanya konsep itu. Ilmu-ilmu sosial tumbuh dari filsafat

moral, sebagaimana ilmu-ilmu alam tumbuh dari filsafat alam. Di kalangan

filsuf moral Skotlandia, kajian ekonomi politik selalu diikuti oleh kajian isu-isu

sosial yang lebih luas, meski tidak disebut sebagai ilmu sosial. Unggulnya

positivisme pada awal abad ke-19 terutama di Prancis, mengambil alih filsafat

moral.

Menurut Auguste Comte, positivisme menekankan sisi faktual dan

bukan spekulatif, manfaat dan bukan kesia-siaan, kepastian bukan keragu-

raguan, ketepatan bukan kekaburan, positif bukan negatif maupun kritis. ?Maka

sejak abad ke-19, positivis memerupakan ilmu dalam pengertian materialism.

Kemudian Conte menyebut sosial science, dari Charles Fourier (1809), untuk

mendeskripsikan keunggulan displin sintetisdari bangunan ilmu. Pada saat yang

6
Abdul Karim, “Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan”, Fikrah, Vol. 2, No. 1, 2014,
h. 275.

8
sama, sedikit pun ia tidak ragu bahwa metode ilmu sosial (yang juga disebut

sebagai fisika sosial) sama sekali tidak berbeda dengan dari ilmu-ilmu alam.

Penggunaan metode ilmu sosial yang digagas oleh Conte tersebut

mengaburkan gambaran metodologis tentang ilmu-ilmu sosial. Emile Durkheim

(1895) serta Vilfredo Pareto (1916) mempelopori tradisi seperti ini. Hanya

saja,bedanya secata khusus jika Durkheim terkesan oleh perlunya mempelajari

fakta-fakta sosial sementara Pareto menstimulasi pemikiran metaforis dan teori-

teorispesifik. Usaha lainnya untuk meyakinkan ilmu sosial dikemukakan oleh

Wilhelm Dilthey (1911) dan Max Weber (1916) dengan pendekatan yang

berbeda melalui Verstehen, pendekatan empati, dan pemahaman tentang apa

yang kita kenal sebagai perspektif hermeneutic atau fenomenologis.

Usaha serupa pernah dilakukan oleh Karl Popper dalam bukunya yang

monumental, The Logic of Scientific Discovery. Popper (1959) menegaskan

bahwa ada satu logika kemajuan melalalui falsifikasi, kita mengajukan hipotesis

(teori), dan kemajuan terjadi melalui penolakan hipotesis yang telah diterima.

Usaha Talcott Parsons pun begitu gigih dan ambisius karena ditujukan

bagi substansi teoretis dari ilmu sosial. Melalui berbagai analisis abstraknya,

Parsons berpendapat bahwa substansi ilmu sosial adalah satu, yaitu tindakan

sosial (Dahrendorf, 2000: 1000). Selain itu, inkarnasi dari tindakan sosial

sekalipun berasal dari model umum yang sama, yaitu system sosial. Sistem

sosial memiliki empat subsistem, yakni ekonomi, politik, budaya dan sistem

integratif. Dengan demikian, ekonomi, ilmu politik, kajian budaya, dan

integrasi sosial (osiologi) merupakan displin yang berhubungan dan

9
interdependen. Turunan dari sistem sosial, yakni semua subsistem tersebut

memerlukan analisis yang serupa.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ilmu sosial memiliki akar yang mendalam dalam filsafat, tak terkecuali

dengan ilmu sosial. Konsep dasar ilmu sosial telah berseliweran sejak era

Yunani dan Romawi kuno, sejalan dengan transisi dari mitos ke logos.

Perjalanan waktu membawa spesialisasi dalam ilmu pengetahuan,

menghasilkan disiplin ilmu yang lebih terfokus. Legitimasi dan

institusionalisasi ilmu sosial mulai menancapkan akarnya sekitar abad ke-XIX

di kota-kota besar Eropa seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia.

Eksistensi otonom ilmu sosial pertama kali muncul dalam bentuk ilmu

sejarah, yang kemudian diikuti oleh kelahiran ilmu sosiologi. Ilmu sosiologi

tidak muncul begitu saja; melainkan sebagai respons terhadap perubahan besar

yang terjadi selama revolusi industri antara tahun 1760-1850. Perubahan

tersebut, terutama dalam bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,

transportasi, dan teknologi, memberikan dampak mendalam pada kondisi

sosial, ekonomi, dan budaya di seluruh dunia.

Ilmu sosial kemudian mencetak cabang-cabang baru, termasuk ilmu

ekonomi, ilmu politik, dan psikologi. Masing-masing cabang ini berkembang

sebagai tanggapan terhadap perubahan sosial dan kebutuhan pemahaman yang

lebih mendalam. Ilmu sosial tidak hanya menjadi diskursus kritis tetapi juga

berperan sebagai entitas akademis yang memikirkan substansi dan manfaatnya

dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kesemuanya itu menciptakan kerangka

11
kerja yang kompleks dan mendalam untuk memahami dinamika masyarakat

dan budaya secara holistik.

B. SARAN

Memahami manfaat praktis ilmu sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Menyadari bahwa ilmu sosial tidak hanya berfungsi sebagai diskursus kritis

tetapi juga memiliki peran sebagai entitas yang memikirkan aplikasi dan

manfaatnya dalam memecahkan masalah kemasyarakatan dapat membuka

peluang untuk kontribusi yang lebih besar dalam masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Sodiq. “Kontribusi Ilmu Pengetahuan Dalam Pendidikan Karakter”.


Jurnal Edueksos. Vol. 3. No. 2. 2014.
Haris, Andi. dkk. “Mengenal Gerakan Sosial dalam Perspektif Ilmu Sosial”.
Hasanuddin Journal of Sociologi. Vol. 1. No. 1. 2019.
Karim, Abdul. “Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan”. Fikrah. Vol. 2. No. 1.
2014.
Putri Wulansari & Nurul Khotimah. “Membumikan Ilmu Sosial Profetik:
Reaktualisasi Gagasan Profetik Kuntowijoyo dalam Tradisi Keilmuwan di
Indonesia”. Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains.
Vol. 2. No. 1.
Rahmad. “Kedudukan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Sekolah Dasar”.
Muallimuna. Vol. 2. No. 1. 2016.
Sukmana, Wulan Juliani. “Metode Penelitian Sejarah”. Seri Publikasi
Pembelajaran. Vol. 1. No. 2. 2021.

13

Anda mungkin juga menyukai