Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peningkatan Aspek
Kesadaran dan Pemahaman Mahasiswa Terhadap Realita Sosial di Masyarakat” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Roy Fachraby Ginting, S.H., M.Kn selaku dosen pengajar mata kuliah Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................32
3.2 Saran.....................................................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia selain sebagai makhluk individu, ia juga sebagai makhluk sosial dan budaya,
artinya ia akan menjalani perannya sebagai makhluk sosial dengan melakukan interaksi
dengan manusia lainnya dikarenakan ia tidak dapat hidup sendiri dan bergantung kepada
orang lain. Dalam proses interaksi tersebut, manusia menciptakan suatu sistem kebudayaan
dengan nilai nilai yang ia anut didalamnya serta unsur dan sistem yang terbentuk. Nilai nilai,
wujud, dan sistem tersebut akan mempengaruhi kehidupan manusia di masyarakat.
Melalui Ilmu Sosial dan Budaya Dasar akan bertujuan memahami dan menyadari
adanya kenyataan sosial yang dihadapi oleh manusia dalam lingkungan masyarakat
merupakan masalah yang kompleks. Pembentukan, pengembangan kepribadian serta
perluasan wawasan perhatian, pengetahuan, dan pemikiran mengenai berbagai gejala yang
ada dan timbul dalam lingkungannya, khususnya gejala berkenaan dengan masyarakat
dengan orang lain, agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran berkenaan dengan lingkungan
sosial dapat dipertajam.
1. Bagaimana Konsep dan Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar sebagai Mata Kuliah
dalam Kehidupan Bermasyarakat
2. Bagaimana Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
3. Bagaimana Peranan Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya
4. Bagaimana Konsep Keragaman dan Kesetaraan di Masyarakat
5. Bagaimana Konsep dan Hubungan Nilai dan Moral di Masyarakat
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian dan Dasar Pemikiran Lahirnya Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dorongan yang logis bagi dosen tatkala memerankan dirinya sebagai pengajar. Fungsi
dan peran dengan menempatkan dosen pada otoritas yang berlebihan, sebagai sumber
informasi tunggal dan sebagai sentral aktivitas pembelajaran. UNESCO mendeklarasikan
empat pilar pembelajaran yaitu:
Misi-misi ini, khususnya learning to live together dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan
humaniora. Ilmu yang tidak dikehendaki oleh filsafat ilmu-ilmu social dan humaniora
mengembangkan pendidikan secara sistematis melainkan bagaimana bidang-bidang ilmu
yang ada menjadi alat untuk mengkaji fenomena dan problema sosial serta budaya yang
terjadi sehingga seseorang mampu memecahkan masalah sosial dan budaya tersebut.
B. Dasar Yuridis
5
moral, kompeten menguasai iptek, serta memiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran
sosial.
Harapan Pendidikan Tinggi di atas, sejalan dengan Deklarasi UNESCO Oktober 1998
tentang kesepakatan Perguruan Tinggi, yang intinya sebagai berikut:
1. Pendidikan Tinggi abad XXI harus memainkan peran sebagai suatu komponen vital dari
pembangunan budaya, sosial, ekonomi dan pilitik sebagai suatu tiang penyangga dalam
pembentukan kemampuan masyarakat untuk demokrasi dan perdamaian.
2. Pendidikan Tinggi harus merancang fungsi prospektifnya melalui analisis berkelanjutan
tentang kegawatan sosial, ekonomi, budaya dan kecenderungan politik, serta bertindak
sebagai pemandu dalam mengatasi bencana, mampu melihat ke masa depan, mengantisipasi
dan menyiapka peringatan perdana.
3. Pendidikan Tinggi harus sadar akan perannya sebagai pelayan masyarakat, dan harus
berusaha agar tyerjamin keseimbangan antara misi pendidikan dan sosial.
C. Dasar Sosiologis
Mahasiswa sebagai makhluk sosial yaitu mahluk yang hidupnya tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di
karenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain.
Dalam menjalankan peran sebagai makhluk sosial, manusia hendaknya memiliki pengetahuan
akan masalah sosial yang ada disekitarnya dan bagaimana menanggapi yang terjadi di
lingkungan sosialnya. Dengan adanya Ilmu Sosial dan Budaya Dasar akan memberikan
pemahaman kepada manusia sebagai makhluk sosial tentang etika sosial kemasyarakatan, dan
lain lain.
2.1.2 Hakekat dan Ruang Lingkup Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
Ilmu sosial dasar adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia tentang masalah sosial, dan juga membicarakan
hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Khususnya kehidupan
masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian. Ilmu sosial bukanlah
suatu bidang keahlian ilmu-ilmu sosial tertentu, tetapi berasal berbagai bidang pengetahuan
dalam berbagai ilmu-ilmu sosial seperti, sosiologi, sejarah, antropologi, psikologi sosial.
6
Tujuan ilmu sosial dasar (ISD) adalah memberikan pengetahuan dasar dan pengertian
umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial dan
lebih memahami dan menyadari bahwa setiap kenyataan sosial dan masalah sosial ada dalam
masyarakat dan selalu bersifat kompleks, kita hanya bisa memahaminya secara kritis.
Ilmu Sosial Dasar meliputi dua kelompok utama, yaitu studi manusia dan masyarakat
serta studi lembaga sosial. Sasaran studi Ilmu Sosial Dasar adalah aspek aspek dasar yang ada
dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang terwujud dari
padanya.
Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu humnus yang
artinya manusia, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the humanities Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai
homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus
mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya
yang lain sebagai manusia itu sendiri.
2.1.3 Visi dan Misi Ilmu Sosial dan Budaya Dasar sebagai Mata Kuliah Kehidupan
Bermasyarakat
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar sebagai mata kuliah umum yang diajarkan bagi
mahasiswa berguna untuk memberikan pemahaman terhadap berbagai macam masalah sosial
di masyarakat dan bagaimana cara menyelesaikannya. Visi dari pada Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar sebagai mata kuliah di perguruan tinggi bagi mahasiswa adalah mahasiswa selaku
7
individu dan makhluk sosial yang beradap memiliki landasan pengetahuan, wawasan, serta
keyakinan untuk bersikap kritis, peka, dan arif dalam menghadapi persoalan sosial dan
budaya yang berkembang di masyarakat. Dengan adanya Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
diharapkan:
b. Mahasiswa memiliki dasar-dasar nilai estetika, etika, moral, hukum dan budaya sosial
sebagai landasan untuk menghormati dan menghargai antara sesama manusia sehingga akan
terwujud masyarakat yang tertib, teratur dan sejahtera.
c. Mahasiswa memiliki dasar-dasar untuk memahami masalah sosial dan budaya serta mampu
bersikap kritis, analisis dan responsif untuk memecahkan masalah tersebut secara arif di
masyarakat.
2.1.4 Tujuan Umum dan Khusus Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Budaya Dasar
Ilmu Sosial Dasar bertujuan untuk memahami dan menyadari adanya kenyataan sosial
dan masalah sosial dalam masyarakat merupakan masalah yang kompleks. Pembentukan,
pengembangan kepribadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan, dan pemikiran
mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam lingkungannya, khususnya gejala
berkenaan dengan masyarakat dengan orang lain, agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran
berkenaan dengan lingkungan sosial dapat dipertajam.
8
2.2 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
A. Pengertian
Manusia sebagai mahluk individu sebaiknya perlu dipahami dari arti kata individu itu
sendiri. Kata “individu” berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tidak terbagi”.
Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan
yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan
masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia.
B. Kepribadian
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor
genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan. Kalau
seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga
memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor
fenotip).
Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas
dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan
di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan
anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap
orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
(genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
9
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku
individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari
lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan
dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan
keselurhan jiwa raga yang mempunyai cirri-ciri khas tersendiri. Pertumbuhan adalah suatu
perubahan yang menuju kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Timbul berbagai pendapat
dari berbagai aliran mengenai pertumbuhan.
A. Pengertian
Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam
ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk,
pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya ingin bergaul satu
sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. Esensi manusia sebagai makhluk
sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah
10
kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam
kebersamaan.
B. Interaksi Sosial
11
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan
emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional
dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan,
dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh
apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan
kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian
terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk
sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan
jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
a. Penjaminan hak milik perorangan,yaitu hak pribadi tidak berlaku hak milik berfungsi sosial
b. Mementingkan diri sendiri, yaitu membiarkan orang lain untuk melakukan aktivitas
c. Pemberian kebebasan pada individu d. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya
masing-masing.
12
selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasa individu atas hak milik dan alat-alat
produksi.
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari dua
kepentingan, yaitu ke pentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok
atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasukke pentingan rakyat . Dalam diri
manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu
kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa
membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada
keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul
masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau
dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat.Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan
dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh
suatu kelompok masyarakat.
13
2.3 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG BERBUDAYA
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
14
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
1. Sistem Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi manusia yang sangat dibutuhkan dalam
berbudaya. Bahkan, Koentjaraningrat berpendapat bahwa bahasa atau sistem perlambangan
manusia baik secara tertulis maupun lisan yang digunakan adalah salah satu ciri terpenting
dari suatu kebudayaan suku bangsa. Masih senada, Keesing berpendapat bahwa kemampuan
manusia dalam membangun tradisi budaya dan mewariskannya ke generasi penerusnya
sangatlah bergantung pada bahasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki andil
yang sangat signifikan dalam menjadi salah satu unsur unsur budaya dari kebudayaan
manusia.
2. Sistem Pendidikan
Sejatinya kebudayaan adalah pengetahuan yang diikuti oleh masyarakat penganutnya.
Sehingga sistem pengetahuan dalam konteks kultural universal sangatlah dibutuhkan.
Misalnya, bagaimana sistem peralatan hidup hingga sistem kalender pertaian tradisional yang
disebut sistem pranatamangsa telah digunakan sejak dahulu oleh nenek moyang kita untuk
menjalankan pertaniannya.
1
Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 2
15
Koentjaraningrat, setiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh aturan-aturan dan
adat istiadat dari kesatuan yang ada di lingkungan sehari-hari masyarakat tersebut.
Satuan terkecil dari kelompok yang menghasilkan aturan dan adat tersebut adalah
keluarga inti. Kemudian, kesatuan lain yang lebih besar dapat berupa letak geografis, suku,
hingga kerajaan ataupun kebangsaan.
Sistem kekerabatan dan organisasi sosial dapat dilihat melalui beberapa cara mereka
melakukan: jenis perkawinan, prinsip menentukan pasangan (mencari jodoh), adat menetap,
dan jenis keluarga. Berikut adalah pemaparan sistem kekerabatan dan organisasi sosial
sebagai salah satu unsur dari unsur unsur budaya.
Namun setelah terpengaruh oleh arus modernisasi dengan patokan utama berkembangnya
sistem industri, pola hidup manusia berubah dan tidak hanya mengandalkan mata pencaharian
tradisional. Di dalam masyarakat modern, individu masyarakat lebih banyak mengandalkan
pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan untuk mendapatkan upah.
6. Sistem Keagamaan
Emosi keagamaan adalah perasaan dalam diri manusia yang mendorongnya untuk
melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religius. Emosi keagamaan ini pula yang
memunculkan konsep benda-benda sakral dalam kehidupan manusia.
16
Dalam sistem religi terdapat tiga unsur yang harus dipahami selain emosi keagamaan,
yaitu: 1) sistem keyakinan, 2) sistem upacara keagamaan, dan 3) umat yang menganut religi
itu.
Sistem religi juga mencakup mengenai dongeng, legenda, atau cerita (teks) yang
dianggap suci mengenai sejarah para dewa-dewa (mitologi). Cerita keagamaan tersebut
terhimpun dalam buku-buku yang dianggap sebagai kesusastraan suci.
7. Kesenian
Seni ini merupakan suatu bentuk ekspresi terhadap keindahan. Seni ini juga
merupakan bagian dari kebudayaan, contohnya ialah seperti peran seni rupa, seni musik serta
juga seni tari di dalam upacara adat.
Wujud dari kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa sistem yang membentuknya.
Seperti diutarakan oleh Koentjaraningrat (2015, hlm.186) yang membagi kebudayaan dalam
tiga wujud, yaitu:
1. Sistem Ide
Wujud kebudayaan sebagai sistem bersifat abstrak dan tidak dapat dilihat atau diraba
dan hanya terasa dan tersimpan dalam pikiran individu dan kelompok penganut kebudayaan
tersebut. Bentuknya dalam kehidupan sehari-hari mewujud dalam adat istiadat, norma,
agama, hukum dan undang-undang.
17
Contohnya nyatanya sebetulnya sudah cukup jelas dari contoh bentuk yang telah
diuraikan. Misalnya norma sosial yang tidak ditetapkan namun sepakat diikuti oleh
masyarakat agar menjaga kehidupan sosial. Hingga tertulis dan ditetapkan oleh negara
sebagai payung perlindungan hukum bagi masyarakatnya.
2. Sistem Aktivitas
Seperti namanya, wujud kebudayaan ini merupakan kegiatan atau aktivitas sosial
yang memiliki pola tertentu dari individu dalam suatu masyarakat. Sistem ini dapat terjadi
melalui interaksi antar manusia yang berinteraksi dengan sesamanya. Berbeda dengan wujud
ide, wujud aktivitas dapat dilihat dan dirasakan langsung kehadirannya.
3. Sistem Artifak
Artifak adalah wujud yang paling konkret dari kebudayaan. Berbentuk benda fisik
yang bisa dilihat, diraba dan dirasakan langsung oleh pancaindra. Misalnya, wayang golek
dari Jawa dan kain ulos dari Batak.
Benda-benda tersebut merupakan perwujudan dari ide hingga aktivitas individu dari
suatu masyarakat. Terkadang beberapa wujud aktivitas membutuhkan artifak khusus, begitu
pula sebaliknya. Tidak hanya adat-istiadat, kegiatan kampanye juga biasanya dapat diiringi
oleh lambang-lambang partai pada bendera, kaus, dan atribut lainnya.
Kebudayaan material
Kebudayaan material adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata, konkret. Contoh kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial
18
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
ke generasi, misalnya dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak
lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik,
benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran
dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
19
manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua
makhluk Tuhan
Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi
karena kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah
dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk
menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya.
A. Etika Berbudaya
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ‘ethos’ yang berarti adat
kebiasaan atau akhlak yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan perilaku yang baik .
Kebudayaan merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia dalam
hidup bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan.
Ukuran etis dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia
20
membutuhkan kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga
kelangsungan hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan
hidup.
Norma etik bersumber dari manusia itu sendiri dan ditujukan kepada sikap batin
manusia. Norma etik ditujukan kepada manusia agar kebaikan akhlak pribadi dapat terbentuk.
Perbuatan jahat seperti misalkan membunuh, mencuri, ataupun berzina sangat bertentangan
dengan norma kepercayaan dan kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia. Perasaan malu,
penyesalan, takut, dan rasa bersalah akan muncul dalam hati nurani seiring melakukan
perbuatan yang melanggar norma.
Manusia yang beretika akan dapat menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik
di dalamnya. Etika dalam berbudaya mengandung suatu keharusan agar manusia
menciptakan budaya yang mengandung nilai-nilai etik yang secara sosial dapat diterima oleh
sebagian besar masyarakat. Budaya yang beretika adalah budaya yang mampu menjaga,
mempertahankan, dan mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sedangkan
budaya yang tidak beretika adalah kebudayaan yang merendahkan dan bahkan
menghancurkan martabat kemanusiaan.
B. Estetika Berbudaya
Estetika dapat diartikan sebagai teori tentang keindahan. Keindahan ini dapat
bermakna secara luas, sempit, dan estetik murni. (a) Secara luas, keindahan mengandung ide
kebaikan dimana segala sesuatu yang baik adalah indah. Dalam arti luas keindahan meliputi
watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang indah, dan kebajikan yang indah. (b) Secara
sempit, keindahan hanya terbatas pada ruang lingkup persepsi pengelihatan seperti bentuk
dan warna. (c) Secara estetik murni, keindahan menyangkut pengalaman estetik seseorang
yang berhubungan dengan panca indra manusia seperti pengelihatan, pendengaran, perabaan,
dan perasaan.
21
Budaya yang estetik ditandai dengan adanya unsur keindahan di dalamnya. Akan
tetapi, sesuatu yang bernilai indah bagi seseorang belum tentu bernilai yang sama bagi orang
lain. Ini berart nilai estetik memiliki sifat yang subjektif, dimana individu yang satu tidak bisa
memaksa individu yang lainnya untuk mengakui keindahan suatu budaya sebagaimana
pandangan kita. Nilai-nilai estetik lebih menitikberatkan kepada perasaan, bukannya
pernyataan.
Manusia cenderung menyukai hal-hal yang memiliki keindahan. Hal ini mendorong
manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. Namun, kembali lagi kepada hakikat estetika
bahwasanya budaya yang dianggap indah oleh diri sendiri belum tentu indah bagi individu
lainnya. Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata harus memenuhi nilai-nilai
keindahan. Estetika berbudaya mengharuskan manusia untuk menghargai keindahan budaya
yang dihasilkan oleh manusia yang lain.
Kebudayaan yang telah diciptakan oleh manusia dalam dimensi ruang dan waktu yang
berbeda-beda akan menghasilkan keragaman budaya. Kebudayaan yang dimiliki sekelompok
manusia akan membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lainnya. Ini
menandakan kebudayaan merupakan identitas diri dari suatu kelompok peradaban manusia.
Kedua, perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadu sebagai akibat dari
adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi
ketidakerasian fungsi bagi kehidupan. Perubahan kebudayaan ini mencakup banyak aspek
2
Herimanto, dkk. 2016. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 123
22
seperti bentuk, sifat, perubahan, dampak perubahan, dan mekanisme yang dilalui.
Pembangunan dan modernisasi termasuk ke dalam kategori perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan dapat menimbulkan problematika antara lain: apabila perubahan
justru mengalami kemunduran bukannya kemajuan maka akan merugikan manusia dan
perubahan akan berdampak buruk jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan di
luar kendali manusia.
Ada tiga macam istilah yang digunakan untk menggambarkan masyarakat yang
majemuk yang terdiri dari ras, agama, bahasa dan budaya yang berbeda yaitu masyarakat
pural, masyaraakat heterogen, dan masyarakat multikultural.
Keragaman disini memiliki makna sebagai suatu kondisi dalam masyarakat dimana
terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama
dan keyakinan, ideology, adat kesopanan, serta situasi ekonomi. Sedangkan kesederajatan
memiliki makna sebagai suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada
manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki.
23
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga dapat disebut
kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama
tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yan sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak
lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahluk tuhan memiliki tingkat
atau kedudukan yang sama . Tingkatan atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan
adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi
derajatnya dibanding makhluk lain, dihadapan tuhan , semua manusia adalah sama derajat,
kedudukan atau tingkatannya. yang membedakannya adalah tingkat ketaqwaan manusia
tersebut terhadap tuhan.
Indonesia adalah negara yang beraneka ragam mulai dari suku, agama, ras, golongan,
bahasa daerah, dan kebudayaan lainnya. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara
multikultural. Keragaman yang dimiliki oleh Indonesia merupakan kekayaan milik Bangsa
Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna
ketentraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan
persoalan yang mengancam disintegrasi bangsa. Hal ini sesuai dengan prinsip bangsa
Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya walaupun berbeda beda tapi tetap satu jua.
Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa yang semula
merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung kebudayaan yang beraneka
ragam itu perlu diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan
nasional. Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan
berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional.
24
pluralism, semangat humanism, dialog antar- umat beragama, dan membangun suatu pola
komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama, media massa, dan
harmonisasi dunia.
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana
anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal dari
kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Stratifikasi sosial adalah
perbedaan vertikal yang memicu munculnya hierarki dan kelas-kelas sosial di masyarakat.
1. Stratifikasi sosial tertutup, jika masyarakat tidak dapat beralih dari satu strata ke strata lain.
Contohnya adalah sistem kasta di Bali
2. Stratifikasi sosial terbuka, jika masyarakat dapat beralih dari satu strata ke strata lain.
Contohnya adalah kekayaan.
3
Nasikun. (1993). Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 90
4
Ibid. hlm. 93
25
tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya. Adapun ciri ciri diferensiasi sosial
antara lain:5
Ciri Fisik: terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.Misalnya : warna kulit, bentuk mata,
rambut, hidung, muka, dsb.
Ciri Sosial: karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan carapandang dan pola perilaku
dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori iniadalah perbedaan peranan, prestise
dan kekuasaan.Contohnya: pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang
karyawan kantor.
Ciri Budaya: berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-
nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistemkekeluargaan, keuletan dan
ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatumasyarakat dapat kita lihat dari
bahasa,kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
Dalam praktiknya, tujuan dari kesetaraan gender adalah agar tiap orang memperoleh
perlakuan yang sama dan adil dalam masyarakat, tidak hanya dalam bidang politik, di tempat
kerja, atau bidang yang terkait dengan kebijakan tertentu. Untuk menghindari
komplikasi, jenis kelamin selain laki-laki dan perempuan akan tidak akan dibahas dalam
artikel ini.
Dalam realita yang terjadi di masyarakat, masih terdapat adanya diskriminasi gender
yang sering didapatkan oleh perempuan. Diskriminasi gender terjadi karena adanya
pembedaan yang disebabkan oleh status gender seseorang. Perlakuan yang didapatkan oleh
5
https://jurnalmanajemen.com/diferensiasi-sosial/ diakses pada 04 April 2021 pukul 22.01 WIB
26
perempuan dalam memperoleh hak haknya menjadi tidak adil dan ia berada pada posisi yang
lemah.
Indonesia adalah salah satu negara yang mendukung adanya kesetaraan antar bangsa
bangsa di dunia. Hal ini ditemukan dalam pembukaan UUD NRI 1945 Alinea 1 disebutkan :
bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri
keadilan. Setiap bangsa di dunia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam dunia
internasional, suatu negara memiliki kesetaraan dan kesamaan derajat dengan negara lainnya.
Maka negara tersebut harus dihormati oleh negara lainnya.6
Ideologi dan politik adalah sesuatu yang diyakini oleh setiap manusia. Sering kali
antar individu satu dengan individu lainnya memiliki perbedaan dalam ideologi dan politik
yang ia anut. Perbedaan paham ideologi dan politik dapat menyebabkan pertikaian yang
terjadi di masyarakat. Pancasila sendiri sebagai ideologi bangsa Indonesia masih mendapat
tekanan dan ancaman dari ideologi asing yang berpotensi melunturkan nilai nilai Pancasila.
Permasalahan tentang ideologi ini juga merupakan hal yang krusial karena dalam praktiknya
sehari hari terdapat berbagai macam ancaman terhadap ideologi negara, misalnya
radikalisme, terorisme, liberalisme, dan komunisme.
6
Ketidakadilan Gender & Kekerasan Terhadap Perempuan Vol.II. (2018, November 23). Diambil pada 04
April, 2021, dari Masyarakat, Pemantau Peradilan Indonesia: http://mappifhui.org/2018/11/23/ketidakadilan-
gender-kekerasan-terhadap-perempuan-vol-ii/
27
Kesenjangan Sosial adalah suatu keadaan/ kondisi yang tidak seimbang dalam
kehidupan sosial masyarakat, baik individu maupun kelompok, dimana terjadi ketidakadilan/
ketidaksetaraan distribusi hal-hal yang dianggap penting dalam suatu masyarakat.
Kesenjangan sosial sering dikaitkan dengan adanya perbedaan yang nyata dari segi
finansial masyarakat mencakup kekayaan harta, kekayaan barang dan jasa dan
lainnya. Adanya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat dapat dilihat dari keberadaan
peluang dan manfaat yang tidak sama untuk posisi sosial yang berbeda dalam masyarakat.
Selain itu, kesenjangan sosial juga dapat ditandai dengan tidak seimbangnya barang
atau jasa, imbalan, kekayaan, kesempatan, dan hukum yang didapatkan masing-masing
individu.
Dalam kamus bahasa Indonesia, nilai adalah harga, angka kepandaian. Adapun
menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu
untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.
Dalam perspektif Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada tatanan
nilai-nilai dan kesejahteraan. Meskipun menempatkan konteks sosial sebagai dimensi nilai
dalam kepribadian manusia, tetapi spranger tetap mengakui kekuatan individual yang dikenal
dengan istilah “ roh subjektif” (subjective spirit) dan kekuatan nilai-nilai budaya merupakan
“roh objektif” (objevtive spirit). Roh objektif akan berkembang manakala didukung oleh roh
subjektif, sebaliknya roh subjektif terbentuk dan berkembang dengan berpedoman kepada roh
objektif yang diposisikan sebagai cita-cita yang harus dicapai.
28
Nilai memiliki sifat antara lain : bersifat abstrak dalam kehidupan manusia, memiliki
sifat normatif, dan memiliki fungsi sebagai daya dorong bagi manusia sebagai pendukung
nilai. Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama
tingginya. Menurut rendahnya, Nilai-nilai dapat di kelompokan dalam 4 tingkatan sebagai
berikut:7
1. Nilai-nilai kenikmatan
2. Nilai-nilai kehidupan
3. Nilai-nilai kejiwaan
4. Nilai-nilai kerohanian
Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam
perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji dan
mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Norma tersebut adalah perwujudan martabat
manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu
kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi.
29
Dilihat dari macamnya, nilai moral secara umum terbagi dalam berbagai jenis. Antara
lain;
1. Baik
Nilai moral baik adalah serangkaian bentuk nilai yang dikaitkan dengan kesesuaian antara
harapan dan tujuan hidup manusia dalam menjalankannya bisa ditinjaun dari kaidah sosial
masyarakat. Sangat nyata, mana yang salah dan yang baik.
Contohnya saja dalam kategori nilai moral yang baik ini seperti adanya tindakan seseorang
dalam monolong semasama yang membutuhkan satu sama lainnya. Atau prilaku seseorang
yang mengikuti gotong royong untuk memberihkan lingkungan.
2. Buruk
Jenis nilai moral selanjutnya adalah tentang keburukan, yang artinya lawan kata dengan
istilah kebaikan. Nilai ini dianggap menyimpang terhadap keteraturan sosial, selain itu
dampak yang ditimbulkan akan menciptakan berbagai arti masalah sosial yang akan terjadi.
Misalnya saja nilai ini seperti melakukan tinkan mencuri, korupsi, kulusi, nepostisme, dan
lain sebagainya. Sehingga dianggap masyarakat layak untuk memperoleh hukuman.
Contoh nilai moral yang berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan, yaitu:
Tindakan inilah sebagai rujuakan penjelas mengenai rasa penghormatan yang selalu di
munculkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang memiliki kebudayaan bangsa timur,
seperti Indonesia. Kemunculan berbicara di depan sebagai ilustrasi nyata prilaku moral yang
baik.
Contoh lainnya mengenai nilai moral ini seperti tindakan menunduk sesaat setelah melwati
orang-rang disekeliling. Berajalan yang menunduk sudah diajarkan oleh nenek moyang dan
juga sebagai harapan mendapatkan rasa penghormatan kepada orang yang lebih tua.
30
Nilai merupakan tatanan tertentu atau kriteria didalam diri individu yang dijadikan
dasar untuk mengevaluasi suatu sistem. Pertimbangan nilai adalah penilaian individu
terhadap suatu objek atau sekumpulan objek yang lebih berdasarkan pada sistem nilai tertentu
daripada hanya sekedar karakteristik objek tersebut.
Moral merupakan tatanan prilaku yang memuat nilai-nilai tertentu untuk dilakukan
individu dalam hubungannya dengan individu, kelompok, atau masyarakat. Moralitas
merupakan pencerminan dari nilai-nilai idealitas seseorang (Rogers, 1985). Dalam moralitas
terkandung aspek-aspek kognitif, afektif, dan prilaku ( Saffer, 1979).
Nilai dan moral adalah hal yang berkaitan erat satu sama lain. Nilai merupakan dasar
petimbangan bagi individu untuk melakukan sesuatu, sedangkan moral merupakan perilaku
yang seharusnya dilakukan atau dihindari tentang baik dan buruknya suatu perilaku. Maka
dengan memiliki pemahaman terhadap nilai nilai yang baik akan berpengaruh perilaku moral
seseorang. Artinya nilai tersebut akan diimplementasikannya dalam sebuah perilaku moral
dalam tindakannya.
31
Nilai dan moral penting bagi manusia untuk dijaga kebenaran dan kebaikannya dari
pengaruh yang dapat melunturkan nilai nilai tersebut. Permasalahan terhadap nilai dan moral
masyarakat haruslah menjadi perhatian bagi setiap orang tua untuk memperbaiki dan menjaga
nilai dan moralnya dari pengaruh negatif.
a. Pengertian Korupsi
Menurut Henry Campbell Black dalam Black’s Law Dictionary korupsi diartikan
sebagai “An act done with an intent to give some advantage inconsisten with official duty and
rights of others. The act of an official or fiduciary person who unlawfully and wrongffuly
uses his station or character to procure some benefit for himself or for another person,
contrary to duty and the rights of others” (Henry Campbell Black,1990).
Dalam hal ini korupsi dimaknai sebagai perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak
dari pihak-pihak lain, secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk
mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bersamaan
dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.Dengan demikian menurut Henry
Campbell Black korupsi merujuk kepada perbuatan yang berkaitan penyalahgunaan jabatan,
untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya atau orang lain dimana perbuatan yang
dilakukan bertentangan atau tidak sesuai dengan kewajibannya.
32
Korupsi yang dipahami oleh masyarakat secara umum sebagai hasrat buruk untuk
memperkaya diri dengan penyalahgunaan kewenangan atau perbuatan tercela lain, tentunya
bukan potret mati tanpa dapat ditelusuri latar belakang dan konsep-konsep ide yang melatar
belakangi munculnya tindak pidana tersebut. Dalam kerangka berfikir pelaku tentunya ada
dan ditentukan oleh motif-motif atau tujuan tertentu, yang mungkin bisa bersumber pada
permasalahan ekonomi, moral, politik bahkan budaya.
Dalam pengertian yuridis, pengertian korupsi tidak hanya terbatas kepada perbuatan
yang memenuhi rumusan delik dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
tetapi meliputi juga perbuatan-perbuatan lain yang memenuhi rumusan delik yang menurut
sifatnya merugikan masyarakat atau orang perseorangan. Ketentuan ini terlihat dari
bermacammacam tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-Undang No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Alatas dalam buku karya Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, dan Syarif Fadillah yang
berjudul “Strategi Pencegahan & Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi”
mengembangkan korupsi menjadi 7 (tujuh) tipologi (Chaerudin, 2009), yaitu sebagai berikut:
a. Korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan diantara seorang donor
dengan resipien untuk keuntungan kedua belah pihak;
b. Korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekanan dan pemaksaan untuk
menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau orang-orang yang dekat dengan pelaku
korupsi;
c. Korupsi investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang merupakan investasi untuk
mengantisipasi adanya keuntungan di masa datang;
33
d. Korupsi nepotisik, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus baik dalam
pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-proyek bagi keluarga dekat;
e. Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat keuntungan
karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders information) tentang berbagai
kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan;
f. Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang menjadi intrik
kekuasaan dan bahkan kekerasan; dan
g. Korupsi defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan diri dari
pemerasan.
a) Penyuapan
Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumlah
pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan tugas dan
tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa
berupa barang berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji tindakan, suara
atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan public.
b) Penggelapan (embezzlement) dan pemalsuan atau penggelembungan (froud).
Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang,
properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga dan
34
mengurus uang, properti atau barang berharga tersebut. Penggelembungan menyatu kepada
praktik penggunaan informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara suka rela.
c) Pemerasan (Extorion)
Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang
menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal ini pemangku
jabatan dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan.
d) Nepotisme (nepotism)
Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbagan
hubungan kekeluargaan, bukan karena kemampuannya. Kata nepotisme ini berasal dari kata
Latin nepos, berarti "keponakan" atau "cucu". Dalam UU RI No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme,
menyebutkan bahwa, nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara
melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas
kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara, (Pasal 1 Angka 5). Contoh nepotisme misalnya
seorang pejabat Negara mengangkat anggota keluarganya menduduki jabatan tertentu, tanpa
memperhatikan aturan hukum yang berlaku.
e) Gratifikasi
Gratifikasi adalah Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik
yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik (Penjelasan Pasal 12B UU
Pemberantasan Tipikor).
Pada UU 20/2001 setiap gratifikasi yang diperoleh pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap suap, namun ketentuan yang sama tidak berlaku apabila penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (KPK) yang wajib dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal gratifikasi tersebut diterima.
35
garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat dirinci menjadi:
Moral yang kurang kuat Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
Gaya hidup yang konsumtif Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya
hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk
memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
b. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan
bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk
korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya.
Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman
pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
2. Faktor Eksternal
Pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku, dapat dirinci
menjadi:
36
2.6.4 Nilai Nilai Antikorupsi
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini, daapat kita simpulkan beberapa hal, diantaranya yaitu:
1. Manusia sebagai makhluk sosial penting mempelajari mata kuliah Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar sebagai pedoman dan pengetahuan dalam memahami realita sosial yang
terjadi di masyarakat. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dapat memberikan pemahaman
konsep dan pengetahuan tentang kehidupan bermasyarakat.
2. Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara
jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk
sosial. Salah satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan
atau berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk
menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi,
yaitu suatu proses dimana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi
dalam masyarakat.
3. Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain
adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang
baik, benar dan adil. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Perkembangan budaya dan kebudayaan meliputi unsur unsurnya, jenisnya, wujudnya,
etika dan estetika dalam berbudaya, serta berbagai problematika yang membentuk
kebudayaan tersebut.
4. Keanekaragaman dan kesetaraan adalah hal yang harus saling mendukung satu sama lain.
Keanekaragaman dengan banyaknya perbedaan dibutuhkan adanya suatu pemahaman
tentang kesetaraan antar satu sama lain. Dengan adanya pemahaman tentang kesetaraan
akan menyebabkan keadilan satu sama lain. Problematika yang ada terkait dengan
stratifikasi dan diferensiasi sosial serta masalah dan kesenjangan lainnya dapat dicegah
38
dengan pemahaman tentang adanya kesetaraan terhadap setiap orang baik dalam hak
akses ekonomi, pendidikan, politik, dan lain lain.
5. Nilai dan moral adalah hal yang berkaitan erat satu sama lain. Nilai merupakan dasar
petimbangan bagi individu untuk melakukan sesuatu, sedangkan moral merupakan
perilaku yang seharusnya dilakukan atau dihindari tentang baik dan buruknya suatu
perilaku. Maka dengan memiliki pemahaman terhadap nilai nilai yang baik akan
berpengaruh perilaku moral seseorang. Artinya nilai tersebut akan diimplementasikannya
dalam sebuah perilaku moral dalam tindakannya.
3.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
40
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
41