Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

PENTINGNYA ISBD TERHADAP PEMANTAPAN KARAKTER

Nama : MAWAR BONITA BR MANIK


NIM : 200803019
Kelas : 2A
Dosen Pengampu: ROY FACHRABY GINTING SH M.KN

S1 MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan berkatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Makalah ini dibuat digunakan untuk memenuhi ujian Ilmu Sosial
Budaya Dasar manusia dan kebudayaan.
Makalah ini ditujukan kepada Bapak Roy Fachraby Ginting SH M.Kn
sebagai dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makalah ini membahas
tentang manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, keragaman dan kesetaraan, serta nilai dan moral
masyarakat.
Pada kesempatan ini saya selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Bapak Roy Fachraby selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang
semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Kabanjahe, 5 April 2021

Mawar Bonita Br Manik


DAFTAR ISI

BAB 1 PEMBUKAAN ....................................................................................................... 1


1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………..…3
2.1 Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar ........................................................................ 3
2.1.1 Pengertian ISBD ................................................................................................ 3
2.1.2 Visi dan Misi ISBD ........................................................................................... 4
Misi ISBD ................................................................................................................... 4
2.1.3 Tujuan umum dan tujuan khusus ISBD ............................................................. 4
2.2 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ........................................ 7
2.2.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu .................................................................. 7
2.2.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial ...................................................................... 9
2.3 Manusia Sebagai Makhluk yang Berbudaya ........................................................... 11
2.3.1 Pengertian Budaya dan Kebudayaan................................................................ 11
2.3.2 Unsur-Unsur dan Ciri-Ciri Kebudayaan .......................................................... 12
2.3.3 Tujuan dan Manfaat Manusia Berbudaya ................................................. 20
2.4 Keragaman dan Kesetaraan............................................................................... 22
2.4.1 Pengertian Keragaman ................................................................................... 222
2.4.2 Pengertian Kesetaraan ...................................................................................... 23
2.4.3 Tujuan dan Manfaat Keragaman dan Kesetaraan ..................................... 23
2.5 Nilai dan Moral Masyarakat ............................................................................. 23
2.5.1 Pengertian Nilai ............................................................................................... 23
2.5.2 Pengertian Moral .............................................................................................. 24
2.5.3 Tujuan dan Manfaat Manusia Memiliki Nilai dan Moral ......................... 24
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 25
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 25
3.2 Saran ....................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT PENULIS

i
BAB 1
PEMBUKAAN

1.1 Latar belakang

Ilmu sosial budaya dasar adalah suatu rangkaian pengetahuan mengenai


aspek-aspek yang paling mendasar dan menonjol yang ada di dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya dan
permasalahan–permasalahan yang bersifat ada .

Aspek lain dari pengantar ilmu sosial budaya dasar merupakan pengenalan
teori-teori ilmu sosial dan kebudayaan sehingga diekspektasikan seseorang
dapat memiliki wawasan keilmuan yang bersifat multidipsliner yang
bersangkutan dengan keagamaan, kesetaraan, dan manusia di dalam
kehidupan bersosialisasi.

Secara umum, ilmu sosial budaya dasar bertujuan untuk mengembangkan


kepribadian manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) dan sebagai
makhluk budaya (homo humanus), sehingga mampu menghadapi secara kritis
dan berwawasan luas masalah yang mengenai sosial budaya dan permasalahan
lingkungan sosial budaya, serta dapat menyelesaikannya dengan baik, tujuan
umum ilmu sosial budaya dasar ada beberapa yaitu yang pertama
pengembangan kepribadian manusia sebagai makhluk sosial dan makhlik
berbudaya, yang kedua kemampuan seseorang menanggapi secara kritis dan
berwawasan luas terhadap permasalahan sosial budaya dan permasalahan
lingkungan sosial budaya, dan yang terakhir ketiga adalah kemampuan di
dalam menyelesaikan secara baik, bijaksana dan obyektif permasalahan–
permasalahan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga secara umum kita harus memahami konsep–konsep dasar


mengenai manusia sebagai makhluk sosial, dan manusia sebagai makhluk
berbudaya memlki daya kritis, wawasan yang luas terhadap permasalahan
lingkungan sosial budaya.

Manusia sebagai makhluk berbudaya (homo humanus) artinya, manusia itu


makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna, karena sejak

1
lahir sudah di bekali dengan unsure akal (ratio), rasa (sense) yang
membedakannya dengan makhluk lainnya.

Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) artinya, manusia sebagai


individu tidak akan mampu hidup sendiri dan berkermbang sempurna tanpa
hidup bersama dengan individu manusia lainnya. Manusia harus hidup
bermasyarakat saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dalam
kelompoknya dan juga dengan individu di luar kelompoknya guna
memperjuangkan dan memenuhi kepentingannya.

1.2 Rumusan masalah


1. Memahami hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial budaya dasar.

2. Memahami ilmu sosial budaya dasar sebagai mata kuliah berkehidupan


bermasyarakat.

3. Memahami ilmu sosial budaya dasar sebagai komponen mata kuliah


umum.
4. Memahami masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar
2.1.1 Pengertian ISBD
Ilmu pengetahuan dikelompokan dalam beberapa kelompok.
Secara umum ilmu pengetahuan dikelompokan menjadi tiga yaitu ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan
budaya atau lebih umum disebut ilmu pengetahuan humaniora.
Pengelompokan ilmu pengetahuan ini yang mendasari pengembangan
Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu Budaya Dasar
ISD meliputi dua kelompok utama studi manusia dan masyarakat
dan studi lembaga sosial. Yang terutama terdiri atas psikologi, sosiologi,
dan antropologi, sedang yang kemudian terdiri atas ekonomi dan politik.
Sasaran studi ISD adalah aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang
terwujud dari padanya.

IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan


pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai
pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa
Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal
dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus.
Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa
menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan
mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi
lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia
sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi
humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities
disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai
manusia itu sendiri.

Sebagai integrasi Ilmu Sosial Dudaya Dasar (ISBD) memberikan


dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep.konsep budaya kepada
manusia sehingga mampu mengkaji masalah sosial dan budaya secara
arif. ISBD sebagai kajian masalah sosial, kemanusiaan dan budaya
sekaligus pula memberi dasar yang bersurnber dari dasar-dasar ilmu
sosial yang terintegrasi.
3
ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan
hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar
yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang
berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud daripadanya.

Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) adalah sebagai integrasi ISD


dan IBD yang memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-
konsep budaya kepada mahasiswa sehingga mampu mengkaji masalah
sosial dan kemanusiaan dan budaya, selanjutnya mahasiswa peka,
tanggap, kritis serta berempati atas solusi pernecahan masalah sosial dan
budaya secara arif.
ISBD sebagai kajian masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya
sekaligus pula memberi dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-
dasar ilmu sesuai yang terintegrasi. ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu
yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu pengetahuan mengenai
aspek-aspek yang palin dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial, yang berbudaya dan masalah-masalah yang terwujud
daripadanya.

2.1.2 Visi dan Misi ISBD


Visi ISBD
Membentuk mahasiswa selaku individu dan makhluk sosial yang
beradab, memiliki landasan pengetahuan, wawasan, serta keyakinan
untuk bersikap kritis, peka, dan arif dalam menghadapi persoalan sosial
dan budaya yang berkembang di masyarakat.
Misi ISBD
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang keragaman,
kesetaraan dan martabat manusia sebagai individu dan makhluk
sosial dalam kehidupan masyarakat
2. Memberikan dasar-dasar nilai estetika, etika, moral, hukum, dan
budaya sebagai landasan untuk menghormati dan menghargai
antara sesama manusia sehingga akan terwujud masyarakat yang
tertib, teratur, dan sejahtera
3. Memberikan dasar-dasar untuk memahami masalah sosial dan
budaya serta mampu bersikap kritis, analitis dan responsif untuk
memecahkan masalah tersebut secara arif di masyarakat.

2.1.3 Tujuan umum dan tujuan khusus ISBD


2.1.3.1 Tujuan umum ISBD
1. Pengembangan kepribadian manusia sebagai manusia
mahluk sosial dan mahluk budaya.
4
2. Kemampuan menanggapi secara kritis dan berwawasan luas
masalah sosial budaya dan masalah lingkungan sosial
budaya.
3. Kemampuan menyelesaikan secara halus, arif dan manusiawi
masalah-masalah tersebut.

2.1.3.2 Tujuan khusus ISBD


1. Mempertajam kepekaan terhadap sosial budaya dan lingkungan
sosial budaya terutama untuk kepentingan profesi.
2. Memperluas pandangan tentang masalah sosial budaya dan
masalah kemanusiaan serta mengembangkan kemampuan daya
kritis terhadap kedua masalah tersebut.
3. Menghasilkan calon pemimpin bangsa dan negara yang tidak
bersifat kedaerahan dan tidak terkotak-kotak oleh disiplin ilmu
yang ketat dalam menanggapi dan menangani masalah dan nilai-
nilai dalam lingkungan sosial budaya.
4. Meningkatkan kesadaran terhadap nilai manusia dan kehidupan
manusiawi.
5. Membina kemampuan berpikir dan bertindak objektif untuk
menangkal pengaruh negatif yang dapat merusak lingkungan
sosial budaya.
selain itu :

Mengembangkan kesadaran mahasiswa untuk menguasai


pengetahuan tentang keragaman dan kesetaraan manusia sebagai
individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat

Menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif pada mahasiswa dalam


memahami dan memecahkan masalah sosial-budaya dengan landasan
nilai estetika, etika, moral, dan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat

Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta


keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal hidup bermasyarakat,
selaku individu dan mahluk sosial yang beradab dalam mmpraktikkan
pengetahuan akademis dan keahliannya.

SEBERAPA PENDEKATAN DALAM ISBD :

Menurut Nuhman sumantri dalam ISBD diperlukan beberapa


penndekatan, yaitu :

1. Pendekatan interdisipliner
“Diharapkan agar mahasiswa dapat melihat masalah sosial dan
budaya secara lebih luas dan komprehensif, sehingga mereka
5
dikemudian hari dapat berperan serta memecahkan masalah-
masalah sosial”

2. Pendekatan monodisiplin
“Artinya menggunakan tertentu dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-
ilmu budaya secara terpisah (contoh : sejarah, hukum. geografi,
politik, sosiologi, antropolgi, seni, sastra, psykologi sosial)

4. Pendekatan multidisiplin
“Artinya dalam menyelesaikan masalah sosial , dan budaya
diperlukan pendekatan multidisiplin secara integratif, karena
msalah yang kompleks memerlukan kajian dari berbagai disiplin
ilmu , baik secara interdisipliner yang menggunakan berbagai
disiplin ilmu ilmu secara terpadu dalam mengkaji suatu
masalahmaupun crossdisipliner (menggunakan 2 disiplin dari sudut
pandang yang berbeda) atau transdisipliner (penggunaan berbagai
disiplin ilmu ari sudut pandang yang berbeda) untuk mengkaji
suatu masalah”

Philip H. Phenik (1964: 6-8) mengemukakan bahwa makna-makna


esensial yang melekat dalam kehidupan masyarakat dan budaya
manusia meliputi, yaitu :
Simbolik, meliputi bahasa, matematika, termasuk juga
isyarat-isyarat, upacara, tanda-tanda kebesaran, dan sebangsanya.
Makna simbolik ini sangat berarti dalam kehidupan bermasyarkat-
berbudaya manusia.

Empirik, mencakup ilmu kealaman, hayati, kemanusiaan.


Makna empirik ini mengembangkan kemampuan teoritis,
konseptual, analitis, generalisasi berdasarkan fakta-fakta, dan
kenyataan yang bisa diamati.

Estetik, meliputi berbagai seni seperti musik, karya seni,


ksenian, sastra dll.

Sinoetik, berkenaan dengan perasaan, kesan, penghayatan


dan kesadaran yang mendalam. Kedalam makna ini termasuk
empati, simpati dan sebangsanya.

Sinoptik, berkenaan dengan pengertian yang terpadu dan


mendalam seperti agama, filsafat.

6
Dengan demikian ISBD sebagai bagian dari general
education bukanlah sebuah disiplin ilmu, bukan pula merupakan
bagian dari disiplin ilmu budaya yang bertujuan untuk membina
mahasiswa untuk menjadi ahli ilmu sosial atau ahli ilmu budaya,
akan tetapi merupakan sebuah studi yang akan menggunakan
makna esensial disiplin ilmu sosial dan budaya sebagai alat
menganalisis untuk memecahkan masalah sosial dan budaya yang
ada dalam kehidupan masyarakat.

2.2 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial


2.2.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu
Manusia, mahluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut:
Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai
mahluk lain.Mahluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.

Individu mengandung arti orang seorang, pribadi, organisme yang


hidupnya berdiri sendiri. Secara fisiologis ia bersifat bebas, tidak
mempunyai hubungan organik dengan sesama.

Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens(Latin)


yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti
manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin, yaituindividum, yang
artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan
yang terkecil dan terbatas.

Secara kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya


selain sebagai mahluk individu, manusia berperan juga sebagai mahluk
sosial. Sebagai mahluk individu, manusia merupakan mahluk ciptaan
Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang tidak
dapat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.

Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan)


sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya.
Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha
mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat
individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal
terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah
bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan
untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Manusia adalah ciptaan Tuhan
dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain.
Individu berasal dari kata in dan devidea. Dalam Bahasa Inggris in
salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devidea artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam
bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak
7
terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan


rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan
sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam
dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang
tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.

Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak


ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata
masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah
perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor
yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa
individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau
karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor
fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi
alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana
eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi
sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang
lebih besar.

Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan


kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip)
yang saling berinteraksi terus-menerus.

Dalam keadaan status manusia sebagai mahluk individu, segala


sesuatu yang menyangkut pribadinya sangat ditentukan oleh dirinya
sendiri, sedangkan orang lain lebih banyak berfungsi sebagai pendukung.
Kesuksesan seseorang misalnya sangat tergantung kepada niat, semangat,
dan usahanya yang disertai dengan doa kepada Tuhan secara pribadi.
Demikian juga mengenai baik atau buruknya seseorang di hadapan
Tuhan dan dihadapan sesama manusia, itu semua sangat dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku manusia itu sendiri. Jika iman dan takwanya mantap
maka dihadapan Tuhan menjadi baik, tetapi jika sebaliknya, maka
dihadapan Tuhan menjadi jelek. Jika sikap dan perilaku individunya baik

8
terhadap orang lain, tentu orang lain akan baik pula terhadap orang
tersebut.
Konsekuensi (akibat) lainnya, masing-masing individu juga harus
mempertanggung jawabkan segala perilakunya secara moral kepada
dirinya sendiri dan kepada Tuhan. Jika perilaku individu itu baik dan
benar maka akan dinikmati akibatnya, tetapi jika sebaliknya, akan
diderita akibatnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia
sebagai individu yang sudah dewasa memiliki konsekuensi tertentu,
antara lain:
1. Merawat diri bersih, rapi, sehat dan kuat
2. Hidup mandiri
3. Berkepribadian baik dan luhur
4. Mempertanggungjawabkan perbuatannya
5. Supaya konsekuensi tersebut di atas dapat direalisasikan dalam
suatu kenyataan, maka masing-masing individu harus senantiasa:
6. Selalu bersih, rapi, sehat, dan kuat
7. Berhati nurani yang bersih
8. Memiliki semangat hidup yang tinggi
9. Memiliki prinsip hidup yang tangguh
10. Memiliki cita-cita yang tinggi
11. Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi alam
12. Berjiwa besar dan penuh optimis
13. Mengembangkan rasa perikemanusiaan
14. Selalu berniat baik dalam hati
15. Menghindari sikap statis, pesimis, pasif, maupun egois.

2.2.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri
manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia
kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa


berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa
menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
9
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
manusia.
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial
adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu,
kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling
pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita
ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari
hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu,
interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan,
saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas
semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut
1. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
2. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima
suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain
tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah
pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari
orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti
sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial
adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu
mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang
memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh
orang lain di luarnya.
3. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi
(sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
4. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan
berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
5. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup
sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai
kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain.
Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan

10
bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak
lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
6. Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk
hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan
integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan
manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia
untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial
merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang
saling membutuhkan.
7. Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa
tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah”
dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial,
kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam
bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib
mengayomi individu.

2.3 Manusia Sebagai Makhluk yang Berbudaya


2.3.1 Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta "buddhayah ", yang
merupakan bentuk jamak dari kata buddhi" yang berarti budi atau akal.
Dengan dernikian, kebudayaan dapat diartikan sebagai "halhal yang
bersangkutan dengan budi atau akal".

Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya


dengan kebudayaan, berasal dari kata latin "colere" yang berarti
mengolah atau mengerjakan (mengolah tanah atau bertani). Dari asal
arti tersebut yaitu "colere" kemudian "culture" diartikan sebagai segala
daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
MelvilleJ. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut Sebagai superorganic,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat. Kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

11
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.

Budaya Secara harfiah berasal dari bahasa Latin, yaitu colere


yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang.
Menurut Soerjanto Poespowardojo budaya adalah keseluruhan sistem
gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata Culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
2.3.2 Unsur-Unsur dan Ciri-Ciri Kebudayaan
Pada unsur-unsur kebudayaan, satuan terkecil namun dapat berupa
unsur besar yang membentuk suatu kebudayaan. Koentjaraningrat
(2015, hlm.2) berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan,
yaitu:
1. Sistem Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi manusia yang sangat
dibutuhkan dalam berbudaya. Bahkan, Koentjaraningrat berpendapat
bahwa bahasa atau sistem perlambangan manusia baik secara tertulis
maupun lisan yang digunakan adalah salah satu ciri terpenting dari
suatu kebudayaan suku bangsa.
Masih senada, Keesing berpendapat bahwa kemampuan manusia
dalam membangun tradisi budaya dan mewariskannya ke generasi
penerusnya sangatlah bergantung pada bahasa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa bahasa memiliki andil yang sangat signifikan
dalam menjadi salah satu unsur unsur budaya dari kebudayaan
manusia.

2. Sistem Pendidikan
Sejatinya kebudayaan adalah pengetahuan yang diikuti oleh
masyarakat penganutnya. Sehingga sistem pengetahuan dalam konteks
kultural universal sangatlah dibutuhkan. Misalnya, bagaimana sistem
peralatan hidup hingga sistem kalender pertaian tradisional yang
disebut sistem pranatamangsa telah digunakan sejak dahulu oleh
nenek moyang kita untuk menjalankan pertaniannya.
Menurut Marsono, sistem pranatamangsa tersebut telah digunakan
oleh masyarakat Jawa lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem tersebut
digunakan untuk menentukan kaitan tingkat curah hujan dengan
12
kemarau, sehingga petani akan mengetahui kapan saat yang tepat
untuk mengolah tanah, saat menanam dan masa panen yang baik.
Menurut Koentjaraningrat, sistem pengetahuan pada awalnya
belum menjadi pokok pembahasan dari penelitian antropologi (studi
budaya), karena para Ahli berasumsi bahwa suatu kebudayaan di luar
bangsa Eropa tidak mungkin memiliki sistem pendidikan yang lebih
maju. Namun, asumsi tersebut terpatahkan secara lambat laun, karena
tidak ada suatu masyarakat yang sanggup berbudaya atau bahkan
bertahan hidup jika tidak memiliki sistem pengetahuan yang
diwariskan kepada penerusnya.

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial


Unsur budaya berupa sistem ini merupakan usaha antropologi
untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui
kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat, setiap kelompok
masyarakat kehidupannya diatur oleh aturan-aturan dan adat istiadat
dari kesatuan yang ada di lingkungan sehari-hari masyarakat tersebut.

Satuan terkecil dari kelompok yang menghasilkan aturan dan adat


tersebut adalah keluarga inti. Kemudian, kesatuan lain yang lebih
besar dapat berupa letak geografis, suku, hingga kerajaan ataupun
kebangsaan.
Sistem kekerabatan dan organisasi sosial dapat dilihat melalui
beberapa cara mereka melakukan: jenis perkawinan, prinsip
menentukan pasangan (mencari jodoh), adat menetap, dan jenis
keluarga. Berikut adalah pemaparan sistem kekerabatan dan organisasi
sosial sebagai salah satu unsur dari unsur unsur budaya.
a. Jenis perkawinan
Perkawinan dapat memiliki beberapa jenis. Jenis yang
dimaksud adalah bagaimana hubungan perkawinan itu terjalin,
apakah hanya menikah dengan satu orang (monogami) atau dengan
beberapa pasangan? berikut pemaparan jenis-jenis perkawinan
menurut Marvin Harris.
1. Monogami, menikah dengan satu pasangan/orang saja.
2. Poligami, menikah dengan beberapa orang.
3. Poliandri, seorang perempuan yang menikahi lebih dari satu
pria.
4. Poligini, seorang pria yang menikah lebih dari satu perempuan.
5. Perkawinan kelompok, jenis perkawinan yang
memperbolehkan pria melakukan hubungan intim dengan
beberapa wanita satu sama lain.

13
6. Levirat, perkawinan antar janda dengan saudara laki-laki dari
suaminya yang telah meninggal.
7. Sororat, perkawinan antarseorang duda dengan saudara
perempuan istrinya yang telah meninggal.

b. Prinsip Jodoh Ideal


Selain jenisnya, perkawinan juga dapat memiliki prinsip jodoh
ideal yang ditetapkan oleh suatu budaya. Berikut adalah beberapa
prinsip jodoh ideal yang diketahui.
1. Prinsip Endogami, prinsip yang memilih jodoh atau calon
pasangan perkawinan dari kerabatnya sendiri. Misalnya
masyarakat Jawa Kuno biasanya cenderung memilih pasangan
dari sepupu jauh untuk menjaga kemurnian kebangsawanan
atau kasta pada masyarakat Bali.
2. Prinsip Eksogami, merupakan prinsip yang memilih calon
pasangan yang berasal dari luar kerabat atau klan. Masyarakat
Batak menerapkan prinsip ini dengan memilih marga lain yang
disebut dengan konsep dalihan na tolu.

c. Adat Menetap
Setelah perkawinan berlangsung tempat menetap atau
tinggal juga menjadi bahasan unsur kekerabatan. Koentjaraningrat
mengatakan bahwa terdapat tujuh macam adat menetap setelah
menikah, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Utrolokal, kebiasaan menetap di sekitar kerabat suami atau
istri.
2. Virilokal, adat yang menetapkan pengantin harus menetap di
sekitar kediaman kerabat suami.
3. Uxorilokal, adat yang menetapkan pengantin menetap di
sekitar kediaman kerabat istri.
4. Biolokal, adat yang menetapkan pengantin harus menetap di
sekitar kediaman kerabat suami dan istri secara bergantian.
5. Avunlokal, adat yang menetapkan pengantin untuk tinggal di
sekitar tempat kediaman saudara laki-laki dari suami ibu.
6. Natolokal, adat yang menetapkan pengantin untuk tinggal
terpisah dan suami tinggal di rumah kerabatnya.
7. Neolokal, adat yang menetapkan pengantin untuk tinggal di
kediaman baru yang tidak dekat dengan kedua kerabat
pengantin (suami ataupun istri).

14
d. Jenis Keluarga: Keluarga Batih (Inti), Konjugal, dan Keluarga
Luas
Melalui perkawinan terbentuk keluarga batih, yaitu
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga
batih/keluarga inti atau nuclear family adalah kelompok
terkecil dari masyarakat yang didasarkan atas hubungan darah
dari anggotanya. Berikut ini adalah beberapa jenis keluarga:
1. Keluarga batih (inti), terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anaknya.
2. Keluarga konjugal, keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
yang terdapat interaksi dengan kerabat salah satu atau dua
pihak orang tua ayah dan ibu dari keluarga inti.
3. Keluarga luas, meliputi hubungan antara paman, bibi,
kakek, keluarga kakek, dsb

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi


Sistem peralatan dan teknologi adalah salah satu unsur kebudayaan
yang menjadi perhatian awal dari para antropolog dalam memahami
kebudayaan manusia. Rasanya jelas alasannya, karena peralatan
hidup dan teknologi yang mereka gunakan akan banyak memberikan
informasi mengenai kehidupan sehari-hari dari masyarakat.

5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup


Sistem ini menjadi fokus kajian penting dari etnografi. Bagaimana
masyarakat mencari mata pencaharian atau bagaimana sistem
perekonomian mereka dapat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
hidup masyarakatnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional
meliputi: 1) berburu dan meramu; 2) beternak; 3) bercocok tanam di
ladang; 4) menangkap ikan; 5) bercocok tanam, menetap dengan
sistem irigasi.

Namun setelah terpengaruh oleh arus modernisasi dengan patokan


utama berkembangnya sistem industri, pola hidup manusia berubah
dan tidak hanya mengandalkan mata pencaharian tradisional. Di
dalam masyarakat modern, individu masyarakat lebih banyak
mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari
pekerjaan untuk mendapatkan upah.

6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan
fungsi religi dalam masyarakat adalah dua pertanyaan berikut: 1)
mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau
15
supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia?, 2)
Mengapa manusia melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan
mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural
tersebut?
Usaha menjawab kedua pertanyaan tersebutlah yang menjadi
penyebab lahirnya sistem religi. Selain itu, pendekatan antropologi
dalam memahami unsur sistem religi tidak dapat dipisahkan
dari religious emotion atau emosi keagamaan.
Emosi keagamaan adalah perasaan dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat
religius. Emosi keagamaan ini pula yang memunculkan konsep benda-
benda sakral dalam kehidupan manusia.

7. Kesenian
Perhatian antropologi terhadap seni bermula dari penelitian
etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional.
Data yang dikumpulkan berupa deskripsi mengenai benda-benda atau
artifak yang memuat unsur seni seperti: patung, ukiran, dan hiasan.
Awalnya, teknis pembuatan adalah hal yang paling diperhatikan.
Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian
mendalam mengenai teks, simbol dan kepercayaan yang
menyelubungi seni dalam berbagai wujudnya mulai dari seni rupa,
tari, drama, dikaji dan diteliti pula.
Dalam kebudayaan, kita harus memiliki etika dan estetika dalam
berbudaya

Etika Manusia dalam Berbudaya


Kata etika berasal dari bahasa yunani, yaitu etos, secara etimologis
etika adalah ajaran tentang baik-buruk, yang diterima umum tentang
sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Etika bisa disamakan
artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin), akhlak atau
kesusilaan. Etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada
pokoknya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan
predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk. dalam hal ini,
etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai etika itu sendiri
berkaitan dengan baik-buruk perbuatan manusia. Namun, etika
memiliki makna yang bervariasi, bertens menyebutkan ada tiga jenis
makna etika sebagai berikut.
a. Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.

16
b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud di
sini adalah kode etik).
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk. disini
etika sama artinya dengan filsafat moral.
Etika sebagai nilai dan dan norma etik atau moral berhubungan
dengan makna etika yang pertama. Nilai-nilai etik adalah nilai tentang
baik buruk kelakuan manusia. Nilai etik diwujudkan kedalam norma
etik, norma moral atau norma kesusilaan. Norma etik berhubungan
dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi. pendukung norma etik adalah nurani individu dan bukan
manusia sebagai makhluk social atau sebagai anggota masyarakat
yang terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan
hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.

Norma etik ditujukan kepada umat manusia agar terbetuk kebaikan


akhlak pribadi guna pnyempurnaan bentuk manusia dan melarang
manusia melakukan perbuatan jahat. membunuh, berzinah, mencuri
dan sebagainya, tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan dengan
norma kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia. Norma etik hanya
membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban saja.

Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang
bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir. Tetapi
ditunjukan kepada sikap batin manusia. Batinnya sendirilah yang
mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan dengan
sanksi itu. kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian
atau penipuan, maka akan timbullah dalam hati nurani si pelanggar itu
penyesalan, rasa malu, takut, dan merasa bersalah. Daerah berlakunya
norma etik relative universal, meskipun tetap dipengaruhi oleh
ideology masyarakat pendukungnya. Perilaku membunuh adalah
perilaku yang amoral, asusila, atau tidak etis. Pandangan ini bisa
diterima oleh dimana saja atau universal. Namun, dalam hal tertentu,
perlaku seks bebas bagi masyarakat penganut kebebasan kemungkinan
bukan perilaku amoral. Etika masyarakat timur mungkin berbeda
dengan etika masyarakat barat.

17
Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam
berprilaku. Dengan norma etik, manusia bisa membedakan mana
perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. norma etik menjadi
semacam das-sollen untuk berperilaku baik. manusia yang beretika
berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma-norma etik.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia.
manusia yang beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki
nilai-nilai etik pula. Etika berbudaya mengandung tuntutan/keharusan
bahwa budaya yang dicptakan manusia mengandung nili-nilai rtik
yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar
orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang
mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatkan
harkat dan martabat manusia itu sendiri. sebaliknya, budaya yang
tidak beretika adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau
bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan.

Namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang


dihasilkan manusia itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah menyimpang
dari nilai etika adalah bergantug dari paham atau ideology yang
diyakini masyarakat pendukung kebudayaan. hal ini dikarenakan
berlakunya nilai-nilai etik bersifat universal, namun amat dipengeruhi
oleh ideology masyarakatnya. Contohnya, budaya perilaku berduaan
di jalan antara sepasang muda mudi, bahkan bermesraan di depan
umum. masyarakat individu menyatakan demikian bukanlah perilaku
tidak etis, tetapi aka nada sebagiano orang atau masyarakat yang
berpandangan hal tersebut merupakan penyimpangan etik.

Estetika manusia dalam berbudaya


Etika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni.
Estetika berkaitan dengan nilai-nilai jelek (tidak indah). Nilai estetika
berarti nilai tentang keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara
luas, secara sempit dan estetik murni.
a. Secara luas, keindahan mengandung nilai kebaikan. bahwa segala
sesuatu yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang
mengandung ide kebaikan adalah indah. Keindahan dalam arti luas
meliputi banyak hal ,seperti watak yang indah, hukum yang indah,
ilmu yang indahdan kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas

18
mencakup hampir seluruh yang ada.apakah merupakan hasil seni,
alam moral, dan intelektual.
b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup presepsi
penglihatan (bentuk dan warna).
c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang
dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya
melalui penglihatan, pendengaran, peradapan, dan perasaan, yang
semuanya dapat menimbulkan presepsi (anggapan) indah.
Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan
dengan nilai yang berkitan dengan baik-buruk, sedangkan estetika
yang berkaitan dengan indah jelek. Sesuatu yang estetik berarti
memenuhi unsure keindahan (secara estetik murni maupun secara
sempit, baik dalam bentuk warna, garis kata, ataupun nada). budaya
yang estetik berarti budaya itu memiliki unsure keindahan.

Apabila nilai etik bersifat relative universal, dalam arti bisa


diterima banyak orang, Namun nilai estetik amat subjektif dan
particular. sesuatu yang indah bagi seseorang belum tentu indah bagi
orang lain. Misalkan dua orang memandang sebuah lukisan, orang
pertama akan mengakui keindahan yang terkandung di dalam lukisan
tersebut, namun bisa jadi orang kedua sama sekali tidak menemukan
keindahan di lukisan tersebut.

Oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada


orang lain. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui
keindahan sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita, nilai-nilai
estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan. Budaya sebagai
hasil karya mausia sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi unsure
keindahan. manusia sendiri memang suka akan keindahan. disinilah
manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. Semua budaya
pastilah dipandang memiliki nilai-nilai estetik bagi masyarakat
pendukung budaya tersebut. hal-hal yang indah dan kesukaannya pada
keindahan diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.

Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang di pandang


indah oleh masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat
budaya lain. contohnya, budaya suku-suku bangsa di Indonesia.

19
Tarian suatu suku berikut penari mungkin dilihat tidak ada nilai
estetikanya, bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku lain,
demikian pula sebaliknya.

Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam


berbudaya harus memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu
estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia untuk menghargai
keindahan budaya yang dihasilkan oleh manusia lainnya. Keindahan
adalah subjektif. Tetapi kita akan dapat melepas subjektivitas kita
untuk melihat adanya estetik.

Ciri-ciri dan jenis kebudayaan


Adapun ciri kebudayaan sebagai berikut.
1. Merupakan peninggalan sejarah.
2. Bersifat dapat dipelajari.
3. Adanya unsur kepercayaan.
4. Kebudayaaan hidup dan berkembang dilingkungan masyarakat.
5. Terdiri unsur kebudayaan yang asli dan tradisional.
6. Kebudayaan daerah yang diakui secara nasional.
7. Bersifat kedaerahan dan mengandung adat istiadat.
8. Terdapat bahasa dan ciri khas dari suatu daerah.

2.3.3 Tujuan dan Manfaat Manusia Berbudaya


1. Menjadi Kekayaan Budaya Bangsa
Dengan menjadi satu kesatuan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia, berabgai macam budaya yang terbentang dari
Sabang hingga Merauke menjadi kekayaan Indonesia. Kekayaan
budaya yang ada, dilindungi pemerintah dengan undang-undang
sekaligus mendorong pelestarian kebudayaan daerah.

2. Mempererat Persatuan dan Kesatuan Indonesia


Bahasa daerah merupakan salah satu unsur penting dalam
membangun suatu kebudayaan. Bahasa daerah menjadi identitas
dan alat komunikasi bagi masyarakat penggunanya. Bahasa juga
mencerminkan jati diri kelompok suatu suku bangsa.
Hal ini perlu menjadi perhatian dari kita semua untuk
melestarikan kekayaan bangsa ini agar tidak punah.
Upaya yang dapat diilakukan antara lain:
1. Mengajarkan bahasa daerah oleh orang tua kepada anak-
anaknya dan menggunakan secara aktif di rumah untuk
berkomunikasi dengan seluruh anggota keluarga.
20
2. Menggunakan bahasa daerah dalam pendidikan terutama untuk
kelas-kelas awal.
3. Kebijakan penggunaan dan pelestarian daerah oleh pemerintah.

3. Memperluas Toleransi dan Wawasan Masyarakat Tentang


Keragaman Budaya
Menghargai perbedaan saat bermasyarakat, berada di
sekolah dan lingkungan kerja menjadi penting. Indonesia adalah
negara multikultural, tapi bukan negara multikulturalis. Karena itu
multikulturalisme tidak menjadi solusi dalam pengelolaan
keragaman di Indonesia.
Toleransi perlu ditengah masyarakat yang berbeda-beda.
Perbedaan adalah keniscayaan dalam masyarakat. Sebagaimana
mestinya seorang saudara, maka tidak boleh untuk saling
menjatuhkan karena dia atau mereka berbeda. Terutama, untuk
membuat keberagaman di Indonesia tetap berjalan.
Di negara yang lainnya, tentu tidak memiliki keberagaman
yang begitu banyak. Memang, tugas masyarakat Indonesia saat ini
cukup berat. Karena, harus menjaga keberagaman ini agar tetap
lestari.
Menerima perbedaan antara suku, agama dan kebudayaan
dapat dimulai dengan lingkungan sekitar terlebih dahulu. Buat
lingkungan masyarakat yang nyaman, tentram dan aman.
Kemudian, sampaikan kepada saudara yang lainnya bahwa hal ini
penting untuk dilakukan.

4. Menjadi Daya Tarik Wisata


Setiap daerah memiliki budayanya masing-masing dan
tentunya berbeda-beda. Bahkan di suatu daerah kita bisa
menemukan kelompok-kelompok yang menggunakan bahasa yang
benar-benar berbeda dengan latar belakang sejarah yang berbeda.
Biasanya setiap budaya memiliki peninggalan bersejarahnya
masing-masing. Tentu peninggalan bersejarah ini akan sangat baik
bagi daerah tersebut untuk dijadikan objek wisata seperti museum,
monumen, dan tempat wisata lainnya.
Sadar atau tidak, wisatawan yang berkunjung ke Indonesia
bukan semata-mata karna kekayaan alamnya yang begitu indah tapi
juga karena Indonesia kaya akan budaya yang tidak mungkin kita
temukan di negara lain. Wisatawan asing begitu takjub dengan
beragam kebudayaan yang ada di negara kita yang begitu kental,
sebut saja Bali, Yogya dan Toraja. Setiap tahunnya ada jutaan turis
asing yang memilih tempat-tempat ini untuk dijadikan tujuan,
bukan hanya untuk berwisata tapi juga menambah pengetahuan.

5. Menjadi Warisan Budaya Dunia


21
Sebagai bagian dari bangsa-bangsa yang ada di dunia,
Indonesia menjadi unsur untuk memelihara kebudayaan manusia di
dunia. Suatu kebudayaan tentunya terdiri dari berbagai macam hal
yang berhubungan dengan daerah asalnya. Unsur-unsur budaya
Mulai dari bahasa, busana, tarian, kuliner, rumah adat, bahkan
mitos-mitos dan ada kepercayaan yang berbeda.
Beberapa budaya Indonesia yang telah diakui dunia sebagai
warisan budaya diantaranya adalah pencak silat, batik, keris,
perahu pinisi, gamelan, dan sistem irigasi persawahan tradisional
asal Bali yang bernama subak.

2.4 Keragaman dan Kesetaraan


2.4.1 Pengertian Keragaman
Keragaman berasal dari kata ragarn. Keragaman menunjukkan
adanya banyak macam, banyak jenis. Keragaman manusia
dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu
ada karena manusia adalah makhluk individu Yang setiap individu
memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari
sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan
hasrat. Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial Yang
membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan
hidup juga beragam. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda
dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam ras, suku, agama,
budaya, ekonomi, Status sosial, jenis kelamin, j enig tempat tinggal.
Hal-hal demikian dikatakan sebagai unsur-unsur Yang membentuk
keragarnan dalam masyarakat. Keragaman individual maupun sosial
adalah implikasi dari kedudukan manusia, baik sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ragam berarti (l)
Sikap, tingkah laku, Cara; (2) macam, jenis; (3) musik, lagu, langgam;
(4) warna, corak; (5) laras (tata bahasa).
Keragaman menunjukkan adanya banyak macam atau banyak
jenis. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia
memiliki perbedaan. Perbedaan ini ada karena manusia adalah
makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas
tersendiri. Perbedaan ini terutama ditiniau dari sifat-sifat pribadi
misalnya, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang
membentuk kelompok persekutuan hidup. Masyarakat sebagai
persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan
misalnya, dalam hal ras, suku, agarna, budaya, ekonomi, status sosial,
jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan lain-lain. Keragaman

22
individual maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia,
baik sebagai makhluk individu maupun sosial, Kita sebagai individu
akan berbeda dengan seseorang sebagai individu yang lain. Demikian
pula kita sebagai bagian dari suatu masyarakat memiliki perbedaan
dengan masyarakat lainnya.
2.4.2 Pengertian Kesetaraan
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan
juga dapat disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan,
pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama,
tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk
Tuhan memiliki tingkat atau kdudukan yang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua
manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang
sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding
makhluk lain. Dihadapan Tuhan, semua manusia adalah sama derajat,
kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan nantinya adalah
tingkatan ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.

2.4.3 Tujuan dan Manfaat Keragaman dan Kesetaraan


1. Menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan.
2. Meningkatkan rasa kebersamaan.
3. Menjaga hubungan silaturahmi

2.5 Nilai dan Moral Masyarakat


2.5.1 Pengertian Nilai
Dalam kamus bahasa Indonesia, nilai adalah harga, angka
kepandaian. Adapun menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu
tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan
memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.
Dalam perspektif Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan
berakar pada tatanan nilai-nilai dan kesejahteraan. Meskipun
menempatkan konteks sosial sebagai dimensi nilai dalam kepribadian
manusia, tetapi spranger tetap mengakui kekuatan individual yang
dikenal dengan istilah “ roh subjektif” (subjective spirit) dan kekuatan
nilai-nilai budaya merupakan “roh objektif” (objevtive spirit). Roh
objektif akan berkembang manakala didukung oleh roh subjektif,

23
sebaliknya roh subjektif terbentuk dan berkembang dengan berpedoman
kepada roh objektif yang diposisikan sebagai cita-cita yang harus dicapai.
Menurut Harrocks, Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan
individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang
dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.
Dalam buku psikologi perkembangan peserta didik oleh Prof.
Sinolungan mengatakan nilai adalah suatu yang diyakini kebenarannya,
dipercayai dan dirasakan kegunaannya, serta diwujudkan dalam sikap
atau perilakunya. Jadi, nilai bersifat normatif, suatu keharusan yang
menuntut diwujudkan dalam tingkah laku, misalnya nilai kesopanan dan
kesederhanaan. Misalnya, seseorang yang selalu bersikap sopan santun
akan selalu berusaha menjaga tutur kata dan sikap sehingga dapat
membedakan tindakan yang baik dan yang buruk. Dengan kata lain,
nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong
oleh moral, baru kemudian akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-
nilai tersebut.
2.5.2 Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin Mores yang artinya tata cara
dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Maksud moral adalah
sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia
mana yang baik dan wajar. Moral merupakan kaidah norma dan pranata
yang mengatur perilaku individu dalam kehidupannya dengan kelompok
sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang
ditentukan bagi individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan
aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan
kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral
diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan,
ketertiban, dan keharmonisan.
2.5.3 Tujuan dan Manfaat Manusia Memiliki Nilai dan Moral
1. Berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi
diri sendiri dan sesama sebagai bagian dari masyarakat.
2. Menarik perhatian pada permasalahan-permasalahan moral yang
kurang ditanggapi manusia.
3. Dapat menjadi penarik perhatian manusia kepada gejala
“pembiasaan emosional”
4. Memberikan batasan kepada manusia untuk bertindak tidak
berlebihan yang dapat membahayakan orang lain karena hukum
diciptakan untukmemberikan kenyamanan antar sesama.

24
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) adalah sebagai integrasi ISD dan IBD
yang memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya
kepada mahasiswa sehingga mampu mengkaji masalah sosial dan kemanusiaan
dan budaya, selanjutnya mahasiswa peka, tanggap, kritis serta berempati atas
solusi pernecahan masalah sosial dan budaya secara arif.
Manusia sebagai makhluk individual yaitu kesatuan aspek jasmani dan
rohani atau fisik dan psikologis. Manusia sebagai makhluk sosial karena manusia
memang tidak bisa hidup sendiri karena ia membutuhkan orang lain untuk
mendukung kehidupannya. Manusia harus menjalankan konsekuensi sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.

Di dalam kehidupan juga kita tidak luput dari sebuah permasalahan yang
ada di mulai dari masalah sosial, masalah keluarga, masalah budaya,masalah
tingkah laku itu semua disebabkan akibat tingkah laku seseorang
sendiri,sementara masalah sosial disebabkan karena adanya perbedaan dalam
tingkat perkembangan kebudayaan, sifat kependudukannya dan keadaan
lingkungan sekitarnya sehngga kita harus menempatkan diri dengan sebaik –
baiknya berbaur dengan yang bak agar dapat berfikir dan mengarjakan sesuatu
denga cara positif.

Begitu banyak jenis budaya di Indonesia, yang paling penting kita miliki
adalah etika dalam berbudaya sehingga dapat saling menghargai satu dengan
lainnya. Tetap pada samboyan Bhineka Tungggal Ika, yang bermakna berbeda-
beda tetapi tetap satu. Jika samboyan tersebut kita junjung tinggi, maka kita dapat
disebut sebagai manusia yang bernilai dan bermoral.

3.2 Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran
dan menambah wawasan kita tentang Ilmu Sosial Budaya Dasar serta
perkembangannya dari waktu ke waktu, lebih jauhnya penyusun berharap
dengan memahami kebudayaan kita semua dapat menyikapi segala kemajuan
dan perkembangannya sehingga dapat berdampak positif bagi kehidupan kita
semua

25
DAFTAR PUSTAKA

Azenismail, 2010, Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, diakses
online pada 5 April 2021<
<https://azenismail.wordpress.com/2010/05/14/manusia-sebagai-
makhluk-individu-dan-makhluk-sosial/>

Ihsanulriyadh, 2015, Etika dan Estetika Berbudaya, diakses online pada 5 April
2021
< http://ihsanulriyadh.blogspot.com/2015/01/etika-dan-estetika-
berbudaya.html?m=1>

Mulyono, 2020, Keberagaman Masyarakat di Indonesia, diakses online pada 5


April 2021
< https://indomaritim.id/bentuk-keberagaman-masyarakat-di-
indonesia/>

Mulyono, 2020, Manfaat Keragaman Sosial Budaya Indonesia, diakses online


pada 5 April 2021
< https://indomaritim.id/manfaat-keragaman-sosial-budaya-
indonesia/>

Yunipedia, 2017, Problematika Kebudayaan, diakses online pada 5 April 2021


<http://yunipedia.blogspot.com/2017/05/problematika-
kebudayaan.html?m=1>

Nasution, Muhammad Syukri Albani. 2015. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta.
PT RajaGrafindo Persada.
RIWAYAT PENULIS

Nama: : Mawar Bonita Br Manik


Tempat Tanggal Lahir : Kabanjahe, 24 Februari 2002
Alamat : Jl. Simpang Singa Gg Melati VII
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : WNI
Status Perkawinan : Belum kawin
Email : mawarbonita3020@gmail.com
Nomor Hp : 081370163333

Jenjang Nama Sekolah/ Perguruan Tinggi Tahun Tahun


Pendidikan Masuk Lulus
SD SD SANTO XAVERIUS 1 KABANJAHE 20O8 2014
SMP SMP NEGERI 1 KABANJAHE 2014 2017
SMA SMA NEGERI 1 KABANJAHE 2017 2020
S-1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020 -

Anda mungkin juga menyukai