S1 MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan berkatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Makalah ini dibuat digunakan untuk memenuhi ujian Ilmu Sosial
Budaya Dasar manusia dan kebudayaan.
Makalah ini ditujukan kepada Bapak Roy Fachraby Ginting SH M.Kn
sebagai dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makalah ini membahas
tentang manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, keragaman dan kesetaraan, serta nilai dan moral
masyarakat.
Pada kesempatan ini saya selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Bapak Roy Fachraby selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang
semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
i
BAB 1
PEMBUKAAN
Aspek lain dari pengantar ilmu sosial budaya dasar merupakan pengenalan
teori-teori ilmu sosial dan kebudayaan sehingga diekspektasikan seseorang
dapat memiliki wawasan keilmuan yang bersifat multidipsliner yang
bersangkutan dengan keagamaan, kesetaraan, dan manusia di dalam
kehidupan bersosialisasi.
1
lahir sudah di bekali dengan unsure akal (ratio), rasa (sense) yang
membedakannya dengan makhluk lainnya.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar
2.1.1 Pengertian ISBD
Ilmu pengetahuan dikelompokan dalam beberapa kelompok.
Secara umum ilmu pengetahuan dikelompokan menjadi tiga yaitu ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan
budaya atau lebih umum disebut ilmu pengetahuan humaniora.
Pengelompokan ilmu pengetahuan ini yang mendasari pengembangan
Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu Budaya Dasar
ISD meliputi dua kelompok utama studi manusia dan masyarakat
dan studi lembaga sosial. Yang terutama terdiri atas psikologi, sosiologi,
dan antropologi, sedang yang kemudian terdiri atas ekonomi dan politik.
Sasaran studi ISD adalah aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang
terwujud dari padanya.
1. Pendekatan interdisipliner
“Diharapkan agar mahasiswa dapat melihat masalah sosial dan
budaya secara lebih luas dan komprehensif, sehingga mereka
5
dikemudian hari dapat berperan serta memecahkan masalah-
masalah sosial”
2. Pendekatan monodisiplin
“Artinya menggunakan tertentu dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-
ilmu budaya secara terpisah (contoh : sejarah, hukum. geografi,
politik, sosiologi, antropolgi, seni, sastra, psykologi sosial)
4. Pendekatan multidisiplin
“Artinya dalam menyelesaikan masalah sosial , dan budaya
diperlukan pendekatan multidisiplin secara integratif, karena
msalah yang kompleks memerlukan kajian dari berbagai disiplin
ilmu , baik secara interdisipliner yang menggunakan berbagai
disiplin ilmu ilmu secara terpadu dalam mengkaji suatu
masalahmaupun crossdisipliner (menggunakan 2 disiplin dari sudut
pandang yang berbeda) atau transdisipliner (penggunaan berbagai
disiplin ilmu ari sudut pandang yang berbeda) untuk mengkaji
suatu masalah”
6
Dengan demikian ISBD sebagai bagian dari general
education bukanlah sebuah disiplin ilmu, bukan pula merupakan
bagian dari disiplin ilmu budaya yang bertujuan untuk membina
mahasiswa untuk menjadi ahli ilmu sosial atau ahli ilmu budaya,
akan tetapi merupakan sebuah studi yang akan menggunakan
makna esensial disiplin ilmu sosial dan budaya sebagai alat
menganalisis untuk memecahkan masalah sosial dan budaya yang
ada dalam kehidupan masyarakat.
8
terhadap orang lain, tentu orang lain akan baik pula terhadap orang
tersebut.
Konsekuensi (akibat) lainnya, masing-masing individu juga harus
mempertanggung jawabkan segala perilakunya secara moral kepada
dirinya sendiri dan kepada Tuhan. Jika perilaku individu itu baik dan
benar maka akan dinikmati akibatnya, tetapi jika sebaliknya, akan
diderita akibatnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia
sebagai individu yang sudah dewasa memiliki konsekuensi tertentu,
antara lain:
1. Merawat diri bersih, rapi, sehat dan kuat
2. Hidup mandiri
3. Berkepribadian baik dan luhur
4. Mempertanggungjawabkan perbuatannya
5. Supaya konsekuensi tersebut di atas dapat direalisasikan dalam
suatu kenyataan, maka masing-masing individu harus senantiasa:
6. Selalu bersih, rapi, sehat, dan kuat
7. Berhati nurani yang bersih
8. Memiliki semangat hidup yang tinggi
9. Memiliki prinsip hidup yang tangguh
10. Memiliki cita-cita yang tinggi
11. Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi alam
12. Berjiwa besar dan penuh optimis
13. Mengembangkan rasa perikemanusiaan
14. Selalu berniat baik dalam hati
15. Menghindari sikap statis, pesimis, pasif, maupun egois.
10
bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak
lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
6. Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk
hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan
integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan
manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia
untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial
merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang
saling membutuhkan.
7. Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa
tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah”
dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial,
kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam
bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib
mengayomi individu.
11
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
2. Sistem Pendidikan
Sejatinya kebudayaan adalah pengetahuan yang diikuti oleh
masyarakat penganutnya. Sehingga sistem pengetahuan dalam konteks
kultural universal sangatlah dibutuhkan. Misalnya, bagaimana sistem
peralatan hidup hingga sistem kalender pertaian tradisional yang
disebut sistem pranatamangsa telah digunakan sejak dahulu oleh
nenek moyang kita untuk menjalankan pertaniannya.
Menurut Marsono, sistem pranatamangsa tersebut telah digunakan
oleh masyarakat Jawa lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem tersebut
digunakan untuk menentukan kaitan tingkat curah hujan dengan
12
kemarau, sehingga petani akan mengetahui kapan saat yang tepat
untuk mengolah tanah, saat menanam dan masa panen yang baik.
Menurut Koentjaraningrat, sistem pengetahuan pada awalnya
belum menjadi pokok pembahasan dari penelitian antropologi (studi
budaya), karena para Ahli berasumsi bahwa suatu kebudayaan di luar
bangsa Eropa tidak mungkin memiliki sistem pendidikan yang lebih
maju. Namun, asumsi tersebut terpatahkan secara lambat laun, karena
tidak ada suatu masyarakat yang sanggup berbudaya atau bahkan
bertahan hidup jika tidak memiliki sistem pengetahuan yang
diwariskan kepada penerusnya.
13
6. Levirat, perkawinan antar janda dengan saudara laki-laki dari
suaminya yang telah meninggal.
7. Sororat, perkawinan antarseorang duda dengan saudara
perempuan istrinya yang telah meninggal.
c. Adat Menetap
Setelah perkawinan berlangsung tempat menetap atau
tinggal juga menjadi bahasan unsur kekerabatan. Koentjaraningrat
mengatakan bahwa terdapat tujuh macam adat menetap setelah
menikah, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Utrolokal, kebiasaan menetap di sekitar kerabat suami atau
istri.
2. Virilokal, adat yang menetapkan pengantin harus menetap di
sekitar kediaman kerabat suami.
3. Uxorilokal, adat yang menetapkan pengantin menetap di
sekitar kediaman kerabat istri.
4. Biolokal, adat yang menetapkan pengantin harus menetap di
sekitar kediaman kerabat suami dan istri secara bergantian.
5. Avunlokal, adat yang menetapkan pengantin untuk tinggal di
sekitar tempat kediaman saudara laki-laki dari suami ibu.
6. Natolokal, adat yang menetapkan pengantin untuk tinggal
terpisah dan suami tinggal di rumah kerabatnya.
7. Neolokal, adat yang menetapkan pengantin untuk tinggal di
kediaman baru yang tidak dekat dengan kedua kerabat
pengantin (suami ataupun istri).
14
d. Jenis Keluarga: Keluarga Batih (Inti), Konjugal, dan Keluarga
Luas
Melalui perkawinan terbentuk keluarga batih, yaitu
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga
batih/keluarga inti atau nuclear family adalah kelompok
terkecil dari masyarakat yang didasarkan atas hubungan darah
dari anggotanya. Berikut ini adalah beberapa jenis keluarga:
1. Keluarga batih (inti), terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anaknya.
2. Keluarga konjugal, keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
yang terdapat interaksi dengan kerabat salah satu atau dua
pihak orang tua ayah dan ibu dari keluarga inti.
3. Keluarga luas, meliputi hubungan antara paman, bibi,
kakek, keluarga kakek, dsb
6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan
fungsi religi dalam masyarakat adalah dua pertanyaan berikut: 1)
mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau
15
supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia?, 2)
Mengapa manusia melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan
mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural
tersebut?
Usaha menjawab kedua pertanyaan tersebutlah yang menjadi
penyebab lahirnya sistem religi. Selain itu, pendekatan antropologi
dalam memahami unsur sistem religi tidak dapat dipisahkan
dari religious emotion atau emosi keagamaan.
Emosi keagamaan adalah perasaan dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat
religius. Emosi keagamaan ini pula yang memunculkan konsep benda-
benda sakral dalam kehidupan manusia.
7. Kesenian
Perhatian antropologi terhadap seni bermula dari penelitian
etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional.
Data yang dikumpulkan berupa deskripsi mengenai benda-benda atau
artifak yang memuat unsur seni seperti: patung, ukiran, dan hiasan.
Awalnya, teknis pembuatan adalah hal yang paling diperhatikan.
Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian
mendalam mengenai teks, simbol dan kepercayaan yang
menyelubungi seni dalam berbagai wujudnya mulai dari seni rupa,
tari, drama, dikaji dan diteliti pula.
Dalam kebudayaan, kita harus memiliki etika dan estetika dalam
berbudaya
16
b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud di
sini adalah kode etik).
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk. disini
etika sama artinya dengan filsafat moral.
Etika sebagai nilai dan dan norma etik atau moral berhubungan
dengan makna etika yang pertama. Nilai-nilai etik adalah nilai tentang
baik buruk kelakuan manusia. Nilai etik diwujudkan kedalam norma
etik, norma moral atau norma kesusilaan. Norma etik berhubungan
dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi. pendukung norma etik adalah nurani individu dan bukan
manusia sebagai makhluk social atau sebagai anggota masyarakat
yang terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan
hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.
Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang
bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir. Tetapi
ditunjukan kepada sikap batin manusia. Batinnya sendirilah yang
mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan dengan
sanksi itu. kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian
atau penipuan, maka akan timbullah dalam hati nurani si pelanggar itu
penyesalan, rasa malu, takut, dan merasa bersalah. Daerah berlakunya
norma etik relative universal, meskipun tetap dipengaruhi oleh
ideology masyarakat pendukungnya. Perilaku membunuh adalah
perilaku yang amoral, asusila, atau tidak etis. Pandangan ini bisa
diterima oleh dimana saja atau universal. Namun, dalam hal tertentu,
perlaku seks bebas bagi masyarakat penganut kebebasan kemungkinan
bukan perilaku amoral. Etika masyarakat timur mungkin berbeda
dengan etika masyarakat barat.
17
Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam
berprilaku. Dengan norma etik, manusia bisa membedakan mana
perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. norma etik menjadi
semacam das-sollen untuk berperilaku baik. manusia yang beretika
berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma-norma etik.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia.
manusia yang beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki
nilai-nilai etik pula. Etika berbudaya mengandung tuntutan/keharusan
bahwa budaya yang dicptakan manusia mengandung nili-nilai rtik
yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar
orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang
mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatkan
harkat dan martabat manusia itu sendiri. sebaliknya, budaya yang
tidak beretika adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau
bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan.
18
mencakup hampir seluruh yang ada.apakah merupakan hasil seni,
alam moral, dan intelektual.
b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup presepsi
penglihatan (bentuk dan warna).
c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang
dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya
melalui penglihatan, pendengaran, peradapan, dan perasaan, yang
semuanya dapat menimbulkan presepsi (anggapan) indah.
Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan
dengan nilai yang berkitan dengan baik-buruk, sedangkan estetika
yang berkaitan dengan indah jelek. Sesuatu yang estetik berarti
memenuhi unsure keindahan (secara estetik murni maupun secara
sempit, baik dalam bentuk warna, garis kata, ataupun nada). budaya
yang estetik berarti budaya itu memiliki unsure keindahan.
19
Tarian suatu suku berikut penari mungkin dilihat tidak ada nilai
estetikanya, bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku lain,
demikian pula sebaliknya.
22
individual maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia,
baik sebagai makhluk individu maupun sosial, Kita sebagai individu
akan berbeda dengan seseorang sebagai individu yang lain. Demikian
pula kita sebagai bagian dari suatu masyarakat memiliki perbedaan
dengan masyarakat lainnya.
2.4.2 Pengertian Kesetaraan
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan
juga dapat disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan,
pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama,
tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk
Tuhan memiliki tingkat atau kdudukan yang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua
manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang
sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding
makhluk lain. Dihadapan Tuhan, semua manusia adalah sama derajat,
kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan nantinya adalah
tingkatan ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
23
sebaliknya roh subjektif terbentuk dan berkembang dengan berpedoman
kepada roh objektif yang diposisikan sebagai cita-cita yang harus dicapai.
Menurut Harrocks, Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan
individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang
dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.
Dalam buku psikologi perkembangan peserta didik oleh Prof.
Sinolungan mengatakan nilai adalah suatu yang diyakini kebenarannya,
dipercayai dan dirasakan kegunaannya, serta diwujudkan dalam sikap
atau perilakunya. Jadi, nilai bersifat normatif, suatu keharusan yang
menuntut diwujudkan dalam tingkah laku, misalnya nilai kesopanan dan
kesederhanaan. Misalnya, seseorang yang selalu bersikap sopan santun
akan selalu berusaha menjaga tutur kata dan sikap sehingga dapat
membedakan tindakan yang baik dan yang buruk. Dengan kata lain,
nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong
oleh moral, baru kemudian akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-
nilai tersebut.
2.5.2 Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin Mores yang artinya tata cara
dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Maksud moral adalah
sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia
mana yang baik dan wajar. Moral merupakan kaidah norma dan pranata
yang mengatur perilaku individu dalam kehidupannya dengan kelompok
sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang
ditentukan bagi individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan
aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan
kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral
diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan,
ketertiban, dan keharmonisan.
2.5.3 Tujuan dan Manfaat Manusia Memiliki Nilai dan Moral
1. Berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi
diri sendiri dan sesama sebagai bagian dari masyarakat.
2. Menarik perhatian pada permasalahan-permasalahan moral yang
kurang ditanggapi manusia.
3. Dapat menjadi penarik perhatian manusia kepada gejala
“pembiasaan emosional”
4. Memberikan batasan kepada manusia untuk bertindak tidak
berlebihan yang dapat membahayakan orang lain karena hukum
diciptakan untukmemberikan kenyamanan antar sesama.
24
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) adalah sebagai integrasi ISD dan IBD
yang memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya
kepada mahasiswa sehingga mampu mengkaji masalah sosial dan kemanusiaan
dan budaya, selanjutnya mahasiswa peka, tanggap, kritis serta berempati atas
solusi pernecahan masalah sosial dan budaya secara arif.
Manusia sebagai makhluk individual yaitu kesatuan aspek jasmani dan
rohani atau fisik dan psikologis. Manusia sebagai makhluk sosial karena manusia
memang tidak bisa hidup sendiri karena ia membutuhkan orang lain untuk
mendukung kehidupannya. Manusia harus menjalankan konsekuensi sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.
Di dalam kehidupan juga kita tidak luput dari sebuah permasalahan yang
ada di mulai dari masalah sosial, masalah keluarga, masalah budaya,masalah
tingkah laku itu semua disebabkan akibat tingkah laku seseorang
sendiri,sementara masalah sosial disebabkan karena adanya perbedaan dalam
tingkat perkembangan kebudayaan, sifat kependudukannya dan keadaan
lingkungan sekitarnya sehngga kita harus menempatkan diri dengan sebaik –
baiknya berbaur dengan yang bak agar dapat berfikir dan mengarjakan sesuatu
denga cara positif.
Begitu banyak jenis budaya di Indonesia, yang paling penting kita miliki
adalah etika dalam berbudaya sehingga dapat saling menghargai satu dengan
lainnya. Tetap pada samboyan Bhineka Tungggal Ika, yang bermakna berbeda-
beda tetapi tetap satu. Jika samboyan tersebut kita junjung tinggi, maka kita dapat
disebut sebagai manusia yang bernilai dan bermoral.
3.2 Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran
dan menambah wawasan kita tentang Ilmu Sosial Budaya Dasar serta
perkembangannya dari waktu ke waktu, lebih jauhnya penyusun berharap
dengan memahami kebudayaan kita semua dapat menyikapi segala kemajuan
dan perkembangannya sehingga dapat berdampak positif bagi kehidupan kita
semua
25
DAFTAR PUSTAKA
Azenismail, 2010, Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, diakses
online pada 5 April 2021<
<https://azenismail.wordpress.com/2010/05/14/manusia-sebagai-
makhluk-individu-dan-makhluk-sosial/>
Ihsanulriyadh, 2015, Etika dan Estetika Berbudaya, diakses online pada 5 April
2021
< http://ihsanulriyadh.blogspot.com/2015/01/etika-dan-estetika-
berbudaya.html?m=1>
Nasution, Muhammad Syukri Albani. 2015. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta.
PT RajaGrafindo Persada.
RIWAYAT PENULIS