Oleh
2021
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………..
KATA PENGHANTAR……………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini tepat pada
waktunya. Semoga apa yang penulis sampaikan dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan. Adapun judul dari makalah ilmiah ini adalah “KAITAN ILMU PENGETAHUAN
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bpk. Haris Iriyanto, A.Md., S.Sos., M.Pd
selaku dosen pengampu Pancasila yang telah mempercayakan penulis untuk membuat
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih diliputi kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan segala bentuk kritik serta saran dari
berbagai pihak untuk mengoreksi kekurangan dan kesalahan yang membangun dari
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara Indonesia dan
menjadi ideologi bangsa. Pancasila itu sendiri telah melekat dalam kebudayaan kita
karena para peletak dasar Pancasila itu sendiri telah memikirkan secara matang bahwa
Pancasila bukan sebagai dasar negara saja namun warisan nenek moyang yang harus
kita amalkan dan dijiwai secara terus menerus. Masyarakat juga harus ikut serta dalam
menjaga keaslian dan keberadaannya agar tidak tergerus oleh majunya globalisasi. Kita
Kebutuhan akan ilmu pengetahuan dewasa ini menjadi sangat penting. Ilmu
sifatnya benar secara menyeluruh meliputi segala sesuatu yang telah ada, kini mulai
berkembang dengan sangat pesat. Adanya usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya secara kompleks berdasarkan kodrat manusia yang memang selalu ingin tahu
tentang segala sesuatu, pada akhirnya melahirkan ilmu-ilmu baru yang semakin lama
semakin plural. Pemahaman tentang pluralitas dari ilmu pengetahuan itu sendiri baik
dari segi jenis dan sifat, kemudian memunculkan cara-cara untuk menempuh ilmu
pengetahuan tersebut. Karena hampir semua jenis ilmu dan sifatnya ditentukan oleh
objek ilmu pengetahuan tersebut, maka cara-cara yang dapat ditempuh yaitu dengan
dihadapkan pada berbagai masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena masalah sosial
telah terwujud sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari
Problem sosial pada setiap masyarakat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
alam yang kemajuannya sangat pesat, ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Hal
ini disebabkan oleh subyek ilmu-ilmu sosial adalah manusia sebagai makhluk
multidimensional.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
a. Mengetahui pengertian dan ciri khas dari ilmu sosial humaniora.
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
a. Untuk mengetahui pengertian dan ciri khas dari ilmu sosial humaniora.
c. Untuk mengetahui perbedaan antara ilmu alam dengan ilmu sosial humaniora.
PEMBAHASAN
kategori. Menurut Taufik Abdullah (2006, hlm. 33-34), ilmu terbagi dalam dua kategori
besar yaitu ilmu eksakta dan noneksakta. Khusus ilmu noneksakta dipilah menjadi dua,
yaitu ilmu humaniora dan ilmu sosial. Ilmu yang berkaitan dengan filsafat, sastra, seni,
dan bahasa dikategorikan dalam ilmu humaniora, sedangkan di luar itu adalah ilmu
sosial. Pendapat serupa disampaikan Helius Syamsudin (2007, hlm. 272), bahwa
kelompok besar, yaitu ilmu-ilmu alamiah (natural sciences), ilmu-ilmu sosial (social
hidup manusia, ilmu sosial mengkaji manusia dalam hubungannya dengan manusia-
serupa disampaikan Taufik Abdullah (2006, hlm. 31), ilmu sosial adalah ilmu yang
(2008, hlm. 34-35) menyampaikan ilmu sosial (social science) adalah ilmu yang
mempelajari perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan bersama. Jadi yang
dimaksud ilmu-ilmu sosial (social sciences) adalah kelompok disiplin ilmu yang
tindakan yang khas manusia, ia bersifat bebas dan tidak bersifat deterministik, ia
konvensi, motif dan sebagainya (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007, hlm. 4). Aktivitas
hubungan sosial diantara sesamanya dan bersifat kondisionalitas. Dengan kata lain
obyek tersebut sebagai gejala sosial. Gejala sosial memiliki karakteristik fisik namun
diperlukan penjelasan yang lebih dalam untuk mampu menerangkan gejala tersebut,
sebab tidak hanya mencakup fisik tetapi juga aspek sosiologis, psikologis, maupun
Menurut Wallerstein (dalam Dadang Supardan, 2008, hlm. 34) yang termasuk
disiplin ilmu sosial adalah sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, psikologi, ilmu
politik, dan hukum. Sedangkan menurut Robert Brown dalam karyanya Explanation in
Social, ilmu-ilmu sosial meliputi : sosiologi, ekonomi, sejarah, demografi, ilmu politik,
dan psikologi (Taufik Abdullah, 2006, hlm. 33). Meskipun terdapat perbedaan pendapat
tentang apa yang disebut ilmu sosial, namun semuanya mengarah kepada pemahaman
yang sama, bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas
sosial dalam kehidupan bersama. Ilmu sosial dalam perkembangannya kemudian lahir
berbagai spesialisasi disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu komunikasi, studi gender,
dan lain-lainnya.
Secara umum ilmu pengetahuan yang termasuk dalam kelompok disiplin ilmu-
yang bermanfaat tentang umat manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh
3. Ilmu Geografi adalah the science of places, concerned with qualities an potentialities
of countries (Vidal dela Blache dalam Dadang Supardan, 2008, hlm. 227). Dalam
4. Ilmu Sejarah adalah ilmu yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang
segala sesuatu yang telah dialami (termasuk yang diucapkan, dipikirkan dan
5. Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk memenuhi
6. Psikologi adalah ilmu mengenai proses perilaku dan proses mental (Dadang
yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya: ciri-ciri khasnya, tingkah
lakunya baik perorangan maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar, dan
masalah: budaya, sosial, politik, ekonomi, yang terdapat pada masyarakat. Ilmu-ilmu
kemanusiaan memiliki objek kajian yang diamati secara empiris dan objek itu dianggap
kongkret karena masalah kemanusiaan itu memiliki objek yang khusus yaitu manusia
karya tertentu misalnya karya sastra seperti Romeo dan Juliet karya William
Shakespeare dari Inggris, karya seni seperti tari Pendet, lukisan yang termashur yaitu
kemanusiaan dengan lebih mendalam haruslah digunakan metode yang tepat, agar
objektivitas dan kebenaran ilmiahnya dapat terungkap dengan benar dan sahih.
hukum, dan teori ilmiah menurut irama yang mirip dengan irama ilmu alam.
Lalu, ciri khas ilmu-ilmu sosial humaniora sebenarnya di mana, dan mana
dua arti manusia merupakan subjek juga. Pertama, dalam arti bahwa secara
dalam arti bahwa si penyelidik sebagai subjek berada pada taraf yang sama
dengan objeknya. Arti yang pertama agak berbau filsafat. Arti yang kedua
secara khas berasal dari suatu uraian empiris mengenai ilmu-ilmu sosial
empiris sehingga dalam hal ini dekat dengan ilmu-ilmu alam, namun karena
bahwa cukup banyak ahli ilmu-ilmu sosial humaniora dewasa ini seringkali
dibicarakan dalam rangka filsafat, terutama kalau sampai pada tahap teori.
mempertimbangkan dua unsur ruang dan waktu, yang dalam sejarah filsafat
Barat kita kenal lewat Immanuel Kant. Ruang dan waktu (spatio-temporal)
merupakan dua ciri dasariah dari jagad semesta material yang dihuni
manusia. Dalam ilmu-ilmu alam, dengan objeknya yang juga khas, ruang dan
waktu itu bisa diukur dengan jelas; memakai sistem statistik, satuan, dan lain
sebagainya.
Kedua unsur ini pun tampak nyata dalam diri manusia. Namun, dalam
Perbedaannya ialah bahwa dalam ruang yang “mati” semua tempat seakan-
akan sama saja kecuali dari segi ukuran ataupun penomoran misalnya,
sedangkan dalam lingkungan masyarakat yang sosial itu, semua data justru
hampir tak dapat dihitung atau diperangkakan. Yang satu berbeda dengan
yang lain. Demikian pula perbedaan dalam soal waktu. Dalam waktu yang
“mati” seakan-akan semua waktu sama saja, kecuali dari segi angka atau
Pengetahuan manusia pun ditandai oleh kedua unsur itu; segala pengamatan
dan pengalaman berlangsung di suatu tempat dan pada suatu saat. Ruang dan
rangka ilmu-ilmu alam cara berpikirnya adalah univok, sedang dalam rangka
berbeda, demikian juga setiap peristiwa historis “sama” atau “mirip” satu
menggunakan titik pangkal dan kriterium kebenaran yang berbeda dari ilmu-
ilmu lainnya. Titik pangkalnya berbeda dari ilmu-ilmu alam karena manusia
penyelidik tak lagi terdapat di luar objek yang diselidikinya, seperti halnya
objek itu (kendati pendapat ini pun dewasa ini sudah mulai diragukan). Kalau
penyelidikan ilmu-ilmu ini ialah manusia, yang mau tidak mau tidak boleh,
bahkan tidak dapat diobjekkan begitu saja demi hasrat untuk mendapatkan
tentang sesamanya itu. Apalagi sesama itu ialah subjek seluruh tingkah
(Sinn, atau meaning) dari apa yang diamati dalam diri sesamanya dan dalam
disaksikan, didengar ataupun dibaca orang, baik yang datang dari luar entah
Sebagai akibat ciri-ciri yang telah kita bahas di atas, lebih lanjut perlu
Pada saat salah satu hasil penyelidikan dalam bidang sosial atau
kejiwaan sudah diumumkan dan mulai diketahui, ketika itu juga hasil
dibajak, dan lain sebagainya. Maka dari itu, hasil (sementara) dari
penyelidikan sosial-historis tidak hanya perlu terus disempurnakan,
ilmu alam sama sekali tidak berlaku dalam bidang ilmu-ilmu sosial
kebenaran mengenai objek yang ingin diketahui dapat pendekatan ini mau
bebas nilai (dalam istilah Jerman yang cukup populer digunakan; wertfrei).
Sementara dewasa ini makin banyak ahli ilmu sosial humaniora yakin bahwa
ilmu ini tidak dapat bebas nilai, bahkan justru harus bersikap menilai.
humaniora, dan ciri yang telah kita bahas di sini tidak terdapat dengan cara
atau bentuk yang sama dalam semua cabang ilmu-ilmu sosial humaniora.
kemudian dan perkembangannya tidak sepesat ilmu-ilmu alam. Hal ini karena objek
kajian ilmu-ilmu sosial humaniora tidak sekedar sebatas fisik dan material tetapi lebih
dibalik yang fisik dan materi dan bersifat lebih kompleks. Selain itu, dibandingkan
dengan ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial humaniora nilai manfaatnya tidak bisa
langsung dirasakan karena harus berproses dalam wacana yang panjang dan
manusia juga sudah barang tentu membutuhkan ilmu-ilmu sosial humaniora untuk
mengatur perilaku sosialnya atas dasar prinsip tersebut, dan prinsip kemanusiaan
membawa kepada sikap tidak diskriminatif atas orang lain meski berbeda ras, warna
Dilihat dari sifat obyeknya, cara kerja ilmu-ilmu sosial humaniora bisa dirangkum
Berbeda dengan ilmu-ilmu alam, dimana gejala-gejala yang ditelaah lebih bersifat
“mati” baik yang ada dalam alam, pikiran (matematika), maupun dalam diri
hidup dan bergerak secara dinamis. Objek studi ilmu-ilmu sosial humaniora adalah
manusia yang lebih spesifik lagi pada aspek sebelah dalam atau inner world-nya dan
bukan outer world-nya yang menjadi ciri ilmu-ilmu alam. Berbeda dengan ilmu
kedokteran, yang lebih membicarakan aspek luarnya manusia secara biologis atau
fisik, ilmu-ilmu sosial humaniora lebih menekankan pada sisi bagian “dalam”
manusia atau apa yang ada “di balik” manusia secara fisik, pada inner side, mental
Gejala-gejala fisik dalam ilmu-ilmu alam, karena berupa benda-benda “mati” maka
bersifat stagnan dan tidak berubah-ubah, dan karenanya bisa diamati secara
keunikan dan kemungkinan bergerak sangat besar, karena mereka tidak stagnan
dan tidak statis. Masalah sosial kemanusiaan sering bersifat sangat spesifik dan
konteks historis tertentu. Kejadian sosial mungkin yang dulu pernah terjadi
barangkali secara mirip bisa terulang dalam masa sekarang atau nanti, tetapi tetap
secara keseluruhan tak pernah bisa serupa. Misalnya perilaku kerusuhan sosial
orang-orang di Surakarta dulu pernah diteliti, dan sekarang ilmuwan sosial mencoba
meneliti kembali perilaku kerusuhan sosial mereka itu, maka tidak akan pernah
mungkin sama karena sikap, emosi, dan pengetahuan informan berkembang dan
dinamika konteks historisnya. Jika dalam ilmu-ilmu alam, gejala-gejala alam bisa
menerangkan secara pasti. Pemahaman, pemaknaan, dan penafsiran ini lebih besar
Mengingat sifat gejala-gejala sosial humaniora yang bergerak dan bahkan berubah,
maka bisa dibayangkan ilmuwan sosial humaniora dalam mengamati mereka sudah
barang tentu lebih sulit dan kompleks. Karena yang diamati adalah apa yang ada
dibalik kenampakan fisik dari manusia dan bentuk-bentuk hubungan sosial mereka.
Melihat seseorang tersenyum pada orang lain adalah hal yang sering bisa ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dalam ilmu sosial humaniora dapat bermakna
banyak, orang yang tersenyum bisa karena ia senang dengan orang yang dilihatnya,
karena orang yang dilihatnya adalah lucu dan aneh atau bahkan karena ia tidak
senang pada orang yang dilihatnya tetapi agar tidak terlihat oleh mata orang-orang
disekitarnya bahwa ia tidak senang pada orang yang dilihatnya. Van Dalen
menambahkan bahwa ilmuwan alam berkaitan dengan gejala fisik yang bersifat
umum, dan pengamatannya hanya meliputi variable dalam jumlah yang relatif kecil
dan karenanya mudah diukur secara tepat dan pasti; sedangkan ilmu-ilmu sosial
dari suatu kelompok sosial yang menyebabkan situasinya bertambah rumit, dan
karenanya variable dalam penelaahan sosial humaniora relatif lebih banyak dan
Kuntowijoyo tentang hal ini menggarisbawahi bahwa manusia memiliki free will dan
yang baku sebagaimana benda-benda mati lainnya yang tak memiliki kesadaran
apalagi kebebasan kehendak. Benda mati bisa dikontrol dan dikendalikan secara
pasti, tetapi manusia tidak bisa karena disamping dikendalikan, ia juga bisa
mengendalikan orang lain. Determinisme dalam segala bentuk apakah itu ekonomi,
lingkungan alam, lingkungan sosial, politik dan budaya hanya berharga sebagai
dependent variable, tetapi tidak pernah menjadi independent variable. Oleh karena
itu, jelas bahwa pengamatan dalam ilmu-ilmu sosial humaniora adalah jauh lebih
kompleks, subyek dan obyek penelitian adalah makhluk yang sama-sama sadar yang
jelas tidak mudah menangkap dan ditangkap semudah menangkap realitas benda,
batu misalnya.
d. Subyek pengamat juga sebagai bagian integral dari obyek yang diamati.
Subyek pengamat atau peneliti dalam ilmu sosial humaniora jelas jauh berbeda
dengan ilmu alam. Dalam ilmu alam, subyek pengamat bisa mengambil jarak dan
fokus pada obyektivitas yang diamati, tetapi dalam ilmu sosial humaniora karena
subyek dan obyek adalah manusia yang memiliki motif dan tujuan dalam setiap
tingkah lakunya, maka subyek yang mengamati tidak mungkin bisa mengambil jarak
dari obyek yang diamati dan menerapkan prinsip obyektivistik, dan tampaknya
manusia yang juga memiliki kecenderungan nilai tertentu tentang hidup maka ia
menjadi bagian integral dari obyek yang diamati yang juga manusia itu.
Dalam “membongkar” motif, tujuan dari perbuatan yang dilakukan manusia, maka
yang sedang dipeganginya. Dengan cara ini, obyek sosial humaniora yang sama
diamati oleh beberapa pengamat hampir bisa dipastikan tidak akan menghasilkan
subyek pengamat sosial humaniora bukanlah sekedar spektator saja tetapi juga
terlibat baik secara emosional maupun rasional dalam dan merupakan bagian
e. Memiliki daya prediktif yang relatif lebih sulit dan tak terkontrol.
Suatu teori sebagai hasil suatu pengamatan sosial humaniora tidak serta merta bisa
dengan mudah untuk memprediksikan kejadian sosial humaniora berikutnya. Hal ini
dikarenakan dalam ilmu sosial humaniora, pola-pola perilaku sosial humaniora yang
sama belum tentu akan mengakibatkan kejadian yang sama. Meskipun demikian,
bukan berarti hasil temuan dalam ilmu-ilmu sosial humaniora tidak bisa dipakai
dalam waktu dan tempat yang berlainan, tetap bisa tetapi tidak mungkin sepasti dan
humaniora mengekor di belakangnya. Hal ini disebabkan oleh subyek ilmu-ilmu sosial
humaniora yang adalah manusia sebagai makhluk multidimensional, yang tentu saja
Berikut sedikit uraian perbedaan ilmu sosial humaniora dengan ilmu alam :
Dalam telaah kajiannya yang berupa gejala sosial, ilmu sosial humaniora mengalami
dengan satu jenis gejala yang bersifat fisik. Penelaahan ilmu alam meliputi beberapa
variabel dalam jumlah yang relatif kecil dan dapat diukur secara tepat. Gejala sosial
juga memiliki karakteristik fisik, namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam
untuk mampu menerangkan gejala tersebut. Variabel ilmu sosial humaniora sangat
banyak dan rumit. Untuk menjelaskan hal ini berdasarkan hukum-hukum seperti
yang terdapat dalam ilmu alam dan ilmu hayat adalah tidak cukup.
b. Ahli ilmu alam berhubungan dengan gejala fisik yang bersifat umum
Penelaahannya meliputi beberapa variabel dalam jumlah yang relatif kecil yang
dapat diukur secara tepat. Ilmu-ilmu sosial humaniora mempelajari manusia baik
selaku perseorangan maupun selaku anggota dari suatu kelompok sosial yang
Jika seorang ahli ilmu alam mempelajari suatu eksplosi kimiawi maka hanya
beberapa faktor fisik yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Jika seorang ahli
ilmu sosial humaniora mempelajari suatu eksplosi sosial yang berupa huru-hara
atau kejahatan maka terdapat faktor yang banyak sekali dimana diantaranya
terdapat faktor-faktor yang tidak bersifat fisik : senjata yang digunakan, kekuatan
dan arah tusukan, urat darah yang tersayat, si pembunuh yang meluap-luap, dendam
malam yang panas dan memberonsang, pertikaian dengan orang tua, kemiskinan,
Pengamatan langsung gejala sosial sulit dibandingkan dengan gejala ilmu-ilmu alam.
Ahli ilmu sosial humaniora tidak mungkin melihat, mendengar, meraba, mencium,
atau mengecap gejala yang sudah terjadi di masa lalu. Ahli ilmu sosial humaniora
tidak mungkin menangkap gejala masa lalu secara indrawi kecuali melalui
dokumentasi yang baik, sedangkan seorang ahli ilmu kimia atau fisika, misalnya,
bisa mengulangi percobaan yang sama setiap waktu dan mengamatinya secara
zaman penjajahan dulu kala tidak dapat melihat dengan mata kepala sendiri
kejadian-kejadian tersebut. Seorang ahli ilmu fisika atau kimia yang bisa mengulang
kejadian yang sama setiap waktu dan bisa mengamati suatu kejadian tertentu seara
langsung. Hal ini berlainan sekali dengan ahli ilmu jiwa yang tak mungkin
masa kanak-kanak seorang manusia dewasa. Hakiki dari gejala ilmu-ilmu sosial
jadi seorang ilmuwan sosial humaniora mengamati gejala sosial secara langsung,
gejala sosial lebih variatif dibandingkan gejala fisik. Perlakuan yang sama terhadap
setiap individu penelitian dalam ilmu sosial bisa menghasilkan suatu tabulasi, tetapi
peluang kebenaran pada perlakuan yang sama itu pun tidak sebesar peluang
Pada umumnya pengamatan pada tiap cc dari sejumlah volume asam sulfat
tertentu lain sekali kesimpulannya dengan pengamatan terhadap jumlah murid dan
sekolah yang sama di kota lain umpamanya ditinjau dari segi umur anak-anak
tersebut. Di dalam situasi tertentu seorang ahli ilmu sosial humaniora akan
memperlakukan setiap individu secara sama rata umpamanya dalam tabulasi waktu
lahir mereka. Akan tetapi karena variasi yang nyata dari hakiki manusia maka
Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam dan gejala tersebut dapat diamati
sekarang. Gejala sosial banyak yang bersifat unik dan sukar untuk terulang kembali.
Abstraksi secara tepat dapat dilakukan terhadap gejala fisik lewat perumusan
kuantitatif dan hukum yang berlaku secara umum. Masalah sosial sering kali bersifat
spesifik dalam konteks historis tertentu. Kejadian tersebut bersifat mandiri dimana
mungkin saja terjadi pengulangan yang sama dalam waktu yang berbeda namun tak
Gejala fisik seperti unsur kimia bukanlah suatu individu melainkan barang mati. Ahli
ilmu alam tidak usah memperhitungkan tujuan atau atau motif palnit dan lautan.
Tetapi ahli ilmu sosial humaniora mempelajari manusia yang merupakan makhluk
yang penuh tujuan dalam tingkah lakunya. Karena obyek penelaahan ilmu sosial
humaniora sangat dipengaruhi oleh keinginan dan pilihan manusia maka gejala
sosial berubah secara tetap sesuai dengan tindakan manusia yang didasari
keinginan dan pilihan tersebut. Ahli alam menyelidiki proses alami menyusun
hukum yang bersifat umum mengenai proses tadi. Sedangkan ilmu-ilmu sosial
humaniora tidak bisa terlepas dari jalinan unsur-unsur kejadian sosial. Kesimpulan
umum mengenai suatu gejala sosial bisa mempengaruhi kegiatan sosial tersebut.
menyaksikan suatu proses kejadian sosial karena ia juga merupakan bagian integral
atau pelaku dari obyek kehidupan yang ditelaahnya. Karena itu lebih sukar bagi
seorang peneliti ilmu sosial humaniora untuk bersikap obyektif dalam masalah ilmu
sosial humaniora daripada seorang peneliti ilmu alam dalam masalah kealaman.
memberikan penilaian individualis. Ahli ilmu alam mempelajari fakta dimana dia
memusatkan perhatiannya pada keadaan yang terdapat pada alam. Ahli ilmu sosial
dan moral yang terkandung dalam batang tubuh pancasila yang sesuai dengan karakter
dan kepribadian bangsa indonesia yang sejak dulu sudah ada bahkan sebelum pancasila
diirumuskan. Dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan tujuan Ilmu
Pengetahuan sosial humaniora maka pancasila lah yang menjadi acuan dalam
pembelajaran, warga negara yang baik haruslah sesuai dengan yang terkandung dalam
dasar dan falsafah bangsa indonesia yaitu pancasila. Pancasila dan Ilmu pengetahuan
A. hubungaan substansional
IPS memiliki hubungan yang erat dengan pancasila, paancasila merupakan dasar
dan landasan dalam pendidikan IPS dalam mewujudkan tujuan IPS yakni menciptakan
warga negara yang baik . hubungan pancasiola dengan IPS dilihat dari subtansi atau
1. Sila pertama yang berbunyi “ketuhanan yang maha ESA’ adalah sebagai pondasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita adaah umat yang beragama, sudah
seharusnya kita menESAkan dan yakin terhadap tuhan kita. Degan yakinnya kita kepada
tuhan, dan mampunya kita menjalankan lalu mengamalkan ajaranNya maka kita akan
dapat menjalankan sila-sila selanjutnya apabila kita tidak memiliki iman yang kuat
maka kita tidak akan bisa kuat dalam menghadapai jalan yang benar. Wargaa negara
yang baik adalah warga yang memiliki keyakinan kuat dalam agama yang dianutnya,
dengan memiliki landasan agama yang kuat dan keyakinan penuh terhadapa agamanya
maka seorang warga negara tidak akan melakukan hal-hal yang menyimpang dan yang
menyimpang dari moral dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dengan ini maka
2. Sila yang edua berbunyi “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” adalah sebagi
manusia kita hrus memiliki sikap yang adail dan beradab. Dalam arti, adil yakni
mengakui adanya persamaan hak dan kewajiban sesama manusia, dan beradaob yang
berarti memiliki adab atau etika dalam bertindak. Sila yang kedua ini belum terlaksana
dengan baik, karena ketika manusia ditawarkan dengan hal-hal yang menggiurkan
seperti kekuasaan kekayaan kehormatan, dia akan berpaling dari keadilan dan etika
beradab i bidang profesi yang dijalankan. Dalam hal ini pengamalan sila pertam untuk
memperkuat iman sangat dipelukan. Ketika seseorang yang kuat imannya maka dia
akan dapat mengamalkan sila le dua danjiwa sosial yang dia miliki sangat tinggi.
Pembelajaran IPS juga sangat diperlukan dimana dapat membentuk kepribadian dan
watak yang baik untuk mewujudkan tujuan menjadi warga negara yang baik.
3. Sila yang ke tiga berbunyi “persatuan indonesia” adalah merupakan sila yang
bertujuan untuk menyatukan seluruh rakyat indonesia. Sila ini meningkatkan rasa
bangga kita terhadap bangsa ini karena karena perbedaan yang sangat beragam dan
Negara Indonesia. Hubungan sila ke3 dengan IPS adalah dalam pembelajranIPS yang
Mempelajari IPS kita menjadi anggota masyarakt yang menghormati dan saling peduli
dengan lingkungan dan masyarakat lain, dari situlah maka tidak ada lagi kesenjangan
daalam masyarakat, dan tidak lagi mempermasalahkan perbedaan dalam masyarakat.
bersama. Selain itu, dalam musyawarah kita harus bijaksana dalam mengambil
keputusan agar setiap pihak tidak merasa dirugikan atau merasa tidak adil dalam
peka dan tanggap terhadap permasalahan sosial yang ada dalaam lingkungan dan
masyarakat dengan IPS dan mengerti dan memahami problematika sosial sehingga
5. Sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” sama
seperti sila kedua, bahwa disini kita harus adil terhadap sesama dan harus saling
menghargai hak dan kewajiban antar sesama. Hubungan sila ke lima, bahwa IPS itu
membentuk kepiribadian dari warga negara sehingga akan melakukan hal-hal yang
tidak merugikan orang lain dan bersikap bijaksana sehingga implementasi dari sila ke
B. hubungan fungsional
pancasila sebagai dasar dan cita-cita bangsa indonesia, yang mengandung nilai-nilai
filosofis bangsa indonesia yang sejak dulu sudah ada dan melekat dalam jiwa
akan tercapainya tujuan dari pancasila. Pendidikan pancasila sangat diperlukan untuk
memersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat
pancasila juga merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan
dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan
negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang
dapat diandalakn oleh bangsa dan negara. Pengembangan penddikan pancasila akan
mewujudkan tujuan dari IPS yakni membentuk warga negara yang baik. Pendidikan
pancasila menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik an
merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari nilai baik-buruk, benar-salah, pantas-
tidak pantas dalam kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan manusia dan
lingkungannya (Hariadi, 2005). Tampak ada bidang tumpang tindih antara humaniora
dan etika. Humanisme atau humanitarianisme dapat berarti juga etika, yakni faham,
ajaran, bahwa satu-satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk kebaikan,
Jika penguasaan dan pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan,
oleh karena itu harus memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia. Humaniora
humaniora pengembangan ilmu dan teknologi tidak lagi bermanfaat bagi manusia.
hedonisme yang bermula di masyarakat bisnis, yang berlanjut pada umunya. (1)
BAB III
KESIMPULAN
Ilmu-ilmu sosial (social sciences) adalah kelompok disiplin ilmu yang mempelajari
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan sesamanya. Disiplin ilmu sosial adalah
sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, psikologi, ilmu politik, ilmu hukum, dan
Ciri-ciri khas ilmu-ilmu sosial humaniora adalah manusia sebagai objek dan subjek
ilmu, titik pangkal dan kriterium kebenaran, serta subjek dan objek saling
penelaahan ilmu sosial humaniora yang kompleks, ahli ilmu alam berhubungan dengan
dan moral yang terkandung dalam batang tubuh pancasila yang sesuai dengan karakter
dan kepribadian bangsa indonesia yang sejak dulu sudah ada bahkan sebelum pancasila
diirumuskan. Dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan tujuan Ilmu
Pengetahuan sosial humaniora maka pancasila lah yang menjadi acuan dalam
pembelajaran, warga negara yang baik haruslah sesuai dengan yang terkandung dalam
dasar dan falsafah bangsa indonesia yaitu pancasila. Pancasila dan Ilmu pengetahuan