Anda di halaman 1dari 17

PEMBAGIAN HARTA WARIS

SEBELUM MUWARIS MENINGGAL DUNIA


MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM
Nursyamsudin
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: nursyam1971@gmail.com

ABSTRAK

Islam memandang bahwa pembagian harta peninggalan kepada yang berhak mewarisi
mewujudkan kasih dan sayang antara keluarga untuk menanggung dan saling menolong
dalam kehidupan sesama keluarga. Karena itu Allah telah memberikan ketentuan-ketentuan-
Nya yang baik dan adil dalam al-Qur’an yang dapat menimbulkan kemaslahatan dalam
keluarga. Hukum waris dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan hal ihwal
pemindahan harta peninggalan dari seseorang yang meninggal dunia kepada yang masih
hidup. Baik mengenai harta yang ditinggalkan maupun orang-orang yang berhak menerima
harta peninggalan tersebut. Bagian masing-masing ahli waris, maupun cara penyelesaian
pembagian harta peninggalan itu. Islam mengatur ketentuan pembagian warisan secara rinci
agar tidak terjadi perselisihan antara sesama ahli waris sepeninggalan orang yang hartanya
diwarisi. Agama Islam menghendaki prinsip adil dan keadilan sebagai salah satu sendi
pembinaan masyarakat dapat ditegakkan (al-Qur’an surat al-Nisa ayat 11). Problematika
yang muncul sekarang ini adalah banyak orang yang tidak memahami ilmu mawaris, disisi
lain banyak anggota masyarakat yang tidak mau tahu dengan ilmu mawaris, ini berakibat
pada pembagian harta waris menurut kehendak mereka sendiri dan tidak berpijak pada cara-
cara yang benar menurut Islam. Misalnya pembagian harta warisan sama rata antara semua
anak. Bahkan anak angkat memperoleh bagian, cucu mendapat bagian walaupun ada anak si
mayit dan lain-lain.

Kata Kunci: Harta Waris, Hukum Waris, Muwaris

Islam considers that the division of inheritance to the inherited rights manifests the love and
affection between the family to bear and help each other in the life of the family. Therefore
God has given His good and just provisions in the Qur'an which can lead to the welfare of the
family. The law of inheritance can be interpreted as a science that discusses the removal of
the relics of someone who died to the living. Both about the property left behind and the
people who are entitled to receive the relics. Part of each heir, as well as how to settle the
division of the estate. Islam regulates the provision of inheritance in detail in order to avoid
disputes between fellow heirs left behind people whose property is inherited. Islam wants the
principle of justice and justice as one of the joints of community development can be upheld
(al-Qur'an letter al-Nisa verse 11). The problems that arise today are many people who do
not understand the science of mawaris, on the other hand many members of the community
who do not want to know with mawaris science, this result in the distribution of inheritance
according to their own will and not based on the right way according to Islam. For example
the division of inheritance equally between all children. Even a foster child gets a share,
grandchildren gets a share even though there is a son of the dead and others.

Keywords: Inheritance, Inheritance Law, Muwaris

Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 69


Vol. 3, No. 1, Juni 2018
E-ISSN: 2502-6593
70 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018

A. Pendahuluan kerabatnya dan bagi orang


perempuan ada hak bagian (pula)
Warisan merupakan esensi
harta peninggalan ibu bapak dan
kausalitas (sebab pokok) dalam
kerabatnya, baik sedikit atau banyak
memiliki harta, sedangkan harta
menurut bagian yang telah
merupakan pembalut kehidupan, baik
ditetapkan”. (Q.S al-Nisa : 7).3
secara individual maupun secara
universal. Dengan harta itulah jiwa
Dalam hukum waris tersebut di
kehidupan selalu berputar.1
tentukanlah siapa-siapa yang menjadi
Hukum waris adalah hukum yang
ahli waris, siapa-siapa yang berhak
mengatur tentang peralihan harta
mendapatkan bagian harta warisan
kekayaan yang ditinggalkan seseorang
tersebut, berapa bagian mereka masing-
yang meninggal serta akibatnya bagi
masing, bagaimana ketentuan
para ahli warisnya. Pada asasnya hanya
pembagiannya, serta diatur pula
hak-hak dan kewajiban-kewajiban
berbagai hal yang berhubungan dengan
dalam lapangan hukum kekayaan/ harta
soal pembagian harta warisan.
benda saja yang dapat diwaris.2
Sedangkan hukum waris adat diatur
Di Indonesia terdapat tiga sistem
menurut susunan masyarakat adat yang
hukum waris, yaitu hukum waris Islam
bersifat patrilineal, matrilineal dan
hukum waris adat dan hukum waris
parental/bilateral. Disamping itu bagi
barat (kitab undang-undang hukum
keluarga Indonesia yang mentaati
perdata), yang akan dibahas oleh
hukum agama melaksanakan kewarisan
penulis adalah hukum waris adat dan
sesuai dengan ajaran masing-masing.4
hukum waris Islam.
Waris menurut hukum Islam
B. Konsep Waris Islam
berdasarkan kitab suci al-Qur’an dan al-
1. Pengertian
Hadits, dimana setelah seseorang wafat
Mawaris secara etimologis
harta peninggalannya dapat diadakan
adalah bentuk jamak dari kata tunggal
pembagian kepada ahli waris baik laki-
miras artinya warisan. Dalam hukum
laki maupun perempuan. Sebagaimana
Islam dikenal adanya ketentuan-
yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat
ketentuan tentang siapa yang masuk ahli
al-Nisa ayat 7 sebagi berikut:
waris yang berhak menerimna warisan,
     dan ahli waris yang tidak berhak
menerimanya. Istilah fiqih mawaris

    


dimaksudkan ilmu fiqih yang
mempelajari siapa-siapa ahli waris yang
berhak menerima, serta bagian-bagian
      tertentu yang diterimanya. Fiqih
mawaris disebut juga ilmu faraid,
bentuk jamak dari kata tunggal faridah
     artinya ketentuan-ketentuan bagian ahli

“Bagi orang laki-laki ada hak


bagian peninggalan ibu bapak dan

1
Muammad Ali as-Sabuni, Hukum Waris 3
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan
Dalam Syari’at Islam, (Bandung: cv. Diponogoro, Terjemahannya, (Jakarta: Al-Qur’an Raja Fadh,
2005), Cet. III, . 39 dan 40 2015), . 116
2 4
Effendi Perangin, Hukum Waris, (Jakarta: PT. Hilman Hadikusumo, Hukum Waris Adat.
Raja Grafindo Persada, 2008), . 3 (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2013), . 10
Nursyamsudin 71

waris yang di atur secara rinci di dalam penekanan), ini merupakan kewajiban
al-Qur’an.5 dari Allah SWT yang harus
Secara terminologi adalah fiqih dilaksanakan seperti halnya
atau ilmu yang mempelajari tentang mengerjakan sholat, puasa, zakat, haji.
siapa orang-orang yang termasuk ahli Hal ini dikarenakan ilmu waris sudah
waris dan siapa yang tidak, berapa ada ketentuan yang telah dijabarkan
bagian-bagainnya dan bagaimana cara oleh Kitabullah (al-Qur’an) dan Sunnah
menghitungnya. al-syaribiny dalam Rasululloh SAW. Pembagian harta
kitab mugni al muhtaj juz 3 mengatakan pusaka (warisan) di dalam al-Qur’an
bahwa fiqih mawaris adalah fiqih yang dikenal dengan istilah hudud Allah
berkaitan dengan pembagian harta (batas atau ketentuan yang ditetapkan
warisan dan dan bagian-bagian yang Allah (al-Nisa:13-14).7
wajib diterima dari harta peninggalan Hukum kewarisan Islam atau
untuk setiap yang berhak. yang dalam kitab-kitab fikih biasa
Hukum waris Islam adalah disebut faraid adalah hukum kewarisan
aturan yang mengatur pengalihan harta yang diikuti oleh umat Islam dalam
dari seseorang yang meninggal dunia usaha mereka menyelesaikan
kepada ahli warisnya. Hal ini berarti pembagian harta peninggalan keluarga
menentukan siapa-siapa yang menjadi yang meninggal dunia.8
ahli waris, porsi bagian masing-masing Bagi ummat Islam
ahli waris, menentukan harta melaksanakan syari’at yang ditunjuk
peninggalan dan harta warisan bagi oleh nas-nas yang sarih adalah
orang yang meninggal dimaksud. keharusan. Oleh sebab itu pelaksanaan
Sedangkan menurut Undang- waris berdasarkan hukum waris Islam
undang No. 1 Tahun 1991 pasal 171 bersifat wajib. Kewajiban itu dapat pula
yakni: hukum kewarisan adalah hukum dilihat dari sabda Rasulullah Saw.
yang mengatur tentang pemindahan hak Sebagai berikut:
pemilikan harta peninggalan (tirkah) Riwayat Muslim dan Abu Daud
pewaris, menetukan siapa-siapa yang ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ إﺳﺤﺎق ﺑﻦ إﺑﺮاھﯿﻢ وﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ راﻓﻊ وﻋﺒﺪ ﺑﻦ‬
berhak menjadi ahli waris dan berapa ‫ وﻗﺎل‬.‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ‬:‫ﺣﻤﯿﺪ )واﻟﻠﻔﻆ ﻻﺑﻦ راﻓﻊ( )ﻗﺎل إﺳﺤﺎق‬
bagiannya masing-masing.6 ‫ أﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﻌﻤﺮ ﻋﻦ اﺑﻦ‬.(‫ أﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪاﻟﺮزاق‬:‫اﻵﺧﺮان‬
Ilmu waris merupakan salah satu :‫ ﻗﺎل‬.‫ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬،‫ ﻋﻦ أﺑﯿﮫ‬،‫طﺎوس‬
ilmu yang harus dipelajari/dikuasai di ‫ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ )أﻗﺴﻤﻮا اﻟﻤﺎل‬
Islam, minimal ada seseorang yang ‫ ﻓﻤﺎ ﺗﺮﻛﺖ‬.‫ﺑﯿﻦ أھﻞ اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻋﻠﻰ ﻛﺘﺎب ﷲ‬
mengetahui secara detail dan mampu .(‫اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻓﻸوﻟﻰ رﺟﻞ ذﻛﺮ‬
menjelaskan (memberikan solusi) “Bagilah harta pusaka diantara
apabila terjadi permasalahan soal waris. ahli-ahli waris menurut
Hal ini dikarenakan waris berkaitan kitabullah (al-Qur’an)”.
dengan harta, dan sudah menjadi sifat (Muslim dan Abu Dawud).9
manusia, tamak terhadap harta. Bahkan Dalam hukum waris Islam ini
karena harta, hubungan darah sebelum harta warisan itu dibagikan
(persaudaraan) bisa berantakan.
Istilah lain dari ilmu waris
adalah faraidh, sebagaimana yang aku 7
ttp://tausyia275.blogsome.com/2005/09/20
tulis di atas (aku tuliskan lagi sebagai /ilmu-waris/
8
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan
5
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet. 2, . 35.
9
Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. 1, Cet. 2, . 1. Imam Kafd Musonif Mutaqin Abi Daud
6
Undang-undang No 1 tahun 1991, Tentang Sulaiman bin Isy’as Sajasatani al-Azidi, Sunanu Abi
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, . 290. Daud, (al-Qaira: Darul adis, 1999), Juz. 3, . 1267.

71
72 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018

kepada ahli waris maka harus 3. Al-Irs, adalah harta warisan


diperhitungkan lebih dahulu untuk yang siap dibagi oleh ahli waris
pembayaran yang harus di lunasi oleh si sesudah diambil untuk
peninggal, yakni: kepentingan pemeliharaan
1. Dimulai pengambilan dari jenazah, pelunasan hutang, serta
peninggalan mayit untuk biaya pelaksanaan wasiat.11
mengkafani dan 4. Tirkah, adalah semua harta
memperlengkapinya menurut peninggalan orang yang
cara yang telah disebutkan di meninggal dunia sebelum
dalam bab jenazah. diambil untuk kepentingan
2. Melunasi hutangnya. pemeliharaan jenazah,
3. Pelaksanaan wasiat dari pembayaran utang, dan
sepertiga sisa harta semuanya pelaksanaan wasiat.
sesudah hutang dibayar.
4. Pembagian sisa hartanya di b. Sebab-sebab ada hak, hilang hak,
antara para ahli waris.10 dan syarat-syarat hukum waris Islam
Dalam al-Qur’an telah
Pada hukum waris Islam itu dijelaskan jenis harta yang dilarang
sendiri ada beberapa bentuk uraian, di mengambilnya dan jenis harta yang
antaranya: boleh diambil dengan jalan yang
a. Beberapa istilah dalam waris Islam baik, diantara harta yang halal
1. Warist, adalah orang yang (boleh) diambil ialah harta pusaka.
termasuk ahli waris yang berhak Di dalam al-Qur’an dan hadis telah
menerima warisan. Ada ahli diatur cara pembagian harta pusaka
waris yang dekat hubungannya dengan seadil-adilnya, agar harta itu
kekerabatannya tetapi tidak menjadi halal dan berfaedah.
berhak menerimanya. Dalam Firman Allah Swt:
fiqih mawaris, ahli waris     
semacam itu disebut zawil al-

    


arham. Waris bisa timbul karena
hubungan darah, hubungan
perkawinan dan karena akibat
memerdekakan hamba.
2. Muwaris, adalah orang yang
    
diwarisi harta peninggalannya.
Yaitu, orang yang meninggal   
dunia, baik meninggal secara
hakiki, maupun secara taqdiry, “Dan janganlah sebagian kamu
atau melalui keputusan hakim. memakan harta sebagian yang lain
Seperti orang yang hilang dan diantara kamu dengan jalan yang
tidak diketahui kabar beritanya batil”. (al-Baqarah: 188).12
dan domisilinya. Setelah melalui
persaksian atau tenggang waktu
tertentu hakim memutuskan 1. Sebab ada hak warisan Islam
bahwa ia dinyatakan meninggal
dunia.
11
Amad Rofiq, Fiqh Mawaris…, . 3.
12
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan
10
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: Terjemahannya, (Jakarta: al-Qur’an Raja Fad,
Alma’arif, 1993), Cet. 3, . 239. 2015), . 46.
Nursyamsudin 73

Adanya hak untuk b. Hubungan perkawinan (al-


mewarisi harta seseorang yang musaharah)
telah meninggal dunia menurut Perkawinan yang sah,
al-qur’an, hadis Rasulullah dan menyebabkan adanya
kompilasi hukum Islam, hubungan hukum saling
ditemukan dua penyebab, yaitu mewarisi antara suami dan
(1) hubungan kekerabatan istri. Yaitu perkawinan, yang
(nasab), (2) hubungan syarat dan rukunnya
perkawinan, dan (3) hubungan terpenuhi, baik secara agama
karena sebab wala’.13 maupun administrative. 14
a. Hubungan kekerabatan (al- c. Hubungan karena sebab
qarabah) wala’
Dalam ketentuan hukum Wala’ adalah pewarisan
jahiliyah, kekerabatan ynag karena jasa seseorang yang
menjadi sebab mewarisi telah memerdekakan seorang
adalah terbatas pada laki-laki hamba kemudian budak itu
yang telah dewasa. Islam menjadi kaya. Jika orang
datang memperbaharui dan yang dimerdekakan itu
merevisinya. Laki-laki dan meninggal dunia, orang yang
perempuan, termasuk di memerdekakannya berhak
dalamnya anak-anak, bahkan mendapatkan warisan.15
bayi yang masih di dalam
kandungan diberikan hak 2. Sebab hilang hak warisan Islam
untuk mewarisi, sepanjang Penyebab hilangnya hak
hubungan kekerabatan untuk mendapatkan harta
membolehkan. Artinya, ada warisan, ditemukan empat hal,
ketentuan bahwa kerabat yaitu (a) perbudakan (hamba
yang dekat hubungannya, sahaya), (b) perbedaan agama
dapat menghalangi kerabat antara pewaris dengan ahli
yang jauh. Adakalanya waris, (c) ahli waris membunuh
menghalangi (meng-hijab) pewaris, dan (d) murtad16
sama sekali, atau hanya 3. Syarat-syarat hukum waris Islam
sekedar mengurangi bagian Sayarat-syarat adanya
si terhijab. Yang pertama, pelaksanaan hokum kewarisan
seharusnya ahli waris bisa Islam, ditemukan tiga syarat,
menerima bagian karena ada yaitu (a) kepastian
hijab (ahli waris yang meninggalnya orang yang
menghalangi) berakibat mempunyai harta, (b) kepastian
tertutupsama sekali hak hidupnya ahli waris ketika
warisnya. Yang kedua pewaris meninggal dunia, dan
seperti suami, sedianya (c) diketahui sebab-sebab status
menerima bagian ½, tetapi masing-masing ahli waris.17
karena ada anak atau cucu,
berkurang bagiannya 14
menjadi ¼. Amad Rofiq, Fiqh Mawaris…, . 34 dan
35.
15
Dian Kairul Umam, Fiqih Mawaris,
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. 1, . 24.
13 16
Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam…, .351.
17
Waris Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum
Cet. 1, .42. Waris Di Indonesia…, .44 dan 45.

73
74 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018

c. Ahli waris dan macam-macamnya 3. Ibu


Orang-orang yang boleh 4. Ibu dari bapak
(mungkin) mendapat pusaka dari 5. Ibu dari ibu terus ke atas
seseorang yang meninggal dunia ada pihak ibu sebelum berselang
25 orang, 15 orang dari pihak laki- laki-laki
laki dan 10 orang dari pihak 6. Saudara perempuan yang
perempuan: seibu sebapak
1. Dari pihak laki-laki 7. Saudara perempuan yang
1. Anak laki-laki sebapak
2. Anak laki-laki dari anak 8. Saudara perempuan yang
laki-laki (cucu) dari pihak seibu
anak laki-laki, dan terus 9. Istri
kebawah, asal pertaliannya 10. Perempuan yang
masih terus laki-laki memerdekakan si mayit.18
3. Bapak Apabila dilihat dari hubungan
4. Kakek dari pihak bapak, dan kekerabatan (jauh-dekat)nya sehingga
terus ke atas pertalian yang yang dekat lebih berhak menerima
belum putus dari pihak warisan daripada yang jauh dapat
bapak dibedakan:
5. Saudara laki-laki seibu 1. Ahli waris nasabiyah
sebapaka Ahli waris nasabiyah adalah
6. Saudara laki-laki sebapak ahli waris yang pertalian
saja kekerabatannya kepada muwaris
7. Saudara laki-laki seibu saja berdasarkan hubungan darah. Ahli
8. Anak laki-laki dari saudara waris nasabiyah ini terdiri 13
laki yang seibu sebapak orang laki-laki dan 8 orang
9. Anak laki-laki dari saudara perempuan.
laki-laki yang sebapak saja Ahli waris laki-laki:
10. Saudara laki-laki bapak
(paman) dari pihak bapak a. Anak laki-laki
yang seibu sebapak b. Cucu laki-laki garis laki-laki
11. Saudara laki-laki bapak yang c. Bapak
sebapak saja d. Kakek dari bapak
12. Anak laki-laki saudara bapak e. Saudara laki-laki sekandung
yang laki-laki (paman) yang f. Saudara laki-laki seayah
seibu sebapak g. Saudara laki-laki seibu
13. Anak laki-laki saudara bapak h. Anak laki-laki saudara laki-laki
yang laki-laki (paman) yang sekandung
sebapak saja i. Anak laki-laki saudara laki-laki
14. Suami seayah
15. Laki-laki yang j. Paman saudara bapak sekandung
memerdekakannya (mayat) k. Paman seayah
2. Dari pihak perempuan l. Anak laki-laki paman sekandung
1. Anak perempuan m. Anak laki-laki paman seayah.
2. Anak perempuan dari anak Adapun ahli waris
laki-laki dan seterusnya ke perempuan:
bawah, asal pertaliannya a. Anak perempuan
dengan yang meninggal
18
masih terus laki-laki . Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam…, al. 349
dan 350
Nursyamsudin 75

b. Cucu perempuan garis laki-laki 4. Ahli waris ashab Al-Furud dan


c. Ibu hak-haknya
d. Nenek garis bapak Pada umumnya ahli waris
e. Nenek garis ibu ashab al-furud adalah perempuan,
f. Saudara perempuan sekandung sementara ahli waris laki-laki
g. Saudara perempuan seayah yang menerima bagian tertentu
h. Saudara perempuan seibu.19 adalah bapak, kakek dan suami.
2. Ahli waris sababiyah Selain itu menerima bagian sisa
Ahli waris sababiyah adalah (‘asabah).
ahli waris yang hubungan a. Yang mendapat setengah ( ½)
pewarisannya timbul karena 1. Anak perempuan, apabila
sebab-sebab tertentu, yaitu: ia hanya sendiri, tidak
a. Sebab perkawinan, yaitu bersama-sama saudaranya
suami istri 2. Anak perempuan dari anak
b. Sebab memerdekakan hamba laki-laki, apabila tidak ada
sahaya. anak perempuan
3. Al-Furud Al-Muqaddarah dan 3. Saudara perempuan yang
macam-macamnya seibu sebapak saja, apabila
Kata al-furud adalah saudara perempuan seibu
bentuk jamak dari kata fard sebapak tidak ada dan ia
artinya bagian (ketentuan). al- hanya seorang saja
muqaddarah artinya ditentukan. 4. Suami, tidak ada anak dan
Jadi al-furud al-muqaddarah anak dari anak laki-laki.
maksudnya adalah bagian-bagian b. Yang mendapat seperempat
yang telah ditentukan besar- (¼)
kecilnya di dalam al-Qur’an. 1.Suami, ada anak atau ada
Bagian-bagian itulah yang akan anak dari anak laki-laki
diterima oleh ahli waris menurut 2.Istri, baik seorang maupun
jauh-dekatnya hubungan lebih, tidak ada ank dan
kekerabatan. tidak ada anak dari anak
Macam-macam al-furud laki-laki. Maka apabila
al-muqaddarah yang diatur di istri itu lebih, seperempat
dalam al-Qur’an ada 6, yaitu: itu dibagi rata antara
a. setengah mereka.
(½ = al-nisf) c. Yang mendapat seperdelapan
b. sepertiga (⅛)
(⅓ = al-sulus) Seorang istri atau lebih, jika
c. seperempat bersama dengan anak laki-laki
(¼ = al-rubu’) atau cucu laki-laki.
d. seperenam d. Yang mendapat dua pertiga
(1/6 = al-sudus) (⅔)
e. seperdelapan 1.2 Anak perempuan atau
(⅛ = al-sumun) lebih, jika tidak ada anak
f. dua pertiga laki-laki.
(⅔ = al-sulusan al- 2.2 Anak perempuan atau
sulusain).20 lebih dari anak laki-laki,
jika:
19 20
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris..., . 50 dan . Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris..., . 50 dan
51. 51

75
76 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018

- Tidak ada anak kandung laki-laki maupun


(laki-laki atau perempuan semua.21
perempuan) f. Yang mendapat seperenam
- Tidak ada anak (1/6)
perempuan 1.Ibu, apabila ada anak dan
kandung anak dari anak laki-laki
- Tidak ada saudara laki- maupun beserta dua
laki. saudara atau lebih
3.2 Saudara perempuan 2.Bapak, apabila ada anak atau
sekandung atau lebih, jika: anak dari anak laki-laki
- Tidak ada anak laki-laki 3.Nenek, apabila tidak ada ibu
atau perempuan, atau 4.Cucu perempuan dari anak
tidak ada ayah dan kakek laki-laki, baik sendiri
- Tidak ada saudara laki- ataupun lebih, apabila
laki kandung bersama seorang anak
- Tidak ada anak perempuan. Tetapi jika
perempuan atau cucu anak perempuan tersebut
perempuan dari anak banyak, maka cucu
laki-laki. perempuan tidak mendapat
4.2 Saudara perempuan seayah pusaka
atau lebih, jika: 5.Kakek, ada anak atau anak
- Tidak ada anak, ayah dan dari anak laki-laki,
kakek sedangkan bapak tidak ada
- Tidak ada saudara laki- 6.Seorang saudara seibu
laki seayah 7.Saudara perempuan sebapak,
- Tidak ada anak baik sendiri ataupun
perempuan atau cucu banyak, apabila beserta
perempuan dari anak saudara perempuan seibu
laki-laki dan saudara sebapak, adapun saudara
sekandung (laki-laki atau sibu sebapak banyak, maka
perempuan). saudara perempuan
e. Yang mendapat sepertiga (⅓) sebapak tidak mendapat
1.Ibu, jika: pusaka.22
- Tidak ada anak atau
cucu dari anak laki-laki
- Tidak ada saudara laki- 5. Ahli waris ‘asabah dan macam-
laki atau perempuan macamnya
sekandung, seayah dan ‘Asabah adalah bagian sisa
seibu. setelah diambil oleh ahli waris
2.Beberapa saudara laki-laki ashab al-furud. Sebagai penerima
atau perempuan seibu, bagian sisa, ahli waris ‘asabah,
jika: terkadang menerima bagian
- Tidak ada orang tua banyak (seluruh harta warisan),
atau anak terkadang menerima sedikit, tetapi
- Jumlah mereka dua terkadang tidak menerima bagian
orang atau lebih, baik

21
Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris…, .
62-64.
22
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam…, . 355-361.
Nursyamsudin 77

sama sekali, karena habis diambil 3. ‘Asabah ma’al-gair adalah ahli


ahli waris ashab al-furud. waris yang menerima bagian
Adapun macam-macam ‘asabah karena bersama ahli
ahli waris ‘asabah ada tiga waris lain yang bukan
macam, yaitu: penerima bagian ‘asabah,
1. ‘Asabah bi nafsih adalah ahli yaitu:
waris yang karena kedudukan a. Saudara perempuan
dirinya sendiri berhak sekandung (seorang atau
menerima bagian ‘asabah, lebih) karena bersama
yaitu: dengan anak perempuan
a.Anak laki-laki (seorang atau lebih), atau
b.Cucu laki-laki dari garis bersama dengan cucu
laki-laki perempuan garis laki-laki
c.Bapak (seorang atau lebih).
d.Kakek (dari garis bapak) b. Saudara perempuan seayah
e.Saudara laki-laki sekandung (seorang atau lebih)
f. Saudara laki-laki seayah bersama dengan anak atau
g.Anak laki-laki saudara laki- cucu perempuan (seorang
laki sekandung atau lebih).23
h.Anak laki-laki saudara laki- 6. Ahli waris zawul al-Arham
laki seayah Secara umum zawul arham
i. Paman sekandung itu adalah orang-orang yang
j. Paman seayah mempunyai hubungan
k.Anak laki-laki paman kekerabatan. Di kalangan ulama
sekandung ahlu al-sunnah kata zawul arham
l. Anak laki-laki paman seayah ini dikhususkan penggunaannya
m. Mu’tiq dan mu’tiqah (laki- dalam kewarisan pada orang yang
laki atau perempuan yang mempunyai hubungan keturunan
memerdekakan hamba yang tidak disebutkan Allah
sahaya). furudnya dalam al-Qur’an dan
2. ‘Asabah bi al-gair adalah ahli tidak pula pada kelompok orang-
waris yang menerima bagian orang yang berhak atas sisa harta
sisa karena bersama-sama sebagaimana yang dijelaskan oleh
dengan ahli waris lain yang Nabi dengan sunahnya.
telah menerima bagian sisa, Ahli waris yang berhak
yaitu: atas sisa harta yang dinamakan
a. Anak permpuan bersama ashabah itu dinyatakan oleh Nabi
dengan anak laki-laki yaitu laki-laki yang dihubungkan
b. Cucu perempuan garis kepada pewaris melalui jalur laki-
laki-laki, bersama dengan laki. Kalau zawul arham itu
cucu laki-laki garis laki- adalah orang yang berhubungan
laki keturunan selain orang yang
c. Saudara perempuan disebutkan dalam al-Qur’an dan
sekandung bersama selain dari laki-laki melalui garis
dengan saudara laki-laki laki-laki, tentunya ia adalah
sekandung perempuan atau yang
d. Saudara perempuan seayah dihubungkan kepada pewaris
bersama dengan saudara
laki-laki seayah. 23
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris..., . 59-61.

77
78 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018

melalui perempuan, baik laki-laki mahjub. Keadaan menghalangi


atau perempuan.24 disebut hijab.25
7. Ahli waris maula al-Mu’tiq
Berbicara tentang maula 2. Dasar Hukum Waris Islam
al-mu’tiq (budak yang telah Sejumlah ketentuan tentang
dimerdekakan tuannya) tidak faraidh telah diatur secara jelas di
cukup relevan dalam konteks dalam al-Qur’an, yaitu di dalam surat
kehidupan modern sekarang ini. an-Nisa’ ayat 7, 11, 12, 176, dan surat-
Bukan saja Islam sangat surat lainnya; sejumlah ketentuan
menganjurkan agar setiap hamba lainnya diatur dalam al-Hadits; dan
sahaya dan perbudakan sejumlah ketentuan lainnya diatur di
dihapuskan dari muka bumi, tetapi dalam ijma’ dan ijtihad para sahabat,
nilai-nilai humanisme secara imam-imam madzhab, dan para
universal tidak membenarkan mujtahid lainnya.26
adanya perbudakan tersebut. a. Al-Qur’an
Sebagai fakta sejarah, Islam telah al-Qur’an, merupakan
memberikan hak-hak kepada sebagian besar sumber hukum Islam
orang-orang yang memerdekakan yang banyak menjelaskan
hamba untuk ikut mewarisi ketentuan-ketentuan faraidh tiap-
sebagian dari harta bekas dari tiap ahli waris, seperti tercantum
hambanya itu. Ini tidak lain karena dalam surat an-Nisa’ ayat 7, 11, 12,
ada tujuan-tujuan tertentu, yang 176, dan surat-surat yang lain.27
diantaranya agar setiap orang b. Al-Hadist
dapat dengan suka rela 1. Riwayat Imam al-Bukhari dan
memerdekakan hamba. Imam Muslim atau sering
Adapun status kewarisan digunakan istilah muttafaq-
mu’tiq dan mu’tiqah adalah ‘alaih:
sebagai ahli waris sababiyah. .(‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪاﻷﻋﻠﻰ ﺑﻦ ﺣﻤﺎد )وھﻮ اﻟﻨﺮﺳﻲ‬
Mereka mewarisi bagian sisa ‫ ﻋﻦ‬،‫ ﻋﻦ أﺑﯿﮫ‬،‫ﺣﺪﺛﻨﺎ وھﯿﺐ ﻋﻦ اﺑﻦ طﺎوس‬
karena sebab tindakannya ‫ ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ‬:‫ ﻗﺎل‬.‫اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬
memberi kenikmatan dan derajat ‫ ﻓﻤﺎ‬.‫ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ )أﻟﺤﻘﻮا اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﺑﺄھﻠﮭﺎ‬
kemanusiaan yang sama dengan .(‫ذﻛﺮ‬ ‫رﺟﻞ‬ ‫ﻷوﻟﻰ‬ ‫ﻓﮭﻮ‬ ‫ﺑﻘﻲ‬
orang lain kepada si hamba. ‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﯾﺰﯾﺪ‬.‫ﺣﺪﺛﻨﺎ أﻣﯿﺔ ﺑﻦ ﺑﺴﻄﺎم اﻟﻌﯿﺸﻲ‬
8. Ahli waris yang terhijab ‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ روح ﺑﻦ اﻟﻘﺎﺳﻢ ﻋﻦ ﻋﺒﺪﷲ‬.‫ﺑﻦ زرﯾﻊ‬
Hijab secara harfiyah ‫ ﻋﻦ‬،‫ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬،‫ ﻋﻦ أﺑﯿﮫ‬،‫ﺑﻦ طﺎوس‬
berarti satir, penutup atau ‫ ﻗﺎل‬.‫رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬
penghalang. Dis fiqih mawaris, ‫ ﻓﻤﺎ ﺗﺮﻛﺖ‬.‫)أﻟﺤﻘﻮا اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﺑﺄھﻠﮭﺎ‬
istilah hijab digunakan untuk .(‫اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻓﻸوﻟﻰ رﺟﻞ ذﻛﺮ‬
menjelaskan ahli waris yang jauh
hubungan kekerabatannya yang “Nabi Saw bersabda:
kadang-kadang atau seterusnya berikanlah bagian-bagian
terhalang oleh ahli waris yang tertentu kepada orang-orang
lebih dekat. Orang yang yang berhak. Sesudah itu
menghalangi disebut hajib, dan sisanya untuk orang laki-laki
orang yang terhalang disebut
25
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris..., . 69-71.
26
Otje Salman dan Mustofa affas, Hukum
Waris Islam…, . 3.
24 27
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris…, .
Islam…, . 149. 15.
Nursyamsudin 79

yang lebih utama (dekat pewaris secara khusus dikaitkan


kekerabatannya)”. (Riwayat dengan suatu proses pengalihan hak
28
Bukhari dan Muslim). atas harta dari seseorang yang telah
meninggal dunia kepada
2. Riwayat al-Bukhari dan Muslim keluarganya yang masih hidup.
‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﯾﺤﯿﻰ ﺑﻦ ﯾﺤﯿﻰ وأﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ أﺑﻲ‬ b. Harta warisan
(‫ﺷﯿﺒﺔ وإﺳﺤﺎق ﺑﻦ إﺑﺮاھﯿﻢ )واﻟﻠﻔﻆ ﻟﯿﺤﯿﻰ‬ Adalah harta bawaan
‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ‬:‫ وﻗﺎل اﻵﺧﺮان‬.‫ أﺧﺒﺮﻧﺎ‬:‫)ﻗﺎل ﯾﺤﯿﻰ‬ ditambah dengan bagian dari harta
‫ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ‬،‫اﺑﻦ ﻋﯿﯿﻨﺔ( ﻋﻦ اﻟﺰھﺮي‬ bersama sesudah digunakan
‫ ﻋﻦ أﺳﺎﻣﺔ‬،‫ ﻋﻦ ﻋﻤﺮو ﺑﻦ ﻋﺜﻤﺎن‬،‫ﺣﺴﯿﻦ‬ keperluan pewaris selama sakit
‫ﺑﻦ زﯾﺪ؛ أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬ sampai meninggalnya, biaya
‫ وﻻ ﯾﺮث اﻟﻜﺎﻓﺮ‬.‫)ﻻ ﯾﺮث اﻟﻤﺴﻠﻢ اﻟﻜﺎﻓﺮ‬ pengurusan jenazah, dan
.(‫اﻟﻤﺴﻠﻢ‬ pembayaran utang serta wasiat
“Orang muslim tidak berhak pewaris.
mewarisi orang kafir, dan orang c. Ahli waris
kafir tidak berhak mewarisi Adalah orang yang berhak
orang muslim”.29 mewaris karena hubungan
kekerabatan (nasab) atau hubungan
c. Ijma perkawinan (nikah) dengan pewaris,
Ijma sahabat, seperti beragama Islam dan tidak terhalang
kesepakatan para sahabat Rasul saw karena hukum untuk mejadi ahli
terhadap warisan kakek ketika tidak waris.31
adanya bapak, demikian juga cucu
mendapat warisan tetkala bapaknya 4. Asas-asas Hukum Waris Islam
telah meninggal dan bagian saudara Asas-asas hukum islam terdiri
perempuan seayah.30 atas:a. ijbari, b. bilateral, c. individual,
d. keadilan berimbang dan e. akibat
3. Unsur-unsur Hukum Waris Islam kematian.
Dalam pelaksanaan hukum a. Ijbari
kewarisan masyarakat muslim yang Adalah pengalihan harta dari
mendiami Negara Republic Indonesia seseorang yang meninggal dunia
terdiri atas tiga unsur, yaitu (a) pewaris, kepada ahli warisnya berlaku
(b) harta warisan, dan (c) ahli waris. dengan sendirinya menurut
Ketiga unsur tersebut saling berkaitan ketetapan Allah tanpa digantungkan
dan masing-masing mempunyai kepada kehendak pewaris atau ahli
ketentua tersendiri. Hal ini diuraikan warisnya.
sebagai berikut: b. Asas bilateral
a. Pewaris Adalah seseorang menerima
Adalah orang yang pada saat hak atau bagian warisan dari kedua
meninggalnya beragama Islam, belah pihak; dari kerabat keturunan
meninggalkan harta warisan dan ahli laki-laki dan dari kerabat keturunan
waris yang masih hidup. Istilah perempuan.
28 c. Asas individual
Imam Zainudin Amad bin Amad bin
‘Abdul Latif Zabidin, Sahih al-Bukari, (Darul Adalah harta warisan dapat
Muayad, 2012), . 596. dibagi-bagi kepada ahli waris untuk
29
Imam Taabuddin Abi Abbas Amad bin dimiliki secara perorangan. Untuk
Muammad Syanif Qistalani, (Bairut: Darul Kitab Al itu, dalam pelaksanaannya, seluruh
‘Alamiya, 2012), Juz. 14, . 176.
30
Kosim Rusdi, Hukum Waris Islam (tela’a
31
teradap hukum waris islam dan implementasinya di Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum
Indonesia ,2009), . 15. Waris Di Indonesia…, . 45-47.

79
80 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018

harta dinyatakan dalam nilai tertentu a. Proses pengoperan atau hibah atau
yang kemudian dibagikan kepada penerusan atau warisan
setiap ahli waris yang berhak b. Harta benda materill dan imaterill
menerimanya menurut kadar bagian c. Satu generasi ke generasi
33
masing-masing. Oleh karena itu, selanjutnya.
bila setiap ahli waris berhak atas Menurut Wirjono warisan
bagian didapatnya tanpa terikat adalah cara penyelesaian hubungan
kepada ahli waris yang lain berarti hukum dalam masyarakat yang
mempunyai kemampuan untuk melahirkan sedikit banyak kesulitan
menerima hak dan menjalankan sebagai akibat dari wafatnya seorang
kewajiban. manusia, dimana manusia yang wafat
d. Asas keadilan berimbang itu meninggalkan harta kekayaan.
Adalah keseimbangan antara Perhatikan istilah warisan diartikan
hak yang diperoleh dengan sebagai cara penyelesaian bukan
keperluan dan kegunaan dalam diartikan bendanya. Kemudian cara
melaksanakan kewajiban. penyelesaian itu sebagai akibat dari
Asas keadilan keseimbangan kematian seseorang, sedangkan kami
antara hak dan kewajiban, antara mengartikan warisan itu adalah
hak yang diperoleh seseorang bendanya dan penyelesaian harta benda
dengan kewajiban yang harus seseorang kepada warisnya dapat
ditunaikanya. Sebagai conoh, laki- dilaksanakan sebelum ia wafat.
laki dan perempuan mendapat hak Sesungguhnya mengartikan
yang sebanding dengan kewajiban waris setelah waris wafat memang
yang dipikulnya masing-masing benar jika masalahnya kita bicarakan
dalam kehidupan kelaurga dan dari sudut hukum waris islam atau
masyarakat. hukum waris KUHPerdata. Tetapi jika
e. Akibat kematian kita melihatnya dari sudut hukum adapt
Adalah kewarisan ada kalau maka pada kenyataanya sebelum
ada yang meninggal dunia. pewaris wafat sudah dapat terjadi
Kewarisan ada sebagai akibat dari perbuatan penerusan atau pengalihan
meninggalnya seseorang. Oleh harta kekayaan kepada waris. Perbuatan
karena itu, pengalihan harta penerusan atau pengalihan harta dari
seseorang kepada orang lain yang pewaris kepada waris sebelum pewaris
disebut kewarisan, terjadi setelah wafat dapat terjadi dengan cara
orang yang mempunyai harta itu penunjukan, penyerahan kekuasaan atau
meninggal dunia.32 penyerahan pemilikan atas bendanya
oleh pewaris kepada waris.34
C. Konsep Waris Adat Hukum adat tidak saja
1. Pengertian merupakan adat-adat yang mempunyai
Arti hukum waris menurut akibat-akibat hukum, atau keputusan-
hukum adat adalah sekumpulan hukum keputusan yang berwibawa dari kepala-
yang mengatur proses pengoperan dari kepala rakyat, karena antara adat yang
satu generasi ke generasi selanjutnya
(Prof. Soepomo). Dari definisi ini
memberikan penjelasan, bahwa di 33
Tamakiran, Asas-Asas Hukum Waris
dalamnya ada termuat tiga inti yang Menurut Tiga System Hukum, (Bandung: CV. Pionir
penting: Jaya, 2000), Cet. 1, . 62.
34
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat,
32
Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2013), Cet.V, . 8
Waris Di Indonesia…, . 45-47 dan 9.
Nursyamsudin 81

mempunyai akibat hukum tidak ada Dalam masyarakat keibuan


pemisahan yang tegas.35 ini anak-anak merupakan sebagian
Pembagian waris menurut dari keluarga ibunya, sedang
hukum adat dapat juga dilakukan olah ayahnya tetap merupakan sebagian
pewaris semasih ia hidup, dengan dari keluarganya sendiri. Dan
pemberian kepada anak-anaknya jika perkawinannya dalam masyarakat
mereka mulai mau berdiri sendiri untuk ini disebut “Exogam Semendo”
hidup dengan keluarganya, pembagian yang berarti perkawinan dimana
waris menurut hukum adat dalam hal laki-laki didatangkan atau dijemput
harta perkawinan, jika mereka tidak oleh pihak wanita tapi laki-laki tidak
mempunyai anak, maka salah seorang. termasuk klan istrinya, melainkan
Diantara mereka suami/istri adalah masih tetap menjadi anggota
mewarisi semua harta perkawinan yang klannya (klan ibunya).
ada. Dan terakhir, jika ia meninggal b. Ahli waris dalam masyarakat
maka harta itu masing-masing, sepertiga kebapaan
bagian jatuh pada sanak saudara pihak Masyarakat kebapaan ialah
istri dan duapertiga bagian jatuh pada masyarakat yang anggotanya
sanak saudara pihak si suami.36 menarik garis keturunan melalui
Menurut hukum adat, pada garis bapa. Dalam masyarakat
dasarnya wanita tidak mempunyai hak kebapaan biasanya hanyalah anak
untuk waris, karena ia bukan ahlli waris laki-laki yang menjadi ahli waris.
(dia adalah sebagai orang asing). Tetapi Oleh karena seorang perempuan
sebagai istri ia berhak memiliki harta yang sudah kawin secara jujur ia
benda yang diperoleh selama masuk anggota keluarga suaminya
perkawinannya, lagi pula mempunyai dan dilepaskan dari keluarganya
hak nafkah selama hidupnya dari harta sendiri. Maka ia tak merupakan ahli
peninggalan tersebut. waris dari orang tuanya yang
Ahli waris menurut hukum adat meninggal.Anak laki-laki ini
yakni; mendapat warisan baik dari bapa
a. Ahli waris dalam masyarakat maupun dari ibunya dan pada
keibuan asasnya berhak atas semua harta
yang dimaksud dengan benda.
masyarakat keibuan adalah c. Ahli waris dalam masyarakat
masyarakat yang anggota- keibu-bapaan
anggotanya menarik garis keturunan Masyarakat keibu-bapaan
melalui garis ibu. Misalnya ialah masyarakat yang anggotanya
minangkabau, masyarakat keibuan menarik garis keturunan melalui
ini disebut masyarakat “unilateral” kedua belah pihak ialah ibu dan
karena unilateral berarti menarik bapa.Dalam hukum waris ini berarti
garis keturunan melalui satu pihak, bahwa terlepas dari pada keadaan
dalam hal ini melalui garis ibu saja. khusus: anak lak-laki dan anak
perempuan adalah sama-sama
berhak menjadi ahli waris dari orang
35
tuanya, malah masih dalam
Otje Salman, Kesadaran Hukum pertimbangan bahwa janda dan duda
Masyarakat Teradap Hukum Waris, (Bandung: PT.
Alumni, 2007), Cet. 2, . 34.
saling mewarisi.
36
M. Yahya Mansur Dkk, System Bagian dari tiap-tiap anak,
Kekerabatan Dan Pola Pewarisan, (Jakarta: PT. baik laki-laki maupun perempuan
Pustaka Grafika Kita, 2008), Cet. 1, . 78. pada dasarnya adalah sama. Ini tidak

81
82 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018

berarti bahwa tiap-tiap anak kepada ahli warisnya. Harta warisan


mempunyai hak yang sama menurut itu terdiri atas:
jumlah angka. Tetapi bagian ini 1) Harta bawaan atau harta asal
berdasarkan kebutuhan dan 2) Harta perkawinan
kepatutan. 3) Harta pusaka
Proses meneruskan dan 4) Harta yang menunggu.
mengoperkan barang-barang harta c.Ahli waris
keluarga kepada anak-anak, kepada Ahli waris adalah orang
turunan keluarga itu telah mulai yang berhak mewarisi harta
pada saat orang tua masih peninggalan pewaris, yakni anak
hidup.sistem kewarisan dalam kandung, orang tua, saudara, ahli
masyarakat ini adalah individual waris pengganti, dan orang yang
yang cirinya ialah bahwa harta mempunyai hubungan perkawinan
peninggalan dapat dibagi-bagikan dengan pewaris (janda dan duda).
pemiliknya di antara ahli waris.37 Selain itu, dikenal juga anak angkat,
anak tiri, dan anak luar kawin, yang
2. Unsur-Unsur Hukum Waris Adat biasanya diberikan bagian harta
Unsur-unsur hukum waris adat warisan dari ahli waris bila ahli
masyarakat yang mendiami Negara waris membagi harta warisan
republic Indonesia terdiri atas: (a) diantara mereka. Selain itu, biasa
pewaris, (b) harta warisan dan (c) ahli juga diberikan harta dari pewaris,
waris. baik melalui wasiat maupun melalui
a.Pewaris hibah.38
Pewaris adalah orang yang
telah meninggal dunia dan 3. Asas-Asas Hukum Waris Adat
meninggalkan sesuatu yang dapat a. Asas ketuhanan dan
beralih kepada keluarganya yang pengendalian diri
masih hidup, baik keluarga melalui Asas ketuhanan dan
hubungan kekerabatan, perkawinan pengendalian diri, yaitu adanya
maupun keluarga melalui kesadaran bagi para ahli waris
persekutuan hidup dalam rumah bahwa rezeki berupa harta kekayaan
tangga. Pengalihan harta kepada manusia yang dapat dikuasai dan
keluarga yang disebutkan terakhir dimiliki merupakan karunia dan
ini, biasanya bersifat jaminan keridhaan Tuhan atas keberadaan
keluarga yang diberikan oleh ahli harta kekayaan. Oleh karena itu,
waris melalui pembagiannya. Oleh untuk mewujudkan ridha Tuhan bila
karena itu, yang tergolong sebagai seorang meninggal dan
pewaris adalah: (-) orang tua (ayah meninggalkan harta warisan, maka
dan ibu), (-) saudara-saudara yang para ahli waris itu menyadari dan
belum berkeluarga atau yang sudah menggunakan hukum-Nya untuk
berkeluarga tetapi tidak mempunyai membagi harta warisan mereka,
keturunan, dan (-) suami atau istri sehingga tidak berselisih dan saling
yang meninggal dunia. berebut harta warisan karena
b.Harta warisan perselisihan diantara para ahli waris
Harta warisan adalah harta memberatkan perjalanan arwah
kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris untuk menghadap kepada
seseorang yang meninggal dunia Tuhan. Oleh karena itu, terbagi atau

37 38
Tamakiran, Asas-Asas Hukum Waris Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum
Menurut Tiga System Hukum…, . 65, 68 dan 71. Waris Di Indonesia…, 1,2,3, dan 6.
Nursyamsudin 83

tidak terbaginya harta warisan Asas keadilan, yaitu keadilan


bukan tujuan tetapi yang penting berdasarkan status, kedudukan dan
adalah menjaga kerukunan hidup jasa, sehingga setiap keluarga
diantara para ahli waris dan semua pewaris mendapatkan harta warisan,
keturunannya. baik bagian sebagai ahli waris
b. Asas kesamaan dan maupun sebagai bagian bukan ahli
kebersamaan hak waris, melainkan bagian jaminan
Asas kesamaan dan harta sebagai anggota keluarga
kebersamaan hak, yaitu setiap ahli pewaris.39
waris mempunyai kedudukan yang
sama sebagai orang yang berhak D. Pembagian Waris Menurut
untuk mewarisi harta peninggalan Hukum Islam
pewarisnya, seimbang antara hak Dalam pembagian harta warisan
dan kewajiban tanggung jawab bagi sering dijumpai kasus kelebihan dan
setiap ahli waris untuk memperoleh kekurangaan harta, apabila di selesaikan
harta warisannya. Oleh karena itu, menurut ketentuan furud al-
memperhitungkan hak dan muqaddarah. Kelebihan harta terjadi
kewajiban tanggung jawab setiap apabila ahli waris sedikit dan tidak ada
ahli waris bukanlah berarti ahli waris asabah. Sementara
pembagian harta warisan itu mesti kekurangan harta, karena akibat
sama banyak, melainkan pembagian banyaknya ahli waris yang menerima
itu seimbang berdasarkan hak dan bagian. Hal ini tentu dapat
tanggung jawabnya, menimbulkan persoalan di dalam
penyelesaiannya.
c. Asas kerukunan dan Langkah pertama sebelum
kekeluargaan menetapkan Usul al-Masail (asal
Asas kerukunan dan masalah) atau dalam bentuk tunggal dan
kekeluargaan, yaitu para ahli waris lebih mudah, asal masalah adalah
mempertahankan untuk memlihara menyeleksi:
hubungan kekerabatan yang tentram 1. Siapa ahli waris yang termasuk
dan damai, baik dalam menikmati zawil al-arham
dan memanfatkan harta warisan 2. Siapa ahli waris ashab al-furud
tidak terbagi maupun dalam 3. Siapa ahli waris penerima asabah
menyelesaikan pembagian harta 4. Siapa ahli waris yang mahjub
warisan terbagi. 5. Menetapkan bagian tertentu oleh
d. Asas muyawarah dan mufakat masing-masing ashab al-furud
Asas musyawarah dan Dalam menetapkan asal masalah
mufakat, yaitu para ahli waris setelah diketahui bagian masing-masing
membagi harta warisannya melalui ahli waris, adalah mencari angka
musyawarah yang dipimpin oleh kelipatan persekutuan terkecil yang
ahli waris yang dituakan dan bila dapat di bagi masing-masing angka
terjadi kesepakatan dalam penyebut dari bagian ahli waris.
pembagian harta warisan, Maksud dari pengambilan angka
kesepakatan itu bersifat tulus ikhlas terkecil sebagai asal masalah tujuanya
yang dikemukakan dengan untuk memudahkan perhitungan, sebab
perkataan yang baik yang keluar bisa juga digunakan angka yang lebih
dari hati nurani pada setiap ahli besar yang dapat dibagi oleh masing-
waris. 39
. Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum
e. Asas keadilan Waris Di Indonesia…, .. 1,2,3, dan 6.

83
84 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018

masing penyebut, tetapi cara seperti itu 12-15


kurang efektif. Istri ¼ 3 3/12 x Rp.
Setelah diketahui cara penentuan 60.000.000,- : Rp.
angka asal masalah, berikut ini contohnya: 12.000.000,-
1. Contoh: Pembagian waris Islam Ibu 1/6 2 2/12 x Rp.
Harta waris yang di tinggalkan 60.000.000,- : Rp.
sebesar Rp. 9.600.000,- ahli warisnya 8.000.000,-
terdiri dari: suami, ibu, anak laki-laki 2 sdr.Skd. 2/3 8 8/12 x Rp.
dan dua anak perempuan. Bagian 60.000.000,- : Rp.
masing-masing adalah: 32.000.000,-
Ahli waris bag AM HW Rp. 2 anak pr. 1/6 2 2/12 x Rp.
9.600.000,- penerimaan 60.000.000,- : Rp.
12 8.000.000,-
Suami ¼ 3 3/12 x Rp. 15
9.600.000,-: Rp. 2.400.000,- jumlah : Rp. 60.000.000,-
Ibu 1/6 2 3/12 x Rp.
9.600.000,-: Rp. 1.600.000,- b. Contoh: Radd
Anak lk. Seorang meninggal dunia, ahli
}’as 7 7/12 x Rp. 9.600.000,- warisnya terdiri dari: anak perempuan
2 anak pr. dan ibu. Harta warisnya sebesar
: Rp. 5.600.000,- Rp.12.000.000,-. Bagian masing-masing
12 adalah:
jumlah: Rp. 9.600.000,- Ahli waris bag AM HW
Rp.12.000.000,- penerimaan
a. Contoh: Aul 6
Seorang meninggal harta anak pr. 1/2 3 3/6 x
warisannya sebesar Rp. 60.000.000,- Rp.12.000.000,- : Rp.
ahli warisnya terdiri dari: istri, ibu, 2 6.000.000,-
saudara perempuan sekandung dan Ibu 1/6 1 1/6 x
saudara seibu. Bagian masing-masing Rp.12.000.000,- : Rp.
adalah: 2.000.000,-
Ahli waris bag AM HW 4
Rp. 60.000.000,- penerimaan jumlah : Rp.
12 8.000.000,-
Istri ¼ 3 3/12 x Rp. Terdapat sisa harta sebesar
60.000.000,- : Rp. 15.000.000,- Rp.12.000.000,- - Rp. 8.000.000,- : Rp.
Ibu 1/6 2 2/12 x Rp. 4.000.000,-
60.000.000,- : Rp. 10.000.000,- Jika diselesaikan dengan Radd:
2 sdr.Skd. 2/3 8 8/12 x Rp. Ahli waris bag AM HW
60.000.000,- : Rp. 40.000.000,- Rp.12.000.000,- penerimaan
2 anak pr. 1/6 2 2/12 x Rp. 6-4
60.000.000,- : Rp. 10.000.000,- anak pr. 1/2 3 3/6 x
15 Rp.12.000.000,- : Rp.
jumlah : Rp. 75.000.000,- 9.000.000,-
Hasilnya terjadi kekurangan sebesar Rp. Ibu 1/6 1 1/6 x
75.000.000,- - Rp. 60.000.000,- : Rp. Rp.12.000.000,- : Rp.
15.000.000,- 3.000.000,-
Apabila diselesaikan dengan cara Aul:
Ahli waris bag AM HW Rp.
60.000.000,- penerimaan
Nursyamsudin 85

4 Tamakiran, Asas-Asas Hukum Waris


jumlah : Rp. Menurut Tiga System Hukum,
12.000.000,- Bandung: CV. Pionir Jaya, 2000
Umam, Dian Khairul, Fiqih Mawaris,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009
Undang-Undang No 1 tahun 1991, Tentang
DAFTAR PUSTAKA Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

Ahmad, Imam Zainudin bin Ahmad bin


‘Abdul Latif Zabidin, Shahih al-
Bukhari, Darul Muayad, 2012
Ali, Zainuddin, Pelaksanaan Hokum Waris
Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2008
As-Shabuni, Muhammad Ali, Hukum Waris
Dalam Syari’at Islam, Bandung: cv.
Diponogoro, 2005
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan
Terjemahannya, Jakarta: Al-Qur’an
Raja Fahd, 2015
Hadikusumo, Hilman, Hukum Waris Adat.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
2013
Http://tausyiah275.blogsome.com/2005/09/
20/ilmu-waris/
Mansur, M. Yahya Dkk, System
Kekerabatan Dan Pola Pewarisan,
Jakarta: PT. Pustaka Grafiika Kita,
2008
Perangin, Effendi, Hukum Waris, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Rofiq, Ahmad, Fiqh Mawaris, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005
Rusdi, Kosim, Hukum Waris Islam (tela’ah
terhadap hukum waris islam dan
implementasinya di Indonesia ,2009
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Bandung:
Alma’arif, 2007
Salman, Otje, Kesadaran Hukum
Masyarakat Terhadap Hukum Waris,
Bandung: PT. Alumni, 2007
Sulaiman, Imam Khafd Musonif Mutaqin
Abi Daud bin Isy’as Sajasatani al-
Azidi, Sunanu Abi Daud, al-Qahirah:
Darul Hadis, 1999
Syarifuddin, Amir, Hukum Kewarisan
Islam, Jakarta: Prenada Media, 2005

85

Anda mungkin juga menyukai