ABSTRAK
Islam memandang bahwa pembagian harta peninggalan kepada yang berhak mewarisi
mewujudkan kasih dan sayang antara keluarga untuk menanggung dan saling menolong
dalam kehidupan sesama keluarga. Karena itu Allah telah memberikan ketentuan-ketentuan-
Nya yang baik dan adil dalam al-Qur’an yang dapat menimbulkan kemaslahatan dalam
keluarga. Hukum waris dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan hal ihwal
pemindahan harta peninggalan dari seseorang yang meninggal dunia kepada yang masih
hidup. Baik mengenai harta yang ditinggalkan maupun orang-orang yang berhak menerima
harta peninggalan tersebut. Bagian masing-masing ahli waris, maupun cara penyelesaian
pembagian harta peninggalan itu. Islam mengatur ketentuan pembagian warisan secara rinci
agar tidak terjadi perselisihan antara sesama ahli waris sepeninggalan orang yang hartanya
diwarisi. Agama Islam menghendaki prinsip adil dan keadilan sebagai salah satu sendi
pembinaan masyarakat dapat ditegakkan (al-Qur’an surat al-Nisa ayat 11). Problematika
yang muncul sekarang ini adalah banyak orang yang tidak memahami ilmu mawaris, disisi
lain banyak anggota masyarakat yang tidak mau tahu dengan ilmu mawaris, ini berakibat
pada pembagian harta waris menurut kehendak mereka sendiri dan tidak berpijak pada cara-
cara yang benar menurut Islam. Misalnya pembagian harta warisan sama rata antara semua
anak. Bahkan anak angkat memperoleh bagian, cucu mendapat bagian walaupun ada anak si
mayit dan lain-lain.
Islam considers that the division of inheritance to the inherited rights manifests the love and
affection between the family to bear and help each other in the life of the family. Therefore
God has given His good and just provisions in the Qur'an which can lead to the welfare of the
family. The law of inheritance can be interpreted as a science that discusses the removal of
the relics of someone who died to the living. Both about the property left behind and the
people who are entitled to receive the relics. Part of each heir, as well as how to settle the
division of the estate. Islam regulates the provision of inheritance in detail in order to avoid
disputes between fellow heirs left behind people whose property is inherited. Islam wants the
principle of justice and justice as one of the joints of community development can be upheld
(al-Qur'an letter al-Nisa verse 11). The problems that arise today are many people who do
not understand the science of mawaris, on the other hand many members of the community
who do not want to know with mawaris science, this result in the distribution of inheritance
according to their own will and not based on the right way according to Islam. For example
the division of inheritance equally between all children. Even a foster child gets a share,
grandchildren gets a share even though there is a son of the dead and others.
1
Muammad Ali as-Sabuni, Hukum Waris 3
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan
Dalam Syari’at Islam, (Bandung: cv. Diponogoro, Terjemahannya, (Jakarta: Al-Qur’an Raja Fadh,
2005), Cet. III, . 39 dan 40 2015), . 116
2 4
Effendi Perangin, Hukum Waris, (Jakarta: PT. Hilman Hadikusumo, Hukum Waris Adat.
Raja Grafindo Persada, 2008), . 3 (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2013), . 10
Nursyamsudin 71
waris yang di atur secara rinci di dalam penekanan), ini merupakan kewajiban
al-Qur’an.5 dari Allah SWT yang harus
Secara terminologi adalah fiqih dilaksanakan seperti halnya
atau ilmu yang mempelajari tentang mengerjakan sholat, puasa, zakat, haji.
siapa orang-orang yang termasuk ahli Hal ini dikarenakan ilmu waris sudah
waris dan siapa yang tidak, berapa ada ketentuan yang telah dijabarkan
bagian-bagainnya dan bagaimana cara oleh Kitabullah (al-Qur’an) dan Sunnah
menghitungnya. al-syaribiny dalam Rasululloh SAW. Pembagian harta
kitab mugni al muhtaj juz 3 mengatakan pusaka (warisan) di dalam al-Qur’an
bahwa fiqih mawaris adalah fiqih yang dikenal dengan istilah hudud Allah
berkaitan dengan pembagian harta (batas atau ketentuan yang ditetapkan
warisan dan dan bagian-bagian yang Allah (al-Nisa:13-14).7
wajib diterima dari harta peninggalan Hukum kewarisan Islam atau
untuk setiap yang berhak. yang dalam kitab-kitab fikih biasa
Hukum waris Islam adalah disebut faraid adalah hukum kewarisan
aturan yang mengatur pengalihan harta yang diikuti oleh umat Islam dalam
dari seseorang yang meninggal dunia usaha mereka menyelesaikan
kepada ahli warisnya. Hal ini berarti pembagian harta peninggalan keluarga
menentukan siapa-siapa yang menjadi yang meninggal dunia.8
ahli waris, porsi bagian masing-masing Bagi ummat Islam
ahli waris, menentukan harta melaksanakan syari’at yang ditunjuk
peninggalan dan harta warisan bagi oleh nas-nas yang sarih adalah
orang yang meninggal dimaksud. keharusan. Oleh sebab itu pelaksanaan
Sedangkan menurut Undang- waris berdasarkan hukum waris Islam
undang No. 1 Tahun 1991 pasal 171 bersifat wajib. Kewajiban itu dapat pula
yakni: hukum kewarisan adalah hukum dilihat dari sabda Rasulullah Saw.
yang mengatur tentang pemindahan hak Sebagai berikut:
pemilikan harta peninggalan (tirkah) Riwayat Muslim dan Abu Daud
pewaris, menetukan siapa-siapa yang ﺣﺪﺛﻨﺎ إﺳﺤﺎق ﺑﻦ إﺑﺮاھﯿﻢ وﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ راﻓﻊ وﻋﺒﺪ ﺑﻦ
berhak menjadi ahli waris dan berapa وﻗﺎل. ﺣﺪﺛﻨﺎ:ﺣﻤﯿﺪ )واﻟﻠﻔﻆ ﻻﺑﻦ راﻓﻊ( )ﻗﺎل إﺳﺤﺎق
bagiannya masing-masing.6 أﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﻌﻤﺮ ﻋﻦ اﺑﻦ.( أﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪاﻟﺮزاق:اﻵﺧﺮان
Ilmu waris merupakan salah satu : ﻗﺎل. ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس، ﻋﻦ أﺑﯿﮫ،طﺎوس
ilmu yang harus dipelajari/dikuasai di ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ )أﻗﺴﻤﻮا اﻟﻤﺎل
Islam, minimal ada seseorang yang ﻓﻤﺎ ﺗﺮﻛﺖ.ﺑﯿﻦ أھﻞ اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻋﻠﻰ ﻛﺘﺎب ﷲ
mengetahui secara detail dan mampu .(اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻓﻸوﻟﻰ رﺟﻞ ذﻛﺮ
menjelaskan (memberikan solusi) “Bagilah harta pusaka diantara
apabila terjadi permasalahan soal waris. ahli-ahli waris menurut
Hal ini dikarenakan waris berkaitan kitabullah (al-Qur’an)”.
dengan harta, dan sudah menjadi sifat (Muslim dan Abu Dawud).9
manusia, tamak terhadap harta. Bahkan Dalam hukum waris Islam ini
karena harta, hubungan darah sebelum harta warisan itu dibagikan
(persaudaraan) bisa berantakan.
Istilah lain dari ilmu waris
adalah faraidh, sebagaimana yang aku 7
ttp://tausyia275.blogsome.com/2005/09/20
tulis di atas (aku tuliskan lagi sebagai /ilmu-waris/
8
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan
5
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet. 2, . 35.
9
Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. 1, Cet. 2, . 1. Imam Kafd Musonif Mutaqin Abi Daud
6
Undang-undang No 1 tahun 1991, Tentang Sulaiman bin Isy’as Sajasatani al-Azidi, Sunanu Abi
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, . 290. Daud, (al-Qaira: Darul adis, 1999), Juz. 3, . 1267.
71
72 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018
73
74 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018
75
76 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018
21
Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris…, .
62-64.
22
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam…, . 355-361.
Nursyamsudin 77
77
78 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018
79
80 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018
harta dinyatakan dalam nilai tertentu a. Proses pengoperan atau hibah atau
yang kemudian dibagikan kepada penerusan atau warisan
setiap ahli waris yang berhak b. Harta benda materill dan imaterill
menerimanya menurut kadar bagian c. Satu generasi ke generasi
33
masing-masing. Oleh karena itu, selanjutnya.
bila setiap ahli waris berhak atas Menurut Wirjono warisan
bagian didapatnya tanpa terikat adalah cara penyelesaian hubungan
kepada ahli waris yang lain berarti hukum dalam masyarakat yang
mempunyai kemampuan untuk melahirkan sedikit banyak kesulitan
menerima hak dan menjalankan sebagai akibat dari wafatnya seorang
kewajiban. manusia, dimana manusia yang wafat
d. Asas keadilan berimbang itu meninggalkan harta kekayaan.
Adalah keseimbangan antara Perhatikan istilah warisan diartikan
hak yang diperoleh dengan sebagai cara penyelesaian bukan
keperluan dan kegunaan dalam diartikan bendanya. Kemudian cara
melaksanakan kewajiban. penyelesaian itu sebagai akibat dari
Asas keadilan keseimbangan kematian seseorang, sedangkan kami
antara hak dan kewajiban, antara mengartikan warisan itu adalah
hak yang diperoleh seseorang bendanya dan penyelesaian harta benda
dengan kewajiban yang harus seseorang kepada warisnya dapat
ditunaikanya. Sebagai conoh, laki- dilaksanakan sebelum ia wafat.
laki dan perempuan mendapat hak Sesungguhnya mengartikan
yang sebanding dengan kewajiban waris setelah waris wafat memang
yang dipikulnya masing-masing benar jika masalahnya kita bicarakan
dalam kehidupan kelaurga dan dari sudut hukum waris islam atau
masyarakat. hukum waris KUHPerdata. Tetapi jika
e. Akibat kematian kita melihatnya dari sudut hukum adapt
Adalah kewarisan ada kalau maka pada kenyataanya sebelum
ada yang meninggal dunia. pewaris wafat sudah dapat terjadi
Kewarisan ada sebagai akibat dari perbuatan penerusan atau pengalihan
meninggalnya seseorang. Oleh harta kekayaan kepada waris. Perbuatan
karena itu, pengalihan harta penerusan atau pengalihan harta dari
seseorang kepada orang lain yang pewaris kepada waris sebelum pewaris
disebut kewarisan, terjadi setelah wafat dapat terjadi dengan cara
orang yang mempunyai harta itu penunjukan, penyerahan kekuasaan atau
meninggal dunia.32 penyerahan pemilikan atas bendanya
oleh pewaris kepada waris.34
C. Konsep Waris Adat Hukum adat tidak saja
1. Pengertian merupakan adat-adat yang mempunyai
Arti hukum waris menurut akibat-akibat hukum, atau keputusan-
hukum adat adalah sekumpulan hukum keputusan yang berwibawa dari kepala-
yang mengatur proses pengoperan dari kepala rakyat, karena antara adat yang
satu generasi ke generasi selanjutnya
(Prof. Soepomo). Dari definisi ini
memberikan penjelasan, bahwa di 33
Tamakiran, Asas-Asas Hukum Waris
dalamnya ada termuat tiga inti yang Menurut Tiga System Hukum, (Bandung: CV. Pionir
penting: Jaya, 2000), Cet. 1, . 62.
34
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat,
32
Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2013), Cet.V, . 8
Waris Di Indonesia…, . 45-47 dan 9.
Nursyamsudin 81
81
82 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018
37 38
Tamakiran, Asas-Asas Hukum Waris Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum
Menurut Tiga System Hukum…, . 65, 68 dan 71. Waris Di Indonesia…, 1,2,3, dan 6.
Nursyamsudin 83
83
84 Mahkamah, Vol. 3, No. 1, Juni 2018
85