Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MERAIH BERKAH DAN MEWARIS

DISUSUN OLEH :
Albar Ahmad Al Qadri
Ahmad Dicky Prayogi A
Muhammad Onix Andi H
Muhammad Zaeni
Nazwa Anabella Alya I.A
Jheli Scenia Sari
Mila Amelia
Putri Sari Wahyuni

KELAS : XII MIPA 2

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 5 SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Meraih Berkah dan Mewaris”.
Makalah ini berisikan bagaimanatentang warisan atau mawaris itu
dibahas dalam islam.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Samarinda, 05 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Diantara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang ditetapkan
Allah adalah aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang
tinbul sebagai akibat dari suatu kematian. Harta yang ditinggalkan oleh
seorang yang meninggal dunia memerlukan pengaturan tentang siapa yang
berhak menerimanya, berapa jumlahnya, dan bagaimana cara
mendapatkannya.
Aturan tentang waris tesebut ditetapkan oleh Allah melalui firmannya
yang terdapat dalam Al-Qur’an, terutama surah an-nisa’ ayat
7,8,11,12,dan176, pada dasarnya ketentuan Allah yang berkenaan dengan
warisan telah jelas maksud, arah dan tujuannya.
Hukum kewarisan islam atau yang juga dikenal the Islamic law of
inheritance mempunyai karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan
sistem hukum lainnya.
Ditinjau dari perspektif sejarah,implementasi hukum kewarisan islam
pada zaman penjajahan belanda ternyata tidak berkembang, bahkan secara
politis posisinya dikalahkan oleh sistem kewarisan hokum adat. Pada masa
itu diintrodusir teori persepsi yang bertujuan untuk mengangkat hokum
kewarisan adat dan menyisihkan penggunaan hokum kewarisan islam.
Banyak para sarjana hukum barat menganggap hokum kewarisan islam
tidak mempunyai sistemdan hukum islam itu hanya bersandar pada asas
patrilineal. Sementara itu, diklalangan umat islam sendiri banyak pula
yang mengira tidak ada sistem tertentu dalam hukum kewarisan islam,
sehingga menimbulkan sebuah anggapan seolah-olah hukum kewarisan
islam merupakan hokum yang sangat rumit dan sulit. Kondisi yang
demikian itulah yang menyebabkan hukum kewarisan islam menurut fiqih
kebudayaan arab itu sangat sulit diterima masarakat islam di Indonesia.

3
b. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ilmu Mewaris
2. Mengetahui sebab menerima dan penghalang medapatkan ahli waris
3. Mengetahui pengelompokan ahli waris dan hak masing - masing
4. Mengetahui cara meraih berkah dengan mewaris
5. Mengetahui pentingnya hukum waris islam
6. Mengetahui manfaat hukum waris islam

c. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian ilmu mewaris ?
2. Apakah sebab menerima dan Penghalang mendapatkan warisan ?
3. Apakah pengelompokan ahli waris dan hak masing - masing ?
4. Apakah cara meraih berkah dengan mewaris ?
5. Apakah pentingnya hukum waris islam ?
6. Apakah manfaat hukum waris islam ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Ilmu Mewaris


Menurut bahasa,mawaris merupakan bentuk jamak dari kata miras
artinya harta yang diwariskan. Sedangkan secara istilah,mawaris adalah
ilmu yang mempelajari cara pembagian harta peninggalan setelah orang
meninggal dunia.
    Ilmu mawaris juga disebut dengan ilmu Faraid,yaitu ilmu yang
menjelaskan perkara pusaka. Pusaka adalah peninggalan orang yang sudah
meninggal dunia,artinya harta benda dan hak yang ditinggalkan oleh orang
yang sudah meninggal dunia untuk dibagikan kepada yang berhak
menerimanya.                                                                   
              
Dengan demikian,dapat disimpulkan,definisi ilmu mawaris adalah ilmu
yang mempelajari tentang ketentua- ketentuan pembagian harta pusaka
bagi ahli waris menurut hukum islam. tujuan ilmu mawaris atau Faraid
adalah untuk menyelamatkaan harta orang yang meninggal agar terhindar
dari pengambilan oleh oran- orang yang tidak berhak menerimanya,dan
agar jangan ada orang yang memakan harta hak milik oranag lain.

a) Golongan dari laki-laki


1. Anak laki-laki
2. Putra dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah
3. Ayah
4. Saudara laki-laki seayah dan seibu
5. Saudara laki-laki seayah
6. Saudara laki-laki seibu
7. Putra laki-laki seayah dan seibu
8. Putra saudara laki-laki seayah
9. Saudara laki-laki ayah yang seayah seibu

5
10. Saudara laki-laki seayah
11. Putra saudara laki laki seayah dan seibu
12. Putra saudara laki-laki yang seayah
13. Suami
14. Orang laki-laki yang membebaskan budak

b) Golongan dari perempuan


1. Anak perempuan
2. Ibu
3. Putri dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah
4. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas (ibu dari ibu)
5. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas (ibu dari ayah)
6. Saudara perempuan seayah dan seibu
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Orang perempuan yang membebaskan budak

 Sumber Hukum mewaris ada tiga, yakni :


a. Al- Qur’an
Dalam Al qur’an telah dijelaskan mengenai ketentuan ketentuan
dan hukum-hukum mewaris.Dalam surah An-nisa:176 dan pada
surah seterusnya.
b. Al-Hadits
Dalam riwayat imam muslim dan Abu dawud bahwasanya Nabi
Muhammad SAW Bersabda :”Bagilah harta pustaka antara ahli-
ahli waris menurut(ketentuan)kitab Allah”
c. Ijma Ijtihad
Para ula berperan dalam penyelesaian masalah masalah yang
berkaitan dengan mewaris adapun hukum mempelajari ilmu
mewaris adalah wajib (fardhu kifayah ),yaitu apabila suatu tempat

6
ada salah seorang diantara mereka yang mempelajari,maka sudah
dianggap terpenuhi kewajiban itu,tetapi jika tidak ada satu pun dari
mereka mempelajari maka semua orang ikut berdosa.

 Tujuan ilmu mewaris


a. Agar dapat melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli
waris yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan
syariat islam
b. Agar dapat diketahui secara jelas siapa yang berhak menerima
harta warisan dan berapa bagian masing-masing
c. Agar dapat menentukan bagian harta warisan secara adil dan
benar sehingga tidak terjadi perselisihan

 Syarat pewarisan
a. Kematian
Orang yang telah meninggal dunia dan mempunyai harta maka
akan diwariskan harta peninggalannya.Karena sudah menjadi
ketentuan hukumnya.Harta warisan tidak mungkin dibagikan
sebelum orang yang mempunyai harta peninggalan itu
dinyatakan meninggal dunia secara hakiki.
b. Ahli waris harus masih hidup
Ahli waris yang harus menerima harta warisan dari orang yang
meninggal dunia harus masih hidup.Artinya apabila ada ahli
waris yang sudah meninggal itu tidak berhak mendapat harta
peninggalan.
c. Ahli waris harus jelas posisinya
Masing-masing ahli waris harus dapat diketahui posisinya
secara pasti,supaya bagian-bagian harta warisan itu dapat di
peroleh sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Sebab ketentuan
hukum pewarisan selalu berubah-ubah dengan tingkatan ahli
waris.

7
 Rukun pewaris
a. Muwaris
Yaitu orang yang meninggal dunia atau orang yang meninggal
harta kepada orang-orang yang berhak menerimanya sesuai
dengan syariat islam.
b. Waris
Orang yang berhak menerima peninggalan dari muwaris karena
sebab-sebab tertentu.Waris disebut juga ahli waris.
c. Miras
Yaitu harta yang ditinggalkam oleh ahli muwaris yang akan
dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerimamya(ahli
waris).Miras itu bermacam-macam harta.misalnya tanah,
Rumah,uang tunai,kendaraan,dan laim sebagainya.

b. Sebab-sebab menerima harta warisan dan penghalang mendapatkan


warisan
a) Hubungan Keluargaan
Dalam hubungan kekeluargaan tidak membedakan antara ahli
waris laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak-anak, orang
yang kuat dan Lemah. Sesuai ketentuan yang berlaku semuanya
harta warisan.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, Dalam Alquran surah An-
nisa ayat 7

َ‫ك ۡال َوالِ ٰد ِن َوااۡل َ ۡق َرب ُۡون‬ ِ ‫ص ۡيبٌ ِّم َّما تَ َركَ ۡال َوالِ ٰد ِن َوااۡل َ ۡق َرب ُۡونَ ۖ َولِلنِّ َسٓا ِء ن‬
َ ‫َص ۡيبٌ ِّم َّما تَ َر‬ ِ َ‫لِل ِّر َجا ِل ن‬
‫ص ۡيبًا َّم ۡفر ُۡوض‬ ِ َ‫ِم َّما قَ َّل ِم ۡنهُ اَ ۡو َكثُ َر‌ؕ ن‬
Artinya; Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapak dan kerabatnya, dan bagiwanita ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.

8
Hubungan kekeluargaan ini bila di lihat dari penerimaannya ada
tiga kelompok:

1. Dzawil Furudh
Yaitu ahli waris yang memperoleh bagian tertentu seperti
suami mendapat seperdua bilaorang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan mendapat seperempat bila orang
yangmeninggal mempunyai anak.
2. Dzawil arham
Yaitu keluarga yang hubungan kekeluargaan nya jauh,
mereka tidak termasuk ahliwaris yang mendapat bagian
tertentu, tetapi mereka mendapat warisan jika ahli waris
yangdekat tidak ada.
3. Ahlul Ashabah
Yaitu Ahli waris yang mendapat sisa harta atau
menghabiskan sisa, setelah ahli waris yangmemperoleh
bagian tertentu mengambil bagian masing-masing.

b) Hubungan perkawinan
Selama perkawinan masih utuh bisa menyebabkan adanya saling
waris mewarisi. Akantetapi, jika perkawinan sudah putus maka
gugurlah saling waris mewarisi, kecuali istri dalamkeadaan masa
iddah pada talak raji.

c) Hubungan wala (memerdekakan budak)


Seseorang yang telah memerdekakan budak bisa menyebabkan
memperoleh warisan. Jika budak yang di merdekakan itu
meninggal dunia, maka orang yang memerdekakan itu berhak
menerima warisan. Akan tetapi, jika orang yang memerdekakan itu
meninggal dunia maka budak yang telah di merdekakan itu tidak
berhak mendapatkan apa-apa.

9
d) Hubungan Agama
Apabila ada orang yang meninggal dunia tidak mempunyai ahli
waris, baik dari hubungankekeluargaan, perkawinan, wala, maka
harta warisannya itu di berikan kepada kaum muslimin,yaitu
diserahkan ke baitul Mal untuk kemashlahatan umat islam.

Agama islam sebab-sebab penghalang mendapat harta warisan,


adalah sebagai berikut:

a) Status Budak
Orang yang berstatus budak, apa pun jenisnya, tidak bisa menerima harta
warisan karena bila seorang budak menerima warisan maka harta warisan
yang ia terima itu menjadi milik tuannya, padahal sang tuanadalah bukan
siapa-siapanya (ajnabiy) orang yang meninggal yang diwarisi
hartanya.Seorang budak juga tidak bisa diwarisi hartanya karena
sesungguhnya ia tidak memiliki apa-apa. Bagiseorang budak diri dan apa pun
yang ada bersamanya adalah milik tuannya.

b) Membunuh
Orang yang membunuh tidak bisa mewarisi harta peninggalan dari orang yang
dibunuhnya, baik iamembunuhnya secara sengaja atau karena suatu kesalahan.
Karena membunuh sama saja dengan memutushubungan kekerabatan,
sedangkan hubungan kekerabatan merupakan salah satu sebab seseorang
bisamenerima warisan.

Imam Abu dawud meriwayatkan subah hadits dari kakeknya Amar bin
Syuaib,bahwa rasulullah bersabda :

‫ْس لِ ْلقَاتِ ِل َش ْي ٌء‬


َ ‫لَي‬

Artinya: "Tak ada bagian apa pun (dalam warisan) bagi orang yang membunuh."

10
Sebagai contoh, bila ada seorang anak yang membunuh bapaknya maka anak
tersebut tidak bisa menerima harta warisan yang ditinggalakan oleh sang bapak.
Namun demikian, orang yang dibunuh bisa menerima warisan dari orang yang
membunuhnya. Misalnya,seorang anak melukai orang tuanya untuk dibunuh.
Sebelum sang orang tua benar-benar meninggal ternyata si anak lebih dahulu
meninggal. Pada kondisi seperti ini orang tua yang dibunuh tersebut
bisamendapatkan warisan dari harta yang ditinggalkan anak tersebut, meskipun
pada akhirnya sang orang tua meninggal dunia juga.

c) Perbedaan Agama Antara Islam dan Kufur


Orang yang beragama non-Islam tidak bisa mendapatkan harta warisan dari
keluarganya yang meninggalyang beragama Islam. Juga sebaliknya seorang
Muslim tidak bisa menerima warisan dari harta peninggalan keluarganya yang
meninggal yang tidak beragama Islam.
Berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari yang menyatakan:

ُ ‫الَ يَ ِر‬
‫ث ال ُم ْسلِ ُم ال َكافِ َر َوالَ ال َكافِ ُر ال ُم ْسلِ َم‬

Artinya: "Seorang Muslim tidak bisa mewarisi seorang kafir, dan seorang kafir
tidak bisa mewarisi seorang Muslim."

Bagaimana dengan sesama orang kafir namun beda agama? Dalam hal warisan ini
para ulama menghukum bahwa agama apa pun selain Islam dianggap sebagai satu
agama sehingga mereka yang beragama non-Islam dapat saling mewarisi satu
sama lain. Maka bila dalam satu keluarga ada beda-bedaagama selain Islam di
antara angggota keluarganya mereka bisa saling mewarisi satu sama lain.

c. Pengelompokan ahli waris dan hak masing-masing

 Ahli waris yang masuk golongan ashabah ialah :


1. Anak Laki-laki
2. Cucu laki-laki dan seterusnya ke bawah

11
3. Ayah
4. Kakek Laki-laki dan seterusnya keatas
5. Saudara laki-laki seibu
6. Saudara seayah
7. Anak laki-laki dari saudara seibu seayah
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
9. Paman seibu seayah
10. Paman seayah
11. Anak laki-laki dari paman laki-laki seibu seayah
12. Anak laki-laki dari paman saudara seayah
13. Laki-laki yang memerdekakan
14. Perempuan yang memerdekakanAhli waris ashabah ini
menerima warisan berdasarkan peringatan di mulai dari
peringkat pertama Bila ada ashabah pada peringkat yang lebih
dekat tentu ashabah yang barada di peringkat berikutnya akan
terhijab otomatis.

Mengenal kedudukan ayah dan kakek memang strategis, satu sisi


mereka adalah dzaul furudhtetapi disisi lain mereka juga jadi
ashabah, tentu manakala atau cucu laki-laki tidak ada, ayah
dankakek tetap menjadi dzaul furudh.

 Bagian ahli waris dzaul furudh

a) Yang menerima setengah(1/2)


1. Anak perempuan apabila hanya seorang

12
2. Anak perempuan dari anak laki-laki ( cucu perempuan ), Apabila
hanya seorang, selama tidak adaanak perempuan dan cucu
perempuan dari anak laki-laki

3. Saudara perempuan seayah, jika hanya seorang saja, dan tidak juga
tsb pada point 1 dan 2

4. Suami, jika tidak ada anak, dan tidak ada cucu laki-laki dan anak
laki-laki

b) Yang menerima seperempat (1/4)


1. Suami, jika tidak ada anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki2.
 
2. Istri tau beberapa orang istri, jika tidak ada anak atau cucu laki-laki
dari anak laki-laki.
c) Yang menerima seperdelapan (1/8)
1. Istri atau beberapa orang istri bila ada anak atau cucu dari anak
laki-laki.
d) Yang mendapat dua pertiga (2/3)
1. Dua orang anak perempuan atau lebih jika mereka tidak
mempunyai saudara laki-laki.
 
2. Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak lak-laki, selama
tidak ada anak perempuan atausaudara laki-laki..
 
3. Dua orang saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak ada
anak perempuan atau anak perempuan dari anak laki-laki, atau
saudara laki-laki mereka.

4. Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih, jika tidak ada
yang tsb dari point 1,2, 3

13
e) Yang mendapat (1/3)
1. Ibu, jika tidak terhalang, jika tidak meninggalkan anak atau cucu
laki-laki. Atau tidak pulameninggalkan dua orang saudara baik
laki-laki maupun perempuan , baik seibu seayah atau bukan.
 
2. Dua orang laki-laki atau lebih, juga saudara perempuan seibu, dua
orang atau lebih, jika tidak ada pokok dan cabang (ayah atau kakek
dan anak atau cucu).itulah yang di maksud dengan “kalalah”.Selain
itu jumlah mereka harus ada dua orang atau lebih baik mereka
lelaki atau perempuan.

f) Yang menerima seperenam (1/6)


1. Ibu, jika ada anak, atau cucu laki-laki dari anak laki-laki, atau dua
orang atau lebih dari saudaralaki-laki dan perempuan.

2. Ayah, jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki.

3. Nenek perempuan jika tidak ada ibu.


 
4. Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama-sma dengan
seoranganak perempuansekandung.
 
5. Saudara perempuan seayah, jika bersama-sama dengan seorang
saudara perempuan sekandung ayah.

 Ahli waris zul arham

14
Ahli waris zul arham adalah orang-orang yang mempunyai hubungan
kerabat dengan pewaris, namun tidak dijelaskan bagiannya dalam Al-
Quran dan hadis Nabi sebagai zaul furudh dan tidak pula termasuk
dalam kelompok ashabahbila kerabat yang menjadi ashabah adalah
laki-laki dalam garis keturunan laki-laki, maka zaul arham itu adalah
perempuan atau laki-laki melaluigaris keturunan perempuan
.
Zul arham terdapat 4 kelompok garis keturunan yaitu:
1. Garis keturunan lurus ke bawah yaitu :
 Anak laki-laki atau perempuan dan keturunannya.
 Anak laki-laki atau perempuan dari cucu perempuan dan
keturunannya.

2. Anak keturunan lurus ke atas


 Ayah dari ibu dan seterusnya ke atas 
 Ayah dari ibunya ibu dan seterusnya ke atas
 Ayah dari ibunya ayah dan seterusnya ke atas

3. Garis keturunan kesampig pertama, yaitu:


 Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung atau
seayah dan anaknya
 Anak laki-laki atau perempuan dari saudara seibu dan
seterusnya ke bawah

 
4. Garis keturunan kesamping kedua yaitu:

15
 Saudara perempuan ( kandung, seayah, atau ibu) dari ayah
dan anaknya.
 Saudara laki-laki atau perempuan seibu dari ayah dan
seterusnya ke bawah.
 Saudara laki-laki atau perempuan ( kandung, seayah, atau
ibu) dari ibu dan seterusnya ke bawah

 Cara membagi waris

Sebagaimana di ketahui bahwa pembagian dalam harta warisan telah di


tetapkan bagianmasing-masing ahli waris, yaitu ada ahli waris yang
menerima bagian tertentu yang berupaseberapa dari warisan, di sebut
furudhul muqaddarah, dan ahli waris menerima seluruh yangtersisa
setelah di ambil oleh bagian ahli waris yang termasuk alquran-furudhul
muqaddarah disebut ashabah.

Ashal masalah ialah angka yang menjadi dasar pembagian harta


warisan dalam sesuatumasalah yakni di bagi menjadi berapa bagiankah
keseluruhan harta pusaka itu, sehingga bagianmasing-masing ahli
waris dapat di terimakan sebagaimana mestinya.

Cara menentukan angka ashal masalah ialah dengan memperhatikan


angka-angka pemecahan yang terdapat pada bagian-bagian ahli waris
dzaul furudh dalam suatu kasus, yaitudengan mencari kelipatan
persekutuan terkecil dari pada angka-angka pembagi atau angka-angka
pemecahan yang ada pada bagian-bagian ahli waris.Dilihat dari segi
angka-angka pembagian masing-masing bagian ada, maka penentuan
ashalmasalah ada 4 macam, sebagai berikut:

16
1. Mudakhalah, Yaitu Apabila angka-angka pembagi pada bagian-
bagian yang ada pada suatu kasusitu saling memasuki, artinya
angka pembagi yang kecil dapat di masukkan kedalam angka
pembagiyang besar, dengan kata lain angka pembagi yang besar
dapat habis dengan angka pembagi yangkecil.
2. Mumatsalah, Yaitu apabila angka-angka pembagian pada bagian-
bagian yang ada dalam satu kasusitu sama besarnya, maka cara
menentukan ashal masalah ia dengan mengambil salah satu di
antaraangka-angka pembagi yang ada.
3. Mubayanah, Yaitu Apabila angka-angka pembagian pada bagian
yang ada dalam suatu kasus itu berbeda yang satu dengan lain,
maka pembagian yang satu tidak habis di bagi dengan angka
pembagi yang lain serta tidak mempunyai pembagi yang sama
antara angka-angka pembagianyang ada.

 
4. Muwafaqah, Yaitu apabila angka-angka pembagi pada bagian-
bagian yang ada dalam suatu kasus berbeda antara yang satu yang
lain, tetapi angka-angka pembagi tersebut mempunyai
pembagianyang sama.

 Gugurnya ahli waris

17
1. Bagian Untuk nenek perempuan menjadi gugur karena ada ibu,
atau datuk laki-laki terhalangkarena ada ayahnya.

2. Bagian saudara ibu menjadi gugur karena ada salah seorang dari 4
Macam ahli waris:
 Anak 
 Cucu dariAnak laki-lakic. 
 Ayah
 Datuk laki-laki

3. Bagian saudara Laki-laki sekandung menjadi gugur, karena ada


salah seorang dari tiga ahli warisyaitu :
 Anak Laki-laki
 cucu laki-laki dari anak laki-lakic.
 Ayah

4. Bagian Anak Ayah( Saudara laki-laki atau perempuan seayah )


manjadi gugur, karena adanya salahseorang tersebut di atas, yakni
anak laki-laki, cucu laki- laki dari anak laki-laki atau ayah.Dan
jikaada saudara laki-laki seayah seibu.

5. Empat orang yang dapat menjadi Ashobah kepada saudara-saudara


perempuan mereka Yakni :
 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki dari anak laki-laki
 Saudara laki-laki sekandung.
 Saudara laki-laki seAyah

6. Aul Dan Ra
 Masalah Aul

18
Ialah keadaan yang berlebihnya saham -saham para di pecah-
pecah sejumlah angka asalmasalah pasti tidak cukup untuk
memenuhi saham-saham dzawil furudh.

Salah satu cara yang di lakukan untuk menyelesaikan Aul


adalah :
Setelah di ketahui bagian-bagian ashbul furudh hendaknya di
cari asal masalah, kemudian dicari saham-saham dari masing-
masing ashabul furudh itu di jumlah, maka asal masalah
yangsemula di benarkan dengan menambahkan angka tertentu
sehingga besarnya samadenganjumlah saham-saham para ahli
waris, dengan kata lain asal masalah yang baru di pakaiialah
jumlah saham-saham yang harus di terima oleh para ahli waris
 Masalah Rad
Menurut fuqaha ialah pengambilan apa yang tersisa dari
bagian dzawil furudh nasabiyah kepadamerekasesuai dengan
besar kecilnya bagian mereka bila tidak ada orang lain yang
berhak untuk menerimanya.
Rad tidak akan terjadi kecuali bila ada tiga rukun:
 Adanya pemilik Fard ( sahibul Fadh )
 Adanya sisa peninggalan
 Tidak adanya ahli waris ashabah

Untuk menyelesaikan secara tuntas pembagian harta warisan


terdapat sisa lebih dan di radkan,atau mengandung masalah rad,
terlebih dahulu haruslah di teliti apakah dalam kasus di maksud
terdapat ahli waris yang ditolak menerima rad ataukah tidak.Jika
dari Antara ahli waris ashabul furudh itu tidak terdapat seorang pun
yang ditolak menerima tambahan dari sisa lebih yang diradkan itu.

19
d. Meraih berkah dengan mewaris
Kecenderungan manusia kepada harta kekayaan, jabatan dan kehidupan dunia
padaumumnya secara berlebihan, memicu munculnya berbagai konflik dan
persengkataan. Pada kondisiitulah diperlukan sebuah tatanan hukum dan
peraturan yang bisa memberi jalan keluar secaradamai. Dan tentu saja yang
paling memahami kondisi manusia adalah pencipta manusia itu sendiriyaitu
Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan buku manual berupa
kitabullah sebagai panduan melakukan berbagai kegiatan kehidupan sehari-
hari di dunia. Buku manual berupakitabullah tersebut sangat sesuai sebagai
pemberi jalan keluar bagi berbagai macam konflik dan pertikaian yang terjadi
diantara sesama manusia. Sekalipun dalam prakteknya karena berbagaisebab,
tak sedikit manusia yang menolak hidupnya diatur oleh kitabullah yang
merupakan bukumanual untuk menjalani kehidupan di dunia. Tidak
mengherankan bila pada gilirannya kehidupandunia semakin semrawut dan
kacau balau. Salah satu diantaranya adalah menolak penerapanhukum waris
Islam dalam keluarga, sekalipun semua paham hukum waris Islam akan
memberi keadilan kepada seluruh anggota keluarga.

e. Pentingnya hukum waris islam


Dalam Islam, setiap orang yang telah meninggal dunia maka diwajibkan
untuk segeramenyelesaikan beberapa hal penting diantaranya
menyelesaikan pembayaran hutang si ahli kubur,menunaikan wasiat
yang telah diberikan dan melaksanakan nazar ahli kubur. Pelunasan
terhadaphutang piutang yang dimiliki oleh ahli kubur, diambil dari harta
yang ditinggalkan. Namundemikian, bila ternyata tidak memiliki harta
benda yang mencukupi, maka keluarganya lah yang berhak
membayarkan hutang-hutang si ahli kubur. Bagaimanakah dengan
pembagian warisIslam itu sendiri? Perlukah disegerakan atau menunggu
masa tertentu? Hal ini sebetulnya relatif.Artinya tidak ada keterangan
kuat bahwa pembagian waris dalam Islam harus disegerakan, juga tidak

20
keterangan yang sama kuat untuk mengabaikan atau menunda-nunda
pembagian waris.Idealnya adalah ketika seluruh anggota keluarga dan
ahli waris berkumpul, kemudian seluruhkewajiban kepada yang
meninggal telah dilaksanakan termasuk melunasi seluruh hutang
piutangnya, kemudian berkumpul untuk membagikan harta warisan.
Dengan demikian tak seorang pun dari ahli waris yang akan terganggu
atau teraniaya hak-haknya. Namun sekali lagi tidak ada anjuran waktu
mutlak dalam Islam untuk melaksanakan pembagian harta waris. Hanya
saja Islam menganjurkan, apabila dikhawatirkan terjadi berbagaikonflik
internal dalam keluarga, maka dianjurkan untuk segera melakukan
pembagian hartawarisan tersebut.Pertanyaan berikutnya yang muncul
adalah apakah pembagian harta waris tersebut harusmutlak berdasarkan
pembagian harta waris Islam atau sesuai dengan aturan ilmu
mawaris(Faraid)? Bagaimana hukumnya dengan mereka yang terbiasa
melakukan pembagian harta warisa dengan memakai hukum suku atau
hukum adat?
Pembagian harta warisan menurut hukum adat jelas sangat jauh berbeda
dengan hukumIslam. Ada juga yang membagikan harta warisan secara
kekeluargaan. Di sana disepakati bagianmasing-masing ahli waris secara
damai tanpa mengundang berbagai pertikaian sesama ahli waris.Yang
manakah lebih utama dari hal di atas?Pembagian waris Islam mutlak
diterapkan sebagai upaya pencegahan terjadinya konflik pertikaian yang dapat
muncul akibat rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh para ahli waristerhadap
bagian masing-masing. Jadi apabila sesama ahli waris mampu berdamai untuk
melakukan pembagian dengan keridhaan masing-masing tanpa adanya konflik
sengketa, hukum pembagianwaris Islam bisa untuk tidak dilaksanakan.
Namun kembali kepada pemahaman masing-masinganggota keluarga dan
bukan memandang dari sisi manfaat serta madharatnya.Warisan merupakan
harta orang lain yang diperoleh atas usaha jerih payah orang lainsewaktu ada
di dunia. Harta pemberian orang lain tak akan senikmat harta jerih payah kita

21
sendiri.Terlebih jika cara memperolehnya dilakukan dengan cara-cara yang
tidak halal dan tidak baik.Tentu saja dengan mengharap mendapat harta
warisan dari orang seperti ini, bukanlah perbuatan terpuji. Namun tidak bisa
dipungkiri bila salah satu kebiasaan buruk manusia adalah terlalu berharap dan
menggantungkan nasib hidup terhadap harta warisan keluarganya, padahal ia
sendirimasih mampu melakukan usaha-usaha halal lainnya yang itu akan lebih
mengangkat harkat danmartabat diri sendiri.Ingatlah bahwa orang yang kaya
karena harta warisan keluarganya, tidak akan terlalu di pandang di tengah-
tengah masyarakat. Tentu saja akan begitu gampang menerima tudingan soal
kekayaan itu, karena orang akan selalu berpikir, dia kaya karena harta warisan
keluarganya.Bandingkan dengan seseorang yang memperoleh kekayaan dari
hasil jerih keringat sendiri. Ia akanlebih dewasa saat menderita kemiskinan
yang mungkin akan dialaminya di kemudian hari. Begitu pula akan lebih
bertanggung jawab dalam menggunakan dan memanfaatkan harta
kekayaannya itu.Tapi terlepas dari masalah itu semua, hukum waris Islam
menawarkan jalan keluar yang baik untuk semua pihak. Sehingga akan
terhindari dari kasus adanya yang teraniaya hak atau perasaan ketidak adilan.
Kenyataan tersebut apabila tidak memperoleh jalan keluar yang baik,akan
menyebabkan timbulnya rasa tidak enak. Apabila terus dipelihara akan
semakin muncul konflik bahkan pada akhirnya menjurus kepada pertikaian,
padahal masih sesama keluarga.

f. Manfaat hukum waris islam

Beberapa manfaatyang akan dirasakan dengan adanya pembagian waris


Islam antara lain adalah :

22
1. Terciptanya ketentraman hidup dan suasana kekeluargaan yang
harmonisSyariah adalah sumber hukum tertinggi yang harus
ditaati. Orang yang paling durhaka adalahorang yang menentang
hukum syariah. Syariah itu sendiri diturunkan untuk kebaikan
hidup umatIslam dan memberi jalan keluar yang paling sesuai
dengan karakter dan watak dari masing-masing manusia.

2. Menciptakan keadilan dan mencegah konflik pertikaian pembagian


waris Islam merupakan pembagian dengan nilai keadilan paling
tinggi. Keadilan yangtelah diterapkan tersebut secara otomatis akan
mencegah muncul berbagai konflik dalam keluargayang dapat
berujung pada tragedi pertumpahan darah. Sekalipun dalam
prakteknya selalu sajamuncul penentangan-penentangan yang
bersumber dari akal pikiran, yang sebenarnya lebih karenakhawatir
yang tidak beralasan. 

BAB III
PENUTUP

23
a. Kesimpulan
Semua orang muslim wajib mempelajari ilmu mawaris, Ilmu mawaris
sangat penting dalamkehidupan manusia khususnya dalam keluarga
karena tidak semua orang yang ditinggal mati olehseseorang akan
mendapatkan warisan . Hal yang perlu diperhatikan apabila kita orang
muslim mengetahui pertalian darah, hak dan pembagiannya apabila
mendapatkan warisan dari orang tuamaupun orang lain.

b. Saran
Bagi para pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan lebih
memahami mawaris dalamkehidupan keluarga maupun orang lain
sesuai dengan ajaran agama islam dimana hukummemahami mawaris
adalah fardhu kifayah.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Qs An-Nisa :7 dan 11


Al Hadist :HR Jamaah,HR Ahmad dan abu Daud

24
http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2024563-contoh-makalah-
hukum-waris-keluarga/#ixzz1ltbnXwYU

25

Anda mungkin juga menyukai