Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MERAIH BERKAH DENGAN MAWARIS

SMA 1 KUDUS

DISUSUN OLEH MEMENUHI TUGAS SEKOLAH MATERI BAB 8

MUHAMMAD WAHONO, S.Pd.I., M.Pd

Disusun Oleh kelompok 8 :

1. DWI ANI RETNO WULAN ( 11 )


2. FADYA OKTAVIA ( 14 )
3. MEYRIVIA DILI PRATIWI ( 23 )
4. RAUZA RUSYDAK HAKIM ( 32 )

SMA 1 KUDUS

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama islam ini. Shalawat beriringan salam kita
hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya kea lam yang berilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Makalah ini memuat tentang Meraih Berkah Dengan Mawaris. Dengan adanya makalah
ini kami berharap kita semua dapat lebih mengetahui tentang bagaimana meraih berkah dengan
mawaris. Semoga dengan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi kepada
kita semua. Dalam makalah ini mungkin masih banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu, kami berharap pembaca dapat memberikan kritikan dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………… i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. ii

Bab 1 Pendahuluan ……………………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………..
C. Tujuan ……………………………………………………………………………….

Bab 2 Pembahasan ………………………………………………………………………....

A. Pengertian Ilmu Mawaris …………………………………………………………....


B. Sebab – Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan ………………….
C. Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing – Masing ………….............................
D. Meraih Berkah dengan Mawaris …………………………………………………….
E. Pentingnya Hukum Waris Islam …………………………………………………….
F. Manfaat Hukum Waris Islam ………………………………………………………..

Bab 3 Penutup .........................................................................................................................

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………...

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………….


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diantara aturan yang mengatur hubungan sesame manusia yang ditetapkan Allah adalah
aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang timbul sebagai akibat dari suatu
kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seorang yang meninggal dunia memerlukan pengaturan
tentang siapa yang berhak menerimanya, berapa jumlahnya, dan bagaimana cara mendapatkanya.

Aturan tentang waris tersebut ditetapkan oleh Allah melalui firmanya yang terdapat
dalam Al- Quran, terutama surah an-nisa ayat 7, 8, 11, 12, dan 176, pada dasarnya ketentuan
Allah yang berkenan dengan arisan telah jelas maksud, arah dan tujuannya.

Ditinjau dari perspektif sejarah, implementasi hukum kewarisan islam pada zaman
penjajahan belanda ternyata tidak berkembang, bahkan secara politis posisinya dikalahkan oleh
sistem kewarisan hukum adat. Pada masa itu diintrodusir teori persepsi yang bertujuan untuk
mengangkat hukum kewarisan adat yang menyisihkan penggunaan hukum kewarisan islam.

Banyak para sarjana hukum barat menganggap hukum kewarisan islam tidak mempunyai
sistem dan hukum islam itu hanya bersandar pada asas patrilineal. Sementara itu, dikalangan
umat islamsendiri banyak pula yang mengira tidak ada sistem tertentu dalam hukum kewarisan
islam. Sehingga menimbulkan sebuah anggapan seolah – olah hukum kewarisan islam
merupakan hukum yang sangat rumit dan sulit. Kondisi yang demikian itulah yang menyebabkan
hukum kewarisan islam menurut figh kebudayaan arab itu sangat sulit diterima masyarakat islam
di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Ilmu Mawaris?
2. Apa sajakah Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan?
3. Apa sajakah Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing – Masing?
4. Apa sajakah Cara Meraih Berkah dengan Mawaris?
5. Apa Pentingnya Hukum Waris Islam?
6. Apa Manfaat Hukum Waris Islam?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Mawaris.
2. Untuk mengetahui Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan.
3. Untuk mengetahui Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing – Masing.
4. Untuk mengetahui Cara Meraih Berkah dengan Mawaris.
5. Untuk mengetahui Pentingnya Hukum Waris Islam.
6. Untuk mengetahui Manfaat Hukum Waris Islam.
7. Untuk memenuhi tugas kelompok agama semester 1 kelas XII.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Mawaris


Ilmu mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pembagian harta yang
telah di tentukan dalam Al- Quran dan Hadist. Cara pembagian menurut ahli mawaris
adalah yang terbaik, seadil – adilnya dengan tanpa melupakan hak seorang ahli waris
sekalipun terhadap anak – anak yang masih kecil.
Ilmu mawaris disebut juga dengan ilmu faraidh, ilmu faraidh merupakan suatu
cara yang sangat efektif untuk mendapat pembagian warisan – warisan yang berprinsip
dan nilai –nilai keadilan yang sesungguhnya.
Ilmu mawaris dan ilmu faraidh pada prinsipnya adalah sama yaitu ilmu yang
membicarakan tentang segala sesuatu yang berkenan dengan harta peninggalan orang
yang meninggal dunia.
a. Golongan dari laki – laki
1. Anak laki – laki
2. Putra dari anak laki – laki dan seterusnya kebawah
3. Ayah
4. Saudara laki – laki seayah dan seibu
5. Saudara laki – laki seayah
6. Saudara laki – laki seibu
7. Putra saudara laki – laki seayah dan seibu
8. Putra saudara laki – laki seayah
9. Saudara laki – laki ayah yang seayah seibu
10. Saudara laki – laki seayah
11. Putra saudara laki – laki yang seayah seibu
12. Putra saudara laki – laki ayah yang seayah
13. Suami
14. Orang yang laki – laki yang membekas budak.
b. Golongan dari perempuan
1. Anak perempuan
2. Ibu
3. Putri dari anak laki – laki dan seterusnya ke bawah
4. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ibu )
5. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ayah )
6. Saudara perempuan seayah dan seibu
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Orang perempuan yang membebaskan budak.
 Sumber hukum ilmu mawaris ada tiga, yaitu :
a. Al – Quran
Dalam Alquran telah di jelaskan mengenai ketentuan – ketentuan dan hukum
– hukum mawaris. Dalam surat An – Nisa:176 dan pada surah lainnya.

‫َيْسَتْفُتْو َنَۗك ُقِل ُهّٰللا ُيْفِتْيُك ْم ِفى اْلَك ٰل َلِةۗ ِاِن اْم ُر ٌؤ ا َهَلَك َلْيَس َلٗه َو َلٌد َّو َلٓٗه ُاْخ ٌت َفَلَها‬

‫ِنْص ُف َم ا َتَر َۚك َو ُهَو َيِر ُثَهٓا ِاْن َّلْم َيُك ْن َّلَها َو َلٌد ۚ َفِاْن َك اَنَتا اْثَنَتْيِن َفَلُهَم ا الُّثُلٰث ِن ِمَّم ا‬

‫َتَر َك ۗ َو ِاْن َك اُنْٓو ا ِاْخ َو ًة ِّر َج ااًل َّو ِنَس ۤا ًء َفِللَّذ َك ِر ِم ْثُل َح ِّظ اُاْلْنَثَيْيِۗن ُيَبِّيُن ُهّٰللا َلُك ْم َاْن‬

ࣖ ‫َتِض ُّلْو اۗ َو ُهّٰللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬


Terjemahan
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa
kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi
mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari
harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara
perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka
bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri
dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama
dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu
tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

b. Al – Hadist
Dalam Riwayat imam Muslim dan Abu Dawud bahwasanya Nabi Muhammad
SAW, bersabda : “Bagilah harta pustaka antara ahli – ahli waris menurut
( ketentuan ) kitab Allah.”
c. Ijma dan Ijtihad
Para ulama berperan dalam penyelesaian masalah – masalah yang berkaitan
dengan mawaris. Adapun hukum mempelajari ilmu mawaris adalah Wajib
( fardhu kifayah ), yaitu apabila di suatu tempat ada salah seorang di antara
mereka ada yang mempelajari, maka sudah di anggap terpenuhi kewajiban itu,
tetapi jika tidak ada satu pun dari mereka mempelajarinya maka semua orang
ikut berdosa.
 Tujuan Ilmu Mawaris
a. Agar dapat melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli waris yang
berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
b. Agar dapat diketahui secara jelas siapa orang yang berhak menerima harta
warisan dan beberapa bagian orang.
c. Agar dapat menentukan bagian harta warisan secara adil dan benar sehingga
tidak terjadi perselisihan.
 Syarat Pewarisan
a. Kematian
Orang yang telah meninggal dunia dan mempunyai harta maka akan di
wariskan harta peninggalanya. Karena sudah merupakan ketentuan hukumnya
harta warisan tidak mungkin di bagikan sebelum orang yang mempunyai harta
peninggalan itu di nyatakan meninggal dunia secara hakiki.
b. Ahli waris harus masih hidup
Ahli waris yang akan menerima harta warisan dari orang yang meninggal
dunia harus masih hidup. Artinya apabila ada ahli waris yang sudah
meninggal itu tidak berhak mendapat harta peninggalan.
c. Ahli waris harus jelas posisinya
Masing – masing ahli waris harus dapat di ketahui posisinya secara pasti,
supaya bagian – bagian harta warisan itu dapat di peroleh sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Sebab ketentuan hukum pewaris selalu berubah –
ubah sesuai dengan tingkatan ahli waris.
 Rukun Pewaris
a. Muwaris
Yaitu orang yang meninggal dunia atau orang yang meninggalkan harta
kepada orang – orang yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
b. Waris
Yaitu orang yang berhak menerima harta peninggalan dari Muwaris karena
sebab – sebab tertentu. Waris di sebut juga dengan Ahli Waris.
c. Miras
Yaitu harta yang di tinggalkan oleh mawaris yang akan di bagikan kepada
orang – orang yang berhak menerimanya ( ahli waris ). Miras itu beermacam –
macam harta, misalnya tanah, rumah, uang, kendaraan, dan lain sebagainya.
B. Sebab – Sebab Menerima Harta Warisan dan Penghalang Mendapatkan Warisan
Dalam Agama Islam sebab – sebab menerima harta warisan, adalah sebagai berikut :
a) Hubungan Kekeluargaan
Dalam hubungan kekluargaan tidak emmbedakan antara ahli waris laki – laki dan
perempuan, orang tua dan anak – anak, orang yang kuat dan Lemah. Sesuai ketentuan
yang berlaku semuanya harta warisan.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, Dalam Alquran surah An-nisa ayat 7 :

‫ِللِّر َج اِل َنِص ْيٌب ِّمَّم ا َتَر َك اْلَو اِلٰد ِن َو اَاْلْقَر ُبْو َۖن َو ِللِّنَس ۤا ِء َنِص ْيٌب ِّمَّم ا‬
‫َتَر َك اْلَو اِلٰد ِن َو اَاْلْقَر ُبْو َن ِمَّم ا َقَّل ِم ْنُه َاْو َك ُثَر ۗ َنِص ْيًبا َّم ْفُرْو ًضا‬
Artinya :
Bagi laki – laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan
bagi wanita ada hak bagian ( pula ) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.
Hubungan kekeluargaan ini bila di lihat dari penerimaannya ada tiga kelompok :
1. Dzawil Farudh
Yaitu ahli waris yang memperoleh bagian tertentu seperti suami mendapat
seperdua bila orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan mendapat
seperempat bila orang yang meninggal mempunyai anak.
2. Dzawil Arham
Yaitu keluarga yang hubungan kekeluargaan nya jauh, mereka tidak termasuk ahli
waris yang mendapat bagian tertentu, tetapi mereka mendapat warisan jika ahli
waris yang dekat tidak ada.
3. Ahlul Ashabah
Yaitu ahli waris yang mendapat sisa harta atau menghabiskan sisa, setelah ahli
waris yang memperoleh bagian tertentu mengambil bagian masing – masing.
b) Hubungan Perkawinan
Selama perkawinan masih utuh bisa menyebabkan adanya saling waris mewarisi.
Akan tetapi, jika perkawinan sudah putus maka gugurlah saling waris mewarisi,
kecuali istri dalam keadaan masa ibadah pada talak haji.
c) Hubungan Wala ( memerdekakan budak )
Seseorang yang telah memerdekakan budak bisa menyebabkan memperoleh warisan.
Jika budak yang di merdekakan itu meninggal dunia, maka orang yang
memerdekakan itu berhak menerima warisan. Akan tetapi, jika orang yang
memerdekakan itu meninggal dunia maka budak yang telah di merdekakan itu tidak
berhak mendapatkan apa – apa.
d) Hubungan Agama
Apabila ada orang yang meninggal duinia tidak mempunyai ahli waris, baik dari
hubungan kekeluargaan, perkawinan, wala, maka harta warisannya itu di berikan
kepada kaum muslimin, yaitu diserahkan ke baitul Mal untuk kemashlahatan umat
islam.
Agama islam sebab – sebab penghalang mendapat harta warisan, adalah sebagai
berikut :
a. Status Budak
Orang yang berstatus budak, apa pun jenisnya, tidak bisa menerima harta warisan
karena bila seorang budak menerima warisan maka harta warisan yang ia terima
itu menjadi milik tuannya, padahal sang tuan adalah bukan siapa – siapanya
( ajnabiy ) orang yang meninggal yang diwarisi hartanya.
Seorang budak juga tidak bisa diwarisi hartanya karena sesungguhnya ia tidak
memiliki apa – apa. Bagi seorang budak diri dan apa pun yang ada bersamanya
adalah milik tuannya.
b. Membunuh
Orang yang membunuh tidak bisa mewarisi harta peninggalan dari orang yang
dibunuhnya, baik ia membunuhnya secara sengaja atau karena suatu kesalahan.
Karena membunuh sama saja dengan memutus hubungan kekerabatan, sedangkan
hubungan kekerabatan merupakan salah satu sebab seseorang bisa menerima
warisan.
Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadist dari kakeknya Amr bin Syuaib,
bahwa Rasulullah bersabda:

‫َلْي َس ِلْل َقاِتِل َش ْي ٌء‬


Artinya : “Tak ada bagian apa pun ( dalam warisan ) bagi orang yang membunuh”
Sebagai contoh, bila ada seorang yang membunuh bapaknya maka anak tidak bisa
menerima harta warisan yang ditinggalkan oleh sang bapak.
Namun demikian, orang yang dibunuh bisa menerima warisan dari orang yang
membunuhnya. Misalnya, seorang anak melukai orang tuanya untuk dibunuh.
Sebelum sang orang tua benar – benar meninggal ternyata si anak lebih dahulu
meninggal. Pada kondisi seperti ini orang tua yang dibunuh tersebut bisa
mendapatkan warisan dari harta yang ditinggalkan anak tersebut, meskipun pada
akhirnya sang orang tua meninggal dunia juga.
c. Perbedaan Agama Antara Islam dan Kufur
Orang yang beragama non-Islam tidak bisa mendapatkan harta warisan dari
keluarganya yang meninggal yang beragama Islam. Juga sebaliknya seorang
Muslim tidak bisa menerima warisan dari harta peninggalan keluarganya yang
meninggal yang tidak beragama Islam.
Berdasarkan hadist riwayat Imam Bukhari yang menyatakan :

‫َال َي ِر ُث الُمْس ِلُم الَك اِفَر َو َال الَك اِفُر الُمْس ِلَم‬
Artinya : “Seorang Muslim tidak bisa mewarisi seorang kafir, dan seorang kafir
tidak mewarisi seorang Muslim.”
Bagaimana dengan sesama orang kafir namun beda agama?

Anda mungkin juga menyukai