Makalah Fiqih
MAWARIS DALAM ISLAM
Kelompok 6
Fatmila Nurliani (180101100312)
M. Rezalul Abdani (180101100300)
PRODI FISIKA
2019
Daftar Isi
i
Muqaddimah
ii
Bab 1
Pendahuluan
I. Abstrak
Waris merupakan salah satu kajian dalam Islam yang dikaji secara khusus dalam
lingkup fiqh mawaris. Pengkhususan pengkajian dalam hukum Islam secara tidak
langsung menunjukkan bahwa bidang waris merupakan salah satu bidang kajian yang
penting dalam ajaran Islam. Bahkan dalam alQur’an, permasalahan mengenai waris
dibahas secara detail dan terperinci. Hal tersebut tidak lain adalah untuk mencegah
terjadinya sengketa antara anggota keluarga terkait dengan harta peninggalan anggota
keluarga yang telah mati.
1
Bab 2
Pembahasan
MAWARIS DALAM ISLAM
1. Sebab-sebab Menerima Warisan
a. Hubungan kekerabatan (al-qarabah)
Laki-laki dan perempuan, termasuk di dalamnya anak-anak, bahkan bayi yang
masih yang masih di dalam kandungan diberikan hak untuk mewarisi, sepanjang
hubungan kerabatnya emmbolehkan. Artinya, ada ketentuan bahwa kerabat yang
dekat hubungannya, dapat menghalangi kerabat yang jauh. Yang kedua seperti
suami, sedianya menerima bagian ½, tetapi karena ada anak atau cucu, berkurang
bagiannya menjadi ¼.
Dasar hukum Islam terdapat pada firman Allah:
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari peninggalan Ibu-Bapak dan kerabatnya,
dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan Ibu-Bapak
dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.”
(QS. An-Nisa: 7)
“Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak
terdapat sesamanya di dalam kitab Allah.” (QS. Al-Anfal: 75)1
1
Ahmad Rofiq. “FIQH MAWARIS” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998) h. 34-35.
2
Ibid., h.35.
2
Adapun bagian orang yang memerdekakan hamba sahaya adalah 1/6 dari harta
peninggalan. 3
3. Ahli Waris
Para waris dari golongan laki-laki yang di sepakati pewaris mereka ada 10 orang yang
secara garis besar dan Ada 15 orang secara terperinci.
a) Golongan dari laki-laki
1. Anak laki-laki
2. Putra dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah
3. Ayah
4. Kakek yang shohih dan seterusnya ke atas
5. Saudara laki-laki seayah dan seibu
6. Saudara laki-laki seayah
7. Saudara laki-laki seibu
8. Putra saudara laki-laki seayah dan seibu
9. Putra saudara laki-laki seayah
10. Saudara laki-laki ayah yang seayah seibu
11. Saudara laki-laki seayah
12. Putra saudara laki-laki yang seayah seibu
13. Putra saudara laki-laki ayah yang seayah
14. Suami
15. Orang laki-laki yang membebaskan budak
b) Golongan dari perempuan
3
Ibid., h.36-37.
4
Sudarsono, “Pokok-Pokok Hukum Islam” (Jakarta: Rineka Cipta, t.t.) h. 298-300
3
1. Anak perempuan
2. Ibu
3. Putri dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah
4. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas (ibu dari ibu)
5. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas (ibu dari ayah)
6. Saudara perempuan seayah dan seibu
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Orang perempuan yang membebaskan budak.5
5
Imran Ali, “Fikih” (Medan: Cita Pustaka Media perintis, 2011)
6
Sajuti Thalib, “Hukum Kewarisan Islam di Indonesia” (Jakarta: Sinar Grafika, 2002) h.72
7
Ibid., h.74
4
;keturunan anak pewaris, keturunan saudara pewaris, atau keturunan orang yang
mengadakan semacam perjanjian waris 8
8
Ibid., h.80-81
5
Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas. Dapat ditarik kesimpulan. Ilmu mawaris adalah ilmu yang
mempelajari tentang cara pembagian harta dalam Islam. Sebab orang dapat memperoleh
warisan yaitu; dikarenakan hubungan kekerabatan (al-qarabah), perkawinan (al-
musaharah), dan memerdekakan hamba sahaya (al-wala’). Penghalang memperoleh harta
warisan ialah; pembunuhan, perbedaan agama, belum merdeka, dan kematian yang belum
tau pasti. Golongan yang ber-hak mendapatkan harta warisan terdiri dari; Dzul faraidh,
Dzul qarabat, dan Mawali.
6
Daftar Pustaka
Thalib, Sajuti. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2002.