Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI (PABP)


MERAIH BERKAH DENGAN MAWARIS
SEMESTER 2

Disusun oleh :
Kelompok 2
Siti Nurmaya
Sinta Riski Aulia
Muhammad Ikrom

SMK BINA IKHWANI


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama islam ini. Shalawat
beriringan salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa umatnya ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Makalah ini memuat tentang Meraih Berkah Dengan Mawaris. Dengan


adanya makalah ini kami berharap kita semua dapat lebih mengetahui tentang
bagaimana meraih berkah dengan mawaris. Semoga dengan makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas lagi kepada kita semua. Dalam penulisan
makalah ini mungkin masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Februari 2022


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab 2 Pembahasan

A. Pengertian Ilmu Mawaris


B. Sebab-Sebab Menerima dan Penghalang Mendapat Warisan
C. Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing
D. Meraih Berkah dengan Mawaris
E. Pentingnya Hukum Waris Islam
F. Manfaat Hukum Waris Islam

Bab 3 Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pusaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diantara aturan yang mengatur hubungan sesame manusia yang ditetapkan Allah
adalah aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang timbul sebagai
akibat dari suatu kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal
dunia memerlukan pengaturan tentang siapa yang berhak menerimanya, dan
bagaimana mendapatkannya.
Aturan tentang waris tersebut ditetapkan oleh Allah melalui firman-Nya yang
terdapat dalam Al-Quran, terutama surah an-Nisa ayat 7,8,11,12 dan 176, pada
dasarnya ketentuan Allah yang berkenaan dengan warisan telah jelas maksud, arah
dan tujuannya.

Ditinjau dari perspektif sejarah, implementasi hokum kewarisan islam pada


zaman penjajahan Belanda ternyata tidak berkembang, bahkan secara politis
posisinya dikalahkan oleh sistem kewarisan hokum adat. Pada masa itu diintrodusir
teori persepsi yang bertujuan untuk mengangkat hokum kewarisan adat dan
menyisihkan penggunaan hokum kewarisan islam.

Banyak para sarjana hukum barat menganggap hokum kewarisan islam tidak
mempunyai sistem dan hokum islam itu hanya bersandar pada asas patrilineal.
Sementara itu, dikalangan umat islam sendiri banyak pula yang mengira tidak ada
sistem tertentu dalam hokum kewarisan islam, sehingga menimbulkan sebuah
anggapan seolah-olah hokum kewarisan islam merupakan hokum yang sangat rumit
dan sulit. Kondisi yang demikian itulah yang menyebabkan hukum kewarisan islam
menurut fiqh kebudayaan arab itu sangat sulit diterima masyarakat islm di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Apakah pengertian Ilmu Mawaris ?
2. Apa sajakah Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan ?
3. Apa sajakah Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing ?
4. Apa sajakah Cara Meraih Berkah dengan Mawaris ?
5. Apa Pentingnya Hukum Waris Islam ?
6. Apa Manfaat Hukum Waris Islam ?
7.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Mawaris.
2. Untuk mengetahui Sebab Menerima dan Penghalang Mendapat Warisan.
3. Untuk mengetahui Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing.
4. Untuk mengetahui Cara Meraih Berkah dengan Mawaris.
5. Untuk mengetahui Pentingnya Hukum Waris Islam.
6. Untuk mengetahui Manfaat Hukum Waris Islam.
7. Untuk memenuhi tugas PABP semester 2 kelas XII.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Mawaris


Ilmu mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pembagian harta yang
telah di tentukan dalam Alquran dan Hadits.cara pembagian menurut ahli mawarits
adalah yang terbaik, seadil-adilnya dengan tanpa melupakan hak seorang ahli waris
sekalipun terhadap anak-anak yang masih kecil. Ilmu mawaris disebut juga dengan
ilmu faraidh, ilmu faraidh merupakan suatu cara yang sangat efektif untuk mendapat
pembagian warisan-warisan yang berprinsip dan nilai-nilai keadilan yang
sesungguhnya .Ilmu mawaris dan ilmu faraidh pada prinsipnya adalah sama yaitu
ilmu yang membicarakantentang segala sesuatu yang berkenan dengan harta
peninggalan orang yang meninggal dunia.

a. Golongan dari laki-laki


1. Anak laki-laki
2. Putra dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah
3. Ayah
4. Saudara laki-laki seayah dan seibu
5. Saudara laki-laki seayah
6. Saudara laki-laki seibu
7. Putra saudara laki-laki seayah dan seibu
8. Putra saudara laki-laki seayah
9. Saudara laki-laki ayah yang seayah seibu
10. Saudara laki-laki seayah
11. Putra saudara laki-laki yang seayah seibu
12. Putra saudara laki-laki ayah yang seayah
13. Suami
14. Orang yang laki laki yang membebaskan budak

b. Golongan dari perempuan


1. Anak perempuan
2. Ibu
3. Putri dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah
4. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ibu )
5. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ayah )
6. Saudara perempuan seayah dan seibu
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Orang perempuan yang membebaskan budak

 Sumber hukum ilmu mawarits Ada Tiga, yaitu:


a. Al-Quran
Dalam Alquran telah di jelaskan mengenai ketentuan-ketentuan dan
huku hukum mawarits. Dalam surat An-nisa:176 dan pada surah lainnya.
b. Al-Hadits
Dalam Riwayat imam Muslim dan Abu dawud bahwasanya Nabi
Muhammad SAW,bersabda : “Bagilah harta pustaka antara ahli-ahli warits
menurut ( ketentuan ) kitab Allah”.
c. Ijma dan Ijtihad
Para ulama berperan dalam penyelesaian masalah-masalah yang
berkaitan dengan mawarits. Adapun hukum mempelajari ilmu mawarits
adalah Wajib ( fardhu kifayah ), yaitu apabila di suatu tempat ada salah
seorang di antara mereka ada yang mempelajari, maka sudah di anggap
terpenuhi kewajiban itu, tetapi jika tidak ada satu pun dari mereka
mempelajarinya maka semua orang ikut berdosa.

 Tujuan Ilmu Mawarits


a. Agar dapat melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli warits yang
berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
b. Agar dapat di ketahui secara jelas siapa orang yang berhak menerima harta
warisan dan berapa bagian masing”.
c. Agar dapat menentukan bagian harta warisan secara adil dan benar sehingga
tidak terjadi perselisihan.
 Syarat Pewarisan
a. Kematian
Orang yang telah meninggal dunia dan mempunyai harta maka akan di
wariskan harta peninggalannya.karna sudah merupakan ketentuan
hukumnya.harta warisan tidak mungkin di bagikan sebelum orang yang
mempunyai harta peninggalan itu di nyatakan meninggal dunia secarahakiki.
b. Ahli waris harus masih hidup
Ahli waris yang akan menerima harta warisan dari orang yang meninggal
dunia harus masih hidup.Artinya Apabila ada ahli waris yang sudah
meninggal itu tidak berhak mendapat harta peninggalan.
c. Ahli waris harus jelas posisinya
Masing-masing ahli waris harus dapat di ketahui posisinya secara pasti,
supaya bagian-bagian harta warisan itu dapat di peroleh sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Sebab ketentuan hukum pewrisan selalu berubah-
ubah sesuai dengan tingkatan ahli waris.

 Rukun Pewarisan
a. Muwaris
Yaitu Orang yang meninggal dunia atau orang yang meninggalkan harta
kepada orang-orang yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
b. Waris
Yaitu Orang yang berhak menerima harta peninggalan dari Muwarits karena
sebab-sebab tertentu. Waris di sebut juga dengan Ahli Waris.
c. Miras
Yaitu Harta yang di tinggalkan oleh muwaris yang akan di bagikan kepada
orang-orang yang berhak menerimanya ( ahli waris ). Miras itu bermacam-
macam harta, misalnya tanah, rumah, uang, kendaraan, dan lain sebagainya.

B. Sebab-Sebab Menerima Harta Warisan dan Penghalang Mendapatkan


Warisan
Dalam Agama islam sebab-sebab menerima harta warisan, adalah sebagai
berikut :
a. Hubungan Kekeluargaan
Dalam hubungan kekeluargaan tidak membedakan antara ahli waris laki-laki
dan perempuan, orang tua dan anak-anak, orang yang kuat dan Lemah.
Sesuai ketentuan yang berlaku semuanya harta warisan.Hal ini berdasarkan
firman Allah SWT, Dalam Alquran surah An-nisa ayat 7 :
Artinya; Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang
telah ditetapkan.
Hubungan kekeluargaan ini bila di lihat dari penerimaannya ada tiga
kelompok :
1. Dzawil Furudh
Yaitu ahli waris yang memperoleh bagian tertentu seperti suami mendapat
seperdua bila orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan mendapat
seperempat bila orang yang meninggal mempunyai anak.
2. Dzawil arham
Yaitu keluarga yang hubungan kekeluargaan nya jauh, mereka tidak termasuk
ahli waris yang mendapat bagian tertentu, tetapi mereka mendapat warisan
jika ahli waris yang dekat tidak ada.
3. Ahlul Ashabah
Yaitu Ahli waris yang mendapat sisa harta atau menghabiskan sisa, setelah
ahli waris yang memperoleh bagian tertentu mengambil bagian masing-
masing.
b. Hubungan Perkawinan
Selama perkawinan masih utuh bisa menyebabkan adanya saling
waris mewarisi. Akan tetapi, jika perkawinan sudah putus maka gugurlah
saling waris mewarisi, kecuali istri dalam keadaan masa iddah pada talak
raji.
c. Hubungan Wala ( memerdekakan budak )
Seseorang yang telah memerdekakan budak bisa menyebabkan
memperoleh warisan. Jika budak yang di merdekakan itu meninggal
dunia, maka orang yang memerdekakan itu berhak menerima warisan.
Akan tetapi, jika orang yang memerdekakan itu meninggal dunia maka
budak yang telah di merdekakan itu tidak berhak mendapatkan apa-apa.
d. Hubungan Agama
Apabila ada orang yang meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris,
baik dari hubungan kekeluargaan, perkawinan, wala, maka harta
warisannya itu di berikan kepada kaum muslimin, yaitu diserahkan ke
baitul Mal untuk kemashlahatan umat islam.
Agama islam sebab-sebab penghalang mendapat harta warisan, adalah sebagai
berikut:
a. Status Budak
Orang yang berstatus budak, apa pun jenisnya, tidak bisa menerima
harta warisan karena bila seorang budak menerima warisan maka harta
warisan yang ia terima itu menjadi milik tuannya, padahal sang tuan adalah
bukan siapa-siapanya (ajnabiy) orang yang meninggal yang diwarisi
hartanya. Seorang budak juga tidak bisa diwarisi hartanya karena
sesungguhnya ia tidak memiliki apa-apa. Bagi seorang budak diri dan apa
pun yang ada bersamanya adalah milik tuannya.
b. Membunuh
Orang yang membunuh tidak bisa mewarisi harta peninggalan dari
orang yang dibunuhnya, baik ia membunuhnya secara sengaja atau karena
suatu kesalahan. Karena membunuh sama saja dengan memutus hubungan
kekerabatan, sedangkan hubungan kekerabatan merupakan salah satu sebab
seseorang bisa menerima warisan.
Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits dari kakeknya Amr bin
Syuaib, bahwa Rasulullah bersabda:
Artinya: “Tak ada bagian apa pun (dalam warisan) bagi orang yang
membunuh”.

Sebagai contoh, bila ada seorang anak yang membunuh bapaknya


maka anak tersebut tidak bisa menerima harta warisan yang ditinggalakan
oleh sang bapak. Namun demikian, orang yang dibunuh bisa menerima
warisan dari orang yang membunuhnya. Misalnya, seorang anak melukai
orang tuanya untuk dibunuh. Sebelum sang orang tua benar-benar meninggal
ternyata si anak lebih dahulu meninggal. Pada kondisi seperti ini orang tua
yang dibunuh tersebut bisa mendapatkan warisan dari harta yang ditinggalkan
anak tersebut, meskipun pada akhirnya sang orang tua meninggal dunia juga.
c. Perbedaan Agama Antara Islam dan Kufur
Orang yang beragama non-Islam tidak bisa mendapatkan harta
warisan dari keluarganya yang meninggal yang beragama Islam. Juga
sebaliknya seorang Muslim tidak bisa menerima warisan dari harta
peninggalan keluarganya yang meninggal yang tidak beragama
Islam.Berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari yang menyatakan:
Artinya: “Seorang Muslim tidak bisa mewarisi seorang kafir, dan seorang
kafir tidak bisa mewarisi seorang Muslim.”
Bagaimana dengan sesama orang kafir namun beda agama? Dalam
hal warisan ini para ulama menghukumi bahwa agama apa pun selain Islam
dianggap sebagai satu agama sehingga mereka yang beragama non-Islam
dapat saling mewarisi satu sama lain. Maka bila dalam satu keluarga ada
beda-beda agama selain Islam di antara angggota keluarganya mereka bisa
saling mewarisi satu sama lain.

C. Pengelompokkan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing


 Ahli Waris Yang masuk golongan ashabah ialah:
1. Anak Laki-laki
2. Cucu laki-laki dan seterusnya ke bawah
3. Ayah
4. Kakek Laki-laki dan seterusnya keatas
5. Saudara laki-laki seibu
6. Saudara seayah
7. Anak laki-laki dari saudara seibu seayah
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
9. Paman seibu seayah
10. Paman seayah
11. Anak laki-laki dari paman laki-laki seibu seayah
12. Anak laki-laki dari paman saudara seayah
13. Laki-laki yang memerdekakan.
14. Perempuan yang memerdekakan
Ahli waris ashabah ini menerima warisan berdasarkan peringatan di mulai
dari peringkat pertama Bila ada ashabah pada peringkat yang lebih dekat
tentu ashabah yang barada di peringkat berikutnya akan terhijab otomatis.
Mengenal kedudukan ayah dan kakek memang strategis, satu sisi mereka
adalah dzaul furudh tetapi disisi lain mereka juga jadi ashabah, tentu
manakala atau cucu laki-laki tidak ada, ayah dan kakek tetap menjadi dzaul
furudh.

 Bagian Ahli Waris Dzaul Furudh


a. Yang menerima setengah (1/2)
1. Anak perempuan apabila hanya seorang.
2. Anak perempuan dari anak laki-laki ( cucu perempuan ), Apabila hanya
seorang, selama tidak ada anak perempuan dan cucu perempuan dari anak
laki-laki.
3. Saudara perempuan seayah, jika hanya seorang saja, dan tidak juga tsb
pada point 1 dan 2.
4. Suami, jika tidak ada anak, dan tidak ada cucu laki-laki dan anak laki-
laki.
b. Yang menerima seperempat (1/4)
1. Suami, jika tidak ada anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki.
2. Istri atau beberapa orang istri, jika tidak ada anak atau cucu laki-laki dari
anak laki-laki.
c. Yang menerima seperdelapan (1/8)
1. Istri atau beberapa orang istri bila ada anak atau cucu dari anak laki-laki.
d. Yang mendapat dua pertiga (2/3)
1. Dua orang anak perempuan atau lebih jika mereka tidak mempunyai
saudara laki-laki.
2. Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak lak-laki, selama tidak ada
anak perempuan atau saudara laki-laki.
3. Dua orang saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak ada anak
perempuan atau anak perempuan dari anak laki-laki, atau saudara laki-
laki mereka.
4. Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih, jika tidak ada yang tsb
dari point 1,2, 3.
e. Yang mendapat (1/3)
1. Ibu, jika tidak terhalang, jika tidak meninggalkan anak atau cucu laki-
laki. Atau tidak pula meninggalkan dua orang saudara baik laki-laki
maupun perempuan , baik seibu seayah atau bukan.
2. Dua orang laki-laki atau lebih, juga saudara perempuan seibu, dua orang
atau lebih, jika tidak ada pokok dan cabang (ayah atau kakek dan anak
atau cucu).itulah yang di maksud dengan “kalalah”. Selain itu jumlah
mereka harus ada dua orang atau lebih baik mereka lelaki atau
perempuan.
f. Yang menerima seperenam (1/6)
1. Ibu, jika ada anak, atau cucu laki-laki dari anak laki-laki, atau dua orang
atau lebih dari saudara laki-laki dan perempuan.
2. Ayah, jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki.
3. Nenek perempuan jika tidak ada ibu.
4. Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama-sma dengan
seoranganak perempuan sekandung.
5. Saudara perempuan seayah, jika bersama-sama dengan seorang saudara
perempuan sekandung ayah.

 Ahli Waris Zul Arham


Ahli waris zul arham adalah orang-orang yang mempunyai hubungan
kerabat dengan pewaris, namun tidak dijelaskan bagiannya dalam Al-Quran
dan hadis Nabi sebagai zaul furudh dan tidak pula termasuk dalam kelompok
ashabahbila kerabat yang menjadi ashabah adalah laki-laki dalam garis
keturunan laki-laki, maka zaul arham itu adalah perempuan atau laki-laki
melalui garis keturunan perempuan. Zul arham terdapat 4 kelompok garis
keturunan yaitu:
a. Garis keturunan lurus ke bawah yaitu :
 Anak laki-laki atau perempuan dan keturunannya.
 Anak laki-laki atau perempuan dari cucu perempuan dan
keturunannya.
b. Anak keturunan lurus ke atas yaitu :
 Ayah dari ibu dan seterusnya ke atas.
 Ayah dari ibunya ibu dan seterusnya ke atas.
 Ayah dari ibunya ayah dan seterusnya ke atas.
c. Garis keturunan kesampig pertama, yaitu :
 Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung atau seayah dan
anaknya.
 Anak laki-laki atau perempuan dari saudara seibu dan seterusnya ke
bawah.
d. Garis keturunan kesamping kedua yaitu :
 Saudara perempuan ( kandung, seayah, atau ibu) dari ayah dan
anaknya.
 Saudara laki-laki atau perempuan seibu dari ayah dan seterusnya ke
bawah.
 Saudara laki-laki atau perempuan ( kandung, seayah, atau ibu) dari
ibu dan seterusnya ke bawah.
 Cara Membagi Waris

Sebagaimana di ketahui bahwa pembagian dalam harta warisan telah


di tetapkan bagian masing-masing ahli waris, yaitu ada ahli waris yang
menerima bagian tertentu yang berupa seberapa dari warisan, di sebut
furudhul muqaddarah, dan ahli waris menerima seluruh yang tersisa setelah
di ambil oleh bagian ahli waris yang termasuk alquran-furudhul muqaddarah
disebutashabah.

Ashal masalah ialah angka yang menjadi dasar pembagian harta


warisan dalam sesuatu masalah yakni di bagi menjadi berapa bagiankah
keseluruhan harta pusaka itu, sehingga bagian masing-masing ahli waris
dapat di terimakan sebagaimana mestinya.

Cara menentukan angka ashal masalah ialah dengan memperhatikan


angka-angka pemecahan yang terdapat pada bagian-bagian ahli waris dzauL
furudh dalam suatu kasus, yaitu dengan mencari kelipatan persekutuan
terkecil dari pada angka-angka pembagi atau angka-angka pemecahan yang
ada pada bagian-bagian ahli waris.
Dilihat dari segi angka-angka pembagian masing-masing bagian ada,
maka penentuan ashalmasalah ada 4 macam, sebagai berikut :

1. Mudakhalah, Yaitu Apabila angka-angka pembagi pada bagian-bagian


yang ada pada suatu kasus itu saling memasuki, artinya angka pembagi
yang kecil dapat di masukkan kedalam angka pembagiyang besar,
dengan kata lain angka pembagi yang besar dapat habis dengan angka
pembagi yang kecil.
2. Mumatsalah, Yaitu apabila angka-angka pembagian pada bagian-bagian
yang ada dalam satu kasusitu sama besarnya, maka cara menentukan
ashal masalah ia dengan mengambil salah satu di antara angka-angka
pembagi yang ada.
3. Mubayanah, Yaitu Apabila angka-angka pembagian pada bagian yang
ada dalam suatu kasus itu berbeda yang satu dengan lain, maka
pembagian yang satu tidak habis di bagi dengan angka pembagi yang
lain serta tidak mempunyai pembagi yang sama antara angka-angka
pembagian yang ada.
4. Muwafaqah, Yaitu apabila angka-angka pembagi pada bagian-bagian
yang ada dalam suatu kasus berbeda antara yang satu yang lain, tetapi
angka-angka pembagi tersebut mempunyai pembagian yang sama.

 Gugurnya Ahli Waris


1. Bagian Untuk nenek perempuan menjadi gugur karena ada ibu, atau datuk
laki-laki terhalang karena ada ayahnya.
2. Bagian saudara ibu menjadi gugur karena ada salah seorang dari 4
Macam ahli waris :
a. Anak.
b. Cucu dariAnak laki-laki.
c. Ayah.
d. Datuk laki-laki.
3. Bagian saudara Laki-laki sekandung menjadi gugur, karena ada salah
seorang dari tiga ahli waris yaitu :
a. Anak Laki-laki.
b. cucu laki-laki dari anak laki-laki.
c. Ayah
4. Bagian Anak Ayah( Saudara laki-laki atau perempuan seayah ) manjadi
gugur, karena adanya salahseorang tersebut di atas, yakni anak laki-laki,
cucu laki- laki dari anak laki-laki atau ayah.Dan jika ada saudara laki-laki
seayah seibu.
5. Empat orang yang dapat menjadi Ashobah kepada saudara-saudara
perempuan mereka Yakni :
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Saudara laki-laki sekandung
d. Saudara laki-laki seAyah
6. AUL DAN RAD
a. Masalah aul
Ialah keadaan yang berlebihnya saham-saham para di pecah-
pecah sejumlah angka asal masalah pasti tidak cukup untuk
memenuhi saham-saham dzawil furudh. Salah satu cara yang di
lakukan untuk menyelesaikan Aul adalah :Setelah di ketahui bagian-
bagian ashbul furudh hendaknya di cari asal masalah, kemudian di
cari saham-saham dari masing-masing ashabul furudh itu di jumlah,
maka asal masalah yang semula di benarkan dengan menambahkan
angka tertentu sehingga besarnya sama denganjumlah saham-saham
para ahli waris, dengan kata lain asal masalah yang baru di pakai ialah
jumlah saham-saham yang harus di terima oleh para ahli waris.
b. Masalah Rad
Menurut fuqaha ialah pengambilan apa yang tersisa dari
bagian dzawil furudh nasabiyah kepadamerekasesuai dengan besar
kecilnya bagian mereka bila tidak ada orang lain yang berhak untuk
menerimanya.
Rad tidak akan terjadi kecuali bila ada tiga rukun :
a. Adanya pemilik Fard ( sahibul Fadh )
b. Adanya sisa peninggalan
c.Tidak adanya ahli waris ashabah
Untuk menyelesaikan secara tuntas pembagian harta warisan terdapat
sisa lebih dan di radkan, atau mengandung masalah rad, terlebih dahulu
haruslah di teliti apakah dalam kasus di maksud terdapat ahli waris yang
ditolak menerima rad ataukah tidak.Jika dari Antara ahli waris ashabul furudh
itu tidak terdapat seorang pun yang ditolak menerimatambahan dari sisa lebih
yang diradkan itu.

D. Meraih Berkah Dengan Mawaris


Kecenderungan manusia kepada harta kekayaan, jabatan dan
kehidupan dunia pada umumnya secara berlebihan, memicu munculnya
berbagai konflik dan persengkataan. Pada kondisiitulah diperlukan sebuah
tatanan hukum dan peraturan yang bisa memberi jalan keluar secara damai.
Dan tentu saja yang paling memahami kondisi manusia adalah pencipta
manusia itu sendiri yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan
buku manual berupa kitabullah sebagai panduan melakukan berbagai
kegiatan kehidupan sehari-hari di dunia. Buku manual berupa kitabullah
tersebut sangat sesuai sebagai pemberi jalan keluar bagi berbagai macam
konflik dan pertikaian yang terjadi diantara sesama manusia. Sekalipun
dalam prakteknya karena berbagai sebab, tak sedikit manusia yang menolak
hidupnya diatur oleh kitabullah yang merupakan buku manual untuk
menjalani kehidupan di dunia. Tidak mengherankan bila pada gilirannya
kehidupan dunia semakin semrawut dan kacau balau. Salah satu diantaranya
adalah menolak penerapan hukum waris Islam dalam keluarga, sekalipun
semua paham hukum waris Islam akan memberi keadilan kepada seluruh
anggota keluarga.

E. Pentingnya Hukum Waris Islam

Dalam Islam, setiap orang yang telah meninggal dunia maka


diwajibkan untuk segera menyelesaikan beberapa hal penting diantaranya
menyelesaikan pembayaran hutang si ahli kubur, menunaikan wasiat yang
telah diberikan dan melaksanakan nazar ahli kubur. Pelunasan terhadap
hutang piutang yang dimiliki oleh ahli kubur, diambil dari harta yang
ditinggalkan. Namun demikian, bila ternyata tidak memiliki harta benda yang
mencukupi, maka keluarganya lah yang berhak membayarkan hutang-hutang
si ahli kubur. Bagaimanakah dengan pembagian waris Islam itu sendiri?
Perlukah disegerakan atau menunggu masa tertentu? Hal ini sebetulnya
relatif.

Artinya tidak ada keterangan kuat bahwa pembagian waris dalam


Islam harus disegerakan, juga tidak keterangan yang sama kuat untuk
mengabaikan atau menunda-nunda pembagian waris. Idealnya adalah ketika
seluruh anggota keluarga dan ahli waris berkumpul, kemudian seluruh
kewajiban kepada yang meninggal telah dilaksanakan termasuk melunasi
seluruh hutang piutangnya, kemudian berkumpul untuk membagikan harta
warisan. Dengan demikian tak seorang pun dari ahli waris yang akan
terganggu atau teraniaya hak-haknya.

Namun sekali lagi tidak ada anjuran waktu mutlak dalam Islam untuk
melaksanakan pembagian harta waris. Hanya saja Islam menganjurkan,
apabila dikhawatirkan terjadi berbagai konflik internal dalam keluarga, maka
dianjurkan untuk segera melakukan pembagian harta warisan tersebut.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah apakah pembagian harta


waris tersebut harus mutlak berdasarkan pembagian harta waris Islam atau
sesuai dengan aturan ilmu mawaris (Faraid)? Bagaimana hukumnya dengan
mereka yang terbiasa melakukan pembagian harta warisandengan memakai
hukum suku atau hukum adat?

Pembagian harta warisan menurut hukum adat jelas sangat jauh


berbeda dengan hukum Islam. Ada juga yang membagikan harta warisan
secara kekeluargaan. Di sana disepakati bagian masing-masing ahli waris
secara damai tanpa mengundang berbagai pertikaian sesama ahli waris. Yang
manakah lebih utama dari hal di atas?

Pembagian waris Islam mutlak diterapkan sebagai upaya pencegahan


terjadinya konflik pertikaian yang dapat muncul akibat rasa ketidakadilan
yang dirasakan oleh para ahli waris terhadap bagian masing-masing. Jadi
apabila sesama ahli waris mampu berdamai untuk melakukan pembagian
dengan keridhaan masing-masing tanpa adanya konflik sengketa, hukum
pembagian waris Islam bisa untuk tidak dilaksanakan. Namun kembali
kepada pemahaman masing-masing anggota keluarga dan bukan memandang
dari sisi manfaat serta madharatnya.

Warisan merupakan harta orang lain yang diperoleh atas usaha jerih
payah orang lain sewaktu ada di dunia. Harta pemberian orang lain tak akan
senikmat harta jerih payah kita sendiri.Terlebih jika cara memperolehnya
dilakukan dengan cara-cara yang tidak halal dan tidak baik. Tentu saja
dengan mengharap mendapat harta warisan dari orang seperti ini, bukanlah
perbuatan terpuji.

Namun tidak bisa dipungkiri bila salah satu kebiasaan buruk manusia
adalah terlalu berharap dan menggantungkan nasib hidup terhadap harta
warisan keluarganya, padahal ia sendiri masih mampu melakukan usaha-
usaha halal lainnya yang itu akan lebih mengangkat harkat dan martabat diri
sendiri.

Ingatlah bahwa orang yang kaya karena harta warisan keluarganya,


tidak akan terlalu dipandang di tengah-tengah masyarakat. Tentu saja akan
begitu gampang menerima tudingan soal kekayaannya itu, karena orang akan
selalu berpikir, dia kaya karena harta warisan keluarganya. Bandingkan
dengan seseorang yang memperoleh kekayaan dari hasil jerih keringat
sendiri. Ia akanlebih dewasa saat menderita kemiskinan yang mungkin akan
dialaminya di kemudian hari. Begitu pula akan lebih bertanggung jawab
dalam menggunakan dan memanfaatkan harta kekayaannya itu.

Tapi terlepas dari masalah itu semua, hukum waris Islam menawarkan
jalan keluar yang baik untuk semua pihak. Sehingga akan terhindari dari
kasus adanya yang teraniaya hak atau perasaan ketidak adilan. Kenyataan
tersebut apabila tidak memperoleh jalan keluar yang baik, akan menyebabkan
timbulnya rasa tidak enak. Apabila terus dipelihara akan semakin
memunculkan konflik bahkan pada akhirnya menjurus kepada pertikaian,
padahal masih sesama keluarga.

F. Manfaat Hukum Waris Islam


Berbicara tentang hukum waris Islam, tentu saja tidak terlepas dari
pemikiran sejauh mana hukum waris Islam ini memberi jalan keluar yang adil
buat semua ahli waris. Beberapa manfaat yang akan dirasakan dengan adanya
pembagian waris Islam antara lain adalah :

1. Terciptanya ketentraman hidup dan suasana kekeluargaan yang


harmonisSyariah adalah sumber hukum tertinggi yang harus ditaati. Orang
yang paling durhaka adalah orang yang menentang hukum syariah. Syariah
itu sendiri diturunkan untuk kebaikan hidup umat Islam dan memberi jalan
keluar yang paling sesuai dengan karakter dan watak dari masing-masing
manusia.

Pelaksanaan pembagian waris Islam semata-mata bertujuan menciptakan


ketentraman hidup orang-orang yang melaksanakannya. Orang-orang yang
memahami bahwa syariah adalah hukum tertinggi yang harus ditaati, maka ia
akan menerima dengan ikhlas setiap keputusan yang bersumber dari syariah.
Sebaliknya orang yang menganggap bahwa hukum waris Islam yang
merupakan bagian dari syariah Islam sebagai upaya membatasi hak ahli waris
adalah pemikiran yang tidak benar, kalaupun diikuti akan menyebabkan jauh
lebih banyak madharat daripada manfaatnya.

2. Menciptakan keadilan dan mencegah konflik pertikaian


Pembagian waris Islam merupakan pembagian dengan nilai keadilan
paling tinggi. Keadilan yang telah diterapkan tersebut secara otomatis akan
mencegah muncul berbagai konflik dalam keluarga yang dapat berujung pada
tragedi pertumpahan darah. Sekalipun dalam prakteknya selalu saja muncul
penentangan-penentangan yang bersumber dari akal pikiran, yang sebenarnya
lebih karena khawatir yang tidak beralasan. Kalaupun kemudian
menggunakan hukum waris adat atau berdasarkan kekeluargaan yang
membagi kekayaan secara rata, bukan jaminan tidak akan munculnya ketidak
adilan. Misalnya seorang anggota keluarga yang selama hidupnya merasa
paling berjasa dan paling memperhatikan kehidupan almarhum atau
almarhumah, tidak akan gampang menerima pembagian yang sama rata ini.
Begitu pula tentang masalah-masalah lain yang tetap saja akan muncul,
karena sebenarnya bersumber dari ketidak puasan hawa nafsu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Semua orang muslim wajib mempelajari ilmu mawaris, Ilmu mawaris
sangat penting dalam kehidupan manusia khususnya dalam keluarga karena
tidak semua orang yang ditinggal mati oleh seseorang akan mendapatkan
warisan. Hal yang perlu diperhatikan apabila kita orang muslim mengetahui
pertalian darah, hak dan pembagiannya apabila mendapatkan warisan dari
orang tua maupun orang lain.

B. Saran

Bagi para pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan lebih


memahami mawaris dalam kehidupan keluarga maupun orang lain sesuai
dengan ajaran agama islam dimana hukum memahami mawaris adalah fardhu
kifayah.

DAFTAR PUSTAKA

H. Muh. RifaI,1996,Fiqh Mawaris,semarang : sayid sabiq,fiqih sunnah,Beirut: Darut


fikr Al-Quran QS.An-Nisa :7 dan 11Al Hadist : HR Jamaah, HR.Ahmad dan Abu
Daudhttp://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2024563-contoh-makalah-hukum-
waris-keluarga/#ixzz1ltbnXwYUhttp://id.shvoong.com/law-and-politics/law/
2024564-contoh-makalah-hukum-waris-keluarga/#ixzz1ltbtloO4

Anda mungkin juga menyukai