KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA
1. NIA RAMADHANI
2. NAILA NASYWA AZZAHRA
3. DEWINTA HUI SYABARINA H.
4. RHODESIA MUSTIKA ROZA
5. FAREL AMANDA
6. NURSYAMSI RIFANDI
7. DHARMA FADILAH
8. RIVALDO ARYA WINALDA
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena dengan rahmatnya akhirnya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Agama Islam.
Dalam makalah ini, kami akan sedikit menjelaskan tentang "mawaris” dengan segala
permasalahannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan di susun dalam berbagai
keterbatasan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun,
sehingga mendorong penulis untuk bisa memperbaikinya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Kami berharap makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi siapa saja
yang membacanya. Aamiin.
Nia Ramadhani
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PEMBUKAAN.........................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
1. Pengertian Ilmu Mawaris...............................................................................................................5
2. Sebab mendapatkan warisan dan Penghalang mendapatkan warisan..........................................8
3. Pengelompokkan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing.................................................................11
4. Meraih Berkah Dengan Mawaris..................................................................................................13
5. Contoh pembagian warisan dalam kehidupan sehari-hari...........................................................13
BAB III..................................................................................................................................................16
Simpulan..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................17
3
BAB I
PEMBUKAAN
A. LATAR BELAKANG
Diantara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang ditetapkan Allah adalah
aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang tinbul sebagai akibat dari suatu
kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seorang yang meninggal dunia memerlukan
pengaturan tentang siapa yang berhak menerimanya, berapa jumlahnya, dan bagaimana cara
mendapatkannya.
Aturan tentang waris tesebut ditetapkan oleh Allah melalui firmannya yang terdapat dalam
AlQuran, terutama surah an-nisa ayat 7,8,11,12, dan 176, pada dasarnya ketentuan Allah
yang berkenaan dengan warisan telah jelas maksud, arah dan tujuannya.
Ditinjau dari perspektif sejarah, implementasi hokum kewarisan islam pada zaman
penjajahan belanda ternyata tidak berkembang, bahkan secara politis posisinya dikalahkan
oleh sistem kewarisan hokum adat. Pada masa itu diintrodusir teori persepsi yang bertujuan
untuk mengangkat hokum kewarisan adat dan menyisihkan penggunaan hokum kewarisan
islam.
Banyak para sarjana hukum barat menganggap hokum kewarisan islam tidak mempunyai
sistemdan hukum islam itu hanya bersandar pada asas patrilineal. Sementara itu, diklalangan
umat islam sendiri banyak pula yang mengira tidak ada sistem tertentu dalam hukum
kewarisan islam, sehingga menimbulkan sebuah anggapan seolah-olah hukum kewarisan
islam merupakan hokum yang sangat rumit dan sulit. Kondisi yang demikian itulah yang
menyebabkan hukum kewarisan islam menurut fiqh kebudayaan arab itu sangat sulit
diterima masarakat islam di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pembagian harta yang telah di
tentukan dalam Alquran dan Hadits. cara pembagian menurut ahli mawarits adalah yang terbaik,
seadil-adilnya dengan tanpa melupakan hak seorang ahli waris sekalipun terhadap anak-anak yang
masih kecil.
Ilmu mawaris disebut juga dengan ilmu faraidh, ilmu faraidh merupakan suatu cara yang sangat
efektif untuk mendapat pembagian warisan-warisan yang berprinsip dan nilai-nilai keadilan yang
sesungguhnya. Ilmu mawaris dan ilmu faraidh pada prinsipnya adalah sama yaitu ilmu yang
membicarakan tentang segala sesuatu yang berkenan dengan harta peninggalan orang yang
meninggal dunia.
5
1. Anak perempuan
2. Ibu
3. Putri dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah
4. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ibu )
5. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ayah )
6. Saudara perempuan seayah dan seibu
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Orang perempuan yang membebaskan budak
“Bagilah harta warisan kepada ahli waris (ashabul Furudh) sesuai dengan ketetapan kitabullah,
sedang Sisanya ke pihak keluarga laki-laki yang terdekat” (HR.Muslim)
6
c) Ijma dan IIjtihad
Para ulama berperandalam penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan dengan mawarits.
Adapun hukum mempelajari ilmu mawarits adalah Wajib ( fardhu kifayah ), yaitu apabila di
suatu tempat ada salah seorang di antara mereka ada yang mempelajari, maka sudah di
anggap terpenuhi kewajiban itu, tetapi jika tidak ada satu pun dari mereka mempelajarinya
maka semua orang ikut berdosa. Ijtihad adalah sumber dari hukum Kewarisan yang fungsinya
menjelaskan apa yang belum dijelaskan oleh Nash dan shahih. Contoh pemakain ijtihad
dalam kewarisan adalah Sebagai berikut:
Status saudara-saudara yang mewarisi Bersama-sama dengan kakek. Di dalam
AlQur’an hal ini tidak dijelaskan, yang Dijelaskan adalah status saudara-saudara
Bersama dengan ayah atau bersama anak Laki-laki yang dalam hal ini mereka tidak
Mendapat apa-apa lantaran terhijab. Menurut Pendapat kebanyakan sahabat dan
Imam Mazhab yang mengutip pendapat Zaid bin Tsabit bahwa saudara-saudara
tersebut Mendapat warisan secara muqasamah dengan Kakek.
Status cucu-cucu yang ayahnya lebih dahulu Meninggal dari pada kakek yang bakal
Diwarisi oleh yang mewarisi bersama-sama Dengan saudara ayahnya. Menurut
ketentuan Mereka tidak mendapat apa-apa lantaran Dihijab oleh saudara ayahnya
tetapi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Wasiat Mesir Yang mengistimbatkan
dari Ijtihad para Ulama Mutaqaddimin, mereka diberi bagian Berdasarkan wasiat
wajibah
1) Agar dapat melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli warits yang berhak
menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat Islam
2) Agar dapat di ketahui secara jelas siapa orang yang berhak menerima harta warisan
dan berapa bagian masing”.
3) Agar dapat menentukan bagian harta warisan secara adil dan benar sehingga tidak
terjadi perselisihan.
7
a) zakat atas harta pusaka atau harta warisan
b) biaya mengurus jenazah
c) hutang piutang pewaris
d) wasiat si pewaris
Syarat-syarat kewarisan:
a. Meninggalnya yang mewariskan. ,Orang yang akan mewariskan telah meninggal
Dunia dengan sebenar-benarnya, atau secara legal, Maupun berdasarkan perkiraan.
Meninggalnya Pewaris secara nyata dapat diketahui dengan Melihat secara langsung
atau dengan mendapatkan Bukti yang dapat diterima oleh syariat. Meninggalnya
pewaris secara legal maksudnya Ialah seperti orang hilang, orang yang tidak ada
Berita atau tidak diketahui apakah dia masih hidup atau sudah mati. Orang seperti ini
harus ditunggu sampai dia kembali dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
syariat Islam. Kematian muwarits itu, menurut ulama dibedakan menjadi tiga macam
yaitu:
Mati hakiki. Mati hakiki adalah hilangnya Nyawa seseorang baik kematian itu
disaksikan Dengan pengujian, seperti seseorang Disaksikan meninggal atau
dengan Pendekteksian dan pembuktian, yakni Kesaksian dua orang yang adil
atas kematian Seseorang.
Mati hukmy. Mati hukmy adalah suatu Kematian yang disebabkan oleh
keputusan Hakim.
Mati tadiry. Mati taqdiry adalah kematian Yang semata-mata berdasarkan
dugaan yang Sangat kuat.
b. Ahli waris masih hidup. Para ahli waris yang benar-benar hidup di saat Kematian
muwarits berhak mewarisi harta Peninggalannya. Artinya Apabila ada ahli waris yang
sudah meninggal itu tidak berhak mendapat harta peninggalan.
c. Ahli waris harus jelas posisinya. Masing-masing ahli waris harus dapat di ketahui
posisinya secara pasti, supaya bagian-bagian harta warisan itu dapat di peroleh
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebab ketentuan hukum pewrisan selalu
berubah-ubah sesuai dengan tingkatan ahli waris.
Dalam Agama islam sebab-sebab menerima harta warisan, adalah sebagai berikut:
a. Hubungan Kekeluargaan
Dalam hubungan kekeluargaan tidak membedakan antara ahli waris laki-laki
dan perempuan, orang tua dan anak-anak, orang yang kuat dan Lemah.
Sesuai ketentuan yang berlaku semuanya harta warisan. Hal ini berdasarkan
firman Allah SWT, Dalam Alquran surah An-nisa ayat 7 :
َو ا َاْل ْق َرُبْو َن ِمَّم ا َق َّل ِللِّر َج ا ِل َنِص ْيٌب ِّمَّم ا َتَرَك اْلَو ا ِلٰد ِن َو ا َاْل ْقَر ُبْو َن ۖ َوِللِّنَس ٓاِء َنِص ْيٌب ِّمَّم ا َتَرَك اْلَو ا ِلٰد ِن
َك ُثَر ۗ َنِص ْيًبا َّم ْفُرْو ًضا ِم ْنُه َاْو
8
Lir-rijaali nashiibum mimmaa tarokal-waalidaani wal-aqrobuuna wa lin-
nisaaa-i nashiibum mimmaa tarokal-waalidaani wal-aqrobuuna mimmaa
qolla min-hu au kasur, nashiibam mafruudhoo
Artinya; Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang
telah ditetapkan.
9
Orang yang membunuh tidak bisa mewarisi harta peninggalan dari orang yang dibunuhnya,
baik ia membunuhnya secara sengaja atau karena suatu kesalahan. Karena membunuh sama
saja dengan memutus hubungan kekerabatan, sedangkan hubungan kekerabatan merupakan
salah satu sebab seseorang bisa menerima warisan. Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah
hadits dari kakeknya Amr bin Syuaib, bahwa Rasulullah bersabda:
Artinya: “Tak ada bagian apa pun (dalam warisan) bagi orang yang membunuh”
Sebagai contoh, bila ada seorang anak yang membunuh bapaknya maka anak tersebut tidak
bisa menerima harta warisan yang ditinggalakan oleh sang bapak.
Namun demikian, orang yang dibunuh bisa menerima warisan dari orang yang
membunuhnya. Misalnya, seorang anak melukai orang tuanya untuk dibunuh. Sebelum sang
orang tua benar-benar meninggal ternyata si anak lebih dahulu meninggal. Pada kondisi
seperti ini orang tua yang dibunuh tersebut bisa mendapatkan warisan dari harta yang
ditinggalkan anak tersebut, meskipun pada akhirnya sang orang tua meninggal dunia juga.
o Perbedaan Agama Antara Islam dan Kufur
Orang yang beragama non-Islam tidak bisa mendapatkan harta warisan dari keluarganya
yang meninggal yang beragama Islam. Juga sebaliknya seorang Muslim tidak bisa menerima
warisan dari harta peninggalan keluarganya yang meninggal yang tidak beragama Islam.
Berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari yang menyatakan:
Artinya: “Seorang Muslim tidak bisa mewarisi seorang kafir, dan seorang kafir tidak bisa
mewarisi seorang Muslim.”
Bagaimana dengan sesama orang kafir namun beda agama? Dalam hal warisan ini para
ulama menghukumi bahwa agama apa pun selain Islam dianggap sebagai satu agama
sehingga mereka yang beragama non-Islam dapat saling mewarisi satu sama lain. Maka bila
dalam satu keluarga ada beda-beda agama selain Islam di antara angggota keluarganya
mereka bisa saling mewarisi satu sama lain.
o Faktor mati bersama antara anak dan bapak
Dalam kasus ini karena antara pewaris dan Ahli waris mati mendadak tidak bisa ditentukan
Siapa dari mereka yang mati terlebih dahulu, Misalnya mati karena tenggelam atau
kebakaran. Matinya mereka secara bersamaan, maka sudah Jelas bapak tidak bisa mewarisi
anaknya dan Sebaliknya, tetapi kalau anak yang mati bersamaan Bapak itu memiliki anak,
maka anak tersebut yang Memiliki hak mewarisi (sebagai mawali).
o Fitnah
Dalam Kompilasi Hukum Islam terdapat Pasal 173 yang berbunyi: “seseorang terhalang
Menjadi ahli waris apabila putusan hakim yang Telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap. Maksudnya disini seseorang yang telah mendapatkan hukuman penjara maka ia tidak
akan mendapatkan warisan.
10
vi. Saudara seayah
vii. Anak laki-laki dari saudara seibu seayah
viii. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
ix. Paman seibu seayah
x. Paman seayah
xi. Anak laki-laki dari paman laki-laki seibu seayah 12. Anak laki-laki dari paman saudara
seayah
xii. Laki-laki yang memerdekakan.
xiii. Perempuan yang memerdekakan
Ahli waris ashabah ini menerima warisan berdasarkan peringatan di mulai dari peringkat
pertama Bila ada ashabah pada peringkat yang lebih dekat tentu ashabah yang barada di
peringkat Berikutnya akan terhijab otomatis.
Mengenal kedudukan ayah dan kakek memang strategis, satu sisi mereka adalah dzaul
furudh tetapi disisi lain mereka juga jadi ashabah, tentu manakala atau cucu laki-laki
tidak ada, ayah dan kakek tetap menjadi dzaul furudh.
11
o Zul arham terdapat 4 kelompok garis keturunan yaitu:
Garis keturunan lurus ke bawah yaitu:
Anak laki-laki atau perempuan dan keturunannya.
Anak laki-laki atau perempuan dari cucu perempuan dan keturunannya.
Gugurnya warisan
o Bagian Untuk nenek perempuan menjadi gugur karena ada ibu, atau datuk laki-laki terhalang
karena ada ayahnya.
o Bagian saudara ibu menjadi gugur karena ada salah seorang dari 4 Macam ahli waris: Anak,
Cucu dari Anak laki-laki Ayah Datuk laki-laki
o Bagian saudara Laki-laki sekandung menjadi gugur, karena ada salah seorang dari tiga ahli
waris yaitu : Anak Laki-laki, Cucu laki-laki dari anak laki-laki, Ayah
o Bagian Anak Ayah( Saudara laki-laki atau perempuan seayah ) manjadi gugur, karena adanya
salah seorang tersebut di atas, yakni anak laki-laki, cucu laki- laki dari anak laki-laki atau
ayah. Dan jika ada saudara laki-laki seayah seibu.
o Empat orang yang dapat menjadi Ashobah kepada saudara-saudara perempuan mereka
Yakni: Anak laki-laki, Cucu laki-laki dari anak laki-laki, Saudara laki-laki sekandung, Saudara
laki-laki seAyah.
12
4. Meraih Berkah Dengan Mawaris
Kecenderungan manusia kepada harta kekayaan, jabatan dan kehidupan dunia pada umumnya
secara berlebihan, memicu munculnya berbagai konflik dan persengkataan. Pada kondisi itulah
diperlukan sebuah tatanan hukum dan peraturan yang bisa memberi jalan keluar secara damai. Dan
tentu saja yang paling memahami kondisi manusia adalah pencipta manusia itu sendiri yaitu Tuhan
Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan buku manual berupa kitabullah sebagai panduan
melakukan berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari di dunia. Buku manual berupa kitabullah
tersebut sangat sesuai sebagai pemberi jalan keluar bagi berbagai macam konflik dan pertikaian yang
terjadi diantara sesama manusia. Sekalipun dalam prakteknya karena berbagai sebab, tak sedikit
manusia yang menolak hidupnya diatur oleh kitabullah yang merupakan buku manual untuk
menjalani kehidupan di dunia. Tidak mengherankan bila pada gilirannya kehidupan dunia semakin
semrawut dan kacau balau. Salah satu diantaranya adalah menolak penerapan hukum waris Islam
dalam keluarga, sekalipun semua paham hukum waris Islam akan memberi keadilan kepada seluruh
anggota kkeluarga
A. Seseorang yang telah wafat, meninggalkan harta sebesar Rp 180.000.000,- Ahli warisnya terdiri
atas istri, ibu, dan 2 anak laki-laki. Hasilnya adalah: Pembagian bagian istri 1/8, ibu 1/6, dan 2 anak
laki-laki ‘asabah. Asal masalahnya dari 1/8 dan 1/6 (KPK = Kelipatan Persekutuan Terkecil dari
bilangan penyebut 8 dan 6) adalah 24
Jawaban:
B. Seseorang yang telah wafat, meninggalkan harta sebesar Rp 42.000.000,- Ahli warisnya terdiri atas
suami dan 2 saudara perempuan sekandung. Pembagian hasilnya adalah sebagai berikut. Bagian
suami ½ dan bagian dua saudara perempuan sekandung 2/3. Asal masalahnya adalah ½ dan 2/3 (KPK
= Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 2 dan 3) adalah 6, sementara pembilangnya
adalah 7. Maka terjadi 7/6.
Jawaban:
13
Dua saudara perempuan sekandung: 4/7 x Rp 42.000.000,- = Rp 24.000.000,- Masing-masing
akanmemperoleh harta mawaris sebesar Rp 24.000.000,- : 2 = Rp 12.000.000,-
C. Seorang saudagar kaya mempunyai 117 ekor kambing yang akan dibagikan kepada 5 orang
anaknya. Anak tertua mendapat 1/3 bagian dari jumlah kambing tersebut. Anak kedua mendapat ¼.
bagian Anak ketiga mendapat 1/6. bagian Anak keempat mendapat 1/8 bagian, dan Anak kelima
akan mendapat 1/10 bagian dari jumlah sapi yang ada. Kelima anak tersebut bingung karena sapi
tidak boleh dipotong-potong Bagaimana cara mereka untuk membagi sapi-sapi tersebut dan berapa
ekor sapi yang akan diperoleh oleh masing-masing anak?
Jawaban:
117 ekor sapi dibagi 3 akan menghasilkan 39. Namun ketika dibagi dengan 4, 6, 8, dan 10 akan
menghasilkan pecahan. Agar pembagian tidak menghasilkan pecahan (yang berarti ada sapi harus
dipotong) maka kita cari KPK dari 3, 4, 6, 8, dan 10 = 120.
117 ke 120 kurangnya 3. Maka kita perlu meminjam 3 sapi dari orang lain untuk membantu
melakukan pembagian.
Jumlah semuanya = 117. Sisa 3 ekor sapi adalah yang dipinjam tadi kita kembalikan.
D. Seorang ayah meninggal dan meninggalkan harta waris berupa tanah senilai 500 juta rupiah. Ia
memiliki dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Bagaimana pembagian harta waris tersebut
berdasarkan aturan waris Islam?
Jawaban:
Menurut aturan waris Islam, pembagian harta waris dapat dihitung sebagai berikut:
1. Setiap anak laki-laki mendapatkan bagian dua kali lipat dari bagian seorang anak perempuan.
2. Total bagian seluruh ahli waris adalah 1 (100% dari harta waris).
Dalam hal ini, jika kita asumsikan anak perempuan mendapatkan bagian 1, maka setiap anak laki-laki
akan mendapatkan bagian 2. Jadi, pembagian dapat dihitung sebagai berikut:
14
- Anak laki-laki kedua: 2 bagian
Maka, masing-masing ahli waris akan mendapatkan bagian sebesar 1/5 dari total harta waris, yaitu
100 juta rupiah.
15
BAB III
Simpulan
Ilmu mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pembagian harta yang telah di
tentukan dalam Alquran dan Hadits.cara pembagian menurut ahli mawarits adalah yang
terbaik, seadil-adilnya dengan tanpa melupakan hak seorang ahli waris sekalipun terhadap
anak-anak yang masih kecil.
Pembagian mawaris untuk golongan laki-laki yaitu: Anak laki-laki, Putra dari anak laki-laki
dan seterusnya kebawah, Ayah, Saudara laki-laki seayah dan seibu, Saudara laki-laki seayah,
Saudara laki-laki seibu, Putra saudara laki-laki seayah dan seibu, Putra saudara laki-laki
seayah, Saudara laki-laki ayah yang seayah seibu, Saudara laki-laki seayah, Putra saudara laki-
laki yang seayah seibu, Putra saudara laki-laki ayah yang seayah, Suami, Orang yang laki laki
yang membebaskan budak.
Pembagian warisan untuk golongan perempuan yaitu: Anak perempuan, Ibu, Putri dari anak
laki-laki dan seterusnya ke bawah, Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ibu ),
Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ayah ), Saudara perempuan seayah dan
seibu, Saudara perempuan seayah, Saudara perempuan seibu, Istri, Orang perempuan yang
membebaskan budak
Sumber mawaris dari Al-Qur’an, al-hadis, dan ijtihad.
Rukun dari mawaris ada, Al-Muwarrits, Al-Warits, dan Al-Mauruts. Lalu syarat warisan
Meninggalnya yang mewariskan, Ahli waris masih hidup, Ahli waris harus jelas posisinya
Sebab mendapatkan warisan yaitu: dari hubungan keluarga, hubungan perkawinan,
hubungan wala, hubungan agama. Dan hal yang menyebabkan tidak dapat warisan yaitu
status budak, membunuh, perbedaan agama, dan fitnah.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-sunan-gunung-djati/ilmu-
fiqh/makalah-ilmu-waris-dalam-islam/43476858
17