Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

AGAMA ISLAM “MAWARIS”

GURU PEMBIMBING: IBUK SAMSIDAR, S.Ag

KELOMPOK 1

NAMA ANGGOTA

1. NIA RAMADHANI
2. NAILA NASYWA AZZAHRA
3. DEWINTA HUI SYABARINA H.
4. RHODESIA MUSTIKA ROZA
5. FAREL AMANDA
6. NURSYAMSI RIFANDI
7. DHARMA FADILAH
8. RIVALDO ARYA WINALDA

KELAS: XII MIA 1

TAHUN AJARA 2023/2024


SMA N 1 TEBING TINGGI
KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena dengan rahmatnya akhirnya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Agama Islam.

Dalam makalah ini, kami akan sedikit menjelaskan tentang "mawaris” dengan segala
permasalahannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan di susun dalam berbagai
keterbatasan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun,
sehingga mendorong penulis untuk bisa memperbaikinya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Kami berharap makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi siapa saja
yang membacanya. Aamiin.

SELATPANJANG, 29 Januari 2024

Nia Ramadhani

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PEMBUKAAN.........................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
1. Pengertian Ilmu Mawaris...............................................................................................................5
2. Sebab mendapatkan warisan dan Penghalang mendapatkan warisan..........................................8
3. Pengelompokkan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing.................................................................11
4. Meraih Berkah Dengan Mawaris..................................................................................................13
5. Contoh pembagian warisan dalam kehidupan sehari-hari...........................................................13
BAB III..................................................................................................................................................16
Simpulan..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................17

3
BAB I

PEMBUKAAN

A. LATAR BELAKANG

Diantara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang ditetapkan Allah adalah
aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang tinbul sebagai akibat dari suatu
kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seorang yang meninggal dunia memerlukan
pengaturan tentang siapa yang berhak menerimanya, berapa jumlahnya, dan bagaimana cara
mendapatkannya.
Aturan tentang waris tesebut ditetapkan oleh Allah melalui firmannya yang terdapat dalam
AlQuran, terutama surah an-nisa ayat 7,8,11,12, dan 176, pada dasarnya ketentuan Allah
yang berkenaan dengan warisan telah jelas maksud, arah dan tujuannya.
Ditinjau dari perspektif sejarah, implementasi hokum kewarisan islam pada zaman
penjajahan belanda ternyata tidak berkembang, bahkan secara politis posisinya dikalahkan
oleh sistem kewarisan hokum adat. Pada masa itu diintrodusir teori persepsi yang bertujuan
untuk mengangkat hokum kewarisan adat dan menyisihkan penggunaan hokum kewarisan
islam.
Banyak para sarjana hukum barat menganggap hokum kewarisan islam tidak mempunyai
sistemdan hukum islam itu hanya bersandar pada asas patrilineal. Sementara itu, diklalangan
umat islam sendiri banyak pula yang mengira tidak ada sistem tertentu dalam hukum
kewarisan islam, sehingga menimbulkan sebuah anggapan seolah-olah hukum kewarisan
islam merupakan hokum yang sangat rumit dan sulit. Kondisi yang demikian itulah yang
menyebabkan hukum kewarisan islam menurut fiqh kebudayaan arab itu sangat sulit
diterima masarakat islam di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang akan kami bahas:


 Apakah pengertian Ilmu Mawaris ?
 Apa sajakah Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan?
 Apa sajakah Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing ?
 Apa sajakah Cara Meraih Berkah dengan Mawaris ?
 Membahas bagaimana cara membahas soal tentang mawaris?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembahasan:


 Untuk mengetahui pengertian Ilmu Mawaris .
 Untuk mengetahui Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan.
 Untuk mengetahui Pengelompokan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing.
 Untuk mengetahui Cara Meraih Berkah dengan Mawaris.
 Memahami bagaimana mengerjakan pembagian warisan

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ilmu Mawaris

Ilmu mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pembagian harta yang telah di
tentukan dalam Alquran dan Hadits. cara pembagian menurut ahli mawarits adalah yang terbaik,
seadil-adilnya dengan tanpa melupakan hak seorang ahli waris sekalipun terhadap anak-anak yang
masih kecil.

Ilmu mawaris disebut juga dengan ilmu faraidh, ilmu faraidh merupakan suatu cara yang sangat
efektif untuk mendapat pembagian warisan-warisan yang berprinsip dan nilai-nilai keadilan yang
sesungguhnya. Ilmu mawaris dan ilmu faraidh pada prinsipnya adalah sama yaitu ilmu yang
membicarakan tentang segala sesuatu yang berkenan dengan harta peninggalan orang yang
meninggal dunia.

Ilmu faraidh mencakup tiga unsur Penting di dalamnya:

a. Pengetahuan tentang kerabat-kerabat yang menjadi ahli Waris


b. Pengetahuan tentang bagian setiap ahli waris
c. Pengetahuan tentang cara menghitung yang dapat

Berhubungan dengan pembagian harta waris.

A. Golongan dari laki-laki


1. Anak laki-laki
2. Putra dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah
3. Ayah
4. Saudara laki-laki seayah dan seibu
5. Saudara laki-laki seayah
6. Saudara laki-laki seibu
7. Putra saudara laki-laki seayah dan seibu
8. Putra saudara laki-laki seayah
9. Saudara laki-laki ayah yang seayah seibu
10. Saudara laki-laki seayah
11. Putra saudara laki-laki yang seayah seibu
12. Putra saudara laki-laki ayah yang seayah
13. Suami
14. Orang yang laki laki yang membebaskan budak.

B. Golongan dari perempuan

5
1. Anak perempuan
2. Ibu
3. Putri dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah
4. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ibu )
5. Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ayah )
6. Saudara perempuan seayah dan seibu
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Orang perempuan yang membebaskan budak

 Sumber hukum mawaris terbagi menjadi tiga macam yaitu


a) Al-Qur’an
Dalam Alquran telah di jelaskan mengenai ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum
mawarits. Dalam surat An-nisa:176
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
 ۗ ‫َيْسَتْفُتْو َنَك ۗ  ُقِل ُهّٰللا ُيْفِتْيُك ْم ِفى اْلـَك ٰل َلِةۗ  ِاِن اْم ُر ٌؤ ا َهَلَك َلـْيَس َلٗه َو َلٌد َّو َلۤٗه ُاْخ ٌت َفَلَها ِنْص ُف َم ا َتَرَك ۚ  َو ُهَو َيِرُثَهۤا ِاْن َّلْم َيُك ْن َّلَه ا َو َل ٌد‬
 ۗ‫َفِا ْن َكا َنـَتا اْثَنَتْيِن َفَلُهَم ا الُّثُلٰث ِن ِمَّم ا َتَرَك ۗ  َوِا ْن َكا ُنْۤو ا ِاْخ َو ًة ِّر َج ا اًل َّوِنَس ٓاًء َفِللَّذ َك ِر ِم ْثُل َح ِّظ اُاْل ْنَثَيْيِن ۗ  ُيَبِّيُن ُهّٰللا َلـُك ْم َاْن َتِض ُّلْو ا‬
‫َو ا ُهّٰلل ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬

Yastaftuunak, qulillaahu yuftiikum fil-kalaalah, inimru-un halaka laisa lahuu waladuw wa


lahuuu ukhtung fa lahaa nishfu maa tarok, wa huwa yarisuhaaa il lam yakul lahaa walad, fa
ing kaanatasnataini fa lahumas-sulusaani mimmaa tarok, wa ing kaanuuu ikhwatar rijaalaw
wa nisaaa-ang fa liz-zakari mislu hazhzhil-ungsayaiin, yubayyinullohu lakum ang tadhilluu,
wallohu bikulli syai-in ‘aliim
Artinya: “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi
fatwa kepadamu tentang kalalah, (yaitu) jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak
tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu)
seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh
harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan
itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka
(ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang
saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum
ini) kepadamu agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. An-Nisa’
4: Ayat 176)
b) Al-hadis
Dalam Riwayat imam Muslim dan Abu dawud bahwasanya Nabi Muhammad SAW, bersabda

“Bagilah harta warisan kepada ahli waris (ashabul Furudh) sesuai dengan ketetapan kitabullah,
sedang Sisanya ke pihak keluarga laki-laki yang terdekat” (HR.Muslim)

6
c) Ijma dan IIjtihad
Para ulama berperandalam penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan dengan mawarits.
Adapun hukum mempelajari ilmu mawarits adalah Wajib ( fardhu kifayah ), yaitu apabila di
suatu tempat ada salah seorang di antara mereka ada yang mempelajari, maka sudah di
anggap terpenuhi kewajiban itu, tetapi jika tidak ada satu pun dari mereka mempelajarinya
maka semua orang ikut berdosa. Ijtihad adalah sumber dari hukum Kewarisan yang fungsinya
menjelaskan apa yang belum dijelaskan oleh Nash dan shahih. Contoh pemakain ijtihad
dalam kewarisan adalah Sebagai berikut:
 Status saudara-saudara yang mewarisi Bersama-sama dengan kakek. Di dalam
AlQur’an hal ini tidak dijelaskan, yang Dijelaskan adalah status saudara-saudara
Bersama dengan ayah atau bersama anak Laki-laki yang dalam hal ini mereka tidak
Mendapat apa-apa lantaran terhijab. Menurut Pendapat kebanyakan sahabat dan
Imam Mazhab yang mengutip pendapat Zaid bin Tsabit bahwa saudara-saudara
tersebut Mendapat warisan secara muqasamah dengan Kakek.
 Status cucu-cucu yang ayahnya lebih dahulu Meninggal dari pada kakek yang bakal
Diwarisi oleh yang mewarisi bersama-sama Dengan saudara ayahnya. Menurut
ketentuan Mereka tidak mendapat apa-apa lantaran Dihijab oleh saudara ayahnya
tetapi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Wasiat Mesir Yang mengistimbatkan
dari Ijtihad para Ulama Mutaqaddimin, mereka diberi bagian Berdasarkan wasiat
wajibah

 TUJUAN ILMU MAWARIS

1) Agar dapat melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli warits yang berhak
menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat Islam
2) Agar dapat di ketahui secara jelas siapa orang yang berhak menerima harta warisan
dan berapa bagian masing”.
3) Agar dapat menentukan bagian harta warisan secara adil dan benar sehingga tidak
terjadi perselisihan.

 Rukun dan Syarat-Syarat Kewarisan Islam


Rukun waris ada tiga yaitu:
a. Al-Muwarrits, yaitu orang yang meninggal Dunia atau mati, baik mati hakiki maupun
Mati hukmiy suatu kematian yang dinyatakan Oleh keputusan hakim atas dasar
beberapa Sebab, kendati sebenarnya ia belum mati, Yang meninggalkan harta atau
hak.
b. Al-Warits, yaitu orang hidup atau anak dalam Kandungan yang mempunyai hak
mewarisi, Meskipun dalam kasus tertentu akan Terhalang. Dengan demikian,
seseorang dinyatakan sebagai ahli waris, jika: masih hidup, tidak ada penghalang
bagi dirinya sebagai ahli waris, dan tidak tertutup oleh ahli waris utama. Seseorang
dinyatakan sebagai ahli waris, jika mempunyai hubungan darah atau perkawinan.26
c. Al-Mauruts, yaitu harta warisan yang menjadi warisan. Sebagian ulama faraid
menyebutnya dengan mirats atau irts. Termasuk dalam warisan adalah harta-harta
atau hak-hak yang mungkin dapat diwariskan. Seperti Kebendaan dan sifat-sifat yang
mempunyai nilai kebendaan. Mengenai rukun yang ketiga, yakni harta Warisan baru
bisa dilakukan pembagiannya Kepada ahli waris setelah terlebih dahulu dilaksanakan
adanya empat jenis pembayaran yaitu:

7
a) zakat atas harta pusaka atau harta warisan
b) biaya mengurus jenazah
c) hutang piutang pewaris
d) wasiat si pewaris

Syarat-syarat kewarisan:
a. Meninggalnya yang mewariskan. ,Orang yang akan mewariskan telah meninggal
Dunia dengan sebenar-benarnya, atau secara legal, Maupun berdasarkan perkiraan.
Meninggalnya Pewaris secara nyata dapat diketahui dengan Melihat secara langsung
atau dengan mendapatkan Bukti yang dapat diterima oleh syariat. Meninggalnya
pewaris secara legal maksudnya Ialah seperti orang hilang, orang yang tidak ada
Berita atau tidak diketahui apakah dia masih hidup atau sudah mati. Orang seperti ini
harus ditunggu sampai dia kembali dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
syariat Islam. Kematian muwarits itu, menurut ulama dibedakan menjadi tiga macam
yaitu:
 Mati hakiki. Mati hakiki adalah hilangnya Nyawa seseorang baik kematian itu
disaksikan Dengan pengujian, seperti seseorang Disaksikan meninggal atau
dengan Pendekteksian dan pembuktian, yakni Kesaksian dua orang yang adil
atas kematian Seseorang.
 Mati hukmy. Mati hukmy adalah suatu Kematian yang disebabkan oleh
keputusan Hakim.
 Mati tadiry. Mati taqdiry adalah kematian Yang semata-mata berdasarkan
dugaan yang Sangat kuat.
b. Ahli waris masih hidup. Para ahli waris yang benar-benar hidup di saat Kematian
muwarits berhak mewarisi harta Peninggalannya. Artinya Apabila ada ahli waris yang
sudah meninggal itu tidak berhak mendapat harta peninggalan.
c. Ahli waris harus jelas posisinya. Masing-masing ahli waris harus dapat di ketahui
posisinya secara pasti, supaya bagian-bagian harta warisan itu dapat di peroleh
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebab ketentuan hukum pewrisan selalu
berubah-ubah sesuai dengan tingkatan ahli waris.

2. Sebab mendapatkan warisan dan Penghalang mendapatkan warisan

Dalam Agama islam sebab-sebab menerima harta warisan, adalah sebagai berikut:

a. Hubungan Kekeluargaan
Dalam hubungan kekeluargaan tidak membedakan antara ahli waris laki-laki
dan perempuan, orang tua dan anak-anak, orang yang kuat dan Lemah.
Sesuai ketentuan yang berlaku semuanya harta warisan. Hal ini berdasarkan
firman Allah SWT, Dalam Alquran surah An-nisa ayat 7 :

‫َو ا َاْل ْق َرُبْو َن ِمَّم ا َق َّل‬ ‫ِللِّر َج ا ِل َنِص ْيٌب ِّمَّم ا َتَرَك اْلَو ا ِلٰد ِن َو ا َاْل ْقَر ُبْو َن ۖ  َوِللِّنَس ٓاِء َنِص ْيٌب ِّمَّم ا َتَرَك اْلَو ا ِلٰد ِن‬
‫َك ُثَر ۗ  َنِص ْيًبا َّم ْفُرْو ًضا‬ ‫ِم ْنُه َاْو‬

8
Lir-rijaali nashiibum mimmaa tarokal-waalidaani wal-aqrobuuna wa lin-
nisaaa-i nashiibum mimmaa tarokal-waalidaani wal-aqrobuuna mimmaa
qolla min-hu au kasur, nashiibam mafruudhoo

Artinya; Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang
telah ditetapkan.

Hubungan kekeluargaan ini bila di lihat dari penerimaannya ada tiga


kelompok:
 Dzawil Furudh Yaitu ahli waris yang memperoleh bagian tertentu
seperti suami mendapat seperdua bila orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan mendapat seperempat bila orang yang
meninggal mempunyai anak.
 Dzawil arham Yaitu keluarga yang hubungan kekeluargaan nya jauh,
mereka tidak termasuk ahli waris yang mendapat bagian tertentu,
tetapi mereka mendapat warisan jika ahli waris yang dekat tidak ada.
 Ahlul Ashabah Yaitu Ahli waris yang mendapat sisa harta atau
menghabiskan sisa, setelah ahli waris yang memperoleh bagian
tertentu mengambil bagian masing-masing.
b. Hubungan perkawinan
Selama perkawinan masih utuh bisa menyebabkan adanya saling waris
mewarisi. Akan tetapi, jika perkawinan sudah putus maka gugurlah saling
waris mewarisi, kecuali istri dalam keadaan masa iddah pada talak raji. Pada
ketentuan Ini kedua belah pihak saling mewarisi dan harta Bersama harus
dibagi
c. Hubungan Wala ( memerdekakan budak )
Seseorang yang telah memerdekakan budak bisa menyebabkan memperoleh
warisan. Jika budak yang di merdekakan itu meninggal dunia, maka orang
yang memerdekakan itu berhak menerima warisan. Akan tetapi, jika orang
yang memerdekakan itu meninggal dunia maka budak yang telah di
merdekakan itu tidak berhak mendapatkan apa-apa.
d. Hubungan Agama
Apabila ada orang yang meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris, baik
dari hubungan kekeluargaan, perkawinan, wala, maka harta warisannya itu
di berikan kepada kaum muslimin, yaitu diserahkan ke baitul Mal untuk
kemashlahatan umat islam.
Agama islam sebab-sebab penghalang mendapat harta warisan, adalah sebagai berikut:
o Status Budak
Orang yang berstatus budak, apa pun jenisnya, tidak bisa menerima harta warisan karena
bila seorang budak menerima warisan maka harta warisan yang ia terima itu menjadi milik
tuannya, padahal sang tuan adalah bukan siapa-siapanya (ajnabiy) orang yang meninggal
yang diwarisi hartanya. Seorang budak juga tidak bisa diwarisi hartanya karena sesungguhnya
ia tidak memiliki apa-apa. Bagi seorang budak diri dan apa pun yang ada bersamanya adalah
milik tuannya.
o Membunuh

9
Orang yang membunuh tidak bisa mewarisi harta peninggalan dari orang yang dibunuhnya,
baik ia membunuhnya secara sengaja atau karena suatu kesalahan. Karena membunuh sama
saja dengan memutus hubungan kekerabatan, sedangkan hubungan kekerabatan merupakan
salah satu sebab seseorang bisa menerima warisan. Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah
hadits dari kakeknya Amr bin Syuaib, bahwa Rasulullah bersabda:
Artinya: “Tak ada bagian apa pun (dalam warisan) bagi orang yang membunuh”

Sebagai contoh, bila ada seorang anak yang membunuh bapaknya maka anak tersebut tidak
bisa menerima harta warisan yang ditinggalakan oleh sang bapak.
Namun demikian, orang yang dibunuh bisa menerima warisan dari orang yang
membunuhnya. Misalnya, seorang anak melukai orang tuanya untuk dibunuh. Sebelum sang
orang tua benar-benar meninggal ternyata si anak lebih dahulu meninggal. Pada kondisi
seperti ini orang tua yang dibunuh tersebut bisa mendapatkan warisan dari harta yang
ditinggalkan anak tersebut, meskipun pada akhirnya sang orang tua meninggal dunia juga.
o Perbedaan Agama Antara Islam dan Kufur
Orang yang beragama non-Islam tidak bisa mendapatkan harta warisan dari keluarganya
yang meninggal yang beragama Islam. Juga sebaliknya seorang Muslim tidak bisa menerima
warisan dari harta peninggalan keluarganya yang meninggal yang tidak beragama Islam.
Berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari yang menyatakan:
Artinya: “Seorang Muslim tidak bisa mewarisi seorang kafir, dan seorang kafir tidak bisa
mewarisi seorang Muslim.”

Bagaimana dengan sesama orang kafir namun beda agama? Dalam hal warisan ini para
ulama menghukumi bahwa agama apa pun selain Islam dianggap sebagai satu agama
sehingga mereka yang beragama non-Islam dapat saling mewarisi satu sama lain. Maka bila
dalam satu keluarga ada beda-beda agama selain Islam di antara angggota keluarganya
mereka bisa saling mewarisi satu sama lain.
o Faktor mati bersama antara anak dan bapak
Dalam kasus ini karena antara pewaris dan Ahli waris mati mendadak tidak bisa ditentukan
Siapa dari mereka yang mati terlebih dahulu, Misalnya mati karena tenggelam atau
kebakaran. Matinya mereka secara bersamaan, maka sudah Jelas bapak tidak bisa mewarisi
anaknya dan Sebaliknya, tetapi kalau anak yang mati bersamaan Bapak itu memiliki anak,
maka anak tersebut yang Memiliki hak mewarisi (sebagai mawali).
o Fitnah
Dalam Kompilasi Hukum Islam terdapat Pasal 173 yang berbunyi: “seseorang terhalang
Menjadi ahli waris apabila putusan hakim yang Telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap. Maksudnya disini seseorang yang telah mendapatkan hukuman penjara maka ia tidak
akan mendapatkan warisan.

3. Pengelompokkan Ahli Waris dan Hak Masing-Masing

 Ahli Waris Yang masuk golongan ashabah ialah:


i. Anak Laki-laki
ii. Cucu laki-laki dan seterusnya ke bawah
iii. Ayah
iv. Kakek Laki-laki dan seterusnya keatas
v. Saudara laki-laki seibu

10
vi. Saudara seayah
vii. Anak laki-laki dari saudara seibu seayah
viii. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
ix. Paman seibu seayah
x. Paman seayah
xi. Anak laki-laki dari paman laki-laki seibu seayah 12. Anak laki-laki dari paman saudara
seayah
xii. Laki-laki yang memerdekakan.
xiii. Perempuan yang memerdekakan

Ahli waris ashabah ini menerima warisan berdasarkan peringatan di mulai dari peringkat
pertama Bila ada ashabah pada peringkat yang lebih dekat tentu ashabah yang barada di
peringkat Berikutnya akan terhijab otomatis.

Mengenal kedudukan ayah dan kakek memang strategis, satu sisi mereka adalah dzaul
furudh tetapi disisi lain mereka juga jadi ashabah, tentu manakala atau cucu laki-laki
tidak ada, ayah dan kakek tetap menjadi dzaul furudh.

 Bahagian Ahli Waris Dzaul Furudh


Yang menerima setengah (1/2)
 Anak perempuan apabila hanya seorang
 Anak perempuan dari anak laki-laki ( cucu perempuan ), Apabila hanya seorang,
selama tidak ada anak perempuan dan cucu perempuan dari anak laki-laki
 Saudara perempuan seayah, jika hanya seorang saja, dan tidak juga tsb pada point 1
dan 2 Suami, jika tidak ada anak, dan tidak ada cucu laki-laki dan anak laki-laki

Yang menerima seperempat (1/4)


 Suami, jika tidak ada anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki
 Istria tau beberapa orang istri, jika tidak ada anak atau cucu laki-laki dari anak laki-
laki

Yang menerima seperdelapan (1/8)


 Istri atau beberapa orang istri bila ada anak atau cucu dari anak laki-laki

Yang mendapat dua pertiga (2/3)


 Dua orang anak perempuan atau lebih jika mereka tidak mempunyai saudara laki-
laki
 Dua orang cucu perempuan atau lebih edari anak lak-laki, selama tidak ada anak
perempuan atau saudara laki-laki
 Dua orang saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak ada anak
perempuan atau anak perempuan dari anak laki-laki, atau saudara laki-laki mereka.
 Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih, jika tidak ada yang tsb dari point
1,2, & 3
 Ahli waris zul arham
Ahli waris zul arham adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat dengan
Pewaris, namun tidak dijelaskan bagiannya dalam Al-Quran dan hadis Nabi sebagai zaul
furudh dan tidak pula termasuk dalam kelompok ashabahbila kerabat yang menjadi ashabah
adalah lakilaki dalam garis keturunan laki-laki, maka zaul arham itu adalah perempuan atau
laki-laki melalui garis keturunan perempuan.

11
o Zul arham terdapat 4 kelompok garis keturunan yaitu:
 Garis keturunan lurus ke bawah yaitu:
 Anak laki-laki atau perempuan dan keturunannya.
 Anak laki-laki atau perempuan dari cucu perempuan dan keturunannya.

 Anak keturunan lurus ke atas


 Ayah dari ibu dan seterusnya ke atas
 Ayah dari ibunya ibu dan seterusnya ke atas
 Ayah dari ibunya ayah dan seterusnya ke atas
 Garis keturunan kesampig pertama, yaitu:
 Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung atau seayah dan anaknya
 Anak laki-laki atau perempuan dari saudara seibu dan seterusnya ke bawah

 Garis keturunan kesamping kedua yaitu:


 Saudara perempuan ( kandung, seayah, atau ibu) dari ayah dan anaknya.
 Saudara laki-laki atau perempuan seibu dari ayah dan seterusnya ke bawah.
 Saudara laki-laki atau perempuan ( kandung, seayah, atau ibu) dari ibu dan
seterusnya ke Bawah
 Cara membagi kan warisan
Sebagaimana di ketahui bahwa pembagian dalam harta warisan telah di tetapkan bagian
masing-masing ahli waris, yaitu ada ahli waris yang menerima bagian tertentu yang berupa
seberapa dari warisan. Ashal masalah ialah angka yang menjadi dasar pembagian harta
warisan dalam sesuatu masalah yakni di bagi menjadi berapa bagiankah keseluruhan harta
pusaka itu, sehingga bagian masing-masing ahli waris dapat di terimakan sebagaimana
mestinya.
Cara menentukan angka ashal masalah ialah dengan memperhatikan angka-angka
pemecahan yang terdapat pada bagian-bagian ahli waris dzauL furudh dalam suatu kasus,
yaitu dengan mencari kelipatan persekutuan terkecil dari pada angka-angka pembagi atau
angka-angka pemecahan yang ada pada bagian-bagian ahli waris.

 Gugurnya warisan
o Bagian Untuk nenek perempuan menjadi gugur karena ada ibu, atau datuk laki-laki terhalang
karena ada ayahnya.
o Bagian saudara ibu menjadi gugur karena ada salah seorang dari 4 Macam ahli waris: Anak,
Cucu dari Anak laki-laki Ayah Datuk laki-laki
o Bagian saudara Laki-laki sekandung menjadi gugur, karena ada salah seorang dari tiga ahli
waris yaitu : Anak Laki-laki, Cucu laki-laki dari anak laki-laki, Ayah
o Bagian Anak Ayah( Saudara laki-laki atau perempuan seayah ) manjadi gugur, karena adanya
salah seorang tersebut di atas, yakni anak laki-laki, cucu laki- laki dari anak laki-laki atau
ayah. Dan jika ada saudara laki-laki seayah seibu.
o Empat orang yang dapat menjadi Ashobah kepada saudara-saudara perempuan mereka
Yakni: Anak laki-laki, Cucu laki-laki dari anak laki-laki, Saudara laki-laki sekandung, Saudara
laki-laki seAyah.

12
4. Meraih Berkah Dengan Mawaris

Kecenderungan manusia kepada harta kekayaan, jabatan dan kehidupan dunia pada umumnya
secara berlebihan, memicu munculnya berbagai konflik dan persengkataan. Pada kondisi itulah
diperlukan sebuah tatanan hukum dan peraturan yang bisa memberi jalan keluar secara damai. Dan
tentu saja yang paling memahami kondisi manusia adalah pencipta manusia itu sendiri yaitu Tuhan
Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan buku manual berupa kitabullah sebagai panduan
melakukan berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari di dunia. Buku manual berupa kitabullah
tersebut sangat sesuai sebagai pemberi jalan keluar bagi berbagai macam konflik dan pertikaian yang
terjadi diantara sesama manusia. Sekalipun dalam prakteknya karena berbagai sebab, tak sedikit
manusia yang menolak hidupnya diatur oleh kitabullah yang merupakan buku manual untuk
menjalani kehidupan di dunia. Tidak mengherankan bila pada gilirannya kehidupan dunia semakin
semrawut dan kacau balau. Salah satu diantaranya adalah menolak penerapan hukum waris Islam
dalam keluarga, sekalipun semua paham hukum waris Islam akan memberi keadilan kepada seluruh
anggota kkeluarga

5. Contoh pembagian warisan dalam kehidupan sehari-hari

A. Seseorang yang telah wafat, meninggalkan harta sebesar Rp 180.000.000,- Ahli warisnya terdiri
atas istri, ibu, dan 2 anak laki-laki. Hasilnya adalah: Pembagian bagian istri 1/8, ibu 1/6, dan 2 anak
laki-laki ‘asabah. Asal masalahnya dari 1/8 dan 1/6 (KPK = Kelipatan Persekutuan Terkecil dari
bilangan penyebut 8 dan 6) adalah 24

Jawaban:

Maka pembagiannya adalah:

Istri: 1/8 x 24 x Rp 180.000.000,- = Rp 22.500.000,-

Ibu: 1/6 x 24 x Rp 180.000.000,- = Rp 30.000.000,-

Dua anak laki-laki: 24 – (3+4) x Rp 180.000.000,- = Rp 127.500.000,- Masing-masing anak laki


akanmemperoleh harta mawaris sebesar Rp 127.500.000,- : 2 = Rp 63.750.000,-

B. Seseorang yang telah wafat, meninggalkan harta sebesar Rp 42.000.000,- Ahli warisnya terdiri atas
suami dan 2 saudara perempuan sekandung. Pembagian hasilnya adalah sebagai berikut. Bagian
suami ½ dan bagian dua saudara perempuan sekandung 2/3. Asal masalahnya adalah ½ dan 2/3 (KPK
= Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 2 dan 3) adalah 6, sementara pembilangnya
adalah 7. Maka terjadi 7/6.

Jawaban:

Maka masing-masing bagiannya adalah:

Suami mendapatkan: 3/7 x Rp 42.000.000,- = Rp 18.000.000,-

13
Dua saudara perempuan sekandung: 4/7 x Rp 42.000.000,- = Rp 24.000.000,- Masing-masing
akanmemperoleh harta mawaris sebesar Rp 24.000.000,- : 2 = Rp 12.000.000,-

C. Seorang saudagar kaya mempunyai 117 ekor kambing yang akan dibagikan kepada 5 orang
anaknya. Anak tertua mendapat 1/3 bagian dari jumlah kambing tersebut. Anak kedua mendapat ¼.
bagian Anak ketiga mendapat 1/6. bagian Anak keempat mendapat 1/8 bagian, dan Anak kelima
akan mendapat 1/10 bagian dari jumlah sapi yang ada. Kelima anak tersebut bingung karena sapi
tidak boleh dipotong-potong Bagaimana cara mereka untuk membagi sapi-sapi tersebut dan berapa
ekor sapi yang akan diperoleh oleh masing-masing anak?

Jawaban:

117 ekor sapi dibagi 3 akan menghasilkan 39. Namun ketika dibagi dengan 4, 6, 8, dan 10 akan
menghasilkan pecahan. Agar pembagian tidak menghasilkan pecahan (yang berarti ada sapi harus
dipotong) maka kita cari KPK dari 3, 4, 6, 8, dan 10 = 120.

117 ke 120 kurangnya 3. Maka kita perlu meminjam 3 sapi dari orang lain untuk membantu
melakukan pembagian.

Anak pertama mendapat = 1/3 x 120 = 40 ekor.

Anak kedua mendapat = ¼ x 120 = 30 ekor.

Anak ketiga mendapat = 1/6 x 120 = 20 ekor.

Anak keempat mendapat = 1/8 x 120 = 15 ekor.

Anak kelima mendapat = 1/10 x 120 = 12 ekor.

Jumlah semuanya = 117. Sisa 3 ekor sapi adalah yang dipinjam tadi kita kembalikan.

D. Seorang ayah meninggal dan meninggalkan harta waris berupa tanah senilai 500 juta rupiah. Ia
memiliki dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Bagaimana pembagian harta waris tersebut
berdasarkan aturan waris Islam?

Jawaban:

Menurut aturan waris Islam, pembagian harta waris dapat dihitung sebagai berikut:

1. Setiap anak laki-laki mendapatkan bagian dua kali lipat dari bagian seorang anak perempuan.

2. Total bagian seluruh ahli waris adalah 1 (100% dari harta waris).

Dalam hal ini, jika kita asumsikan anak perempuan mendapatkan bagian 1, maka setiap anak laki-laki
akan mendapatkan bagian 2. Jadi, pembagian dapat dihitung sebagai berikut:

- Anak perempuan: 1 bagian

- Anak laki-laki pertama: 2 bagian

14
- Anak laki-laki kedua: 2 bagian

Total: 1 (perempuan) + 2 (laki-laki pertama) + 2 (laki-laki kedua) = 5 bagian

Maka, masing-masing ahli waris akan mendapatkan bagian sebesar 1/5 dari total harta waris, yaitu
100 juta rupiah.

15
BAB III

Simpulan

 Ilmu mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pembagian harta yang telah di
tentukan dalam Alquran dan Hadits.cara pembagian menurut ahli mawarits adalah yang
terbaik, seadil-adilnya dengan tanpa melupakan hak seorang ahli waris sekalipun terhadap
anak-anak yang masih kecil.
 Pembagian mawaris untuk golongan laki-laki yaitu: Anak laki-laki, Putra dari anak laki-laki
dan seterusnya kebawah, Ayah, Saudara laki-laki seayah dan seibu, Saudara laki-laki seayah,
Saudara laki-laki seibu, Putra saudara laki-laki seayah dan seibu, Putra saudara laki-laki
seayah, Saudara laki-laki ayah yang seayah seibu, Saudara laki-laki seayah, Putra saudara laki-
laki yang seayah seibu, Putra saudara laki-laki ayah yang seayah, Suami, Orang yang laki laki
yang membebaskan budak.
 Pembagian warisan untuk golongan perempuan yaitu: Anak perempuan, Ibu, Putri dari anak
laki-laki dan seterusnya ke bawah, Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ibu ),
Nenek yang shohih dan seterusnya keatas ( ibu dari ayah ), Saudara perempuan seayah dan
seibu, Saudara perempuan seayah, Saudara perempuan seibu, Istri, Orang perempuan yang
membebaskan budak
 Sumber mawaris dari Al-Qur’an, al-hadis, dan ijtihad.
 Rukun dari mawaris ada, Al-Muwarrits, Al-Warits, dan Al-Mauruts. Lalu syarat warisan
Meninggalnya yang mewariskan, Ahli waris masih hidup, Ahli waris harus jelas posisinya
 Sebab mendapatkan warisan yaitu: dari hubungan keluarga, hubungan perkawinan,
hubungan wala, hubungan agama. Dan hal yang menyebabkan tidak dapat warisan yaitu
status budak, membunuh, perbedaan agama, dan fitnah.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-sunan-gunung-djati/ilmu-
fiqh/makalah-ilmu-waris-dalam-islam/43476858

17

Anda mungkin juga menyukai