Anda di halaman 1dari 19

Guru Pembimbing : SAIFULLAH S.Pd.

I, MA

Disusun Oleh :

NIKMATURRAHMAH

NAHDATUL UMMAH

PUTRI MAULIDIA

AYU AMALIA

DINAS PENDIDIKAN ACEH


SMA NEGERI UNGGUL PIDIE JAYA
TAHUN 2017/2018
MAKALAH PAI 2
KATA PENGANTAR

‫الر ِحيم‬
َّ ‫ِالرحْ َم ِن‬
َّ ‫ْــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِبس‬

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan, kekuatan dan kemampuan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “HUKUM MAWARIS DALAM ISLAM”. Shalawat dan salam tidak lupa kami
panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia
dari alam kebodohan kepada alam yang penuh ilmu pengetahuan.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua kami yang
telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual. Selanjutnya terima kasih juga
kepada bapak Saifullah,S.Pd.I, MA yang telah membimbing dan memberikan kesempatan
kapada kami untuk menyelesaikan makalah ini, dan tak lupa pula kepada semua teman-teman
yang telah mengisi hari-hari kami dengan berbagai motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kelemahan.
Sungguh kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan yang terbaik. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi kami maupun yang membaca.

Meureudu, Januari 2018

Penyusun

Penulis

MAKALAH PAI i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
D. Manfaat .......................................................................................................... 2
E. Metode Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Pengertian Hukum Mawais .......................................................................... 3


B. Dasar-Dasar Hukum Mawaris ...................................................................... 3
C. Sebab-Sebab Mendapat Dan Tidak Mendapatkan Harta Warisan ............... 5
D. Ketentuan Pembagian Harta Warisan........................................................... 7
E. Manfaat Hukum Mawaris ............................................................................. 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 11

A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

MAKALAH PAI ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Islam adalah agama yang sempurna. Islam memiliki syariat-syariat yang mengatur
masalah-masalah dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah hukum mawaris, syariat islam
menetapkan mawaris ini dengan teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta
bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang legal. Syariat islam
juga menetapkan hak pemindahan kepemilikan harta seseorang yang telah meninggal kepada
seluruh nasab dan kerabatnya, baik laki-laki atau perempuan, besar atau kecil.

Sebagian orang belum begitu memahami masalah pembagian harta warisan . mereka
seringkali bernggapan bahwa pembagian harta warisan secara sama rata padahal dalam hukum
mawaris telah ditentukan bahwa pembagian harta warisan tiap ahli waris tidak sama. Oleh sebab
itu setiap manusia berkewajiban mempelajari hukum mawaris agar para ahli waris bisa menambil
manfaat dari harta yang telah diwariskan dan pembagian harta warisan pun bisa dilaksanakan
sesuai syariat islam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan hukum mawais ?


2. Apa saja dasar-dasar hukum mawaris ?
3. Apa sebab mendapatkan dan tidak mendapatkan harta warisan ?
4. Bagaimana ketentuan pembagian harta warisan ?
5. Apa manfaat hukum mawaris?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pegertian hukum mawaris.


2. Untuk mengetahui dasar-dasar hukum mawaris.
3. Untuk mngetahui sebab-sebab mendapatkan dan tidak mendapatkan harta warisan.
4. Untuk mengetahui ketentuan pembagian harta warisan.
5. Untuk mengetahui manfaat hukum mawaris.

MAKALAH PAI 1
D. MANFAAT

1. Dapat menambah keimanan kepada Allah SWT.


2. Sebagai bahan pembelajaran.
3. Menambah wawasan tentang hukum mawaris.
4. Sebagai acuan dalam hal pembagian harta warisan.
5. Dapat menerapkan ketentuan hukum mawaris ini dalam kehidupan sehari-hari.

E. METODE PENULISAN

Penelitian ini bersifat library research (penelitian keperpustakaan), yaitu metode yang
menggunakan cara dengan riset keperpustakaan baik melalui membaca, meneliti, memahami
buku-buku. Dan juga literature lainnya seperti browsing ke internet yang sesuai dengan tema
yang dikaji.

MAKALAH PAI 2
BAB II
HUKUM MAWARIS DALAM ISLAM

A. PENGERTIAN HUKUM MAWARIS

Hukum mawaris dalam bahasa Arab disebut Al-mirasi yaitu bentuk masdar (infinitif)
dari kata warisa– yarisu – mirasan. Maknanya menurut bahasa ialah berpindahnya sesuatu dari
seseorang kepada orang lain. Secara istilah, Mirasan berarti warisan harta kekayaan yang dibagi
dari orang yang sudah meninggal dunia kepada ahli warisnya. Mirasan menurut syariah adalah
memberi undang-undang sebagai pedoman antara orang yang sudah meninggal dunia dan ahli
waris, dan apa saja yang berkaitan dengan ahli waris tersebut. Jadi hukum waris adalah salah
hukum kekeluargaan Islam yang paling penting berkaitan dengan mawaris. Kematian seseorang
itu membawa dampak kepada berpindahnya hak dan kewajiban kepada beberapa orang lain yang
ditinggalkannya, yang disebut dengan warasah, yakni ahli waris dan wali. Dalam beberapa
literatur hukum Islam, ditemui beberapa istilah untuk menamakan Hukum Kewarisan Islam,
seperti fiqih mawaris, ilmu faraid, dan hukum mawaris. Perbedaan dalam penamaan ini terjadi
karena perbedaan arah yang dijadikan titik utama dalam pembahasan.

B. DASAR-DASAR HUKUM MAWARIS

Artinya : “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya,
dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah di tetapakan”.(Q.S.An-Nisa’4:7 )

MAKALAH PAI 3
Artinya : “Allah mewajibkan kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu yaitu
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan dan jika anak itu
semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan;
jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang
ibu-bapa, bagi masingmasingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal
itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-
bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa
saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagianpembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”(Q.S.An-Nisa’/4:11)

Artinya : “‚Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami
Wuhaib telah menceritakan kepada kami Ibnu Thawus dari ayahnya dari Ibnu 'Abbas dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berikanlah bagian fara`idh (warisan yang telah
ditetapkan) kepada yang berhak, maka bagian yang tersisa bagi pewaris lelaki yang paling dekat
(nasabnya).(H.R.Tirmizi)

MAKALAH PAI 4
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Abu Bakar bin Abu Syaibah
dan Ishaq bin Ibrahim, dan ini adalah lafadz Yahya, Yahya berkata; telah mengabarkan kepada
kami, sedangkan yang dua mengatakan; telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Uyainah dari Az
Zuhri dari Ali bin Husain dari Amru bin Utsman dari Usamah bin Zaid, bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Seorang Muslim tidak boleh mewarisi dari orang kafir dan orang
kafir tidak dapat mewarisi dari orang Muslim.(H.R. Muslim)

C. SEBAB-SEBAB MENDAPAT DAN TIDAK MENDAPATKAN HARTA WARISAN

a) Sebab-sebab menerima harta warisan

1. Nasab (Keturunan)

Yakni kerabat, yaitu ahli waris yang terdiri dari bapak dari orang yang diwarisi
atau anak-anaknya beserta jalur kesampingnya saudara-saudara beserta anak-anak mereka
serta paman-paman dari jalur bapak beserta anak-anak mereka

2. Pernikahan

Yaitu akad yang sah yang menghalalkan berhubungan suami isteri, walaupun
suaminya belum menggaulinya serta belum berduaan dengannya. Suami isteri dapat
saling mewarisi dalam talak raj’i selama dalam masa iddah dan ba’in, jika suami menalak
isterinya ketika sedang sakit dann meninggal dunia karena sakit tersebut.

3. Wala’

Yaitu seseorang yang memerdekakan budak laki-laki atau budak perempuan. Jika
budak yang dimerdekakan meninggal dunia sedang ia tidak meninggalkan ahli waris,

MAKALAH PAI 5
maka hartanya diwarisi oleh yang memerdekakannya itu. Rasulullah saw. bersabda yang
artinya: “Wala’ itu milik orang yang memerdekakannya.”(HR.Al-Bukhari dan Muslim)

b) Sebab-sebab tidak mendapatkan harta warisan

1. Kekafiran

Kerabat yang muslim tidak dapat mewarisi kerabatnya yang kafir, dan orang yang
kafir tidak dapat mewarisi kerabatnya yang muslim. Hal ini sebagaaimana sabda Nabi
saw. yang artinya: “Orang kafir tidak mewarisi orang muslim dan orang muslim tidak
mewarisi orang kafir.”(HR.Bukhari dan muslim)

2. Pembunuhan

Jika pembunuhan dilakukan engan sengaja, maka pembunuh tersebut tidak bisa
mewarisi yang dibunuhnya, berdasarkan hadist Nabi saw.: “Pembunuh tidak berhak
mendapatkan apapun dari harta peninggalan orang yang dibunuhnya.”(HR.Ibnu Abdil
Bar)

3. Perbudakan

Seorang budak tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi, baik budak secara utuh
ataupun sebagiannya.

4. Perzinaan

Seorang anak yang terlahir dari hasil perzinaan tidak dapat diwarisi dan mewarisi
bapaknya. Ia hanya dapat diwarisi dan mewarisi ibunya, bedasarkan hadist Rasulullah
saw.: “Anak itu itu dinisbatkan kepda si empunya tempat tidur, dan pezina terhalang (dari
hubungan nasab.)”(HR.Al-Bukhari dan Muslim).

5. Li’an

Anak suami isteri yang melakukan li’an tidak dapat mewarisi dan diwarisi bapak
yang tidak mengakuinya sebagai anaknya. Hal ini diqiyaskan dengan anak dari hasil
perzinaan.

MAKALAH PAI 6
D. KETENTUAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN

1) Harta benda

Sebelum harta dibagikan kepada ahli waris harus dilakukan hal-hal sebagai
berikut :

 Diambil untuk biaya perawatan mayat sewaktu sakit. Misalnya biaya pengobatan,
biaya rumah sakit dan sebaginya.
 Diambil untuk biaya pengurusan mayat. Misalnya kain kafan, papan dan lain-
lainnya.
 Diambil untuk hak harta itu sendiri. Misalnya zakat
 Diambil untuk membayar hutang, nadzar, sewa dan lain-lain.
 Diambil untuk wasiat apabila ada.

2) Ahli waris
Orang yang berhak mendapat bagian harta warisan semuanya berjumlah 25 orang,
15 orang dari fihak laki-laki dan 10 orang dari fihak perempuan. Dan apabila dari 15
orang dari fihak laki-laki itu ada semua maka yang berhak menerima hanya ada 3 saja
dan apabila 10 orang dari fihak perempuan itu ada semua maka yang berhak menerima
ada lima saja, dan apabila 25 orang itu ada semua yang berhak menerima ada 5 orang.
Untuk lebih jelasnya lihat bagan sebagai berikut :

a. Dzawil furud
Dzawil furud artinya yang mempunyai bagian tertentu. Maksudnya ahli
waris yang memperoleh kadar pembagian harta warisan telah diatur oleh Allah swt.
dalam QS.An-nisa’/4: 7, 11, 12, dan 176 dengan pembagian sebagai berikut :
 bagian setengah (1/2).
1. Suami, jika istri yang meninggal tidak ada anak laki-laki, cucu perempuan
atau laki-laki dari anak laki-laki.
2. Anak peremuan tunggal, jika tidak ada saudara laki-laki atau saudara
perempuan.
3. Cucu perempuan, jika sendiriran; tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki
dari anak laki-aki dan perempuan.
4. Saudara prempuan sekandung jika sendirian; tidak ada saudara laki-laki,
tidak ada bapak, tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki.
5. Saudara perempuan sebapak sendirian; tidak ada saudara laki-laki, tidak
ada bapak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki.

MAKALAH PAI 7
 bagian 1/3
1. Ibu, jika yang mninggal tidak ada anak laki-laki, cucu prempuan atau
laki-laki dari anak laki-laki, tidak memiliki dua saudara atau lebih baik
laki-laki atau perempuan.
2. Dua saudara seibu atau lebih, baik laki-laki atau peempuan, jika yang
meninggal tidak memiliki bapak , kakek, anak laki-laki, cucu laki-laki
atau perempuan dari anak laki-laki.
3. Kakek, jika bersama dua orang saudara kandung laki-laki atau empat
saudara kandung perempuan, atau seorang sauadara kandung laki-laki dan
dua orang saudara kandung perempuan.
 bagian ¼
1. Suami, jika isteri yang meninggal memiliki anak laki-laki atau cucu laki-
laki atau perempuan dari anak laki-laki.
2. Isteri, jika suami yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu
laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.
 bagian 1/6
1. Ibu, jika yang meninggal memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki.
Saudara laki-laki atau perempuan lebih dari dua yang sekandung atau
sebapak atau seibu.
2. Nenek, jika yang meninggal tidak memiliki ibu dan hanya ia yang
mewarisinya. Jika neneknya lebih dari satu, maka bagiannya dibagi rata.
3. Bapak secara mutllak mendapat 1/6, baik orang yang meninggal memiliki
anak atau tidak.
4. Kakek, jika tidak ada bapak.
5. Saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal tidak
memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari
anak laki-laki.
6. Saudara perempuan sebapak, jika ada satu saudar perempuan sekandung,
tidak memilikisaudara laki-laki sebapak, tidak ada ibu, tidak ada kakek,
tidak ada anak laki-laki.
7. Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama dengan anak
perempuan tunggal; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada anak laki-laki
dari paman dari bapak.
 bagian 1/8
Bagian 1/8 adalah isteri, jika suami memiliki anak atau cucu laki-laki atau
perempuan dari anak laki-laki. Jika suami memiliki isteri lebih dari satu maka 1/8
itu dibagi rata diantara semua isteri.
 bagian 2/3
1. Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki.

MAKALAH PAI 8
2. Dua cucu perermpuan atau lebih dari anak laki-laki, jika tidak ada anak
laki-laki atau anak perempuan sekandung.
3. Dua saudara perempuan sebapak atau lebih, jika tidak ada saudara
perempuan sekandung, atau tidak ada anak laki-laki atau perempuan
sekandung atau sebapak.

b. Ashabah
Ahli waris Ashabah adalah perolehan bagian dari harta warisan yang tidak
ditetapkan bagiannya dalam furud yang enam (1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8, 2/3), tetapi
mengambil sisa warisan setealah ashabul furud mengambil bagiannya. Ashabah
dibagi 3 :
1. Ashabah binafsihi adalah yang ashobah dengan sendirinya. Tertib
ashabah binafsihi sebagai berikut:
. a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus kebawah
c. Ayah
d. Kakek dari garis ayah keatas
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki seayah
g. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung sampai kebawah
h. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah sampai kebawah
i. Paman kandung
j. Paman seayah
k. Anak laki-laki paman kandung sampai kebawah
l. Anak laki-laki paman seayah sampai kebawah
m. Laki-laki yang memerdekakan yang meninggal
2. Ashabah dengan dengan saudaranya
a. Anak perempuan bersama anak laki-laki atau cucu laki.
b. Cucu perempuan bersama cucu laki-laki
c. Saudara perempkuan kandung bersama saudara laki-laki kandung.
d. Saudara perempuan seayah bersama saudara laki-laki seayah.
3. Ashabah yang menghabiskan bagian tertentu
a. Anak perempuan kandung satu orang bersama cucu perempuan satu
atau lebih (2/3).
b. Saudara perempuan kandung bersama saudara perempuan seayah (2/3)

c. Hijab dan Mahjub


Hijab berarti tutup/tabir, maksudnya ialah seorang yang menjadi penghalang atas
ahli waris lainnya untuk menerima harta waris. Hijab dibagi menjadi 2 macam
yaitu :

MAKALAH PAI 9
a. Hijab hirman, yakni tertutup secara mutlak Misalnya : Anak dan cucu
sama-sama ahli waris, namun cucu tidak mendapat harta karena ada anak
laki-laki.
b. Hijab nuqsan, yakni hijab yang hanya sekedar mengurangi jumlah
yang diterima ahli waris.

E. HIKMAH DAN MANFAAT HUKUM MAWARIS

 Menghindarkan terjadinya persengketaan dalam keluarga karena masalah pembagian


harta warisan.
 Menghindari timbulnya fitnah, karena salah satu penyebab timbulnya fitnah adalah
pembagian harta warisan yang tidak benar.
 Dapat mewujudkan keadialan dalam keluarga, yang kemudian berdampak positif bagi
keadilan dalam masyarakat.
 Memperhatikan orang-orang yang terkena musibah karena ditingalkan oleh anggota
keluarganya.
 Menjunjung tinggi hukum Allah dan sunnah Rasulullah saw.

MAKALAH PAI 10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Hukum mawaris menurut bahasa ialah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang
lain. Sedangkan secara istilah adalah warisan harta kekayaan yang dibagi dari orang yang
sudah meninggal dunia kepada ahli warisnya.
2. Beberapa sebab-sebab mendapatkan harta warisan : Nasab (Keturunan), pernikahan, dan
wala’. Dan sebab-sebab tidak mendapatkan harta warisan : kekafiran, pembunuhan,
perbudakan, perzinaan, dan li’an.
3. Ketentuan pembagian harta warisan :
 Harta warisan sebelum dibagikan hendaknya telah digunakan untuk pengurusan
jenazah, wasiat, dan membayar hutang simayat.
 Ahli waris ialah orang yang berhak menerima warisan. Ahli waris dalam
pembagian harta warisan terbagi dua, yaitu ahli wariss dzawil furud (yang
bagiannya telah ditentukan) dan ahli waris ashabah (yang bagiannya berupa sisa
setelah diambil oleh dzawil furud)
4. Hikmah dan manfaat mawaris : menghindarkan terjadinya persengketaan dalam keluarga
karena masalah pembagian harta warisan, menghindari timbulnya fitnah, karena salah
satu penyebab timbulnya fitnah adalah pembagian harta warisan yang tidak benar,
Menjunjung tinggi hukum Allah dan sunnah Rasulullah saw, DLL.

B.SARAN
Pembagian warisan dalam Islam dilakukan secara adil, demokratis dan mengangkat
derajat kaum wanita sekalipun bagiannya setengah dari bagian laki-laki karena adanya tanggung
jawab pria lebih besar ketimbang kaum perempuan, yang pada zaman jahiliyah wanita dianggap
harta warisan. Maka dari itu dalam hal pembagian harta warisan, lakukanlah dengan sebaik-
baiknya dan dengan jujur dan adil, agar terhindar dari persengketaan dan timbulnya fitnah dalam
keluarga, serta dapat menjunjug tinggi hukum Allah dan sunnah Rasulullah saw.

MAKALAH PAI 11
Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan Hadist

Sattar, Abu Thalhah Bin Abdus. 2008. Tata Busana Para Salaf. Solo : Zamzam Mata Air Ilmu.

Kementrian Agama dan Kebudayaan. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta :
kementrian Agama dan Kebudayaan.

Depag RI. 2006. Al-Qur’an Dan Terjemahan. Jakarta : CV Naladana

Saifullah. 2017. Man Jadda Wajada, Buku Pintar Agama Islam. Meureudu : SMAN unggul
Pidie Jaya.

http://matapelajaranagama.blogspot.co.id/2016/04/ayat-ayatal-
qurandanhadisttentanghuummawaris.html

http://ketentuanpembagianhartawarisan.html

MAKALAH PAI 12
MAKALAH PAI 13
MAKALAH PAI 14
MAKALAH PAI 15

Anda mungkin juga menyukai