Anda di halaman 1dari 9

BIOGRAFI IMAM BUKHORI

Dosen : Ust. Dr. Ahmad Qusyairi, MA


STIU DARUL HIKMAH

Disusun Oleh :
A. Fitrianingsih

Husnaya Mumtazwina

Lidia Khairunnisa Susanto


Nurunnisa’i Tazkiah Sulthoni
Nusaibah Nuril Izzah

Syakira Wafa Mujahidah

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN
2019/1440-1441 H
KATA PENGANTAR

Segala puji beserta syukur kita ucapkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam yang senantiasa
melimpahkan rahmat, nikmat dan kasih sayang kepada hamba-hambaNya dalam menggapai
kebahagian dunia dan akhirat.
Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat
manusia kepada kedamaian dan membimbing menuju agama yang benar disisi Allah SWT yakni agama
Islam.
Alhamdulillah dengan berkat rahmat dan hidayahNya, makalah dengan judul “ Biografi Imam Bukhori”
ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Aqidah. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan.
Namun harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca dan
khususnya bagi kami sendiri. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ I
KATA PENGANTAR.......................................................................................... II
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1

B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
BAB II.PEMBAHASAN......................................................................................
A. Biografi Imam Bukhari...................................................................... 3

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sumber dari segala sumber hukum yang utama atau yang pokok di dalam agama Islam adalah Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Selain sebagai sumber hukum, Al-Qur’an dan As-Sunnah juga merupakan
sumber ilmu pengetahuan yang universal.
Untuk mengetahui As-Sunnah atau hadits-hadits Nabi, maka salah satu dari beberapa bagian penting
yang tidak kalah menariknya untuk diketahui adalah mengetahui profil atau sejarah orang-orang yang
mengumpulkan hadits, yang dengan jasa-jasa mereka kita yang hidup pada jaman sekarang ini dapat
dengan mudah memperoleh sumber hukum secara lengkap dan sistematis serta dapat melaksanakan
atau meneladani kehidupan Rasulullah untuk beribadah seperti yang dicontohkannya.
Untuk itu pada makalah kami ini ditulis tentang profile sejarah hidup salah satu tokoh penghimpun
hadits yang paling terkenal serta sekilas penjelasan tentang kitab hadits-nya yang masyhur.
Abad ketiga Hijriah merupakan kurun waktu terbaik untuk menyusun atau menghimpun Hadits Nabi di
dunia Islam. waktu itulah hidup enam penghimpun ternama Hadits Sahih yaitu: Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam Nasa’i, Imam Ibn Majah
Tokoh islam penghimpun dan penyusun hadits itu banyak, dan yang lebih terkenal di antaranya seperti
yang disebut diatas. Adapun urutan pertama yang paling terkenal diantara enam tokoh tersebut di atas
adalah Imam Bukhari, yang mana biografinya menjadi isi dari makalah kami kali ini.

B.Rumusan Masalah
Selama ini mungkin sudah sangat banyak orang yang mengenal dan mengetahui berbagai hadits shahih
yang terkenal, seperti Shahih Bukhari, dan Shahih Muslim. Yang mana hadits tersebut mereka jadikan
untuk menghukumi berbagai aktivitas kehidupan mereka setelah al –Qur’an. Namun sebagian besar
dari kita tidak begitu mengenal dan mengetahui tentang penyusun atau penghimpunnya.
Sesuai dengan permasalahan yang ada tadi, maka makalah ini mengulas tentang tokoh penghimpun
hadits dengan batasan – batasan sebagai berikut:
1. Biografi Imam Bukhari
2. Studi Imam Bukhari terhadap Ilmu
3. Guru dan murid Imam Bukhari dalam Keilmuannya
4. Karya – karya Imam Bukhari
BAB II
PEMBAHASAN

A.BIOGRAFI IMAM BUKHARI

A. Kelahiran dan Masa Kecil Imam Bukhari

Imam Bukhari Hafidzahullahu Ta’ala lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya
adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari,
namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari dan nama kunyahnya Abu Abdillah. Beliau lahir pada hari
Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Beliau tumbuh dewasa dilingkungan
keluarga yang alim dan taqwa. Ayahnya wafat semasa beliau kecil,Kakeknya bernama Bardizbakh, turunan
Persia yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Al Mughiiroh, telah memeluk Islam di bawah
asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping
menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan
penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo’a untuk kesembuhan beliau.
Alhamdulillah atas izin Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total. Kejeniusan beliau
terlihat sejak kecil. Di usia 10 tahun, Allah Azza Wa Jalla mengilhami-Nya menghafal hadist. Lalu pada usia
11 tahun, beliau pernah mengoreksi bacaan seorang kyai besar bernama Ad-Dakhily ketika membaca di
hadapan khalayak: “... Sufyan dari Abu Zubair dar Ibrahim”. Imam Al-Bukhari kecil langsung intrupsi:
“sesungguhnya Abu Zubair tidak pernah meriwayatkan dari Ibrahim”. Beliaupun langsung dibentaknya.
Tetapi hal ini tidak membuatnya mundur untuk menyampaikan kebenaran, maka beliau sarankan: “Tolong
anda merujuk (mengecek) kembali kepada kitab aslinya jika anda punya”.

Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini
bersama dengan Imam Muslim,Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan
dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian
menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu
Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu
pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Baghdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan
filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-
Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah jatuh di
bawah kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre Benningsen dan Chantal Lemercier
Quelquejay dalam bukunya “Islam in the Sivyet Union” (New York, 1967), pemeluk Islamnya masih
berjumlah 30 milliun. Jadi merupakan daerah yang pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia
setelah Indonesia, Pakistan, India dan Cina.
B. Studi Imam Bukhari
Awal pengembaraannya dalam mencari ilmu adalah pada tahun 210 H. Di usia 16 tahun diajak ibunya
bersama saudaranya Ahmad, menunaikan haji ke tanah suci sekaligus menetap disana dan berguru pada
para ulama ‘mekkah dan madinah’. Rihlah ilmiahnya dalam pendalaman ilmu hadist memakan waktu
sekitar 16 tahun. Hampir tidak ada pusat ilmu hadist yang tidak pernah di kunjunginya. Tidak ada pakar
hadist tersohorpun yang tidak pernah direguk ilmunya. Negeri-negeri yang pernah dikunjungi adalah
Syam, Mesir dan Jazirah Arab (Mekkah, Madinah dan sekitarnya).

Bukhari di didik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis
bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya
bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang
ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih.
Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam
usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti “al-Mubarak” dan “al-Waki”. Bukhari
berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama
keluarganya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau
mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab
pertamanya “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan
Tabi’in).

C. Kejeniusan Imam Bukhari


Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam
ini menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah
cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia sering
dicela membuang waktu karena tidak mencatat, namun Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena
merasa kesal terhadap celaan itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka,
kemudian beliau membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah dan
ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000
hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin
menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits
yang sengaja “diputar-balikkan” untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan.
Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi
kesalahannya, kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang salah
tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadits yang ditanyakan,
kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu
menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar.

Guru-Guru Imam Bukhari

Kecintaan beliau kepada ilmu hadist membuat beliau giat mencarinya kepada siapa saja, dimana saja dan
kapan saja. Sehingga tidak heran Masyayikhnya mencapai 1080 orang. Mereka terbagi dalam 5 tabaqah
(tingkatan):
-Thabaqah Pertama: Mereka yang memberitakan hadist (yakni berguru) langsung para tabi’in. Seperti;
Muhammad Bbin Abdullah Al-Anshary, Makky bin Ibrahim, Ubaydillah bin Musa.

-Thabaqah Kedua: Mereka yang hidup dimasa tabi’in tetapi tidak pernah mendengar secara langsungdari
para tabi’in tsiqah (terpercaya). Seperti: Adam bin Abi Iyas, Sa’id bin Abi Maryam

-Thabaqah Ketiga (Pertengahan): Mereka yang tidak pernah bertemu tabi’in tetapi mengambil atau
menimba ilmu dari para pembesar tabi’in-tabi’in. Seperti: Ali bin Al-Madiny, Ahmad bin Hambal, Qutaibah
bin Sa’id

-Thabaqah Keempat: Kawan-kawan seangkatan beliau mencari ilmu hadist dan pernah mendengar hadist
sebelum beliau sebentar. Seperti; Abu Hatim Ar-Razi, Ahmad bin Annadhar, Muhammad bin Yahya Adz-
Dzuhaliy bahwa beliau meriwayatkan dari tabaqah ini hadist yang beliau ketinggaalan untuk
mendapatkannya dari para masyayikhnya atau beliau tidak mendapati riwayat hadist itu pada yang lain.

-Thabaqah Kelima: Mereka yang sebaya dengan beliau dan se-isnad beliau mendengar dari mereka untuk
mengambil faedah. Seperti; Abdullah bin Hamad Al-Azmili, Abdullah bin Abi Al-Ash Al-Khawarzami, Husain
bin Muhammad Al-Qobany beliau meriwayatkan dari thabaqah ini sedikit sekali.

Murid - murid Imam Bukhori.

Muhammad bin yusuf bin mathar al farabry (wafat tahun 320 H / 932 M) salah seorang perawi aljami as
shahih yang telah mendapatkn ijazah (lisensi) mengatakan; bahwasannya jumlah murid yang pernah
mendengar riwayat hadits dari imam albukhori sekitar 90 orang diantaranya :

1. Abdullah bin muhammad al masnady (beliau ini sekaligus sebagai gurunya)


2. Abu hatim arrrazy (kawan seangkatannya)
3. Imam muslim bin al hajjaj.
4. Abu abddurrahman an nasai
5. Abu isa att tirmizy

D. Karya-karya Imam Bukhari


Karyanya yang pertama berjudul “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman
Sahabat dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun,
Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang
bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab “At-Tarikh” (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah
berkata, “Saya menulis buku “At-Tarikh” di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan
purnama”.
Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami’ ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as
Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al ‘Ilal, Raf’ul
Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab Ad Du’afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya
tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami’ as-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih
Bukhari.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-
olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian
aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan
mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku
untuk melahirkan kitab Al-Jami’ As-Sahih.”

E. Penelitian Hadits

Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun
untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi
haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah),
Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama
besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari
merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi
dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan
apakah perawi (periwayat / pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al
Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami’ as-Shahih
yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Dalam meneliti dan menyeleksi hadits dan diskusi dengan para perawi tersebut, Imam Bukhari sangat
sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Kepada para
perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, “perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya
atau para ulama berdiam dari hal itu” sementara kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas ia
menyatakan “Haditsnya diingkari”. Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan kejujurannya.
Beliau berkata “Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu
dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan
oleh perawi yang dalam pandanganku perlu dipertimbangkan”.

F. Metode Imam Bukhari dalam Menulis Kitab Hadits

Sebagai intelektual muslim yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang
produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih,
dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid
mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai
otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.
Pendapat-pendapatnya terkadang sejalan dengan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi, pendiri mazhab Hanafi),
tetapi terkadang bisa berbeda dengan beliau. Sebagai pemikir bebas yang menguasai ribuan hadits shahih,
suatu saat beliau bisa sejalan dengan Ibnu Abbas, Atha ataupun Mujahid dan bisa juga berbeda pendapat
dengan mereka.
Diantara puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang berjudul Al-Jami’ as-
Shahih, yang belakangan lebih populer dengan sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan
kitab ini. Suatu malam Imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw., seolah-olah Nabi
Muhammad saw. berdiri dihadapannya. Imam Bukhari lalu menanyakan makna mimpi itu kepada ahli
mimpi. Jawabannya adalah beliau (Imam Bukhari) akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan
yang disertakan orang dalam sejumlah hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain yang mendorong
beliau untuk menulis kitab “Al-Jami ‘as-Shahih”.

G. Terjadinya Fitnah

Muhammad bin Yahya Az-Zihli berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti
pengajian yang diberikannya. Ia berkata: “Pergilah kalian kepada orang alim dan saleh itu, ikuti dan
dengarkan pengajiannya.” Namun tak lama kemudian ia mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki.
Mereka menuduh sang Imam sebagai orang yang berpendapat bahwa “Al-Qur’an adalah makhluk”.
Hal inilah yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya. Kata Az-Zihli : “Barang
siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid’ah. Ia tidak boleh
diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi. Dan barang siapa masih mengunjungi majelisnya,
curigailah dia.” Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.

H. Wafatnya Imam Bukhari

Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar
menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya
sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah
terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa
hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62
tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum
meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa
baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat.
Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari makalah
ini antara lain:
1. Imam Bukhari adalah seorang ahli hadits yang sangat terkenal dan mendapat gelar tertinggi bagi ahli
hadits yaitu Amir al – Mu’minin fi al – hadits (pemimpin orang mukmin dalam hadits).
2. Imam Bukhari mempunyai sifat dan bukti pekerti yang sangat baik. Kejeniusan dan keunggulannya
tampak sejak kecil. Ia mempunyai daya hafal dan daya ingat yang sangat hebat.
3. Imam Bukhari sangat tekun dan teliti dalam menyeleksi dan menghafal hadits.
4. Pengembaraannya ke berbagai negeri membuat dia mempunyai jumlah guru yang sangat banyak. Semua
gurunya berbobot dan dapat dipercaya.
5. Imam Bukhari sangat produktif dalam berkarya, terbukti dengan banyaknya buku yang telah ia karang.
6. Dalam menyusun kitabnya, ia menggunakan metode sistematika kitab shahih dan sunan, yaitu dengan
memakai istilah kitab dab bab.

DAFTAR PUSTAKA

1).Kutubus Sittah Imam Bukhori,

2). At-Tarikhul Kabir, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Darul Fikr, tanpa tahun.
3). Kitabuts Tsiqat, Al-Imam Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Abi Hatim At-Tamimi Al-Busti, darul Fikr,
th. 1393 H / 1993 M.
4). Kitabul Jarh wat Ta`dil, Al-Imam Abi Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim At-Tamimi Al-Handlali Ar-
Razi, darul Fikr, tanpa tahun.
5). Khalqu Af’alil Ibad, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Muassasatur Risalah, th.
1411 H / 1990 M.
6). Tarikh Baghdad, Al-Imam Abi Bakr Ahmad bin Ali Al-Khatib Al-Baghdadi, Darul Fikr, tanpa tahun.

Anda mungkin juga menyukai