Anda di halaman 1dari 20

SHALAT BERJAMAAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Hadits Ahkam


Dosen Pengampu: Dr. Mulyanto, M.Ag.

Disusun Oleh :
Haris Humam (192121142)
Khusni Al-Mubarok (192121152)
Zuyyin Husnaini (192121158)
Intan Jazilatin Nur Aini (192121167)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Hadits Ahkam
ini dengan judul “Shalat Wajib dan Shalat Sunnah”. Sholawat serta salam tak lupa
pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW serta para
sahabat, yang telah membawa kita menuju jalan kebenaran. Jalan yang diridhoi
Allah SWT sebagai agama yang lurus.
Pembuatan makalah ini di susun untuk memenuhi tugas yang telah
ditetapkan oleh Bapak Dr. Mulyanto, M. Ag. selaku dosen Hadits Ahkam.
Terimakasih pula kami sampaikan kepada Bapak yang telah memberi tugas
makalah ini sehingga kami pribadi mendapatkan wawasan dan pengetahuan dalam
mencari sumber dan pemahaman materi yang diberikan. Adapun sumber-sumber
dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa sumber guna menunjang
kepenulisan makalah. Kami sadari dalam kepenulisan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami butuhkan demi membuat makalah yang lebih baik kedepannya.
Semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
khususnya para pembaca.

Surakarta, 5 Oktober
2021

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat berjamaah merupakan kewajiban bagi tiap-tiap mukmin laki-laki, tidak
ada keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada udzur (yang dibenarkan
dalam agama). HR. Muslim dan Muttafaq ‘alaih adalah dua dari sekian banyak
sabda Rasulullah SAW. yang menegaskan bahwa Shalat itu amatlah penting
terutama Shalat berjamaah. Tetapi dewasa ini umat Islam tidak terlalu
memperdulikan panggilan Adzan yang terdengar di telinganya. Banyak alasan
yang di dapat dari hal tersebut. Salah satunya adalah kurangnya pengetahuan
umat Islam akan dalil-dalil shalat berjamaah.
Maka dari itu penulis membuat makalah yang berjudul “SHALAT
BERJAMAAH” yang Insya Allah akan membantu pengetahuan akan Pentingnya
Shalat Berjamaah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Hukum Shalat Berjamaah
2. Apa Dalil tentang Shalat Berjamaah
3. Bagaimana Salafus Shaleh Berjamaah
4. Apa Hikmah di Syariatkannya Shalat Berjamaah
5. Apa Hubungan Shalat Berjamaah dan Ukhuwah Islamiyyah

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui Pengertian Shalat Berjamaah
b. Untuk mengetahui Hukum dan Dalil Shalat Berjamaah
c. Untuk mengetahui Syarat dari Shalat Berjamaah
d. Untuk mengetahui cara melaksanakan Shalat Berjamaah
e. Untuk mengetahui Hikmah dan Manfaat Shalat Berjamaah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dalil Hadits dan Hukum Shalat Berjamaah


Hadits tentang Shalat Berjamaah
a. Hadits Pertama
َ‫ “يَا أبَا ه َُر ْي َرة‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل لِ ْي‬
َ ِ‫صانِ ْي َحبِ ْيبِ ْي َرسُوْ ُل هللا‬
َ ْ‫ أو‬:‫وعن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
َ ‫صاَل ٍة َم َع ْال َج َما َع ِة ثَ َو‬
ٍ ‫اب َخ ْم‬
‫س‬ َ ‫ك بِ ُك ِّل‬
َ ‫ْط ْي‬ َّ َ‫ ف‬،‫صالَةَ َم َع ْال َج َما َع ِة َولَوْ ُك ْنتَ َجالِسًا‬
ِ ‫إن هللاَ تَ َعالَى يُع‬ َّ ‫ص ِّل ال‬َ
‫صاَل ةً فِ ْي َغي ِْر ْال َج َما َع ِة‬
َ َ‫َو ِع ْش ِر ْين‬
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Kekasihku Rasulullah SAW. telah
memberikan pesan kepadaku, lalu beliau bersabda kepadaku, “Wahai Abu
Hurairah, shalatlah bersama jamaah meskipun dengan duduk, karena sungguh
Allah SWT akan memberikanmu di setiap shalat jamaah dua puluh lima pahala
shalat dengan tanpa berjamaah.”

b. Hadits Kedua
‫صاَل ِة ال َّر ُج ِل َوحْ َدهُ خَ ْمسٌ َو ِع ْشرُوْ نَ َد َر َجةً َوفَضْ ُل‬ َ ‫صالَ ِة ال َج َما َع ِة َعلَى‬
َ ‫ فَضْ ُل‬:‫قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫صاَل ِة ْال ُم ْنفَر ِد‬
َ ‫صاَل ِة ْال َج َما َع ِة َعلَى‬
َ ‫ت َعلَى فِ ْعلِهَا فِى ْال َم ْس ِج ِد َكفَضْ ِل‬
ِ ‫ع فِى ْالبَ ْي‬
ِ ‫صاَل ِة التَّطَ ُّو‬
َ
Keutamaan shalat berjamaah atas shalatnya seseorang yang sendirian adalah
dua puluh lima derajat, sedangkan keutamaan shalat sunnah di rumah atas shalat
yang dilakukan di masjid adalah seperti keutamaan shalat berjamaah atas shalat
sendirian.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu As-Sakan dari Dhamrah dari
bapaknya, Habib.

c. Hadits Ketiga
ً‫صالَةَ ْالفَ ِّذ بِ َسب ٍْع َو ِع ْش ِر ْينَ َد َر َجة‬ ُ ‫صالَةُ ْال َج َما َع ِة تَ ْف‬
َ ‫ض ُل‬ َ :‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
Nabi SAW. bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama dari pada shalat
sendirian dua puluh tujuh derajat.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Malik,
imam Ahmad, imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam At-Tirmidzi, imam Ibnu
Majah, dan imam An-Nasai dari sahabat Ibnu Umar r.a.

d. Hadits Keempat

4
‫ْح يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة فِ ْي َج َما َع ٍة‬ َ ‫ت ِع ْن َد هللا تَ َعالَى‬
ِ ‫صالَةُ الصُّ ب‬ ِ ‫صلَوا‬ َ ‫ أَ ْف‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
َّ ‫ض ُل ال‬
Nabi SAW. bersabda, “Shalat-shalat yang paling utama di sisi Allah SWT
adalah shalat Shubuh di hari Jumat dengan berjamaah.” Hadis ini diriwayatkan
oleh imam Abu Nuaim dan imam At-Thabrani dari sahabat Ibnu Umar r.a. Syaikh
Nawawi Al-Bantani dalam kitab Tanqihul Qaul Al-Hadits mengutip pendapat
imam Al-‘Azizi yang mengatakan bahwa tingkatan yang paling kuat (derajatnya)
di antara shalat-shalat jamaah setelah jamaah Shubuh di hari Jumat adalah shalat
Shubuh berjamaah di hari selain Jumat kemudian jamaah di Shalat Isya’, lalu
jamaah di shalat Asar, kemudian jamaah di shalat Dhuhur, lalu di shalat Maghrib.
Alasan shalat jamaah di waktu Shubuh dan Isya’ yang paling utama adalah
disebabkan karena waktu tersebut merupakan yang paling berat untuk dilakukan.

e. Hadits Kelima
ْ ‫س يَ ْذ ُك ُر هللاَ تَ َعالَى َحتَّى ت‬
ُ‫َطلُ َع ال َّش ْمس‬ َ َ‫ْح فِى ْال َج َما َع ِة ثُ َّم َجل‬ َ ‫صلَّى‬
ِ ‫صالَةَ الصُّ ب‬ َ ‫ َم ْن‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
ِ َّ‫َكانَ لَهُ ِس ْت ٌر ِمنَ الن‬
ِ َّ‫ار َوبَ ِرى َء ِمنَ الن‬
‫ار‬
Nabi SAW. ‘Siapa yang shalat Shubuh berjamaah lalu ia duduk berdzikir
kepada Allah SWT sampai matahari terbit, maka baginya tertutup dan terbebas
dari api neraka.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan
sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan Syaikh Nawawi Al-Bantani
ketika mensyarah hadits ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya
sebagaimana hadits-hadits lainnya.

f. Hadits Keenam
‫ فَإ َذا‬،ً‫صالَتِ ِه َوحْ َدهُ َخ ْمسًا َو ِع ْش ِر ْينَ َد َر َجة‬ َ ‫صالَةُ ال َّر ُج ِل فِ ْي َج َما َع ٍة ت َِز ْي ُد َعلَى‬
َ ‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
ً‫صاَل تُهُ خَ ْم ِس ْينَ د ََر َجة‬ ْ ‫ض فُاَل ٍة فَأَتَ َّم ُوضُوْ َءهَا َو ُر ُكوْ َعهَا َو ُسجُوْ َدهَا بَلَغ‬
َ ‫َت‬ ٍ ْ‫صالَّهَا بِأَر‬
َ
Nabi SAW. bersabda, “Shalatnya seseorang dengan berjamaah bertambah
atas shalatnya dua puluh lima derajat, maka jika ia shalat berjamaah di bumi yang
tandus lalu ia menyempurnakan wudhunya, ruku’nya, dan sujudnya, maka
shalatnya telah sampai lima puluh derajat.” Hadits ini diriwayatkan oleh imam
Abu Ya’la, imam Al-Hakim, dan imam Ibnu Hibban dari Abu Sa’id Al-Khudri
dengan sanad yang shahih.

5
g. Hadits Ketujuh
ِ َ‫ار َوبَ َرا َءةً ِمنَ النِّف‬
‫اق‬ َ ‫ك ْال َجما َعةَ أرْ بَ ِع ْينَ يَوْ ًما َكت‬
ِ َّ‫َب هللاُ لَهُ بَ َرا َءةً ِمنَ الن‬ َ ‫ َم ْن أ ْد َر‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
Nabi SAW. bersabda, “Siapa yang melakukan shalat jamaah empat puluh
hari, maka Allah telah menuliskan untuknya terbebas dari api neraka dan
kemunafikan.” Berdasarkan penelusuran kami, hadits ini belum kami temukan
sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan Syaikh Nawawi Al-Bantani
ketika mensyarah hadits ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya
sebagaimana hadis-hadis lainnya.

h. Hadits Kedelapan
ٍ ‫صلَّى ْالبَرْ َد ْي ِن فِى ْال َج َما َع ِة َد َخ َل ْال َجنَّةَ بِ َغي ِْر ِح َسا‬
‫ب‬ َ ‫ َم ْن‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
Nabi SAW. bersabda, “Siapa yang shalat Shubuh dan Asar dengan
berjamaah maka ia masuk surga dengan tanpa hisab.” Berdasarkan penelusuran,
hadits ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan
Syaikh Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan
riwayat dan perawinya sebagaimana hadits-hadits lainnya.

i. Hadits Kesembilan
ٍ ‫اجعًا َع ْش َر َح َسنَا‬
ُ‫ت َو َم َحا َع ْنه‬ َ ‫صالَةَ ْال َج َما َع ِة َكت‬
ِ ‫َب هللاُ تَ َعالَى لَهُ َذا ِهبًا َو َر‬ َ ‫ َم ْن َش ِه َد‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
ٍ ‫ت َو َرفَ َع لَهُ َع ْش َر َد َر َجا‬
‫ت‬ ٍ ‫َع ْش َر َسيِّئَا‬
Nabi SAW. bersabda, “Siapa yang menyaksikan shalat jamaah, maka
Allah SWT akan menuliskan baginya perginya dan pulangnya sepuluh kebaikan
dan Allah SWT akan menghapus darinya sepuluh kejelekan-kejelekan, serta Allah
SWT akan mengangkat untuknya sepuluh derajat.” Berdasarkan penelusuran
kami, hadits ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam
penjelasan Syaikh Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadits ini tidak
menyebutkan riwayat dan perawinya sebagaimana hadits-hadits lainnya.

j. Hadits Kesepuluh
‫ار ْال َم ْس ِج ِد إالَّ فِى ْال َم ْس ِج ِد‬
ِ ‫صالَةَ لِ َج‬
َ َ‫ ال‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
Nabi SAW. bersabda, “Tidak (sempurna) shalatnya bagi orang yang
tinggal di dekat masjid kecuali di dalam masjid (berjamaah).” Hadits ini

6
diriwayatkan oleh imam Ad-Daruquthni dan imam Al-Baihaqi dari sahabat Jabir
dan dari sahabat Abu Hurairah r.a.

k. Hadits Kesebelas
ُ‫{صالَةُ ال َج َما َع ِة َرحْ َمةٌ َو ِه َي َخ ْي ٌر ِمنَ ال ُّد ْنيَا َو َما فِ ْيهَا َو ْال َج َما َعةُ َرحْ َمةٌ َو ْالفِرْ قَة‬
َ :‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
} ٌ‫ َع َذاب‬.
Nabi SAW. bersabda, “Shalat berjamaah itu suatu rahmat, dan ia lebih
baik dari pada dunia dan seisinya, dan shalat berjamaah itu (penyebab adanya)
rahmat, sedangkan pisah dari jamaah itu adzab.” Berdasarkan penelusuran kami,
hadits ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan
Syaikh Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadits ini tidak menyebutkan
riwayat dan perawinya sebagaimana hadits-hadits lainnya

B. Hukum Shalat Berjamaah


Di kalangan ulama berkembang banyak pendapat tentang hukum shalat
berjamaah. Ada yang mengatakan fardhu `ain, sehingga orang yang tidak ikut
shalat berjamaah berdosa. Ada yang mengatakan fardhu kifayah sehingga bila
sudah ada shalat jamaah, gugurlah kewajiban orang lain untuk harus shalat
berjamaah. Ada yang mengatakan bahwa shalat jamaah hukumnya fardhu kifayah.
Dan ada juga yang mengatakan hukumnya sunnah muakkadah. Berikut kami
uraikan masing-masing pendapat yang ada beserta dalil masing-masing.

1) Pendapat Pertama: Fardhu Kifayah


Yang mengatakan hal ini adalah Al-Imam Asy-Syafi`i dan Al-Imam Abu
Hanifah sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Habirah dalam kitab Al-Ifshah jilid 1
halaman 142. Demikian juga dengan jumhur (mayoritas) ulama baik yang lampau
(mutaqaddimin) maupun yang berikutnya (mutaakhkhirin). Termasuk juga
pendapat kebanyakan ulama dari kalangan madzhab Hanafiyah dan Malikiyah.
Dikatakan sebagai fardhu kifayah maksudnya adalah bila sudah ada yang
menjalankannya, maka gugurlah kewajiban yang lain untuk melakukannya.
Sebaliknya, bila tidak ada satu pun yang menjalankan shalat jamaah, maka
berdosalah semua orang yang ada di situ. Hal itu karena shalat jamaah itu adalah

7
bagian dari syiar agama Islam. Di dalam kitab Raudhatut-Thalibin karya Imam
An-Nawawi disebutkan bahwa: Shalat jamaah itu itu hukumnya fardhu `ain untuk
shalat Jumat. Sedangkan untuk shalat fardhu lainnya, ada beberapa pendapat.
Yang paling shahih hukumnya adalah fardhu kifayah, tapi juga ada yang
mengatakan hukumnya sunnah dan yang lain lagi mengatakan hukumnya fardhu
`ain. Adapun dalil mereka ketika berpendapat seperti di atas adalah: Dari Abi
Darda` ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah 3 orang yang tinggal di
suatu kampung atau pelosok tapi tidak melakukan shalat jamaah, kecuali syetan
telah menguasai mereka. Hendaklah kalian berjamaah, sebab srigala itu memakan
domba yang lepas dari kawanannya." (HR Abu Daud 547 dan Nasai 2/106 dengan
sanad yang hasan) Dari Malik bin Al-Huwairits bahwa Rasulullah SAW,
`Kembalilah kalian kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka,
ajarilah mereka shalat dan perintahkan mereka melakukannya. Bila waktu shalat
tiba, maka hendaklah salah seorang kalian melantunkan azan dan yang paling tua
menjadi imam.(HR Muslim 292 – 674). Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah
SAW bersabda, `Shalat berjamaah itu lebih utama dari shalat sendirian dengan 27
derajat. (HR Muslim 650, 249) Al-Khatthabi dalam kitab Ma`alimus-Sunan jilid 1
halaman 160 berkata bahwa kebanyakan ulama Syafi`iyyah mengatakan bahwa
shalat berjamaah itu hukumnya fardhu kifayah bukan fardhu `ain dengan
berdasarkan hadits ini.

2) Pendapat Kedua: Fardhu `Ain


Yang berpendapat demikian adalah Atho` bin Abi Rabah, Al-Auza`i, Abu
Tsaur, Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hibban, umumnya Ulama Hanafiyah dan madzhab
Hanabilah. Atho` berkata bahwa kewajiban yang harus dilakukan dan tidak halal
selain itu, yaitu ketika seseorang mendengar azan, haruslah dia mendatanginya
untuk shalat. (lihat Mukhtashar Al-Fatawa Al-Mashriyah halaman 50). Dalilnya
adalah hadits berikut: Dari Aisyah ra berkata, `Siapa yang mendengar azan tapi
tidak menjawabnya (dengan shalat), maka dia tidak menginginkan kebaikan dan
kebaikan tidak menginginkannya. (Al-Mughni` 1/193)
Dengan demikian bila seorang muslim meninggalkan shalat jamaah tanpa uzur,
dia berdoa namun shalatnya tetap sah. Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah

8
SAW bersabda, “Sungguh aku punya keinginan untuk memerintahkan shalat dan
didirikan, lalu aku memerintahkan satu orang untuk jadi imam. Kemudian pergi
bersamaku dengan beberapa orang membawa seikat kayu bakar menuju ke suatu
kaum yang tidak ikut menghadiri shalat dan aku bakar rumah-rumah mereka
dengan api." (HR Bukhari 644, 657, 2420, 7224. Muslim 651 dan lafaz hadits ini
darinya).

3) Pendapat Ketiga: Sunnah Muakkadah


Pendapat ini didukung oleh Madzhab Hanafiyah dan Malikiyah sebagaimana
disebutkan oleh imam As-Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar jilid 3 halaman
146. Beliau berkata bahwa pendapat yang paling tengah dalam masalah hukum
shalat berjamaah adalah sunnah muakkadah. Sedangkan pendapat yang
mengatakan bahwa hukumnya fardhu `ain, fardhu kifayah atau syarat syahnya
shalat, tentu tidak bisa diterima. Al-Karkhi dari ulama Hanafiyah berkata bahwa
shalat berjamaah itu hukumnya sunnah, namun tidak disunnahkan untuk tidak
mengikutinya kecuali karena udzur. Dalam hal ini pengertian kalangan madzhab
Hanafiyah tentang sunnah muakkadah sama dengan wajib bagi orang lain.
Artinya, sunnah muakkadah itu sama dengan wajib. (silahkan periksa kitab
Bada`ius-Shanai` karya Al-Kisani jilid 1 halaman 76). Khalil, seorang ulama dari
kalangan madzhab Malikiyah dalam kitabnya Al-Mukhtashar mengatakan bahwa
shalat fardhu berjamaah selain shalat Jumat hukumnya sunnah muakkadah.
Ibnul Juzzi berkata bahwa shalat fardhu yang dilakukan secara berjamaah itu
hukumnya fardhu sunnah muakkadah. (lihat Qawanin Al-Ahkam As-Syar`iyah
halaman 83). Ad-Dardir dalam kitab Asy-Syarhu As-Shaghir jilid 1 halaman 244
berkata bahwa shalat fardhu dengan berjamaah dengan imam dan selain Jumat,
hukumnya sunnah muakkadah. Dalil yang mereka gunakan untuk pendapat
mereka antara lain adalah dalil-dalil berikut ini: Dari Ibnu Umar ra bahwa
Rasulullah SAW bersabda, `Shalat berjamaah itu lebih utama dari shalat sendirian
dengan 27 derajat. (HR Muslim 650, 249) Ash-Shan`ani dalam kitabnya Subulus-
Salam jilid 2 halaman 40 menyebutkan setelah menyebutkan hadits di atas bahwa
hadits ini adalah dalil bahwa shalat fardhu berjamaah itu hukumnya tidak wajib.
Selain itu mereka juga menggunakan hadits berikut ini: Dari Abi Musa ra berkata

9
bahwa Rasulullah SAw bersabda, `Sesungguhnya orang yang mendapatkan
ganjaran paling besar adalah orang yang paling jauh berjalannya. Orang yang
menunggu shalat jamaah bersama imam lebih besar pahalanya dari orang yang
shalat sendirian kemudian tidur. (lihat Fathul Bari jilid 2 halaman 278).

4) Pendapat Keempat: Menjadi Syarat Sahnya Shalat


Pendapat keempat adalah pendapat yang mengatakan bahwa hukum syarat
fardhu berjamaah adalah syarat syahnya shalat. Sehingga bagi mereka, shalat
fardhu itu tidak syah kalau tidak dikerjakan dengan berjamaah. Yang berpendapat
seperti ini antara lain adalah Ibnu Taymiyah dalam salah satu pendapatnya (lihat
Majmu` Fatawa jilid 23 halaman 333). Demikian juga dengan Ibnul Qayyim,
murid beliau. Juga Ibnu Aqil dan Ibnu Abi Musa serta mazhab Zhahiriyah (lihat
Al-Muhalla jilid 4 halaman 265). Termasuk di antaranya adalah para ahli hadits,
Abul Hasan At-Tamimi, Abu Al-Barakat dari kalangan Hanabilah serta Ibnu
Khuzaimah. Dalil yang mereka gunakan adalah: Dari Ibnu Abbas ra bahwa
Rasulullah SAW bersaba, `Siapa yang mendengar azan tapi tidak mendatanginya,
maka tidak ada lagi shalat untuknya, kecuali karena ada uzur. (HR Ibnu
Majah793, Ad-Daruquthuny 1/420, Ibnu Hibban 2064 dan Al-Hakim 1/245) Dari
Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya shalat yang
paling berat buat orang munafik adalah shalat Isya dan Shubuh. Seandainya
mereka tahu apa yang akan mereka dapat dari kedua shalat itu, pastilah mereka
akan mendatanginya meski dengan merangkak. Sungguh aku punya keinginan
untuk memerintahkan shalat dan didirikan, lalu aku memerintahkan satu orang
untuk jadi imam. Kemudian pergi bersamaku dengan beberapa orang membawa
seikat kayu bakar menuju ke suatu kaum yang tidak ikut menghadiri shalat dan
aku bakar rumah-rumah mereka dengan api." (HR Bukhari 644, 657, 2420, 7224.
Muslim 651 dan lafaz hadits ini darinya). Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa
Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang buta dan berkata, "Ya
Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku ke masjid. Rasulullah SAW berkata
untuk memberikan keringanan untuknya. Ketika sudah berlalu, Rasulullah SAW

10
memanggilnya dan bertanya, `Apakah kamu dengar azan shalat?`. `Ya`, jawabnya.
`Datangilah`, kata Rasulullah SAW. (HR Muslim 1/452).1

C. Cara Shalat Berjamaah Salafus Shalih dan Hikmah Shalat Berjamaah


Secara bahasa salafus shalih berasal dari tiga huruf, yaitu sin, lam, dan fa’.
Tiga huruf ini menunjukkan makna “ yang terdahulu atau orang-orang yang telah
lampau”. Para ulama membagi salafus shalih menjadi tiga golongan, yaitu para
sahabat nabi, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Ketiga golongan ini diyakini sebagai
orang-orang terbaik yang hidup setelah Rasulullah SAW. Sebagai orang muslim
hendaknya kita mengikuti jejak salafus shalih. Sebab mereka adalah golongan-
golongan orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-NYA. Mereka banyak
membantu rasulullah dengan harta benda dan jiwa ragadalam menyebarkan agama
Allah SWT. Salafus shalih adalah sebaik-baiknya generasi. Perjalanan hidup
mereka dipenuhi dengan teladan yang baik, karena sanad keilmuan mereka begitu
dekat dengan rasulullah SAW. Tidak terkecuali dalam masalah shalat berjama’ah
di masjid, petunjuk para Shahabat adalah yang terbaik.
Mereka memandang shalat berjama’ah di masjid sebagai salah satu
petunjuk agung dalam Islam, yang barang siapa meninggalkannya maka dia akan
tersesat dari jalan Allah Ta’ala yang lurus. Bahkan di jaman mereka Ta’ala, hanya
orang-orang munafiklah yang meninggalkan shalat berjama’ah di masjid.
Kemudian generasi Tabi’in yang datang setelah para Shahabat Shallallahua’alaihi
Wasallam, mereka juga menampilkan sebaik-baik teladan dalam menjaga dan
bersegera melaksanakan shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid ketika
adzan dikumandangkan. Imam Sa’id bin al-Musayyab (wafat setelah thn 90 H),
imam besar dari generasi Tabi’in dan paling luas ilmunya di kalangan mereka.2
Hadis HR Bukari dan Muslim yang menjelaskan tentang dianjurkannya
untuk selalu mengikuti salafus shalih dan menyandarkan perkara agama kepada
mereka yang artinya sebagai berikut : “Sebaik-baik manusia adalah yang hidup
pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian
manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian akan datang suatu kaum

1
https://www.eramuslim.com/shalat/hukum-sholat-berjamaah.htm#.YVGRxbgzbIU
tanggal 27 september 2021 pukul 16. 52
2
Kitab “Taqriibut tahdziib” (hlmn 241)

11
persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya
mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari dan Muslim)”.
Shalat berjamaah adalah sarana terpenting dan utama untuk memakmurkan
rumah-rumah Allah SWT. Jika bukan karena sholat berjamaah tentu masjid-
masjid menjadi sepi . dan sholat berjamaah sungguh sangat besar
pahalanyadibandingkan sholat sendiri dan tidak ada keringanan untuk
meninggalkannya terkecuali ada udzur (yang dibenarkan dalam agama). Shalat
yang dilakukan secara bersama-sama akan meningkatkan Ukhuwah Islamiyah
yaitu meningkatkan persaudaran antar sesama. Pada waktu adzan berkumandang
umat muslim berkumpul untuk melakukan shalat secara bersama-sama. Shalat
berjamaah memberi pengaruh yang sangat besar, terhadap pola pikir seseorang
dari diri sendiri melalui, pembinaan, pembimbingan, penyuluhan dan sebagainya.3
Adapun anjuran shalat berjamaah dapat dilaksanakan oleh orang banyak
secara bersama-sama, sekurang-kurangnya dua orang, seorang diantara keduanya,
atau diantara mereka yang lebih fasih bacaanya dan lebih mengerti hukum
islamakan dipilih mejadi imam. Imam dianjurkan meringankan shalatnya, syarat
sah makmun yakni mengikuti imam, waktu berdirinya makmum untuk shalat
berjamaah. Hadits Rasulullah SAW yang menganjurkan umat islam untuk
melaksanakan shalat wajib lima waktu secara berjamaah. Nilai sholat berjamaah
lebih tinggi dan berlipat ganda pahalanya dibandingkan dengan shalat sendirian.
Dari Ibnu Umar RA bahwasannya Rasulullah bersabda yang artinya: “shalat
berjamaah lebih utama dari pada shalat sendirian dengan pahala dua puluh tujuh
derajat”. (H.R Bukhari dan Muslim).
Ancaman Bagi Orang Yang meninggalkan Shalat berjamaah tanpa udzur.
Jika shalat secara umum memiliki kedudukan yang sangat agung, dan sholat
berjamaah secara khusus memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan hikmah
yang sangat banyak, maka islam mengancam keras kepada orang-orang yang
melalaikan, mengabaikan, dan meremehkan shalat berjamaah. Dari Ibnu Abbas
RA, dia berkata, Rasulullah bersabda yang artinya : “barang siapa yang
mendengar muadzin lalu tidak ada hal yang menghalanginya untuk mengikuti
panggilan itu. Para sahabat bertanya “ apa udzur itu?” Rasullah SAW menjawab “
3
Ahmad Yasin, Skripsi: “Shalat Berjamaah Dalam Al-Qur’an”(Palopo: IAIN palopo,2019),
hal.16

12
udzur itu rasa takut atau sakit, maka shalat yang dia lakukan tidak akan diterima .”
(H.R Abu Daud, Ibnu majjah dan Hakim).4

D. Hikmah Disyariatkan Shalat Berjamaah


Shalat merupakan ibadah yang penting dan utama bagi umat Islam. Begitu
pentingnya shalat sehingga untuk memberikan perintah shalat Allah SWT
berkenan memanggil sendiri Rasulullah saw untuk menghadap-Nya secara
langsung. Sedangkan untuk perintah-perintah Allah SWT yang lain selalu
disampaikan kepada Rasulullah melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena shalat
merupakan ibadah yang terpenting bagi kehidupan umat, maka tentulah banyak
mengandung hikmah baik ditinjau secara moral (rohani) maupun fisik (jasmani).
Adapun Hikmah-hikmah Shalat berjamaah menurut Ibnu Katsir adalah sebagai
berikut:

1. Shalat Berjamaah sebagai lambang persatuan umat


Shalat berjama’ah merupakan amalan yang paling utama. Di samping
berpahala besar, ia merupakan sarana mempertemukan dan menyatukan umat
dalam naungan cahaya ilahi. Islam datang untuk kebahagiaan umat manusia dan
mengangkatnya ke puncak tertinggi. Setiap Allah mensyariatkan sesuatu pasti
sesuatu itu akan menghidupkan umat manusia serta memberinya kebaikan dan
manfaat di dunia serta akhirat. Allah SWT telah mensyariatkan shalat berjama’ah
karena hikmah-hikmah yang besar dan tujuan yang luhur. Allah swt
mensyariatkan untuk hamba-hamba-nya sesuatu yang bisa merealisasikan tujuan
dan cita-cita umat yang satu itu. Dan Allah mensyari’atkan shalat jama’ah sehari
semalam lima kali. Umat Islam berkumpul di masjid kampung dan bertemu lima
kali. Kemudian Islam memperluas jangkauan persatuan ini Rasulullah Saw
bersabda yang artinya : “Luruskanlah shaf-shaf kalian, demi Allah, kalian benar-
benar akan meluruskan shaf kalian atau Allah akan memperselisihkan di antara
hati-hati kalian”. (HR. Abu Daud).5

4
A karim syeikh, Tata Cara Pelaksanakan Shalat Berjamaah Berdasarkan hadis Nabi,Al-
mu’ashirah, vol. 15, No. 2,juli 2018.
5
Ardian Maksal Lintan, Skripsi, “Hikmah sholat berjamaah dalam Al-quran menurut
penafsiran Ibnu Katsir”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,2010.) hl. 55-61

13
2. Shalat Berjamaah Dapat Memakmurkan Masjid-Masjid
Masjid merupakan sebuah tempat suci yang tidak asing lagi kedudukannya
bagi umat Islam. Masjid selain sebagai pusat ibadah umat Islam, ia pun sebagai
lambang kebesaran syi’ar dakwah Islam. Bahkan terlihat renovasi bangunan
masjid-masjid semakin diperlebar dan diperindah serta dilengkapi dengan
berbagai fasilitas, agar dapat menarik dan membuat nyaman jama’ah. Islam
menganjurkan pemeluknya agar selalu memakmurkan masjid dan menjelaskan
kepada mereka besarnya pahala memakmurkan dan mengurus
masjid. Rasulullah Saw bersabda yang artinya : “Barangsiapa membangun masjid
karena Allah (Bukeir berkata: “Atau beliau bersabda: “Karena mencari ridha
Allah) niscaya Allah akan membangun baginya rumah di Jannah”. (HR. Muslîm)
Allah SWT akan membangunkan rumah di Jannah untuk orang yang membangun
masjid karena mencari ridha Allah, bukan karena riya’, sum’ah atau mengharap
pujian orang. Islam juga menganjurkan agar selalu memperhatikan perawatan
masjid dan memuji orang-orang yang melakukannya. Memakmurkan masjid ciri
khas orang-orang yang beriman. Ciri khas yang harus dimiliki oleh orang yang
beriman adalah tunduk dan patuh memenuhi panggilan-Nya. Ciri khas ini sebagai
tanda kebenaran dan kejujuran imannya kepada Allah.6
Selanjutnya ada juga yang menyimpulkan beberapa Hikmah-hikmah Shalat
berjamaah sebagai berikut:

3. Sumber Persatuan umat


Allah SWT menginginkan umat Islam menjadi umat yang satu, maka
disyariatkan shalat berjamaah sehari semalam lima kali. Lalu Islam memperluas
jangkauan persatuan ini dengan mengadakan shalat jum‟at seminggu sekali
supaya jumlah umat semakin besar. Hal itu menunjukkan bahwa umat Islam
adalah umat yang satu.

4. Mensyiarkan syiar Islam

6
ibid

14
Allah SWT mensyariatkan shalat di masjid, dengan shalat berjamaah di masjid,
maka berkumpul umat Islam di dalamnya, sebelum shalat ada pengumandangan
adzan di tengah-tengah mereka, semua itu adalah pemaklumatan dari umat akan
penegakan syiar Allah SWT di muka bumi, Merealisasikan penghambaan kepada
Allah SWT Tatkala mendengar adzan maka menyegerakan untuk memenuhi
panggilan adzan tersebut kemudian melaksanakan sholat berjamaah dan
meninggalkan segala urusan dunia, maka itulah bukti atas penghambaan kepada
Allah SWT.

5. Menumbuhkan kedisiplinan
Dengan melaksanakan sholat berjamaah secara rutin, maka seseorang akan
terbiasa berdisiplin dalam mengatur dan menjalani kehidupan.

6. Menghilangkan perbedaan status sosial


Ketika melakukan sholat berjamaah di masjid, maka sudah tidak ada perbedaan
lagi antara yang kaya dan yang miskin, antara atasan dan bawahan, demikian
seterusnya. Semua dihadapkan Allah swt sama yang mulia adalah yang paling
bertakwa.7

E. Hubungan Shalat Berjamaah dan Ukhuwah Islamiyyah


Shalat adalah salah satu perintah utama Allah. Keutamaan dari shalat adalah
berjamaah. Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilaksanakan secara berjama’ah,
sekurang-kurangnya ada dua orang, seorang menjadi imam dan seorang lagi
menjadi makmum. Shalat berjama’ah adalah dipimpin oleh seorang imam, yang
diawali dengan kumandang adzan dan disusul dengan iqamah oleh seseorang yang
lazim disebut muadzdzin. Bagi laki-laki perintah shalat berjamaah adalah wajib
sedangkan bagi wanita adalah sunnah. Shalat berjama’ah adalah salah satu ibadah
yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam
kepada umatnya. Dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah SAW bersabda,”Sebaik-
baiknya shalat adalah shalat (kalian) di rumah kalian, kecuali shalat fardhu.”

7
Mahir Manshur Abdurraziq, Mukjizat Shalat Berjama’ah, hlm. 70.

15
Rasulullah SAW sangat menganjurkan umat Islam untuk melaksanakan shalat
berjamaah bagi yang tidak ada udzur, akan lebih utama lagi jika dilakukan di
dalam masjid, bahkan beliau sempat membakar rumah orang-orang yang tidak
mengikuti shalat jamaah di masjid sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda
beliau "Sungguh saya menyuruh orang iqamat untuk shalat berjamaah, lalu
menyuruh seseorang untuk menjadi imam, kemudian saya pergi dengan beberapa
orang yang membawa beberapa ikat kayu baker ke rumah orang-orang yang tidak
mengikuti shalat berjamaah di masjid untuk membakar rumah mereka dengan
kayu tadi" (HR. Muslim) Shalat secara berjamaah merupakan kebiasaan yang
tidak pernah ditinggalkan Rasulullah. Meski dalam kondisi sakit, Rasulullah tetap
konsisten melaksanakan shalat berjamaah. Filosofi shalat berjamaah yang
dipraktikkan Rasulullah adalah terciptanya persatuan umat, saling bahu membahu
serta menghormati satu sama lain. Praktek-praktek seperti ini perlu kita teladani
dan kedepankan dalam upaya melahirkan generasi yang taat dan patuh kepada
Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dilakukan karena Rasulullah menyadari betapa
pentingnya shalat berjamaah. Rasulullah bersabda, “Shalat seorang laki-laki
dalam jamaah melebihi sahlatnya sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.”
(HR. Muslim). Jadi perbedaan antara pahala shalat sendiri dengan shalat
berjamaah sebanyak 1:27.
Dari shalat berjamaah itu banyak hal yang akan didapatkan, diantaranya:
Menjadi syiar bagi masyarakat luas, maksudnya dengan sholat berjamaah di
masjid bisa menjadi sarana dakwah kepada masyarakat luas serta memberikan
edukasi terkait Islam yang membuat masyarakat akan lebih paham Memperkuat
ukhuwah islamiyah, salah satu yang terpenting dan yang menjadi masalah dalam
umat Islam adalah ukhuwah islamiyah (hubungan). Berbeda pendapat, berbeda
pemikiran bisa merusak hubungan. Dan saat ini sangat penting adanya penguatan
ukhuwah sesama muslim.
Karena dengan ukhuwah tersebut Islam akan menjadi semakin kuat
Meluaskan silahturrahim, dikehidupan ini kita disibukkan oleh berbagai masalah
dan juga kegiatan. Waktu yang terbatas membuat kita sulit untuk menyambung
silahturrahim. Dengan sholat berjamaah memberikan kita kesempatan untuk
meluaskan dan mempererat silahturrahim dengan orang terdekat kita atau bahkan

16
orang baru. Selalu siap menerima perbedaan, perbedaan adalah salah satu faktor
pemecah belah. Terkadang dalam menunaikan sholat pun ada perbedaan, contoh
nyata ada di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dimana di sana banyak orang
yang datang dari berbagai negara dengan cara sholat mereka yang kita lihat
berbeda. Dengan sholat berjamaah, kita harus menerima perbedaan itu Merasakan
kesetaraan kedudukan di hadapan Allah, saat melakukan shalat berjamaah, kita
disatukan dengan berbagi suku, jabatan, kedudukan, harta. Tidak ada diskriminasi
dalam sholat berjamaah karena mereka harus bersatu dalam shaf-shafnya. Karena
dimata Allah semua sama, saat sholat pun kita harus melupakan jabatan serta
kedudukan duniawi Sarana mendisiplinkan diri, shalat berjamaan adalah salah
satu cara untuk melatih disiplin. Bagaimana kita harus tepat waktu saat sholat,
mengikuti gerakan imam sampai shalat berakhir.
Ukhuwah Islamiyah adalah hubungan yang dijalani oleh rasa cinta dan
didasari oleh akidah dalam bentuk persahabatan bagaikan satu bangunan yang
kokoh.8 Ukhuwah berarti persaudaraan, berasal dari dari akar kata yang mulanya
berarti memperhatikan. Ukhuwah fillah atau persaudaraan sesama muslim, ''Orang
Mukmin itu bagaikan satu jasad, atau bagaikan satu bangunan yang saling
mengukuhkan.'' (HR Bukhari dan Muslim). Dari ayat dan hadis di atas, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada bentuk ukhuwah yang adalah suatu model pergaulan
antar manusia yang prinsipnya telah digariskan dalam al-Quran dan al-Hadits.
Manusia sejatinya adalah makhluk sosial, dimana di setiap interaksiya
membutuhkan orang lain. Kemudian diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata:
Rasulullah saw. bersabda: “Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain.
Oleh sebab itu, jangan menzdalimi dan meremehkannya satu sama lain9 . Shalat
dalam agama Islam merupakan kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT
memiliki manfaat yang berimplikasi pada hubungan individu dengan kehidupan
sosialnya.10
8
Miftah Faridl, Lentera Ukhuwah, Mizan Mizania, 2015 hal. 101
9
https://almanhaj.or.id/11990-ukhuwah-islamiyah.html diakses pada 15 September
2021 pukul 17.00
10
https://mediaindonesia.com/opini/115970/ukhuwah-islamiah diakses pada 15
September 2021 pukul 17.35

17
Shalat dapat dilaksanakan secara perorangan namun yang lebih dianjurkan
dalam Islam adalah shalat yang dilakukan secara bersama-sama (berjamaah).
Dalam keutamaan sholat berjamaah mengindikasikan bahwa Islam menekankan
terjalinnya hubungan persaudaraan para pemeluknya. Dengan melakukan shalat
berjamaah maka akan bertemu dan saling sapa sehingga akan muncul silaturrahim
persaudaraan Islam. Dalam hadis sahih juga ditegaskan, “Sesungguhnya
perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana bangunan kukuh,
yang saling menguatkan satu dengan lainnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dasar untuk mencapai ukhuwah islamiah sejati tentu rasa cinta satu sama lain
secara tulus, sebagaimana ditekankan Nabi dalam hadis sahih, “Kalian tidak
masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga
kalian saling mencintai...” (HR Muslim). Namun kebanyakan orang orang dewasa
yang memiliki rutinitas padat terkadang menjadikan sholat berjamaah menjadi
hal/sesuatu yang jarang dilakukan dengan berpegang pada alibi masing-masing.
Oleh karena itu, sholat berjamaah begitu penting untuk melakukan karena selain
mempererat hubungan persaudaraan antar umat Islam juga membiasakan diri
untuk menyempatkan waktu untuk mendekatkan diri pada sang pencipta.
Dianjurkan sholat berjamaah, karena pahalanya lebih besar bila dibandingkan
dengan sholat sendirian, yaitu 27 derajat.

18
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Hukum Shalat Berjamaah ada empat yaitu: Fardhu Kifayah, Fardhu `Ain,
Sunnah Muakkadah, dan menjadi Syarat Sahnya Shalat
2. Hikmah-hikmah Shalat berjamaah adalah sebagai berikut : Memperkokoh
Persatuan Umat, Mensyiarkan syiar Agama Islam, Merealisasikan
penghambaan kepada Allah SWT, Menumbuhkan kedisiplinan, dan
Menghilangkan perbedaan status sosial Ketika melakukan sholat
berjamaah di masjid, maka sudah tidak ada perbedaan lagi antara yang
kaya dan yang miskin, antara atasan dan bawahan, demikian seterusnya.
Semua dihadapkan Allah SWT sama yang mulia adalah yang paling
bertakwa.
3. Shalat Berjamaah di Masjid bisa menjadi sarana dakwah kepada
masyarakat luas serta memberikan edukasi terkait Islam yang membuat
masyarakat akan lebih paham Memperkuat ukhuwah islamiyah, salah satu
yang terpenting dan yang menjadi masalah dalam umat Islam adalah
ukhuwah islamiyah (hubungan). Berbeda pendapat, berbeda pemikiran
bisa merusak hubungan. Dan saat ini sangat penting adanya penguatan
ukhuwah sesama muslim. Karena dengan ukhuwah tersebut Islam akan
menjadi semakin kuat Meluaskan silahturrahim, dikehidupan ini kita
disibukkan oleh berbagai masalah dan juga kegiatan. Waktu yang terbatas
membuat kita sulit untuk menyambung silahturrahim. Dengan sholat
berjamaah memberikan kita kesempatan untuk meluaskan dan mempererat
silahturrahim dengan orang terdekat kita atau bahkan orang baru.

19
DAFTAR PUSTAKA

Maksal lintang, Ardian. 2010. Hikmah sholat berjamaah dalam Al-quran menurut
penafsiran Ibnu Katsir. Jakarta.
Yasin, Ahmad. 2019. Shalat Berjamaah Dalam Al-Qur’an. IAIN Palopo
Syeikh, A karim. 2018. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Berjamaah berdasarkan
Hadis Nabi. Banda Aceh.
Faridl, Miftah. 2015. Lentera Ukhuwah. Mizan Mizania
https://muslim.or.id/27083-keteladanan-ulama-salaf-dalam-bersegera
melaksanakan-shalat-berjamaah.html
https://m.eramuslim.com/shalat/hukum-sholat-berjamaah.htm#.YVGRxbgzbIU
https://almanhaj.or.id/11990-ukhuwah-islamiyah.html
https://mediaindonesia.com/opini/115970/ukhuwah-islamiah

20

Anda mungkin juga menyukai