ABSTRAK
Al-Qur’an adalah kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW. Melalui malaikat jibril, Al-Qur’an dijadikan sebagai kitab Allah
yang menepati posisi pertama dan utama serta berfungsi sebagai petunjuk dan
pedoman bagi umat manusia. Salah satu dari ilmu ilmu mengenai al quran adalah
asbabun nuzul. Asbaban nuzul berfungsi membantu dan memahami ayat dan
menghilangkan kesulitan, untuk mengetahui ayat ini diturunkan kepada siapa,
sehingga tidak akan terjadi keraguan lagi.
PENDAHULUAN
والذين يرمون أزواجهم ولم يكن لهم شهداء إال أنفسهم فشهادة أحدهمم أربع شهادات ب ّالّل إنه لمن
. والخامسة أن لعنت ّلّلا عليه إن كان من الكاذبين.الصادقين
1
Abu Anwar, Ulumul Qur’an (Pekanbaru: Amzah, 2012), Hlm. 29-35
D. Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul
Ada beberapa manfaat dengan mengetahui Asbabun Nuzul, di antara yang
paling penting adalah;
a. Menjelaskan hikmah yang menuntut pemberlakuan suatu hukum, dan
mengetahui bahwa syariat itu menjaga maslahat-maslahat umum dalam
mengatasi berbagai peristiwa sebagai bentuk kasih sayang terhadap umat
manusia.
b. Mengkhususkan hukum suatu perkara yang menggunakan lafal umum
ketika hukum tersebut turun karena suatu sebab. Kaidah ini di pakai oleh
kalangan yang berpendapat bahwa acuan hukum adalah khususnya sebab,
bukan umumnya lafal. Ini persoalan perbedaan pandangan, seperti yang
akan di jelaskan pada pasal berikutnya. Contohnya adalah
c. Apabila lafal ayat yang turun bersifat umum lalu ada dalil yang
mengkhususkannya, maka pengetahuan tentang Asbabun Nuzul sebatas
untuk mengkhususkan sesuatu yang melampaui gambaran sebab tersebut,
dan tidak di benarkan mengeluarkan sebab tersebut, karena masuknya
gambaran sebab dalam lafal umum bersifat qath’i,
ُ) يا ْو ام تا ْش اهد23( اآلخ ارةِّ اولا ُه ْم اعذاابٌ اع ِّظي ٌم ِّ ت لُ ِّعنُوا فِّي الدُّ ْنياا او ِّ ت ْال ُمؤْ ِّمناا
ِّ ت ْالغاافَِّل ِّ صنااإِّ َّن الَّذِّينا يا ْر ُمونا ْال ُمحْ ا
لّلا ه اُو ْال اح ُّق
لّلاُ دِّينا ُه ُم ْال اح َّق او اي ْعلا ُمونا أ ا َّن َّ ا
َّ ( يا ْو امئِّ ٍذ ي اُو ِّّفي ِّه ُم24( اعلا ْي ِّه ْم أ ا ْل ِّسنات ُ ُه ْم اوأ ا ْيدِّي ِّه ْم اوأا ْر ُجلُ ُه ْم ِّب اما كاانُوا اي ْع املُونا
(25( ُْال ُم ِّبين
“sungguh, orang-orang menuduh perempuan-perempuan baik, yang
lengah dan beriman (dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat di dunia
dan di akhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar, pada hari
(ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu Allah
menyempurnakan balasan yang sebenarnya bagi mereka tahu bahwa
Allah Maha benar, Maha menjelaskan.” (An-Nur: 23-25).2
Ibnu Daqiq Al-Id berkata, “Penjelasan Asbabun Nuzul adalah cara yang kuat
dalam memahami makna-makna Al-Qur’an.”
لّلاا او ْي الكا ِّآم ْن ِّإ َّن ِّ ف لا ُك اما أات ا ِّعداانِّنِّي أ ا ْن أ ُ ْخ ار اج اوقادْ اخلا
ِّ ت ْالقُ ُرونُ ِّم ْن قا ْب ِّلي او ُه اما يا ْستا ِّغيثا
َّ ان ٍ ّ ُ اوالَّذِّي قاا ال ِّل اوا ِّلدا ْي ِّه أ
ير ُ اط لّلاِّ اح ٌّق فاياقُو ُل اما َٰ اهذاا ِّإ َّال أا ا
ِّ س َّ او ْعدا
2
Manna’ Al-Qatthan, Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur,an (Jakarta Timur: Katalog, 2016), Hal. 126-131
ْاْل ا َّولِّينا
“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘Ah…! Apakah
kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan di bangkitkan
(dari kubur), padahal beberapa umat sebelumku telah terlalu? Lalu
kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah (seraya
berkata), ‘celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya, janji Allah itu
benar’. Lalu dia (anak itu) berkata, ‘ini hanyalah dongeng orang-orang
dahulu’.” (Al-Ahqaf: 17)
Pada bagian ini ada dua pendapat yang mendasari tentang hubungan
Asbabun Nuzul dengan penerapan hukum yang terkandung dalam suatu
ayat Al-Qur’an, yaitu:
1. Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tertentu tidak hanya berlaku pada
kasus yang menjadi Asbabun Nuzul. Pendapat ini di dasari oleh suatu
kaidah:
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: Haid itu kotoran. Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan
janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Jika mereka sudah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri
2. Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tertentu atau khusus hanya berlaku
pada kasus yang menjadi sebab turunnya ayat itu. Pendapat ini berdasarkan
kaidah:
العبرة بخصوص السبب ال بعموم اللفظ
Contohnya adalah Surah Al-Lail ayat 17-21 yang berbunyi:
ِّإالا ا ْبتِّغاا اء اوجْ ِّه. و اما ِّْل ا اح ٍد ِّع ْنداهُ ِّم ْن نِّ ْع ام ٍة تُجْ زي. لَّذِّي يُؤْ تِّي امالاهُ ايت ازا َّكي.سيُ اج َّنبُ اها ْاْلاتْقاى
او ا
ض
ف اي ْر ا س ْو ا اولا ا.ار ِّبّ ِّه ْاْل ا ْعلا َٰى
Dan kelak pasti orang yang paling bertakwa itu di jauhkan dari neraka (17)
yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah) untuk membersihkannya (18)
padahal tidak ada seorang jua pun memberikan suatu nikmat kepadanya
yang harus di balasnya (19), tetapi, (dia memberikan itu semata-mata)
karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi (20) dan kelak benar-
benar dia mendapat kepuasan (21).
Al-Wahidi menyatakan bahwa ketakwaan Abu Bakar di akui oleh semua
mufasir, alasannya adalah:
1. Karena kata االتقيadalah isim tafdhil dan berbentuk mufrad atau tunggal.
Dan orang yang paling bertakwa adalah Abu Bakar karena memiliki
keunggulan dari yang lain, yaitu membebaskan para budak yang disiksa
karena menyebarkan ajaran Islam.
2. Lafaz أتقيdi sertai الـyang menunjukkan artikel tanda di maklumi atau isim
ma’rifah ( العهدية- ) الtentunya kata ini di peruntukkan bagi orang yang
ayat tersebut turun padanya.
3. الـdapat berlaku umum jika dia maushulah, ternyata huruf tersebut bukan
isim maushul karena tidak berhubungan dengan أفعال التفضيل.
F. Acuan Untuk Mengetahui Asbabun Nuzul Ayat
Untuk mengetahui sebab turunnya ayat, para ulama mengacu pada
riwayat sahih dari Rasulullah SAW atau dari sahabat. sebab, kabar dari
seorang sahabat terkait hal seperti ini asalkan dinyatakan dengan tegas tidak
mungkin disampaikan berdasarkan pendapat, tapi hukumnya marfu’. Al-
Wahidi menuturkan, “tidak boleh menyatakan apapun terkait sebab turunnya
ayat Al-Qur’an melainkan berdasarkan riwayat dan dalil dari orang-orang
yang menyaksikan turunnya ayat, mengetahui sebab-sebabnya, dan mencari
tahu ilmunya, lalu mereka menemukan apa yang mereka cari”.
Inilah metode salaf. Mereka menjaga diri untuk mengatakan sesuatupun
terkait sebab turunnya ayatnya tanpa terlebih dahulu memastikan
kebenarannya. Muhammad bin Sirin berkata, “ Aku bertanya kepada Abidah
tentang suatu ayat Al-Qur’an, lalu ia berkata, ‘Takutlah kepada Allah dan
katakana yang benar, karena orang-orang yang mengetahui terkait apa
(ayyat-ayat) yang diturunkan Allah, semuanya telah tiada’.” Orang-orang
yang ia maksudkan adalah para sahabat.
Jika memang benar perkataan ini diucapkan oleh Ibnu Sirin yang
merupakan salah satu tokoh terkemuka ulama tabi’in, demi memastikan
kebenaran riwayat dan jeli dalam memutuskan terkait hal ini, berarti kata-
kata ini menunjukkan wajibnya mengacu pada asbabun nuzul yang sahih.
Untuk itu, acuan dalam persoalan ini adalah riwayat yang bersumber dari
perkataan-perkataan sahabat, selama redaksinya mengikuti pola musnad,
dimana redaksinya kuat sebagai asbabun nuzul.
As-Sayuti berpendapat bahwa perkataan seorang tabi’in dalam masalah
asbabun nuzul, apabila dinyatakan secara tegas ,maka bisa diterima. Hanya
saja, riwayat seperti ini termasuk dalam kategori riwayat mursal jika
memang rangkaian sanadnya benar terhubung kepada seorang tabi’in
tersebut dan ia sendiri termasuk salah satu imam tafsir yang berguru kepada
para sahabat, seperti Mujahid, Ikrimah, dan Sa’id bin Jubair, dan dikuatkan
riwayat mursal lainnya.
Al-Wahidi mengkritik para ulama dimasanya yang terlalu gampang
dalam meriwayatkan asbabun nuzul. Al-Wahidi bahkan menuduh mereka
berdusta dan mengingatkan mereka dengan ancaman yang keras. Ia berkata,
“saat ini, semua orang bisa mengarang dan membuat-buat kebohongan
seraya melemparkan tali kendalinya kepada kebodohan tanpa memikirkan
ancaman bagi orang yang bodoh terhadap sebab turunnya ayat.
PENUTUP
Kesimpulan
Ada tiga definisi yang dikemukakan oleh ahli tafsir tentang asbabun nuzul
1. Suatu peristiwa yang terjadi menjelang turunnya ayat
2. Peristiwa-peristiwa pada masa ayat Al-Qur’an diturunkan (yaitu dalam
waktu 23 tahun)
3. Peristiwa yang dicakup oleh suatu ayat
Manfaat asbabun nuzul
1. Menjelaskan hikmah yang menuntut pemberlakuan suatu hukum
2. Mengkhususkan hukum suatu perkara yang menggunakan lafal umum
ketika hukum tersebut turun karena suatu sebab.
3. Apabila lafal ayat yang turun bersifat umum lalu ada dalil yang
mengkhususkan
4. Mengetahui asbabun nuzul ayat merupakan cara terbaik untuk memahami
makna-makna Al-Qur’an dan mengungkapkan kerumitan pada sejumlah
ayat-ayat dalam penafsirannya ketika asbabun nuzul ayat-ayat tersebut
tidak diketahui.
5. Asbabun nuzul menjelaskan terkait siapakah ayat Al-Qur’an itu
diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA