Anda di halaman 1dari 12

ASBABUN NUZUL

ABSTRAK

Al-Qur’an adalah kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW. Melalui malaikat jibril, Al-Qur’an dijadikan sebagai kitab Allah
yang menepati posisi pertama dan utama serta berfungsi sebagai petunjuk dan
pedoman bagi umat manusia. Salah satu dari ilmu ilmu mengenai al quran adalah
asbabun nuzul. Asbaban nuzul berfungsi membantu dan memahami ayat dan
menghilangkan kesulitan, untuk mengetahui ayat ini diturunkan kepada siapa,
sehingga tidak akan terjadi keraguan lagi.

Kata kunci: Al-Qur’an, Asbabannuzul,Tafsir

PENDAHULUAN

Mengetahui asbabun nuzul merupakan cara yang terbaik untuk memahami


makna makna Al-qur’an dan mengungkap kerumitan pada sejumlah ayat ayat
dalam penafsirannya. Namun mayoritas ulama tidak memberikan keistimewaan
khusus pada Azbabun nuzul. Sebab yang terpenting adalah redaksi ayat tersebut.
Sedangkan minoritas ulama menganggap penting dalam memahami ayat.

Kaidah yang digunakan mayoritas ulama adalah kaidah al ‘ibrah bi


‘umuumil lafzhy laa bi khushuushis sabab. Maksudnya adalah hukum dari ayat
Al-Qur’an diambil dari redaksinya yang bersifat umum, bukan dari sebab turunnya
yang khusus. Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullahu
Mengatakan “Jika turun satu ayat dengan sebab yang bersifat khusus dan redaksi
yang bersifat umum. Maka, hukum yang terkandung dari ayat tersebut mencakup
kasus sebab turunnya ayat tersebut dan mencakup semua yang dapat tercakup,
dalam redaksi yang bersifat umum. Karena Al-Qur’an turun sebagai hukum yang
bersifat umum untuk seluruh umat.

Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa’diy rahimahullahu mengatakan,


“Kaidah ini merupakan kaidah yang sangat bermanfaat. Dengan memperhatikan
nya seorang hamba akan mendapatkan kebaikan dan ilmu yang benar. Dengan
meninggalkan dan tidak memperhatikan kaidah ini, seseorang akan melewatkan
dari ilmu yang banyak, dan terjatuh dalam kekeliruan dan kerancuan yang
berbahaya.
Syaikh Manna’ Al-Qoththan rahimahullah berkata, ” Inilah pendapat yang
rajah (lebih kuat) dan lebih sohih (mendekati kebenaran). Pendapat ini selaras
dengan keumuman hukum-hukum syari’at dan hal ini merupakan metode yang
dipakai oleh para sahabat dan para mujtahid umat ini. Mereka memberlakukan
hokum ayat-ayat yang memiliki sebab-sebab tertentu kepada peristiwa-peristiwa
lain yang bukan merupakan sebab turunnya ayat-ayat tersebut.

Namun, sebagian ulama menetapkan suatu kaidah yaitu: ” Yang dijadikan


pegangan adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafal. Menurut Assuyuti,
mengetahui asbabun nuzul itu memperjelas pemahaman tentang proses penetapan
hukum (pentasyri’an). Maksudnya adalah bahwa kandungan hukum yang di tunjuk
oleh suatu ayat akan lebih mudah dipahami jika diawali dengan pemahaman tentang
asbabun nuzul ayat yang bersangkutan.

Ahmad Von Denfeer menjelaskan bahwa pengetahuan tentang asbabun


nuzul akan membantu seseorang dalam memahami konteks diturunkannya sebuah
ayat serta memberi penjelasan tentang implikasi sebuah firman. Hal ini berarti
bahwa dengan memahami asbabun nuzul , maka dalam menafsirkan maksud dari
suatu ayat dan mengaplikasikan sebuah firman itu dalam situasi yang berbeda dapat
lebih mudah dan meyakinkan.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul


Ada tiga definisi yang dikemukakan oleh ahli tafsir tentang Asbabun Nuzul:
1. Suatu peristiwa yang terjadi menjelang turunnya ayat. Sesuai dengan
pendapat Al-Zarqoni:
‫مانزلت االيات متحد ثته عنه أو مبيّنة لحكمه أيام وقوعه‬
2. Peristiwa-peristiwa pada masa ayat Al-Qur’an itu diturunkan (yaitu dalam
waktu 23 tahun), baik peristiwa itu terjadi sebelum atau sesudah ayat itu
diturunkan.
3. Peristiwa yang dicakup oleh suatu ayat, baik pada waktu 23 tahun itu
maupun yang terjadi sebelum atau sesudahnya. Ini sesuai dengan definisi
yang dikemukakan oleh Subhi Sholeh yang berbunyi
‫مانزلت االية أو اال يات بسيه متض ّمنة له أو مجيبة عنه أو ميِّّنةً لحكمه زمن وقوعه‬
Sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang
mengandung sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu, atau
menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.
Pengertian ketiga ini memberikan indikasi bahwa sebab turunnya suatu
ayat adakalanya berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk
pertanyaan. Satu ayat atau beberapa ayat yang turun untuk menerangkan
hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban
terhadap pertanyaan tertentu.
B. Redaksi yang Digunakan Asbabun Nuzul
Redaksi atau sighat yang digunakan untuk mengungkapkan Asabun Nuzul
berbeda-beda antara lain:
1. Ada yang jelas menunjukkan Asbabun Nuzul, misalnya:
.....‫سبت نزول االية كذا‬
2. Ada yang diungkapkan tidak dengan kata sebab, tetapi memakai “‫”ف‬
yang diletakkan pada ayat setelah suatu peristiwa diceritakan.
3. Ada yang dapat dipahami dari konteks ungkapan itu disampaikan.
Seperti jawaban Rasul terhadap suatu pertanyaan.1
4. Ada juga riwayat yang menggunakan redaksi:
‫نزلت هذه االية يف كذا‬
Akan tetapi, redaksi seperti ini tidak dapat dipastikan untuk menunjukkan
Asbabun Nuzul. Sighat ini mungkin dapat menjelaskan Asbabun Nuzul, tapi
juga dapat menjelaskan hukum yang ada padanya. Untuk menentukan
antara keduanya diperlukan dalil atau qarinah lain yang dapat membantu.
C. Kaidah Penarjihan Asbabun Nuzul
Ada ayat Al-Qur’an yang Asbabun Nuzul-nya lebih dari satu, da nada
pula satu sebab, tapi ada beberapa ayat yang turun.
Contoh yang pertama adalah Surah An-Nur ayat 6-7. Asbabun Nuzul
ayat tersebut ada dua, yaitu:

‫والذين يرمون أزواجهم ولم يكن لهم شهداء إال أنفسهم فشهادة أحدهمم أربع شهادات ب ّالّل إنه لمن‬
.‫ والخامسة أن لعنت ّلّلا عليه إن كان من الكاذبين‬.‫الصادقين‬

Dan orang-orang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak


mempunyai saksi selain dari diri mereka sendiri, maka persaksian orang
tersebut empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia
adalah orang-orang yang benar. Dan sumpah yang kelima: bahwa laknat
Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.
Adapun sebab turunnya ayat tersebut adalah:
1. Pertanyaan Ashim dan Uaimir kepada Rasul sehubungan dengan
mereka menemukan istrinya masing-masing melakukan perzinaan.
Peristiwa tersebut di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
2. Tuduhan Hilal bin Umayyah terhadap istrinya yang di tuduh berzina
dengan Syarik bin Sahna. Tuduhan tersebut terjadi di hadapan Nabi saw.

1
Abu Anwar, Ulumul Qur’an (Pekanbaru: Amzah, 2012), Hlm. 29-35
D. Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul
Ada beberapa manfaat dengan mengetahui Asbabun Nuzul, di antara yang
paling penting adalah;
a. Menjelaskan hikmah yang menuntut pemberlakuan suatu hukum, dan
mengetahui bahwa syariat itu menjaga maslahat-maslahat umum dalam
mengatasi berbagai peristiwa sebagai bentuk kasih sayang terhadap umat
manusia.
b. Mengkhususkan hukum suatu perkara yang menggunakan lafal umum
ketika hukum tersebut turun karena suatu sebab. Kaidah ini di pakai oleh
kalangan yang berpendapat bahwa acuan hukum adalah khususnya sebab,
bukan umumnya lafal. Ini persoalan perbedaan pandangan, seperti yang
akan di jelaskan pada pasal berikutnya. Contohnya adalah

ۖ‫ب‬ ِّ ‫س ابنَّ ُه ْم ِّب امفاازا ةٍ ِّمنا ْال اعذاا‬


‫اال تاحْ اسبا َّن الَّذِّينا يا ْف ارحُونا ِّب اما أات ْاوا اوي ُِّحبُّونا أ ا ْن يُحْ امدُوا ِّب اما لا ْم يا ْف اعلُوا فا اَل تاحْ ا‬
‫او ال ُه ْم اعذاابٌ أ ا ِّلي ٌم‬

“jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan


apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka di puji atas perbuatan
yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa
mereka akan lolos dari azab. Mereka akan mendapat azab yang yang
pedih.” (Ali Imran:188)

c. Apabila lafal ayat yang turun bersifat umum lalu ada dalil yang
mengkhususkannya, maka pengetahuan tentang Asbabun Nuzul sebatas
untuk mengkhususkan sesuatu yang melampaui gambaran sebab tersebut,
dan tidak di benarkan mengeluarkan sebab tersebut, karena masuknya
gambaran sebab dalam lafal umum bersifat qath’i,

ُ‫) يا ْو ام تا ْش اهد‬23( ‫اآلخ ارةِّ اولا ُه ْم اعذاابٌ اع ِّظي ٌم‬ ِّ ‫ت لُ ِّعنُوا فِّي الدُّ ْنياا او‬ ِّ ‫ت ْال ُمؤْ ِّمناا‬
ِّ ‫ت ْالغاافَِّل‬ ِّ ‫صناا‬‫إِّ َّن الَّذِّينا يا ْر ُمونا ْال ُمحْ ا‬
‫لّلا ه اُو ْال اح ُّق‬
‫لّلاُ دِّينا ُه ُم ْال اح َّق او اي ْعلا ُمونا أ ا َّن َّ ا‬
َّ ‫( يا ْو امئِّ ٍذ ي اُو ِّّفي ِّه ُم‬24( ‫اعلا ْي ِّه ْم أ ا ْل ِّسنات ُ ُه ْم اوأ ا ْيدِّي ِّه ْم اوأا ْر ُجلُ ُه ْم ِّب اما كاانُوا اي ْع املُونا‬
(25( ُ‫ْال ُم ِّبين‬
“sungguh, orang-orang menuduh perempuan-perempuan baik, yang
lengah dan beriman (dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat di dunia
dan di akhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar, pada hari
(ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu Allah
menyempurnakan balasan yang sebenarnya bagi mereka tahu bahwa
Allah Maha benar, Maha menjelaskan.” (An-Nur: 23-25).2

d. Mengetahui Asbabun Nuzul ayat merupakan cara terbaik untuk


memahami makna-makna Al-Qur’an dan mengungkapakan kerumitan
pada sejumlah ayat-ayat dalam penafsirannya katika Asbabun Nuzul ayat-
ayat tersebut tidak di ketahui.

Al-Wahidi berkata, “tidak mungkin mengetahui penafsiran suatu ayat tanpa


mengetahui kisah dan penjelasan Asbabun Nuzul-nya.”

Ibnu Daqiq Al-Id berkata, “Penjelasan Asbabun Nuzul adalah cara yang kuat
dalam memahami makna-makna Al-Qur’an.”

Ibnu Taimiyah berkata, “Mengetahui Asbabun Nuzul akan membantu


pemahaman terhadap ayat tertentu, karena sesungguhnya pengetahuan
terhadap sebab akan menurunkan pengetahuan terhadap musabah (akibat:
baca ayat).”

e. Asbabun Nuzul menjelaskan terkait siapakah ayat Al-Qur’an itu diturunkan,


agar tidak di terapkan pada yang lain karena dorongan permusuhan, seperti
yang di sebut terkait firman Allah:

‫لّلاا او ْي الكا ِّآم ْن ِّإ َّن‬ ِّ ‫ف لا ُك اما أات ا ِّعداانِّنِّي أ ا ْن أ ُ ْخ ار اج اوقادْ اخلا‬
ِّ ‫ت ْالقُ ُرونُ ِّم ْن قا ْب ِّلي او ُه اما يا ْستا ِّغيثا‬
َّ ‫ان‬ ٍ ّ ُ ‫اوالَّذِّي قاا ال ِّل اوا ِّلدا ْي ِّه أ‬
‫ير‬ ُ ‫اط‬ ‫لّلاِّ اح ٌّق فاياقُو ُل اما َٰ اهذاا ِّإ َّال أا ا‬
ِّ ‫س‬ َّ ‫او ْعدا‬

2
Manna’ Al-Qatthan, Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur,an (Jakarta Timur: Katalog, 2016), Hal. 126-131
‫ْاْل ا َّولِّينا‬

“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘Ah…! Apakah
kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan di bangkitkan
(dari kubur), padahal beberapa umat sebelumku telah terlalu? Lalu
kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah (seraya
berkata), ‘celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya, janji Allah itu
benar’. Lalu dia (anak itu) berkata, ‘ini hanyalah dongeng orang-orang
dahulu’.” (Al-Ahqaf: 17)

E. Hubungan Asbabun Nuzul dengan Penerapan Hukum yang


Terkandung dalam Suatu Ayat

Pada bagian ini ada dua pendapat yang mendasari tentang hubungan
Asbabun Nuzul dengan penerapan hukum yang terkandung dalam suatu
ayat Al-Qur’an, yaitu:

1. Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tertentu tidak hanya berlaku pada
kasus yang menjadi Asbabun Nuzul. Pendapat ini di dasari oleh suatu
kaidah:

‫العبرة بعموم اللفظ ال بخصوص السبب‬

Misalnya (QS. Al-Baqarah (2) ayat 222) yang berbunyi:

‫ط َّه ْرنا‬ ْ ‫يض ۖ او اال تا ْق اربُوه َُّن احتَّ َٰى اي‬


‫ط ُه ْرنا ۖ فاإِّذاا ت ا ا‬ ِّ ‫سا اء فِّي ْال ام ِّح‬ ِّ ‫او اي ْسأالُوناكا اع ِّن ْال ام ِّح‬
‫يض ۖ قُ ْل ه اُو أاذًى فاا ْعت ِّازلُوا النِّّ ا‬
ُّ‫لّلاا يُ ِّحبُّ التَّ َّوا ِّبينا اوي ُِّحب‬
َّ ‫لّلاُ ۚ ِّإ َّن‬ ُ ‫فاأْتُوه َُّن ِّم ْن احي‬
َّ ‫ْث أا ام ار ُك ُم‬
‫ْال ُمت ا ا‬
‫ط ِّ ّه ِّرينا‬

Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: Haid itu kotoran. Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan
janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Jika mereka sudah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri

2. Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tertentu atau khusus hanya berlaku
pada kasus yang menjadi sebab turunnya ayat itu. Pendapat ini berdasarkan
kaidah:
‫العبرة بخصوص السبب ال بعموم اللفظ‬
Contohnya adalah Surah Al-Lail ayat 17-21 yang berbunyi:
‫ ِّإالا ا ْبتِّغاا اء اوجْ ِّه‬. ‫و اما ِّْل ا اح ٍد ِّع ْنداهُ ِّم ْن نِّ ْع ام ٍة تُجْ زي‬. ‫لَّذِّي يُؤْ تِّي امالاهُ ايت ازا َّكي‬.‫سيُ اج َّنبُ اها ْاْلاتْقاى‬
‫او ا‬
‫ض‬
‫ف اي ْر ا‬ ‫س ْو ا‬ ‫ اولا ا‬.‫ار ِّبّ ِّه ْاْل ا ْعلا َٰى‬
Dan kelak pasti orang yang paling bertakwa itu di jauhkan dari neraka (17)
yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah) untuk membersihkannya (18)
padahal tidak ada seorang jua pun memberikan suatu nikmat kepadanya
yang harus di balasnya (19), tetapi, (dia memberikan itu semata-mata)
karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi (20) dan kelak benar-
benar dia mendapat kepuasan (21).
Al-Wahidi menyatakan bahwa ketakwaan Abu Bakar di akui oleh semua
mufasir, alasannya adalah:
1. Karena kata ‫ االتقي‬adalah isim tafdhil dan berbentuk mufrad atau tunggal.
Dan orang yang paling bertakwa adalah Abu Bakar karena memiliki
keunggulan dari yang lain, yaitu membebaskan para budak yang disiksa
karena menyebarkan ajaran Islam.
2. Lafaz ‫ أتقي‬di sertai ‫ الـ‬yang menunjukkan artikel tanda di maklumi atau isim
ma’rifah ( ‫ العهدية‬- ‫ ) ال‬tentunya kata ini di peruntukkan bagi orang yang
ayat tersebut turun padanya.
3. ‫ الـ‬dapat berlaku umum jika dia maushulah, ternyata huruf tersebut bukan
isim maushul karena tidak berhubungan dengan ‫أفعال التفضيل‬.
F. Acuan Untuk Mengetahui Asbabun Nuzul Ayat
Untuk mengetahui sebab turunnya ayat, para ulama mengacu pada
riwayat sahih dari Rasulullah SAW atau dari sahabat. sebab, kabar dari
seorang sahabat terkait hal seperti ini asalkan dinyatakan dengan tegas tidak
mungkin disampaikan berdasarkan pendapat, tapi hukumnya marfu’. Al-
Wahidi menuturkan, “tidak boleh menyatakan apapun terkait sebab turunnya
ayat Al-Qur’an melainkan berdasarkan riwayat dan dalil dari orang-orang
yang menyaksikan turunnya ayat, mengetahui sebab-sebabnya, dan mencari
tahu ilmunya, lalu mereka menemukan apa yang mereka cari”.
Inilah metode salaf. Mereka menjaga diri untuk mengatakan sesuatupun
terkait sebab turunnya ayatnya tanpa terlebih dahulu memastikan
kebenarannya. Muhammad bin Sirin berkata, “ Aku bertanya kepada Abidah
tentang suatu ayat Al-Qur’an, lalu ia berkata, ‘Takutlah kepada Allah dan
katakana yang benar, karena orang-orang yang mengetahui terkait apa
(ayyat-ayat) yang diturunkan Allah, semuanya telah tiada’.” Orang-orang
yang ia maksudkan adalah para sahabat.
Jika memang benar perkataan ini diucapkan oleh Ibnu Sirin yang
merupakan salah satu tokoh terkemuka ulama tabi’in, demi memastikan
kebenaran riwayat dan jeli dalam memutuskan terkait hal ini, berarti kata-
kata ini menunjukkan wajibnya mengacu pada asbabun nuzul yang sahih.
Untuk itu, acuan dalam persoalan ini adalah riwayat yang bersumber dari
perkataan-perkataan sahabat, selama redaksinya mengikuti pola musnad,
dimana redaksinya kuat sebagai asbabun nuzul.
As-Sayuti berpendapat bahwa perkataan seorang tabi’in dalam masalah
asbabun nuzul, apabila dinyatakan secara tegas ,maka bisa diterima. Hanya
saja, riwayat seperti ini termasuk dalam kategori riwayat mursal jika
memang rangkaian sanadnya benar terhubung kepada seorang tabi’in
tersebut dan ia sendiri termasuk salah satu imam tafsir yang berguru kepada
para sahabat, seperti Mujahid, Ikrimah, dan Sa’id bin Jubair, dan dikuatkan
riwayat mursal lainnya.
Al-Wahidi mengkritik para ulama dimasanya yang terlalu gampang
dalam meriwayatkan asbabun nuzul. Al-Wahidi bahkan menuduh mereka
berdusta dan mengingatkan mereka dengan ancaman yang keras. Ia berkata,
“saat ini, semua orang bisa mengarang dan membuat-buat kebohongan
seraya melemparkan tali kendalinya kepada kebodohan tanpa memikirkan
ancaman bagi orang yang bodoh terhadap sebab turunnya ayat.
PENUTUP
Kesimpulan
Ada tiga definisi yang dikemukakan oleh ahli tafsir tentang asbabun nuzul
1. Suatu peristiwa yang terjadi menjelang turunnya ayat
2. Peristiwa-peristiwa pada masa ayat Al-Qur’an diturunkan (yaitu dalam
waktu 23 tahun)
3. Peristiwa yang dicakup oleh suatu ayat
Manfaat asbabun nuzul
1. Menjelaskan hikmah yang menuntut pemberlakuan suatu hukum
2. Mengkhususkan hukum suatu perkara yang menggunakan lafal umum
ketika hukum tersebut turun karena suatu sebab.
3. Apabila lafal ayat yang turun bersifat umum lalu ada dalil yang
mengkhususkan
4. Mengetahui asbabun nuzul ayat merupakan cara terbaik untuk memahami
makna-makna Al-Qur’an dan mengungkapkan kerumitan pada sejumlah
ayat-ayat dalam penafsirannya ketika asbabun nuzul ayat-ayat tersebut
tidak diketahui.
5. Asbabun nuzul menjelaskan terkait siapakah ayat Al-Qur’an itu
diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qatthan, Manna. 2017, Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an. Jakarta Timur: Katalog

Anwar, Abu. 2012, Ulumul Qur’an. Pekanbaru: Amzah

Anwar, R. 2007, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai