PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Kata tafsir mengikuti polataf’il berasal dari kata al-fasr (f, s, r ) yang berarti
“menjelaskan, menyiapkan, dan menampakkan atau menerangkan makna abstrak.”
Kata al-tafsir dan al-fasr mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang yang
tertutup. Dalam lisan al-arab dinyatakan bahwa kata al-fasr berarti menyingkap
sesuatu yang tertutup.
B. RumusanMasalah
1. Apakahpengertianmetodetafsir
2. Apakahmacam – macammetodetafsirdaribeberapaseginya
3. Apakahmetodetafsirkontempoler
4. Apakahhermeunetika al – quran
C. Tujuan
1. Agar dapatmengetahuipengertianmetodetafsir
2. Agar dapatmengetahuimetodetafsirdaribeberapaseginya
3. Agar dapatmengetahuitafsirkontenpoler
4. Agar dapatmengetahuihermeuunetika
BAB II
PEMBAHASAN
A. GAYA DAN SISTEMATIKA TAFSIR
METODE YANG DIGUNAKAN DALAM ILMU TAFSIR Dalam hasil karya para
mufasir, mereka sering berbeda dalam memberikan istilah untuk tafsir masing-
masing. Istilah-istilah tersebut, yaitu al-itijüł
adl-manhaj, al-uslůb, dan ath-tharigah. Keempat istilah itu tidak dipakai oleh
mufasir pada awal masa Islam. Begitu pula pada masa sekarang, belum ada
kesepakatan mengenai istilah-istilah tersebut sehingga digunakan secara
tumpang tindih, padahal yang dibahas adalah istilah yang sama. Oleh sebab
tu, sebelum lebih lanjut membahas metode yang digunakan dalam ilmu
tabsir, dijelaskan terlebih dahulu keempat istilah tersebut untuk memudahkan
pemahaman dan memberikan arahan.
1. Al-Ittijâh
a) Pengertian
Menurut bahasa, al-ittijah berasal dari kata ittajaha-yattajihu-
ittijühan yang artinya tujuan atau arah. Sementara itu menurut istilah, al-
itijáh ialah tujuan pandangan mufasir yang dijadikan alat bantu dalam
membedah tafśirnya.
b) Ciri-Ciri
Hal yang ditekankan adalah mazhab akidah mufasir, seperti tafsir
salaf, tafir tazilah, atau tafsir Al-Asyari. Di samping itu, tafsir juga dililhat
dari disiplian yang mewarnainya. Contohnya adalah sebagai berikut.
2. Al-Manhaj
a) Pengertian
Menurut bahasa, al-manhaj berasal dari kata nahaja-yanhaje
manhajan yang artinya jalan yang dilalui untuk sampai ke tujuan yang hendak
dicapai Sementara itu menurut istilah, al-manhaj ialah acuan yang menjadi
pegangan nenafsirkan sehingga dengan acuan tersebut mufasir dapat
mencapai tujuannya.
b) Ciri-Ciri
Mufasir menekankan pada salah satu metode yang dijadikan sebagai
pisau bedah tafsirnya. Misalnya, mufasir membedah dengan pisau bedah
semantik, sastra, atau semiotika. Dengan demikian, pembahasan tentang al-
manhaj akan menemukan kesamaan dengan al-ittijâh. Akan tetapi, penekanan
dalam al manhaj adalah perangkat-perangkat yang digunakan untuk menjadi
petunju jalannya tafsir. Sementara itu, al-ittijâh lebih dipengaruhi oleh disiplin
ilmu yang digunakan mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran. J
3. Al-Uslub
a) Pengertian
Menurut bahasa, al-uslúb berasal dari kata salaba-yaslubu-salaban
yang artinya jalan, metode, teknik, bentuk, atau gaya. Selain itu, al-uslúb juga
berarti gaya penulisan atau ekspresi. Sementara itu menurut istilah, al uslab
ialah metode untuk menemukan arti yang terkandung tanpa keluar dari rel
yang telah ditentukan
b) Ciri-Ciri
Tafsir akan di ketahui metodenya dengan melihat bagaimana ayat-
ayat Alquran ditafsirkan. Apabila ditafsirkan dari segi kosakata saja, disebut
tafsir at-tahlili dengan mengambil penjelasan globalnya saja, disebut tafsir
pabila ditafsirkan dengan mengomparatifkan dengan ayat atau hadis
yang lain, disebut tafsir al-mugåran; dan apabila ditafsiırkan dengan
menekankan pada topik yang terkandung, disebut tafsir al-maudhi'i
4. Ath-Thariqah
a) Pengertian
Menurut bahasa, ath-thariqah berasal dari kata tharaąa-yathruqu-
tharigatun yang artinya jalan yang harus dilalui oleh mufasir untuk
memahami dan menafsirkan teks. Sementara itu menurut istilah, ath-
tharigah ialah pisau dan bedah yang digunakan mufasir untuk memahami
lalu menafsirkan ayat-ayat Alquran
b) Ciri-Ciri
Berdasarkan pisau bedah (ath-thariqah) yang digunakan, tafsir
dikelompokkan ke dalam dua kategori berikut.
1) Tafsir bi al-ma'tsûr. Tafsir ini menggunakan riwayat sebagai alat bantu.
2) Taafsir bi ar-ra'yi. Tafsir ini menggunakan ijtihad sebagai alat bantu.
5. Analogi Mengenai Keempat Metode
Agar lebih mudah memahami tentang empat metode yang telah
dijabarkan,
nya keempat metode tersebut dibuat analogi sebagai berikut:
Seseorang yang hendak menuju suatu kota sedang menimbang. jalur yang
akan ditempuh, entah melalui jalan darat, laut, atau udara. deskripsi singkat
tersebut dapat disimpulkan bahwa kota yang hendak di tuju merupakan tujuan
(al-ittijah), sementara jalur yang hendak ditempuł al-manhaj
Selanjutnya, apabila dalam perjalanan ia melihat pemandangan
keseluruhan, detail, atau membandingkannya dengan pemandangan l
ia dapat menyimpulkan apa yang dilihat; hal itu merupakan al-uslab. Sem itu,
apabila orang tersebut memilih jalan darat lalu ketika melewati sel ia
beristirahat sambil melihat-lihat pemandangan, hal itu dianalogikan dengan
ath-thariqah
6. Penerapan Istilah dalam Tafsir
Tujuan atau a-itijäh berkaitan dengan akidah, yang selanjutnya disebut
al-itiä al-'aqadi. Dalam penetapan akidah, setiap mufasir memiliki cara
tersendiri. Jika mufasir menggunakan akidah Ahlussunnah wa Al-Jama'ah,
manhaąj-nya adalah manhaj Ahlussunnah wa Al-Jama'ah. Begitu pula jika
mufasir menggunakan akidah Syiah, Mu'tazilah, atau tasawuf.
Selanjutnya, setiap mufasir menggunakan gaya yang berbeda-beda.
Dengan demikian, meskipun al-manhaj yang digunakan sama, gaya
menafsirkannya berbeda. Oleh sebab itu, sebagian mufasir ada yang memulai
tafsirnya dengan mengemukakan suatu ayat lalu menjelaskan kosakata, diikuti
dengan makna global, kemudian meng-istinbâth-kannya Berbeda dengan yang
lain, ada yang mengemukakan suatu ayat lalu membedakan antara kosakata dan
makna global. Selain itu, ada pula yang gumpulkan sejumlah ayat yang
memiliki ruang lingkup pembahasan yang sama lalu menafsirkannya tanpa
mengikuti tata urutan ayat dalam mushat.
Dengan kata lain, yang menjadi perhatian pokoknya adalah topik, bukan
tata urutan ayat Di sisi lain, ada gaya penafsiran yang hanya menyajikan
pendapat para mufasir, mengomparasikannya, dan memilih pendapat yang
paling shahih tersebut merupakan ath-thariqah atau al-uslüb. Pada
perkembangan
Semua gaya tnya, antara selanjutnya dikuntkan dengan pendapat
Muhammad Ahdulah jabr bahwa ra ath-thariqah mufasir dan al-uslúb tafsir
diberlakukan sama. tkan dengan pendapat Muhammad Abdullah Jabr bahwa
ialah jalan (ath-thariqah) dalam mengungkapkan kata-kata, menulis, atau
ekspresi.
B. GAYA DAN SISTEMATIKA TAFSIR (METODE TAFSIR)
sebelumnya telah dijelaskan tentang al-ttijüh, al-manhá, ath-tharigah, dan al
uslub yang seringkali digunakan secara tumpang tindih. Misalnya, Fahdi
al-uslib Abdurrahman Ar-Rumi menyejajarkan al-uslib dengan ath-tharigeh untuk
mengacu kepada metode tafsir:, Nasarudin Baidan dl-manhaj untuk mengacu
kepada metode tafsir5 dan Muhammad An- syie menggunakan istilah al-manháj
untuk mengacu kepada ath-thariah. benjelasan di atas mengenai al-uslůb, ath-
thariqah, dan al-manhâj, in menyejajarkan ath-tharigah Rerdasarkan p ulkan bahwa
ketiga kata tersebut mengandung pengertian metode. dapat disimp
Selanjutnya, istilah-istilah tersebut mengacu kepada metode tafsir. Metode
alah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud, atau
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu kegiatan
guna mencapai suatu tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Yunani,
yaitu methodos yang berarti cara atau jalan. Selanjutnya, diserap ke
dalam bahasa Inggris menjadi method. Sementara itu dalam bahasa Arab,
metode diterjemahkan dengan thariqah atau manhaj
Metode dapat digunakan untuk herbagai objek sehingga metode r salah satu
sarana untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. itu, studi Alquran tidak
lepas dari metode benar tentang apa yang dimaksudkan Allah di dalam ayat-a
diturunkan kepada Nabi Muhammad. Oleh sebab untuk mencapai pemahama yat
Alguran
Metode tafsir berisikan seperangkat kaidah yang harus dikuti ketik menafsirkan
ayat-ayat Alquran. Tanpa menggunakan metode tertentu, ses bisa saja keliru
menafsirkan.
Sementara itu, dapat dikatakan bahwa metode merupakan penjabara
pendekatan. Pendekatan memberikan gambaran konsep dasar yang mamu
yang mampu mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode tafsir.
Sehub ungan alam ilmu dengan penggunannya, ada dua istilah yang sering
digunakan dalam limu tafsir.
1. Metode tasir, yaitu cara yang digunakan untuk menafsirkan Alquran.
Metodologi tafsir, yaitu disiplin ilmu yang membahas tentang cara
nafsirkan Alquran.
2. Dengan demikian, metode tafsir merupakan kerangka atau kaidah yang
digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran. Sementara itu, metodologi
tafsir merupakan pembahasan ilmiah tentang metode-metode tafsir Alquran"
dan berkedudukan sebagai jalan yang harus ditempuh jika ingin sampai kepada
tujuan. Selanjutnya, tujuan disebut corak tafsir sehingga bagaimana pun bentuk
tafsir akan mencapai suatu corak tertentu.
Sementara itu, berbicara mengenai metode tafsir, ada empat macam, yaitu
tafsir al-ijmâli (metode global), tafsir at-tahlili (metode analitis), tafsir al-mugâram
(metode komparatif), dan tafsir al-maudhů'i (metode tematik). Metode tatsir
yang mula-mula muncul adalah tafsir al-ijmáli yang kemudian dikuti oleh tatsir
a-tahli dengan mengambil bentuk tafsir bi alma'tsar. Selanjutnya, tafsir at-tahlili
Berkembang dan mengambil bentuk tafsit biarta'y. Tatsit barra'yit kemudian
kembangan yang pesat sehinga mengkhususkan kajtiannya dalam
tertentu,sepertifiqh,tasawuf, nahwu, dan balaghah. Bentuk ini kemudian
mengilhami munculnya tafsir al-madhi'i yang dikuti oleh tafsir al-muqaran
1. Tafsir al-ijmali (metode global)
a) Pengertian
Tafsir al-ijmali ialah menafsirkan Alquran dengan cara yang global dan
singkat. dalam metode ini, bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan
enak sistematika penulisannya mengikuti susunan ayat dalam mushaf, serta
penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-qur’an mufasir
menjelaskan makna umum yang terkandung dalam ayat tanpa menjelaskan
perangkat angkat pendukungnya secara detail, seperti irdb atau balaghah.
b) Ciri-Ciri
Tafsir al-ijmáli memiliki cara kerja tersendiri yang berbeda dengan
metode-metode tafsir lainnya. Berikut ini cara kerja tafsir al-ijmáal.
1) Mengikuti urutan ayat sesuai dengan urutan yang ada dalam mushaf.
2) Lebih menyerupai terjemah maknawi sehingga mufasir tidak berpegang
pada makna kosakata.
3) Mufasir lebih menekankan pada penjelasan makna umum.
4) Apabila dibutuhkan, mufasir mengemukakan alat bantu, seperti asbib
an-nuzůl.
5) Peenatsirannya tidak begitu jauh dengan siyâq Alquran. Begitu pula
dengan
bentuk kosakata dan ujaran yang digunakan.
c) Keumuman Penggunaan
Metode ini memilki ikatan yang erat antara kosakata teks dan kosakata
tafsir. Selain itu, metode ini layak untuk digunakan dalam ceramah,
khuthabah mukadimnh, atau samburan pidato Hal itu karena bahasa yang
digunakan cenderung singkat dan tidak membosankan, bahkan tidak tidak
menyadari sedang membaca tafsir. Oleh sebab itu, metode ini lebih
menyentuh pembaca..
d) Contoh Karya yang Menggunakan Tafsir Al-Ijmali
Hal yang perlu diperhatikan dari metode ini adalah uraian yang rin tidak
membutuhkan banyak halaman. Beberapa karya tafsir yang menggunakan
metode global, antara lain Tafsir Al Jalalam karya dua mann Jalaluddigun
kan Tanwir Al Migbás yang disandarkan kepada Abdullah bin Abbas (w. 68
H dan dikumpulkan oleh Majduddin Abu Thahir Muhammad bin Yalo
Fairuzabadi (w. 817 H), Tafsir Kalam Al-Manmıan karya Abdurrahman bin s
At- Tafsir fi Ahádts At- Tafstr karya Muhammad Al-Makki An-Nashin Al-
Maná Al-Imali karya Abu Bakr Al-Jazairi.
2. Tafsir At-Tahlili (Metode Analitis)
a) Pengertian
Menurut bahasa, a-tahli berasal dari kata hallala-yuhalihu-tahlilan yang
artinya melepas, mengurai, keluar, atau menganalisis. Sementara itu
menurut istilah, tafsir at-tahlilt ialah menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan
memaparkan segala aspek yang bersinggungan dengan ayat serta
menerangkan makna yang tercaku sesuai dengan keahlian mufasir.12
Metode ini menerangkan arti ayat-ayat Alquran dari berbagai segi sesuai
urutan surah dalam mushaf dengan mengedepankan kandungan kosakata.
hubungan antarayat, hubungan antarsurah, asbâb an-nuzúl, hadis-hadis yang
berhubungan, pendapat para ulama salaf, serta pendapatnya sendiri.
b) Ciri-Ciri
Bentuk tafsir metode ini dapat berbentuk tafsir bial-ma'tsûr dan tafsir bi
ar-ra’yi Hal itu karena mufasir dapat menafsirkan secara
menyeluruh.Mufasir juga dapat menafsirkan ayat demi avat dengan
mengikuth tafstr Nabi . sahabat.
atabi tabr' in. Selain itu, mufasir dapat menafsirkan sesuai dengan
yang menjadi keahliannya. Berikut ini ciri-ciri yang melekat pada analitis.
1) Ayat-ayat ditafsirkan sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf
2) Penjelasannya sedikit demi sedikit karena segala segi ditelti, seperti
kosa-
ata, munasabah (hubungan), tata bahasa, atau asháb an-nuzul
3) Menggunakan alat bantu yang efektif berupa disiplin ilmu yang menjadi
keahlian mufasir.
4) Menekankan pengertian filologi sebagai acuan awal.
5) Ayat atau hadis lain yang memiliki kosakata yang sama digunakan
sebagai
batu loncatan.
6) Mengamati konteks nash untuk menemukan pemahaman ayat.
b) Ciri-Ciri
Tema menjadi hal yang paling menonjol dalam tafsir ini.
Berikut ini chn-cin yang terdapat dalam tafsir al-maudhu'i
1) Mufasir tidak memandang urutan ayat dalam mushaf
2) Ayat dikumpulkan sesuai tema yang akan dibahas.
3) Pemilihan tema tertentu menjadi sangat menonjol
4) Petunjuk yang termuat dalam ayat dijadikan sumber kajian.
5) Membahas seluruh permasalahan yang tercakup dalam tema.
c) Jenis Tafsir Al-Maudhû'î
Tafsir al-maudhů'i dibedakan menjadi dua, yaitu tafsir al-
maudhů'i umum dan tafsir al-maudhu'i khusus. Pembahasan tafsir al-
maudhů't umum mencakup seluruh Alquran, yaitu menafsirkan
semua ayat yang bertema sama. Sementara itu, pembahasan tafsir al-
maudhů'i khusus mencakup sebagian ayat Alquran yaitu menafsirkan
sebagian ayat yang bertema sama
Selanjutnya, berdasarkan cara kerja yang dilakukan mufasir,
tafsir al-mnudhi dikelompokkan menjadi tiga
1) Tema yang dibahas terdapat di sela-sela Alquran, seperti
membahas katahaqq atau sabar Langkah pertama yang
dilakukan mufasir adalah mengeumpulkan selorab serta
derivasinya. Selanjutnya, la meneliti mumasabah serta setiap
ayat agar ditemukan pemahaman yang lebih utuh Contoh tatsir
model ini adalah Kalimah al-haqqi fi al-qur’anil karim karya
muhammad bin abdurrahman ar rawi dan ash shabr fi al-qur’an
karya Yusuf Qardhawi.
2) Pengumpulan ayat Alquran yang membicarakan permasalahan
tertentu mengumpulkan seluruh ayat Alquran dengan
memfokuskan perhatian pada permasalahan yang dikaji.
Munasabah serta dalalah tidak begitu hatikan. Contoh tafsir
model ini adalah An-Nasth wa Al-Mansakh Laa Abu Ja far An-
Nuhasi Ahmad bin Muhammad bin Ismail bin Yunus Al-Muradi,
I'rab Al-Qur'ân karya Muhyiddin bin Ahmad Mushthafa, Ar-
Tarbiyah fi Kitab Allâh karya Mahmud Abdul Wahhab, dan Al-
Qur an wa Ath-Thibb karya Muhammad Washafi.
3) Mufasir memilih topik tertentu dalam suatu surah.
Setelah menentukan topik, mufasir meneliti surah yang
dipilihnya. Hal itu karena setiap surah memiliki karakteristik
serta tujuan tertentu. Contoh tafsir model ini adalah Tashwir Al-
Ulahiyah kamá Td'arradhahu Surah Al An'am karya Ibrahim Al-
Kailani, Qadhaya Al'Aqidah fi Dhau Surah Qaf karya Kamal
Muhammad Isa, dan Qadhaya Al-Mar'ah fi Surah An-Nisa karya
Muhammad Yusuf.
d) Bentuk Tafsir Al-Maudhu'i
Tafstr al-maudhů't sebenarnya telah muncul sejak masa Nabi.
Akan tetapi, penamannya baru muncul sekitar abad XIV Hijriah.
Tafsir al-maudha't di- bedakan menjadi empat kelompok
1. tafsir Alquran dengan Alquran, yaitu mufasir mengumpulkan
ayat-ayat Al- quran yang membahas tentang suatu tema lalu
menafsirkannya dengan serta manfaatnya nyata karena tidak
banyak dipengaruhi oleh mufasir dan menunjukkan keutuhan
Alquran
2. Tafsir ayat-ayat hukum, yaitu mufasir mengumpulkan a
berhubungan dengan hukum-hukum figh lalu membahasnya
dalam tanpa membahas ayat-ayat lain secara mendetail. Contoh
model ini adalah Tafsir Al-Qurthubi. ayat-ayat yan,g secara men
3. Tafsir ayat-ayat yang memilki keserupaan, yaitu mufasir
mengumpul kosakata yang terdapat dalam berbagai ayat yang
membicarakan tema tertentu. Selanjutnya, ayat-ayat tersebut
diteliti dan dibandin dengan ayat lain yang memiliki kosakata
yang sama untuk ditemulk makna kosakata yang sesuai dengan
maksud ayat. Contoh tafsir model adalah Tafsir Al-Asybah wa
An-Nazhair karya Muqatil bin Sulaiman.
4. Studi interpretatif, yaitu mufasir mengumpulkan ayat-ayat
Alquran yang memiliki tema sama lalu menelitinya. Kesamaan
tema tersebut bisa tentang nasakh-mansůkh, sumpah, atau
metafora. Contoh tafsir model inadalah An-Násith wa Al Mansikh
karya Abu Ubaidah Al-Qasim bin Salam. Tawdl Al-Musykal Al-
Qur'an karya Ibnu Qutaibah, Amtsal Al-Queran karya Al-
Mawardi, dan At- Tibyán fi Aqsám Al-Qur'án karya Ibnu Al-
Qayyim
e) Karya-Karya yang Menggunakan Tafsir Al-Maudhu'i Berikut ini
beberapa contoh karya tafsir al-maudhů'i
1) Tafsir Alquran dengan Alquran, seperti Surah Al-An'âm (6) ayat
59
ditafsirkan dengan Surah Luqmân (31) ayat 34 (hal ini terdapat
dalam Shahih Al-Bukhâri, 6/56, nomor 4627)18 dan Surah Al-
An'âm (6) ayat 82 18 Teksnya adalah sebagai berikut.
Dari Salim bin Abdillah dari ayahnya bahwasanya Rasulullahs
bersabda, "Kunci-k yang ghaib (QS. Al-An'am (6): 59) ada lima
sebagamana firman Allah: Sesiungguhnya hanya di sisi Allah
ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menununkan hujan, dan
mengetah ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang
dapat mengetahui (dengan pasti)a yamg akan dikerjakannya
besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahi di bumi
mana ia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha
Mengenal."