Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MUHAMMAD QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH

Disusun Oleh

Kelompok 12 :

Heru Prasetyo 1842115015


Rahmaan Khairul Anwar 1842115008
M. Taufik Ibrahim 1842115013

Dosen pengampu: Dr. Mursalim, M.Ag

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SAMARINDA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi suatu keniscayaan bagi umat Islam bahwa di setiap zaman akan muncul sosok
pembaharu yang menawarkan solusi-solusi cerdas dalam rangka memajukan umat Islam.
Kemunculannya merupakan suatu keniscayaan atas perubahan pola pikir manusia terhadap
problematika hidup yang dilaluinya. Kemunculan sosok pembaharu dalam dunia Islam, sebagian
besar terinspirasi oleh kedudukan al-Quran sebagai panduan umat Islam yang salih likulli zaman wal
makan. 1 Fakta inilah yang kemudian melahirkan para penafsir al-Quran yang kemunculannya tidak
lepas dari latar belakang mengomentari dan memberi solusi atas problematika sosial yang
dihadapinya. Pemahaman dan penafsiran al-Quran yang kemudian menghasilkan karyakarya tafsir
juga tidak bisa lepas dari latar ideologis yang diyakini seorang Mufasir. 2

Terkait dengan proses memahami dan menafsirkan al-Quran, dalam bentangan sejarah telah
memunculkan banyak sarjana Muslim yang konsep dalam bidang tafsir, baik dari masa klasik ataupun
masa modern. Dari itulah kemudian muncul gagasan, metode, corak tafsir, yang kesemuanya didasari
atas kegelisahannya dengan problematika tafsir dan sosial lingkungan yang dihadapi oleh para
Mufasir.3 Salah satu yang menarik dalam hal kajian tafsir kontemporer di Nusantara adalah Tafsir
AlMishbah karya M. Quraish Shihab. Tafsir yang merupakan karya mounumental salah satu ulama
masyhur di Indonesia – bahkan dunia – ini cukup menarik untuk dikaji. Karena dalam tafsir Al-
Mishbah, selain mengulas secara apik hal-hal yang bersifat tekstualis, tafsir ini juga mengedepankan
rasionalitas al-Quran. Hal lain yang menjadi menarik untuk dikaji dalam tafsir al-Mishbah adalah sisi
lokalitas dengan beragam rujukannya. Tulisan ini akan menelaah dan menganalisa tafsir al-Mishbah
karya Quraish Shihab, dari sisi tekstualitas, rasionalitas dan lokalitas penafsiran di alamnya.

Sebagai poin tambahan, makalah ini juga hendak menganalisa sisi apa yang berbede dalam
tafsir alMishbah dengan tafsir-tafsir yang lainnya, seperti keragaman penggunaan rujukan, sekaligus
mengetahui kelebihan secara umum dan kekurangankekurangannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Bigrafi Muhammad Quraish Shihab?

2. Bagaimana Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Misbah?

3. Apa Metode dan Corak yang Digunakan dalam Tafsir Al-Misbah?

4. Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Al-Misbah?

BAB II
1
Rohiman, Jihad: Makna dan Hikmah, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), hal. 12.
2
Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: LkiS, 2010), hal. 13.
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Muhammad Quraish Shihab

Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab, dilahirkan di Kabupaten Sindenreng


Rappang (sindrap) provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944. Beliau berasal dari
keluarga sederhana dan sangat kuat berpegang kepada agama, meskipun beliau dilahirkan di luar
Pulau Jawa, namun tradisi Quraish Shihab sekeluarga adalah Nahdiyyin. Ayahnya Habib
Abdurrahman Shihab (19051986) seorang ulama Tafsir, mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Alaudin Ujung Pandang Provinsi Sulawesi Selatan (1972-1977), dan ikut serta dalam
mendirikan UMI (Universitas Muslimin Indonesia) di Ujung Pandang dan menjadi ketua (1959-
1965). 1 M. Qurais Shihab didampingi seorang istri yang bernama Fatmawati, dan dikaruniai lima
orang anak, masing-masing bernama Najeela Shihab, Najwa Shihab, Nasyawa Shihab, Nahla Sihab
dan Ahmad Shihab.

1. Riwayat Hidup

Benih kecintaannya terhadap bidang studi tafsir atau keilmuan Al-Qur’an telah di didik oleh
ayahnya sejak Quraish Shihab masih kecil untuk mencintai Al-Qur’an, diantaranya dengan mengikuti
pengajian Al-Qur’an yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Pendidikan Formal pada tingkat dasar atau
SD beliau selesaikan di Ujung pandang, kemudian Quraish Shihab dikirim ayahnya ke pesantren pada
tingkat menengah di pondok Pesantren Darul Hadith al-Faqihiyyah Malang, Jawa Timur, dengan Al-
Habib Abdul Qadir Bilfaqih (1316H-1382H) untuk mendalami studi ke Islamannya. Pada tahun 1958
Ayahnya mengirim beliau ke Al-Azhar, Cairo, untuk melanjutkan di kelas dua tsanawiyah, dan
berlangsung sampai melanjutkan pendidikan selanjutnya beliau belajar di Universitas Al-Azhar pada
fakultas Ushuluddin dengan jurusan Tafsir dan Hadis. Hingga pada tahun 1967 beliau meraih gelar
LC (Tingkat S1). Tidak hanya selesai pada gelar LC, beliaupun melanjutkan pendidikan ke jenjang
selanjutnya, dan di tahun 1969 beliau berhasil meraih gelar M.A pada jurusan yang sama yaitu Tafsir
dan Hadis. Selesai pada masa pendidikan formalnya, pada tahun 1973 beliau kembali ke Ujung
Pandang untuk membantu ayahnya yang menjabat sebagai rektor IAIN Alauddin. Pada waktu itu
beliau menjabat sebagi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan, sampai tahun 1980.

Dan selain dari pada tugas dalam jabatan resminya, beliau juga merangkap untuk melakukan hal-
hal lainnya, seperti menjadi koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian
Timur dalam bidang pembembinaan mental, dan menyelesaikan tugas penelitian antara lain
Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia (1975), dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan
(1978). Pada tahun 1980, M. Quraish Shihab kembali ke Kairo Mesir untuk melanjutkan studi di
Universiti al-Azhar. Pada tahun 1982melalui tesisnya yang berjudul “Nazham alDurar li al-Baqa’i:
’Tahqiq wa Dirasah”. Beliau berhasil mendapatkanl gelar Doktor Falsafah dalam bidang ilmu-ilmu
alQur ‟an dengan nilai tertinggi Summa cum Laude disertai dengan penghargaan peringkat pertama
(Mumtaz ma’a martabat al-ataraf al-ula). Dengan pencapaiannya tersebut beliau tercatat sebagai orang
pertama dari Asia Tenggara yang meraih gelar Doktor Falsafah dalam ilmu-ilmu al-Qur‟an dari
Universiti al-Azhar, Mesir. Setelah usai masa pendidikannya di Mesir, beliau memulai kembali
karirnya yang mendapati tugas sebagai dosen di IAIN Jakartapada Fakultas Ushuluddin dengan
bidang Tafsir dan Ulumul Qur‟an sampai tahun 1998.

2. Karya - karya ilmiah Muhammad Quraish Shihab

Sebagai mufassir kontemporer dan penulis yang produktif, M. Quraish Shihab telah menghasilkan
berbagai karya yang telah banyak diterbitkan dan dipublikasikan. Diantara karya karyanya, yaitu:

 Al-Manar: Keistimewan dan Kelemahannya, tahun 1984 diterbitkan di IAIN Alauddin Ujung
Pandang.

 Filsafat Hukum Islam, tahun 1987 diterbitkan Departemen Agama RI. Di Jakarta.

 Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Maysarakat, tahun
1994 diterbitkan oleh penerbit Mizan Bandung.

B. Latar belakang penulisan kitab Tasfir Al-Misbah

Pada bagian kata penutup dalam kitab Tafsir Al-Misbah dikatakan bahwa pada mulanya
Quraish Shihab hanya bermaksud menulis kitab secara sederhana dan kiranya tidak lebih dari tiga
volume saja, tetapi kenikmatan rohani penulis yang terasa ketika bersama Al-Qur’an mengantar
penulis untuk mengkaji, membaca, dan membaca hingga sampai pada akhirnya ternyata karnyanya
mencapai 15 volume. Adapun latar belakang yang menjadikan alasan penulis untuk bertekad
menghadirkan sebuah karya yang dapat memberikan banyak manfaat pada masyarakat yaitu
dirasakannya pada melemahnya kajian Al-Qur’an pada masyarakat sehingga menjadikan Al-Qur’an
tidak lagi dirasakan sebagai pedoman hidup dan sumber rujukan dalam mengambil suatu keputusan,
hal ini salah satu alasan dalam penulisan tafsir Al-Misbah. Selain itu, karena menurutnya masyarakat
lebih tertarik pada lantunan bacaan Al-Qur’an saja tidak pada memahami isi kandungannya, seakan-
akan Al-Qur’an diturunkan hanya untuk dibaca. Adapun beberapa tujuan lain dari penulisan Tafsir
AlMisbah karya M.Quraish Shihab diantaranya:

 Pertama, Memudahkan umat Islam dalam memahami isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an
dengan cara menjelaskan secara rinci pesan-pesan dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan
perkembangan kehidupan manusia.
 Kedua, Terdapat kekeliruan pada umat Islam dalam memahami makna fungsi Al-Qur’an,
seperti dalam mengulangulangnya baca Al-Qur’an tetapi tidak memahami kandungan yang
terdapat dalam bacaannya. Karna itu perlunya menyediakan bacaan baru yang memberi
penjelasan tentang pesan-pesan Al-Qur’an yang mereka baca.
 Ketiga, Selain dari pada kurangnya pemahaman terhadap makna yang terkandung dalam Al-
Qur‟an, kekeliruan dalam hal ini juga didapati pada masyarakat terpelajar yang tidak
mengetahui bahwa sistematik penulisan Al-Qur’an mempunyai asapek pendidikan yang
sangat menyentuh.
 Keempat, Adanya dukungan atau dorongan umat Islam Indonesia sehinggga dapat
menggugah hati Quraish Shihab untuk menulis karya tafsir Al-Misbah.

Salah satu motivasi yang mampu mendukung M. Quraish Shihab untuk menghadirkan sebuah
karya tafsir yang mampu menghidangkan pesan-pesan Al-Qur’an dengan baik adalah adanya tuntunan
secara normatif untuk memikirkan atau memahami kitab suci Al-Qur’an, dan karena banyaknya
kendala dari segi bahasa pada sajian kitab tafsir sebelumnya yang dirasa masih kurang memahami
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

C. Metode dan Sistematika Penulisan dalam kitab Tafsir al-Misbah

Adapun beberapa metode yang digunakan M. Qurais Shihab dalam tafsir alMisbah yaitu
dengan tahlili, karena dalam penafsirannya pengarang kitab berusaha menafsirkan al-Qur‟an secara
berurutan dari ayat ke ayat dari surat ke surat sesuai pada urutan Mushaf Usmani yaitu dengan
memulainya dari surat Al-Fatiha sampai dengan surah An-Nass. Selain daripada metode tahlili
Quraish Shihab juga dapat disebut menggunakan semi maudhu’i karena adanya penjelasan tema
pokok surat al-Qur’an atupun tujuan utama pada surat. Sebelum dimulainya pembahasan dalam
penafsiran, terlebih dahulu M. Qurais Shihab memberikan pengantar pada ayat-ayat yang akan
ditafsirkan. Adapun uraian pengantar diantaranya:
1. Penyebutan nama-nama surat (jika ada), disertakan alasan penamaan suratnya, dan disertai
penjelasan tentang ayat-ayat yang diambil untuk dijadikan nama surat.
2. Menyertakan jumlah ayat dan tempat turunnya surat dalam katagori makiyah atau madaniyah,
dan jika ada ayat-ayat tertentu dikecualikan.
3. Nomer surat berdasarkan penurunan dan penulisan mushaf, juga disertai dengan nama surat
sebelum atau sesudah surat tersebut.
4. Menampilkan tema pokok dan tujuan serta menyertakan pendapat para ulamaulama tentang
tema yang dibahas.
5. Menjelaskan munasabah (hubungan) ayat sebelum dan sesudahnya.
6. Menjelaskan Asbabun Nuzulnya jika ada.
Demikian upaya Quraish Shihab dalam memberikan pengantar untuk kemudahan pembaca tafsir
Al-Misbah, sebelum menjelaskan isi daripada kandungan surat yang akan dibaca, terlebih sudah dapat
gambaran secara menyeluruh tentang surat yang akan dibaca. Setelah itu M. Quraish Shihab barulah
membuat kelompokkelompok kecil untuk menjelaskan tafsirnya yang dimulai dengan menampilkan
ayatayatnya disertakan dengan terjemah, kemudian memaparkan penjelasan tafsirnya dengan bahasa
indonesia. Dalam menafsirkan Al-Qur’an, selain bersumber dariAl-Qur’an, hadis Nabi,dan ijtihad
penulisnya, Quraish Shihab juga mengutip pendapat yang berasal dari para ulama, baik terdahulu
maupun kontemporer, khususnya pakar tafsir Ibrahim Ibnu Umar al-Biqa’I (W.885 H/1480 M),
Sayyid MuhammadThanthawi, Syekh Mutawallial-Sya‟rawi, Syayyid Quthub, Muhammad Thahir
Ibnu Asyur, Syyid Muhammad Husein Thabathaba’i, dan pakar tafsir lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk dari penafsirannya termasuk tafsir bi al-ra’yi, karena selain
menggunakan hadi-hadis Nabi juga menggunakan argument akal. Sedangkan corak penafsiran yang
terkandung dalam Tafsir AlMisbah ini bercorak tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i. karena pada corak Tafsir
Al-Misbah ini terfokus pada pengungkapan segi bahasa atau balaghahnya dan pada penjelasan
kemukjizatan Al-Qur’an dengan menjelaskan kandungan makna sesuai hukum alam, juga dalam
penjelasan penafsirannya mengarah untuk mengaplikasi dan memperbaiki tatanan kemasyarakatan
sosial yang sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Sedangkan sistematika penyusunan kitab Tafsir Al-Misbah tidak jauh dari penafsiran kitab-
kitab lainnya. Penulisan dimulai dengan menuliskan ayatayat al-Qur’an kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa indonesia, setelah itu menguraikan makna-makna penting dalam tiap kosa kata.
Dalam hal ini sangat terlihat bahwa pengarang sangat menguasai bahasa arab. Sedangkan pada
penyusan kitab tafsir al-Misbah terbagi menjadi 15 volume yang dimana setiap volumenya tidak
menentu pada jumlah juz yang tercantum, melainkan hanya sesuai dengan urutan surat Mushaf
Usmani.

D. Kelebihan dan Kekurangan Kitab Tafsir Al-Misbah

Sebagai sebuah karya manusia biasa, Tafsir Al-Misbah tentu saja memiliki kelebihan-
kelebihan, sekaligus juga terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya. Kelebihan tafsir al-Mishbah
adalah: Pertama, Tafsir Al-Misbah kontekstual dengan kondisi keindonesiaan. Di dalamnya banyak
merespon hal-hal yang aktual di dunia Islam Indonesia, bahkan dunia internasional. Kedua, Tafsir Al-
Misbah kaya akan referensi dari berbagai latar belakang referensi, yang disuguhkan dengan ringan
dan dapat dimengerti oleh seluruh pembacanya. Dan Ketiga, Tafsir Al-Misbah sangat kental dalam
mengedepankan korelasi antar surat, antar ayat, dan antar akhir ayat dan awal surat. Hal ini
membantah anggapan tak mendasar para orientalis, seperti W Mongontwery Watt, yang menyatakan
bahwa al-Quran antar satu ayat dengan ayat yang lainnya kacau balau, tidak berkesinambungan. 3

Sedangkan kekurangannya adalah: Pertama, dalam berbagai riwayat dan kisahkisah yang
dituliskan Quraish Shihab dalam tafsirnya, terkadang tidak menyebutkan perawinya. Hal ini membuat
sulit bagi pembaca, terutama para pengkaji ilmu, untuk merujuk dan berhujjah dengan kisah-kisah
tersebut.
3
Lufaefi. “Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas Dan Lokalitas Tafsir Nusantara”, Fakultas Ushuluddin
Institut PTIQ Jakarta, Substantia, Volume 21 Nomor 1, April 2019. H. 39.
Kedua, beberapa penafsirannya yang tergolong berbeda dengan mayoritas mufasir, seperti
tentang ketidak wajiban berhijab, membuatnya dicap liberal. Dan ketiga, penjelasan penafsiran
Quraish Shihab dalam Al-Mishbah tidak dibubuhi dengan penjelasan dalam footnote. Sehingga,
tafsiran-tafsirannya terkesan semuanya merupakan pedapat pribadi. Hal ini tentu bisa saja
menimbulkan klaim bahwa tafsir Al-Misbah tidak ilmiah.

E. Contoh Penafsiran

Dalam QS. Al-A’raf: 189, Allah Swt berfirman:

‫س َّوا ِح َد ٍة َّو َج َع َل ِم ْنهَا َزوْ َجهَا لِيَ ْس ُكنَ اِلَ ْيهَ ۚا‬
ٍ ‫هُ َو الَّ ِذيْ خَ لَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف‬
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan
isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Menurut Quraish Shihab, pernyataan yang mengatakan
bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki bukan memberi kesimpulan bahwa
perempuan selalu berada di nomor dua dari pada laki-laki. Semua manusia memiliki derajat yang
sama. Hal itu dibuktikan dengan QS. Al-Hujurat: 13.47 Al-Quran, menurutnya, tidak sama sekali
memuat ide tersebut. Justru al-Quran turun untuk mengikis segala perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, khususnya dalam bidang kemanusiaan. Penjelasan Quraish Shihab secara tidak langung
ingin mengomentari kondisi sosial masyarakat yang sering terjadi kekerasn terhadap kaum
perempuan. Melalui penafsirannya tersebut, Al-Mishbah ingin mengungkapkan bahwa al-Quran tidak
sama sekali menyuruh manusia berbuat kekerasan terhadap kaum perempuan. Al-Quran menghargai
semua lakilaki dan perempuan.4

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Di era modern seperti sekarang, tafsir al-Quran yang tetap mengedepankan tekstualitas dan
sekaligus resionalitas merupakan sesuatu yang berharga. Hal itu untuk menjawab pandangan yang
menolak tafsir yang hanya fokus pada akal, dan menolak juga tafsir al-Quran yang hanya berhenti
pada penjelasan bahasa. Tafsir al-Mishbah adalah tafsir yang mampu menyinergikan teks dengan
konteks melalui penafsiran rasionalnya. Aspek lokalitas dalam tafsir al-Mishbah sangat kental. Hal
tersebut merupakan keniscayaan suatu karya ketika dihadapi dengan situasi kondisi masyarakat yang
Tekstualitas, Rasionalitas dan Lokalitas Tafsir Nusantara melingkupinya. Karena tafsir Al-Mishbah
lahir di Indonesia, maka wajar saja jika sebagian isinya mengomentari halhal keindonesiaan, seperti
kebebasan beragama, kebebasan berpendapat dan kesetaaraan gender. Melalui beragam rujukan di
dalamnya, juga ingin membuktikan bahwa hidup di Indonesia meski menghargai keberagaman.
4
Lufaefi. “Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas Dan Lokalitas Tafsir Nusantara”, Fakultas Ushuluddin
Institut PTIQ Jakarta, Substantia, Volume 21 Nomor 1, April 2019. H. 37.
DAFTAR PUSTAKA

Jihad, Rohiman, Makna dan Hikmah, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. Kaltsum, Mafri Amin dan
Lilik Umi, Literatur Tafsir Indonesia, (Ciputat: LP. UIN Jakarta, 2011)

Nur, Afrizal, M. Quraish Shihab dan Rasionalitas Tafsir, jurnal Ushuluddin, vol. xviii, no. 1, januari
2002.

Lufaefi. “Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas Dan Lokalitas Tafsir Nusantara”, Fakultas
Ushuluddin, Institut PTIQ Jakarta, Substantia, Volume 21 Nomor 1, April 2019

Anda mungkin juga menyukai