Anda di halaman 1dari 7

Al-Tafsiru Al-Muyassaru Karya Aidh bin Abdullah al-Qarni

1. Dimana Aidh Abdullah al-Qarni dilahirkan?


2. Mengapa Aidh Abdullah al-Qarni dimasukkan ke dalam penjara?
3. Mengapa tafsirnya dinamakan tafsir al-Muyassar?
4. Mengapa Aidh Abdullah al-Qarni termotivasi untuk membuat tafsir?
5. Sebutkan 3 alasan menulis Tafsir a;l-Muyassar.?
6. Apa metode dan corak tafsir Aidh Abdullah al-Qarni?
7. Apa sumber-sumber tafsir al Muyassar?
8. Apa pendekatan yang digunakan Aidh Abdullah al-Qarni dalam menyusun tafsir al
Muyassar?
9. Apa kelebihan Tafsir al Muyassar?
10. Apa kekurangan Tafsir al Muyassar?
11. Kenapa Tafsir al Muyassar karya Aidh Abdullah al-Qarni diapresiasikan oleh banyak
pihak?
12. Berapa buku karya Aidh Abdullah al-Qarni yang sukses di Indonesia?

A. Biografi Aidh al-Qarny.


Penulis kelahiran 1379 H (1960 M) ini memiliki nama lengkap Dr. `Aidh Abdullah
bin `Aidh al-Qarni. Nama al-Qarni diambil dari dari daerah asalnya di wilayah selatan Arab
Saudi. Beliau berkata “Orang tua saya seorang tokoh masyarakat di daerah saya. Saya berasal
dari keluarga ulama. Sejak kecil ayah sudah membawa saya ke masjid untuk shalat
berjamaah. Saya juga sudah terbiasa dengan bacaan sejak kecil. Tampaknya saya dididik
dengan pejuang dakwah. Ayah selalu membelikan buku bacaan untuksaya.
Ia menamatkan program sarjana (Lc), magister (M.A.) dan doktor di Universitas Islam Imam
Muhammad bin Su`ud, Riyadh, Arab Saudi. Ia hafal Al-Quran dan kitab Bulughul Maram,
serta telah mengajarkan 5.000-an hadis dan 10.000-an bait syair. Sekitar 1.000-an judul kaset
yang berisi ceramah agama, kuliah, serta kumpulan puisi dan syair karyanya telah
dipublikasikan.
Keberaniannya menyuarakan kebenaran juga sempat membuatnya merasakan jeruji
besi pemerintah Al-Saud. Kesalahannya saat itu, ia dan kawan-kawan ulama mudanya berani
berteriak lantang menentang kehadiran pasukan Amerika Serikat di Arab Saudi atas
undangan pemerintah Al-Saud. Aktivitas Al Qarni boleh dibilang tidak jauh dari kegiatan
membaca dan menulis. Bahkan, ketika masih mendekam dalam penjara, tetap membuatnya
sibuk. Menimba ilmu adalah hal utama bagi pria yang mendalami ilmu syariah dan dakwah.
Pria yang kini berusia 52 tahun ini menuntut ilmu di Madrasah Ibtidaiyah Ali Salman, dia
juga belajar di Ma‟had Ilmi sejak bangku SMP, hingga meraih gelar S1 dan S2 di tempat
yang sama. Gelar doktor dalam bidang hadits diraihnya dari Al-Imam IslamicUniversity,
Riyadh.

B. Alasana Memberi Nama Tafsir al-Muyassar.


Karya „Aidh al-Qarni dalam bidang tafsir yang menjadi kajian kali ini adalah al-
Tafsiru al-Muyassaru, jika ditelaah lebih jauh mengapa beliau menggunakan judul tafsirnya
al-Tafsiru al-Muyassaru karena menurutnya tafsir ini mudah dipahami dan disajikan dengan

1
bahasa yang lugas dan jelas . Ini alasan beliau mengenai penamaan karya tafsirnya.

C. Motivasi Penulisan Tafsir al Muassar.


Dalam Muqaddimahnya, beliau mengatakan bahwa, yang membuat motivasinya
untuk menuliskan Tafsir ini, tidak lain dikarenakan, beliau mencaricari tafsir yang
menjelaskan makana-makna ayat secara gemlang dan ringkas, dan lansung menjelaskan
makna ayat ketika pertama kali dibaca, yaitu tafsir yang menunjukkan kepada maksud setiap
ayat. Ada beberapa alasan, mengapa Aidh al-qarni, menulis tafsir al-muyassar ini,
diantaranya adalah:
Karena beliau meliahat ada ahli tafsir yang mementingkan segi Bi al-ma surnya saja,
dan mencantumkan banyak sanad, lalu mengulang-ngulangnya, untuk langsung menjelaskan
makan ayatnya Ada juga yang mementingkan dari segi Balaghah dan sastra-nya, sehingga ia
menyebutkan banyak rahasia sastra Al-Qur an yang terkandung. Bahkan, kadang-kaeang hal
ini membawanya menyebutkan makna yang tidak dimaksud dalam ayat yang sedang ia
bahas. Ada pula penafsir yang lebih memperhatikan dari segi hukum, sehingga memfokuskan
pembahasannya dalam masalah-masalah fikih dan pendapat ulama tentangnya

D. Motivasi Penulisan Tafsir


Dalam Muqaddimahnya, beliau mengatakan bahawa, yang membuat termotivasi
untuk menuliskan Tafsir ini, tidak lain dikarenakan, beliau mencari-cari tafsir yang
menjelaskan makana-makna ayat secara gemlang dan ringkas, dan lansung menjelaskan
makna ayat ketika pertama kali dibaca, yaitu tafsir yang menunjukkan kepada maksud setiap
ayat. Ada beberapa alasan, mengapa Aidh al-Qarni, menulis tafsir al-Muyassar ini,
diantaranya adalah:
1. Karena beliau meliahat ada ahli tafsir yang mementingkan segi Bi al-Ma‟sur-nya saja,
dan mencantumkan banyak sanad, lalu mengulang-ngulangnya, bertele-tele untuk
langsung menjelaskan makan ayatnya.
2. Ada juga yang mementingkan dari segi Balaghah dan sastra-nya, sehingga ia
menyebutkan banyak rahasia sastra al-Qur‟an yang terkandung. Bahkan, kadang-kaeang
hal ini membawanya menyebutkan makna yang tidak dimaksud dalam ayat yang sedang
ia bahas.
3. Adapula penafsir yang lebih memperhatikan dari segi hukum, sehingga memfokuskan
pembahasannya dalam masalah-masalah fikih dan pendapat ulama‟ tentangnya.

E. Karatistik Penafsiran
Karakteristik Penafsiran Sangat memperhatikan pesan makna yang terkandung dalam
Al-Qur an, tanpa menganalisa lebih dalam mengenai kebahasaan dan arti kosa kata. Sehingga
konsentrasi pembaca akan lebih maksimal dalam memahami pesan hidayah Al-Qur an.
Penamaan Tafsir al Muyassar. Al-Muyassar nama kitab tafsir tersebut yang memiliki arti:
mudah memudahkan bagi pembaca untuk memahami Tafsir ini. Kitab ini dinamakan al
Muyassar menurut Aidh al Qarni mengapa beliau menggunakan judul tafsirnya al-tafsiru al-
muyassaru karena menurutnya tafsir ini mudah dipahami dan disajikan dengan bahasa yang
lugas dan jelas. Ini alasan beliau memberi penamaan pada kitab tafsirnya.

F. Metode Penafsiran dan Corak Tafsir.


2
Metode yang digunakan Aidh al-Qarni dalam menafsirkan al-Qur‟an adalah metode
Ijmali ( suatu penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an, di mana penjelasan yang dilakukan cukup
singkat dan global. Dengan kata lain penafsiran dengan metode ini berusaha menjelaskan
ayat-ayat al-Qur‟an secara ringkas tapi dengan menggunakan bahasa yang populer, mudah
dimengerti dan enak dibaca.

Di samping itu, penyajian tafsir yang menggunakan metode ijmali tidak terlalu jauh
dari gaya bahasa al-Qur‟an sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap
mendengar al-Qur‟an). Corak penafsirannya adalah Hida’i /Ikhlashi (reformatif))

G. Sistematika Penafsiran
1. Menyebutkan muqaddimah yang menjelaskan garis besar penafsiran.
2. Menyebutkan nama surah (nama surah, makiyah, madaniyah, jumlah ayat).
3. Ayat terlebih dahulu ditulis dengan tanda buka tutup kurung.
4. Kemudian beliau menafsirkan dengan bahasa yang lugas, jelas, mudah dipahami.
5. Menafsirkan ayat demi ayat sesuai urutan mushaf.
6. Tidak menjelaskan ayat-ayat mutasyabihat secara detail.
7. Menukil sedikit hadis- hadis dan atsar dan membahasnya secara singkat.
8. Tidak menyebutkan perbedaan pendapat tentang suatu makna yang lebih kuat dan jelas
dari ayat tersebut
9. Tidak menyebutkan syair dan masalah-masalah kebahasaan dan perbedaan cara membaca
(qira‟at)
10. Tidak menyebutkan kisah-kisah israiliyat dan kutipan-kutipan perkataan ulama. Akan
tetapi beliau langsung menyebutkan inti makna dan penafsirannya secara sederhana.
11. Menyebutkan sebagian hukum serta faidah dan rahasia yang terkandung dalam ayat
secara ringkas.

H. Sumber-sumber Penafsirannya
Menukil hadis-hadis shahih, atsar, pendapat ulama‟ yang sahih dan masyhur.

I. Pendekatan Penafsiran
engan menggunakan pendekatan bil arra yi. 3 Kitab tafsir ini memiliki empat jilid
yang sudah diterjemah kedalam bahasa Indonesia sebagai rincianya adalah: Jilid pertama dari
surah Al-fatihah sampai surah Al- a raf Jilid kedua dari surah Al- a raf sampai surah Thaha
Jilid ketiga dari surah Al Anbiya sampai surah Fushilat Jilid ke empat dari surah Fushilat
sampai surah Annas Melalui tafsir yang disajikan secara ringkas dan sederhana Aidh al Qarni
berharap semakin banyak orang yang dapat memahami isi kandungan yang terdapat pada al
Qur an.
Dalam kesederhanaannya, tafsir ini memberikan banyak kemudahan bagi pembaca
untuk memahami makna dan kandungan setiap ayat, hubungan antar ayat, hukum-hukum
syariat yang tersurat maupun yang tersirat dari setiap ayat, dan juga isyarat serta hikmah dari
turunnya sebuah ayat atau sebuah surah. Banyak hal rumit yang ditemui dalam kitab-kitab
tafsir lain sengaja dihindari oleh penulis. Misalnya, penulis tidak menguraikan sebuah ayat
dari aspek bahasanya pilihan kata dan masalah tata bahasa (nahwu-sharaf) nya hal ihwal
satranya, maupun persoalan makna ayat-ayat mutasyâbih yang seringkali menjadi bahan
perbedaan pendapat di kalangan ulama tafsir.

3
J. Karya-karya Aidh al-Qarny

Karya-karya Al-Qarni antara lain :


1. Islam Rahmatan Lil `Alamin` (Cakrawala).
2. Sumber Inspirasi Orang Saleh`(Maghfirah Pustaka).
3. 40 Hadis Qudsi dan Zikir`(Aqwam).
4. Membangun Rumah dengan Taqwa` (Maghfirah Pustaka).
5. Cahaya Pencerahan`(Qishti), `Cahaya Zaman`(Gema Insani).
6. Jangan Takut Hadapi Hidup`(Cakrawala).
7. Demi Masa, Beginilah Waktu Mengajari Kita` (Cakrawala).
8. Nikmatnya Hidangan Al-Quran`(Maghfirah Pustaka).
9. Manusia Langit Manusia Bumi`(Aqwam).

Sementara buku yang sangat laris yang diterbitkan sejumlah penerbit dan dicetak
berulang kali adalah :
1. La Tahzan, Jangan Bersedih` (Qishti Press).
2. Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia` (Maghfirah).
3. Menjadi Wanita Paling Bahagia` (Qishti Press).
4. Ramadhankan Hidupmu`(Maghfirah Pustaka).
5. Tersenyumlah`(Gema Insani).
6. Jangan Putus Asa`(Robbani Press).
7. Jangan Berputus Asa` (Darul Haq).
8. Tafsi al-Muyassar (Qishti Press)

Karya lain yang juga terbilang sukses di Indonesia adalah:


1. Jagalah Allah, Allah Menjagamu` (Darul Haq).
2. Majelis Orang-Orang Saleh`(Gema Insani).
3. Cambuk Hati`(Irsyad Baitus Salam).
4. Bagaimana Mengakhiri Hari-harimu`(Sahara Publisher).
5. Berbahagialah`(Pustaka Al-Kautsar) dan(Gema Insani).
6. Power of Love` (Zikrul Hakim).
7. Al-Azahamah, Keagungan`(Pustaka Azzam).
8. Menakjubkan!`(Aqwam).
9. Jadilah Pemuda Kahfi`(Aqwam).
10. Mutiara Warisan Nabi SAW`(Sahara Publisher).
11. Gerbang Kematian` (Pustaka Al-Kautsar).

K. Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan
- Tafsir al- Muyassar ini mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang lugas,
jelas, mudah dipahami.
- Dalam penafsiran beliau sangat memperhatikan pesan isi kandungan yg terdapat
dalam ayat.

4
‫‪-‬‬ ‫‪Pembaca atau penelaah akan dapat langsung memahami makna ayat dengan mudah‬‬
‫‪dan jelas untuk mengetahui maksud ayat dan rahasia-rahasia yang terkandung di‬‬
‫‪dalamnya, karena sebenarnya inilah yang diharapkan dari penghayatan al-Qur‟an dan‬‬
‫‪kemudian dapat merealisasikannya dalam realita kehidupan.‬‬
‫‪- Menyebutkan inti makna dan menafsirkannya secara sederhana.‬‬
‫‪- Menyebutkan pendapat yang sahih dan masyhur.‬‬
‫‪- Membuang pendapat yang bertentangan‬‬
‫‪2. Kekurangan‬‬
‫‪Tidak menyebutkan sanad ketika beliau menukil hadis sebagai referensi, sehingga‬‬
‫‪kwalitas hadis itu masih dipertanyakan.‬‬

‫‪L. Contoh-contoh Penafsiran‬‬


‫سورت الفاحتة‬
‫)ث ِْس ِم ه ِ‬
‫اَّلل هالر ْ َْح ِن هالر ِح ِمي (‪1‬‬
‫‪,‬سورت الفاحتة مسيت ىذه السورت ابلفاحتة; ٔلهو يفتتح هبا اللربٓن الؼظمي‬
‫ِ‬
‫تو‪(,‬هللا)‬ ‫وجسمى املثاين; ٔلهنا ثلر ٔب يف لك ركؼة‪ ,‬وليا ٔبسامء ٔبخر‪ٔ .‬بتتدئ كراءت اللربٓن ابمس هللا مس تؼينا‬
‫ػمل ػىل الرة ‪-‬ثحارك وثؼاىل‪ -‬املؼحود حبق دون سواه‪ ,‬وىو ٔبخص ٔبسامء هللا ثؼاىل‪ ,‬وال يسمى تو غريه‬
‫اخللق‪(,‬الر ِح ِمي) ابملؤمنني‪ ,‬وىام اسامن من‬
‫ه‬ ‫هو‪(.‬الر ْ َْح ِن) ذي الرْحة الؼامة اذلي وسؼت رْحتو مجيع‬ ‫س ححا ه‬
‫‪ٔ .‬بسامئو ثؼاىل‪ ،‬يتضمنان إجحاث ضفة الرْحة هلل ثؼاىل نام يليق جبالهل‬
‫)الْ َح ْمدُ ِ ه َِّلل َر ِ ّة الْ َؼال َ ِم َني (‪2‬‬
‫احلَ ْمدُ ِهلل َر ِ ّة ال َؼال َ ِم َني) الثناء ػىل هللا تطفاثو اليت لكُّيا ٔبوضاف نامل‪ ,‬وتنؼمو الظاىرت والحاطنة‪ ،‬ادلينية‬
‫وادلهيوية‪ ،‬ويف مضنو َب ْم ٌر لؼحاده ٔبن حيمدوه‪ ,‬فيو املس تحق هل وحده‪ ,‬وىو س ححاهو املنشئ للخلق‪ ,‬اللامئ‬
‫‪.‬تبٔمورمه‪ ,‬املريب دليع خللو تنؼمو‪ ,‬و ٔلوليائو ابالٕامان والؼم الطاح‬
‫) هالر ْ َْح ِن هالر ِح ِمي (‪3‬‬
‫اخللق‪(,‬الر ِح ِمي)‪ ,‬ابملؤمنني‪ ,‬وىام اسامن من ٔبسامء هللا ثؼاىل(‬
‫ه‬ ‫‪.‬الر ْ َْح ِن) اذلي وسؼت رْحتو مجيع‬ ‫ه‬
‫اِل ي َ ْو ِم ّ ِادل ِين (‪4‬‬ ‫) َم ِ ِ‬
‫وىو س ححاهو وحده ماِل يوم الليامة‪ ,‬وىو يوم اجلزاء ػىل ا ٔلغامل‪ .‬ويف كراءت املسمل ليذه الٓية يف لك‬
‫وحث هل ػىل الاس تؼداد ابلؼم الطاح‪ ,‬والكف غن املؼايص‬ ‫ركؼة من ضلواثو ثذنري هل ابليوم الٓخر‪ٌّ ,‬‬
‫‪.‬والسيئاث‬
‫)ا هَّيكَ ه َ ْؼ ُحدُ َوا هَّيكَ و َ ْس َت ِؼ ُني (‪5‬‬
‫ِ‬
‫‪,‬إان خنطم ِوحدك ابلؼحادت‪ ,‬ووس تؼني تم وحدك يف مجيع ٔبموران‪ ,‬فا ٔلمر لكو تيدك‬
‫ال امكل منو ٔبحد مثلال ذرت‪ .‬ويف ىذه الٓية دلي ػىل ٔبن الؼحد ال جيوز هل ٔبن يرصف شيئًا من ٔبهواع‬
‫الؼحادت اكدلػاء والاس تغاجة واذلحب والطواف إال هلل وحده‪ ,‬وفهيا شفاء الللوة من داء التؼلق تغري هللا‪,‬‬
‫‪5‬‬
‫‪.‬ومن ٔبمراض الرَّيء والؼجة‪ ,‬والكربَّيء‬
‫الرص َاط الْ ُم ْس َت ِل َمي (‪6‬‬ ‫)ا ْى ِدانَ ِ ّ َ‬
‫ُدلهنا‪ ,‬و ٔبرشدان‪ ,‬ووفلنا إىل الطريق املس تلمي‪ ,‬وجحتنا ػليو حىت هللاك‪ ,‬وىو االٕسالم‪ ،‬اذلي ىو الطريق‬
‫الواحض املوض إىل رضوان هللا وٕاىل جنتو‪ ,‬اذلي د ّل ػليو خامت رسهل و ٔبهخيائو محمد ضىل هللا ػليو وسمل‪,‬‬
‫‪.‬فال سخي إىل سؼادت الؼحد إال ابالس تلامة ػليو‬
‫وة ػَلَهيْ ِ ْم َوال الضه ا ِل ّ َني (‪7‬‬‫ص َاط ه ِاذل َين َبهْ َؼ ْم َت ػَلَهيْ ِ ْم غَ ْ ِري الْ َمغْضُ ِ‬
‫)ِ َ‬
‫الطديلني والشيداء والطاحلني‪ ,‬فيم ٔبى اليداية والاس تلامة‪,‬‬ ‫طريق اذلين ٔبهؼمت ػلهيم من النحيني و ِّ‬
‫وال جتؼلنا ممن سكل طريق املغضوة ػلهيم‪ ,‬اذلين غرفوا احلق ومل يؼملوا تو‪ ,‬ومه الهيود‪ ,‬ومن اكن ػىل‬
‫شالكهتم‪ ,‬والضالني‪ ,‬ومه اذلين مل هيتدوا‪ ,‬فضلوا الطريق‪ ,‬ومه النطارى‪ ,‬ومن اثحع سنهتم‪ .‬ويف ىذا ادلػاء‬
‫شفاء لللة املسمل من مرض اجلحود واجلي والضالل‪ ,‬ودالةل ػىل ٔبن ٔبغظم هؼمة ػىل االٕطالق يه‬
‫هؼمة االٕسالم‪ ,‬مفن اكن ٔبغرف للحق و ٔبثحع هل‪ ,‬اكن ٔبوىل ابلرصاط املس تلمي‪ ,‬وال رية ٔبن ٔبحصاة رسول‬
‫هللا ضىل هللا ػليو وسمل مه ٔبوىل الناس تذِل تؼد ا ٔلهخياء ػلهيم السالم‪ ,‬فدلت الٓية ػىل فضليم‪,‬‬
‫وغظمي مزنلهتم‪ ,‬ريض هللا غهنم‪ .‬ويس تحة لللارئ ٔبن يلول يف الطالت تؼد كراءت الفاحتة‪(:‬بٓمني)‪,‬‬
‫ومؼناىا‪ :‬الليم اس تجة‪ ,‬وليست بٓية من سورت الفاحتة ابثفاق الؼلامء; وليذا ٔبمجؼوا ػىل ػدم نتاجهتا يف‬
‫‪.‬املطاحف‬
‫‪Contoh surat al-Baqarah ayat 104 :‬‬

‫امس ُؼوا َولِ ْل ََك ِف ِر َين ػَ َذ ٌ‬


‫اة َب ِل ٌمي (‪104‬‬ ‫) ََّي َبهيُّ َا ه ِاذل َين ب ٓ َمنُوا ال ثَ ُلولُوا َرا ِغ َنا َوكُولُوا اه ُْظ ْرانَ َو ْ َ‬
‫فاخذىا الهيود وكطدوا هبا راغنا من ‪,‬اكن الطحاتة يلولون للرسول ضىل هللا ػليو وسمل‪ :‬راغنا اي راع احوالنا‬
‫الرغوهة واذلق‪ ,‬فهنىى هللا املؤمنني غن اس تؼامل ىذا للكمة ليلطع الطريق ػىل الهيود‪ ,‬ولريفع اللخس‪ ,‬واليكون ىنا‬
‫مدخ للهيود‪ ,‬فؼلهيم ان يلولوا‪ :‬اهظران ٔلهنا اسمل واحسن واتؼد غن سوء ا ٕالس تؼامل‪ ,‬فؼىل الؼحد ان يختؼد غن‬
‫الش هباث وا ٔللفاظ احملمتالث‪ ,‬وػليو ابجليل الواحض احلسن اذلي المذخ فيو من اي ظن او احامتل حيط تو‬
‫التدليس والتلحيس‪ ,‬غن حديث ‪“ :‬دع ما يريحم اىل ما ال يريحم ” وػليمك ثسامع لك انفع مفيد من الكتاة‬
‫والس نة ومعوم الؼمل النافع‪ ,‬السامع امللرون ابللدول وا ٕالس تجاتة‪ .‬اما الَكفرون فليم غند هللا ػذاة المي موجع‬
‫‪.‬لسوء افؼاهلم وكدح اكواهلم وش ناػة احواهلم‬
‫‪Waktu itu, para sahabat biasa berkata kepada Rasulullah s.a.w., “Ra‟ina” yang artinya: sudilah‬‬
‫‪kiranya engkau memperhatikan keadaan kami. Lalu, orang-orang Yahudi pun memakai kalimat‬‬
‫‪itu dengan digumamkan, seolah mereka mengatakan kalimat “Ra‟ina” padahal yang mereka‬‬
‫‪katakana adalah “Ru‟unah” yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada‬‬
‫‪Rasulullah. Maka dari itu, Allah melarang orang-orang yang beriman untuk menggunakan kata-‬‬

‫‪6‬‬
kata ini lagi. Yakni, dengan maksud agar orang-orang Yahudi itu tidak menggunakannya lagi
sebagai alat untuk menghina nabi SAW.

Dan sebagai gantinya Allah menganjurkan para sahabat untuk menggunakan kalimat “Unzhurna”
yang artinya pun sama dengan kalimat “Ra‟ina”. Bahkan kalimat ini lebih bagus, lebih sopan dan
sulit untuk dipelesetkan atau diselewengkan. Makna lain dari perintah ini adalah bahwa seorang
hamba hendaknya senantiasa menajauhakan diri dari hal-hal yang syubhat (samar) dan kalimat-
kalimat yang bisa diplesetkan untuk kejeleakan. Atau hendaklah seorang hamba itu hanya
menggunakan kaliamat-kalimat yang lugas,jelas, teapat, dan tidak ada celah untuk diplesetkan
pengucapannya dan diselewengkan maknanya hingga menimbulkan kesamaran. Hal ini uga
disebutkan dalam hadis yang berbunyi “tiggalkanlah apa yang meragukanmu dan ambillah apa
yang tidak membuatmu ragu”.

Kalian harus mendengarkan segala sesuatu yang bermanfaat lagi berfaidah dari al-Qur‟an,
sunnah dan ilmu-ilmu lain yang bermanfaat yaitu pendengaran yang disertai penghayatan dan
pengamalan.

Adapun orang-orang kafir, bagi mereka adzab yang pedih lagi menyakitkan disisi Allah
disebabkan oleh perbuatan, uccapan, prilaku buruk mereka.

M. Kesimpulan
Tafsir yang ditulis oleh Aidh al-Qarni ini patut diapresiasi oleh semua kalangan, baik
akademis maupun non akademis, karena dalam penafsirannya beliau sangat memperhatikan
pesan inti makna dari ayat itu sendiri, serta beliau menafsirkannya dengan bahasa yang
sederhana agar para pembaca mudah dalam memahami makna yang terkandung di dalam
ayat itu. Beliau tanpa menyebutkan perbedaan pendapat mengenai qiraat, penafsiran ayat
mutasyabbihat, karena ketika seorang penafsir hanya terfokus dalam menganalisa perbedaan
mengenai qiraat, penafsiran ayat mutasyabbihat, segi balagha, dan lain sebagainya, bagi Aidh
al-Qarni kurang efektif untuk menangkap makna pesan inti dari ayat itu sendiri. Sehingga
beliau menafsirkannya secara sederhana agar pembaca al-Qur‟an tidak merasa lelah dalam
mengambil pelajaran yang tekandung dalam ayat itu, oleh karena itu sesuai dengan nama
tafsir yang beliau tulis yaitu al-Tafsiru al-Muyassaru untuk beliau persembahkan untuk
berbagai kalangan untuk mempermudah menemukan inti makna ayat al-Qur‟an.

Anda mungkin juga menyukai