1
bahasa yang lugas dan jelas . Ini alasan beliau mengenai penamaan karya tafsirnya.
E. Karatistik Penafsiran
Karakteristik Penafsiran Sangat memperhatikan pesan makna yang terkandung dalam
Al-Qur an, tanpa menganalisa lebih dalam mengenai kebahasaan dan arti kosa kata. Sehingga
konsentrasi pembaca akan lebih maksimal dalam memahami pesan hidayah Al-Qur an.
Penamaan Tafsir al Muyassar. Al-Muyassar nama kitab tafsir tersebut yang memiliki arti:
mudah memudahkan bagi pembaca untuk memahami Tafsir ini. Kitab ini dinamakan al
Muyassar menurut Aidh al Qarni mengapa beliau menggunakan judul tafsirnya al-tafsiru al-
muyassaru karena menurutnya tafsir ini mudah dipahami dan disajikan dengan bahasa yang
lugas dan jelas. Ini alasan beliau memberi penamaan pada kitab tafsirnya.
Di samping itu, penyajian tafsir yang menggunakan metode ijmali tidak terlalu jauh
dari gaya bahasa al-Qur‟an sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap
mendengar al-Qur‟an). Corak penafsirannya adalah Hida’i /Ikhlashi (reformatif))
G. Sistematika Penafsiran
1. Menyebutkan muqaddimah yang menjelaskan garis besar penafsiran.
2. Menyebutkan nama surah (nama surah, makiyah, madaniyah, jumlah ayat).
3. Ayat terlebih dahulu ditulis dengan tanda buka tutup kurung.
4. Kemudian beliau menafsirkan dengan bahasa yang lugas, jelas, mudah dipahami.
5. Menafsirkan ayat demi ayat sesuai urutan mushaf.
6. Tidak menjelaskan ayat-ayat mutasyabihat secara detail.
7. Menukil sedikit hadis- hadis dan atsar dan membahasnya secara singkat.
8. Tidak menyebutkan perbedaan pendapat tentang suatu makna yang lebih kuat dan jelas
dari ayat tersebut
9. Tidak menyebutkan syair dan masalah-masalah kebahasaan dan perbedaan cara membaca
(qira‟at)
10. Tidak menyebutkan kisah-kisah israiliyat dan kutipan-kutipan perkataan ulama. Akan
tetapi beliau langsung menyebutkan inti makna dan penafsirannya secara sederhana.
11. Menyebutkan sebagian hukum serta faidah dan rahasia yang terkandung dalam ayat
secara ringkas.
H. Sumber-sumber Penafsirannya
Menukil hadis-hadis shahih, atsar, pendapat ulama‟ yang sahih dan masyhur.
I. Pendekatan Penafsiran
engan menggunakan pendekatan bil arra yi. 3 Kitab tafsir ini memiliki empat jilid
yang sudah diterjemah kedalam bahasa Indonesia sebagai rincianya adalah: Jilid pertama dari
surah Al-fatihah sampai surah Al- a raf Jilid kedua dari surah Al- a raf sampai surah Thaha
Jilid ketiga dari surah Al Anbiya sampai surah Fushilat Jilid ke empat dari surah Fushilat
sampai surah Annas Melalui tafsir yang disajikan secara ringkas dan sederhana Aidh al Qarni
berharap semakin banyak orang yang dapat memahami isi kandungan yang terdapat pada al
Qur an.
Dalam kesederhanaannya, tafsir ini memberikan banyak kemudahan bagi pembaca
untuk memahami makna dan kandungan setiap ayat, hubungan antar ayat, hukum-hukum
syariat yang tersurat maupun yang tersirat dari setiap ayat, dan juga isyarat serta hikmah dari
turunnya sebuah ayat atau sebuah surah. Banyak hal rumit yang ditemui dalam kitab-kitab
tafsir lain sengaja dihindari oleh penulis. Misalnya, penulis tidak menguraikan sebuah ayat
dari aspek bahasanya pilihan kata dan masalah tata bahasa (nahwu-sharaf) nya hal ihwal
satranya, maupun persoalan makna ayat-ayat mutasyâbih yang seringkali menjadi bahan
perbedaan pendapat di kalangan ulama tafsir.
3
J. Karya-karya Aidh al-Qarny
Sementara buku yang sangat laris yang diterbitkan sejumlah penerbit dan dicetak
berulang kali adalah :
1. La Tahzan, Jangan Bersedih` (Qishti Press).
2. Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia` (Maghfirah).
3. Menjadi Wanita Paling Bahagia` (Qishti Press).
4. Ramadhankan Hidupmu`(Maghfirah Pustaka).
5. Tersenyumlah`(Gema Insani).
6. Jangan Putus Asa`(Robbani Press).
7. Jangan Berputus Asa` (Darul Haq).
8. Tafsi al-Muyassar (Qishti Press)
1. Kelebihan
- Tafsir al- Muyassar ini mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang lugas,
jelas, mudah dipahami.
- Dalam penafsiran beliau sangat memperhatikan pesan isi kandungan yg terdapat
dalam ayat.
4
- Pembaca atau penelaah akan dapat langsung memahami makna ayat dengan mudah
dan jelas untuk mengetahui maksud ayat dan rahasia-rahasia yang terkandung di
dalamnya, karena sebenarnya inilah yang diharapkan dari penghayatan al-Qur‟an dan
kemudian dapat merealisasikannya dalam realita kehidupan.
- Menyebutkan inti makna dan menafsirkannya secara sederhana.
- Menyebutkan pendapat yang sahih dan masyhur.
- Membuang pendapat yang bertentangan
2. Kekurangan
Tidak menyebutkan sanad ketika beliau menukil hadis sebagai referensi, sehingga
kwalitas hadis itu masih dipertanyakan.
6
kata ini lagi. Yakni, dengan maksud agar orang-orang Yahudi itu tidak menggunakannya lagi
sebagai alat untuk menghina nabi SAW.
Dan sebagai gantinya Allah menganjurkan para sahabat untuk menggunakan kalimat “Unzhurna”
yang artinya pun sama dengan kalimat “Ra‟ina”. Bahkan kalimat ini lebih bagus, lebih sopan dan
sulit untuk dipelesetkan atau diselewengkan. Makna lain dari perintah ini adalah bahwa seorang
hamba hendaknya senantiasa menajauhakan diri dari hal-hal yang syubhat (samar) dan kalimat-
kalimat yang bisa diplesetkan untuk kejeleakan. Atau hendaklah seorang hamba itu hanya
menggunakan kaliamat-kalimat yang lugas,jelas, teapat, dan tidak ada celah untuk diplesetkan
pengucapannya dan diselewengkan maknanya hingga menimbulkan kesamaran. Hal ini uga
disebutkan dalam hadis yang berbunyi “tiggalkanlah apa yang meragukanmu dan ambillah apa
yang tidak membuatmu ragu”.
Kalian harus mendengarkan segala sesuatu yang bermanfaat lagi berfaidah dari al-Qur‟an,
sunnah dan ilmu-ilmu lain yang bermanfaat yaitu pendengaran yang disertai penghayatan dan
pengamalan.
Adapun orang-orang kafir, bagi mereka adzab yang pedih lagi menyakitkan disisi Allah
disebabkan oleh perbuatan, uccapan, prilaku buruk mereka.
M. Kesimpulan
Tafsir yang ditulis oleh Aidh al-Qarni ini patut diapresiasi oleh semua kalangan, baik
akademis maupun non akademis, karena dalam penafsirannya beliau sangat memperhatikan
pesan inti makna dari ayat itu sendiri, serta beliau menafsirkannya dengan bahasa yang
sederhana agar para pembaca mudah dalam memahami makna yang terkandung di dalam
ayat itu. Beliau tanpa menyebutkan perbedaan pendapat mengenai qiraat, penafsiran ayat
mutasyabbihat, karena ketika seorang penafsir hanya terfokus dalam menganalisa perbedaan
mengenai qiraat, penafsiran ayat mutasyabbihat, segi balagha, dan lain sebagainya, bagi Aidh
al-Qarni kurang efektif untuk menangkap makna pesan inti dari ayat itu sendiri. Sehingga
beliau menafsirkannya secara sederhana agar pembaca al-Qur‟an tidak merasa lelah dalam
mengambil pelajaran yang tekandung dalam ayat itu, oleh karena itu sesuai dengan nama
tafsir yang beliau tulis yaitu al-Tafsiru al-Muyassaru untuk beliau persembahkan untuk
berbagai kalangan untuk mempermudah menemukan inti makna ayat al-Qur‟an.