Disusun oleh :
1. Fazlur Rohman : 40020008
2. Taufikurrahman : 40020033
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW,
mengandumg hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan, kisah-kisah,
peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia, baik sebagai
makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial, sehingga manusia dapat berbahagia hidup di
dunia dan di akhirat. Al-Qur’an dalam menerangkan hal-hal tersebut di atas, ada yang
dikemukakan secara terperinci, seperti yang berhubungan dengan hukum perkawinan, hukum
warisan dan sebagainya, dan ada pula yang dikemukakan secara umum dan garis besarnya saja.
Yang diterangkan secara umum dan dan garis-garis besarnya ini, ada yang diperinci dan
dijelaskan hadits-hadits nabi Muhammad SAW , dan ada yang di serahkan pada kaum muslimin
sendiri yang disebut ijtihad. Begitu pula halnya tafsir al-Qur’an berkembang mengikuti irama
perkembangan masa dan memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu generasi. Tiap-tiap masa
dan generasi menghasilkan tafsir-tafsir al-Qur’an yang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan
generasi itu dengan tidak menyimpang dari hukum-hukum agama.
Tafsir bi al-ra’yi adalah tafsir yang dalam penjelasan maknanya atau maksudnya,
mufassir hanya berpegang kepada pemahamannya sendiri, pengambilan kesimpulan
(istinbath)nya didasarkan pada logikanya semata. Mengingat tafsir bi al-ra’yi lebih menekankan
sumber penafsirannya pada kekuatan bahasa dan akal pikiran mufassir, maka para ahli ilmu tafsir
membedakan tafsir bi al-ra’yi ke dalam 2 macam yaitu: tafsir bi al-ra’yi yang terpuji – al-tafsir
al-mahmud – dan tafsir bi al-ra’yi yang tercela – al-tafsir al-madzmum.
Pada makalah ini kami akan membahas mengenai salah tiga tafsir yang tergolong
dalam tafsir bi ra’yi mahmud.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk:
1. Mengenal Tafsir Sirojul Munir dari segi pengarang dan metode penafsirannya.
2. Mengenal Tafsir Irsyadul ‘Aql dari segi pengarang dan metode penafsirannya.
3. Mengenal Tafsir Ruhul Ma’ani dari segi pengarang dan metode penafsirannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AS-SIROJUL AL-MUNIR FII AL-I’ANAH ‘ALA MA’RIFATI BA’DLI MA’ANI
KALAAMI RABBINA AL-HAKIM AL-KHOBIR
1. Biografi pengarang
Kitab ini dikarang oleh Imam Syamsudin Muhammad bin Muhammad Asy-
Syarbini Al-Qahiri Asy-Syafi'i al-Khatib. la menimba ilmu dari banyak syeikh, antara
lain Syeikh Ahmad al-Barlasi, An-Nur a-Mahalli, Badr Al Masyhadi, Syihab ar-Ramli
dan lainnya. Ketika para syeikhnya suka kepadanya dan menilainya pantas berfatwa dan
mengajar, maka mereka memberikan ijazah kepadanya sehingga ia berfatwa dan
mengajar. Ilmunya ditimba oleh banyak orang yang tak terhitung.
Penduduk Mesir sepakat bahwa Khatib Asy-Syarbini adalah seseorang yang
memilki kepribadian yang agung soleh dan wara’. Mereka menggambarkannya sebagai
seseorang yang berilmu, beramal, zuhud, wara, dan gemar beribadah. la punya
kebiasaan i'tikaf dari awal Ramadhan dan tidak keluar dari mesjid kecuali setelah shalat
id. Jika pergi haji, ia tidak naik kendaraan kecuali kalau sudah tidak kuat jalan. la
menghindari popularitas dan kesibukan duniawi. la adalah salah satu tanda
kemahakuasaan Allah dan hujah bagi para makhluk-Nya. Beliau Berpulang ke
rahmatullah pada waktu asar hari Kamis 2 Sya'ban thn.977 H. Diantara karyanya yang
terpenting adalah Syarah kitab Minhaj dan kitab at-Tanbih yang merupakan dua kitab
syarah besar, berisi tulisan tahrir para syeikhnya sesudah Syeikh Zakaria. Kedua kitab
ini diminati banyak orang sewaktu ia masih hidup. Kitabnya yang lain ialah kitab
tafsirnya ini yang tengah kami perkenalkan.
Namun manakala ia tidak setuju dengan kisah yang tanpa komentar karena
isinya mengurangi kedudukan kenabian yang luhur, maka ia mengutipnya kemudian
menjelaskan ketidakbenarannýa.
Misal, saat menafsiri S.38 (Shad) :21-23, "dan adakah sampai kepadamu
berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar......". Kita temui ia
menyebutkan kalimat-kalimat Fakhrur-Razi dalam tafsirnya untuk menulis kisah batil
lalu ia menyatakan isinya yang sesuai dengan kedudukan Dawud as sebagai Nabi.
la banyak menukil atau mengutip dari tafsir Ar-Razi. Hal itu dapat dilihat oleh
orang yang membaca keduanya.
Kitab tafsir Khatib asy-Syarbaini telah dicetak dalam 4 jilid dan beredar di
kalangan ahli ilmu dan pelajar. Isinya mudah dan merupakan kumpulan dari banyak
tafsir sebelumnya.
Pengarang kitab ini sangat sibuk mengajar, menjadi hakim dan berfatwa.
Namun ia menyempatkan diri menulis kitab tafsir. Hal ini telah diakui oleh yang
bersangkutan dalam mukadimah tafsirnya.Tidak diketahui bahwa ia menerbitkan
tafsirnya sekaligus satu kitab atau tidak akan tetapi Orang-orang menyebutkan bahwa
ketika memulai dan sampai pada akhir S. Shad, ia menghentikan karangannya itu karena
datang kepadanya berbagai kesibukan. Selesai ia menerbitkannya pada bulan Sya'ban th.
973 H, ia mengirim kitabnya itu kepada Sultan Sulaiman Khan yang disambut dengan
haik bahkan diberi hadiah dan diberi tambahan 500 dirham setiap hari dari upah
kerjanya. Kemudian ia merampungkannya setelah satu tahun.Sisa karyanya yang ia
rampungkan itu kembali dikirim kepada Sultan dan mendapat sambutan baik bahkan
hadiah seperti semula.
Yang jelas, Kitab ini sungguh luar biasa, sangat indah ungkapan dan
bahasanya, menyingkap rahasia balaghah al-Qur'an yang belum ada contohnya.
Karenanya, tafsir ini menjadi terkenal di kalangan ahli ilmu.Tidak sedikit para ulama
memberikan pujian sebagai kitab tafsir terbaik. Pengarang kitab Al-Aqdu al-Manzhum
fi Dzikri Afadil ar-Rum menuturkan, "la dianugrahi dengan sesuatu yang belum pernah
diberikan kepada orang-orang semasanya dan belum pernah didengar oleh telinga.
Benarlah sebuah ungkapan, "Berapa banyak generasi awal meninggalkan warisan bagi
angkatan belakangan". Penulis kitab Fawaid al-Bahiyah fi Tarajum al-Hanafiah
memberikan pujian, "Saya telah menelaah kitab itu. Saya telah mengambil banyak
manfaat darinya sebagai kitab yang baik. Tidak terlalu panjang membosankan, tidak
terlalu pendek menyebalkan. Sarat dengan berbagai kelembutan dan poin poin penting,
hal-hal bermanfaat dan aneka isyarat". Penulis kitab Al-Kasyf mengatakan, "Naskah
tafsir Abus-Saud telah beredar di berbagai penjuru dan mendapat tempat dengan baik
dari para tokoh terkemuka karena keindahan bahasa dan ungkapannya. Sehingga ia
menjadi "orator para ahli tafsir". Telah maklum bahwa tafsir selainnya setelah Al-
Kasysyaf dan al-Qadhi tidak mencapai kedudukan seperti ini.
Kitab ini berbeda dengan kitab tafsir yang lain. Tidak banyak diberi catatan
kaki dan komentar atau uraian tentang isinya. Tidak sampai kepada kami (Penulis)
tulisan catatan kaki tersebut selain apa yang disebutkan oleh Pengarang kitab Kasyfuzh-
Zhunun bahwa diantara komentar dan catatan kaki terhadapnya ialah tulisan Sveikh
Ahmad Ar-Rumi al-Ahsari yang meninggal th.1041 H dari S. Rum sampai S, Ad-
Dukhan, dan goresan pena Syeikh Ridhaddin i fusuf Al-Qudsi hingga mendekati
separuh kitab yang kemudian dihadiahkan kepada Maula As'ad bin Sa'duddin saat
berkunjung ke Baitil-Magdis Yang biasa dilakukannya ialah menukil ucapan dua orang
Imam, Az Zamakhsyari dan Al-Baidhawi selain ucapan Abus-Saud sendiri yang
mengatakan, "Dalam Al-Kasysyaf disebutkan, "Al-Baidhawi berkata, sementara Al
Mufti bertutur". Lalu ia mengadakan penilaian terhadapnya. Itulah yang disebutkan oleh
penulis Kasyfuzh-Zhunun. Kami tidak mengetahui adanya orang lain yang memberi
catatan kaki selain kedua orang syeikh pemberi catatan kaki diatas82)
Penulis telah membaca mukadimah tafsir ini. Isinya banyak memuji tafsir Al-
Kasysyaf karya az-Zamakhsyari dan tafsir Anwar at-Tanzil karangan Al-Baidhawi. la
mengatakan bahwa sebelum menulis tafsirnya, ia terlebih dahulu membaca kedua kitab
itu. Lalu ia bertutur, "Sungguh, dalam perjalanan hari dan perputaran masa, atau
kesibukan saya menelaah kedua kitab itu dan saat saya fokus mempelajarinya, selalu
terbetik dalam pikiran saya siang malam untuk merangkai mutiara dari keduanya dalam
bentuk yang sangat menarik dan menyusun butir-butir manik keduanya dalam susunan
yang indah dengan diberi tambahan dari permata yang saya dapatkan dari berbagai kitab
yang membanggakan dengan cara saya memadukannya dalam untaian begitu lembut dan
dalam gaya bahasa indah sesuai dengan luhurnya kedudukan bidang ini (Al-Qur'an)
yang sangat indah susunannya yang menganugrahkan perhatian rabbani kepada
pemikiran kotor dan memberikan kepada pandangan tumpul akan hidayah suci yang
sarat dengan ilmu dan informasi yang menarik keinginan dan cita-cita setiap ahli dan
cendekia dan penuh dengan beragam hal menarik yang menggugah kerinduan para
pemikir dan orang-orang cerdas dari berbagai bangsa, juga padat dengan penjelasan
penjelasan detail yang mantap yang melenyapkan dugaan dan perkiraan dari apa yang
terlintas pada umat manusia, dalam pertarungan pemikiran yang didalamnya beragam
masalah simpang siur dan aneka dugaan berbaur. Saya bongkar segala rahasia
tersembunyi dibalik lumbung Kitab yang tersimpan. la akan menenangkan jiwa dan
menyejukkan mata. Selesai penyusunan dengan perkenan Allah, saya berniat untuk
menamainya dengan "Irsyad al-Aqlis-Salim ila Mazaya al-Kitab al-Karim.
Dari ucapannya ini, nampaklah bakwa Abus-Saud menjadikan kitab Al
Kasysyaf dan karya Al-Baidhawi sebagai rujukan utamanya Namun ia tidak terkecoh
oleh pemikiran mu'tazilah yang terdapat dalam kitab Al-Kasysyaf. Sebagai bukti ia tidak
menyebutkannya selain mengingatkan kita. Dalam tulisannya ia berjalan dalam
madzhab ahlussunnah wal-jama'ah. Tetapi ia terjebak ke dalam penyebutan hadits-hadits
tentang fadhilah surat surat yang disepakati oleh ulama atas kemaudhuannya,
sebagaimana Az Zamakhsyari dan Al-Baidhawi terjebak ke dalamnya.
B. DAFTAR PUSTAKA
MURNI COPAS TERJEMAH TAFSIR WAL MUFASSIRUN