Pendahuluan
Banyak ulama-ulama yang terkenal menafsirkan Al-Quran dengan kemampuan
yang dimilikinya baik ulama tafsir klasik maupun kontemporer. Diantara ulama-ulama
tafsir yang terkenal yaitu Ibnu Asyur. Nama lengkap beliau adalah Muhammad Thahir
Ibnu Asyur. Ibnu Asyur merupakan ulama kontemporer yang berasal dari Tunisia
Beliau menulis kitab tafsirnya yang bernama Kitab Tafsir At-Tahrir wa At-Tanwir.
Karya tafsir Ibnu Asyur adalah salah satu karya terbesar dari beberapa karya-karya
beliau dan merupakan karya tafsir kontemporer yang memiliki pengaruh cukup signifikan
dalam dunia tafsir. Kitab At-Tahrir wa At-Tanwir terdiri dari 30 Juz dan terbagi dalam 12
jilid. Dan kitab tafsir beliau yaitu Kitab At-Tahrir wa At-Tanwir merupakan salah satu
kitab tafsir kontemporer.
Dalam pembahasan selanjutnya akan menjelaskan tentang riwayat hidup Ibnu
Asyur yaitu mengenai biografinya, pendidikannya, karya-karyanya serta latar belakang
penyusunan kitab tafsir beliau dan juga sekilas gambaran tentang Kitab At-Tahrir wa At-
Tanwir. Kemudian dilanjutkan dengan memaparkan bagaimana metode penafsiran yang
digunakan Ibnu Asyur dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dalam kitab tafsir At-
Tahrir wa At-Tanwir serta menjelaskan tentang corak (laun) penafsiran dan pendekatan
(madkhal) penafsirannya.
1.Biografinya
Nama lengkap beliau adalah Muhammad al-Thahir bin Muhammad al-Tahrir bin
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Asy-Syadzili bin Abd Al-Qadir Ibnu
Asyur1[1].
Ibnu Asyur lahir di kota Al-Marasyi, kota Tunisia pada bulan Jumadil al-Ula tahun 1298
H
Bertepatan dengan bulan September tahun 1879 M. Ibnu Asyur wafat pada hari Ahad
tanggal 12 Rajab 1393 H/ 12 Oktober 1973 M sebelum salat Maghrib setelah sebelumnya
beliau merasakan sakit ringan salat melaksanakan salat Ashar.
Keluarga Ibnu Asyur berasal dari Andalusia kemudian pindah ke kota Sala di
Maroko, Maghrib. Setelah itu menetap di Tunisia. Ibnu Asyur tumbuh dalam asuhan
orang tuanya dan kakeknya. Kakeknya merupakan seorang Perdana Menteri dan Mufti.
2.Pendidikannya
Pendidikan awal beliau dapatkan dari kedua orang tuanya dan dari segenap
keluarganya baik langsung maupun tidak langsung. Khususnya kakeknya, beliau belajar
Al-Quran dan menghafalnya. Setelah itu menghafal beberapa kitab matan seperti matan
Ibnu Asyir al-Jurumiyah dan juga kitab syarah al-Syeikh Khalid al-Azhari Ala Al-
Jurumiyah. Setelah itu, beliau belajar di Zaitunah. Az-Zaitunah itu sederajat denngan Al-
Azhar di Kairo. Az-Zaitunah merupakan model pendidikan yang berpusat pada mesjid,
beliau belajar Al-Quran, baik hafalan, tajwid, qiraat dan lain sebagainya. Beliau belajar
di Az-Zaitunah sampai beliau ahli beberapa disiplin Ilmu. Beliau mempelajari beberapa
ilmu diantaranya Ilmu Nahwu, Ilmu Balaghah, Ilmu lughah, Ilmu Fiqh, Ilmu Ushul Fiqh,
Hadits, Mantiq, Ilmu Kalam, Ilmu Faraid, Ilmu tarikh dan lain sebagainya.
Selain dari orang tua dan kakeknya, beliau juga belajar dengan ulama-ulama
lainnya. Diantaranya: Syeikh Muhammad Ad-Dariiy, Syaikh Muhammad Al-Shalib al-
Suarif, Syeikh Muhammad Al-Khaliy, Syeikh Umar Ibnu Asyar, dan lain
sebagainya.Beliau hidup zaman dengan ulama ternama di Mesir yaitu Muhammad Al-
Khaddar Husein at-Tunisy. Mereka adalah teman perjuangan, ulama yang sangat luar
biasa, memiliki tingkat keimanan yang tinggi dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas.
Pada akhirnya Muhammad Al-Khadar Husein At-Tunisy menjadi Mufti di Mesir dan
Muhammad Thahir Ibnu Asyur menjadi Mufti di Tunisia.
Dan murid-murid beliau sangat banyak sekali karena beliau merupakan Syeikh
besar pada Universitas tersebut. Diantara murid-murid Ibnu Asyur yang terkenal adalah
Syeikh Muhammad Al-Fadl Ibnu Asyur, Syeikh Abd al-Humaid ba Idris, Syeikh al-Fadl
Muhammad Asy-Syazili An-Naisaburi3[3], dan lain sebagainya.
3.Karya-karyanya
4.Latar Belakang Penyusun Kitabnya dan Sekilas tentang Kitab Tafsir Ibnu Asyur
Kitab Tafsir At-Tahrir wa at-tanwir dimulai dengan pengantar yang ditulis sendiri
oleh pengarangnya yaitu Ibnu Asyur. Pengantarnya berisi tentang penjelasan dari beliau
tentang apa yang menjadi motivasi beliau dalam kitab tafsir, serta nama yang diberikan
kepada kitab tafsirnya. Dalam Muqaddimah tafsirnya beliau menuturkan satu angan-
angan terbesar dalam hidup beliau yang ingin dicapai adalah menafsirkan kitab Allah
yang merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW dan bercita-cita untuk
membuat sebuah tafsir yang lengkap dari segi kebahsan dan maknanya, yang belum
perna ada sebelumnya. Tafsir yang mencakup kemaslahatan dunia dan akhirat. Bukan
hanya sekedar mengumpulkan perkataan ulama sebelumnya, melainkan memiliki
1.Metode Tafsirnya
Metode tafsir yang digunakan Ibnu Asyur dalam menafsirkan Al-Quran adalah
dengan menggunakan metode tahlili. Metode tahlili adalah penafsiran yang berusaha
menafsirkan suatu Al-Quran dari berbagai aspeknya dengan panjang lebar berdasarkan
urutan-urutan ayat dan surat dalam mushaf7[7], penjelasan yang dimaksud dengan
memaparkan berbagai aspek yang berkaitan dengan ayat yang ditafsirkan, baik
pengertian dan kandungan ayat, sebab-sebab turunnya ayat dan lain sebagainya. Suatu
kitab tafsir dapat digolongkan dalam menggunakan metode tahlili apabila memenuhi
kriteria metode Tahlili8[8]. Kriterianya adalah:
7[7] Zenrif, Sistesis Paradigma Studi Al-Quran (Malang:UIN Malang Press,2008), hal.43
) : (
: :
:
.
.
: : :
{ : .
{ : } [ ] 1 : .
{ } :
.
Al-mudatsir isim fail dari kata tadtsir yang berarti apabila memakai selimut. Asal kata al-
mudatsir adalah mutadtsir lalu dihilangkan huruf ta, yang menunujukkan pendekatan dan
mempermudah dalam mengatakan11[11].
Dalam penafsiran beliau dalam Surat Al-Mudatsir : 1-3 yaitu beliau menyebutkan
asbabun nuzulnya kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kata perkata yaitu lafal
ayat-ayat dalam surat tersebut secara panjang lebar.
Seperti dalam kitab Ibnu Asyur, setelah beliau menafsirkan Surat Al-Fatihah secara
panjang lebar dilanjutkan dengan menafsirkan Surat Al-Baqarah dan dilanjutkan surat-
surat setelahnya dan diakhiri dengan Surat An-Nas. Dan juga Kitab At-Tahrir wa At-
Tanwir terdiri dari 30 Juz dan terbagi dalam 12 jilid yang dimulai dengan Surat Al-
Baqarah dan diakhiri dengan Surat An-Nas.
Penafsiran beliau adalah Allah memanggil dengan nabi Muhammad dengan suatu sifat
yang khusus baginya yang berada di langit dan bumi dan kemudian malaikat merukyah
Al-mudatsir isim fail dari kata tadtsir yang berarti apabila memakai selimut. Asal kata al-
mudatsir adalah mutadtsir lalu dihilangkan huruf ta, yang menunujukkan pendekatan dan
mempermudah dalam mengatakan.
Adapun yang nampak jelas pertama kali ayat ini diturunkan Allah menyeru untuk
berdakwah, karena di dalam Surah Al-Alaq tidak ada seruan untuk berdakwah. Dan
sumber dari pengertian dari sumber Surat Al-Mudatsir adalah dakwah. Allah Berfirman:
Q.S. Al-Muzammil : 15
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah)
seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus
(dahulu) seorang Rasul kepada Fir'aun.
Dan di ayat lain Allah menjelaskan wazarni walmukadzibin artinya tinggalkan aku
dalam kedustaan .
Mereka kaum Quraisy mendustakan Nabi Muhammad, setelah beliau menyampaikan apa
yang telah diperintahkan Allah, walaupun sebagian mereka menolak dan mendustakan
tetap beliau menyampaikan karena merupakn suatu perintah. Khadijah berkata: Seruan
terrsebut merupakan amanat bagi seluruh manusia.
Wa rabbuka fakabbir dan Tuhanmu maka besarkanlah termasuk maful dari kata
kabbara karena dihukumkan sebagai pengkhususan dan tidak membesarkan kepada
selainnya, betul-betul menyatu dalam mentauhidkan Allah semata dan bukan kepada
patung. Dan waw adalah athaf sama dengan kata maknanya tidak lemah dengan
pengetahuan keagungan Allah Ilahiyah dan mencakup kesempurnaan dalam sifat-sifat
Allah13[13].
Dan makna mengangungkan keyakinmu, membesarkan dengan perkataan tasbih dan ilmu
pengetahuan dan mencakup makna Allahu Akbar karena sifat ini adalah sifat Allah yang
sangat besar dari segala yang besar atau pengangungan atas segala yang agung dan
kalimat ini adalah sebagai pembukaan dalam shalat.
Banyak istilah yang digunakan ulama tafsir untuk menjelaskan pendekatan atau
madkhal yang digunakan dalam suatu penafsiran. Pendekatan suatu penafsiran adalah
suatu warna, arah atau kecenderungan pemikiran atau ide-ide tertentu yang mendominasi
suatu karya tafsir14[14]. Pendekatan atau madkhal dalam penafsirannya adalah lughawi
atau adabi yaitu beliau dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran lebih kepada aspek
gramatikal bahasa dan sastra. Sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah15[15]:
. } {
] 1 : { } [
{ } .
{ }
. { }
. ) (
) ( ( )
) (
( )
( )
. } { } {
Dalam penafsiran ayat tersebut beliau menjelaskan tentang lafaz al-Kitab tersebut
secara panjang lebar baik dari segi gramatikal maupun sastra.
D.Penutup
DAFTAR PUSTAKA