Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

THEODOR NOLDEKE

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Barat atas Al-Qur’an

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad, Lc., M.Th.I

Oleh:

Titin Hurniati 19240013


Moch. Dimas Hidayatullah 19240019
Aisyatul Rodiyah 19240039

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2021
KATA PENGANTAR
Sumber belajar yang merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
proses belajar dan pembelajaran agar proses tersebut dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut penulis berusaha menyusun materi kuliah
Kajian Barat atas Al-Qur’an dalam bentuk makalah. Beribu kata terima kasih kami
ucapkan kepada bapak Dr. Muhammad, Lc., M.Th.I selaku dosen pengajar dan
pembimbing Mata Kajian Barat atas Al-Qur’an yang telah membimbing kami sebagai
penyusun dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Serta kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Makalah ini akan membahas tentang
“Theodor Noldeke”, dari biografi sampai pemikiran dan pendapat Theodor Noldeke
terhadap Al-Qur’an.
Apa yang disajikan dalam makalah ini hanyalah merupakan garis besar materi
kuliah. Untuk memperluas dan memperdalam wawasan dalam bidang ini diharapkan
mahasiswa membaca berbagai refensi yang relevan, terutama yang buku-buku ataupun
jurnal yang dijadikan acuan dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa banyak kelemahan yang terdapat makalah ini, baik yang
menyangkut isi, pengungkapan, maupun sistematika penulisan. Untuk itu saran serta
kritik yang konstruktif senantiasa penulis harapkan.

Malang, 26 September 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika membicarakan orientalisme Islam sudah tentu menjadi sorotan utama para
kaum orientalis adalah kajian terhadap al-Qur’an. Sebagai Kitab Suci yang diyakini
otentisitasnya di kalangan umat Muslim, al-Qur’an menjadi sasaran utama studi mereka.
Secara umum kajian ini terpetakan menjadi tiga bidang kajian. Pertama, kajian tentang
teks al- Qur’an; kedua, studi mengenai alih bahasa al-Qur’an; dan ketiga adalah kajian
yang mengarah pada bagaimana kaum Muslimin memahami al-Qur’an. Kajian model
pertama, yakni kajian teks al- Qur’an, mendapatkan porsi lebih besar. Hal ini terjadi
karena pemicu suburnya kajian keislaman Barat tentang al-Qur’an adalah untuk
menemukan sumber-sumber al-Qur’an. Dalam kajian ini tidak saja dibahas mengenai
kronologi teks melainkan juga tentang asal- usul atau sumber teks al-Qur’an.
Makalah ini akam membahas pemikiran Theodor Noldeke, salah seorang orientalis
ternama berkebangsaan Jerman. Melalui pendekatan sastrawi (literary approach),
Noldeke melakukan kajian kritis-historis terhadap pengaruh al-Qur'an dari tradisi Yahudi
(Kitab Taurat) dan Nasrani (Injil)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Theodor Noldeke?
2. Bagaimana Konsep Berfikir Theodor Noldeke Saat Berinteraksi dengan Al-
Qur’an?
3. Bagaimana Pandangan Theodor Noldeke Terhadap Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Biografi Theodor Noldeke
2. Memahami Konsep Berfikir Theodor Noldeke Saat Berinteraksi dengan Al-Qur’an
3. Memahami Pandangan Theodor Noldeke Terhadap Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Theodor Noldeke

Tokoh Orientalis yang bermana lengkapnya Theodor Noldeke lahir pada 2 maret
1837 di Kota Harburg, Jerman, sejak 1977 masuk ke dalam wilayah Hamburg, Jerman.
Dan Noldeke berasal dari keluarga yang berpendidikan bagi anak-anak beliau. Ayah-Nya
adalah seorang wakil kepala sekolah menengah di Hamburg, kemudian diangkat menjadi
pengawas sekolah menengah di Kota Lingen sejak tahun 1849-1866 M. Di Kota Lingen
inilah pada tahun 1849-1853 M, Theodor Noldeke mempersiapkan diri untuk memasuki
pendidikan tinggi di bawah arahan ayahnya, dengan mempelajari sastra klasik, Yunani
dan Latin. Namun akhirnya dia tertarik pada kajian bahasa-bahasa Semit. Di antara
alasannya adalah ketika Theodor Noldeke hendak masuk Universitas Gonttingen pada
tahun 1853, ayahnya menitipkan kepada sahabatnya, H. Ewald, pakar bahasa-bahasa
Semit, terutama bahasa Ibrani. H. Ewald kemudian mengarahkan Theodor Noldeke agar
terlebih dahulu menekuni dua bahasa Semit, yaitu Arab dan Persia beserta sastranya.1

Kemudian Theodor Noldeke belajar bahasa Suryani dan Aramiah kepada H. Ewald
untuk memahami kitab suci, dan kepada beliau belajar bahasa Aramiah yang dipelajari
Theodor Noldeke di universitas, sedangkan dialek-dialek bahasa Aramiah lainnya
dipelajari sendiri.Theodor Noldeke meraih gelar sarjana tingkat pertama pada usianya
yang ke-20 tahun, setelah itu beliau mulai mengadakan berbagai penelitian di luar Jerman.
Pertama Theodor Noldeke pergi ke Wina dan menetap disana selama satu tahun (1856-
1857 M) untuk mempelajari dan meneliti manuskrip-manuskrip yang tersimpan di
perpustakaan Wina. Pada saat itu, Theodor Noldeke juga memperdalam bahasa Persia dan
Turki dengan membaca syair-syair sufistik yang ditulis oleh penyair besar Persia, seperti
seperti Sa'di dan Fariduddin ath-Thaar.

Hampir setahun di Wina (Austria), Theodor Noldeke pindah ke Leiden (Belanda),


dari tahun 1857 di musim dingin sampai tahun 1858 di musim semi. Di sinilah Theodor
Noldeke menjumpai manuskrip-manuskrip Arab yang amat banyak, sekaligus para

1
Abdurahman Badawi, Ensiklopedi Tokoh Orientalis (Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang,
2012), h. 297.
Orientalis yang sangat mumpuni, seperti Anne Dozy (w. 1883 M), T. W. Juynboll (w.
1861 M), Mattys de Vries, dan Kuenen. Kepada mereka-lah Theodor Noldeke menjalin
hubungan persahabatan yang amat erat dan belajar membaca manuskrip- manuskrip Arab
dan Turki selama satu setengah tahun (hingga 2 September 1860 M) yang sangat bermutu.
Beliau belajar dan membaca manuskrip- manuskrip dari mereka (guru). Beliau juga
berkenalan dengan tokoh-tokoh Orientalis seperti M. Jan de Goejo (w. 1909 M), de Jong,
dan Engelmann. Muridnya yakni Christian Snouck Hurgronje (w. 1936 M), Charles Cutler
Torrey (w. 1956 M), dan Friedrich Zacharias Schwally (w. 1919 M).2

Beliau tidak berhenti belajar di Leiden, Noldeke kembali pulang ke Jerman, tetapi
beliau tidak pulang kampung, melainkan beliau melanjutkan penelitian di Goeta (Jerman)
dan menetap disana selama satu bulan. Pada 26 April 1858, Noldeke kembali melanjutkan
perlawatan-Nya ke Berlin untuk kembali bersentuhan dengan manuskrip-manuskrip.3
Dari Berlin, Jerman, pada 2 September 1860, Theodor Noldeke meneruskan lawatannya
ke Roma, Italia dan berada disana selama tiga bulan. Lawatannya ke Roma merupakan
satu-satunya tujuan perjalanan Theodor Noldeke ke Iura, Jerman, selain ke Wina, Leiden
dan Inggris. Yang amat mengherankan, Theodor Noldeke justru tidak pernah
mengunjungi negeri-negeri Arab dan Islam, meskipun hampir seluruh kajian ilmiah
berkisar tentang bahasa, sastra, sejarah dan geografi negara-negara Arab dan Islam.4

Sekembalinya dari Italia, Theodor Noldeke ditunjuk sebagi asisten pengelola


perpustakaan Gottingen, Desember 1860 hingga Januari 1862. Sejak tahun 1861, Noldeke
sudah ditugaskan menjadi asisten dosen di Universitas Gottingen. Oleh H. Ewald,
Theodor Noldeke dibebani tugas untuk mengajarkan tafsir dan tata bahasa Arab, setelah
itu Theodor Noldeke diberi tugas mengajarkan tafsir-tafsir Kitab Suci Perjanjian Lama.
Pada tahun 1861, beliau menyampaikan kuliah di universitas di Göttingen dan diangkat

2
Wan Mohammad Ubaidillah bin Wan Abas & M. Y. Zulkifli bin Mohd Yusoff, “Wahyu menurut
Noldeke: Analisis Terhadap Isu Kenabian Muhammmad dalam karya Geschichte des Qorans”. Jurnal
International Journal on Quranic Research, Vol. 2, No.2 (2012): h. 5.
3
Kurdi Fadal, “Pandangan Orientalis terhadap al-Qur`an Teori Pengaruh al- Qur`an Theodore
Noldeke”. Jurnal Religia, Vol 14, No.2 (Jurusan Ushuluddin STAIN Pekalongan, Oktober 2011): h.
192.
4
Bisri Musthofa, “Serangan Noldeka Terhadap Autentisitas Al-Qur’an”. Jurnal
el-Harakah Vol. 8 No.1 (Januari-April 2006): h. 100.
diangkat menjadi asisten dosen. Selain itu, H. Ewald gurunya juga memberikan
kepercayaan kepadanya untuk mengajarkan tafsir dan tata bahasa Arab. Pada saat itu,
beliau juga mengajarkan kajian syair-syair klasik kepada para mahasiswanya dengan
menggunakan bahan-bahan yang pernah disalinnya dahulu dari beberapa manuskrip di
Kota Wina, Leiden, Goeta, dan Berlin. Setelah itu, Noldeke pun mulai menulis dan
mengumpulkan kajian tersebut dalam sebuah karya yang berjudul "Beitrage Zur Kanntnis
der Poesie der Alten Araber". Tiga tahun kemudian, beliau dilantik menjadi extraordinary
professor. Pada tahun 1868 beliau menjadi profesor di Universitas Kiel dan pada tahun
1872 dipilih untuk menyandang kursi bahasa-bahasa timur atau Semitik (the Chair of
Oriental languages) di Universitas Strassburg. Beliau menjadi profesor Jerman pertama
setelah Alsace-Lorraine berjaya diambil semula dari Perancis. Pada tahun 1906 setelah
berkhidmat lebih daripada 30 tahun.

Pada tahun 1864-1872, Theodor Noldeke ditunjuk sebagai guru besar bahasa-bahasa
Semit di Universitas Kiel. Pada musim semi tahun 1872, dia diangkat menjadi Guru Besar
di Universitas Strassburg hingga tahun 1920. Pada musim bunga tahun 1920, Theodor
Noldeke pindah ke Kota Karlsruhe, kawasan Rien, Jerman atas, tinggal di rumah anaknya
yang Theodor Noldeke dikaruniai sepuluh anak putra putra-putri. Pada 25 Desember
1930, Theodor Noldeke meninggal dunia di Karlsruhe, Jerman dengan berusia 94 tahun.5

Karya-Karya Theodor Noldeke

Beliau banyak menerbitkan sejumlah buku, artikel, dan Theodor Noldeke telah
banyak menghasilkan banyak karya dalam berbagai bidang, baik tafsir, sejarah Islam dan
bahasa, maupun akidah dengan menggunakan bahasa yang ia kuasai. Hasil karya
kreatifnya diantaranya: 6
1) Geschichte Des Qorans (The History of Qur`an),
2) Sketches from Eastern History (1892),

3) Uber d Mundart Mandaer von Theodor Noldeke,

4) Des Leben Mohammads Beitrage zur Kentmiss der Poesie der Alten

5
Abdurahman Badawi, Ensiklopedi Tokoh Orientalis, h. 299-301.
6
Wan Mohammad Ubaidillah bin Wan Abas & M. Y. Zulkifli bin Mohd Yusoff, “Wahyu menurut
Noldeke: Analisis Terhadap Isu Kenabian Muhammmad dalam karya Geschichte des Qorans”, h. 6.
Araber,
5) Sketches from Eastern History (Skizzen aus der östlichen Geschichte),
6) Compendious Syriac Grammar (Kompendente Syrissche Grammatik),
7) Assyrios Syrios Syros,
8) Tarikh al-Qur`ān,

9) A life of Muḥammad (1863),

10) The Qurʻan: An Introductory Essay,

11) The History and Cilivizations of Islam,

12) Geschichte der Perser und Araber zur Zeit der Sasaniden (1879),
13) Mandäische Grammatik (1874),
14) Die Gedichte des Urwa bin Alward,

15) Geschichte der Pesser und Araber zur,

16) Zeit der Sasaniden,

17) Die Semitischte Sprachthen Das iranische Nationalepos,

18) Funt Moʻallakat,

19) Neue Beitrage zur Semitischen sprachkunde,

20) Orientalische Skizzen,

21) The History and civilization of Islam,

22) Grammatik der neusyrischen Sprache,

23) Semit Sprachwissenschaf,

24) Neuc Beitrge zur Semit,


B. Konsep Berfikir Theodor Noldeke Saat Berinteraksi dengan Al-Qur’an
1. Pendekatan Orientalis
Banyak metode yang digunakan Sarjana Barat dalam studi Islam untuk melakukan
dialog konstruktif. Ada beberapa metodologi pendekatan yang digunakan oleh
Orientalis dalam studi al-Qur`an, yaitu pendekatan filologis (teks), pendekatan
kritik sejarah (historis), dan pendekatan fenomenologis (ontologis).7
a. Pendekatan
Theodor Noldeke menggunakan Pendekatan Kritik Sumber (sources
criticism), yaitu menganalisis secara kritis mengenai kisah-kisah Al-Qur`an,
lalu membandingkan dengan sumber pada kitab Yahudi-Nasrani dan Analisis
Filologis (philological study), yaitu aplikasi pada menelisik istilah-istilah
dengan al-Qur`an, lalu membandingkan dengan sumber pada kitab Yahudi-
Nasrani.
b. Metode
Theodor Noldeke menggunakan Metode Kritis Historis (historical criticism).
Pendekatan ini menitikberatkan pada data yang berisi membandingkan antara
sejarah dan legenda, antara fakta dan fiksi, antara realitas dan mitos.
Pendekatan tersebut digunakan untuk mengkaji Studi Bibel (biblical studies).
c. Kerangka Analisis
Pertama: Melacak dan menemukan secara kritis asal muasal al-Qur`an.
Kedua: Menjadikan karya beliau sebagai model kajian kritis al-Qur’an
dengan menggunakan analisis kritik bibel berupa historis-kritis. Ketiga:
Merekontruksi sejarah teks al-Qurʽan.8

Dari berbagai pendekatan di atas, Noldeke menggunakan pendekatan kritis


historis dengan mengaplikasikan pendekatan tersebut dalam karya beliau yakni
“Geschicte des Qorans” (The History of Qur`an) dalam edisi bahasa Arab berjudul
“Tarikh al-Qur’an”. Theodor Noldeke menyimpulkan bahwa wahyu dalam al-Qur’an
bersumber dari ajaran sebelumnya. Pendekatan serupa banyak digunakan oleh Orientalis,
hasilnya dapat disaksikan dalam karya yang terkemuka, seperti T.J. De Boer dalam

7
Muhammad Farid, PANDANGAN THEODOR NOLDEKE TENTANG AL-QUR`AN. PROGRAM
STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH, 1, November 2020, hal. 60

8
Muhammad Farid, PANDANGAN THEODOR NOLDEKE TENTANG AL-QUR`AN... hal. 59
karyanya “Tārīkh al-Falsafah fī al-Islām”. Beliau menyebutkan dalam karyanya bahwa
filsafat Islam berasal dari helenistik filsafat Yunani.9

C. Pandangan Theodor Noldeke Terhadap Al-Qur’an

Sebelum membahas mengenai pemikiran Theodor Noldeke mengenai Al-Qur’an,


penting pula mengetahui pemikiran Theodor Noldeke tentang Nabi Muhammad. Theodor
Noldeke memiliki pandangan yang berbeda dengan pendapat pada umumnya mengenai
ke-ummi-an Nabi Muhammad. Menurutnya, ummi yang dimaksud bukan sebagai orang
yang tidak bisa membaca menulis, namun kata ummi lebih layak dipahami sebagai
kebalikan dari “orang yang mengenal kitab suci”. Dengan kata lain, Muhammad tampil
sebagai Nabi yang ummi yang tidak memahami kitab-kitab suci terdahulu. Argumennya
ini didasarkan pada QS. Al-Ankabut:48 yang artinya “Dan kamu tidak pernah membaca
sebelumnya (al-Qur’an) sesuatu kitabpun dan kamu tidak pernah menulis suatu kitabpun
dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar
ragulah orang-orang yang mengingkari(mu)”

Menurutnya berdasarkan ayat tersebut, Pemahaman yang lebih cocok adalah bahwa
Muhammad tidak mengenal kitab-kitab suci terdahulu kecuali sedikit. Menurutnya,
Muhammad memahami kitab-kitab suci terdahulu hanya melalui keterangan wahyu.
Noldeke mengemukakan bahwa ketidakpahaman Muhammad akan kitab-kitab suci
terdahulu karena beliau tidak menguasai bahasa lain kecuali bahasa Arab. Karena alasan
itulah, Noldeke berusaha mempertahankan pandangannya bahwa Muhammad tidak
cukup paham terhadap kitab-kitab suci, sehingga pernyataan-pernyataan Muhammad
tentang agama-agama terdahulu tidak bisa dipercaya. Sebaliknya, jika Muhammad telah
mengetahui banyak informasi tentang umat terdahulu dengan hasil bacaannya terhadap
kitab-kitab suci sebelumnya, tentu segala ajaran yang disampaikan Muhammad harus
diragukan keotentikannya sebagai wahyu yang murni berasal dari Tuhan, sebab apapun
yang disampaikannya akan tercampur dengan hasil pengetahuan dan nalarnya, lantaran
ia tampil sebagai sosok pemuka yang pintar karena belajar.10 Mengenai ke-rasulan Nabi

9
Muhammad Farid, PANDANGAN THEODOR NOLDEKE TENTANG AL-QUR`AN... hal. 62

Kurdi Fadal, PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP AL-QUR’AN (“Teori


10

Pengaruh” Al-Qur’an Theodor Noldeke), Religia, Vol 14, No 2, 2011, h 196


Muhammad, ia menyatakan bahwa, pernyataan Muhammad bahwa beliau merupakan
utusan Tuhan dan apa yang darinya adalah dari Tuhan, itu hanyalah berupa sebuah ide
untuk menarik simpati masyarakat arab ketika itu.

Theodor Noldeke mengukur segala konsepsi Al-Quran dilihat dari sudut


pandang ukuran Bible dan teologi Kristen Yahudi. Hal ini terlihat dalam tuduhan
umumnya bahwa al Qur’an merupakan produk duplikasi Taurat dan Injil.11 Menurut
Noldeke, selain kisah-kisah umat terdahulu sumber utama yang menjadi rujukan
Muhammad bukanlah kitab suci, namun berupa ajaran-ajaran kepercayaan dan sumber
liturgi (tata kebaktian). Banyak sekali kosa kata dalam al-Qur’an yang jelas- jelas berasal
dari tradisi Yahudi dan Nasrani. Noldeke menambahkan, hasil pengadopsian terhadap
tradisi Nasrani tidak lebih banyak daripada tradisi Yahudi. Noldeke meyakini bahwa
sumber utama wahyu yang diberikan kepada Muhammad adalah kitabat (catatan-catatan)
Yahudi. Sebagian besar ajaran dan kisah-kisah para nabi yang disebutkan dalam al-
Qur’an, bahkan aturan-aturan yang dibawanya adalah berasal dari Yahudi. Selain
terhadap tradisi Yahudi dan Nasrani, menurut Noldeke al-Qur’an juga mengadopsi
bahasa Abisinia, seperti kata hawariyyun yang berarti “apostles,” ma’idah yang berarti
“table” (meja), dan syaitan (setan). Diantara contoh yang dikemukakan Noldeke bahwa
Muhammad mengadopsi ajaran dari Yahudi adalah (1) Kalimat ‘Lā ilāha illā Allāh,
menurut Noldeke kalimat syahādah ini diadopsi Muhammad dari Kitab Samoel II: 32:
22. (2) Bacaan “basmalah”. Kalimat ini biasa diungkapkan saat akan melakukan
perbuatan yang sudah dikenal dalam tradisi Yahudi, sebagaimana disebutkan dalam kisah
Nabi Nuh dan Nabi Sulaiman.12

Noldeke juga berasumsi bahwa Muhammad telah “mencuri” tradisi Yahudi-


Kristen, sehingga mereka meragukannya sebagai kitab yang murni dari Allah.
Kesimpulan kaum orientalis ini tidak terlepas dari pedoman awal yang menjadikan Bible
sebagai kitab standar kebenaran mereka, sehingga apapun isi al-Qur’an yang sama dengan
Bible dianggap sebagai hasil jiplakan Muhammad dari kitab suci mereka, sebaliknya

11
Adnin Armas, Metodologi Bible dalam Studi Al Qur’an Studi Kritis, Jakarta, Gema Insani Press, 2005,
hal 133
12
Kurdi Fadal, PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP AL-QUR’AN (“Teori Pengaruh” Al-Qur’an
Theodor Noldeke), h. 200
kandungan al-Qur’an yang tidak sesuai dengannya dipandang sebagai kesalahan Nabi
Muhammad.13

Kurdi Fadal, PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP AL-QUR’AN (“Teori Pengaruh” Al-Qur’an


13

Theodor Noldeke), h. 202


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Theodor Noldeke merupakan Tokoh Orientalis asal Jerman yang mengkritisi Al
Qur’an bahwa Al-Qur’an banyak dipengaruhi oleh agama Yahudi dan beberapa di
antaranya juga dari agama Kristen. Pendekatannya yang menggunakan pendekatan
Kritik Historis menjadikannya mengeneralisir kebenaran informasi yang ia dapat. Yaitu
kebenaran yang mencakup antara sejarah dan legenda, antara fakta dan fiksi, dan antara
realita dan mitos.karena semuanya harus disesuaikan dengan Bible. Noldeke
menyebutkan bahwa kalimat syahādah dan basmalah yang menjadi bagian penting
dalam ajaran Islam diyakini berasal dari agama Yahudi. Selain itu, beberapa kata seperti
kata furqān dan millah juga diadopsi Muhammad dari Yahudi, menurut Noldeke, telah
dipahami secara salah. Sementara dari tradisi Kristen, al-Qur’an diyakini Noldeke telah
mengadopsi beberapa kisah-kisah di dalamnya. Kisah Maryam dan kelahiran Isa (Yesus)
yang disebutkan dalam al-Qur’an adalah bukti kongkret dari pengadopsian Muhammad
terhadap agama Kristen.
B. Saran
Kami menyadari jika makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
membuka pintu saran dan kritik seluas-luasnya bagi para pembaca. Dengan tujuan agar
ke depannya kami bisa mengoreksi, meneliti dan belajar menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Armas, Adnin. Metodologi Bible dalam Studi Al Qur’an Studi Kritis. Jakarta: Gema
Insani Press. 2005
Badawi, Ensiklopedi Tokoh Orientalis. Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang. 2012
Fadal, Kurdi. “Pandangan Orientalis terhadap al-Qur`an Teori Pengaruh al- Qur`an
Theodore Noldeke”. Religia. Vol 14. No.2. Jurusan Ushuluddin STAIN
Pekalongan. 2011
Fadal, Kurdi. “PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP AL-QUR’AN (“Teori
Pengaruh” Al-Qur’an Theodor Noldeke)”. Religia. Vol 14. No 2. 2011.
Farid, Muhammad. “PANDANGAN THEODOR NOLDEKE TENTANG AL-QUR`AN.
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS
USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH”. 2020
Musthofa, Bisri. “Serangan Noldeka Terhadap Autentisitas Al-Qur’an”. Jurnal el-
Harakah. Vol. 8 No.1. 2006
Ubaidillah, Wan Mohammad bin Wan Abas & M. Y. Zulkifli bin Mohd Yusoff. “Wahyu
menurut Noldeke: Analisis Terhadap Isu Kenabian Muhammmad dalam karya
Geschichte des Qorans”. International Journal on Quranic Research. Vol. 2.
No.2. 2012

Anda mungkin juga menyukai