Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

1. a. Definisi Thabaqat Mufassirin

Thabaqat ialah lapisan atau tingkatan. Sedangkan thabaqat mufassirin dapat


diartikan lapisan atau tingkatan mufassir dari zaman sahabat sampai kepada
zaman pembaharuan.

1. b. Tokoh-tokoh Mufassir Zaman Sahabat

Mufassir dari kalangan sahabat. Diantara mereka yang paling terkenal adalah
empat khalifah, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay Bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu
Musa Al-Ays’ari, Abdullah bin Az-Zubair, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Jabir
dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash. Diantara empat khalifah yang banyak
diriwayatkan tafsirya adalah Ali bin Abi Thalib, sedangkan periwayatan dari tiga
khalifah lainnya jarang sekali. Yang demikian disebabkan mereka meninggal
lebih dahulu, sebagaimana terjadi pada Abu bakar.[1] Sebab lain yakni kesibukan
mereka mengurus kekhalifahan dan kebutuhan akan tafsir masih sedikit
mengingat masih banyaknya orang-orang yang pandai di bidang tafsir.[2]

Mengenai Ali bin Abi Thalib, beliau terkenal dengan keberaniannya,


kepintarannya dalam bidang ilmu dan kesucian jiwa. Diriwayatkan dari Ali bin
Abi Thalib, beliau mengatakan :“Tanyakanlah saya, tanyakanlah saya dan
tanyakanlah saya tentang kitabullah ! Demi Allah, tidak satu ayat pun dalam
kitabullah, kecuali saya mengetahui diturunkannya siang atau malam hari.” Ibnu
Abbas ra. Mengatakan : “ bila datang kepada kami riwayat seorang yang jujur dari
Ali. Kami tidak akan menyimpang darinya.” Riwayat lain mengatakan : “ saya
tidak akan mengambil riwayat tafsir Al-Qur’an, melainkan dari Ali.”

Abdullah bin Mas’ud, beliau termasuk orang-orang yang pertama kali masuk
Islam, turut serta berhijrah pada dua hijrah dan peperangan badar serta peperangan
lainnya. Beliau sempat mempelajari dari Nabi SAW. Lebih dari 70 surat dalam
Al-Qur’an. Nabi SAW. Pernah mengatakan kepada Abdullah bin Mas’ud pada
masa pertama keislamannya : sesungguhnya engkau adalah anak yang cerdik.”
Beliau katakan lagi : “ Barang siapa yang hendak membaca Al-Qur’an setepat
diturunkan, hendaklah ia membacanya menurut bacaan Ibnu Ummi Abd.”

Sementara itu ibnu Mas’ud lebih banyak diriwayatkan tafsinya dari pada Ali. Ibnu
jarir dan yang lain meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ia berkata: “Demi Allah tiada
tuhan selain dia, tidaklah diturunkan satu ayat pun dari kitabullah kecuali aku tahu
berkenaan dengan siapa dan dimanakah ia diturunkan. Andai kata aku mengetahui
tempat seseorang yang lebih tahu dari aku tentang kitabullah ia dapat dicapai
dengan kendaraan, aku pasti datangi.”[3]

Abdullah bin Abbas, beliau merupakan anak paman Rasulullah SAW, dilahirkan
tiga tahun sebelum hijriyah. Beliau melajimkan pergaulan dengan Nabi SAW
karena kedudukannya sebagai anak paman Nabi dan bibinya yang bernama
Maimunah merupakan istri Nabi SAW. Berkat doa-doa dari Nabi SAW, beliau
menjadi tinta umat dalam penyebaran tafsir Al-Qur’an dan Fiqih. Allah SWT
telah memberikannya taufik

hingga beliau mendapatkan kedudukan yang tinggi hingga Umar bin Khatab
sering mengundangnya dalam berbagai pertemuan dan meminta pendapatnya. [4]

Sedangkan Zaid Ibn Shabit, Abu Musa Asyaryi, Abdullah Ibn Zubair,mereka
meriwayatkan tafsir lebih sedikit daripada keempat khulafarurasyidin.[5]

1. c. Tokoh-tokoh Mufassir Zaman Tabi’in

Ulama-ulama tabi’in dapat kita bagi kepada tiga thabaqat yaitu thabaqat ulama
mekkah, thabaqat ulama madinah dan thabaqat ulama iraq.
1. thabaqat ulama Mekkah[6]

Tabi’in-tabi’in mekkah, adalah ulama-ulama yang lebih mengetahui tentang ilmu


tafsir. Demikian oleh As-Sayuthy dari ibnu Taimiyah, bahwasannya beliau
berkata: “ ulama yang paling pandai tentang tafsir, ialah tabi’in mekkah, karena
mereka terdiri dari sahabat-sahabat Ibnu Abbas, seperti Mujahid, Atha’ ibn Abi
Rabah, Ikrimah maula ibn Abbas, Said ibn Jubair dan thus.”

Mujahid, adalah orang yang paling dipercaya diantara perawi-perawi tafsir yang
meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Asy syafi’y, Al-Buhary dan tokoh-tokoh ilmu
yang lain berpegang kepada tafsir mujahid.

Atha’ dan said juga terpandang perawi-perawi kepercayaan yang meriwayatkan


tafsir dari ibnu abbas.

Ikrimah adalah seorang yang terpandai juga. Asy Syafi’y mengatakan kepadanya:
“ tidak ada seorang pun yang masih tinggal yang lebih mengetahui kitabullah
daripada Ikrimah.” Dan Ikrimah sendiri berkata : “Segala yang saya ceritakan
kepadamu, maka semuanya ini saya terima dari Ibnu Abbas.”

Thus ibn Kaisan, adalah seorang ahli ilmu yang terkenal. Beliau bertemu dengan
lima puluh sahabat Rasul dan beliau mengerjakan haji sebanyak 40 kali. Doanya
selalu diperkenankan Allah.

1. Thabaqat ulama Madinah

Diantara ulama madinah yang terpandang, ialah Zaid ibn Aslam. Tafsinya
dipelajari oleh putranya sendiri yang bernama Abdurrahman dan oleh Malik ibn
Anas, imam kota Madinah.
Diantarnya pula Abu Aliyah, salah seorang perawi tafsir dari Ubay Ibn Ka’ab.
Tafsirnya diriwayatkan oleh Ar rabi’ ibn Anas.

Diantaranya pula ialah Muhammad ibn ka’ab Al Quradhy. Mengenai beliau ini,
ibnu Aun berkata : “ Saya belum pernah melihat seseorang yag lebih mengetahui
tentang takwil Al-Qur’an selain Al Quradhy.

1. Thabaqat ulama Iraq

Banyak pula diantara tabi’in iraq yang terkemuka dalam bidang tafsir, seperti
Masruq ibn Al Ajda’ beliau salah seorang yang wara’ dan zahid, salah seorang
dari sahabat ibnu Mas’ud beliau diakui seorang kepercayaan oleh ibnu Ma’in. dan
sering Al Qadhi Syuraih meminta pendapatnya dalam menghadapi masalah-
masalah yang sulit.

Diantara yang meriwayatkan tafsirnya ialah Asy Sya’by, Abu Wail dan lain-lain.
Qatadah ibn Dhamah, salah seorang perawi dari ibnu Mas’ud. Ibnul Musayyab
berkata: “ saya tidak pernah melihat seorang penduduk iraq yang lebih hafadz
daripada Qatadah.” Namun karena beliau hanya membicarakan masalah qadha
dan qadar, maka banyak orang yang tidak mau menerima riwayatnya.namun
demikian pengarag-pengarang kitab shhih meyambut baik riwayatnya.

Diantara ahli-ahli tafsir dari kalangan tabi’in yaitu:[7]

1. di kota Mekah: yaitu pengikut-pengikut Ibnu Abbas, seperti Mujahid, Ikrimah,


Atha’ bin Abi rabaah.
2. Di Madinah yaitu pengikut Ubay bin Ka’ab, seperti Zaid bin Aslam Abu Al-
‘Alyah dan Muhammad bin Ka’ab Al-Qurdhiy.
3. Di kota Kufah yaitu pengikut ibnu mas’ud seperti Qatadah, ‘ Al-Qamah dan Al-
Sya’biy.
1. d. Tokoh – tokoh Mufassir Zaman Para Imam dan Masyayikh

Mereka yang menyusun kitab-kitab tafsir dengan metode koleksi pendapat-


pendapat para sahabat dan tabi’in , seperti Sufyan bin Uyainah, Waki’ bin Al-
jarrah, Syu’bah binbin Al-Hajjaj, yazid bin Harun, Abdurrazzaq, Adam bin Abu
Iyas, Ishaq bin Rahawaih, ‘abd bin Humaid, Rauh bin ‘Ubadah, Abu bakar bin abi
Syaibah dan lain-lain.

Kemudian disusul oleh generasi Ali bin Abi Talhah, Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu
Abi Hatim, Ibnu Majah, Al-hakim, Ibnu Mardawaih, Abu Asy-Syaikh Bin
Hibban, Ibnu Al-Mundzir dan lain-lain. Tafsir-tafsir mereka memuat riwayat-
riwayat yang disandarkan kepada para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in.
semuanya sama, kecuali yang disusun oleh ibnu jarir Ath-Thabari, dimana ia
mengemukakan berbagai pendapat dan mentarjihkan salah satu dengan yang lain,
serta menerangkan I’rab dan Istinbath hukum. Karena itu tafsir ini lebih unggul
dari yang lainnya.[8]

1. e. Tokoh – tokoh Mufassir Zaman Pembaharuan

Masa kebangkitan modern. pada masa ini para mufassir menempuh lagkah dan
pola baru dengan memperhatikan keindahan uslub ( redaksi ), kehalusan
ungkapan, dan menitik beratkan pada aspek-aspek sosial, pemikiran kontemporer
dan aliran-aliran modern, sehingga lahirlah sastra-sosial diantara mufassir
kelompok ini adalah Muhammad Abduh, Sayyid Muhammad Rasyid Rida,
Muhammad Mustafa Al-Maraghi, Sayyid Quthub dan Muhammad ‘Izzah
darwazah.[9]

Anda mungkin juga menyukai