Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada haketnya Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan
menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi sperti (peristiwa,
keadaan, suasana), dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira,
manipulasi atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit. Dan persiapan
perencanaan harus dinilai. Bangsa lain yang terkenal perencanaannya adalah
bangsa Amerika Serikat. Perencanaan sangat menentukan keberhasilan dari suatu
program sehingga bangsa Amerika dan bangsa Jepang akan berlama-lama dalam
membahas perencanaan daripada aplikasinya.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan masyarakat masa
depan adalah perencanaan yang didorong oleh mekanisme pasar. Yang berarti
tujuan pembangunan nasional akan lebih dekat dan mendapat support dari
masyarakat secara utuh. Dan selanjutnya dunia masa depan, dunia abad 21
sebagai abad informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi (IPTEK),
telah dan akan mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia yang sedang menapak
kea rah kearah masyarakat industri

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendekatan Makro dan Mikro Analisis Kebijakan dan
Perencanaan?
2. Bagaimana Perbedaan Perencanaan dan Analisis Kebijakan Pendidikan?
3. Bagaimana Tujuan Perencanaan Pendidikan?
4. Bagaimana Proses Perencanaa?
5. Bagaimana Konsep Perencanaan Pendidikan?
6. Bagaimana Jenis-Jenis Metode Analisis Kebijakan dan Perencanaan?

1
7. Bagaimana Prinsip-Prinsip Praktis bagi Pemula Analis Kebijakan?
8. Bagaimana Prosedur Analisis Kebijakan?
9. Bagaimana Teknik Analisis Kebijakan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Pendekatan Makro dan Mikro Analisis
Kebijakan dan Perencanaan
2. Untuk mengetahui Bagaimana Perbedaan Perencanaan dan Analisis Kebijakan
Pendidikan
3. Untuk mengetahui Bagaimana Tujuan Perencanaan Pendidikan
4. Untuk mengetahui Bagaimana Proses Perencanaa
5. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Perencanaan Pendidikan
6. Untuk mengetahui Bagaimana Jenis-Jenis Metode Analisis Kebijakan dan
Perencanaan
7. Untuk mengetahui Bagaimana Prinsip-Prinsip Praktis bagi Pemula Analis
Kebijakan
8. Untuk mengetahui Bagaimana Prosedur Analisis Kebijakan
9. Untuk mengetahui Bagaimana Teknik Analisis Kebijakan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Makro dan Mikro Analisis Kebijakan dan Perencanaan


Ilmu analisis kebijakan merupakan ilmu terapan (applied science) dan
multidisiplin termasuk ilmu ekonomi. Jika selama ini kita hanya mengenal
kedua istilah tersebut dalam kajian bidang ekonomi saja. Misalkan ekonomi
makro hanya menitikberatkan pada agregasi dari unit-unit ekonomi, terutama
perekonomian nasional, sedangkan ekonomi mikro menitikberatkan pada
konsumen, perusahaan-perusahaan, dan industri-industri secara individual.
Dalam metode analisis kebijakan dan perencanaan pendidikan dapat dilakukan
melalui pendekatan secara makro maupun mikro
Sedangkan menurut Nanang Fattah (2000) perencanaan secara makro
adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh,
tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada tingkat
nasional. Sedangkan perencanaan mikro sebagai perencanaan pada tingkat
institusional dan merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat makro.
Banyak perbedaan antara analisis kebijakan dan perencanaan. Analisis
kebijakan lebih menekankan pada masalah makro, seperti masalah pemerintah
pusat, sedangkan untuk perencanaan lebih cenderung pada masalah daerah.
Meskipun demikian sering pemerintah pusat mengadopsi analisis kebijakan dari
perencanaan daerah.

B. Perbedaan Perencanaan dan Analisis Kebijakan Pendidikan


Untuk memahami secara jelas antara perencanaan dan analisis kebijakan
masing-masing karakteristiknya dapat disusun sebagai berikut.
Perencanaan yang komprehensif meliputi:

3
1. Fase inventori biasanya untuk pengumpulan data dari geografi dan
lingkungan, pada infrastruktur, karakteristik demografi, dan ekonomi dari
penduduk.
2. Mencari alternatif solusi, yang digambarkan secara lengkap, tetapi
kenyataannya sangat terpaksa, menghapus alternatif penting sebelum
disajikan pada klien.
3. Persiapan rencana.
4. Klien umum “kepentingan publik”.
5. Berorientasi pada persoalan pokok, sebagai kebalikan dari orientasi pada
masalah dan cakupannya (seperti: transportasi, versus kemacetan di pelosok
kota).
6. Waktunya agak panjang (biasanya 10 tahun yang lalu).
7. Menggunakan pendekatan politik dalam proses implementasinya.

Sebaliknya analisis kebijakan memiliki karakteristik serupa, yaitu:

1. Fase inventori atau fase pencarian, yang terbatas cakupannya dan ditujukan
pada isu permasalahan tertentu.
2. Mencari alternatif, yang kemudian biasanya dievalusi dan diberikan kepada
klien.
3. Mempersiapkan memorandum (peringatan), dokumen masalah, dokumen
kebijakan, atau draf perundang-undangan.
4. Klien khusus, pimpinan eksekutif, pegawai pemerintah, kelompok
kepentingan publik, tetangga, atau bank, kemungkinan memiliki pandangan
tertentu terhadap masalah.
5. Orientasi pada isu atau masalah, yang tergambarkan alternatifnya sebagai
sikap reaktif.
6. Horison waktu sering disetujui oleh pejabat terpilih atau belum pasti
terpilih.
7. Pendekatan politik untuk mencapai tujuan.

4
Proses perencanaan yang komprehensif biasanya menggunakan metode
riset dan proses analisis kebijakan dengan metode dasar, meskipun perlu
beberapa penjelasan tambahan.
Pertama, analisis kebijakan pada dasarnya adalah hanya bagian besar
dari proses perencanaan kebijakan, dan analisis sendiri menguraikan masalah
kebijakan menjadi bagian-bagian, memahami dan mengembangkan rencana
tentang apa yang akan dikerjakan.
Kedua, dua uraian analisis menyatakan bahwa analisis kebijakan lebih
reaktif daripada perencanaan, yang selalu terjadi ketika seseorang menetapkan
masalah atau mengajukan solusinya.
Ketiga, perencanaan dilakukan karena berkaitan dengan penggunaan
sumber-sumber yang sesuai dalam jangka panjang dan berhubungan dengan
kepentingan publik yang luas.
Perencanaan dipandang sebagai proses yang didesain untuk
memengaruhi peristiwa di masa depan menurut cara yang diinginkan melalui
tindakan sekarang. Hal ini ditujukan untuk mencapai keadaan masa depan yang
diinginkan. Perencanaan bukan hanya sekedar kegiatan, tetapi merupakan sikap
atau cara berpikir. Perencanaan melibatkan proses, tetapi yang lebih penting,
karena perencanaan merupakan orientasi untuk mencapai masa depan yang
menyerap semua pembuatan keputusan.

C. Tujuan Perencanaan Pendidikan


Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah sebagai pedoman untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Sebagai suatu alat ukur di dalam membandingkan
antara hasil yang dicapai dengan harapan. Dilihat dari pengambilan keputusan
tujuan perencanaan adalah :
1. Penyajian rancangan keputusan-keputusan atasan untuk disetujui pejabat
tingkat nasional yang berwenang.

5
2. Menyediakan pola kegiatan-kegiatan secara matang bagi berbagai
bidang/satuan kerja yang bertanggung jawab untuk melakukan kebijaksanaan.
Tujuan perencanaan pendidikan menurut (Dahana, OP and Bhatnagar, OP.
1980; Banghart, F.W and Trull, A. 1990) Ada beberapa tujuan perlunya
penyusunan suatu perencanaan pendidikan, antara lain:
1. Untuk mengetahui standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan,
yaitu untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan
anggota organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah
disusun. Dengan standar yang telah ditetapkan dapat dinilai sejauh mana
perencaan pendidikan telah dilasanakan dan apa saja yang perlu lebih
diperbaiki.
2. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu
diberlakukan dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan
pendidikan. Perencanaan pendidikan memberikan secara jelas waktu yang
tepat dalam melaksanakan perencanaan pendidikan dapat di terapkan dengan
pertimbangan bayak hal pendukungnya agara dapat tercapai dengan baik.
Kemudian juga dijelaskan bagaimana tahapan atau langkah yang
sistematis yang dilakukan dalam kegiatan perencanaan pendidikan seperti
dengan cara memperatikan kemajuan Teknologi Informasi, jumlah penduduk
yang terus meningkat dan kebutuhan dunia kerja saat ini.
3. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam
pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas
maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-nonakademik.
Perencanaan pendidikan juga berfungsi dalam menetapkan siapa saja yang
terlibat dalam pelaksanaan perencanaan pendidikan dengan menempatkan
seseorang dengan keahlian dan komposisi yang dimiliki sehingga tidak terjadi
salah penempatan posisi yang tidak sesuai dengan keahlian seseorang, dengan
tujuan agar semua pihak dapat menjalankan tugas atau fungsinya masing-

6
masing dengan baik sehingga tujuan perencanaan pendidikan dapat tercapai
ke arah yang baik.
4. Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan
secara efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan. Dengan
perencanaan pendidikan yang menempatkan seseorang pada posisi yang
sesuai dengan keahlian, hal ini akan memberikan keuntungan dikarenakan
dapat memaksimalkan biaya dengan membayar seorang pegawai dari hasil
rekrut yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang akan menyebabkan
kualitas dari pekerjaan akan baik.
5. Untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang tidak produktif dan
tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses layanan
pendidikan. Dengan perekrutan peagawai yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan dapat menghindari kegiatan atau pekerjaan yang tidak produktif
dan tidak efisien dalam memanfaatkan sumberdaya, biaya yang di keluarkan
pun sesuaikan dengan anggaran, tenaga dan waktu yang diperlukan dilakukan
dengan efektif dan efisien.
6. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus
(spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang harus
dilakukan. Dalam perencanaan pendidikan dapat mendiskripsikan proses dari
seluruh rangkaian yang dilakukan dalam melaksanakan perencanaan
pendidikan baik secara umum dan khusus. Hal ini akan memberikan
keuntungan dalam mempersiapkan semua yang dibutuhkan dan apa saja yang
mempengaruhi, manfaat dalam penerapan perencanaan pendidikan.
7. Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam suatu
organisasi pendidikan sebagai ‘suatu sistem. Pentingnya perencanaan
pendidikan dapat menghubungkan dari semua sub pekerjaan yang berbeda
tugas dan fungsinya, melalui perencanaan pendidikan semua sub pekerjaan
tersebut dapat sailing dihubungkan dan saling terkait dan membutuhkan
dalam pencapaian tujuan sehingga semua menjadi satu kesatuan suatu sistem.

7
8. Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan yang
dihadapi organisasi pendidikan. Dengan melakukan perencanaan
pendidikan,pelaku pendidikan dapat menganalisis peluang, hambatan,
tantangan dan kesuliatan melalui analisis SWOT. Dalam analisis SWOT
terdapat faktor dominan dan faktor penghambat, faktor dominan seperti
kekuatan dan peluang yang dapat digunakan secara maksimal untuk
mendukung dalam mendukung tercapainya tujuan. Sedangkan faktor
penghambat yaitu kelemahan dan tantangan, faktor ini juga mempengaruhi
dalam proses pelaksanaan pencapaian tujuan, apabila tidak direspon dengan
baik faktor penghambat ini akan menghasilkan resiko yang fatal dalam
tercapainya tujuan perencanaan pendidikan.
9. Untuk mengarahkan proses pencapaian tujuan pendidikan

D. Proses Perencanaa
Secara garis besar, langkah-langkah perencanaan pendidikan dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yakni perencanaan strategi dan perencanaan operasional
pendidikan. Perencanaan strategi menyangkut penetapan kebijaksanaan yang
diambil dalam soal pendidikan, pendekatan yang dipakai, serta tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai. Sedangkan perencanaan oprasional berkaitan dengan
penetapan alternatif upaya yang dipakai untuk merealisasikan perencanaan stertegi
dan tujuan perencanaan tersebut dalam bentuk metode, prosedur dan koordinasi..
Perencanaan strategi disebut oleh Cunningham sebagai “ Doing the right things”,
sedangkan perencanaan oprasional disebut sebagai “doing things right”. Jadi
dalam perencanaan strategi yang direncanakan adalah bagaimana melakukan
sesuatu yang benar, sementara dalam perencanaan oprasional yang direncanakan
adalah bagaimana mengerjakan sesuatu itu secara benar.
Langkah-langkah perencanaan pendidikan secara rinci mempunyai banyak
versi sesuai dengan pendapat tokoh-tokoh yang mengemukakannya. Salah satu
diantaranya dikemukakan oleh Edgar L. Morphet dalam bukunya Planning And

8
Providing For Excellence In Education, yang mengatakan bahwa prosedur yang
harus diperhatikan dalam perencanaan pendidikan adalah : 1) Mengumpulkan
informasi dan analisis data; 2) Mengidentifikasi kebutuhan; 3) Mengidentifikasi
tujuan dan prioritas; 4) Membentuk alternatif penyelesaian; 5) Mengimplementasi,
menilai dan memodifikasi.
Sedangkan menurut Depdikbud (1982), langkah-langkah yang ditempuh
dalam proses penyususnan perencanaan pendidikan yaitu:
1. Pengumpulan dan pengolahan data, perkembangan pendidikan pada masa
sekarang sangat perlu diketahui dan dipahami secara jelas oleh perencana
pendidikan karena gambaran keadaan itu akan dijadikan dasar untuk
penyusunan perencanaan pendidikan. Langkah pertama mengidentifikasi jenis
data yang diperlukan.
2. Jenis data yang dikumpulkan berkenaan dengan sistem pendidikan, baik data
kuantitatif, data sarana dan prasarana , keadaan penduduk, geografi dan
lapangan kerja.
3. Diagnosis, data yang sudah terkumpul harus dianalisis dan didiagnosis.
Menganalisis data merupakan proses untuk menghasilkan suatu informasi.
Mendiagnosis keadaan pendidikan dapat dilakukan melalui penelitian dengan
jalan meninjau segala usaha dan hasil pendidikan, termasuk mengkaji rencana
yang sudah disusun tetapi belum dilaksanakan. Dalam mendiagnosis keadaan
pendidikan dipergunakan kriteria-kriteria seperti relevansi, efektifitas dan
efesiensi.
4. Perumusan kebijakan, merupakan suatu pembatasan gerak tentang apa-apa
yang akan dijadikan keputusan oleh orang lain. Suatu kebijakan di bidang
pendidikan dirumuskan secara melembaga oleh pemerintah dengan melibatkan
instansi-instansi terkait. Biasanya kebijakan pendidikan sudah dituangkan
dalam repelita. Para perencana pendidikan tetap memegang peranan penting
terutama dalam memberikan nasehat teknis dalam perumusan kebijakan.

9
5. Perkiraan kebutuhan masa depan, perencanaan pendidikan harus mampu
memperkirakan kebutuhan masa depan, sehingga rencana yang lengkap dapat
disusun.
6. Perhitungan biaya, menghitung untuk semua kebutuhan yang sudah
diidentifukasikan di masa datang. Perhitungan biaya dilakukan dengan
menggunakan satuan biaya atau standardisasi harga yang berlaku untuk setiap
kelompok kebutuhan dengan memperhatikan fluktuasi harga.
7. Penetapan sasaran, para perencana pendidikan meneliti sasaran-sasaran
pendidikan untuk masa yang akan datang. Dari sasaran itu ditetapkanlah dana
untuk masing-masing tingkatan sekolah.
8. Perumusan rencana, perencanaan yang disusun pada dasarnya ditujukan untuk,
mnyajikan serangkaian rancangan keputusan untuk disetujui dan menyediakan
pola secara matang.
9. Perincian rencana, rencana yang telah dirumuskan dilakukan dengan cara,
yaitu penyusunan program dan identifikasi serta perumusan proyek. Penusunan
program adalah membagi-bagikan rencana kedalam kelompok kegiatan. Setiap
kegiatan dalam kelompok ini harus saling menunjang, dan meuju tujuan yang
sama.
10. Implementasi rencana, fase ini sudah sampai pada pelaksanaan rencana yang
disusun. Implementasi ini mulai dilakukan apabila masing-amasing proyek
yang diusulkan sudah disahkan. Oleh karena itu kerangka organisasi untuk
berbagai proyek dikembangkan berdasarkan biaya tahunan. Disamping itu
dikembangkan rencana operasionalnya sepefrti pendelegasian wewenang,
penugasan tanggungjawab, pengadaan mekanisme umpan balik dan
pengawasannya.
11. Evaluasi rencana, dapat dikatakan sebagai kegiatan akhir dari proses
perencanaan sebelum revisi dilakukan. Penilaian berkaitan dengan
kemajuan/perkembangan dan penemuan penyimpangan-penyimpangan dalam

10
pelaksanaan suatu rencana. Penilaian yang dilakukan juga bermanfaat untuk
melihat rangkaian kegiatan dalam proses perencanaan.
12. Revisi rencana, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi rencana. Revisi bertujuan
untuk memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan rencana yang akan
datang berdasarkan pengalaman masa lalu (rencana yang sudah
dilaksanakan)

E. Konsep Perencanaan Pendidikan


Dalam menjalankan program pendidikan, prinsip yang harus disertakan
adalah berkelanjutan, artinya proses pendidikan harus terus-menerus dijalankan
dari generasi ke generasi berikutnya. Hal ini tidak terlepas dari konsep pendidikan
seumur hidup. Untuk itu diperlukan suatu manajemen perencanaan yang terukur
dan terarah di bidang pendidikan. Perencanaan sumber daya manusia
memfokuskan perhatian pada langkah-langkah tertentu yang diambil oleh
manajemen guna lebih menjamin bahwa dalam organisasi tersedia tenaga kerja
yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan yang
tepat pada waktu yang tepat, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran yang telah dan akan ditetapkan (Taqiyuddin : 2006).
Menurut catatan Sukardika (2001), kualitas pendidikan Indonesia sampai saat
ini berada pada posisi bawah bila dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia,
Philipina, Singapura, bahkan dengan Vetnam sekalipun. Hal ini dapat dipahami
mengingat salah satu penyebabnya adalah bahwa perencanaan pendidikan saat ini
belum ditunjang oleh data dan informasi yang memadai. Perencanaan yang baik
hanya dapat terwujud apabila didukung dengan data dan informasi yang cepat,
tepat dan akurat
Sebagai bagian dari manajemen, langkah perencanaan sangatlah penting,
apalagi bidang yang direncanakan adalah bidang yang sangat subtansial yaitu
pendidikan, yang merupakan langkah awal dalam pembentukan kerangka sumber
daya manusia. Dari pandangan ini, berarti diperlukan perencanaan terpadu secara

11
horizontal [antarsektor] dan vertikal [antar jenjang – bottom-up dan top-down
planning], pendidikan harus berorientasi pada peserta didik dan pendidikan harus
bersifat multikultural serta pendidikan dengan perspektif global” (Fasli Jalal
dalam Sanaky : 2003)
Sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi, khususnya di bidang
informasi, perencanaan bidang pendidikan juga harus mengantisipasi perubahan
kondisi seperti saat sekarang ini. Jadi perencanaan pendidikan harus lebih kreatif
dalam beradaptasi dan berkembang sesuai dengan improvisasi yang tepat.
Pendidikan selalu dituntut untuk cepat tanggap atas perubahan yang terjadi dan
melakukan upaya yang tepat secara normatif sesuai dengan cita-cita masyarakat
madani Indonesia. Maka, pendidikan selalu bersifat progresif tidak resisten
terhadap perubahan, sehingga mampu mengendalikan dan mengantisipasi arah
perubahan (Sanaky : 2003).

F. Jenis-Jenis Metode Analisis Kebijakan dan Perencanaan


Ada beberapa tipe atau jenis perencanaan dalam pendidikan. Pertama yaitu
tipe atau jenis perencanaan yang ditinjau dari dari segi ruang lingkupnya ada tiga
yaitu perencanaan mikro, perencanaan meso dan perencanaan makro. Kedua
adalah tipe atau jenis perencanaan ditinjau dari segi waktu yang dapat dibagi
menjadi tiga juga yaitu perencanaan jangka pendek , perencanaan jangka
menengah dan juga perencanaan jangka panjang. Dan yang selanjutnya yaitu
ketiga perencanaan ditinjau dari segi sifatnya dapat dibagi menjadi tiga juga yaitu
tipe atau jenis perencanaan strategi dan operasi.
1. Menurut Besaranya atau segi ruang lingkup
a. Perncanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-
kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara
mencapai tujuan itu pada tingkat nasional. Rencana pembanguna nasional
dewasa ini meliputi rencana dalam bidang ekonomi dan social. Dipandang

12
dari sudut perencanaan makro, tujuan yang harus dicapai Negara
(khususnya dalam bidang peningkatan SDM) adalah pengembangan
system pendidikan untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif pendidikan harus
menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan
pembangunan. Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan
tenaga pembangunan yang terampil sesuai dengan bidangnya dan
memiliki jiwa pancasila.
b. Perencanaan meso
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian
dijabarkan kedalam program-program yang bersekala kecil.pada
tingkatamnya perencanaan sudah lebih bersifat operasional disesuaikan
dengan depertem,en dan unit-unit
c. Perencanaan mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat
instituisional dan merupakan penjabran dari perencanaan tingkat
mesokhususan dari lembaga mendpatkan perhatian, namun tidak boleh
bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro
ataupun meso.
2. Menurut tingkatannya
a. Perencanaan strategic
Perencanaan strategic disebut juga dengan perencanaan jangka
panjang. Strategi itu menurut R.G. Muurdick diartikan sebagai konfigurasi
tentang hasil yang diharapkantercapai pada masa depan. Bentuk
konfigurasi terungkap berdasarkan:
1) Ruang lingkup
2) Hasil persaingan
3) Target
4) Penataan sumber-sumber

13
Perencanaan strategic digunakan untuk mengatakan suatu lingkup
perencanaan yang lebih “general” disamping adanya beberapa jenis
perencanaan lain yang disebut stainer. Pengertian perencanaan strategic
yaitu proses pendayagunaan sumber-sumber dan strategi yang mengatur
pengadaan dan pendayagunaan sumber untuk pencapain tujuan .
Hal tersebut bertujuan untuk mencari bentuk dan identitas pada masa
yang akan datang dengan mempertimbangkan berbagai kompleks dalam
suatu system. Berdasarkan hal diatas, metode penelaah dan pemecahan
masalah didasarkan atas kerangka ini mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut:
1) Sistematik dan sistemik
2) Berorientasi pada output dan konfigurasi keinginan
3) Mempunyai tujuan menyeluruh
4) Berdimensi jangka panjang, menengah, dan pendek
5) Menerapkan metode keilmuan analisi teoretik dan empiric dengan
program pengembangan.
6) Rencana operasional terjabar kedalam proyek dan program
7) Berlandaskan kebijakan
8) Memperhitungkan norma dan kaidah
9) Mempunyai pola input, proses, output dengan informasi umpan
balik.
b. Perencanaan koordinatif
Perencanaan koordinatif ditunjukan untuk mengarahkan jalannya
pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Perencanaan ini mempunyai cangkupan semua
aspek operasi suatu system yang meminta di taatinya kebijakan-kebijakan
yang telah ditetapkanpada tingkat perencanaan strategic.
Sedangkan ada pendapat lain yang menyimpulkan yang hampir sama
dengan pengertian diatas yaitu menurut dalam buku system informasi
manajemen dan perencanaan pembangunan pendidikan yang disusun

14
Idocdi Anwar, dkk yang dikutip dari H. Ozbehkan (D. Cleland & W.R
king. 1975, Hal, 31) mengemukaka tiga jenis perencanaan, yaitu: “polici
planning. Strategic planning dan operational planning.
1) Perencanaan strategis berbagai upaya untuk mempersiapkan
seperangkat desisi dimasa yang akan datang yang mempengaruhi
keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu organisasi
2) Perencanaan taktis adalah sebagai upaya dalam mempersiapkan
berbagai desisi untuk kegiatan-kegiatan jangka pendek terutama dalam
mengalokasi berbagai sumber yang diperlukan dalam pencapaian
tujuan
3) Perencanaan teknis adalah proses upaya untuk
mempersiapkanberbagai desisi untuk dilaksanakan terutama dalam
jangka waktu yang pendek dan untuk pelaksanaan tugas-tugas yang
spesifik dalam rangka pencapaian tujuan yang sudah pasti (target-
target)
3. Menurut jangka waktunya
a. Perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan tahunan atau
perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5
tahun, sering disebut sebagai rewncana operasional. Perencanaan ini
merupakan penjkabaran dari rencana jangka menengah dan jangka
panjang.
b. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah mencakup kurun waktu diatas 5-10
tahun. Perencanaan ini penjabaran dari rencana jangka panjang, tetapi
sudah lebih bersifat operasional.
c. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang meliputi cakupan waktu diatas 10 tahun
sampai dengan 25 tahun. Perencanaan ini memiliki jangka menengah,

15
lebih-lebih lagi jika dibandingkan dengan perencanaan jangkla pendek.
Dengan demikian perencanaan tahunan bukan hanya sekedar pembabakan
dari rencana 5 tahun, tetapi merupakan penyempurnaan dari rencana itu
sendiri.
Kegiatan-kegiatan apakah yang terdapat dalam penyusunan rencana
tahunan ? secara garis besar jenis kegiatan dan tahapannya meliputi
sebagai berikut:
a) Penyusunan kebijakan umum
b) Penyusunan kebijakan teknis
c) Penyusunan rancangan penyesuaian kebijaksanaan
d) Penyempurnaan program
e) Penyusunan uraian kegiatan operasional proyek-proyek (UKOP)
f) Identifikasi proyek
g) Penyusunan pra-DUP (daftar Usulan Proyek)
h) Penyusunan DUP Depdikbud
i) Pembahasan DOP, antara Depdikbud, Bapenas dan Departemen
Keuangan
j) Penyusunan UKOP
k) Penyusunan Pra-DIP (Daftar Isian Proyek)
l) Pembahasan Pra-DIP, antar Depdikbud, Bappenas, dan Dirjen
Anggaran
m) Penyempurnaan UKOP
n) Penyeleseian DIP (dari konsep DIP yang telah disetujui)
4. Jenis perencanaan berdasarkan sifatnya
Jenis perencanaan berdasarkan sifat dibagi atas :
a. Perencanaan Strategik, perencanaan yang berhubungan dengan proses
penetapan tujuan , pengalokasian sumber – sumber untuk mencapai tujuan
dan kebijakan – kebijakan yang dipakai sebagai pedoman untuk
memperoleh, menggunakan atau menghilangkan hal – hal tersebut.

16
Perencanaan strategis cenderung dipusatkan pada masalah – masalah yang
tidak begitu terstruktur yang melibatkan variable – variable yang
jumlahnya banyak dan parameter yang tidak pasti.
b. Perencanaan Manajerial, perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan
jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
c. Perencanaan Operasional, yang memusatkan perhatian pada apa yang akan
dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana
manajerial.
Jenis perencanaan berdasarkan sektor dibagi atas :
Perencanaan Nasional, proses penyusunan perencanaan berskala
nasional sebagai konsensus dan komitmen seluruh rakyat yang terarah,
terpadu, menyeluruh untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
d. Perencanaan Regional, yang juga disebut dengan perencanaan daerah atau
wilayah, diantaranya Propeda dan perencanaan pendidikan di tingkat
propinsi, kabupaten /kota.
e. Perencanaan Tata Ruang, perencanaan yang mengupayakan pemanfaatan
fungsi kawasan tertentu, mengembangkan secara seimbang , baik secara
ekologis, geografis maupun demografis.

G. Prinsip-Prinsip Praktis bagi Pemula Analis Kebijakan


Untuk menjadi seorang analis kebijakan ada beberap hal yang harus
diperhatikan, terutama bagi seorang analis pemula, diantaranya ialah:
a. Belajar untuk fokus terhadap masalah.
b. Hindari pendekatan “tool box” dalam menganalisis kebijakan.
c. Belajar untuk berhubungan dengan ketidakpastian.
d. Berbicara dengan data (angka-angka), kemampuan melihat masalah didasarkan
data, dan memiliki kemampuan matematis.
e. Membuat analisis yang sederhana dan transparan.

17
f. Periksa fakta, untuk menghindari kesalahan.
g. Belajar untuk membantu pekerjaan yang lain, dan membantu melihat masalah
dari prespektif lain.
h. Berikan klien analisis bukan keputusan.

H. Prosedur Analisis Kebijakan


Prosedur atau langkah-langkah dari proses analisis kebijakan menurut
beberapa ahli dapat diuraikan sebagai berikut:
E. S Quade (dalam Patton dan Sawicki) menyebutkan lima unsur penting
proses analisis kebijakan: 1) formulasi masalah, 2) pencarian alternatif-alternatif,
3) peramalan lingkungan untuk masa mendatang, 4) model-model pengaruh
alternatif, dan 5) evaluasi (membandingkan dan mengurutkan alternatif).
Sementara itu Macrae dan Wilde berpendapat bahwa setiap proses analisis dari
beberapa unsur pokok, adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah.
b. Menentukan kriteria untuk membuat suatu pilihan atas alternatif-alternatif.
c. Mengahasilkan serangkaian alternatif kebijakan.
d. Memutuskan suatu tindakan yang menghasilkan pilihan kebijakan untuk
diimplementasikan.
e. Melakukan evaluasi atas pengaruh kebijakan yang telah dimplementasikan.
Stokey dan Zechauser merumuskan lima langkah proses yaitu: 1)
menentukan masalah dan tujuan yang akan dicapai, 2) membuat alternatif tindakan
yang mungkin, 3) prediksi dampak dari alternatif, 4) menentukan kriteria untuk
mengukur pencapaian alternatif, dan 5) menyebutkan pilihan tindakan yang
disukai.
Urban Institut mengemukan proses analisis kebijakan pada tingkat lokal
dan pusat sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah.
b. Mengidentifikasi tujuan yang relevan.

18
c. Memilih kriteria evaluasi.
d. Spesialisasi layanan kelompok.
e. Mengidentifikasi alternatif-alternatif.
f. Memperkirakan biaya dari setiap alternatif yang ada.
g. Menetapkan tingkat efektivitas dari setiap alternatif.
h. Membuat kesimpulan dan menetapkan keputusan.

I. Teknik Analisis Kebijakan


Dalam melakukan analisis kebijakan seorang analis haruslah mengetahui
teknik-teknik analisis kebijakan tersebut. Setidaknya ada dua teknik, yaitu:
1. Teknik Analisis Dasar
Sejumlah teknik analisis data dasar memerlukan teknik yang cepat dan
dapat digunakan untuk menemukan arti dari sekumpulan data serta sama
pentingnya teknik itu dapat mengantarkan data kepada klien.
2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data mencangkup, yaitu: 1) teknik grafik, 2) tabel, 3) peta,
4) fungsi pelaporan hasil analisis kebijakan. Untuk lebih jelasnya akan dibahas
secara rinci sebagaimana berikut.
a. Teknik grafik
Teknik grafik merupakan bagian yang dari analisis data. Tampilan
visual informasi numerik dapat memberikan lebih banyak wawasan
dibandingkan dengan ringkasan tabulasi data numerik bagi analisis dan
klien. Menurut Altman ada lima ciri dasar sebagai perbandingan grafik,
yaitu: 1) komponen atau proporsi (ukuran) dari topik yang diteliti, 2)
nomor item atau selisihnya, 3) distribusi frekuensi, 4) korelasi di antara
variabel, dan 5) time-series atau tren data item.
Ada empat langkah persiapan grafik yang baik, yaitu: 1) perumusan
hipotesis atau teori tentang data apa yang harus dimunculkan, 2) memilih
pengukuran, 3) mengembangkan tampilan (lay out), dan 4) menggambar

19
atau memasukan data dan melengkapi grafik, dengan judul skala, tanggal,
sumber, dan catatan penjelasan.
b. Tabel
Teknik dasar dan penting dalam menganalisis data adalah
menggunakan tabel. Empat langkah dalam membuat grafik tadi sama
dengan membuat tabel. Berikut ini enam langkah dalam membuat tabel
yaitu: 1) setiap tabel harus memiliki judul, 2) bagi data ke dalam kategori
yang terpisah dari yang lain dan mendalam, 3) gunakan pembagian secara
lurus dan sejajar, 4) menyusun nilai varibel dari yang terendah hingga yang
tertinggi, dari kiri ke kanan, dan dari bawah ke atas, 5) laporkan nilai-nilai
yang tidak lengkap dan respons kekurangan karena tidak akan bisa
digunakan, dan 6) tuliskan sumber-sumber.
c. Peta
Peta memiliki potensi analsis yang besar ketika isu kebijakan memiliki
dimensi ruang/tempat. Menggunakan peta adalah untuk memotret
karakteristik individu atau unit secara global. Teknik ini sangat berguna
khususnya ketika mengevaluasi kebijakan yang melibatkan perubahan
fisik, gangguan bangunan, potensi banjir, dan lain sebagainya.
d. Fungsi Pelaporan Hasil Analisis Kebijakan
Brinkerhoff (dalam Worthen dan Sanders, 1987) menjelaskan sembilan
fungsi kegunaan lainnya dari pelaporan, yaitu: 1) untuk menunjukan
akuntabilitas program, 2) untuk meyakinkan, 3) untuk mendidik, 4) untuk
eksplorasi dan investigasi, 5) untuk mendokumentasikan, 6) untuk
berpartisifasi, 7) untuk memperoleh dukungan, 8) untuk meningkatkan
pemahaman, dan 9) untuk meningkatkan hubungan dengan publik.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Definisi perencanaan Pendidikan adalah suatu proses intelektual yang
berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta
memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat
asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan
lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain
dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta
tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
Secara konsepsional, bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh
cara, sifat, dan proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam hal ini
terdapat banyak komponen yang ikut memproses di dalamnya

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Semoga sedikit uraian kami
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Penulis sangat menyadari, bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritikan yang konstruktif dan sistematis dari pembaca yang budiman, guna
melahirkan sebuah perbaikan dalam penyusulan makalah selanjutnya yang lebih
baik

21
DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. 2001, Landasan Manajemen Pendidikan . Bandung, PT. Remaja


Rosdakarya, Cetakan kelima

Suryadi, Ace. Pendidikan, Investasi SDM, dan Pengembangan: Isu.Teori dan


Aplikasi. Pusat Informatika Balitbang Dikbud. Jakarta.1997

Tilaar, H.A.R., Pengembangan Sumber Daya manusia dalam Era Globalisasi,


Grasindo, Jakarta, 1997.

iii 22
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, Oktober 2014

Penyusun

i
i

23
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFATR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan ....................................................................... 3
B. Pendekatan Makro dan Mikro Analisis Kebijakan dan Perencanaan . 3
C. Perbedaan Perencanaan dan Analisis Kebijakan Pendidikan .............. 3
D. Tujuan Perencanaan Pendidikan .......................................................... 5
E. Proses Perencanaa ............................................................................... 8
F. Konsep Perencanaan Pendidikan ........................................................ 11
G. Jenis-Jenis Metode Analisis Kebijakan dan Perencanaan .................... 12
H. Prinsip-Prinsip Praktis bagi Pemula Analis Kebijakan ....................... 17
I. Prosedur Analisis Kebijakan ............................................................... 18
J. Teknik Analisis Kebijakan .................................................................. 19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 21
B. Kritik dan Saran .................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii

ii 24
MAKALAH
ANALISIS KEBIJAKAN PAUD
Pendekatan Dalam Analisis: Kebijakan Metedologi dan Analisis Perencanaan
Kebijakan

Di susun oleh :
Eza
Anggun
Dewi
Anggun
Resti
Erny
Henti

Dosen
Fitria Hindriyani

JURUSAN PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL AFTHAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU (IAIN)
2014

25

Anda mungkin juga menyukai