Anda di halaman 1dari 4

1.

Mana yang lebih memihak kepada kepentingan rakyat antara model council
(DPRD) sebagai penyelenggara pemerintahan daerah dengan model mayor (KD)
dan council (DPRD) sebagai penyelenggara pemerinahan daerah?

Khan dan Muthallib (1981) mengemukakan bentuk formal council (DPRD) adalah
variabel yang menjelaskan kedekatan hubungan antara cauncil dengan eksekutif
lokal (KDH). Ada dua bentuk formal DPRD yaitu

1. DPRD sebagai sumber otoritas birokrasi lokal bisa bersama KDH atau tanpa
KDH seperti di inggris dan tidak berperan sebagai sumber otoritas birokrasi
karena di pegang oleh KDH.

2. bentuk formal yang mempengaruhi hubungan DPRD dan KDH, hak dan
kewenangan DPRD dan kewajiban dalam pemerintahan.

Indonesia menganut 100% mono eksekutif/eksekutif tunggal pada saat UU No. 5


Tahun 1974 berlaku, Namun dibawah UU No. 22 Tahun 1999 KDH dipilih dengan
wakil KDH masih bersift politis karena dipilih langsung DPRD ( Council Manager).
Melalui UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah KDH dan wakil KDH
dipilih langsung rakyat (strong major) bisa mengembankan birokrasinya sendiri.

Dengan kata lain jika Kepala Daerah (KDH) dipilih oleh Council (DPRD) bisa
membawa posisi KDH lemah karena KDH harus akuntabel terhadap DPRD. Namun,
kelmahan akan berkurang jika birokrasi daerah ada di tangan KDH murni dan
kedudukan berkurang jika ada campur tangan DPRD, semakinlemah jika DPRD
mengambil posisi penuh menentukan birokrasi daerah.

Sangat berbda jika KDH dipilih langsung oleh masyarakat sudah di pastikan
kedudukan kuat, politis dan cenderung tunggal (strong major). Kedudukan KDH
sebagai wakil pemerintah pusat (WPP) . hubungan KDH dan DPRD setara dan
keduanya menjadi mitra. Dimana fungsi DPRD yaitu pengaturan, peganggaran,
pengawasan terhadap KDH.

2. Termasuk tipe manakah kinerja councilors (anggota DPRD) kita saat ini ? berikan
alasan ilmiah !

Menurut Gilbert Abcarian ada 4 tipe hubungan anggota legislatif dengan masyarakat
yaitu :

1. wakil bertidak sebagai wali (trustee)

2. wakil bertidak sebagai utusan (delegate)

3. wakil bertidak sebagai politico

4. wakil bertidak sebagai partisan

Menurut A. Hoogerwer hubungan antara legilatif dengan masyarakat ada 5 model


yaitu :
1. mudel wali (trustee)

2. model politicos

3. model kesatuan

4. model disvertifikasi

5. model deligate

Tipe kenerja councilors ( DPRD) kita saat ini jika dikaitakan tipe dan model yang
telah kemukakan oleh Gibert Abcarian dan A. Hoogerwer, terlihat bahwa fenomena
yang kita lihat adalah tipe partisan karena DPRD bertindak sesuai dengan keinginan
atau program dari partai politik yang mengusunnya. Setelah anggota DPRD terpilih
terpilih kecenderungan terlepas terhap pemilihnya atau masyarakat dan mulai
mengikuti aturan sesuai dengan keinginan partai politik sehingga mengabaikan
kepentingan rakyat sebagai tujuan utamanya sebagai wakil rakyat. Tipe partisan
sangat tidak relevan dan membelengu anggota DPRD sebagai wakil rakyat karena
menghambat para wakil rakyat yang bener-benar ingin menyuarakan aspirasi rakyat
manakala bersebrangan dengan kebijakan partai politik yang harus diikuti oleh
anggotanya ketimbang aspirasi rakyat yang diwakilinya.

3. Melalui saluran apa rakyat yang diwakili bisa ikut terlibat dalam pembuatan
kebijakan daerah? Jelaskan prosedur dan mekanismenya!

Menurut Anderson (2006:46-67) pembuat kebijakan berasal dari aktor negara dan
nonnegara yaitu pembuat kebijakan resmi mereka yang memiliki kewenangan legal
untuk terlibat dalam perumusan kebijakan publik ( offivial policy-makers) yang terdiri
dari legislatif, eksekutif, dan badan adminstratif serta pengadilan dan peserta
nonpemerintah yang terdiri dari steakholder.kelompok kepentingan, partai politik,
organisasi peneliti, media komunikasi, serta individumasyarakat. Peran peserta
nonpemerintah biasanya yaitu menyediakan informasi, memberikan tekanan, serta
mencoba untuk mempengaruhi serta membuat proposal kebijakan.

Kekuatan hukum yang menjamin keterlibatan rakyat dalam pembuatan kebijakan


publik adalah Undang-Undang No 10 Tahun 2004 pasal 5 huruf q, yaitu asas
pembentukan peraturan dan perudang-undangan yang baik yang keterbukaan. pada
Pasal 53 yang menyatakan rakyat berhak memberikan masukan secara lisan atau
tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan undang-undang dan
rancangan peraturan daerah. Sementara itu, pada Undang-Undang No 32 Tahun
2004 pasal 139 disebutkan masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan
atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan Perda. Dengan
kata lain, keterlibatan rakyat untuk bisa terlibat dalam pembuatan perundang-
undangan dijamin oleh hukum.

Keterlibatan rakyat dalam pembuatan kebijakan dapat dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap penyiapan, pembahasan dan penetapan, serta pengesahan dan
berlaku. 
1. warga memiliki peluang untuk menyampaikan gagasan dan proposal
mengenai peraturan apa yang perlu atau tidak perlu diterbitkan oleh
pemerintah. Keberhasilan tahap penyiapan dapat diukur dari masuknya
proposal pembetukan peraturan daerah dalam Program Legislasi, baik
nasional (Prolegnas) maupun daerah (Prolegda).
2. ketika usulan sudah masuk dalam program legislasi, rakyat harus mengawal
pembahasan dan memastikan poin-poin penting yang diatur dalam peraturan
sesuai dengan usulan. Proses pembahasan peraturan merupakan proses
politik sehingga acapkali terjadi tarik-ulur, tawar-menawar, negosiasi, dan lobi
dari pelbagai pihak yang berkepentingan terhadap peraturan yang disusun.
Rayat harus mampu mengidentifikasi, memetakan, dan menjalin komunikasi
yang intensif dengan para pengambil keputusan supaya usulannya ditetapkan
sebagai peraturan.
3. setelah peraturan disahkan dan dicatat dalam lembaga negara atau daerah,
rakyat dapat terlibat dalam menyebarluaskan atau menyosialisasikan
peraturan tersebut ke publik, baik melalui seminar, publikasi, maupun
pelatihan.

4. di negara kita pengisian KD mirip pengisian kepala negara bagan (state) di semua
negara federasi/serikat. Tampaknya penyusun undang-undang tentang
pemerintahan daerah di Indonesia menyamakan pemerintah daerah dengan negara
bagian pada negara serikat. Berikan pemikiran kritis atas fenomena ini!

Dalam hubungan DPRD dan Kepala Daerah (local excutive) dikrmbangkan di negara
bagian/ faderasi seperti USA yang cukup kompleks

1. commissioners system : dimana komisiner hasil hasil pemilihan langsung


masyarakat, menentukan dan mengelola dinas-dinas/lembaga birokrasi
daerah
2. council-manager system : dimana manajer hasil pilihan dewan bersama
majornya menentukan dan mngelola dinas-dinas /lembaga birokrasi daerah
3. pola weak major : jika dinas/lembaga birokrasi daerah diisi melalui pemilihan
langsung dari warga, sedangkan KDH-nya oleh DPRD yang terpilih
4. strong major dimana KDH dipilih langsung oleh publik , kemudian menetukan
dan mengelola lembaga/dinas-dinas birokrasi daerahnya , sedangkan di
inggris di tangan dewan dan tanpa mayor/KDH (mirip commioner system).

penyusun undang-undang tentang pemerintahan daerah di Indonesia menyamakan


pemerintah daerah dengan negara bagian pada negara serikat salah satunya
karena tujuan kesamaan tentang penerapan otonomi di negara kesatuan dan negara
bagian atau federasi yang mana terdapat kewenangan khusus yang berkaitan
dimilki antara council ( DPRD ) dan Kepala Daerah ( local executif ) .otonomi
menjasi pembahasan pokok dari awal kemerdekaan baik di negara kesatuan seperti
indonesia dan negara bagian / federasi , persoalan tersebut yang menyebabgkan
pengaturan/ pengisian KDH keduanya mirip. Yang mana indonesia pernah
menerapkan sistem model pemerintahan negara bagian yaitu RIS 1949-1950
( republik indonesia serikat ) yang turun merubah konstitusi di republik ini. Konsep
federalisme semakin menguat ketika era reformasi yang mena kebebasan
demokrasi menjadi angin segara yang megispirasi dari negara federal karena
otonomi daerah merupakan ujung tombak dari proses negara dempkrasi.
5. Berikan saran kepada DPR dan Pemerintah untuk memperbaiki sistem
pemerintahan daerah ke depan agar sesuai dengan konsep dan teori local
government!

Bhenyamin Hoessein (2001: 3) menjelaskan bahwa local government dapat mengandung tiga
arti. Pertama, local government berarti pemerintah lokal. Kedua, local government berarti
pemerintahan lokal yang dilakukan oleh pemerintah lokal. Ketiga, local government berarti
daerah otonom.Otonomi daerah berhubungan dengan pemerintahan daerah otonom (self
localgovernment). Pemerintahan daerah otonom adalah pemerintahan daerah yang badan
pemerintahannya dipilih oleh penduduk setempat dan memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus urusannya sendiri berdasarkan peraturan perundangan dan tetap mengakui
supremasi dan kedaulatan nasional.

Saran kepada DPR dan Pemerintah untuk memperbaiki sistem pemerintahan daerah dengan
mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya sesuai dengan mandat
konstitusi dengan menguatkan segala aspek regulasi yang terkait dengan pemerintahan daerah
dan implemetasinya agar berjalan secara efektif dan efisien, jika dirasa kurang ada masalah
dalam penerapannya harus ada upaya perbaikan di regulasi atau UU yang ada agar terjadi
kejelasan dalam penerapan dam implemtasi sehingga sesuai dengan kebutuhan hukum untuk
terlaksannya desentralisasi dalam pemerintahan daerah, serta partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, jaminan pelayanan publik yang baik serta inovasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Anda mungkin juga menyukai