Anda di halaman 1dari 6

1.

Apa dampak kepada hak-hak rakyat daerah jika birokrasi daerahnya terseret oleh
kepentigan partai politik?

Dampak secara umum yang dirasakan jika birokrasi di daerah yang terseret kepentingan partai
politik diantaranya penyalahgunaan kewenagan yang dilakukan oleh oknum birokrasi demi
kepentingan partai politik, serta maraknya perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme yang mejadi
fenomena kelasik selama ini di tubuh birokrasi indonesia . karena tujuan utama dari birokrasi
pemerintahan adalah untuk kempentigan umum dan memberika pelayanan terbaik kepada
masyarakat. hal ini memberikan dampak langsung kepada rakyat karena birokrasi lebih berorientasi
kepada kepentingan partai politik ketimbang melayani rakyat.

Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) jelas melarang keterlibatan dalam
politik praktis, Secara spesifik dampak kepada masyarakat yaitu akan mengganggu kinerja birokrasi
dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat secara langsung sehingga birokrasi harus
netral dari kegiatan politik sehingga terfokus pada tujuan utama sebagai pelayanan masyarakat.
Jelas kepentingan masyarakat akan terbengkalai karena birokrasi lebih mementingkat partai politik
ketimbang pelayanan publik kepada masyarakat.

Dampak lain yang dusebabkan diantaranya tergangginya agenda dan program pembangunan tidak
berjalan efektif yang berkaitan dengan masyarkat, mengentaskan kemiskinan , akses dan muutu
pendidikan masyarakat , pelayanan publik seperti pelayanan kesehatan,transportasi, adminsitrasi
masyarakat, infrastruktur dan sebagai macam kebutuhan publik akan terdampak. Ini disebabkan
karena intervensi yang kuat dilakukan oleh partai politik yang diwakilinya di kepala daerah.

2. Mengapa birokrasi di Indonesia mudah sekali diseret oleh partai politik untuk dijadikan
instrumen memenangkan calonnya dalam pemilihan presiden, anggota DPR, anggota
DPRD, dan kepala daerah?

Terdapat 2 pola keterlibatan politik di birokrasi : para elit yang melibatkan birokrasi atau
birokrasi itu sendiri menawarkan untuk terlibat. Dalam membangunbirokrasi yang
profesional sudah seharusnya partai politik tidak melibatkan birokrasi dalam kepentinganya
dan sebalik birokrasi tidak terlibat atau terpengaruh oleh partai politik .

adanya tekanan dan intervensi oleh politik di dalam birokrasi memyebabkan para
profesional birokrasi melabrak aturan atau Undang-Undang yang berlaku demi kepentingan
partai politik sehingga banyak pejabat birokrasi beralih berpolitik. penguasaan terhadap
birokrasi merupakan kunci utama diantaran aset yang dimilki oleh birokrasi, sumber daya
manusia (SDM), ekonomi dan financial menjadi senjata ampun untuk memenangkan
pemilihan umum baik pemilihan Presiden, DPR, DPRD dan Kepala Daerah.

keterlibatan birokrasi dalam instrumen memenangkan calom dalam pemilu meruapak cara
termudah untuk mempengaruhi masyarakat. Posisi birokrasi yang strategi dan dipandang
masyarakat tentunya akan akan memudahkan calon dalam meraih dukungan.
3. Jika Anda pejabat atau aparatur birokrasi daerah apa sikap Anda jika kepala daerah Anda
minta dukungan untuk pemilihan periode kedua?

Menolak dengan halus, sopan dan tegas walaupun mendapat tekanan dan intervensi serta
tawaran yang menggiurkan, karena sebagai pejabat birokrasi yang profesional harus taat
akan regulasi dan aturan yang berlaku, menjalankan fungsi dan tujuan utama birorasi
bukan untuk kepentingan politik dan tetap menjaga netralitasnya sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku dan mengikat. Tetap selalu menjaga profesionalisme dan martabat .

Sesuai dengan UU No.5 tahun 2014 menjelaskan profesi sebagai pejabat birokrasi bebas
dari intervendi politik dan mengutamakan prinsip profesional yang memiliki kompetensi,
kualifikasi, kinerja, transparansi, objektivitas serta bebas dari KKN serta beorientasi pada
pelayanan pada masayarakat.

4. Bagaimana cara menciptakan birokrasi daerah yang berintegrasi, kompeten, dan


profesional?

Ciri-ciri birokrasi yang ideal menurut Max Weber adalah

1. ada pembagian kerja yang jelas


2. adanya herarki jabatan
3. adaya pengaturan sistem yang konsisten
4. prinsip formalistic impersonality
5. penempatan berdasarkan karir
6. prinsip rasionalitas

reformasi birokrasi harus dilakukan diantaranya reformasi Sumber Daya Manusia (SDM),
Budaya dan yang terpenting reformasi dibidang politik. Reformasi Birokrasi akan menciptakan
integritas, kompeten dan profesional akan mewujudkan efektifitas dan produktivitas . Tujuan utama
melakukan reformasi birokrasi agar terciptanya bikrokrasi pemerintahan yang profesional,
kompeten, berintegritas, bekinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral dan
patuh pada aturan dan kode etik yang berlaku.

Setidaknya terdapat 5 kretria dan prinsip utama mewujudkan pemerintahan yang bersih (Good
Public Governace) :

1. akuntabilas yaitu kewajiban untuk bertanggung jawab


2. keterbukaan dan transparansi
3. ketaatan dan patuh pada aturan hukum
4. komitmen untuk bekerja terhadap kepentingan bangsa dan negara dan bukan kepada
kepentingan kelompok atau individu
5. mengikutsertakan masyarakat dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi.
Konsep good governance secara sederhana merujuk pada proses pembuatan keputusan dan
implemtasinya diantaranya : akuntabilitas, partisipasi, konsensus, transparansi, efisiensi dan
efektifitas, responsifitas, persamaan dan inklusifitas serta kepatuhan terhadap hukum.

Reformasi birokrasi menjadikan birokrasi yang mendukung luas terciptanya ruang partisipasi publik,
pemberdayaan dan kreativitas masyarakat. Ciri-ciri birokrasi profesional adalah birokrasi yang bisa
menciptakan persaingan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik secara
kompetitif . dengan kata lain birokrasi harus netral dalam politik , tidak diskriminatif, tidak
memanatkan fasilitas dan akses milik negara untuk kepentingan individu atau partai politik.

Sumber :

Ejurnal.politik.lipi.go.id

Grand design reformasi birokrasi 2010-2025

Modul MAPU5203

Anda mungkin juga menyukai