Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gito Pamungkas

NPM : 010119308

UAS Hukum Birokrasi & Good Gavernance

1. Fungsi Birokrasi, yaitu:


 Melaksanakan pelayanan publik.
 Pelaksana pembangunan yang profesional.
 Perencana, pelaksana, dan pengawas kebijakan.
 Alat pemerintah untuk melayani kepentingan masyarakat dan bukan merupakan bagian
dari kekuatan politik (netral).
Birokrasi memiliki ciri-ciri seperti di bawah ini:
 Jabatan administratif yang terorganisir atau tersusun secara hirarkis
 Setiap jabatan memiliki wilayah kompetensinya sendiri.
 Pegawai negeri ditetapkan, dan tidak dipilih berdasarkan hasil kualifikasi teknik yang
ditunjukan melalui ijazah atau ujian.
 Pegawai negeri menerima gaji tetap sesuai dengan pangkat atau kedudukan yang
dimiliki.
 Pekerjaan adalah karir yang terbatas, atau pada intinya, yaitu pekerjaanya sebagai
pegawai negeri.
 Para pejabat tidak memiliki kantor tersendiri.
 Para pejabat berperan sebagai subjek yang melakukan pengontrolan, dan
pendisiplinan.
 Promosi diberikan berdasarkan pertimbangan kemampuan yang melebihi rata-rata.

2. Sumber penyakit aparatur sipil negara melakukan korupsi pada dasarya dapat didentifikasi
dari dua hal, yaitu internal dan eksternal.
Sumber internal berasal dari kelemahan dan kegagalan sistem yang ada di birokrasi itu
sendiri. Pokok pangkal korupsi ialah celah sistem yang tak paripurna memungkinkan
transaksi antara wajib pajak dan petugas pajak secara simbiosis mutualisme, Secara internal
sumber penyebab korupsi juga dapat berasal dan lemahnya pelembagaan nilai dan budaya
organisasi yang baik, masalah dasar birokrasi di Indonesia adalah masih berakarnya budaya
budaya kekuasaan dan belum munculnya budaya pelayanan, Ada dua akibat oleh persepsi
masyarakat yang demikian. Pertama, masyarakat berbondong-bondong berusaha untuk jadi
PNS dengan cara apa pun, termasuk membayar harga sebuah formasi. Kedua timbunya
persepsi umum bahwa menjad PNS harus kaya. Secara eksternal, penyakit korupsi dalam
birokrasi bisa disebabkan oleh relasi antar berbagai sistem yang terkat, misalnya kooptasi
dan intervensi politik. Faktor eksternal lain adalah terjadi penawaran dan permintaan antara
birokrasi dan masyarakat untuk sebuah pelayanan.

3. Paling tidak ada tujuh alasan kenapa reformasi birokrasi itu mesti dilakukan saat ini, yaitu:
 Masih terdapatnya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
 Tingkat kualitas pelayanan publik belum mampu memenuhi harapan publik
 Belum optimalnya tingkat efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja pegawai
 Rendahnya tingkat transparansi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan.
 Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai yang masih rendah
 Reward And Funisment masih sebatas slogan
 Belum sejalannya keinginan regulasi Reformasi Birokrasi dengan perilaku pimpinan
Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan
komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk
direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Artinya Reformasi di
sini merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan,
sehingga mampu mengantarkan pada pemerintahan yang baik dan bersih (good governance
and clean government) tidak termasuk dalam pengertian upaya dan atau tindakan yang
bersifat radikal dan revolusioner.
Untuk itulah mengapa reformasi birokrasi perlu segera dilaksanakan dan tindaklanjuti
secara terpadu. Karena itu harus segera diambil langkah-langkah yang bersifat mendasar,
komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan efektif dan efisien.

4. Keterbukaan informasi publik merupakan poin penting bagi terwujudnya akuntabilitas


penyelenggaraan pelayanan publik, dimana tidak ada lagi 'sekat' penghalang masyarakat
untuk mengetahui apa saja yang telah diperbuat oleh penyelenggara pelayanan publik,
khususnya terkait dengan standar operasional. keterbukaan informasi publik ialah
informasi yang transparan atau transparansi yang benar adanya informasi tersebut dan tidak
di tutup-tutupi. Jadi kita sebagai warga negara Indonesia, berhak mendapat informasi
publik tersebut, seperti yang sudah di atur dalam Undang-Undang No.14 tahun 2008.
Undang-Undang No. 14 tahun 2008 mengatur tentang Keterbukaan Informasi Publik
adalah salah satu hukum Indonesia yang dikeluarkan pada tahun 2008 dan diundangkan
pada tanggal 30 April 2008 dan mulai berlaku dua tahun setelah diundangkan. UU yang
terdiri dari 64 pasal, pada intinya memberikan kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk
membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi
publik, kecuali beberapa informasi tertentu yang bersifat pribadi.

5. Upaya yang dilakukan Pemerintah dalam menciptakan iklim good governance yang baik
mulai diupayakan melalui akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dalama proses
pengawasan dan pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Selain itu, prioritas masyarakat madani seharusnya
adalah mendorong transparansi dan partisipasi aktif masyarakat. Kedua hal ini diperlukan
untuk mendorong pemerintahan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat umum.
Selain itu ntuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip
pokok good and clean governance setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan
prioritas program, yakni:
Pertama, Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan. Penguatan peran lembaga
perwakilan rakyat (MPR, DPR, DPD, dan DPRD) mutlak dilakukan dalam rangka
peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya pemerintahan. Selain melakukan
check and balance, lembaga legislatif harus pula mampu menyerap dan mengartikulasi
aspirasi masyarakat dalam bentuk usulan pembangunan yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat kepada lembaga eksekutif.
Kedua, Kemandirian lembaga peradilan. Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa berdasarkan prinsip good and clean governance peningkatan profesionalitas
aparat penegak hukum dan kemandirian lembaga peradilan mutlak dilakukan.
Akuntabilitas aparat penegak hukum dan lembaga yudikatif merupakan pilar yang
menentukan dalam penegakan hukum dan keadilan. Ketiga, Profesionalitas dan integritas
aparatur pemerintah. Perubahan paradigma aparatur negara dari birokrasi elitis menjadi
birokrasi populis (pelayan publik) harus dibarengi dengan peningkatan profesionalitas dan
integritas moral birokrasi pemerintah. Keempat, Penguatan partisipasi masyrakat sipil
(civil society). Peningkatan partisipasi masyarakat adalah unsur penting lainnya dalam
merealisasikan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam
proses kebijakan publik mutlak dilakukan dan difasilitasi oleh negara (pemerintah). Peran
aktif masyarakat dalam proses kebijakan publik pada dasarnya dijamin oleh prinsip-prinsip
HAM. Masyarakat mempunyai hakatas informasi, hak untuk menyampaikan usulan, dan
hak untuk melakukan kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Kelima, Peningkatan
kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.Untuk merealisasikan prinsip-prinsip
clean and good governance, kebijakan otonomi daerah dapat dijadikan sebagai media
transformasi perwujudan model pemerintahan yang menopang tumbuhnya kultur
demokrasi di Indonesia.
Jadi solusi tepat agar terwujudnya good governance adalah dengan melakukan
reformasi birokrasi, ibaratnya Birokrasi adalah sebuah jalan panjang yang harus kita benahi
dan perbaiki agar setiap orang yang melintasinya betul-betul merasakan kenyamanan dari
perjalanan tersebut sehingga saat mereka telah sampai di tujuan dan maksudnya maka akan
terlontarlah pujian bahwa perjalanan mereka sangat menyenangkan dan tanpa kita sadari
telah tercipta Good governance suatu bentuk tata kepemerintahan yang baik, pemerintah
yang diidamkan oleh semua elemen masyarakat dan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai