NPM : 010119308
2. Sumber penyakit aparatur sipil negara melakukan korupsi pada dasarya dapat didentifikasi
dari dua hal, yaitu internal dan eksternal.
Sumber internal berasal dari kelemahan dan kegagalan sistem yang ada di birokrasi itu
sendiri. Pokok pangkal korupsi ialah celah sistem yang tak paripurna memungkinkan
transaksi antara wajib pajak dan petugas pajak secara simbiosis mutualisme, Secara internal
sumber penyebab korupsi juga dapat berasal dan lemahnya pelembagaan nilai dan budaya
organisasi yang baik, masalah dasar birokrasi di Indonesia adalah masih berakarnya budaya
budaya kekuasaan dan belum munculnya budaya pelayanan, Ada dua akibat oleh persepsi
masyarakat yang demikian. Pertama, masyarakat berbondong-bondong berusaha untuk jadi
PNS dengan cara apa pun, termasuk membayar harga sebuah formasi. Kedua timbunya
persepsi umum bahwa menjad PNS harus kaya. Secara eksternal, penyakit korupsi dalam
birokrasi bisa disebabkan oleh relasi antar berbagai sistem yang terkat, misalnya kooptasi
dan intervensi politik. Faktor eksternal lain adalah terjadi penawaran dan permintaan antara
birokrasi dan masyarakat untuk sebuah pelayanan.
3. Paling tidak ada tujuh alasan kenapa reformasi birokrasi itu mesti dilakukan saat ini, yaitu:
Masih terdapatnya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
Tingkat kualitas pelayanan publik belum mampu memenuhi harapan publik
Belum optimalnya tingkat efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja pegawai
Rendahnya tingkat transparansi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan.
Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai yang masih rendah
Reward And Funisment masih sebatas slogan
Belum sejalannya keinginan regulasi Reformasi Birokrasi dengan perilaku pimpinan
Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan
komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk
direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Artinya Reformasi di
sini merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan,
sehingga mampu mengantarkan pada pemerintahan yang baik dan bersih (good governance
and clean government) tidak termasuk dalam pengertian upaya dan atau tindakan yang
bersifat radikal dan revolusioner.
Untuk itulah mengapa reformasi birokrasi perlu segera dilaksanakan dan tindaklanjuti
secara terpadu. Karena itu harus segera diambil langkah-langkah yang bersifat mendasar,
komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan efektif dan efisien.
5. Upaya yang dilakukan Pemerintah dalam menciptakan iklim good governance yang baik
mulai diupayakan melalui akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dalama proses
pengawasan dan pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Selain itu, prioritas masyarakat madani seharusnya
adalah mendorong transparansi dan partisipasi aktif masyarakat. Kedua hal ini diperlukan
untuk mendorong pemerintahan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat umum.
Selain itu ntuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip
pokok good and clean governance setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan
prioritas program, yakni:
Pertama, Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan. Penguatan peran lembaga
perwakilan rakyat (MPR, DPR, DPD, dan DPRD) mutlak dilakukan dalam rangka
peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya pemerintahan. Selain melakukan
check and balance, lembaga legislatif harus pula mampu menyerap dan mengartikulasi
aspirasi masyarakat dalam bentuk usulan pembangunan yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat kepada lembaga eksekutif.
Kedua, Kemandirian lembaga peradilan. Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa berdasarkan prinsip good and clean governance peningkatan profesionalitas
aparat penegak hukum dan kemandirian lembaga peradilan mutlak dilakukan.
Akuntabilitas aparat penegak hukum dan lembaga yudikatif merupakan pilar yang
menentukan dalam penegakan hukum dan keadilan. Ketiga, Profesionalitas dan integritas
aparatur pemerintah. Perubahan paradigma aparatur negara dari birokrasi elitis menjadi
birokrasi populis (pelayan publik) harus dibarengi dengan peningkatan profesionalitas dan
integritas moral birokrasi pemerintah. Keempat, Penguatan partisipasi masyrakat sipil
(civil society). Peningkatan partisipasi masyarakat adalah unsur penting lainnya dalam
merealisasikan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam
proses kebijakan publik mutlak dilakukan dan difasilitasi oleh negara (pemerintah). Peran
aktif masyarakat dalam proses kebijakan publik pada dasarnya dijamin oleh prinsip-prinsip
HAM. Masyarakat mempunyai hakatas informasi, hak untuk menyampaikan usulan, dan
hak untuk melakukan kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Kelima, Peningkatan
kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.Untuk merealisasikan prinsip-prinsip
clean and good governance, kebijakan otonomi daerah dapat dijadikan sebagai media
transformasi perwujudan model pemerintahan yang menopang tumbuhnya kultur
demokrasi di Indonesia.
Jadi solusi tepat agar terwujudnya good governance adalah dengan melakukan
reformasi birokrasi, ibaratnya Birokrasi adalah sebuah jalan panjang yang harus kita benahi
dan perbaiki agar setiap orang yang melintasinya betul-betul merasakan kenyamanan dari
perjalanan tersebut sehingga saat mereka telah sampai di tujuan dan maksudnya maka akan
terlontarlah pujian bahwa perjalanan mereka sangat menyenangkan dan tanpa kita sadari
telah tercipta Good governance suatu bentuk tata kepemerintahan yang baik, pemerintah
yang diidamkan oleh semua elemen masyarakat dan bangsa.