Anda di halaman 1dari 9

TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH

(Good & Clean Governance)

A. Pengertian Good and Clean Governance

Good Governance dapat diartikan sebagai pemerintahan yang baik,bersih, dan


berwibawa. Maksudnya baik yaitu pemerintahan negara yang berkaitan dengan sumber
sosial, budaya, politik, serta ekonomi diatur sesuai dengan kekuasaan yang dilaksanakan
masyarakat. Sedangkan Clean Governance adalah pemerintahan yang efektif, efesien,
transparan, jujur, dan bertanggung jawab.Good and clean governance dapat terwujud secara
maksimal apabila unsur negara dan masyarakat madani saling terkait. Good Governance
menurut Bank Dunia adalah cara kekuasaan digunakan dalam mengelola berbagai sumber
daya sosial dan ekonomi untuk pengembangan masyarakat.

Syarat atau ketentuan agar pemerintahan bisa berjalan dengan baik yaitu : bergerak secara
sinergis, tidak saling berbenturan atau berlawanan dan mendapat dukungan dari rakyat,
pembangunan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam hal biaya dan waktu.

B. Prinsip Prinsip Pokok Good & Clean Governance

Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang bersandar pada
prinsip-prinsip good governance, Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan
sembilan aspek fundamental (asas) dalam good governance yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Partisipasi (participation)
Asas Partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun lewat lembaga perwakilan sah yang
mewakiliaspirasi mereka. Bentuk partisipasi menyeluruh ini dibangun berdasarkan
prinsip demokrasi yakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara
konstruktif.

2. Penegakan Hukum (rule of law)

Asas ini merupakan keharusan pengelolaan pemerintahan secara professional yang


didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa.Realisasi wujud pemerintahan yang

1
baik dan bersih harus juga diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan
hukum yang mengandung unsur-unsur berikut :

Supremasi Hukum : Setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, dan


peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
didasarkan pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dijamin
pelaksanaannya secara benar serta independen.
Kepastian Hukum : Setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh
hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikatif, dan tidak bertentangan satusama
lainnya.
Hukum yang responsif : Aturan hukum diatur berdasarkan aspirasi
masyarakatluas dan mampu menyediakan berbagai kebutuhan publik secara
adil, juga penegakan hukum yang konsisten dan non-diskriminatif.
Independensi Peradilan : yakni perdilan yang independen, bebas daripengaruh
kekuasaan atau kekuatan lainnya.

3. Transparansi (transparency)
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good and clean
governance. Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia
telah terjerembab kedalam kubangan korupsi yang sangat parah.

Dalam pengelolaan negara, terdapat delapan (8) unsur yang harus dilakukan secara
transparan, yaitu :

a. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.


b. Kekayaan pejabat publik.
c. Pemberian penghargaan.
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e. Kesehatan.
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan public.
g. Keamanan dan ketertiban.
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.

4. Responsif (responsive)
Asas responsif adalah asas dimana pemerintah harus responsif terhadap persoalan-
persoalan masyarakat. Pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakatnya jangan
menunggu mereka menyampaikan keinginan-keinginannya, tapi mereka secara proaktif
mempelajari dan menganalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat, untuk kemudian
melahirkan berbagai kebijakan strategis guna memenuhi kepentingan umum.

2
Setiap asas responsif, setiap unsur pemerintahan harus memiliki 2 etika, yaitu :
1. Etika individual yaitu kualifikasi etika individual menuntut pelaksanaan birokrasi
pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan loyalitas profesional.
2. Etika sosial yaitu menuntut pelaksanaan birokrasi pemerintah agar memiliki
sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan publik.

5. Konsensus (Consensus)
Asas ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga akan menajdi keputusan yang
mengikat dan milik bersama. Sehingga ia akan menjadi kekuatan memaksa (coersive
power) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.

6. Kesetaraan (equity)

Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas ini
mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan berperilaku adil dalam hal
pelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis, keyakinan, jenis kelamin, dan kelas
social.

7. Evektivitas dan Efisiensi (effectiveness and efficiency)

Pemerintahan yang baik dan bersih harus memenuhi criteria efektif (berdaya guna)dan
efesien ( berhasil guna). Efektivitas dapat diukur dari seberapa besar produk yang
dapatmenjangkau kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok. Efesiensi umumnya
diukurdengan rasionalisitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua
masyarakat.

8. Akuntabilitas (accountability)

Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat publik terhadap masyarakat


yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Pengembangan
akuntabilitas dalam rangka Good and Clean Governance bertujuan agar para pejabat atau
unsur-unsur yang diberi kewenanan mengelola urusan publik senantiasa terkontrol dan
tidak memiliki peluang untuk melakukan penyimpangan.

9. Visi Strategis (strategic vision)

3
Yaitu pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang karena
perubahan dunia dengan kemjuan teknologinya begitu cepat. Seseorang yang menempati
jabatan publik harus mempunyai kemampuan menganalisa persoalan dan tantangan yang
akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya. Dalam tataran nasional, apa yang
dihadapi dan di inginkan oleh bangsa pada 20 tahun mendatang misalnya, sudah harus di
rumuskan dan disusun dalam rencana rencana strategis.

C. Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial


Keteribatan masyarakat dalam proses pengelolaan lembaga pemerintahan pada
akhirnya akan melahirkan kontrol masyarakat terhadap jalannya pengelolaan lembaga
pemerintahan. Kontrol masyarakat akan berdampak pada pemerintahan yang baik dan bersih,
bebas dari KKN. Untuk mewujudkan Good and Clean Governance berdasarkan prinsip-
prinsip pokoknya, dapat dilakukan melalui pelaksanaan prioritas program, yaitu :
Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan
Penguatan peran lembaga perwakilan rakyat MPR, DPR dan DPRD mutlak dilakukan
dalam rangka peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya pemerintahan.
Kemandirian lembaga peradilan
Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa berdasarkan prinsip Good
and Clean Governance peningkatan profesionalitas aparat penegak hukum dan kemandirian
lembag aperadilan mutlak dilakukan.
Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah
Perubahan paradigma aparatur negar dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populis
(pelayanan rakyat) harus dibarengi dengan peningkatan profesionalitas dan integritas moral
jajaran birokrasi pemerintah.
Penguatan lembaga peradilan
Penigkatan partisipasi masyarakat Madani (civil society) dalam merealisasikan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Partisipasi masyarakat sipil dalam proses
kebijakan publik mutlak harus dilakukan dan difasilitasi oleh negara ( pemerintah ).

Perangkat kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah


Pengelolaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa dapat dilakukan di semua
tingkatan, baik pusat maupun daerah untuk merealisasikan prinsip-prinsip Good and Clean

4
Governance, kebijakan otonomi daerah dapat dijadikan sebagai media transformasi
perwujudan model pemerintahan yang menopang tumbuhnya demokrasi di Indonesia.
Dalam tata pemerintahan yang baru perlu dikembangkan hubungan yang sinergis antara
warga negara dengan pemerintah. Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan warga negara
ikut serta dalam perumusan kebijakan dan implementasinya.

D. Tata Kelola Pemerintahan Yang Bersih (Clean Governance) dan Gerakan Anti
KKN
Korupsi adalah suatu permasalahan besar yang merusak keberhasilan pembangunan
nasional menjadikan ekonomi berbahaya tinggi, politik yang tidak sehat dan moralitas yang
terus menerus melorot.
Beberapa hal yang menjadi akar masalah terjadinya korupsi antara lain :
Kemiskinan, kemiskinan telah menjadi sebuah mekanisme yang membuat korupsi
menjadi sesuatu yang lumrah. Korupsi dengan latar belakang kemiskinan dapat
dikatakan berasal dari kebutuhan.
Kekuasaan, hal ini menjadi alasan karena kekuasaan sering membuat orang berlaku
semena-mena.
Ketidaktahuan, hal ini menjadi alasan karena kadang dana yang diberikan sering kali
tidak diketahui peruntukannya dan karena tidak tahu, maka ketika ada masalah, dana
tersebut yang dijadikan sebagai korupsi.
Rendahnya kualitas moral masyarakat, disebabkan karena kemiskinan dan kualitas
pendidikan dari masyarakat tersebut.
Lemahnya kelembagaan politik dari suatu negara. Kelembagaan adalah sistem hukum
dan penerapannya, lembaga publik yang memang tidak dibentuk untuk siap
memberikan insentif yang wajar.
Penyakit bersama, dengan cepat korupsi menular dari kawasan ke kawasan yang lain.

Beberapa hal yang diakibatkan dari perilaku korupsi, yaitu :


Tindak korupsi mencerminkan kegagalan mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan
pemerintah.
Korupsi mencerminkan kenaikan harga administrasi (pembayar pajak harus ikut
menyuap, karena membayar beberapa kali lipat untuk pelayanan yang sama).
Korupsi dalam pemerintahan menurunkan rasa hormat kepada kekuasaan.
Korupsi menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Korupsi menimbulkan perkara yang harus dibawa ke pengadilan dan tuduhan-tuduhan
palsu yang digunakan pada pejabat yang jujur untuk tujuan pemerasan.

5
E. Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) dan Kinerja Birokrasi
Pelayanan Publik
Pelayanan umum atau publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta
atas nama pemerintah ataupun swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran
guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.
Ada beberapa alasan sebagaimana dikemukakan oleh Agus Dwiyanto, mengapa
pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai pengembangan dan penerapan Good
Governance di Indonesia, yaitu :
1. Pelayanan publik selama ini menjadi ranah (area) dimana negara yang diwakili
pemerintah berinteraksi dengan lembaga non pemerintah.
2. Pelayanan publik adalah ranah dimana berbagai aspek Good Governance dapat
diartikan dengan mudah.
3. Pelayanan publik melibatkan kepantingan semua unsur Governance yaitu pemerintah
masyarakat dan mekanisme pasar.
Tujuan pembentukan organisasi publik atau birokrasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan
dan melindungi kepentingan dan pelayanan publik, maka kinerja birokrasi tersebut
dinyatakan berhasil apabila mampu mewujudkan tujuannya yang dimaksud.
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
percapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-
elemen indikator sebagai berikut :
Indikator masukan (imputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi
mampu menghasilkan produknya baik barang atau jasa yang meliputi SDM informasi,
kebijakan.
Indikator proses yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan berkaitan dengan
kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan langsung dicapai
dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik.
Indikator keluaran yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan
yang berupa fisik ataupun non fisik.
Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
Indikator manfaat adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
Indikator dampak yaitu pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada
setiap tingkatan indikator.

6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi antara lain:
1. Manajement organisasi dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan birokrasi
2. Budaya kerja dan organisasi pada birokrasi
3. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki birokrasi
4. Kepemimpinan birokrasi yan efektif
5. Koordinasi kerja pada birokrasi

PERTANYAAN & JAWABAN

7
DAFTAR PUSTAKA

Ubaedillah, A. & Rozak, Abdul. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Education); Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta:
Prenada Media.
Zuna, Jie. Good and Clean governance.
http://jizuna.blogspot.com/2012/04/good-and-clean-governance.html (Diakses pada
Selasa, 3 Desember 2013)

8
Barokah, Ahmad. Prinsip prinsip Pokok Good and Clean Governance.
http://ahmadbarokah05.blogspot.com/2012/10/prinsip-prinsip-pokok-good-and-
clean.html (Diakses pada Selasa, 3 Desember 2013)
Farid, Abdul. Good and Clean Governance .
http://faridpelajar.blogspot.com/2013/02/good-and-clean-governance.html (Diakses
pada Selasa, 3 Desember 2013)

Anda mungkin juga menyukai