Syarat atau ketentuan agar pemerintahan bisa berjalan dengan baik yaitu : bergerak secara
sinergis, tidak saling berbenturan atau berlawanan dan mendapat dukungan dari rakyat,
pembangunan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam hal biaya dan waktu.
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang bersandar pada
prinsip-prinsip good governance, Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan
sembilan aspek fundamental (asas) dalam good governance yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Partisipasi (participation)
Asas Partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun lewat lembaga perwakilan sah yang
mewakiliaspirasi mereka. Bentuk partisipasi menyeluruh ini dibangun berdasarkan
prinsip demokrasi yakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara
konstruktif.
1
baik dan bersih harus juga diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan
hukum yang mengandung unsur-unsur berikut :
3. Transparansi (transparency)
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good and clean
governance. Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia
telah terjerembab kedalam kubangan korupsi yang sangat parah.
Dalam pengelolaan negara, terdapat delapan (8) unsur yang harus dilakukan secara
transparan, yaitu :
4. Responsif (responsive)
Asas responsif adalah asas dimana pemerintah harus responsif terhadap persoalan-
persoalan masyarakat. Pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakatnya jangan
menunggu mereka menyampaikan keinginan-keinginannya, tapi mereka secara proaktif
mempelajari dan menganalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat, untuk kemudian
melahirkan berbagai kebijakan strategis guna memenuhi kepentingan umum.
2
Setiap asas responsif, setiap unsur pemerintahan harus memiliki 2 etika, yaitu :
1. Etika individual yaitu kualifikasi etika individual menuntut pelaksanaan birokrasi
pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan loyalitas profesional.
2. Etika sosial yaitu menuntut pelaksanaan birokrasi pemerintah agar memiliki
sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
5. Konsensus (Consensus)
Asas ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga akan menajdi keputusan yang
mengikat dan milik bersama. Sehingga ia akan menjadi kekuatan memaksa (coersive
power) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
6. Kesetaraan (equity)
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas ini
mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan berperilaku adil dalam hal
pelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis, keyakinan, jenis kelamin, dan kelas
social.
Pemerintahan yang baik dan bersih harus memenuhi criteria efektif (berdaya guna)dan
efesien ( berhasil guna). Efektivitas dapat diukur dari seberapa besar produk yang
dapatmenjangkau kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok. Efesiensi umumnya
diukurdengan rasionalisitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua
masyarakat.
8. Akuntabilitas (accountability)
3
Yaitu pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang karena
perubahan dunia dengan kemjuan teknologinya begitu cepat. Seseorang yang menempati
jabatan publik harus mempunyai kemampuan menganalisa persoalan dan tantangan yang
akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya. Dalam tataran nasional, apa yang
dihadapi dan di inginkan oleh bangsa pada 20 tahun mendatang misalnya, sudah harus di
rumuskan dan disusun dalam rencana rencana strategis.
4
Governance, kebijakan otonomi daerah dapat dijadikan sebagai media transformasi
perwujudan model pemerintahan yang menopang tumbuhnya demokrasi di Indonesia.
Dalam tata pemerintahan yang baru perlu dikembangkan hubungan yang sinergis antara
warga negara dengan pemerintah. Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan warga negara
ikut serta dalam perumusan kebijakan dan implementasinya.
D. Tata Kelola Pemerintahan Yang Bersih (Clean Governance) dan Gerakan Anti
KKN
Korupsi adalah suatu permasalahan besar yang merusak keberhasilan pembangunan
nasional menjadikan ekonomi berbahaya tinggi, politik yang tidak sehat dan moralitas yang
terus menerus melorot.
Beberapa hal yang menjadi akar masalah terjadinya korupsi antara lain :
Kemiskinan, kemiskinan telah menjadi sebuah mekanisme yang membuat korupsi
menjadi sesuatu yang lumrah. Korupsi dengan latar belakang kemiskinan dapat
dikatakan berasal dari kebutuhan.
Kekuasaan, hal ini menjadi alasan karena kekuasaan sering membuat orang berlaku
semena-mena.
Ketidaktahuan, hal ini menjadi alasan karena kadang dana yang diberikan sering kali
tidak diketahui peruntukannya dan karena tidak tahu, maka ketika ada masalah, dana
tersebut yang dijadikan sebagai korupsi.
Rendahnya kualitas moral masyarakat, disebabkan karena kemiskinan dan kualitas
pendidikan dari masyarakat tersebut.
Lemahnya kelembagaan politik dari suatu negara. Kelembagaan adalah sistem hukum
dan penerapannya, lembaga publik yang memang tidak dibentuk untuk siap
memberikan insentif yang wajar.
Penyakit bersama, dengan cepat korupsi menular dari kawasan ke kawasan yang lain.
5
E. Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) dan Kinerja Birokrasi
Pelayanan Publik
Pelayanan umum atau publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta
atas nama pemerintah ataupun swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran
guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.
Ada beberapa alasan sebagaimana dikemukakan oleh Agus Dwiyanto, mengapa
pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai pengembangan dan penerapan Good
Governance di Indonesia, yaitu :
1. Pelayanan publik selama ini menjadi ranah (area) dimana negara yang diwakili
pemerintah berinteraksi dengan lembaga non pemerintah.
2. Pelayanan publik adalah ranah dimana berbagai aspek Good Governance dapat
diartikan dengan mudah.
3. Pelayanan publik melibatkan kepantingan semua unsur Governance yaitu pemerintah
masyarakat dan mekanisme pasar.
Tujuan pembentukan organisasi publik atau birokrasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan
dan melindungi kepentingan dan pelayanan publik, maka kinerja birokrasi tersebut
dinyatakan berhasil apabila mampu mewujudkan tujuannya yang dimaksud.
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
percapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-
elemen indikator sebagai berikut :
Indikator masukan (imputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi
mampu menghasilkan produknya baik barang atau jasa yang meliputi SDM informasi,
kebijakan.
Indikator proses yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan berkaitan dengan
kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan langsung dicapai
dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik.
Indikator keluaran yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan
yang berupa fisik ataupun non fisik.
Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
Indikator manfaat adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
Indikator dampak yaitu pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada
setiap tingkatan indikator.
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi antara lain:
1. Manajement organisasi dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan birokrasi
2. Budaya kerja dan organisasi pada birokrasi
3. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki birokrasi
4. Kepemimpinan birokrasi yan efektif
5. Koordinasi kerja pada birokrasi
7
DAFTAR PUSTAKA
8
Barokah, Ahmad. Prinsip prinsip Pokok Good and Clean Governance.
http://ahmadbarokah05.blogspot.com/2012/10/prinsip-prinsip-pokok-good-and-
clean.html (Diakses pada Selasa, 3 Desember 2013)
Farid, Abdul. Good and Clean Governance .
http://faridpelajar.blogspot.com/2013/02/good-and-clean-governance.html (Diakses
pada Selasa, 3 Desember 2013)