Pendidikan
UU 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
a. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya
untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
b. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
c. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram
yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
d. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan
dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
COVID-19: Perspektif
Pendidikan
Penulis:
I Ketut Sudarsana, Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
I Komang Wisnu Budi Wijaya, Astrid Krisdayanthi
Komang Yuli Andayani, Komang Trisnadewi, Ni Made Muliani
Ni Putu Sasmika Dewi, I Ketut Suparya, I Gede Dharman Gunawan
Niluh Ari Kusumawati, I Putu Yoga Purandina, Ni Komang Sutriyanti
Ni Nyoman Sudiani, Ni Wayan Adnyani, S. M. Fernanda Iragraha
I Made Astra Winaya, Gede Agus Siswadi, I Made Putra Aryana
Penulis:
I Ketut Sudarsana, Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
I Komang Wisnu Budi Wijaya, Astrid Krisdayanthi
Komang Yuli Andayani, Komang Trisnadewi, Ni Made Muliani
Ni Putu Sasmika Dewi, I Ketut Suparya
I Gede Dharman Gunawan, Niluh Ari Kusumawati
I Putu Yoga Purandina, Ni Komang Sutriyanti
Ni Nyoman Sudiani, Ni Wayan Adnyani, S. M. Fernanda Iragraha
I Made Astra Winaya, Gede Agus Siswadi, I Made Putra Aryana
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
Kontak WA: +62 821-6453-7176
I Ketut Sudarsana dkk.
COVID-19: Perspektif Pendidikan
Yayasan Kita Menulis, 2020
x; 220 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-6512-23-4 (cetak)
E-ISBN: 978-623-6512-22-7 (online)
Cetakan 1, Juni 2020
I. COVID-19: Perspektif Pendidikan
II. Yayasan Kita Menulis
Om Swastyastu,
Om Awighnam astu namo sidham, Om sidhirastu tad astu swaha.
Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi hamba
memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik.
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
atas Asung Kerta Wara Nugraha Beliau, kita masih diberikan kesehatan
sehingga bisa menyelesaikan penyusunan buku di tengah pandemic
Covid-19. Disadari atau tidak, Covid-19 telah merubah berbagai tatanan
kehidupan masyarakat dunia, dan manusiapun melakukan berbagai pola
adaptasi untuk tetap bertahan hidup di tengah pandemic yang melanda
dunia. Salah satu sektor kehidupan yang mengalami dampak pandemi
adalah sektor pendidikan, dengan dikeluarkannya kebijakan untuk
bekerja, belajar dan beribadah di rumah, otomatis merubah aktivitas
pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah menjadi pola belajar
“di rumah saja”. Pembelajaran yang awalnya berpusat di sekolah bergeser
menjadi pembelajaran di rumah disertai dengan intervensi sekolah yang
cukup dominan. Teknis pembelajaranpun nyaris lebih menggandalkan
sumber daya atau layanan-layanan daring, dengan tingkat kesiapan
sekolah dan keluarga yang sangat beragam.
Om Swastyastu
Pendidikan di tengah wabah Pandemi Covid-19 merupakan sektor yang
paling banyak melakukan adaptasi dalam melaksanakan layanan
pembelajaran. Para tenaga pendidik menghadapi beragam tantangan
untuk tetap dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan sarana
prasarana yang berbeda dan karakteristik peserta didik yang beragam.
Buku ini menguraikan tentang lengkah-langkah, kendala-kendala serta
factor-faktor pendukung penyelenggaraan pembelajaran di tengah
pandemic Covid-19 yang melanda Indonesia. Buku ini akan sangat
bermanfaat bagi pelaku Pendidikan karena informasi yang tersedia di
dalamnya dapat dijadikan referensi bagi penyelenggaraan Pendidikan
dalam situasi yang sejenis.
Kepada semua pihak yang telah dengan tekun menyusun buku Covid-19
perspektif pendidikan tahun 2020 ini, saya sampaikan terima kasih dan
penghargaan. Jerih payah, kerja keras, dan kerja cerdas saudara-saudara
adalah bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membantu
pemerintah dalam mewujudkan tujuan Pendidikan nasional.
Om Santhi Santhi Santhi Om
Daftar Isi
PENDAHULUAN
Virus Covid-19 saat ini telah ditetapkan oleh World Health Organization
(WHO) sebagai pandemi sejak tanggal 11 Maret 2020. Penetapan pandemi
virus covid-19 ini adalah yang pertama kalinya sejak tahun 2009. Jika dilihat
dari statistik penyebaran Covid-19 sangatlah mengkhawatirkan, di mana
menurut data persebaran yang dikutip dari website https://covid19.go.id/
terlihat telah menjangkiti 34 provinsi di Indonesia
Secara umum gejala umum yang dialami oleh orang yang terinfeksi yaitu
demam, sesak nafas dan batuk. Gejala lain yang dapat dialami oleh pasien
yang terinfeksi yaitu sakit tenggorokan, nyeri otot, adanya dahak, gangguan
pencernaan seperti diare, sakit perut, dan kehilangan fingsi indra pengecap dan
pencium. Sementara sebagian besar kasus pasien mengalami genjala ringan
namun pada gejala yang lebih serius berkembang menjadi kegagalan fungsi
beberapa organ dan pneumia.
Sampai tanggal 1 Juni 2020 belum ada Negara di dunia yang menyatakan telah
menemukan dan memproduksi massal vaksin untuk mencegah penyakit covid-
19. Adapun cara yang terbaik untuk mencegah penyakit pandemi virus covid-
19 yaitu menghindari penyebab penularan virus tersebut. Pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan telah merumuskan protocol kesehatan yang dapat
dilakukan dalam upaya mencegah perkembangan penyebaran covid-19, salah
satunya adalah social distancing dan physical distancing.
Berkaitan dengan karakteristik klinis, masa inkubasi COVID-19 adalah 1
sampai 14 hari, dan pada umumnya terjadi di hari ke tiga sampai hari ke tujuh.
Demam, kelelahan, dan batuk kering merupakan tanda-tanda umum infeksi
corona disertai dengan gejala seperti hidung tersumbat, pilek, dan diare pada
beberapa pasien. Karena beberapa pasien yang parah tidak mengalami
kesulitan bernapas yang jelas dan datang dengan hipoksemia, sehingga ada
perubahan dalam panduan ini menjadi Dalam kasus yang parah, dispnea dan
atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit,
dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom
gangguan pernapasan akut, syok sepsis, asidosis metabolik yang sulit
ditangani, dan perdarahan dan disfungsi koagulasi, dan lain-lain. Edisi ini
menekankan bahwa pasien dengan kondisi sakit ringan hanya mengalami
demam ringan, kelelahan ringan dan sebagainya, tetap tanpa manifestasi
pneumonia (Safrizal ZA, Putra, Sofyan & Bimo, 2020).
Upaya mencegah penyebaran semakin meluas mendapat respon cepat oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Edaran No 3 tahun
2020. Surat Edaran Sekjen Kemendikbud No 36603/A.A5/OT/2020 pada 15
Maret 2020. Adapun poin-poin penting yang tertera dalam surat edaran yaitu:
1). Menunda penyelenggaraan sebuah acara yang bersifat mengundang peserta
yang banyak atau bisa mengganti dengan video conference; 2). Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya, Pimpinan Tinggi Pratama, dan pimpinan unit lainnya
untuk bertanggung jawab atas pencegahan sekaligus penanganan Covid-19; 3).
Pimpinan dan pegawai diwajibkan untuk bekerja di rumah (work from home),
Pembelajaran Dalam Jaringan dan Upaya Memutus Pandemi Covid-19 3
PEMBAHASAN
Kebijakan belajar dari rumah telah merubah pola belajar para siswa dan
mahasiswa. Hal ini tentu disecara langsung bisa berjalan dengan baik, karena
selama ini telah terbiasa belajar secara tatap muka. Menurut Husamah (2015)
secara umum, pembelajaran tatap muka memiliki berbagai kelebihan terhadap
pengajar maupun peserta didik, antara lain: 1. Disiplin formal yang diterapkan
pada pembelajaran tatap muka dapat membentuk disiplin mental; 2.
Memudahkan pemberian penguatan (reinforcement) dengan segera; 3.
Memudahkan proses penilaian oleh pengajar; 4. Menjadi wahana belajar
berinteraksi terhadap peserta didik. Kelebihan lainnya yaitu kemampuan
sosialisasi antara dosen/tutor dengan mahasiswa, maupun antar sesama teman.
Tidak hanya itu saja, dosen dapat mengamati secara langsung sikap dan
tingkah laku mahasiswa dalam menerima materi.
Walaupun terdapat berbagai kelebihan, namun pandemic Covid-19 ini
memaksa semua guru dan dosen harus melakukan aktivitas belajar mengajar
melalui pembelajaran dalam jaringan (Daring). Pembelajaran daring ini sendiri
membutuhkan kreativitas dan inovasi dari para pendidik, sehingga pembinaan,
transfer pengetahuan dan keterampilan dapat berjalan dengan baik. Semua
pendidik harus menguasai komunikasi dalam jaringan, yakni cara
berkomunikasi yang di mana cara penyampaian dan menerima pesan yang
dilakukan melalui jaringan internet. Dengan munculnya pandemik COVID-19
kegiatan belajar mengajar yang semula dilaksanakan di sekolah kini menjadi
belajar di rumah melalui daring. Pembelajaran daring dilakukan dengan
disesuaikan kemampuan masing-maisng sekolah. Belajar daring (online) dapat
menggunakan teknologi digital seperti google classroom, rumah belajar, zoom,
video converence, telepon atau live chat dan lainnya. Namun yang pasti harus
dilakukan adalah pemberian tugas melalui pemantauan pendampingan oleh
guru melalui whatsapp grup sehingga anak betul-betul belajar. Kemudian
guru-guru juga bekerja dari rumah dengan berkoordinasi dengan orang tua,
bisa melalui video call maupun foto kegiatan belajar anak dirumah untuk
memastikan adanya interaksi antara guru dengan orang tua (Dewi, 2020).
Menurut Setyosari (2015) pembelajaran daring memiliki potensi-potensi,
antara lain: kebermaknaan belajar, kemudahan mengakses, dan peningkatan
hasil belajar. Dalam konteks belajar secara online, mahasiswa dapat
berhubungan secara cepat dan langsung dengan teks, gambar, suara, data, dan
video dua arah, dengan bimbingan pengajar. Tutorial tatap muka diganti
Pembelajaran Dalam Jaringan dan Upaya Memutus Pandemi Covid-19 5
secara mandiri. Karena pada saat proses belajar, mahasiswa akan mencari,
menemukan dan menyimpulkan yang telah dipelajari secara mandiri.
Dalam situasi pembelajaran daring ini pendidik dapat memanfaatkan salah satu
aplikasi dalam google yaitu google clasroom. Google classroom merupakan
kelas maya yang dibentuk menyerupai kelas fisik. Karakteristik layanan
google classroom yang terintegrasi dengan layanan google docs, google drive,
mudah dan bebas memudahkan pengguna-penggunanya dalam mendapatkan
manfaat layanan (Tipton dan Rich, 2015).
Perancangan penggunaan google classroom yang baik akan memenuhi
kebutuhan para peserta didik untuk mendapatkan proses yang lebih menarik,
memahami dan berlatih serta berinteraksi dengan materi yang disajikan.
Sehingga materi yang semula kaku dan hanya tulisan diam mampu diinteraksi
menjadi lebih menarik sebagi output dalam belajar yakni memperoleh ilmu.
Menurut Hidayat & Sudibyo (2018) google classroom memiliki beberapa
Keunggulanantara lani dlam dministrasi penilaian, kecepatan proses, paperless
dan banyak kemudahan lainnya yang menyebabkan banyak penyelenggara
pendidikan menggunakan layanan pendidikan tersebut. Fungsi yang
ditawarkan bagi tenaga pengajar layaknya kelas konvensional dari proses
mengajar (post), memberikan pertanyaan (create question), memberikan tugas
(create assignment), serta membuat pengumuman (make announcement) tidak
terbatas itu saja. Bahkan google classrom juga menyediakan layanan
multimedia (video streaming) sebagai contoh dalam membantu pemahaman
peserta didik.
Pemanfaatan google classroom dapat melalui multiplatform yakni melalui
komputer dan telepon genggam. Guru dan siswa dapat mengunjungi situs
https://classroom.google.com atau mengunduh aplikasi melalui playstore di
android atau app store di iOS dengan kata kunci google classroom.
Penggunaan LMS tersebut tanpa dipungut biaya, sehingga pemanfaatannya
dapat dilakukan sesuai kebutuhan (Wicaksono, & Rachmadyanti, 2017).
SIMPULAN
Menghadapi pandemi Covid-19 yang disertai kebijakan social distancing dan
physical distancing mengharuskan para pendidik dan peserta didik untuk
melaksanakan pembelajaran daring. Walaupun pembelajaran tatap muka
8 COVID-19: Perspektif Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Dabbagh, N. (2007). The online learner: Characteristics and pedagogical
implications. Contemporary Issues in Technology and Teacher
Education, 7(3), 217-226.
Dewi, W. A. F. (2020). Dampak COVID-19 terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. EDUKATIF: JURNAL ILMU
PENDIDIKAN, 2(1), 55-61.
Hasanah, A., Lestari, A. S., Rahman, A. Y., & Daniel, Y. I. (2020). Analisis
aktivitas belajar daring mahasiswa pada pandemi Covid-19.
http://digilib.uinsgd.ac.id/30565/
PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang ditunjukkan kepada anak yang berusia 0 – 6 tahun untuk
membantu anak melewati tugas-tugas perkembangannya dan mempersiapkan
anak untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam dunia
pendidikan, termasuk PAUD terdapat tri pusat pendidikan yang berperan
penting dalam pelaksanaannya. Istilah tri pusat pendidikan ini dicetuskan oleh
tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara. Tri pusat pendidikan
tersebut adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat (Kurniawan, 2015). Ketiga
lingkungan tersebut saling bersinergi dalam memberikan rangsangan
pendidikan kepada anak usia dini.
Pandangan ekologis dalam perkembangan menekankan peranan sistem di
dalam keluarga maupun sistem di luar lingkungan keluarga yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak usia dini. Lingkungan rumah, sekolah, dan
lingkungan sekitar tempat tinggal anak masuk ke dalam sistem mikro dalam
pendekatan ekologis oleh Urie Bronfrenbrenner (Fiah, 2017). Anak akan
memperoleh banyak pengalaman selama berinteraksi dengan lingkungan di
luar dirinya tersebut.
Teori Ekologis tersebut juga sejalan dengan teori konstruktivisme sosial dari
Vygotsky yang menyatakan bahwa anak membangun kemampuan kognitifnya
melalui interaksi sosial. Melalui interaksi dan arahan dari orang tua maupun
teman sebaya, anak usia dini senantiasa menginternalisasikannya sehingga
pada akhirnya anak mampu memberikan arahan pada dirinya sendiri untuk
menyelesaikan tugas belajarnya. Schunk memberikan penekanan, bahwa
12 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
Sekarang ini seluruh dunia, termasuk Indonesia sedang terkena wabah yang
dikenal dengan COVID-19. COVID-19 merupakan singkatan dari corona
virus disease yang ditemukan pada tahun 2019. COVID-19 termasuk dalam
jenis penyakit infeksi menular yang mengifeksi paru-paru para penderitanya
yang disebabkan oleh novel coronavirus (virus corona) jenis baru. Virus
corona yang sekarang ini sedang mewabah memiliki nama resmi Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus tersebut pertama
kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Kota Wuhan, China (Kumparan,
2020).
Di Indonesia, kasus pertama pasien pengidap COVID-19 diumumkan
langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020. Jumlah
pasien yang terjangkit virus corona tersebut sebanyak dua orang yang
merupakan orang warga negara Indonesia yang berdomisili di Depok (Nuraini,
2020). Sejak saat itu, jumlah pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19
terus mengalami penambahan. Sampai sekarang ini, pertanggal 21 Mei 2020,
peta sebaran COVID-19 secara nasional menunjukkan jumlah kasus pasien
terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 20.162 orang, dalam
perawatan/isolasi mandiri sebanyak 14.046 orang, pasien yang sembuh
sebanyak 4.838 dan pasien yang meninggal sebanyak 1.278 orang (COVID-
19, 2020).
Melihat semakin banyaknya pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19,
pada tanggal 17 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengeluarkan surat edaran (SE) No. 36962/MPK.A/HK/2020
tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka
Pencegahan Corona Virus Desease (COVID-19). Dalam SE Mendikbud
tersebut terdapat poin mengenai pola pembelajaran bagi daerah yang terkena
dampak COVID-19, yaitu memberlakukan pembelajaran secara daring dari
rumah bagi siswa dan mahasiswa; pegawai, guru, dan dosen melakukan
aktivitas bekerja, mengajar atau memberi kuliah dari rumah (Bekerja Dari
14 COVID-19: Perspektif Pendidikan
positif yang signifikan bagi tumbuh kembang anak. Jika dihubungkan dengan
perkembangan otak, interaksi yang terjadi dapat merangsang pertumbuan otak
secara posif. Leaf, dalam penelitiannya menjelaskan bahwa jika mendapat
perlakuan positif, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang positif,
demikian juga sebaliknya (Putra, Nusa; Dwilestari, 2012).
Dilihat dari definisi fungsional, keluarga didefinisikan berdasarkan penekanan
pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial (Lestari, 2018).
Fungsi-fungsi yang dimaksud mencakup perawatan, sosialisasi pada anak,
dukungan emosi dan materi, serta pemenuhan peran-peran tertentu termasuk
peran sebagai pendidik. Definisi keluarga secara fungsional tersebut
memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga. Dalam konteks
pendidikan, keluaga memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam
memberikan pondasi dalam mempersiapkan anak berinteraksi dangan dunia
luar. Menurut Thomson, anak-anak menjalani proses tumbuh dan berkembang
dalam suatu lingkungan dan hubungan (Lestari, 2018). Pengalaman anak
selama sepanjang waktu bersama dengan orang-orang terdekatnya, serta
berbagai karakteristik dan kecenderungan yang mulai dipahami oleh anak
merupakan hal pokok yang memengaruhi konsep dan kepribadian sosial anak.
Keluarga menjadi tempat yang paling penting bagi perkembangan anak secara
fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Keluarga menjadi sumber bagi anak dalam
mendapatkan kasih sayang, perlindungan, dan identitas diri. Dilihat dari
perspektif perkembangan, fungsi paling penting dari keluarga adalah
melakukan perawatan dan sosialisasi pada anak (Lestari, 2018). Sosialisasi
menjadi salah satu bagian dari proses anak dalam memperoleh keyakinan,
nilai-nilai dan perilaku yang dianggap perlu dan pantas oleh orang dewasa
dalam keluarga, terutama oleh orang tua. Selain keluarga, sekolah dan
masyarakat juga melakukan peran sosialisasi bagi anak usia dini. Namun
demikian, keluarga merupakan tempat utama anak menjalani kehidupannya,
demikian juga halnya sebagai tempat utama dalam memperoleh pendidikan
bagi anak usia dini.
Lipton dalam bukunya yang berjudul “Rahasia Pikiran Tanpa Batas”,
menegaskan, orang tua memiliki peran besar dalam tumbuh kembang anak
(Putra, Nusa; Dwilestari, 2012). Berdasarkan beberapa uraian di atas, peran
penting keluarga, utamanya orang tua sekarang ini diharapkan lebih
dimaksimalkan kembali. Anak usia dini yang seharusnya bersosialisasi dan
berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya harus dipaksa hanya
berada pada lingkungan keluarga pada masa pandemi COVID-19 sekarang ini.
16 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Selanjutnya, peran guru PAUD pada masa anak belajar dari rumah seperti
sekarang ini lebih mengarah kepada konsultan. Ketua Umum Pengurus Pusat
IGTKI-PGRI, Farida Yusuf dalam kegiatan seminar online nasional dengan
tema “Merancang Pembelajaran Efektif PAUD Pada Masa dan Pasca Pandemi
COVID-19” tanggal 18 Mei 2020 menyampaikan bahwa guru memiliki peran
sebagai konsultan yang membantu orang tua menjelaskan pentingnya bermain
untuk anak dirumah dan membantu orang tua mencari aktivitas menggunakan
bahan-bahan sederhana yang ada di rumah (Yusuf, 2020). Orang tua dan guru
harus berupaya menciptakan kegiatan yang kreatif dan mengarahkan anak usia
dini agar berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya.
Menurut Evita Adnan, dalam mengoptimalkan pembelajaran anak usia dini
pada masa pandemi COVID-19 ini ada 10 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Menjaga keamanan dan kenyaman lingkungan belajar anak, yaitu
dengan memperhatikan keamanan alat bermain, keterampilan
penanganan keadaan darurat, dan menciptakan rasa aman.
2. Menjaga kesehatan lingkungan belajar, yaitu mendorong anak hidup
bersih dan sehat, mengenali ciri-ciri anak yang sakit, dan menjaga
kesehatan mental/emosi anak.
3. Menciptakan lingkungan belajar yang sehat mental, yaitu dengan
menata ruang belajar, penyediaan media bermain yang memadai,
mengelola aktivitas belajar dengan tingkat stress yang rendah.
4. Mengembangkan keterampilan fisik, yaitu dengan memberikan
peralatan yang memadai untuk mengembangkan motorik kasar dan
motorik halus, memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat
dalam aktivitas yang kreatif (gerak, musik, dan yang lainnya).
5. Mengembangkan keterampilan komunikasi, yaitu dapat dilakukan
dengan membacakan buku dan cerita (dalam pengembangan
keterampilan mendengar dan berbicara) dan berbagai aktivitas lain
yang mendukung pengembangan keterampilan membaca dan
menulis.
6. Mengembangkan keterampilan kreatif, yaitu dengan memberikan
kesempatan dan kebebasan kepada anak untuk berfantasi dan
menuangkan imajinasinya.
Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19 19
Selama berlangsungnya belajar dari rumah, guru maupun orang tua dapat
memanfaatkan berbagai sumber belajar yang menunjang aktivitas belajar anak
usia dini. Benda-benda yang ada di lingkungan rumah dapat dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran anak usia dini. Anak dapat membangun dan
mengembangkan pembelajaran sesuai dengan minatnya sendiri dari barang-
barang yang ada di sekitar rumah. Pembelajaran tersebut sesuai dengan model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Regio Emilia. Dalam prosesnya,
pembelajaran model Regio Emilia ditujukan untuk membantu anak-anak
belajar dengan membangun konstruksi pembelajaran mereka sendiri. Anak-
anak dapat belajar sesuai dengan tingkatan usianya yang dilakukan dengan
cara berpikir yang ekspresif, komunikatif, dan ilmiah (Yus, 2012).
Pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengembangkan imajinasinya akan memberikan kesenangan dan bermakna
bagi anak.
Selain itu, orang tua juga dapat memanfaatkan teknologi yang dimiliki secara
tepat guna sesuai dengan kebutuhan anak. Kemendikbud telah menyiapkan
sejumlah dukungan untuk memperlancar proses belajar secara daring. Salah
satu dukungan yang dimaksud adalah dengan mengembangkan aplikasi
pembelajaran jarak jauh berbasis android, yang disebut dengan "Portal Rumah
Belajar". “Portal Rumah Belajar, merupakan portal pembelajaran yang
menyediakan bahan belajar serta fasilitas komunikasi yang mendukung
interaksi antar komunitas. Rumah Belajar merupakan bentuk inovasi
pembelajaran di era industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru
20 COVID-19: Perspektif Pendidikan
mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai dengan Sekolah
Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat (Kemdikbud, 2020a).
Dengan adanya berbagai media dan sumber belajar sekarang ini, orang tua dan
guru dapat bekerja sama dalam menciptakan kegiatan yang menyenangkan
dan bermanfaat bagi perkembangan anak selama pandemi COVID-19 ini.
SIMPULAN
Pandemi COVID-19 yang sekarang ini mewabah dunia, termasuk Indonesia
menyebabkan terjadinya situasi new normal. Situasi new normal yang terjadi
tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga mencakup dunia pendidikan
termasuk pendidikan anak usia dini. Adanya kebijakan dari pemerintah dengan
menerapkan belajar, bekerja, dan beribadah sebagai bentuk penanggulangan
penyebaran virus corona menyebabkan pola pembelajaran berubah dari belajar
di sekolah menjadi belajar dari rumah.
Kegiatan belajar dari rumah bagi dunia PAUD dapat menjadi titik balik
digalakkannya kembali peran keluarga dalam memberikan pondasi penanaman
nilai dan karakter bagi anak usia dini. Keluarga, utamanya orang tua
memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak karena
orang tualah yang paling banyak berinteraksi dengan anak. Dari sisi
perkembangan, orang tua berperan sebagai pengasuh, perawat dan penyedia
kebutuhan anak yang berkaitan dengan pendidikan.
Pendidikan anak usia dini di masa pandemi COVID-19 ini memerlukan
dukungan dan kerjasama antara guru dan orang tua anak. Guru dapat menjadi
konsultan bagi orang tua dan mengarahkan bagaimana menciptakan kegiatan
belajar yang kreatif di rumah serta memantau perkembangan anak melalui
orang tua. Orang tua, sebagai pendidik utama anak selama belajar dari rumah,
harus menyediakan waktu, lingkungan belajar yang menyenangkan, dan
sumber belajar yang beragam agar anak tetap dapat mengembangkan
kemampuannya dan mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19 21
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, E. (2020). Mempersiapkan Pembelajaran yang Bermakna Bagi Anak
Usia Dini Dalam dan Pasca Pandemi. Jakarta.
Ashari, M. (2020). Survey Kementerian PPPA : 58 Persen Anak Merasakan
Belajar dari Rumah Tidak Menyenangkan. Retrieved from
https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-01366719/survey-
kementerian-pppa-58-persen-anak-merasakan-belajar-dari-rumah-tidak-
menyenangkan
Baharun, H. (2016). Pendidikan Anak dalam Keluarga; Telaah Epistemologis.
Jurnal Pedidikan.
COVID-19, G. T. P. P. (2020). Peta Sebaran. Retrieved from
https://covid19.go.id/peta-sebaran
Fiah, R. El. (2017). Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kemdikbud. (2020a). Rumah Belajar. Retrieved from
https://belajar.kemdikbud.go.id/
Kemdikbud. (2020b). SE Mendikbud: Pembelajaran secara Daring dan
Bekerja dari Rumah untuk Mencegah Penyebaran Covid-19. Retrieved
from https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-
pembelajaran-secara-daring-dan-bekerja-dari-rumah-untuk-mencegah-
penyebaran-covid19
Kumparan. (2020). Apa Itu COVID-19? Corona atau COVID-19 sih?
Retrieved from https://kumparan.com/kumparannews/apa-itu-covid-19-
corona-atau-covid-19-sih-1tDAiVp9tep/full
Kurniawan, M. I. (2015). Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan
Karakter Anak Sekolah Dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 4(1),
41. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v4i1.71
Lestari, S. (2018). Psikologi Keluarga. Jakarta: Prenamedia Grup.
Nuraini, R. (2020). Kasus Covid-19 Pertama, Masyarakat Jangan Panik.
Retrieved from https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-
angka/ekonomi/kasus-covid-19-pertama-masyarakat-jangan-panik
22 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PENDAHULUAN
Pada akhir tahun 2019, masyarakat di seluruh dunia dihebohkan dengan
kehadiran virus yang dikenal dengan Corona Virus Infection Disease-19
(Covid-19) atau virus Corona. Virus yang diduga berasal dari kota Wuhan itu
kini telah menyebar hampir ke seluruh dunia (Yuliana, 2020). Dilansir dari
situs kawalcovid19.id, hingga tanggal 9 Mei 2020 jumlah penderita Covid-19
di Indonesia telah mencapai angka 13.645 jiwa dan 959 orang di antaranya
meninggal dunia. Tingginya jumlah penderita Covid-19 di Indonesia dan dunia
membuat WHO menyatakan penyakit Covid-19 sebagai sebuah pandemik.
Virus Covid-19 dapat menular dari manusia ke manusia. Penularan tersebut
terjadi melalui percikan air (droples) yang berasal dari mulut atau saluran
pernapasan penderita ketika melakukan interaksi jarak dekat atau kontak fisik
dengan individu lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah telah
melakukan berbagai langkah untuk mencegah penularan virus Covid-19.
Kebijakan yang dilakukan misalnya menghimbau masyarakat melakukan
24 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
No Kelas Materi
1 IV 1. Makhluk Hidup
2. Gaya dan Gerak
3. Energi
4. Bunyi
5. Cahaya
6. Sumber Daya Alam
2 V 1. Rangka Manusia
2. Tumbuhan
3. Organ Tubuh Manusia dan Hewan
4. Keseimbangan Lingkungan
5. Listrik dan Magnet
6. Siklus Air
7. Rantai Makanan dan Ekosistem
8. Sistem Pernafasan Manusia dan Hewan
3 VI 1. Energi Listrik
2. Tata Surya
3. Rotasi dan Revolusi Bumi
4. Campuran dan Larutan
5. Suhu dan Perubahan Wujud
6. Perkembangbiakan Makhluk Hidup
28 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Sistem tutorial secara online umumnya dikemas dalam bentuk aplikasi yang
harus diunduh oleh siswa atau dibuat secara mandiri oleh guru dan kemudian
disebarluaskan kepada siswa melalui layanan pengiriman pesan secara
Pola Pembelajaran IPA Siswa Sekolah Dasar di Era “Belajar di Rumah” 29
Sistem drill and practice bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa
akan konsep-konsep IPA. Software drill and practice umumnya digunakan
apabila peserta didik diasumsikan telah mempelajari konsep, prinsip, dan
prosedur. Tujuan dari software drill and practice adalah melatih kecakapan
dan keterampilan. Software ini menyajikan sejumlah soal memerlukan
jawaban peserta didik selanjutnya komputer akan memberikan umpan balik
yang bersifat positif maupun negative (Amanah, 2016).
e. Instructional Game
Siswa usia sekolah dasar adalah usia masih suka bermain. Oleh karena itu,
pembelajaran IPA harus mampu memfasilitasi siswa untuk bermain sambil
belajar. Instructional Games adalah program komputer (software) yang
mengemas informasi dalam bentuk permainan. Software ini berisi permainan
dapat memberi motivasi bagi siswa untuk mempelajari informasi yang ada di
dalamnya (Amanah, 2016). Dalam penggunaannya, games yang disajikan
tentu harus berkaitan dengan materi IPA, melatih sikap positif dan
keterampilan siswa.
Ada beberapa alasan yang mendasari perlunya mengintegrasi multimedia
interaktif ke dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA yaitu:
(1) dengan hadirnya multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran, maka
akan terjadi pergeseran paradigma pembelajaran yang semula pembelajaran
berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, (2) model
30 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Eksperimen ini menggunakan gelas dan tutupnya, korek kayu, air hangat dan
es batu. Air hangat dimasukkan terlebih dahulu ke dalam gelas sampai
setengah atau ¾. Setelah itu nyalakan korek api dan masukkan ke dalam air
hangat tersebut. Lalu masukkan es batu ke dalam gelas berisi air hangat
tersebut lalu ditutup. Beberapa saat kemudian akan timbul awan di dalam
Pola Pembelajaran IPA Siswa Sekolah Dasar di Era “Belajar di Rumah” 31
Percobaan ini memerlukan baskom berisi air, sepotong kayu kecil, kunci dan
telur. Ketiga benda itu kemudian dimasukkan secara bersamaan ke dalam
baskom berisi air. Nantinya akan terlihat perbedaan posisi benda-benda
tersebut. Percobaan ini menanamkan konsep terapung, melayang dan
tenggelam kepada siswa
c. Percobaan Pertumbuhan Tanaman
Dalam melakukan percobaan ini diperlukan dua buah pot atau polibag yang
diisi tanah. Kedua benda tersebut kemudian ditanam dengan bibit tanaman
yang cepat tumbuh misalnya selada atau kacang-kacangan. Salah satu pot atau
polibag diletakkan di dalam rumah dan salah satunya lagi di halaman rumah.
Setelah waktu dua minggu atau 30 hari dilakukan perbandingan pertumbuhan
tanaman tersebut. Konsep IPA yang ditanamkan adalah pertumbuhan tanaman
memerlukan sinar matahari.
SIMPULAN
Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan perubahan pola aktivitas manusia
dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam kegiatan belajar. Konsep
Belajar di Rumah telah dirumuskan dalam rangka mempertahankan kegiatan
belajar mengajar di tengah pandemi mendunia ini. Konsep Belajar di Rumah
adalah konsep belajar di mana rumah digunakan sebagai arena namun tidak
mengabaikan peran orang tua dan guru.
Pembelajaran IPA di SD pun harus beradaptasi dengan konsep Belajar di
Rumah. Pembelajaran IPA pada hakekatnya harus mampu menanamkan
konsep IPA dan keterampilan proses sains. Walaupun saat ini sedang
diterapkan konsep Belajar di Rumah namun pembelajaran IPA harus tetap
berada pada esensinya yaitu menanamkan konsep dan keterampilan proses
sains. Pola belajar IPA dengan sistem pembelajaran di rumah adalah dengan
menggunakan multimedia interaktif, melaksanakan eksperimen IPA dengan
memanfaatkan alat dan bahan yang tersedia rumah serta mengajak siswa untuk
membuat produk-produk sebagai aplikasi dari konsep IPA. Dalam konsep
belajar IPA di rumah, peran orang tua sangat besar yaitu sebagai pengembang
potensi dan kreativitas anak, sebagai teladan, motivator, fasilitator, pengawas
dan evaluator.
DAFTAR PUSTAKA
Amanah, S. (2016). Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia SMA
Kelompok Kompetensi E. Bandung: P4TK IPA.
Indrawati. (2016). Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia SMA
Kelompok Kompetensi B. Bandung: P4TK IPA.
Mariana, I. M. A. (2009). Hakekat IPA dan Pendidikan IPA. Bandung: P4TK
IPA.
Suastra, I. . (2008). Pembelajaran Sains Terkini, Mendekatkan Siswa dengan
Lingkungan Sosial dan Budayanya. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Susiwi. (2007). Pendekatan Pembelajaran dalam Pembelajaran Kimia.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
34 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PENDAHULUAN
Virus Covid-19 masih menjadi topik perbincangan utama sejak
kemunculannya pada awal Desember tahun 2019. Bagaimana tidak, virus yang
pertama kali ditemukan di China ini, telah menginfeksi jutaan orang di dunia
dan juga memicu kekacauan ekonomi secara global. Virus yang menyerang
sistem pernapasan ini mengakibatkan penderitanya mengalami gejala sesak
nafas, pnemunia akut hingga kematian. Dilansir dari kompas.com, virus
corona telah menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia, termasuk Indonesia.
Perkembangan kasus infeksi corona terjadi begitu cepat sejak dikonfirmasinya
pasien positif pertama dan kedua pada tanggal 2 Maret 2020 di Indonesia.
Hingga kini, per tanggal 21 April 2020, data dari worldometer menunjukkan
ada 19.189 kasus terinfeksi virus Corona di Indonesia (Worldometer, 2020).
Upaya penanggulangan bencana pun muncul dari pemerintah semenjak
penetapan wabah corona virus atau Covid-19 sebagai bencana nasional di
Indonesia tanggal 13 April 2020. Penetapan tersebut dilakukan dengan
diterbitkannya Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
sebagai bencana nasional. Dikatakan oleh Ahmad Yurianto selaku juru bicara
pemerintah penanganan virus corona bahwa pemerintah memberlakukan
kebijakan social distancing atau pengaturan jarak interaksi orang. Selain itu,
penerapan pola hidup bersih menjadi upaya pencegahan yang seharusnya
dapat dibudayakan oleh masyarakat (Fakhri, 2020). Upaya tersebut dilakukan
karena keyakinan pemerintah bahwa penularan terjadi karena interaksi yang
terlalu dekat antar individu dan juga faktor kebersihan yang kurang. Kebijakan
36 COVID-19: Perspektif Pendidikan
yang diberlakukan dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus
covid-19 ini tentunya berdampak bagi seluruh lapisan masyarakat dari segala
bidang, termasuk bidang pendidikan.
Beberapa hari berselang setelah adanya konfirmasi pasien pertama dan kedua
terinfeksi virus corona, pada tanggal 9 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan
Kebudayan mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada pemimpin unit
utama dan kepala unit pelaksana teknis yang isinya himbauan untuk
melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan seperti memastikan
ketersediaan sarana untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), alat pembersih
sekali pakai (tissue), dan/atau hand sanitizer di berbagai lokasi strategis di
lingkungan unit kerja; memastikan unit kerja melakukan pembersihan ruangan
dan lingkungannya secara rutin; membatasi perjalanan dinas ke luar negeri
serta menangguhkan perjalanan ke luar negeri untuk keperluan yang dapat
ditunda terutama ke negara-negara terdampak Covid- 19; melakukan
pemeriksaan suhu badan seluruh pegawai; menghindari kontak fisik secara
langsung; menyediakan papan pengumuman yang berisi informasi mengenai
pencegahan Covid- 19; mengimbau kepada seluruh pegawai dan pengunjung
yang sedang batuk atau pilek untuk menggunakan masker; tidak
menyebarluaskan informasi terkait Covid- 19 dari sumber yang tidak
kredibel/valid atau hoaks (Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Pencegahan dan Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19), 2020).
Pada tanggal yang sama, surat edaran berikutnya dikeluarkan yang ditujukan
kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kepala Lembaga
Layanan Pendidikan Tinggi, Pemimpin Perguruan Tinggi dan Kepala Sekolah
memberikan beberapa instruksi terkait optimalisasi peran Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) atau unit layanan kesehatan di perguruan tinggi; komunikasi
dengan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan/atau Lembaga Layanan
Pendidikan Tinggi setempat; ketersediaan sarana untuk cuci tangan pakai
sabun (CTPS) dan alat pembersih sekali pakai (tissue); perilaku hidup bersih
sehat (PHBS); monitor absensi (ketidakhadiran) warga satuan pendidikan;
pemberian izin kepada warga satuan pendidikan yang sakit; pelaporan kepada
Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan/atau Lembaga Layanan Pendidikan
Tinggi jika terdapat ketidakhadiran dalam jumlah besar karena sakit yang
berkaitan dengan pernafasan; mengingatkan seluruh warga satuan pendidikan
untuk tidak berbagi makanan, minuman, dan alat musik tiup; mengingatkan
warga satuan pendidikan untuk menghindari kontak fisik langsung; menunda
kegiatan yang mengumpulkan banyak orang atau kegiatan di lingkungan luar
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 37
satuan pendidikan (berkemah, studi wisata); membatasi tamu dari luar satuan
pendidikan; (Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pencegahan Corona
Virus Disease (Covid- 19) Pada Satuan Pendidikan, 2020).
Selanjutnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat tentang
pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan
penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) tertanggal 17 Maret 2020.
Himbauan yang diberikan adalah mengikuti protokol pencegahan Covid-19
yang disampaikan Kantor Staf Presiden; memastikan penanganan penyebaran
Covid-19 di unit kerjanya telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Surat
Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2 Tahun 2020 dan
Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan CoronaVirus
Disease (Covid-19); menunda penyelenggaraan acara yang mengundang
banyak peserta atau menggantinya dengan video conference atau komunikasi
daring lainnya; Khusus untuk daerah yang sudah terdampak Covid-l9 agar
memberlakukan pembelajaran secara daring dari rumah, bekerja dari rumah
(Surat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
3696/MPK.A/HK/2020, 2020)
Dirjen Dikti, bagian dari Kemendikbud juga meminta bantuan Rektor
perguruan tinggi/Direktur Politeknik Kesehatan untuk mendorong Dekan
Fakultas Kedokteran/ Kedokteran Gigi/Keperawatan/Kesehatan Masyarakat
untuk menggerakkan mahasiswa tingkat akhir/Co-Asssistant (Co-As)/spesialis
secara sukarela bergotong-royong sebagai relawan kemanusiaan guna
mendukung pencegahan meluasnya Covid- 19. Relawan tersebut berfungsi
khususnya untuk melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE),
tracking, screening, hingga penanganan, sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya. Aktivitas yag dilakukan relawan sama dengan kegiatan/
pekerjaan di lapangan yang dapat dikonversi menjadi bagian penilaian kinerja
mahasiswa atau satuan kredit semester. Setiap relawan juga diberikan
pelatihan dan pendampingan, disiapkan alat perlindungan diri (APD) yang
sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemenuhan nutrisi,
insentif dari Kemendikbud, sertifikat pengabdian kepada masyarakat, serta
penyetaraan pembelajaran sebagai bagian dari satuan kredit semester (sks) atau
bagian dari co-as untuk mencapai kompetensi yang dapat ditetapkan oleh
Perguruan Tinggi masing-masing (Surat Dirjen Dikti Perihal Mobilitas
Relawan Mahasiswa untuk Penanganan Covid- 19, 2020).
Pada tanggal 23 Maret, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengeluarkan
surat edaran yang ditujukan kepada pimpinan perguruan tinggi perihal
38 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Daring
Istilah online learning dan pembelajaran daring digunakan untuk menyatakan
makna yang sama. Daring merupakan istilah dalam bahasa Indonesia,
sedangkan online merupakan istilah dalam bahasa Inggris. Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), daring memiliki arti dalam jaringan,
terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya (Kemendikbud,
2020). Pembelajaran daring adalah penggunaan internet untuk mengakses
materi, untuk berinteraksi dengan materi, instruktur dan pembelajar lain, untuk
mendapatkan dukungan selama proses pembelajaran dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan, menciptakan pemahaman dan untuk berkembang
dari pengalaman belajar. (Ally, 2004). Pembelajaran daring adalah materi
40 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Konten adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik
(KBBI, 2016). Konten mengacu pada materi atau informasi pembelajaran
yang dibuat oleh pengajar.
4. Operator
2. Meja Kita
Siswa dan murid dari institusi yang berhak dapat mendaftar untuk office 365
education gratis meliputi Word, Excel, Onenote, Microsoft temas, dan fitur
ruang kelas lainnya.
8. Quipper School
12, video pembelajaran, kumpulan latihan soal, tryout online serta video
pelatihan untuk guru.
9. Ruangguru
Menumbuhkan kecintaan belajar adalah misi utama dari Zenius. Salah satu
penghargaan yang diraih Zenius adalah mewakili Indonesia dalam pameran
bisnis digital terbesar di dunia CeBIT 2015 di Hannover, Jerman.
12. Cisco Webex
Cisco webex adalah aplikasi video conference yang mudah digunakan yang
pesertanya dapat mencapai seratus orang.
Manfaat utama dari pembelajaran secara daring selama masa pandemi adalah
terhindar dari virus corona. Pembelajaran daring dilaksanakan sebagai
44 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Pembelajaran secara tatap muka memiliki durasi waktu yang sudah ditentukan
sehingga banyaknya materi yang disampaikan tentunya akan mengikuti waktu
tersebut. Berbeda halnya dengan pembelajaran secara daring yang memiliki
waktu yang lebih banyak sehingga materi yang diberikan oleh pengajar
cenderung lebih kompleks. Pada saat mahasiswa mencari informasi dari
referensi lain, mereka pasti akan mendapatkan informasi tambahan tentang
materi tersebut.
6. Mengoperasikan teknologi lebih baik.
Kelebihan dari pembelajaran secara daring ini adalah materi yang kita
sampaikan tersimpan dengan sangat baik dalam jaringan yang bisa dibuka dan
dipelajari kapan saja. Hal ini tentu menjadi hal positif bagi pembelajar
terutama bagi mereka yang memerlukan waktu lebih untuk memahami materi
dibandingkan dengan yang lainnya. Para pembelajar juga dapat memilih
materi mana yang ingin lebih fokus untuk dipelajari dan dipahami.
10. Paperless.
Internet menjadi permasalahan bagi mayoritas orang. Tidak ada internet maka
tidak ada pula pembelajaran daring. Ketidakstabilan koneksi internet tentu
sangat mengganggu pembelajaran apalagi jika pembelajaran daring sedang
berlangsung.
Sebagaimana yang diungkapkan dari hasil survey Gunawan et al. (2020)
Kendala yang paling sering muncul selama pelaksanaan pembelajaran online
yaitu paket internet yang tidak dimiliki mahasiswa, keterbatasan akses internet
oleh dosen dan mahasiswa, dan belum terbiasanya dengan pembelajaran
online. (Gunawan et al., 2020). Internet bagi pembelajaran daring ibarat
jantung bagi tubuh manusia, kalau jantung tidak berdetak maka manusia akan
mati. Jika internet tidak ada maka pembelajaran daring tidak bisa terlaksana.
3. Kurang paham penggunaan teknologi.
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan (Syah, 2000). Metode ini digunakan untuk
memperagakan kejadian atau urutan kejadian. Demonstrasi dapat dilakukan
langsung melalui aplikasi video conference ataupun dengan bantuan media
video. Dalam hal ini pengajar dapat membuat video tentang mereka saat
menjelaskan sesuatu.
4. Metode resitasi
Metode resitasi adalah salah satu metode dalam proses belajar mengajar di
mana guru memberi tugas tertentu dan siswa mengerjakannya, kemudian tugas
tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru (Aswan & Bahri syamsul,
2006). Metode ini mengharuskan pembelajar untuk membuat resume dengan
kalimat sendiri. Materi dapat berupa bacaan atau video pembelajaran. Setelah
membaca atau menonton, pembelajar harus membuat resume sendiri. Hal ini
dapat membuat pembelajar bertanggung jawab dan percaya diri terhadap
pekerjaan mereka. Namun, kelemahan saat pembelajaran daring adalah
pengajar tidak dapat mengontrol pekerjaan yang dibuat oleh pembelajar.
Apakah benar-benar menggunakan kata-kata sendiri atau hasil copy paste.
5. Metode pemecahan masalah
SIMPULAN
Himbauan pemerintah untuk meminimalisir interaksi langsung antara
masyarakat selama masa pandemi Covid-19 mencetuskan pelaksanaan
pembelajaran daring baik dari tingkatan PAUD sampai Perguruan Tinggi.
Semua hal pasti mempunyai manfaat dan ada tantangan dalam
melaksanakannya termasuk pembelajaran daring. Disinilah diperlukan
kreativitas pengajar dalam memanfaatkan infrastruktur, sistem dan aplikasi
yang ada termasuk platform yang diberikan oleh pemerintah secara gratis.
Pembelajaran daring saat pandemi lebih aman dilaksanakan dibandingkan
dengan pembelajaran tatap muka secara langsung. Bagaimanapun,
pembelajaran tetap harus menghasilkan output sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Untuk mencapainya, diperlukan metode pembelajaran yang
sesuai. Beberapa metode yang dapat dilaksanakan selama pembelajaran daring
antara lain (1) metode ceramah; (2) metode diskusi; (3) metode demonstrasi;
(4) metode resitasi; (5) metode pemecahan masalah; (6) metode discovery dan
(7) metode inquiry.
DAFTAR PUSTAKA
Adit, A. (2020). 12 Aplikasi Pembelajaran Daring Kerjasama Kemendikbud,
Gratis! Kompas.Com.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/22/123204571/12-aplikasi-
pembelajaran-daring-kerjasama-kemendikbud-gratis?page=1
Aidah, S. (2019). Pemanfaatan e-learning sebagai media pembelajaran di
STIA AL GAZALI BARRU (suatu studi terhadap pemanfaatan model e-
learning berbasis software claroline). Meraja Journal, 2(1), 1–12.
52 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PENDAHULUAN
Pneumonia Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit
peradangan paru yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala klinis yang muncul beragam, mulai dari
seperti gejala flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala)
sampai yang berkomplikasi berat (pneumonia atau sepsis). Cara penularan
SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ialah melalui kontak dengan droplet
saluran napas penderita. Droplet merupakan partikel kecil dari mulut penderita
yang mengandung kuman penyakit, yang dihasilkan pada saat batuk, bersin,
atau berbicara. Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1
meter). Droplet bisa menempel di pakaian atau benda di sekitar penderita pada
saat batuk atau bersin. Namun, partikel droplet cukup besar sehingga tidak
akan bertahan atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Oleh karena
itu, orang yang sedang sakit, diwajibkan untuk menggunakan masker untuk
mencegah penyebaran droplet (Website Informasi Covid, 2020).
Muncul di Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019 dan kemudian menyebar ke
seluruh dunia. Penyebaran COVID-19 yang berlangsung cepat menyebabkan
beberapa aspek kehidupan sosial berubah total. Di Indonesia, pemerintah
melalui Surat Edaran Nomor 19 Tahun 2020 Tentang Penyesuaian Sistem
Kerja ASN-PNS Dalam Upaya Pencegahan Corona resmi memberlakukan
sistem bekerja dari rumah bagi pegawai pemerintahan dan juga beberapa
industri yang rentan penyebaran COVID-19. Tidak hanya aktivitas
56 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
Anak usia dini adalah anak-anak yang memiliki karakter yang unik. Anak usia
dini berada pada rentang usia 4-6 tahun. Di dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 pada Bab VI Pasal 28 dijelaskan bahwa “Taman kanak-kanak
merupakan pendidikan formal pada jalur pendidikan anak usia dini yang
mendidik anak usia 4-6 tahun.” Tujuan pendidikan taman kanak-kanak adalah
membantu meletakan dasar kearah perkembangan sikap, perilaku, pengakuan,
keterampilan, dan kreativitas yang diperlukan oleh anak dalam pertumbuhan
serta perkembangannya. Masa inilah yang disebut dengan masa keemasan
anak (golden age) di mana segala sesuatu yang berada dalam diri anak
sangatlah berharga, baik fisik, emosi dan intelektualnya. Pada usia ini, aspek
kognitif, fisik, motorik dan psikososial seorang anak berkembang dengan pesat
oleh karena itu diperlukan stimulasi-stimulasi yang mampu
mengoptimalisasikan seluruh aspek tersebut agar seorang anak mampu
Pentingnya Positive Parenting pada Anak Usia Dini dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 57
karena nantinya dalam masyarakat anak akan dituntut untuk ikut berperan dan
terlibat dalam masyarakat (Arini, 2019).
Pola asuh atau parenting yang tepat akan membuat tumbuh kembang anak
menjadi baik. Parenting merupakan suatu proses interaksi yang berkelanjutan
antara orang tua dan anak-anak mereka yang meliputi berbagai aktivitas seperti
memberi makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindung
(protecting) anak-anak ketika mereka tumbuh berkembang. Selain itu,
parenting juga merupakan ilmu yang sangat penting untuk diketahui oleh para
orang tua maupun calon orang tua tentang cara mendidik, mengasuh, dan
membimbing anak dengan benar dan tepat (Wiranata, 2019).
Saat ini semua orang tua, ingin melakukan semua yang bisa dilakukan untuk
melindungi anak mereka. Pandemi COVID-19 telah membawa tantangan baru
bagi keluarga di seluruh dunia khususnya dalam hal pengasuhan. Pada situasi
dan kondisi saat ini positive parenting atau pola pengasuhan positif perlu
diterapkan. Mengapa pola asuh ini yang perlu diterapkan? karena positive
parenting adalah pola asuh yang dilakukan secara suportif, konstruktif dan
menyenangkan. Suportif disini berarti memberikan perlakuan yang
mendukung perkembangan anak. Konstruktif artinya bersikap positif dengan
menghindari kekerasan atau hukuman serta dilakukan dengan cara yang
menyenangkan. Dalam pola asuh ini orangtua diharapkan menjadi model yang
baik bagi anak usia dini yang merupakan peniru yang ulung. Pola asuh ini erat
kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga/rumah tangga dan komunitas
dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi
kebutuhan fisik, mental dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan serta bagi anggota keluarga yang lain (Nooraeni, 2017). Pada
dasarnya Positive parenting memiliki lima prinsip utama yaitu: (1) lingkungan
yang aman dan nyaman, (2) lingkungan belajar yang positif, (3) kedisiplinan
yang tegas, (4) ekspektasi yang realistis, (5) kemampuan orangtua untuk
merawat dirinya sendiri (Sanders, 2008).
Positive parenting pada masa pandemi COVID-19 dapat dilakukan oleh
orangtua melalui kegiatan-kegiatan yang sederhana namun menyenangkan,
seperti: (1) bercerita, kegiatan ini membentuk kualitas waktu dengan masing-
masing anak, untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 pemerintah
memberlakukan sistem bekerja dari rumah dan belajar dirumah, hal ini tentu
saja membuat orangtua yang tadinya sibuk dikantor selama lebih kurang 10
jam akan memiliki waktu yang penuh dirumah, bercengkrama dengan anak
dan pasangan disela-sela pekerjaan kantornya. (2) memasak bersama, bermain
Pentingnya Positive Parenting pada Anak Usia Dini dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 59
bersama, atau berolahraga bersama, kegiatan ini membuat orangtua dan anak
tetap positif, menjaga suasana hati yang baik tidak mudah saat harus
menghadapi anak dengan berbagai macam tingkah lakunya. Sering kali,
akhirnya orang tua menghardik, “Sudah, berhenti!” Padahal, kita tahu bahwa
anak akan lebih menurut jika diberikan perintah positif dan pujian apabila ia
berhasil melakukan sesuatu, jadi ada baiknya jika kita menggunakan kalimat
atau kata-kata yang positif dengan nada yang rendah ketika kita memerintah
anak dibandingkan dengan menggunakan kata-kata yang keras atau negatif
dengan nada yang tinggi. (3) membuat jadwal kegiatan, orangtua yang harus
bekerja dirumah masih bisa melakukan kegiatan bersama anak-anak dengan
membuat jadwal kegiatan yang akan dilakukan bersama-sama tanpa
mengganggu aktivitas bekerja dan tanpa mengecewakan anak-anak, karena
menurut beberapa orangtua yang bekerja di rumah, pekerjaan tidak dilakukan
satu hari full seperti ketika mereka di kantor. (4) bermain peran atau saling
mengamati satu sama lain, kegiatan ini berguna untuk mengatasi perilaku
kurang baik anak usia dini, bekerja dirumah malah membuat para orangtua ini
jadi lebih aware terhadap perkembangan anak mereka, bahkan ada orangtua
yang bersyukur dengan adanya pandemi ini, karena dengan adanya pandemi
ini mereka memiliki waktu yang banyak untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak mereka yang masih berusia dini. Pada masa ini
orangtua jadi tahu perilaku anak mereka, ketika perilaku yang tercipta kurang
baik maka orangtua dengan cepat bisa mengatasinya langsung supaya perilaku
kurang baik tersebut tidak terbawa sampai dewasa (5) meditasi atau yoga,
kegiatan ini berguna untuk menjaga orangtua tetap tenang dan dan mampu
mengelola stress. Pola asuh yang positif memerlukan orangtua yang positif.
Jika orangtua tidak mampu bersikap tenang dan mengelola stress-nya maka
yang keluar adalah pola asuh yang otoriter bahkan cenderung negatif. Oleh
karena itu selain anak-anak, orangtua juga harus memiliki waktu untuk
merawat dirinya sendiri, beristirahat dan menjalankan pola hidup sehat. (6)
berdiskusi, mendiskusikan COVID-19 penting untuk orangtua dan anak
terutama anak usia dini. Saat ini banyak dari kita para orangtua merasa sangat
mudah untuk kewalahan mengenai semua hal yang didengar, dilihat ataupun
dibaca tentang penyakit COVID-19. Hal ini juga berlaku pada anak-anak,
dapat dimengerti jika anak merasa cemas juga. Anak mungkin merasa sulit
untuk memahami apa yang mereka lihat baik melalui jaringan online ataupun
dari televisi, atau mendengar dari orang lain, sehingga mereka dapat sangat
rentan terserang perasaan kecemasan, stres dan kesedihan. Tetapi jika diskusi
yang terbuka dan mendukung antara orangtua dan anak dilakukan akan dapat
60 COVID-19: Perspektif Pendidikan
SIMPULAN
Penyakit coronavirus 19 (COVID-19) adalah infeksi virus yang sangat mudah
menular dan disebabkan oleh sindrom pernafasan akut coronavirus 2 (SARS-
CoV-2), yang muncul di Wuhan, Cina dan menyebar ke seluruh dunia
(Shereen et al., 2020). Akibat dari penyebaran virus yang sedemikian
cepatnya, aktivitas kehidupan seluruh masyarakat didunia terganggu tidak
terkecuali Indonesia. Mulai dari orang dewasa hingga anak usia dini dipaksa
untuk membatasi segala kegiatannya dan harus bekerja dan belajar dirumah
untuk sementara waktu guna memutus rantai penyebaran COVID-19.
Anak usia dini adalah anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang cukup pesat. Pada usia ini, aspek kognitif, fisik, motorik
dan psikososial seorang anak berkembang dengan pesat oleh karena itu
diperlukan stimulasi-stimulasi yang mampu mengoptimalisasikan seluruh
aspek tersebut agar seorang anak mampu menjadi pribadi yang matang,
bertanggung jawab, dan mampu menghadapi segala permasalahan dalam
hidupnya. Aktivitas bekerja dan belajar dari rumah bisa menjadi boomerang
bagi orangtua yang tidak siap dengan segala permasalahan yang mungkin
Pentingnya Positive Parenting pada Anak Usia Dini dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 61
muncul dari kondisi ini seperti timbulnya kekerasan pada anak usia dini. Untuk
itu perlu diterapkan pola asuh yang tepat untuk menghindari masalah yang
nantinya akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak usia dini.
Pada situasi dan kondisi saat ini positive parenting atau pola pengasuhan
positif penting diterapkan karena positive parenting adalah pola asuh yang
dilakukan secara suportif, konstruktif dan menyenangkan. Positive parenting
memiliki lima prinsip utama yaitu: (1) lingkungan yang aman dan nyaman, (2)
lingkungan belajar yang positif, (3) kedisiplinan yang tegas, (4) ekspektasi
yang realistis, (5) kemampuan orangtua untuk merawat dirinya sendiri. Ketika
kelima prinsip ini dapat diterapkan maka akan mampu membuat hubungan
antara orangtua dan anak usia dini menjadi lebih baik tanpa mengganggu
proses tumbuh kembang anak itu sendiri.
Positive parenting pada masa pandemi COVID-19 dapat dilakukan oleh
orangtua melalui kegiatan-kegiatan yang sederhana namun menyenangkan,
seperti, bercerita, memasak bersama, bermain bersama berolahraga bersama,
bermain peran atau saling mengamati antara orangtua dan anak, meditasi,
berdiskusi. Dari kegiatan-kegiatan ini diharapkan anak akan merasa tenang,
aman dan nyaman selama pandemik Covid-19 berlangsung. anak-anak perlu
tahu bahwa orangtua peduli kepada anak-anaknya dan memperhatikan segala
tingkah laku yang dibuat oleh anak-anaknya. Orangtua menginginkan yang
terbaik bagi anak-anaknya.
Anak usia dini belum paham mengenai apa yang terjadi saat ini. Yang mereka
pahami ada penyakit yang telah merenggut kebebasan mereka untuk
beraktivitas. Ada baiknya orangtua memberikan edukasi mengenai pandemi
ini kepada anak-anak tentu saja dengan cara-cara yang sesuai dengan usia
anak, contohnya melalui cerita, dongeng, atau lagu-lagu. Hal ini jika dilakukan
akan memberikan pemahaman yang baik kepada anak usia dini dan tentu saja
membuat mereka menjadi paham pentingnya melakukan pola hidup sehat.
Dengan menerapkan positive parenting diharapkan orangtua dan anak usia dini
dapat menjalani aktivitas dengan penuh semangat dan kasih sayang, karena
memang hal inilah yang dibutuhkan pada situasi dan kondisi seperti sekarang.
Pandemi Covid-19 boleh saja mengganggu aktivitas sosial masyarakat, namun
jangan sampai mengganggu kelangsungan hubungan antara orangtua dan
anak.
62 COVID-19: Perspektif Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Arini, Ni Made. (2019). Swadharma Grhastha Asrama Dalam Mendidik Anak
Pada Keluarga Hindu di Dusun Rendang Bajur Desa Taman Sari
Kabupaten Lombok Barat. Disertasi. Program Studi Doktor Pendidikan
Agama Hindu, Program Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia.
Denpasar.
Kemendikbud. (2020). Sikapi COVID-19, Kemendikbud Terbitkan Dua Surat
Edaran. Diakses pada 23 Mei 2020, dari https://www.kemdikbud.go.id.
Nooraeni, Resiana (2017) IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING
DALAM MENUMBUHKAN PERILAKU PENGASUHAN POSITIF
ORANGTUA DI PAUD TULIP TAROGONG KALER GARUT : Studi
Pada Lembaga PAUD Tulip kampung Kudang Sari RW 05 desa
Rancabango kecamatan Tarogong Kaler kabupaten Garut. Other thesis,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sanders, M. R. (2008). Triple P-Positive Parenting Program as a Public Health
Approach to Strengthening Parenting. Journal of Family Psychology.
https://doi.org/10.1037/0893-3200.22.3.506
Shereen, M. A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N., & Siddique, R. (2020).
COVID-19 infection: Origin, transmission, and characteristics of human
coronaviruses. In Journal of Advanced Research (Vol. 24).
https://doi.org/10.1016/j.jare.2020.03.005
Unicef. (2020). Coronavirus (Covid-19) Guide For Parents. Diakses pada 27
Mei 2020, dari https://www.unicef.org/parenting/coronavirus-covid-19-
guide-parents
Website Informasi Covid-19 Pemerintah Provinsi Lampung. (2020). Tentang
Covid-19. Diakses pada 23 Mei 2020, dari
https://www.covid19.lampungprov.go.id/
Wiranata, I. G. L. A. (2019). MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN
ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN PARENTING.
PRATAMA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,
4(1). https://doi.org/10.25078/pw.v4i1.1068
Belajar dari Rumah Selama
Masa Pendemi Covid 19
I Ketut Suparya
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan
Singaraja
PENDAHULUAN
Negara-Negara di dunia sekarang ini berperang melawan virus Covid-19 yang
dikenal dengan nama resmi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus
2 (SARS-CoV-2). Virus tersebut pertama kali diidentifikasi pada Desember
2019 di Kota Wuhan, China (Kumparan, 2020). Dari data yang dilaporkan
sampai tanggal 25 Mei 2020 telah tercatat sejumlah 216 Negara telah
terkonfimasi penyebaran virus Covid-19 dengan jumlah orang yang
terkonfirmasi positif sebanyak 5.257.419 dan dilaporkan meninggal dunia
sebanyak 341.155 (https://covid19.go.id). Dari data tersebut terlihat bahwa
negara di setiap belahan dunia berperang dengan waktu untuk menghambat
bahkan menghentikan penyebaran virus melihat dari dampak yang
ditimbulkan sungguh luar biasa.
Di Indonesia kasus pertama Covid-19 terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret
2020 (https://news.detik.com/berita/d-4991485), jumlah kasus semakin hari
semakin bertambah, data per tanggal 29 Mei 2020 dilaporkan bahwa sebanyak
34 provinsi yang ada di Indonesia terdampak Covid-19 . Jumlah kasus positif
mencapai 24.538 kasus, pasien sembuh sebanyak 6.240 orang dan meninggal
sebanyak 1.496 orang (https://covid19.go.id). Tingginya angka kematian yang
mencapai lebih dari ribuan orang ini, haruslah mendapat perhatian yang serius
serta diperlukan langkah-langkah yang strategis dari Pemerintah dan dukungan
masyarakat guna menghentikan rantai penyebaran Covid-19 ini sehingga tidak
menimbulkan penyebaran korban kasus positif dan korban meninggal yang
semakin meluas di wilayah Indonesia.
64 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
A. Peran Orang Tua Pada Program Pembelajaran Dari
Rumah
Menurut Undang-Undang Sistem pendidikan nasional No 20 Tahun 2003,
proses pembelajaran pada anak sejatinya dapat dibedakan menjadi tiga jalur,
yaitu pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Pendidikan informal adalah proses pendidikan yang dilakukan di lingkungan
keluarga secara mandiri. Pendidikan formal adalah pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah secara teratur, sistematis, berjenjang dengan mengikuti
syarat-syarat yang jelas. Adapun jenjang dari pendidikan formal adalah
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Jenjang sekolah dasar (SD) adalah salah satu jenjang pendidikan pada jalur
pendidikan formal. Berdasarkan pasal 17 UU No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran di SD
adalah pendidikan yang mendasari jenjang pendidikan menengah. Dalam
implementasi kurikulum 2013 pembelajaran di SD berbasis tematik integratif
yang artinya memadukan berbagai mata pelajaran menjadi satu tema. Secara
umum materi yang dibelajarkan pada jenjang SD adalah matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, bahasa Indonesia, pendidikan
kewarganegaraan, seni budaya dan prakarya (SBdP), pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan (PJOK).
Selama masa pandemi Covid-19, dunia pendidikan mengalami pergeseran
paradigma belajar yang sangat signifikan. Proses pembelajaran yang
sebelumnya dilakukan secara tatap muka dalam jalur pendidikan formal
sekarang ini berubah menjadi proses pembelajaran dari rumah (learning from
home) dengan peran pendidikan informal menjadi sangat signifikan. Hampir
semua jenjang pendidikan mengalami hal seperti ini, begitu pun dengan
pembelajaran pada jenjang SD. Pembelajaran dari rumah dilaksanakan
berdasarkan fakta di lapangan semakin signifikannya penularan virus Covid-
19 di berbagai wilayah di Indonesia dengan tidak memandang tingkatan umur,
66 COVID-19: Perspektif Pendidikan
status sosial maupun jenis kelamin. Social and physical distancing merupakan
salah satu cara yang diambil pemerintah untuk memutus mata rantai
penyebaran Covid-19. Melalui surat edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 36962/MPK.A/HK/2020 tentang
Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka
Pencegahan Corona Virus Desease (Covid-19) tertanggal 17 Maret 2020.
Dalam SE Mendikbud tersebut terdapat poin mengenai pola pembelajaran bagi
daerah yang terkena dampak Covid -19, yaitu memberlakukan pembelajaran
secara daring dari rumah bagi siswa dan mahasiswa; pegawai, guru, dan dosen
melakukan aktivitas bekerja, mengajar atau memberi kuliah dari rumah
(Bekerja Dari Rumah/BDR) melalui video conference, digital documents, dan
sarana daring lainnya (Kemdikbud, 2020a).
Dengan adanya surat edaran tersebut menjadikan dasar bagi semua lembaga
pendidikan formal untuk menerapkan pembelajaran dari rumah. Pembelajaran
dari rumah dimaknai sebagai penyelarasan pendidikan pada anak yang
dilakukan di rumah dengan fasilitator orang tua dengan pembelajaran yang
seharusnya dilaksanakan di sekolah sesuai dengan tuntukan kurikulum.
Kebijakan belajar dari rumah menuntut kreativitas dan inovasi pembelajaran
yang dilakukan oleh guru sehingga anak mampu belajar secara bermakna di
rumah. Pembelajaran di SD yang menurut teori kognitif piaget anak masih
berada pada tahapan operasional kongkret menuntut proses pembelajaran yang
dilakukan di rumah secara real sesuai dengan konteks anak di lingkungan
sekitar. Orang tua selama pandemi Covid-19 ini tidak hanya berfungsi sebagai
tempat pendidikan anak yang pertama dan utama dalam membentuk karakter,
nilai agama dan budi pekerti tetapi sekarang memiliki peran tambahan sebagai
guru ke dua bagi anak dalam belajar di rumah.
Adapun peran penting orang tua selama proses pembelajaran dari rumah
adalah sebagai berikut.
Pertama, menjaga motivasi anak. orang tua harus tetap mampu menjaga
motivasi anak dalam belajar dengan menghadirkan suasana kongkret dalam
memfasilitasi anak belajar. Selama pembelajaran dari rumah orang tua dituntut
untuk selalu memberikan aura positif kepada anak sehingga anak tidak bosan
dalam kegiatan belajar. Jika kita lihat bahwa dunia anak SD sejatinya senang
belajar dengan bermain, oleh kerena itu guru dan orang tua dalam
pembelajaran dari rumah harus kreatif dalam menciftakan suasana yang
menyenangkan bagi anak belajar (Aunurrahman, 2010). Anak SD sangat
termotivasi belajar jika banyak bergerak, belajar bersama teman, langsung
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 67
Tugas lain yang bisa diberikan untuk membuat belajar dari rumah
menyenangkan adalah tugas terkait penanaman nilai agama dan seni.
Penanaman nilai agam dan seni menjadi tugas menyenangkan yang bisa
dikolaborasikan dengan tugas-tugas intrakurikuler lainnya. Contoh tugas yang
bisa diberikan antara lain bernyanyi lagu-lagu wajib nasional, membuat video
terkait dengan Covid-19, membersihkan tempat suci, melakukan
persembahyangan dan lain sebagainya.
Gambar 5. Contoh Kegiatan anak dalam penanaman nilai agama dan seni
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 75
SIMPULAN
Adanya himbauan dari pemerintah untuk melakukan social and physical
distancing dalam masa pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya perubahan
yang sangat signifikan dalam proses pembelajaran disetiap jenjang pendidikan
baik itu salah satunya adalah jenjang sekolah dasar (SD). Kebijakan ini
mengakibatkan para pengelola dunia pendidikan mengeluarkan keputusan
untuk meniadakan aktivitas di sekolah dengan pembelajaran dari rumah
(leraning from home), baik itu secara daring/online atau media televisi TVRI
bagi yang mempunyai keterbatasan akses internet (baik karena faktor ekonomi
maupun geografis). Orang tua selama pandemi Covid-19 ini tidak hanya
berfungsi sebagai tempat pendidikan anak yang pertama dan utama dalam
membentuk karakter, nilai agama dan budi pekerti tetapi sekarang memiliki
peran tambahan sebagai guru ke dua bagi anak dalam belajar di rumah.
Adapun peran penting orang tua selama proses pembelajaran dari rumah
adalah: 1) menjaga motivasi anak, 2) memfasilitasi anak belajar, 3)
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 77
DAFTAR PUSTAKA
Agus, N. N. M. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia
Pendidikan. Tersedia pada: https://kabar-priangan.com/dampak-pandemi-
covid-19terhadap-dunia-pendidikan/. Diakses tanggal 25 Mei 2020
Agustin, dkk. (2015). Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan
Mental, Karakter Anak serta Budi Pekerti Anak. Jurnal Sosial
Humaniora, Vol 8 No.1, Juni 2015.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta.
Kumparan. (2020). Apa Itu COVID-19? Corona atau COVID-19 sih?.
Tersedia pada: https://kumparan.com/kumparannews/apa-itu-covid-19-
corona-atau-covid-19-sih-1tDAiVp9tep/full. Diakses tanggal 25 Mei
2020.
Kemdikbud. (2020a). SE Mendikbud: Pembelajaran secara Daring dan
Bekerja dari Rumah untuk Mencegah Penyebaran Covid-19. Tersedia
pada: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-
pembelajaran-secara-daring-dan-bekerja-dari-rumah-untuk-mencegah-
penyebaran-covid19 Diakses tanggal 25 Mei 2020.
Kemdikbud. (2000b) Kemendikbud Hadirkan Program Belajar dari Rumah di
TVRI. http://pgdikdas.kemdikbud.go.id/read-news/kemendikbud-
hadirkan-program-belajar-dari-rumah-di-tvri. Diakses tanggal 25 Mei
2020.
78 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PENDAHULUAN
Saat ini Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang sangat besar bagi
perkembangan kehidupan manusia. Semua aspek kehidupan sangat
terpengaruh dengan adanya wabah Covid-19. Bidang Pendidikan merupakan
salah satu yang merasakan dampaknya. Nampaknya kegiatan belajar mengajar
di dalam kelas yang selama ini biasa dilaksanakan, mengalami perubahan
seiring dengan adanya kebijakan pemerintah untuk bekerja, belajar, dan
beribadah di rumah. Artinya, dengan belajar dari rumah, menuntut para
pendidik untuk memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan,
meskipun peserta didik belajar dari rumah masing-masing. Pendidik tentunya
dituntut untuk melakukan berbagai macam inovasi dengan memanfaatkan
media pembelajaran. Terkait dengan adanya kondisi pandemi Covid-19 ini
perubahan dalam pemanfaatan media pendidikan sangat diperlukan. Dalam hal
ini, pemanfaatan media pembelajaran “harus” bertransformasi sehingga dapat
beradaptasi dengan kondisi pandemic Covid-19 untuk tetap terlaksananya
proses pembelajaran walaupun peserta didik berada di rumah.
Salah satu media pendidikan yang mengalami transformasi pada masa
pandemic covid-19 adalah pemanfaatan televisi. Keberadaan televisi sebagai
media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasi secara cepat dan
mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dari waktu bersamaan.
80 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
Sesuai dengan Surat Edaran Kemendikbud Nomor 15, Tahun 2020 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) menyatakan bahwa tujuan
pelaksanaan belajar dari rumah antara lain, memastikan pemenuhan hak
peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-
Transformasi Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 81
yang termasuk dalam klasifikasi ini dilandasi oleh nilai-nilai pendidikan saja
dan yang menjadi sasarannya khalayak umum. Hanya saja khalayak dibagi
menurut tingkatan tertentu, misalnya usia, jenis kelamin, agama, dan
pendidikan. Tujuan yang ingin dicapai melalui acara ini adalah, untuk
mendorong khalayak sasaran agar berkeinginan untuk terus belajar dalam
ruang lingkup yang lebih luas tentang berbagai aspek. Acara siaran pendidikan
harus memiliki ciri-ciri mempunyai sasaran khusus dan tujuan umum acara
sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional. Diharapkan dari siaran pendidikan
ini tentu saja disesuaikan dengan landasan dan tujuan pendidikan dari negara
yang bersangkutan. Karena acara siaran pendidikan untuk sekolah mengacu
kepada kurikulum, tentu memberikan pengaruh secara langsung kepada
peserta didik. Menimbulkan keinginan kepada peserta didik untuk mencoba
menggali pengetahuan sesuai dengan pola pikir. Membantu anak-anak atas
suatu pengertian yang sebelumnya belum pernah dialami. Merangsang untuk
menumbuhkan hasrat dan menggali hubungan antara kegiatan belajar dengan
keadaan sekitarnya. Merangsang anak-anak untuk berkeinginan menjadi
seorang cendekiawan. Salah satu peran penting televisi edukasi, yang
mendeklarasikan diri sebagai televisi pendidikan adalah sebagai sumber
belajar bagi peserta didik dan pendidik (Kurniawan dan Gafur, 2014:100).
Transformasi pemanfaatan televisi pendidikan di Indonesia pada masa
pandemic Covid-19 ini diselenggarakan dengan dorongan semangat dengan
tujuan untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, membantu
mewujudkan hak semua warga negara Indonesia untuk memperoleh
pengajaran, mempunyai misi untuk mewujudkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Menurut Sadiman (2009:73),
bahwa salah satu kelebihan dari televisi sebagai media pendidikan adalah
dapat meningkatkan pengetahuan serta dapat membantu mengatasi problem
pengetahuan guru dalam menjelaskan materi kepada peserta didik. Televisi
edukasi adalah sebuah stasiun televisi yang khusus ditujukan untuk
menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan berfungsi sebagai media
pembelajaran bagi peserta didik dengan memberikan konten atau materi
pelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik. Dengan menyiarkan
program yang berisikan konten-konten yang dapat mencerdaskan masyarakat,
menjadi tauladan, menyebarkan informasi dan kebijakan pemerintah serta
mendorong masyarakat gemar belajar. Sasaran TV Edukasi adalah peserta
didik dari semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, praktisi pendidikan, dan
masyarakat.
84 COVID-19: Perspektif Pendidikan
SIMPULAN
Pada masa pandemic Covid-19 ini pemanfaatan televisi edukasi sebagai media
pendidikan bagi peserta didik dapat sangat membantu penyampaian materi
pembelajaran. Peserta didik mendapatkan alternatif media pembelajaran
sehingga kegiatan belajar dari rumah tidak dilakukan secara monoton. Televisi
sebagai media pembelajaran selama masa pandemi Covid-19 memiliki
beberapa keuntungan antara lain bersifat langsung dan nyata, dapat
menyajikan peristiwa yang sebenarnya, memperluas tinjaun kelas, dapat
menciptakan kembali peristiwa masa lampau, dapat mempertunjukkan banyak
hal dan banyak segi yang beraneka ragam, banyak mempergunakan sumber-
sumber masyarakat, dan dapat menarik minat anak. Transformasi pemanfaatan
televisi edukasi bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta
memberikan kesetaraan hak anak bangsa untuk memperoleh pendidikan
melalui media televisi edukasi. Tentunya dalam pemanfaatan telivisi edukasi
ini perlu diperhatikan konten yang disajikan dalam televisi edukasi, sosialisasi
televisi edukasi sebagai media pendidikan alternative, serta dampak dari
pemanfaatan televisi edukasi bagi peserta didik.
Transformasi Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 85
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Darwanto. (2007). Televisi sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kurniawan, M.R. dan Gafur, A. (2014). Peranan Siaran Televisi Edukasi
dalam Mnedukung Terciptanya Sumber Belajar dan Motivasi Belajar
Bagi Peserta didik SMP di Yogyakarta. Jurnal Inovasi Teknologi
Pendidikan 1(1). 98-108.
Puspitasari, Rina. (2020). Hikmah Pandemi Covid-19 Bagi Pendidikan di
Indonesia. diakses dari https://iain-surakarta.ac.id/hikmah-pandemi-
covid-19-bagi-pendidikan-di-indonesia/.
Sadiman, Arief S. dkk. (2009). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta:
Pedagogia.
86 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Revitalisasi Learning From
Home: Pendidikan di Masa
Pandemik Covid-19
Niluh Ari Kusumawati
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
PENDAHULUAN
Berbagai negara di dunia sedang menghadapi pandemik covid-19 yang
mengancam jutaan manusia dan bahkan telah merenggut ribuan korban di
seluruh dunia. Covid-19 merupakan virus menular yang disebkan oleh
coronavirus, virus ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok pada
akhir Desember 2019. Covid-19 membawa dampak dan perubahan yang
sangat besar dan memengaruhi berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan,
sosial budaya dan lain sebagainya. Pendidikan merupakan salah satu bidang
yang banyak mengalami perubahan akibat pandemik covid-19. Pandemik
covid-19 membawa perubahan yang sangat signifikan dalam dunia
pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia. Covid-19 selain berdampak
negatif juga berdampak positif. Dampak negatifnya adalah pemerintah
menetapkan darurat kesehatan Nasional sedangkan dampak positifnya adalah
masyarakat banyak belajar dengan memanfaatkan berbagai kecanggihan ilmu
pengetahuan yang sebelumnya tidak disentuh sama sekali.
Data UNESCO menyebutkan bahwa total pelajar saat ini yang terpengaruh
dari penerapan penutupan sekolah telah mencapai 421.388.462 anak. Beberapa
negara pada tanggal 13 Maret di Afrika, Asia, Eropa, Timur Tengah, Amerika
Utara dan Amerika Selatan yang telah mengumumkan dan menerapkan
pembatasan pembelajaran pada sekolah dan universitas. UNESCO
menyediakan dukungan langsung ke berbagai negera dan memberikan solusi
pembelajaran daring yang efektif (UNESCO, 2020). Kemajuan masyarakat
88 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
A. Penerapan Learning From Home di Masa Pandemik
Covid-19
Penyebaran covid-19 yang massif membawa perubahan yang sangat signifikan
di berbagai bidang. Perubahan tersebut menuntut kesiapan untuk merespon
berbagai sikap, tidakan dan berbagai hal-hal baru. Pemberlakuan kebijakan
Pysical Distencing yang kemudian menjadi dasar penerapan Learning From
90 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Inovasi yang dapat dilakukan orang pada saat Learning From Home salah
satunya adalah peningkatan aspek afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan). Pada penduduk perkotaan orang tua banyak yang bekerja dan
tidak semopat untuk mengurus anaknya. Sehingga orang tua secara penuh
menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Tetapi dengan
penerapan Learning From Home saat ini budaya itu mulai berubah. Di mana
saat ini orang tualah yang menjadi pendidik utama seorang anak. Inovasi yang
dapat dilakukan oleh orang tua adalah dengan membuat kegiatan yang edukatif
di rumah seperti memasak, berkebun, belajar sambil bermain lain sebagainya.
Untuk peningkatan aspek afektif, orang tua dapat mengajarkan nilai-nilai
agama kepada anak dari yang paling sederhana, misalnya rajin sembahyang,
belajar berbagi, tidak menyakiti orang lain dan lain sebagainya. Sebagai salah
satu tahap membentukan karakter bai anak. Berbagai kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah pada masa pandemic Covid-19 salah satunya
adalah untuk membantu proses pembelajaran daring, pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghadirkan Program “Belajar
dari Rumah” di TVRI yang diperuntukkan bagi PAUD, SD, SMP, SMK, guru
dan orang tua.
Pendidik dituntut untuk mampu melakukan berbagai inovasi dengan
memanfaatkan berbagai kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sudah ada, mulai dari media, metode, model pembalajaran dan lain sebagai
harus dipersiapkan dengan matang. Sehingga proses pembelajaran Learning
From Home dapat berjalan dengan efektif. Peserta didik juga harus mampu
beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang ada, karena kedepannya untuk
dapat bersaing secara global harus mampu memanfaatkan berbagai
kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin
pesat.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa mutu pendidikan di Indonesia harus
ditingkatkan, banyak pendidik yang masih menggunakan pembelajaran
konvensional, sehingga dengan diterapkankan Learning From Home pendidik
(guru dan dosen) dituntut untuk menguasi berbagai kecanggihan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kemudian dipergunakan dalam proses
pembelajaran daring. Bagaimana guru menciptakan kelas virtual yang nyaman
bagi siswa, sehingga siswa menjadi lebih mudah menyerap materi yang di
sampaikan oleh guru (Astuti, Waluya, & Asikin, 2019). Inovasi dalam
pembelajaran sangat diperlukan sehingga beberapa guru menguji coba
berbagai video conference yang kemudian dipilih yang mana lebih efektif
untuk digunakan. Sekarang ini pembelajaran daring banyak menggunakan
aplikasi zoom karena dinilai paling efektif dan efisien, sehingga mau tidak mau
guru yang awalnya menggunakan pembelajaran konvensional harus beralih ke
pembelajaran berbasis IT. Sehingga kualitas Sumber Daya Manusia dari guru
meningkat.
b. Kemudahan mendapatkan berbagai sumber dan materi pelajaran
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sebelum wabah covid-19 melanda
Indonesia kebanyakan orang tua disibukkan oleh pekerjaannya untuk mencari
nafkah. Sehingga para orang tua hanya memiliki sedikit waktu untuk
mengurus anaknya dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Orang tua
mempercayakan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah,
padahal semestinya pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab guru
semata melainkan merupakan tanggung jawab bersama (Meilia & Murdiana,
2019). Tetapi sekarang ini orang tua yang memegang peran penting dalam
pembelajran anak selama Learning From Home, orang tua menjadi pendidik
Revitalisasi Learning From Home: Pendidikan di Masa Pandemik Covid-19 93
yang utama bekerja sama dengan guru dan pemerintah. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
2. Dampak Negatif Learning From Home terhadap perkembangan
pendidikan
Saat ini banyak sekali pendidik yang menggunakan video conference sebagai
kelas virtual, tanpa disadari bahwa terlalu lamanya pembelajaran kelas virtual
itu dapat menyebabkan kerusakan pada mata (menggangu kesehatan mata),
bayangkan saja jika dari jam pertama dan jam kedua peserta didik harus
mengikuti kelas virtual itu terhitung kurang lebih antara 4-5 jam. Pengaturan
waktu pembelajaran sangat diperlukan agar pembelajaran daring menjadi lebih
efektif dan efisien.
d. Peserta didik kurang memahami materi pembelajaran
Belajar di rumah aja tanpa seorang guru meskipun ada orang tua yang
mengajar ditambah dengan berbagai sumber belajar itu belum tentu membuat
peserta didik paham terhadap materi dan tugas yang disampaikan oleh
pendidik. Maka dari itu peran pendidik sangat pendidik dalam proses
pembelajar, disaat pembelajaran di rumah aja banyak peserta didik yang rindu
akan gurunya maupun dosennya (Maulana & Nurhafizah, 2019).
SIMPULAN
Penerapan Learning From Home di masa pandemik Covid-19 di mana peran
orang tua sangat menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Orang
tua merupakan kunci keberhasilan dari penerapan Learning From Home.
Keluarga sebagai unit terkecil bagi peserta didik dalam penerapan Learning
From Home. Kemapuan orang tua dalam membantu proses belajar anak
merupakan salah satu strategi yang sangat penting. Orang tua, guru dan
pemerintah harus saling mendukung dan bekerja sama agar tujuan pendidikan
dapat tercapai. Dampak positif Learning From Home terhadap perkembangan
pendidikan adalah (1) Pendidik jadi melek teknologi, (2) Kemudahan
mendapatkan berbagai sumber dan materi pelajaran dan (3) Dengan Learning
From Home orang tua sebagai pendidik yang utama. Dampak negatif Learning
From Home adalah (1) Peserta didik (Siswa dan Mahasiswa) merasa terbebani
oleh tugas yang diberikan oleh pendidik (guru atau dosen), (2) Learning From
Home banyak disalahgunakan oleh peserta didik, (3) Pembelajaran melalui
Revitalisasi Learning From Home: Pendidikan di Masa Pandemik Covid-19 97
video conference yang terlalu lama bisa menyebabkan mata tidak sehat dan (4)
Peserta didik kurang memahami materi pembelajaran. Revitalisasi Learning
From Home merupakan suatu upaya menghidupkan kembali Home Learning
dalam dunia pendidikan. Pembelajaran daring menunjuknya adanya
revitalisasi Home Learning di masa pandemic covid-19. Revitalisasi Home
Learning menunjukkan adanya perubahan yang sangat signifikan dalam dunia
pendidikan jika saat ini dunia pendidikan masih menghadapi revolusi industry
4.0 maka kedepannya dunia pendidikan akan dihadapkan pada society 5.0.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Kusumawati, N., & Prima Dewi PF, K. A. (2019). Pengembangan Media
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Abad 21. Adi Widya: Jurnal
Pendidikan Dasar, 4(2), 168. https://doi.org/10.25078/aw.v4i2.1120
Astuti, Waluya, S. B., & Asikin, M. (2019). Strategi Pembelajan Dalam
Menghadapi Tantangan Era Revolusi 4.0. Seminar Nasional Pascasarjana
2019.
Azanella, L. A. (2020). Kisah Pak Guru Avan, Mengajar dari Rumah ke
Rumah karena Siswa tak punya Ponsel. Diambil dari Kompas.com
website:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/18/140342165/kisah-pak-
guru-avan-mengajar-dari-rumah-ke-rumah-karena-siswa-tak-punya
Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa. In Deepublish.
Hargreaves, T., Wilson, C., & Hauxwell-Baldwin, R. (2018). Learning to live
in a smart home. Building Research and Information.
ttps://doi.org/10.1080/09613218.2017.1286882
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kementerian
Pendidikan dan Budaya.
Maulana, I., & Nurhafizah, N. (2019). Analisis Kebijakan Pendidikan Anak
Usia Dini di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Pendidikan Tambusai.
98 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PENDAHULUAN
Dampak penyebaran Pandemi Covid-19 ini semakin hari semakin meluas.
Hampir semua kalangan masyarakat tekena dampaknya. Keresahan di
kalangan masyarakat itu sendiri tidak dapat pungkiri lagi. Hal ini membuat
pemerintah dan semua stakeholder harus berpikir keras untuk
menanggulanginya. Sampai saat ini, pemerintah tidak mengambil langkah
refresif sperti pembatasan wilayah secara ketat atau Lockdown, tetapi hanya
melakukan aturan pembatasan sosial atau Social Distancing, terakhir istilah
yang dipakai adalah Physical Distancing (Mukarohmah, 2020).
Mengapa istilah ini penting untuk disikapi, karena jarak sosial seharusnya tidak
dibatasi. Hal yang harus dibatasi adalah jarak fisik, namun masih harus tetap
menjaga silaturahmi. Memang di beberapa daerah telah diberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun khususnya di Provinsi Bali
belum memberlakukan aturan ini karena melihat kasus penyebaran kasus di
Bali yang tidak terlalu mengkhawatirkan. Bisa saja hal ini berubah secara
seketika, masyarakat harus siap dengan hal ini.
Dasar peraturan pemerintah dalam mengatur atau menangani masalah ini
adalah UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan yang
kemudian dipertegas dengan PP Nomor 21 Tahun 2020 dan Permenkes 9
tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar. Di samping itu,
100 COVID-19: Perspektif Pendidikan
memdukung momentum ini. Dengan bekerja dari rumah para orang tua akan
lebih maksimal mendampingi dan mendidik putra-putrinya dengan penuh
kebersamaan dan cinta kasih.
Orang tua sebagai life educator bertanggung jawab untuk memelihara dan
membesarkan anaknya, melindungi dan menjamin kesehatan anaknya baik
jasmani dan rohani, serta memberi pengajaran terutama pendidikan karakter
sehingga nantinya memiliki akhlak yang mulia. Orang tua harus mampu
menjadi role model bagi anak-anaknya di rumah. Mengkondisikan sebuah
lingkungan tumbuh kembang yang baik bagi anak yang nantinya membentuk
karakter anak yang baik pula, kuat dan sesuai dengan lingkungan norma dan
aturan yang belaku.
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan Karakter dan Urgensinya.
Krisis identitas, itu istilah yang sering kita dengar belakangan ini. Apa itu krisis
identitas? Krisis identitas ini pertama kali dikemukakan oleh Erik Erikson.
Beliau merupakan psikolog dan psikonalisis yang berpengaruh di bidang
psikologi. Menurut Erikson, kepribadian kita selalu mengalami perkembangan,
ketika telah berasil memecahkan sebuah permasalahan atau krisis dalam hidup
ini. Namun dalam keadaan ini, kita tidak mampu untuk memecahkan masalah-
masalah yang terjadi. Malah menimbulkan permasalahan baru (Hidayah &
Huriati, 2016).
Sejatinya memang benar demikian, pembentukan keribadian atau identitas ini
adalah hal wajar dan terus berlangsung dan berkembang, serta berubah sejalan
dengan perubahan usia. Kondisi, situasi, dan tantangan baru yang dihadapi
tersebut nantinya membentuk identitas seseorang. Krisis identitas adalah
konflik yang terjadi di dalam diri individu dengan mengalami kebingungan
dan selalu berfikir dan bertanya siapa diri kita sebenarnya, untuk apa kita ada
di dunia ini, serta apa yang harus kita lakukan?
Menurut Erikson ciri seseorang yang mengalami krisis identitas ini tidak akan
mengenali dirinya sendiri. Siapa diri kita? Mengalami konflik batin karena di
dalam fikiran kita selalu timbul pertanyaan-pertanyaan tentang jati diri kita.
Adanya perubahan besar mengenai perasaan kehidupan kita. Pertanyaan-
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 103
bersama 16.5%, belajar bersama 15%, masak dan makan bersama 12.5%,
merawat atau membersihkan lingkungan sebayak 8.5%, bercocok tanam 7%,
melakukan kegiatan atau hobi lain 5%.
Memperhatikan data di atas, dapat dikatakan bahwa selama Pandemi Covid-19
ini para orang tua dan anaknya lebih banyak menghabiskan waktu secara
bersama-sama. Orang tua lebih memahami anaknya, apa yang terbaik untuk
anaknya. Sebelum adanya Pandemi ini orang tua yang kebanyakan lebih
menghabiskan waktunya untuk bekerja di kantor atau di luar rumah, seketika
dengan adanya Pandemi ini menjadi partner anaknya dalam segala aktifitas
tersebut. Secara psikologis ini akan memengaruhi komunikasi orang tua dan
anak, sehingga menjadi semakin baik. Kualitas komunikasi orang tua dan anak
yang semakin baik akan meningkatkan kepercayaan anak terhadap orang
tuanya (Badudu, 2019). Di sinilah seharusnya orang tua mengambil peran
sebagai pendidik karakter yang handal. Pendidikan karakter dilingkungan
keluarga harus bisa dioptimalkan dalam kondisi ini. Jangan dibiarkan terlewat
begitu saja. Inilah momentum yang baik untuk menebar benih karakter
tersebut. Wadah atau tempat penyemaian sudah cukup baik tinggal bagaimana
cara menyemainya. Tentu tidak semua orang tua paham akan hal itu. Di sinilah
perlu bantuan guru di sekolah untuk tetap melakukan sinergitas dengan para
orang tua selama pandemi ini.
Disamping itu juga, peran lingkungan keluarga ini sangatlah berpengaruh bagi
karakter anak. Pembentukan karakter yang dilakukan di dalam lingkungan
keluarga mempunyai keistimeawan tertentu. Keistimewaan yang terdapat di
dalam lingkungan keluarga menurut Wahab (1999) yaitu:
1. Keluarga merupakan pihak yang paling memberikan banyak
perlakuan kepada anak/siswa. Tentu anak pertama kali tumbuh dan
berkembang di lingkungan keluarga. Disambut dan diberikan kasih
sayang oleh orang tua yang sangat memengaruhhi pembentukan
karakter anak.
2. Sebagian besar anak mengahabiskan waktunya di lingkungan
keluarganya. Kesempatan ini seharusnya waktu yang tepat menjadi
sebuah interaksi antara anak dan orang tua. Kesempatan ini sangatlah
baik untuk dimanfaatkan oleh orang tua untuk menebar benih
pendidikan karakter ini.
108 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Ada tiga metode yang bisa diterapkan oleh orang tua di rumah. Pertama adalah
metode internalisasi, yaitu dengan memasukkan langsung pengetahuan
mengenai nilai-nilai karakter yang baik kepada anak dengan memeberikan
cerita atau dongeng, nasihat/ kalimat yang menyejukkan dari orang tua. Kedua
adalah metode keteladanan, yaitu metode di mana orang tua harus menjadi role
model sehingga anak akan meniru keteladanan orang tuanya. Anak adalah
peniru yang baik dimasanya. Metode ini bisa dikombinasikan dengan cara
melakukan aktivitas bersama seperti bermain bersama dan aktifitas rumah
yang lainnya. Metode ketiga adalah pembiasaan yang merupakan
pengembangan dari metode keteladanan (Hendriana & Jacobus, 2016).
Dalam melakukan aktifitas bersama orang tua akan memberikan keteladan
yang baik kemudian ditirukan oleh anak secara terus-menerus secara simultan
dan menjadi kebiasaan. Perilaku yang baik ini harus diberikan, (penghargaan)
untuk menguatkan perilaku baiknya sehingga menjadi kebiasaan dan menjadi
karakter yang baik dan kuat. Sedangkan, perilaku yang tidak baik atau
menyimpang akan diberikan punishment (hukuman) untuk memberikan
batasan sejauh mana karakter yang terbentuk dapat diterima dalam
lingkungannya. Hukuman yang dimaksud di sini adalah hukuman yang
mendidik.
Radin dalam Wahab (1999) menjelaskan lebih lanjut mengenai 6 (enam)
kemungkinan cara yang dilakukan oleh orang tua untuk memengaruhi anaknya
dalam pembentukan karakter.
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 109
SIMPULAN
Himbauan pemerintah mengenai work from home, learn from home, pray from
home mengakibatkan orang tua dan anak/siswa mempunyai banyak
kesempatan untuk berinteraksi di rumah. Walaupun secara psikologis pandemi
ini melemahkan semua orang, namun setidaknya orang tua dan anak bisa
melakukan berbagai aktifitas yang positif untuk menjalin komunikasi yang
baik atara orang tua dan anak. Komunikasi yang baik ini akan menjalin sebuah
kekompakan atau kecocokan secara personal.
Selama pandemi ini kegiatan yang dapat dilakukan orang tua dan anak seperti
bermain bersama, belajar bersama, menjaga likungan secara bersam-sama,
berolah raga bersama, melakukan pekerjaan rumah bersama, dan lain-lain. Di
dalam setiapm aktifitas ini kemudian disisipkan berbagai sikap moral yang
baik yang nanatinya mampu membentuk karakter anak. Orang tua akan
memahami bagaimana perilaku anaknya selama ini dan mencari solusi
pendidikan karakter yang bagaimana yang dibutuhkan oleh anak. Orang tua
dan anak saling memahami sehingga penananman atau penyemaian nilai-nilai
karakter ini akan semakin baik.
Metode yang dilakukan bisa dengan metode internalisasi yaitu dengan
memasukkan langsung nilai-nilai karater kepada anak dengan memberikan
cerita atu dongeng yang terkadung nilai moral (moral value) di dalamnya. Bisa
juga dengan memberikan pemahaman tentang kebermanfaatan dan keharusan
memiliki nilai-nilai karakter tersebut. Metode yang kedua adalah metode
keteladanan yang mengahruskan orang tua menjadi role model dalam
pendidikan karakter. Anak akan dengan mudah meniru perilaku yang baik jika
mereka melihat dan berpartisipasi langsung di dalam sebuah kegiatan bersama
orang tuanya. Metode yang terakhir adalah metode pembiasaan, di mana orang
tua selain menanamkan secara interlisasi nilai-nilai karakter tersebut juga
melakukan proses pembiasaan dengan meniru perilaku orang tuanya serta
dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
112 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Selain metode tersebut perlu juga melakukan berbagai cara untuk menguatkan
penanaman karater. Misalnya dengan pemodelan perilaku (modeling of
behaviour), memberikan ganjaran dan hukuman (giving reward &
punishment), Perintah langsung (direct instruction), Menyatakan peraturan-
peraturan (satating rules), Nalar (Reasoning), Menyediakan fasilitas atau
bahan-bahan dan adegan (providing materials and setting). Semua ini bisa
dikombinasikan dan disesuaikan dengan aktifitas yang dilakukan selama di
rumah.
Mengingat urgensi dari pendidikan karakter ini sangatlah penting, jika anak
tidak memiliki karakter yang baik dan kuat bisa menyebabkan tidak
mempunyai jati diri yang kuat dan mudah goyah. Anak yang seperti itu akan
selalu menemukan kegagalan. Pendidikan karakter juga berpengaruh bagi
penguatan karater anak sehingga anak memiliki moral yang baik sesuai dengan
nilai-nilai karakter yang telah dipaparkan oleh pemerintah. Maka inilah saat
yang tepat bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai karakter tersebut.
Orang tua harus kreatif dalam mengkondisikan aktifitas bersama, serta dengan
cerdas menyisipkan pendidikan karakter kepada anak.
Memang bekerja dari rumah dan mengawasi anak belajar dari rumah sangat
sulit untuk dilakukan. Namun hal tersebut bisa kita atasi dengan cara
menentukan jadwal harian dan target harian. Misalnya hari ini apa yang akan
dikerjakan, dan jam berapa target itu harus selesai, serta jam berapa harus
menemani anak dalam belajar dan memberikan quality time kepada mereka.
Waktu berharga yang kita habiskan bersama anak ini tidak mesti harus
direncanakan atau dilakukan secara besar-besaran, namun cukup dengan hal
sederhana yang bisa kita lakukan di rumah. Inilah saatnya momentum
pendidikan karakter tumbuh subur di lingkungan keluarga. Semoga pandemi
ini cepat berlalu dan jika nanti telah berlalu, semoga kesuburan pendidikan di
lingkungan keluarga tetap subur menjadi sebuah kesadaran dan budaya baru di
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi F., Yusef. (2017). Pembelajaran Wacana Sebagai Ladasan dalam
Berliterasi Sastra untuk Meningkatkan Karakter Siswa. Prosiding
SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra). Edisi 1 2017 E-
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 113
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/17/061100265/trending-
dirumahajadulu-dan-mengapa-social-distancing-bisa-tekan-penularan
Muklas, S., Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020
Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar. Diakses dari
https://setkab.go.id/
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Diakses dari
https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun2018_Nomor20.
pdf
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar. Diakses dari https://setkab.go.id/
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter. Diakses dari https://setkab.go.id/wp-
content/uploads/2017/09/Perpres_Nomor_87_Tahun_2017.pdf
Permono, H. (2013). Peran Orang Tua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang
anak untuk Membangun Karakter Anak Usia Dini. Prosiding Seminar
Nasional Parenting 2013. 34-47. https://hdl.handle.net/11617/3994
Ratriani, V. (2020, Maret 16). Jokowi Instruksikan Bekerja dari Rumah, Ini
Arti Work From Home. Kompas.Com
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/16/195035165/jokowi-
instruksikan-bekerja-dari-rumah-ini-arti-work-from-home
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Diakses dari https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/7308/UU0202003.htm
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Diakses dari https://setkab.go.id/
Wahab, R. (1999). Perkembangan Belajar Peserta Didik. Depdikbud.
Teknologi e-learning dalam
Pengembangan Nilai-Nilai
Karakter Peserta Didik di Masa
Pandemi Covid-19
Ni Komang Sutriyanti
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
PENDAHULUAN
Memasuki era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini sangat
dirasakan akan kebutuhan dan pentingnya penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, terlebih pada masa pandemi
covid-19 saat ini. Kondisi itulah yang menuntut guru agar memiliki inovasi
dan kreativitas dalam proses pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen
penting dalam pendidikan dituntut harus mampu menyesuaikan diri dalam
menghadapi masalah global yang terjadi di hampir seluruh dunia.
Dampak globalisasi yang terjadi membawa masyarakat melupakan pesan
moral yang diwarisi oleh leluhur. Pendidikan nasional belum mampu
mencerahkan bangsa ini dan kehilangan nilai-nilai luhur bangsa. Disamping
tantangan terhadap masalah karakter, salah satu tantangan utama yang
dihadapi guru adalah bagaimana guru mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi saat ini. Teknologi e-learning merupakan salah satu solusi
yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
yang mampu memberikan jangkauan yang luas, cepat, efektif, dan efisien
dalam penyebarluasan informasi.
116 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Setiap kegiatan pembelajaran selalu melibatkan pelaku aktif, yaitu guru dan
siswa. Guru adalah pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara
sengaja, menantang, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan siswa
sebagai peserta didik merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang
diciptakan guru (Rusman & Kurniawan, 2011).
Beranjak dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
terkait dengan e-learning yang dipadukan dengan pendidikan karakter dengan
mengangkat judul” Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai
Karakter Peserta Didik di Masa Pandemi Covid-19”, diharapkan tulisan ini
mampu memberikan motivasi bagi para guru untuk memanfaatkan teknologi
e-learning sebagai salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran.
PEMBAHASAN
A. Teknologi e-Learning
Dalam kehidupan sosial, manusia tidak bisa terlepas dari pengaruh teknologi.
Kebermanfaatan teknologi telah dirasakan sebagai suatu bagian yang penting
dalam kehidupan manusia. Disisi lain kemajuan teknologi telah mengubah
pola pikir manusia dan dampat negatif teknologi telah menjadikan masyarakat
lupa akan jati diri bangsa. Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dalam
kemajuan suatu bangsa perlu memaksimalkan pemanfaatan teknologi
utamanya teknologi informasi pendidikan.
Teknologi informasi Pendidikan adalah ilmu pengetahuan dalam bidang
informasi berbasis komputer yang digunakan dalam peningkatan kualitas
Pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi difokuskan pada peningkatan
kualitas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas Pendidikan (Diat
Prasojo, 2011: 5). Terdapat berbagai macam teknologi informasi Pendidikan
yang bisa diimplementasikan dalam dunia Pendidikan, salah satunya adalah e-
learning.
e-Learning adalah salah satu bentuk dari konsep distance e-learning. Bentuk e-
learning sendiri cukup luas, sebuah portal yang berisi informasi ilmu
pengetahuan sudah dapat dikatakan sebagai situs e-learning. e-learning atau
internet enabled learning menggabungkan metode pengajaran dan teknologi
sebagai sarana dalam belajar (Diat Prasojo, 2011: 208). e-Learning di masa
Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik 117
Adapun elemen yang terdapat dalam system e-learning adalah sebagai berikut.
a. Soal-soal. Materi dapat disediakan dalam bentuk modul, adanya soal-
soal yang disediakan, dan hasil pengerjaannya dapat ditampilkan.
Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur, dan pelajar
mendapatkan apa yang dibutuhkan.
b. Komunitas. Para pelajar dapat mengembangkan komunitas on-line
untuk memperoleh dukungan dan berbagi informasil yang saling
menguntungkan.
c. Pengajar on-line. Para pelajar selalu on-line untuk memberikan
arahan kepada para pelajar, menjawab pertanyaan dan membantu
dalam diskusi.
d. Kesempatan bekerja sama. Adanya perangkat lunak yang dapat
mengatur pertemuan on-line, sehingga belajar dapat dilakukan secara
bersamaan atau real-time tanpa kendala jarak .
e. Multimedia. Penggunaan teknologi audio dan video dalam
penyampaian materi sehingga menarik minat dalam belajar (Diat
Prasojo, 2011).
(Slokantara, 9)
Terjemahannya:
Seorang yang teguh iman walaupun ia berada dalam kesusahan atau
bencana besar, ia tidak akan mau melanggar ketentuan-ketentuan dan
nasehat-nasehat kitab suci. Sama dengan kumbang yang tidak akan
mau meninggalkan bunga seroja walaupun sayapnya dicabut
(Sudharta, 2003: 32).
Berdasarkan Kitab Slokantara sloka 9 di atas bahwa orang yang teguh
imannya merupakan orang yang memiliki karakter religius, orang yang sudah
memiliki karakter religius miskipun disusahkan oleh orang lain, dibencanai
oleh orang yang jahat. Walaupun demikian ia tidak akan mau meninggalkan
dan melanggar ajaran-ajaran agama dan Dharma. Ia tidak akan berhenti
mengerjakan kebaikan dan selalu berupaya memperteguh imannya, sebab
semua yang terjadi itu adalah sebuah godaan hidup.
Masa pandemi covid-19 ini, guru selalu memberikan arahan dan tugas kepada
peserta didik untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
religiusitas peserta didik seperti: sembahyang, membantu orang tua dalam
melakukan kegiatan keagamaan dan kegiatan lain yang mendukung
peningkatan religiusitas peserta didik. Hal ini merupakan salah satu
pemenuhan dari kompetensi inti dalam penyelenggaraan kurikulum 2013.
2. Nilai Kejujuran
tepat dan efektif. Dalam hal ini orang tua bisa mengajak anaknya diskusi.
Orang tua bisa meminjam metode Sokrates yang terkenal dengan pertanyaan
kritisnya. Ada banyak pertanyaan yang dapat diajukan, misalnya, “berbohong
itu baik atau tidak menurut kamu?, “Kenapa berbohong itu tidak baik?, :kalau
begit, apa yang harus kamu lakukan ?”, dan berbagai pertanyaan sejenis
lainnya. Setelah melakukan dialog, orang tua bisa menjelaskan dan
menyimpulkan apa yang telah dilakukan. Orang tua bisa menjelaskan bahwa
sekali berbohong berarti melakukan tiga kebohongan sekaligus (Naim, 2012:
134).
Dengan diterapkannya belajar dari rumah oleh pemerintah, guru pastinya akan
merasa ragu dengan hasil evaluasi yang diperoleh oleh peserta didik dalam
pembelajaran dengan sistem e-learning, karena guru sulit memantau
perkembangan siswa yang sesungguhnya. Dalam kondisi seperti ini, orang tua
sebagai pendidik yang utama dan pertama wajib untuk mengawasi
perkembangan peserta didik dan selalu menekankan agar menjunjung tinggi
nilai kejujuran pada diri anak.
3. Nilai Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Dalam keluarga, kemandirian (self-
relience) adalah salah satu nilai karakter yang harus dibentuk oleh orang tua
dalam kehidupan sehari-hari. (Mustari, 2014: 78) menyatakan bahwa orang
mandiri adalah orang yang cukup-diri (self-sufficient), yaitu orang yang
mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan orang
lain, tidak menolak risiko dan bisa memecahkan masalah, bukan hanya
khawatir tentang masalah-masalah yang dihadapinya. Orang seperti ini akan
percaya pada keputusannya sendiri, jarang membutuhkan orang lain untuk
meminta pendapat atau bimbingan orang lain. Orang yang mandiri dapat
menguasai kehidupannya sendiri dan menangani apa saja dari kehidupan ini
yang ia hadapi.
Kemandirian merupakan salah satu modal penting bagi anak-anak untuk
bertahan hidup kelak saat mereka dewasa. Karenanya mengajarkan
kemandirian merupakan salah satu tanggung jawab terpenting yang dimiliki
orang tua. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mulai
menanamkan kemandirian pada anak-anak.
122 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Ragam tugas yang diberikan guru kepada peserta didik di masa pandemi
covid-19 ini, telah mengubah pola hidup peserta didik menjadi lebih mandiri.
Mandiri yang dimaksud dalam hal ini adalah, siswa mampu menemukan cara
tersendiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tanpa harus
bertanya kepada guru maupun teman dikelasnya. Dengan memanfaatkan e-
learning siswa dapat belajar lebih mudah dan mengakses lebih cepat materi
yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
Umat Hindu memiliki landasan keimanan yang disebut Panca Sradha, yaitu
percaya akan adanya: (1) Sang Hyang Widhi sebagai yang tunggal tempat
manusia menyerahkan diri dan mohon perlindungan; (2) Atman, yaitu
hidupnya hidup yang merupakan percikan dari Paraman Atman yang tertinggi;
(3) Karma Phala, yaitu keyakinan bahwa segala bentuk perbuatan akan
membawa hasil serta bekas perbuatan itu yang disebut karmawasana; (4)
Punarbhawa, yakni kelahiran kembali, sesuai karma yang telah diperbuat, dan
(5) Moksa, berarti kelepasan dan tidak lahir kembali ke dunia karena tidak ada
sesuatu hal pun yang mengikatnya (Yudha Triguna, 2011: 37-38).
Berkaitan dengan konsep sradha, dalam kitab Bhagawadgita menegaskan:
Aśraddadhānāh purusā
Dharmasyā-sya paramtapa,
Aprāpya mām nivartante
124 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Mrtyu-samsāra-vartmani.
(Bhagawadgita IX.3)
Terjemahannya:
Manusia tanpa keimanan, yang mengikuti jalan ini, wahai penakluk
musuh (Arjuna), tak mencapai Aku dan kembali ke jalan dunia
kematia, menderita (Pudja, 2005: 223).
Merujuk sloka tersebut di atas maka jelas disebutkan bahwa hanya dengan
keyakinan yang mantap seseorang akan dapat mencapai Tuhan. Justru orang
yang tidak memiliki keimanan yang kuat hidupnya akan menderita. Atas dasar
tersebut, keimanan atau sradha merupakan landasan yang elementer bagi
seseorang dalam mewujudkan relegiusitas diri. Bagi peserta didik, sradha
terefleksi dari keyakinan dan praktik beragama yang dilakukan secara intens
menunjukkan bahwa peserta didik telah memiliki nilai spiritual yang kuat.
Ada empat jalan dharma yang dianjurkan Hindu dalam usaha mendekatkan
diri dengan Tuhan, yaitu. Pertama, melalui bhakti marga yang diwujudkan
dalam bentuk cinta kasih dan kerinduan mendalam untuk “bertemu” berkorban
dengan berbagai persembahan kepada-Nya. Kedua, melalui karma marga
diwujudkan dengan kerja tanpa pamrih untuk kepentingan diri sendiri. Kerja
yang dilakukan dilandasi cinta kasih mendalam karena tiada kerja yang cuma-
cuma. Semuanya akan membuahkan hasil, disadari ataupun tidak. Ketiga,
jnana marga berarti jalan mencapai kesempurnaan dengan menggunakan
kebijakan filsafat yang antara lain menekankan bahwa manusia adalah bagian
dari alam semesta yang bersumber dari kekuatan yang disebut Brahman atau
purusa. Keempat disebut yoga marga, dilakukan dengan menggunakan
kemampuan dan kekuatan pikiran yang diarahkan kepada keesaan Tuhan
Dalam melaksanakan kepercayaan terhadap panca sradha, masyarakat Bali
dalam kurun waktu hampir seratus tahun terakhir lebih menekankan pada
bhakti dan karma marga, dan hanya sebagain kecil memilih jnana dan yoga
marga (Yudha Triguna, 2011: 38-39).
Wiana (1993: 42) membagi tingkatan bhakti menjadi dua tingkat yaitu apara
bhakti dan para bhakti. Apara bhakti artinya bhakti yang perwujudannya masih
lebih rendah, dan umumnya dilakukan oleh mereka yang belum mempunyai
tingkat kesucian tinggi dan pemahaman ilmu pengetahuan serta
kebijaksanaannya belum menonjol. Dalam tingkatan apara bhakti, orang
memeuja Tuhan dengan penuh pengharapan atau permohonan-permohonan.
Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik 125
Sedangkan para bhakti yaitu pemujaan atau bhakti yang dilakukan umat yang
tingkat kerohaniannya lebih tinggi. Di mana dalam mewujudnyatakan
bhaktinya kepada Tuhan, tidak lagi disertai dengan permohonan apapun.
Dalam Kitab Bhagawadgita XI. 54 dan IX.26 ada disebutkan yaitu:
Bhaktyā tv ananyayā śakya
Aham evam-vidho ‘rjuna,
Jnātum drastum ca tattvena
Pravestum ca paramtapa. (Bhagawadgita XI.54)
Terjemahannya:
Tetapi, melalui bhakti yang tak tergoyahkan Aku dapat dilihat dalam
realitasnya dan juga memasukinya, wahai penakluk musuh (Arjuna)
(Pudja, 2005: 305).
Patram puspam phalam toyam
Yo me bhaktyā prayacchati,
Tad aham bhakty-upahrtam
Aśmāni prayatātmanah. (Bhagawadgita IX.26)
Terjemahannya:
Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan
sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, Aku
terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci
(Pudja, 2005: 239).
Implementasi ajaran sradha dan bhakti bagi peserta didik terlihat pada kegiatan
persembahyangan secara intens yang dilakukan serta pelibatannnya dalam
kegiatan keagamaan di rumah masing-masing. Ini merupakan bagian dari
tugas yang disyaratkan oleh guru sebagai bentuk implementasi dari kurikulum
2013 pada pemenuhan kompetensi inti.
2. Menguatkan Ikatan Keluarga
dalam suatu bangsa. (Sutriyanti, 2019: 22) dalam sebuah artikel jurnal
dijelaskan bahwa kelahiran anak sangat dipengaruhi oleh palelintangan.
Dijelaskan bahwa awal kehancuran sebuah bangsa ditandai oleh kehancuran
generasi mudanya, dan ternyata awal dari kehancuran generasi muda justru
dimulai dari Pendidikan formal di sekolah dan dalam Pendidikan keluarga (di
rumah). Pada akhirnya terbentuklan pola piker, cara pandang, dan budaya
generasi muda (Tini Rusmini Gorga, 2013: 38-39).
Baik buruknya hubungan atau interaksi antara suami dan istri atau ayah dan
ibu sangat menentukan kesuksesan pendidikan karakter di lingkungan
keluarga, terutama dalam menciptakan situasi dan interaksi edukatif. Situasi
edukatif adalah terciptanya suasana atau keadaan yang memungkinkan
terjadinya proses tindakan yang mengarah pada proses pendidikan. Sementara
interaksi edukatif adalah interaksi yang mengandung nilai-nilai pendidikan.
Situasi dan interaksi ini tidaklah muncul dengan sendirinya, tetapi harus
diciptakan, diusahakan bahkan direkayasa oleh suami-istri atau ayah-ibu, dan
orang-orang dewasa lain yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pendidikan karakter di lingkungan keluarga (Sutriyanti, 2016: 17).
Pada buku panduan menghadapi penyakit virus corona 2019 model RRC
diuraikan ada 5 hal terkait pencegahan dan pengendalian terhadap anak-anak
antara lain: 1). Jangan mendatangi tempat-tempat yang ramai, dan tidak
menghadiri pesta-pesta. 2). Pakailah masker saat pergi keluar, dan ingat untuk
mengingatkan orang tua dan kakek-nenek anda untuk melakukan yang sama.
3). Konsumsilah makanan secara teratur dan sehat. Cuci tangan anda
sebaikbaiknya sebelum makan dan setelah buang air besar. Lebih sering
melakukan latihan atau olah raga di rumah bersama orang tua. 4). Tutup mulut
dan hidung anda dengan handuk kertas/tisu kertas atau dengan siku saat bersin
atau batuk. 5). Dengarkan orang tua anda dan segera dapatkan perawatan
medis jika anda (Komisi Kesehatan Nasional RRC, 2020: 118).
Dengan sistem belajar dari rumah, orang tua dituntut untuk mendampingi anak
sepanjang hari sehingga kedekatan orang tua dan anak semakin baik, yang
menyebabkan ikatan keluarga semakin kuat. Dengan demikian orang tua
dengan mudah mengontrol tingkah laku anak dan diharapkan bisa merubah
dari perilaku anak yang kurang baik menjadi baik, dari malas menjadi rajin.
Disamping membimbing anak untuk menjadi pribadi yang memiliki nilai
karakter baik, di masa pandemi covid -19 orang tua juga hendaknya selalu
Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik 127
mengawasi anak untuk selalu taat pada protokol kesehatan yang telah
ditentukan oleh pemerintah.
SIMPULAN
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam Pendidikan dituntut harus
mampu menyesuaikan diri dalam memasuki era teknologi informasi dan
komunikasi sera masa pandemic covid-19. Salah satu tantangan utama yang
dihadapi guru adalah bagaimana guru mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik serta mampu memilih metode yang tepat sesuai
dengan situasi dan kondisi saat ini. Teknologi e-learning merupakan salah satu
solusi yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang mampu memberikan jangkauan yang luas, cepat, efektif,
dan efisien dalam penyebarluasan informasi. e-learning adalah salah satu
bentuk dari konsep distance e-learning.
Strategi pembelajaran dalam e-learning ada dua dimensi yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru, yaitu peserta didik yang belajar (learner) dan
peristiwa belajar (learning) serta terdapat beberapa elemen-elemen yang
berhubungan seperti soal-soal, komunitas, pengajar online, kesempatan
bekerjasama, dan multimedia. Adapun nilai-nilai dominan yang
dikembangkan dalam e-learning ini adalah nilai religius, kejujuran dan
kemandirian. Implikasi dari e-learning ini yakni peningkatan terhadap sradha
dan bhakti peserta didik dan menguatkan ikatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbangpuskur. (2010). Bahan Ajar Pelatihan Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya
Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.
Diat Prasojo, L. & R. (2011). Teknologi Informasi Pendidikan. Yogyakarta:
Gava Media.
Komisi Kesehatan Nasional RRC. (2020). Panduan Menghadapi Penyakit
Virus Corona 2019 Model RRC. Kupang: Forum Academia NTT.
128 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PENDAHULUAN
Wabah Corona-19 yang sedang melanda dunia pada tahun 2020 ini tidak perlu
terjadi apabila umat manusia memiliki karakter yang baik, terutama karakter
peduli lingkungan. Karakter peduli lingkungan merupakan sikap menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan demi keberlangsungan mahluk hidup.
Apabila lingkungan alam dirusak dan terganggunya ekosistem maka bencana
akan melanda umat manusia. Dalam ajaran Hindu wabah atau bencana
bersumber dari tiga hal yaitu Ādhyātmika, Ādhidaiwika, dan Ādhibhautika.
Agama Hindu menyebutkan, lingkungan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia, karena lingkungan alam dengan manusia terdapat saling
ketergantungan. Oleh karena antara lingkungan dengan manusia menjadi satu-
kesatuan maka Hindu mengajarkan supaya umat manusia menciptakan
keharmonisan antara manusia dengan lingkungan. Apabila antara manusia
dengan lingkungan tidak harmonis maka bencana akan melanda umat
manusia, seperti wabah corona-19 yang terjadi saat ini. Untuk mengingatkan
manusia akan pentingnya menjaga kelestarian alam semesta ini maka
Pendidikan karakter peduli lingkungan penting dilakukan.
Pendidikan karakter peduli lingkungan tidak efektif dilakukan pada orang
dewasa karena perilaku orang dewasa sudah mendapat pengaruh dari berbagai
130 COVID-19: Perspektif Pendidikan
hal yang dilakukan bersifat positif yaitu membuat hubungan yang harmonis di
dunia ini.
Melalui pendidikan maka masyarakat memiliki pengetahuan, kecakapan dan
ketrampilan yang sangat berguna di dalam melanjutkan dan meningkatkan
kehidupan, tanpa diperbudak oleh orang lain, sehingga dengan demikian
sangat tepat jika dikatakan bahwa pendidikan adalah sebagai proses
pemberdayaan. Ilmu pendidikan berasal dari kata Pedagogi yang merupakan
bahasa Yunani dari kata paidagōgeō, yang terdiri dari pais, genetif, paidos
berarti anak dan ágô berarti memimpin, sehingga secara harfiah pedagogi
berarti memimpin anak (Sudarwan, 2010, pp. 47–49).
Memimpin anak dalam hal ini berarti membimbing anak yang pada mulanya
tidak memiliki pengetahuan, selanjutnya dibimbing atau dididik oleh
seseorang atau guru sehingga akhirnya anak memiliki pengetahuan.
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intellect) dan tubuh anak yang dilakukan di tiga tempat yaitu: keluarga, alam
perguruan, dan alam pergerakan pemuda, dan ketiganya disebut Sistem
Trisentra (Dewantara, 2004, pp. 14–70). Proses pengembangan kecerdasan
kognitif, afektif dan psikomotor anak-anak dilakukan melalui pendidikan yang
dilakukan secara sengaja dan sungguh-sungguh demi memperoleh output
sesuai dengan harapan.
Berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah proses membimbing anak dalam rangka pengembangan fisik,
kecerdasan kognitif, dan budhi pekerti yang dilakukan dengan sengaja dan
dengan berbagai upaya sehingga anak dapat berkembang menjadi anak yang
berkarakter.
Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (http://simkeu.kemdikbud.go.id). Penulis
menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan pada akhirnya adalah menjadikan
anak didik sebagai manusia dewasa, yaitu manusia yang bertanggung jawab,
mandiri dan mampu mengatasi masalah.
Kata dewasa berasal dari kata devasya (bahasa Sanskerta) yang berarti
seseorang memiliki sifat-sifat dewa. Sda kitab Taittiriya Upanisad disebutkan
132 COVID-19: Perspektif Pendidikan
yang tidak bergerak. Karena itu hendaknya seseorang hanya menerima benda-
benda yang dibutuhkan untuk dirinya dan telah disediakan sebagai jatahnya,
dan sebaliknya jangan menerima benda lain, dengan benar-benar mengetahui
siapa pemilik semua itu” (Prabhupaada, 2008, p. 4). Kitab Īśa Upanişad
tersebut menegaskan pada umat manusia supaya selalu memiliki prilaku yang
jujur, tidak serakah dan selalu peduli pada lingkungan sehingga terhindar dari
segala bencana, seperti wabah Covid-19 saat ini yang telah menghancurkan
segala kehidupan manusia, seperti perekonomian dan interaksi manusia.
Selanjutya pada kitab Brhad Aranyaka Upanisad II. 5.1 ada mantra yang
menyatakan, “Bumi ini adalah seperti madu untuk semua mahluk, dan semua
mahluk adalah bagai madu untuk bumi ini”. Pada mantra 2 dinyatakan, “air ini
adalah seperti madu untuk semua mahluk, dan semua mahluk adalah bagai
madu untuk air ini”, dan pada mantra 4 menyebutkan, “udara ini adalah seperti
madu untuk semua mahluk dan semua mahluk adalah bagai madu untuk udara
ini” (Radhakrishnan & Mantik, 2008, p. 150). Mantra pada kitab upanisad
tersebut sangat jelas menyatakan bahwa mahluk hidup sangat bergantung pada
lingkungan alam ini, oleh karena itu sudah menjadi tugas dan kewajiban
manusia untuk selalu menjaga dan melindungi kelestarian alam.
Lingkungan adalah tempat dengan segala benda dan mahluk yang hidup dan
berkembang di sekitarnya untuk tempat manusia melakukan berbagai aktivitas
dan berinteraksi. Pendidikan karakter peduli lingkungan adalah segala upaya
yang dilakukan sebagai proses dalam rangka membantu pertumbuhan dan
perkembangan pikiran, rasa, dan tindakan peserta didik agar menjadi satu
kesatuan yang utuh dalam memandang dan memperlakukan alam sekitar
berdasarkan kesadaran penuh sebagai manusia yang bertanggung jawab
terhadap kewajiban untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan Tuhan,
manusia dan alam lingkungan menuju kebahagiaan semua mahluk.
Menurut Boyer bahwa kualitas suatu budaya atau masyarakat dapat diukur dari
musik, tarian, drama, arsitektur, seni visual, dan literatur yang dimilikinya,
sehingga anak-anak harus diberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai
hasil-hasil karya kebudayaan paling terkemuka (Sousa, 2012, p. 248).
Pentingnya pendidikan karakter melalui budaya karena semua anak berasal
dari budaya yang telah mengembangkan alat-alat budaya mereka sendiri.
Pendidikan karakter dilakukan melalui budaya, menurut Vygotsky tertarik
pada bagaimana pengetahuan yang baik dibangun dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi lain (Smidt, 2009, p. 19). Musik adalah bentuk
komunikasi manusia dan dapat mengatasi masalah gerakan, penginderaan, dan
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 135
masa strategis ini sering disebut dengan masa golden age (masa emas). John
Amos Comenius meyakini bahwa pendidikan harus dimulai di usia dini,
karena “tanaman muda dapat dicangkok, dipangkas, dan dibentuk, berbeda
dengan apabila sudah menjadi pohon, proses-proses tersebut tidak dapat
mungkin dilakukan” (Morrison, 2012, p. 62).
Karakteristik pada perkembangan kognitif anak pada periode praoperasional
yaitu anak usia 2–7 tahun sesuai dengan teori Piaget dibagi dalam dua tahap,
yaitu tahap fungsi simbolik pada usia 2–4 tahun dan tahap berpikir intuitif usia
4–7 tahun. Bertambah usia, cara berpikir simbolik beralih kecara berpikir
intuitif (Worth & Lind, 1995, p. 6). Sedangkan Perkembangan emosi dan
sosial pada masa usia prasekolah didasari oleh kualitas hubungan anak dengan
lingkungan terdekat, seperti hubungan anak dengan keluarga, dan kualitas
bermain bersama teman seusianya. Gaya pengasuhan keluarga pada masa awal
perkembangan anak akan memengaruhi kepribadian anak kelak. Seorang ibu
yang sehat emosi akan dapat menata hubungan baik dengan anaknya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hendrick bahwa “the quality of emotional
attachment between mother and child is an additional important influence on
socialization” (Hendrick, 1996, p. 253). Yang dimaksud anak usia dini adalah
anak yang sejak lahir sampai usia sembilan tahun yang memiliki keunikan dan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal secara fisik dan
mental.
PEMBAHASAN
A. Gending Rare sebagai Media Pendidikan Karakter
Peduli Lingkungan pada Anak Usia Dini
Ada beberapa sekar alit yang karena fungsinya disebut sebagai gending rare
yang dapat mendidik karakter peduli lingkungan pada anak usia dini, adapun
gending rare tersebut antara lain:
1. Kekawa (Laba-laba)
Anak cenik
(anak kecil)
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 137
Anak landung
(orang yang tinggi)
Oyod oyod bulu buduh
(goyang-goyang tidak menentu)
Buduh mapumahan
(memang gila orangnya)
Ngawennya katigtig sai
(membuatnya sering dipukul)
Babak belur
138 COVID-19: Perspektif Pendidikan
(babak belur)
Kuting rambute gempungan
(sampai rambutnya tidak beraturan)
Pesan: gending tersebut bercerita tentang pohon aren yang tumbuh di hutan
Tenganan Pegringsingan, dengan mengetahui pohon tersebut diharapkan anak
usia dini selalu peduli terhadap pohon aren, sehingga tetap lestari karena
memiliki berbagai manfaat dan sampai generasi penerus dapat mengetahui
pohon aren. Manfaat yang dimiliki oleh pohon aren sangat banyak, seperti ijuk
berfungsi untuk membuat atap rumah; buahnya untuk dimakan sebagai
pelengkap minuman; daging batangnya untuk dimakan sebagai pengganti nasi,
bisa juga dimakan oleh ternak seperti bebek, juga sebagai bahan untuk
membuat kue; daunnya oleh orang Bali sebagai bahan untuk membuat
upakara; dan airnya sebagai bahan minuman tradisional Bali yang disebut
tuak. Oleh karena banyak sekali fungsi dari pohon aren maka tidak salah
masyarakat menjaga kelestariannya. Agama Hindu telah mengajarkan umat
melestarikan berbagai tumbuh-tumbuhan, karena semua tumbuh-tumbuhan
memiliki manfaat. Cara yang paling efektif digunakan oleh agama Hindu
supaya umat manusia melindungi tanaman adalah dengan menggunakan
tanaman sebagai persembahan. Di dalam kitab Bhagavadgītā IX.26 Sri Kṛṣṇa
berujar, “siapapun yang dengan sujud bhakti mempersembahkan sehelai daun,
sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, Aku terima sebagai bhakti
persembahan” (Gede Pudja, 2004, p. 239), sloka itu sangat jelas menunjukkan
bahwa semua bagian tanaman berguna untuk persembahan.
3. Bojog (kera),
Anak cenik
(anak kecil)
Maumah di alas agung
(rumahnya di hutan yang lebat)
Cawete malempod
(ekornya panjang terurai)
Jejambulan sepah paku
(rambutnya menggrucut seperti ujung daun paku)
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 139
Kejit-kejit
(alisnya digerakkan ke atas terus-menerus)
Matane perok ketengah
(matanya menjorok ke dalam)
Pesan: gending di atas bercerita tentang seekor kera, melalui gending tersebut
anak usia dini dididik agar peduli terhadap binatang kera sehingga tidak punah.
Selain peduli terhadap kera tersebut, juga anak usia dini dididik supaya
menjaga hutan sebagai tempat tinggal kera. Apabila hutan dirusak, maka kera
akan kehilangan tempat tinggal sehingga binatang itu akan turun ke
perkampungan penduduk dan membuat kekhawatiran masyarakat. Apabila
ekosistem binatang dirusak oleh manusia akibatnya bencana mengancam
hidup manusia. Kitab Upanisad menyebutkan bahwa sifat manusia adalah
tamak sehingga banyak binatang dibunuh hanya demi kesenangan semata.
Untuk mengendalikan sifat tamak itu maka pendidikan karakter sangat
dibutuhkan dan dimulai sejak anak usia dini.
4. Udang
Anak cerik
(anak kecil),
maumah di gedong batu
(berumah/tinggal di rumah batu),
makulambi dempa
(berpakaian handuk kecil),
macecunduk serining pandan
(bertanduk seperti duri pandan disebut juga cula)
yen nye pesu
(kalau dia ke luar rumah)
memargi dengkluk-dengklukan
(berjalan melekuk-lekuk).
140 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Pesan gending ini orang tua ingin memperkenalkan kepada anak-anak usia dini
untuk mengenali ciri-ciri seekor udang binatang yang hidup di air. Gending
rare itu ingin mengenalkan kepada anak usia dini jenis binatang yang hidup di
air di samping binatang yang hidup dan berkembang di darat. Apabila anak
usia dini mengetahui bahwa lingkungan air juga ada penghuninya maka anak
akan menjaga kebersihan air. Menjaga kebersihan air dengan cara tidak
membuang sampah ke sungai dan ke laut sehingga air tidak tercemar dan
tumbuhan serta binatang yang hidup di dalamnya tidak mati atau punah. tidak
mati atau punah. Lingkungan hidup tidak hanya di darat, namun juga di udara
dan air, dan ketiga lingkungan tersebut dihuni oleh berbagai mahluk hidup.
Pendidikan karakter peduli lingkungan harus dididik sejak dini dengan cara
memperkenalkan berbagai binatang dan tumbuhan, karena anak usia dini
sudah boleh diperkenalkan dengan muatan ilmu biologi, fisika dan ilmu bumi
dengan standar-standar seperti: sifat-sifat benda, bumi berisi beraneka ragam
organisme dan organisme bisa bertahan hidup di lingkungan-lingkungan yang
memenuhi kebutuhan dasar mereka, dan bumi adalah tempat hidup yang
diselimuti oleh langit (Seefeldt & Wasik, 2008, p. 421) dan pendidikan
karakter peduli lingkungan di Tenganan Pegringsingan dilakukan melalui
gending rare.
Melestarikan lingkungan telah diajarkan kepada manusia sejak jaman Veda
diturunkan. Masyarakat Bali memelihara lingkungan dalam wujud
melaksanakan upacara, seperti upacara Tumpek Wariga dengan tujuan
memberikan penghargaan kepada tumbuh-tumbuhan yang telah memberikan
manfaat kepada manusia. Dalam ajaran wariga umat Hindu juga diajarkan
untuk melindungi berbagai tumbuh-tumbuhan dan binatang, seperti ketika
Ingkel Taru maka umat tidak boleh menebang pohon, itu artinya kita
memberikan kesempatan kepada pohon untuk tumbuh dan berkembang; pada
saat Ingkel Mina, umat dilarang untuk menangkap ikan, yang berarti manusia
harus memberikan kesempatan kepada ikan untuk berkembang biak dan
tumbuh besar sehingga nanti siap untuk ditangkap. Pada saat Ingkel Buku,
maka umat dilarang menebang pohon yang memiliki ruas, seperti bambu.
Ajaran tersebut bagi orang yang tidak memahami dianggap sebagai mitos,
namun makna di balik mitos tersebut sangat luar biasa. Karena melalui ajaran
agama umat manusia akan mentaati aturan yang ditetapkan oleh kitab suci.
Mitos menurut Svami Sivananda adalah media untuk mempermudah
memahami ajaran agama yang sangat abstrak (S. Sivananda, 2003, p. 152).
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 141
manusia tehindar dari bencana, dan dalam Kitab Bṛhad āraṇyaka Upanişad
II.5.1-10 menyebutkan, “bumi ini, air ini, api ini, udara ini, matahari ini, mata
angin ini, bulan ini, kilat ini, awan ini, ruang ini…adalah seperti madu untuk
semua mahluk, dan semua mahluk adalah bagai madu bagi bumi, air, api,
udara, matahari, mata angin, bulan, kilat, awan, ruang ini” (Radhakrishnan &
Mantik, 2008, pp. 149–152). Semua materi yang ada di jagat raya ini telah
diciptakan oleh Tuhan, manusia tinggal memelihara, melindungi dan
melestarikan saja. Oleh karena itu manusia tidak dianjurkan untuk mengambil
hasil bumi secara berlebihan, namun hanya sesuai kebutuhan saja.
Orang tua menyanyikan gending rare pada anak usia dini di rumah karena
gending rare adalah sebagai bentuk komunikasi orang tua pada anak usia dini,
seperti disebutkan oleh Greenberg “music is language, a means of
communication. It is communicated through tone, rhythm…” (Jackman, 2012,
p. 281), komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat Tenganan Pegringsingan
juga melalui nada dan irama karena gending rare kaya dengan nada dan irama,
dan melalui nada dan irama tersebut karakter peduli lingkungan anak usia dini
dididik. Musik membantu mengatasi kesulitan-kesulitan menyampaikan
emosi ketika orang tua berhadapan dengan bayi yang masih muda dan anak
(Pound & Harrison, 2003, p. 13), hal yang sama dikatakan oleh Miche “Music
can communicate feelings to children even when its cultural original and
language is foreign to them (Jackman, 2012, p. 281), maka dari itu apabila
orang tua menyanyikan gending rare sebagai media untuk pendidikan, maka
orang tua akan lebih mudah berkomunikasi dengan anak.
Masyarakat sampai saat ini masih ada yang taat melestarikan gending rare dan
dijadikan media dalam pendidikan karakter anak usia dini karena setiap orang
dianggap memiliki jiwa seni dan mampu menyanyikan gending rare, seperti
Linda Pound and Chris Harrison mengatakan “in many cultures around the
world, everyone is considered to be musical” (Pound & Harrison, 2003, p. 10).
Orang Bali Sebagian besar memiliki jiwa seni, sehingga orang Bali dalam
kesehariannya selalu bernyanyi, baik menyanyikan gending rare, sekar alit,
sekar madya maupun sekar agung. Budaya adi luhung yang dimiliki sejak
jaman dahulu tidak hanya sekedar hiburan, namun dijadikan media
Pendidikan, karena budaya gending tersebut kaya dengan ajaran-ajaran luhur.
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 143
SIMPULAN
Pendidikan karakter peduli lingkungan pada anak usia dini penting dilakukan
supaya karakter baik anak dapat terbentuk sejak usia dini. Menumbuhkan
karakter untuk peduli pada lingkungan jika dilakukan pada orang dewasa
merupakan pekerjaan yang sia-sia, karena orang dewasa telah mendapat
pengaruh dari berbagai factor. Gending Rare adalah media untuk membantu
mempermudah mendidik karakter anak usia dini, khususnya karakter peduli
lingkungan karena gending rare bersifat siang gembira namun tetap mendidik.
Apabila anak dididik dengan riang maka segala ajaran dapat diterima dengan
mudah. Gending Rare dengan syair yang sedehana namun memiliki pesan
yang luhur akan mampu membentuk karakter anak sehingga kelak dewasa
mereka akan memiliki jiwa peduli pada lingkungan sekitar. Ajaran Hindu telah
menamamkan pada kita konsep Tri Hita Karana untuk mewujudkan
keharmonisan semua mahluk pada lingkungan yang sama. Pentingnya
kepedulian terhadap lingkungan sehingga dapat mencegah wabah Covid-19
yang melanda dunia saat ini. Apabila manusia memperlakukan alam dengan
baik bagaikan madu maka alampun akan ramah kepada umat manusia. Oleh
karena itu kepedulian terhadap lingkungan harus ditanamkan kepada anak
sejak usia dini sehingga tidak akan pernah terjadi wabah melanda dunia lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, J., Kristjánsson, K., Harrison, T., Sanderse, W., & Wright, D. (2016).
Teaching Character and Virtue in Schools (1st Editio). London:
Routledge. https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9781315695013
Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. (2004). Research-Based Character
Education. The ANNALS of The American Academy of Political and
Social Science, 591(1), 72–85.
https://doi.org/10.1177/0002716203260082
Bharathi, G., Venugopal, A., & Vellingiri, B. (2019). Music therapy as a
therapeutic tool in improving the social skills of autistic children. The
Egyptian Journal of Neurology, Psychiatry and Neurosurgery, 55(44), 2–
6. https://doi.org/https://doi.org/10.1186/s41983-019-0091-x
144 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Buzan, T. (2011). Brain Child How Smart Parents Make Smart Kids (Kedua).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Retrieved from
http://www.gramediapustakautama.com
Damon, W. (2002). Bringing in A New Era in Character Education.
California: Hoover institution Press.
Dewantara, K. . (2004). Pendidikan (Pertama). Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa.
Dewanto. (2005). RGVEDA Samhita Mandala VIII, IX, X. (Dewanto, Ed.)
(Pertama). Surabaya: Paramita. Retrieved from
http://www.paramitapublisher.com
Gautama, B. W. (2007). Penuntun Pelajaran Gending Bali. Denpasar: CV.
Kayumas Agung.
Hendrick, J. (1996). The Whole Child: Developmental Education for The
Early Years. Oklahoma: Prentice Hall.
Henniger, M. L. (2013). Teaching Young Children an Introduction.
Washington: Pearson.
Jackman, H. L. (2012). Early Education Curriculum A Child’s Connection to
the World International edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.
Lapsley, D. K., & Power, F. C. (2005). Character Psychology and Character
Education (1st ed.). Indiana: University of Notre Dame.
Lee, A. (2014). Implementing character education program through music and
integrated activities in early childhood settings in Taiwan. International
Journal of Music Education, 34(3), 340–351.
https://doi.org/https://doi.org/10.1177/0255761414563195
Lickona, T. (2004). Character Matters (First). New York: Simon & Schuster.
Lickona, T. (2012). Educating For Character: How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. (U. Wahyudin, Ed.) (1st ed.). Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Maswinara, I. W. (1999). RGVEDA Samhita Mandala I, II, III (Pertama).
Surabaya: Paramita.
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 145
PENDAHULUAN
Di jaman perkembangan saat ini teknoloki meembantu dalam penyampaian
inpormasi dari individu ke individu lain teknologi informasi membantu
indipidu dalam sosialisasi, berinteraksi dan belajar. Pengertian teknologi
adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin dan proses yang menolong
manusia menyelesaikan masalahnya, sedangkan informasi adalah hasil
pemrosesan, pengorganisasian dari sekelompok data yang mempunyai nilai
pengetahuan (knowledge). Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang
dialami individu sepanjang waktu, individu mendapatkan pendidikan secara
formal dan non formal. Dalam U.U. No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas
paud pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa upaya pembinaan yang ditunjukan
kepada anak sejak lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasnani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut.
Pendidikan harus didasarkan pada pengaruh “objek pembelajaran “ misalnya
guru membawa benda sesungguhnya ketika mengajar. J H.Pestaloszi (1747),
menekankan pendidikan pada pendidikan yang memperhatikan kematangan
anak. Sangat menekankan pada pengembangan aspek sosial sehingga anak
148 COVID-19: Perspektif Pendidikan
memberi manfaat kepada masyarakat tetapi ini tidak secara serta merta
pengaruh telepun bebas dari unsur negative bagi perkembangan anak (Nuarca,
2009)
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dan dalam menentukan alat
pembelajaran termasuk di dalamnya majalah, handphone, Kurikulum dan lain-
lain. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan
kegiatan bertujuan yang tetata secara sistematis. Mengajar “teaching”
merupakan bagian dari pembelajaran, di mana peran guru lebih ditekankann
pada merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan
siswa dalam mempelajari sesuatu (Sangadah, 2009).
Dalam model pembelajaran ini anak dirangsang untuk secara aktif melakukan
kegiatan pembelajaran melalui daring whatsapp untuk mencegah virus covid
2019 yang di bantu orang tua. Seluruh kegiatan pembelajaran berpokus pada
anak sebagai subyek “pembelajar” sedangkan pendidikan lebih banyak
berperan sebagai motivator dan fasilitator. Pentingnya pengembangan
kemampuan berkomunikasi akan berguna untuk anak sampai dewasa.
Mengembangkan daring anak bisa dilatih semenjak dini dengan alat
komunikasi handphone melalui whatsapp. Berangkat dari permasalahan
bagaimana penerapan pembelajaran darring pada anak usia dini yang tidak
memiliki whatsapp. Tulisan ini bertujuan untuk memantapkan handphone
sebagai alat pembelajaran jarak jauh dan untuk mencegah virus Covid-19.
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Daring Melalui Whatsapp
Pembelajaran merupakan suatu sistem intruksional yang saling bergantung
satu sama lain untuk mencapai tujuan. Perencanaan pembelajaran merupakan
acuan bagi pendidik dalam mengelola kegiatan bermain. Rencana
pembelajaran disusun dengan cara menjabarkan aspek-aspek perkembangan
Perencanaan pembelajaran digunakan untuk memberi arahan dalam
menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan sebelum
melaksanakan pembelajaran guru membuat perencanaan pembelajaran yang
bekerja dalam satu team. Rencana belajar diisi dengan kegiatan yang akan
150 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Aku juga diajak nonton sama bapak di handphone, nonton video ibuk
guru yang mengajar, kangen sama buk guru lama dak ketemu (Gusti
Ayu, 2 April 2020)
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti menyatakan bahwa selai anak –
anak mengetahui proses pembelajaran daring melalui whatsapp yang
dijelaskan oleh ibuk guru Arik. Melalui proses pembelajaran darring whatsapp
anak bisa menggunakan alat komonikasi dan mengenal jenis-jenisnya
PROGRAM INDIKATOR
KOPETENSI DASAR
PENGEMBANGAN
Nilai agam dan moral 3.1 dan 4.1 Mengenal dan Anak dapat
melakukan kegiatan ibadah mengucapkan doa
sehari-hari dengan tuntunan
orang tua
1 Ari wiguna √
2 Aris √
3 Bramasta √
156 COVID-19: Perspektif Pendidikan
4 Argata √
5 Bintang √
6 Dika √
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, merupakan salah
satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu: TK, KB, SPS, TPA. Kegiatan
belajar anak usia dini adalah untuk membantu perkembangan sikap,
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkomonikasi yang diperlukan
anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar melalui
whatsapp, dan diam dirumah guna mencegah Virus Covid 2019. Kendala-
kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran daring melalui whatsapp pada
anak usia dini biasanya dari luar yaitu orang tua. Ada orang tua yang tidak
memiliki whatsapp maka dari itu tugas seorang guru adalah mencari solusi
bagaimana caranya agar anak didik bisa belajar bergabung dengan temanya
158 COVID-19: Perspektif Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Siti Aisah, S. T. (2014). Materi Pokok perkembangan dan Konsep dasar
pengembangan anak usia dini edisi 1. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka
Suyono (2010). Belajar dan Pembelajaran dan Konsep Dasar. Bandung: PT.
Remaja
Badru Zaman Deni Setiawan. (2013). Materi Pokok Media Dan Sumber
Belajar TK. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Rusman. (2012). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi Kedua.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Nuarca, I K. (2009). PAUD Sebagai Kebutuhan Mendasar. Denpasar: Dinas
Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Propinsi Bali
Ali Nugraha, Dadang Sukirman, Ridianto. (2014). Kurikulum Bahan Belajar
TK. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Subini, Ninik. dkk. (2007). Psikologi Pembelajaran. Yogjakarta: Materi
Pustaka
Diklat Tingkat Dasar. (2013). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran. Denpasar:
Himpahudi Propinsi Bali
Made Kusuma Wardani. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Diklat
Himpahudi Propinsi bali
Harris. (2019). Konfrensi Vidio Daring Di Media. Jakarta: Dirjen PAUD
New Normal bagi Dunia
Pendidikan dan Keolahragaan
S. M. Fernanda Iragraha
STKIP Agama Hindu Singaraja
PENDAHULUAN
Virus Corona sedang melanda dunia saat ini. Infeksi virus Corona yang disebut
COVID-19 (Corona Virus Disease 2019), pertama kali ditemukan di kota
Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat
cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia.
Semenjak Januari 2020, WHO telah menyatakan dunia masuk ke dalam
darurat global terkait virus Covid-19 ini (https://www.
cnbcindonesia.com/news/20200131060856-4-134146/awas-who-akhirnya-
tetapkan-corona-darurat-global). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
status darurat bencana terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei
2020 terkait percepatan penanganan Covid-19 yang skala penyebarannya
semakin besar dan masif (https://www.liputan6.com/
news/read/4204414/alasan-bnpb-perpanjang-status-darurat-covid-19-di-
indonesia).
Berbagai langkah telah dilakukan oleh pemerintah agar dapat meredam
pandemi luar biasa ini, salah satunya melalui sosialisasi penerapan social
distancing. Praktik social distancing disinyalir dapat mengurangi bahkan
memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dalam menerapkan social
distancing, seseorang harus menjaga jarak aman dengan manusia lainnya
minimal 1-2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, dan
menghindari pertemuan massal dalam kondisi apapun
(https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200314102823-255-
483358/mengenal-social-distancing-sebagai-cara-mencegah-corona).
160 COVID-19: Perspektif Pendidikan
dan minimal harus memiliki kehadiran tatap muka 75-80%. Kebijakan tersebut
dapat dikatakan momentum yang sangat tepat untuk mengadaptasikan era
revolusi industri 4.0. Tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks
membuat berbagai kalangan harus segera mempersiapkan diri untuk aktif
beradaptasi, karena semua bidang akan secara otomatis dihiasi oleh sentuhan
teknologi. Belum usai hiruk-pikuk akibat revolusi industri 4.0, tiba-tiba
dikejutkan dengan munculnya society 5.0 (masyarakat 5.0). Munculnya
society 5.0 merupakan jawaban atas tantangan yang timbul akibat era revolusi
industri 4.0. Jadi konsep society 5.0 mengisyaratkan agar masyarakat dapat
menyelesaikan berbagai tantangan atau permasalahan sosial dengan
memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir dari teknologi (Feriyansyah, Iqbal
dan Simarmata, 2019).
Memasuki awal Juni 2020, Indonesia akan beradaptasi dan mulai belajar hidup
berdampingan (menyesuaikan diri) dengan Covid-19. Fase ini dikenal dengan
“New Normal”, yakni kehidupan baru yang mengadaptasi situasi pasca
pandemi. Seiring berjalanya waktu, pemerintah bersama masyarakat sudah
mulai menampakkan perkembanganya walaupun masih fluktuatif. Meskipun
nantinya Covid-19 sudah mereda atau bahkan tetap ada di sekeliling kita,
setiap orang di seluruh dunia diharapkan tetap harus waspada dengan menjaga
jarak, menjaga kebersihan diri, berusaha mengkonsumsi makanan bergizi, taat
untuk memakai masker, rajin mencuci tangan, dan pastinya harus aktif
berolahraga. Tujuan dari “New Normal” yaitu mengembalikan keseharian
masyarakat agar dapat merancang kehidupannya untuk beraktivitas secara
produktif, aman, nyaman, dan mengikuti standardisasi imbauan Covid-19.
Produktif yang dimaksud bukan hanya terbatas pada aspek kehidupan sosial,
kesehatan, ekonomi, serta psikologis, tetapi kembali produktif dalam dunia
pendidikan formal (belajar-mengajar) baik di sekolah maupun di perguruan
tinggi. Literasi sience, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia harus
selalu diajarkan atau ditanamkan dalam dunia pendidikan. Untuk itu, dalam
memasuki massa awal “New Normal”, sudah selayaknya dunia pendidikan
jasmani dan keolahragaan (olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan
olahraga prestasi) dapat berpartisipasi atau berkontribusi untuk memberikan
rekomendasi desain menjalankan aktivitas fisik atau pendidikan yang aman,
nyaman, serta bermanfaat bagi yang melakukannya.
162 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
A. Pendidikan dan Hakikat Belajar
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang tidak asing bagi kita lagi. Dapat
disepakati bahwa, pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang. Secara
sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada tatanan masyarakat
dan kebudayaannya. Belajar merupakan siklus kehidupan yang harus dilalui
dan dijalani oleh semua insan untuk mencapai berbagai macam kompetensi
(personal, profesional, pedagogi, dan sosial). Kompetensi yang dimiliki oleh
setiap individu akan membentuk karakter orang tersebut. Belajar dapat
dilakukan oleh setiap insan, sejak dilahirkan hingga akhir hayat hidupnya.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik yang sangat
prinsip membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian, sehingga dengan
belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dan dapat menentukan
apa yang seharusnya dilaksanakan dan apa yang seharusnya tidak
dilaksanakan (Baharuddin & Wahyuni, 2007:13). Secara etimologi belajar
memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (KBBI, 2008:23).
Sedangkan menurut Cronbach (Suryabrata, 2002:231) yakni “learning is show
by a change in behavior as results of experience”. Lebih lanjut Suryabrata
(2002:232) merumuskan hal-hal pokok yang didapat dari definisi yang telah
dikemukakan oleh para ahli seperti Cronbach, Kenntnis, dan Fertingkeit, yaitu
sebagai berikut. (a) bahwa belajar itu membawa perubahan tingkah laku; (b)
bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru; dan
(c) bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Dapat
disimpulkan, belajar adalah sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respons
terhadap situasi dan interaksi dengan lingkungan berdasarkan pengalaman.
Tujuannya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan mendapatkan
pengalaman baru yang digunakan sebagai pedoman hidupnya.
B. Bidang Keolahragaan
Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang
dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan
untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan
New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan 163
strategi itu adalah guru harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya
disebut model pembelajaran.
Model dapat dikatakan sebagai sesuatu yang menggambarkan adanya pola
berpikir. Terdapat berbagai definisi model yang dikemukakan oleh para ahli.
Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan (KBBI, 2008:923). Model merupakan pola umum
perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Rusman,
2012:133). Syaiful Sagala (2012:175) mendefinisikan model yaitu sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain, (2) suatu
deskripsi atau analogi, (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data yang dipakai
untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa, (4) suatu
desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas
yang disederhanakan, (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau
imajiner, dan (6) penyajian diperkecil agar dapat menjelaskan dan
menunjukkan sifat aslinya. Trianto (2014:141) menyatakan bahwa model
dimaknai sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal.
Definisi model yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa model adalah sebuah pola atau konsep yang dirancang untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Memang cukup banyak permasalahan yang ada saat
massa pandemi Covid-19 atau setelahnya nanti. Setiap jenis permasalahan
pasti memerlukan pemecahan atau solusi yang mungkin saja berbeda.
Sehingga sudah selayaknya dunia pendidikan jasmani dan keolahragaan dapat
berpartisipasi atau berkontribusi untuk memberikan rekomendasi desain
menjalankan aktivitas fisik atau pendidikan yang aman, nyaman, serta
bermanfaat bagi yang melakukannya.
tenis meja, tinju, dan lain sebagainya. Semua contoh di atas adalah olahraga
yang mengharuskan atlet untuk mengalahkan lawan (terkadang dengan cara
emosipun dapat memenangkan sebuah perlombaan), sedangkan dalam
woodball justru berbeda dengan beberapa contoh olahraga di atas. Woodball
adalah olahraga yang memiliki tipe bermain lembut ke dalam diri dan bermain
melawan diri sendiri (itulah unik dan seninya dari permainan woodball).
Woodball adalah salah satu cabang olahraga yang sedang berkembang di
Indonesia hingga saat ini. Woodball merupakan sebuah olahraga permainan
luar ruangan (out door) yang dapat dimainkan di tanah lapang berumput
(disebut woodball) dan di pantai (disebut beach woodball). Permainan ini
dimainkan secara perorangan, berpasangan, ataupun bertim. Permainan ini
dimainkan dengan cara memukul bola secara berangsur-angsur sampai dapat
memasukkan bola ke gawang (gate) yang ada pada setiap lintasan (fairway)
dengan jumlah pukulan sesedikit mungkin. Pemain dengan jumlah nilai
pukulan yang paling sedikit dikatakan sebagai pemenangnya
(http://www.iwbf-woodball.org/en/2-1.php).
Permainan woodball merupakan cabang olahraga modifikasi dari olahraga golf
dengan memperlihatkan konsep gerak dasar dalam permainannya (gerak
lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif), mempertimbangkan unsur-unsur
efisiensi (waktu, tempat, serta biaya) dalam aktivitasnya, serta
mempertahankan lingkungan dan budaya hidup manusia untuk tetap
melakukan aktivitas fisik. Iragraha (2017:885) menyatakan bahwa hal yang
sangat menarik dari olahraga woodball yaitu dapat memuat ketiga konsep
gerak dasar dalam permainannya: (1) gerak lokomotor yaitu dalam permainan
woodball terjadinya aktivitas perpindahan tubuh dari satu titik ke titik lain (saat
permainan atlet berjalan dari fairway satu ke fairway lainnya); (2) gerak non-
lokomotor yaitu dalam permainan woodball mempraktikkan atau
memperlihatkan gerakan membungkuk dan mengayun mallet (kayu pemukul);
dan (3) gerak manipulatif yaitu dalam permainan woodball membutuhkan
koordinasi tubuh, ruang, dan benda disekitarnya (gerakan saat atlet mengayun
mallet untuk memukul bola menuju target atau gate).
Dalam mengembalikan keseharian masyarakat pasca pandemi Covid-19,
masyarakat dapat merancang kehidupannya untuk beraktivitas secara
produktif, aman, dan nyaman. Perlu kiranya masyarakat mengetahui,
mengenal, bahkan mencoba untuk berlatih olahraga woodball. Olahraga ini
sangat asik dilakukan, ekonomis harga sarananya, dapat dimainkan oleh
166 COVID-19: Perspektif Pendidikan
berbagai usia dan jenis kelamin, serta prasarana (lapangannya) tersedia secara
permanen di SPN Polda Bali, Buleleng-Bali.
Gambar 1. Atlet Berlatih di Atas Produk Alat Bantu Latihan Memukul (Wood
Practice)
pilek dan batuk; dan (3) bagi olahraga prestasi: atlet diperbolehkan latihan
bersama di lapangan (outdoor/indoors) sesuai dengan cabang olahraganya
dengan tetap disiplin menerapkan standardisasi kesehatan yaitu mencuci
tangan teratur, menjaga kebersihan diri, mengkonsumsi makanan bergizi,
menjaga jarak, selalu menggunakan masker dalam aktivitasnya, dan suhu
tubuh harus normal, tidak pilek dan batuk.
Dalam hal ini, atlet harus bisa memilih masker (penutup mulut dan hidung)
yang baik dan tepat, agar mudah bernapas saat latihan. Atlet perlu secara
berkala membuka maskernya saat latihan, agar asupan oksigen tercukupi.
Sebab jika asupan oksigen tidak tercukupi berefek negatif (membahayakan)
jika berlatih dalam intensitas tinggi. Pada cabang olahraga permainan seperti
woodball, sepakbola, bolabasket, serta olahraga beladiri yang konsepnya body
contack segala aktivitas latihannya harus dipantau dan dikontrol ketat oleh
pelatih atau organisasinya. Pada tahap kedua ini, atlet disarankan tidak
melakukan (training center dan tryout/tryin) serta tidak mengikuti pertandingan
baik skala daerah hingga internasional.
Tahap ketiga ini adalah semua insan dapat beradaptasi setelah pandemi Covid-
19. Pada tahap ini (1) bagi olahraga pendidikan: seluruh siswa boleh
melakukan aktivitas fisik di sekolah/kelas tanpa perlu menggunakan masker,
tanpa perlu jaga jarak, namun tetap menjaga kebersihan dan kesehatan; (2)
bagi olahraga rekreasi: masyarakat dengan suhu tubuh normal dapat
melakukan olahraga tanpa masker, tanpa perlu jaga jarak, namun tetap
menjaga kebersihan dan kesehatan; (3) bagi olahraga prestasi: atlet
diperbolehkan latihan bersama di lapangan (outdoor/indoors) sesuai dengan
cabang olahraganya tanpa perlu menggunakan masker, tanpa perlu jaga jarak,
namun tetap menjaga kebersihan dan kesehatan. Pada tahap ketiga ini, atlet
diperbolehkan melakukan training center, tryout/tryin, serta dapat mengikuti
berbagai event yang berskala daerah hingga internasional.
Melalui tiga tahapan rekomendasi desain bidang keolahragaan menuju “New
Normal” di atas, berbagai stakeholder perlu memperhatikan hal ini. Silahkan
dipilih, tahapan yang mana sebaiknya dijadikan guideline dalam mengawali
massa “New Normal” bagi dunia pendidikan dan keolahragaan. Perhatikan
selalu standardisasi kesehatan yaitu dengan mencuci tangan secara teratur, jaga
kebersihan diri, konsumsi makanan bergizi, dan periksakan kondisi tubuh
secara berkala.
New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan 169
SIMPULAN
Memasuki awal Juni 2020, Indonesia akan beradaptasi dan mulai belajar hidup
berdampingan (menyesuaikan diri) dengan Covid-19. Fase ini dikenal dengan
“New Normal”, yakni kehidupan baru yang mengadaptasi situasi pasca
pandemi. Meskipun nantinya Covid-19 sudah mereda atau bahkan tetap ada di
sekeliling kita, setiap orang di seluruh dunia diharapkan tetap harus waspada
dengan menjaga jarak, menjaga kebersihan diri, berusaha mengkonsumsi
makanan bergizi, taat untuk memakai masker, rajin mencuci tangan, dan
pastinya harus aktif berolahraga. Tujuan dari “New Normal” yaitu
mengembalikan keseharian masyarakat agar dapat merancang kehidupannya
untuk beraktivitas secara produktif, aman, nyaman, dan mengikuti
standardisasi imbauan Covid-19.
Literasi sience, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia harus selalu
diajarkan atau ditanamkan dalam dunia pendidikan. Olahraga pendidikan
adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian
proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh
pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.
Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran,
dan kegembiraan. Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan
mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan
melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi keolahragaan
Dalam mengembalikan keseharian masyarakat pasca pandemi Covid-19,
masyarakat dapat merancang kehidupannya untuk beraktivitas secara
produktif, aman, dan nyaman. Perlu kiranya masyarakat mengetahui,
mengenal, bahkan mencoba untuk berlatih olahraga woodball. Olahraga ini
sangat asik dilakukan, ekonomis harga sarananya, dapat dimainkan oleh
berbagai usia dan jenis kelamin, serta prasarana (lapangannya) tersedia secara
permanen di SPN Polda Bali, Buleleng-Bali.
Bidang keolahragaan sangat perlu menyampaikan rekomendasi desain menuju
“New Normal” yang aman, nyaman, serta bermanfaat bagi yang
melakukannya. Rekomendasi ini perlu diperhatikan bagi olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Dalam menuju fase “New Normal”,
170 COVID-19: Perspektif Pendidikan
ada tiga desain yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan aktivitas.
Melalui tiga tahapan rekomendasi desain bidang keolahragaan menuju “New
Normal” di atas, berbagai stakeholder perlu memperhatikan hal ini. Silahkan
dipilih, tahapan yang mana sebaiknya dijadikan guideline dalam mengawali
massa “New Normal” bagi dunia pendidikan dan keolahragaan. Perhatikan
selalu standardisasi kesehatan yaitu dengan mencuci tangan secara teratur, jaga
kebersihan diri, konsumsi makanan bergizi, dan periksakan kondisi tubuh
secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin & Wahyuni, E.N. (2007). Teori belajar dan pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
CNN Indonesia. (2020). Mengenal Social Distancing sebagai Cara Mencegah
Corona. CNN Indonesia. Diunduh dari
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/ 20200314102823-255-
483358/mengenal-social-distancing-sebagai-cara-mencegah-corona.
Feriyansyah, F., Iqbal, M. dan Simarmata, J. (2019) Kewargaan Digital:
Warga Digital Dalam Kepungan Hiperkoneksi. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Humas. (2020). Presiden: Prioritas Kita Cegah Penyebaran Covid-19 Lebih
Luas Lagi. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diunduh dari
https://setkab.go.id/presiden-prioritas-kita-cegah-penyebaran-covid-19-
lebih-luas-lagi/.
Husdarta. (2010). Sejarah dan filsafat olahraga. Bandung: Alfabeta.
International Woodball Federation. (2014). “About IWbF: Philosophy;
Courses; Equipment; Woodball rules and etc”. Diunduh dari
http://www.iwbf-woodball.org/en/1-2.php.
Iragraha, S.M.F. (2017). The existence of woodball athletes coaching at the
student activity unit (UKM) semarang state university. The 4th
International Conference on Physical Education, Sport and Health
(ISMINA) and Workshop: Enhancing Sport, Physicalactivity, and Health
Promotion For a Better Quality of Life: Hal. 885-892. Diunduh dari
New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan 171
https://www.academia.edu/33796640/PROCEEDINGS_THE_4th_
ISMINA_CONFERENCE_PROCEEDINGS.pdf.
Iragraha, S. M. F., Soegiyanto, Setijono, H., & Sugiharto., (2018). The
development of a hitting practice tool model on woodball. Proceedings of
the 2nd Yogyakarta International Seminar on Health, Physical Education,
and Sport Science (YISHPESS 2018) and 1st Conference on
Interdisciplinary Approach in Sports (CoIS 2018). Diunduh dari
https://www.atlantis-press.com/proceedings/yishpess-cois-18/55909398.
Iragraha, S. M. F., Soegiyanto, Setijono, H., & Sugiharto. (2019a). Peran
Media Massa dan Wanita dalam Olahraga Woodball. Diunduh dari
https://proceeding.unnes.ac.id/ index.php/snpasca/article/view/371/222.
Iragraha, S. M. F., Soegiyanto, Setijono, H., & Sugiharto. (2019b). The Role of
Woodball Sports Organization Universitas Negeri Semarang (Unnes) in
Producing Talented Athletes. International Journal of Engineering and
Advanced Technology, 9(2), 4928–4932. Diunduh dari
https://www.ijeat.org/wp-content/uploads/papers/v9i2/
B3308129219.pdf.
KBBI. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Koesmawardhani, N. W. (2020). Pemerintah Tetapkan Masa Darurat Bencana
Corona hingga 29 Mei 2020. Detiknews. Diunduh dari
https://news.detik.com/berita/d-4942327/pemerintah-tetapkan-masa-
darurat-bencana-corona-hingga-29-mei-2020.
Malik, D. (2020). Anies Tutup Lokasi Wisata di Jakarta, Wisatawan Pindah ke
Puncak Bogor. Vivanews. Diunduh dari
https://www.vivanews.com/berita/nasional/40497-anies-tutup-lokasi-
wisata-di-jakarta-wisatawan-pindah-ke-puncak bogor?medium=autonext.
Putra, P.N. (2020). Alasan BNPB Perpanjang Status Darurat Covid-19 di
Indonesia. Liputan6. Diunduh dari
https://www.liputan6.com/news/read/4204414/alasan-bnpb-perpanjang-
status-darurat-covid-19-di-indonesia.
Paturusi., A. (2012). Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
172 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Rusli Lutan. (2001). Olahraga dan etika fair play. Jakarta: Berdua Satu tujuan,
Wihani Group.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sebayang, R. (2020). Awas! WHO Akhirnya Tetapkan Corona Darurat
Global. CNBC Indonesia. Diunduh dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200131060856-4-134146/awas-
who-akhirnya-tetapkan-corona-darurat-global.
Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, S. (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta: Grafindo.
Trianto. (2014). Desain pengembangan pembelajaran tematik bagi anak usia
dini TK/RA & anak usia kelas awal SD/MI. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional
Pembelajaran Daring yang
Efektif sebagai ‘NEW
NORMAL’ Sekolah di tengah
Pandemi Covid-19
I Made Astra Winaya
Universitas Dwijendra Denpasar
PENDAHULUAN
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari
2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel coronavirus pada manusia ini
dengan sebutan Coronavirus Disease (COVID-19). Indonesia pertama kali
mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada Senin 2 Maret 2020. Saat itu, Presiden
Joko Widodo mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit virus
Corona yakni perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun (detikcom,
2020). sejak, konfirmasi kasus covid-19 tersebut berbagi kebijakan telah
diambil pemerintah guna memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
Salah satu kebijakan yang diambil dalam bidang pendidikan adalah kebijakan
belajar dari rumah. Kebijakan ini terpaksa diambil untuk membatasi kegiatan
masyarakat dalam upaya mencegah penyebaran virus Covid-19. Walaupun
diawal pandemi merebak, beberapa negara masih berupaya untuk belajar di
sekolah seperti biasa. Namun, pada akhirnya karena pandemi yang semakin
mengganas, langkah belajar dari rumah dan penutup sekolah mau tidak mau
harus dilakukan untuk menyelamatkan sektor pendidikan. Berdasarkan data
yang diperoleh dari UNESCO, mengungkapkan pandemi Covid-19
174 COVID-19: Perspektif Pendidikan
mengancam 577 juta pelajar di dunia dengan total ada 39 negara yang
menerapkan penutupan sekolah. Total jumlah pelajar yang berpotensi berisiko
dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas adalah kurang lebih
577.305.660. Sedangkan jumlah pelajar yang berpotensi berisiko dari
pendidikan tinggi kurang lebih 86.034. 287 orang (detikmanado, 2020). Untuk
di Indonesia, berdasarkan data yang diliris oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Tanggal 14 April 2020 menunjukan setidaknya terdapat
68.729.037 orang siswa yang belajar di rumah.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, mengakibatkan perubahan yang luar biasa
terhadap dunia pendidikan. Seluruh jenjang pendidikan 'dipaksa'
bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-tiba drastis untuk melakukan
pembelajaran dari rumah melalui media daring (online). Hal ini sesuai dengan
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Sistem pembelajaran
dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang
terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru diharapkan dapat
melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di
media sosial seperti WhatsApp, telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun
media lainnya sebagai media pembelajaran. Guru dapat memastikan siswa
mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun di tempat yang
berbeda. Dalam pemberian tugas dilaksankan secara terukur sesuai dengan
tujuan materi yang disampaikan kepada siswa.
Namun, dalam pengimplemntasiannya di lapangan terdapat banyak kendala
dan problematika yang harus dihadapi guru dan siswa dalam proses
pembelajaran jarak jauh melalui media daring (online), di antaranya: (1)
ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan daerah, (2)
keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran, (3)
keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan teknologi Pendidikan seperti
internet dan kuota, (4) relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring
yang belum integral. Kendala-kendala tersebut menjadi catatan penting bagi
dunia pendidikan Indonesia yang harus mengejar pembelajaran daring secara
cepat, meskipun secara teknis dan sistem belum semuanya siap.
Pembelajaran Daring (online) merupakan pradigma yang harus dilaksanakan
dalam bidang pendidikan sebagi normal baru (New Normal) di tengah kondisi
pandemi seperti sekarang ini. Penulis menyebut pembelajaran daring sebagi
‘new normal’ di sekolah karena pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 ini
memaksa guru, siswa dan orang tua mampu melaksanakan pembelajaran
seperti biasa namun tetap memperhatihakan protokol kesehatan, khususnya
social distancing. Pembelajaran daring menawarkan kegiatan pembelajaran
yang efektif dan aman dari penularan covid-19 bagi pelaku pendidikan, karena
pembelajran yang dilakukan dari tempat yang berbeda-beda.
Konsep new normal dalam bidang pendidikan melalui pembelajaran daring
merupakan pradigma baru yang harus dibiasakan oleh guru, siswa dan orang
tua sebelum ditemukan vaksin atau penangkal virus corona. Hal ini sejalan
176 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kontruktivisme Dalam Pembelajaran
Para penganut paham kontrukivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu
dibangun dipikiran pebelajar berdasarkan pengetahuan awalnya. Implikasinya
bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
pikiran siswa. Untuk itu, dalam kegiatan pembelajaran siswa sendirilah yang
harus aktif secara mental membangun pengetahuannya. Pandangan
konstruktivisme merubah orientasi pembelajaran dari pembelajaran yang
berpusat pada guru (teaching centered) ke pembelajaran yang berpusat pada
orang yang belajar (student centered). Peranan guru dalam pembelajaran
adalah membantu siswa agar proses konstruksi konsep/materi pelajaran dapat
berjalan dengan sendirinya sehingga apa yang dipelajari oleh siswa benar-
benar dipahami dan dapat bernanfaat bagi dirinya. Dalam pembelajaran siswa
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk beraktivitas, seperti: menerapakan
infomasi yang telah diterima kedalam kondisi rii, memfasilitasi penafsiran
personal terhadap materi ajar, dan mendiskusikan topik-topik dalam sebuah
kelompok.
Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah 177
tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif
siswa. Kedua, fungsi kognitif bersifat adatif dan membantu pengorganisasian
melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Kedua prinsip tersebut
memberikan pengertian bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif
dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengetahuan melalui lingkungannya, serta pentingnya memberikan waktu
untuk siswa merefleksikan materi pelajaran yang telah diterima.
B. Pembelajaran Daring
Munculnya sistem pemebelajaran daring sebagai bentuk pemanfaatan
teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di tengah pandemi
Covid-19 merupakan startegi yang efektif agar proses pembelajaran tetap
berlangsung meskipun dari tempat yang berbeda-beda. Istilah daring
merupakan akronim dari “dalam jaringan“. Jadi pembelajaran daring adalah
salah metode pembelajaran online atau dilakukan melalui jaringan internet.
Dalam pengimplementasian pembelajaran daring sebagai bentuk pembelajaran
jarak jauh untuk siswa, wajib mengedepankan dua prinsip, yaitu: (1) Tidak
membahayakan, di mana pembelajaran yang dilaksnakan secara daring tidak
menciptakan lebih banyak stres dan kecemasan bagi siswa dan keluarganya,
(2) Realistis, pembelajaran yang dilaksnakan guru secara dari memiliki
ekspektasi yang realistis terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
(Kemendikbud, 2020).
Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf (1997: 15) terdiri atas 4
hal, yaitu: (1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antarapeserta didik
dengan guru atauinstruktur (enhance interactivity), (2)Memungkinkan
terjadinya interaksipembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place
flexibility), (3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential
to reach a global audience), (4) Mempermudah penyempurnaan dan
penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as
archivable capabilities).
Mengadaptasi Khoe Yao Tung, karakteristik pembelajaran daring, antara lain:
(1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen
multimedia, (2) Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak
seperti video conferencing, chats rooms, atau discussion forums, (3)
Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya, (4) Dapat digunakan
berbagai elemen belajar berbasis internet, untuk meningkatkan komunikasi
belajar, (5) Materi ajar relatif mudah diperbaharui, (6) Meningkatkan interaksi
Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah 179
SIMPULAN
Pandemi corona ini memang sebuah ujian yang berat bagi seluruh bangsa,
menguji kemampuan semua bangsa untuk dapat mengambil hikmah dengan
terus berupaya dan berikhtiar mencari solusi pada setiap masalah yang ada.
Ketidak pastian akan berakhirnya pandemi virus covid-19 ini, tentu tidak bisa
dilawan hanya dengan berdiam diri saja. Apalagi pendidikan sebagi ujung
tombak dalam mewujudkan SDM yang berkualitas akan menjadi bumerang
dimasa depan, apabila pendidikan diabaikan dengan dalih adanya pandemi
covid-19 ini. Untuk itu, pembelajaran harus tetap terlaksna namun tidak
mengabaikan protokol kesehat. Pembelajaran daring sebagi sebuah metode
pembelajaran jarak jauh merupakan sebuah ‘new normal’ bagi dunia
pendidikan di indonesia. Karena selama ini pembelajaran daring baru sebatas
konsep dan perangkat teknis pembelajaran. Tentu hal ini menuntut guru untuk
bertrasformasi dalam meningkatkan komptensi pedagogiknya mengemas
pempelajaran secara daring.
Sebagai sebuah ‘New Normal’ pembelajaran daring hendaknya bergser
menjadi sebuah cara berpikir dalam paradigma pembelajaran di sekolah.
Karena pembelajaran online bukan metode untuk mengubah belajar tatap
muka dengan aplikasi digital, bukan pula membebani siswa dengan tugas yang
bertumpuk setiap hari. Pembelajaran secara online harusnya mendorong siswa
184 COVID-19: Perspektif Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Arifudin, Opan. 2020. Pandemi Corona dan Dampak Terhadap Dunia
Pendidikan. Artikel Koran Pasundan Ekspres Tangal 17 Maret 2020.
Tersedia Di Halaman https://www.pasundanekspres.co/opini/pandemi-
Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah 185
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945 yang berakar dari nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan
pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bab
II pasal 3.
Jalur pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun
2003 pasal 13 ayat 1 meliputi jalur pendidikan formal, non-formal, dan
informal. Ketiganya memiliki perbedaan yang saling mengisi dan melengkapi.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan formal mempunyai jenjang
pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
hingga pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di
188 COVID-19: Perspektif Pendidikan
PEMBAHASAN
A. Rekonstruksionalisme Pendidikan
Aliran rekonstruksionalisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dan membangun tata hidup kebudayaan yang menjawab
permasalahan-permasalahan dunia modern. Aliran rekonstruksionalisme pada
prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak melampaui
krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksionalisme
dan perenialisme, memandang bahwa zaman modern merupakan zaman yang
tatanan sosialnya terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan
kesimpangsiuran. Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran
rekonstruksionalisme tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran
perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam
pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang
serasi dalam kehidupan. Aliran perennialisme memilih cara tersendiri, yakni
dengan kembali ke dalam kebudayaan lama atau dikenal dengan regressive
road culture yang mereka anggap paling ideal (Kristiawan: 2016).
Sementara itu, rekonstruksionalisme berupaya mencari kesepakatan antar
sesama manusia, agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu
tatanan yang harmonis bagi kemanusiaan dan juga seluruh lingkungannya.
Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme
perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata kelola yang baru.
Untuk mencapai tujuan utama tersebut diperlukan kerjasama antara seluruh
elemen umat manusia. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas
penyelamatan dunia merupakan tugas kemanusiaan yang menjadi
tanggungjawab semua bangsa dan individu. Karenanya pembinaan kembali
daya intelektual dan spiritual yang sehat dapat diwujudkan melalui pendidikan
yang tepat atas nilai dan norma yang benar, sehingga terbentuk tatanan dunia
baru yang harmonis dalam pengawasan umat manusia (Jalaluddin & Abdullah,
1997).
Dengan singkat, dapat dikemukakan bahwa aliran rekonstruksionalisme
bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia di mana kedaulatan nasional
berada dalam pengayoman atau subordinat serta kedaulatan dan otoritas
internasional. Aliran ini juga bercita-cita mewujudkan dan terlaksanakan satu
sintesis, yaitu perpaduan ajaran agama, demokrasi, teknologi modern, dan seni
190 COVID-19: Perspektif Pendidikan
hanya berkaitan erat dengan dengan mesin yang berada di perusahaan atau
industri untuk memproduksi barang yang berat-berat. Dengan pemahaman
yang keliru seperti ini, maka muncul persepsi yang salah terhadap terminologi
kata teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan dianggap sebagai mesin atau
perangkat keras untuk pendidikan. Teknologi pendidikan sesungguhnya tidak
sama pengertiannya dengan teknologi dalam pendidikan, atau teknologi dalam
perusahaan.
Teknologi pendidikan ketika masa pandemi covid-19 ini nampaknya hadir
sebagai alternatif dalam pendidikan. Teknologi pendidikan yang biasanya
merupakan opsi kedua dalam proses pembelajaran namun sekarang sudah
menjadi hal yang mendominasi. Berbagai aplikasi yang telah digunakan dalam
proses pembelajaran berlangsung seperti Google Classroom, Zoom Meeting,
Google Meet, Webex, dan lainnya. Bahkan di kota Denpasar memiliki aplikasi
tersendiri yang telah dibuat seperti aplikasi Lentera Denpasar dengan fitur
aplikasinya yang dilengkapi dengan absensi, tugas, materi dan menariknya lagi
aplikasi ini langsung dipantau oleh Dinas Pendidikan kota Denpasar serta
langsung terkoneksi dengan guru mata pelajaran, wali kelas, orangtua siswa,
serta siswa itu sendiri. Hal ini berupaya untuk lebih membiasakan kepada
peserta didik sekarang untuk lebih aktif dengan menggunakan media teknologi
dalam pendidikan.
Belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing).
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran
tidak efektif yang tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa selama
proses pembelajaran berlangsung, sebab sebuah pembelajaran harus memiliki
sejumlah tujuan yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka suasana dalam pembelajaran akan
sunyi, anak sebagai pendengar pasif, tidak ada aktivitas konkret,
membosankan dan belajar tidak efektif menyebabkan tidak kritis, tidak kreatif,
komunikasi buruk dan apatis. Karena belajar bukanlah menghapal bukan pula
mengingat. Belajar adalah suatu upaya atau proses yang diharapkan dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan
kemampuan, daya reaksi, daya penerimaanya dan lain-lain aspek yang ada
pada individu.
Hadirnya teknologi pendidikan sebagai dominasi dalam pembelajaran di masa
pandemi covid-19 sekarang ini bukanlah hal yang baru lagi, tetapi sudah
Dimensi Pendidikan Pada Masa Pandemi 193
menjadi pilihan yang mulai terbangun serta harus dilakukan untuk mengikuti
transformasi dan modernisasi. Dunia pendidikan yang sekarang harus
mengikuti perkembangan zaman yang akan serba digital ini. Para guru agar
mulai meninggalkan media pembelajaran yang bersifat konvensional serta
tidak membatasi lingkup pembelajaran dalam gedung ataupun tembok
pembatas kelas. Dengan pendekatan teknologis dalam pembelajaran akan lebih
memudahkan dalam penyajian materi, mencari sumber atau referensi
pembelajaran dan hal tersebut tentunya mampu meningkatkan kemampuan
peserta didik.
SIMPULAN
Sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran
yang bersifat konvensional, kental dengan suasana instruksional dan dirasa
kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Rekonstruksionalisme merupakan pendekatan yang relevan dalam
mengembangkan pendidikan berbasis teknologi. Tanpa rekonstruksi,
pendidikan akan selamanya bersifat tradisional dan tertinggal oleh zaman.
Pada masa pandemi covid-19 ini pendekatan teknologi hadir sebagai alternatif
dalam pendidikan. Teknologi pendidikan yang biasanya merupakan opsi
kedua dalam proses pembelajaran namun sekarang sudah menjadi hal yang
mendominasi. Berbagai aplikasi yang telah digunakan dalam proses
pembelajaran berlangsung seperti Google Classroom, Zoom Meeting, Google
Meet, Webex, dan lainnya. Bahkan di kota Denpasar memiliki aplikasi
tersendiri yang telah dibuat seperti aplikasi Lentera Denpasar dengan fitur
aplikasinya yang lengkap. Dengan demikian akan mampu menumbuhkan
motivasi belajar dari peserta didik, karena menggunakan media-media yang
modern serta kekinian.
Dimensi Pendidikan Pada Masa Pandemi 195
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Muhammad. 2017. Filsafat Pendidikan. Depok: Kencana Prenada
Media Group.
Jalaluddin dan Idi, Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Kristiawan, Muhammad. 2016 Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours.
Yogyakarta: Valia Pustaka.
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group dan Pustekkom DIKNAS.
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
Sandika, I Ketut. 2011. Pendidikan Menurut Veda. Denpasar: Pustaka Bali
Post.
Uno, Hamzah B. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
196 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Peran Orang Tua Dalam
Mengatasi Perilaku
Menyimpang Anak Dalam
Belajar Dari Rumah Di Masa
Pandemi Covid-19
(Perspektif Pendidikan Agama
Hindu)
I Made Putra Aryana
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu Negara yang terdapak pandemic COVID-19
sehingga pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan di berbagai sektor
kehidupan. Presiden RI mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres)
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-
Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana
Nasional, memuat empat poin penting, yaitu: (1), bencana non-alam yang
diakibatkan oleh penyebaran COVID-19 sebagai bencana nasional, (2),
penanggulangan bencana nasional yang diakibatkan oleh penyebaran COVID-
19 dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
melalui sinergi antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, (3),
198 COVID-19: Perspektif Pendidikan
pendidikan anak dan bahkan tidak menanamkan nilai-nilai agama Hindu pada
anak secara otomatis anakpun akan melakukan perilaku-perilaku menyimpang,
terlebih di masa pandemi COVID-19.
PEMBAHASAN
A. Peran Orang Tua dalam Keluarga Batih
Agama Hindu mengajarkan empat tahapan hidup yang dilalui dalam
kehidupan di dunia ini. Tahapan/jenjang hidup tersebut terjalin erat satu
dengan yang lainnya, jenjang yang lebih awal merupakan persiapan untuk
melanjutkan ke jenjang hidup berikutnya guna menuju tujuan hidup yaitu
jagadhita dan moksa. Empat tujuan hidup tersebut disebut dengan Catur
Asrama (Tim Bali Aga, 2009: 36), bagian-bagiannya yaitu: (1). Brahmacari
asrama (masa menuntut ilmu), (2). Grihasta asrama (masa berumah
tangga/berkeluarga), (3). Wanaprastha asrama (masa kehidupan mengasingkan
diri di hutan untuk ketenangan lahir batin), dan (4). Bhiksuka/sanyasin asrama
(masa hidup mengelana mengamalkan ilmu suci). Kekawin Nitisastra
(Sudirga, 2007:56) juga menjelaskan sebagai berikut.
Taki-taki ning sewaka guna widya, semarawisaya rwang puluh ing
ayusya, tengahi tuwuh san wacana gogonta, patilaring atmeng tanu
panguroken.
Niti Sastra, II.1.
Terjemahannya.
Seorang pelajar wajib menuntut ilmu pengetahuan dan keutamaan, jika sudah
berumur dua puluh tahun orang boleh kawin, jika setengah tua berpeganglah
pada ucapan yang baik hanya tentang lepasnya nyawa kita mesti berguru.
Jenjang kehidupan manusia dibagi menjadi empat, yang pertama adalah
brahmacari, saat umur masih muda kemudian grehasta, setelah cukup dewasa,
selanjutnya wanaprastha setelah umur setengah lanjut dan terakhir bhiksuka
setelah umur lanjut. Awal masa kehidupan manusia dimulai dari masa
brahmacari, masa ini digunakan mengejar pengetahuan dan keutamaan. Pada
masa bahmacari ini semua nafsu dikendalikan utamanya nafsu seksual.
Selanjutnya diikuti masa grihastin yaitu masa berumah tangga dan
200 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Kewajiban istri sebagai ibu rumah tangga adalah sebagai pengawas keluarga.
Fungsi pengawas keluarga dilakukan oleh seorang istri dengan kekuatan kasih
sayangnya. Dengan kasih sayang ia mendidik anak-anaknya agar menjadi
putra-putri yang baik. Demikian pula dengan cinta kasih ia kendalikan
suaminya sebagai penguasa keluarga agar jangan menyalahgunakan
kekuasaannya untuk bertindak sewenang-wenang baik kepada istri, anak, adik-
adik maupun kepada orang tua dan mertua serta ipar-iparnya (Wiana, 1997:
193-195).
Badan Narkotika Nasional (2007: 123) menguraikan bahwa sering orang
berpendapat mendidik terdiri dari nasihat, larangan atau perintah. Cara
demikian kurang tepat, karena bersumber dari sikap otoriter (sok kuasa) orang
tua terhadap anak. Orang tua harus menganggap anak sebagai manusia yang
mempunyai harga diri, yang mempunyai pendapat dan kemauan sendiri,
sehingga mendidik dengan cara memaksa tidak dapat dibenarkan, karena anak
bukan robot, bukan mahkluk yang harus bertindak seperti mesin yang dapat
dikendalikan.
Orang tua memiliki tugas dan kewajiban untuk memberikan pendidikan moral
dan budi pekerti untuk menjadikan anak seorang anak yang suputra.
Pendidikan budi pekerti lebih efektif apabila diberikan melalui keteladanan
perilaku sehari-hari orang tua. Keteladanan orang tua yang dimaksudkan orang
tua wajib menyadari bahwa anak sebagai pengintimidasi segala hal dan yang
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 205
3. Jara, artinya umur tua. Setelah usia renta, stamina jiwa raga akan
menurun sehingga kesempatan untuk melakukan dharma makin
berkurang.
4. Vyadi, artinya sakit. Sakit banyak menyita waktu, biaya, tenaga dan
kesempatan dalam mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat.
5. Dhuka, artinya sedih. Dalam keadaan sedih seseorang tidak dapat
memanfaatkan peluang hidup menjadi manusia untuk berbuat sesuatu
yang bermanfaat.
6. Dosa, artinya kesalahan, cacat cela, noda dan keburukan. Dosa adalah
perbuatan yang melanggar dharma.
Pelaksanaan belajar dari rumah tentu hasilnya tidak sama, seperti yang
dilakukan melalui pembelajaran langsung di sekolah. Pembejaran dari rumah
lebih ditekankan adalah informal yang dilaksanakan dalam suatu keluarga, di
samping pendidikan formalnya melalui tugas atau kelas online. Pembelajaran
formal jarak jauh tanpa pendidikan informal yang baik, rentan terjadinya
perilaku menyimpang pada anak. Penyebab utama penyimpangan tersebut
adalah situasi dan kondisi keluarga yang negatif. Orang tua dalam suatu
keluarga merupakan penentu seperti apa anak bersangkutan nantinya. Anak
kelak merupakan refleksi dari pendidikan yang diberikan orang tua terhadap
anak bersangkutan. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama.
Perilaku menyimpang adalah perilaku sebagai kebiasaan sebagai suatu
karakter yang menyalahi dan menyeleweng dari hukum, kebenaran dan
ketentuan/norma agama yang ditampilkan anak dalam suatu keluarga.
Sehingga peran keluarga dalam mendidik anaknya sangat utama karena
melalui pemahaman orang tua terhadap ajaran agama Hindu dapat
menghindari anaknya dari perilaku menyimpang sehingga dapat menjadikan
anaknya seorang anak yang suputra. Perilaku menyimpang tersebut muncul
karena kurang pembinaan dan kesalahan pendidikan agama Hindu oleh orang
tua kepada anak. Anak biasanya menunjukkan perilaku brutal dan mengarah
ke tindakan kriminal.
Teori belajar S-R Bond atau asosiasi dengan tokohnya Edward Lee Thorndike,
mengemukakan bahwa belajar akan terjadi kalau dikontak hubungan antara
orang bersangkutan dengan benda-benda yang ada di luar. S-R Bond diartikan;
S adalah stimulus dari luar diri seseorang dan R adalah respons orang
bersangkutan, sedangkan Bond adalah hubungan atau asosiasi. Thorndike
(Baharuddin, 2010: 64-65) menyatakan bahwa perilaku belajar manusia
ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan
respons secara refleks. Stimulus yang terjadi setelah sebuah perilaku terjadi
akan memengaruhi perilaku selanjutnya. Dari eksperimen ini Thorndike telah
mengembangkan hukum law of effect. Hukum law of effect menyatakan
bahwa jika sebuah tindakan diikuti oleh perubahan yang memuaskan dalam
lingkungan, maka kemungkinan tindakan itu akan diulang kembali akan
semakin meningkat. Sebaliknya jika sebuah tindakan, diikuti oleh perubahan
yang tidak memuaskan, maka tindakan itu mungkin menurun atau tidak
dilakukan sama sekali. Dengan kata lain konsekuen-konsekuan dari perilaku
seorang akan memainkan peran penting bagi perilaku-perilaku yang akan
datang. Stimulus yang dimunculkan oleh orang tua dapat bersifat positif dan
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 209
negatif demikian pula respons yang akan ditampilkan anak dapat bersifat
positif dan negatif.
dianggap orang yang sakit yang pergi ke suatu tempat yang tidak menyediakan
obat-obatan; kenyataannya selalu memperoleh penderitaan akibat
perbuatannya.
Iha iva naraka vyadhescikitsam na karoti yah,
Gatva nir aushadam sthanam sarujah kimkarisyati.
Sarascamuscaya (5).
Terjemahannya.
Kesimpulannya, pergunakanlah sebaik-baiknya kesempatan menjelma sebagai
manusia ini, kesempatan yang amat sulit diperoleh, yang merupakan tangga
menuju sorga. Segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi (ke
lembah derita/neraka), hendaknya hal itu terus-menerus dilakukan.
Memperhatikan kutipan sloka di atas, maka kelahiran manusia di bumi adalah
sangat utama dibandingkan dengan mahkluk-mahkluk lainnya. Kemampuan
manusia terletak pada vivekajnana yakni seseorang dapat membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, yang baik (subhakarma) dan yang buruk
(asubhakarma). Kesempatan menjelma sebagai manusia ini sangat sulit
diperoleh. Kehidupan sekarang adalah kesempatan emas, dengan berbuat baik
diibaratkan dengan tangga menuju sorga. Perbuatan tidak baik (asubhakarma)
yang dilakukan akan menjerumuskan manusia. Waktu untuk belajar bersama
orang tua, waktu untuk untuk belajar keagaaman lebih banyak, sehingga di
masa pandemi COVID-19 hendaknya dipakai untuk melakukan subha karma.
Orang tua melakukan yadnya (jnana yadnya) kepada anak demikian pula
sebaliknya anak berbhakti kepada orang tua.
Berkenaan dengan wiweka jnana, Titib (2004: 44-45) menyebutkan kitab suci
Bhagavadgita yang menyatakan ada dua kecenderungan yang memengaruhi
karakter manusia, yakni sifat-sifat kedewataan (daivi sampat) dan sifat-sifat
keraksaaan (asuri sampat). Kedua kecenderungan ini secara langsung maupun
tidak langsung akan membentuk karakter manusa. Bila seseorang
kecenderungan daivi sampat-nya menonjol, maka orang tersebut senantiasa
akan berbuat baik. Namun bila kecenderungan asuri sampat-nya yang
dominan, maka ia akan menunjukkan sifat-sifat dan perilaku yang buruk.
Tentang dua kecenderungan ini, Sri Kresna dalam Bagavadgita menyatakan.
Tejah ksama dhrtih saucam adroho na timanita,
Bhavanti sampadam daivim abhijatasya bharata.
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 211
Bhagavadgita XVI.3.
Terjemahannya.
Berani, pemaaf, teguh, murni, bebas dari kedengkian dan kesombongan, yang
semuanya ini, wahai Bharata (Arjuna) merupakan anugerah pada mereka yang
lahir dengan sifat-sifat devata (daivi sampat).
Dombho darpo ‘Bhimanas ca krodahpurusyam eva ca,
Ajnanam chabijatasya partha sampadam asurim.
Bhagavadgita VVI.4.
Terjemahannya.
Berlagak, angkuh, membanggakan diri, marah dan juga kasar serta bodoh,
semua ini wahai Partha (Arjuna) adalah sifat-sifat mereka yang lahir dengan
kecenderungan raksasa (asuri sampat).
Pada masa pandemic COVID-19 ini, di saat diberlakukan physical distanching
yaitu pembatasan aktivitas di luar rumah baik anak maupun orang tua,
sehingga waktu untuk orang tua bersama anak sangat banyak. Peranan orang
tua untuk memaksimalkan peran sebagai orang tua sangat menentukan.
Artinya ketika anak-anak masih kecil di bawah lima tahun (balita) di dalam
psikologis dinyatakan sebagai masa kemeratu-ratuan, namun ketika usianya
belum remaja, hendaknya diperlakukan dengan disiplin yang ketat dan tegas,
sedang ketika anak itu tumbuh remaja dan menuju kedewasaan hendaknya
diperlakukan sebagai teman. Penjelasan ini ditemukan dalam kitab Nitisastra
yang hendaknya menjadi pegangan setiap pendidik, termasuk pendidik
pertama adalah orang tuanya di rumah. Bila pada masa kanak-kanak tidak
ditanamkan disiplin yang ketat dan tegas, maka ketika remaja yang
bersangkutan akan memperlihatkan karakter negatif yang akan merugikan
yang bersangkutan ketika dewasa nanti.
Orang tua di masa pandemic COVID-19 ini mempunyai waktu yang sangat
panjang untuk menghindari anak dari perilaku menyimpang. Berdasarkan jenis
pendidikan yang diberikan kepada anak, hasil survey yang diperoleh oleh
Darothy Law Nolte, seperti yang diungkapkan Wibawa (2006: 78)
menyebutkan sebagai berikut.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
212 COVID-19: Perspektif Pendidikan
pendidikan budhi pekerti yang luhur, ketaatan dan hormat bhakti kepada orang
tua, kepada guru dan tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat.
SIMPULAN
Peran orang tua sebagai konseptor perilaku yang ditunjukkan oleh anak
sangatlah penting dalam belajar di rumah dimasa pandemi COVID-19 ini.
Peran orang tua sangat menentukan perkembangan moral dan karakter anak
sampai dewasa. Demi mencegah terjadinya perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh anak, merupakan peran orang tua sebagai pendidik yang
pertama dan utama. Kepercayaan dan pemahaman orang tua terhadap ajaran-
ajaran agama Hindu merupakan kunci utama pendidikan keluarga dalam
belajar di rumah.
Pengkondisian anak oleh orang tua memiliki beberapa peran sebagai berikut.
Orang tua merupakan guru rupaka yang berkewajiban memberikan pendidikan
kepada anak-anaknya baik berupa pengetahuan dan keterampilan maupun
pengetahuan kerohanian. Orang tua merupakan figur utama dalam kehidupan
anak sehingga orang tua wajib memberikan teladan bagi dalam keseharian
anak. Orang tua merupakan pengawas bagi setiap tingkah laku anak, sehingga
dalam suatu keluarga wajib ada peraturan keluarga untuk memberikan batasan
dan kebebasan dalam bertingkah laku anggota keluarga khususnya anak. Serta
orang tua merupakan motivator dan sandaran hati bagi anak yang memberikan
motivasi/dorongan dan tempat menyampaian keluh-kesah saat anak
mengalami masalah.
Perilaku menyimpang adalah perilaku sebagai kebiasaan sebagai suatu
karakter yang menyalahi dan menyeleweng dari hukum, kebenaran dan
ketentuan/norma agama yang ditampilkan anak dalam suatu keluarga.
Sehingga peran keluarga dalam mendidik anaknya sangat utama karena
melalui pemahaman orang tua terhadap ajaran agama Hindu dapat
menghindari anaknya dari perilaku menyimpang sehingga dapat menjadikan
anaknya seorang anak yang suputra. Perilaku menyimpang tersebut muncul
karena kurang pembinaan dan kesalahan pendidikan agama Hindu oleh orang
tua kepada anak. Anak biasanya menunjukkan perilaku brutal dan mengarah
ke tindakan kriminal.
Di masa Pandemi COVID-19 dengan diterapkan physical distancing adapun
kiat-kiat orang tua untuk menghindari perilaku menyimpang anak dalam
keluarga batih adalah maksimalisasi peran orang tua sebagai orang tua,
menanamkan konsep Tri Hita Karana dan Tri Kaya Parisudha pada anak,
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 219
DAFTAR PUSTAKA
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2007). Mencegah Lebih Baik
daripada Mengobati Modul untuk Keluarga. Jakarta: Badan Narkotika
Nasional.
Baharuddin dan Wahyudi, Eka Nur. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Rus Media.
Biddulph, Steve dan Biddulph, Shaaron. (2006). Mendidik Anak dengan Cinta
Petunjuk bagi Orang Tua agar Anak Menjadi Bahagia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Budiningsih, C. Asri. (2004). Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik
Siswa dan Budayanya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kajeng, I Nyoman, dkk. (2005). Sarasamuccaya dengan Teks Bahasa
Sansekerta dan Jawa Kuna. Surabaya: Paramita.
Mimbeng, I Gede, dkk. (1997). Kakawin Niti Sastra dan Putra Sasana.
Mataram: Kanwil Departermen Agama Propinsi NTB.
Naim, Ngainun dan Sauqi, Ahmad. (2008). Pendidikan Multikultural: Konsep
dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
PGAHN 6 Thn. Singaraja. (1986/1987). Niti Sastra dalam bentuk Kekawin.
Proyek Penerangan Bimbingan dan Da’wah/Khutbah Agama Hindu dan
Budha.
Piaget, Jean. (2010). Piaget, Jean. 2010. Psikologi Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shochib, Moh. (2000). Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Subagiasta, I Ketut. (2007). Yowana. Surabaya: Paramita.
Syah, Muhibbin. (2015). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Tim Bali Aga. (2009). Ragam Istilah Hindu. Denpasar: Bali Aga.
220 COVID-19: Perspektif Pendidikan