Anda di halaman 1dari 232

COVID-19: Perspektif

Pendidikan
UU 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4

Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

Pembatasan Perlindungan Pasal 26

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:

a. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya
untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
b. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
c. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram
yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
d. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan
dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
COVID-19: Perspektif
Pendidikan

Penulis:
I Ketut Sudarsana, Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
I Komang Wisnu Budi Wijaya, Astrid Krisdayanthi
Komang Yuli Andayani, Komang Trisnadewi, Ni Made Muliani
Ni Putu Sasmika Dewi, I Ketut Suparya, I Gede Dharman Gunawan
Niluh Ari Kusumawati, I Putu Yoga Purandina, Ni Komang Sutriyanti
Ni Nyoman Sudiani, Ni Wayan Adnyani, S. M. Fernanda Iragraha
I Made Astra Winaya, Gede Agus Siswadi, I Made Putra Aryana

Penerbit Yayasan Kita Menulis


COVID-19: Perspektif Pendidikan
Copyright © Yayasan Kita Menulis, 2020

Penulis:
I Ketut Sudarsana, Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
I Komang Wisnu Budi Wijaya, Astrid Krisdayanthi
Komang Yuli Andayani, Komang Trisnadewi, Ni Made Muliani
Ni Putu Sasmika Dewi, I Ketut Suparya
I Gede Dharman Gunawan, Niluh Ari Kusumawati
I Putu Yoga Purandina, Ni Komang Sutriyanti
Ni Nyoman Sudiani, Ni Wayan Adnyani, S. M. Fernanda Iragraha
I Made Astra Winaya, Gede Agus Siswadi, I Made Putra Aryana

Editor: Kadek Aria Prima Dewi PF dan Janner Simarmata


Desain Cover: Tim Kreatif Kita Menulis
Gambar: https://republika.co.id

Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
Kontak WA: +62 821-6453-7176
I Ketut Sudarsana dkk.
COVID-19: Perspektif Pendidikan
Yayasan Kita Menulis, 2020
x; 220 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-6512-23-4 (cetak)
E-ISBN: 978-623-6512-22-7 (online)
Cetakan 1, Juni 2020
I. COVID-19: Perspektif Pendidikan
II. Yayasan Kita Menulis

Katalog Dalam Terbitan


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku tanpa
Ijin tertulis dari penerbit maupun penulis
Kata Pengantar

Om Swastyastu,
Om Awighnam astu namo sidham, Om sidhirastu tad astu swaha.
Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi hamba
memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik.

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
atas Asung Kerta Wara Nugraha Beliau, kita masih diberikan kesehatan
sehingga bisa menyelesaikan penyusunan buku di tengah pandemic
Covid-19. Disadari atau tidak, Covid-19 telah merubah berbagai tatanan
kehidupan masyarakat dunia, dan manusiapun melakukan berbagai pola
adaptasi untuk tetap bertahan hidup di tengah pandemic yang melanda
dunia. Salah satu sektor kehidupan yang mengalami dampak pandemi
adalah sektor pendidikan, dengan dikeluarkannya kebijakan untuk
bekerja, belajar dan beribadah di rumah, otomatis merubah aktivitas
pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah menjadi pola belajar
“di rumah saja”. Pembelajaran yang awalnya berpusat di sekolah bergeser
menjadi pembelajaran di rumah disertai dengan intervensi sekolah yang
cukup dominan. Teknis pembelajaranpun nyaris lebih menggandalkan
sumber daya atau layanan-layanan daring, dengan tingkat kesiapan
sekolah dan keluarga yang sangat beragam.

Buku ini menjadi sebuah catatan bersejarah karena memberikan


gambaran tentang perjalanan sektor Pendidikan dalam memberikan
layanan belajar dengan sumber daya yang beragam di setiap sekolah dan
daerahnya. Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dengan
tingkat pembangunan dan perkembangan daerah yang juga tidak merata.
Sehingga inovasi layanan belajar di tengah pandemic pada masing-
masing juga beragam, menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan daya
dukung lingkungan masing-masing. Oleh karenanya, buku ini sengaja
diterbitkan ditengah perjuangan Bangsa Indonesia melawan pandemic
Covid-19, dengan tujuan dapat dijadikan sebagai sumber refernesi dan
sumber informasi alternatif dalam penyelenggaraan pembelajaran di
tengah pandemic.
vi COVID-19: Perspektif Pendidikan

Terkumpulnya tulisan tentang Pendidikan di tengah pandemic Covid-19


dari seluruh wilayah Indonesia diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk memahami dinamika pembelajaran yang tengah terjadi. Sehingga
pelaku pendidikan dapat dengan tepat melakukan adaptasi sebagai bentuk
respon dari beragam isu yang terjadi di masyarakat. Lebih dari itu,
terkumpulnya tulisan ini menunjukkan bahwa sinergi dan kolaborasi para
pelaku Pendidikan di seluruh Indonesia masih tetap berjalan, sehingga
harapan untuk mewujudkan generasi emas Indonesia di tahun 2045
menjadi sebuah keniscayaan di tengah beragam isu yang sedang
memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian, bantuan dan


masukan serta kepada Penerbit yang telah mempublikasikan buku ini,
disampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya. Semoga
buku ini memberi manfaat kepada segenap pembaca.
Om Santhi Santhi Santhi Om

Denpasar, Juni 2020


Editor

Kadek Aria Prima Dewi PF


Kata Sambutan
DIRJEN BIMBINGAN MASYARAKAT HINDU
KEMENTERIAN AGAMA

Om Swastyastu
Pendidikan di tengah wabah Pandemi Covid-19 merupakan sektor yang
paling banyak melakukan adaptasi dalam melaksanakan layanan
pembelajaran. Para tenaga pendidik menghadapi beragam tantangan
untuk tetap dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan sarana
prasarana yang berbeda dan karakteristik peserta didik yang beragam.
Buku ini menguraikan tentang lengkah-langkah, kendala-kendala serta
factor-faktor pendukung penyelenggaraan pembelajaran di tengah
pandemic Covid-19 yang melanda Indonesia. Buku ini akan sangat
bermanfaat bagi pelaku Pendidikan karena informasi yang tersedia di
dalamnya dapat dijadikan referensi bagi penyelenggaraan Pendidikan
dalam situasi yang sejenis.

Lahirnya buku ini di tengah pandemic Covid-19 menunjukkan bahwa


pandemic tidak menjadi hambatan pelaku pendidikan untuk tetap
berkarya, tapi justru mengembangkan inovasi dan kreativitas pelaku
pendidikan guna menjawab tantangan untuk tetap produktif saat belajar di
rumah, bekerja di rumah dan beribadah di rumah. Beberapa tahun yang
lalu sempat terdapat wacana yang menyatakan bahwa banyak sekolah
tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mengefektifkan pola
pembelajaran menjadi layanan daring, namun pandemi Covid-19 ini
menjadi bukti bahwa dunia pendidikan di Indonesia siap untuk
beradaptasi dan melakukan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dan perkembangan situasi dan teknologi.

Saya berharap buku ini dapat bermanfaat bagi penyelenggaraan


Pendidikan di Indonesia. Fakta-fakta yang dimuat dalam buku ini juga
bias dijadikan sebagai acuan untuk merumuskan kebijakan yang tepat
bagi Lembaga pendidikan formal, serta dapat dijadikan bahan untuk
meningkatkan kesadaran bagi orangtua untuk menyiapkan dan melakukan
pendampingan pembelajaran yang layak saat belajar di rumah.
viii COVID-19: Perspektif Pendidikan

Kepada semua pihak yang telah dengan tekun menyusun buku Covid-19
perspektif pendidikan tahun 2020 ini, saya sampaikan terima kasih dan
penghargaan. Jerih payah, kerja keras, dan kerja cerdas saudara-saudara
adalah bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membantu
pemerintah dalam mewujudkan tujuan Pendidikan nasional.
Om Santhi Santhi Santhi Om
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................v


Kata Sambutan ..................................................................................................vii
Daftar Isi ............................................................................................................ix

Pembelajaran Dalam Jaringan dan Upaya Memutus Pandemi Covid-19


I Ketut Sudarsana..............................................................................................1

Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19


Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari ....................................................................11

Pola Pembelajaran IPA Siswa Sekolah Dasar di Era “Belajar di Rumah”


I Komang Wisnu Budi Wijaya, Astrid Krisdayanthi, Komang Yuli Andayani ..23

Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19


Komang Trisnadewi, Ni Made Muliani..........................................................35

Pentingnya Positive Parenting pada Anak Usia Dini dalam Menghadapi


Pandemi Covid-19
Ni Putu Sasmika Dewi .....................................................................................55

Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19


I Ketut Suparya .................................................................................................63

Transformasi Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi


Covid-19
I Gede Dharman Gunawan ..............................................................................79

Revitalisasi Learning From Home: Pendidikan di Masa Pandemik Covid-


19
Niluh Ari Kusumawati .....................................................................................87

Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga Selama


Pandemi Covid-19
I Putu Yoga Purandina .....................................................................................99
x COVID-19: Perspektif Pendidikan

Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta


Didik di Masa Pandemi covid-19
Ni Komang Sutriyanti ......................................................................................115

Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli


Lingkungan pada Anak Usia Dini
Ni Nyoman Sudiani ..........................................................................................129

Proses Pembelajaran Daring melalui Whatsapp pada Anak Usia Dini


untuk Mencegah Virus Covid-19
Ni Wayan Adnyani ...........................................................................................147

New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan


S. M. Fernanda Iragraha ...................................................................................159

Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah di


tengah Pandemi Covid-19
I Made Astra Winaya .......................................................................................173

Dimensi Pendidikan Pada Masa Pandemi (Tinjauan Aliran Filsafat


Rekonstruksionalisme)
Gede Agus Siswadi ..........................................................................................187

Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam


Belajar Dari Rumah Di Masa Pandemi Covid-19 (Perspektif Pendidikan
Agama Hindu)
I Made Putra Aryana ........................................................................................197
Pembelajaran Dalam Jaringan
dan Upaya Memutus Pandemi
Covid-19
I Ketut Sudarsana
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN
Virus Covid-19 saat ini telah ditetapkan oleh World Health Organization
(WHO) sebagai pandemi sejak tanggal 11 Maret 2020. Penetapan pandemi
virus covid-19 ini adalah yang pertama kalinya sejak tahun 2009. Jika dilihat
dari statistik penyebaran Covid-19 sangatlah mengkhawatirkan, di mana
menurut data persebaran yang dikutip dari website https://covid19.go.id/
terlihat telah menjangkiti 34 provinsi di Indonesia

Gambar 1. Peta Sebaran Kasus Per Provinsi


Sumber : https://covid19.go.id/ tanggal 1 Juni 2020
2 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Secara umum gejala umum yang dialami oleh orang yang terinfeksi yaitu
demam, sesak nafas dan batuk. Gejala lain yang dapat dialami oleh pasien
yang terinfeksi yaitu sakit tenggorokan, nyeri otot, adanya dahak, gangguan
pencernaan seperti diare, sakit perut, dan kehilangan fingsi indra pengecap dan
pencium. Sementara sebagian besar kasus pasien mengalami genjala ringan
namun pada gejala yang lebih serius berkembang menjadi kegagalan fungsi
beberapa organ dan pneumia.
Sampai tanggal 1 Juni 2020 belum ada Negara di dunia yang menyatakan telah
menemukan dan memproduksi massal vaksin untuk mencegah penyakit covid-
19. Adapun cara yang terbaik untuk mencegah penyakit pandemi virus covid-
19 yaitu menghindari penyebab penularan virus tersebut. Pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan telah merumuskan protocol kesehatan yang dapat
dilakukan dalam upaya mencegah perkembangan penyebaran covid-19, salah
satunya adalah social distancing dan physical distancing.
Berkaitan dengan karakteristik klinis, masa inkubasi COVID-19 adalah 1
sampai 14 hari, dan pada umumnya terjadi di hari ke tiga sampai hari ke tujuh.
Demam, kelelahan, dan batuk kering merupakan tanda-tanda umum infeksi
corona disertai dengan gejala seperti hidung tersumbat, pilek, dan diare pada
beberapa pasien. Karena beberapa pasien yang parah tidak mengalami
kesulitan bernapas yang jelas dan datang dengan hipoksemia, sehingga ada
perubahan dalam panduan ini menjadi Dalam kasus yang parah, dispnea dan
atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit,
dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom
gangguan pernapasan akut, syok sepsis, asidosis metabolik yang sulit
ditangani, dan perdarahan dan disfungsi koagulasi, dan lain-lain. Edisi ini
menekankan bahwa pasien dengan kondisi sakit ringan hanya mengalami
demam ringan, kelelahan ringan dan sebagainya, tetap tanpa manifestasi
pneumonia (Safrizal ZA, Putra, Sofyan & Bimo, 2020).
Upaya mencegah penyebaran semakin meluas mendapat respon cepat oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Edaran No 3 tahun
2020. Surat Edaran Sekjen Kemendikbud No 36603/A.A5/OT/2020 pada 15
Maret 2020. Adapun poin-poin penting yang tertera dalam surat edaran yaitu:
1). Menunda penyelenggaraan sebuah acara yang bersifat mengundang peserta
yang banyak atau bisa mengganti dengan video conference; 2). Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya, Pimpinan Tinggi Pratama, dan pimpinan unit lainnya
untuk bertanggung jawab atas pencegahan sekaligus penanganan Covid-19; 3).
Pimpinan dan pegawai diwajibkan untuk bekerja di rumah (work from home),
Pembelajaran Dalam Jaringan dan Upaya Memutus Pandemi Covid-19 3

tanpa mengurangi kinerja, tanpa mengurangi kehadiran dan tanpa mengurangi


tunjangan; 4). Pimpinan dan pegawai yang sedang tidak enak badan atau sakit
diwajibkan beristirahat di rumah; 5). Pegawai Kemendikbud yang
menggunakan transportasi publik akan di sediakan alat transportasi untuk
sarana datang ke kantor; 6). Pengola sistem persuratan adaan dokumentasi
elektronik harus menjaga sistem dengan baik agar dapat digunakan untuk
bekerja dari jarak jauh; 7). Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) untuk
berkoordinaai dengan Biro umum dan Pengadaan Barang dan Jasa, untuk
menyiapkan sarana dan prasarana serta tanda tangan elektronik melalui
SINDE, digital documents, video conference, dan lain-lain.
Kebijakan ini yang mulai diberlakukan dari tanggal 16 Maret 2020.
Menanggapi sudrat edaran tersebut banyak instansi pemerintah terutama
sekolah-sekolah memutuskan untuk melakukan pembelajaran dirumah.
Penghentian tatap muka atau belajar mengajar secara langsung bukan berarti
bahwa kegiatan belajar mengajar tidak dilakukan. Tidak bisa disangkal
pandemic Covid-19 telah mengguncang dunia pendidikan di Indonesia.
Semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini, sekolah
dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas / kejuruan, termasuk
perguruan tinggi mengambil kebijakan untuk belajar dari rumah. Dengan
mewabahnya virus korona ini pula yang menyebakan diberlakukannya
kebijakan Work From Home (WFH). Hingga akhirnya sekolah dan kampus
secara nasional melaksanakan pembelajaran daring. Kenyataan ini yang
menjadikan Pandemi Covid-19 berdampak serius terhadap sektor pendidikan
secara global (Khasanah, Lestari, Rahman, & Daniel, 2020).
Lebih lanjut Hasanah, Lestari, Rahman, & Daniel (2020) menyatakan bahwa
perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga yang terdampak dari penyebaran
covid-19 setelah lembaga pendidikan pada tingkat pra sekolah, tingkat dasar,
tingkat menengah pertama dan juga pada tingkat menengah atas. Semua
jenjang lembaga pendidikan di Indonesia mulai dari pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi atau universitas di bawah naungan Kemendikbud RI ataupun
yang berada di bawah naungan Kemenag RI merasakan dampak buruk yang
disebabkan pelajar ataupun mahasiswa diharuskan belajar daring dari rumah
yang dikarenakan diberhentikannya pembelajaran langsung tatap muka di
kelas untuk memutus mata rantai serta terpaparnya virus corona. Berbagai
upaya yang dilakukan oleh tenaga pendidik salah satu alternatifnya yaitu
menggunakan pembelajaran dalam jaringan (daring).
4 COVID-19: Perspektif Pendidikan

PEMBAHASAN
Kebijakan belajar dari rumah telah merubah pola belajar para siswa dan
mahasiswa. Hal ini tentu disecara langsung bisa berjalan dengan baik, karena
selama ini telah terbiasa belajar secara tatap muka. Menurut Husamah (2015)
secara umum, pembelajaran tatap muka memiliki berbagai kelebihan terhadap
pengajar maupun peserta didik, antara lain: 1. Disiplin formal yang diterapkan
pada pembelajaran tatap muka dapat membentuk disiplin mental; 2.
Memudahkan pemberian penguatan (reinforcement) dengan segera; 3.
Memudahkan proses penilaian oleh pengajar; 4. Menjadi wahana belajar
berinteraksi terhadap peserta didik. Kelebihan lainnya yaitu kemampuan
sosialisasi antara dosen/tutor dengan mahasiswa, maupun antar sesama teman.
Tidak hanya itu saja, dosen dapat mengamati secara langsung sikap dan
tingkah laku mahasiswa dalam menerima materi.
Walaupun terdapat berbagai kelebihan, namun pandemic Covid-19 ini
memaksa semua guru dan dosen harus melakukan aktivitas belajar mengajar
melalui pembelajaran dalam jaringan (Daring). Pembelajaran daring ini sendiri
membutuhkan kreativitas dan inovasi dari para pendidik, sehingga pembinaan,
transfer pengetahuan dan keterampilan dapat berjalan dengan baik. Semua
pendidik harus menguasai komunikasi dalam jaringan, yakni cara
berkomunikasi yang di mana cara penyampaian dan menerima pesan yang
dilakukan melalui jaringan internet. Dengan munculnya pandemik COVID-19
kegiatan belajar mengajar yang semula dilaksanakan di sekolah kini menjadi
belajar di rumah melalui daring. Pembelajaran daring dilakukan dengan
disesuaikan kemampuan masing-maisng sekolah. Belajar daring (online) dapat
menggunakan teknologi digital seperti google classroom, rumah belajar, zoom,
video converence, telepon atau live chat dan lainnya. Namun yang pasti harus
dilakukan adalah pemberian tugas melalui pemantauan pendampingan oleh
guru melalui whatsapp grup sehingga anak betul-betul belajar. Kemudian
guru-guru juga bekerja dari rumah dengan berkoordinasi dengan orang tua,
bisa melalui video call maupun foto kegiatan belajar anak dirumah untuk
memastikan adanya interaksi antara guru dengan orang tua (Dewi, 2020).
Menurut Setyosari (2015) pembelajaran daring memiliki potensi-potensi,
antara lain: kebermaknaan belajar, kemudahan mengakses, dan peningkatan
hasil belajar. Dalam konteks belajar secara online, mahasiswa dapat
berhubungan secara cepat dan langsung dengan teks, gambar, suara, data, dan
video dua arah, dengan bimbingan pengajar. Tutorial tatap muka diganti
Pembelajaran Dalam Jaringan dan Upaya Memutus Pandemi Covid-19 5

dengan perantara teknologi yang disebut tuweb diharapkan hasil belajar


mahasiswa menjadi bagus di tengah maraknya virus covid-19. Proses belajar
dan mengajar dengan bantuan teknologi, diharapkan menghasilkan prestasi
yang meningkat, karena tidak hanya penguasaan materi melainkan juga
menguasai teknologinya. Disatu sisi inovasi yang berbentuk metode dapat
berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai
alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan
pendidikan. Dengan demikian metode atau cara baru dalam melaksanakan
metode yang ada seperti dalam melakukan proses pembelajaran dapat menjadi
suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dan dukungan teknologi
informasi dalam suatu inovasi pembelajaran perlu diperhatikan karena dapat
digunakan untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri (Lahinta,
2012).
Menurut Syarifudin (2020), pembelajaaran daring dapat dijadikan solusi
pembelajaran jarak jauh ketika terjadi bencana alam. Seperti yang terjadi
ketika pemerintah menetapkan kebijakan social distancing. Social distancing
diterapkan oleh pemerintah dalam rangka membatasi interaksi manusia dan
menghindarkan masyarakat dari kerumunan agar terhindar dari penyebaran
virus COVID-19. Kebijakan ini menjadikan kegiatan belajar mengajar dalam
konteks tatap muka dihentikan sementara. Pemerintah mengganti
pembelajaran dengan system pembelajaran daring melalui aplikasi
pembelajaran daring yang sudah ada. Dengan adanya kebijakan ini menjadikan
pembelajaran daring yang sebelumnya masih tidak maksimal diterapkan
menjadi satu-satunya pilihan bentuk pembelajaran.
Dalam konteks ini pembelajaran daring menjadi pilihan dalam berkomunikasi
dan menyampaikan materi dan menerima tugas dari peserta didik. Dabbagh
(2007) menyatakan bahwa ciri-ciri siswa dalam aktivitas belajar online atau
daring yaitu, sebagai berikut:
1. Spirit Belajar :

Mahasiswa pada pembelajaran harus mempunyai semangat yang tinggi atau


kuat guna pembelajaran mandiri. Pada pembelajaran daring mahasiswa
sendirilah yang menentukan kriteria ketuntasan belajar dan pemahaman
materi. Mahasiswa dibebankan untuk mandiri serta pengetahuan ditemukan
sendiri. Kemandirian belajar mahasiswa menyebabkan perbedaan keberhasilan
yang berbeda-beda.
6 COVID-19: Perspektif Pendidikan

2. Literacy terhadap Teknologi

Disamping kemandirian terhadap belajar, pemahaman siswa tentang


pemakaian teknologi pada pembelajaran online merupakan keberhasilan dari
pembelajaran daring. Penguasaan serta pemahaman tentang teknologi yang
akan digunakan untuk pembelajaran daring merupakan hal yang harus
dilakukan siswa sebelum pembelajaran online. Alat yang sering digunakan
sebagai pembelajaran daring adalah laptop serta telpon pintar ataupun gadget
lainnya. Dengan perkembangan era 4.0 semakin banyak vitur-vitur atau
aplikasi yang digunakan sebagai sarana pembelajaran online.
3. Kemampuan Berkomunikasi Intrapersonal

Kemampuan interpersonal serta kemampuan berkomunikasi merupakan suatu


hal yang harus dikuasai mahasiswa agar berhasil dalam pembelajaran daring.
Kemampuan interpersonal dibutuhkan untuk terjalinnya interakssi serta
hubungan antar mahasiswa lainnya. Sebagai makhluk sosial tetap
membutuhkan interaksi dengan orang lain meskipun pembelajaran online
dilaksanakan secara mmandiri. Oleh sebab itu tetap harus dilatih kemampuan
interpersonal dan kemampuan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Berkolaborasi

Memahami dan memakai pembelajaran interaksi dan kolaborasi. Pembelajaran


daring dilaksanakan sendiri oleh mahasiswa, oleh sebab itu mahasiswa harus
bisa berinteraksi dengan mahasiswa lainnya ataupun dengan dosen pada forum
yang sudah disiapkan. Diperlukannnya interaksi tersebut terutama pada saat
mahasiswa mwngalami kesulitan memahami materi. Selain dari hal tersebut
mahasiswa perlu menjaga interaksi untuk melatih jiwa sosial mereka. Supaya
tidak terbentuk menjadi seorang yang sangat individualisme dan anti sosial
yang di karenakan pembelajaran daring. Dengan adanya pemmbelaaran daring
juga mahasiswa mampu memahami pembelajaran dengan kolaborasi.
Mahasiswa akan dilatih agar mampu berkolaborasi baik dengan lingkungan
sekitar atau dengan bermacam sistem yang mendukung pembelajaran daring.
5. Keterampilan untuk Belajar Mandiri

Kemampuan akan belajar mandiri merupakan karakteristik dari pembelajaran


daring. Dalam pembelajaran daring sangat diperlukan untuk terampil belajar
Pembelajaran Dalam Jaringan dan Upaya Memutus Pandemi Covid-19 7

secara mandiri. Karena pada saat proses belajar, mahasiswa akan mencari,
menemukan dan menyimpulkan yang telah dipelajari secara mandiri.
Dalam situasi pembelajaran daring ini pendidik dapat memanfaatkan salah satu
aplikasi dalam google yaitu google clasroom. Google classroom merupakan
kelas maya yang dibentuk menyerupai kelas fisik. Karakteristik layanan
google classroom yang terintegrasi dengan layanan google docs, google drive,
mudah dan bebas memudahkan pengguna-penggunanya dalam mendapatkan
manfaat layanan (Tipton dan Rich, 2015).
Perancangan penggunaan google classroom yang baik akan memenuhi
kebutuhan para peserta didik untuk mendapatkan proses yang lebih menarik,
memahami dan berlatih serta berinteraksi dengan materi yang disajikan.
Sehingga materi yang semula kaku dan hanya tulisan diam mampu diinteraksi
menjadi lebih menarik sebagi output dalam belajar yakni memperoleh ilmu.
Menurut Hidayat & Sudibyo (2018) google classroom memiliki beberapa
Keunggulanantara lani dlam dministrasi penilaian, kecepatan proses, paperless
dan banyak kemudahan lainnya yang menyebabkan banyak penyelenggara
pendidikan menggunakan layanan pendidikan tersebut. Fungsi yang
ditawarkan bagi tenaga pengajar layaknya kelas konvensional dari proses
mengajar (post), memberikan pertanyaan (create question), memberikan tugas
(create assignment), serta membuat pengumuman (make announcement) tidak
terbatas itu saja. Bahkan google classrom juga menyediakan layanan
multimedia (video streaming) sebagai contoh dalam membantu pemahaman
peserta didik.
Pemanfaatan google classroom dapat melalui multiplatform yakni melalui
komputer dan telepon genggam. Guru dan siswa dapat mengunjungi situs
https://classroom.google.com atau mengunduh aplikasi melalui playstore di
android atau app store di iOS dengan kata kunci google classroom.
Penggunaan LMS tersebut tanpa dipungut biaya, sehingga pemanfaatannya
dapat dilakukan sesuai kebutuhan (Wicaksono, & Rachmadyanti, 2017).

SIMPULAN
Menghadapi pandemi Covid-19 yang disertai kebijakan social distancing dan
physical distancing mengharuskan para pendidik dan peserta didik untuk
melaksanakan pembelajaran daring. Walaupun pembelajaran tatap muka
8 COVID-19: Perspektif Pendidikan

memiliki banyak kelebihan, para pendidik harus tetap memaksimalkan


pembelajaran daring sehingga proses belajar mengajar tetap terlaksana.
Banyak pendidik dan peserta didik mungkin mengalami ketidaknyamanan
dalam proses pembelajaran daring dengan berbagai sebab, seperti; ketiadaan
sarana dan prasarana, ketidakmampuan mengoperasikan perangkat maupun
situasi geografis daerah. Salah satu aplikasi yang cukup mudah dipergunakan
dan terkait dengan aplikasi google lainnya adalah google classroom. Dengan
berbagai keterbatasan, google classroom dapat menjadi jawaban atas
kebutuhan sarana dalam pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran yang tidak
memungkinkan untuk tatap muka.

DAFTAR PUSTAKA
Dabbagh, N. (2007). The online learner: Characteristics and pedagogical
implications. Contemporary Issues in Technology and Teacher
Education, 7(3), 217-226.
Dewi, W. A. F. (2020). Dampak COVID-19 terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. EDUKATIF: JURNAL ILMU
PENDIDIKAN, 2(1), 55-61.
Hasanah, A., Lestari, A. S., Rahman, A. Y., & Daniel, Y. I. (2020). Analisis
aktivitas belajar daring mahasiswa pada pandemi Covid-19.
http://digilib.uinsgd.ac.id/30565/

Hidayat, W., & Sudibyo, N. A. (2018). Implementasi Pembelajaran Interaktif


Elektronika Dasar Menggunakan Adobe Flash Cs6 Pada Kelas Semu
Dengan Google Classroom Berbasis Framework RAD. Jurnal Sains Dan
Edukasi Sains, 1(2), 17-24.
Husamah. (2015). Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta: Prestasi
Pustaka
Lahinta, A. (2012). Berbagai Model Inovasi Pembelajaran dengan dukungan
Teknologi Informasi. Prosiding APTEKINDO, 6(1), 9-16.
Safrizal ZA, Putra, D. I., Sofyan, S. & Bimo (2020). Pedoman Umum
Menghadapi Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah. Pencegahan,
Pembelajaran Dalam Jaringan dan Upaya Memutus Pandemi Covid-19 9

Pengendalian, Diagnosis dan Manajemen. Jakarta: Kementerian Dalam


Negeri
Setyosari, P. (2007). Pembelajaran Sistem Online: Tantangan dan Rangsangan.
Majalah Ilmiah Pembelajaran, 2, 1-10.
Syarifudin, A. S. (2020). Impelementasi Pembelajaran Daring Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan Sebagai Dampak Diterapkannya Social
Distancing. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Metalingua,
5(1), 31-34.
Tipton, T., & Rich, D. (2015). Toward a Teacher Friendly Classroom
Technology Implementation Framework: A Theory Building Process for
the Platform, Activities, Generate, Engage, & Real-World (PAGER)
Model June 15, 2015.
Wicaksono, V. D., & Rachmadyanti, P. (2017). Pembelajaran blended learning
melalui google classroom di sekolah dasar. Prosiding Seminar Nasional
dan Call for Papers Pendidikan 2017 (PGSD UMS & HDPGSDI
Wilayah Jawa)
10 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini di
Masa Pandemi Covid-19
Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang ditunjukkan kepada anak yang berusia 0 – 6 tahun untuk
membantu anak melewati tugas-tugas perkembangannya dan mempersiapkan
anak untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam dunia
pendidikan, termasuk PAUD terdapat tri pusat pendidikan yang berperan
penting dalam pelaksanaannya. Istilah tri pusat pendidikan ini dicetuskan oleh
tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara. Tri pusat pendidikan
tersebut adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat (Kurniawan, 2015). Ketiga
lingkungan tersebut saling bersinergi dalam memberikan rangsangan
pendidikan kepada anak usia dini.
Pandangan ekologis dalam perkembangan menekankan peranan sistem di
dalam keluarga maupun sistem di luar lingkungan keluarga yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak usia dini. Lingkungan rumah, sekolah, dan
lingkungan sekitar tempat tinggal anak masuk ke dalam sistem mikro dalam
pendekatan ekologis oleh Urie Bronfrenbrenner (Fiah, 2017). Anak akan
memperoleh banyak pengalaman selama berinteraksi dengan lingkungan di
luar dirinya tersebut.
Teori Ekologis tersebut juga sejalan dengan teori konstruktivisme sosial dari
Vygotsky yang menyatakan bahwa anak membangun kemampuan kognitifnya
melalui interaksi sosial. Melalui interaksi dan arahan dari orang tua maupun
teman sebaya, anak usia dini senantiasa menginternalisasikannya sehingga
pada akhirnya anak mampu memberikan arahan pada dirinya sendiri untuk
menyelesaikan tugas belajarnya. Schunk memberikan penekanan, bahwa
12 COVID-19: Perspektif Pendidikan

dimensi teori Vygotsky mengenai cultural-historis menghasilkan pemikiran


bahwa pembelajaran dan perkembangan tidak dapat dipisahkan dari
konteksnya. Cara anak sebagai pebelajar berinteraksi dengan dunia sekitarnya,
orang, objek, dan intuisi-intuisi di dalamnya mengubah cara berpikir anak
(Suci, 2018). Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa pentinganya
peranan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam perkembangan
anak usia dini. Interaksi yang terjadi anak selama berada pada tiga lingkungan
tersebut memberikan pengalaman dan kemampuan anak dalam memecahkan
masalah.
Wabah global yang terjadi sekarang ini yang dikenal dengan COVID-19
membawa berbagai perubahan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang
pendidikan khusunya PAUD. Dalam proses pendidikan anak usia dini selama
masa pandemi COVID-19 ini diarahkan pada kegiatan belajar (bermain) yang
dilakukan di rumah atau sekarang dikenal dengan istilah learning from home.
Hal tersebut sesuai dengan kebijakan yang diterapkan pemerintah yaitu
pembatasan aktivitas di luar rumah dan aktivitas lain yang melibatkan banyak
orang (social and physical distancing) untuk menekan penyebaran virus
COVID-19. Pembatasan aktivitas ini berimplikasi kepada perubahan pola
belajar anak usia dini yang sebelumnya juga dilakukan di sekolah dan
lingkungan sekitar tempat tinggal anak menjadi harus dilakukan di rumah saja.
Orang tua dan guru harus berada pada situasi new normal dalam memberikan
pendidikan kepada anak usia dini. Pada masa pandemi COVID-19 ini istilah
new normal pada bidang pendidikan mengacu pada kegiatan belajar mengajar
yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka secara langsung, yaitu antara
pendidik dan peserta didik hadir secara fisik di ruang kelas sekarang digantikan
dengan kegiatan pembelajaran melalui media elektronik (e-learning) (Syas,
2020) (Simanihuruk et al., 2019). New normal tersebut juga mengacu pada
perubahan mindset dan pola pembelajaran, baik dari sisi pendidik ataupun dari
segi anak sebagai pebelajar. Guru biasanya menjadi sumber belajar utama saat
kegiatan belajar berlangsung di ruang kelas, namun sekarang ini anak yang
harus lebih aktif mencari sumber belajar lain dalam memecahkan masalah
belajarnya. Anak juga dituntut untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab
dalam menyelesaikan tugas belajar yang diberikan.
Ketidaksiapan akan situasi yang terjadi tentu saja akan menimbulkan dampak
dan reaksi psikologis, baik pada diri orang tua, guru, bahkan anak sebagai
pebelajar. Namun demikan, situasi yang terjadi sekarang ini justru akan
menuntut keterlibatan orang tua secara lebih maksimal dan melakukan
Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19 13

komunikasi yang lebih intens dengan guru dalam melaporkan perkembangan


anaknya. Dapat dikatakan pula bahwa situasi pandemi COVID-19 ini
mengembalikan hakikat pendidikan anak dalam keluarga.

PEMBAHASAN
Sekarang ini seluruh dunia, termasuk Indonesia sedang terkena wabah yang
dikenal dengan COVID-19. COVID-19 merupakan singkatan dari corona
virus disease yang ditemukan pada tahun 2019. COVID-19 termasuk dalam
jenis penyakit infeksi menular yang mengifeksi paru-paru para penderitanya
yang disebabkan oleh novel coronavirus (virus corona) jenis baru. Virus
corona yang sekarang ini sedang mewabah memiliki nama resmi Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus tersebut pertama
kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Kota Wuhan, China (Kumparan,
2020).
Di Indonesia, kasus pertama pasien pengidap COVID-19 diumumkan
langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020. Jumlah
pasien yang terjangkit virus corona tersebut sebanyak dua orang yang
merupakan orang warga negara Indonesia yang berdomisili di Depok (Nuraini,
2020). Sejak saat itu, jumlah pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19
terus mengalami penambahan. Sampai sekarang ini, pertanggal 21 Mei 2020,
peta sebaran COVID-19 secara nasional menunjukkan jumlah kasus pasien
terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 20.162 orang, dalam
perawatan/isolasi mandiri sebanyak 14.046 orang, pasien yang sembuh
sebanyak 4.838 dan pasien yang meninggal sebanyak 1.278 orang (COVID-
19, 2020).
Melihat semakin banyaknya pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19,
pada tanggal 17 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengeluarkan surat edaran (SE) No. 36962/MPK.A/HK/2020
tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka
Pencegahan Corona Virus Desease (COVID-19). Dalam SE Mendikbud
tersebut terdapat poin mengenai pola pembelajaran bagi daerah yang terkena
dampak COVID-19, yaitu memberlakukan pembelajaran secara daring dari
rumah bagi siswa dan mahasiswa; pegawai, guru, dan dosen melakukan
aktivitas bekerja, mengajar atau memberi kuliah dari rumah (Bekerja Dari
14 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Rumah/BDR) melalui video conference, digital documents, dan sarana daring


lainnya (Kemdikbud, 2020b).
SE Mendikbud tersebut mengalami beberapa perubahan sesuai dengan situasi
pandemi COVID-19 dan sampai sekang ini masih tetap diberlakukan
kebijakan belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Hamid Muhammad selaku
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) mengungkapkan bahwa
tenaga pendidik perlu melakukan inovasi pembelajaran sesuai dengan kondisi
masing-masing daerah. Permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran daring
adalah tidak semua daerah memiliki jangkauan akses internet, listrik, bahkan
saluran televisi yang memadai. Kemdikbud mengeluarkan empat kebijakan
pembelajaran selama pandemi COVID-19, yaitu: 1) mendorong pembelajaran
secara daring, baik interaktif maupun non-interaktif, 2) memberikan
pendidikan kecakapan hidup yang kontekstual dan sesuai dengan kondisi anak,
utamanya mengenai pengertian dan karakteristik, serta cara pencegahan agar
tidak terjangkit COVID-19, 3) pembelajaran di rumah disesuaikan dengan
minat dan kondisi anak, dan 4) penilaian terhadap tugas anak tidak harus
dilakukan secara berkesinambungan dan berjalan seperti biasanya, namun
lebih bersifat kualitatif dan dapat memberikan motivasi pada anak (Sapitri,
2020). Keempat kebijakan pembelajaran selama pandemi COVID-19 tersebut
juga menjadi acuan bagi pendidik PAUD dalam melakukan proses
pembelajaran kepada anak usia dini.
Kebijakan mengenai belajar di rumah tersebut tidak hanya menuntut inovasi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, tetapi juga menuntut
dimaksimalkannya kembali peran orang tua dalam mengasuh, mendampingi
dan memfasilitasi anak dalam belajar. Pengasuhan, pendampingan dan peran
orang tua sebagai pendidik sekarang ini memiliki pengaruh yang besar
terhadap perkembangan anak usia dini. Peran tersebut sering disebut dengan
pendidikan anak dalam keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga
inilah anak mendapatkan pendidikan yang pertama dan utama. Tugas utama
keluarga adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan moral-agama dan
karakter anak. Menurut Zuhairini, dkk. lingkungan keluarga menjadi tempat
meletakkan dasar-dasar kepribadian bagi anak usia dini. Pada usia inilah anak
sangat peka terhadap pengaruh dari lingkungan sekitarnya (Baharun, 2016).
Interaksi yang intens, mendalam dan bermakna antara anak dan orang dewasa
yang memiliki hubungan khusus dengan anak akan memberikan pengaruh
Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19 15

positif yang signifikan bagi tumbuh kembang anak. Jika dihubungkan dengan
perkembangan otak, interaksi yang terjadi dapat merangsang pertumbuan otak
secara posif. Leaf, dalam penelitiannya menjelaskan bahwa jika mendapat
perlakuan positif, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang positif,
demikian juga sebaliknya (Putra, Nusa; Dwilestari, 2012).
Dilihat dari definisi fungsional, keluarga didefinisikan berdasarkan penekanan
pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial (Lestari, 2018).
Fungsi-fungsi yang dimaksud mencakup perawatan, sosialisasi pada anak,
dukungan emosi dan materi, serta pemenuhan peran-peran tertentu termasuk
peran sebagai pendidik. Definisi keluarga secara fungsional tersebut
memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga. Dalam konteks
pendidikan, keluaga memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam
memberikan pondasi dalam mempersiapkan anak berinteraksi dangan dunia
luar. Menurut Thomson, anak-anak menjalani proses tumbuh dan berkembang
dalam suatu lingkungan dan hubungan (Lestari, 2018). Pengalaman anak
selama sepanjang waktu bersama dengan orang-orang terdekatnya, serta
berbagai karakteristik dan kecenderungan yang mulai dipahami oleh anak
merupakan hal pokok yang memengaruhi konsep dan kepribadian sosial anak.
Keluarga menjadi tempat yang paling penting bagi perkembangan anak secara
fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Keluarga menjadi sumber bagi anak dalam
mendapatkan kasih sayang, perlindungan, dan identitas diri. Dilihat dari
perspektif perkembangan, fungsi paling penting dari keluarga adalah
melakukan perawatan dan sosialisasi pada anak (Lestari, 2018). Sosialisasi
menjadi salah satu bagian dari proses anak dalam memperoleh keyakinan,
nilai-nilai dan perilaku yang dianggap perlu dan pantas oleh orang dewasa
dalam keluarga, terutama oleh orang tua. Selain keluarga, sekolah dan
masyarakat juga melakukan peran sosialisasi bagi anak usia dini. Namun
demikian, keluarga merupakan tempat utama anak menjalani kehidupannya,
demikian juga halnya sebagai tempat utama dalam memperoleh pendidikan
bagi anak usia dini.
Lipton dalam bukunya yang berjudul “Rahasia Pikiran Tanpa Batas”,
menegaskan, orang tua memiliki peran besar dalam tumbuh kembang anak
(Putra, Nusa; Dwilestari, 2012). Berdasarkan beberapa uraian di atas, peran
penting keluarga, utamanya orang tua sekarang ini diharapkan lebih
dimaksimalkan kembali. Anak usia dini yang seharusnya bersosialisasi dan
berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya harus dipaksa hanya
berada pada lingkungan keluarga pada masa pandemi COVID-19 sekarang ini.
16 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga di masa pandemi COVID-19 ini,


orang tua harus berupaya menerapkan pengasuhan yang positif dalam
mendampingi anak belajar di rumah. New normal yang terjadi dari berbagai
bidang, termasuk pendidikan dan ketidaksiapan akan perubahan berdampak
pada psikologis anak. Hasil survei mengenai proses belajar dari rumah yang
dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (KPPPA) terhadap 717 anak dari 29 provinsi yang disebarkan oleh
Forum Anak Nasional (FAN) melalui pesan berantai aplikasi whatsapp
menunjukkan bahwa 58% anak merasakan proses belajar dari rumah tidak
menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan anak kesulitan berinteraksi dengan
teman sebayanya. Selain itu, 38% anak juga menyatakan bila sekolah belum
memiliki program yang baik dalam penerapan belajar di rumah (Ashari, 2020).
Data tersebut menunjukkan bahwa situasi yang tidak normal sekarang ini
membawa dampak tidak hanya pada perubahan pola pembelajaran, tetapi juga
berdampak pada psikologis anak sebagai pebelajar.
Pengasuhan positif (positive parenting) merupakan pengasuhan yang
berlandaskan pada kasih sayang, saling menghargai, membangun hubungan
yang hangat antara anak dan orang tua dalam membantu anak melewati tugas-
tugas perkembangan. Pengasuhan positif menggunakan pendekatan yang
mengedepankan penghargaan, pemenuhan dan perlindungan anak (Sutanto,
2019). Salah satu hal yang dinilai penting dalam pengasuhan positif adalah
penyediaan lingkungan yang baik dan tepat bagi anak. Lingkungan dimaksud
dalam hal ini adalah lingkungan yang ramah anak, yaitu lingkungan yang
menunjang tahapan perkembangan anak. Penyediaan lingkungan yang tepat
yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan akan membantu anak
berkembang dengan optimal.
Pada masa belajar dari rumah seperti sekarang ini, pengasuhan positif,
penyediaan lingkungan belajar yang memadai, dan sumber belajar yang
relevan akan sangat membantu anak usia dini dalam menjalani masa transisi
menuju new normal. Orangtua menjadi salah satu pihak yang bertanggung
jawab dalam keberlangsungan pendidikan anak usia dini di masa pandemi
COVID-19 sekarang ini. Orangtua dalam menjalankan perannya dalam
pendidikan harus terus-menerus mendorong, membimbing, memotivasi dan
memfasilitasi demi tercapainya tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu anak
dapat berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.
Agar anak usia dini dapat belajar atau bermain dengan baik, komunikasi orang
tua dan guru harus berjalan dengan baik. Kebijakan pemerintah tentang belajar
Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19 17

dari rumah tidak serta-merta membuat guru melepaskan tugasnya dalam


memberikan pendidikan kepada anak usia dini. Justru hal tersebut menuntut
guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam melakukan pembelajaran
jarak jauh dan tetap menilai perkembangan anak berdasarkan laporan kegiatan
dari para orang tua. Melihat hal tersebut, orang tua dan guru tentu saja harus
menjalin komunikasi yang efektif baik dalam menyepakati kegiatan anak
maupun assessment yang dilakukan.
Orang tua dan guru perlu menyepakati bagaimana menciptakan pembelajaran
yang bermakna untuk anak usia dini. Dalam PAUD, tidak diterapkan istilah
pemberian penugasan kepada anak usia dini. Abdoellah selaku Plt. Direktur
Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini,
mengatakan bahwa masa belajar di rumah bagi anak usia dini adalah saat anak
bermain dan menghabiskan waktu dengan orang tuanya (Puspita, 2020). Anak
seharusnya melakukan kegiatan bermain yang menyenangkan dan tidak
terbebani dengan penyelesaian tugas.
Pembelajaran anak usia dini harus terjadi dalam suasana penuh kebebasan,
nyaman, menyenangkan dan dipenuhi rasa aman. Kebebasan yang dimaksud
tidak ditekankan pada kebebasan dari tanggung jawab, melainkan kebebasan
dalam menyelesaikan masalah, cara belajar, dan menciptakan sesuatu. Suasana
belajar yang menyenangkan akan membantu anak menerima informasi dengan
baik dan menempatkannya pada memori jangka panjang. De Potter &
Hernacki menjelaskan bahwa, suasana menyenangkan merupakan keharusan
agar pembelajaran menjadi efektif (Putra, Nusa; Dwilestari, 2012). Suasana
menyenangkan akan menimbulkan kegembiraan yang merupakan syarat yang
dipenuhi dalam pembelajaran yang berhasil. Suasana menyenangkan dalam
proses pembelajaran dapat diwujudkan apabila ada rasa aman dari dalam diri
pebelajar.
Selama anak melakukan kegiatan bermain di rumah, orang tua berperan
sebagai pendamping, fasilitator, motivator dan melaporkan kegiatan yang
dilakukan anak kepada guru sebagai bagian dari assessment perkembangan
anak. Guru yang menerima laporan kegiatan anak selanjutnya akan
menganalisis dan mencatat setiap aspek perkembangan anak. Dengan
demikian terjalin sinergisitas positif antara guru dan orang tua. Guru tidak
membawa kurikulum baku yang ada di sekolah ke rumah. Orang tua dapat
berkreativitas menerapkan pembelajaran yang menyenangkan, sesuai dengan
situasi dan kebutuhan anak.
18 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Selanjutnya, peran guru PAUD pada masa anak belajar dari rumah seperti
sekarang ini lebih mengarah kepada konsultan. Ketua Umum Pengurus Pusat
IGTKI-PGRI, Farida Yusuf dalam kegiatan seminar online nasional dengan
tema “Merancang Pembelajaran Efektif PAUD Pada Masa dan Pasca Pandemi
COVID-19” tanggal 18 Mei 2020 menyampaikan bahwa guru memiliki peran
sebagai konsultan yang membantu orang tua menjelaskan pentingnya bermain
untuk anak dirumah dan membantu orang tua mencari aktivitas menggunakan
bahan-bahan sederhana yang ada di rumah (Yusuf, 2020). Orang tua dan guru
harus berupaya menciptakan kegiatan yang kreatif dan mengarahkan anak usia
dini agar berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya.
Menurut Evita Adnan, dalam mengoptimalkan pembelajaran anak usia dini
pada masa pandemi COVID-19 ini ada 10 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Menjaga keamanan dan kenyaman lingkungan belajar anak, yaitu
dengan memperhatikan keamanan alat bermain, keterampilan
penanganan keadaan darurat, dan menciptakan rasa aman.
2. Menjaga kesehatan lingkungan belajar, yaitu mendorong anak hidup
bersih dan sehat, mengenali ciri-ciri anak yang sakit, dan menjaga
kesehatan mental/emosi anak.
3. Menciptakan lingkungan belajar yang sehat mental, yaitu dengan
menata ruang belajar, penyediaan media bermain yang memadai,
mengelola aktivitas belajar dengan tingkat stress yang rendah.
4. Mengembangkan keterampilan fisik, yaitu dengan memberikan
peralatan yang memadai untuk mengembangkan motorik kasar dan
motorik halus, memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat
dalam aktivitas yang kreatif (gerak, musik, dan yang lainnya).
5. Mengembangkan keterampilan komunikasi, yaitu dapat dilakukan
dengan membacakan buku dan cerita (dalam pengembangan
keterampilan mendengar dan berbicara) dan berbagai aktivitas lain
yang mendukung pengembangan keterampilan membaca dan
menulis.
6. Mengembangkan keterampilan kreatif, yaitu dengan memberikan
kesempatan dan kebebasan kepada anak untuk berfantasi dan
menuangkan imajinasinya.
Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19 19

7. Membangun konsep diri yang positif, yaitu dengan menerima diri


anak sebagai individu yang berharga, menghargai perbedaan dan
membantu anak menghargai sesama, dan membantu anak untuk
memiliki pengalaman yang berharga.
8. Mengembangkan keterampilan kognitif, yaitu dengan
mengembangkan rasa ingin tahu tentang alam sekitar melalui panca
inderanya, membuat dan mengklasifikasi konsep-konsep dasar.
9. Meningkatkan keterampilan sosial, yaitu dengan membantu anak
bekerja sama melalui sharing, tidak mengganggu teman (melalui
permainan drama), dan belajar berteman.
10. Memberikan bimbingan, yaitu dengan mencegah, mengontrol, dan
mengurangi perilaku yang kurang pantas (Adnan, 2020).

Selama berlangsungnya belajar dari rumah, guru maupun orang tua dapat
memanfaatkan berbagai sumber belajar yang menunjang aktivitas belajar anak
usia dini. Benda-benda yang ada di lingkungan rumah dapat dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran anak usia dini. Anak dapat membangun dan
mengembangkan pembelajaran sesuai dengan minatnya sendiri dari barang-
barang yang ada di sekitar rumah. Pembelajaran tersebut sesuai dengan model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Regio Emilia. Dalam prosesnya,
pembelajaran model Regio Emilia ditujukan untuk membantu anak-anak
belajar dengan membangun konstruksi pembelajaran mereka sendiri. Anak-
anak dapat belajar sesuai dengan tingkatan usianya yang dilakukan dengan
cara berpikir yang ekspresif, komunikatif, dan ilmiah (Yus, 2012).
Pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengembangkan imajinasinya akan memberikan kesenangan dan bermakna
bagi anak.
Selain itu, orang tua juga dapat memanfaatkan teknologi yang dimiliki secara
tepat guna sesuai dengan kebutuhan anak. Kemendikbud telah menyiapkan
sejumlah dukungan untuk memperlancar proses belajar secara daring. Salah
satu dukungan yang dimaksud adalah dengan mengembangkan aplikasi
pembelajaran jarak jauh berbasis android, yang disebut dengan "Portal Rumah
Belajar". “Portal Rumah Belajar, merupakan portal pembelajaran yang
menyediakan bahan belajar serta fasilitas komunikasi yang mendukung
interaksi antar komunitas. Rumah Belajar merupakan bentuk inovasi
pembelajaran di era industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru
20 COVID-19: Perspektif Pendidikan

mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai dengan Sekolah
Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat (Kemdikbud, 2020a).
Dengan adanya berbagai media dan sumber belajar sekarang ini, orang tua dan
guru dapat bekerja sama dalam menciptakan kegiatan yang menyenangkan
dan bermanfaat bagi perkembangan anak selama pandemi COVID-19 ini.

SIMPULAN
Pandemi COVID-19 yang sekarang ini mewabah dunia, termasuk Indonesia
menyebabkan terjadinya situasi new normal. Situasi new normal yang terjadi
tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga mencakup dunia pendidikan
termasuk pendidikan anak usia dini. Adanya kebijakan dari pemerintah dengan
menerapkan belajar, bekerja, dan beribadah sebagai bentuk penanggulangan
penyebaran virus corona menyebabkan pola pembelajaran berubah dari belajar
di sekolah menjadi belajar dari rumah.
Kegiatan belajar dari rumah bagi dunia PAUD dapat menjadi titik balik
digalakkannya kembali peran keluarga dalam memberikan pondasi penanaman
nilai dan karakter bagi anak usia dini. Keluarga, utamanya orang tua
memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak karena
orang tualah yang paling banyak berinteraksi dengan anak. Dari sisi
perkembangan, orang tua berperan sebagai pengasuh, perawat dan penyedia
kebutuhan anak yang berkaitan dengan pendidikan.
Pendidikan anak usia dini di masa pandemi COVID-19 ini memerlukan
dukungan dan kerjasama antara guru dan orang tua anak. Guru dapat menjadi
konsultan bagi orang tua dan mengarahkan bagaimana menciptakan kegiatan
belajar yang kreatif di rumah serta memantau perkembangan anak melalui
orang tua. Orang tua, sebagai pendidik utama anak selama belajar dari rumah,
harus menyediakan waktu, lingkungan belajar yang menyenangkan, dan
sumber belajar yang beragam agar anak tetap dapat mengembangkan
kemampuannya dan mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19 21

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, E. (2020). Mempersiapkan Pembelajaran yang Bermakna Bagi Anak
Usia Dini Dalam dan Pasca Pandemi. Jakarta.
Ashari, M. (2020). Survey Kementerian PPPA : 58 Persen Anak Merasakan
Belajar dari Rumah Tidak Menyenangkan. Retrieved from
https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-01366719/survey-
kementerian-pppa-58-persen-anak-merasakan-belajar-dari-rumah-tidak-
menyenangkan
Baharun, H. (2016). Pendidikan Anak dalam Keluarga; Telaah Epistemologis.
Jurnal Pedidikan.
COVID-19, G. T. P. P. (2020). Peta Sebaran. Retrieved from
https://covid19.go.id/peta-sebaran
Fiah, R. El. (2017). Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kemdikbud. (2020a). Rumah Belajar. Retrieved from
https://belajar.kemdikbud.go.id/
Kemdikbud. (2020b). SE Mendikbud: Pembelajaran secara Daring dan
Bekerja dari Rumah untuk Mencegah Penyebaran Covid-19. Retrieved
from https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-
pembelajaran-secara-daring-dan-bekerja-dari-rumah-untuk-mencegah-
penyebaran-covid19
Kumparan. (2020). Apa Itu COVID-19? Corona atau COVID-19 sih?
Retrieved from https://kumparan.com/kumparannews/apa-itu-covid-19-
corona-atau-covid-19-sih-1tDAiVp9tep/full
Kurniawan, M. I. (2015). Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan
Karakter Anak Sekolah Dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 4(1),
41. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v4i1.71
Lestari, S. (2018). Psikologi Keluarga. Jakarta: Prenamedia Grup.
Nuraini, R. (2020). Kasus Covid-19 Pertama, Masyarakat Jangan Panik.
Retrieved from https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-
angka/ekonomi/kasus-covid-19-pertama-masyarakat-jangan-panik
22 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Puspita, R. (2020). Kemendikbud: Jangan Ada Tugas ke Anak PAUD Selama


Pandemi. Retrieved from
https://republika.co.id/berita/q82y7w428/kemendikbud-jangan-ada-tugas-
ke-anak-paud-selama-pandemi
Putra, Nusa; Dwilestari, N. (2012). Penelitian Kualitatif PAUD. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sapitri, E. (2020). Paud Dikdasmen Sebut Ada 4 Kebijakan Pembelajaran
Selama Pandemi COVID-19. Retrieved from https://www.pikiran-
rakyat.com/nasional/pr-01375412/paud-dikdasmen-sebut-ada-4-
kebijakan-pembelajaran-selama-pandemi-covid-19
Simanihuruk, L. et al. (2019) E-Learning: Implementasi, Strategi dan
Inovasinya. Yayasan Kita Menulis.
Suci, Y. T. (2018). Menelaah Teori Vygotsky Dan Interdepedensi Sosial
Sebagai Landasan Teori Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Di
Sekolah Dasar. NATURALISTIC : Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan
Dan Pembelajaran, 3(1), 231–239.
https://doi.org/10.35568/naturalistic.v3i1.269
Sutanto, A. V. & A. A. (2019). Positive Parenting Membangun Karakter
Positif Anak. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Syas, M. O. (2020). New Normal Pembelajaran Pascapandemi Covid-19.
Retrieved from https://bunghatta.ac.id/artikel-336-new-normal-
pembelajaran-pascapandemi-covid-19.html
Yus, A. (2012). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Yusuf, F. (2020). Merancang Pembelajaran Kreatif Di Mada Pandemi
COVID-19. Jakarta.
Pola Pembelajaran IPA Siswa
Sekolah Dasar di Era “Belajar
di Rumah”
I Komang Wisnu Budi Wijaya1, Astrid Krisdayanthi2,
Komang Yuli Andayani3
12
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa
Denpasar
3
Sekolah Dasar Negeri No.7 Dalung Badung

PENDAHULUAN
Pada akhir tahun 2019, masyarakat di seluruh dunia dihebohkan dengan
kehadiran virus yang dikenal dengan Corona Virus Infection Disease-19
(Covid-19) atau virus Corona. Virus yang diduga berasal dari kota Wuhan itu
kini telah menyebar hampir ke seluruh dunia (Yuliana, 2020). Dilansir dari
situs kawalcovid19.id, hingga tanggal 9 Mei 2020 jumlah penderita Covid-19
di Indonesia telah mencapai angka 13.645 jiwa dan 959 orang di antaranya
meninggal dunia. Tingginya jumlah penderita Covid-19 di Indonesia dan dunia
membuat WHO menyatakan penyakit Covid-19 sebagai sebuah pandemik.
Virus Covid-19 dapat menular dari manusia ke manusia. Penularan tersebut
terjadi melalui percikan air (droples) yang berasal dari mulut atau saluran
pernapasan penderita ketika melakukan interaksi jarak dekat atau kontak fisik
dengan individu lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah telah
melakukan berbagai langkah untuk mencegah penularan virus Covid-19.
Kebijakan yang dilakukan misalnya menghimbau masyarakat melakukan
24 COVID-19: Perspektif Pendidikan

physical distancing, menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS),


mengurangi bepergian dan mencegah kerumunan. Instansi pemerintah dan
swasta dihimbau untuk menerapkan konsep work from home (bekerja dari
rumah).
Lembaga pendidikan formal yaitu sekolah juga melakukan adaptasi dengan
kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah. Sekolah menerapkan sistem
“Belajar di Rumah”. “Belajar di Rumah” adalah konsep kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, orang tua dan siswa yang tidak dilakukan di sekolah
melainkan di rumah masing-masing dengan memanfaatkan fasilitas pada dunia
maya sebagai media untuk melakukan interaksi. Sistem “Belajar di Rumah”
dilaksanakan mulai dari jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan
menengah hingga pendidikan tinggi. Untuk jenjang sekolah dasar, konsep
“Belajar di Rumah” umumnya dilakukan oleh guru dengan metode ceramah
dan diskusi melalui situs penyedia teleconference, website penyedia
pembelajaran dalam jaringan (daring) dan media sosial serta diakhiri dengan
penugasan yang proses pengumuman dan pengumpulannya dilakukan melalui
media sosial dan surat elektronik.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran di sekolah
dasar. Pada jenjang pendidikan di sekolah dasar, mata pelajaran IPA
menggunakan sistem terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya yang disebut
dengan pembelajaran tematik. Konsep IPA mulai masuk di pembelajaran
tematik pada kelas IV sampai kelas VI. Alokasi waktu pembelajaran IPA di
masing-masing kelas tersebut adalah sebanyak 3 jam pelajaran/minggu (I. K.
Wi. B. Wijaya, 2018). Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah (1)
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2)
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat, (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) Meningkatkan
kesadaran untuk berparan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs (Tias, 2017).
Pola Pembelajaran IPA Siswa Sekolah Dasar di Era “Belajar di Rumah” 25

Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar umumnya dilakukan guru di


sekolah atau ruang kelas. Namun, mengingat kondisi seperti sekarang ini serta
adanya kebijakan “Belajar di Rumah”, tentunya harus ada penyesuaian pola
belajar IPA bagi guru dan siswa SD. Dalam tulisan ini akan dipaparkan
tentang pola pembelajaran IPA di era “Belajar di Rumah”.

PEMBAHASAN

A. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan
konsep, prinsip, hukum, danteori yang dibentuk melalui proses kreatif yang
sistematis melalui inkuiri yang dilanjutkan dengan proses observasi (empiris)
secara terus-menerus; merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi
mental, keterampilan, dan strategi memanipulasi dan menghitung, yang dapat
diuji kembali kebenarannya yang dilandasi dengan sikap keingintahuan
(curiousity), keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan
oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta (Indrawati, 2016). Pada
hakekatnya, IPA dapat dipandang sebagai proses dan produk. IPA sebagai
produk berupa kumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta, asas, konsep,
prinsip, teori dan hukum. IPA sebagai proses adalah terdiri dari keterampilan
proses sains yang merupakan kumpulan keterampilan yang digunakan oleh
ilmuwan untuk menemukan, menyanggah, menyempurnakan atau membantah
produk-produk IPA yang telah ada sebelumnya.
Berdasarkan pada definisi dan hakekat IPA, maka proses pembelajaran IPA
hendaknya menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan konsep dan
pendekatan keterampilan proses sains. Pendekatan konsep adalah pendekatan
yang mendorong siswa untuk menemukan dan memahami produk IPA secara
utuh melalui proses kognitif (Susiwi, 2007). Konsep merupakan gagasan atau
ide yang diperoleh dari pengalaman relevan. Konsep yang saling bertautan dan
dapat digeneralisasi akan menghasilkan prinsip. Generalisasi dari prinsip-
prinsip akan membentuk sebuah teori. Teori yang telah terbukti kebenarannya
melalui proses percobaan akan menjadi sebuah hukum (Mariana, 2009).
Pendekatan keterampilan proses sains adalah pendekatan pembelajaran
didasarkan pada anggapan bahwa IPA itu terbentuk dan berkembang akibat
diterapkannya suatu proses, yang dikenal dengan metode ilmiah, dengan
menerapkan keterampilan-keterampilan proses sains, yaitu mulai dari
26 COVID-19: Perspektif Pendidikan

menemukan masalah hingga mengambil keputusan (Susiwi, 2007). Semiawan


(1985) menyatakan bahwa alasan-alasan yang melandasi perlunya diterapkan
pendekatan keterampilan proses IPA dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung cepat sehingga tak
mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
Jika guru bersikap mau mengajarkan fakta dan konsep kepada siswa dari
berbagai bidang ilmu, maka sudah jelas target tersebut tidak akan tercapai.
Kedua, para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-
contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi, dengan mempraktikkan sendiri upaya penemuan konsep
melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik melalui penanganan benda-benda
yang benar-benar nyata. Perkembangan pikiran (kognitif) anak sesungguhnya
dilandasi oleh gerakan dan perbuatan.
Ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar 100 persen,
penemuannya bersifat relatif. Semua konsep yang ditemukan melalui
penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan
dan diperbaiki. Jika kita hendak menanamkan sikap ilmiah yang demikian
dalam diri anak, maka cara menuangkan informasi sebanyak-banyaknya ke
dalam otak anak tidaklah sesuai dengan maksud pendidikan. Anak perlu dilatih
untuk selalu bertanya, berpikir kritis dan mengusahakan kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah. Dengan kata lain, anak perlu dibina berpikir
dan bertindak secara kreatif. Yang penting bukanlah memberikan “ikan”
kepada anak untuk dimakan sebanyak-banyaknya, melainkan bagaimana
memberikan cara menangkap ikan untuk bisa makan.
Keempat, dalam proses belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep
tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. Jika
yang ditekankan pengembangan konsep tanpa memadukannya dengan
pengembangan sikap dan nilai, akibatnya adalah “intelektualisme yang
gersang” dan tanpa humanism (Suastra, 2008). Funk membagi keterampilan
proses sains menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat dasar
(basic science process skill) dan keterampilan proses terpadu (integrated
science process skill). Keterampilan proses tingkat dasar meliputi : observasi,
klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi dan inferensi. Sedangkan
keterampilan proses terpadu meliputi menentukan variabel, menyusun tabel
data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data,
Pola Pembelajaran IPA Siswa Sekolah Dasar di Era “Belajar di Rumah” 27

menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara


operasional, merencanakan penyelidikan dan melakukan eksperimen (Trianto,
2010).
Pembelajaran IPA memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, kita
tidak dapat lepas dari pengaruh perkembangan dan produk IPA berupa
teknologi yang semakin luar biasa. Dunia yang kita diami ini, akan senantiasa
terus dipenuhi dengan produk IPA yang membuat setiap orang membutuhkan
pengetahuan dan cara berpikir ilmiah tentang IPA (Zubaidah, 2011). Dengan
demikian, pemerintah telah merancang kurikulum dengan mencantumkan
mata pelajaran IPA pada kurikulum sekolah dasar dengan sistem tematik.
Pemetaan materi pelajaran IPA di sekolah dasar dapat dilihat pada Tabel 1
berikut
Tabel 1. Pemetaan Materi Pelajaran IPA di Sekolah Dasar

No Kelas Materi

1 IV 1. Makhluk Hidup
2. Gaya dan Gerak
3. Energi
4. Bunyi
5. Cahaya
6. Sumber Daya Alam

2 V 1. Rangka Manusia
2. Tumbuhan
3. Organ Tubuh Manusia dan Hewan
4. Keseimbangan Lingkungan
5. Listrik dan Magnet
6. Siklus Air
7. Rantai Makanan dan Ekosistem
8. Sistem Pernafasan Manusia dan Hewan

3 VI 1. Energi Listrik
2. Tata Surya
3. Rotasi dan Revolusi Bumi
4. Campuran dan Larutan
5. Suhu dan Perubahan Wujud
6. Perkembangbiakan Makhluk Hidup
28 COVID-19: Perspektif Pendidikan

7. Adaptasi Makhluk Hidup

(Sumber : Wijaya, 2018)

B. Pembelajaran IPA dalam konsep


“Belajar di Rumah”
Adanya pandemik Covid-19 telah memunculkan konsep “Belajar di Rumah”.
Oleh karena itu, proses pembelajaran tak terkecuali pembelajaran IPA tentunya
harus menyesuaikan diri dengan konsep “Belajar di Rumah”. Pembelajaran
IPA untuk anak sekolah dasar tetap harus mengutamakan penanaman konsep
dan pengembangan keterampilan proses sains, meskipun kegiatan
pembelajarannya dilakukan di rumah. Berikut adalah pola pembelajaran IPA
bagi siswa sekolah dasar dalam konsep “Belajar di Rumah” :

1. Menggunakan Multimedia Interaktif


Perkembangan teknologi informasi yang pesat berpengaruh pada
perkembangan media pembelajaran yang makin canggih. Bahkan, media
pembelajaran tersebut mampu membantu guru melaksanakan proses
pembelajaran tanpa tatap muka di kelas. Multimedia pembelajaran interaktif
didefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai media yang menyajikan pesan
pembelajaran tertentu (Warsita, 2008). Jenis-jenis penggunaan multimedia
yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah :
a. Pola Teleconference

Sistem teleconference adalah sistem yang memungkinkan guru dan siswa


melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka di dunia maya. Sistem ini
biasanya dilengkapi dengan berbagai fasilitas misalnya tampilan wajah guru
dan siswa, layanan diskusi dan tanya jawab serta share materi pembelajaran.
b. Tutorial

Sistem tutorial secara online umumnya dikemas dalam bentuk aplikasi yang
harus diunduh oleh siswa atau dibuat secara mandiri oleh guru dan kemudian
disebarluaskan kepada siswa melalui layanan pengiriman pesan secara
Pola Pembelajaran IPA Siswa Sekolah Dasar di Era “Belajar di Rumah” 29

elektronik. Adanya tutorial ini membuat siswa dapat mempelajari materi


tersebut secara berulang serta pembelajaran yang tidak terikat waktu.
c. Simulasi

Simulasi adalah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk


mempelajari lingkungan nyata dan melatih keterampilan memecahkan
masalah tanpa bahaya (Amanah, 2016). Pembelajaran IPA dengan
menggunakan simulasi ini lebih cocok dilakukan untuk materi yang terdapat
kegiatan eksperimen. Multimedia interaktif yang sifatnya simulasi ini memiliki
beberapa keunggulan yaitu mampu memadatkan waktu, bisa dilakukan
berulang-ulang, memungkinkan memanipulasi variabel dan memberikan rasa
aman kepada siswa dalam melakukan percobaan.
d. Drill and Practice

Sistem drill and practice bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa
akan konsep-konsep IPA. Software drill and practice umumnya digunakan
apabila peserta didik diasumsikan telah mempelajari konsep, prinsip, dan
prosedur. Tujuan dari software drill and practice adalah melatih kecakapan
dan keterampilan. Software ini menyajikan sejumlah soal memerlukan
jawaban peserta didik selanjutnya komputer akan memberikan umpan balik
yang bersifat positif maupun negative (Amanah, 2016).
e. Instructional Game

Siswa usia sekolah dasar adalah usia masih suka bermain. Oleh karena itu,
pembelajaran IPA harus mampu memfasilitasi siswa untuk bermain sambil
belajar. Instructional Games adalah program komputer (software) yang
mengemas informasi dalam bentuk permainan. Software ini berisi permainan
dapat memberi motivasi bagi siswa untuk mempelajari informasi yang ada di
dalamnya (Amanah, 2016). Dalam penggunaannya, games yang disajikan
tentu harus berkaitan dengan materi IPA, melatih sikap positif dan
keterampilan siswa.
Ada beberapa alasan yang mendasari perlunya mengintegrasi multimedia
interaktif ke dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA yaitu:
(1) dengan hadirnya multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran, maka
akan terjadi pergeseran paradigma pembelajaran yang semula pembelajaran
berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, (2) model
30 COVID-19: Perspektif Pendidikan

pembelajaran yang terintegrasi dengan multimedia interaktif merupakan model


pembelajaran yang aktif dan kolaboratif dan (3) multimedia interaktif dapat
meningkatkan motivasi, keterampilan dan struktur berpikir (Sutrisno, 2011).
Pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif dapat membantu
guru membangun konsep-konsep IPA kepada siswa terutama konsep yang
bersifat mikroskopis, abstrak dan jauh dari lingkungan tempat tinggal siswa.
Selain itu, integrasi multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa (I. K. W. B. Wijaya,
Kirna, & Suardana, 2012). Selain itu, berbagai keterampilan proses sains dapat
dilatih dengan menggunakan multimedia interaktif misalnya kemampuan
melakukan pengamatan, menentukan variabel, menganalisis data serta
mengkomunikasikan data.

2. Melaksanakan Eksperimen dengan Menggunakan Alat-


Alat di Rumah
IPA pada hakekatnya adalah sebagai proses dan produk. Salah satu bagian dari
proses IPA adalah eksperimen. Para ahli IPA tentunya dalam menemukan,
memverifikasi atau membantah konsep IPA melalui proses eksperimen.
Ketika siswa melakukan eksperimen tentu akan melatih keterampilan proses
sains siswa serta menguatkan konsep yang telah diberikan oleh guru (I. K. W.
B. Wijaya, Suastra, & Muderawan, 2014).
Idealnya, kegiatan eksperimen IPA dilaksanakan di laboratorium. Namun,
mengingat situasi yang belum memungkinkan untuk melaksanakan hal
tersebut maka eksperimen IPA bisa dilaksanakan di rumah dengan bimbingan
guru dan orang tua di rumah. Eksperimen tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan alat dan bahan yang ada di rumah namun tidak mengurangi
esensi konsep IPA yang ingin ditanamkan.
Beberapa kegiatan eksperimen yang bisa dilakukan di rumah adalah sebagai
berikut :
a. Membuat Awan di Dalam Gelas

Eksperimen ini menggunakan gelas dan tutupnya, korek kayu, air hangat dan
es batu. Air hangat dimasukkan terlebih dahulu ke dalam gelas sampai
setengah atau ¾. Setelah itu nyalakan korek api dan masukkan ke dalam air
hangat tersebut. Lalu masukkan es batu ke dalam gelas berisi air hangat
tersebut lalu ditutup. Beberapa saat kemudian akan timbul awan di dalam
Pola Pembelajaran IPA Siswa Sekolah Dasar di Era “Belajar di Rumah” 31

gelas. Konsep IPA yang ditanamkan adalah berkaitan dengan perubahan


wujud beda (kondensasi).
b. Benda Terapung, Melayang dan Tenggelam

Percobaan ini memerlukan baskom berisi air, sepotong kayu kecil, kunci dan
telur. Ketiga benda itu kemudian dimasukkan secara bersamaan ke dalam
baskom berisi air. Nantinya akan terlihat perbedaan posisi benda-benda
tersebut. Percobaan ini menanamkan konsep terapung, melayang dan
tenggelam kepada siswa
c. Percobaan Pertumbuhan Tanaman

Dalam melakukan percobaan ini diperlukan dua buah pot atau polibag yang
diisi tanah. Kedua benda tersebut kemudian ditanam dengan bibit tanaman
yang cepat tumbuh misalnya selada atau kacang-kacangan. Salah satu pot atau
polibag diletakkan di dalam rumah dan salah satunya lagi di halaman rumah.
Setelah waktu dua minggu atau 30 hari dilakukan perbandingan pertumbuhan
tanaman tersebut. Konsep IPA yang ditanamkan adalah pertumbuhan tanaman
memerlukan sinar matahari.

3. Membuat produk bermanfaat sebagai aplikasi dari


konsep IPA
Salah satu produk IPA adalah berupa konsep, prinsip, hukum dan teori.
Produk-produk IPA tersebut nantinya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Pola pembelajaran IPA dengan konsep “Belajar di Rumah” dapat
dilakukan dengan cara mengajak siswa mengaplikasikan konsep IPA melalui
pembuatan produk bermanfaat. Produk tersebut dapat dibuat dengan
memanfaatkan alat dan bahan yang ada di rumah.
Beberapa produk yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a Membuat es batu. Pembuatan es batu adalah aplikasi dari konsep
perubahan wujud benda.
b Membuat setek dan cangkok tanaman yang merupakan aplikasi
konsep reproduksi tumbuhan secara vegetatif buatan.
c Membuat rangkaian listrik sederhana.
32 COVID-19: Perspektif Pendidikan

C. Peran Orang Tua dalam Konsep


“Belajar di Rumah”
Adanya kebijakan “Belajar di Rumah” menyebabkan peran orang tua dalam
proses pembelajaran menjadi sangat vital. Kontribusi orang tua berlipat ganda
yaitu selain sebagai orang tua siswa juga sebagai guru. Berkaitan dengan peran
orang tua dalam konsep “Belajar di Rumah” adalah sebagai berikut :
1. Membantu dalam mengembangkan potensi dan kreativitas anak.
Dengan adanya kebijakan “Belajar di Rumah” maka waktu orang tua
bersama dengan anak akan semakin banyak. Momentum ini dapat
dimanfaatkan oleh orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak
yang berkaitan dengan IPA.
2. Menjadi teladan (role model). Anak usia SD belajar dengan konsep
meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya termasuk
orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua diharapkan bisa menjadi
teladan bagi anak-anaknya. Misalnya, memberikan contoh dalam
mendemonstrasikan percobaan IPA yang bisa dilakukan di rumah
serta mendampingi anak ketika belajar.
3. Sebagai motivator. Orang tua harus mampu memotivasinya anak-
anaknya agar bersemangat dalam belajar selama di rumah.
4. Sebagai fasilitator. Orang tua diharapkan mampu memfasilitasi anak
jika mengalami kesulitan belajar sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh orang tua.
5. Sebagai pengawas. Selama kebijakan ‘Belajar di Rumah”, orang tua
diharapkan mengawasi anak dalam belajar misalnya mengingatkan
anak untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru dan menegur
anak jika lalai terhadap waktu belajar.
6. Sebagai evaluator. Jika orang tua memiliki kemampuan, orang tua
bisa mengevaluasi belajar anak. Misalnya memeriksa tugas yang
telah dikerjakan oleh anak, menanyakan ulang hal yang telah
dipelajari anak serta mengajak anak berdiskusi terkait hal tersebut.
Pola Pembelajaran IPA Siswa Sekolah Dasar di Era “Belajar di Rumah” 33

SIMPULAN
Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan perubahan pola aktivitas manusia
dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam kegiatan belajar. Konsep
Belajar di Rumah telah dirumuskan dalam rangka mempertahankan kegiatan
belajar mengajar di tengah pandemi mendunia ini. Konsep Belajar di Rumah
adalah konsep belajar di mana rumah digunakan sebagai arena namun tidak
mengabaikan peran orang tua dan guru.
Pembelajaran IPA di SD pun harus beradaptasi dengan konsep Belajar di
Rumah. Pembelajaran IPA pada hakekatnya harus mampu menanamkan
konsep IPA dan keterampilan proses sains. Walaupun saat ini sedang
diterapkan konsep Belajar di Rumah namun pembelajaran IPA harus tetap
berada pada esensinya yaitu menanamkan konsep dan keterampilan proses
sains. Pola belajar IPA dengan sistem pembelajaran di rumah adalah dengan
menggunakan multimedia interaktif, melaksanakan eksperimen IPA dengan
memanfaatkan alat dan bahan yang tersedia rumah serta mengajak siswa untuk
membuat produk-produk sebagai aplikasi dari konsep IPA. Dalam konsep
belajar IPA di rumah, peran orang tua sangat besar yaitu sebagai pengembang
potensi dan kreativitas anak, sebagai teladan, motivator, fasilitator, pengawas
dan evaluator.

DAFTAR PUSTAKA
Amanah, S. (2016). Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia SMA
Kelompok Kompetensi E. Bandung: P4TK IPA.
Indrawati. (2016). Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia SMA
Kelompok Kompetensi B. Bandung: P4TK IPA.
Mariana, I. M. A. (2009). Hakekat IPA dan Pendidikan IPA. Bandung: P4TK
IPA.
Suastra, I. . (2008). Pembelajaran Sains Terkini, Mendekatkan Siswa dengan
Lingkungan Sosial dan Budayanya. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Susiwi. (2007). Pendekatan Pembelajaran dalam Pembelajaran Kimia.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
34 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Sutrisno. (2011). Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi


Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Tias, I. W. . (2017). Penerapan Model Penemuan Terbimbing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Riset
Pedagogik DWIJACENDEKIA, 1(1), 50–60.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Wijaya, I. K. W. B., Kirna, I. M., & Suardana, I. N. (2012). MODEL
DEMONSTRASI INTERAKTIF BERBANTUAN MULTIMEDIA
DAN HASIL BELAJAR IPA ASPEK KIMIA SISWA SMP. Jurnal
Pendidikan Dan Pengajaran, 45(1).
Wijaya, I. K. W. B., Suastra, I. W., & Muderawan, I. W. (2014). Pengaruh
Model Pembelajaran Generatif Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran IPA, 4(1).
Wijaya, I. K. Wi. B. (2018). MENGEMBANGKAN KECERDASAN
MAJEMUK SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI
PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN MUTU
LULUSAN SEKOLAH DASAR. Jurnal Penjaminan Mutu, 4, 147–154.
Yuliana. (2020). Corona Virus Diseases (Covid-19) : Sebuah Tinjauan
Literatur. Wellness and Healthy Magazine, 2(1), 187–192.
Zubaidah, S. (2011). Pembelajaran Sains (IPA) Sebagai Wahana Pendidikan
Karakter. Seminar Nasional II “Mewujudkan Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Yang Profesional", 1–10. Pekanbaru.
Pembelajaran Daring di Masa
Pandemi Covid -19
Komang Trisnadewi, Ni Made Muliani
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN
Virus Covid-19 masih menjadi topik perbincangan utama sejak
kemunculannya pada awal Desember tahun 2019. Bagaimana tidak, virus yang
pertama kali ditemukan di China ini, telah menginfeksi jutaan orang di dunia
dan juga memicu kekacauan ekonomi secara global. Virus yang menyerang
sistem pernapasan ini mengakibatkan penderitanya mengalami gejala sesak
nafas, pnemunia akut hingga kematian. Dilansir dari kompas.com, virus
corona telah menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia, termasuk Indonesia.
Perkembangan kasus infeksi corona terjadi begitu cepat sejak dikonfirmasinya
pasien positif pertama dan kedua pada tanggal 2 Maret 2020 di Indonesia.
Hingga kini, per tanggal 21 April 2020, data dari worldometer menunjukkan
ada 19.189 kasus terinfeksi virus Corona di Indonesia (Worldometer, 2020).
Upaya penanggulangan bencana pun muncul dari pemerintah semenjak
penetapan wabah corona virus atau Covid-19 sebagai bencana nasional di
Indonesia tanggal 13 April 2020. Penetapan tersebut dilakukan dengan
diterbitkannya Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
sebagai bencana nasional. Dikatakan oleh Ahmad Yurianto selaku juru bicara
pemerintah penanganan virus corona bahwa pemerintah memberlakukan
kebijakan social distancing atau pengaturan jarak interaksi orang. Selain itu,
penerapan pola hidup bersih menjadi upaya pencegahan yang seharusnya
dapat dibudayakan oleh masyarakat (Fakhri, 2020). Upaya tersebut dilakukan
karena keyakinan pemerintah bahwa penularan terjadi karena interaksi yang
terlalu dekat antar individu dan juga faktor kebersihan yang kurang. Kebijakan
36 COVID-19: Perspektif Pendidikan

yang diberlakukan dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus
covid-19 ini tentunya berdampak bagi seluruh lapisan masyarakat dari segala
bidang, termasuk bidang pendidikan.
Beberapa hari berselang setelah adanya konfirmasi pasien pertama dan kedua
terinfeksi virus corona, pada tanggal 9 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan
Kebudayan mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada pemimpin unit
utama dan kepala unit pelaksana teknis yang isinya himbauan untuk
melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan seperti memastikan
ketersediaan sarana untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), alat pembersih
sekali pakai (tissue), dan/atau hand sanitizer di berbagai lokasi strategis di
lingkungan unit kerja; memastikan unit kerja melakukan pembersihan ruangan
dan lingkungannya secara rutin; membatasi perjalanan dinas ke luar negeri
serta menangguhkan perjalanan ke luar negeri untuk keperluan yang dapat
ditunda terutama ke negara-negara terdampak Covid- 19; melakukan
pemeriksaan suhu badan seluruh pegawai; menghindari kontak fisik secara
langsung; menyediakan papan pengumuman yang berisi informasi mengenai
pencegahan Covid- 19; mengimbau kepada seluruh pegawai dan pengunjung
yang sedang batuk atau pilek untuk menggunakan masker; tidak
menyebarluaskan informasi terkait Covid- 19 dari sumber yang tidak
kredibel/valid atau hoaks (Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Pencegahan dan Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19), 2020).
Pada tanggal yang sama, surat edaran berikutnya dikeluarkan yang ditujukan
kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kepala Lembaga
Layanan Pendidikan Tinggi, Pemimpin Perguruan Tinggi dan Kepala Sekolah
memberikan beberapa instruksi terkait optimalisasi peran Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) atau unit layanan kesehatan di perguruan tinggi; komunikasi
dengan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan/atau Lembaga Layanan
Pendidikan Tinggi setempat; ketersediaan sarana untuk cuci tangan pakai
sabun (CTPS) dan alat pembersih sekali pakai (tissue); perilaku hidup bersih
sehat (PHBS); monitor absensi (ketidakhadiran) warga satuan pendidikan;
pemberian izin kepada warga satuan pendidikan yang sakit; pelaporan kepada
Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan/atau Lembaga Layanan Pendidikan
Tinggi jika terdapat ketidakhadiran dalam jumlah besar karena sakit yang
berkaitan dengan pernafasan; mengingatkan seluruh warga satuan pendidikan
untuk tidak berbagi makanan, minuman, dan alat musik tiup; mengingatkan
warga satuan pendidikan untuk menghindari kontak fisik langsung; menunda
kegiatan yang mengumpulkan banyak orang atau kegiatan di lingkungan luar
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 37

satuan pendidikan (berkemah, studi wisata); membatasi tamu dari luar satuan
pendidikan; (Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pencegahan Corona
Virus Disease (Covid- 19) Pada Satuan Pendidikan, 2020).
Selanjutnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat tentang
pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan
penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) tertanggal 17 Maret 2020.
Himbauan yang diberikan adalah mengikuti protokol pencegahan Covid-19
yang disampaikan Kantor Staf Presiden; memastikan penanganan penyebaran
Covid-19 di unit kerjanya telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Surat
Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2 Tahun 2020 dan
Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan CoronaVirus
Disease (Covid-19); menunda penyelenggaraan acara yang mengundang
banyak peserta atau menggantinya dengan video conference atau komunikasi
daring lainnya; Khusus untuk daerah yang sudah terdampak Covid-l9 agar
memberlakukan pembelajaran secara daring dari rumah, bekerja dari rumah
(Surat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
3696/MPK.A/HK/2020, 2020)
Dirjen Dikti, bagian dari Kemendikbud juga meminta bantuan Rektor
perguruan tinggi/Direktur Politeknik Kesehatan untuk mendorong Dekan
Fakultas Kedokteran/ Kedokteran Gigi/Keperawatan/Kesehatan Masyarakat
untuk menggerakkan mahasiswa tingkat akhir/Co-Asssistant (Co-As)/spesialis
secara sukarela bergotong-royong sebagai relawan kemanusiaan guna
mendukung pencegahan meluasnya Covid- 19. Relawan tersebut berfungsi
khususnya untuk melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE),
tracking, screening, hingga penanganan, sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya. Aktivitas yag dilakukan relawan sama dengan kegiatan/
pekerjaan di lapangan yang dapat dikonversi menjadi bagian penilaian kinerja
mahasiswa atau satuan kredit semester. Setiap relawan juga diberikan
pelatihan dan pendampingan, disiapkan alat perlindungan diri (APD) yang
sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemenuhan nutrisi,
insentif dari Kemendikbud, sertifikat pengabdian kepada masyarakat, serta
penyetaraan pembelajaran sebagai bagian dari satuan kredit semester (sks) atau
bagian dari co-as untuk mencapai kompetensi yang dapat ditetapkan oleh
Perguruan Tinggi masing-masing (Surat Dirjen Dikti Perihal Mobilitas
Relawan Mahasiswa untuk Penanganan Covid- 19, 2020).
Pada tanggal 23 Maret, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengeluarkan
surat edaran yang ditujukan kepada pimpinan perguruan tinggi perihal
38 COVID-19: Perspektif Pendidikan

pembelajaran selama masa darurat pandemi Covid- 19. Dihimbau agar


pembelajaran dari rumah diatur dan dapat dilakukan dalam bentuk
pembelajaran daring ataupun kegiatan pembelajaran berbasis semangat
merdeka belajar, seperti project based learning, relawan kemanusiaan, atau
penelitian yang relevan dengan upaya menahan laju penyebaran wabah Covid-
19. Hasil dari pembelajaran diharapkan sebagai karya nyata untuk masyarakat
dan bangsa sebagai bagian dari melawan pandemi selain juga untuk
menambah kompetensi mahasiswa. (SE Perihal Pembelajaran Selama Masa
Pandemi Covid- 19, 2020)
Kebijakan lain juga diberikan Menteri Pendidikan dan Kebudayan dalam
upaya pencegahan penyebaran virus corona tentang pembatalan ujian nasional
(UN), penyesuaian ujian sekolah, implementasi pembelajaran jarak jauh serta
pendekatan online untuk proses pembelajaran siswa sesuai Surat Edaran
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19) (Humas, 2020). Hal
lain yang diberikan kebijakan adalah mengenai perpanjangan 1 semester masa
belajar bagi mahasiswa yang seharusnya berakhir pada semester genap
2019/2020 dan pengaturannya diserahkan kepada pimpinan perguruan tinggi
sesuai dengan kondisi dan situasi setempat, penjadwalan ulang praktikum
laboratorium dan praktek lapangan, pengaturan penelitian tugas akhir,
penyesuaian penyelenggaraan kegiatan pembelajaran semester genap
2019/2020 yang terlebih dahulu dikoordinasikan dengan lembaga layanan
pendidikan tinggi setempat. Selain itu dihimbau agar pembelajaran dari rumah
dipantau serta penggunaan dari hasil penghematan biaya operasional untuk
membantu mahasiswa seperti subsidi pulsa serta bantuan logistik dan
kesehatan bagi yang membutuhkan (Surat Edaran tentang Masa Belajar
Penyelenggaraan Program Pendidikan, 2020).
Berdasarkan surat-surat edaran yang dikeluarkan oleh pemerintah, proses
pembelajaran di kelas terpaksa ditiadakan demi mengikuti kebijakan social
distancing dari pemerintah. Untuk menghindari kontak fisik dan agar tetap
menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya, kegiatan belajar mengajar
dilakukan secara jarak jauh dengan media daring (dalam jaringan) atau dikenal
juga dengan isitilah pembelajaran online. Pendidikan di tingkat perguruan
tinggi juga tidak luput dari penerapan sistem tersebut. Perubahan sistem belajar
mengajar yang awalnya dilakasanakan secara tatap muka pada institusi
masing-masing menjadi dilaksanakan dirumah tentu merupakan suatu keadaan
yang tidak terbayangkan sebelumnya, namun wajib untuk tetap dilaksanakan
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 39

guna memerangi virus Covid-19 ini. Namun, baik pembelajar/mahasiswa


maupun pengajar/dosen apakah sudah siap dengan keadaan tersebut? Tentunya
jawaban yang diharapkan adalah iya. Kemampuan untuk menggunakan media
komunikasi dan teknologi menjadi syarat mutlak untuk melaksanakan
pembelajaran secara daring (Simarmata et al., 2019, 2020).
Sistem pembelajaran online adalah mutlak diperlukan untuk mengantisipasi
perkembangan jaman dengan dukungan teknologi Informasi di mana semua
menuju ke era digital (era revolusi industri 4.0), baik mekanisme maupun
konten yang digunakan (Aidah, 2019). Seiring dengan perkembangan
teknologi yang kian pesat, pembelajaran daring juga merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas pendidikan memasuki era revolusi industri 4.0.
Oleh karena itu pada pembahasan akan dijabarkan mengenai pembelajaran
secara daring yang meliputi definisi, kategori, komponen pendukung, platform
pembelajaran daring gratis dari pemerintah, manfaat, tantangan, serta metode
yang dapat digunakan dalam pembelajaran daring. Penjabaran tersebut
bertujuan untuk memberikan pandangan baru tentang pembelajaran daring di
masa pandemi di mana nantinya para pelaku pendidikan diharapkan dapat
mengambil langkah terbaik dalam pelaksanaannya. Tentu kita sangat berharap
masa pandemi ini segera berakhir, namun pembelajaran daring pastinya akan
tetap berlangsung, bahkan menjadi sebuah pilihan di masa perkembangan
teknologi yang semakin pesat dan menuju ke arah digital.

PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Daring
Istilah online learning dan pembelajaran daring digunakan untuk menyatakan
makna yang sama. Daring merupakan istilah dalam bahasa Indonesia,
sedangkan online merupakan istilah dalam bahasa Inggris. Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), daring memiliki arti dalam jaringan,
terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya (Kemendikbud,
2020). Pembelajaran daring adalah penggunaan internet untuk mengakses
materi, untuk berinteraksi dengan materi, instruktur dan pembelajar lain, untuk
mendapatkan dukungan selama proses pembelajaran dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan, menciptakan pemahaman dan untuk berkembang
dari pengalaman belajar. (Ally, 2004). Pembelajaran daring adalah materi
40 COVID-19: Perspektif Pendidikan

pembelajaran yang dipresentasikan pada sebuah komputer (Carliner, 1999).


Pembelajaran daring dapat diartikan sebagai sebuah interaksi antara pengajar
dan pembelajar yang dibangun dalam jaringan melalui komputer atau alat
elektronik lain.
Pembelajaran daring dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu synchronous dan
asynchronous (Mirza, 2007).
1. Synchronous Learning

Dengan pembelajaran daring jenis synchronous, pembelajar terlibat dalam


pembelajaran daring dengan pengajar melalui streaming video dan suara pada
waktu yang bersamaan (Alshwaier, 2012). Dalam hal ini pengajar sebelumnya
telah menyepakati waktu pembelajaran. Pengajar dapat dengan langsung
berinteraksi dengan para pembelajar dan menjawab pertanyaan pada saat
pertanyaan diajukan.
2. Asynchronous (Collaborative) Learning

Pembelajar dapat berpartisipasi dalam pembelajaran daring pada waktu yang


dapat ditentukan oleh mereka sendiri yang berarti pula bahwa pengajar tidak
akan dapat menanggapi langsung pertanyaan yang muncul (Alshwaier, 2012).
Dalam hal ini fleksibilitas waktu sangat terlihat jelas.

B. Komponen Pendukung Pembelajaran


Daring
Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran daring selama pandemi
Covid-19 perlu didukung oleh beberapa komponen, data diambil berdasarkan
kajian pustaka dan pengalaman dari pengajar.
1. Infrastruktur

Infrastruktur adalah semua fasilitas fisik yang diperlukan dalam melaksanakan


pembelajaran daring antara lain seperti hp, komputer, laptop dan alat
elektronik lainnya.
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 41

2. Sistem dan aplikasi

Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk


mencapai tujuan tertentu (Jogiyanto, 2005). Aplikasi merupakan penerapan
dari rancang sistem untuk mengolah data yang menggunakan aturan atau
ketentuan bahasa pemrograman tertentu (KBBI, 2016). Sistem dan aplikasi
yang digunakan dalam pembelajaran daring antara lain : internet, whatsapp,
google classroom, zoom, google meet, webex serta sistem dan aplikasi lainnya.
3. Konten

Konten adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik
(KBBI, 2016). Konten mengacu pada materi atau informasi pembelajaran
yang dibuat oleh pengajar.
4. Operator

Operator mengacu pada orang yang bertugas menggunakan infrastruktur,


menjalankan sistem dan aplikasi serta membuat konten. Baik pengajar,
pembelajar atau keduanya dapat berfungsi sebagai operator dalam
pembelajaran daring.

C. Platform Pembelajaran Daring Gratis


Dari Pemerintah
Dalam upaya membantu pembelajar, melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, pemerintah bekerja sama dengan 12 platform memberikan
pembelajaran daring secara gratis (Adit, 2020).
Berikut platform tersebut.
1. Rumah belajar

Portal pembelajaran ini disediakan sebagai inovasi pembelajaran di era


revolusi industri 4.0 yang dapat dipergunakan oleh siswa dan guru dari
pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA atau sederajat.
42 COVID-19: Perspektif Pendidikan

2. Meja Kita

Platform meja kita didesain untuk menyediakan materi pembelajaran dari


tingkat SD hingga SMA. Fitur-fitur belajar yang disediakan meliputi diskusi
PR, try out, berbagi catatan, SBMPTN, belajar bersama, dan rumus. Visi dari
platform ini adalah untuk membantu pemerataan dan peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia.
3. Icando

Aplikasi ini diperuntukkan bagi pendidikan di jenjang pendidikan anak usia


dini (PAUD). Banyak permainan yang dapat diperoleh pada aplikasi ini untuk
memotivasi belajar anak.
4. IndonesiaX

Aplikasi ini diperuntukkan bagi masyarakat dengan menyediakan kursus gratis


yang berkualitas dengan pengajar dari seluruh Indonesia
5. Google for Education

Google for education menyediakan Google clouds platform, Chromebooks


dan G-Suite yang memungkinkan pembelajaran secara virtual meskipun
dengan konektivitas internet yang rendah.
6. Kelas pintar

Kelas pintar menyediakan materi pembelajaran dengan menggunakan tiga


pendekatan yaitu learn, practice, dan test. Konten multimedia yang disediakan
membuat pembelajaran menjadi semakin menarik.
7. Microsoft Office 365

Siswa dan murid dari institusi yang berhak dapat mendaftar untuk office 365
education gratis meliputi Word, Excel, Onenote, Microsoft temas, dan fitur
ruang kelas lainnya.
8. Quipper School

Platform belajar online gratis ini diperuntukkan bagi seluruh siswa di


Indonesia. Konten gratis meliputi materi pembelajaran untuk kelas 9 hinggga
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 43

12, video pembelajaran, kumpulan latihan soal, tryout online serta video
pelatihan untuk guru.
9. Ruangguru

Aplikasi ini memberikan materi pembelajaran dalam bentuk video, latihan


soal, tryout, rangkuman serta rapor belajar.
10. Sekolahmu

Sebagai sekolah dengan sistem blended learning pertama di Indonesia,


sekolahmu ingin memastikan semua anak Indonesia sukses mencapai
kompetensi dan meraih prestasi di masa depan
11. Zenius

Menumbuhkan kecintaan belajar adalah misi utama dari Zenius. Salah satu
penghargaan yang diraih Zenius adalah mewakili Indonesia dalam pameran
bisnis digital terbesar di dunia CeBIT 2015 di Hannover, Jerman.
12. Cisco Webex

Cisco webex adalah aplikasi video conference yang mudah digunakan yang
pesertanya dapat mencapai seratus orang.

D. Manfaat Pembelajaran Daring di


Masa Pandemi Covid-19
Pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemi, pastinya memberikan
manfaat dan dampak yang dapat membantu proses pembelajaran. Berikut
dijabarkan dampak positif dari pemberlakuan pembelajaran daring selama
masa pandemi baik dari perspektif pengajar maupun dari pembelajar serta
kajian pustaka yang terkait.
1. Terhindar dari virus corona

Manfaat utama dari pembelajaran secara daring selama masa pandemi adalah
terhindar dari virus corona. Pembelajaran daring dilaksanakan sebagai
44 COVID-19: Perspektif Pendidikan

pengganti pembelajaran tatap muka untuk menghindari kontak fisik antara


pembelajar dan pengajar. Kesehatan adalah harta yang berharga dan
pengetahuan adalah kunci kesuksesan. Pembelajaran daring adalah jalan keluar
paling aman di masa pandemi untuk menjaga tetap sehat sembari aktif
memperoleh ilmu.
2. Waktu dan tempat yang fleksibel.

Pada dasarnya setiap pembelajar memiliki karakteristik, kebutuhan dan


preferensi yang berbeda (Suryani et al., 2014). Pelaksanaan pembelajaran
daring memberikan kesempatan kepada pengajar maupun pembelajar untuk
memilih waktu dan tempat yang mereka inginkan. Arkoful dan Abaidoo
mengatakan bahwa setiap siswa memiliki kenyamanan sendiri untuk memilih
waktu dan tempat yang sesuai dengan mereka (Holmes & Gardner, 2006). Hal
tersebut dapat disesuaikan dengan keinginan pengajar dan pembelajar. Ummi
dan Mulyaningsiih juga mengatakan bahwa dengan ketidakterbatasan waktu
serta tempat belajar memberikan siswa kebebasan untuk memilih saat dan
tempat yang tepat dalam pembelajaran berdasarkan kepentingan mereka,
sehingga kemampuan untuk menyerap bahan pembelajaran menjadi lebih
tinggi daripada belajar di dalam kelas (Ummi & Mulyaningsih, 2017). Tetap
aktif di masa pandemi meski bekerja dari rumah, membuat pengajar
mempunyai lebih banyak waktu luang untuk menilai tugas pembelajar. Waktu
yang biasanya dihabiskan untuk persiapan berangkat bekerja dan perjalanan
pulang pergi ke tempat kerja bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan proses
penilaian tugas dan evaluasi kegiatan pembelajaran. Evaluasi kegiatan
pembelajaran dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran serta
memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal dan memenuhi tujuan
pembelajaran awal.
3. Efisiensi biaya

Dalam pembelajaran tatap muka di kampus, baik pembelajar maupun pengajar


akan mengeluarkan biaya yang mencakup biaya perjalanan dari rumah ke
kampus, biaya makan, biaya kosmetik serta biaya tempat tinggal bagi yang
tinggal di perantauan dan memiliki rumah dengan jarak yang jauh dari
kampus. Pemberlakuan pembelajaran daring tentu saja mengurangi
pengeluaran biaya tersebut.
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 45

4. Pembelajaran variatif, aktif, kreatif dan mandiri.

Disadari atau tidak, pelaksanaan pembelajaran daring membuat pengajar


menjadi lebih aktif dalam membuat dan menyampaikan konten pembelajaran
yang lebih bervariasi dengan harapan pembelajaran menjadi tidak monoton.
Keterbatasan gerak selama pandemi ini tentunya membuat pembelajar dan
pengajar mandiri dalam menyelesaikan tugas mereka serta berperan aktif dan
kreatif. Materi pembelajaran yang diperoleh dari hasil belajar mandiri justru
akan lebih lama dan lebih dalam terekam di ingatan daripada materi yang
diperoleh dari sekedar mendengarkan penjelasan pengajar.
5. Mendapatkan informasi lebih banyak.

Pembelajaran secara tatap muka memiliki durasi waktu yang sudah ditentukan
sehingga banyaknya materi yang disampaikan tentunya akan mengikuti waktu
tersebut. Berbeda halnya dengan pembelajaran secara daring yang memiliki
waktu yang lebih banyak sehingga materi yang diberikan oleh pengajar
cenderung lebih kompleks. Pada saat mahasiswa mencari informasi dari
referensi lain, mereka pasti akan mendapatkan informasi tambahan tentang
materi tersebut.
6. Mengoperasikan teknologi lebih baik.

Pelaksanaan pembelajaran daring tidak bisa dilepaskan dari penggunaan


teknologi. Dengan kata lain, pembelajaran daring tidak akan bisa berjalan
tanpa peran teknologi. Bagi mereka yang kurang paham tentnag teknologi,
tentu ini merupakan kesempatan untuk menambah pengetahuan tentang
teknologi karena kita langsung praktik menggunakan teknologi. Ala bisa
karena terbiasa, pepatah lama yang bisa dianalogikan dalam penggunaan
teknologi dalam pembelajaran daring. Semakin sering menggunakan
teknologi, maka semakin mahir kemampuan pemakainya.
7. Hubungan dengan keluarga menjadi lebih dekat.

Pandemi Covid-19 mengharuskan kita untuk diam di rumah dan membatasi


kegiatan di luar rumah. Mayoritas waktu yang kita habiskan dalam 24 jam
sehari adalah di rumah Bersama keluarga. Tentu hal ini akan membuat
hubungan dengan keluarga menjadi semakin erat karena lebih banyak
menghabiskan waktu bersama.
46 COVID-19: Perspektif Pendidikan

8. Lebih menghargai waktu.

Bagi sebagian orang, pelaksanaan pembelajaran di rumah menjadi lebih sibuk


dari sebelumnya. Sisi positif yang diberikan adalah kita lebih dapat untuk
menghargai waktu. Time management juga diasah dalam pelaksanaan
pembelajaran daring ini.
9. Materi bisa dibaca kembali.

Kelebihan dari pembelajaran secara daring ini adalah materi yang kita
sampaikan tersimpan dengan sangat baik dalam jaringan yang bisa dibuka dan
dipelajari kapan saja. Hal ini tentu menjadi hal positif bagi pembelajar
terutama bagi mereka yang memerlukan waktu lebih untuk memahami materi
dibandingkan dengan yang lainnya. Para pembelajar juga dapat memilih
materi mana yang ingin lebih fokus untuk dipelajari dan dipahami.
10. Paperless.

Penggunaan kertas pada pembelajaran secara daring telah digantikan oleh


jaringan. Hal ini positif dalam hal penggunaan kertas. Tidak ada lagi
penggunaan kertas dalam pembelajaran daring karena semua sudah tersimpan
dalam jaringan.
11. Segala aktivitas terekam.

Dengan pembelajaran daring, segala aktivitas yang terjadi selama


pembelajaran berlangsung dan terekam dengan apik dalam jaringan. Tidak
perlu takut lupa tentang apa yang sudah dilakukan, apa yang dikerjakan, kapan
dilaksanakan, dan siapa saja yang hadir saat pembelajaran. Hanya perlu
kemahiran dalam penggunaan teknologi dan segala hal terkait perekaman
dapat dilakukan.
12. Pemerataan penyampaian materi.

Video pembelajaran sebagai salah satu pembelajaran daring memungkinkan


pemerataan penyampaian materi kepada semua pembelajar. Penyampaian
materi pada pembelajaran tatap muka langsung disesuaikan dengan situasi dan
kondisi pembelajaran sehingga seringkali tidak merata antara kelas yang satu
dengan lainnya.
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 47

E. Tantangan Pembelajaran Daring


Pembelajaran daring memberikan banyak manfaat untuk proses pembelajaran,
tetapi selain manfaat ada beberapa tantangan yang dihadapi baik oleh pengajar
dan pembelajar dari pemberlakuan pembelajaran daring selama masa pandemi
serta dari kajian pustaka.
1. Kejahatan cyber

Berkembangnya teknologi juga tidak menutup kemungkinan adanya celah


pada sistem pada sebuah aplikasi. (Kompasiana, 2020). Muncul berita bahwa
Kejahatan cyber menjadi ancaman dalam pembelajaran daring. Peretasan
terhadap informasi pribadi dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab. Informasi pribadi yang berhasil diretas disalahgunakan untuk
merugikan pemakai teknologi.
2. Koneksi internet yang kurang

Internet menjadi permasalahan bagi mayoritas orang. Tidak ada internet maka
tidak ada pula pembelajaran daring. Ketidakstabilan koneksi internet tentu
sangat mengganggu pembelajaran apalagi jika pembelajaran daring sedang
berlangsung.
Sebagaimana yang diungkapkan dari hasil survey Gunawan et al. (2020)
Kendala yang paling sering muncul selama pelaksanaan pembelajaran online
yaitu paket internet yang tidak dimiliki mahasiswa, keterbatasan akses internet
oleh dosen dan mahasiswa, dan belum terbiasanya dengan pembelajaran
online. (Gunawan et al., 2020). Internet bagi pembelajaran daring ibarat
jantung bagi tubuh manusia, kalau jantung tidak berdetak maka manusia akan
mati. Jika internet tidak ada maka pembelajaran daring tidak bisa terlaksana.
3. Kurang paham penggunaan teknologi.

Kemampuan dalam menggunakan teknologi mutlak diperlukan dalam


pembelajaran daring ini. Bagi mereka yang tidak terlalu familiar atau tidak
tertarik dengan teknologi tentunya menjadi tantangan yang besar dalam
pembelajaran daring. Asal ada kemauan pasti ada jalan. Seringkali yang
menjadi penghalang adalah ketidakmauan untuk belajar teknologi.
48 COVID-19: Perspektif Pendidikan

4. Susah mengukur pemahaman dan kemampuan mahasiswa.

Pembelajaran daring susah untuk mengetahui pemahaman dan kemampuan


mahasiswa secara langsung kecuali diadakan telekomunikasi langsung.
Berbeda dengan pembelajaran tatap muka di kelas yang mana kita dapat
dengan langsung melihat perkembangan mahasiswa melalui perilakunya di
kelas, berbeda dengan pembelajaran daring, kita melihat kemampuan dan
pemahaman mereka dari tugas yang mereka kerjakan. Video telekomunikasi
dapat dilakukan untuk melakukan wawancara kepada mahasiswa, namun itu
memerlukan waktu yang tidak sebentar. Seperti contoh, tugas yang
dikumpulkan tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan. Ini banyak terjadi
pada pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris.
5. Standardisasi dan efektivitas pembelajaran.

Dalam pembelajaran daring, duplikasi tugas yang dibuat mahasiswa tidak


dapat dihindari dan terkadang tidak dapat dikontrol. Karena banyaknya
informasi yang didapat dari internet, terkadang mahasiswa hanya menyalinnya
dan langsung mengumpulkannya sebagai tugas tanpa menulis ulang dengan
pemahaman sendiri. Terkadang tugas juga banyak diberikan oleh pengajar
sehingga keefektifan pembelajaran menjadi pertanyaan.
6. Kurangnya interaksi dalam pembelajaran.

Interaksi antara pengajar dan pembelajar diperlukan dalam pembelajaran


sehingga pengajar dapat menilai kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik pembelajar secara utuh. Dalam pembelajaran daring banyak
faktor yang menyebabkan kurangnya interaksi pembelajaran salah satunya
adalah sinyal internet yang kurang baik dapat memperlambat reaksi pengajar
dalam merespons pertanyaan pembelajar begitu pun sebaliknya.

F. Metode Yang Dapat Digunakan


Dalam Pembelajaran Daring
Setiap pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang menjadi dasar dalam
pemilihan model, metode, maupun media pembelajaran. Menurut Hasby
Ashydiqih, metode pembelajaran adalah seperangkat cara yang dilakukan guna
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 49

mencapai tujuan tertentu dalam proses pembelajaran (Kusumo, 2017). Metode


pembelajaran juga diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sudrajat, 2008).
Tujuan dari pembelajaran akan memberikan arah kemana pembelajaran ini
akan dibawa dan untuk apa pembelajaran ini dilaksanakan. Dengan segala sisi
positif dan negatif yang dimiliki oleh pembelajaran daring, pelaksanaan
pembelajaran tetap harus berpedoman pada tujuan dari pembelajaran itu
sendiri. Berikut akan diberikan beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran daring selama pandemic covid-19.
1. Metode ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui


penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa
(Sanjaya, 2006). Metode ini terbilang mudah untuk dilaksanakan. Dalam hal
ini pengajar lebih menguasai kelas. Metode ini dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan kepada pembelajar. Untuk membuat lebih menarik,
pengajar dapat membuat penjelasan materi dalam bentuk video pembelajaran.
Keunggulan video pembelajaran yang dibuat oleh pengajar akan memudahkan
pembelajar untuk memahami materi pelajaran karena bisa diulang mempelajari
apabila ada materi yang belum dimengerti.
2. Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa


dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau
pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama
(Aswan & Bahri syamsul, 2006). Metode ini sangat bagus digunakan untuk
membuat pembelajaran menjadi kritis serta mendorong mereka untuk
mengekspresikan ide dan pikirannya. Diskusi dapat dilaksanakan melalui
video conference secara langsung dengan menggunakan zoom, goggle meet,
webex dan aplikasi video conference lainnya. Diskusi juga dapat dilakukan
dengan saling berbalas komentar pada google classroom, komentar yang
diberikan dalam bentuk tulisan.
3. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi dilakukan dengan cara memperagakan barang, kejadian,


aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
50 COVID-19: Perspektif Pendidikan

penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan (Syah, 2000). Metode ini digunakan untuk
memperagakan kejadian atau urutan kejadian. Demonstrasi dapat dilakukan
langsung melalui aplikasi video conference ataupun dengan bantuan media
video. Dalam hal ini pengajar dapat membuat video tentang mereka saat
menjelaskan sesuatu.
4. Metode resitasi

Metode resitasi adalah salah satu metode dalam proses belajar mengajar di
mana guru memberi tugas tertentu dan siswa mengerjakannya, kemudian tugas
tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru (Aswan & Bahri syamsul,
2006). Metode ini mengharuskan pembelajar untuk membuat resume dengan
kalimat sendiri. Materi dapat berupa bacaan atau video pembelajaran. Setelah
membaca atau menonton, pembelajar harus membuat resume sendiri. Hal ini
dapat membuat pembelajar bertanggung jawab dan percaya diri terhadap
pekerjaan mereka. Namun, kelemahan saat pembelajaran daring adalah
pengajar tidak dapat mengontrol pekerjaan yang dibuat oleh pembelajar.
Apakah benar-benar menggunakan kata-kata sendiri atau hasil copy paste.
5. Metode pemecahan masalah

Metode ini mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan


penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar (Gulo, 2002).
Pembelajar dapat diberikan soal lalu diminta untuk mencari penyelesaiannya.
Metode ini melatih pembelajar untuk berpikir kritis, mandiri dan kreatif.
6. Metode discovery

Metode ini digunakan untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan


menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia
dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa
belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang
dihadapi (Hosnan, 2014). Metode ini meminta pembelajar untuk mencari
sendiri materi yang akan dipelajari, metode ini melatih keterlibatan pembelajar
secara aktif dalam proses pembelajaran.
7. Metode inquiry

Metode inquiry adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan


secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 51

secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan


sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. (Gulo, 2002). Pengajar
menjelaskan materi lalu pembelajar diberikan beberapa pertanyaan terkait
materi yang dibahas. Pengajar dapat membantu pembelajar menjawab
pertanyaan yang sulit dipahami pembelajar. Di akhir pembelajaran, pembelajar
membuat rangkuman materi.

SIMPULAN
Himbauan pemerintah untuk meminimalisir interaksi langsung antara
masyarakat selama masa pandemi Covid-19 mencetuskan pelaksanaan
pembelajaran daring baik dari tingkatan PAUD sampai Perguruan Tinggi.
Semua hal pasti mempunyai manfaat dan ada tantangan dalam
melaksanakannya termasuk pembelajaran daring. Disinilah diperlukan
kreativitas pengajar dalam memanfaatkan infrastruktur, sistem dan aplikasi
yang ada termasuk platform yang diberikan oleh pemerintah secara gratis.
Pembelajaran daring saat pandemi lebih aman dilaksanakan dibandingkan
dengan pembelajaran tatap muka secara langsung. Bagaimanapun,
pembelajaran tetap harus menghasilkan output sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Untuk mencapainya, diperlukan metode pembelajaran yang
sesuai. Beberapa metode yang dapat dilaksanakan selama pembelajaran daring
antara lain (1) metode ceramah; (2) metode diskusi; (3) metode demonstrasi;
(4) metode resitasi; (5) metode pemecahan masalah; (6) metode discovery dan
(7) metode inquiry.

DAFTAR PUSTAKA
Adit, A. (2020). 12 Aplikasi Pembelajaran Daring Kerjasama Kemendikbud,
Gratis! Kompas.Com.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/22/123204571/12-aplikasi-
pembelajaran-daring-kerjasama-kemendikbud-gratis?page=1
Aidah, S. (2019). Pemanfaatan e-learning sebagai media pembelajaran di
STIA AL GAZALI BARRU (suatu studi terhadap pemanfaatan model e-
learning berbasis software claroline). Meraja Journal, 2(1), 1–12.
52 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Ally, M. (2004). Foundations of Educational Theory for Online Learning. In


Theory and practice of online learning (pp. 15–44).
https://doi.org/10.1007/978-1-4020-8299-3_8
Alshwaier, A. (2012). A New Trend for E-Learning in KSA Using
Educational Clouds. Advanced Computing: An International Journal,
3(1), 81–97. https://doi.org/10.5121/acij.2012.3107
Aswan, Z., & Bahri syamsul, D. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Penerbit
PT. Rineka Cipta.
Carliner, S. (1999). Overview of online learning. Human Resource
Development Press.
Fakhri, F. (2020). Perangi Corona, Pemerintah Utamakan Cara Pencegahan.
Okenews.
https://nasional.okezone.com/read/2020/03/19/337/2185918/perangi-
corona-pemerintah-utamakan-cara-pencegahan
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. PT. Grasindo.
Gunawan, Suranti, N. M. Y. Su., & Fathoroni. (2020). Variations of Models
and Learning Platforms for Prospective Teachers During the COVID-19
Pandemic Period. Indonesian Journal of Teacher Education, 1(2), 61–70.
Holmes, B., & Gardner, J. (2006). E - Learning Concept and Practice. Sage
Publications.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Ghalia Indonesia.
Humas. (2020). Inilah Perubahan Kebijakan Pendidikan Selama Masa
Pandemi Covid-19. Https://Setkab.Go.Id/. https://setkab.go.id/inilah-
perubahan-kebijakan-pendidikan-selama-masa-pandemi-covid-19/
Jogiyanto, H. M. (2005). Analisa dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan
Terstruktur Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. ANDI.
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ). In Kementerian
Pendidikan dan Budaya.
Kemendikbud. (2020). KBBI daring. Https://Kbbi.Kemdikbud.Go.Id.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/daring
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19 53

Kompasiana. (2020). Dampak Positif dan Negatif Pembelajaran Daring di


Tengah Pandemi Covid-19. Kompasiana.Com.
https://www.kompasiana.com/muhammadheryan5091/5eaa9096d541df1
0cb598de2/dampak-positif-dan-negatif-pembelajaran-daring-di-tengah-
pandemi-covid-19
Kusumo, G. (2017). Metode Pembelajaran. Macam Metode Pembelajaran.
Mirza, A. (2007). Is E-learning finally gaining legitimacy in Saudi Arabia?
Saudi Computer Journal,. Saudi Computer Journal, 6(2), 1–14.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group.
SE Perihal Pembelajaran Selama Masa Pandemi COVID-19, (2020).
Simarmata, J. et al. (2019) Inovasi Pendidikan Lewat Transpormasi Digital.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
Simarmata, J. et al. (2020) Pendidikan Di Era Revolusi 4.0: Tuntutan,
Kompetensi & Tantangan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Sudrajat, A. (2008). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik,
dan model pembelajaran. Tersedia: Http://Akhmadsudrajat. Wordpress.
Com/2008/09/12/Pengertian-Pendekatan-Strategi-Metode-Tekniktaktik-
Dan-Model-Pembelajaran/.[20 Oktober 2008].
Surat Dirjen Dikti Perihal Mobilitas Relawan Mahasiswa untuk Penanganan
COVID-19, (2020).
Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencegahan dan Penanganan
Corona Virus Disease (Covid-19), (2020).
Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pencegahan Corona Virus
Disease (COVID-19) Pada Satuan Pendidikan, 1 (2020).
Surat Edaran tentang Masa Belajar Penyelenggaraan Program Pendidikan,
10270 (2020).
Surat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
3696/MPK.A/HK/2020, (2020).
Suryani, M., Hasibuan, Z. A., & Santoso, H. B. (2014). Personalisasi Konten
Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Tipe Belajar Triple-Factor Dalam
Student Centered E-Learning Environment. Konferensi Nasional Sistem
Informasi.
54 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Rosda


Karya.
Ummi, H. U., & Mulyaningsih, I. (2017). Journal Indonesian Language
Education and Literature. Journal Indonesian Language Education and
Literature, 3(1), 53–65.
http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jeill/%0APEMBELAJAR
AN
Worldometer. (2020). COVID-19 CORONAVIRUS PANDEMIC.
https://www.worldometers.info/coronavirus/
Pentingnya Positive Parenting
pada Anak Usia Dini dalam
Menghadapi Pandemi Covid-19
Ni Putu Sasmika Dewi
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

PENDAHULUAN
Pneumonia Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit
peradangan paru yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala klinis yang muncul beragam, mulai dari
seperti gejala flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala)
sampai yang berkomplikasi berat (pneumonia atau sepsis). Cara penularan
SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ialah melalui kontak dengan droplet
saluran napas penderita. Droplet merupakan partikel kecil dari mulut penderita
yang mengandung kuman penyakit, yang dihasilkan pada saat batuk, bersin,
atau berbicara. Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1
meter). Droplet bisa menempel di pakaian atau benda di sekitar penderita pada
saat batuk atau bersin. Namun, partikel droplet cukup besar sehingga tidak
akan bertahan atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Oleh karena
itu, orang yang sedang sakit, diwajibkan untuk menggunakan masker untuk
mencegah penyebaran droplet (Website Informasi Covid, 2020).
Muncul di Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019 dan kemudian menyebar ke
seluruh dunia. Penyebaran COVID-19 yang berlangsung cepat menyebabkan
beberapa aspek kehidupan sosial berubah total. Di Indonesia, pemerintah
melalui Surat Edaran Nomor 19 Tahun 2020 Tentang Penyesuaian Sistem
Kerja ASN-PNS Dalam Upaya Pencegahan Corona resmi memberlakukan
sistem bekerja dari rumah bagi pegawai pemerintahan dan juga beberapa
industri yang rentan penyebaran COVID-19. Tidak hanya aktivitas
56 COVID-19: Perspektif Pendidikan

pemerintahan dan industri saja, semakin meluasnya pandemi COVID-19


ternyata juga memengaruhi aktivitas pelaksanaan KBM di sekolah karena
setiap hari siswa-siswa berinteraksi antara satu dengan yang lain. Pada
akhirnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merilis
Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pencegahan Virus Corona
Disease (COVID-19). Menanggapi surat edaran Kemendikbud tersebut maka
siswa-siswi sekolah dari jenjang PAUD sampai perguruan tinggi terpaksa
harus belajar dari rumah.
Untuk siswa-siswi usia SD sampai SMA dan mahasiswa perguruan tinggi
tidaklah sulit untuk mengikuti proses belajar mengajar dirumah di mana tugas-
tugas diberikan oleh guru yang kemudian dengan kesadaran sendiri dikerjakan
dengan mandiri. Namun bagaimana dengan anak-anak PAUD yang masih
harus didampingi oleh orangtua dalam kegiatan belajar sambil bermain mereka
sedangkan bukan tidak mungkin orangtua juga punya kesibukan yang lain
yang harus dikerjakan atau bahkan ada orangtua yang stress memikirkan
keberlangsungan hidup kedepan terkait pandemi COVID-19 ini. Seperti apa
pola parenting yang diterapkan oleh orangtua terhadap anak usia dini dalam
menghadapi pandemi COVID-19. Hal inilah yang akan dibahas dalam tulisan
ini.

PEMBAHASAN
Anak usia dini adalah anak-anak yang memiliki karakter yang unik. Anak usia
dini berada pada rentang usia 4-6 tahun. Di dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 pada Bab VI Pasal 28 dijelaskan bahwa “Taman kanak-kanak
merupakan pendidikan formal pada jalur pendidikan anak usia dini yang
mendidik anak usia 4-6 tahun.” Tujuan pendidikan taman kanak-kanak adalah
membantu meletakan dasar kearah perkembangan sikap, perilaku, pengakuan,
keterampilan, dan kreativitas yang diperlukan oleh anak dalam pertumbuhan
serta perkembangannya. Masa inilah yang disebut dengan masa keemasan
anak (golden age) di mana segala sesuatu yang berada dalam diri anak
sangatlah berharga, baik fisik, emosi dan intelektualnya. Pada usia ini, aspek
kognitif, fisik, motorik dan psikososial seorang anak berkembang dengan pesat
oleh karena itu diperlukan stimulasi-stimulasi yang mampu
mengoptimalisasikan seluruh aspek tersebut agar seorang anak mampu
Pentingnya Positive Parenting pada Anak Usia Dini dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 57

menjadi pribadi yang matang, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi


segala permasalahan dalam hidupnya.
John Dewey, seorang ahli dalam dunia pendidikan, berpendapat bahwa untuk
mengoptimalisasikan perkembangan anak maka (1) pendidikan harus
dipusatkan pada anak, (2) pendidikan harus aktif dan interaktif, (3) pendidikan
harus melibatkan lingkungan sosial anak atau komunitas ia berada. Lain hal
dengan Dewey, Montessori berpendapat bahwa pembelajaran anak-anak
berlangsung dengan menekankan pada kebebasan, karena dalam nuansa atau
iklim yang bebas anak dapat menunjukan dirinya. Tugas orang dewasa adalah
bertanggungjawab dalam membantu fisik mereka, oleh karena itu dalam setiap
aktivitasnya harus disediakan ruang yang bebas dan terbuka (Suryana, 2018).
Namun bagaimana dengan situasi dan kondisi saat ini? Situasi dan kondisi saat
ini di mana pandemi COVID-19 tengah menyebar di mana-mana tidak
memungkinkan anak-anak untuk beraktivitas dilingkungan sosial atau
komunitas tempat ia berada secara bebas. Aktivitas diluar masih
memungkinkan dengan protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh
organisasi kesehatan dunia (WHO) di mana harus menggunakan masker dan
cuci tangan sebelum masuk ke dalam rumah. Hal ini tentu saja berimbas pada
perilaku anak usia dini di mana yang sebelumnya mereka bisa dengan riang
gembira bebas bermain apa saja bersama teman-teman diluar rumah kini harus
berdiam diri di dalam rumah bermain dengan keterbatasan ruang dan
permainan. Kegiatan harian akhirnya hanya diisi dengan makan, tidur, belajar
jika ada tugas dari sekolah, menonton tv dan bermain gadget begitu seterusnya
dan akhirnya timbul rasa bosan.
Ketika rasa bosan melanda, anak-anak kemudian mulai bersikap emosional
seperti berkelahi dengan saudaranya, merusak mainan atau membuat ulah yang
lainnya, menghadapi hal tersebut tidak jarang beberapa orangtua bersikap
kasar kepada anak seperti memarahi, mengumpat atau bahkan melakukan
kekerasan kepada anak untuk membuat keadaan rumah terkontrol sesuai
keinginan orangtua, adapula orangtua yang pada akhirnya memberikan gadget
supaya anaknya tenang dan tidak mengganggu karena orangtua memiliki
kesibukan yang lain. Hal ini tentu saja mengganggu perkembangan anak usia
dini karena jika hal tersebut dibiarkan selama jangka waktu yang tidak bisa
ditentukan maka anak akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
tidak baik. Padahal orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, agar
anak mampu hidup bermasyarakat dan bersinergi dengan budaya yang ada,
58 COVID-19: Perspektif Pendidikan

karena nantinya dalam masyarakat anak akan dituntut untuk ikut berperan dan
terlibat dalam masyarakat (Arini, 2019).
Pola asuh atau parenting yang tepat akan membuat tumbuh kembang anak
menjadi baik. Parenting merupakan suatu proses interaksi yang berkelanjutan
antara orang tua dan anak-anak mereka yang meliputi berbagai aktivitas seperti
memberi makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindung
(protecting) anak-anak ketika mereka tumbuh berkembang. Selain itu,
parenting juga merupakan ilmu yang sangat penting untuk diketahui oleh para
orang tua maupun calon orang tua tentang cara mendidik, mengasuh, dan
membimbing anak dengan benar dan tepat (Wiranata, 2019).
Saat ini semua orang tua, ingin melakukan semua yang bisa dilakukan untuk
melindungi anak mereka. Pandemi COVID-19 telah membawa tantangan baru
bagi keluarga di seluruh dunia khususnya dalam hal pengasuhan. Pada situasi
dan kondisi saat ini positive parenting atau pola pengasuhan positif perlu
diterapkan. Mengapa pola asuh ini yang perlu diterapkan? karena positive
parenting adalah pola asuh yang dilakukan secara suportif, konstruktif dan
menyenangkan. Suportif disini berarti memberikan perlakuan yang
mendukung perkembangan anak. Konstruktif artinya bersikap positif dengan
menghindari kekerasan atau hukuman serta dilakukan dengan cara yang
menyenangkan. Dalam pola asuh ini orangtua diharapkan menjadi model yang
baik bagi anak usia dini yang merupakan peniru yang ulung. Pola asuh ini erat
kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga/rumah tangga dan komunitas
dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi
kebutuhan fisik, mental dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan serta bagi anggota keluarga yang lain (Nooraeni, 2017). Pada
dasarnya Positive parenting memiliki lima prinsip utama yaitu: (1) lingkungan
yang aman dan nyaman, (2) lingkungan belajar yang positif, (3) kedisiplinan
yang tegas, (4) ekspektasi yang realistis, (5) kemampuan orangtua untuk
merawat dirinya sendiri (Sanders, 2008).
Positive parenting pada masa pandemi COVID-19 dapat dilakukan oleh
orangtua melalui kegiatan-kegiatan yang sederhana namun menyenangkan,
seperti: (1) bercerita, kegiatan ini membentuk kualitas waktu dengan masing-
masing anak, untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 pemerintah
memberlakukan sistem bekerja dari rumah dan belajar dirumah, hal ini tentu
saja membuat orangtua yang tadinya sibuk dikantor selama lebih kurang 10
jam akan memiliki waktu yang penuh dirumah, bercengkrama dengan anak
dan pasangan disela-sela pekerjaan kantornya. (2) memasak bersama, bermain
Pentingnya Positive Parenting pada Anak Usia Dini dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 59

bersama, atau berolahraga bersama, kegiatan ini membuat orangtua dan anak
tetap positif, menjaga suasana hati yang baik tidak mudah saat harus
menghadapi anak dengan berbagai macam tingkah lakunya. Sering kali,
akhirnya orang tua menghardik, “Sudah, berhenti!” Padahal, kita tahu bahwa
anak akan lebih menurut jika diberikan perintah positif dan pujian apabila ia
berhasil melakukan sesuatu, jadi ada baiknya jika kita menggunakan kalimat
atau kata-kata yang positif dengan nada yang rendah ketika kita memerintah
anak dibandingkan dengan menggunakan kata-kata yang keras atau negatif
dengan nada yang tinggi. (3) membuat jadwal kegiatan, orangtua yang harus
bekerja dirumah masih bisa melakukan kegiatan bersama anak-anak dengan
membuat jadwal kegiatan yang akan dilakukan bersama-sama tanpa
mengganggu aktivitas bekerja dan tanpa mengecewakan anak-anak, karena
menurut beberapa orangtua yang bekerja di rumah, pekerjaan tidak dilakukan
satu hari full seperti ketika mereka di kantor. (4) bermain peran atau saling
mengamati satu sama lain, kegiatan ini berguna untuk mengatasi perilaku
kurang baik anak usia dini, bekerja dirumah malah membuat para orangtua ini
jadi lebih aware terhadap perkembangan anak mereka, bahkan ada orangtua
yang bersyukur dengan adanya pandemi ini, karena dengan adanya pandemi
ini mereka memiliki waktu yang banyak untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak mereka yang masih berusia dini. Pada masa ini
orangtua jadi tahu perilaku anak mereka, ketika perilaku yang tercipta kurang
baik maka orangtua dengan cepat bisa mengatasinya langsung supaya perilaku
kurang baik tersebut tidak terbawa sampai dewasa (5) meditasi atau yoga,
kegiatan ini berguna untuk menjaga orangtua tetap tenang dan dan mampu
mengelola stress. Pola asuh yang positif memerlukan orangtua yang positif.
Jika orangtua tidak mampu bersikap tenang dan mengelola stress-nya maka
yang keluar adalah pola asuh yang otoriter bahkan cenderung negatif. Oleh
karena itu selain anak-anak, orangtua juga harus memiliki waktu untuk
merawat dirinya sendiri, beristirahat dan menjalankan pola hidup sehat. (6)
berdiskusi, mendiskusikan COVID-19 penting untuk orangtua dan anak
terutama anak usia dini. Saat ini banyak dari kita para orangtua merasa sangat
mudah untuk kewalahan mengenai semua hal yang didengar, dilihat ataupun
dibaca tentang penyakit COVID-19. Hal ini juga berlaku pada anak-anak,
dapat dimengerti jika anak merasa cemas juga. Anak mungkin merasa sulit
untuk memahami apa yang mereka lihat baik melalui jaringan online ataupun
dari televisi, atau mendengar dari orang lain, sehingga mereka dapat sangat
rentan terserang perasaan kecemasan, stres dan kesedihan. Tetapi jika diskusi
yang terbuka dan mendukung antara orangtua dan anak dilakukan akan dapat
60 COVID-19: Perspektif Pendidikan

membantu mereka memahami, mengatasi dan bahkan memberikan kontribusi


positif bagi orang lain (Unicef, 2020).
Dengan menerapkan positive parenting anak akan merasa dipedulikan,
diperhatikan oleh orangtua mereka. Hal ini akan menghindari anak usia dini
dari serangan kecemasan, stress pada anak atau masalah lainnya yang
mengganggu tumbuh kembang anak usia dini. Anak-anak perlu mengetahui
bahwa orangtua tidak akan meninggalkan anak dalam keadaan tertekan. Ketika
percakapan antara orangtua dan anak usia dini terjadi, cobalah untuk
mengukur tingkat kecemasan mereka dengan memperhatikan bahasa tubuh
mereka, mengingat apakah mereka menggunakan nada suara mereka yang
biasa dan juga memperhatikan bagaimana mereka bernapas. Hal ini dilakukan
untuk memberikan pemahaman kepada anak usia dini bahwa kapanpun
mereka ingin bercerita tentang topik yang serius sekalipun orangtua pasti akan
selalu ada untuk mereka, selain itu juga memberikan pemahaman bahwa
orangtua peduli kepada anaknya dan akan selalu menjadi orang yang nomor
satu untuk dicari ketika anak-anak merasa tidak nyaman atau khawatir tentang
suatu hal.

SIMPULAN
Penyakit coronavirus 19 (COVID-19) adalah infeksi virus yang sangat mudah
menular dan disebabkan oleh sindrom pernafasan akut coronavirus 2 (SARS-
CoV-2), yang muncul di Wuhan, Cina dan menyebar ke seluruh dunia
(Shereen et al., 2020). Akibat dari penyebaran virus yang sedemikian
cepatnya, aktivitas kehidupan seluruh masyarakat didunia terganggu tidak
terkecuali Indonesia. Mulai dari orang dewasa hingga anak usia dini dipaksa
untuk membatasi segala kegiatannya dan harus bekerja dan belajar dirumah
untuk sementara waktu guna memutus rantai penyebaran COVID-19.
Anak usia dini adalah anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang cukup pesat. Pada usia ini, aspek kognitif, fisik, motorik
dan psikososial seorang anak berkembang dengan pesat oleh karena itu
diperlukan stimulasi-stimulasi yang mampu mengoptimalisasikan seluruh
aspek tersebut agar seorang anak mampu menjadi pribadi yang matang,
bertanggung jawab, dan mampu menghadapi segala permasalahan dalam
hidupnya. Aktivitas bekerja dan belajar dari rumah bisa menjadi boomerang
bagi orangtua yang tidak siap dengan segala permasalahan yang mungkin
Pentingnya Positive Parenting pada Anak Usia Dini dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 61

muncul dari kondisi ini seperti timbulnya kekerasan pada anak usia dini. Untuk
itu perlu diterapkan pola asuh yang tepat untuk menghindari masalah yang
nantinya akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak usia dini.
Pada situasi dan kondisi saat ini positive parenting atau pola pengasuhan
positif penting diterapkan karena positive parenting adalah pola asuh yang
dilakukan secara suportif, konstruktif dan menyenangkan. Positive parenting
memiliki lima prinsip utama yaitu: (1) lingkungan yang aman dan nyaman, (2)
lingkungan belajar yang positif, (3) kedisiplinan yang tegas, (4) ekspektasi
yang realistis, (5) kemampuan orangtua untuk merawat dirinya sendiri. Ketika
kelima prinsip ini dapat diterapkan maka akan mampu membuat hubungan
antara orangtua dan anak usia dini menjadi lebih baik tanpa mengganggu
proses tumbuh kembang anak itu sendiri.
Positive parenting pada masa pandemi COVID-19 dapat dilakukan oleh
orangtua melalui kegiatan-kegiatan yang sederhana namun menyenangkan,
seperti, bercerita, memasak bersama, bermain bersama berolahraga bersama,
bermain peran atau saling mengamati antara orangtua dan anak, meditasi,
berdiskusi. Dari kegiatan-kegiatan ini diharapkan anak akan merasa tenang,
aman dan nyaman selama pandemik Covid-19 berlangsung. anak-anak perlu
tahu bahwa orangtua peduli kepada anak-anaknya dan memperhatikan segala
tingkah laku yang dibuat oleh anak-anaknya. Orangtua menginginkan yang
terbaik bagi anak-anaknya.
Anak usia dini belum paham mengenai apa yang terjadi saat ini. Yang mereka
pahami ada penyakit yang telah merenggut kebebasan mereka untuk
beraktivitas. Ada baiknya orangtua memberikan edukasi mengenai pandemi
ini kepada anak-anak tentu saja dengan cara-cara yang sesuai dengan usia
anak, contohnya melalui cerita, dongeng, atau lagu-lagu. Hal ini jika dilakukan
akan memberikan pemahaman yang baik kepada anak usia dini dan tentu saja
membuat mereka menjadi paham pentingnya melakukan pola hidup sehat.
Dengan menerapkan positive parenting diharapkan orangtua dan anak usia dini
dapat menjalani aktivitas dengan penuh semangat dan kasih sayang, karena
memang hal inilah yang dibutuhkan pada situasi dan kondisi seperti sekarang.
Pandemi Covid-19 boleh saja mengganggu aktivitas sosial masyarakat, namun
jangan sampai mengganggu kelangsungan hubungan antara orangtua dan
anak.
62 COVID-19: Perspektif Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA
Arini, Ni Made. (2019). Swadharma Grhastha Asrama Dalam Mendidik Anak
Pada Keluarga Hindu di Dusun Rendang Bajur Desa Taman Sari
Kabupaten Lombok Barat. Disertasi. Program Studi Doktor Pendidikan
Agama Hindu, Program Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia.
Denpasar.
Kemendikbud. (2020). Sikapi COVID-19, Kemendikbud Terbitkan Dua Surat
Edaran. Diakses pada 23 Mei 2020, dari https://www.kemdikbud.go.id.
Nooraeni, Resiana (2017) IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING
DALAM MENUMBUHKAN PERILAKU PENGASUHAN POSITIF
ORANGTUA DI PAUD TULIP TAROGONG KALER GARUT : Studi
Pada Lembaga PAUD Tulip kampung Kudang Sari RW 05 desa
Rancabango kecamatan Tarogong Kaler kabupaten Garut. Other thesis,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sanders, M. R. (2008). Triple P-Positive Parenting Program as a Public Health
Approach to Strengthening Parenting. Journal of Family Psychology.
https://doi.org/10.1037/0893-3200.22.3.506
Shereen, M. A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N., & Siddique, R. (2020).
COVID-19 infection: Origin, transmission, and characteristics of human
coronaviruses. In Journal of Advanced Research (Vol. 24).
https://doi.org/10.1016/j.jare.2020.03.005
Unicef. (2020). Coronavirus (Covid-19) Guide For Parents. Diakses pada 27
Mei 2020, dari https://www.unicef.org/parenting/coronavirus-covid-19-
guide-parents
Website Informasi Covid-19 Pemerintah Provinsi Lampung. (2020). Tentang
Covid-19. Diakses pada 23 Mei 2020, dari
https://www.covid19.lampungprov.go.id/
Wiranata, I. G. L. A. (2019). MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN
ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN PARENTING.
PRATAMA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,
4(1). https://doi.org/10.25078/pw.v4i1.1068
Belajar dari Rumah Selama
Masa Pendemi Covid 19
I Ketut Suparya
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan
Singaraja

PENDAHULUAN
Negara-Negara di dunia sekarang ini berperang melawan virus Covid-19 yang
dikenal dengan nama resmi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus
2 (SARS-CoV-2). Virus tersebut pertama kali diidentifikasi pada Desember
2019 di Kota Wuhan, China (Kumparan, 2020). Dari data yang dilaporkan
sampai tanggal 25 Mei 2020 telah tercatat sejumlah 216 Negara telah
terkonfimasi penyebaran virus Covid-19 dengan jumlah orang yang
terkonfirmasi positif sebanyak 5.257.419 dan dilaporkan meninggal dunia
sebanyak 341.155 (https://covid19.go.id). Dari data tersebut terlihat bahwa
negara di setiap belahan dunia berperang dengan waktu untuk menghambat
bahkan menghentikan penyebaran virus melihat dari dampak yang
ditimbulkan sungguh luar biasa.
Di Indonesia kasus pertama Covid-19 terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret
2020 (https://news.detik.com/berita/d-4991485), jumlah kasus semakin hari
semakin bertambah, data per tanggal 29 Mei 2020 dilaporkan bahwa sebanyak
34 provinsi yang ada di Indonesia terdampak Covid-19 . Jumlah kasus positif
mencapai 24.538 kasus, pasien sembuh sebanyak 6.240 orang dan meninggal
sebanyak 1.496 orang (https://covid19.go.id). Tingginya angka kematian yang
mencapai lebih dari ribuan orang ini, haruslah mendapat perhatian yang serius
serta diperlukan langkah-langkah yang strategis dari Pemerintah dan dukungan
masyarakat guna menghentikan rantai penyebaran Covid-19 ini sehingga tidak
menimbulkan penyebaran korban kasus positif dan korban meninggal yang
semakin meluas di wilayah Indonesia.
64 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Covid-19 banyak menelan korban jiwa yang tersebar hampir di seluruh


belahan dunia oleh World Health Organization (WHO) telah diumumkan
sebagai Pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Oleh karena itu, hampir setiap
negara telah berupaya dengan sangat serius karena penyebaran virus ini yang
semakin sulit dikendalikan sehingga langkah kongkret harus diambil untuk
menekan laju penyebarannya. Di Indonesia, Covid-19 telah menggerakkan
Presiden H. Ir. Joko Widodo untuk cepat tanggap dan peduli atas keselamatan
rakyatnya. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai pengumuman untuk
meliburkan sekolah, meniadakan kuliah tatap muka, larangan terlibat dalam
keramaian, termasuk larangan ke luar negeri, rekreasi, ataupun hanya untuk
kunjungan biasa.
Terkait dengan himbauan pemerintah dalam bidang pendidikan selama masa
pandemi Covid-19 proses belajar dilakukan dari rumah (learning from home).
Kegiatan ini selaras dengan arahan pemerintah kepada seluruh warga negara
Indonesia untuk melakukan pembatasan aktivitas di luar rumah serta aktivitas
lain yang melibatkan kerumunan orang banyak (social and physical
distancing). Adanya social and physical distancing menyebabkan terjadinya
perubahan yang sangat signifikan dalam proses pembelajaran disetiap jenjang
pendidikan baik itu pada jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah
dasar (SD), sekolah menengah (SMP & SMA) dan pendidikan tinggi.
Kebijakan ini mengakibatkan para pengelola dunia pendidikan mengeluarkan
keputusan untuk meniadakan aktivitas di sekolah atau di kampus dengan
pembelajaran jarak jauh dari rumah, baik itu secara daring/online atau media
televisi TVRI bagi yang mempunyai keterbatasan akses internet (baik karena
faktor ekonomi maupun geografis) sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Prodjo, 2020).
Pembelajaran dari rumah akan membuat teknis pembelajaran sedikit berbeda
dari biasanya. Orang tua akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran
anak-anaknya. Guru harus mampu mengupgrade diri secara cepat, menguasai
berbagai media sebagai sarana proses pembelajaran jarak jauh. Dan bagi
sekolah, pembelajaran melalui daring yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
menuntut pengaturan SDM (tenaga pendidik dan tenaga kependidikan) serta
paradigm belajar yang sebelumnya banyak melakukan pembelajaran secara
konvensional (Agus, 2020).
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 65

PEMBAHASAN
A. Peran Orang Tua Pada Program Pembelajaran Dari
Rumah
Menurut Undang-Undang Sistem pendidikan nasional No 20 Tahun 2003,
proses pembelajaran pada anak sejatinya dapat dibedakan menjadi tiga jalur,
yaitu pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Pendidikan informal adalah proses pendidikan yang dilakukan di lingkungan
keluarga secara mandiri. Pendidikan formal adalah pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah secara teratur, sistematis, berjenjang dengan mengikuti
syarat-syarat yang jelas. Adapun jenjang dari pendidikan formal adalah
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Jenjang sekolah dasar (SD) adalah salah satu jenjang pendidikan pada jalur
pendidikan formal. Berdasarkan pasal 17 UU No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran di SD
adalah pendidikan yang mendasari jenjang pendidikan menengah. Dalam
implementasi kurikulum 2013 pembelajaran di SD berbasis tematik integratif
yang artinya memadukan berbagai mata pelajaran menjadi satu tema. Secara
umum materi yang dibelajarkan pada jenjang SD adalah matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, bahasa Indonesia, pendidikan
kewarganegaraan, seni budaya dan prakarya (SBdP), pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan (PJOK).
Selama masa pandemi Covid-19, dunia pendidikan mengalami pergeseran
paradigma belajar yang sangat signifikan. Proses pembelajaran yang
sebelumnya dilakukan secara tatap muka dalam jalur pendidikan formal
sekarang ini berubah menjadi proses pembelajaran dari rumah (learning from
home) dengan peran pendidikan informal menjadi sangat signifikan. Hampir
semua jenjang pendidikan mengalami hal seperti ini, begitu pun dengan
pembelajaran pada jenjang SD. Pembelajaran dari rumah dilaksanakan
berdasarkan fakta di lapangan semakin signifikannya penularan virus Covid-
19 di berbagai wilayah di Indonesia dengan tidak memandang tingkatan umur,
66 COVID-19: Perspektif Pendidikan

status sosial maupun jenis kelamin. Social and physical distancing merupakan
salah satu cara yang diambil pemerintah untuk memutus mata rantai
penyebaran Covid-19. Melalui surat edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 36962/MPK.A/HK/2020 tentang
Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka
Pencegahan Corona Virus Desease (Covid-19) tertanggal 17 Maret 2020.
Dalam SE Mendikbud tersebut terdapat poin mengenai pola pembelajaran bagi
daerah yang terkena dampak Covid -19, yaitu memberlakukan pembelajaran
secara daring dari rumah bagi siswa dan mahasiswa; pegawai, guru, dan dosen
melakukan aktivitas bekerja, mengajar atau memberi kuliah dari rumah
(Bekerja Dari Rumah/BDR) melalui video conference, digital documents, dan
sarana daring lainnya (Kemdikbud, 2020a).
Dengan adanya surat edaran tersebut menjadikan dasar bagi semua lembaga
pendidikan formal untuk menerapkan pembelajaran dari rumah. Pembelajaran
dari rumah dimaknai sebagai penyelarasan pendidikan pada anak yang
dilakukan di rumah dengan fasilitator orang tua dengan pembelajaran yang
seharusnya dilaksanakan di sekolah sesuai dengan tuntukan kurikulum.
Kebijakan belajar dari rumah menuntut kreativitas dan inovasi pembelajaran
yang dilakukan oleh guru sehingga anak mampu belajar secara bermakna di
rumah. Pembelajaran di SD yang menurut teori kognitif piaget anak masih
berada pada tahapan operasional kongkret menuntut proses pembelajaran yang
dilakukan di rumah secara real sesuai dengan konteks anak di lingkungan
sekitar. Orang tua selama pandemi Covid-19 ini tidak hanya berfungsi sebagai
tempat pendidikan anak yang pertama dan utama dalam membentuk karakter,
nilai agama dan budi pekerti tetapi sekarang memiliki peran tambahan sebagai
guru ke dua bagi anak dalam belajar di rumah.
Adapun peran penting orang tua selama proses pembelajaran dari rumah
adalah sebagai berikut.
Pertama, menjaga motivasi anak. orang tua harus tetap mampu menjaga
motivasi anak dalam belajar dengan menghadirkan suasana kongkret dalam
memfasilitasi anak belajar. Selama pembelajaran dari rumah orang tua dituntut
untuk selalu memberikan aura positif kepada anak sehingga anak tidak bosan
dalam kegiatan belajar. Jika kita lihat bahwa dunia anak SD sejatinya senang
belajar dengan bermain, oleh kerena itu guru dan orang tua dalam
pembelajaran dari rumah harus kreatif dalam menciftakan suasana yang
menyenangkan bagi anak belajar (Aunurrahman, 2010). Anak SD sangat
termotivasi belajar jika banyak bergerak, belajar bersama teman, langsung
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 67

praktik, mampu menjalin interaksi dengan sesama teman, menggunakan


berbagai media (vusial, audio visual), belajar sambil menggambar (Sapriati,
2014). Karakteristik inilah yang perlu dipahami oleh guru dan orang tua untuk
membuat inovasi pembelajaran dari rumah sehingga menyenangkan bagi anak
SD.
Kedua, memfasilatasi anak belajar. selama proses pembelajaran dari rumah,
orang tua senantiasa menemani anak terutama untuk anak SD kelas rendah
karena mereka perlu didampingi, diberikan arahan serta dimotivasi untuk mau
belajar secara serius sesuai dengan arahan yang diberikan oleh guru di sekolah.
Peran orang tua disini sangat siginifikan untuk memfasilitasi anak dalam
belajar. Dalam mendampingi anak belajar dari rumah orang tua seharusnya
meberikan pengasuhan positif yang berlandaskan pada rasa kasih sayang,
saling menghargai sehingga akan terbangun hubungan yang erat dan harmonis
antara anak dan orang tua (Agustin, dkk, 2015). Orang tua yang menyediakan
lingkungan belajar yang ramah bagi anak akan mampu menjaga motivasi anak
untuk tetap mengikuti pembelajaran dari rumah dengan perasaan senang
sehingga akan mampu menciftakan suasana belajar yang menyenangkan
(joyfull learning).
Ketiga, menumbuhkan kreativitas anak. orang tua selama proses pembelajaran
dari rumah bisa mefasilitasi anak dengan berbagai kreativitas yang terkait
dengan materi belajar di sekolah (intrakurikuler) maupun materi yang bersifat
kokurikuler dan ekstra kurikuler. Orang tua dan anak yang memiliki waktu
relative lebih lama dalam situasi ini akan mempu menyediakan ruang
kreativitas yang lebih banyak sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan.
Keempat, mengawasi anak dalam belajar. Orang tua bisa bertindak sebagai
pengawas selama anak belajar dari rumah. Orang tua diharapkan mampu
mengawasi anak dalam belajar misalnya mengingatkan anak untuk
mengerjakan tugas yang diberikan guru dan menegur anak jika lalai terhadap
waktu belajar. Kelima, mengevaluasi hasil belajar anak. Jika orang tua
memiliki kompetensi yang berkaitan materi anak, orang tua bisa langsung
mengevaluasi hasil belajar anak. Misalnya mengajak berdiskusi terkait tugas
yang dikerjakan serta memeriksa hasil pekerjaan anak.
68 COVID-19: Perspektif Pendidikan

B. Proses Pembelajaran Selama Pembelajaran Dari Rumah


Pembelajaran anak SD jika kaitkan dengan teori perkembangan kognitif
Piaget, anak berada pada tahapan perkembangan operasional kongkret. Ciri
khusus pada tahapan perkembangan ini adalah anak sudah mampu berpikir
rasional, seperti penalaran untuk menyelesaikan suatu masalah yang konkret
(aktual). Namun, bagaimanapun juga dalam kemampuan berpikir mereka
masih terbatas pada situasi nyata. Pada tahap operasional konkret ini, anak
memiliki kemajuan kognitif atau pemahaman yang lebih baik dibandingkan
dengan anak pada tahap pra-operasional dalam hal hubungan spasial,
kategorisasi, penalaran, dan konversi (Sapriati, 2014). Tahapan perkembangan
ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran yang dirancang oleh guru
harus tetap memperhatikan aspek perkembangan kognitif anak sehngga anak
tidak dijadikan perpustakaan hidup tetapi menjadikan anak untuk berlatih
berpikir secara kritis untuk dirinya, mampu mempertimbangkan hal-hal kecil
yang ada disekelilingnya dan berpartisipasi aktif dalam proses mendapatkan
pengetahuan. (Sapriati, 2014).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru maupun pihak sekolah
dalam memfasilitasi anak untuk tetap belajar dari rumah selama masa
pandemic Covid-19 ini di antaranya:
1. Guru harus menyediakan bahan pelajaran yang akan dijadikan materi
belajar oleh anak di rumah. Materi yang dijadikan acuan sebagai
bahan belajar anak selama belajar dari rumah bisa menggunakan
buku paket sekolah, lembar kerja siswa yang sudah disediakan oleh
pihak sekolah, konten materi lain yang tersedia dalam layanan online
atau pun menyiapkan materi dalam berbagai jenis learning
management system (LMS) seperti google classroom, edmodo,
schoology, dan lain-lain.
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 69

Gambar 1. Contoh Materi yang diupload pada layanan online schoology


2. Proses belajar di rumah dapat dilakukan melalui berbagai alternatif
media online/daring seperti whatsapp group, rumah belajar
Kemendikbud, youtube, edutech yang menyediakan akses belajar
online, ruang guru, serta berbagai jenis learning management system
(LMS) seperti google classroom, Edmodo, schoology, dan lain-lain.

Gambar 2. Contoh proses pembelajaran


a Pembelajaran menggunakan whatsapp group
70 COVID-19: Perspektif Pendidikan

b Pembelajaran menggunakan zoom meeting


3. Siswa mempelajari materi dengan mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru. Selama pembelajaran dari rumah, guru memastikan
siswanya selalu mempelajari materi yang diberikan sesuai jadwal
belajar anak di sekolah serta mengerjakan tugas yang diberikan.

Gambar 3. Contoh Siswa mengerjakan tugas


4. Guru melakukan monitoring pembelajaran online/daring. Selama
belajar dari rumah menggunakan pembelajaran online/daring guru
senantiasa memonitoring kegiatan belajar anak. Jika pembelajaran
tidak dilakukan secara online guru bisa memantau siswanya belajar
dengan cara mengirimkan foto-foto belajar anak lewat whatsapp
group.
5. Guru memberikan umpan balik dari pertanyaan yang diajukan oleh
siswa.

Sebaiknya selama proses pembelajaran dari rumah guru harus memberikan


umpan balik terhadap pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
Beberapa hal tersebut tidak cukup memberikan jawaban terhadap dunia
pendidikan kita, dalam situasi seperti ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, meskipun Kemendikbud sudah
menjalin kerja sama dengan platform teknologi atau online learning milik
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 71

swasta untuk memfasilitasi siswa belajar di rumah, Kemendikbud menyadari


bahwa masih banyak sekolah di daerah yang tidak memiliki akses internet,
kesulitan menggunakan platform teknologi, hingga keterbatasan dana untuk
kuota internet atau pulsa (Kemdikbud, 2020b)
Kemendikbud ingin memastikan bahwa dalam masa yang sangat sulit ini ada
berbagai macam cara untuk mendapatkan pembelajaran dari rumah, salah
satunya melalui media televisi. Penayangan materi ajar lewat TVRI
diharapkan mampu memperluas akses layanan pendidikan bagi masyarakat di
daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) yang memiliki kendala jaringan
internet dan keterbatasan ekonomi. Belajar dari rumah di TVRI diharapkan
bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di berbagai daerah sehingga
bisa dimanfaatkan oleh siswa, guru dan orang tua untuk membantu
pembelajaran dari rumah selama masa pandemi ini. Konten program belajar
dari rumah di TVRI lebih fokus pada literasi, numerasi, dan penumbuhan budi
pekerti atau pendidikan karakter.
Selama pembelajaran dari rumah guru tetap melakukan evaluasi proses
pembelajaran sebagai syarat untuk mengetahui pemahaman anak terhadap
materi yang diberikan. Pengukuran pemahaman anak terkait dengan materi
yang dibelajarkan bisa lewat pemberian soal yang diberikan lewat whatsapp
group atau pun dengan menggunakan fasilitas learning management system
(LMS) seperti google classroom, Edmodo, schoology, dan lain-lain. Pemilihan
alat yang digunakan guru dalam mengukur kemampuan anak disesuaikan
konten materi yang dibelajarkan dan keadaan ekonomi orang tua siswa. Pada
prinsipnya pembelajaran dari rumah tidak ingin memberatkan orang tua siswa
dimasa pandemic Covid-19. Bagi siswa yang memiliki kemampuan lebih
dalam penggunaan fasilitas pembelajaran online bisa menggunakan berbagai
aplikasi LMS sehingga evaluasi pembelajaran menjadi lebih menarik.
72 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Gambar 4. Contoh penilaian menggunakan Quizizz


Selain inovasi dan kreativitas pembelajaran online dari guru, faktor utama
yang membantu suksesnya pembelajaran dari rumah adalah kemandirian anak
dalam belajar. Sistem pembelajaran online memiliki kelemahan minim kontrol
dari guru sehingga peran orang tua untuk memberikan motivasi kepada anak
sehingga anak mampu belajar mandiri menjadi sangat penting. Kita tahu, salah
satu tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk menanamkan semangat
belajar dalam diri siswa. Anak dirangsang agar melakukan proses belajarnya
masing-masing secara mandiri. Maka, saat-saat belajar dari rumah secara
daring menjadi saat yang berharga untuk melatih anak belajar secara mandiri.
Bagi mahasiswa atau siswa SMA mungkin proses pembelajaran ini tidak
begitu sulit, tetapi bagi jenjang SD jelas butuh pendampingan yang optimal
dari orang tua untuk melatih kemandirian anak.
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 73

Pendampingan orang tua dalam pembelajaran dari rumah selain membantu


anak dalam momen belajar juga akan membangun komunikasi yang intens
dengan anak. Komunikasi yang intens ini akan membangun kreativitas anak
lewat berbagai aktivitas bersama yang bermanfaat (Pronato, 2020). Peran guru
dan orang tua memang mendasar dalam mendukung proses anak belajar di
rumah. Keduanya mesti membangun kolaborasi demi memaksimalkan
kegiatan belajar anak. Kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran
daring yang menarik dan menyenangkan akan sangat menentukan besarnya
atensi siswa terhadap kegiatan belajar daring tersebut. Sedangkan
pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemai anak akan menentukan
sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna.
Selama masa pembelajaran dari rumah, anak tidak mesti selalu dibebani
dengan kegiatan intrakurikuler, anak bisa diberikan kebebasan untuk belajar.
Anak semestinya diberikan kebebasan untuk memilih objek belajar yang
menjadi minatnya sehingga konsep merdeka belajar tercermin dalam kegiatan
anak. Kebebasan anak untuk mengembangkan minatnya akan mampu
menciftakan suasan belajar yang menyenangkan (joyfull learning).
Sebagaimana yang diungkapkan, Wei, dkk. (2011) “joyful learning as akind of
learning process or experience which could make learners feel pleasure in a
learning scenario/process”. Hal ini berarti pembelajaran menyenangkan
merupakan suatu proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang membuat
peserta didik merasakan kenikmatan dalam skenario belajar atau proses
pembelajaran.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan sehingga anak tetap merasa senang
belajar dari rumah baik dilakukan secara mandiri atau pun bimbingan orang
tua.
a. Pembiasaan sehari-hari

Di luar tugas-tugas akademik, guru harus mampu berkreasi memberikan


berbagai tugas berupa pembiasaan sehari-hari. Mulai yang ringan dan
dilakukan sendiri hingga dilakukan bersama-sama. Seperti: merapikan tempat
tidur, mandi dan ganti pakaian sendiri, mencuci peralatan makan habis dipakai,
merapikan tempat belajar, merapikan mainan, mencuci tangan sebelum makan,
menyiram tanaman, menyapu dan sebagainya. Pembiasaan-pembiasaan
tersebut bisa dilaporkan kepada guru baik dalam bentuk foto atau video. Orang
tua mengambil gambar anak beraktivitas pembiasaan, kemudian melaporkan
kepada guru.
74 COVID-19: Perspektif Pendidikan

b. Belajar kecakapan hidup

Guru juga dapat memberikan tugas-tugas siswa di rumah berupa pembelajaran


kecakapan hidup (life skill). Mulailah dengan cara-cara yang sederhana
menurut tingkatan usia anak. Usahakan untuk keterampilan tertentu, semua
bahan dan alat yang tersedia di rumah saja. Sehingga tidak perlu keluar rumah
untuk mendapatkannya. Contoh Untuk tingkat SD, anak diajari pula
menuliskan laporan dalam bukunya. Mulai dari nama kegiatan, alat dan bahan,
dan cara membuatnya.
c. Penanaman nilai agama dan seni

Tugas lain yang bisa diberikan untuk membuat belajar dari rumah
menyenangkan adalah tugas terkait penanaman nilai agama dan seni.
Penanaman nilai agam dan seni menjadi tugas menyenangkan yang bisa
dikolaborasikan dengan tugas-tugas intrakurikuler lainnya. Contoh tugas yang
bisa diberikan antara lain bernyanyi lagu-lagu wajib nasional, membuat video
terkait dengan Covid-19, membersihkan tempat suci, melakukan
persembahyangan dan lain sebagainya.

Gambar 5. Contoh Kegiatan anak dalam penanaman nilai agama dan seni
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 75

C. Tantangan Pembelajaran dari Rumah


Program belajar dari rumah yang dicanangkan oleh pemerintah menuntut
kolaborasi yang positif dengan guru di sekolah dan peran serta orang tua di
rumah sebagai guru ke dua.
Berbagai tantangan yang mungkin muncul selama proses pembelajaran
tersebut, di antaranya:
1. Kemampuan guru dalam mengoperasikan teknologi informasi
misalnya saja seperti zoom, google classroom, quizizz, dan google
drive untuk menghantarkan materi dan tugas bagi siswa. Guru yang
gagap teknologi pembelajaran akan menjadi kendala utama dalam
proses pembelajaran online/daring selama program belajar dari
rumah. Oleh karena itu, pihak sekolah seharusnya membentuk team
work yang bisa membantu guru-guru tersebut sehingga proses
pembelajaran menjadi lancar.
2. menyajikan pembelajaran yang terencana dan efektif dalam
keterbatasan waktu. Hal ini bisa dilakukan dengan mempersiapkan
quality lesson plan dan mengatur langkah-langkah pembelajaran
yang detail
3. Orang tua bersama-sama guru harus menyatukan persepsi demi
menjaga konsentrasi anak didiknya yang serba berjauhan sehingga
peran guru dan orang tua sebagai motivator, fasilitator, mediator dan
evaluator bisa tetap terjaga.
4. Kondisi ekonomi orang tua. Dalam pembelajaran online/daring sudah
pasti siswa akan memerlukan kuota internet dalam mengakses materi
yang diberikan oleh guru. Semakin banyak mata pelajaran yang
diikuti oleh anak semakin banyak kuota internet yang dihabiskan
sehingga akan berimplikasi keuangan keluarga. Solusinya adalah
pihak sekolah bisa membantu memberikan paket internet kepada
anak. Jika pihak sekolah tidak bisa menyediakan paket internet gratis
maka sekolah harus menyesuaikan proses pembelajaran dengan
kondisi ekonomi orang tua anak. Selain itu anak bisa difasilitasi
untuk mengikuti program pembelajaran dari pemerintah yang
menyediakan layanan gratis (pemberian paket internet gratis).
76 COVID-19: Perspektif Pendidikan

5. Ketidak tersediaan waktu yang cukup dari orang tua dalam


mendampingi anak belajar dari rumah. Meskipun selama masa
pandemi ada himbauan dari pemerintah untuk tetap berdiam di
rumah, tetapi sebagaian orang tua anak masih harus bekerja dengan
protokol kesehatan yang benar untuk bisa menyambung hidup selama
masa pandemi ini. Situasi yang seperti ini mewajibkan guru untuk
membangun komunikasi yang intens kepada orang tua sehingga
proses pembelajaran tidak menjadi terganggu. Pelaporan kegiatan
belajar anak bisa dilakukan pada saat orang tua memiliki waktu luang
di rumah.
6. Orang tua harus mampu menjadi teladan anak (role model). Anak SD
pada umumnya masih meniru orang-orang disekitarnya. Oleh karena
itu, orang tua diharapkan bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Misalnya, memberikan contoh dalam mendemonstrasikan
percobaan/ataupun kegiatan praktek pada materi SD yang bisa
dilakukan di rumah.

SIMPULAN
Adanya himbauan dari pemerintah untuk melakukan social and physical
distancing dalam masa pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya perubahan
yang sangat signifikan dalam proses pembelajaran disetiap jenjang pendidikan
baik itu salah satunya adalah jenjang sekolah dasar (SD). Kebijakan ini
mengakibatkan para pengelola dunia pendidikan mengeluarkan keputusan
untuk meniadakan aktivitas di sekolah dengan pembelajaran dari rumah
(leraning from home), baik itu secara daring/online atau media televisi TVRI
bagi yang mempunyai keterbatasan akses internet (baik karena faktor ekonomi
maupun geografis). Orang tua selama pandemi Covid-19 ini tidak hanya
berfungsi sebagai tempat pendidikan anak yang pertama dan utama dalam
membentuk karakter, nilai agama dan budi pekerti tetapi sekarang memiliki
peran tambahan sebagai guru ke dua bagi anak dalam belajar di rumah.
Adapun peran penting orang tua selama proses pembelajaran dari rumah
adalah: 1) menjaga motivasi anak, 2) memfasilitasi anak belajar, 3)
Belajar dari Rumah Selama Masa Pendemi Covid 19 77

menumbuhkan kreativitas anak, 4) mengawasi anak dalam belajar, 5).


mengevaluasi hasil belajar anak.
Peran guru dan orang tua sangat vital dalam mendukung proses anak belajar
dari rumah. Keduanya mesti membangun kolaborasi demi memaksimalkan
kegiatan belajar anak. Kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran
daring/online yang menarik dan menyenangkan akan sangat menentukan
besarnya atensi siswa terhadap kegiatan belajar tersebut. Sedangkan
pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemai anak akan menentukan
sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, N. N. M. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia
Pendidikan. Tersedia pada: https://kabar-priangan.com/dampak-pandemi-
covid-19terhadap-dunia-pendidikan/. Diakses tanggal 25 Mei 2020
Agustin, dkk. (2015). Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan
Mental, Karakter Anak serta Budi Pekerti Anak. Jurnal Sosial
Humaniora, Vol 8 No.1, Juni 2015.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta.
Kumparan. (2020). Apa Itu COVID-19? Corona atau COVID-19 sih?.
Tersedia pada: https://kumparan.com/kumparannews/apa-itu-covid-19-
corona-atau-covid-19-sih-1tDAiVp9tep/full. Diakses tanggal 25 Mei
2020.
Kemdikbud. (2020a). SE Mendikbud: Pembelajaran secara Daring dan
Bekerja dari Rumah untuk Mencegah Penyebaran Covid-19. Tersedia
pada: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-
pembelajaran-secara-daring-dan-bekerja-dari-rumah-untuk-mencegah-
penyebaran-covid19 Diakses tanggal 25 Mei 2020.
Kemdikbud. (2000b) Kemendikbud Hadirkan Program Belajar dari Rumah di
TVRI. http://pgdikdas.kemdikbud.go.id/read-news/kemendikbud-
hadirkan-program-belajar-dari-rumah-di-tvri. Diakses tanggal 25 Mei
2020.
78 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Prianto, C. (2020). Pembelajaran Bermakna di Tengah Covid-19. Surabaya:


Yayasan Kita Menulis.
Prodjo, W. A. (2020) Ini Alasan Mendikbud Nadiem Hadirkan Belajar dari
Rumah lewat TVRI. Tersedia pada:
https://www.kompas.com/edu/read/2020/04/10/161558071/ini-
alasanmendikbud-nadiem-hadirkan-belajar-dari-rumah-lewat-
tvri?page=all. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
Sapriati, A. (2014). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003.
Wei, dkk. (2011). A Joyful Classroom Learning System With Robot Learning
Companion For Children To Learn Mathematics Multiplication. The
Turkish Online Journal Of Educational Technology/ Vol. 10 No. 2, pp. 1-
13
WHO. (2020). WHO Director-General's opening remarks at the media briefing
on COVID-19 - 11 March 2020. Tersedia pada:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-
openingremarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---11-march-2020.
Diakses tanggal 25 Mei 2020.
Link: https://covid19.go.id. Diakses tanggal 29 Mei 2020
Link: https://news.detik.com/berita/d-4991485. Diakses tanggal 25 Mei 2020
Link: https://siedoo.com/berita-29875-agar-tugas-belajar-di-rumah-tak-
membosankan-guru-bisa-lakukan-ini/. Diakses tanggal 25 Mei 2020
Link: https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-
openingremarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---11-march-2020.
Diakses tanggal 25 Mei 2020
Transformasi Televisi Sebagai
Media Pembelajaran Pada
Masa Pandemi Covid-19
I Gede Dharman Gunawan
Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka
Raya

PENDAHULUAN
Saat ini Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang sangat besar bagi
perkembangan kehidupan manusia. Semua aspek kehidupan sangat
terpengaruh dengan adanya wabah Covid-19. Bidang Pendidikan merupakan
salah satu yang merasakan dampaknya. Nampaknya kegiatan belajar mengajar
di dalam kelas yang selama ini biasa dilaksanakan, mengalami perubahan
seiring dengan adanya kebijakan pemerintah untuk bekerja, belajar, dan
beribadah di rumah. Artinya, dengan belajar dari rumah, menuntut para
pendidik untuk memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan,
meskipun peserta didik belajar dari rumah masing-masing. Pendidik tentunya
dituntut untuk melakukan berbagai macam inovasi dengan memanfaatkan
media pembelajaran. Terkait dengan adanya kondisi pandemi Covid-19 ini
perubahan dalam pemanfaatan media pendidikan sangat diperlukan. Dalam hal
ini, pemanfaatan media pembelajaran “harus” bertransformasi sehingga dapat
beradaptasi dengan kondisi pandemic Covid-19 untuk tetap terlaksananya
proses pembelajaran walaupun peserta didik berada di rumah.
Salah satu media pendidikan yang mengalami transformasi pada masa
pandemic covid-19 adalah pemanfaatan televisi. Keberadaan televisi sebagai
media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasi secara cepat dan
mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dari waktu bersamaan.
80 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Awalnya, pemanfaatan televisi dengan berbagai tayangan yang ditampilkan


telah mampu menarik minat pemirsa untuk menyaksikan berbagai tayangan-
tayangan yang ditampilkan mulai dari infotaiment, entertaiment, talk show,
reality show, iklan, sinetron, dan film. Terkait dengan fungsi televisi sebagai
media komunikasi memiliki peran secara fungsional untuk menyampaikan
informasi (to inform), mendidik (to educate), mengibur (to entertaint), dan
memengaruhi (to influence). Namun seringkali point pertama dan kedua sering
terlewatkan dalam mejalankan fungsi televisi tersebut. Karena sebagai acara
siaran pendidikan, maka tekanannya pada pendidikannya, sedangkan hiburan
atau penerangan hanya sebagai pelengkap saja (Sukiman, 2012: 95).
Sejalan dengan hal di atas, fungsi televisi untuk memberikan informasi dan
sebagai media pendidikan selama pandemic covid-19, maka Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan TVRI menayangkan
Program Belajar dari Rumah. Artinya, televisi telah bertransformasi sebagai
televisi edukasi selama masa pandemic covid-19. Program televisi edukasi ini
ditujukan kepada para peserta didik mulai jenjang TK, SD, SMP, dan SMA.
Maksud dari program televisi edukasi Program Belajar dari Rumah merupakan
salah satu upaya Kemdikbud untuk membantu terselenggaranya pendidikan
bagi semua kalangan di masa pandemic covid-19 ini. Artinya, bahwa
membantu masyarakat luas yang memiliki keterbatasan akses internet, baik
secara ekonomi maupun letak geografis. Sehingga dapat memberikan manfaat
positif bagi masyarakat Indonesia, khususnya dalam meningkatkan kualitas
dunia pendidikan. Dari fenomena serta perkembangan pertelevisian yang
begitu pesat sehingga mampu memberikan pengaruh secara positif dan negatif
bagi perkembangan masyarakat secara umum dan bagi peserta didik secara
khusus, maka perlu adanya pemanfaatan televisi edukasi sebagai wadah
penyampaian informasi pendidikan kepada peserta didik secara sistematis dan
terpadu.

PEMBAHASAN
Sesuai dengan Surat Edaran Kemendikbud Nomor 15, Tahun 2020 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) menyatakan bahwa tujuan
pelaksanaan belajar dari rumah antara lain, memastikan pemenuhan hak
peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-
Transformasi Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 81

19, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk Covid-19,


mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 di satuan pendidikan, dan
memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik,
dan orang tua/wali. Berdasarkan tujuan pelaksanaan belajar dari rumah
tersebut, maka digunakan media pembelajaran untuk melaksanakan kegiatan
belajar dari rumah. Adapun media pelaksanaan pembelajaran dari rumah
mengalami transformasi antara lain pembelajaran jarak jauh dalam jaringan
(daring) dan pembelajaran jarak jauh luar jaringan (luring). Media
pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring) menggunakan gadget maupun
laptop melalui beberapa portal dan aplikasi pembelajaran daring. Sedangkan
media pembelajaran luring dapat dilaksanakan melalui televisi, radio, modul
belajar mandiri, bahan ajar cetak, dan alat peraga dari lingkungan sekitar.
Televisi merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan pada masa
pandemi Covid-19 ini. Televisi pendidikan merupakan penggunaan program
video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran, tidak sekedar
menghibur namun juga yang lebih penting adalah mendidik. Oleh karenannya
memiliki ciri tersendiri antara lain: dituntun oleh instruktur, sistematis, teratur
berurutan, dan terpadu (Arsyad, 2010:51). Televisi sebagai media
telekomunikasi berfungsi sebagai penerima siaran gambar berkegak beserta
suara, baik itu yang monokrom (hitam putih) maupun berwarna. Televisi
adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup
bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peratalan
yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan
mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang
dapat didengar (Sukiman, 2012:191).
Televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang memberikan
informasi dan hiburan secara audio dan visual. Pada masa pandemic Covid-19
ini televisi dapat dijadikan media pembelajaran yang efektif dan efisien.
Keuntungan ini tersedia melalui berbagai tayangan yang disajikan. Peserta
didik belajar dari rumah selama masa pandemic Covid-19 hanya tinggal
memilah dan memilih tayangan sesuai dengan jenjang pendidikan. Artinya,
materi pembelajaran yang disediakan cukup memadai sebagai sarana
pembelajaran. Dapat dibangaun sebuah kerangka pemikiran bahwa televisi
diletakkan pada kerangka positif, sebagai media pertukaran informasi,
pemikiran, dan karya, sebagai media bahan kajian ilmiah, dokumentasi, dan
lain sebagainya.
82 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Televisi Pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan


untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang
menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekadar menghibur tetapi yang lebih
penting adalah mendidik. Oleh karena itu, memiliki ciri-ciri tersendiri, antara
lain yaitu dituntun oleh instruktur, yakni seorang guru atau instruktur
menuntun peserta didik melalui pengalaman-pengalaman visual. Sistematis,
yakni siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan
pengalaman belajar yang terencana. Teratur dan berurutan, yakni siaran
disajikan dengan selang waktu yang beraturan secara berurutan di mana satu
siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya. Terpadu, yakni siaran berkaitan
dengan pengalamn belajar lainnya seperti latihan, membaca, diskusi,
laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah.
Pemanfaatan media televisi secara umum melibatkan dua unsur yaitu peralatan
dan programnya. Peralatan televisi atau biasa dikenal dengan istilah pesawat
televisi telah berkembang sedemikian rupa dari waktu ke waktu, demikian juga
program atau siarannya. Menurut Darwanto (2007:130-134), acara siaran
pendidikan yang disiarkan melalui televisi, ada dua klasifikasi, yaitu siaran
berdasarkan pendidikan sekolah (school broadcasting) dan siaran pendidikan
sepanjang masa. Siaran pendidikan sekolah (school broadcasting), yang
menjadi sasaran acara ini adalah para murid sekolah, dari tingkat taman kanak-
kanak (TK) sampai dengan sekelah menengah atas (SMA). Siarannya
langsung dikirim ke sekolah-sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian,
acara siaran pendidikan jenis ini erat sekali hubungannya dengan kurikulum
sekolah yang berlaku pada tahun ajaran itu. Ini berarti bahwa stasiun penyiaran
yang bersangkutan melakukan kerja sama dengan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Diharapkan dari siaran pendidikan untuk sekolah ini tentu
saja disesuaikan dengan landasan dan tujuan pendidikan dari negara yang
bersangkutan. Karena acara siaran pendidikan untuk sekolah mengacu kepada
kurikulum, tentu akan memberikan pengaruh secara langsung kepada anak-
anak tentang a) keinginan kepada anak-anak untuk mencoba menggali
pengetahuan sesuai dengan pola pikir mereka, b) membantu anak-anak atas
suatu pengertian yang sebelumnya belum pernah dialami, c) merangsang
untuk menumbuhkan hasrat dan menggali hubungan antara keegiatan belajar
dengan keadaan sekitarnya, dan d) merangsang anak-anak untuk berkeinginan
menjadi seorang cendekiawan.
Siaran pendidikan sepanjang masa (life long education). Berbeda dengan
siaran pendidikan yang berlandaskan kurikulum sekolah, acara pendidikan
Transformasi Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 83

yang termasuk dalam klasifikasi ini dilandasi oleh nilai-nilai pendidikan saja
dan yang menjadi sasarannya khalayak umum. Hanya saja khalayak dibagi
menurut tingkatan tertentu, misalnya usia, jenis kelamin, agama, dan
pendidikan. Tujuan yang ingin dicapai melalui acara ini adalah, untuk
mendorong khalayak sasaran agar berkeinginan untuk terus belajar dalam
ruang lingkup yang lebih luas tentang berbagai aspek. Acara siaran pendidikan
harus memiliki ciri-ciri mempunyai sasaran khusus dan tujuan umum acara
sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional. Diharapkan dari siaran pendidikan
ini tentu saja disesuaikan dengan landasan dan tujuan pendidikan dari negara
yang bersangkutan. Karena acara siaran pendidikan untuk sekolah mengacu
kepada kurikulum, tentu memberikan pengaruh secara langsung kepada
peserta didik. Menimbulkan keinginan kepada peserta didik untuk mencoba
menggali pengetahuan sesuai dengan pola pikir. Membantu anak-anak atas
suatu pengertian yang sebelumnya belum pernah dialami. Merangsang untuk
menumbuhkan hasrat dan menggali hubungan antara kegiatan belajar dengan
keadaan sekitarnya. Merangsang anak-anak untuk berkeinginan menjadi
seorang cendekiawan. Salah satu peran penting televisi edukasi, yang
mendeklarasikan diri sebagai televisi pendidikan adalah sebagai sumber
belajar bagi peserta didik dan pendidik (Kurniawan dan Gafur, 2014:100).
Transformasi pemanfaatan televisi pendidikan di Indonesia pada masa
pandemic Covid-19 ini diselenggarakan dengan dorongan semangat dengan
tujuan untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, membantu
mewujudkan hak semua warga negara Indonesia untuk memperoleh
pengajaran, mempunyai misi untuk mewujudkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Menurut Sadiman (2009:73),
bahwa salah satu kelebihan dari televisi sebagai media pendidikan adalah
dapat meningkatkan pengetahuan serta dapat membantu mengatasi problem
pengetahuan guru dalam menjelaskan materi kepada peserta didik. Televisi
edukasi adalah sebuah stasiun televisi yang khusus ditujukan untuk
menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan berfungsi sebagai media
pembelajaran bagi peserta didik dengan memberikan konten atau materi
pelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik. Dengan menyiarkan
program yang berisikan konten-konten yang dapat mencerdaskan masyarakat,
menjadi tauladan, menyebarkan informasi dan kebijakan pemerintah serta
mendorong masyarakat gemar belajar. Sasaran TV Edukasi adalah peserta
didik dari semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, praktisi pendidikan, dan
masyarakat.
84 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dibangun pemahaman bahwa dengan


adanya berbagai macam konten program yang disajikan televisi edukasi, maka
ada daya tarik sehingga program tersebut dapat diminati oleh audien/penonton
dalam hal ini peserta didik. Tentu dengan adanya perubahan pola belajar yang
dulunya di sekolah, namun sekarang belajar di rumah terdapat hikmah dari
perubahan pola belajar tersebut. Menurut Puspitasari (2020), dengan adanya
pandemi Covid-19 memberikan hikmah bahwa pembelajaran yang dilakukan
di rumah, dapat membuat orang tua lebih mudah memonotoring atau
mengawasi perkembangan belajar anak secara langsung. Orang tua lebih
mudah dalam mengawasi dan membimbing anak belajar di rumah. Hal
tersebut akan menimbulkan komunikasi yang lebih intensif dan akan
menimbulkan hubungan kedekatan yang lebih erat antara anak dan orang tua.
Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan media televisi sebagai
media pembelajaran, orang tua dapat mendampingi dan memantau sejauh
mana kompetensi dan kemampuan anaknya. Orang tua juga dapat membantu
kesulitan belajar yang dihadapi oleh anak serta membimbing anak untuk
belajar lebih optimal.

SIMPULAN
Pada masa pandemic Covid-19 ini pemanfaatan televisi edukasi sebagai media
pendidikan bagi peserta didik dapat sangat membantu penyampaian materi
pembelajaran. Peserta didik mendapatkan alternatif media pembelajaran
sehingga kegiatan belajar dari rumah tidak dilakukan secara monoton. Televisi
sebagai media pembelajaran selama masa pandemi Covid-19 memiliki
beberapa keuntungan antara lain bersifat langsung dan nyata, dapat
menyajikan peristiwa yang sebenarnya, memperluas tinjaun kelas, dapat
menciptakan kembali peristiwa masa lampau, dapat mempertunjukkan banyak
hal dan banyak segi yang beraneka ragam, banyak mempergunakan sumber-
sumber masyarakat, dan dapat menarik minat anak. Transformasi pemanfaatan
televisi edukasi bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta
memberikan kesetaraan hak anak bangsa untuk memperoleh pendidikan
melalui media televisi edukasi. Tentunya dalam pemanfaatan telivisi edukasi
ini perlu diperhatikan konten yang disajikan dalam televisi edukasi, sosialisasi
televisi edukasi sebagai media pendidikan alternative, serta dampak dari
pemanfaatan televisi edukasi bagi peserta didik.
Transformasi Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 85

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Darwanto. (2007). Televisi sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kurniawan, M.R. dan Gafur, A. (2014). Peranan Siaran Televisi Edukasi
dalam Mnedukung Terciptanya Sumber Belajar dan Motivasi Belajar
Bagi Peserta didik SMP di Yogyakarta. Jurnal Inovasi Teknologi
Pendidikan 1(1). 98-108.
Puspitasari, Rina. (2020). Hikmah Pandemi Covid-19 Bagi Pendidikan di
Indonesia. diakses dari https://iain-surakarta.ac.id/hikmah-pandemi-
covid-19-bagi-pendidikan-di-indonesia/.
Sadiman, Arief S. dkk. (2009). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta:
Pedagogia.
86 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Revitalisasi Learning From
Home: Pendidikan di Masa
Pandemik Covid-19
Niluh Ari Kusumawati
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN
Berbagai negara di dunia sedang menghadapi pandemik covid-19 yang
mengancam jutaan manusia dan bahkan telah merenggut ribuan korban di
seluruh dunia. Covid-19 merupakan virus menular yang disebkan oleh
coronavirus, virus ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok pada
akhir Desember 2019. Covid-19 membawa dampak dan perubahan yang
sangat besar dan memengaruhi berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan,
sosial budaya dan lain sebagainya. Pendidikan merupakan salah satu bidang
yang banyak mengalami perubahan akibat pandemik covid-19. Pandemik
covid-19 membawa perubahan yang sangat signifikan dalam dunia
pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia. Covid-19 selain berdampak
negatif juga berdampak positif. Dampak negatifnya adalah pemerintah
menetapkan darurat kesehatan Nasional sedangkan dampak positifnya adalah
masyarakat banyak belajar dengan memanfaatkan berbagai kecanggihan ilmu
pengetahuan yang sebelumnya tidak disentuh sama sekali.
Data UNESCO menyebutkan bahwa total pelajar saat ini yang terpengaruh
dari penerapan penutupan sekolah telah mencapai 421.388.462 anak. Beberapa
negara pada tanggal 13 Maret di Afrika, Asia, Eropa, Timur Tengah, Amerika
Utara dan Amerika Selatan yang telah mengumumkan dan menerapkan
pembatasan pembelajaran pada sekolah dan universitas. UNESCO
menyediakan dukungan langsung ke berbagai negera dan memberikan solusi
pembelajaran daring yang efektif (UNESCO, 2020). Kemajuan masyarakat
88 COVID-19: Perspektif Pendidikan

dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa pendemik


covid-19 sangat nyata.
Sejak wabah covid-19 masuk ke Indonesia pada awal januari 2020 aktivitas
pembelajaran masih berjalan normal di beberapa sekolah. Tetapi
dipertengahan bulan Pebruari jumlah positif Covid-19 di Indonesia semakin
bertambah dari hari kehari. Sehingga pemerintah harus mengambil berbagai
kebijakan, salah satu kebijakan pemerintah di dunia pendidikan pada masa
pandemik covid-19 melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) melalui berbagai perubahan dan penyesuaian jadwal
pembelajaran yang tidak membebani guru dan siswa namun tetap menguatkan
nilai-nilai pendidikan karakter. Penyesuaian jam belajar tertuang dalam Surat
Edaran Nomor 2 tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di
lingkungan Kemendikbud serta Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Pencegahan Cocid-19 pada Satuan Pendidikan. Selain kebijakan tersebut
kebijakan lain pun dikeluarkan salah satunya adalah pembatalan Ujian
Nasional (UN), penyesuaian ujian sekolah, implementasi pembelajaran jarak
jauh dan pendekatan online untuk proses pendaftaran peserta didik yang
tertuang dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19.
Keputusan pemerintah terhadap dunia pendidikan salah satunya adalah dengan
meliburkan atau memindahkan proses pembelajaran dari sekolah menjadi
belajar di rumah (Learning From Home) menimbulkan ketidaksiapan dalam
melaksanakan pembelajaran daring. Sumber daya manusia yang masih sangat
rendah terutama para pendidik di daerah tertinggal. Jangkauan jaringan internet
yang sangat sulit untuk diakses, dan juga kouta internet yang kian mahal.
Walaupun teknologi sudah dimiliki dan tersedia di depan mata namun jika
akses jaringan internet kurang memadai sangat mempersulit proses
pembelajaran. Salah satu fenomena yang terjadi adalah sebagai berikut:
“Kisah guru Avan, Mengajar dari Rumah ke Rumah karena siswa tak
memiliki ponsel di SD Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa
Timur. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan dirumah selama pandemic
menuntut agar guru dan siswa mampu memanfaatkan teknologi yang ada
karena materi pembelajaran diberikan secara online. Praktiknya tak semudah
itu bagi Avan dan sisswanya, karena fasilitas pembelajaran online tak dimiliki
oleh semua siswa, jangankan leptop ponsel pun tak punya. Avan tidak ingin
membebani orang tua siswa yang kemudian membuatnya secara sukarela
mengajar dari rumah ke rumah (Azanella, 2020).
Revitalisasi Learning From Home: Pendidikan di Masa Pandemik Covid-19 89

Pemerintah harus mengambil berbagai kebijakan dengan melakukan banyak


pertimbangan terutamanya memperhatikan pendidikan di daerah tertinggal
serta mempersiapkan dan memberikan fasilitas yang memadai. Setiap orang
berhak untuk mengenyam pendidikan, namun juga perlu untuk mendapatkan
perhatian yang lebih dari pemerintah. Sehingga Learning From Home bukan
hanya sekedar kata indah untuk masyarakat di daerah perkotaan tetapi juga
semangat mengajar untuk pendidik dan semangat belajar untuk peserta didik di
daerah tertinggal.
Penerapan Learning From Home memengaruhi berbagai aspek pendidikan,
salah satunya adalah peran orang tua menjadi yang utama, keluarga harus
memberikan fasilitas sekaligus menjadi pendidik dan pengawas anak saat
belajar di rumah. Artinya bahwa antara pemerintah, sekolah dan keluarga saat
ini harus saling bekerja sama, sehingga terwujud Learning From Home yang
efektif. Awal dari penerapan kebijakan Learning From Home oleh pemerintah,
peserta didik sangat antusias dan menganggap Learning From Home itu
sebagai libur nasional, karena pada awal diterapkannya Learning From Home
banyak pendidik yang belum siap untuk memberikan kuliah online/
pembelajaran daring (Learning From Home). Sehingga pada awal minggu
pertama diterapkannya Learning From Home peserta didik sangat
menikmatinya dan lebih banyak bersantai seperti bermain game online,
menonton televise, menonton drama korea dan lain sebagainya. Tetapi saat
minggu kedua fase Learning From Home peserta didik merasa terbebani oleh
tugas maupun kuliah online yang diberikan oleh guru ataupun dosen. Dari
pemaparan di atas penulis tertarik untuk menulis dan mengkaji menganai
“Revitalisasi Learning From Home: Pendidikan di Masa Pandemik Covid-19”.

PEMBAHASAN
A. Penerapan Learning From Home di Masa Pandemik
Covid-19
Penyebaran covid-19 yang massif membawa perubahan yang sangat signifikan
di berbagai bidang. Perubahan tersebut menuntut kesiapan untuk merespon
berbagai sikap, tidakan dan berbagai hal-hal baru. Pemberlakuan kebijakan
Pysical Distencing yang kemudian menjadi dasar penerapan Learning From
90 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Home. Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dan informasi sudah


diberlakukan beberapa tahun terakhir dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Covid-19 membawa pengaruh yang sangat besar terhadap dunia pendidikan.
Awalnya pembelajaran dilaksanakan secara langsung (face to face) di dalam
ruang kelas, namun akibat pandemic covid-19 tradisi tersebut harus
ditinggalkan dan menuju pada perubahan yang berorientasi pada pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
Pembelajaran dengan sistem daring merupakan salah satu cara untuk
melanjutkan pembelajaran selama pandemik covid-19 ini, agar proses
pembelajaran dapat tetap berjalan. Kemampuan menggunakan dan
memanfaatkan berbagai teknologi pengajaran menuntut pendidik dan peserta
didik bergerak kearah kemajuan (Yang & Newman, 2013). Dengan berbagai
kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah khususnya didunia pendidik pada
masa pandemik ini menuntuk guru, siswa, orang tua dan pemerintah harus
saling bekerja sama.
Penerapan Learning From Home di masa pandemik Covid-19, peran orang tua
sangat menentukan. Orang tua merupakan kunci keberhasilan dari penerapan
Learning From Home. Keluarga sebagai unit terkecil bagi peserta didik dalam
penerapan Learning From Home. Kemapuan orang tua dalam membantu
proses belajar anak merupakan salah satu strategi yang sangat penting
(Hargreaves, Wilson, & Hauxwell-Baldwin, 2018). Namun banyak orang tua
yang tidak mengenyam pendidikan yang tinggi sehingga mengalami banyak
kesulitan dalam membantu anak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Dan banyaknya orang tua yang terkena PHK menjadi salah satu kendala
dalam penerapan Learning From Home, karena tidak semua orang tua
mempunyai fasilitas yang memadai.
Pada penerapan Learning From Home orang tua tidak harus hanya berfokus
pada peningkatan kemampuan kognitif (pengetahuan) anak. Orang tua sebagai
kunci keberhasilan Learning From Home juga harus melakukan berbagai
inovasi dalam pembelajaran anak. Inovasi pembelajaran saat pandemic covid-
19 bukan hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga orang tua mempunyai peranan
yang sangat penting. Inovasi dalam Learning From Home yang dilakukan oleh
orang tua sebagai salah satu upaya agar anak tidak mengalami kejenuhan dan
stress karena harus beradaptasi dengan situasi yang baru (Melhuish et al.,
2008).
Revitalisasi Learning From Home: Pendidikan di Masa Pandemik Covid-19 91

Inovasi yang dapat dilakukan orang pada saat Learning From Home salah
satunya adalah peningkatan aspek afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan). Pada penduduk perkotaan orang tua banyak yang bekerja dan
tidak semopat untuk mengurus anaknya. Sehingga orang tua secara penuh
menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Tetapi dengan
penerapan Learning From Home saat ini budaya itu mulai berubah. Di mana
saat ini orang tualah yang menjadi pendidik utama seorang anak. Inovasi yang
dapat dilakukan oleh orang tua adalah dengan membuat kegiatan yang edukatif
di rumah seperti memasak, berkebun, belajar sambil bermain lain sebagainya.
Untuk peningkatan aspek afektif, orang tua dapat mengajarkan nilai-nilai
agama kepada anak dari yang paling sederhana, misalnya rajin sembahyang,
belajar berbagi, tidak menyakiti orang lain dan lain sebagainya. Sebagai salah
satu tahap membentukan karakter bai anak. Berbagai kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah pada masa pandemic Covid-19 salah satunya
adalah untuk membantu proses pembelajaran daring, pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghadirkan Program “Belajar
dari Rumah” di TVRI yang diperuntukkan bagi PAUD, SD, SMP, SMK, guru
dan orang tua.
Pendidik dituntut untuk mampu melakukan berbagai inovasi dengan
memanfaatkan berbagai kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sudah ada, mulai dari media, metode, model pembalajaran dan lain sebagai
harus dipersiapkan dengan matang. Sehingga proses pembelajaran Learning
From Home dapat berjalan dengan efektif. Peserta didik juga harus mampu
beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang ada, karena kedepannya untuk
dapat bersaing secara global harus mampu memanfaatkan berbagai
kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin
pesat.

B. Dampak positif dan Negatif Learning From Home


terhadap perkembangan pendidikan
1. Dampak positif Learning From Home terhadap perkembangan
pendidikan

Dampak Positif Learning From Home terhadap perkembangan pendidikan


adalah sebagai berikut:
a. Pendidik jadi melek teknologi
92 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa mutu pendidikan di Indonesia harus
ditingkatkan, banyak pendidik yang masih menggunakan pembelajaran
konvensional, sehingga dengan diterapkankan Learning From Home pendidik
(guru dan dosen) dituntut untuk menguasi berbagai kecanggihan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kemudian dipergunakan dalam proses
pembelajaran daring. Bagaimana guru menciptakan kelas virtual yang nyaman
bagi siswa, sehingga siswa menjadi lebih mudah menyerap materi yang di
sampaikan oleh guru (Astuti, Waluya, & Asikin, 2019). Inovasi dalam
pembelajaran sangat diperlukan sehingga beberapa guru menguji coba
berbagai video conference yang kemudian dipilih yang mana lebih efektif
untuk digunakan. Sekarang ini pembelajaran daring banyak menggunakan
aplikasi zoom karena dinilai paling efektif dan efisien, sehingga mau tidak mau
guru yang awalnya menggunakan pembelajaran konvensional harus beralih ke
pembelajaran berbasis IT. Sehingga kualitas Sumber Daya Manusia dari guru
meningkat.
b. Kemudahan mendapatkan berbagai sumber dan materi pelajaran

Dengan diterapkannya Learning From Home banyak materi pembelajaran


yang tersedia di web based learning yang mudah di akses oleh para siswa. Saat
ini Kemendikbud bekerjasama dengan berbagai platform belajar online seperti
Kelas Pintar, Zenius, Quipper dan lain sebagainya. Untuk para mahasiswa
dapat memperoleh materi perkuliahan melalui sumber-sumber yang sangat
akurat seperti researchgate, google scholar, scopus, e-jurnal, sciencedirect dan
lain sebagainya.
c. Learning From Home orang tua berperan sebagai pendidik yang
utama

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sebelum wabah covid-19 melanda
Indonesia kebanyakan orang tua disibukkan oleh pekerjaannya untuk mencari
nafkah. Sehingga para orang tua hanya memiliki sedikit waktu untuk
mengurus anaknya dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Orang tua
mempercayakan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah,
padahal semestinya pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab guru
semata melainkan merupakan tanggung jawab bersama (Meilia & Murdiana,
2019). Tetapi sekarang ini orang tua yang memegang peran penting dalam
pembelajran anak selama Learning From Home, orang tua menjadi pendidik
Revitalisasi Learning From Home: Pendidikan di Masa Pandemik Covid-19 93

yang utama bekerja sama dengan guru dan pemerintah. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
2. Dampak Negatif Learning From Home terhadap perkembangan
pendidikan

Dampak negatif Learning From Home terhadap perkembangan pendidikan


adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik (Siswa dan Mahasiswa) merasa terbebani oleh tugas
yang diberikan oleh pendidik (guru atau dosen).

Sejak diberlakukannya Learning From Home banyak sekali model, strategi


dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru termasuk penggunaan
video conference dan media pembalajaran. Pada pamdemik Covid-19 banyak
guru yang memilih memberikan tugas kepada siswa sehingga membuat
beberapa siswa merasa terbebani dengan tugas yang diberikan tersebut (stress).
Bukan hanya siswa/ mahasiswa yang merasa terbebani tetapi orang tua pun
merasa terbebani karena harus memantu dan mengajari anaknya untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena guru lebih banyak menekankan
proses pembelajaran yang sangat menitik beratkan pada aspek kognitif semata,
padahal seharusnya adalah guru harus lebih menekankan pada keterampilan
dan kreativitas siswa sehingga siswa tidak terbebani.
b. Kebijakan Learning From Home banyak disalahgunakan oleh
beberapa peserta didik

Dengan penerapan Learning From Home beberapa mahasiswa/ siswa


menyalahgunakan waktu tersebut dan malahan memilih untuk berkumpul di
luar rumah bersama teman-temannya sebagai ajang reunian yang dapat
mengancam keselamatan mereka sendiri. Dan juga tugas keolompok yang
diberikan oleh dosen/ guru membuat mahasiswa/ siswa malahan harus
berpergiankeluar rumah untuk menyelesaikan tugas tersebut secara
berkelompok. Saat pendemi covid-19 ini melanda sebaiknya pendidik
memberikan tugas individu kepada peserta didik agar peserta didik bisa tetap
belajar di rumah aja bukan diluar rumah aja. Karena banyak peserta didik
menganggap bahwa belajar kelompok harus secara tatap muka biar lebih
mudah dan sebagai ajang reunian setelah sekian lama tak berjumpa kawan.
94 COVID-19: Perspektif Pendidikan

c. Pembelajaran melalui video conference yang terlalu lama bisa


menyebabkan mata tidak sehat.

Saat ini banyak sekali pendidik yang menggunakan video conference sebagai
kelas virtual, tanpa disadari bahwa terlalu lamanya pembelajaran kelas virtual
itu dapat menyebabkan kerusakan pada mata (menggangu kesehatan mata),
bayangkan saja jika dari jam pertama dan jam kedua peserta didik harus
mengikuti kelas virtual itu terhitung kurang lebih antara 4-5 jam. Pengaturan
waktu pembelajaran sangat diperlukan agar pembelajaran daring menjadi lebih
efektif dan efisien.
d. Peserta didik kurang memahami materi pembelajaran

Belajar di rumah aja tanpa seorang guru meskipun ada orang tua yang
mengajar ditambah dengan berbagai sumber belajar itu belum tentu membuat
peserta didik paham terhadap materi dan tugas yang disampaikan oleh
pendidik. Maka dari itu peran pendidik sangat pendidik dalam proses
pembelajar, disaat pembelajaran di rumah aja banyak peserta didik yang rindu
akan gurunya maupun dosennya (Maulana & Nurhafizah, 2019).

C. Revitalisasi Learning From Home di Masa Pandemik


Covid-19
Pandemik Covid-19 mengarah pada berbagai perubahan terutama di dunia
pendidikan. Jika sebelumnya pembelajaran dilakukan secara tatap muka (face
to face) maka saat ini pembelajaran dilakukan secara daring dengan penerapan
kebijakan Learning From Home. Pembelajaran yang ideal merupakan
pembelajaran yang menjadikan peserta didik memahami atau memperoleh
penguasaan terhadap materi yang diajarkan. Pembelajaran yang berkualitas
tentunya memiliki model pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi
menuntut pendidik untuk terus belajar menguasai teknologi dan melakukan
inovasi dalam pembelajaran. Model pembelajaran sangat memengaruhi dan
menentukan proses pembelajaran peserta didik dan juga bagaimana
penyampaian materi pembelajaran oleh pendidik (guru) (Darmadi, 2017).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Revitalisasi adalah proses,
cara dan perbuatan menghidupan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang
berdaya (KBBI, 2016). Revitalisasi Learning From Home merupakan suatu
Revitalisasi Learning From Home: Pendidikan di Masa Pandemik Covid-19 95

upaya menghidupkan kembali Learning From Home dalam dunia pendidikan.


Melihat perkembangan pendidikan di Indonesia dari masa ke masa, mulai dari
Indonesia merdeka sampai saat ini, tentu saja kondisi pendidikan di Indonesia
dari waktu ke waktu mengalami perkembangan dan peningkatan yang sangat
signifikan. Peningkatan mutu pendidikan mulai digalakkan oleh pemerintah.
Di era industrusi 4.0 ini pendidikan di Indonesia mengarah pada kecakapan
pendidikan abad 21 yaitu (1) Communication (2) Collaboration, (3) Critical
Thinking and problem solving, dan (4) Creative and Innovative (Wijaya,
Sudjimat, & Nyoto, 2016).
Sebelum pandemic covid-19 melanda Indonesia, pendidikan dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran langsung. Pembelajaran Langsung (Direct
Learning) merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk menunjang
proses pembelajaran peserta didik secara prosedural dan terstruktur. Model
pembelajaran langsung menekankan pada perubahan tingkah laku peserta
didik. Peserta didik dapat mengamat dan menirukan tingkah laku pendidik
secara langsung sebagai bentuk menghindari penyampaian materi yang terlalu
kompleks. Model pembelajaran langsung berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan procedural yang diajarkan kepada peserta didik. Pengetahuan
procedural merupakan pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu
sedangkan pengetahuan deklaratif merupakan tentang sesuatu (Kusumawati &
Prima Dewi PF, 2019).
Pembelajaran yang dilaksanakan secara langsung dikelas sudah menjadi tradisi
bertahun-tahun dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di mana peserta didik
sesuai dengan waktu/ jadwal yang ditentukan oleh sekolah atau universitas
masing-masing harus berangkat ke sekolah dan belajar dalam sebuah ruangan
yang di sebut ruang kelas. Sebelum pandemic covid-19 guru dan siswa
bertatap langsung dalam proses pembelajaran. Kini saat pandemic covid-19
pembelajaran harus dilakukan secara daring. Proses adaptasi dilakukan oleh
berbagai pihak terutama pendidik, peserta didik dan orang tua.
Pembelajaran daring menunjuknya adanya revitalisasi Home Learning di masa
pandemic covid-19. Pembelajaran daring mempermudah siswa untuk belajar
di mana saja dan kapan saja, tidak berbatas pada ruang kelas semata. Belajar
bisa melalui video conference, web based learning, e-book dan lain sebagainya
tidak terbatas oleh ruang dan waktu sebagai ciri pembelajaran abad 21.
Pandemik covid-19 ini membawa perubahan yang sangat signifikan dalam
dunia pendidikan, kemajuan dan peningkatan sumber daya manusia dengan
memanfaatkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi dan informasi.
96 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Di mana sebelum pandemic covid-19, Learning From Home hanya diterapkan


oleh siswa yang memiliki seorang guru less, dan kemudian guru less tersebut
mengunjungi rumah siswa tersebut. Sangat terlihat jelas bahwa tempat-tempat
les ataupun guru les sebelum pandemic covid-19 lebih menyukai mengunjungi
siswanya daripada memilih melakukan pembelajaran secara daring. Tetapi saat
pandemic ini, Learning From Home diterapkan kembali bahkan menjadi
kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Revitaliasi Learning From Home sebagai salah upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia dengan menerapkan pembelajaran daring. Mutu
pendidikan harus terus bergerak dan berubah serta spesifikasi dan kualitasnya
juga harus terus meningkat. Jika saat ini kita memasuki revolusi industry 4.0
maka pada saat pendemik covid-19 dunia pendidikan harus bersiap memasuki
society 5.0. Pada society 5.0 di mana sebagian peran manusia akan digantikan
oleh teknologi, salah satunya adalah pembuatan manusia buatan. Fungsi dan
peran manusia akan tergantikan dengan teknologi, manusia hanya akan
melakukan berbagai aktivitas di dalam rumah saja karena aktivitas lainnya
dapat dilakukan dengan hanya remote control. Pada society 5.0 peserta didik
dituntut untuk memiliki cara berpikir HOTS (Higher Order Tinking Skill).
Berpikir dalam sekala sistematis, kompleks dan berjenjang.

SIMPULAN
Penerapan Learning From Home di masa pandemik Covid-19 di mana peran
orang tua sangat menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Orang
tua merupakan kunci keberhasilan dari penerapan Learning From Home.
Keluarga sebagai unit terkecil bagi peserta didik dalam penerapan Learning
From Home. Kemapuan orang tua dalam membantu proses belajar anak
merupakan salah satu strategi yang sangat penting. Orang tua, guru dan
pemerintah harus saling mendukung dan bekerja sama agar tujuan pendidikan
dapat tercapai. Dampak positif Learning From Home terhadap perkembangan
pendidikan adalah (1) Pendidik jadi melek teknologi, (2) Kemudahan
mendapatkan berbagai sumber dan materi pelajaran dan (3) Dengan Learning
From Home orang tua sebagai pendidik yang utama. Dampak negatif Learning
From Home adalah (1) Peserta didik (Siswa dan Mahasiswa) merasa terbebani
oleh tugas yang diberikan oleh pendidik (guru atau dosen), (2) Learning From
Home banyak disalahgunakan oleh peserta didik, (3) Pembelajaran melalui
Revitalisasi Learning From Home: Pendidikan di Masa Pandemik Covid-19 97

video conference yang terlalu lama bisa menyebabkan mata tidak sehat dan (4)
Peserta didik kurang memahami materi pembelajaran. Revitalisasi Learning
From Home merupakan suatu upaya menghidupkan kembali Home Learning
dalam dunia pendidikan. Pembelajaran daring menunjuknya adanya
revitalisasi Home Learning di masa pandemic covid-19. Revitalisasi Home
Learning menunjukkan adanya perubahan yang sangat signifikan dalam dunia
pendidikan jika saat ini dunia pendidikan masih menghadapi revolusi industry
4.0 maka kedepannya dunia pendidikan akan dihadapkan pada society 5.0.

DAFTAR PUSTAKA
Ari Kusumawati, N., & Prima Dewi PF, K. A. (2019). Pengembangan Media
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Abad 21. Adi Widya: Jurnal
Pendidikan Dasar, 4(2), 168. https://doi.org/10.25078/aw.v4i2.1120
Astuti, Waluya, S. B., & Asikin, M. (2019). Strategi Pembelajan Dalam
Menghadapi Tantangan Era Revolusi 4.0. Seminar Nasional Pascasarjana
2019.
Azanella, L. A. (2020). Kisah Pak Guru Avan, Mengajar dari Rumah ke
Rumah karena Siswa tak punya Ponsel. Diambil dari Kompas.com
website:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/18/140342165/kisah-pak-
guru-avan-mengajar-dari-rumah-ke-rumah-karena-siswa-tak-punya
Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa. In Deepublish.
Hargreaves, T., Wilson, C., & Hauxwell-Baldwin, R. (2018). Learning to live
in a smart home. Building Research and Information.
ttps://doi.org/10.1080/09613218.2017.1286882
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kementerian
Pendidikan dan Budaya.
Maulana, I., & Nurhafizah, N. (2019). Analisis Kebijakan Pendidikan Anak
Usia Dini di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Pendidikan Tambusai.
98 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Meilia, M., & Murdiana, M. (2019). PENDIDIK HARUS MELEK


KOMPETENSI DALAM MENGHADAPI PENDIDIKAN ABAD KE-
21. Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam.
https://doi.org/10.36670/alamin.v2i1.19
Melhuish, E. C., Phan, M. B., Sylva, K., Sammons, P., Siraj-Blatchford, I., &
Taggart, B. (2008). Effects of the home learning environment and
preschool center experience upon literacy and numeracy development in
early primary school. Journal of Social Issues.
https://doi.org/10.1111/j.1540-4560.2008.00550.x
UNESCO. (2020). COVID-19 Educational Disruption and Response.
Unesco.org.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi Pendidikan
Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era
Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika.
Yang, R., & Newman, M. W. (2013). Learning from a learning thermostat:
Lessons for intelligent systems for the home. UbiComp 2013 -
Proceedings of the 2013 ACM International Joint Conference on
Pervasive and Ubiquitous Computing.
https://doi.org/10.1145/2493432.2493489
Pendidikan Karakter Tumbuh
Subur di Lingkungan Keluarga
Selama Pandemi Covid-19
I Putu Yoga Purandina
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan
Singaraja

PENDAHULUAN
Dampak penyebaran Pandemi Covid-19 ini semakin hari semakin meluas.
Hampir semua kalangan masyarakat tekena dampaknya. Keresahan di
kalangan masyarakat itu sendiri tidak dapat pungkiri lagi. Hal ini membuat
pemerintah dan semua stakeholder harus berpikir keras untuk
menanggulanginya. Sampai saat ini, pemerintah tidak mengambil langkah
refresif sperti pembatasan wilayah secara ketat atau Lockdown, tetapi hanya
melakukan aturan pembatasan sosial atau Social Distancing, terakhir istilah
yang dipakai adalah Physical Distancing (Mukarohmah, 2020).
Mengapa istilah ini penting untuk disikapi, karena jarak sosial seharusnya tidak
dibatasi. Hal yang harus dibatasi adalah jarak fisik, namun masih harus tetap
menjaga silaturahmi. Memang di beberapa daerah telah diberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun khususnya di Provinsi Bali
belum memberlakukan aturan ini karena melihat kasus penyebaran kasus di
Bali yang tidak terlalu mengkhawatirkan. Bisa saja hal ini berubah secara
seketika, masyarakat harus siap dengan hal ini.
Dasar peraturan pemerintah dalam mengatur atau menangani masalah ini
adalah UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan yang
kemudian dipertegas dengan PP Nomor 21 Tahun 2020 dan Permenkes 9
tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar. Di samping itu,
100 COVID-19: Perspektif Pendidikan

pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan dan kebijakan di segala


sektor untuk menanggulangi pandemi ini, diakses. Diakses dari
https://setkab.go.id/.
Di bidang pendidikan misalnya, Mendikbud, Bapak Anwar Nadiem Makarim
mengeluarkan beberapa kebijakan, yaitu dengan megeluarkan Surat Edaran
Nomor 4 Tahun 2020. Di mana inti dari surat edaran ini secara garis besar
mengatur proses belajar mengajar dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan jiwa para siswa, mahasiswa, guru, serta dosen untuk di perguruan
tinggi. Maka dari itu opsi yang paling tepat ialah belajar dari rumah, dengan
berbagai ketentuan. Diakses dari
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-pelaksanaan-
kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran-covid19.
Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi dengan tegas menghimbau utntuk bekerja dari rumah,
belajar dari rumah, dan ibadah dari rumah (Work from Home, Learning from
Home, Praying from Home). Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, pilihan
inilah yang menjadi satu-satunya kebijakan dapat dan tepat untuk dilakukan
(Ratriani, 2020). Hal ini lah membuat dunia pendidikan kita menjadi berubah
180 derajat, karena satu - satunya solusi yang bisa ditawarkan dalam dunia
pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar yaitu dengan melakukan
pembelajaran daring (online learning/ online classroom/remote teaching)
Dengan diberlakukannya aturan ini, orang tua siswa cukup disibukkan dengan
pembelajaran daring ini. Selain harus bekerja dan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, sekarang ditambah dengan mengawasi putra-putrinya belajar di
rumah. Banyak orang tua yang mulai mengeluh dengan kondisi ini. Selama ini
mereka menyerahkan begitu saja proses pendidikan anaknya di sekolah.
Beberapa orang tua malah acuh atau tidak mengetahui bagaimana proses
pembelajaran anaknya di sekolah. Pandemi ini seakan merubah situasi secara
cepat dan tegas.
Orang tua harus mampu mengawasi putra-putrinya dalam proses pembelajaran
daring yang diberikan oleh gurunya. Di saat seperti ini, hanya pembelajaran
daringlah yang menjadi pilihan utama. Dalam pembelajaran daring anak harus
mampu belajar secara mandiri di rumah masing-masing. Guru mentransfer
informasi yang dikemas secara menarik melalui perangkat atau aplikasi dan
diterima begitu saja oleh siswa dengan diolah secara mandiri tanpa adanya
kesempatan untuk berdiskusi secara masif kepada gurunya seperti layaknya
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 101

kelas konvensional. Orang tua sangat berperan mendampingi siswa dalam


pembelajaran daring ini, terutama untuk kelas rendah.
Anggrawan (2019) mengatakan bahwa pengajaran secara daring mempunyai
beberapa kelemahan. Kelemahan yang bisa kita temukan dalam pengajaran
daring yaitu lemahnya motivasi belajar siswa, di mana harus memiliki budaya
belajar mandiri yang kuat. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa, bahkan
antar siswa itu sendiri juga merupakan sebuah kelemahan pembelajaran
daring. Kurangnya interaksi ini menyebabkan lambatnya terbentuknya nilai
(value) dalam proses belajar mengajar. Lambatnya pembetukan nilai ini akan
mengakibatya kurang optimalnya perkembangan perilaku atau karakter anak.
Dengan demikian guru akan mengalami kesulitan dalam pembentukan
perilaku atau karakter anak didiknya.
Di sinilah peran orang tua itu menjadi sangat vital. Mereka harus menyadari
bahwa sejatinya pendidikan karakter itu sangatlah penting, bukan hanya
sekedar mampu di bidang akademis dan keterampilan. Pendidikan karakter
akan membuat anak lebih mandiri dalam menjalankan kehidupannya dan
dapat beradaftasi dengan kondisi sosial yang ditemukannya suatu saat nanti
(Permono, 2013). Dalam kondisi normal sebelum pandemi ini, guru di
sekolahpun kurang maksimal dalam pendidikan karakter, karena
kenyataannya, anak lebih banyak berinteraksi di rumah. Apalagi dengan
kondisi sekarang ini dengan adanya pembelajaran daring maka guru sama
sekali akan sulit melakukan hal ini.
Pendidikan karakter sejatinya memang harus dimulai dari keluarga, atau lebih
optimal dikembangkan di rumah (Hyoscyamina,2012). Selama ini para orang
tua berdalih, bahwa kurangnya waktu interaksi dengan anak karena disibukan
oleh pekerjaan. Pekerjaan menjadi sebuah alasan kuat atas kegagalan
pendidikan karakter di rumah. Mereka harus sadar akan pentingnya pendidikan
karakter anak mereka. Sehebat hebatnya ilmu atau keterampilan yang dikuasai
oleh anak mereka tidak akan bermanfaat dengan baik jika tidak dibarengi
dengan pendidikan karakter yang kuat.
Walaupun situasi di tengah pandemi ini menjadi beban psikis bagi semua
orang, setidaknya situasi inilah akan menjadi momentum mulainya pendidikan
karakter anak di dalam lingkungan keluarga secara masif. Sekarang saatnya
para orang tua mempunyai waktu optimal dalam mendampingi dan
mengembangkan pendidikan karakter anaknya di rumah. Kebijakan bekerja
dari rumah, belajar dari rumah, dan berdoa dari rumah akan sangat
102 COVID-19: Perspektif Pendidikan

memdukung momentum ini. Dengan bekerja dari rumah para orang tua akan
lebih maksimal mendampingi dan mendidik putra-putrinya dengan penuh
kebersamaan dan cinta kasih.
Orang tua sebagai life educator bertanggung jawab untuk memelihara dan
membesarkan anaknya, melindungi dan menjamin kesehatan anaknya baik
jasmani dan rohani, serta memberi pengajaran terutama pendidikan karakter
sehingga nantinya memiliki akhlak yang mulia. Orang tua harus mampu
menjadi role model bagi anak-anaknya di rumah. Mengkondisikan sebuah
lingkungan tumbuh kembang yang baik bagi anak yang nantinya membentuk
karakter anak yang baik pula, kuat dan sesuai dengan lingkungan norma dan
aturan yang belaku.

PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan Karakter dan Urgensinya.
Krisis identitas, itu istilah yang sering kita dengar belakangan ini. Apa itu krisis
identitas? Krisis identitas ini pertama kali dikemukakan oleh Erik Erikson.
Beliau merupakan psikolog dan psikonalisis yang berpengaruh di bidang
psikologi. Menurut Erikson, kepribadian kita selalu mengalami perkembangan,
ketika telah berasil memecahkan sebuah permasalahan atau krisis dalam hidup
ini. Namun dalam keadaan ini, kita tidak mampu untuk memecahkan masalah-
masalah yang terjadi. Malah menimbulkan permasalahan baru (Hidayah &
Huriati, 2016).
Sejatinya memang benar demikian, pembentukan keribadian atau identitas ini
adalah hal wajar dan terus berlangsung dan berkembang, serta berubah sejalan
dengan perubahan usia. Kondisi, situasi, dan tantangan baru yang dihadapi
tersebut nantinya membentuk identitas seseorang. Krisis identitas adalah
konflik yang terjadi di dalam diri individu dengan mengalami kebingungan
dan selalu berfikir dan bertanya siapa diri kita sebenarnya, untuk apa kita ada
di dunia ini, serta apa yang harus kita lakukan?
Menurut Erikson ciri seseorang yang mengalami krisis identitas ini tidak akan
mengenali dirinya sendiri. Siapa diri kita? Mengalami konflik batin karena di
dalam fikiran kita selalu timbul pertanyaan-pertanyaan tentang jati diri kita.
Adanya perubahan besar mengenai perasaan kehidupan kita. Pertanyaan-
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 103

pertanyaan tersebut terus muncul walaupun dalam keadaan norma, sebenarnya


pertanyaan-pertanyaan ini muncul tapi sesegera mungkin akan hilang. Beda
halnya ketika dalam kondisi krisis identitas, pertanyaan-pertanyaan tersebut
sulit untuk dihilangkan, dilupakan, atau disepelekan.
Hal ini sangatlah buruk, bisa saja menimbulan kebimbangan atau kesalahan
arah dalam melangkah. Akibatnya sangatlah fatal. Setiap individu yang
terkena dampaknya akan mengalami sifat rendah diri, malu dengan dirinya
sendiri, merasa orang lain akan mengalahkan diri kita, tidak mempunyai
motivasi, dan pastinya akan stagnan. Malah bisa sampai depresi dan bunuh
diri. Karena merasa gagal pada setiap langkah atau aktivitas di dalam
hidupnya. Kepercayaan diri yang lemah merasa selalu tidak berguna,
mengguncang kejiwaannya (Cintiawati &Naimah, 2015).
Sebenarnya kondisi ini bisa kita cegah dengan pendidikan karakter. Karakter
yang kuat akan menumbuhkan pribadi yang kuat pula. Tidak mudah
mengalami kondisi lemah, termasuk krisis identitas ini. Sayangnya, pendidikan
karakter kita belakangan ini terabaikan begitu saja. Sehingga setiap individu
tidak dibentuk karakternya dan pada akhirnya tidak memiliki karakter kuat.
Karakter merupakan identitas itu sendiri. Karakter atau identitas adalah suatu
hal yeng mencirikan setiap individu sehingga dapat dikenali, diperhatikan,
dihormati, atau dianggap oleh orang lain. Sehingga pada akhirnya akan
memiliki motivasi atau arah hidup yang kuat.
Setiap manusia di muka bumi ini pasti memiliki karakter. Karakter nnerupakan
hal yang hakiki dimiliki oleh setiap orang. Karakter juga menjadi ciri setiap
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Bahkan karakter
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Pemahaman terhadap
karakter memang relatif dan berbeda-beda bagi setiap ahli. Menurut Sjarkawi
karakter merupakan kepribadian atau ciri yang mencirikan seseorang yang
didapatkan melalui proses pembentukan dalam lingkungan hidupnya
(Kusuma, 2010).
Disamping itu Muchlas mengartikan karakter sebagai nilai dasar yang
membangun pribadi seseorang, dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia
berkembang. Pribadi ini terlihat sangat jelas oleh orang lain sebagai pembeda
yang membedakan diri seorang tersebut dengan orang lainnya. Hal ini akan
tercermin pula dari setiap cara berfikir, perkataan, dan perbuatannya. Perilaku
manusia ini juga sangat erat kaitannya dengan sikap atau prilaku yang
104 COVID-19: Perspektif Pendidikan

menghubungkan seseorang dengan Tuhan dan bagaimana menempatkan


dirinya di masyarakat serta lingkungannya (Samani dan Hariyanto 2012)
Dengan demikian, karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana
individu ini berkembang. Walaupun karakter bisa juga dipengaruhi oleh faktor
bawaan, namun hal itu persentasenya sangatlah kecil. Seorang anak yang
tumbuh dan berkembang di lingkungan moral yang baik, tentu akan menjadi
anak yang memiliki moral yang baik, begitu pula sebaliknya. Karakter tidak
muncul begitu saja, namun berproses dari lingkungan yang dikontruksikan
secara terus menerus secara simultan. (Lickona, 2012)
Tantangannya sekarang adalah bagaimana membentuk karakter yang kuat
yang mampu membawa anak menuju ke arah yang mereka ingin tuju atau cita-
citanya, tidak meleceng akibat pengaruh yang tidak baik di dalam
lingkungannya. Di sininilah perlunya sebuah penguatan karakter nelalui
pendidkan karakter itu sendiri. Pendidikan karater merupakan suatu sistem
penanaman nilai-niai moral atau perilaku yang dikondisikan secara sadar agar
seseorang memiliki perilaku yang sesuai nilai etika moral. Perilaku atau
karakter dibentuk sedemikian rupa melalui proses adaptasi, imitasi, try and
error, yang secara sengaja dikondisikan oleh pendidik. Pendidik di sini bisa
guru di sekolah ataupun orang tua di rumah. Tujuan pendidikan karakter
adalah untuk membentuk watak atau kepribadian anak bangsa. Ini sesuai
dengan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SINDIKNAS) pasal 3, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang
demokratis, serta tanggung jawab. Diakses dari
https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/7308/UU0202003.htm
Ahmadi (2017) menyatakan bahwa karakter bisa dibentuk dan dikondisikan
oleh seseorang. Dalam hal ini bisa dikondisikan oleh guru di sekolah dan para
orang tua di rumah serta lingkungan masyarakat. Namun yang paling memiliki
peranan di sini tentu Guru dan orang tua di rumah. Guru dan orang tua
mempunyai peran yang vital dalam pembentukan karakter anak. Guru dan
orang tua harus menyediakan atau mengkondisikan wadah yang subur sebagai
tempat penyemaian nilai-nilai karakter yang nantinya dapat membentuk setiap
individu memiliki pembeda yang mencirikan dan memiliki perilaku moral
yang baik.
Presiden Ir. H. Joko Widodo telah mengeluarkan Perpres Nomor 87 tahun
2017 tentang penguatan Pendidikan Karakter. Tujuan dari Perpres ini tentu
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 105

untuk membentuk pribadi bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-


nilai karakter yang digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri. Penguatan
Pendidikan Karakter yang disingkat PPK ini adalah merupakan upaya
pemerintah di bawah satuan pendidikan untuk memeperkuat karakter peserta
dididk melalui harmonisasi olah hati, olah piker, olah raga, melibatkan tiga
satuan pendidikan yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat. Diakses dari
https://setkab.go.id/wp-
content/uploads/2017/09/Perpres_Nomor_87_Tahun_2017.pdf.
Kemudian ditindaklanjuti dengan Permendikbud No. 20 Tahun 2018 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), memperkuat pendidikan karakter yaitu
dengan melaksanakan pendidikan karakter yang berdasar asas Pancasila
dengan menanamkan sikap religious, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Semua sikap tersebut
merupakan penjabaran dari 5 (lima) nilai pokok yaitu religiusitas,
nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Diakses dari
https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun2018_Nomor20.pdf.
Pemerintah sudah berupaya keras dalam memperkuat pendidikan karakter
melalui Kementerian Kebudayaan RI. Namun nyatanya di lapangan
pendidikan karakter ini masih belum maksimal. Anak sebagian besar dibentuk
atau dididik di sekolah saja, padahal sesuai harapan pemerintah semestinya
pendidikan ini melibatkan lingkungan keluarga dan lingkungan. Selama ini
lingkungan keluarga terlupakan begitu saja, padahal lingkungan keluarga
inilah menjadi ujung tombak pendidikan karakter.
Pendidikan Karakter haruslah dimulai dari lingkungan keluarga. Keluarga
merupakan wadah atau tempat yang pertama kali menjadi tempat penyemaian
benih karater itu sendiri. Anak sejak pertama lahir mulai tumbuh dan
berkembang di dalam lingkungan keluarga dibesarkan oleh orang tua sebagai
tokoh yang panuti (role model) yang diimitasi oleh anaknya. Disamping itu
jika kita amati lebih jauh, selama ini anak lebih banyak waktunya di rumah
sehingga memang lingkungan keluarga inilah yang paling signifikan
diharapkan memengaruhi karakter anak.
106 COVID-19: Perspektif Pendidikan

B. Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan


Keluarga selama Pandemi Covid-19
Selama Pandemi Covid-19 ini, pendidikan karakter secara signifikan tumbuh
subur di lingkungan keluarga. Penerapan work from home, learning from
home, dan pray from home ini agaknya memberikan peluang yang baik bagi
tumbuhnya nilai-nilai karakter di lingkungan keluarga. Setiap anggota keluarga
lebih banyak menhabiskan waktunya di rumah saja. Himbaun dan aturan yang
diterapkan oleh pemerintah telah mengkondisikan setiap keluarga untuk tetap
tinggal di rumahnya sendiri. Sehingga interaksi hanya terjadi di dalam
keluarga itu sendiri.
Interaksi ini akan membentuk pola yang baik, mengakrabkan para anggota
keluarga dengan berkomunikasi secara intens, sehingga memiliki quality time
yang baik pula. Di sinilah orang tua mempunyai banyak waktu dalam
membentuk anaknya agar memiliki karakter yang baik dan kuat. Tentu orang
tua harus menjadi seorang pendidik, menggantikan guru di sekolah,
mengambil peran yang sentral sebagai life educator di rumah selama masa
pandemi ini. Inilah saatnya kondisi yang baik ini diharapkan menjadi
momentum penanaman hal yang positif bagi anak (Anwar, 2013).
Dari hasil survei yang didapatkan melalui Google Form, disebar kepada para
orang tua dan anak/siswa selama pandemi ini, diisi oleh 46 keluarga yang
memiliki anak di tingkat satuan pendidikan dasar diperoleh data yang cukup
menggembirakan. Sebanyak 62.5% orang tua yang menyadari bahwa menjadi
pendidik di saat pandemi ini sangatlah sulit. 67.3% orang tua yang merasa
mengenal anaknya lebi jauh selama pandemi ini. Mereka lebih memahami
perilaku anaknya, kemampuan kognitifnya, dan bakat yang dimiliki anaknya.
Begitu juga sebaliknya, anak/siswa juga merasa lebih sering berinteraksi
dengan orang tua mereka. Sebanyak 88% menghabiskan waktu secara
bersama-ama dengan orang tuanya dan melakukan aktifitas yang
menyenangkan.
Dari survei di atas ditemukan juga kegiatan apa saja yang dilakukan antara
orang tua dan anak di rumah selama pandemi ini. Di dalam survei diberikan 8
(delapan) pilihan kegiatan yang umum dilakukan oleh anggota keluarga dan 1
(satu) pilihan lain apabila kegiatan yang dilakukan tidak terdapat di dalam
pilihan. Berikut ini kegiatan yang dilakukan oleh orang tua dan anaknya
selama di rumah dari yang paring sering dilakukan sampai yang paling jarang
dilakukan. Bermain bersama 18.5%, olah raga bersama 17%, menonton TV
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 107

bersama 16.5%, belajar bersama 15%, masak dan makan bersama 12.5%,
merawat atau membersihkan lingkungan sebayak 8.5%, bercocok tanam 7%,
melakukan kegiatan atau hobi lain 5%.
Memperhatikan data di atas, dapat dikatakan bahwa selama Pandemi Covid-19
ini para orang tua dan anaknya lebih banyak menghabiskan waktu secara
bersama-sama. Orang tua lebih memahami anaknya, apa yang terbaik untuk
anaknya. Sebelum adanya Pandemi ini orang tua yang kebanyakan lebih
menghabiskan waktunya untuk bekerja di kantor atau di luar rumah, seketika
dengan adanya Pandemi ini menjadi partner anaknya dalam segala aktifitas
tersebut. Secara psikologis ini akan memengaruhi komunikasi orang tua dan
anak, sehingga menjadi semakin baik. Kualitas komunikasi orang tua dan anak
yang semakin baik akan meningkatkan kepercayaan anak terhadap orang
tuanya (Badudu, 2019). Di sinilah seharusnya orang tua mengambil peran
sebagai pendidik karakter yang handal. Pendidikan karakter dilingkungan
keluarga harus bisa dioptimalkan dalam kondisi ini. Jangan dibiarkan terlewat
begitu saja. Inilah momentum yang baik untuk menebar benih karakter
tersebut. Wadah atau tempat penyemaian sudah cukup baik tinggal bagaimana
cara menyemainya. Tentu tidak semua orang tua paham akan hal itu. Di sinilah
perlu bantuan guru di sekolah untuk tetap melakukan sinergitas dengan para
orang tua selama pandemi ini.
Disamping itu juga, peran lingkungan keluarga ini sangatlah berpengaruh bagi
karakter anak. Pembentukan karakter yang dilakukan di dalam lingkungan
keluarga mempunyai keistimeawan tertentu. Keistimewaan yang terdapat di
dalam lingkungan keluarga menurut Wahab (1999) yaitu:
1. Keluarga merupakan pihak yang paling memberikan banyak
perlakuan kepada anak/siswa. Tentu anak pertama kali tumbuh dan
berkembang di lingkungan keluarga. Disambut dan diberikan kasih
sayang oleh orang tua yang sangat memengaruhhi pembentukan
karakter anak.
2. Sebagian besar anak mengahabiskan waktunya di lingkungan
keluarganya. Kesempatan ini seharusnya waktu yang tepat menjadi
sebuah interaksi antara anak dan orang tua. Kesempatan ini sangatlah
baik untuk dimanfaatkan oleh orang tua untuk menebar benih
pendidikan karakter ini.
108 COVID-19: Perspektif Pendidikan

3. Pengaruh genetik dan ikatan keluarga tidak dapat dipungkiri bahwa


sangat berpengaruh. Hubungan orang tua dan anak tidak bisa
tergantikan begitu saja baik oleh guru di sekolah maupun orang lain.
Jadi sebenarnya orang tua akan lebih mampu dalam memberikan
pendidikan karakter. Orang tua dan anak memiliki hubungan
psikologis yang tinggi.
4. Interaksi kehidupan anak dan orang tua di rumah bersifat asli tidak
dibuat buat. Perilaku yang ditampilkan di dalam lingkungan keluarga
merupakan perilaku yang pure (jujur), sehingga sangat baik untuk
memberikan contoh langsung berupa menjadi role model bagi
anaknya.

Ada tiga metode yang bisa diterapkan oleh orang tua di rumah. Pertama adalah
metode internalisasi, yaitu dengan memasukkan langsung pengetahuan
mengenai nilai-nilai karakter yang baik kepada anak dengan memeberikan
cerita atau dongeng, nasihat/ kalimat yang menyejukkan dari orang tua. Kedua
adalah metode keteladanan, yaitu metode di mana orang tua harus menjadi role
model sehingga anak akan meniru keteladanan orang tuanya. Anak adalah
peniru yang baik dimasanya. Metode ini bisa dikombinasikan dengan cara
melakukan aktivitas bersama seperti bermain bersama dan aktifitas rumah
yang lainnya. Metode ketiga adalah pembiasaan yang merupakan
pengembangan dari metode keteladanan (Hendriana & Jacobus, 2016).
Dalam melakukan aktifitas bersama orang tua akan memberikan keteladan
yang baik kemudian ditirukan oleh anak secara terus-menerus secara simultan
dan menjadi kebiasaan. Perilaku yang baik ini harus diberikan, (penghargaan)
untuk menguatkan perilaku baiknya sehingga menjadi kebiasaan dan menjadi
karakter yang baik dan kuat. Sedangkan, perilaku yang tidak baik atau
menyimpang akan diberikan punishment (hukuman) untuk memberikan
batasan sejauh mana karakter yang terbentuk dapat diterima dalam
lingkungannya. Hukuman yang dimaksud di sini adalah hukuman yang
mendidik.
Radin dalam Wahab (1999) menjelaskan lebih lanjut mengenai 6 (enam)
kemungkinan cara yang dilakukan oleh orang tua untuk memengaruhi anaknya
dalam pembentukan karakter.
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 109

Adapun enam kemungkinan tersebut adalah sebagai berikut:


1. Pemodelan perilaku (modeling of behaviour)
2. Memberikan ganjaran dan hukuman (giving reward & punishment)
3. Perintah langsung (direct instruction)
4. Menyatakan peraturan-peraturan (satating rules)
5. Nalar (Reasoning)
6. Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan (providing
materials and setting).

Keenam kemungkinan di atas baik digunakan dalam menanamkan pendidikan


karakter kepada anak. Pemodelan perilaku (modeling of behavior) sangatlah
baik dalam upaya penyemaian nilai-nilai karakter ini. Anak biasanya lebih
cepat dan lebih baik dalam meniru (imitating). Orang tua harus menunjukkan
sikap atau karakter yang baik terlebih dahulu. Jika orang tua menunjukkan
karakter yang kurang baik, tentunya akan berakibat fatal bagi perkembangan
karakter anak itu sendiri. Tidak perlu menjadi orang lain untuk memberikan
role model kepada anak. Lakukan apa yang biasa dilakukan, seperti mengajak
anak bermain, berolahraga, belajar, melakukan pekerjaan rumah, dan lain-lain.
Dalam melakukan aktifitas tersebut, orang tua harus mampu menyisipkan dan
mencontohkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai karakter tersebut.
Memang terdapat 18 karakter yang dipaparkan oleh pemerintah, namun di
dalam penanaman karakter di rumah ini cukup lakukan apa yang mampu
dilakukan, sesederhana mungkin. Misalnya berdoa sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas, disiplin melakukan aktifitas di rumah, mejaga kebersihan
diri dan lingkungan, sopan satun dalam bertutur kata, saling menolong sesama
anggota keluarga, mandiri dalam mengerjakan tugas, dan memiliki sikap
integritas.
Memeberikan ganjaran dan hukuman (reward & punishment) juga sangat
dibutuhkan untuk menjaga perilaku yang sudah baik tetap baik, dan
berperilaku yang tidak baik harus kmebali ke pola prilaku yang baik. Namun
dalam memberikan hukuman haruslah memberi hukuman yang mendidik.
Bukan sekedar hukuman atau malah memberikan hukuman fisik. Hal itu
malah akan membuat anak menjadi tertekan secara psikis serta malah meniru
tindakan tersebut sehingga yang tertanam adalah karakter yang tidak baik.
Contoh hukuman yang mendidik misalnya yang paling sederhana dengan
menunjukkan raut muka yang tidak menyenangkan bagi anak. Raut muka ini
110 COVID-19: Perspektif Pendidikan

maksudnya memberikan tanda kepada anak bahwa tindakannya salah atau


kurang tepat. Namun tetap dibarengi dengan memberikan penjelasan kepada
anak. Contoh yang lain misalnya memberikan hukuman yang sesuai atau
setimpal. Misalnya anak tidak menjaga kebersihan dengan membuang sampah
sembarangan, anak bisa disuruh untuk membersihkannya dengan memberikan
contoh langsung bagaimana menjaga kebersihan yang baik dan benar.
Perintah langsung (direct instruction) di sini bukanlah sesuatu perintah yang
otoriter, melainkan perintah sederhana yang konstruktif. Intruksi yang
membangun karater itu sendiri di dalam diri anak. Orang tua tidak sembarang
begitu saja dalam memberikan perintah, namun dibarengi dengan penjelasan
dan contoh langsung berupa sikap karater yang ditunjukkan orang tua itu
sendiri. Cohtohnya misalnya orang tua menginstruksikan berdoa sebelum dan
sesudah melakukan aktivitas, atau membersihkan sampah yang ditimbulkan
setelah bermain.
Menyatakan Peraturan (stating rule) juga sangat penting untuk menjaga
penanaman karakter ini tetap pada relnya. Anak kadang lupa dengan apa yang
telah diajarkan kepada dirinya. Terkadang mereka masih goyah dalam
mempertahankan karakternya. Mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang
mengakibatkan dirinya meniru perilaku yang kurang baik. Peraturan yang bisa
disepakati adalah peraturan yang sederhana. Misalnya dengan membuat time
schedule tentang pengerjaan kebersihan rumah, apa yang baik dan apa yang
buruk untuk dilakukan, dan sebagainya. Aturan ini hendaknya dibuat secara
tertulis dan ditempel pada dinding sehingga mudah dilihat dan mereka teringat
jika telah keluar dari atuaran tersebut.
Nalar (reasoning) di sini maksudnya, melakukan kegiatan yang masuk akal.
Bukan dibuat-buat begitu saja. Ajarkan anak untuk berfikir kritis, dan
mengetahui apa tujuannya mereka melakukan perilaku tersebut dan apa tujuan
orang tua menanamkan karakter tersebut kepadanya. Contohnya misalnya
anak diberikan pendidikan karakter menjaga kebersihan. Dengan menjaga
kebersihan, kita akan tetap sehat terbebas dari segala macam penyakit
termasuk Covid-19. Berusahalah membuat mereka merasa membutuhkan
karakter yang baik ini.
Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan (providing materials and
setting). Hal ini sangatlah penting, untuk mebuat anak semakin cepat dan
mudah mehami penanaman nilai karakter pada dirinya. Misalnya dengan
mempersiapkan kondisi penanaman karakter itu. Untuk menjaga kebersihan
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 111

dan melestarikan lingkungan rumah, orang tua memberi fasilitas seperti


tanaman, peralatan berkebun, dan lain-lain. Atau misalnya dalam
persembahyangan, orang tua menyediakan sarana persembahyangan, dan lain-
lain.

SIMPULAN
Himbauan pemerintah mengenai work from home, learn from home, pray from
home mengakibatkan orang tua dan anak/siswa mempunyai banyak
kesempatan untuk berinteraksi di rumah. Walaupun secara psikologis pandemi
ini melemahkan semua orang, namun setidaknya orang tua dan anak bisa
melakukan berbagai aktifitas yang positif untuk menjalin komunikasi yang
baik atara orang tua dan anak. Komunikasi yang baik ini akan menjalin sebuah
kekompakan atau kecocokan secara personal.
Selama pandemi ini kegiatan yang dapat dilakukan orang tua dan anak seperti
bermain bersama, belajar bersama, menjaga likungan secara bersam-sama,
berolah raga bersama, melakukan pekerjaan rumah bersama, dan lain-lain. Di
dalam setiapm aktifitas ini kemudian disisipkan berbagai sikap moral yang
baik yang nanatinya mampu membentuk karakter anak. Orang tua akan
memahami bagaimana perilaku anaknya selama ini dan mencari solusi
pendidikan karakter yang bagaimana yang dibutuhkan oleh anak. Orang tua
dan anak saling memahami sehingga penananman atau penyemaian nilai-nilai
karakter ini akan semakin baik.
Metode yang dilakukan bisa dengan metode internalisasi yaitu dengan
memasukkan langsung nilai-nilai karater kepada anak dengan memberikan
cerita atu dongeng yang terkadung nilai moral (moral value) di dalamnya. Bisa
juga dengan memberikan pemahaman tentang kebermanfaatan dan keharusan
memiliki nilai-nilai karakter tersebut. Metode yang kedua adalah metode
keteladanan yang mengahruskan orang tua menjadi role model dalam
pendidikan karakter. Anak akan dengan mudah meniru perilaku yang baik jika
mereka melihat dan berpartisipasi langsung di dalam sebuah kegiatan bersama
orang tuanya. Metode yang terakhir adalah metode pembiasaan, di mana orang
tua selain menanamkan secara interlisasi nilai-nilai karakter tersebut juga
melakukan proses pembiasaan dengan meniru perilaku orang tuanya serta
dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
112 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Selain metode tersebut perlu juga melakukan berbagai cara untuk menguatkan
penanaman karater. Misalnya dengan pemodelan perilaku (modeling of
behaviour), memberikan ganjaran dan hukuman (giving reward &
punishment), Perintah langsung (direct instruction), Menyatakan peraturan-
peraturan (satating rules), Nalar (Reasoning), Menyediakan fasilitas atau
bahan-bahan dan adegan (providing materials and setting). Semua ini bisa
dikombinasikan dan disesuaikan dengan aktifitas yang dilakukan selama di
rumah.
Mengingat urgensi dari pendidikan karakter ini sangatlah penting, jika anak
tidak memiliki karakter yang baik dan kuat bisa menyebabkan tidak
mempunyai jati diri yang kuat dan mudah goyah. Anak yang seperti itu akan
selalu menemukan kegagalan. Pendidikan karakter juga berpengaruh bagi
penguatan karater anak sehingga anak memiliki moral yang baik sesuai dengan
nilai-nilai karakter yang telah dipaparkan oleh pemerintah. Maka inilah saat
yang tepat bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai karakter tersebut.
Orang tua harus kreatif dalam mengkondisikan aktifitas bersama, serta dengan
cerdas menyisipkan pendidikan karakter kepada anak.
Memang bekerja dari rumah dan mengawasi anak belajar dari rumah sangat
sulit untuk dilakukan. Namun hal tersebut bisa kita atasi dengan cara
menentukan jadwal harian dan target harian. Misalnya hari ini apa yang akan
dikerjakan, dan jam berapa target itu harus selesai, serta jam berapa harus
menemani anak dalam belajar dan memberikan quality time kepada mereka.
Waktu berharga yang kita habiskan bersama anak ini tidak mesti harus
direncanakan atau dilakukan secara besar-besaran, namun cukup dengan hal
sederhana yang bisa kita lakukan di rumah. Inilah saatnya momentum
pendidikan karakter tumbuh subur di lingkungan keluarga. Semoga pandemi
ini cepat berlalu dan jika nanti telah berlalu, semoga kesuburan pendidikan di
lingkungan keluarga tetap subur menjadi sebuah kesadaran dan budaya baru di
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi F., Yusef. (2017). Pembelajaran Wacana Sebagai Ladasan dalam
Berliterasi Sastra untuk Meningkatkan Karakter Siswa. Prosiding
SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra). Edisi 1 2017 E-
Pendidikan Karakter Tumbuh Subur di Lingkungan Keluarga 113

ISSN: 2599-1519. https://research-


report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA
Anwar, A. (2013). Kontribusi Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Anak
(Studi Perspektif Modal Sosial di Kota Parepare). Kuriositas: Media
Komunikasi Sosial dan Keagamaan. 9(1). 57-65.
https://doi.org/10.35905/kur.v9i1.175
Anggrawan, A. (2019). Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran tatap
Muka dan Pembelajaran Online Menurut Gaya Belajar Mahasiswa.
Jurnal Manajemen, Teknik Informatika dan rekayasa Komputer. 2(18).
411. https://doi.org/10.30812/matrik.v18i2.411
Badudu. R. (2019). Character Exellence; Mengembangkan Karakter Anak,
Siswa, dan Karyawan 2. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Cintiawati, N., Tri N. (2015). Identitas Diri pada Remaja dari Keluarga
Berbeda Agama (Studi Fenomenologi pada Remaja dari Keluarga dengan
Latar Belakang Agama yang Berbeda). Saintek ISSN: 2686-0546. 2(12).
1549. https://doi.org/10.30595/st.v12i2.1549
Hendriana, E. C., Arnold J. (2016). Pengembangan Evaluasi Pembelajaran
Online. JPDI Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia. 2(1). 262.
https://doi.org/10.26737/jpdi.v1i2.262
Hidayah, N., Huriati. (2016). Krisis Identitas Diri pada Remaja “Identity Crisis
of Adolescenes. Sulesana Jurnal Wawasan Keislaman. 1(10).
https://doi.org/10.24252/.v10i1.1851
Hyoscamina, D. E. (2019). Peran Keluarga dalam membangun Karakter Anak.
Jurnal Psikologi Universitas Diponegero ISSN (Online): 2302-1098,
2(10). 144-152. https://doi.org/10.14710/jpu.10.2.144-152
Kusuma, D. A. (2010). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di
Zaman Grobal. Jakarta: Grasindo.
Lickona, T. (2019). Educating for Character; Mendidik untuk Membentuk
Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Mukarohmah, V. (2020, Maret 17). Trending #DiRumahAjaDulu dan
Mengapa Social Distancing Bisa Tekan Penularan Virus Corona?
Kompas.Com.
114 COVID-19: Perspektif Pendidikan

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/17/061100265/trending-
dirumahajadulu-dan-mengapa-social-distancing-bisa-tekan-penularan
Muklas, S., Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020
Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar. Diakses dari
https://setkab.go.id/
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Diakses dari
https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun2018_Nomor20.
pdf
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar. Diakses dari https://setkab.go.id/
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter. Diakses dari https://setkab.go.id/wp-
content/uploads/2017/09/Perpres_Nomor_87_Tahun_2017.pdf
Permono, H. (2013). Peran Orang Tua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang
anak untuk Membangun Karakter Anak Usia Dini. Prosiding Seminar
Nasional Parenting 2013. 34-47. https://hdl.handle.net/11617/3994
Ratriani, V. (2020, Maret 16). Jokowi Instruksikan Bekerja dari Rumah, Ini
Arti Work From Home. Kompas.Com
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/16/195035165/jokowi-
instruksikan-bekerja-dari-rumah-ini-arti-work-from-home
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Diakses dari https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/7308/UU0202003.htm
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Diakses dari https://setkab.go.id/
Wahab, R. (1999). Perkembangan Belajar Peserta Didik. Depdikbud.
Teknologi e-learning dalam
Pengembangan Nilai-Nilai
Karakter Peserta Didik di Masa
Pandemi Covid-19
Ni Komang Sutriyanti
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN
Memasuki era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini sangat
dirasakan akan kebutuhan dan pentingnya penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, terlebih pada masa pandemi
covid-19 saat ini. Kondisi itulah yang menuntut guru agar memiliki inovasi
dan kreativitas dalam proses pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen
penting dalam pendidikan dituntut harus mampu menyesuaikan diri dalam
menghadapi masalah global yang terjadi di hampir seluruh dunia.
Dampak globalisasi yang terjadi membawa masyarakat melupakan pesan
moral yang diwarisi oleh leluhur. Pendidikan nasional belum mampu
mencerahkan bangsa ini dan kehilangan nilai-nilai luhur bangsa. Disamping
tantangan terhadap masalah karakter, salah satu tantangan utama yang
dihadapi guru adalah bagaimana guru mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi saat ini. Teknologi e-learning merupakan salah satu solusi
yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
yang mampu memberikan jangkauan yang luas, cepat, efektif, dan efisien
dalam penyebarluasan informasi.
116 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Setiap kegiatan pembelajaran selalu melibatkan pelaku aktif, yaitu guru dan
siswa. Guru adalah pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara
sengaja, menantang, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan siswa
sebagai peserta didik merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang
diciptakan guru (Rusman & Kurniawan, 2011).
Beranjak dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
terkait dengan e-learning yang dipadukan dengan pendidikan karakter dengan
mengangkat judul” Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai
Karakter Peserta Didik di Masa Pandemi Covid-19”, diharapkan tulisan ini
mampu memberikan motivasi bagi para guru untuk memanfaatkan teknologi
e-learning sebagai salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran.

PEMBAHASAN
A. Teknologi e-Learning
Dalam kehidupan sosial, manusia tidak bisa terlepas dari pengaruh teknologi.
Kebermanfaatan teknologi telah dirasakan sebagai suatu bagian yang penting
dalam kehidupan manusia. Disisi lain kemajuan teknologi telah mengubah
pola pikir manusia dan dampat negatif teknologi telah menjadikan masyarakat
lupa akan jati diri bangsa. Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dalam
kemajuan suatu bangsa perlu memaksimalkan pemanfaatan teknologi
utamanya teknologi informasi pendidikan.
Teknologi informasi Pendidikan adalah ilmu pengetahuan dalam bidang
informasi berbasis komputer yang digunakan dalam peningkatan kualitas
Pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi difokuskan pada peningkatan
kualitas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas Pendidikan (Diat
Prasojo, 2011: 5). Terdapat berbagai macam teknologi informasi Pendidikan
yang bisa diimplementasikan dalam dunia Pendidikan, salah satunya adalah e-
learning.
e-Learning adalah salah satu bentuk dari konsep distance e-learning. Bentuk e-
learning sendiri cukup luas, sebuah portal yang berisi informasi ilmu
pengetahuan sudah dapat dikatakan sebagai situs e-learning. e-learning atau
internet enabled learning menggabungkan metode pengajaran dan teknologi
sebagai sarana dalam belajar (Diat Prasojo, 2011: 208). e-Learning di masa
Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik 117

pandemi covid-19 wajib dipahami oleh seluruh komponen terkait dalam


bidang pendidikan terutama guru dan peserta didik serta orang tua sebagai
pendamping di rumah.
1. Bentuk Pembelajaran e-Learning

Rachmat (dalam Diat Prasojo, 2011: 216-217) menyatakan bahwa strategi


pembelajaran ada dua dimensi yang perlu diperhatikan oleh seorang guru,
yaitu peserta didik yang belajar (learner) dan peristiwa belajar (learning). untuk
peserta didik yang belajar, yang perlu diperhatikan guru adalah sebagai
berikut:
a Peserta didik selalu membawa pikiran, pemahaman, dan pengalaman
sendiri Ketika mulai belajar. Pikiran, pemahaman, dan pengalaman
ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis kelamin,
sosial ekonomi, keluarga, budaya, termasuk geografis setempat.
b Kemampuan kognitif peserta didik berkembang dengan kecepatan
yang berbeda.
c Peserta didik merupakan individu unik yang sering memandang
lingkungannya dengan caranya sendiri.
d Peserta didik belajar dengan cara dan kecepatan berbeda.

Sedangkan untuk peristiwa belajar (learning), hal-hal yang perlu diperhatikan


seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Peristiwa belajar merupakan proses yang berlangsung sepanjang
hayat.
b. Peristiwa belajar berlangsung dalam konteks budaya dan sosial
tertentu.
c. Peristiwa belajar efektif terjadi jika melibatkan beragam unsur, yaitu
guru-orang tua-masyarakat dengan basis kemitraan.
d. Konteks peristiwa belajar seharusnya mempertimbangkan prinsip
keadilan dalam keragaman.
e. Peristiwa belajar memerlukan aktivitas mental dalam membangun
makna dengan mengakomodasi dan menggunakan titik tolak
pengetahuan awal peserta didik.
118 COVID-19: Perspektif Pendidikan

f. Strategi belajar aktif peserta didik membuat pilihan-pilihan sesuai


pemahaman peserta didik.
g. Peristiwa belajar dapat dipicu dengan menggunakan barang teknologi
yang berasal dari lingkungan terdekat peserta didik.
h. Kompetensi tentang penalaran dan kinerja peserta didik dapat
diperagakan melalui beragam cara.

2. Elemen-Elemen dalam e-Learning

Adapun elemen yang terdapat dalam system e-learning adalah sebagai berikut.
a. Soal-soal. Materi dapat disediakan dalam bentuk modul, adanya soal-
soal yang disediakan, dan hasil pengerjaannya dapat ditampilkan.
Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur, dan pelajar
mendapatkan apa yang dibutuhkan.
b. Komunitas. Para pelajar dapat mengembangkan komunitas on-line
untuk memperoleh dukungan dan berbagi informasil yang saling
menguntungkan.
c. Pengajar on-line. Para pelajar selalu on-line untuk memberikan
arahan kepada para pelajar, menjawab pertanyaan dan membantu
dalam diskusi.
d. Kesempatan bekerja sama. Adanya perangkat lunak yang dapat
mengatur pertemuan on-line, sehingga belajar dapat dilakukan secara
bersamaan atau real-time tanpa kendala jarak .
e. Multimedia. Penggunaan teknologi audio dan video dalam
penyampaian materi sehingga menarik minat dalam belajar (Diat
Prasojo, 2011).

B. Nilai-Nilai Karakter yang dapat dikembangkan di Masa


Pandemi Covid 19
1. Nilai Religius

Religius merupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan


adanya kekuatan sang pencipta atau Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan ini
disertai kepatuhan dan ketaatan dalam mengikuti perintah dan menjauhi segala
Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik 119

larangan-Nya. Ini diwujudkan dengan taat beribadah dan berperilaku yang


sesuai dengan apa yang telah diatur oleh agama dan tidak melakukan apa yang
dilarang oleh agama (Titib, I Made & Sapariani, 2006: 67). Sikap dan perilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain (Balitbangpuskur, 2010: 37). Adapun religiusitas merupakan orang
yang menganggap beragama sebagai sesuatu yang “penting” lebih dikenal
sebagai orang yang bekerja untuk mereka yang memerlukan pertolongan, ikut
serta berkampanye untuk keadilan sosial, dan menyisihkan uang untuk
memberikan pertolongan, terutama dalam jangka waktu yang panjang
(Suhardi, 2014: 189).
Nilai religius merupakan nilai pembentuk karakter yang sangat penting.
Manusia berkarakter adalah manusia yang religius. Religius adalah
penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
(Naim, 2012: 124). Sikap religius merupakan cerminan orang beriman yang
memiliki keyakinan yang mantap terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
kitab Rgveda IX.64.21 dijelaskan:
abhi venā anūsateyaksanti pracetasah,
mjjanty-avicetasah.
Terjemahannya:
Orang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa yang terpelajar
mempersembahkan doa-doa dan para ahli keagamaan yang
dicerahkan berniat menghaturkan yajña. Orang yang tidak beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan orang yang bodoh akan
tenggelam (Titib, I Made & Sapariani, 2006: 67).
Sloka tersebut di atas menegaskan bahwa orang yang beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa, orang yang terpelajar selalu mempersembahkan doa-doa
pujian. Orang yang tidak beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa serta orang
yang bodoh akan tenggelam ke jurang penderitaan. Oleh karena itu, menjadi
manusia harus selalu mempertebal sradha dan bhakti kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena manusia tidak ada apa-apanya dihadapan Tuhan.
Dalam Kitab Slokantara sloka 9 dijelaskan:
Āpadgato’pi dosājno dharmasastram na warjayet,
Saroruhan yathā bhrngaschinnpakso’pi jñātibhi.
120 COVID-19: Perspektif Pendidikan

(Slokantara, 9)
Terjemahannya:
Seorang yang teguh iman walaupun ia berada dalam kesusahan atau
bencana besar, ia tidak akan mau melanggar ketentuan-ketentuan dan
nasehat-nasehat kitab suci. Sama dengan kumbang yang tidak akan
mau meninggalkan bunga seroja walaupun sayapnya dicabut
(Sudharta, 2003: 32).
Berdasarkan Kitab Slokantara sloka 9 di atas bahwa orang yang teguh
imannya merupakan orang yang memiliki karakter religius, orang yang sudah
memiliki karakter religius miskipun disusahkan oleh orang lain, dibencanai
oleh orang yang jahat. Walaupun demikian ia tidak akan mau meninggalkan
dan melanggar ajaran-ajaran agama dan Dharma. Ia tidak akan berhenti
mengerjakan kebaikan dan selalu berupaya memperteguh imannya, sebab
semua yang terjadi itu adalah sebuah godaan hidup.
Masa pandemi covid-19 ini, guru selalu memberikan arahan dan tugas kepada
peserta didik untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
religiusitas peserta didik seperti: sembahyang, membantu orang tua dalam
melakukan kegiatan keagamaan dan kegiatan lain yang mendukung
peningkatan religiusitas peserta didik. Hal ini merupakan salah satu
pemenuhan dari kompetensi inti dalam penyelenggaraan kurikulum 2013.
2. Nilai Kejujuran

Semua keluarga menyampaikan pesan mo¬ral untuk bersikap jujur kepada


anak-anaknya. Akan tetapi, imple¬mentasi dari pesan tersebut dan cara-cara
yang digunakan oleh orang tua untuk mengontrol sikap jujur yang dimiliki
anak berbeda-beda. Dalam keluarga orang tua bersikap teguh dalam
menegakkan sikap jujur pada anak sehingga anak memahami betapa
pentingnya bersikap jujur dalam kehidupan. Meskipun bersikap jujur dirasakan
sulit, namun orang tua menekankan pesan pada anak bahwa kejujuran akan
membawa kebaikan, sedangkan ketidakjujuran akan mengaki¬batkan kerugian
di kemudian hari (Lestari, 2012: 156).
Langkah awal yang bisa dilakukan untuk kejujuran tidak harus dimulai dari hal
besar. Aspek kecil dan sederhana justru memiliki peranan yang besar untuk
membangun kesadaran terhadap nilai jujur ini. Bagi orang tua, sifat jujur harus
ditanamkan dalam perilaku sehari-hari. Jika melihat anak melakukan
ketidakjujuran, orang tua jangan langsung memarahi. Gunkan metode yang
Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik 121

tepat dan efektif. Dalam hal ini orang tua bisa mengajak anaknya diskusi.
Orang tua bisa meminjam metode Sokrates yang terkenal dengan pertanyaan
kritisnya. Ada banyak pertanyaan yang dapat diajukan, misalnya, “berbohong
itu baik atau tidak menurut kamu?, “Kenapa berbohong itu tidak baik?, :kalau
begit, apa yang harus kamu lakukan ?”, dan berbagai pertanyaan sejenis
lainnya. Setelah melakukan dialog, orang tua bisa menjelaskan dan
menyimpulkan apa yang telah dilakukan. Orang tua bisa menjelaskan bahwa
sekali berbohong berarti melakukan tiga kebohongan sekaligus (Naim, 2012:
134).
Dengan diterapkannya belajar dari rumah oleh pemerintah, guru pastinya akan
merasa ragu dengan hasil evaluasi yang diperoleh oleh peserta didik dalam
pembelajaran dengan sistem e-learning, karena guru sulit memantau
perkembangan siswa yang sesungguhnya. Dalam kondisi seperti ini, orang tua
sebagai pendidik yang utama dan pertama wajib untuk mengawasi
perkembangan peserta didik dan selalu menekankan agar menjunjung tinggi
nilai kejujuran pada diri anak.
3. Nilai Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Dalam keluarga, kemandirian (self-
relience) adalah salah satu nilai karakter yang harus dibentuk oleh orang tua
dalam kehidupan sehari-hari. (Mustari, 2014: 78) menyatakan bahwa orang
mandiri adalah orang yang cukup-diri (self-sufficient), yaitu orang yang
mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan orang
lain, tidak menolak risiko dan bisa memecahkan masalah, bukan hanya
khawatir tentang masalah-masalah yang dihadapinya. Orang seperti ini akan
percaya pada keputusannya sendiri, jarang membutuhkan orang lain untuk
meminta pendapat atau bimbingan orang lain. Orang yang mandiri dapat
menguasai kehidupannya sendiri dan menangani apa saja dari kehidupan ini
yang ia hadapi.
Kemandirian merupakan salah satu modal penting bagi anak-anak untuk
bertahan hidup kelak saat mereka dewasa. Karenanya mengajarkan
kemandirian merupakan salah satu tanggung jawab terpenting yang dimiliki
orang tua. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mulai
menanamkan kemandirian pada anak-anak.
122 COVID-19: Perspektif Pendidikan

a. Sediakan pilihan-pilihan. Saat anak-anak berusia dua tahun, mereka


mulai mengembangkan kemandirian. Hal ini bisa terlihat saat mereka
merasa terganggu dengan bantuan orang tuanya saat mengerjakan
hal-hal sederhana atau bersikeras melakukan sesuatu sendiri. Tanda
lain adalah bila anak mulai menjadi posesif dengan mainan atau
benda-benda lain miliknya. Dua tanda tersebut adalah gejala normal.
Kita harus mendorong sikap ini ke arah yang positif. Sebagai contoh,
membiarkan mereka memilih di antara dua hal, seperti misalnya buah
apa yang ingin mereka makan apel atau pir. Saat anak semakin
bertambah dewasa, izinkan dia membuat keputusan-keputusan yang
lebih sulit, seperti memilih pakaiannya sendiri. Membiarkan anak-
anak mengontrol beberapa bagian dalam hidupnya akan memupuk
kepercayaan diri dan kemandirian. Tetapkan waktu tidur malam yang
rutin. Belajar tidur sendiri di malam hari mungkin sulit bagi anak-
anak, tapi merupakan sebuah bagian yang penting untuk menjadi
mandiri. Anak-anak harus belajar untuk tidur sendiri tanpa kehadiran
orang tuanya. Bila orang tua menemani dia sampai dia tertidur atau
mengizinkan dia tidur di kamar, akan semakin sulit bagi dia untuk
mandiri. Buatlah sebuah rutinitas yang sehat saat malam hari untuk
mempersiapkan anak untuk tidur. Seperti membacakan buku dongeng
atau memandikan dia sebelum tidur. Lalu memeluk dan menciumnya
serta membaringkan dia di tempat tidur. Bila dia berusaha untuk
bangun dan mengikuti orang tuanya, orang tua dapat membaringkan
dia lagi ke tempat tidur. Mungkin pada awalnya anak akan mencoba
untuk melawan rutinitas ini, tapi kita harus berusaha bersikap tegas
dan konsisten. Pada akhirnya dia akan terbiasa untuk tidur seorang
diri pada malam hari.
b. Jangan melakukan sesuatu untuk anak bila dia mampu melakukannya
sendiri. Saat orang tua terus-menerus melakukan hal-hal yang
sebenarnya bisa dilakukan sendiri untuk anak, secara tak langsung
orang tua sedang mengajarinya untuk tidak mandiri. Untuk
membangun kemandirian, biarkan dia mencoba melakukan sesuatu
untuk dirinya sendiri sekalipun gagal. Memang akan terasa
Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik 123

mengganggu bila harus menunggu lebih lama untuk anak kita


mengikat tali sepatunya. Tapi dia akan belajar hal penting. Orang tua
bisa melatih hal-hal ini dimulai dari melatihnya untuk makan sendiri.
Entah dia menggunakan tangan atau peralatan makan(Kurniawan,
2013: 90-91).

Ragam tugas yang diberikan guru kepada peserta didik di masa pandemi
covid-19 ini, telah mengubah pola hidup peserta didik menjadi lebih mandiri.
Mandiri yang dimaksud dalam hal ini adalah, siswa mampu menemukan cara
tersendiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tanpa harus
bertanya kepada guru maupun teman dikelasnya. Dengan memanfaatkan e-
learning siswa dapat belajar lebih mudah dan mengakses lebih cepat materi
yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

C. Implikasi E-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai


Karakter di Masa Pandemi Covid-19
Pandemi covid-19 telah membawa perubahan besar dalam kehidupan
masyarakat serta membawa dampak positif dan negatif, Adapun dampak
positif yang ditimbulkan dari sistem belajar dari rumah yaitu.
1. Meningkatkan Sradha dan Bhakti

Umat Hindu memiliki landasan keimanan yang disebut Panca Sradha, yaitu
percaya akan adanya: (1) Sang Hyang Widhi sebagai yang tunggal tempat
manusia menyerahkan diri dan mohon perlindungan; (2) Atman, yaitu
hidupnya hidup yang merupakan percikan dari Paraman Atman yang tertinggi;
(3) Karma Phala, yaitu keyakinan bahwa segala bentuk perbuatan akan
membawa hasil serta bekas perbuatan itu yang disebut karmawasana; (4)
Punarbhawa, yakni kelahiran kembali, sesuai karma yang telah diperbuat, dan
(5) Moksa, berarti kelepasan dan tidak lahir kembali ke dunia karena tidak ada
sesuatu hal pun yang mengikatnya (Yudha Triguna, 2011: 37-38).
Berkaitan dengan konsep sradha, dalam kitab Bhagawadgita menegaskan:
Aśraddadhānāh purusā
Dharmasyā-sya paramtapa,
Aprāpya mām nivartante
124 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Mrtyu-samsāra-vartmani.
(Bhagawadgita IX.3)
Terjemahannya:
Manusia tanpa keimanan, yang mengikuti jalan ini, wahai penakluk
musuh (Arjuna), tak mencapai Aku dan kembali ke jalan dunia
kematia, menderita (Pudja, 2005: 223).
Merujuk sloka tersebut di atas maka jelas disebutkan bahwa hanya dengan
keyakinan yang mantap seseorang akan dapat mencapai Tuhan. Justru orang
yang tidak memiliki keimanan yang kuat hidupnya akan menderita. Atas dasar
tersebut, keimanan atau sradha merupakan landasan yang elementer bagi
seseorang dalam mewujudkan relegiusitas diri. Bagi peserta didik, sradha
terefleksi dari keyakinan dan praktik beragama yang dilakukan secara intens
menunjukkan bahwa peserta didik telah memiliki nilai spiritual yang kuat.
Ada empat jalan dharma yang dianjurkan Hindu dalam usaha mendekatkan
diri dengan Tuhan, yaitu. Pertama, melalui bhakti marga yang diwujudkan
dalam bentuk cinta kasih dan kerinduan mendalam untuk “bertemu” berkorban
dengan berbagai persembahan kepada-Nya. Kedua, melalui karma marga
diwujudkan dengan kerja tanpa pamrih untuk kepentingan diri sendiri. Kerja
yang dilakukan dilandasi cinta kasih mendalam karena tiada kerja yang cuma-
cuma. Semuanya akan membuahkan hasil, disadari ataupun tidak. Ketiga,
jnana marga berarti jalan mencapai kesempurnaan dengan menggunakan
kebijakan filsafat yang antara lain menekankan bahwa manusia adalah bagian
dari alam semesta yang bersumber dari kekuatan yang disebut Brahman atau
purusa. Keempat disebut yoga marga, dilakukan dengan menggunakan
kemampuan dan kekuatan pikiran yang diarahkan kepada keesaan Tuhan
Dalam melaksanakan kepercayaan terhadap panca sradha, masyarakat Bali
dalam kurun waktu hampir seratus tahun terakhir lebih menekankan pada
bhakti dan karma marga, dan hanya sebagain kecil memilih jnana dan yoga
marga (Yudha Triguna, 2011: 38-39).
Wiana (1993: 42) membagi tingkatan bhakti menjadi dua tingkat yaitu apara
bhakti dan para bhakti. Apara bhakti artinya bhakti yang perwujudannya masih
lebih rendah, dan umumnya dilakukan oleh mereka yang belum mempunyai
tingkat kesucian tinggi dan pemahaman ilmu pengetahuan serta
kebijaksanaannya belum menonjol. Dalam tingkatan apara bhakti, orang
memeuja Tuhan dengan penuh pengharapan atau permohonan-permohonan.
Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik 125

Sedangkan para bhakti yaitu pemujaan atau bhakti yang dilakukan umat yang
tingkat kerohaniannya lebih tinggi. Di mana dalam mewujudnyatakan
bhaktinya kepada Tuhan, tidak lagi disertai dengan permohonan apapun.
Dalam Kitab Bhagawadgita XI. 54 dan IX.26 ada disebutkan yaitu:
Bhaktyā tv ananyayā śakya
Aham evam-vidho ‘rjuna,
Jnātum drastum ca tattvena
Pravestum ca paramtapa. (Bhagawadgita XI.54)
Terjemahannya:
Tetapi, melalui bhakti yang tak tergoyahkan Aku dapat dilihat dalam
realitasnya dan juga memasukinya, wahai penakluk musuh (Arjuna)
(Pudja, 2005: 305).
Patram puspam phalam toyam
Yo me bhaktyā prayacchati,
Tad aham bhakty-upahrtam
Aśmāni prayatātmanah. (Bhagawadgita IX.26)
Terjemahannya:
Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan
sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, Aku
terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci
(Pudja, 2005: 239).
Implementasi ajaran sradha dan bhakti bagi peserta didik terlihat pada kegiatan
persembahyangan secara intens yang dilakukan serta pelibatannnya dalam
kegiatan keagamaan di rumah masing-masing. Ini merupakan bagian dari
tugas yang disyaratkan oleh guru sebagai bentuk implementasi dari kurikulum
2013 pada pemenuhan kompetensi inti.
2. Menguatkan Ikatan Keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam suatu bangsa. Kebertahanan


keluarga sangat besar dipengaruhi oleh karakter dari anggotanya. Sehingga
perkembangan teknologi dan informasi juga ikut mewarnai kondisi keluarga
126 COVID-19: Perspektif Pendidikan

dalam suatu bangsa. (Sutriyanti, 2019: 22) dalam sebuah artikel jurnal
dijelaskan bahwa kelahiran anak sangat dipengaruhi oleh palelintangan.
Dijelaskan bahwa awal kehancuran sebuah bangsa ditandai oleh kehancuran
generasi mudanya, dan ternyata awal dari kehancuran generasi muda justru
dimulai dari Pendidikan formal di sekolah dan dalam Pendidikan keluarga (di
rumah). Pada akhirnya terbentuklan pola piker, cara pandang, dan budaya
generasi muda (Tini Rusmini Gorga, 2013: 38-39).
Baik buruknya hubungan atau interaksi antara suami dan istri atau ayah dan
ibu sangat menentukan kesuksesan pendidikan karakter di lingkungan
keluarga, terutama dalam menciptakan situasi dan interaksi edukatif. Situasi
edukatif adalah terciptanya suasana atau keadaan yang memungkinkan
terjadinya proses tindakan yang mengarah pada proses pendidikan. Sementara
interaksi edukatif adalah interaksi yang mengandung nilai-nilai pendidikan.
Situasi dan interaksi ini tidaklah muncul dengan sendirinya, tetapi harus
diciptakan, diusahakan bahkan direkayasa oleh suami-istri atau ayah-ibu, dan
orang-orang dewasa lain yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pendidikan karakter di lingkungan keluarga (Sutriyanti, 2016: 17).
Pada buku panduan menghadapi penyakit virus corona 2019 model RRC
diuraikan ada 5 hal terkait pencegahan dan pengendalian terhadap anak-anak
antara lain: 1). Jangan mendatangi tempat-tempat yang ramai, dan tidak
menghadiri pesta-pesta. 2). Pakailah masker saat pergi keluar, dan ingat untuk
mengingatkan orang tua dan kakek-nenek anda untuk melakukan yang sama.
3). Konsumsilah makanan secara teratur dan sehat. Cuci tangan anda
sebaikbaiknya sebelum makan dan setelah buang air besar. Lebih sering
melakukan latihan atau olah raga di rumah bersama orang tua. 4). Tutup mulut
dan hidung anda dengan handuk kertas/tisu kertas atau dengan siku saat bersin
atau batuk. 5). Dengarkan orang tua anda dan segera dapatkan perawatan
medis jika anda (Komisi Kesehatan Nasional RRC, 2020: 118).
Dengan sistem belajar dari rumah, orang tua dituntut untuk mendampingi anak
sepanjang hari sehingga kedekatan orang tua dan anak semakin baik, yang
menyebabkan ikatan keluarga semakin kuat. Dengan demikian orang tua
dengan mudah mengontrol tingkah laku anak dan diharapkan bisa merubah
dari perilaku anak yang kurang baik menjadi baik, dari malas menjadi rajin.
Disamping membimbing anak untuk menjadi pribadi yang memiliki nilai
karakter baik, di masa pandemi covid -19 orang tua juga hendaknya selalu
Teknologi e-learning dalam Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik 127

mengawasi anak untuk selalu taat pada protokol kesehatan yang telah
ditentukan oleh pemerintah.

SIMPULAN
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam Pendidikan dituntut harus
mampu menyesuaikan diri dalam memasuki era teknologi informasi dan
komunikasi sera masa pandemic covid-19. Salah satu tantangan utama yang
dihadapi guru adalah bagaimana guru mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik serta mampu memilih metode yang tepat sesuai
dengan situasi dan kondisi saat ini. Teknologi e-learning merupakan salah satu
solusi yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang mampu memberikan jangkauan yang luas, cepat, efektif,
dan efisien dalam penyebarluasan informasi. e-learning adalah salah satu
bentuk dari konsep distance e-learning.
Strategi pembelajaran dalam e-learning ada dua dimensi yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru, yaitu peserta didik yang belajar (learner) dan
peristiwa belajar (learning) serta terdapat beberapa elemen-elemen yang
berhubungan seperti soal-soal, komunitas, pengajar online, kesempatan
bekerjasama, dan multimedia. Adapun nilai-nilai dominan yang
dikembangkan dalam e-learning ini adalah nilai religius, kejujuran dan
kemandirian. Implikasi dari e-learning ini yakni peningkatan terhadap sradha
dan bhakti peserta didik dan menguatkan ikatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Balitbangpuskur. (2010). Bahan Ajar Pelatihan Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya
Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.
Diat Prasojo, L. & R. (2011). Teknologi Informasi Pendidikan. Yogyakarta:
Gava Media.
Komisi Kesehatan Nasional RRC. (2020). Panduan Menghadapi Penyakit
Virus Corona 2019 Model RRC. Kupang: Forum Academia NTT.
128 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Kurniawan, S. (2013). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: AR. Ruzzmedia.


Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan
Konflik dalam Keluarga). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mustari, M. (2014). Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Bandung: PT
RajaGrafindo Persada.
Naim, N. (2012). Character Building. Yogyakarta: AR. Ruzzmedia.
Rusman & Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi. Bandung: PT RajaGrafindo Persada.
Sudharta, T. R. (2001). Slokantara. Surabaya: Paramita.
Suhardi, D. (2014). Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Bandung: PT
RajaGrafindo Persada.
Sutriyanti, N. K. (2016). Peningkatan Mutu Pendidikan Karakter Melalui
Peran Orang Tua Dalam Keluarga. Jurnal Penjaminan Mutu, 2(1), 14–27.
https://doi.org/10.25078/jpm.v2i1.57
Sutriyanti, N. K. (2019). Karakteristik Keluarga Hindu Di Desa Bayunggede
Provinsi Bali. Religious: Jurnal Studi Agama-Agama Dan Lintas Budaya,
4(1), 12–28.
Tini Rusmini Gorga, A. A. A. N. (2013). Bunga Rampai Kiprah Emas
Perempuan Indonesia. Bandung: Ganeca Exact.
Titib, I M. & Sapariani, N. K. (2006). Keutamaan Manusia Dan Pendidikan
Budhi Pekerti. Surabaya: Paramita.
Wiana, I. K. (1993). Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan. Denpasar:
Pustaka Manikgeni.
Yudha Triguna, I. B. G. (2011). Mengapa Bali Unik ? Jakarta: Pustaka Jurnal
Keluarga.
Pencegahan Wabah Covid-19
melalui Pendidikan Karakter
Peduli Lingkungan pada Anak
Usia Dini
Ni Nyoman Sudiani
STAH Dharma Nusantara Jakarta

PENDAHULUAN
Wabah Corona-19 yang sedang melanda dunia pada tahun 2020 ini tidak perlu
terjadi apabila umat manusia memiliki karakter yang baik, terutama karakter
peduli lingkungan. Karakter peduli lingkungan merupakan sikap menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan demi keberlangsungan mahluk hidup.
Apabila lingkungan alam dirusak dan terganggunya ekosistem maka bencana
akan melanda umat manusia. Dalam ajaran Hindu wabah atau bencana
bersumber dari tiga hal yaitu Ādhyātmika, Ādhidaiwika, dan Ādhibhautika.
Agama Hindu menyebutkan, lingkungan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia, karena lingkungan alam dengan manusia terdapat saling
ketergantungan. Oleh karena antara lingkungan dengan manusia menjadi satu-
kesatuan maka Hindu mengajarkan supaya umat manusia menciptakan
keharmonisan antara manusia dengan lingkungan. Apabila antara manusia
dengan lingkungan tidak harmonis maka bencana akan melanda umat
manusia, seperti wabah corona-19 yang terjadi saat ini. Untuk mengingatkan
manusia akan pentingnya menjaga kelestarian alam semesta ini maka
Pendidikan karakter peduli lingkungan penting dilakukan.
Pendidikan karakter peduli lingkungan tidak efektif dilakukan pada orang
dewasa karena perilaku orang dewasa sudah mendapat pengaruh dari berbagai
130 COVID-19: Perspektif Pendidikan

factor seperti kebutuhan ekonomi dan berbagai kepentingan. Pendidikan


karakter peduli lingkungan lebih efektif dilakukan ketika anak masih kecil atau
yang disebut dengan anak usia dini, karena anak usia dini belum banyak
mendapat pengaruh negative dari lingkungan sehingga mudah menanamkan
nilai-nilai baik. Mendidik karakter peduli lingkungan pada orang dewasa tidak
ada kendala, namun yang menjadi masalah adalah apabila mendidik karakter
peduli lingkungan pada anak usia dini. Mendidik karakter peduli lingkungan
pada anak usia dini tidak dapat dilakukan hanya dengan memberi wacana
tentang lingkungan. Mendidik anak usia dini harus melalui media. Karakter
dapat diajarkan kepada anak-anak di sekolah (Arthur, Kristjánsson, Harrison,
Sanderse, & Wright, 2016, p. 1).
Tulisan ini juga diinspirasi oleh artikel Angela Lee dengan judul
“Implementing character education program through music and integrated
activities in early childhood settings in Taiwan” di mana pada artikel tersebut
Angela Lee mengeksplorasi kemanjuran menggunakan aktivitas musik untuk
meningkatkan aspek karakter pendidikan anak-anak prasekolah di lingkungan
sekolah Taiwan (Lee, 2014, p. 340). Berdasarkan artikel itu penulis tertarik
menulis mengenai pencegahan bencana Covid-19 dapat dilakukan dengan cara
melakukan pendidikan karakter peduli lingkungan pada anak usia dini.
Adapun media yang digunakan adalah media Gending Rare.
Tulisan ini juga merupakan pengembangan dari hasil penelitian penulis yang
berjudul Pendidikan Karakter melalui Gending Rare studi etnografi pada Anak
Usia Dini di Desa Adat Tenganan Pengringsingan dari tahun 2013 sampai
2015 (Sudiani, 2015, pp. 54–74). Tujuan tulisan ini adalah mengungkap dan
mendeskripsikan bagaimana gending rare sebagai media pendidikan karakter
pada anak usia dini terutama karakter peduli lingkungan sehingga anak-anak
tumbuh menjadi anak yang memiliki kepedulian, terhadap kelestarian
lingkungan demi keselamatan penghuni jagat raya.
Tilaar mengatakan bahwa pendidikan merupakan bagian dari struktur
kehidupan masyarakat, proses pendewasaan, dan proses pemberdayaan (Tilaar,
2009, pp. 1–19). Pendidikan dikatakan sebagai struktur kehidupan masyarakat
karena masyarakat akan dapat berkembang apabila masyarakat tersebut
terdidik. Hanya masyarakat yang terdidik yang akan mampu mempertahankan
dan mengembangkan budaya yang selama ini telah terbukti dapat melindungi
masyarakat. Pendidikan juga sebagai proses membuat seseorang menjadi
dewasa, yaitu dewasa dalam berpikir, berucap dan bertindak sehingga segala
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 131

hal yang dilakukan bersifat positif yaitu membuat hubungan yang harmonis di
dunia ini.
Melalui pendidikan maka masyarakat memiliki pengetahuan, kecakapan dan
ketrampilan yang sangat berguna di dalam melanjutkan dan meningkatkan
kehidupan, tanpa diperbudak oleh orang lain, sehingga dengan demikian
sangat tepat jika dikatakan bahwa pendidikan adalah sebagai proses
pemberdayaan. Ilmu pendidikan berasal dari kata Pedagogi yang merupakan
bahasa Yunani dari kata paidagōgeō, yang terdiri dari pais, genetif, paidos
berarti anak dan ágô berarti memimpin, sehingga secara harfiah pedagogi
berarti memimpin anak (Sudarwan, 2010, pp. 47–49).
Memimpin anak dalam hal ini berarti membimbing anak yang pada mulanya
tidak memiliki pengetahuan, selanjutnya dibimbing atau dididik oleh
seseorang atau guru sehingga akhirnya anak memiliki pengetahuan.
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intellect) dan tubuh anak yang dilakukan di tiga tempat yaitu: keluarga, alam
perguruan, dan alam pergerakan pemuda, dan ketiganya disebut Sistem
Trisentra (Dewantara, 2004, pp. 14–70). Proses pengembangan kecerdasan
kognitif, afektif dan psikomotor anak-anak dilakukan melalui pendidikan yang
dilakukan secara sengaja dan sungguh-sungguh demi memperoleh output
sesuai dengan harapan.
Berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah proses membimbing anak dalam rangka pengembangan fisik,
kecerdasan kognitif, dan budhi pekerti yang dilakukan dengan sengaja dan
dengan berbagai upaya sehingga anak dapat berkembang menjadi anak yang
berkarakter.
Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (http://simkeu.kemdikbud.go.id). Penulis
menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan pada akhirnya adalah menjadikan
anak didik sebagai manusia dewasa, yaitu manusia yang bertanggung jawab,
mandiri dan mampu mengatasi masalah.
Kata dewasa berasal dari kata devasya (bahasa Sanskerta) yang berarti
seseorang memiliki sifat-sifat dewa. Sda kitab Taittiriya Upanisad disebutkan
132 COVID-19: Perspektif Pendidikan

tujuan pendidikan adalah membentik sisya yang selalu menjalankan kebajikan,


berkata yang sopan dan memiliki jiwa pengabdian (Radhakrishnan & Mantik,
2008, pp. 416–417). Svami Sathya Narayana juga mengatakan tujuan
pendidikan adalah untuk ”pembentukan karakter yang baik” (character
building) (Titib, 2007, p. 150).
Metode untuk membentuk moral anak didik adalah melalui pendidikan
karakter, karena Santrock menyebutkan pendidikan karakter adalah
pendekatan langsung untuk pendidikan moral (Santrock, 2009:138). Menurut
Lickona (1991) pendidikan memiliki dua tujuan besar, yaitu untuk membantu
siswa menjadi cerdas dan untuk membantu mereka menjadi baik, sehingga
penekanan pendidikan saat ini fokus pada standar akademik dan pendidikan
karakter (Lapsley & Power, 2005, p. 220). Bapak pendiri bangsa, Bung Karno
menegaskan bahwa untuk membangun bangsa yang besar maka yang harus
dibangun terlebih dahulu adalah karakter manusianya. Apabila karakter
manusianya sudah bagus maka untuk membangun bangsa menjadi bangsa
yang hebat tidak akan menemukan kesulitan.
Walaupun teknologi canggih, sistem canggih, namun apabila manusianya
tidak memiliki karakter yang baik maka bangsa itu akan hancur. Apabila
karakter manusia tidak baik maka dia akan menjadi orang yang tidak
bertanggungjawab, tidak jujur, dan tidak peduli, hal tersebut adalah faktor yang
dapat menghancurkan negara. Pendidikan karakter dapat berlangsung di mana
saja, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, atau di tempat bermain, dapat
berdasarkan kurikulum formal, melalui sektor informal, atau bahkan melalui
norma-norma (Lapsley & Power, 2005, p. 221). Pendidikan melalui norma-
norma pada umumnya dilakukan untuk mendidik anak di masyarakat oleh
masyarakat setempat yang memiliki keyakinan akan norma-norma dapat
dijadikan media untuk mendidik anak terutama ketika anak masih usia dini.
Berkwits menyatakan secara sederhana, “karakter terdiri dari karakteristik-
karakteristik yang mengarahkan seseorang untuk melakukan hal yang benar
atau tidak melakukan hal yang benar” (Damon, 2002, p. 69), selanjutnya
Booker T. Washington mengatakan, ”character is power” (McElmeel, 2002, p.
xiv), Sri Swami Sivananda menyatakan, ”kecendrungan batin yang membuat
kehendak menjadi mungkin disebut watak atau karakter”. Watak merupakan
kumpulan dari sifat-sifat khusus yang membentuk pribadi perorangan
(Sivananda, 2003, p. 62).
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 133

Thomas Lickona menyatakan bahwa pendidikan karakter disambut oleh orang


tua yang membutuhkan dukungan untuk kerja keras membesarkan anak-anak
yang baik dalam lingkungan moral yang kurang baik (Lickona, 2004, p. xxiii).
Lebih lanjut Lickona menyatakan bahwa karakter merupakan kesatuan yang
utuh antara pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral, di mana
ketiga hal tersebut saling berhubungan (Lickona, 2012, p. 83). Menurut
Berkowitz bahwa karakter adalah serangkaian karakteristik psikologis yang
kompleks yang memungkinkan seseorang untuk bertindak sebagai agen moral
(Berkowitz & Bier, 2004, p. 73).
Arthur mengatakan bahwa karakter dapat diajarkan di sekolah (Arthur et al.,
2016, p. 1). Karakter manusia pada ajaran Hindu adalah sattwam, rajas dan
tamas. Berbagai pandangan para ahli mengenai karakter, selanjutnya
kesimpulannya karakter adalah satu kesatuan gerak pikiran, gerak rasa, dan
tindakan yang melekat pada seseorang sejak lahir dan dipengaruhi oleh
lingkungan yang dijadikan pedoman dalam setiap bertindak.
Lingkungan menurut UU no 32 tahun 2009 menyatakan bahwa lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup
lainnya (http://www.jdih.kemenkeu.go.id). Pada ajaran Hindu umat manusia
selalu dianjurkan untuk selalu peduli pada lingkungan, seperti ajaran yang
terdapat pada kitab Veda Sruti maupun Veda Smerti, di dalam Rgveda III.51.5
menyebutkan ”lindungilah sumber-sumber kekayaan alam seperti atmosfir,
tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan berhasiat obat, sungai-sungai, sumber-
sumber air dan hutan-hutan belantara” (Maswinara, 1999, p. 642), kitab
Atharwaveda VIII.2.25 menyebutkan ”siapapun, apakah umat manusia,
ataukah binatang, hidup dengan selamat, di mana kebersihan atmosfir
(Brahman) dipelihara dengan segala cara untuk tujuan hidup” (Sayanacarya &
Taniputera, 2005, p. 756).
Kitab Rgveda X.97.4 menegaskan bahwa tanam-tanaman memberi makanan
dan melindungi alam semesta, oleh karenanya mereka disebut para ibu
(Dewanto, 2005, p. 947). Manusia wajib melindungi bumi ini, Di dalam kitab
suci Veda, ibu pertiwi disimbulkan sebagai Dewa Bhumi, dan Ia adalah ibu
yang memberikan cinta kasih dan karunia kepada anak-anaknya (Prime, 2006,
p. 43). Keserakahan manusia menyebabkan manusia ditimpa bencana. Di
dalam Kitab Īśa Upanişad I.1 disebutkan, ”Tuhan memiliki dan
mengendalikan segala yang ada di alam semesta, baik yang bergerak maupun
134 COVID-19: Perspektif Pendidikan

yang tidak bergerak. Karena itu hendaknya seseorang hanya menerima benda-
benda yang dibutuhkan untuk dirinya dan telah disediakan sebagai jatahnya,
dan sebaliknya jangan menerima benda lain, dengan benar-benar mengetahui
siapa pemilik semua itu” (Prabhupaada, 2008, p. 4). Kitab Īśa Upanişad
tersebut menegaskan pada umat manusia supaya selalu memiliki prilaku yang
jujur, tidak serakah dan selalu peduli pada lingkungan sehingga terhindar dari
segala bencana, seperti wabah Covid-19 saat ini yang telah menghancurkan
segala kehidupan manusia, seperti perekonomian dan interaksi manusia.
Selanjutya pada kitab Brhad Aranyaka Upanisad II. 5.1 ada mantra yang
menyatakan, “Bumi ini adalah seperti madu untuk semua mahluk, dan semua
mahluk adalah bagai madu untuk bumi ini”. Pada mantra 2 dinyatakan, “air ini
adalah seperti madu untuk semua mahluk, dan semua mahluk adalah bagai
madu untuk air ini”, dan pada mantra 4 menyebutkan, “udara ini adalah seperti
madu untuk semua mahluk dan semua mahluk adalah bagai madu untuk udara
ini” (Radhakrishnan & Mantik, 2008, p. 150). Mantra pada kitab upanisad
tersebut sangat jelas menyatakan bahwa mahluk hidup sangat bergantung pada
lingkungan alam ini, oleh karena itu sudah menjadi tugas dan kewajiban
manusia untuk selalu menjaga dan melindungi kelestarian alam.
Lingkungan adalah tempat dengan segala benda dan mahluk yang hidup dan
berkembang di sekitarnya untuk tempat manusia melakukan berbagai aktivitas
dan berinteraksi. Pendidikan karakter peduli lingkungan adalah segala upaya
yang dilakukan sebagai proses dalam rangka membantu pertumbuhan dan
perkembangan pikiran, rasa, dan tindakan peserta didik agar menjadi satu
kesatuan yang utuh dalam memandang dan memperlakukan alam sekitar
berdasarkan kesadaran penuh sebagai manusia yang bertanggung jawab
terhadap kewajiban untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan Tuhan,
manusia dan alam lingkungan menuju kebahagiaan semua mahluk.
Menurut Boyer bahwa kualitas suatu budaya atau masyarakat dapat diukur dari
musik, tarian, drama, arsitektur, seni visual, dan literatur yang dimilikinya,
sehingga anak-anak harus diberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai
hasil-hasil karya kebudayaan paling terkemuka (Sousa, 2012, p. 248).
Pentingnya pendidikan karakter melalui budaya karena semua anak berasal
dari budaya yang telah mengembangkan alat-alat budaya mereka sendiri.
Pendidikan karakter dilakukan melalui budaya, menurut Vygotsky tertarik
pada bagaimana pengetahuan yang baik dibangun dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi lain (Smidt, 2009, p. 19). Musik adalah bentuk
komunikasi manusia dan dapat mengatasi masalah gerakan, penginderaan, dan
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 135

perasaan (Bharathi, Venugopal, & Vellingiri, 2019, p. 1). Musik memegang


peranan penting dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh anak, seperti
yang disampaikan oleh Bharathi bahwa respons musik mungkin untuk anak
yang memiliki cacat fisik, intelektual, atau emosional yang parah (Bharathi et
al., 2019, p. 1).
Di Bali, lagu-lagu sebagai budaya yang diperuntukkan bagi anak usia dini pada
umumnya memiliki syair yang mendidik dan dengan irama yang merdu dan
irama yang riang gembira, dikenal dengan nama gending rare, memiliki sifat
seperti bermain-main, lucu, mengandung nasehat atau pendidikan budi pekerti.
Menurut Gautama gending juga berarti lagu, seni suara yaitu suatu pernyataan
atau gambaran dari jiwa atau perasaan manusia, yang dinyatakan dalam bentuk
deretan nada-nada, baik yang diciptakan atau dicetak, maupun yang lanjut
disuarakan secara vokal ataupun instrumental (Gautama, 2007, p. 1). Duija
mengatakan bahwa gending rare termasuk sekar rare, yaitu nyanyian yang
bersifat ceria, yang ditujukan untuk anak-anak dengan menggunakan bahasa
yang sederhana tetapi mengandung nilai-nilai pendidikan, dan nilai filosofi
yang tinggi. Namun demikian kadang sekar alit juga dipergunakan sebagai
unsur pendidikan kepada anak-anak, karena difungsikan untuk mendidik anak-
anak maka sekar alit itupun dapat disebut sebagai gending rare (Duija, 2014).
Gending sama dengan tembang, sedangkan rare adalah anak-anak. Gending
rare adalah gending yang tidak memiliki aturan atau tidak terikat, dengan
demikian gending rare berarti tembang yang ditujukan untuk anak-anak yang
tidak memiliki aturan tertentu yang mengikatnya, namun gending rare pada
dasarnya juga mempunyai pengikat, yaitu keindahan sehingga anak-anak
tertarik untuk mendengarkan dan menyanyikannya (Taro, 2010, p. 1).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa gending rare adalah tembang, atau lagu, atau nyanyian yang
diperuntukkan kepada anak usia dini yang memiliki sifat gembira, lucu, dan
mengandung nasehat yang difungsikan sebagai pendidikan karakter pada anak
usia dini yang pada umumnya tidak mempunyai aturan tertentu, dan hanya
terikat oleh keindahan belaka.
Masa anak usia dini menurut kajian ilmiah adalah anak-anak yang baru lahir
hingga berusia delapan tahun (Roopnarine & Johnson, 2011, p. 3). Sumber lain
menyebutkan pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang dimulai sejak
kelas pra-TK sampai dengan kelas tiga Sekolah Dasar (Morrison, 2012, p.
139), dan anak usia dini oleh Ki Hadjar Dewantara disebut dengan masa
kanak-kanak, sampai usia 7 tahun (Dewantara, 2004, p. 80). Usia anak pada
136 COVID-19: Perspektif Pendidikan

masa strategis ini sering disebut dengan masa golden age (masa emas). John
Amos Comenius meyakini bahwa pendidikan harus dimulai di usia dini,
karena “tanaman muda dapat dicangkok, dipangkas, dan dibentuk, berbeda
dengan apabila sudah menjadi pohon, proses-proses tersebut tidak dapat
mungkin dilakukan” (Morrison, 2012, p. 62).
Karakteristik pada perkembangan kognitif anak pada periode praoperasional
yaitu anak usia 2–7 tahun sesuai dengan teori Piaget dibagi dalam dua tahap,
yaitu tahap fungsi simbolik pada usia 2–4 tahun dan tahap berpikir intuitif usia
4–7 tahun. Bertambah usia, cara berpikir simbolik beralih kecara berpikir
intuitif (Worth & Lind, 1995, p. 6). Sedangkan Perkembangan emosi dan
sosial pada masa usia prasekolah didasari oleh kualitas hubungan anak dengan
lingkungan terdekat, seperti hubungan anak dengan keluarga, dan kualitas
bermain bersama teman seusianya. Gaya pengasuhan keluarga pada masa awal
perkembangan anak akan memengaruhi kepribadian anak kelak. Seorang ibu
yang sehat emosi akan dapat menata hubungan baik dengan anaknya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hendrick bahwa “the quality of emotional
attachment between mother and child is an additional important influence on
socialization” (Hendrick, 1996, p. 253). Yang dimaksud anak usia dini adalah
anak yang sejak lahir sampai usia sembilan tahun yang memiliki keunikan dan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal secara fisik dan
mental.

PEMBAHASAN
A. Gending Rare sebagai Media Pendidikan Karakter
Peduli Lingkungan pada Anak Usia Dini
Ada beberapa sekar alit yang karena fungsinya disebut sebagai gending rare
yang dapat mendidik karakter peduli lingkungan pada anak usia dini, adapun
gending rare tersebut antara lain:
1. Kekawa (Laba-laba)

Anak cenik
(anak kecil)
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 137

Lima ranggang basang nyantung


(tanggan panjang perut kembung)
Kiteg-kiteg jumah
(bergerak di rumahnya saja)
Gawennya mengulat jaring
(pekerjaannya menyulam jaring)
Sampun puput
(setelah selesai)
Ditu ya makena sabang
(lantas dia membuat jebakan)
Pesan: gending tersebut menceritakan seekor binatang yang berkaki panjang
dan perutnya kembung dan selalu membuat jaring untuk menangkap mangsa.
Tujuannya agar anak usia dini mengetahui binatang tersebut dan memiliki
kepedulian sehingga apabila mereka melihat binatang itu, anak-anak tidak
akan merusak rumah laba-laba itu, karena rumahnya adalah sebagai alat untuk
menangkap mangsa. Anak-anak harus ditanamkan kepedulian melindungi
semua binatang, karena kelestarian binatang penting untuk dunia pendidikan
dan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Punyan Jaka (pohon aren)

Anak landung
(orang yang tinggi)
Oyod oyod bulu buduh
(goyang-goyang tidak menentu)
Buduh mapumahan
(memang gila orangnya)
Ngawennya katigtig sai
(membuatnya sering dipukul)
Babak belur
138 COVID-19: Perspektif Pendidikan

(babak belur)
Kuting rambute gempungan
(sampai rambutnya tidak beraturan)
Pesan: gending tersebut bercerita tentang pohon aren yang tumbuh di hutan
Tenganan Pegringsingan, dengan mengetahui pohon tersebut diharapkan anak
usia dini selalu peduli terhadap pohon aren, sehingga tetap lestari karena
memiliki berbagai manfaat dan sampai generasi penerus dapat mengetahui
pohon aren. Manfaat yang dimiliki oleh pohon aren sangat banyak, seperti ijuk
berfungsi untuk membuat atap rumah; buahnya untuk dimakan sebagai
pelengkap minuman; daging batangnya untuk dimakan sebagai pengganti nasi,
bisa juga dimakan oleh ternak seperti bebek, juga sebagai bahan untuk
membuat kue; daunnya oleh orang Bali sebagai bahan untuk membuat
upakara; dan airnya sebagai bahan minuman tradisional Bali yang disebut
tuak. Oleh karena banyak sekali fungsi dari pohon aren maka tidak salah
masyarakat menjaga kelestariannya. Agama Hindu telah mengajarkan umat
melestarikan berbagai tumbuh-tumbuhan, karena semua tumbuh-tumbuhan
memiliki manfaat. Cara yang paling efektif digunakan oleh agama Hindu
supaya umat manusia melindungi tanaman adalah dengan menggunakan
tanaman sebagai persembahan. Di dalam kitab Bhagavadgītā IX.26 Sri Kṛṣṇa
berujar, “siapapun yang dengan sujud bhakti mempersembahkan sehelai daun,
sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, Aku terima sebagai bhakti
persembahan” (Gede Pudja, 2004, p. 239), sloka itu sangat jelas menunjukkan
bahwa semua bagian tanaman berguna untuk persembahan.
3. Bojog (kera),

Anak cenik
(anak kecil)
Maumah di alas agung
(rumahnya di hutan yang lebat)
Cawete malempod
(ekornya panjang terurai)
Jejambulan sepah paku
(rambutnya menggrucut seperti ujung daun paku)
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 139

Kejit-kejit
(alisnya digerakkan ke atas terus-menerus)
Matane perok ketengah
(matanya menjorok ke dalam)
Pesan: gending di atas bercerita tentang seekor kera, melalui gending tersebut
anak usia dini dididik agar peduli terhadap binatang kera sehingga tidak punah.
Selain peduli terhadap kera tersebut, juga anak usia dini dididik supaya
menjaga hutan sebagai tempat tinggal kera. Apabila hutan dirusak, maka kera
akan kehilangan tempat tinggal sehingga binatang itu akan turun ke
perkampungan penduduk dan membuat kekhawatiran masyarakat. Apabila
ekosistem binatang dirusak oleh manusia akibatnya bencana mengancam
hidup manusia. Kitab Upanisad menyebutkan bahwa sifat manusia adalah
tamak sehingga banyak binatang dibunuh hanya demi kesenangan semata.
Untuk mengendalikan sifat tamak itu maka pendidikan karakter sangat
dibutuhkan dan dimulai sejak anak usia dini.
4. Udang

Anak cerik
(anak kecil),
maumah di gedong batu
(berumah/tinggal di rumah batu),
makulambi dempa
(berpakaian handuk kecil),
macecunduk serining pandan
(bertanduk seperti duri pandan disebut juga cula)
yen nye pesu
(kalau dia ke luar rumah)
memargi dengkluk-dengklukan
(berjalan melekuk-lekuk).
140 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Pesan gending ini orang tua ingin memperkenalkan kepada anak-anak usia dini
untuk mengenali ciri-ciri seekor udang binatang yang hidup di air. Gending
rare itu ingin mengenalkan kepada anak usia dini jenis binatang yang hidup di
air di samping binatang yang hidup dan berkembang di darat. Apabila anak
usia dini mengetahui bahwa lingkungan air juga ada penghuninya maka anak
akan menjaga kebersihan air. Menjaga kebersihan air dengan cara tidak
membuang sampah ke sungai dan ke laut sehingga air tidak tercemar dan
tumbuhan serta binatang yang hidup di dalamnya tidak mati atau punah. tidak
mati atau punah. Lingkungan hidup tidak hanya di darat, namun juga di udara
dan air, dan ketiga lingkungan tersebut dihuni oleh berbagai mahluk hidup.
Pendidikan karakter peduli lingkungan harus dididik sejak dini dengan cara
memperkenalkan berbagai binatang dan tumbuhan, karena anak usia dini
sudah boleh diperkenalkan dengan muatan ilmu biologi, fisika dan ilmu bumi
dengan standar-standar seperti: sifat-sifat benda, bumi berisi beraneka ragam
organisme dan organisme bisa bertahan hidup di lingkungan-lingkungan yang
memenuhi kebutuhan dasar mereka, dan bumi adalah tempat hidup yang
diselimuti oleh langit (Seefeldt & Wasik, 2008, p. 421) dan pendidikan
karakter peduli lingkungan di Tenganan Pegringsingan dilakukan melalui
gending rare.
Melestarikan lingkungan telah diajarkan kepada manusia sejak jaman Veda
diturunkan. Masyarakat Bali memelihara lingkungan dalam wujud
melaksanakan upacara, seperti upacara Tumpek Wariga dengan tujuan
memberikan penghargaan kepada tumbuh-tumbuhan yang telah memberikan
manfaat kepada manusia. Dalam ajaran wariga umat Hindu juga diajarkan
untuk melindungi berbagai tumbuh-tumbuhan dan binatang, seperti ketika
Ingkel Taru maka umat tidak boleh menebang pohon, itu artinya kita
memberikan kesempatan kepada pohon untuk tumbuh dan berkembang; pada
saat Ingkel Mina, umat dilarang untuk menangkap ikan, yang berarti manusia
harus memberikan kesempatan kepada ikan untuk berkembang biak dan
tumbuh besar sehingga nanti siap untuk ditangkap. Pada saat Ingkel Buku,
maka umat dilarang menebang pohon yang memiliki ruas, seperti bambu.
Ajaran tersebut bagi orang yang tidak memahami dianggap sebagai mitos,
namun makna di balik mitos tersebut sangat luar biasa. Karena melalui ajaran
agama umat manusia akan mentaati aturan yang ditetapkan oleh kitab suci.
Mitos menurut Svami Sivananda adalah media untuk mempermudah
memahami ajaran agama yang sangat abstrak (S. Sivananda, 2003, p. 152).
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 141

B. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan melalui Gending


Rare pada Anak Usia Dini
Pendidikan karakter peduli lingkungan penting dididik pada anak usia dini
agar anak usia dini mengetahui alam lingkungan sejak dini. National Academy
of Science (1996) telah menerbitkan satu standar nasional untuk pendidikan
sains. Dalam standars ini, sains dikelompokkan menjadi tiga kategori besar:
ilmu fisika, ilmu kehidupan (botani dan zoologi) dan bumi dan ilmu ruang
(geologi dan astronomi), dan ketiganya dapat diperkenalkan kepada anak usia
dini, karena konten untuk ilmu sains fokus pada: membantu siswa memahami
karakteristik organisme hidup yang berbeda, mengembangkan pemahaman
dari siklus kehidupan bagi makhluk hidup, mengidentifikasi hubungan antara
organisme dan lingkungan di mana mereka tinggal (Henniger, 2013, p. 393).
Pendidikan karakter peduli lingkungan sangat efektif dilakukan pada anak usia
dini, karena pesatnya perkembangan otak justru terjadi ketika anak masih kecil
(Buzan, 2011, p. 12). Nouron pada otak anak-anak memiliki koneksi lebih
banyak dibandingkan pada orang dewasa (Sousa, 2012, p. 30).
Pentingnya melestarikan lingkungan hutan untuk menjaga hubungan antara
semua mahluk hidup karena semua mahkuk hidup satu dengan yang lainnya
saling tergantung (Prime, 2006, p. 9). Kita dapat mencontoh Desa Adat
Tenganan Pengringsingan yang telah melakukan pelestarian lingkungan
sehingga tidak ada warga yang berani menebang pohon sembarangan begitu
pula tidak ada yang berani berburu binatang di hutan, karena warga sangat
memperhatikan keletarian lingkungan hutan dan binatang. Orang tua telah
memperkenalkan lingkungan hutan kepada anak sejak usia dini sehingga anak
usia dini tidak ada yang memotong tanaman sembarangan, dan tidak memetik
buah sembarangan, menurut Banwari bahwa hutan dalam tingkat tertentu
berarti dunia, meliputi ciptaan secara keseluruhan (Prime, 2006, p. 10).
Apabila masyarakat ingin menebang pohon miliknya maka terlebih dahulu
harus melapor kepada Kelihan Desa, selanjutnya kelihan desa akan melakukan
pemeriksaan apakah pohon itu boleh ditebang atau tidak sesuai aturan yang
telah ditetapkan. Apabila dari hasil pemeriksaan kelihan desa tidak
merekomendasikan bahwa pohon itu boleh ditebang maka pemiliknya tidak
akan berani menebang. Apabila pemilik pohon melanggar aturan makai a akan
dikenakan sanksi.
Pentingnya pendidikan karakter peduli lingkungan pada anak usia dini agar
generasi penerus bangsa mampu melindungi alam lingkungan sehingga
142 COVID-19: Perspektif Pendidikan

manusia tehindar dari bencana, dan dalam Kitab Bṛhad āraṇyaka Upanişad
II.5.1-10 menyebutkan, “bumi ini, air ini, api ini, udara ini, matahari ini, mata
angin ini, bulan ini, kilat ini, awan ini, ruang ini…adalah seperti madu untuk
semua mahluk, dan semua mahluk adalah bagai madu bagi bumi, air, api,
udara, matahari, mata angin, bulan, kilat, awan, ruang ini” (Radhakrishnan &
Mantik, 2008, pp. 149–152). Semua materi yang ada di jagat raya ini telah
diciptakan oleh Tuhan, manusia tinggal memelihara, melindungi dan
melestarikan saja. Oleh karena itu manusia tidak dianjurkan untuk mengambil
hasil bumi secara berlebihan, namun hanya sesuai kebutuhan saja.
Orang tua menyanyikan gending rare pada anak usia dini di rumah karena
gending rare adalah sebagai bentuk komunikasi orang tua pada anak usia dini,
seperti disebutkan oleh Greenberg “music is language, a means of
communication. It is communicated through tone, rhythm…” (Jackman, 2012,
p. 281), komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat Tenganan Pegringsingan
juga melalui nada dan irama karena gending rare kaya dengan nada dan irama,
dan melalui nada dan irama tersebut karakter peduli lingkungan anak usia dini
dididik. Musik membantu mengatasi kesulitan-kesulitan menyampaikan
emosi ketika orang tua berhadapan dengan bayi yang masih muda dan anak
(Pound & Harrison, 2003, p. 13), hal yang sama dikatakan oleh Miche “Music
can communicate feelings to children even when its cultural original and
language is foreign to them (Jackman, 2012, p. 281), maka dari itu apabila
orang tua menyanyikan gending rare sebagai media untuk pendidikan, maka
orang tua akan lebih mudah berkomunikasi dengan anak.
Masyarakat sampai saat ini masih ada yang taat melestarikan gending rare dan
dijadikan media dalam pendidikan karakter anak usia dini karena setiap orang
dianggap memiliki jiwa seni dan mampu menyanyikan gending rare, seperti
Linda Pound and Chris Harrison mengatakan “in many cultures around the
world, everyone is considered to be musical” (Pound & Harrison, 2003, p. 10).
Orang Bali Sebagian besar memiliki jiwa seni, sehingga orang Bali dalam
kesehariannya selalu bernyanyi, baik menyanyikan gending rare, sekar alit,
sekar madya maupun sekar agung. Budaya adi luhung yang dimiliki sejak
jaman dahulu tidak hanya sekedar hiburan, namun dijadikan media
Pendidikan, karena budaya gending tersebut kaya dengan ajaran-ajaran luhur.
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 143

SIMPULAN
Pendidikan karakter peduli lingkungan pada anak usia dini penting dilakukan
supaya karakter baik anak dapat terbentuk sejak usia dini. Menumbuhkan
karakter untuk peduli pada lingkungan jika dilakukan pada orang dewasa
merupakan pekerjaan yang sia-sia, karena orang dewasa telah mendapat
pengaruh dari berbagai factor. Gending Rare adalah media untuk membantu
mempermudah mendidik karakter anak usia dini, khususnya karakter peduli
lingkungan karena gending rare bersifat siang gembira namun tetap mendidik.
Apabila anak dididik dengan riang maka segala ajaran dapat diterima dengan
mudah. Gending Rare dengan syair yang sedehana namun memiliki pesan
yang luhur akan mampu membentuk karakter anak sehingga kelak dewasa
mereka akan memiliki jiwa peduli pada lingkungan sekitar. Ajaran Hindu telah
menamamkan pada kita konsep Tri Hita Karana untuk mewujudkan
keharmonisan semua mahluk pada lingkungan yang sama. Pentingnya
kepedulian terhadap lingkungan sehingga dapat mencegah wabah Covid-19
yang melanda dunia saat ini. Apabila manusia memperlakukan alam dengan
baik bagaikan madu maka alampun akan ramah kepada umat manusia. Oleh
karena itu kepedulian terhadap lingkungan harus ditanamkan kepada anak
sejak usia dini sehingga tidak akan pernah terjadi wabah melanda dunia lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Arthur, J., Kristjánsson, K., Harrison, T., Sanderse, W., & Wright, D. (2016).
Teaching Character and Virtue in Schools (1st Editio). London:
Routledge. https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9781315695013
Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. (2004). Research-Based Character
Education. The ANNALS of The American Academy of Political and
Social Science, 591(1), 72–85.
https://doi.org/10.1177/0002716203260082
Bharathi, G., Venugopal, A., & Vellingiri, B. (2019). Music therapy as a
therapeutic tool in improving the social skills of autistic children. The
Egyptian Journal of Neurology, Psychiatry and Neurosurgery, 55(44), 2–
6. https://doi.org/https://doi.org/10.1186/s41983-019-0091-x
144 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Buzan, T. (2011). Brain Child How Smart Parents Make Smart Kids (Kedua).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Retrieved from
http://www.gramediapustakautama.com
Damon, W. (2002). Bringing in A New Era in Character Education.
California: Hoover institution Press.
Dewantara, K. . (2004). Pendidikan (Pertama). Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa.
Dewanto. (2005). RGVEDA Samhita Mandala VIII, IX, X. (Dewanto, Ed.)
(Pertama). Surabaya: Paramita. Retrieved from
http://www.paramitapublisher.com
Gautama, B. W. (2007). Penuntun Pelajaran Gending Bali. Denpasar: CV.
Kayumas Agung.
Hendrick, J. (1996). The Whole Child: Developmental Education for The
Early Years. Oklahoma: Prentice Hall.
Henniger, M. L. (2013). Teaching Young Children an Introduction.
Washington: Pearson.
Jackman, H. L. (2012). Early Education Curriculum A Child’s Connection to
the World International edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.
Lapsley, D. K., & Power, F. C. (2005). Character Psychology and Character
Education (1st ed.). Indiana: University of Notre Dame.
Lee, A. (2014). Implementing character education program through music and
integrated activities in early childhood settings in Taiwan. International
Journal of Music Education, 34(3), 340–351.
https://doi.org/https://doi.org/10.1177/0255761414563195
Lickona, T. (2004). Character Matters (First). New York: Simon & Schuster.
Lickona, T. (2012). Educating For Character: How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. (U. Wahyudin, Ed.) (1st ed.). Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Maswinara, I. W. (1999). RGVEDA Samhita Mandala I, II, III (Pertama).
Surabaya: Paramita.
Pencegahan Wabah Covid-19 melalui Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 145

McElmeel, S. L. (2002). Character Education: A Book Guide for Teachers,


Librarians, and Parents (1st ed.). Colorado: Libraries Unlimited Teachers
Ideas Press. Retrieved from http://www.lu.com
Morrison, G. S. (2012). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (5th
ed.). Jakarta: Indeks.
Pound, L., & Harrison, C. (2003). Supporting musical development in the
early years. Buckingham-Philadelphia: Open University Press.
Prabhupaada, S. (2008). Śrī Īśopanişad. Jakarta: Hanuman Sakti.
Prime, R. (2006). Tri Hita Karana Ekologi Ajaran Hindu: Benih-benih
Kebenaran. Surabaya: Paramita.
Pudja, G, & Sudharta, T. R. (2004). Mānava Dharmaśāstra (1st ed.). Surabaya:
Paramita.
Pudja, Gede. (2004). Bhagawad Gītā (1st ed.). Surabaya: Paramita.
Radhakrishnan, S., & Mantik, A. S. (2008). The Principal Upanisads
(Pertama). Surabaya: Paramita. Retrieved from
http://www.paramitapublisher.com
Roopnarine, J. L., & Johnson, J. E. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini dalam
Berbagai Pendekatan (Kelima). Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sayanacarya, & Taniputera, I. (2005). Atharvaveda Samhita II (Pertama).
Surabaya: Paramita. Retrieved from http//:www.paramitapublisher.com
Seefeldt, C., & Wasik, B. A. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Indeks.
Sivananda, S. (2003). Intisari Ajaran Hindu. Surabaya: Paramita.
Sivananda, S. S. (2003). All About Hinduism (Revisi). Surabaya: Paramita.
Retrieved from http://www.paramitapublisher.com
Smidt, S. (2009). Introducing Vygotsky: A Guide for Practitioners and
Students in Early Years Education. London and New York: Routledge.
Sousa, D. A. (2012). Bagaimana Otak Belajar (Keempat). Jakarta: Indeks.
Sudarwan, D. (2010). Pedagogi, Andragogi, Heutagogi (Pertama). Bandung:
Alfabeta.
146 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Sudiani, N. N. (2015). Pendidikan Karakter Melalui Gending Rare Studi


Etnografi pada Anak Usia Dini di Desa Adat Tenganan Pegringsingan,
Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali (2013). Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 9(1), 51–74. Retrieved from https://www.e-
jurnal.com/2017/05/pendidikan-karakter-melalui-gending.html
Taro, I. M. (2010). Gita Krida Kumpulan Lagu Permainan Tradisional Bali.
Bandung: Graha Bandung Kencana.
Tilaar, H. A. . (2009). Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan
Nasional dalam Pusaran Kekuasaan (Pertama). Jakarta: Rineka Cipta.
Titib, I. M. (2007). Teologi Hindu (Brahmavidya) (Studi Teks dan Konteks
Implementasi).
Worth, R. C., & Lind, K. K. (1995). Match and Science for Young Children.
New York: Delmar.
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/32TAHUN2009UU.HTM
diakses pada 29 Mei 2020.
http://simkeu.kemdikbud.go.id/index.php/peraturan1/8-uu-undang-undang/12-
uu-no-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional diakses pada
29 Mei 2020.
Proses Pembelajaran Daring
melalui Whatsapp pada Anak
Usia Dini untuk Mencegah
Virus Covid-19
Ni Wayan Adnyani
Universitas Hindhu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN
Di jaman perkembangan saat ini teknoloki meembantu dalam penyampaian
inpormasi dari individu ke individu lain teknologi informasi membantu
indipidu dalam sosialisasi, berinteraksi dan belajar. Pengertian teknologi
adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin dan proses yang menolong
manusia menyelesaikan masalahnya, sedangkan informasi adalah hasil
pemrosesan, pengorganisasian dari sekelompok data yang mempunyai nilai
pengetahuan (knowledge). Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang
dialami individu sepanjang waktu, individu mendapatkan pendidikan secara
formal dan non formal. Dalam U.U. No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas
paud pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa upaya pembinaan yang ditunjukan
kepada anak sejak lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasnani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut.
Pendidikan harus didasarkan pada pengaruh “objek pembelajaran “ misalnya
guru membawa benda sesungguhnya ketika mengajar. J H.Pestaloszi (1747),
menekankan pendidikan pada pendidikan yang memperhatikan kematangan
anak. Sangat menekankan pada pengembangan aspek sosial sehingga anak
148 COVID-19: Perspektif Pendidikan

dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu menjadi anggota


masyarakat yang berguna proses pembelajaran meliputi rencana pelaksanaan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, indikator
pencapaian, kompetensi tujuan pembelajaran, hasil belajar, sumber belajar,
RPH dan kurikulum (Rusman, 2102:4). Kurikulum PAUD menggunakan
pendekatan holistik kurikulum mencakup semua aspek perkembangan. Proses
belajar dilaksanakan secara integrated learning mencakup semua konsep
pengetahuan (bahasa, matematika, sains, ilmu sosial, seni) Kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui bermain.
Belajar bagi anak usia dini merupakan sesuatu yang dilakukan sambil bermain.
Pentingnya kondisi lingkungan yang bebas dan penuh kasih sayang untuk
dapat berkembangnya petensi bawaan anak, anak akan mengembangkan pola-
pola perkembangan dan kekuatanya sejak lahir melalui pengalaman- melalui
pengalamanya. Dalam pembelajaran, kondisi atau situasi yang memungkinkan
terjadinya prose belajar harus dirancang dan di pertimbangkan terlebih dahulu.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang dikenalkan pada Anak usia dini adalah
pengenalan angka dan huruf melalui belajar sambil bermain sebagai permulaan
kegiatan pengenalan angka dan huruf permulaan dapat di kenalkan dalam
kegiatan inti yang membutuhkan pemilihan media oleh guru sangat penting.
Pembelajara merupaka suatu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan
kadaan (proses) belajar (Subini, 2012:6) proses pembelajaran manusia dapat
melangsungkan kehidupanya. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dan guru beserta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ketika
terjadi interaksi antara satu orang dengan orang lain atau satu orang dengan
benda lain dan orang tersebut dapat perubahan maka telah terjadi pembelajaran
(Rusman, 2012: 3) Menurut J H. Pestalozi (1747), menekankan pada
pendidikan yang memperhatikan kematangan anak. Anak terlahir sebagai
seorang penjelajah, pengamat, pelaku dan penemu (Herawati 2006). Dalam
pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses
belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dalulu oleh pendidik.
Seorang guru dapat menggunakan berbagai alternatitif media pembelajaran
yang di perkirakan dapat membantu siswa belajar. Beberapa media yang dapat
digunakan media cetak: buku-buku, bercerita, media telekomonikasi, dan lain
sebagainya. Salah satu media telekomonikasi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran adalah handphone, materi pembelajaran dapat disampaikan
dalam bentuk berkomonikasi dengan handphone melalui whatsapp. Telp.
sebagai media informasi dan hiburan selama memang dirasakan banyak
Proses Pembelajaran Daring melalui Whatsapp pada Anak Usia Dini 149

memberi manfaat kepada masyarakat tetapi ini tidak secara serta merta
pengaruh telepun bebas dari unsur negative bagi perkembangan anak (Nuarca,
2009)
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dan dalam menentukan alat
pembelajaran termasuk di dalamnya majalah, handphone, Kurikulum dan lain-
lain. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan
kegiatan bertujuan yang tetata secara sistematis. Mengajar “teaching”
merupakan bagian dari pembelajaran, di mana peran guru lebih ditekankann
pada merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan
siswa dalam mempelajari sesuatu (Sangadah, 2009).
Dalam model pembelajaran ini anak dirangsang untuk secara aktif melakukan
kegiatan pembelajaran melalui daring whatsapp untuk mencegah virus covid
2019 yang di bantu orang tua. Seluruh kegiatan pembelajaran berpokus pada
anak sebagai subyek “pembelajar” sedangkan pendidikan lebih banyak
berperan sebagai motivator dan fasilitator. Pentingnya pengembangan
kemampuan berkomunikasi akan berguna untuk anak sampai dewasa.
Mengembangkan daring anak bisa dilatih semenjak dini dengan alat
komunikasi handphone melalui whatsapp. Berangkat dari permasalahan
bagaimana penerapan pembelajaran darring pada anak usia dini yang tidak
memiliki whatsapp. Tulisan ini bertujuan untuk memantapkan handphone
sebagai alat pembelajaran jarak jauh dan untuk mencegah virus Covid-19.

PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Daring Melalui Whatsapp
Pembelajaran merupakan suatu sistem intruksional yang saling bergantung
satu sama lain untuk mencapai tujuan. Perencanaan pembelajaran merupakan
acuan bagi pendidik dalam mengelola kegiatan bermain. Rencana
pembelajaran disusun dengan cara menjabarkan aspek-aspek perkembangan
Perencanaan pembelajaran digunakan untuk memberi arahan dalam
menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan sebelum
melaksanakan pembelajaran guru membuat perencanaan pembelajaran yang
bekerja dalam satu team. Rencana belajar diisi dengan kegiatan yang akan
150 COVID-19: Perspektif Pendidikan

dilakukan oleh pendidik dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran


untuk anak. Kegiatan pendidik yang direncanakan: disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak, berprinsip bahwa setiap anak adalah individu yang unik.
Tujuan melakukan perencanaan pembelajaran adalah untuk dijadikan acuan
pedoman bagi penddik dalam melaksanakan kegiatan belajar melalui bermain
bagi anak. Memudahkan dalam menyiapkan handphone, menata lingkungan
main. Memudahkan pendidik dalam menilai/ mengukur perkembangan anak.
Dijadikan salah satu masukan untuk menyusun perencanaan kegiatan
selanjutnya. Rencana belajar harus bersifat rasional, dapat dilaksanakan,
dengan didukung oleh bahan dan alat yang dapat dimainkan anak rencana
belajar dapat dibungkus oleh tema sebagai topik bahasan (Diklat Tingkat
Dasar 2013).
Berdasrkan hasil observasi yang dilakukan bahwa pembelajaran dilaksanakan
setiap hari mulai pukul 08.00 wita melalui daring whatsapp dengan tema alat
komonikasi. Sistem dan proses pendidikan yang antara pendidik peserta didik
terpisah oleh ruang dan waktu dan pembelajarannya menggunakan
whatsapp.proses pembelajara yang menekankan pada proses belajar mandiri
(independent learning), yaitu proses atau aktivitas belajar secara individual dan
berkelompok. belajar mandiri ini didasarkan pada kemauan, kesiapan dan
kemampuan peserta didik untuk belajar secara terkontrol atau terarah atas
kemauanya sendiri (Wedemeyer &Cilsd, 1961: Moore, 1972).
Pembelajaran daring melalui whatsapp untuk mencegah virus covid-19 pada
AUD sejauh ini memeng belum ada yang menyangkal kalau pembelajaran
darring dapat memberi manfaat positif bagi masyarakat, mengingat fungsinya
sebagai media informasi dapat berjalan dengan baik walaupun demikian tidak
sedikit orang tua siswa yang menganggap pembelajaran daring melalui
whatsapp dapat memberi pengaruh buruk bagi pembentukan kepribadian anak,
terutama orang tua yang tidak memiliki alat komunikasi whatsapp. Bila
dicermati teknologi ini sesungguhnya belum dapat menggantikan kelebihan
bercerita sebagaimana yang sering dilakukan oleh orang tua ketika
mengantarkan putra-putrinya ketempat tidur. Handphone juga dapat menarik
perhatian Anak-anak karena menapilkan tokoh-tokoh kebanggaan anak-anak
tetapi pada batas-batas tertentu misalnya kesempatan si anak untuk
berkomonikasi serta berdialog secara langsung tentang cerita yang
ditayangkan.
Proses Pembelajaran Daring melalui Whatsapp pada Anak Usia Dini 151

Metode yang digunakan untuk pembelajaran daring melalui whatsapp untuk


mencegah virus covid 2019 yaitu metode bercerita, wawancara, bercerita
dengan menggunakan handphone melalui kiriman vidio dari pendidik dapat
meningkatkan ketrampilan berkomonikasi. Oleh karena itu penggunaan
metode bercerita bagi anak akan membantu perkembangan berbicara anak-
anak mengenai pembelajaran yang belum mereka mengerti tentang
pembelajaran daring melalui whatsapp. Dalam pembelajaran daring orang tua
yang berperan aktif dalam pembelajaran yang diberikan sesuai tema oleh
pendidik, karena anak usia dini perlu dibantu dalam pembelajaran darring
melalui whatsap.

Gambar 1. Pembelajaran Daring Dengan Metode Bercerita


(Sumber dokumentasi Ni Wayan Adnyani 2020)
Berdasarkan hasil dari wawancara (Arik 1 April 2020) menyatakan bahwa
Dalam penerapan pembelajara darring melalui whatsapp, Guru-guru
terlebih dahulu harus membuat rencana kegiatan mingguan (RKM)
yang akan dipakai untuk menyusun kegiatan harian (RKH) dalam
proses berlangsungnya pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa anak
menyatakan bahwa:
Ibu guru ari sering bercerita dirumah sama bapak Ari diceritakan
dongeng oleh bapak, dongengnya bagus sekali (Ariwiguna 2 April
2020)
152 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Aku juga diajak nonton sama bapak di handphone, nonton video ibuk
guru yang mengajar, kangen sama buk guru lama dak ketemu (Gusti
Ayu, 2 April 2020)
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti menyatakan bahwa selai anak –
anak mengetahui proses pembelajaran daring melalui whatsapp yang
dijelaskan oleh ibuk guru Arik. Melalui proses pembelajaran darring whatsapp
anak bisa menggunakan alat komonikasi dan mengenal jenis-jenisnya

Gambar 2. Pembelajaran Daring Melalui Whatsapp Mengenal Angka dan


Hurup (Sumber dokumentasi Ni Wayan Adnyani,2020)
Metode ini merupakan cara pembelajaran dengan meniru dari suatu obyek
yang sudah jadi. Kegiatan meniru masih memberikan kesempatan kepada
siswa memodipikasi atau mengkreasikan, karena hasil karya dari tiruan
tersebut bisa bervariasi antar siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada beberapa anak menyatakan bahwa:
Ibu guru aga sudah bisa menulis angka 2 buk guru, agar senang
menulis angka 2 buk guru.
Aku juga bisa menebalkan hurup buk guru kata abi, nanti mau lagi
belajar nulis angka buk guru
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti menyatakan bahwa: selain anak
anak bisa menebalkan hurup dan menulis angka melalui pembelajaran darring
whatsapp bisa mencegah anak-anak untuk keluar rumah dalam pencegahan
covid-19.

B. Evaluasi Hasil belajar


Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa
melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar. Aspek yang dinilai
Proses Pembelajaran Daring melalui Whatsapp pada Anak Usia Dini 153

oleh peneliti sebagai penilaian untuk dalam pembelajaran daring melalui


whatsapp. Berikut adalah penilaian hasil pembelajaran daring melalui
whatsapp.
Tabel 1. Format Penilaian Pembelajaran Daring Melalui Whatsapp

Tabel 2. Format Penilaian Pembelajaran Darring Melalui Whatsapp

Tabel 3. Format Penilaian Pembelajaran Darring Melalui Whatsapp


154 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Tabel 4. Rencana Penilaian


Nama : Ariguna

PROGRAM INDIKATOR
KOPETENSI DASAR
PENGEMBANGAN

Nilai agam dan moral 3.1 dan 4.1 Mengenal dan Anak dapat
melakukan kegiatan ibadah mengucapkan doa
sehari-hari dengan tuntunan
orang tua

Fisik motorik 3.3 Mengenal anggota - Anak dapat


tubuh, fungsi, dan berolahraga pagi
gerakannya untuk dengan ortunya
pengembangan motorik
- anak dapat bermain
kasar dan halus
bebas dihalaman
4.3 Menggunakan anggota
tubuh untuk pengembangan
motorik kasar dan halus
2.1 Kebiasaan anak makan
makanan bergizi seimbang,
mencuci tangan, menggosok
gigi, mandi berpakaian
bersih, membuang sampah
pada tempatnya

Kognitif 3.6 Mengenal benda-benda - anak dapat


disekitarnya (nama, warna, menghitung jumlah
bentuk, ukuran, pola, sifat, alat komonikasi
suara, tekstur, fungsi, dan dengan sempurna
cirri-ciri lainnya )
4.6 Menyampaikan tentang
apa dan bagaimana benda-
benda disekitar yang
dikenalnya (nama, warna,
bentuk, ukuran, pola, sifat,
suara, tekstur, fungsi, dan
cirri-ciri lainnya)
3.8 Mengenal lingkungan
alam (hewan, tanaman,
Proses Pembelajaran Daring melalui Whatsapp pada Anak Usia Dini 155

cuaca, tanah, air, batu-


batuan, dll)
4.8 Menyajikan berbagai
karya yang berhubungan
dengan lingkungan alam
(hewan, tanaman, cuaca,
tanah, air, batu-batuan, dll)
dalam bentuk gambar,
bercerita, gerak dan tubuh

Bahasa 3.12 Mengenal keaksaraan Anak dapat mengenal


awal melalui bermain macam-macam alat
komonikasi, dan
4.12. Menunjukkan
menghitung jumlah
kemampuan keaksaraan
berapa punya alat
awal dalamberbagai bentuk
komonikasi dirumah
karya

Sosial emosional 2.8 Memiliki prilaku yang Anak dapat bergaul


mencerminkan kemandirian dengan teman
tetangga dirumah
2.9 Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap peduli Anak dapat mencuci
dan mau membantu jika tangan sendiri
diminta bantuannya

Seni 3.15 Mengenal berbagai Anak dapat mewarnai


karya dan aktipitas seni gambar Binatang.
4.15 Menunjukkan karya
dan aktipitas seni dengan
menggunakan berbagai
media

Tabel 5. Penilaian Perkembangan Anak


No NAMA BB MB BSH BSA KETERANGAN

1 Ari wiguna √

2 Aris √

3 Bramasta √
156 COVID-19: Perspektif Pendidikan

4 Argata √

5 Bintang √

6 Dika √

(Sumber penilaian 2019)


Format hasil perkembangan siswa
1. BB = Belum berkembang
2. MB = Mulai berkembang
3. BSH=Berkembang sesuai harapan
4. BSB= Berkembang sangat baik
5. Keterangan = Catatan bila diperlukan

C. Pencegahan Virus Covid 2019


Sebagai warga Negara Indonesia sebaiknya kita mengikuti program
pemerintah untuk diam dirumah dan meberikan kegiatan yang positif selama
diam dirumah. Kebijakan pemerintah perlu dilaksanakan demi keselamatan
masyarakat dan anak didik yang melakukan pembelajaran daring melalui
whatsapp untuk mencegah virus Covid-19. Bagaimana caranya : (1) mencuci
tangan dengan anti seftik, sabun, air adalah cara yang paling sederhana namun
epektif untuk dilakukan dalam mencegah penyebaran virus corona. Pastikan
seluruh bagian tangan tercuci dengan bersih. (2) gunakan masker meski tidak
sepenuhnya efektif, namun penggunaan masker ini tetap bisa menurunkan
resiko penyebaran virus korona. (3) menjaga daya tahan tubuh, dengan
berolahraga, istirahat yang cukup, makan makanan yang bergisi. (4) kurangi
berinterasi dengan orang-orang/social distancing.
Guru dan orang tua diharapkan dapat mewujudkan pendidikan yang bermakna
dirumah, belajar bermakna ialah tidak hanya berpokus pada capaian akademik
namun juga menekankan pada perkembangan “life skill” dan karakter untuk
pendidikan life skill guru dan orang tua bisa menjadikan aktivitas memahami
pandemik Covid 2019 sebagai materi pembelajaran, dengan begitu anak
memiliki wawasan tentang apa yang terjadi disekitarnya dan mampu
melindungi dirinya dengan cara diam dirumah, bermain, belajar di rumah.
Proses Pembelajaran Daring melalui Whatsapp pada Anak Usia Dini 157

D. Kendala yang Dihadapi Dalam Proses Pembelajaran


Daring Melalui Whatsapp
Tugas utama seorang guru adalah memberi pengetahuan kepada siswa. Ini
berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa belajar
dengan baik. Dalam kegiatan pembelajaran dirumah guru menyadari bahwa
dalam memberikan tugas pembelajaran ternyata ada kendala-kendala
pembelajaran yang dialami oleh siswa pembelajaran daring melalui whatsap
terdapat kendala yaitu: (1) orang tua yang tidak memiliki whatsapp sehingga
pembelajaran menjadi terhambat. (2) orang tua yang tidak bisa menggunakan
whatsap, kadang sampai satu hari whatsapnya tidak dibaca.

E. Upaya-upaya yang Dipakai Mengajar Daring Melalui


Whatsapp
Upaya yang dipakai dalam pembelajaran daring melalui whatsapp pada anak
usia dini yaitu upaya dari dalam guru dan siswa saling memotivasi dan upaya
dari luar cara orang tua mendidik, menyiapkan pembelajaran yang menarik
agar siswa bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran daring melalui
whatsapp pada anak usia dini. Cara orang tua mendidik anaknya besar
pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Dari cara memberikan pembelajaran
yang diberikan oleh guru melalui whatsapp dan memberikan kebebasan untuk
anak memilih salah satu pembelajaran yang ia suka.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, merupakan salah
satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu: TK, KB, SPS, TPA. Kegiatan
belajar anak usia dini adalah untuk membantu perkembangan sikap,
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkomonikasi yang diperlukan
anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar melalui
whatsapp, dan diam dirumah guna mencegah Virus Covid 2019. Kendala-
kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran daring melalui whatsapp pada
anak usia dini biasanya dari luar yaitu orang tua. Ada orang tua yang tidak
memiliki whatsapp maka dari itu tugas seorang guru adalah mencari solusi
bagaimana caranya agar anak didik bisa belajar bergabung dengan temanya
158 COVID-19: Perspektif Pendidikan

yang memiliki whatsapp. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pembelajaran


daring melalui whatsapp pada anak usia dini meliputi: mendengarkan cerita
dari video yang dikirim oleh guru melalui whatsap. Cara orang tua mendidik
anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Dari cara memberikan
pembelajaran yang diberikan oleh guru melalui whatsapp dan memberikan
kebebasan untuk anak memilih salah satu pembelajaran yang ia suka. Hasil
dari evaluasi pembelajaran daring sangat memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA
Siti Aisah, S. T. (2014). Materi Pokok perkembangan dan Konsep dasar
pengembangan anak usia dini edisi 1. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka
Suyono (2010). Belajar dan Pembelajaran dan Konsep Dasar. Bandung: PT.
Remaja
Badru Zaman Deni Setiawan. (2013). Materi Pokok Media Dan Sumber
Belajar TK. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Rusman. (2012). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi Kedua.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Nuarca, I K. (2009). PAUD Sebagai Kebutuhan Mendasar. Denpasar: Dinas
Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Propinsi Bali
Ali Nugraha, Dadang Sukirman, Ridianto. (2014). Kurikulum Bahan Belajar
TK. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Subini, Ninik. dkk. (2007). Psikologi Pembelajaran. Yogjakarta: Materi
Pustaka
Diklat Tingkat Dasar. (2013). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran. Denpasar:
Himpahudi Propinsi Bali
Made Kusuma Wardani. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Diklat
Himpahudi Propinsi bali
Harris. (2019). Konfrensi Vidio Daring Di Media. Jakarta: Dirjen PAUD
New Normal bagi Dunia
Pendidikan dan Keolahragaan
S. M. Fernanda Iragraha
STKIP Agama Hindu Singaraja

PENDAHULUAN
Virus Corona sedang melanda dunia saat ini. Infeksi virus Corona yang disebut
COVID-19 (Corona Virus Disease 2019), pertama kali ditemukan di kota
Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat
cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia.
Semenjak Januari 2020, WHO telah menyatakan dunia masuk ke dalam
darurat global terkait virus Covid-19 ini (https://www.
cnbcindonesia.com/news/20200131060856-4-134146/awas-who-akhirnya-
tetapkan-corona-darurat-global). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
status darurat bencana terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei
2020 terkait percepatan penanganan Covid-19 yang skala penyebarannya
semakin besar dan masif (https://www.liputan6.com/
news/read/4204414/alasan-bnpb-perpanjang-status-darurat-covid-19-di-
indonesia).
Berbagai langkah telah dilakukan oleh pemerintah agar dapat meredam
pandemi luar biasa ini, salah satunya melalui sosialisasi penerapan social
distancing. Praktik social distancing disinyalir dapat mengurangi bahkan
memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dalam menerapkan social
distancing, seseorang harus menjaga jarak aman dengan manusia lainnya
minimal 1-2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, dan
menghindari pertemuan massal dalam kondisi apapun
(https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200314102823-255-
483358/mengenal-social-distancing-sebagai-cara-mencegah-corona).
160 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan prioritas dalam mencegah


penyebaran virus Covid-19 lebih luas lagi sangat penting untuk dilakukan,
dengan mengurangi mobilitas orang dari satu tempat ke tempat yang lain.
Arahan tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat
memberikan pengantar pada Rapat Terbatas (Ratas) melalui Video Conference
dengan topik Laporan Tim Gugus Tugas Covid-19 di Istana Merdeka, Provinsi
DKI Jakarta, Kamis (19/3). “Kita terus menggencarkan sosialisasi untuk
menjaga jarak/social distancing, dan mengurangi kerumunan yang membawa
risiko penyebaran Covid-19. Tiga hal ini penting terus kita ulang-ulang,” tutur
Presiden. Sekali lagi, Presiden menjelaskan yakni mengurangi mobilitas orang
dari satu tempat ke tempat yang lain, yang kedua menjaga jarak, dan yang
ketiga mengurangi kerumunan yang membawa risiko penyebaran Covid-19.
Presiden menegaskan kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan
beribadah di rumah betul-betul harus disampaikan terus sehingga betul-betul
bisa dijalankan secara efektif di lapangan. Pemerintah juga terus mengingatkan
agar masyarakat rajin melakukan cuci tangan dengan sabun menggunakan air
mengalir minimal 20 detik atau mencuci tangan menggunakan sanitizer atau
hand drub, menjaga kebersihan diri, keluarga dan lingkunganya,
mengkonsumsi makanan bergizi, melakukan olahraga, menjaga kesehatan diri
dan keluarga, jaga jarak, dan menggunakan masker apabila terpaksa ke luar
rumah (https://setkab.go.id/presiden-prioritas-kita-cegah-penyebaran-covid-19-
lebih-luas-lagi/).
Beberapa masyarakat di Indonesia tak acuh mengikuti imbauan pemerintah.
Pemerintah sudah memberikan kesempatan para siswa dan mahasiswa untuk
tidak datang ke sekolah atau kampus, melainkan belajar dari rumah saja.
Begitu pula para pegawai di instansi pemerintahan diimbau untuk bekerja dari
rumah saja, namun kondisi di atas ternyata dimanfaatkan oleh banyak
masyarakat untuk berlibur (https://www.vivanews.com/ berita/nasional/40497-
anies-tutup-lokasi-wisata-di-jakarta-wisatawan-pindah-ke-puncak-
bogor?medium=autonext). Fenomena di atas menandakan bahwa beberapa
masyarakat di Indonesia masih meremehkan dampak dari Covid-19, dan itu
terlihat dengan tidak diindahkannya berbagai imbauan pemerintah.
Dampak dari kebijakan pencegahan Covid-19 adalah belajar dan bekerja dari
rumah saja. Pada lembaga formal, khususnya lembaga pedidikan dari jenjang
Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi mengikuti kebijakan tersebut.
Kondisi ini merupakan kondisi yang terjadi sangat tiba-tiba. Hampir semua
lembaga pendidikan awalnya mengandalkan metode pembelajaran tatap muka
New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan 161

dan minimal harus memiliki kehadiran tatap muka 75-80%. Kebijakan tersebut
dapat dikatakan momentum yang sangat tepat untuk mengadaptasikan era
revolusi industri 4.0. Tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks
membuat berbagai kalangan harus segera mempersiapkan diri untuk aktif
beradaptasi, karena semua bidang akan secara otomatis dihiasi oleh sentuhan
teknologi. Belum usai hiruk-pikuk akibat revolusi industri 4.0, tiba-tiba
dikejutkan dengan munculnya society 5.0 (masyarakat 5.0). Munculnya
society 5.0 merupakan jawaban atas tantangan yang timbul akibat era revolusi
industri 4.0. Jadi konsep society 5.0 mengisyaratkan agar masyarakat dapat
menyelesaikan berbagai tantangan atau permasalahan sosial dengan
memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir dari teknologi (Feriyansyah, Iqbal
dan Simarmata, 2019).
Memasuki awal Juni 2020, Indonesia akan beradaptasi dan mulai belajar hidup
berdampingan (menyesuaikan diri) dengan Covid-19. Fase ini dikenal dengan
“New Normal”, yakni kehidupan baru yang mengadaptasi situasi pasca
pandemi. Seiring berjalanya waktu, pemerintah bersama masyarakat sudah
mulai menampakkan perkembanganya walaupun masih fluktuatif. Meskipun
nantinya Covid-19 sudah mereda atau bahkan tetap ada di sekeliling kita,
setiap orang di seluruh dunia diharapkan tetap harus waspada dengan menjaga
jarak, menjaga kebersihan diri, berusaha mengkonsumsi makanan bergizi, taat
untuk memakai masker, rajin mencuci tangan, dan pastinya harus aktif
berolahraga. Tujuan dari “New Normal” yaitu mengembalikan keseharian
masyarakat agar dapat merancang kehidupannya untuk beraktivitas secara
produktif, aman, nyaman, dan mengikuti standardisasi imbauan Covid-19.
Produktif yang dimaksud bukan hanya terbatas pada aspek kehidupan sosial,
kesehatan, ekonomi, serta psikologis, tetapi kembali produktif dalam dunia
pendidikan formal (belajar-mengajar) baik di sekolah maupun di perguruan
tinggi. Literasi sience, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia harus
selalu diajarkan atau ditanamkan dalam dunia pendidikan. Untuk itu, dalam
memasuki massa awal “New Normal”, sudah selayaknya dunia pendidikan
jasmani dan keolahragaan (olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan
olahraga prestasi) dapat berpartisipasi atau berkontribusi untuk memberikan
rekomendasi desain menjalankan aktivitas fisik atau pendidikan yang aman,
nyaman, serta bermanfaat bagi yang melakukannya.
162 COVID-19: Perspektif Pendidikan

PEMBAHASAN
A. Pendidikan dan Hakikat Belajar
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang tidak asing bagi kita lagi. Dapat
disepakati bahwa, pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang. Secara
sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada tatanan masyarakat
dan kebudayaannya. Belajar merupakan siklus kehidupan yang harus dilalui
dan dijalani oleh semua insan untuk mencapai berbagai macam kompetensi
(personal, profesional, pedagogi, dan sosial). Kompetensi yang dimiliki oleh
setiap individu akan membentuk karakter orang tersebut. Belajar dapat
dilakukan oleh setiap insan, sejak dilahirkan hingga akhir hayat hidupnya.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik yang sangat
prinsip membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian, sehingga dengan
belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dan dapat menentukan
apa yang seharusnya dilaksanakan dan apa yang seharusnya tidak
dilaksanakan (Baharuddin & Wahyuni, 2007:13). Secara etimologi belajar
memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (KBBI, 2008:23).
Sedangkan menurut Cronbach (Suryabrata, 2002:231) yakni “learning is show
by a change in behavior as results of experience”. Lebih lanjut Suryabrata
(2002:232) merumuskan hal-hal pokok yang didapat dari definisi yang telah
dikemukakan oleh para ahli seperti Cronbach, Kenntnis, dan Fertingkeit, yaitu
sebagai berikut. (a) bahwa belajar itu membawa perubahan tingkah laku; (b)
bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru; dan
(c) bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Dapat
disimpulkan, belajar adalah sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respons
terhadap situasi dan interaksi dengan lingkungan berdasarkan pengalaman.
Tujuannya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan mendapatkan
pengalaman baru yang digunakan sebagai pedoman hidupnya.

B. Bidang Keolahragaan
Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang
dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan
untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan
New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan 163

kebugaran jasmani. Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh


masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat
untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan. Olahraga prestasi adalah
olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana,
berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi
dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan (UU RI
Nomor 3 Tahun 2005 tentang SKN).

C. Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan


Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pendidikan (Husdarta, 2010:142). Pendidikan jasmani adalah proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani sebagai “alat” untuk mencapai tujuan
pendidikan (Lutan, 2001:16). Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan yang ingin
diharapkan bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan moral. Begitu pula tujuannya untuk pembinaan kesehatan dan
kesadaran tentang lingkungan hidup. Pendidikan jasmani dan olahraga pada
hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik
(jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional (Paturusi, 2012:1). Jadi
pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
fisik sebagai alat untuk mencapai sebuah tujuan dalam hal (pengetahuan,
kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani).
Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan (PJOK). PJOK merupakan salah satu mata rantai
kurikulum yang unik karena dalam proses pembelajarannya menggunakan
media aktivitas gerak tubuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan dari
PJOK tidak hanya mengembangkan aspek fisik saja, tetapi aspek-aspek lain
yang terdapat pada diri siswa seperti aspek pengetahuan, kepribadian,
keterampilan, kesehatan, dan aspek spiritual.
Pembelajaran dalam PJOK merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif.
Nilai edukatif yang terjadi akan mewarnai interaksi antara guru dan siswa.
Interaksi yang dilakukan harus selalu diupayakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus
memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif, efisien, dan
mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk menerapkan
164 COVID-19: Perspektif Pendidikan

strategi itu adalah guru harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya
disebut model pembelajaran.
Model dapat dikatakan sebagai sesuatu yang menggambarkan adanya pola
berpikir. Terdapat berbagai definisi model yang dikemukakan oleh para ahli.
Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan (KBBI, 2008:923). Model merupakan pola umum
perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Rusman,
2012:133). Syaiful Sagala (2012:175) mendefinisikan model yaitu sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain, (2) suatu
deskripsi atau analogi, (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data yang dipakai
untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa, (4) suatu
desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas
yang disederhanakan, (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau
imajiner, dan (6) penyajian diperkecil agar dapat menjelaskan dan
menunjukkan sifat aslinya. Trianto (2014:141) menyatakan bahwa model
dimaknai sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal.
Definisi model yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa model adalah sebuah pola atau konsep yang dirancang untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Memang cukup banyak permasalahan yang ada saat
massa pandemi Covid-19 atau setelahnya nanti. Setiap jenis permasalahan
pasti memerlukan pemecahan atau solusi yang mungkin saja berbeda.
Sehingga sudah selayaknya dunia pendidikan jasmani dan keolahragaan dapat
berpartisipasi atau berkontribusi untuk memberikan rekomendasi desain
menjalankan aktivitas fisik atau pendidikan yang aman, nyaman, serta
bermanfaat bagi yang melakukannya.

D. Olahraga Woodball perlu Dikenal Menuju New Normal


Olahraga woodball merupakan sebuah permainan yang dapat dimainkan pada
lingkungan yang hijau. Olahraga woodball bukan saja memenuhi nilai-nilai
Olimpiade, tetapi olahraga ini dapat dilakukan oleh semua orang, tanpa
memandang usia dan jenis kelamin (http://www.iwbf-woodball.org/en/2-
1.php). Olahraga woodball merupakan sebuah permainan yang melawan diri
sendiri (Iragraha, 2017:890). Makna dari kata melawan diri sendiri, merupakan
filosofi dari olahraga woodball. Olahraga woodball sangat berbeda dengan
beberapa cabang olahraga lainnya, misal: bulutangkis, bolavoli, bolabasket,
New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan 165

tenis meja, tinju, dan lain sebagainya. Semua contoh di atas adalah olahraga
yang mengharuskan atlet untuk mengalahkan lawan (terkadang dengan cara
emosipun dapat memenangkan sebuah perlombaan), sedangkan dalam
woodball justru berbeda dengan beberapa contoh olahraga di atas. Woodball
adalah olahraga yang memiliki tipe bermain lembut ke dalam diri dan bermain
melawan diri sendiri (itulah unik dan seninya dari permainan woodball).
Woodball adalah salah satu cabang olahraga yang sedang berkembang di
Indonesia hingga saat ini. Woodball merupakan sebuah olahraga permainan
luar ruangan (out door) yang dapat dimainkan di tanah lapang berumput
(disebut woodball) dan di pantai (disebut beach woodball). Permainan ini
dimainkan secara perorangan, berpasangan, ataupun bertim. Permainan ini
dimainkan dengan cara memukul bola secara berangsur-angsur sampai dapat
memasukkan bola ke gawang (gate) yang ada pada setiap lintasan (fairway)
dengan jumlah pukulan sesedikit mungkin. Pemain dengan jumlah nilai
pukulan yang paling sedikit dikatakan sebagai pemenangnya
(http://www.iwbf-woodball.org/en/2-1.php).
Permainan woodball merupakan cabang olahraga modifikasi dari olahraga golf
dengan memperlihatkan konsep gerak dasar dalam permainannya (gerak
lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif), mempertimbangkan unsur-unsur
efisiensi (waktu, tempat, serta biaya) dalam aktivitasnya, serta
mempertahankan lingkungan dan budaya hidup manusia untuk tetap
melakukan aktivitas fisik. Iragraha (2017:885) menyatakan bahwa hal yang
sangat menarik dari olahraga woodball yaitu dapat memuat ketiga konsep
gerak dasar dalam permainannya: (1) gerak lokomotor yaitu dalam permainan
woodball terjadinya aktivitas perpindahan tubuh dari satu titik ke titik lain (saat
permainan atlet berjalan dari fairway satu ke fairway lainnya); (2) gerak non-
lokomotor yaitu dalam permainan woodball mempraktikkan atau
memperlihatkan gerakan membungkuk dan mengayun mallet (kayu pemukul);
dan (3) gerak manipulatif yaitu dalam permainan woodball membutuhkan
koordinasi tubuh, ruang, dan benda disekitarnya (gerakan saat atlet mengayun
mallet untuk memukul bola menuju target atau gate).
Dalam mengembalikan keseharian masyarakat pasca pandemi Covid-19,
masyarakat dapat merancang kehidupannya untuk beraktivitas secara
produktif, aman, dan nyaman. Perlu kiranya masyarakat mengetahui,
mengenal, bahkan mencoba untuk berlatih olahraga woodball. Olahraga ini
sangat asik dilakukan, ekonomis harga sarananya, dapat dimainkan oleh
166 COVID-19: Perspektif Pendidikan

berbagai usia dan jenis kelamin, serta prasarana (lapangannya) tersedia secara
permanen di SPN Polda Bali, Buleleng-Bali.

Gambar 1. Atlet Berlatih di Atas Produk Alat Bantu Latihan Memukul (Wood
Practice)

E. Partisipasi Wanita dalam Olahraga Woodball Menuju


New Normal
Peranan wanita dalam masyarakat tentunya berbeda-beda di berbagai negara.
Olahraga woodball dikemas dengan menarik, memenuhi nilai-nilai Olimpiade,
tetapi olahraga ini dapat dilakukan oleh semua orang, tanpa memandang usia
dan jenis kelamin (http://www.iwbf-woodball.org/en/2-1.php). Dengan adanya
kata tanpa memandang jenis kelamin, olahraga ini menandakan adanya sebuah
upaya untuk membawa peran wanita ke arah emansipasi. Istilah yang lazim
terdengar dalam dunia olahraga yaitu kata “atlet”. Kata atlet dipakai dewasa ini
untuk menandakan pelaku olahraga (wanita maupun pria). Padahal dahulu kala
dalam bahasa Indonesia untuk menyebut wanita yang terlibat dalam olahraga
yaitu “olahragawati” dan pria yang terlibat dalam olahraga yaitu
“olahragawan”. Kesamaan tanpa memandang jenis kelamin merupakan hal
yang sangat prinsip harus disadari dan diperhatikan pada tataran olahraga
(terlebih olahraga prestasi). Karena sangat terkait tentang program pelatihan,
perlakuan terhadap pelaku olahraga, fasilitas, peralatan, pelatih, dan lain
sebagainya.
Makin banyak wanita yang berpartisipasi dalam olahraga (spesifiknya
woodball), akan memberikan berbagai nilai-nilai yang terkandung dalam
olahraga tersebut, memberikan pengalaman positif, dan wanita lebih berani
menunjukkan identitas dirinya. Efek dari pandemi Covid-19 atau pasca
New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan 167

pandemi Covid-19 pastinya sangat memengaruhi psikologis setiap orang,


bahkan banyak orang kemungkinan kesulitan untuk memulai aktivitas fisik
atau olahraga apa yang perlu dilakukan. Olahraga woodball dapat
menjembatani permasalahan yang ada dan olahraga woodball dirasa sangat
efektif untuk dicoba saat pandemi atau pasca pandemi Covid-19 ini. Melalui
olahraga woodball diharapkan dapat membentuk kesadaran masyarakat yang
lebih baik, masyarakat yang aktif, masyarakat yang berprestasi, serta (fisiknya,
mental, sosial, spiritual, dan moralnya akan terbentuk). Semua hal itu dapat
dicapai apabila ada sinergi dari masyarakat, calon olahragawati, pelatih, orang
tua, kerabat, pemerintah, lingkungan, dan literasi keilmua yang ada.

F. Rekomendasi Desain Bidang Keolahragaan Menuju


New Normal
Bidang keolahragaan sangat perlu menyampaikan rekomendasi desain menuju
“New Normal” yang aman, nyaman, serta bermanfaat bagi yang
melakukannya. Rekomendasi ini perlu diperhatikan bagi olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Dalam menuju fase “New Normal”,
ada tiga desain yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan aktivitas
yaitu sebagai berikut. Tahap pertama yaitu (1) bagi olahraga pendidikan:
seluruh siswa disarankan tetap melakukan segala aktivitas fisik di rumah saja
(aktivitas fisik yang dilakukan dapat didiskusikan dengan guru/pengajarnya
menggunakan media daring); (2) bagi olahraga rekreasi: masyarakat
disarankan tetap berolahraga untuk kebugarannya di rumah saja; dan (3) bagi
olahraga prestasi: para atlet disarankan tetap berlatih (fisik dan teknik) mandiri
di rumah dengan pantauan pelatihnya menggunakan media daring.
Tahap kedua yaitu (1) bagi olahraga pendidikan: seluruh siswa boleh
melakukan aktivitas fisik di sekolah namun harus dipandu oleh guru PJOK,
setelah itu banyaknya siswa harus dibatasi misal 15-20 orang setiap pertemuan
(waktu pertemuannya diatur agar semua siswa mendapat hak yang sama), serta
tetap menerapkan standardisasi kesehatan yaitu mencuci tangan teratur,
menjaga kebersihan diri, mengkonsumsi makanan bergizi, menjaga jarak, dan
menggunakan masker dalam aktivitasnya; (2) bagi olahraga rekreasi:
masyarakat dapat beraktivitas bersama di lapangan terbuka dengan banyaknya
peserta dibatasi (sesuaikan dengan keadaan di lapangan), serta tetap
menerapkan standardisasi kesehatan yaitu mencuci tangan teratur, menjaga
kebersihan diri, mengkonsumsi makanan bergizi, menjaga jarak, selalu
menggunakan masker dalam aktivitasnya, dan suhu tubuh harus normal, tidak
168 COVID-19: Perspektif Pendidikan

pilek dan batuk; dan (3) bagi olahraga prestasi: atlet diperbolehkan latihan
bersama di lapangan (outdoor/indoors) sesuai dengan cabang olahraganya
dengan tetap disiplin menerapkan standardisasi kesehatan yaitu mencuci
tangan teratur, menjaga kebersihan diri, mengkonsumsi makanan bergizi,
menjaga jarak, selalu menggunakan masker dalam aktivitasnya, dan suhu
tubuh harus normal, tidak pilek dan batuk.
Dalam hal ini, atlet harus bisa memilih masker (penutup mulut dan hidung)
yang baik dan tepat, agar mudah bernapas saat latihan. Atlet perlu secara
berkala membuka maskernya saat latihan, agar asupan oksigen tercukupi.
Sebab jika asupan oksigen tidak tercukupi berefek negatif (membahayakan)
jika berlatih dalam intensitas tinggi. Pada cabang olahraga permainan seperti
woodball, sepakbola, bolabasket, serta olahraga beladiri yang konsepnya body
contack segala aktivitas latihannya harus dipantau dan dikontrol ketat oleh
pelatih atau organisasinya. Pada tahap kedua ini, atlet disarankan tidak
melakukan (training center dan tryout/tryin) serta tidak mengikuti pertandingan
baik skala daerah hingga internasional.
Tahap ketiga ini adalah semua insan dapat beradaptasi setelah pandemi Covid-
19. Pada tahap ini (1) bagi olahraga pendidikan: seluruh siswa boleh
melakukan aktivitas fisik di sekolah/kelas tanpa perlu menggunakan masker,
tanpa perlu jaga jarak, namun tetap menjaga kebersihan dan kesehatan; (2)
bagi olahraga rekreasi: masyarakat dengan suhu tubuh normal dapat
melakukan olahraga tanpa masker, tanpa perlu jaga jarak, namun tetap
menjaga kebersihan dan kesehatan; (3) bagi olahraga prestasi: atlet
diperbolehkan latihan bersama di lapangan (outdoor/indoors) sesuai dengan
cabang olahraganya tanpa perlu menggunakan masker, tanpa perlu jaga jarak,
namun tetap menjaga kebersihan dan kesehatan. Pada tahap ketiga ini, atlet
diperbolehkan melakukan training center, tryout/tryin, serta dapat mengikuti
berbagai event yang berskala daerah hingga internasional.
Melalui tiga tahapan rekomendasi desain bidang keolahragaan menuju “New
Normal” di atas, berbagai stakeholder perlu memperhatikan hal ini. Silahkan
dipilih, tahapan yang mana sebaiknya dijadikan guideline dalam mengawali
massa “New Normal” bagi dunia pendidikan dan keolahragaan. Perhatikan
selalu standardisasi kesehatan yaitu dengan mencuci tangan secara teratur, jaga
kebersihan diri, konsumsi makanan bergizi, dan periksakan kondisi tubuh
secara berkala.
New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan 169

SIMPULAN
Memasuki awal Juni 2020, Indonesia akan beradaptasi dan mulai belajar hidup
berdampingan (menyesuaikan diri) dengan Covid-19. Fase ini dikenal dengan
“New Normal”, yakni kehidupan baru yang mengadaptasi situasi pasca
pandemi. Meskipun nantinya Covid-19 sudah mereda atau bahkan tetap ada di
sekeliling kita, setiap orang di seluruh dunia diharapkan tetap harus waspada
dengan menjaga jarak, menjaga kebersihan diri, berusaha mengkonsumsi
makanan bergizi, taat untuk memakai masker, rajin mencuci tangan, dan
pastinya harus aktif berolahraga. Tujuan dari “New Normal” yaitu
mengembalikan keseharian masyarakat agar dapat merancang kehidupannya
untuk beraktivitas secara produktif, aman, nyaman, dan mengikuti
standardisasi imbauan Covid-19.
Literasi sience, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia harus selalu
diajarkan atau ditanamkan dalam dunia pendidikan. Olahraga pendidikan
adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian
proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh
pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.
Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran,
dan kegembiraan. Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan
mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan
melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi keolahragaan
Dalam mengembalikan keseharian masyarakat pasca pandemi Covid-19,
masyarakat dapat merancang kehidupannya untuk beraktivitas secara
produktif, aman, dan nyaman. Perlu kiranya masyarakat mengetahui,
mengenal, bahkan mencoba untuk berlatih olahraga woodball. Olahraga ini
sangat asik dilakukan, ekonomis harga sarananya, dapat dimainkan oleh
berbagai usia dan jenis kelamin, serta prasarana (lapangannya) tersedia secara
permanen di SPN Polda Bali, Buleleng-Bali.
Bidang keolahragaan sangat perlu menyampaikan rekomendasi desain menuju
“New Normal” yang aman, nyaman, serta bermanfaat bagi yang
melakukannya. Rekomendasi ini perlu diperhatikan bagi olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Dalam menuju fase “New Normal”,
170 COVID-19: Perspektif Pendidikan

ada tiga desain yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan aktivitas.
Melalui tiga tahapan rekomendasi desain bidang keolahragaan menuju “New
Normal” di atas, berbagai stakeholder perlu memperhatikan hal ini. Silahkan
dipilih, tahapan yang mana sebaiknya dijadikan guideline dalam mengawali
massa “New Normal” bagi dunia pendidikan dan keolahragaan. Perhatikan
selalu standardisasi kesehatan yaitu dengan mencuci tangan secara teratur, jaga
kebersihan diri, konsumsi makanan bergizi, dan periksakan kondisi tubuh
secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin & Wahyuni, E.N. (2007). Teori belajar dan pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
CNN Indonesia. (2020). Mengenal Social Distancing sebagai Cara Mencegah
Corona. CNN Indonesia. Diunduh dari
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/ 20200314102823-255-
483358/mengenal-social-distancing-sebagai-cara-mencegah-corona.
Feriyansyah, F., Iqbal, M. dan Simarmata, J. (2019) Kewargaan Digital:
Warga Digital Dalam Kepungan Hiperkoneksi. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Humas. (2020). Presiden: Prioritas Kita Cegah Penyebaran Covid-19 Lebih
Luas Lagi. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diunduh dari
https://setkab.go.id/presiden-prioritas-kita-cegah-penyebaran-covid-19-
lebih-luas-lagi/.
Husdarta. (2010). Sejarah dan filsafat olahraga. Bandung: Alfabeta.
International Woodball Federation. (2014). “About IWbF: Philosophy;
Courses; Equipment; Woodball rules and etc”. Diunduh dari
http://www.iwbf-woodball.org/en/1-2.php.
Iragraha, S.M.F. (2017). The existence of woodball athletes coaching at the
student activity unit (UKM) semarang state university. The 4th
International Conference on Physical Education, Sport and Health
(ISMINA) and Workshop: Enhancing Sport, Physicalactivity, and Health
Promotion For a Better Quality of Life: Hal. 885-892. Diunduh dari
New Normal bagi Dunia Pendidikan dan Keolahragaan 171

https://www.academia.edu/33796640/PROCEEDINGS_THE_4th_
ISMINA_CONFERENCE_PROCEEDINGS.pdf.
Iragraha, S. M. F., Soegiyanto, Setijono, H., & Sugiharto., (2018). The
development of a hitting practice tool model on woodball. Proceedings of
the 2nd Yogyakarta International Seminar on Health, Physical Education,
and Sport Science (YISHPESS 2018) and 1st Conference on
Interdisciplinary Approach in Sports (CoIS 2018). Diunduh dari
https://www.atlantis-press.com/proceedings/yishpess-cois-18/55909398.
Iragraha, S. M. F., Soegiyanto, Setijono, H., & Sugiharto. (2019a). Peran
Media Massa dan Wanita dalam Olahraga Woodball. Diunduh dari
https://proceeding.unnes.ac.id/ index.php/snpasca/article/view/371/222.
Iragraha, S. M. F., Soegiyanto, Setijono, H., & Sugiharto. (2019b). The Role of
Woodball Sports Organization Universitas Negeri Semarang (Unnes) in
Producing Talented Athletes. International Journal of Engineering and
Advanced Technology, 9(2), 4928–4932. Diunduh dari
https://www.ijeat.org/wp-content/uploads/papers/v9i2/
B3308129219.pdf.
KBBI. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Koesmawardhani, N. W. (2020). Pemerintah Tetapkan Masa Darurat Bencana
Corona hingga 29 Mei 2020. Detiknews. Diunduh dari
https://news.detik.com/berita/d-4942327/pemerintah-tetapkan-masa-
darurat-bencana-corona-hingga-29-mei-2020.
Malik, D. (2020). Anies Tutup Lokasi Wisata di Jakarta, Wisatawan Pindah ke
Puncak Bogor. Vivanews. Diunduh dari
https://www.vivanews.com/berita/nasional/40497-anies-tutup-lokasi-
wisata-di-jakarta-wisatawan-pindah-ke-puncak bogor?medium=autonext.
Putra, P.N. (2020). Alasan BNPB Perpanjang Status Darurat Covid-19 di
Indonesia. Liputan6. Diunduh dari
https://www.liputan6.com/news/read/4204414/alasan-bnpb-perpanjang-
status-darurat-covid-19-di-indonesia.
Paturusi., A. (2012). Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
172 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Rusli Lutan. (2001). Olahraga dan etika fair play. Jakarta: Berdua Satu tujuan,
Wihani Group.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sebayang, R. (2020). Awas! WHO Akhirnya Tetapkan Corona Darurat
Global. CNBC Indonesia. Diunduh dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200131060856-4-134146/awas-
who-akhirnya-tetapkan-corona-darurat-global.
Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, S. (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta: Grafindo.
Trianto. (2014). Desain pengembangan pembelajaran tematik bagi anak usia
dini TK/RA & anak usia kelas awal SD/MI. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional
Pembelajaran Daring yang
Efektif sebagai ‘NEW
NORMAL’ Sekolah di tengah
Pandemi Covid-19
I Made Astra Winaya
Universitas Dwijendra Denpasar

PENDAHULUAN
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari
2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel coronavirus pada manusia ini
dengan sebutan Coronavirus Disease (COVID-19). Indonesia pertama kali
mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada Senin 2 Maret 2020. Saat itu, Presiden
Joko Widodo mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit virus
Corona yakni perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun (detikcom,
2020). sejak, konfirmasi kasus covid-19 tersebut berbagi kebijakan telah
diambil pemerintah guna memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
Salah satu kebijakan yang diambil dalam bidang pendidikan adalah kebijakan
belajar dari rumah. Kebijakan ini terpaksa diambil untuk membatasi kegiatan
masyarakat dalam upaya mencegah penyebaran virus Covid-19. Walaupun
diawal pandemi merebak, beberapa negara masih berupaya untuk belajar di
sekolah seperti biasa. Namun, pada akhirnya karena pandemi yang semakin
mengganas, langkah belajar dari rumah dan penutup sekolah mau tidak mau
harus dilakukan untuk menyelamatkan sektor pendidikan. Berdasarkan data
yang diperoleh dari UNESCO, mengungkapkan pandemi Covid-19
174 COVID-19: Perspektif Pendidikan

mengancam 577 juta pelajar di dunia dengan total ada 39 negara yang
menerapkan penutupan sekolah. Total jumlah pelajar yang berpotensi berisiko
dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas adalah kurang lebih
577.305.660. Sedangkan jumlah pelajar yang berpotensi berisiko dari
pendidikan tinggi kurang lebih 86.034. 287 orang (detikmanado, 2020). Untuk
di Indonesia, berdasarkan data yang diliris oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Tanggal 14 April 2020 menunjukan setidaknya terdapat
68.729.037 orang siswa yang belajar di rumah.

Gambar 1. Jumlah Peserta Didik Belajar Di Rumah Versi Kemendikbud


Berdasarkan Gambar 01. tersebut siswa Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiah/sederajat paling banyak mengikuti metode belajar di rumah. Tentu
menjadi tantangan tersendiri bagi para guru sekolah SD, untuk melakukan
pembelajaran secara efektif dan berkualitas.
Pembelajaran yang efektif menurut Kyriacou (2009) mencakup dua hal pokok,
yaitu waktu belajar aktif active learning time dan kualitas pembelajaran quality
of instruction. Hal yang pertama berkenaan dengan jumlah waktu yang
dicurahkan oleh siswa selama dalam pelajaran berlangsung. Bagaimana para
siswa terlibat, engage, dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Hal yang kedua berkaitan dengan kualitas aktual belajar itu
sendiri. Artinya, bagaimana proses atau interaksi pembelajaran dapat
berlangsung antara guru-siswa, siswa-siswa dan siswa-sumber belajar. Bagai
dua sisi mata uang, pembelajaran yang efektif itu tidak bisa dilepaskandari
pembelajaran yang berkualitas karena kualitas hasil belajar itu tergantung pada
efektivitas pembelajaran yang terjadi atau diterjadikan di dalam proses
pembelajaan itu sendiri.
Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah 175

Pada masa pandemi Covid-19 ini, mengakibatkan perubahan yang luar biasa
terhadap dunia pendidikan. Seluruh jenjang pendidikan 'dipaksa'
bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-tiba drastis untuk melakukan
pembelajaran dari rumah melalui media daring (online). Hal ini sesuai dengan
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Sistem pembelajaran
dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang
terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru diharapkan dapat
melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di
media sosial seperti WhatsApp, telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun
media lainnya sebagai media pembelajaran. Guru dapat memastikan siswa
mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun di tempat yang
berbeda. Dalam pemberian tugas dilaksankan secara terukur sesuai dengan
tujuan materi yang disampaikan kepada siswa.
Namun, dalam pengimplemntasiannya di lapangan terdapat banyak kendala
dan problematika yang harus dihadapi guru dan siswa dalam proses
pembelajaran jarak jauh melalui media daring (online), di antaranya: (1)
ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan daerah, (2)
keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran, (3)
keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan teknologi Pendidikan seperti
internet dan kuota, (4) relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring
yang belum integral. Kendala-kendala tersebut menjadi catatan penting bagi
dunia pendidikan Indonesia yang harus mengejar pembelajaran daring secara
cepat, meskipun secara teknis dan sistem belum semuanya siap.
Pembelajaran Daring (online) merupakan pradigma yang harus dilaksanakan
dalam bidang pendidikan sebagi normal baru (New Normal) di tengah kondisi
pandemi seperti sekarang ini. Penulis menyebut pembelajaran daring sebagi
‘new normal’ di sekolah karena pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 ini
memaksa guru, siswa dan orang tua mampu melaksanakan pembelajaran
seperti biasa namun tetap memperhatihakan protokol kesehatan, khususnya
social distancing. Pembelajaran daring menawarkan kegiatan pembelajaran
yang efektif dan aman dari penularan covid-19 bagi pelaku pendidikan, karena
pembelajran yang dilakukan dari tempat yang berbeda-beda.
Konsep new normal dalam bidang pendidikan melalui pembelajaran daring
merupakan pradigma baru yang harus dibiasakan oleh guru, siswa dan orang
tua sebelum ditemukan vaksin atau penangkal virus corona. Hal ini sejalan
176 COVID-19: Perspektif Pendidikan

dengan pernyataan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video


yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Kamis
(7/5/2020) yang menyatakan “Sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita
harus hidup berdamai dengan COVID-19 untuk beberapa waktu ke depan.”
Pernyataan Presiden RI tersebut di perkuat oleh Direktur Kedaruratan WHO,
Michael Ryan, dalam jumpa pers virtual di Jenewa, Swiss, Rabu (13/5/2020)
yang menyatakan Virus Covid-19 tidak akan pernah hilang. Untuk itu
pembelajaran daring yang selama ini hanya sebagai konsep, sebagai perangkat
teknis, hendaknya bergser menjadi cara berpikir, sebagai paradigma
pembelajaran. Karena pembelajaran daring bukan metode untuk mengubah
belajar tatap muka dengan aplikasi digital, bukan pula membebani siswa
dengan tugas yang bertumpuk setiap hari. Pembelajaran secara daring
harusnya mendorong siswa menjadi kreatif mengakses sebanyak mungkin
sumber pengetahuan, menghasilkan karya, mengasah wawasan dan ujungnya
membentuk siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.

PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kontruktivisme Dalam Pembelajaran
Para penganut paham kontrukivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu
dibangun dipikiran pebelajar berdasarkan pengetahuan awalnya. Implikasinya
bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
pikiran siswa. Untuk itu, dalam kegiatan pembelajaran siswa sendirilah yang
harus aktif secara mental membangun pengetahuannya. Pandangan
konstruktivisme merubah orientasi pembelajaran dari pembelajaran yang
berpusat pada guru (teaching centered) ke pembelajaran yang berpusat pada
orang yang belajar (student centered). Peranan guru dalam pembelajaran
adalah membantu siswa agar proses konstruksi konsep/materi pelajaran dapat
berjalan dengan sendirinya sehingga apa yang dipelajari oleh siswa benar-
benar dipahami dan dapat bernanfaat bagi dirinya. Dalam pembelajaran siswa
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk beraktivitas, seperti: menerapakan
infomasi yang telah diterima kedalam kondisi rii, memfasilitasi penafsiran
personal terhadap materi ajar, dan mendiskusikan topik-topik dalam sebuah
kelompok.
Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah 177

Pembelajaran di masa pandemi Covid-19 ini, guru hendaknya merancang


pembelajaran yang efektif untuk mencapi tujuan pembelajaran yang
diharapkan tanpa mengesampingkan protokol kesehatan. Pembelajaran daring
sebagai sebuah alternatif dalam pembelajaran jarak jauh wajib
mempertimbangkan aspek-aspek pembelajaran kontruktivisme dalam
penyampaian materi pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa
diberikan kesempatan melakukan aktivitas sebagi bentuk pengkonstruksian
penegtahuannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Gray (2007), pembelajaran
konstruktivisme dilandasi kepercayaan bahwa proses belajar terjadi pada saat
siswa secara aktif terlibat dalam pembentukan arti/ makna (meaning) dan
pembentukan pengetahuan (knowledge) bukannya pada saat siswa secara pasif
menerima informasi. Pembelajaran konstruktivisme mendorong kemampuan
berpikir kritis dan menimbulkan motivasi dan terciptanya sikap kemandirian
belajar pada diri siswa. Siswa menjadi mandiri dalam belajar (independent
learners). Piaget (1977) dalam Gray (2007) menekankan bahwa belajar terjadi
melalui pembentukan arti secara aktif, bukannya dengan cara menerima
pengetahuaan dari orang lain. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
memberikan kesepatan kepada siswa untuk menerapkan informasi dan
pengetahuannya pada situasi nyata, memfasilitasi penafsiran personal terhadap
materi yang dipelari dan mendikusikan topik-topik dalam kelompok.
Menurut pandangan konstruktivis, belajar pada hakikatnya merupakan
modifikasi gagasan-gagasan yang telah ada pada diri siswa. Dalam teori
belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja secara
utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya bahwa siswa harus aktif secara
mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan
kognitif yang dimilikinya. Untuk itu, strategi pembelajaran kolaboratif dengan
siswa lain memberikan pengalaman yang riil dan memperbaiki keterampilan
metakognitif siswa.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru difokuskan pada
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru.
Pengembangan ketiga aspek tersebuat sebagai mura akhir dari hasil belajar
akan terwujud apabila pembelajaran yang dilaksanakan bermakna. Sejalan
dengan itu, Natajaya dan Dantes (2015) mengungkapkan, pembelajaran yang
dilakukan dengan bekerjasama, mengalami secara nyata, dan langsung
memberi enegi yang Powerfull dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Selain itu, Wheathly (dalam Manis, 2005) menyatakan 2 prinsip utama dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan
178 COVID-19: Perspektif Pendidikan

tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif
siswa. Kedua, fungsi kognitif bersifat adatif dan membantu pengorganisasian
melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Kedua prinsip tersebut
memberikan pengertian bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif
dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengetahuan melalui lingkungannya, serta pentingnya memberikan waktu
untuk siswa merefleksikan materi pelajaran yang telah diterima.

B. Pembelajaran Daring
Munculnya sistem pemebelajaran daring sebagai bentuk pemanfaatan
teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di tengah pandemi
Covid-19 merupakan startegi yang efektif agar proses pembelajaran tetap
berlangsung meskipun dari tempat yang berbeda-beda. Istilah daring
merupakan akronim dari “dalam jaringan“. Jadi pembelajaran daring adalah
salah metode pembelajaran online atau dilakukan melalui jaringan internet.
Dalam pengimplementasian pembelajaran daring sebagai bentuk pembelajaran
jarak jauh untuk siswa, wajib mengedepankan dua prinsip, yaitu: (1) Tidak
membahayakan, di mana pembelajaran yang dilaksnakan secara daring tidak
menciptakan lebih banyak stres dan kecemasan bagi siswa dan keluarganya,
(2) Realistis, pembelajaran yang dilaksnakan guru secara dari memiliki
ekspektasi yang realistis terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
(Kemendikbud, 2020).
Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf (1997: 15) terdiri atas 4
hal, yaitu: (1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antarapeserta didik
dengan guru atauinstruktur (enhance interactivity), (2)Memungkinkan
terjadinya interaksipembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place
flexibility), (3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential
to reach a global audience), (4) Mempermudah penyempurnaan dan
penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as
archivable capabilities).
Mengadaptasi Khoe Yao Tung, karakteristik pembelajaran daring, antara lain:
(1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen
multimedia, (2) Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak
seperti video conferencing, chats rooms, atau discussion forums, (3)
Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya, (4) Dapat digunakan
berbagai elemen belajar berbasis internet, untuk meningkatkan komunikasi
belajar, (5) Materi ajar relatif mudah diperbaharui, (6) Meningkatkan interaksi
Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah 179

antara mahasiswa dan fasilitator, (7) Memungkinkan bentuk komunikasi


belajar formal dan informal, (8) Dapat menggunakan ragam sumber belajar
yang luas di internet (Tung, 2000: 15).
Menurut Khan B.H, menjelaskan terdapat beberapa kegiatan yang harus ada
dalam pembelajaran daring, yaitu: (1) Meningkatkanperhatian siswa, (2)
Menyampaikan tujuan belajar kepada siswa, (3) Mendorong ingatan kembali
mahasiswa tentang informasi yang telah dipelajarinya, (4) Menyajikan stimuli
secara khusus, (5) Memberi petunjuk belajar, (6) Memperoleh performan
siswa, (7) Memberikan umpan balik yang informatif, (8) Menilai tingkat
performan mahasiswa, (9) Meningkatkan retensi dan transfer belajar (Khan,
1997: 102). Keberhasilan sistem pembelajaran daring sangat tergantung dari
beberapa komponen baik siswa, guru, sumber belajar, maupun teknologi
informasi. Komponen-komponen tersebut terintegrasi supaya benar-benar
dapat menghasilkan hasil belajar yang berkualitas

C. Pembelajaran Daring Yang Efektif sebagai ‘New


Nomal” Sekolah Pada Masa Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 dapat dijadikan momentum untuk mengubah pradigma
pembelajaran di Indonesia yang selama ini cendrung konvensional dan
monoton. Model pembelajaran konvensional semakin menjauhakan pencapian
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Karena konsep pembelajaran
konvensional masih menitik beratkan peran guru sebagi satu-satunya sumber
belajar. Hal tersebut tetentu sangat bertentangan dengan pradigma pendidikan
abad 21 yang lebih menekankan siswa sebagai pusat pembelajaran (Student
Centerd).
Pendidikan pada Abad 21 menghendaki pendidikan yang mengintegrasikan
antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan
terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kecakapan tersebut
dapat dikembangkan melalui berbagai model kegiatan pembelajaran berbasis
pada aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi
pembelajaran. Selain dari pada itu, kecakapan yang dibutuhkan dalam dunia
pendidikan pada Abad 21 adalah keterampilan berpikir lebih tinggi (Higher
Order Thinking Skills (HOTS) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan
peserta didik dalam menghadapi tantangan global, atau dengan kata lain
pendidikan dapat menciptakan masyarakat terdidik yang di masa depan nanti
dapat bersaing dengan negara lain.
180 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Model pembelajaran Daring yang merupakan penjewantahan pendidikan abad


21 memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan di tengah
pandemi covid-19 seperti sekarang ini. Pembelajaran daring sebagai bentuk
belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh termuat dalam Surat
Edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No 4 Tahun 2020.
Pembelajaran Daring (online) yang sering dimanfaatkan oleh guru adalah
pembelajaran yang berbantu media grup di media sosial seperti WhatsApp
(WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai
media pembelajaran. Dalam aplikasi tersebut terdapat fitur aplikasinya
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk fleksibilitas, interaksi,
dan kolaborasi. Fitur bersifat fleksibel karena dapat di akses kapan saja, di
mana saja, dan dengan siapa saja. Selain itu, fitur aplikasinya juga memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat berinteraksi dan berkolaborasi
kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja.
Pembelajaran daring memiliki peranan yang penting dalam pengembangan 4
pilar pendidikan yang disusun oleh UNESCO, yaitu (1) Learning to Know
(belajar untuk mengetahui), (2) Learning to Do (belajar untuk melakukan
sesuatu), (3) Learning to Be (belajar untuk menjadi sesuatu), dan (4) Learning
to Live Together (belajar untuk hidup bersama). Peranan guru dalam
pembelajaran daring menempatkan guru sebagaimana mestinya, di mana guru
diposisikan sebagai fasilitator. Peranan guru adalah memberikan fasilitas
belajar kepada siswa layaknya pembelajaran konvensional. Tugas dari guru
dalam pembelajaran daring di antaranya adalah menyiapkan segala bentuk
informasi tentang materi pembelajaran yang diajarkan, menyiapkan
penugasan, latihan serta evaluasi penilaian.
Selain itu, pendidikan Indonesia harus kembali mengajarkan cara belajar
(Learning How to Learn), bukan Learning What to Learn (belajar tentang
sesuatu). Semua ini tercermin dari isi pembelajaran daring yang dilakukan
guru, yang masih berkutat tentang konten atau materi yang dibuat untuk
memberi tahu peserta didik daripada membiarkan mereka untuk mencari tahu
sendiri. Dengan adanya pembelajaran daring siswa dapat belajar untuk tahu,
belajar untuk melakukan, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk
hidup bersama dengan pendekatan normal baru. Para pendidik cukup
memfasilitasi bagaimana peserta didik dapat mencari tahu sumber belajar yang
dapat dipercaya, bukan hoax, dan bukan sekedar opini seseorang yang
kredibilitasnya masih diragukan.
Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah 181

Dalam pembelajaran daring guru memfasilitasi pencapaian kompetensi peserta


didik yang dikenal dengan 4 C, yaitu: (1) Critical thinking (berpikir kritis) yang
mengarahkan peserta didik untuk untuk dapat menyelesaikan masalah
(problem solving). (2) Creativity thinking (berpikir kreatif) dapat dimaknai
guru dapat mendampingi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi
mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif.
(3) Collaboration (bekerja sama atau berkolaborasi). Aktivitas ini penting
diterapkan dalam proses pembelajaran agar peserta didik mampu dan siap
untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya mendatang. (4)
Communication (berkomunikasi) dapat dimaknai sebagai kemampuan peserta
didik dalam menyampaikan ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif
(Direktorat PSMK, 2019).
Pengembangan keempat kompetensi tersbut dapat dilakukan dengan
mengarahkan dan membimbing siswa untuk mencari pemecahan masalah
yang berhubungan dengan Covid-19. Solusinya bisa dari sisi kesehatan,
pangan, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. Solusi yang ditawarkan harus
memiliki landasan teori yang kuat dan bukan sekedar ide liar. Dengan
demikian siswa akan belajar mencari tahu. Solusi tersebut harus dikerjakan
secara kelompok walaupun tidak bertemu tatap muka. Solusi yang ditawarkan
harus dipresentasikan dalam bentuk video dan diunggah ke media sosial
seperti Youtube, Facebook, instagram ataupun yang lain. Penilaian akan
berdasarkan indikator penilain yang telah disampaikan kepada siswa serta
jumlah views (berapa kali ditonton), berapa jempol (like), dan berapa banyak
komentar/interaksi yang muncul dari unggahan tersebut. Semua akan dapat
melihat kreativitas dan inovasi generasi penerus bangsa yang selama ini tidak
diberi kesempatan karena waktu belajarnya habis untuk diberi tahu belajar apa.
Ada banyak bukti literatur hasil penelitian yang mendukung keunggulan
lingkungan pembelajaran secara daring (online). Kendall (2001)
menyimpulkan bahwa pembelajaran online dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan kepuasan peserta didik. Sedangkan Ryan (2013)
menyatakan bahwa diskusi online telah direkomendasikan sebagai media yang
sangat efektif untuk membangun interaksi antar siswa sekaligus membangun
refleksi aktif terhadap pengetahuan. Melalui forum online membantu siswa
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang isi konten yang
sedang dipelajari. keuntungan lain dari penerapan pebelajaran daring, memberi
kemudahan siswa dan guru untuk melakukan aktivitas belajar di mana saja,
kapan saja, tanpa dibatasi ruang dan waktu;
182 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Menjadikan pembelajaran daring sebagai ‘new normal’ sekolah di tengah


pandemi covid-19 membawa tantangan tersendiri terhadap perbaikan kualitas
pendidikan. Sudah saatnya menjadikan pembelajaran daring (online) sebagai
kesempatan mentransformasi pendidikan Indonesi. Ada beberapa hal menjadi
renungan bersama dalam perbaikan sistem pendidikan, khususnya terkait
pembelajaran daring:
Pertama, semua guru harus bisa mengajar jarak jauh yang notabene harus
menggunakan TIK. Peningkatan kompetensi pendidik di semua jenjang untuk
menggunakan aplikasi pembelajaran jarak jauh mutlak dilakukan. Untuk
memastikan guru di Indonesia memiliki kompetensi yang memadai dalam
memanfaatkan teknologi tentu bukan perkara mudah. Pembelajaran kolaboratif
antara guru yang paham IT dengan guru yang kurang, serta pelatihan melalui
media online akan mampu memperkecil gap ketimpangan tersebut, apalagi
saat ini guru yang tidak paham IT dipaksa untuk mampu bertrasformasi
melakukan pembelajaran daring. Jika kompetensi guru sudah level 2, maka
guru akan mampu menyiapkan sistem belajar, silabus dan metode
pembelajaran dengan pola belajar digital atau online.
Kedua, Menjadikan siswa sebagi pusat aktivitas belajar. Pembelajaran online
tidak hanya memindah proses tatap muka menggunakan aplikasi digital,
dengan disertai tugas-tugas yang menumpuk. Desain pembelajaran online di
rancang efektif dan memberikan memberikan ruang gerak siswa untuk
bereksplorasi, memudahkan interaksi dan kolaborasi antara siswa-guru dan
siswa-siswa, serta menyediakan layanan secara individu tanpa henti.
Ketiga, pola pembelajaran daring harus menjadi bagian dari semua
pembelajaran meskipun hanya sebagai komplemen. agar guru terbiasa
melaksnakan online. Guru harus sudah menerapkan pembelajaran berbasis
teknologi sesuai kapasitas dan ketersediaan teknologi. Inisiatif kementerian
menyiapkan portal pembelajaran daring Rumah Belajar patut didukung
meskipun urusan daring saat covid 19 yang memaksa siswa dan guru
menjalankan aktifitas di rumah tetap perlu dukungan penyedia layanan daring
yang ada di Indoesia
Empat, guru harus punya perlengkapan pembelajaran online. Peralatan TIK
minimal yang harus dimiliki guru adalah laptop dan alat pendukung video
conference. Keberadaan pernagkat minimal yang harus dimiliki guru sangat
perlu dipikirkan Bersama baik pemerintah kab/kota, provinsi dan pusat
termasuk ortang tua untuk sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah 183

Sudah banyak fintech yang bergerak dibidang pemberian bantuan pengadaan


perangkat teknologi baik untuk siswa, guru maupun sekolah. Lima, Perluasan
akses internet dan peningkatan kapasitas bandwithnya. Karena dengan
jangkauan akses harus diperluas akan memungkinkan sekolah, guru dan siswa
merasakan manfaatnya.
Sudah saatnya pemerintah Indonesia berinvestasi lebih terhadap dunia
pendidikan, dalam rangka mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, sistem pendidikan kita harus siap melakukan
lompatan untuk melakukan transformasi pembelajaran daring bagi semua
siswa dan oleh semua guru. Kita memasuki era baru untuk membangun
kreatifitas, mengasah skill siswa, dan peningkatan kualitas diri dengan
perubahan sistem, cara pandang dan pola interaksi kita dengan teknologi
sebagai sebuah bagian ‘new normal’ di sekolah.

SIMPULAN
Pandemi corona ini memang sebuah ujian yang berat bagi seluruh bangsa,
menguji kemampuan semua bangsa untuk dapat mengambil hikmah dengan
terus berupaya dan berikhtiar mencari solusi pada setiap masalah yang ada.
Ketidak pastian akan berakhirnya pandemi virus covid-19 ini, tentu tidak bisa
dilawan hanya dengan berdiam diri saja. Apalagi pendidikan sebagi ujung
tombak dalam mewujudkan SDM yang berkualitas akan menjadi bumerang
dimasa depan, apabila pendidikan diabaikan dengan dalih adanya pandemi
covid-19 ini. Untuk itu, pembelajaran harus tetap terlaksna namun tidak
mengabaikan protokol kesehat. Pembelajaran daring sebagi sebuah metode
pembelajaran jarak jauh merupakan sebuah ‘new normal’ bagi dunia
pendidikan di indonesia. Karena selama ini pembelajaran daring baru sebatas
konsep dan perangkat teknis pembelajaran. Tentu hal ini menuntut guru untuk
bertrasformasi dalam meningkatkan komptensi pedagogiknya mengemas
pempelajaran secara daring.
Sebagai sebuah ‘New Normal’ pembelajaran daring hendaknya bergser
menjadi sebuah cara berpikir dalam paradigma pembelajaran di sekolah.
Karena pembelajaran online bukan metode untuk mengubah belajar tatap
muka dengan aplikasi digital, bukan pula membebani siswa dengan tugas yang
bertumpuk setiap hari. Pembelajaran secara online harusnya mendorong siswa
184 COVID-19: Perspektif Pendidikan

menjadi kreatif mengakses sebanyak mungkin sumber pengetahuan,


menghasilkan karya, mengasah wawasan dan ujungnya membentuk siswa
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Dalam pengimplemntasian pembelajaran daring sebagai sebuah “New
Normal’ di sekolah hendaknya guru merancang pembelajaran daring yang
dapat memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
sehingga terbentuk pembelajaran yang bermakna. Pengemasan pembelajaran
strategi pembelajaran kolaboratif melalui pembelajaran daring akan
memberikan pengalaman langsung dan memperbaiki keterampilan
metakognitif siswa. tentu hal ini akan berokelasi potif terhadap pencapaian
hasil belajar sisiwa yang memfokuskan pengembangan penegtahuan,
keterampilan dan sikap yang baru. Dalam pembelajaran daring, hendaknya
juga di rancang untuk siswa melakukan pembelajaran pemecahan masalah
sehingga membuat siswa mampu merefleksi manfaat materi pembelajaran
yang telah diterima. Selain itu, hasil kajian empiris tetang penelitian
pembelajaran daring yang memanfaatkan internet ini menunjukan kontribusi
positif terhdap pencapaian tujuan dan hasil belajar siswa.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran daring tidak terlepas dari beberapa hal
berikut, di antaranya (1) keterampilan penggunaan TIK, (2) ketersedian
Teknologi, (3) Mandirian belajar, (4) kedisiplinan, (5) tanggung jawab.
Dengan menjadikan pembelajaran daring sebagi sebuah ‘new normal’ akan
menjadi momentum dalam mewujudkan 4 pilar pendidikan.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia optimis mampu melalui segala masalah
yang ada. Hal ini dibuktikan dengan Indonesia siap dengan segala
kemungkinan, dengan lahirnya teknologi-teknologi karya anak bangsa untuk
memberikan layanan pendidikan secara daring. Tentu ini perlu mendapat
dukungan dengan meningkatkan kemampuan penguasaan TIK dari semua
pihak agar pembelajaran dapat tetap berlangsung secara normal melalui
pembelajaran daring.

DAFTAR PUSTAKA
Arifudin, Opan. 2020. Pandemi Corona dan Dampak Terhadap Dunia
Pendidikan. Artikel Koran Pasundan Ekspres Tangal 17 Maret 2020.
Tersedia Di Halaman https://www.pasundanekspres.co/opini/pandemi-
Pembelajaran Daring yang Efektif sebagai ‘NEW NORMAL’ Sekolah 185

corona-dan-dampak-terhadap-dunia-pendidikan/. Diunduh Tanggal 20


Maret 2020
Bates, T., 1997. The Impact of Technological Change on Open and Distance
Learning. Distance Education..
Kyriacou, C. (2009) Effective Teaching in Schools: Theory and Practice. Third
Edition. Delta Place, Cheltenham, UK: Nelson Thornes Ltd
Khan, B.H., 1997. Web Based Instruction, Educational Technology
Publications. New Jersey: Englewood Cliffs.
Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran. Malang : UIN-Maliki Press, Cetaan
Ke-2.
Natajaya, I Nyoman dan Nyoman Dantes. 2015. Perancangan Model
Transpormasi Pendidikan Teknohumanistik Yang Terintegrasi Dengan
Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Indonesia
Vol.4 No.1 April 2015
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan
Rais, Aslam. 2020. Dampak Pandemi Corona Terhadap Dunia Pendidikan.
tersdia dalam halaman https://detikmanado.com/dampak-pandemi-
corona-terhadap-dunia-pendidikan/. Diunduh Tangal 28 Maret 2020
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Tung, Khoe Yao. 2000. Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta: Dinastindo.
186 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Dimensi Pendidikan Pada Masa
Pandemi
(Tinjauan Aliran Filsafat
Rekonstruksionalisme)
Gede Agus Siswadi
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945 yang berakar dari nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan
pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bab
II pasal 3.
Jalur pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun
2003 pasal 13 ayat 1 meliputi jalur pendidikan formal, non-formal, dan
informal. Ketiganya memiliki perbedaan yang saling mengisi dan melengkapi.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan formal mempunyai jenjang
pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
hingga pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di
188 COVID-19: Perspektif Pendidikan

luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan


berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan
secara sadar dan bertanggung jawab.
Sejak ditetapkannya wabah virus corona sebagai bencana nonalam dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden (Kepres) No. 12 Tahun 2020 tentang
Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) sebagai Bencana Nasional serta surat edaran Mendikbud No. 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Corona Virus
Disease (Covid-19) menyebabkan untuk pembelajaran diadakan di rumah.
Dengan demikian proses pembelajaran yang dibutuhkan untuk selalu
memotivasi belajar peserta didik harus diciptakan, agar peserta didik tidak
cenderung bosan dengan pembelajaran yang dilaksanakan.
Ketidaksiapan lembaga pendidikan/sekolah dalam melaksanakan proses
pembelajaran secara online (daring) menjadi kendala yang sangat utama,
meskipun pemerintah telah memberikan alternatif solusi yang berupa
kebijakan untuk penilaian terhadap peserta didik sebagai syarat untuk kenaikan
kelas atau kelulusan ditentukan dari lembaga pendidikan disaat situasi yang
darurat saat ini. Peralihan cara pembelajaran ini memaksa berbagai pihak
untuk mengikuti alur yang sekiranya bisa dilaksanakan agar proses belajar
mengajar dapat berlangsung, dan yang menjadi pilihan adalah pemanfaatan
teknologi sebagai media pembelajaran online (daring).
Perencanaan pembelajaran pada masa covid-19 ini perlu untuk diperhatikan,
dari persiapan bahan ajar, media pembelajaran, strategi pembelajaran, hingga
metode dalam pembelajaran. Beralihnya lokasi belajar, yang pada mulanya
dilaksanakan di dalam kelas dengan rombel belajar, serta guru menggunakan
media pembelajaran ceramah, serta masih sangat konvensional dan dengan
adanya pandemi covid-19 ini pembelajaran dilaksanakan di rumah. Tentu tidak
mudah untuk mengubah kebiasaan tersebut dari menggunakan media
konvensional beralih ke media daring atau lebih modern. Sehingga dari hal
tersebut diharapkan terdapat sebuah rekonstruksi pendidikan mulai dari sistem
pembelajarannya hingga evaluasi hasil belajar.
Dimensi Pendidikan Pada Masa Pandemi 189

PEMBAHASAN
A. Rekonstruksionalisme Pendidikan
Aliran rekonstruksionalisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dan membangun tata hidup kebudayaan yang menjawab
permasalahan-permasalahan dunia modern. Aliran rekonstruksionalisme pada
prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak melampaui
krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksionalisme
dan perenialisme, memandang bahwa zaman modern merupakan zaman yang
tatanan sosialnya terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan
kesimpangsiuran. Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran
rekonstruksionalisme tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran
perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam
pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang
serasi dalam kehidupan. Aliran perennialisme memilih cara tersendiri, yakni
dengan kembali ke dalam kebudayaan lama atau dikenal dengan regressive
road culture yang mereka anggap paling ideal (Kristiawan: 2016).
Sementara itu, rekonstruksionalisme berupaya mencari kesepakatan antar
sesama manusia, agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu
tatanan yang harmonis bagi kemanusiaan dan juga seluruh lingkungannya.
Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme
perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata kelola yang baru.
Untuk mencapai tujuan utama tersebut diperlukan kerjasama antara seluruh
elemen umat manusia. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas
penyelamatan dunia merupakan tugas kemanusiaan yang menjadi
tanggungjawab semua bangsa dan individu. Karenanya pembinaan kembali
daya intelektual dan spiritual yang sehat dapat diwujudkan melalui pendidikan
yang tepat atas nilai dan norma yang benar, sehingga terbentuk tatanan dunia
baru yang harmonis dalam pengawasan umat manusia (Jalaluddin & Abdullah,
1997).
Dengan singkat, dapat dikemukakan bahwa aliran rekonstruksionalisme
bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia di mana kedaulatan nasional
berada dalam pengayoman atau subordinat serta kedaulatan dan otoritas
internasional. Aliran ini juga bercita-cita mewujudkan dan terlaksanakan satu
sintesis, yaitu perpaduan ajaran agama, demokrasi, teknologi modern, dan seni
190 COVID-19: Perspektif Pendidikan

modern di dalam satu kebudayaan yang dibina bersama oleh bangsa-bangsa di


dunia (Anwar, 2017:168).
Secara praktis, rekonstruksionalisme dalam pendidikan menghendaki tujuan
pendidikan adalah peningkatan kesadaran siswa mengenai problematika sosial,
politik dan ekonomi yang dihadapi oleh manusia secara global, dan untuk
membina dan membekali mereka dengan kemampuan-kemampuan dasar agar
bisa menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Kurikulum dan metode
pendidikan menurut rekonstruksionisme haruslah mencakup muatan sosial,
politik, dan ekonomi yang sedang dihadapi oleh masyarakat, termasuk juga
masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh siswanya. Sementara itu metode
dalam kurikulum rekonstruksionalisme menggunakan disiplin ilmu-ilmu sosial
dan metode ilmiah (Muhmidayeli: 2011).
Pada masa pandemi covid-19 ini pendidikan harus berupaya untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang demikian berkembang dengan sangat cepat. Oleh karena itu, rekonstruksi
dilaksanakan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan
teknologi kontemporer. Dengan demikian belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah
pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,
pengertian penghargaan, minat, penyesuaian diri, serta memahami segala
aspek organisme atau pribadi seseorang.
Sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran
yang bersifat konvensional, kental dengan suasana instruksional dan dirasa
kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Lebih dari itu kewajiban pendidikan dituntut untuk memasukkan
nilai-nilai moral, budi pekerti luhur, kreativitas, kemandirian dan
kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan dalam sistem pembelajaran
konvensional. Sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam
mengakomodasi perkembangan materi kompetensi karena guru harus intensif
menyesuaikan materi pelajaran dengan perkembangan teknologi terbaru.
Dengan demikian dimensi pendidikan pada masa pandemi covid-19 ini
menekankan terjadinya rekonstruksi dan transformasi terkait dengan strategi,
metode, media pembelajaran ke arah lebih modern, sehingga hal tersebut
mencerminkan pembelajaran bisa dilaksanakan kapan dan di mana saja tanpa
terbatas oleh ruang dan waktu serta rekonstruksionisme merupakan
pendekatan yang relevan dalam mengembangkan pendidikan berbasis
Dimensi Pendidikan Pada Masa Pandemi 191

teknologi. Tanpa rekonstruksi, pendidikan akan selamanya bersifat tradisional


dan tertinggal oleh zaman.

B. Pendekatan Teknologis Pada Pembelajaran


Dewasa ini manusia telah memasuki zaman yang disebut dengan zaman pos
modern, yaitu suatu zaman yang kehidupannya selalu bertumpu pada
kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak bisa dihindari kemajuan
teknologi merupakan kebutuhan pokok manusia dalam melakoni setiap
kehidupan (Sandika, 2011:1). Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan
salah satu produk dari manusia yang terdidik, dan pada gilirannya manusia-
manusia itu perlu lebih mendalami dan mampu mengambil manfaat dari
perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Memahami serta mengambil
manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi tidak mungkin dilakukan oleh
semua manusia dengan kadar dan waktu yang sama. Keterbatasan manusia
dan waktu menuntut adanya spesialisasi yang semakin menajam.
Pendidikan sebagai suatu ilmu, teknologi dan profesi tidak luput dari gejala
perkembangannya. Kalau semula hanya hanya orang tua yang bertindak
sebagai pendidik, kemudian kita mengenal profesi guru yang diberi tanggung
jawab mendidik. Guru yang dianggap sebagai tenaga yang professional di
dalam melaksanakan tugas pembelajarannya di sekolah, konsekuensi logisnya
harus mampu mengatasi persoalan pendidikan dalam bentuk apapun.
Setidaknya dalam proses pembelajaran harus menguasai materi, metodologi,
pendekatan dan mampu memanfaatkan sumber belajar.
Miarso, (2004:165), teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu
disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh
serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara
falsafah, dasar keilmuan itu meliputi ontologi atau rumusan tentang gejala
pengamatan yang dibatasi pada suatu produk telaah khusus yang tidak tergarap
oleh bidang lain, epistemologi yaitu usaha atau prinsip intelektual untuk
memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang telah ditentukan, dan
aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang
ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral atau etika dari nilai seni dan
keindahan estetika.
Berbicara keberhasilan pendidikan, tidak mungkin terwujud jikalau tidak
ditangani dengan pendekatan teknologis. Sering kali terjadi kesalahan
pemahaman tentang konsep teknologi. Anggapan umum bahwa, teknologi
192 COVID-19: Perspektif Pendidikan

hanya berkaitan erat dengan dengan mesin yang berada di perusahaan atau
industri untuk memproduksi barang yang berat-berat. Dengan pemahaman
yang keliru seperti ini, maka muncul persepsi yang salah terhadap terminologi
kata teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan dianggap sebagai mesin atau
perangkat keras untuk pendidikan. Teknologi pendidikan sesungguhnya tidak
sama pengertiannya dengan teknologi dalam pendidikan, atau teknologi dalam
perusahaan.
Teknologi pendidikan ketika masa pandemi covid-19 ini nampaknya hadir
sebagai alternatif dalam pendidikan. Teknologi pendidikan yang biasanya
merupakan opsi kedua dalam proses pembelajaran namun sekarang sudah
menjadi hal yang mendominasi. Berbagai aplikasi yang telah digunakan dalam
proses pembelajaran berlangsung seperti Google Classroom, Zoom Meeting,
Google Meet, Webex, dan lainnya. Bahkan di kota Denpasar memiliki aplikasi
tersendiri yang telah dibuat seperti aplikasi Lentera Denpasar dengan fitur
aplikasinya yang dilengkapi dengan absensi, tugas, materi dan menariknya lagi
aplikasi ini langsung dipantau oleh Dinas Pendidikan kota Denpasar serta
langsung terkoneksi dengan guru mata pelajaran, wali kelas, orangtua siswa,
serta siswa itu sendiri. Hal ini berupaya untuk lebih membiasakan kepada
peserta didik sekarang untuk lebih aktif dengan menggunakan media teknologi
dalam pendidikan.
Belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing).
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran
tidak efektif yang tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa selama
proses pembelajaran berlangsung, sebab sebuah pembelajaran harus memiliki
sejumlah tujuan yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka suasana dalam pembelajaran akan
sunyi, anak sebagai pendengar pasif, tidak ada aktivitas konkret,
membosankan dan belajar tidak efektif menyebabkan tidak kritis, tidak kreatif,
komunikasi buruk dan apatis. Karena belajar bukanlah menghapal bukan pula
mengingat. Belajar adalah suatu upaya atau proses yang diharapkan dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan
kemampuan, daya reaksi, daya penerimaanya dan lain-lain aspek yang ada
pada individu.
Hadirnya teknologi pendidikan sebagai dominasi dalam pembelajaran di masa
pandemi covid-19 sekarang ini bukanlah hal yang baru lagi, tetapi sudah
Dimensi Pendidikan Pada Masa Pandemi 193

menjadi pilihan yang mulai terbangun serta harus dilakukan untuk mengikuti
transformasi dan modernisasi. Dunia pendidikan yang sekarang harus
mengikuti perkembangan zaman yang akan serba digital ini. Para guru agar
mulai meninggalkan media pembelajaran yang bersifat konvensional serta
tidak membatasi lingkup pembelajaran dalam gedung ataupun tembok
pembatas kelas. Dengan pendekatan teknologis dalam pembelajaran akan lebih
memudahkan dalam penyajian materi, mencari sumber atau referensi
pembelajaran dan hal tersebut tentunya mampu meningkatkan kemampuan
peserta didik.

C. Motivasi Peserta Didik Dalam Belajar


Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari
faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa
dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa dorongan yang kuat, baik
dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak
kalah pentingnya, dorongan tersebutlah yang dinamakan motivasi dalam
belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat
diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku (Uno, 2012: 3).
Menurut Uno (2012: 23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku. Beberapa indikator motivasi belajar, yaitu 1) adanya hasrat dan
keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3)
adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam
belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan 6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan peserta didik
dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan deskripsi di atas, motivasi dapat dirumuskan sebagai sesuatu
kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk
beraktivitas. Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya
rangsangan-rangsangan dari dalam maupun luar diri manusia, sehingga
seorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas
tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.
194 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Pendidikan pada masa pandemi covid-19 ini tentunya membawakan dampak


pada motivasi belajar siswa yang beragam. Dengan dimulai dari penyediaan
layanan pembelajaran yang disediakan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia melalui siaran “Belajar dari Rumah” di
sebuah stasiun TVRI dari tingkat TK, SD, SMP serta SMA dengan jadwal
belajar serta materi yang telah ditentukan serta penyediaan aplikasi khusus
untuk kota Denpasar yaitu aplikasi “Lentera Denpasar” dengan fitur belajar
yang lengkap akan menyebabkan motivasi belajar yang meningkat, hal ini
dikarenakan media-media yang digunakan lebih menarik serta kekinian
dibandingkan dengan media yang bersifat konvensional. Serta berbagai
perguruan tinggi atau instansi lainnya dengan intens mengadakan seminar web
(webinar) melalui Zoom Meeting, Google Meet, Webex serta aplikasi lainnya
yang menyebabkan peserta yang ikut belajar tidak hanya pada instansi tersebut
atau di dekatnya yang biasanya harus hadir pada ruang pertemuan, akan tetapi
sekarang bisa diikuti seluruh wilayah Indonesia atau bahkan luar negeri
sekalipun.

SIMPULAN
Sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran
yang bersifat konvensional, kental dengan suasana instruksional dan dirasa
kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Rekonstruksionalisme merupakan pendekatan yang relevan dalam
mengembangkan pendidikan berbasis teknologi. Tanpa rekonstruksi,
pendidikan akan selamanya bersifat tradisional dan tertinggal oleh zaman.
Pada masa pandemi covid-19 ini pendekatan teknologi hadir sebagai alternatif
dalam pendidikan. Teknologi pendidikan yang biasanya merupakan opsi
kedua dalam proses pembelajaran namun sekarang sudah menjadi hal yang
mendominasi. Berbagai aplikasi yang telah digunakan dalam proses
pembelajaran berlangsung seperti Google Classroom, Zoom Meeting, Google
Meet, Webex, dan lainnya. Bahkan di kota Denpasar memiliki aplikasi
tersendiri yang telah dibuat seperti aplikasi Lentera Denpasar dengan fitur
aplikasinya yang lengkap. Dengan demikian akan mampu menumbuhkan
motivasi belajar dari peserta didik, karena menggunakan media-media yang
modern serta kekinian.
Dimensi Pendidikan Pada Masa Pandemi 195

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Muhammad. 2017. Filsafat Pendidikan. Depok: Kencana Prenada
Media Group.
Jalaluddin dan Idi, Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Kristiawan, Muhammad. 2016 Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours.
Yogyakarta: Valia Pustaka.
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group dan Pustekkom DIKNAS.
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
Sandika, I Ketut. 2011. Pendidikan Menurut Veda. Denpasar: Pustaka Bali
Post.
Uno, Hamzah B. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
196 COVID-19: Perspektif Pendidikan
Peran Orang Tua Dalam
Mengatasi Perilaku
Menyimpang Anak Dalam
Belajar Dari Rumah Di Masa
Pandemi Covid-19
(Perspektif Pendidikan Agama
Hindu)
I Made Putra Aryana
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu Negara yang terdapak pandemic COVID-19
sehingga pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan di berbagai sektor
kehidupan. Presiden RI mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres)
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-
Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana
Nasional, memuat empat poin penting, yaitu: (1), bencana non-alam yang
diakibatkan oleh penyebaran COVID-19 sebagai bencana nasional, (2),
penanggulangan bencana nasional yang diakibatkan oleh penyebaran COVID-
19 dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
melalui sinergi antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, (3),
198 COVID-19: Perspektif Pendidikan

merupakan perintah kepada Gubernur, Bupati dan Walikota sebagai Ketua


Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di daerah dalam menetapkan
kebijakan di daerah masing-masing harus memperhatikan kebijakan
Pemerintah Pusat, dan (4), tentang penetapan tanggal berlaku Keppres
tersebut.
Dalam rangka menekan penyebaran COVID-19 pemerintah melakukan
kebijakan di segala aspek kehidupan. Kebijakan yang mendasar dilakukan
adalah social distancing atau physical distancing. Physical distancing
dilakukan dengan pembatasan kegiatan masyarakat di luar rumah seperti
belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah dari rumah.
Pelaksanaan belajar dari rumah tentu hasilnya tidak sama, seperti yang
dilakukan melalui pembelajaran langsung di sekolah. Pembejaran dari rumah
yang ditekankan adalah pendidikan informal yang dilaksanakan dalam suatu
keluarga, di samping pendidikan formalnya melalui tugas atau kelas online.
Pembelajaran formal jarak jauh tanpa pendidikan informal yang baik, rentan
terjadinya perilaku menyimpang pada anak. Penyebab utama penyimpangan
tersebut adalah situasi dan kondisi keluarga yang negatif. Orang tua dalam
suatu keluarga merupakan penentu seperti apa anak bersangkutan nantinya.
Anak kelak merupakan refleksi dari pendidikan yang diberikan orang tua
terhadap anak bersangkutan. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan
utama.
Orang tua adalah orang yang melahirkan, mengasuh dan mendidik anak-
anaknya dalam suatu keluarga batih. Pendidikan informal dalam keluarga
sangat menentukan moral dan karakter anak. Kepercayaan dan pemahaman
orang tua terhadap ajaran-ajaran agama Hindu merupakan kunci utama
pendidikan keluarga. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama
bagi anak-anaknya untuk membentuk putra suputra.
Tujuan dari pendidikan khususnya pendidikan agama Hindu adalah terwujud
anak yang suputra merupakan sinar keluarga, yang tentunya tercetak dari
keluarga yang harmonis, selaras dan santih. Keharmonisan keluarga bukan
hanya berdampak pada sikap dan perilaku anak, melainkan bedampak pada
sorot pandang orang lain yang menjadikan keluarga harmonis sebagai bahan
untuk dicontoh demi kelanggengan keluarga yang bahagia. Kepercayaan dan
pemahaman orang tua terhadap ajaran agama Hindu sebagai pedoman hidup
akan berdampak pula dalam kehidupan keluarga khususnya terhadap perilaku
dan karakter anak. Demikian pula sebaliknya orang tua yang acuh terhadap
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 199

pendidikan anak dan bahkan tidak menanamkan nilai-nilai agama Hindu pada
anak secara otomatis anakpun akan melakukan perilaku-perilaku menyimpang,
terlebih di masa pandemi COVID-19.

PEMBAHASAN
A. Peran Orang Tua dalam Keluarga Batih
Agama Hindu mengajarkan empat tahapan hidup yang dilalui dalam
kehidupan di dunia ini. Tahapan/jenjang hidup tersebut terjalin erat satu
dengan yang lainnya, jenjang yang lebih awal merupakan persiapan untuk
melanjutkan ke jenjang hidup berikutnya guna menuju tujuan hidup yaitu
jagadhita dan moksa. Empat tujuan hidup tersebut disebut dengan Catur
Asrama (Tim Bali Aga, 2009: 36), bagian-bagiannya yaitu: (1). Brahmacari
asrama (masa menuntut ilmu), (2). Grihasta asrama (masa berumah
tangga/berkeluarga), (3). Wanaprastha asrama (masa kehidupan mengasingkan
diri di hutan untuk ketenangan lahir batin), dan (4). Bhiksuka/sanyasin asrama
(masa hidup mengelana mengamalkan ilmu suci). Kekawin Nitisastra
(Sudirga, 2007:56) juga menjelaskan sebagai berikut.
Taki-taki ning sewaka guna widya, semarawisaya rwang puluh ing
ayusya, tengahi tuwuh san wacana gogonta, patilaring atmeng tanu
panguroken.
Niti Sastra, II.1.
Terjemahannya.
Seorang pelajar wajib menuntut ilmu pengetahuan dan keutamaan, jika sudah
berumur dua puluh tahun orang boleh kawin, jika setengah tua berpeganglah
pada ucapan yang baik hanya tentang lepasnya nyawa kita mesti berguru.
Jenjang kehidupan manusia dibagi menjadi empat, yang pertama adalah
brahmacari, saat umur masih muda kemudian grehasta, setelah cukup dewasa,
selanjutnya wanaprastha setelah umur setengah lanjut dan terakhir bhiksuka
setelah umur lanjut. Awal masa kehidupan manusia dimulai dari masa
brahmacari, masa ini digunakan mengejar pengetahuan dan keutamaan. Pada
masa bahmacari ini semua nafsu dikendalikan utamanya nafsu seksual.
Selanjutnya diikuti masa grihastin yaitu masa berumah tangga dan
200 COVID-19: Perspektif Pendidikan

berkeluarga. Masa ini merupakan masa melaksanakan dharma sebagai umat


Hindu, salah satu kewajiban masa grihasta adalah melahirkan keturunan.
Dilanjutkan masa wanaprasta yaitu perlahan-lahan melepaskan kehidupan
keduniaan dan melepaskan kemewahan dunia. Paling akhir adalah masa
bhiksuka/sanyasin yaitu sudah secara penuh melepaskan kehidupan keduniaan.
Pada masa ini digunakan melaksanakan dharma kemana-mana demi persiapan
menjelang akhir kehidupan.
Titib (2003: 99) dalam bukunya Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama
Hindu mengungkapkan keluarga inti disebut juga keluarga batih (nuclear
family) yang terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak-anak mereka
yang belum kawin. Sedangkan keluarga besar terdiri lebih dari satu keluarga
inti (extended family), keluarga inti maupun keluarga besar adalah nenek
moyangnya sama.
Berkaitan dengan keluarga, peran orang tua (ayah/ibu) adalah kegiatan yang
dilakukan seseorang dalam kedudukannya sebagai seorang ayah/ibu terhadap
anaknya. Ayah berkewajiban mencari nafkah dan di dalam rumah juga
berkewajiban mendidik anaknya. Ayah merupakan panutan dalam keluarga,
memberikan pedoman yang jelas, mengarahkan dan membimbing anak-
anaknya. Ibu mengandung, melahirkan dan menyusui anaknya serta mengasuh
dan membesarkan dengan kasih sayang. Ibu juga mengelola rumah tangga
agar setiap orang dapat hidup sehat, tidur, makan dan minum secukupnya.
Keluarga adalah tempat terbaik penyemaian nilai-nilai agama Hindu. Guru
rupaka dalam keluarga memiliki peranan yang sangat strategis dalam
mentradisikan praktek-praktek keagamaan sehingga nilai-nilai agama Hindu
dapat ditanamkan ke dalam jiwa anak dengan materinya mengacu pada
sumber-sumber agama Hindu itu sendiri. Pada intinya setiap keluarga
menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material yang layak, selaras dan seimbang antar anggota keluarga dengan
masyarakat serta lingkungan.
Orang tua dalam suatu keluarga merupakan penentu kelangsungan hidup
keluarga bersangkutan. Peran orang tua dalam mengambil kebijakan keluarga
sangat menentukan baik baik atau tidaknya suatu keluarga. Orang tua
merupakan kepala keluarga yang menentukan segala urusan dalam keluarga
termasuk perencanaan dan pengawasan keluarga. Hal tersebut juga diuraikan
dalam mantra Veda yang diuraikan oleh Titib (1996: 396) sebagai berikut.
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 201

Mameyam astu poṣyā,


Mahyaṁ tvādād bṛhaspatiḥ.
Mayā patyā prajāvati,
Saṁ jīva śaradaḥ śatam.
Atharvaveda XIV. 1. 52.
Terjemahannya.
Mempelai wanita ini harus didukung. Dewa Brahaspati telah memberikan
engkau kepada aku. Wahai penganten wanita, semoga engkau hidup dengan
senang bersama aku (suamimu) selama seratus tahun, bersama-sama dengan
keturunanmu.
Lebih lanjut mantra Veda menguraikan bahwa orang tua berperan sebagai
perencana keluarga (Titib, 1996: 397) sebagai berikut.
Bahupraja nirrtim a vivesa.
Rgveda I. 164. 32.
Terjemahannya.
Seorang lelaki yang terlalu banyak punya anak, selalu menderita.
Mantra Veda juga menguraikan tugas-tugas orang tua dan pengawasan orang
tua terhadap keluarga (Titib, 1999: 399-400) sebagai berikut.
Varasup, devakama syona,
Sam no bha va dvipade
Sam catuspade.
Rgveda. X. 85. 43.
Terjemahannya.
Mampelai wanita seharusnya melahirkan anak laki-laki yang gagah berani,
menyembah para dewa, ramah dan menyenangkan kepada semua orang-orang
dan binatang-binatang di keluarga itu.
Yatri rad yatri-asi yamani
Dhruva-asi dharitri.
202 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Yajurveda. XIV. 22.


Terjemahannya.
Wanita adalah pengawas keluarga. Dia cemerlang. Dia mengatur yang lain-
lain dan dia sendiri menjalankan aturan-aturan.
Dia adalah modal (aset) untuk keluarga.
Dia menopang keluarga.
Uraian mantra Veda tersebut menyiratkan bahwa tujuan perkawinan adalah
membentuk putra suputra. Dari putra yang dihasilkan tersebut, orang tua wajib
memberikan pendidikan khususnya pendidikan kerohanian sebagai bekal
moral dan karakter anak. Orang tua merupakan guru rupaka dalam keluarga
batih bagi anak-anaknya. Perkawinan mendambakan hidup sejahtera dan
bahagia. Tujuan perkawianan itu meliputi dharmasampatti (bersama-sama,
suami-istri mewujudkan pelaksanaan dharma), praja (melahirkan keturunan)
dan rati (menikmati kehidupan seksual dan kepuasan indria lainnya). Jadi
tujuan utama dari perkawinan adalah melaksanakan dharma. Dalam
perkawinan, suami-istri hendaknya berupaya jangan sampai ikatan tali
perkawinan retak atau lepas. Pasangan suami-istri hendaknya dapat
mewujudkan kebahagiaan, tidak terpisahkan (satu dengan yang lainnya),
bermain riang gembira dengan anak-anak dan cucu-cucunya (titib, (1996:
394).
Perkawinan bertujuan melahirkan keturunan yang suputra yang
mengharumkan nama keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Anak yang
dilahirkan tidak secara alami menjadi putra suputra. Proses pembentukan putra
suputra dimulai dari pendidikan dalam kehidupan keluarga sejak dini sebelum
anak mengenal pendidikan formal di bangku sekolah dan pendidikan non
formal di masyarakat. Pendidikan akan berhasil apabila ketiga jalur pendidikan
tersebut berjalan dengan seimbang. Pemegang peranan utama adalah
pendidikan di lingkungan keluarga karena pendidikan dalam keluarga adalah
pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan yang pertama dimaksudkan
pendidikan yang pertama kali diperoleh anak sebelum mengenal pendidikan
yang lain di luar keluaraga atau rumah tangga. Pendidikan yang utama
dimaksudkan pendidikan dasar yang nantinya menentukan karakter anak
bersangkutan di lingkungan yang lebih luas. Sehingga orang tua di rumah
merupakan guru yang pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 203

Agama Hindu mengajarkan empat guru yang wajib dihormati dalam


kehidupan yang dikenal dengan nama catur guru. Guru yang disebut catur guru
tersebut yaitu: (1). Guru Rupaka, adalah orang tua (ibu dan bapak), (2). Guru
Pengajian, yakni para pendidik, (3). Guru Wisesa, yaitu Pemerintah, dan (4).
Guru Swadyaya, adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tim Bali Aga, 2009:
47). Guru rupaka dalam keluarga berperan melaksanakan semua dharma
dalam kehidupan grhastin (berumah tangga) salah satunya menjadikan
anaknya putra suputra yang memiliki sifat-sifat mulia (Titib, 1996: 413)
sebagai berikut.
Sa vahnih putrah pitroh pavitravan,
punati dhiro bhuvanani mayaya.
Rgveda VI. 160.3).
Terjemahannya.
Putra dari orang tua (ayah) yang mulia, saleh, gagah-berani, dan berseri-seri
bagai Sang Hyang Agni membersihkan (menyucikan) dunia ini dengan
perbuatan-perbuatannya yang hebat.
Anak harus memiliki sifat yang mulia, gagah berani, dan berseri-seri. Anak
diharapkan memiliki sifat Dewa Agni sebagai sarwa baksa yaitu mampu
menghancurkan (memakan) apa saja yang dekat dengannya. Sifat sarwa baksa
tersebut dikatakan dapat menyucikan (membersihkan) dunia dari kekotoran.
Dewa Agni juga memberikan semangat dengan kobaran dan nyala api dan
baranya sehingga disebut bersifat ksatria. Dengan demikian seorang anak
dikatakan mulia dapat diketahui dari perilaku, sikap dan perbuatannya-
perbuatannya yang nyata dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Orang tua dalam keluarga terdiri dari bapak dan ibu. Pertama-tama, peranan
bapak atau ayah sangat menentukan karena bapak adalah kepala keluarga.
Sebagai kepala keluarga, bapak amat menentukan arah pembinaan keluarga di
mana tiap anggota dapat menjadikan wadah kehidupan bersama untuk mencari
kebahagiaan lahir dan batin. Agar keluarga dapat menjadi wadah kehidupan
bersama untuk membina kehidupan keluarga, peranan seorang bapak atau
ayah dalam keluarga haruslah maksimal. Dalam kekawin Niti Sastra
disebutkan syarat-syarat seorang bapak dapat disebut bapak atau pitra yakni
apabila telah melakukan lima kewajiban (Wiana, 1997: 189-192).
204 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Lima kewajiban tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:


1. Sang Ametuaken, artinya yang menyebabkan kelahiran.
2. Sang matulung urip rikalaning baya, artinya kewajiban seorang bapak
melindungi nyawa si anak dari ancaman bahaya.
3. Sang maweh bijojana, artinya orang yang dapat disebut bapak adalah
orang yang dapat memberikan anggota keluarganya makan dan
kebutuhan-kebutuhan material lainnya.
4. Sang mangupadyaya. Seorang dapat disebut bapak apabila ia
bertanggung jawab pada pendidikan anak-anaknya.
5. Sang anyangaskara. Seorang bapak mempunyai tanggung jawab
menyucikan anak melalui upacara sarira samskara yang di Bali lebih
populer dengan nama manusa yajna.

Kewajiban istri sebagai ibu rumah tangga adalah sebagai pengawas keluarga.
Fungsi pengawas keluarga dilakukan oleh seorang istri dengan kekuatan kasih
sayangnya. Dengan kasih sayang ia mendidik anak-anaknya agar menjadi
putra-putri yang baik. Demikian pula dengan cinta kasih ia kendalikan
suaminya sebagai penguasa keluarga agar jangan menyalahgunakan
kekuasaannya untuk bertindak sewenang-wenang baik kepada istri, anak, adik-
adik maupun kepada orang tua dan mertua serta ipar-iparnya (Wiana, 1997:
193-195).
Badan Narkotika Nasional (2007: 123) menguraikan bahwa sering orang
berpendapat mendidik terdiri dari nasihat, larangan atau perintah. Cara
demikian kurang tepat, karena bersumber dari sikap otoriter (sok kuasa) orang
tua terhadap anak. Orang tua harus menganggap anak sebagai manusia yang
mempunyai harga diri, yang mempunyai pendapat dan kemauan sendiri,
sehingga mendidik dengan cara memaksa tidak dapat dibenarkan, karena anak
bukan robot, bukan mahkluk yang harus bertindak seperti mesin yang dapat
dikendalikan.
Orang tua memiliki tugas dan kewajiban untuk memberikan pendidikan moral
dan budi pekerti untuk menjadikan anak seorang anak yang suputra.
Pendidikan budi pekerti lebih efektif apabila diberikan melalui keteladanan
perilaku sehari-hari orang tua. Keteladanan orang tua yang dimaksudkan orang
tua wajib menyadari bahwa anak sebagai pengintimidasi segala hal dan yang
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 205

diintimidasi pertama-tama kreativitas dalam lingkungan keluarga batih


utamanya adalah orang tuanya sendiri.
Subagiasta (2007: 105) menyebutkan bahwa anak yang sudah dewasa diamati
saja perilakunya. Lebih banyak pada pengawasan dan perlakuan secara dewasa
pula. Tidak banyak didikte, seperti para mahasiswa, berikan kesempatan
mandiri untuk bertindak, asal tidak lepas kontrol. Anak jangan dimanjakan.
Anak perlu diberikan sanksi atau hukuman jika diperlukan. Hukuman yang
pantas bertujuan menyadarkan dalam pendidikan adalah perlu asalkan tidak
membuat sampai cacat fisik. Berikan hanya nasihat spiritual atau sastra Hindu
yang bermanfaat. Jangan tongkat disayangi yang akhirnya yang rusak adalah
anak itu sendiri. Berikan sekali waktu cemeti tetapi perubahan ke arah perilaku
yang mulia.
Mendidik adalah membimbing anak supaya dewasa. Pendidikan ditujukan
kepada seluruh kepribadian anak, yaitu aspek pengetahuan, perasaan, kemauan
dan perilakunya sehingga mampu bertanggung jawab atas setiap tindakannya.
Seseorang dikatakan dewasa jika telah mampu menentukan diri, menjadi
manusia atas tanggung jawabnya sendiri. Orang tua adalah pendidik yang
paling dekat dengan anak, memiliki tanggung jawab penuh terhadap
kelangsungan pendidikan anaknya. Orang tua merupakan pengawas setiap
perilaku yang dilakukan anak-anaknya berdasarkan peraturan keluarga. Veda
Pedoman Praktis Kehidupan oleh Titib (1996: 400) menguraikan orang tua
sebagai pengawas bagi perilaku keluarga khususnya anak, sebagai berikut.
Yantri rad yantri-asi yamani
Dhruva-asi dharitri.
Yajurveda XIV. 22.
Terjemahannya.
Wanita adalah pengawas keluarga. Ia cemerlang. Ia mengatur yang lain-lain
dan dia sendiri menjalankan aturan-aturan.
Dia adalah modal (aset) untuk keluarga.
Dia menopang keluarga.
Seorang ibu merupakan pengawas setiak perilaku anggota keluarga. Termasuk
dirinya sendiri harus taat terhadap aturan. Jadi setiap perilaku yang ditunjukkan
206 COVID-19: Perspektif Pendidikan

anak berada di bawah pengawasan/kontrol orang tua. Dengan demikian


perilaku menyimpang dapat dihindari dalam keseharian anak.
Hidup di dunia ini adalah campuran dari senang dan susah. Banyak
kesenangan dapat dinikmati, tetapi banyak pula susah dan sakit yang diderita
orang. Bila orang dapat menghindari diri secara benar dari susah dan sakit,
kebahagiaanpun akan lebih cepat dirasakan. Untuk mencapai tujuan, hidup
harus dikelola dengan baik dan benar. Wiana (2006: 133-136)
mengungkapkan ada tiga sumber penyakit dalam hidup manusia.
Penyakit tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
1. Adhyatmika wyadhi, yaitu sakit yang timbul dari dalam diri sendiri.
Timbulnya penyakit tersebut karena kerja organ tubuh tidak normal
sebagaimana mestinya dan tidak normalnya kerja alam pikiran.
2. Adibhautika wyadhi, yaitu sakit yang disebabkan oleh faktor luar
tubuh, seperti terpukul oleh benda keras, kena gigitan binatang atau
kuman penyakit atau terserang cuaca buruk. Serangan-serangan dari
luar yang bersifat nonfisik seperti kena fitnah, kena penghianaan,
kena marah, kena umpatan, dibohongi dan ditipu. Kesemuanya itu
dapat mendatangkan penyakit fisik, gangguan perasaan dan gangguan
jiwa.
3. Adi dewika wyadhi, yaitu sakit yang disebabkan oleh nasib, sakit
yang diderita kemungkinan disebabkan oleh perbuatan dosa yang
pernah dilakukan pada penjelmaan di masa lampau.

Disebutkan juga ada enam kelemahan sebagai manusia. Kelemahan tersebut


dapat disebutkan secara ringkas sebagai berikut.
1. Janma, berarti menjelma sebagai manusia, yang dalam karma
wesananya masih melekat perbuatan-perbuatan tidak baik. Sehingga
penjelmaan ini ditunjukan untuk memperbaiki diri dengan
meningkatkan perbuatan dharma agar dikemudian hari dapat
mencapai moksa.
2. Mertyu, yang artinya mati. Bahwa setiap mahkluk yang pernah
dilahirkan pasti pernah dan akan mati.
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 207

3. Jara, artinya umur tua. Setelah usia renta, stamina jiwa raga akan
menurun sehingga kesempatan untuk melakukan dharma makin
berkurang.
4. Vyadi, artinya sakit. Sakit banyak menyita waktu, biaya, tenaga dan
kesempatan dalam mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat.
5. Dhuka, artinya sedih. Dalam keadaan sedih seseorang tidak dapat
memanfaatkan peluang hidup menjadi manusia untuk berbuat sesuatu
yang bermanfaat.
6. Dosa, artinya kesalahan, cacat cela, noda dan keburukan. Dosa adalah
perbuatan yang melanggar dharma.

Manusia yang mengalami ketiga macam penyakit dan enam kelemahan


tersebut sudah tentu akan mengalami goncangan jiwa sehingga diperlukan cara
penyelesaian yang tepat berdasarkan sastra-sastra agama. Anak (remaja) yang
masih dalam kondisi labil saat tertimpa derita seperti tersebut di atas mencari
penyelesaian dengan cara yang tidak tepat yang berakibat buruk bagi dirinya
sendiri, keluarga dan masyarakat. Untuk menghindari perilaku menyimpang
pada anak tersebut diperlukan seorang tokoh/figur yang dapat motivasi dan
orang yang tepat untuk mencurahkan isi hatinya. Peran orang tua merupakan
tokoh/figur anak dalam keluarga karena orang tua yang semestinya paling tahu
dan mengerti tentang permasalahan anaknya. Komunikasi antara antara orang
tua dan anak dalam suatu keluarga disertai dengan kasih sayang sesama
anggota keluarga akan memberikan motivasi kehidupan bagi anak di saat anak
mengalami suatu masalah serta sebagai sandaran hati anak dalam memecahkan
masalahnya tersebut.

B. Kiat-Kiat Orang Tua dalam Mengatasi Perilaku


Menyimpang Anak di Masa Pandemi COVID-19
Indonesia adalah salah satu Negara yang terdapak pandemic COVID-19
sehingga pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan di berbagai sector
kehidupan. Kebijakan yang mendasar dilakukan adalah social distancing atau
physical distancing. Physical distancing dilakukan dengan pembatasan
kegiatan masyarakat di luar rumah seperti belajar dari rumah, bekerja dari
rumah dan beribadah dari rumah.
208 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Pelaksanaan belajar dari rumah tentu hasilnya tidak sama, seperti yang
dilakukan melalui pembelajaran langsung di sekolah. Pembejaran dari rumah
lebih ditekankan adalah informal yang dilaksanakan dalam suatu keluarga, di
samping pendidikan formalnya melalui tugas atau kelas online. Pembelajaran
formal jarak jauh tanpa pendidikan informal yang baik, rentan terjadinya
perilaku menyimpang pada anak. Penyebab utama penyimpangan tersebut
adalah situasi dan kondisi keluarga yang negatif. Orang tua dalam suatu
keluarga merupakan penentu seperti apa anak bersangkutan nantinya. Anak
kelak merupakan refleksi dari pendidikan yang diberikan orang tua terhadap
anak bersangkutan. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama.
Perilaku menyimpang adalah perilaku sebagai kebiasaan sebagai suatu
karakter yang menyalahi dan menyeleweng dari hukum, kebenaran dan
ketentuan/norma agama yang ditampilkan anak dalam suatu keluarga.
Sehingga peran keluarga dalam mendidik anaknya sangat utama karena
melalui pemahaman orang tua terhadap ajaran agama Hindu dapat
menghindari anaknya dari perilaku menyimpang sehingga dapat menjadikan
anaknya seorang anak yang suputra. Perilaku menyimpang tersebut muncul
karena kurang pembinaan dan kesalahan pendidikan agama Hindu oleh orang
tua kepada anak. Anak biasanya menunjukkan perilaku brutal dan mengarah
ke tindakan kriminal.
Teori belajar S-R Bond atau asosiasi dengan tokohnya Edward Lee Thorndike,
mengemukakan bahwa belajar akan terjadi kalau dikontak hubungan antara
orang bersangkutan dengan benda-benda yang ada di luar. S-R Bond diartikan;
S adalah stimulus dari luar diri seseorang dan R adalah respons orang
bersangkutan, sedangkan Bond adalah hubungan atau asosiasi. Thorndike
(Baharuddin, 2010: 64-65) menyatakan bahwa perilaku belajar manusia
ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan
respons secara refleks. Stimulus yang terjadi setelah sebuah perilaku terjadi
akan memengaruhi perilaku selanjutnya. Dari eksperimen ini Thorndike telah
mengembangkan hukum law of effect. Hukum law of effect menyatakan
bahwa jika sebuah tindakan diikuti oleh perubahan yang memuaskan dalam
lingkungan, maka kemungkinan tindakan itu akan diulang kembali akan
semakin meningkat. Sebaliknya jika sebuah tindakan, diikuti oleh perubahan
yang tidak memuaskan, maka tindakan itu mungkin menurun atau tidak
dilakukan sama sekali. Dengan kata lain konsekuen-konsekuan dari perilaku
seorang akan memainkan peran penting bagi perilaku-perilaku yang akan
datang. Stimulus yang dimunculkan oleh orang tua dapat bersifat positif dan
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 209

negatif demikian pula respons yang akan ditampilkan anak dapat bersifat
positif dan negatif.

C. Maksimalisasi Peran Orang Tua sebagai Orang Tua di


saat anak belajar dari rumah
Berkaitan dengan pendidikan, Titib (2004: 27-29) menyebutkan sloka
Sarascamuscaya yang menguraikan hakekat makna penjelmaan manusia
adalah proses pendidikan, proses belajar mencapai kehidupan yang lebih baik,
melalui perbuatan baik. Sloka tersebut sebagai berikut.
Manusah sarvabhutesu varttate vai subhasubhe,
Asubeshu samavistam subhesveva vakarayet.
Sarascamuscaya (2).
Terjemahannya.
Sebab di antara semua mahkluk hidup hanyalah manusia yang dapat
melaksanakan perbuatan baik atau buruk, entaslah perbuatan buruknya
(asubhakarma) dengan jalan berbuat baik (subhakarma). Demikianlah
pahalanya menjelma sebagai manusia.
Upabhogaih parityaktam natmana mawasadayet,
Candalatvepi manusyam sarvata tatha durlabham.
Sarascamuscaya (3).
Terjemahannya.
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh utama, karena ia dapat
menolong dirinya dari samsara (menjelma berulang kali), dengan jalan
perbuatan baik, demikian keuntungannya menjelma sebagai manusia.
Iyam hi yonih prathama yam prapya jagatipate,
Atmanam sakyate tratum karmabhih subhalaksanaih.
Sarascamuscaya (4).
Terjemahannya.
Orang yang tidak mau melaksanakan perbuatan baik (subhkarma), dianggap
sebagai penyakit, obatnya dalam neraka, bila ia meninggal. Orang demikian
210 COVID-19: Perspektif Pendidikan

dianggap orang yang sakit yang pergi ke suatu tempat yang tidak menyediakan
obat-obatan; kenyataannya selalu memperoleh penderitaan akibat
perbuatannya.
Iha iva naraka vyadhescikitsam na karoti yah,
Gatva nir aushadam sthanam sarujah kimkarisyati.
Sarascamuscaya (5).
Terjemahannya.
Kesimpulannya, pergunakanlah sebaik-baiknya kesempatan menjelma sebagai
manusia ini, kesempatan yang amat sulit diperoleh, yang merupakan tangga
menuju sorga. Segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi (ke
lembah derita/neraka), hendaknya hal itu terus-menerus dilakukan.
Memperhatikan kutipan sloka di atas, maka kelahiran manusia di bumi adalah
sangat utama dibandingkan dengan mahkluk-mahkluk lainnya. Kemampuan
manusia terletak pada vivekajnana yakni seseorang dapat membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, yang baik (subhakarma) dan yang buruk
(asubhakarma). Kesempatan menjelma sebagai manusia ini sangat sulit
diperoleh. Kehidupan sekarang adalah kesempatan emas, dengan berbuat baik
diibaratkan dengan tangga menuju sorga. Perbuatan tidak baik (asubhakarma)
yang dilakukan akan menjerumuskan manusia. Waktu untuk belajar bersama
orang tua, waktu untuk untuk belajar keagaaman lebih banyak, sehingga di
masa pandemi COVID-19 hendaknya dipakai untuk melakukan subha karma.
Orang tua melakukan yadnya (jnana yadnya) kepada anak demikian pula
sebaliknya anak berbhakti kepada orang tua.
Berkenaan dengan wiweka jnana, Titib (2004: 44-45) menyebutkan kitab suci
Bhagavadgita yang menyatakan ada dua kecenderungan yang memengaruhi
karakter manusia, yakni sifat-sifat kedewataan (daivi sampat) dan sifat-sifat
keraksaaan (asuri sampat). Kedua kecenderungan ini secara langsung maupun
tidak langsung akan membentuk karakter manusa. Bila seseorang
kecenderungan daivi sampat-nya menonjol, maka orang tersebut senantiasa
akan berbuat baik. Namun bila kecenderungan asuri sampat-nya yang
dominan, maka ia akan menunjukkan sifat-sifat dan perilaku yang buruk.
Tentang dua kecenderungan ini, Sri Kresna dalam Bagavadgita menyatakan.
Tejah ksama dhrtih saucam adroho na timanita,
Bhavanti sampadam daivim abhijatasya bharata.
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 211

Bhagavadgita XVI.3.
Terjemahannya.
Berani, pemaaf, teguh, murni, bebas dari kedengkian dan kesombongan, yang
semuanya ini, wahai Bharata (Arjuna) merupakan anugerah pada mereka yang
lahir dengan sifat-sifat devata (daivi sampat).
Dombho darpo ‘Bhimanas ca krodahpurusyam eva ca,
Ajnanam chabijatasya partha sampadam asurim.
Bhagavadgita VVI.4.
Terjemahannya.
Berlagak, angkuh, membanggakan diri, marah dan juga kasar serta bodoh,
semua ini wahai Partha (Arjuna) adalah sifat-sifat mereka yang lahir dengan
kecenderungan raksasa (asuri sampat).
Pada masa pandemic COVID-19 ini, di saat diberlakukan physical distanching
yaitu pembatasan aktivitas di luar rumah baik anak maupun orang tua,
sehingga waktu untuk orang tua bersama anak sangat banyak. Peranan orang
tua untuk memaksimalkan peran sebagai orang tua sangat menentukan.
Artinya ketika anak-anak masih kecil di bawah lima tahun (balita) di dalam
psikologis dinyatakan sebagai masa kemeratu-ratuan, namun ketika usianya
belum remaja, hendaknya diperlakukan dengan disiplin yang ketat dan tegas,
sedang ketika anak itu tumbuh remaja dan menuju kedewasaan hendaknya
diperlakukan sebagai teman. Penjelasan ini ditemukan dalam kitab Nitisastra
yang hendaknya menjadi pegangan setiap pendidik, termasuk pendidik
pertama adalah orang tuanya di rumah. Bila pada masa kanak-kanak tidak
ditanamkan disiplin yang ketat dan tegas, maka ketika remaja yang
bersangkutan akan memperlihatkan karakter negatif yang akan merugikan
yang bersangkutan ketika dewasa nanti.
Orang tua di masa pandemic COVID-19 ini mempunyai waktu yang sangat
panjang untuk menghindari anak dari perilaku menyimpang. Berdasarkan jenis
pendidikan yang diberikan kepada anak, hasil survey yang diperoleh oleh
Darothy Law Nolte, seperti yang diungkapkan Wibawa (2006: 78)
menyebutkan sebagai berikut.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
212 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri.


Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar adil.
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan ia akan menemukan cinta
dalam kehidupan.
Anak yang sudah semakin dewasa dan sudah memiliki logika, seyogyanya
diajarkan untuk jujur, terutama terhadap dirinya sendiri, dari permasalahan
perasaan maupun permasalahan dari dirinya. Kejujuran yang dibiasakan, maka
selanjutnya anak pasti akan jujur terhadap apapun termasuk rahasia
terdalamnya kepada orang tua. Hal ini sangat penting untuk menetralisir hal-
hal negatif yang akan dilakukan anak. Ajaran Tri Kaya Parisudha jangan
hanya diwacanakan, seyogyanya diterapkan untuk mencetak karakteristik anak
yang suputra, agar bisa berbuat, berkata dan berpikir yang baik dan jernih
dalam menjalani hidupnya.
Mengenai tingkatan bimbingan terhadap anak di masa pandemic COVID-19
yang dilakukan orang tua selaku guru rupaka, sesuai dengan tutunan pustaka
suci Niti Sastra 21 (Mimbeng, dkk., 1997: 41-42), menyebutkan sebagai
berikut.
Haywanglalana putra sang sujana dosa temahika winarga tan
wurung;
Akweh sang sujanatilar swa tanayanya pisaningu tikang
waranggama;
Yapwan diksita tadanenulahaken temahan ika sucita castrawan,
Nityanarcana ring wadhujana sirang wara
Sujana luhut mangastuti.
Terjemahannya.
Jangan memanjakan anak, anak yang dimanjakan akan menjadi jahat dan pasti
akan menyimpang dari jalan yang betul;
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 213

Bukan hanya orang bijaksana yang meninggalkan anaknya (perlu bertapa)


apalagi istrinya;
Jika kita dapat menggunakan peraturan ketertiban dan hukum dengan
seksama, maka itu akan menjadi baik perangainya lagi berpengetahuan;
Anak yang semacam itu akan dihormati oleh wanita dan disayangi serta
dihargai oleh orang-orang baik.
Semua bimbingan tersebut di atas, patut diajarkan oleh ibu bapak kepada
anaknya, sebagai mana tuntunan pustaka Niti Sastra (Mimbeng, dkk., 1997:
77-78), sebagai berikut.
Ika hulahen ring cicu ya ta siksan,
Pageha ri kabhyasaning aji tan len,
Apan ikanang yowana wisayabhwat,
Ya tika sedengning tuha muni wretti
Niti Sastra XV.1
Terjemahannya.
Yang harus kita perbuat kepada anak-anak ialah melatihnya dalam hal
menuntut ilmu pengetahuan, tidak lain. Sebab nafsu anak-anak itu memang
sudah ditahan-tahan. Hal ini berubah, jika orang menjadi lebih tua dan tulus
hidupnya.

D. Penanaman Konsep Tri Hita Karana dan Tri Kaya


Parisudha pada Anak di masa physical distancing
Penanaman nilai tata susila oleh orang tua dalam kehidupan umat Hindu
memegang peranan penting di tengah-tengah pandemic COVID-19 sebagai
suatu cara untuk menciptakan hubungan seimbang, selaras dan harmonis
dalam menekan penularan pandemic COVID-19. Tata susila adalah peraturan
tingkah laku yang baik dan mulia yang menjadi pedoman hidup manusia. Tata
susila merupakan peraturan tingkah laku yang dibuat oleh manusia, dipatuhi
oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam hidup pergaulan sehari-
hari guna membina watak manusia menjadi keluarga yang baik, mulia,
anggota masyarakat yang baik, menjadi manusia yang berperilaku mulia dan
membimbing umat Hindu dalam menciptakan hubungan yang harmonis dan
214 COVID-19: Perspektif Pendidikan

selaras antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan alam


semesta dan manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan berbagai
manifestasi-Nya. Ketiga hubungan tersebut disebut dengan istilah Hindu Tri
Hita Karana.
Di samping Tri Hita Karana, ajaran pembentuk moral dan karakter anak yaitu
Tri Kaya Parisudha wajib ditanamkan sejak dini kepada anak. Tri Kaya
Parisuda dimaksudkan adalah mengutamakan perilaku yang baik dan suci,
terdiri dari kayika, wacika dan manacika. Terutama wacika, anak harus
disajikan bahasa-bahasa yang sopan dan santun terutama media online sebagai
media pembelaajaran. Kedua adalah kayika atau perbuatan, anak biasanya
suka meniru apa yang orang tua lakukan di depannya. Seandainya kebiasaan
itu buruk, maka anakpun ikut-ikutan buruk. Ketiga adalah manacika yaitu
pikiran. Pikiran merupakan rajanya semua indria. Pikiran yang buruk, maka
perilaku yang muncul sesuai dengan pikiran yang tertuang.

E. Menjalin Komunikasi Harmonis dengan Anak di masa


pandemic COVID-19
Tujuan orang tua sebenarnya untuk mengkomunikasikan kepada buah hatinya
bahwa anak memiliki hak untuk merasakan apapun yang mereka rasakan,
mengajari sang buah hati untuk menghargai dan menikmati setiap saat dalam
kehidupan sehingga mampu memberi motivasi kepada anak dalam mencegah
serta menghadapi masalah yang mereka hadapi ke depan. Terkadang orang tua
sering lupa untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Ada di antara mereka
yang lebih mementingkan aktivitas masing-masing daripada menjalin
komunikasi dengan anak. Seorang anak tidak hanya membutuhkan materi
namun juga perhatian dan interaksi dengan orang tuanya. Mereka
membutuhkan komunikasi dengan orang tuanya, mereka juga ingin bertukar
pikiran dengan orang tuanya. Sebagai orang tua seharusnya memiliki
kemampuan untuk memusatkan perhatian pada perilaku positif serta tak lupa
pada perilaku buruk sang anak.
Berkaitan dengan komunikasi, Budiningsih, (2004: 73-74) menyebutkan
bahwa kesempatan mengambil peran sosial merupakan suatu yang penting
dalam perkembangan moral. Anak-anak yang maju dalam perkembangan
moral, memiliki orang tua yang juga maju dalam penalaran moral. Orang tua
yang berusaha mengenal pandangan anak, dan yang mendorong terjadinya
dialog, mempunyai anak yang secara moral lebih matang. Di samping dalam
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 215

keluarga, pengambilan peran sosial dalam kelompok sebaya, di sekolah dan di


masyarakat yang lebih luas, akan meningkatkan perkembangan moralnya.
Di masa pandemic ini, orang tua selalu menjalin komunikasi dengan anak
untuk selalu menjaga kesehatan, baik kesehatan diri maupun kesehatan
keluarga serta orang laian. Selalu menyampaikan dan mengingatkan langkah-
langkah pencegahan COVID-19 yang paling efektif meliputi: menjaga
kebersihan tangan (menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor
atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor). Menghindari
menyentuh mata, hidung dan mulut. Menerapkan etika batuk atau bersin
dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu,
lalu buanglah tisu ke tempat sampah. Menggunakan masker jika harus
bepergian ke luar rumah, menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang lain
(physical distancing). Hal tersebut sesuai dengan rekomendasi Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19.
Orang tua juga selalu mendampingi anak dalam belajar dari rumah. Walaupun
anak berada di rumah, tetapi pelaksanaan pmbelajaran tetap berjalan dan
diberikan oleh guru di sekolah. Pembelajaran tersebut berupa penugasan
ataupun kelas online. Orang tua selalu mengingatkan, memantau dan
mendampingi anak dalam belajar. Sehingga media elektronik dan akses
internet tidak dipakai anak untuk hal-hal yang tidak sesuai dengaan
peruntukkannnya.
Kemendikbud, mulai Senin, 13 April 2020, Televisi Republik Indonesia
(TVRI) akan menayangkan program baru dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) yang bertajuk Belajar dari Rumah. Program
tayangan ini menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi siswa, guru,
maupun orang tua, selama masa belajar di rumah di tengah wabah COVID-19.
Program Belajar dari Rumah di TVRI akan diisi dengan berbagai tayangan
edukasi. Pembelajaran tersebut untuk jenjang PAUD hingga pendidikan
menengah, tayangan bimbingan untuk orang tua dan guru, serta program
kebudayaan di akhir pekan, yakni setiap Sabtu dan Minggu. Untuk sementara,
program ini direncanakan akan berjalan selama tiga bulan hingga Juli 2020.
Hal tersebut untuk anak dan orang tuanya tidak memiliki akses internet,
kesulitan menggunakan platform teknologi, hingga keterbatasan dana untuk
kuota internet atau pulsa (kemdikbud.go.id).
Dalam pembelajaran melalui televisi (TVRI) pun, orang tua tetap memantau
anak dan mendampingi anak dalam pembelajaran tersebut. Hal tersebut untuk
216 COVID-19: Perspektif Pendidikan

mengontrol pembelajaran anak, agar sesuai dengan yang diisyaratkan oleh


kurikulum. Sehingga waktru dirumah dipakai belajar dari rumah oleh anak-
anak yang selalu didampingi orang tuanya.

F. Membangun Spiritualitas Anak saat Upacara Otonan


Menjadi spiritual adalah menjalani hidup dengan prinsip dan berdasarkan
kecintaan pada kehidupan. Mendidik anak secara spiritual (spiritual perenting)
adalah tantangan bagi keluarga masa kini. Nilai-nilai modern yang cenderung
bebas-nilai memberikan tantangan sebagai orang tua untuk mengantarkan
anak-anak berhasil mengarungi jalan hidupnya sendiri.
Berkaitan dengan peningkatan spiritual saat hari raya keagamaan, Titib (2004:
4) menguraikan bahwa upacara otonan sebagai peringatan hari kelahiran anak
berdasarkan pancawara, saptawara dan wuku atau juga yang memperingati
melalui kelahiran berdasarkan kalender masehi, maka makna yang terkandung
tidak lain adalah untuk lebih menanamkan pendidikan budhi pekerti yang
luhur, ketaatan dan hormat bhakti kepada orang tua, kepada guru dan tokoh-
tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat. Tradisi Veda yang sujud mencium
kaki ayah bunda, para guru dan orang-orang tua, tokoh agama dan tokoh
masyarakat merupakan tradisi Veda kuno yang hingga kini tetap lestari di
kalangan umat Hindu di India, di kalangan masyarakat Jawa (walaupun kini
tidak masih beragama Hindu) dan hampir tidak tampak dalam tradisi sehari-
hari umat Hindu di Bali. Kini dalam rangka wetonan, tradisi yang baik itu
patut ditumbuhkan lagi dan dilestarikan. Upacara keagamaan yang dilakukan
oleh suami-istri sampai anak lahir, demikian pula sejak anaknya lahir sampai
dewasa mengamanatkan penanaman dan penumbuh-kembangan nilai-nilai
pendidikan budhi pekerti pada diri seorang anak.
Pelaksanaan upacara keagamaan kepada anak bertujuan menumbuhkan moral
dan karakter yang baik. Upacara keagamaan secara umum dan upacara
keagamaan khusus seperti manusa yadnya merupakan penggambungan antara
pendidikan lahiriah dengan pendidikan kerohanian. Upacara otonan
merupakan pemaknaan hidup secara sekala dan niskala ke arah peningkatan
hidup. Pelaksanaan upacara otonan anak, orang tua juga lebih banyak ada
waktu kepada anak. Mempersiapkan sarana upacara, persiapan dan
pelaksanaan upacara otonan itu sendiri. Sehingga melalui otonan anak lebih
banyak menggali nilai-nilai spiritual dari orang tuanya. Pemaknaan upacara
otonan dan terjadinya perubahan perilaku menghindari diri dari perilaku
menyimpang. Pelaksanaan otonan secara tidak langsung menanamkan
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 217

pendidikan budhi pekerti yang luhur, ketaatan dan hormat bhakti kepada orang
tua, kepada guru dan tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat.

G. Nilai Moral yang dijadikan Dasar Berperilaku Orang Tua


Anak yang lahir dari perkawinan harus dididik dan dalam pendidikan itu harus
ada kewibawaan. Menurut keadaan anak itu lama memerlukan bantuan orang
tuanya. Dalam bidang etis, lambat laun anak itu harus mengetahui adanya baik
dan buruk. Dari praktek anak harus tahu mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan demikian harus ada penyuluhan-penyuluhan dan bimbingan-
bimbingan serta bantuan untuk menolong anak itu sampai kepada
kepribadiannya etis. Kepribadian etis berguna supaya anak dengan
pengetahuannya dan pilihannya sendiri, melakukan yang baik. Untuk itu harus
kerap kali ada perintah, ada larangan bertindak, berfikir, semuanya demi
kepentingan anak didik itu. Jadi harus adanya kewibawaan dari pihak pendidik
dan ada kepatuhan dari anak didik itu. Setiap orang tua harus memiliki wibawa
terhadap anaknya. Tujuan utama dari kewibawaan adalah kedewasan anak-
anaknya. Kewajiban anak terhadap orang tua adalah patuh. Kepatuhan ini
demi kepentingan sendiri, yaitu kedewasaanya.
Setiap keluarga mendambakan mempunyai anak yang berdisiplin karena
dengan sikap disiplin akan membuat hidup sehari-hari semakin mulus. Orang
tua yang tidak tegas dalam menerapkan batas-batas akan mendapati anak-
anaknya bertingkah laku semakin tidak terkendali. Tujuan menerapkan disiplin
adalah melatih anak-anak agar mereka kelak mampu bersikap baik serta mulus
dalam menghadapi hidup ini. Tanpa sikap tegas yang ditekankan dan
diteladankan oleh orang tua, anak-anak tidak akan sanggup mengembangkan
daya kontrol di dalam dirinya, sehingga meraka tidak sanggup mengendalikan
diri sendiri. Tanpa berkemauan berdisiplin yang berkembang di dalam dirinya
sendiri, seorang anak kelak akan hidup berantakan. Disiplin adalah sesuatu
yang menyangkut perasaan nyaman dengan diri sendiri maupun dengan orang-
orang lain. Setelah cinta, tidak ada hal lain lagi yang lebih penting yang dapat
diberikan orag tua kepada anaknya selain disiplin (Biddulph, 2006: 47-48).
218 COVID-19: Perspektif Pendidikan

SIMPULAN
Peran orang tua sebagai konseptor perilaku yang ditunjukkan oleh anak
sangatlah penting dalam belajar di rumah dimasa pandemi COVID-19 ini.
Peran orang tua sangat menentukan perkembangan moral dan karakter anak
sampai dewasa. Demi mencegah terjadinya perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh anak, merupakan peran orang tua sebagai pendidik yang
pertama dan utama. Kepercayaan dan pemahaman orang tua terhadap ajaran-
ajaran agama Hindu merupakan kunci utama pendidikan keluarga dalam
belajar di rumah.
Pengkondisian anak oleh orang tua memiliki beberapa peran sebagai berikut.
Orang tua merupakan guru rupaka yang berkewajiban memberikan pendidikan
kepada anak-anaknya baik berupa pengetahuan dan keterampilan maupun
pengetahuan kerohanian. Orang tua merupakan figur utama dalam kehidupan
anak sehingga orang tua wajib memberikan teladan bagi dalam keseharian
anak. Orang tua merupakan pengawas bagi setiap tingkah laku anak, sehingga
dalam suatu keluarga wajib ada peraturan keluarga untuk memberikan batasan
dan kebebasan dalam bertingkah laku anggota keluarga khususnya anak. Serta
orang tua merupakan motivator dan sandaran hati bagi anak yang memberikan
motivasi/dorongan dan tempat menyampaian keluh-kesah saat anak
mengalami masalah.
Perilaku menyimpang adalah perilaku sebagai kebiasaan sebagai suatu
karakter yang menyalahi dan menyeleweng dari hukum, kebenaran dan
ketentuan/norma agama yang ditampilkan anak dalam suatu keluarga.
Sehingga peran keluarga dalam mendidik anaknya sangat utama karena
melalui pemahaman orang tua terhadap ajaran agama Hindu dapat
menghindari anaknya dari perilaku menyimpang sehingga dapat menjadikan
anaknya seorang anak yang suputra. Perilaku menyimpang tersebut muncul
karena kurang pembinaan dan kesalahan pendidikan agama Hindu oleh orang
tua kepada anak. Anak biasanya menunjukkan perilaku brutal dan mengarah
ke tindakan kriminal.
Di masa Pandemi COVID-19 dengan diterapkan physical distancing adapun
kiat-kiat orang tua untuk menghindari perilaku menyimpang anak dalam
keluarga batih adalah maksimalisasi peran orang tua sebagai orang tua,
menanamkan konsep Tri Hita Karana dan Tri Kaya Parisudha pada anak,
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Belajar 219

menjalin komunikasi harmonis dengan anak, membangun spiritualitas anak


saat upacara otonan dan nilai moral yang dijadikan dasar berperilaku orang tua.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2007). Mencegah Lebih Baik
daripada Mengobati Modul untuk Keluarga. Jakarta: Badan Narkotika
Nasional.
Baharuddin dan Wahyudi, Eka Nur. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Rus Media.
Biddulph, Steve dan Biddulph, Shaaron. (2006). Mendidik Anak dengan Cinta
Petunjuk bagi Orang Tua agar Anak Menjadi Bahagia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Budiningsih, C. Asri. (2004). Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik
Siswa dan Budayanya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kajeng, I Nyoman, dkk. (2005). Sarasamuccaya dengan Teks Bahasa
Sansekerta dan Jawa Kuna. Surabaya: Paramita.
Mimbeng, I Gede, dkk. (1997). Kakawin Niti Sastra dan Putra Sasana.
Mataram: Kanwil Departermen Agama Propinsi NTB.
Naim, Ngainun dan Sauqi, Ahmad. (2008). Pendidikan Multikultural: Konsep
dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
PGAHN 6 Thn. Singaraja. (1986/1987). Niti Sastra dalam bentuk Kekawin.
Proyek Penerangan Bimbingan dan Da’wah/Khutbah Agama Hindu dan
Budha.
Piaget, Jean. (2010). Piaget, Jean. 2010. Psikologi Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shochib, Moh. (2000). Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Subagiasta, I Ketut. (2007). Yowana. Surabaya: Paramita.
Syah, Muhibbin. (2015). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Tim Bali Aga. (2009). Ragam Istilah Hindu. Denpasar: Bali Aga.
220 COVID-19: Perspektif Pendidikan

Titib, I Made. (1996). Veda Sabda Suci (Pedoman Praktis Kehidupan).


Surabaya: Paramita.
Titib, I Made. (2003). Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu.
Surabaya: Paramita.
Titib, I Made dan Sapariani, Ni Ketut. (2004). Keutamaan Manusia dan
Pendidikan Bhudi Pekerti. Surabaya: Paramita.
Wiana, I Ketut. (2006). Beragama Hindu Bukan Hanya di Pura: Agama Hindu
Sebagai Tuntunan Hidup. Denpasar: Yayasan Dharma Naradha.
Wibawa, I Made Aripta. (2006). Wanita Hindu Sebuah Emansipasi
Kebablasan. Denpasar: PT. Empat Warna Komunikasi.
Internet:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/04/kemendikbud-hadirkan-
program-tayangan-belajar-dari-rumah-di-tvri. Diakses: 1 Juni 2020.
Peraturan:
Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional
Keputusan Bersama Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali,
Nomor: 020/PHDI-Bali/III/2020 dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi
Bali, Nomor: 04/SK/MDA-Prov Bali/III/2020, tentang Ketentuan
Pelaksanaan Upacara Panca yadnya dan/atau Kegiatan Adat dalam Status
Pandemi Covid-19 di Bali.

Anda mungkin juga menyukai