Anda di halaman 1dari 283

Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin

UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak
eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25
tidak berlaku terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk
pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan
penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk
kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk
keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah
dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser
Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin

Editor:
Ni Komang Sutriyanti

Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia

iii
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin

Editor : Ni Komang Sutriyanti

Cetakan Pertama : Juni 2020

Cover : Canva
Tata Letak : Sutte

Hak Cipta 2020, pada Penulis.

Diterbitkan pertama kali oleh:


Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia
Jalan Karaeng Bontomarannu No. 57, Bura’ne, Boddia, Galesong, Kab. Takalar
Sulawesi Selatan, 92254
Website : www.ahmarcendekia.or.id
E-mail : penerbit@ahmarcendekia.or.id

Anggota IKAPI No. 025/SSL/2019

Copyright © 2020 by Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia


All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak, menerjemahkan, memfotokopi/mencetak, atau menerbitkan


sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

- Cet. I – Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia, 2020


x + 272; 18.2 x 25.7 cm
ISBN : 978-623-93060-9-0

iv
Kata Pengantar

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas
Asung Kerta Wara Nugraha Beliau, kita masih diberikan kesehatan sehingga bisa
menyelesaikan penyusunan buku berjudul “Menyemai Benih Dharma Perspektif
Multidisiplin” di tengah pandemi Covid-19. Adapun buku ini boleh dikatakan
sebagai kompilasi pemikiran yang substantif terkait dengan tema sentral
berkenaan dengan kondisi pendidikan di tengah situasi pandemic Covid-19
yang menjadi permasalahan global. Dalam kondisi yang demikian dituntut
pemikiran kritis terkait dengan berbagai aspek kehidupan, terutama aspek
pendidikan yang berdampak secara langsung terkait dengan mewabahnya
pandemic Covid-19. Melalui pemikiran kritis dari berbagai latar belakang
keilmuan, diharapkan nantinya akan melahirkan sebuah perspektif baru (new
perspektif) berkaitan dengan pengembangan sektor pendidikan yang berbasis
pada IPTEK di balik pandemi.
Disadari atau tidak, Covid-19 telah merubah berbagai tatanan kehidupan
masyarakat dunia, dan manusiapun melakukan berbagai pola adaptasi untuk
tetap bertahan hidup di tengah pandemi yang melanda dunia. Salah satu sektor
kehidupan yang mengalami dampak pandemi adalah sektor pendidikan,
dengan dikeluarkannya kebijakan untuk bekerja, belajar dan beribadah di
rumah, otomatis merubah aktivitas pembelajaran yang biasanya dilakukan di
sekolah menjadi pola belajar “di rumah saja”. Pembelajaran yang awalnya
berpusat di sekolah bergeser menjadi pembelajaran di rumah disertai dengan
intervensi sekolah yang cukup dominan. Teknis pembelajaranpun nyaris lebih
menggandalkan sumber daya atau layanan-layanan daring, dengan tingkat
kesiapan sekolah dan keluarga yang sangat beragam.
Berkenaan dengan hal tersebut, penyusunan buku ini bisa dijadikan sebuah
catatan logis dan berkoheren dengan paradigma ilmiah, karena memberikan
gambaran secara holistik tentang perjalanan sektor Pendidikan dalam
memberikan layanan belajar dengan sumber daya yang beragam di setiap
sekolah dan daerahnya yang tentunya memiliki berbagai kendala dan
keterbatasan dalam merealisasikan konsep belajar yang berbasis online. Namun
demikian, mendasarkan atas beberapa catatan dalam buku ini, kita seolah-olah
dibawa ke dalam sebuah perspektif yang “baru” tentang makna pendidikan,

v
moralitas, kesehatan pendidik dan peserta didik, desain pembelajaran berbasis
daring dan stigma baru berkenaan dengan era New Normal.
Kompilasi pemikiran ini sangat penting dimunculkan dalam ruang publikasi,
mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dengan tingkat
pembangunan dan perkembangan daerah yang juga tidak merata serta di
tengah badai pandemi, sehingga inovasi layanan belajar di tengah pandemi
pada masing-masing daerah juga beragam, menyesuaikan dengan kondisi
sekolah dan daya dukung lingkungan masing-masing. Oleh karenanya, buku ini
sengaja diterbitkan ditengah perjuangan Bangsa Indonesia melawan pandemi
Covid-19, dengan tujuan dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan sumber
informasi alternatif dalam penyelenggaraan pembelajaran di tengah pandemi.
Selain itu, buku ini menjadi sangat penting, sebab penyegaran konsep
Pendidikan yang lebih mengarah pada pendidikan sikap sangat perlu
dikemukan dalam menghadapi tatanan baru yang lebih adabtif dengan prinsif-
prinsif spiritual, etika dan moralitas.
Berdasarkan atas gagasan tersebut, terkumpulnya tulisan dari berbagai wilayah
Indonesia ini boleh dinyatakan sebagai benih-benih dharma yang hendaknya
disemai dan dengan harapan dapat memberikan manfaat untuk memahami
dinamika pembelajaran yang tengah terjadi. Demikian pula, sedikit tidaknya
benih-benih dharma dapat menjadi pohon yang rimbun, sehingga memberikan
keteduhan bagi segenap insan. Dalam konteks pendidikan, hadirnya buku ini
dapat memberikan inspirasi bagi pelaku Pendidikan sehingga dapat dengan
tepat melakukan adaptasi sebagai bentuk respon dari beragam isu yang terjadi
di masyarakat. Lebih dari itu, terkumpulnya tulisan ini menunjukkan bahwa
sinergi dan kolaborasi para pelaku Pendidikan di seluruh Indonesia masih tetap
berjalan, sehingga harapan untuk mewujudkan generasi emas Indonesia di
tahun 2045 menjadi sebuah keniscayaan di tengah beragam isu yang sedang
memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kepada semua pihak yang
telah memberikan perhatian, bantuan dan masukan, disampaikan terimakasih
dan penghargaan setinggi-tingginya. Semoga buku ini memberi manfaat
kepada segenap pembaca.
Om Santhi Santhi Santhi Om
Denpasar, Juli 2020
Editor
Ni Komang Sutriyanti

vi
Kata Sambutan
Dirjen Bimbingan Masyarakat Hindu
Kementerian Agama

Om Swastyastu
Saya selaku Plt. Dirjen Bimas Hindu merasa angayubagia atas telah terbitnya
buku dengan judul “Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisipli”. Saya
meyakini bahwa tulisan- tulisan dalam buku ini merupakan kristalisasi
pemikiran yang matang terkait dengan sektor Pendidikan di tengah
berkecamuknya Pandemi Covid-19. Terlebihnya lagi, pemikiran- pemikiran
dalam buku ini dituliskan dengan dedikasi yang tinggi terkait dengan isu
pendidikan yang sekiranya dapat mencandra berbagai macam persoalan
Pendidikan di tengah pandemi yang memunculkan beragam stigma terkait
dengan Sektor Pendidikan yang paling terkena dampak pandemi. Pendidikan
di tengah wabah Pandemi Covid-19 merupakan sektor yang paling banyak
melakukan adaptasi dalam melaksanakan layanan pembelajaran. Para tenaga
pendidik menghadapi beragam tantangan untuk tetap dapat menyelenggarakan
pembelajaran dengan sarana prasarana yang berbeda dan karakteristik peserta
didik yang beragam.
Buku ini menguraikan secara lugas dan kritis terkait dengan beberapa
pandangan komplementer terkait dengan isu Covid-19, pendidikan, kesehatan
dan sosial yang menjadikan buku ini layak dijadikan referensi ilmiah bagi para
pendidik maupun masyarakat umum. Sisi menarik dari buku ini adalah adanya
beragam perspektif dari berbagai disiplin ilmu untuk menyoal beragam
persoalan yang koheren. Hal ini menandakan bahwasanya ada kepekaan ilmiah
dari berbagai disiplin ilmu untuk mengemukakan berbagai pandangannya
terkait dengan persoalan-persoalan bangsa dan dunia yang sedang terjadi. Oleh
karena itu, saya tegaskan buku ini akan sangat bermanfaat bagi pelaku
Pendidikan karena informasi yang tersedia di dalamnya dapat dijadikan
referensi bagi penyelenggaraan Pendidikan dalam situasi yang sejenis.
Terbitnya buku ini di tengah pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa pandemi
tidak menjadi hambatan pelaku pendidikan untuk tetap berkarya, tapi justru
mengembangkan inovasi dan kreativitas pelaku pendidikan guna menjawab
tantangan untuk tetap produktif saat belajar di rumah, bekerja di rumah dan
beribadah di rumah. Beberapa tahun yang lalu sempat terdapat wacana yang

vii
menyatakan bahwa banyak sekolah tidak memiliki sumber daya yang cukup
untuk mengefektifkan pola pembelajaran menjadi layanan daring, namun
pandemi Covid-19 ini menjadi bukti bahwa dunia pendidikan di Indonesia siap
untuk beradaptasi dan melakukan layanan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan perkembangan situasi dan teknologi.
Saya berharap buku ini dapat bermanfaat bagi penyelenggaraan Pendidikan di
Indonesia. Fakta-fakta yang dimuat dalam buku ini juga bisa dijadikan sebagai
acuan untuk merumuskan kebijakan yang tepat bagi lembaga pendidikan
formal, serta dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan kesadaran bagi orang
tua untuk menyiapkan dan melakukan pendampingan pembelajaran yang layak
saat belajar di rumah. Terlebih judul buku ini menyiratkan makna filsafati
pendidikan yang kuat, yakni diharapkan dengan buku ini para pendidik, baik
guru dan orang tua mampu menyemai benih-benih dharma yang ada dalam
diri peserta didik, meskipun dengan segala keterbatasan akibat pandemi,
sehingga dapat melahirkan SDM yang berkualitas sesuai dengan UU Sisdiknas
No 20 Tahun 2003. Sudah menjadikan kewajiban pendidik dan orang tua
untuk menjadikan benih (potensi) peserta didik menumbuh dan berkembang
dengan baik, sehingga berdaya guna bagi dirinya sendiri, keluarga, sosial dan
bangsa Indonesia.
Pada akhir, kepada semua pihak yang telah dengan tekun menyusun buku ini,
saya sampaikan terima kasih dan penghargaan atas dedikasinya terkait dengan
ilmu pengetahuan. Jerih payah, kerja keras, dan kerja cerdas saudara-saudara
adalah bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membantu
pemerintah dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Om Santhi Santhi Santhi Om

viii
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................... v


Kata Sambutan ........................................................................................................ vii
Daftar Isi ................................................................................................................... ix
Penegakan Prinsif Hukum Adat Dayak Terkait Pencegahan Covid-19 di Masa
New Normal .............................................................................................................. 1
Analisis Penyebab Perubahan Prilaku Konsumtif Masyarakat Dalam
Penayangan Iklan Kapitalisme Media Massa Televisi ........................................ 13
Menjadi Calon Guru Profesional Dengan Mengenali Potensi Diri ................. 22
Meningkatkan Imun Tubuh Terhadap Pandemi COVID-19 Dalam
Perspektif Yoga ....................................................................................................... 31
Resiliensi Bisnis Pada UMKM Di Era Normal Baru Sebagai Upaya
Kemandirian Ekonomi........................................................................................... 47
Menelisik Menakar Dan Solidaritas Kesiapan Sistem Pembelajaran Daring Di
Kalangan Akademisi Di Masa Pandemi............................................................... 55
Literasi Bahasa Dalam Pendidikan Di Keluarga Dan Sekolah ......................... 61
Peran Keluarga Terhadap Pendidikan Seksual Pada Generasi Muda Hindu
Sebagai Upaya Pencegahan Pernikahan Usia Dini ............................................. 72
Analisis Penyebab Meningkatnya Tindak Kriminalitas Selama Masa Pandemi
Covid-19 Di Indonesia ........................................................................................... 82
Desain Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Etnomatematika Untuk
Siswa Sekolah Dasar Selama Masa Pembelajaran Di Rumah ........................... 98
Kajian Teologi Kisah Mahārāja Dhruva Dalam Bhāgavata Purāṇa ...............118
Tri Kaya Parisudha Sebuah Desain Pendidikan Karakter Hindu .....................133
Servant Leadership Sebagai Kunci Kesuksesan Organisasi ................................144
Penanaman Nilai Budi Pekerti Melalui Cerita Rakyat Bali ..............................160
Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah ...........................................174
Pemanfaatan Perpustakaan Digital Sebagai Media Pembelajaran Selama
Pandemi Covid-19 ................................................................................................183

ix
Pengenalan Konsep Matematika Pada Anak Usia Dini ..................................191
Aktivitas Sains Anak Sekolah Dasar Pada Masa “Belajar Di Rumah” Untuk
Pengembangan Keterampilan Proses Sains ......................................................205
Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Menanggulangi
Terjadinya Kasus Bunuh Diri ..............................................................................220
Pandangan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Online: Apakah Masih
Relevan?..................................................................................................................229
Komunikasi Krisis Dan Komunikasi Resiko Di Masa Pandemi Covid-19 ..242
Menghentikan Istilah “New Normal” Dalam Melawan Covid-19 di Indonesia
.................................................................................................................................266

x
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

Penegakan Prinsif Hukum Adat Dayak Terkait


Pencegahan Covid-19 di Masa New Normal

Citranu
Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Pendahuluan
Pada masa new normal masyarakat dituntut untuk hidup seperti biasa dan tetap
mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan covid-19. Adapun
protokol kesehatan yang dimaksud meliputi gerakan masyarakat hidup sehat
(GERMAS) melalui pola hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), pengukuran suhu tubuh (skrining), penggunaan masker, menjaga jarak
aman (physical distancing), menghindari kerumunan, merubah kebiasaan yang
berhubungan dengan phsycal seperti tidak berjabat tangan, sering mencuci
tangan dengan sabun (handsanitizer), sering menyemprotkan cairan disinfeksi,
memperhatikan etika batuk, karantina mandiri bagi orang dibawah
pemantauan, begitu juga bagi pasien dibawah perawaatan, ataupun orang tanpa
gejala, tetap wajib mematuhi protokol kesehatan sebagaimana peraturan
berikut: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/328/2020 Tentang Panduan Pencegahan Dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja
Perkantoran Dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha Pada
Situasi Pandemi, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/247/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID19), Surat Edaran Menteri
Kesehatan Nomor Ek/02.011/Menkes/335/2020/ Tgl 20 Mei 2020 tentang
protokol Pencegahan Penularan Covid-19 di tempat kerja sektor jasa dan
perdagangan (Area Publik) dalam mendukung keberlangsungan usaha,
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 440 – 830 tahun 2020 tentang
pedoman tatanan Normal Baru Produktif dan Corona Virus Disease 2019 bagi
Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah, Surat Edaran MENPAN dan RB Nomor 58 tahun 2020
tentang Sistem Kerja Pegawai ASN Dalam Tatanan Normal Baru.

1
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

Khusus untuk protokol kesehatan di area publik berdasarkan Surat Edaran


Menteri Kesehatan Nomor Ek/02.011/Menkes/335/2020/ Tgl 20 Mei 2020
tentang protokol Pencegahan Penularan Covid-19 di tempat kerja sektor jasa
dan perdagangan (Area Publik) dalam mendukung keberlangsungan usaha.
Bagi pengelola tempat kerja, pelaku usaha/konsumen dan pekerja di sektor jasa
dan perdagangan (area publik) di masa saat dan setelah Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan COVID-19
sebagai berikut:
1. Bagi Pengurus atau Pengelola Tempat Kerja/Pelaku Usaha pada Sektor Jasa
dan Perdagangan (Area Publik) a. Melakukan pembersihan dan disinfeksi
secara berkala di area kerja dan area publik (mendisinfeksi fasilitas umum
yang sering disentuh publik setiap 4 jam sekali). b. Menyediakan fasilitas
cuci tangan yang memadai dan mudah diakses oleh pekerja dan
konsumen/pelaku usaha. c. Pastikan pekerja memahami perlindungan diri
dari penularan COVID-19 dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). d. Melakukan pengecekan suhu badan bagi seluruh pekerja
sebelum mulai bekerja dan konsumen/pelaku usaha di pintu masuk. Jika
ditemukan pekerja dengan suhu >37,30C (2 kali pemeriksaan dengan jarak
5 menit), tidak diperkenankan masuk dan diminta untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan. e. Mewajibkan pekerja dan pengunjung
menggunakan masker. f. Memasang media informasi untuk mengingatkan
pekerja, pelaku usaha, pelanggan/konsumen dan pengunjung agar
mengikuti ketentuan pembatasan jarak fisik dan mencuci tangan pakai
sabun dengan air mengalir/handsanitizer serta kedisplinan menggunakan
masker. g. Melakukan pembatasan jarak fisik minimal 1 meter: 1)
Memberikan tanda khusus yang ditempatkan di lantai area padat pekerja
seperti ruang ganti, lift, dan area lain sebagai pembatas jarak antar pekerja.
2) Pengaturan jumlah pekerja yang masuk agar memudahkan penerapan
menjaga jarak. 3) Pengaturan meja kerja, tempat duduk dengan jarak
minimal 1 meter. h. Melakukan upaya untuk meminimalkan kontak dengan
pelanggan: 1) Menggunakan pembatas/partisi (misalnya flexy glass) di meja
atau counter sebagai perlindungan tambahan untuk pekerja (kasir, customer
service dan lain-lain). 2) Mendorong penggunaan metode pembayaran non
tunai (tanpa kontak dan tanpa alat bersama). i. Mencegah kerumunan
pelanggan, dapat dilakukan dengan cara: 1) Mengontrol jumlah pelaku
usaha/pelanggan yang dapat masuk ke sarana ritel untuk membatasi akses

2
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

dan menghindari kerumunan. 2) Menerapkan sistem antrian di pintu masuk


dan menjaga jarak minimal 1 meter. 3) Memberikan tanda di lantai untuk
memfasilitasi kepatuhan jarak fisik, khususnya di daerah yang paling ramai,
seperti kasir dan customer service. 4) Menerima pesanan secara daring atau
melalui telepon untuk meminimalkan pertemuan langsung dengan
pelanggan. Jika memungkinkan, dapat menyediakan layanan pesan antar
(delivery services) atau dibawa pulang secara langsung (take away). 5)
Menetapkan jam layanan, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
pemerintah daerah setempat sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Bagi Pekerja a. Pastikan dalam kondisi sehat sebelum berangkat bekerja.
Pekerja yang mengalami gejala seperti demam/batuk/pilek/sakit
tenggorokan disarankan untuk tidak masuk bekerja dan memeriksakan diri
ke fasilitas pelayanan kesehatan jika diperlukan. b. Jaga kebersihan tangan
dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, atau
menggunakan hand sanitizer. c. Hindari tangan menyentuh area wajah
seperti mata, hidung atau mulut. d. Tetap memperhatikan jaga
jarak/physical distancing minimal 1 meter saat berhadapan dengan pelaku
usaha atau rekan kerja pada saat bertugas. e. Menggunakan pakaian khusus
kerja dan mengganti pakaian saat selesai bekerja. f. Gunakan masker saat
berangkat dan pulang dari tempat kerja serta selama berada di tempat kerja.
g. Segera mandi dan berganti pakaian sebelum kontak dengan anggota
keluarga di rumah. Bersihkan handphone, kacamata, tas, dan barang lainnya
dengan cairan desinfektan.
3. Bagi Konsumen/Pelanggan a. Selalu menggunakan masker selama berada
di area publik b. Jaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan handsanitizer. c. Hindari
menyentuh area wajah seperti mata, hidung dan mulut. d. Tetap
memperhatikan jaga jarak/physical distancing minimal 1 meter dengan
orang lain.
Tujuan Protokol kesehatan khususnya di area publik adalah untuk
meminimalisir resiko dan dampak penularan covid-19 pada sektor usaha jasa
dan perdagangan (area publik), karena pada sektor jasa dan perdagangan (area
publik) potensi penularan covid-19 sangat besar akibat berkumpulnya banyak
orang dalam satu lokasi seperti pasar, mall, super market dan industri

3
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

perdagangan lainnya. pada sektor ini wajib mematuhi protokol kesehatan yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah, karena selama ini penyebaran covid-19
banyak terjadi di area publik, hal ini terjadi karena rendahnya pemahaman dan
ketidakpatuhan serta kurang disiplinnya masyarakat terkait protokol kesehatan.
Tidak disiplinnya masyarakat mematuhi protokol kesehatan dapat dilihat dari
berbagai faktor meliputi faktor pendidikan dan pemahaman masyarakat yang
rendah dan menganggap remeh covid-19, faktor dari dalam diri meliputi
percaya pada takdir tanpa mau berusaha menjaga diri atau menjaga kesehatan,
faktor tekanan ekonomi yang mengakibatkan tetap harus bekerja tanpa
mempedulikan protokol kesehatan, ketidakpercayaan terhadap kebijakan
pemerintah, dan lemahnya instrumen hukum dan kurang tegasnya pemerintah
dalam pemberian sanksi terhadap pihak yang tidak mematuhi protokol
kesehatan. Pemerintah dalam hal ini dilema atau serba salah dalam mengambil
kebijakan antara penegakan hukum kesehatan ataukah penyelamatan ekonomi,
sehingga pemerintah mengambil jalan tengah untuk tetap memberlakukan
keadaan new normal dengan catatan wajib mematuhi protokol kesehatan. Pada
saat new normal ini bagi pihak yang tidak mematuhi protokol kesehatan
seharusnya diberikan sanksi tegas sehingga menjadi presedent bagi seluruh
masyarakat untuk tetap taat terhadap hukum dan protokol kesehatan, sehingga
bisa menekan penyebaran covid-19 selama anti virus masih dalam
pengembangan oleh pemerintah. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis
tertarik menganalisis penegakan protokol kesehatan melalui penegakan prinsif
hukum adat dayak pada masa new normal, peran serta dan kewenangan
kedamangan dalam menegakan hukum adat dayak terhadap pihak yang tidak
mematuhi protokol kesehatan, dan menganalisis sanksi apa yang dapat
diterapkan kepada pihak yang melanggar protokol kesehatan melalui prinsif
hukum adat dayak terkait pencegahan penularan covid-19, maka penulis
memberi judul tulisan ini “Penegakan Prinsif Hukum Adat Dayak Terkait
Pencegahan Covid-19 di Masa New Normal”.

Pembahasan
A. Penegakan Prinsif Hukum Adat Dayak Oleh Kedamangan Pada
masa New Normal
Kedamangan memiliki kewenangan untuk menegakkan hukum adat dayak
yang tercantum di dalam ketentuan Pasal 96 Perjanjian Damai Tumbang Anoi
4
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

1894 yakni Prinsif Belom Bahadat pada masa new normal. Pasal 96 “Kasukup
Singer Belom Bahadat” yang artinya “kelengkapan denda adat hidup
kesopanan/beretika/bermoral yang tinggi”. (Bidang Hukum Dan Advokasi
Dewan Adat Dayak Kota Palangka Raya, 2018) Kedamangan merupakan
lembaga adat dayak yang melaksanakan fungsi peradilan adat dayak di wilayah
hukum masyarakat adat dayak. (Y. Nathan Ilon, 1987) Pengaturan kewenangan
kedamangan dulunya bersifat tidak tertulis akan tetapi dengan kemajuan zaman
dan pergeseran budaya ke arah modernisasi dan pengaruh sistem hukum yang
di anut oleh Indonesia maka kewenangan kedamangan diatur dalam ketentuan
tertulis. Kewenangan kedamangan diatur di dalam Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak
Di Kalimantan Tengah. Kedamangan adalah lembaga adat dan merupakan
unsur utama di dalam sistem peradilan adat dayak di dalam menegakan hukum
adat dayak yang ada sesuai dengan wilayah hukum adatnya, kedamangan
beserta perangkatnya terdiri dari Damang, Mantir adat atau Let adat yang
memiliki tugas dan fungsinya masing-masing di dalam lembaga adat dayak.
Kedamangan bertugas menegakkan prinsif hukum adat dayak yakni prinsif
Belom Bahadat. Pada dasarnya segala perbuatan yang bertentangan dengan
prinsif Belom Bahadat walaupun sebelumnya tidak ada di atur di dalam
perjanjian damai Tumbang Anoi 1894, maka perbuatan tersebut dianggap
tercela dan bertentangan dengan hukum adat dayak serta dapat dijatuhi
hukuman. Prinsif Belom Bahadat merupakan prinsif dasar kehidupan
masyarakat adat dayak secara umum yang ada di pulau kalimantan dan
terkhusus masyarakat adat dayak Ngaju. Nilai yang terkandung di dalam prinsif
Belom Bahadat dipercaya mampu memberikan kesetaraan, keadilan,
kebersamaan, kedamaian, dan harmonisasi dengan Tuhan, sesama manusia,
dan alam. (Dakir, 2017) Perjanjian Tumbang Anoi memiliki kekuatan hukum
mengikat serta memenuhi syarat secara filosofis, sosiologis dan yuridis, (Bo’a,
2018) sebagai sumber hukum adat dayak Ngaju yang memiliki karakteristik dan
sebagai identitas masyarakat adat dayak Ngaju. Pertama secara filosofis
Perjanjian Tumbang Anoi terkandung makna Belom Bahadat yang merupakan
prinsif dasar kehidupan yang berasal dari masyarakat adat dayak Ngaju, kedua
secara sosiologis perjanjian Tumbang Anoi diakui keberadaannya sebagai
identitas masyarakat adat dayak Ngaju, ketiga perjanjian Tumbang Anoi
sebagai hukum adat yang berlaku di masyarakat adat dayak Ngaju yang berlaku
dan dipertahankan sampai sekarang.(Citranu, 2019) Prinsif Belom Bahadat

5
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

yang terdapat di dalam perjanjian damai Tumbang Anoi memiliki makna tiga
citra sikap dasar meliputi: pertama sikap meyembah kepada Tuhan Yang Maha
Esa atau damai dengan Tuhan sang pencipta alam semesta, kedua sikap hormat
sesama manusia atau damai dengan sesama manusia dan ketiga sikap santun
yang diimplementasikan dengan menjunjung tinggi norma-norma dan taat
hukum. (Y. Nathan Ilon, 1987)
Hubungan prinsif Belom Bahadat dan protokol kesehatan untuk pencegahan
penularan covid-19 adalah protokol kesehatan merupakan pedoman ataupun
tata cara hidup baru pada masa new normal yang menuntut masyarakat untuk
sadar akan pentingnya hidup sehat guna pencegahan penyebaran virus covid-
19, sedangkan makna Belom Bahadat adalah hidup sesuai dengan aturan hukum,
karena hukum dipercaya membawa manusia ke arah yang lebih baik, sehingga
memiliki hubungan dengan protokol kesehatan yang merupakan produk
hukum yang dipercaya mampu untuk mencegah ataupun meminimalisir
penyebaran covid-19 dan membawa masyarakat ke arah yang lebih baik.
Menurut makna prinsif Belom Bahadat citra sikap menyembah kepada Tuhan
adalah manusia memiliki iman dan kepercayaan kepada Tuhan bahwa segala
permasalahan pasti ada jalan keluarnya, kepercayaan ini di implementasikan
dengan mempercayai apa yang sudah menjadi kebijakan pemerintah dalam hal
penanggulangan penyebaran covid-19, karena menurut teori hukum
kedaulatan Tuhan bahwa pemerintah merupakan kepanjangan tangan Tuhan
yang ada di dunia. (Soehino, 1998) maka masyarakat kiranya mematuhi segala
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi covid-19.
Citra saling menghormati dan bersatu padu sesama manusia untuk melawan
penyebaran covid-19 dengan cara mematuhi protokol kesehatan pada masa
new normal, dan citra santun meliputi mematuhi aturan hukum baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis seperti prinsif hukum adat dayak dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya dalam
penanggulangan covid-19 dan protokol kesehatan. Setiap orang yang tidak
mematuhi protokol kesehatan dapat dianggap melanggar hukum adat dayak
yakni melanggar prinsif Belom Bahadat karena pemerintah sudah
mensosialisasikan dan mengatur protokol kesehatan agar masyarakat
mematuhinya demi kebaikan bersama dalam kehidupan tatanan berbangsa dan
bernegara. Belom Bahadat merupakan prinsif hukum adat dayak yang diakui
dan menjadi kesepakatan bersama seluruh masyarakata adat dayak yang ada di

6
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

kalimantan pada saat menyusun dan menyepakati perjanjian damai Tumbang


Anoi 1894, sehingga prinsif Belom Bahadat sesuai dengan teori perjanjian
masyarakat, sebagai kehendak bersama untuk mentaati hukum yang lahir
berdasarkan konsensus. (Rasjidi & Rasjidi, 2007).

B. Sanksi Adat Dayak Bagi Pihak Yang Melanggar Prinsif Hukum Adat
Dayak Pada masa New Normal
Pelaku yang melanggar prinsif hukum adat dayak yakni prinsif Belom Bahadat
dapat dikenakan sanksi berupa Singer dan dihukum melaksanakan ritual adat
tertentu yakni Saki Palas. Analoginya pelanggaran terhadap protokol kesehatan
sama halnya dengan melanggar prinsif hukum adat dayak yakni prinsif belom
bahadat. Pelanggaran terhadap ketentuan hukum adat mengakibatkan
kegoncangan cosmos pada masyarakat adat, perbuatan tersebut mengganggu
keseimbangan dalam masyarakat adat, sehingga bagi pelaku yang melanggar
hukum adat akan diberikan reaksi adat, atau sanksi bisa berupa kewajiban adat
oleh masyarakat adat melalui lembaga adat atau pengurus adat. (Widnyana,
2013) Penyebaran covid-19 di Kalimantan Tengah sudah sangat
memprihatinkan, hal ini dikarenakan banyak masyarakat tidak mematuhi
protokol kesehatan. Tidak patuhnya masyarakat terhadap protokol kesehatan
disini, apakah karena tidak ada sanksi yang tegas terhadap setiap orang yang
melanggar, karena selama ini pelaku yang tidak mematuhi protokol kesehatan
pada saat new normal hanya diberikan tuguran ataupun peringatan sehingga
norma hukum yang terkandung di dalam protokol kesehatan hanya sebatas
himbauan. Maka dengan adanya penegakan dan penerapan hukum adat dayak
yakni prinsif Belom Bahadat yang memiliki sanksi Singer, terhadap pelaku yang
melanggar akan mendapatkan efek gentar apabila pelaku tidak mematuhi
protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Singer adalah denda adat bagi setiap orang yang melanggar hukum adat dayak
yang ada di kalimantan tengah. (Murhaini, 2017) Tujuan pemberian sanksi
Singer dan pelaksanaan ritual adat Saki Palas terhadap pelaku pelanggar
protokol kesehatan di wilayah kalimantan tengah, adalah untuk “restorative
justice” mengganti kerugian, rehabilitasi, edukasi, dan untuk melindungi
kepentingan pelaku, kepentingan korban serta mengembalikan keseimbangan
alam dengan manusia melalui pelaksanaan ritual adat dayak. (Danil, 2016)
Pelaksanaan ritual Saki Palas bertujuan untuk menyucikan dan memperbaiki

7
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

kesalahan yang sudah dilakukan oleh pelaku dan merehabilitasi secara spiritual
suatu keadaan seperti sebelum adanya perbuatan atau dengan kata lain
mendamaikan pihak yang bersengketa secara jasmani dan rohani. (Upara,
2014) Prinsif dasar keadilan menurut restoratif justice, hanya dapat tercapai
apabila adanya pemulihan dan ganti kerugian akibat perbuatan melanggar
hukum. Restoratif justice memberdayakan (empowerment) pihak yang bersengketa
secara bersama melakukan musyawarah (integration for solution) untuk
menyelesaikan konflik secara damai. (Prayitno, 2012)
Tujuan singer disini juga sebagai efek jera bagi pelaku yang telah melanggar
protokol kesehatan covid-19, agar setiap orang mematuhi apa yang sudah
menjadi kebijakan pemerintah dalam penanggulangan covid-19.
Keseimbangan yang rusak akibat tidak dipatuhinya protokol kesehatan adalah
penyebaran covid-19 yang tidak terbendung dan masyarakat luas akan
terancam menjadi korban, apabila dihubungkan dengan pelanggaran prinsif
Belom Bahadat maka perbuatan pelaku selain merugikan dirinya sendiri juga
akan menjadi sebuah bencana bagi semua orang. Manfaat penerapan sanksi
hukum adat dayak adalah menumbuhkan rasa kesadaran hukum, (Achmad,
2009) terkait pentingnya mematuhi protokol kesehatan guna pencegahan dan
pengendalian penyebaran covid.19, karena pada dasarnya Penerapan hukum
adat dayak harus memberikan manfaat kepada masyarakatnya, sebagaimana
mazhab utilitarianisme yang menyatakan bahwa tujuan utama hukum adalah
kemanfaatan dan memberikan kebahagiaan untuk masyarakat. (Darmodiharjo,
2014) Manfaat kesehatan dan keselamatan masyarakat menjadi tujuan utama
dari ketaatan terhadap protokol kesehatan.
Menurut prinsif hukum adat dayak, penerapan prinsif Belom Bahadat dalam
kehidupan bertujuan untuk tercapainya kehidupan yang tertib, damai dan
sejahtera sebagaimana prinsif Belom Penyang Hinje Simpei. (Tarantang & Kasih,
2018) Pada dasarnya untuk mencapai Belom Penyang Hinje Simpei perlu
kebersamaan yang dibalut dalam prinsif Huma Betang. Adapun makna dan
nilai-nilai yang terkandung di dalam prinsif Huma Betang guna menunjang
pelaksanaan dan penerapan prinsif Belom Bahadat meliputi empat pilar yaitu
kebersamaan, kejujuran, kesetaraan, dan sikap saling menghargai satu sama lain
(toleransi). Selain Huma Betang di Kalimantan Tengah juga dikenal semboyan
Isen Mulang yang berasal dari kata Ela Buli Manggetu Hinting Bunu Panjang Isen
Mulang Menetas Rantai Kamara Ambu yang berarti “jangan pulang sebelum
memenangkan perjuangan yang panjang, pantang mundur sebelum

8
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

memutuskan tali kemiskinan, kebodohan dan kemelaratan”. (Pelu &


Tarantang, 2018) masyarakat Kalimantan Tengah tidak boleh menyerah dalam
menanggulangi dan mencegah penyebaran covid-19. Kebersamaan masyarakat
berjuang dalam prinsif Huma Betang wajib di junjung tinggi mematuhi protokol
kesehatan guna memutus mata rantai covid-19.
Khusus untuk pelaku usaha yang tidak mengindahkan protokol kesehatan
selain dikenakan denda adat (Singer) dan melakukan ritual adat, dapat juga
dikenakan sanksi penutupan tempat usahanya apabila sudah di adili dan
dikenakan sanksi tetap tidak mematuhi dan menjalankannya maka dilakukan
ritual Hinting Pali terhadap tempat usahanya. Hinting pali merupakan bagian dari
ritual adat yang dimiliki masyarakat adat Dayak Kalimantan Tengah, Hinting
Pali memiliki pengertian batas atau portal yang digunakan untuk menutup
lokasi sengketa atau objek sengketa. Hinting Pali memiliki dua pengertian,
pertama sebagai metode penyelesaian konflik adat yang dilakukan oleh damang
kepala adat dan kedua; Hinting Pali yang bersifat ritual keagamaan menurut
kepercayaan agama Hindu-Kaharingan, yang hanya bisa dilakukan oleh
pemimpin keagamaan atau rohaniawan yang disebut Pisur. (Yuliana, 2019)
(Pisur entrusted to lead ritual, possess have sufficient knowledge related to basic life values
associated with the history of the origin and existence of the land which is claimed traditional
objective rights for the community). (Rusmanto, n.d.) Hinting Pali yang berhubungan
dengan adat biasanya dilakukan pada sengketa pertanahan antara masyarakat
adat dengan perusahaan perkebunan. Ritual Hinting Pali di lakukan agar pihak
perusahaan mau berkomunikasi untuk menyelesaikan sengketa pertanahan
(Conflict Resolution). (Usop, n.d.) Merujuk kepada ritual Hinting Pali yang
digunakan oleh Damang kepala adat dalam menyelesaikan permasalahan
pertanahan (portal atau garis batas), maka kiranya dapat juga diterapkan
terhadap pelaku usaha yang nakal dan tidak mengindahkan protokol kesehatan
walaupun sudah di beri sanksi Singer, agar dilakukan penutupan tempat
usahanya dengan cara Hinting Pali sampai pihak pelaku usaha tersebut bersedia
menyelesaikan kewajiban adatnya dan bersedia mematuhi serta memenuhi
protokol kesehatan sebagai dampak dari penanggulangan dan pencegahan
penyebaran covid-19.

9
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

Penutup
Penegakan Hukum Adat Dayak berdasarkan prinsif Belom Bahadat diharapkan
mampu memberikan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan
terkait pencegahan dan penanggulangan penyebaran covid-19. Pelanggaran
terhadap protokol kesehatan sama halnya dengan melanggar prinsif Belom
Bahadat yang terdapat di dalam perjanjian damai Tumbang Anoi. Pelaku yang
melanggar protokol kesehatan akan dikenakan sanksi adat dayak berupa Singer
dan ritual adat Saki Palas. Sedangkan bagi pelaku pelanggar protokol kesehatan
yang tidak tunduk terhadap hukum adat dayak, padahal pelaku sudah di adili
menurut hukum adat dayak dan dinyatakan bersalah melanggar prinsif Belom
Bahadat akan dikenakan Hinting Pali terhadap tempat usahanya, dengan maksud
agar pelaku bisa berkomunikasi, berintegrasi serta bermusyawarah untuk
duduk bersama menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan dari tidak
dipatuhinya hukum adat dan protokol kesehatan pencegahan covid-19.

Daftar Pustaka
Achmad, A. (2009). Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori
Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk Interprestasi Undang-Undang
Legisprudence. Bandung: Kencana.
Bidang Hukum Dan Advokasi Dewan Adat Dayak Kota Palangka Raya.
(2018). Standar Operasional Prosedur Penyelesaian Sengketa Adat Dayak Di
Kota Palangka Raya. Palangka Raya: Dewan Adat Dayak Kota Palangka
Raya.
Bo’a, F. Y. (2018). Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum
Nasional. Jurnal Konstitusi, 15(1), 21–49.
Citranu. (2019). Perjanjian Tumbang Anoi 1894 Sebagai Sumber Hukum
Pidana Adat Dayak Ngaju. Tampung Penyang, Vol 17 No, 3–4.
https://doi.org/https://doi.org/10.33363/tampung-
penyang.v17i01.395
Dakir, D. (2017). Pengelolaan Budaya Inklusif Berbasis Nilai Belom Bahadat
Pada Huma Betang dan Transformasi Sosial Masyarakat Dayak
Kalimantan Tengah. Religió: Jurnal Studi Agama-Agama, 7(1), 27–52.

10
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

Danil, E. (2016). Konstitusionalitas Penerapan Hukum Adat dalam


Penyelesaian Perkara Pidana. Jurnal Konstitusi, 9(3), 583–596.
Darmodiharjo, D. (2014). dan Shidarta,. In Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa
dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia.
Murhaini, S. (2017). Singer sebagai Ujud Tertib Hidup, Damai, dan Keseimbangan di
Kalangan Etnis Dayak Ngaju. An1mage.
Pelu, I. E. A. S., & Tarantang, J. (2018). Interkoneksi nilai-nilai huma betang
Kalimantan Tengah dengan Pancasila. Jurnal Studi Agama Dan
Masyarakat, 14(2), 119–126.
Prayitno, K. (2012). Restorative Justice Untuk Peradilan di Indonesia
(perspektif Yuridis Filosofis Dalam Penegakan Hukum In Concreto).
Jurnal Dinamika Hukum, 12(3), 407–420.
Rasjidi, L., & Rasjidi, I. T. (2007). Menggunakan Teori/Konsep Dalam Analisis
di Bidang Ilmu Hukum. Monograf, Universitas Padjajaran, Bandung.
Rusmanto, J. (n.d.). Land Reclaiming Movement against Palm Plantation Corporation:
Case Study of Koling Village Community, Central Kalimantan, Indonesia.
Soehino, I. N. (1998). Penerbit Liberty. Yogyakarta, Cet. III.
Tarantang, J., & Kasih, B. M. (2018). Jual Beli Ramuan Tradisional Masyarakat
Dayak Perspektif Belom Bahadat Dan Etika Bisnis Syariah (Studi Kasus
Di Pasar Kahayan Kota Palangka Raya). Jurnal Al-Qardh, 4(2), 88–98.
Upara, A. R. (2014). Penerapan Sanksi Pidana Adat Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Zina Di Tinjau Dari Hukum Pidana Adat Dan Hukum Pidana
Nasional Pada Masyarakat Adat Tobati Di Jayapura. Legal Pluralism:
Journal of Law Science, 4(2).
Usop, S. R. (n.d.). Conflicts between Corporations and Indigenous Communities Cases of
Plantation Businesses in Central Kalimantan.
Widnyana, I. M. (2013). Hukum pidana adat dalam pembaharuan hukum pidana. PT.
Fikahati Aneska bekerjasama dengan BANI Arbitration Center
Y. Nathan Ilon. (1987). Ilustrasi dan Perwujudan Lambang Batang Garing dan
Dandang Tingang Sebuah Konsepsi Memanusiakan Manusia Dalam Filsafat
Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Kapuas: Pemerintah Kabutaten
Tingkat II Kapuas.

11
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Citranu [2020]

Yuliana, Y. (2019). Ritual Adat Hinting Pali Sebuah Resolusi Konflik


Alternatif: Strategi Membuka Komunikasi Pada Konflik Tanah Adat
Antara Komunitas Adat Tamanggung Doho Dengan PT Karya Dwi
Putera (PT KDP) Di Desa Tumbang Marak, Kalimantan Tengah. Jurnal
Sosiologi Nusantara, 5(2), 157–170.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/328/2020 Tentang Panduan Pencegahan Dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja
Perkantoran Dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha
Pada Situasi Pandemi.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/247/2020 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019
(COVID19).
Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor Ek/02.011/Menkes/335/2020/ Tgl
20 Mei 2020 tentang protokol Pencegahan Penularan Covid-19 di
tempat kerja sektor jasa dan perdagangan (Area Publik) dalam
mendukung keberlangsungan usaha.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 440 – 830 tahun 2020 tentang
pedoman tatanan Normal Baru Produktif dan Corona Virus Disease
2019 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Kementerian
Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.
Surat Edaran MENPAN dan RB Nomor 58 tahun 2020 tentang Sistem Kerja
Pegawai ASN Dalam Tatanan Normal Baru (New Normal).
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008
tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah
Perjanjian Damai Tumbang Anoi 1894

12
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Wayan Wirta [2020]

Analisis Penyebab Perubahan Prilaku Konsumtif


Masyarakat Dalam Penayangan Iklan Kapitalisme
Media Massa Televisi

I Wayan Wirta
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Pendahuluan
Perkembangan media massa pada era generasi millennial ini merupakan salah
satu bentuk kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu
contohnya tayangan iklan televisi, yang awalnya televise yang tampilannya
sangat sederhana “hitam putih” hingga “TV berwarna nirkabel” melengkapi
asesoris mobil yang bisa dibawa pergi kemana-mana. Hal ini menunjukkan
adanya kemajuan pesat pada bidang teknologi, yang meliputi : produksi,
konsumsi dan distribusi informasi merupakan bagian dari strategi kapitalisme
media yang dianggap memegang peran yang sangat penting. Menurut Alvin
Toffler (dalam Sari, 2015:02), menyebutkan begitu pesatnya perkembangan
teknologi sebagai sebuah revolusi yang berlangsung dalam tiga gelombang.
Kebutuhan manusia akan informasi dapat dikatakan sudah menjadi hal pokok
yang terus dan harus terpenuhi. Gejala-gejala tersebut ditunjukkan setiap saat
terlihat manusia akan mencari tahu apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Secara naluriah manusia mencoba untuk memenuhi kebutuhan akan informasi.
Sehingga tidak heran, bila media massa sudah menjadi trend kebutuhan pokok
bagi setiap individu saat ini. Trend media sosial terutama media televisi
merupakan unsur penting dalam pergaulan sosial masa kini. Media massa telah
membangun dirinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dewasa ini. Banyak
upaya dan metode yang dilakukannya dengan memanfaatkan peran media
massa jenis koran, televisi, online, bahkan media sosial masyarakat, seperti
WhatsApp, Twitter, facebook, instagram dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal
ini membuktikan kebutuhan masyarakat akan informasi akan terus mengalami
perkembangan mengikuti era atau zamannya, yakni “di era teknologi
informasi”.

13
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Wayan Wirta [2020]

Tanpa disadari pengaruh kuat media massa telah mengubah pengalaman sosial
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan banyaknya muncul media
massa, tidak menutup kemungkinan terjadinya kompetisi antara satu media
massa dengan media massa lainnya dalam memperebut pangsa pasar.
Kompetisi media massa terutama media tevisi tidak hanya meliputi isi,
penyajian berita atau bentuk liputan lainnya, tetapi juga menyangkut aspek
periklanan. Peran media massapun termasuk media televisi pada akhirnya
berkembang mengarah pada konsep kapitalis. Dalam dunia pertelevisian
berorientasi pada keuntungan dan akumulasi modal, membuat pihak swasta
berbondong-bondong menciptakan sebuah produk yang menarik perhatian
masyarakat sebagai konsumennya. Dengan berbagai cara yang dilakukan,
seperti membuat iklan, di mana pihak swasta berusaha mensugesti
konsumennya supaya tertarik untuk membeli produknya.
Launa, dkk (2012:21) menyatakan iklan adalah suatu komponen promotional mix
yang umum dilakukan oleh sebuah perusahaan. Iklan dianggap penting, jika
ingin produknya sukses laku di pasar. Setiap tahun, bahkan setiap launching
produk baru perusahaan tidak tanggung-tanggung menghabiskan dana ratusan
juta, bahkan miliaran rupiah yang dikeluarkan hanya untuk iklan. Kondisi
persaingan yang semakin ketat membuat pengeluaran kost biaya yang semakin
bertambah besar setiap tahunnya. Perusahaan berlomba-lomba membuat iklan
untuk membangun posisi yang menguntungkan di pasar. Gholami, dkk
(2016:326) mensitir bahwa iklan adalah alat yang ampuh untuk berkomunikasi
dengan konsumen sesuai pesan yang akan disampaikan. Jika iklan menciptakan
asosiasi positif dari produk, memungkinkan akan meraih keberhasilan dalam
peningkatan produk baru dengan merek perusahaan. Salah satu media promosi
yang sangat penting dalam bentuk periklanan adalah media televisi (TV).
Iklan televisi yang biasa dikenal sebagai media iklan yang paling kuat dalam
menjangkau spektrum konsumen yang sangat luas. Iklan televisi mempunyai
dua kekuatan yang sangat penting. Pertama, iklan televisi bisa menjadi sarana
efektif untuk mendemontrasikan atribut produk dengan jelas dan secara
persuasif dan menjelaskan manfaatnya bagi konsumen. Kedua, iklan televisi
dapat menggambarkan pengguna dan pencitraan penggunaan, kepribadian
merek, atau hal yang tak berwujud lainnya secara dramatis.
Ketergantungan masyarakat terhadap peran media massa terkadang tidak
disadari bahwa mereka telah tergerus dalam kapitalisme media massa saat ini.

14
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Wayan Wirta [2020]

Dari iklan yang ditayangkan televisi terlihat kekuatan iklan dalam menghipnotis
pemirsanya agar tertarik dengan produk yang ditawarkannya. Contoh : Ketika
seorang anak menangis minta sesuatu kepada orang tuanya, dan ingin dibelikan
mainan atau makanan seperti tayangan iklan yang ditontonnya. Masyarakat
cenderung membeli suatu produk yang teriming-imingi oleh iklan, padahal
produk tersebut bukanlah produk yang dibutuhkan saat ini. Iklan-iklan
tersebut sedikit banyak telah merubah pola prilaku masyarakat menjadi lebih
konsumtif, tergerak hatinya kepingin membeli atau memilikinya tanpa
mempertimbangkan matang-matang penting tidaknya produk itu. Padahal
sesungguhnya produk tersebut tidak termasuk dalam skala prioritas kebutuhan
yang mendesak dan bahkan tidak tercatat dalam daftar urutan kebutuhan
keluarga. Sesungguhnya prilaku seperti itu kurang efektif dan kurang efisien
dalam kehidupan keluarga, karena masih ada kebutuhan pokok lain yang lebih
penting dan urgen. Prilaku seperti itu merupakan pemborosan, bahkan setelah
produk dibeli kurang tepat guna, terkadang berujung pada penyesalan. Karena
itu, peneliti tertarik mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul
penelitian.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dibatasi
dalam ranah rumusan masalah : Bagaimanakah penyebab perubahan perilaku
konsumtif masyarakat dalam penayangan ilkan kapitalisme media massa
televisi. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk memahami
perubahan perilaku konsumtif masyarakat sebagai akibat menonton tayangan
iklan kapitalisme media massa televisi, yang kemudian disajikan dalam uraian
secara sistematis. Hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan
manfaat menambah wawasan, memperkaya kasanah ilmu pengetahuan, serta
dapat dijadikan refrensi atau sumber acuan dalam penelitian-penelitian yang
serupa bagi peneliti selanjutnya.
Teori yang digunakan dalam menganalisis masalah penelitian ini mengacu pada
teori Stimulus Organism Response (S-O-R). Secara metodologis penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan ilmu komunikasi dengan metode kualitatif. Jenis
data yang digunakan adalah data kualitatif yang diperoleh dari data primer
dengan teknik observasi dan wawancara mendalam yang peneliti rekam dengan
penggunaan instrument penelitian berupa HP. Sedangkan data skunder
diperoleh dengan teknik dokumentasi dan library research berupa pengkajian
refrensi dari sumber-sumber buku dan jurnal penelitian. Metode analisis data
yang digunakan, adalah : reduksi, data display dan verifikasi data.

15
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Wayan Wirta [2020]

Pembahasan
Menurut McQuail (1994:31), perkataan “massa” berdasarkan sejarah
mempunyai dua makna, yaitu makna positif dan negatif. Konglomerasi media
merupakan kekuatan dari perusahaan yang berskala besar yang memiliki
banyak jenis media massa sebagai bagian bisnisnya. Tentu saja konglomerasi
media khususnya periklanan televisi seperti ini sangat tidak sehat dalam iklim
demokrasi mengingat kekuatan media “power full” berpengaruh besar terhadap
masyarakat yang menkonsumsi informasi dari media tersebut. Bentuk
konglomerasi ini tentu sudah terjadi di Negara Indonesia, sebut saja PT Media
Nusantara Citra,Tbk., yang memiliki RCTI, MNC TV, Global TV, Radio
Trijaya, Koran Seputar Indonesia, Okezone.com dan Indovision.
Terdapat dua asumsi dasar yang melatarbelakangi media massa, yaitu : (1)
Institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan distribusi
pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan
bermakna tantang pengalaman dalam kehidupan sosial. Dalam hal ini media
massa memiliki posisi yang begitu penting dalam proses transformasi
pengetahuan. (2) Media masa memiliki peran mediasi antara realitas sosial yang
objektif dengan pengalaman pribadi. Media massa menyelenggarakan
kegiatannya dalam lingkungan publik. Pada dasarnya media massa dapat
dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara luas.
Ciri-ciri yang berkaitan erat dengan kapitalis adalah mengenai institusi media
yang diakitkan dengan industri pasar karena ketergantungannya pada imbalan
kerja, teknologi dan kebutuhan pembiayaan. Sistem kapitalis modern pada
dasarnya mengandung kontradiksi-kontradiksi internal yang menyangkut
peran media. Media massa mengalami kontradiksi sebagai institusi kapitalis
yang berorientasi pada keuntungan dan akumulasi modal tentu berbeda dengan
kepentingan dalam mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat. Media massa
harus berorientasi pada pasar dan sensitif terhadap dinamika persaingan pasar
agar selalu mendapat tempat di hati pemirsanya sehingga mendapat banyak
pemasukan dari iklan-iklan. Ideologi media massa yang takluk di bawah
cengkraman kapitalisme media massa membentuk sikap dan perilaku pekerja
media yang memposisikan informasi semata-mata sebagai komoditas. Padahal,
pemenuhan keingintahuan manusia pada umumnya sangat bergantung kepada
kemauan baik pengelola lembaga media massa dalam menyajikan informasi.

16
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Wayan Wirta [2020]

Media massa sesuai dengan type umum industri kapitalis merupakan alat
produksi yang menguntungkan. Media massa cenderung dikuasai oleh kaum
kapitalisme, yang dilaksanakan baik secara nasional maupun internasional dan
tentunya untuk memenuhi kepentingan kelas pemilik modal tersebut. Demi
pemenuhan kepentingan kaum mereka, kaum kapitalis cenderung
mengeksploitasi pekerja media dan konsumen secara material demi
mendapatkan keuntungan yang banyak. Hal ini mendukung banyaknya jenis-
jenis iklan yang bermunculan, dengan berbagai macam dan cara untuk menarik
perhatian konsumen (masyarakat).
Bila dilihat dari segi pendekatan fungsionalisme struktural, teori ini
menganggap bahwa institusi media erat kaitannya dengan kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan yang dimaksud adalah hal-hal yang berkaitan dengan
kesinambungan, ketertiban, integrasi, pengarahan, dan adaptasi. Masyarakat
adalah sebuah sistem yang terdiri dari bebrapa bagian yang tidak terpisahkan
dan saling berkaitan fungsi satu sama lain. Sebetulnya kewajiban media massa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menciptakan sebuah integrasi.
Namun kenyataanya, pendekatan fungsionalisme struktural sering menjadi
subsistem yang memiliki ketergantungan penuh pada sistem kapitalis. Sehingga
kemampuan fungsional media secara ideal tidak bisa terealisir, karena
dikalahkan oleh kepentingan pemodal, hal inilah yang memicu timbulnya
perubahan prilaku konsumtif masyarakat dewasa ini. Dengan demikian, teori
fungsionalisme struktural tidak mempan menganalisis peran kapitalisme media
massa/media sosial dan tidak berfungsi efektif melahirkan kesejahteraan
konsumen (masyarakat), justru sebaliknya terjadi disintegrasi peran/fungsi
yang justru didominasi oleh kepentingan pemodal (kapitalisme). Dampak yang
paling dirasakan oleh masyarakat (audience) yang tanpa disadari, yakni
mengalami perubahan pada prilaku yang konsumtif.
Istilah konsumtif pada umumnya digunakan pada masalah yang berkaitan
dengan perilaku konsumen dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Dewasa ini salah satu gaya hidup konsumen yang cenderung terjadi dalam
masyarakat adalah gaya hidup yang menganggap materi sebagai sesuatu yang
bisa mendatangkan kepuasan. Fromm (1998:25) mengatakan bahwa manusia
sering dihadapkan pada persoalan untuk memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan kehidupannya. Oleh karena itu, manusia harus melengkapi
semua kebutuhannya. Namun tuntutan untuk memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan hidup kini telah bergeser menjadi dorongan untuk

17
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Wayan Wirta [2020]

memenuhi keinginan dan hasrat seiring dengan perkembangan zaman yang


semakin maju dan kompleks, termasuk trend gaya hidup di era globalisasi
dewasa ini.
Prilaku konsumtif masyarakat kini bisa dipicu oleh semakin mudah menjumpai
iklan berbagai produk yang dipasarkan melalui media koran, majalah, radio,
televisi, bahkan internet. Tidak hanya promosi iklan produk saja yang
berkembang, bahkan sekarang proses transaksi jual beli dan cara pembayaran
barang/produk menjadi sangat mudah. Kini orang yang kepingin membeli
produk tertentu tidak harus pergi membuang-buang waktu ke toko atau ke
pasar hanya untuk kepentingan membeli barang, tetapi tinggal menelepon dari
rumah saja sudah bisa memesan barang apapun yang diinginkan. Selain itu,
sekarang sudah berkembang sistem belanja secara online yang hampir sama
seperti pemesanan lewat telepon yang prosesnya lebih cepat dan terkontrol.
Lebih-lebih perubahan prilaku hidup masyarakat pascapandemi Covid-19 yang
baru-baru ini dirasakan melanda pola hidup masyarakat menjadi hidup new
normal (normal baru) berupa sikap kehati-hatian menghindari kontak social
secara langsung (dengan pengaturan jarak fisik/Social phsycal distancing)
menghindari keruman berkumpul dengan orang-orang lain, selain masih
trahomatis ketakutan akan tertular virus corona yang mematikan itu.
Sebagai akibat menghindari kontak sosial, maka sistem pembayaranpun sudah
mengalami pergeseran. Sekarang orang bertransaksi tidak perlu membayar
dengan uang cash, tetapi hanya dengan menggesek kartu kredit di ATM atau
melalui pembayaran M-banking/E-bangking yang difasilitasi oleh bank. Bahkan
transaksi secara manualpun tidak ketinggalan, masih tetap bisa dilakukan, yakni
dengan meberlakukan sistem bayar setelah terima barang melalui jasa kurir.
Transaksi bisa didokumentasikan, difoto oleh kurir pengantar barang ke
rumah, lalu diinfokan kembali ke toko pengirim produk, maka transaksipun
dapat berlangsung tanpa hambatan, namun masih tetap mengutamakan
kesehatan sesuai protap pemerintah, seperti ; jaga jarak, pakai masker, cuci
tangan pakai sabun, tidak bersentuhan, menghindari kerumunan dan lain
sebagainya.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya yang mendorong terjadinya perilaku
konsumtif adalah perubahan dan perkembangan mode, pengaruh budaya
populer bisa dilihat dari penayangan ilkan media televisi sebagai salah satu
bentuk media massa. Faktor tersebutlah yang paling berpengaruh terhadap

18
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Wayan Wirta [2020]

perilaku masyarakat mengkonsumsi barang-barang kebutuhan hidup di era


modern sekarang ini. Faktor kesibukan dan malas keluar rumah juga
mendorong perubahan prilaku konsumtif masyarakat. Dengan berbagai
kemudahan dan pilihan yang semakin banyak dan beragam, serta pengaruh
trend/mode yang sedang berkembang dewasa ini, tidak mengherankan jika hal
tersebut memungkinkan terjadinya peluang munculnya perubahan perilaku
masyarakat yang konsumtif.
Perubahan prilaku yang konsumtif pada masyarakat tentunya juga dipengaruhi
oleh adanya perubahan sosial “new normal” mengurangi dan menghindari
komunikasi kontak atau tatap muka langsung dengan orang lain yang tentu
telah digantikan oleh peran media sosial. Perubahan sosial adalah proses sosial
yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan
sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara
sukarela dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal dengan meninggalkan pola-
pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri
atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial baru
(Bungin, 2008: 91). Bila dikaitkan perubahan prilaku masyarakat menjadi lebih
konsumtif itu sebagai akibat munculnya pola-pola kehidupan baru pada
generasi millennial ini. Pola-pola kehidupan masyarakat yang cenderung haus
akan informasi, membuat konsumen secara terus-menerus mencoba mencari
berbagai informasi melalui peran media massa. Hal ini dilirik dan dimanfaatkan
oleh pihak swasta untuk meraih keuntungan maksimal.
Berdasarkan teori Stimulus Organism Response (S-O-R) yang dikemukakan
Hovland (1953:14) menjelaskan bahwa proses dari pembentukan sikap adalah
serupa dengan proses belajar. Dalam teori Stimulus Organism Response terdapat
5 manfaat yang disebut sebagai konsep “AIDDA” yang digunakan untuk
menganalisis tahapan sebagaimana dijelaskan Kotler (2000:166) berdasarkan
pada beberapa tahapan, sebagai berikut : (1) Perhatian (attention), pada tahap ini
komunikan mulai memperhatikan pesan yang diberikan oleh komunikator
pertama kalinya. (2) Ketertarikan (interest), komunikan mulai menaruh
perhatian terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator secara terus-
menerus sehingga komunikan tanpa sadar mempelajari pesan tersebut. (3)
Keinginan (desire), ditahap ini komunikan sudah memiliki ketertarikan terhadap
pesan, serta memiliki keinginan untuk memutuskan melaksanakan pesan yang
didapatnya. (4) Keputusan (decision), dalam tahap ini komunikan membuat
keputusan terhadap pesan yang diterimanya untuk melaksanakan pesan

19
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Wayan Wirta [2020]

tersebut atau menolak. (5) Tindakan (action), tahap terakhir yaitu komunikan
melakukan tindakan setelah mengolah dan menerima pesan, maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap. Attention, interest, desire, decision dan action
disingkat “AIDDA”.
Berdasarkan konsep AIDDA seperti tersebut di atas, dapat dikatakan
kapitalisme media massa (ilkan media televisi) dapat mempengaruhi perilaku
konsumtif masyarakat. Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah audiens,
yang dibangkitkan perhatiannya (attention) sebagai awal memulai proses
komunikasi. Bila perhatian audiens telah terbangkitkan, lalu disusul dengan
upaya menumbuhkan minat (interest). Minat adalah kelanjutan dari tahap
perhatian merupakan titik tolak bagi timbulnya keinginan (desire) untuk
melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator (media massa)
terhadap komunikan (audiens/masyarakat) melalui pesan-pesan yang dikemas
lewat iklan televisi. Setelah pada tahap timbulnya keinginan, maka akan
berlanjut dengan tahap pengambilan keputusan (decision), yaitu keputusan
untuk melakukan tindakan (action) seperti yang diharapkan komunikator (media
massa). Jadi berdasarkan uraian di atas, konsep AIDDA telah menerpa
kehidupan masyarakat melalui tayangan iklan televisi yang menyebabkan
terjadinya perubahan prilaku konsumtif.

Penutup
Berdasarkan analisis perubahan perilaku konsumtif masyarakat seperti telah
dipaparkan di atas, dapat ditarik simpulan, bahwa prilaku konsumtif
masyarakat dapat dipicu oleh semakin mudahnya dijumpai iklan berbagai
produk yang dipasarkan melalui tayangan iklan media massa (media televisi).
Perubahan prilaku konsumtif pada masyarakat (audiens) sangat dipengaruhi
oleh adanya perubahan sosial, perkembangan mode, pengaruh budaya populer
yang dapat dilihat dari berbagai tayangan media massa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk berprilaku konsumtif memicu audiens
(masyarakat) dilirik dan dimanfaatkan oleh pihak swasta untuk meraih
keuntungan maksimal.

20
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Wayan Wirta [2020]

Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi: Teori, paradigm dan diskursus
teknologi komunikasi di masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Fromm, Erich. 2005. The Art Of Loving. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Gholami Saeed, Ebrahim Roushanghias, dan Mahdi Karimiankakolaki. 2016.
Examination of factors Influencing On Enhancement of Brand Equity with
Emphasis on Advertising and Sales Promotion. Journal of Current Research in
Science.
Hovland, Carl I., Irving K. Janis, dan Harold H., Kelley. 1953. Communication
and Persuasion. New Haven : Yale University Press.
Kotler, Philip. 2000. Prinsip-prinsip Pemasaran Manajemen. (Jakarta : Prenhalindo).
Launa, Orisya Syam, dan Furuzzandeh. 2012. The Impact of Advertising Appeals
on Advertising Attitudes and Purchase Intention. Journal of Business
Management.
McQuail, Denis. 1994. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Edisi kedua.
Jakarta: Erlangga.
Sari, Chacha. Andira. 2015. Perilaku Berbelanja Online Di Kalangan Mahasiswi
Antropologi Universitas Airlangga. Jurnal. Departemen Antropologi FISIP
Universitas Airlangga.

21
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Ketut Sudarsana [2020]

Menjadi Calon Guru Profesional Dengan Mengenali


Potensi Diri

I Ketut Sudarsana
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Pendahuluan
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (UHN I Gusti
Bagus Sugriwa Denpasar) memiliki tanggung jawab dalam melahirkan calon
guru yang berkualitas, sehingga dalam kurikulumnya terutama untuk program
studi kependidikan konsisten memasukkan matakuliah-matakuliah berkaitan
dengan pembentukan dan pengembangan profesionalisme sebagai calon guru.
Salah satu matakuliah tersebut adalah pengelolaan kelas. Dalam pengelolaan
kelas ada dua subjek yang memegang peranan yaitu guru dan siswa. Guru
sebagai pengelola, sebagai pemimpin mempunyai peranan yanglebih dominan
dari siswa. Motivasi kerja guru dan gaya kepemimpinan guru merupakan
komponen yang akan ikut menentukan sejauhmana keberhasilan gurudalam
mengelola kelas (Surjana, 2002). Sebagai kampus dibawah Kementerian Agama
yang mengedepankan pendidikan berbasis kehinduan, UHN I Gusti Bagus
Sugriwa Denpasar sangat menyadari bahwa guru merupakan garda terdepan
dalam implementasi pembentukan sumber daya manusia (SDM) berkualitas
dan berkarakter.
Sumber Daya Manusia merupakan rancangan sistem-sistem formal dalam
sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif
dan efisien guna mencapai tujuan organisasi (Mathis dan Jackson. 2006:3).
Sumber Daya Manusia juga dapat diartikan sebagai kemampuan terpadu dari
daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan
oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi
oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. (Hasibuan, 2003: 244). Definisi
di atas menekankan bahwa sumber daya manusia merupakan kemampuan baik
daya pikir maupun daya fisik yang dimiliki seseorang dalam mencapai tujuan
masing-masing individu secara efektif dan efisien. Sedangkan karakter
merupakan jati diri (daya kalbu) yang merupakan saripati kualitas

22
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Ketut Sudarsana [2020]

batiniah/rohaniah manusia yang penampakannya berupa budi pekerti yaitu


sikap dan perbuatan lahiriah (Maksudin, 2013).
Mahasiswa sebagai calon guru nantinya berkecimpung di sekolah, sebagai
lembaga pendidikan yang sangat berperan memberikan dasar pembentukan
pribadi berakhlak mulia kepada generasi muda bangsa. Sehingga lembaga
pendidikan ini seyogyanya dapat membekali siswanya dengan berbagai nilai,
sikap, serta kemampuan dan keterampilan dasar yang cukup kuat sebagai
landasan untuk menyelesaikan pendidikan pada jenjang berikutnya.
Sekolah sebagai pendidikan formal merupakan lembaga yang memiliki
kewajiban untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter
luhur. Lembaga pendidikan ini seyogyanya dapat membekali siswanya dengan
berbagai nilai, sikap, serta kemampuan dan keterampilan dasar yang cukup kuat
sebagai landasan untuk menjalani kehidupan yang sebenarnya di masyarakat
(Perni & Paramitha, 2020).
Guru Agama Hindu dianggap sebagai orang yang memegang peranan penting
dalam pembentukan sikap mental dan moral anak dengan ajaran sastra-sastra
agama yang diajarkan. Siswa akan belajar dan terus belajar, jika kondisi
pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman, dan jauh dari perilaku yang
menyakitkan perasaan siswa. Hal ini sejalan dalam usaha mendukung
terwujudunya tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahklak mulia, sehat berilmu, cakap, terampil, mandiri dan
menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab. Prinsip yang
terkandung dari tujuan tersebut bahwa pendidikan berperanan untuk
mengembangkan potensi manusia agar terbentuk kompetensi pada dirinya,
agar cerdas dan berbudi pekerti luhur. Dalam insteraksi belajar mengajar, guru
pendidikan Agama Hindu akan berusaha secara maksimal menggunakan
berbagai ketrampilan dan kemampuannya, agar siswa mencapai tujuan yang
diharapkan. Menentukan pengelolaan kelas yang baik akan mencerminkan
kualitas profesionalisme guru pendidikan Agama Hindu dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Guru sebagai pengelola kelas merupakan orang yang
mempunyai peranan yangstrategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukandi kelas, orang yang akan mengimplementasikan
kegiatan yang direncanakan dengansubjek dan objek siswa, orang menentukan
dan mengambil keputusan denganstrategi yang akan digunakan dengan

23
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Ketut Sudarsana [2020]

berbagai kegiatan di kelas, dan guru pulayang akan menentukan alternatif solusi
untuk mengatasi hambatan dan tantanganyang muncul; maka dengan tiga
pendekatan-pendekatan yang dikemukakan, akansangat membantu guru dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya (Surjana, 2002). Berkaitan dengan hal
tersebut studi ini dilaksanakan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan
Agama Hindu Fakultas Dharma Acarya UHN I Gusti Bagus Sugriwa
Denpasar, khususnya semester IV kelas pagi dan siang yang mengambil mata
kuliah pengelolaan kelas.

Pembahasan
UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, khususnya Fakultas Dharma Acarya
merupakan lembaga yang berusaha secara sadar menyiapkan mahasiswa dalam
memahami, meyakini, sehingga mengimani, bertaqwa dan berahlak mulia
dalam mengamalkan ajaran Agama Hindu sehingga mampu menjadi guru yang
professional. Calon guru yang dihasilkan oleh UHN I Gusti Bagus Sugriwa
Denpasar harus memiliki bekal dan kemampuan dalam memberikan informasi
tentang ajaran Agama Hindu, selain secara pribadi mempunyai dasar yang kuat
mengenai ajaran Agama Hindu yang bersumber dari kitab suci Weda, seperti
yang dijelaskan dalam Manawa Dharmasastra, Sloka II.6 berikut ini:
Idanim dharma pramananyaha
Wedo khilo dharmamulam
Smrtcile ca tadwidam
Acaracciwa sadhunam
Atmanas tutirewa ca
Terjemahan:
Seluruh pustaka suci Weda adalah sumber pertama dari pada dharma,
kemudian adat istiadat dan lalu tingkah laku yang terpuji dari orang-
orang budiman yang mendalami ajaran pustaka suci Weda, juga tata cara
berkehidupan orang-orang suci dan akhirnya kepuasan dari pribadi
(Pudja dan Sudharta, 2003).
Sloka diatas jelas menyebutkan bahwa pustaka suci Weda adalah sumber
pertama dari pada dharma dan semua yang termasuk tingkah laku, adat istiadat
diharapkan terbentuk dari ajaran suci Weda yang nantinya juga melahirkan
orang-orang budiman dan mendalami ajaran suci Weda. Jelas dalam sloka ini

24
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Ketut Sudarsana [2020]

dinyatakan orang yang mau belajar akan mendapatkan kepuasan dalam


kehidupannya terutama ilmu pengetahuan, hal ini juga diharapkan agar
mahasiswa UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar mau memahami dan belajar
tentang pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, agar
kelak apa yang didapatkan dalam perkuliahan nantinya dapat berguna untuk
bekal menjadi guru yang profesional.
Mahasiswa adalah cikal bakal guru disekolah, sehingga untuk mendapatkan
generasi guru yang berkualitas moral dan prilaku yang baik, maka kampus harus
memberikan pembinaan sikap disiplin dengan penerapan ajaran tata susila agar
terwujudnya pola prilaku baik dalam bentuk perbuatan, perkataan dan
pemikiran. Dalam Sarasamuccaya Sloka 118 dijelaskan berikut ini:
Ika tan ujarakena, rahayu ta ya, haywa ta winis
Tarakena haywa hyun-hyun kawarjana angucap,
Apan ikang ujar yan, jambat, hanang haras, hana
Ililik pinuharanya, tan rahayu ta ngaranika.
Terjemahan:
Yang patut dikatakan itu hendaknya sesuatu yang membawa kebaikan,
hal itu janganlah digembor-gemborkan; berkeinginan disebut pandai
berbicara; sebab kata-kata itu bila berkepanjangan, ada yang
menyebabkan senang ada yang menimbulkan kebencian; tak baik hal
serupa itu (Kadjeng dkk, 1997).
Sloka diatas menyebutkan sesuatu yang membawa kebaikan adalah sesuatu
yang patut dikatakan, tapi dalam prakteknya sesuatu yang membawa kebaikan
tersebut jangan digembor-gemborkan, akan tetapi sesuatu yang membawa
kebaikan itu dibicarakan secara baik-baik karena apabila tidak bisa bertutur kata
dengan baik akan merugikan banyak orang, begitu pula dengan mahasiswa
UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar hendaknya mampu mengontrol diri
dalam bertutur kata yang baik dan benar dalam hidup bermasyarakat.
Sebagai calon guru, mahasiswa UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar harus
mampu mengenali potensi dirinya terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa
jawaban mahasiswa saat memberikan tanggapan mengenai kelebihan yang
dimiliki saat ini sehingga nantinya bisa menjadi modal untuk mampu mengelola
kelas dengan baik disaat menjadi guru.

25
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Ketut Sudarsana [2020]

Saya mungkin bukan pribadi yang cukup matang sebagai calon pendidik
profesional, akan tetapi niat saya untuk menjadi seorang pendidik jauh
lebih besar dari kelemahan saya, saya harap saya bisa mempersiapkan diri
secara matang untuk menjadi seorang pendidik, mulai memahami arti
penting dari seorang pendidik yang jauh lebih menguasai karakter
seorang peserta didik nantinya, karena nilai dan pengetahuan tidak
berguna apabila karakter yang baik tidak dimiliki oleh sseorang peserta
didik (Kadek Ria Parwati).
Kelebihaan yang ada dalam diri menurut saya itu saat menjadi seorang
tenaga pendidik yaitu saya memiliki kepercayaan diri, kejujuran serta
kedisiplinan dalam proses pembelajaraan bisa menerima kesalahan dan
memperbaikinya sehingga nantinya saya mampu menjadi pribadi yang
lebih baik dan bijak. Berani dalam berpendapat secara langsung. Selain
saya juga mempersiapkan diri sebelum mengikuti ptoses pembelajaran
dengan cara membaca materi yang akan dibahaspada pertemuan (Putu
Febri Sri Suandari).
Niat saya menjadi seorang guru sangatlah tinggi, tekad inilah yang
membuat saya berusaha lebih baik memahami arti penting dari seorang
pendidik, sehingga nanti kedepannya akan mampu menjadi seorang
pendidik profesional. tetapi untuk saat ini saya masih gugup untuk
berbicara di depan banyak orang. karena itu saat saya masih berusaha
agar tidak gugup ketika berbicara didepan banyak orang (I Dewa Made
Sugiantara).
Kelebihan yang saya miliki yang dapat menjadi modal untuk mampu
mengelola kelas dengan baik saat menjadi guru adalah: 1). Saya memiliki
sikap profesionalisme sebagai seorang guru 2). Saya memiliki
keperibadian yang baik, seorang guru haruslah memiliki keperibadian
yang baik karena akan menjadi contoh bagi siswa. 3). Saya memiliki
kompetensi pedagogik yang baik yang merupakan kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik dan memahami karakteristik
peserta didik, baik berdasarkan aspek moral, emosional dan intelektual.
4). Saya memiliki skill dalam menciptakan berbagai media pembelajaran
yang interaktif dan berbasi IT. 5). Saya juga sudah pernah menjadi
seorang guru di salah saru organisasi soial kemanusiaan dan sekrang
sedang membuka bisnis les privat. Dan yang terakhir adalah saya

26
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Ketut Sudarsana [2020]

memiliki kemampuan untuk mengelola kelas yaitu dengan memiliki


keterampilan manajemen waktu, keterampilan membuat keputusan,
keterampilan kemanusiaan dan keterampilan konseptual. Keberhasilan
pengelolaab kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaina
tunuan pembelajaran, dipengarubi oleh lingkungan fisik, kondisi sosio
emosinal dan kondisi organissional. Dengan berbagai kelebihan yang
saya miliki saya yakin bahwa saya bisa mengelola kelas dengan baik agar
proses pembelajaran berlangsung dengan kondusif (Niluh Ari
Kusumawati).
Jujur saja, ketika berbicara tentang kelebihan saya merasa sedikit
bingung. Apakah saya memiliki kelebihan atau tidak. Karena yang saya
rasakan didalam diri saya ini hanya ada banyak kekurangan. Namun ada
satu yang mungkin bisa dikatakan sebagai kelebihan pada semua orang
yaitu memiliki kedisiplinan diri. Saya bisa mengatur waktu-waktu saya
sendiri. Bahkan jika nanti saya menjadi seorang guru saya akan sangat
mengedepankan kedisiplinan pada peserta didik. Karena bagi saya waktu
1detik itu sangatlah berharga dan berarti. Dengan memiliki kedisiplinan
dalam diri tentu itu akan menjadi modal utama saya dalam menjadi
seorang guru kelak. Saya juga akan mengajarkan kepada seluruh anak
didik saya untuk selalu menanamkan sikap disiplin dalam diri dan juga
menghargai waktu yang kita miliki. (Ni Nengah Lela Nopita Sari).
Saya memiliki kelebihan yaitu sifat yang penuh semangat dan pantang
menyerah. Karena dalam pengelolaan kelas sangat diperlukan guru yang
penuh semangat, dimana kelebihan yang saya miliki ini kedepannya
bermanfaat untuk memupuk semangat peserta didik dalam belajar, serta
tidak pantang menyerah hanya karena satu kegagalan saja (Liska Riani).
Saya memiliki kelebihan yaitu percaya diri yang tinggi pada saat
melakukan presentasi atau menjadi seorang guru di dalam kelas.selain itu
kelebihan yang saya miliki adalah mampu mencairka suasana agar siswa
tetap fokus, dan mampu memaparkan materi dengan baik dan benar (Ida
Ayu Gede Purnayatti Mandhara).
Menurut saya, kelebihan yang saya miliki adalah saya memiliki
kemampuan berpikir yang terstruktur dan melihat fenomena yang terjadi
pada siswa sekarang. Saya memiliki pemikiran bahwa belajar tidak lah
membosankan apabila guru mampu mengelola kelasnya dengan baik,

27
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Ketut Sudarsana [2020]

saya memiliki ide-ide untuk menciptakan ruangan kelas yang kondusif


seperti yang telah saya paparkan tadi. Saya tidak melulu berpatokan pada
teori, tetapi lebih menekankan bagaimana seorang siswa bisa nyaman
belajar dengan gurunya atau lebih ke aktualisasinya. Itulah kelebihan saya
yang dapat saya jadikan sebagai landasan ketika mengelola kelas (Ni Luh
Made Anggriantini).
Kelebihan yang saya miliki menurut padangan saya pribadi yaitu sikap
percaya diri yang tertanam dalam diri saya. Sikap percaya diri ini mampu
nantinya saya gunakan sebagai modal ketika akan mengajar dan bertemu
dengan ratusan karakter siswa. Serta mampu berkomunikasi dengan
orang banyak. Dengan saya mampu berkomunikasi dengan orang
banyak ini, maka ini akan mampu membantu saya ketika menyampaikan
pelajaran kepada peserta didik. Kedua sikap ini sangat penting menurut
saya agar mampu mengelola suatu kelas dengan baik ketika nantinya
menjadi seorang guru (Ida Ayu Nyoman Widiastuti).
Kelebihan yang saya miliki yang nantinya dapat menjadikan modal untuk
mampu mengelola kelas dengan baik disaat saya mengajar yakni: 1). Saya
mampu beradaptasi dengan lingkungan di sekitar. Dengan begitu
setidaknya nanti saya bisa mengetahui bagimana seharusnya sikap saya
saat berada pada situasi mengajar. 2). Saya mampu berkomunikasi
dengan baik, melalui komunikasi yang baik setidaknya saya bisa menjalon
komunikasi yang baik dengan lingkungan saya termasuk peserta didik.
3). Saya sudah terbiasa menyusun jadwal ataupun rencana harian.
Dengan begitu setidaknya nanti saya bisa memanajeman waktu dengan
baik sesuai dengan rencana yang telah saya susun. 4). Saya memiliki
banyak referensi untuk mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar dengan
memberikan game berbasis pelajaran. Hal ini saya daptkan dalam
penglaman saya mengikuti organisasi kepramukaa serta organisasi
lainnya. Itulah beberpa kelebihan yang saya miliki yang senantiasa bisa
saya jadikan bekal nantinya untuk mengelola kelas dengan baik (I Dewa
Ayu Dwi Jayanti).
Berdasarkan tanggapan para mahasiswa tersebut diatas, semuanya memiliki
kelebihan dimana nantinya bisa menjadi modal untuk mampu mengelola kelas
dengan baik disaat menjadi guru. Guru disebut agent of change karena memiliki
posisi strategis dalam menentukan nasib bangsa dimasa yang akan datang.

28
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Ketut Sudarsana [2020]

Guru berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya


manusia (Widarsih & Faraz, 2016).
Guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dituntut untuk menjadi
tenaga yang profesional karena guru merupakan pelaku utama dalam proses
pembelajaran. Untuk meningkatkan kinerja guru diperlukan beberapa
kemampuan yang harus dimiliki dalam mengelola pembelajaran. Tiga kegiatan
pembelajaran di kelas meliputi: (1) perencanaan program kegiatan
pembelajaran; (2) pelaksanaan kegiatan pembelajaran; dan (3)
evaluasi/penilaian pembelajaran sangat menentukan keberhasilan peserta didik
maka seorang guru perlu meningkatkan kompetensinya sebab guru tidak hanya
sebagai pengajar namun sebagai pengelola proses pembelajaran. Guru memiliki
peran yang sangat penting terutama guru agama disebabkan pendidik haruslah
menjadi seorang model sekaligus menjadi mentor dari peserta didik dalam
mewujudkan nilai-nilai moral dalam kehidupan di sekolah. Guru adalah orang
yang bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar, memiliki mang untuk
dikondisikan dan diarahkan, yaitu ruang kelas tempat ia dan murid-muridnya
(peserta didik) berinteraksi (Hardiana, Sutriyanti & Suhardiana, 2019).
Perencanaan pembelajaran merupakan satu tahapan dalam proses pembe-
lajaran yang sangat bergantung kepada kompetensi keguruan seorang guru.
Guru yang baik berusaha sedapat mungkin agar pembelajarannya berhasil.
Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu ialah bahwa sebelum
masuk ke dalam kelas, guru senantiasa membuat perencanaan pembelajaran
sebelumnya (Seknun, 2014).

Penutup
Sebagai calon guru pendidikan Agama Hindu, maka mahasiswa UHN I Gusti
Bagus Sugriwa Denpasar wajib dibekali kemampuan dalam mengelola kelas.
Kemampuan mengelola kelas yang efektif dan efisien akan menghasilkan
pembelajaran Agama Hindu berkualitas. Hal ini karena pendidikan Agama
Hindu di sekolah mengandung beberapa aspek yang sangat penting diberikan
kepada anak didik, terutama dari tingkat dasar, yaitu kepribadian, sikap, dan
perilaku, nilai etika dan moral yang merupakan kristalisasi nilai-nilai yang baik
dari perilaku manusia. Semua itu harus secara sengaja ditransformasikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.

29
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Ketut Sudarsana [2020]

Daftar Pustaka
Hardiana, P. A. S., Sutriyanti, N. K., & Suhardiana, I. P. A. (2019). Peranan
Guru Agama Hindu Dalam Penumbuhkembangan Karakter Siswa Di
SMA Dwijendra Denpasar. Kamaya: Jurnal Ilmu Agama, 2(1), 51-68.
Kadjeng, I. N. dkk. (1997). Sarasamuscaya. Surabaya: Paramita.
Maksudin. (2013). Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga & Pustaka Pelajar.
Perni, N. N., & Paramitha, H. Y. (2020). Improving Teacher's Professionalism
To Increase The Quality Of Hindu Religious Education In School. Jurnal
Penjaminan Mutu, 6(1), 78-87.
Pudja, G. & Sudharta, T. R. (2003). Manawa Dharmaśastra (Manu Dharmaśastra)
atau Weda Smrti Compendium Hukum Hindu. Jakarta: CV. Nitra Kencana
Buana.
Seknun, M. Y. (2014). Telaah kritis terhadap perencanaan dalam proses
pembelajaran. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 17(1),
80-91.
Surjana, A. (2002). Efektivitas pengelolaan kelas. Jurnal Pendidikan Penabur, 1(1),
64-80.
Widarsih, R., & Faraz, N. J. (2016). Evaluasi kinerja guru ips smp berdasarkan
standar kompetensi guru di kabupaten kebumen. Harmoni sosial: jurnal
pendidikan IPS, 3(2), 177-187.

30
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

Meningkatkan Imun Tubuh Terhadap Pandemi


COVID-19 Dalam Perspektif Yoga

Luh Asli, Ni Wayan Monik Rismadewi


STKIP Agama Hindu Singaraja

Pendahuluan
Fenomena aktual COVID-19 menyiratkan pengalaman sangat menyedihkan
bagi dunia. Sebagai catatan dan potret dinamika sejarah prahara yang dialami
sebagian besar penduduk dunia. Dikala manusia berhadapan dengan tantangan
yang sedemikian besar, pikiranpun menjadi lepas dari tali kendalinya. Hidup
terasa didominasi oleh rasa takut yang mencekam, rasa cemas yang menyiksa,
pshycologis manusia merintih, terjebak dalam berbagai kebijakan yang
mengharuskan ‘stay at home’. Dampak susulannya adalah sebagian besar
kesulitan ekonomi karena baik aktor, ruang dan waktu seperti disandera.
Diantara kesulitan dan kesedihan global, sisa-sisa logika yang masih berfungsi
adalah sebagian orang-orang bijaksana, para intelektual sejati kemudian
mencari solusi apa yang harus dilakukan dalam rangka keluar dari prahara
COVID-19. Bagaimana cara yang ditempuh agar masyarakat yang sakit bisa
disembuhkan dan masyarakat yang belum terpapar jangan sampai
terkontaminasi dari yang sudah terinfeksi. Diantara mereka: para ilmuwan, para
intelektual di atas melakukan berbagai eksperimen, berbagai kajian baik
preventif maupun solusi kuratif bahu membahu berjuang untuk menuntaskan
persoalan dunia tersebut. Ada beberapa kajian yang layak dikaji antara lain
dengan mengenali karakter dari COVID-19, meningkatkan imun tubuh dalam
perfektif yoga sebagai salah satu daya tangkal dan tujuannya agar terhindar dari
pandemi dan kontaminasi COVID-19 sebagai wujud nyata tindakan preventif.
Bahkan meningkatkan imun tubuh melalui yoga tidak semata-mata menagkal
dari pandemic COVID-19, namun juga sangat bermanfaat dalam usaha
menangkis sebaran bakteri ataupun penyakit-penyakit lainnya.

31
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

Pembahasan
A. Sumber Penyakit Dalam Kehidupan Manusia
Bhagavadgita XIII.8 dengan jelas menyuratkan bahwa manusia dalam
hidupnya berbekal enam hal yakni: Janma-Mrtyu yaitu lahir-mati, Jara-Wiyadhi
artinya tua dan sakit, Duhkha-Dosa artinya pernah sedih dan pernah salah
berdosa (Pudja, 1999). Makna sloka Bab di atas menegaskan bahwa sakit
merupakan salah satu diantara enam bekal dalam kehidupan, dalam arti bahwa
setiap yang hidup tidak mungkin sehat terus menerus. Dalam sepanjang
perjalanan hidup manusia tentu saja pernah mengalami sakit. Penyakit
merupakan suatu kondisi yang sangat dihindari oleh setiap manusia.
Kepemilikan harta yang melimpah tidak akan ada manfaatnya ketika seseorang
berada dalam keadaan sakit. Kondisi tubuh dalam keadaan sakit, baik sakit
jasmani maupun sakit rohani akan menjauhkan seseorang dari perasaan
bahagia dan harmoni. Sehat merupakan salah satu syarat agar hidup yang
dianugrahkan oleh Tuhan bisa dijalani dengan rasa syukur dan bahagia.
Meskipun penyakit menjadi bagian dari hidup, namun upaya/usaha untuk
meminimalisasi dan usaha preventif hendaknya senantiasa dilakukan.
Penyakit dalam perspektif Agama Hindu, umumnya berasal dari dua sumber
yakni penyakit yang datang dari luar diri manusia dan penyakit yang munculnya
dari dalam diri manusia. Penyakit yang berasal dari luar ada yang datang dari
alam (berbagai jenis virus, kuman-kuman, dan dampak bencana alam yang
menimbulkan penyakit dll), dari energi negatif (kerasukan roh jahat). Demikian
pula penyakit yang muncul dari dalam diri manusia seperti: penyakit saraf, salah
urat, penyakit pikiran, keterikatan, emosional (Maswinara dalam Asli, 2015).
Sumber-sumber datangnya penyakit di atas sangat perlu dikenali lebih dini
sebagai upaya tindakan pencegahan/preventif. Melalui upaya pengenalan
terhadap jenis-jenis serta sumber pemicu penyakit agar dapat menentukan
alternatif pencegahan dan penyembuhannya.
Salah satu sumber sastra Hindu yakni lontar Wrhaspati Tatwa sloka 33
dinyatakan bahwa, terdapat beberapa kelompok penyakit, jenis-jenis penyakit,
dan sumber penyebab yang memicu munculnya penyakit yang menimpa
manusia. Penyakit-penyakit yang membuat manusia menderita dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) yaitu: Adhyatmika dukha, Adhidaivika dukha, dan adhibautika
dukha. Adhyatmika dukha adalah penyakit yang bersumber dari dalam diri,
pikiran, salah makan, Adhidaivika dukha adalah penyakit yang disebabkan oleh

32
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

ulah diri manusia itu sendiri yaitu akibat karma masa lalu seperti; bodoh, buta,
cacat tubuh dll. Adhibautika dukha adalah penyakit yang muncul dari alam dan
dampak-dampak perubahan alam seperti, gunung meletus menyebabkan sesak
nafas/asma, flu, malaria, dan lain sebagainya (Putra & Sadia, 1998). Sumber
sastra di atas, memberi petunjuk bahwa dalam kehidupan manusia tidak ada
yang bisa secara sempurna melewati siklus kehidupan tanpa penyakit.
Lingkungan yang sanitasinya terjamin, maka penghuninya relatif lebih jarang
terkena penyakit. Sumber dan jenis penyakit di atas memang alamiah ada dalam
kehidupan manusia. Namun, manusia diberikan akal, pikiran, dan kesadaran
Budhi oleh Tuhan yang menciptakannya, hendaknya untuk dipergunakan
dalam mengatur, merencanakan, menanggulangi serta memperbaiki kualitas
hidupnya agar menjadi lebih baik dari waktu ke waktu (Putra & Sadia, 1998).
Penyakit-penyakit yang disebutkan dalam Bhagavadgita mengikuti hidup
manusia seiring dengan bertambahnya usia. Secara logika dapat dipahami
bahwa ketika manusia itu lahir sudah pasti disertai dengan kematian. Tidak ada
satu manusia di dunia ini yang tidak mati. Dalam hidup manusia tidak luput
dari bertambahnya usia, lahir sebagai bayi, lalu memasuki usia anak-anak, usia
remaja, usia dewasa, dan yang terakhir adalah lanjut usia atau tua. Namun,
penyakit tidak memandang tahapan usia tersebut, penyakit bisa saja muncul
dan menjangkiti manusia pada tahap usia manapun. Ketika penyakit menimpa
tubuh manusia, baik bayi, anak-anak, remaja, dewasa maupun tua akan
merasakannya sebagai sebuah penderitaan dalam hidupnya.
Faktor pemicu penyakit yang berasal dari dalam diri manusia salah satu
diantaranya disebabkan oleh kelalaian manusia itu sendiri, seperti menerapkan
pola hidup yang kurang disiplin, kurang sehat, dan kurangnya kesadaran akan
kebersihan. Terdapat pula beberapa kasus penyakit yang tidak mampu
disembuhkan secara medis serta beberapa kasus penyakit yang muncul akibat
tekanan psikologis yang belum bisa disembuhkan melalui pengobatan medis.
Kasus seperti ini sering dilakukan pengobatan melalui alternatif nonmedis, dan
sebagai salah satu alternatifnya adalah melalui latihan/praktik yoga.
Sejumlah penelitian baik nasional maupun tingkat international telah
membuktikan bahwa sumber pemicu sejumlah penyakit baik yang munculnya
dari dalam maupun yang berasal dari luar tubuh manusia sebagian dapat
ditanggulangi dan disembukhan melalui latihan/praktik yoga. Yoga tidak hanya

33
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

menyembuhkan penyakit, namun dapat juga dijadikan sebagai daya tangkal


atau sebagai proteksi tindakan preventif.

B. Covid 19 dalam Susastra


Virus corona pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Virus Corona
merupakan sekelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
maupun manusia (Pradesh et al., 2020). Berbari et al. (2020); Pirzada et al.
(2020); WHO (2019); Zhang et al. (2020) menjelaskan bahwa beberapa jenis
virus corona dapat menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari
batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis
baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. COVID-19 adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus. Virus baru dan
penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum muncul/mulainya
wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini sekarang
menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia (WHO,
2019).
Dam et al. (2020); WHO (2019); Joffily et al. (2020) memaparkan gejala-gejala
COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah.
Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa pasien meliputi
rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam pada kulit,
atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya
bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi
tetapi hanya memiliki gejala ringan. Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang
terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 5 orang
yang terinfeksi COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas.
Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis
penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru,
diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih
serius. Namun, siapa pun dapat terinfeksi COVID-19 dan mengalami sakit
yang serius. Orang dari segala usia yang mengalami demam dan/atau batuk
disertai dengan kesulitan bernapas/sesak napas, nyeri/tekanan dada, atau
kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak harus segera mencari
pertolongan medis. Jika memungkinkan, disarankan untuk menghubungi
34
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

penyedia layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan terlebih dahulu, sehingga


pasien dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan yang tepat (WHO, 2019).
COVID-19 adalah penyakit yang dapat menular dengan mudah dan dalam
waktu yang relatif cepat. Penularan terjadi tentunya melalu interaksi fisik
maupun melalui perantara benda dari orang yang terjangkit COVID-19
(Berbari et al., 2020). COVID-19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang
melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang
terinfeksi COVID-19 batuk, bersin atau berbicara (WHO, 2019). Percikan-
percikan ini relatif berat, perjalanannya tidak jauh dan jatuh ke tanah dengan
cepat. Orang dapat terinfeksi COVID-19 jika menghirup percikan orang yang
terinfeksi virus ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak
minimal 1 meter dari orang lain. Percikan-percikan ini dapat menempel di
benda dan permukaan lainnya di sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan
pegangan tangan (Pradesh et al., 2020; WHO, 2019). Orang dapat terinfeksi
dengan menyentuh benda atau permukaan tersebut, kemudian menyentuh
mata, hidung, atau mulut mereka (WHO, 2019). Penularan virus ini tergolong
relatif mudah dan bersifat sangat mematikan.
Dalam pandangan medis COVID-19 merupakan bentuk virus yang kini
ditakuti dunia, namun berbeda dengan pandangan susastra Hindu. Secara
Teologis dan susastra Hindu, penyakit adalah sesuatu yang melengkapi
kehidupan. Bahkan dampak penyakit juga merupakan sesuatu yang melengkapi
siklus lahir, hidup, dan mati. Ketiga unsur ini (lahir, hidup, dan mati) harus
tetap ada dalam kehidupan. Hal yang tidak mungkin jika hanya terdapat
penciptaan semata tanpa disertai dengan peleburan. Setiap kelahiran pasti
mengalami kematian ataupun pralaya. Ini yang disebut konsep keseimbangan
atau ‘ecolibrium’ dalam teori fungsional structural. Alam semesta sebagai karya
agung dari Tuhan dibuat/diciptakan sedemikian indah, berdinamika, mengalir
bagai lingkaran yang tak terputus dan termanifestasi dalam filosofi Tarian Siva
Tandawa. Tujuannya yang utama dan mulia adalah untuk membuat karya beliau
seimbang dan menjaga harmoni ciptaan-Nya. Jika ciptaan tersebut dianggap
usang/tidak layak lagi, maka Tuhan akan melakukan pralaya. Tuhan memiliki
seribu cara, waktu, dan ruang kapan saat segala sesuatunya harus diaadakan dan
ditiadakan. Semua adalah kuasa sang pemilik yang hakiki. Sebagaimana yang
tersirat dalam sloka Bhagavadgita berikut:

35
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

Ihai kastham jagat krtsnam


pasyadya sacaracaram
mama dehe gudakesa
ya ca nyad drastum icchasi
Terjemahan:
Sekarang ini lihatlah seluruh alam semesta
Yang bergerak dan yang tidak bergerak
Dan apapun lainnya yang ingin kau lihat
Oh Arjuna semua bersatu dalam badanku ini (Pudja, 1999)
Na tu mam sakyase drastum
Anenaivasva-caksusa
Divyam dadami te caksuh
Pasya me yogam aisvaram
Terjemahan:
Tetapi engkau tak mungkin dapat
dapat melihat dengan matamu sendiri
kini akan aku berikan engkau dengan mata ilahi
saksikanlah yoga utamaku (Pudja, 1999)
Sloka diatas menyadarkan manusia bahwa semua yang ada baik yang bergerak
maupun yang tidak bergeraak sesungguhnya merupakan bagian dari badan
beliau, karya agung yang dikonstruksi beliau, dan segalanya memiliki fungsi-
fungsi tersendiri. Semua fungsi tersebut nantinya bertujuan demi ‘equilibrium’
bagaikan sebuah sistem, agar semua berjalan dengan baik maka sesungguhnya
semua fungsi harus fungsional untuk terwujudnya sebuah sistem yang baik.
Demikian pula dalam kehidupan ini, sakit bagi yang hidup merupakan bekal
yang pernah dialami dan kematian adalah hal yang pasti karena tidak ada yang
abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Oleh karena itu penyakit
merupakan kelengkapan dalam hidup yang tentu dibalik munculnya penyakit
tersebut menyimpan pesan dan makna yang tersembunyi bagi manusia dan
kehidupan. Sama halnya dengan COVID-19 ini. Ada kemungkinan makna
tertentu yang tersembunyi dibalik kemunculan virus tersebut.
Manusia selaku makhluk yang diberikan Tri Pramana memiliki kelebihan
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya dimuka bumi ini. Munculnya
berbagai fenomena dalam hidup dikaji dan dicermati dengan seksama melalui

36
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

pemanfaatan kejernihan wiweka. Kesempatan untuk mengasah wiweka


menjadi pembelajaran, penguatan kesabaran, serta pemahaman hidup agar
manusia menjadi lebih baik dan lebih tangguh dalam menjalani kehidupan.
Segala bencana yang menghadang dan berbagai penyakit yang muncul dalam
hidup termasuk COVID-19 mendorong para ilmuwan untuk menemukan dan
mencari solusi dari segala persoalan yang dihadapinya. COVID-19 juga
mengajarkan manusia untuk lebih disiplin, melatih kebersihan, memberi
kesempatan untuk bertemu dan berkumpul bersama keluarga. Pandemi
COVID-19 berdampak pada terhentinya perselisihan beberapa negara yang
sedang menggelar perang, serta memberi peluang kepada dunia untuk
membagun solidaritas nasional maupun internasional. Selain itu, dengan
ditetapkannya kebijakan lockdown, stay at home, dan work from home di beberapa
daerah berdampak pada berkurangnya polusi udara di beberapa Negara yang
emncapai rata-rata 50% (Nainggolan, 2020). Secara individual kebijakan Stay at
Home, mengarahkan umat manusia secara global untuk berdoa dari rumah yang
mana hal ini dapat menggugah ferennialisme manusia sebagai makhluk ilahi
dan mengembalikan kesadarannya kepada yang suci/ultim. Ada kemungkinan
tingkat spiritualitas manusia telah mengalami kemerosotan dimana sebagian
manusia lebih cenderung tenggelam dalam kehidupan material tanpa
mengindahkan batasan/etika pengendalian diri. Sebagai dampaknya adalah
keinginan yang tidak pernah berujung, hanya ingin mendapatkan hasil semata
meskipun diperoleh dengan cara menipu, menyakiti, merugikan orang lain.
Cara-cara memanjakan indriya dengan gelimang harta yang diperoleh dengan
mudah meskipun harus dengan merendahkan martabatnya selaku manusia
sangatlah meruntuhkan derajatnya. Gejala dan tingkat-tingkat kecenderungan
seperti ini menimbulkan polusi secara spiritual, menjadi limbah dalam pikiran
sebagian orang, dan kemungkinan mengkontaminasi orang-orang yang baik
kearah yang buruk.
Filsafat Perennial menawarkan sebuah paradigma alternatif agar manusia
kembali kepada akar-akar spiritualitas dirinya tanpa tenggelam dalam dunia
materi yang sering membuatnya khilaf serta menimbulkan tindakan tidak sesuai
dengan martabat kemanusiaan itu sendiri. Maka, manusia akan digiring
mendekatkan diri kepada Tuhan melalui ketakutan dan kekhawatiran COVID-
19 ini (Supian, 2014). Inilah hal yang mungkin menjadikan alasan wabah ini
harus hadir untuk tujuan-tujuan pembersihan dan penyeimbangan semesta.
Hal ini berarti bahwa dibalik wabah juga tersimpan berkah, maka berdamailah

37
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

dengan COVID-19, dan ini bukan sebuah kutukan, walaupun tetap wajib
untuk dihindari.
Pemahaman secara teologis sangat dibutuhkan untuk mengingatkan manusia
sebagai makhluk yang tidak sempurna akan karya dan maksud-maksud Tuhan
dibalik krida-Nya dalam mengharmoniskan ciptaan-Nya sebagaimana tersirat
dalam Bhagavadgita XI.8. Oleh karena itulah wabah COVID-19 ini membuka
peluang bagi umat Hindu untuk memahami lebih jauh tentang keberadaan,
karakter semesta (macrococmos), dan korelasi macrocosmos dengan
microcosmos dalam persfektif Teologi. Maka yang terjadi adalah para
intelektual menggali dan menkaji wabah COVID-19 dari berbagai disiplin ilmu
agar wawasan terkait menjadi lebih terbuka luas dan salah satunya adalah
melalui perfektif yoga.
1. Meningkatkan Imun Tubuh Melalui Yoga
Tubuh manusia merupakan sistem rumit, kompleks yang diciptakan oleh
Tuhan. Dalam persfektif yoga struktur tubuh manusia terbentuk dari lima
lapisan. Sebagai lapisan terluar tubuh yang bersifat kasat mata terbentuk dari
Annamaya kosa (terbentuk dari makanan/badan pisik), Pranamaya kosa (lapisan
energi), Manomaya kosa (lapisan tubuh pikiran), Wijnanamaya kosa (lapisan
pengetahuan/kebijaksanaan) dan Anandamaya kosa/lapisan kebahagiaan (Asli,
2015). Tubuh ini bersifat tidak permanen ini, rentan terhadap berbagai
pengaruh seperti berbagai penyakit. Badan kasar (stula sarira) ini sangat penting
dikondisikan kesehatannya, kekuatannya karena sebagai laboratorium dalam
mempraktikkan berbagai sadhana untuk mencapai Dharma, Artha, Kama dan
Moksha. Badan kasar/sthula sarira sangat terhubung dengan badan
pikiran/manomaya kosa serta jiwa (suksma sarira). Apa yang dialami oleh badan,
akan dirasakan pula oleh pikiran, sebaliknya apa yang dialami pikiran, akan
dirasakan juga oleh badan. Hubungan yang fungsional dari struktur unsur
pembentuk tubuh di atas terlihat dari eratnya pengaruh hubungan antara
badan, pikiran dan jiwa. Badan Fisik sebagai lapisan luar yang
kontak/terkoneksi langsung dengan alam semesta. Badan kasar sebagai lapisan
terluar penting dikondisikan supaya sehat, kuat, sehingga dengan tubuh yang
kesehatannya kondusif memungkinkan jiwa menjadi terasa nyaman berdiam
di dalam rumah badan fisik yang sehat pula. Di dalam badan yang sehat, pikiran
akan menjadi tenang, terkendali dan nyaman, sehingga hidup bisa dirasakan
dijalani dengan ringan. Dalam kondisi badan sehat, pikiranpun akan menjadi

38
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

tenang, maka kebahagiaanpun bisa dirasakan dengan penuh kesadaran.


Sebaliknya, jika tubuh menderita penyakit, pikiran juga merasakan sakit
(Salsabela, 2018). Kondisi demikian menjadikan jiwa yang bersthana di dalam
badan tidak seimbang sehingga menjadikan pikiran mudah terombang ambing.
Maka implikasinya adalah kebahagiaan hanya sebatas diangan-angan saja.
Sejalan dengan Puniatmadja (Asli, 2015)seorang ahli fisikawan Pritjhop Capra
mengatakan bahwa, salah satu yang bisa dijadikan alat bukti untuk memahami
dan mengerti kebenaran adalah dengan menjadikan badan kita/manusia
sebagai laboratorium. Melalui eksperimen pada badan sendiri kebenaran dan
kesejatian pengetahuan bisa dipelajari, dipraktikkan, dialami secara langsung.
Dengan mengalami sendiri melalui badannya, pikirannya, perasaannya, maka
pengetahuan itu tidak hanya dipercaya kebenarannya, namun juga dirasakan
manfaatnya (Maswinara dalam Asli, 2015). Oleh karena itu memelihara badan
agar selalu sehat menjadi hal yang sangat penting dalam hidup
Tubuh sebagai sariram sadhanam, perlu diketahui karakteristiknya dengan baik.
Naskah Geranda Samhita menyuratkan struktur tubuh dalam sloka berikut:
amakumbha ivambhahstho jiryamanah sada ghatah
yoganalena samdahya ghatasuddhim samacaret
Terjemahan:
Ibarat patung yang terbuat dari tanah liat yang diletakan didalam air,
begitulah tubuh yang mudah hancur didunia ini. Maka dengan demikian
gerakanlah tubuhmu dalam api yoga dan selanjutnya dapat memurnikan
badan itu sendiri. (Chandra Vasu, Sris, B.A, 1933)
Naskah ini dengan jelas mengamanatkan bahwa tubuh manusia terbentuk dari
unsur yang sifatnya amat mudah hancur/rapuh serta mudah sakit. Oleh karena
itu tubuh haruslah dipelihara dengan cara yang benar agar kelahiran dalam
hidup berbadan manusia bisa memiliki makna secara maksimal. Terlebih pada
saat pandemi COVID-19 yang mewabah secara global, badan pisik sebagai
lapisan terluar dari tubuh sangat rentan dari berbagai penyakit terutama
penyakit yang datangnya dari luar seperti bakteri, virus, dan berbagai sumber
penyakit lainnya. Untuk itu sangat penting melakukan proteksi diri sedini
mungkin sebelum terinfeksi penyakit. Melakukan proteksi diri dapat dilakukan
dengan berbagai cara sesuai dengan situasi, kondisi, pengetahuan, dan
kemampuan masing-masing.

39
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

Veda sebagai kitab suci memiliki ribuan kearifan dan kebajikan untuk dijadikan
sesuluh dalam menyikapi hidup umatnya. Salah satu kebajikan Hindu yang bisa
dijadikan pilihan untuk memproteksi tubuh dari berbagai penyakit adalah Yoga
(Asli, 2015; Sukartha, I Nengah et al., 2015). Menurut Rsi Patanjali ada delapan
tangga yang disebut dengan Astangga Yoga sebagai metode dalam mempelajari
yoga (Saraswati, 1979). Dalam kaitan dengan kesehatan, yoga telah
diaktualisasikan oleh para yogi sejak ribuan tahun, dan dewasa ini telah terbukti
serta dirasakan manfaatnya oleh berbagai kalangan. Namun demikian secara
khusus disaat COVID-19 mewabah, imun tubuh adalah menjadi kebutuhan
mendasar bagi setiap orang tanpa terkecuali. Yoga membentangkan sejumlah
asanas yang berfungsi untuk memaksimalkan fungsi-fungsi organ dalam sistem
tubuh. Beberapa jenis asanas yang bisa dilatih untuk meningkatkan daya
tahan/imun tubuh. Salah satunya adalah Surya Namaskar yang terdiri dari
duabelas asanas menjadi satu kesatuan, seperti djelaskan pada gambar 01.

SURYA NAMASKAR

Pranamasana
Hastahuttanasana
Padhastasana
Asvasancalasana
Parvatasana
Astangganamaskara
Bujanggasana
Parvatasana
Asvasancalasana
Padahastasana
Hastahuttanasana
Pranamasana

Manfaat Surya Namaskar antara lain:


Melancarkan peredaran darah, pernafasan,pencernaan
Mengakses kelenjar endokrin
Membangun daya Keseimbangan
Menyembuhkan banyak penyakit
Menormalkan lemak
Menyembuhkan banyak penyakit
Menyeimbangkan semua jaringan
Detoks semua organ
Menghilangkan ketegangan saraf
Memijat saraf seluruh tubuh, menguatkan dan membangun imun tubuh

Gambar 01. Surya Namaskar (Somvir, 2008)

40
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

Orang yang memiliki waktu terbatas cukup melatih Surya Namaskar setiap hari
sebagai penghormatan/pemujaan kebesaran Tuhan dalam wujud
matahari/energy panas dan juga sangat bermanfaat dalam menjaga stabilitas
kekuatan tubuh. Namun demikian, untuk memaksimalkan terbentuknya imun
tubuh maka disarankan melatih sejumlah asanas yang sangat berkaitan dengan
fungsi kelenjar timus antara lain: Yoga Mudra, Ustrasana, Ardhamatsyendrasana,
Parivrti Janusirasana, Sarpasana, Sarvangasana, Halasana, Matsyasana dan Savasana.
Seluruh asanas ini berkorelasi untuk mematik fungsi akses kelenjar timus yang
bertugas memproduksi getah bening (sistem limfatik) di dalam tubuh. Salah
satu tugas penting kelenjar timus bagi kesehatan adalah memproduksi sel darah
putih yang disebut limfosit-T yang dibutuhkan dalam sistem imun adaptif
(Guyton, 1995). Semua jenis asanas diatas menggerakkan tubuh menekuk
kedepan (Yoga Mudra), mendongak kepala dan dada sperti ular (Sarpasana),
menekuk badan kebelakang (Ustrasana), menekuk bagian dada (Matsyasana), ada
yang menekuk tubuh kearah kiri kearah kanan (Parivrti Janusirasana), kemudian
memutar badan kearah samping kanan dan samping kiri (Ardhamatsyendrasana)
dan Savasana (relaksasi) memberi manfaat sepenuhnya fokus pada area dada
dimana kelenjar timus berada (Asli, 2015). Hal ini dimaksudkan agar kelenjar
ini lebih banyak memproduksi getah benih berwujud sel-sel darah putih
sebagai proteksi tubuh dari berbagai penyakit. Gerakan Asanas dapat dilihat
pada gambar 02 .

Gambar 02. Gerakan Asanas (Sarasvati, 2002)

41
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

Selain itu gerakan yoga asanas secara umum sesungguhnya menggerakkan dan
mengakses tulang punggung secara keseluruhan. Gerakan-gerakan yoga tidak
sebatas mempengaruhi kesehatan tubuh fisik, namun juga mengakses organ
tubuh bagian dalam seperti fungsi-fungsi kelenjar, getah-getah dalam tubuh.
Semua organ dalam tubuh memiliki fungsinya tersendiri dan salah satu fungsi
tersebut akan mempengaruhi fungsi-fungsi yang lainnya dalam sistem tubuh.
Sebagaimana Teori Fungsional Struktural Talcot Parson bahwa “Fungsional
Struktural-dlm persfektif sosiologi : masyarakat sebagai satu sistem - bagian-
bagiannya memiliki fungsi, memiliki hubungan. Jika salah satu bagian tidak
berfungsi, akan berpengaruh terhadap fungsi bagian yang lain sehingga
berdampak tidak seimbang serta menciptakan perubahan dan terganggulah
sistem” (Bernard, 2007). Demikian pula dalam sistem tubuh terdiri dari fungsi-
fungsi sel yang membentuk jaringan dan organ, semua mempengaruhi antara
satu dengan lainnya. Jika salah satu fungsi tersebut disfungsi, maka akan sangat
berdampak pada organ yang lainnya.
Yoga tidak hanya memelihara tubuh fisik, melainkan juga memelihara serta
menyehatkan pikiran dan jiwa. Seluruh akar saraf sistem tubuh ini berpusat
pada tulang belakang. Pada tulang belakang sesungguhnya merupakan pusat
kekuatan yang menyangga tubuh dimana menjadi terminal/pangkal akar dari
saraf seluruh komponen tubuh manusia. Oleh karena itu, dengan menggerakkan
tulang punggung secara benar, akan sangat mempengaruhi kekuatan, daya tahan
tubuh sebagaimana tulang punggung Negara ada pada ABRI atau angkatan
bersenjata sebagai kekuatan sebuah Negara. Gambaran tulang punggung pangkal
akar saraf-saraf sistem tubuh dapat dilihat pada gambar 03.

Gambar 03. Saraf Tulang Punggung (Luvina, 2019)


42
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

Tubuh sehat belumlah cukup untuk membangun imun tubuh secara holistik.
Suasana hati dipengaruhi oleh pola pikiran. Berfikir yang positif dibiasakan dan
diajarkan dalam etika yoga. Mengendalikan gerak-gerak pikiran adalah yoga
(Yogas’cittavrtti nirodhah). Pikiran sebagai rajanya indriya menjadi kekuatan
utama untuk bisa mengendalikan indra-indra tubuh manusia. Sebagaimana
tersirat dalam Geranda salah satu samhitanya mengatakan bahwa:
Tidak ada belenggu selain ilusi atau maya,
tidak ada kekuatan selain yoga,
tidak ada teman selain ilmu pengetahuan atau (jnana) dan
tidak ada musuh lebih besar dari pada sikap egois (ahamkara).
(Chandra Vasu, Sris, B.A, 1933)
Kekuatan datang dari banyak cara, namun kekuatan yang luar biasa dan holistic
juga bisa datang dari yoga. Salah salah satu caranya yaitu dengan menggerakkan
dan melatihnya melalui aktivitas yoga. Teknik-teknik yoga yang dipraktikkan
dengan benar secara terstruktur akan berimplikasi pada kesehatan secara
homeostasis. Dengan kesehatan yang seimbang seluruh komponen tubuh
dapat berfungsi dengan baik sehingga daya tahan tubuh akan muncul sebagai
proteksi terhadap segala macam penyakit/virus.

Penutup
Pandemi COVID-19 berdampak secara global dan dunia mengalami prahara.
Penyakit merupakan bekal dalam kehidupan, namun keadaan tersebut tidak
membuat diam, sebaliknya dengan akal budhi mencari solusi segala persoalan
yang menghadang. Upaya mengobati yang sudah terpapar virus COVID-19
terus dilakukan, upaya meminimalkan dampak pandemi dan melakukan
tindakan preventif bagi kemungkinan dampak penularan berikutnya. Berbagai
cara dilakukan dari upaya tradisional hingga cara modern dalam penelitian
dilakukan. Salah satu upaya solusi tindakan preventif adalah dengan melalui
latihan yoga. Meningkatkan imunitas tubuh menjadi alternatif dari
serangan/aparan COVID-19 yang belum ditemukan obatnya. Ribuan asanas
terdapat dalam persfektif yoga, namun sejumlah asanas bisa menjadi alternatif
bagi orang yang memiliki watu terbatas untuk meningkatkan daya tahan atau
imun tubuh. Tulang punggung sebagai kekuatan yang menyangga tubuh
merupakn terminal saraf menuju seluruh komponen tubuh. Gerakan yang

43
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

sistematis, kontinyu melatih berbagai asanas tidak saja berpengaruh terhadap


homeostasisnya sistem tubuh, namun juga dapat meningkatkan daya-daya
kekebalan tubuh seperti fungsi kelenjar di dalam membentuk zat antibody
terhadapberbagai penyakit.
Asanas yang dilatih fokus pada upaya memaksimalkan imun tubuh antara lain:
Surya Namaskar, Yoga Mudra, Ustrasana, Ardhamatsyendrasana, Parivrti
Janusirasana, Sarpasana, Sarvangasana, Halasana, Matsyasana dan Savasana memberi
manfaat yang luar biasa dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini
disebabkan karena gerakan sejumlah pose asanas tersebut mengakses lebih
banyak pada otot, saraf tubuh di bagian dada yang terhubung langsung dengan
kelenjar timus bertugas memproduksi sel-sel dara putih dalam memproteksi
tubuh dari penyakit. Asanas diatas dilatih dengan gerakan menekuk tubuh
kedepan, menekuk tubuh kebelakang, menekuk tubuh kea rah kiri dan kanan,
memutar/memuntir tubuh kearah samping kanan dan kiri serta merilekskan
tubuh, semua gerakan asanas ini mengakses pergerakan tulang belakang
sebagai terminal akar ikat saraf yang kemudian terhubung ke seluruh
komponen tubuh. Dengan akses suplay oksigen yang merata keseluruh tubuh,
disertai dengan pola pikiran yang positif, serta pembudayaan kebiasaan yang
baik, positif, maka kesehatan yang holistik terbentuk dalam sistem tubuh.
Hasilnya adalah tubuh yang homeostasis. Dengan homeostasisnya sistem
tubuh yang kemudian lebih difokuskan lagi dengan praktik-praktik asanas di
area kelenjar timus, maka zat antibody akan memfungsikan dirinya secara
maksimal. Antibody/imun tubuh menjadi maksimal berfungsi meproteksi
tubuh sebagai salahsatu alternatif tindala/upaya preventif dalam
menanggulangi pengaruh paparan COVID-19. Yoga sebagai salah satu
kebajikan Hindu, menjadi sebuah alternatif solusi dipersembahkan bagi dunia.

Daftar Pustaka
Asli, L. (2015). Kontekstualisasi Ajaran Yoga Sutra Patanjali Pada Msyarakat.
Jayapangus Press Books.
Berbari, E. F., Williams, A. W., Williamson, M. J., Caine, N. A., Nath, K. A.,
& Farrugia, G. (2020). Mayo Clinic Strategies for COVID-19
Introduction. Mayo Clinic Proceedings.
https://doi.org/10.1016/j.mayocp.2020.06.005

44
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

Bernard, R. S. (2007). Teori Sosiologi Modern. Prestasi Pustaka.


Chandra Vasu, Sris, B.A, F. T. . (1933). The Gheranda Samhita a treatise on
Hathayoga (terjemahan). Theosophical.
Guyton, A. C. (1995). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Alih Bahasa dr
Petrus Adriato). Kedokteran ECG.
Joffily, L., Ungierowicz, A., David, A. G., Melo, B., Brito, C. L. T., Mello, L.,
Santos, P. de S. C. dos, & Pezato, R. (2020). The close relationship
between sudden loss of smell and COVID-19. Brazilian Journal of
Otorhinolaryngology, xx. https://doi.org/10.1016/j.bjorl.2020.05.002
Luvina. (2019). THE IMPORTANCE OF KEEP YOUR SPINE HEALTH
FROM NOW. Luvina.Co.Id. http://luvina.co.id/the-importance-of-
keep-your-spine-health-from-now/
Nainggolan, M. J. (2020). Dampak COVID-19, Polusi Udara Menurun Drastis.
Suara.Com.
https://www.suara.com/otomotif/2020/03/26/130500/dampak-
covid-19-polusi-udara-menurun-drastis
Pirzada, A., Mokhtar, A. T., & Moeller, A. D. (2020). COVID-19 and
myocarditis: What do we know so far? CJC Open.
https://doi.org/10.1016/j.cjco.2020.05.005
Pradesh, U., Pandit, P., Dayal, D., Pashu, U., Vigyan, C., Evam, V., Pradesh,
U., Zoonosis, S. De, Pereira, S., Pereira, D., Malik, Y. S., Pradesh, U., &
Rodriguez-morales, A. J. (2020). Coronavirus Disease 2019 – COVID-
19 Kuldeep Dhama,. Preprints, April, 1–75.
https://doi.org/10.20944/preprints202003.0001.v2
Pudja, I. G. (1999). Bhagawad Gita ( Pancama Veda). Paramita.
Putra, I. G. A. G., & Sadia, I. W. (1998). Wrhaspati Tattwa. Paramita.
Salsabela, A. (2018). Ketenangan Jiwa Membuat Tubuh Sehat. Analisa Daiy.
https://analisadaily.com/berita/arsip/2018/9/3/612181/ketenangan-
jiwa-membuat-tubuh-sehat/
Sarasvati, S. S. (2002). Asana Pranayama Mudra Bandha. Paramita.
Saraswati, S. S. P. (1979). Patanjali Rajayoga (Paramita).

45
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Luh Asli,
Ni Wayan Monik Rismadewi [2020]

Somvir. (2008). Mari Beryoga (Yoga untukBadan, Pikiran dan Jiwa). Bali-India
Fondation.
Sukartha, I Nengah, I Nyoman Suparwa, I Putrayasa, I. W. T. (2015).
Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi.
Supian. (2014). Eco-Philosophy sebaga cetak biru filsafat ramah lingkungan.
European Journal of Endocrinology, 171(6), 727–735.
https://doi.org/10.1530/EJE-14-0355
van Dam, L. F., Kroft, L. J. M., van der Wal, L. I., Cannegieter, S. C.,
Eikenboom, J., de Jonge, E., Huisman, M. V., & Klok, F. A. (2020).
Clinical and computed tomography characteristics of COVID-19
associated acute pulmonary embolism: A different phenotype of
thrombotic disease? Thrombosis Research, 193(June), 86–89.
https://doi.org/10.1016/j.thromres.2020.06.010
WHO. (2019). Pertanyaan dan jawaban terkait Coronavirus. WHO In Indonesia.
https://www.who.int/indonesia/about-us
Zhang, Y., Zeng, X., Jiao, Y., Li, Z., Liu, Q., Yang, M., & Ye, J. (2020).
Mechanisms involved in the development of thrombocytopenia in
patients with COVID-19. Thrombosis Research, 193(June), 110–115.
https://doi.org/10.1016/j.thromres.2020.06.008

46
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Putu Ari Aryawati [2020]

Resiliensi Bisnis Pada UMKM Di Era Normal Baru


Sebagai Upaya Kemandirian Ekonomi

Ni Putu Ari Aryawati


Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Pendahuluan
Era normal baru atau the new normal era diterjemahkan dari bahasa Inggris
merupakan istilah dalam bisnis dan ekonomi yang mengacu pada kondisi
keuangan setelah krisis keuangan tahun 2007-2008 dan setelah resesi global
tahun 2008-2012. Konsep era normal baru muncul saat rencana Presiden
Jokowi untuk melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
sehingga banyak komponen masyarakat yang mengaitkan era normal baru
sebagai cara hidup baru setelah Virus Corona Disease (COVID-19) melanda
dunia dan Indonesia.
COVID-19 menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi rentan sehingga
cenderung menyebabkan krisis ekonomi seperti yang terjadi di tahun 1998.
Dampak COVID-19 telah mengganggu mata rantai ekonomi dunia termasuk
Indonesia yang dimana keadaan ini berpotensi untuk terjadi krisis apabila tidak
segera ditangani dengan cepat, tepat dan aman. Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD) menyatakan bahwa pandemic COVID-19
membawa kejutan ekonomi, keuangan dan sosial ketiga terbesar pada abad ke-
21 setelah serangan terror 9/11 dan krisis keuangan global tahun 2008. Kejutan
ini menimbulkan penurunan tajam pada produksi, rantai pasokan, dan
konsumsi dunia yang berpontensi menimbulkan krisis ekonomi dunia.
Dampak ekonomi terhadap pandemic COVID-19 ini dapat dilihat pada
Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir Februari 2020 yakni sebesar Rp
279,41 triliun (11,0 persen dari pagu APBN 2020) , secara nominal meningkat
sebesar 2,79 persen (yoy) dari periode yang sama disbanding tahun sebelumnya
yang meliputi realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp 161,73 triliun (9,61
persen dari pagu APBN) dan realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa
sebesar Rp 117,68 triliun (13,73 persen dari pagu APBN). Secara nominal,
realisasi Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan Februari 2020 tumbuh

47
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Putu Ari Aryawati [2020]

sebesar 11,01 persen (yoy) dari tahun 2019 yang dipengaruhi oleh realisasi
belanja modal yang mengalami peningkatan sebesar 51,30 persen (yoy) dan
bantuan sosial yang mengalami peningkatan sebesar 35,21 persen (yoy) jika
dibandingkan dengan tahun 2019.
Hal ini terjadi karena merupakan dampak dari COVID-19 yang tidak hanya
terjadi di Indonesia saja namun juga di beberapa negara yang ada di belahan
dunia. Pertemuan G-20 berlangsung tanggal 22-23 Februari 2020 di Arab
Saudi yang dimana COVID-19 menjadi topik yang dibahas dengan
menyampaikan simpati kepada masyarakat dan negara yang terdampak.
Dorongan untuk melaksanakan kerjasama internasional untuk memperkuat
pemantauan terhadap risiko global, meningkatkan kewaspadaan terhadap
berbagai potensi risiko, serta mengimplementasikan kebijakan yang efektif baik
dari sisi moneter, fiskal maupun struktural.
Kemandirian ekonomi merupakan suatu sikap yang mengutamakan
kemampuan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai satu
tujuan, tanpa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerjasama yang
saling menguntungkan. Pada masa normal baru, sikap yang mengutamakan
kemampuan diri sendiri sangat penting karena banyak perubahan atas tatanan
kehidupan sebelum adanyan pandemic COVID-19 dan setelah adanya kondisi
normal baru. Adaptasi diri baik dari segi kebiasaan dan kemampuan ekonomi
sangat penting. Hal ini terjadi karena setiap individu harus memiliki daya tahan
tinggi dalam menghadapi gejolak lingkungan global maupun perubahan di
dalam negeri yang sering tidak terduga.

Pembahasan
Jumlah pasien positif COVID-19 semakin bertambah dan sudah menyebar ke-
34 provinsi serta 404 kabupaten/kota di Indonesia. Tidak hanya berdampak
pada faktor kesehatan saja, namun juga pada sektor ekonomi. Menyebarnya
virus COVID-19 ke sejumlah wilayah membuat sejumlah industri menutup
usahanya. Beberapa industri bahkan memutuskan merumahkan sebagian
karyawannya (indonesia.go.id , 2020).
COVID-19 berdampak terhadap perekonomian (Saptadi, 2020). Selain itu,
terdapat intervensi pembatasan sosial yang menyebabkan banyak perusahaan
yang keluar dari industri bisnis. Ditinjau dari hukum permintaan dan

48
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Putu Ari Aryawati [2020]

penawaran, terjadi pengaruh yang cukup signifikan dari adanya COVID-19.


Dari sisi permintaan (demand side), pelanggan kehilangan pendapatannya hal ini
terjadi karena ketakutan akan tertular virus yang semakin tidak pasti sehingga
pelanggan mengurangi pengeluaran dan konsumsi yang berdampak pada
penurunan permintaan dan pendapatan secara drastis. Hal ini juga berdampak
pada tingkat likuiditas perusahaan yang semakin tidak lancar sehingga
kemampuan membayar gaji karyawan menurun yang berdampak pada
pengurangan karyawan atau PHK. Selain dari sisi likuiditas, COVID-19 juga
mempengaruhi solvabilitas dari perusahaan . Ketidakmampuan membayar utang
akibat operasional perusahaan menurun menyebabkan berkurangnya modal
bank sehingga berdampak pada jumlah kredit yang berputar di masyarakat
menjadi semakin rendah.
Ditinjau dari sisi penawaran (supply side) pengurangan pasokan tenaga kerja
karena pembatasan pergerakan orang menimbulkan bentuk kerja baru dengan
bekerja dari rumah . Selain itu, rantai pasokan akan bahan baku menjadi
terganggu khususnya bahan baku dan bahan setengah jadi karena adanya
pengurangan pemanfaatan kapasitas namun perusahaan masih harus
membayar gaji, utang, sewa dan pajak sehingga menyebabkan biaya input
melebihi output produksi.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 adalah:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi criteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil

49
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Putu Ari Aryawati [2020]

atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Tabel 1. Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008

Kriteria
No Uraian
Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2 Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2,5 Miliar

3 Usaha Menengah >500 Juta – 10 Miliar >2,5 Miliar – 50 Miliar

UMKM di Indonesia banyak yang keluar dari industri bisnis akibat dampak
dari COVID-19. Adapun kondisi tersebut dibagi menjadi 4 (empat)
karakteristik yaitu:
1. Tingkat kerawanan yang tinggi
UMKM banyak bergerak di sektor yang berdampak besar yaitu pariwisata,
transportasi, pakaian jadi dan makanan dan jasa yang dilakukan pembatasan
sosial yang dimana UMKM tersebut memiliki pemasok yang lebih terbatas
sehingga terjadi penurunan permintaan atas produk dan jasanya.
2. Tingkat resiliensi yang lebih rendah
Biaya yang ditimbulkan karena pencegahan dan perubahan proses kerja
sehingga bekerja dari rumah akan relative lebih besar bagi UMKM karena
ukuran usaha yang lebih kecil; tingkat digitalisasi yang rendah dan kesulitan
mengakses dan mengadopsi teknologi; kesulitan memperoleh informasi
relevan atas kondisi yang berubah; dan periode untuk bertahan selama
goncangan ini lebih terbatas.
3. Goncangan ekonomi global
Terjadi goncangan ekonomi yang berdampak secara global, ditandai dengan
adanya penurunan ekspor barang terutama bahan mentah, turunnya harga-
harga komoditas ke tingkat paling rendah, penurunan tajam pada sektor jasa
seperti pariwisata, penurunan devisa kiriman uang (remittance) dari luar
negeri serta sulit dan mahalnya akses ke pasar keuangan internasional.

50
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Putu Ari Aryawati [2020]

4. Kondisi struktural
Secara struktural COVID-19 berdampak pada UMKM yang disebabkan karena
kapasitan perawatan kesehatan yang rendah; ruang fiskal rendah dengan dana
dan sumber daya yang terbatas; buruknya tata kelola (governance) untuk
mengelola dampak yang ditimbulkan; serta luasnya tenaga kerja informal yang
tidak memiliki jaminan sosial pengangguran, tidak ada cuti berbayar, tidak
stabilnya pendapatan dan tidak adanya tabungan.
Loayza dan Pennings (2020) menyatakan bahwa ketatnya tindakan pencegahan
penyebaran dan mitigasi COVID-19 untuk menyelamatkan nyawa manusia
(saving lives) dapat mengorbankan atau mengurangi penghidupan manusia
(saving livelihoods). Sehingga terdapat pilihan dilematis atau trade off yang
menyakitkan antara menyelamatkan nyawa atau menyelamatkan penghidupan
manusia.
Kebijakan pemerintah Indonesia dalam rangka penganganan COVID-19 bagi
UMKM antara lain:
1. PPh Final 0,5% berdasarkan PP No. 23 Tahun 2018 dimana pajak atas
peredaran bruto tertentu ditanggung pemerintah untuk pelaku UMKM
selama 6 bulan.
2. Penundaan pembayaran pokok dan bunga untuk semua skema KUR yang
terdampak COVID-19 selama 6 bulan.
3. Pemberian keringanan dan/atau penundaan pembayaran kredit atau leasing
sampai dengan Rp 10 Miliar, termasuk untuk UMKM dan pekerja informal,
maksimal 1 tahun.
4. Restrukturisasi kredit melalui peningkatan kualitas kredit/ pembiayaan
menjadi lancar, dapat diterapkan Bank tanpa batasan plafon kredit.
5. Penundaan angsuran pokok dan bunga selama 6 bulan melalui
resktrukturisasi kredit bagi debitur program pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
yang terdampak COVID-19.
6. Relaksasi syarat administratif dan kecepatan pemberian kredit UMi.
7. Kemudahan dan perluasan penyaluran kredit UMi.
8. Anggaran Kartu Prakerja dinaikkan dari Rp 10 Triliun menjadi Rp 20
Triliun untuk 5,6 juta orang pekerja.

51
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Putu Ari Aryawati [2020]

Meninjau kembali pada masa krisis ekonomi 1998, ada berbagai strategi yang
dilakukan bagi UMKM dalam menghadapi buruknya perekonomian menurut
Berry, Rodriguez dan Sandee (2001), antara lain :
1. Menerima rendahnya profitabilitas usaha;
2. Menggunakan program jaringan pengaman pemerintah untuk menghadapi
krisis;
3. Mengandalkan modal sendiri sebagai sumber pendanaan sebesar lebih dari
75% sedangkan akses pendanaan formal hanya 13%;
4. Menggunakan bahan input yang lebih murah;
5. Merampingkan tenaga kerja.
Pada masa krisis ini, UMKM di Indonesia lebih mampu menghadapi kondisi
dibandingkan dengan perusahaan besar. UMKM mampu merespon dengan
cepat dan fleksibel terhadap guncangan yang terjadi di sektor kredit. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat resiliensi UMKM tidak dapat dipandang rendah
namun memiliki potensi fleksibilitas yang dapat diandalkan dalam situasi krisis.
Adapun cara yang dilakukan UMKM untuk bertahan adalah mengandalkan
relasi-relasi sosial untuk membantu mengatasi kesulitannya.
Sutcliffe dan Vogus (2003) dan Oritz de Mandojana dan Bansal (2015)
menyatakan bahwa prasyarat UMKM bertahan dimasa krisis adalah:
1. Berkinerja baik di saat keadaan sulit yang mengancam kinerja tersebut;
2. Memelihara penyesuaian yang positif dalam kondisi menantang;
3. Melenting kembali/ mengembalikan ke posisi semula dari kondisi buruk;
4. Mempunyai kemampuan mengantisipasi, mencegah dan menyesuaikan diri
terhadap goncangan dalam lingkungannya.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki kemapuan lebih dalam
merespon secara fleksibel dan cepat dalam berhadapan dengan ketidakpastian
sehingga dapat menjadi cara yang efektif dalam manajemen krisis. Namun
manajer UMKM hanya bersifat reaktif ketimbang proaktif di depan sebelum
berhadapan dengan masalah. Hal ini umum terjadi di UMKM oleh sebab itu
diperlukan aspirasi dan biaya yang tidak sedikit. Namun, resiliensi ini
dibutuhkan untuk mengurangi kerawanan dalam krisis.

52
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Putu Ari Aryawati [2020]

Salah satu cara mewujudkan resiliensi bisnis adalah dengan menerapkan


ekonomi digital. Ekonomi digital (Pujawan, 2017) memang telah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat dewasa ini. Berbagai macam produk bisa
kita peroleh melalui pemesanan secara daring, mulai dari buku, barang-barang
konsumsi, furniture, komputer, obat, tiket pesawat, jasa angkutan barang
bahkan sampai jasa desain kartu nama dan logo perusahaan. Persepsi yang
salah adalah mengasosiasikan ekonomi digital hanya dengan perangkat
teknologi informasi dan melupakan sisi fisiknya. Kita tidak boleh lupa bahwa
sesungguhnya kegiatan produksi, transportasi, penyimpanan dan reparasi
barang akan tetap berlangsung secara fisik walaupun ada berbagai perubahan
karena perkembangan baru teknologi produksi dan transportasi.

Penutup
Kondisi ketidakpastian ekonomi yang terjadi akibat adanya COVID-19
merupakan dampak yang tidak hanya terjadi di Indonesia saja namun juga
dunia. Dinamika ekonomi yang berubah baik dari sisi permintaan dan
penawaran menuntut adanya resiliensi bisnis. Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor usaha yang berdampak
secara langsung. Adanya pola baru yang dikenal dengan era normal baru atau
new normal era menuntut penyesuain dalam semua lini kehidupan termasuk
bisnis.
Untuk mencapai kemandirian ekonomi para pelaku UMKM berusaha untuk
mengembangkan jaringan pendukung atau support networks sebagai langkah
guna meningkatkan resiliensi bisnis selain coaching dan business training.
Pemanfaatan tekonologi dan ekonomi digital merupakan alternatif yang sangat
mendukung untuk eksistensi bisnis UMKM di era normal baru ini. Hal ini
terjadi karena adanya perubahan pola hidup dan kebiasaan masyarakat
sehingga pemenuhan kebutuhan lebih banyak memanfaatkan teknologi.
Sehingga hal ini merupakan peluang guna mencapai kemandirian ekonomi bagi
UMKM.

53
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Putu Ari Aryawati [2020]

Daftar Pustaka
Berry, Albert., Edgard Rodriguez, dan Henry Sandee. (2001). Small and
Medium Enterprise Dynamics In Indonesia. Bulletin of Indonesia Economics
Studies, Vol 37 (3), 363-384.
Loayza, Norman V. dan Steven Pennings. (2020). Macroeconomic Policy in
the Time of COVID-19 : A Primer for Developing Countries. Research
and Policy Briefs,no. 28;. World Bank, Washington, DC. © World Bank.
https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/33540 License: CC BY
3.0 IGO.
Oritz de Mandojana, Natalia dan Tima Bansal .(2015). The Long-term Benefits
of Organizational Resilience Through Sustainable Business Practices.
Strategic Management Journal, 37 (8).
Pujawan, I Nyoman. (2017). Operations and Supply Chain Management:
Toward Ten Years Of Journey. Operations and Supply Chain Management,
10 (1), 1-3.
Saptadi, Norbertus Tri Suswanto. (2020). Dampak Corona Bagi Perekonomian
Indonesia. Tribun Makasar, 28 Maret 2020.
Sutcliffe, Kathleen M. dan Timothy J. Vogus. (2003). Positive Organizational
Scholarship Chapter 7 Organizing for Resilience. Berrett-Koehler Publishers,
Inc.: San Fransisco.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah.
https://indonesia.go.id/layanan/kesehatan/ekonomi/panduan-new-normal-
di-lingkungan-kerjadiakses taggal 20 Juni 2020
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13122/Flexible-Working-
Space-FWS-Sebagai-New-Normal-Kementerian-Keuangan-Pasca-
Pandemi-Covid-19.html diakses taggal 20 Juni 2020

54
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Ida Arsani Dewi [2020]

Menelisik Menakar Dan Solidaritas Kesiapan Sistem


Pembelajaran Daring Di Kalangan Akademisi Di
Masa Pandemi

Putu Ida Arsani Dewi


STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Pendahuluan
Proses perkuliahan secara daring dinilai sebagai tantangan baru di dalam era
revolusi industri 4.0, apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini. Hal
tersebut dikarenakan ditahun ini Indonesia secara resmi baru mengeluarkan
kebijakan pendidikan tinggi yang secara spesifik merespon tuntutan revolusi
industri 4.0, dengan kebijakan yang disebut dengan kampus merdeka.
Program ini membuka ruang sangat luas bagi mahasiswa untuk menentukan
sendiri bidang-bidang pembelajaran yang menjadi fokus dan minatnya. Selain
itu, program ini juga dapat mendorong mahasiswa tidak hanya melakukan
pembelajaran di dalam kelas tapi juga pada masyarakat dan melibatkan agency-
agency yang luas.
Di saat seperti sekarang ini model pembelajaran berbasis digital telah
dimaksimalkan secara masif hampir diseluruh Indonesia. Meskipun juga
model ini terbilang belum secara menyeluruh menjangkau lapisan sosial
bawah yang ada di masyarakat. Karena pada dasarnya model pembelajaran ini
juga mempunyai syarat yang harus di penuhi yakni akses terhadap informasi
digital. Untuk itu jika ditinjau dari akses terhadap teknologi digital, tidak
semua mahasiswa mempunyai akses yang sama. Menurut Dosen Departemen
Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Whisnu Triwibowo menilai
perkuliahan online berpotensi memicu ketimpangan sosial yang berdampak
pada kualitas pembelajaran mahasiswa.
Hal ini dikarenakan ketersediaan infrastruktur digital yang belum merata,
Indonesia saat ini belum menyediakan infrastruktur Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), prasyarat utama untuk pembelajaran jarak jauh, yang
memadai dan meluas untuk seluruh warganya. Selain itu, status sosio-

55
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Ida Arsani Dewi [2020]

ekonomi juga mempengaruhi tingkat kompetensi dan literasi dalam


menggunakan TIK, ketika dosen atau mahasiswa yang gagap teknologi tidak
akan mampu mengelola pembelajaran. Keterkaitan erat antara kesenjangan
sosial, ketersediaan akses, dan keterampilan digital saling mempengaruhi
kualitas PJJ dan membuat kesenjangan digital menjadi masalah multidimensi.
Tantangan bagi akademisi yaitu dosen dan guru maupun pelaksanan
pendidikan memang terkait pada pemanfaatan teknologi pembelajaran yang
harus terus ditingkatkan kualitasnya. Terlebih Muatan pembelajaran daring
masih perlu terus disempurnakan agar lebih interaktif sehingga
memungkinkan Mahasiswa dan peserta didik dapat lebih
terlibat (engaged) dalam proses pembelajaran. Daya dukung teknologi juga
perlu terus ditingkatkan kualitasnya, sebagaimana fasilitas yang digunakan
perusahaan-perusahaan penyedia konten (content provider).
Dalam hal ini dosen juga harus siap dengan komunikasi yang intens dengan
mahasiswa, berbagai kanal percakapan seperti WhatsApp, forum, telepon
sampai video call harus tetap melayani mahasiswa di tengah pandemi saat ini.
Dengan proses yang sedemikian diharapkan mampu mengembangkan
kualitas pembelajaran. Disamping itu juga dibutuhkannya kapasitas
kelembagaan literasi digital dosen dan mahasiswa yang harus dikembangkan.

Pembahasaan
Sistem pendidikan konvensional yang selama ini mengandalkan proses
pembelajaran tatap muka kini harus diubah dengan sistem pembelajaran
daring. Tentu hal ini tidaklah mudah bagi sebagian besar lembaga pendidikan.
Di Indonesia, tidak semua satuan pendidikan siap dengan sistem pembelajaran
daring karena harus didukung banyak hal: perangkat lunak maupun perangkat
keras, termasuk dukungan sumber daya manusia. Sementara untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah, ini merupakan sebuah tantangan sangat berat.
Tentu saja, sedikit sekali lembaga pendidikan SD hingga SMA yang telah
menerapkan variasi metode pembelajaran dengan metode luring dan daring.
Metode pembelajaran daring memerlukan biaya tidak sedikit. Dari pihak siswa,
tentu mereka harus memiliki perangkat untuk mengakses konten
pembelajaran, sekaligus ini menjadi sarana komunikasi antara guru dan siswa.
Perangkat dapat berupa telepon seluler (ponsel) maupun komputer/laptop.

56
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Ida Arsani Dewi [2020]

Hambatan implementasi sekolah daring terbesar ada di jenjang SD.


Karakteristik sosial dan ekonomi siswa SD lebih beragam, bahkan sebagian
besar siswa SD berasal dari kelas menengah ke bawah. Situasi ini tentu tidak
memungkinkan untuk ‘memaksa’ mereka memiliki ponsel atau laptop. Lalu
apakah kemudian mereka harus kehilangan kesempatan untuk belajar di rumah
selama masa darurat ini? Di sisi lain, guru juga tidak dibekali dengan
perangkat pembelajaran yang mendukung sistem pembelajaran daring.
Perangkat tersebut, misalnya, modul yang memang disiapkan untuk
memfasilitasi siswa belajar secara mandiri. Sebagian besar guru hingga saat ini
masih mengandalkan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan ajar di sekolah
karena dinilai lebih simpel. Alhasil, ketika siswa harus belajar di rumah dengan
modal LKS, apakah siswa dapat memahami materi secara maksimal?
Beberapa postingan maupun status warganet di beberapa media sosial
memperlihatkan bagaimana sistem pembelajaran daring dadakan ini sangat
merepotkan banyak pihak, terutama orangtua. Guru tidak memiliki konsep
yang jelas mengenai bagaimana sistem daring akan diterapkan. Beberapa tugas
yang dikirim melalui alat komunikasi seadanya juga dibuat dadakan. Bahkan,
banyak guru yang mengalami gagap teknologi akhirnya memanfaatkan media
‘seadanya’ yang justru kemudian berakibat memberatkan siswa dan orangtua.
Guru hanya mengirim tugas tanpa menjelaskan materi dengan dalih ‘materi ada
di LKS’ atau ‘materi dapat dicari di internet’. Siswa kelas atas akan mudah
menyesuaikan kondisi ini, karena mereka dapat mengakses bahan belajar dari
internet atau memilih ikut bimbingan belajar daring. Bagi orangtua
berpendidikan tinggi pun, mereka akan mudah menyesuaikan diri karena
memiliki sedikit’ bekal pengetahuan untuk membantu anaknya belajar.
Sementara, siswa kelas bawah yang orangtua nya berpendidikan rendah atau
bahkan tidak sekolah, apa yang dapat mereka perbuat?
Tentu saja kondisi ini sangat tidak ramah bagi mereka. Inilah yang dinamakan
sistem pendidikan borjuasi, yang memosisikan semua siswa dan orangtua
seolah-olah memiliki akses yang sama ke banyak media dan sumber belajar.
Semua siswa dianggap memiliki ponsel, laptop, buku, dan lainnya. Padahal
sejatinya akses tersebut hanya dimiliki siswa kelas atas, kemudian siswa kelas
bawah ‘dipaksa’ mengikuti.

57
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Ida Arsani Dewi [2020]

A. Menakar Kesiapan Pembelajaran Jarak Jauh


Tidak bisa dipungkiri bahwa semua pihak yang menjalani perkuliahan daring
mengalami kepanikan baik dosen dan mahasiswa sekalipun. Masalah teknis
menjadi salah satu kendala dari sekian banyak kendala dan problem dalam
proses belajar mengajar secara daring. Masalah teknis yang ditemui biasanya
mulai dari kendala kouta,signal, hingga kendala dari aplikasi online yang kita
pakai.
Oleh karenanya sebenarnya secara umum kita belum siap secara menyeluruh
untuk melakukan perkuliahan daring saat ini, apalagi mahasiswa banyak yang
menyoal tentang keluhan gagalnya memahami materi yang disampaikan lewat
daring. Hal ini memang dirasa wajar karena baik mahasiswa dan dosen belum
adanya peralihan dan kemampuan adaptasi dari proses pembelajaran seperti
ini. Terlebih lagi pada dasarnya setiap mahasiswa memiliki kemampuan dan
pengalaman yang berbeda dengan mahasiswa lainnya yang mungkin sudah
terbiasa dengan pembelajaran online.
Setidaknya terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa
untuk menyelesaikan perkuliahaan daring, yakni faktor eksternal, internal dan
kontekstual. Beberapa factor eksternal diantaranya adalah kendala waktu,
adanya tekanan keluarga, kurangnya dukungan di lingkungan sekitar dan
masalah keuangan. Hal tersebut berkaitan dengan konteks mentalitas
mahasiswa yang mempunyai kendala dan tuntutan tentang tugas yang
diberikan secara terus menerus. Hal ini mungkin saja berpengaruh terhadap
aspek psikologis mahasiswa tersebut. Terlebih jika mahasiswa tersebut
mempunyai tuntutan kebutuhan biaya sehari hari apalagi ditambah dengan
kebutuhan kuota internet yang menambah beban keuangan mahasiswa.
Selain itu juga faktor internal yang berkaitan dengan disiplin dan kemampuan
mengatur waktu, hal tersebut juga terkait dengan bagaimana mahasiswa dapat
menyiapkan kedisiplinannya untuk fokus pada perkuliahaan. Sementara
factor kontekstual lebih cenderung kepada aplikasi online yang tidak ramah
kepada pengguna (user-frendly),kemampuan penguasaan teknologi, kurangnya
interaktivitas, perasaan terisolasi karena harus belajar mandiri serta kurangnya
kehadiran instruktur yang dapat membimbing secara langsung. Untuk itu
ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi keputusan mahasiswa untuk
bertahan dengan perkuliahan daring atau tidak, tentunya hal ini akan
berpengaruh terhadap penilaian pembelajaran nantinya.

58
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Ida Arsani Dewi [2020]

Oleh karenanya sebenarnya keefektifan program pembelajaran tidak hanya


ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau
dari segi proses dan sarana penunjang. Efektivitas metode pembelajaran
merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari
suatu proses pembelajaran. Dengan hal tersebut suatu proses pembelajaran
berhasil atau tidak dilihat dari kepuasaan mahasiswa dalam melihat saran
penunjang dan kenyamanan dalam metode pembelajaran tersebut. Karena
kepuasaan mahasiswa yang tinggi juga akan berpengaruh terhadap
kemampuan pembelajaran yang tinggi.

B. Perguruan Tinggi, Sekolah Dasar dan Solidaritas Sosial di Masa


Pandemi.
Pendidikan tinggi sejatinya memiliki tanggung jawab yang nyata bagi
kelangsungan masyarakat. Di samping sebagai sarana untuk belajar, di sisi lain
perguruan tinggi juga mempunyai fungsi untuk meningkatkan solidaritas
sosial antar masyarakat. Untuk itu perguruan tinggi juga mempunyai
kontribusi dalam penanggulangan wabah virus corona. Pandemi COVID-19
ini telah mengembalikan pendidikan tinggi kepada misi klasiknya yang hakiki
yaitu kepedulian dan solidaritas sosial yang universal. Dalam hal ini unit dan
unsur kerja di kampus-kampus telah banyak yang membantu mahasiswa,
tenaga kependidikan, dan warga sekitar dalam memberikan bantuan langsung
beruba sembako dan bahan-bahan lainnya untuk mengurangi beban dimasa
pandemic ini. Hal tersebut meskipun belum sepenuhnya dapat
mengembalikan kondisi seperti semula, namun jika dilakukan secara kolektif
dan masif di setiap perguruan tinggi yang ada di Indonesia tentunya sangat
berguna dan dapat meningkatkan solidaritas sosial di tengah COVID-19 ini.
Terlepas dari hal itu kesiapan dan tantangan dalam Pembelajaran Jarak Jauh
sangat penting guna menghidupkan kembali semangat Tridharma perguruan
tinggi di masa pandemi ini. Untuk itu berbagai macam persoalan mengenai
Perubahan metode tatap muka di kelas menjadi termediasi via
layar laptop membutuhkan adaptasi dan perubahan yang harus di evaluasi.
Terutama dari sisi penyiapan materi dan interaksi dalam ruang digital.
Persoalan pemerataan akses informasi juga harus diperhatikan oleh
perguruan tinggi terkait. Hal ini berguna agar tidak adanya kesenjangan sosial
diantara mahasiswa.

59
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Ida Arsani Dewi [2020]

Penutup
Dari uraian yang telah dibahas di atas, dapat disampaikan bahwa implementasi
pembelajaran berbasis online dalam perkuliahan sangat urgen dalam rangka
mewujudkan world class university, oleh karena itu perlu didukung oleh
kesadaran akan pentingnya pemanfaatan sistem pembelajaran tersebut dari
dosen di lingkungan perguruan tinggi , peningkatan fasilitas dan penumbuhan
budaya terkait pemanfaatan pembelajaran berbasis online dikalangan
mahasiswa sangat perlu. Pengelolaan pembelajaran online di beberapa
perguruan tinggi perlu ditangani secara serius dan khusus, agar pengelolaan
pembelajaran berbasis online optimal maka pengelola harus menjalankan
tugastugas manajerial pembelajaran berbasis online dengan baik dengan
berpegang pada prinsipprinsip manajerial yaitu; 1) Memprioritaskan tujuan di
atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja, 2)
Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab, 3) Memberi tanggung
jawab kepada bawahan harus sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya, 4)
mengenal secara baik faktor-faktor psikologi manusia, dan 5) Relativitas nilai-
nilai.

Daftar Pustaka
Allan J. Henderson. (2003). The Elearning Question and Answer Book. USA:
Amacom.
Badru Zaman, dkk. (2007). Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Clark dan Mayer. (2003). E-learning and the Science of Instruction. USA: Piffer.

60
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

Literasi Bahasa Dalam Pendidikan Di Keluarga Dan


Sekolah

Ni Kadek Juliantari
STKIP Agama Hindu Amlapura

Pendahuluan
Sejak dini sesungguhnya sebagian besar masyarakat Indonesia telah menjadi
seorang yang bilingual. Hal itu tidak terlepas dari persebaran bahasa daerah yang
terjadi hampir di seluruh nusantara. Di samping bahasa daerah tersebut,
Indonesia juga memiliki bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia. Oleh karena
itu, sejak dini mereka telah berpeluang menjadi dwibahasawan bahasa
Indonesia dan bahasa daerah.
Bahasa adalah cermin kepribadian masyarakat pemakainya. Bahasa
merefleksikan nilai-nilai yang tersirat, sikap-sikap, dan prasangka-prasangka
dari masyarakatnya. Bahasa memiliki efek yang nyata terhadap cara berpikir
dan bertindak. Oleh karena itu, menurut Sartini (2019), teredukasinya
pemakaian bahasa daerah dalam pergaulan sehari-hari masyarakat penggunanya,
berimplikasi pada teredukasinya kearifan lokal dalam masyarakat tersebut.
Dengan demikian, penting dipertahankan penggunaan bahasa daerah tersebut
di samping bahasa nasional dalam berbagai ranah dan konteks komunikasi,
yang salah satunya adalah bahasa Bali (Merdhana dan Sumarsono, 2009).
Bahasa daerah merupakan bagian yang integral dari suatu budaya daerah. Jika
suatu bahasa yang merupakan sumber budaya punah, tidak ada lagi kegiatan
berbahasa yang merupakan praktik budaya. Jika satu bahasa punah berarti satu
budaya akan hilang juga. Dalam hal ini ditemukan bahwa belajar bahasa juga
merupakan belajar mempertahankan identitas sosial di tengah masyarakat
(O’Shea, McKenna, & Thomson, 2019). Oleh karena itu, sangat penting
menjaga eksistensi bahasa daerah masing-masing.
Berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah menyangkut pelestarian dan
pengembangan bahasa daerah yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai wujud kepedulian dan kehadiran negara terhadap
bahasa-bahasa daerah yang kecil, kerdil, terpencil, kritis, dan terancam punah

61
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, 2011b). Hal ini


tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2019
tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan.
Penjelasannya tertuang dalam pasal 42 ayat 1, 2, dan 3 yang menguraikan
bahwa pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi
bahasa daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam
kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap
menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Pemerolehan bahasa (bahasa daerah ataupun bahasa nasional) penting
diberikan dalam pendidikan di keluarga. Pendidikan di keluarga memegang
peranan penting dalam membangun generasi yang literat. Bagi yang sepaham
dengan teori empirisme John Locke tentang teori tabula rasa yang menyatakan
bahwa anak terlahir ke dunia ibarat kertas kosong, lalu pengetahuan diperoleh
sedikit demi sedikit melalui pengalaman; tentu mereka (keluarga) akan
menciptakan situasi yang memungkinkan anak mendapatkan pengalaman-
pengalaman (berbahasa) yang positif dari lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama
bersentuhan langsung dengan sang anak. Sesuai dengan teori empirisme John
Locke tersebut bahwa anak terlahir bagai kertas kosong. Lalu ketika lingkungan
keluarga menorehkan tinta merah, akan menjadilah anak itu merah. Namun,
jika lingkungan keluarga menorehkan tinta hitam, akan menjadilah anak itu
hitam. Demikianlah analogi sederhana yang dapat digunakan untuk memahami
teori empirisme John Locke dan untuk memosisikan bahwa lingkungan
keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam membangun generasi
literat dalam bersikap dan berbahasa.
Keluarga perlu memahami bahasa pertama yang akan diberikan kepada anak.
Pilihan bahasa itu perlu mempertimbangkan beberapa hal, yakni faktor internal
dan faktor eksternal. Namun sayangnya, tidak semua orang tua dalam keluarga
paham terhadap literasi bahasa ini. Anak sesungguhnya bisa pula menjadi
bilingual atau multilingual sejak dini asalkan orang tua bisa mengatur strategi
yang tepat untuk pemerolehan bahasa bagi anak-anaknya. Anak biasanya secara
reaktif memproduksi bahasa mereka. Orang tua perlu memahami hal ini
sebagai peluang positif untuk memberikan asupan bahasa kepada anak. Oleh
karena itu, perlu dipahami bahwa ada beberapa tipologi bilingual pada keluarga
yang dapat menentukan perkembangan bahasa anak.

62
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

Pembahasan
Sesungguhnya ada beberapa tipologi bilingual pada keluarga yang dapat
menentukan perkembangan bahasa anak (Musfiroh (2017). Tipologi bilingual
tersebut diuraikan sebagai berikut.
Tipe pertama, kedua orang tua (ayah dan ibu) berkompeten dalam bahasanya
masing-masing yang berbeda dan menggunakan bahasanya masing-masing
dalam pola pengasuhan kepada anak sehingga anak dimungkinkan dapat
memperoleh bilingual sejak dini. Biasanya, salah satu bahasa orang tua tersebut
adalah bahasa yang dominan. Misalnya ayah kompeten berbahasa Inggris, ibu
kompeten berbahasa Bali. Bahasa dominan di lingkungan masyarakat adalah
bahasa Bali. Jadi, memungkinkan anak menjadi bilingual bahasa Bali dan bahasa
Inggris sejak dini.
Tipe kedua adalah orang tua menguasai dua bahasa, tetapi hanya menggunakan
bahasa nondominan dalam pengasuhan anak. Misalnya orang tua hanya
menggunakan bahasa Inggris, sedangkan bahasa yang dominan di
lingkungannya adalah bahasa Bali. Hal ini memungkinkan juga anak menjadi
bilingual setelah berinteraksi dengan lingkungan. Namun, perlu disadari jika
anak tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan bahasa yang dominan
tersebut, maka justru anak akan merasa menjadi orang asing di lingkungannya
sendiri. Hal ini tentu akan menganggu kemampuan sosial sang anak.
Tipe ketiga adalah orang tua hanya menguasai bahasa nondominan tanpa
dukungan masyarakat. Misalnya orang tua hanya menguasai bahasa Inggris,
sedangkan bahasa Inggris tidak dominan digunakan di lingkungan masyarakat.
Jadi, dalam situasi ini, tentu saja bahasa yang digunakan dalam pengasuhan
anak adalah bahasa Inggris di lingkungan masyarakat yang dominan berbahasa
Bali. Hal ini serupa dengan tipe yang kedua tadi, sehingga pemerolehan bilingual
anak tergantung pada kemampuan anak beradaptasi dengan lingkungan yang
dominan berbahasa Bali tersebut.
Secara ringkas, berbagai tipe bilingual yang telah diuraikan di atas dapat dilihat
pada tabel berikut.

63
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

Tipe Contoh Situasi Kebahasaan Kecenderungan


Bilingual Bilingual
Bahasa Orang Tua Dominasi
dalam Pengasuhan Bahasa di
Anak Masyarakat

Bahasa Bahasa
Ayah Ibu

Tipe Bahasa Bahasa Bali Bahasa Bali Bilingual pada


pertama: Inggris anak adalah
kedua orang bahasa Inggris
tua dan bahasa Bali
kompeten
dalam
bahasanya
masing-
masing

Tipe Bahasa Bahasa Bahasa Bali Bilingual pada


Kedua: Inggris Inggris anak mungkin
orang tua (padahal (padahal terjadi ketika
menguasai menguasai menguasai anak melakukan
dua bahasa, juga bahasa juga bahasa kontak bahasa
tetapi hanya Bali) Bali) dengan
menggunaka lingkungan
n bahasa sekitar
nondominan
dalam
pengasuhan
anak

Tipe Hanya Hanya Bahasa Bali Bilingual pada


Ketiga: menguasai menguasai anak mungkin
orang tua bahasa bahasa terjadi ketika
hanya nondominan nondomin anak melakukan
menguasai (bahasa an (bahasa kontak bahasa
bahasa Inggris) Inggris) dengan

64
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

nondominan lingkungan
tanpa sekitar
dukungan
masyarakat

Bagi orang tua yang menguasai bahasa dominan dan nondominan,


sesungguhnya perlu memahami faktor pendukung pemerolehan bahasa anak.
Salah satunya adalah faktor lingkungan, Menghadapi situasi yang seperti ini,
sesungguhnya orang tua perlu menggunakan bahasa yang dominan di
masyarakat, misalnya bahasa Bali. Hal ini perlu dilakukan agar dalam tumbuh
kembang sang anak, mereka dapat bersosialisasi secara optimal dengan
lingkungan sekitarnya. Sementara itu, pengetahuan tentang bahasa
nondominan (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, misalnya) bisa mereka
peroleh dalam kegiatan pembelajaran di sekolah atau orang tua dapat
memberikan pengetahuan tentang bahasa nondominan tersebut, tetapi dalam
porsi yang kecil.
Beberapa kasus yang terjadi, saat orang tua keduanya menguasai sedikit bahasa
Bali dan kompeten dalam berbahasa Inggris, mereka cenderung menggunakan
bahasa Inggris dalam pengasuhan kepada anak. Padahal lingkungan
kebahasaan anak dominan bahasa Bali. Ternyata anak sulit berinteraksi dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya yang berbahasa Bali. Kasus seperti
ini sering terjadi pada orang tua atau pasangan muda yang merasa lebih
bergengsi jika mengajari anaknya berbahasa Inggris sejak dini. Padahal,
sesungguhnya ada banyak faktor yang mendukung perkembangan
pemerolehan bahasa anak. Di sinilah literasi bahasa tersebut penting dipahami
oleh orang tua yang bilingual.
Setiap orang tua perlu memiliki literasi bahasa ini. Literasi bahasa dimaksudkan
kemampuan seseorang untuk memahami kebahasaan itu sendiri. Esensi bahasa
yang utama adalah sebagai sarana komunikasi (Halliday, 2003). Jadi, bahasa
pertama yang perlu diajarkan kepada anak adalah bahasa yang bisa
digunakannya untuk berkomunikasi dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya (Gynne & Gupta, 2013). Dengan demikian, tentu saja bahasa
dominan sesungguhnya menjadi pilihan utama sebagai bahasa pertama yang
perlu digunakan dalam pengasuhan sang anak agar tumbuh kembang
bahasanya menjadi semakin optimal dan didukung oleh lingkungan sekitar.
Sementara itu, bahasa-bahasa nondominan lainnya nanti pasti akan

65
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

berkembang pula dengan situasi atau lingkungan yang berbeda yang memang
menuntut penggunaan bahasa nondominan tersebut, misalnya lingkungan
sekolah.
Perlu diketahui perbedaan antara pemerolehan bahasa dan pembelajaran
bahasa. Perbedaan tersebut menurut Musfiroh (2017) dapat dilihat pada tabel
berikut.

Aspek Pemerolehan Bahasa Pembelajaran Bahasa

Kaidah Diperoleh secara bawah sadar Diperoleh secara sadar

Kemampuan Diperoleh melalui Diperoleh melalui


pengalaman langsung, proses latihan
konstruk personal terbimbing

Metode Tidak menggunakan metode Menggunakan metode


tertentu tertentu

Verifikasi Dilakukan melalui proses Dilakukan melalui tes


komunikasi real atau latihan

Fokus Kosakata Struktur

Motivasi Motivasi komunikasi Motivasi prestasi

Aliran behavioristik (yang salah satu tokohnya adalah Skinner) memandang


bahwa pemerolehan bahasa merupakan proses yang dibentuk berdasarkan
stimulus-respons. Artinya, ada stimulus yang diberikan oleh orang tua dan anak
merespons dengan pola yang sama. Dalam hal ini, anak dianggap sebagai kertas
lilin (berdasarkan teori tabula rasa John Locke), yang putih dan bersih sehingga
dapat ditulisi apapun oleh orang tuanya. Menjadi peran orang tualah sebagai
garda terdepan dalam pembentukan kompetensi komunikatif anak untuk
memberikan warna pada kertas kosong itu.
Sementara itu, aliran nativisme yang tidak sependapat dengan aliran
behaviorisme menyatakan kemampuan anak dalam berbahasa tidak cukup
hanya dijelaskan dengan teori behaviorisme. Aliran ini berpendapat bahwa
anak-anak memperoleh bahasa dengan cara yang baru, yakni menciptakan
kalimat-kalimat bermakna yang tidak pernah didengar sebelumnya. Kaum
nativis memandang bahwa setiap anak yang dilahirkan sudah membawa

66
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

kemampuan masing-masing dalam belajar bahasa. Dengan kata lain,


kompetensi berbahasa anak ditentukan oleh faktor bawaan, peran orang tua
sangat sedikit dalam pembentukan kompetensi bahasa pada anak.
Berbeda halnya dengan kedua pandangan di atas, aliran kognitivisme
memandang bahwa pemerolehan bahasa tidak sebatas pada hubungan antara
stimulus dan respons, karena sejatinya ada berbagai faktor yang bisa
mengintervensi respons terhadap rangsangan. Teori kognitivisme ini
diungkapkan oleh Piaget (1896-1980), yang merupakan psikolog anak.
Menurutnya, seorang anak mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya
sebagai hasil dari aktivitas-aktivitasnya sendiri. Dalam masa perkembangan
tersebut, terjadilah proses equilibrium, yakni proses penyeimbangan diri anak
dengan lingkungannya. Di sinilah sesungguhnya situasi-situasi kebahasan yang
diciptakan oleh orang tua dan lingkungan masyarakat sangat dipentingkan oleh
anak untuk memperkaya kognisinya sesuai dengan tahap-tahap perkembangan
anak. Tahap-tahap kognitif Piaget dapat dilihat pada tabel berikut.

Tahap Karakteristik

Tahap 1 - Pengulangan kebiasaan motorik (missal:


Usia 0-2 tahun menendang, melompat-lompat)

(Tahap sensori motor) - Perilaku yang berorientasi pada tujuan


- Rasa penasaran yang aktif
- Imitasi
- Penetapan objek (object permanence)

Tahap 2 - Animism (mencirikan benda tak hidup


Usia 2-7 tahun sebagaimana benda hidup)

(Tahap - Egosentris (memandang dunia dari cara


prapersepsional) pandang sendiri tanpa mengakomodasi
pendapat orang lain)
- Konsentrasi/fokus pada satu tugas saja
- Revolusi intelektual (usia 7 tahun)

67
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

Tahap 3 - Merupakan tahapan ketika anak bisa berpikir


Usia 7-11 tahun dengan cara yang logis

(Tahap Operasional - Menggunakan analogi secara kompeten


Konkret) - Pemunculan pemikiran-pemikiran simbolik
- Rehabilitasi dan konservasi
- Menganggap hubungan kausal
- Perkembangan hierarki klasifikasi
- Disentralisasi (kemampuan mengerjakan
lebih dari satu aspek tugas)
- Egosentrisme hilang secara bertahap
- Rasional

Tahap 4 - Pemikiran operasional formal


Usia 11-12 tahun ke - Membuat alas an hipotesis-deduktif
atas
- Berpikir seperti ilmuwan
(Tahap Operasional
- Berpikir rasional, sistematis, dan abstrak
Formal)

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan dalam


keluarga yang menggunakan bahasa lebih daripada satu, lebih bagus dan lebih
cepat perkembangan bahasanya daripada keluarga yang hanya menggunakan
satu bahasa. Penggunaan lebih daripada satu bahasa dalam lingkungan keluarga
tersebut dapat membiasakan anak menggunakan bahasa secara bervariasi.
Penguasaan anak dalam bahasa pun menjadi semakin berkembang.
Selain penting bagi dunia pendidikan, kedwibahasaan/bilingual juga penting
dalam hal menjalin interaksi sosial yang tecermin melalui pergaulan antar-siswa
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, 2011a). Tentu
dalam komunikasi antar-siswa tersebut membutuhkan bahasa sebagai
medianya. Pilihan bahasa yang digunakan tentunya harus dipahami oleh
penutur dan mitra tutur. Oleh karena itu, kemampuan bilingual menjadi
tuntutan setiap orang agar dapat melangsungkan atau menjalin hubungan sosial

68
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

antara orang yang satu dengan orang yang lain. Namun, tetap sebagai
masyarakat berlatar belakang budaya Bali, B1 (bahasa Bali) harus diberikan
terlebih dahulu sebelum B2 (bahasa Indonesia atau bahasa Inggris).
Tidak dapat dipungkiri bahwa bilingual tersebut penting bagi pendidikan sang
anak. Bayangkan saja jika anak hanya menguasai satu bahasa, yakni bahasa Bali.
Sementara itu, kegiatan belajar-mengajar di sekolah berlangsung dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, buku-buku penunjang juga
berbahasa Indonesia, kecuali buku untuk pelajaran bahasa Bali. Dengan
melihat kenyataan tersebut, kemampuan bilingual menjadi sangat penting demi
kelancaran proses pendidikan di sekolah. Dalam hal inilah, kurikulum
pendidikan perlu dirancang untuk memungkinkan pelajar mengembangkan
kompetensi antarbudaya dalam belajar bahasa (Alexander, 2003).
Keanekaragaman budaya yang terintegrasi dalam pembelajaran ditekankan
melalui pembelajaran berbasis teks, yakni konten-konten teks atau wacana yang
disajikan berkaitan erat dengan budaya nusantara (Stephens, Morgan, DeFord,
Donnelly, Hamel, Keith, Brink, Johnson, Seaman, Young, Gallant, Hao, and
Leigh, 2011).
Kedwibahasaan dalam pendidikan tersebut diwujudkan dengan
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan lebih dari satu
bahasa (selain bahasa daerah). Karena sarana pendidikan (berupa buku-buku)
berbahasa Indonesia, siswa sangat penting mejadi dwibahasawan bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, siswa nantinya menguasai bahasa Bali dan bahasa
Indonesia. Selain itu, kini di sekolah-sekolah juga telah dimasukkan pelajaran
bahasa Inggris. Itu berarti bahwa siswa diharapkan menjadi
dwibahasawan/multibahasawan bahasa Bali, bahasa Indonesia, dan bahasa
Inggris. Menurut Alwi dan Sugono (2003), pengajaran bahasa asing (bahasa
Inggris) ditujukan pada upaya penguasaan dan pemakaian bahasa asing,
terutama pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam menyikapi persaingan bebas
pada era globalisasi. Oleh karena itu, banyak sekolah yang gencar memasukkan
bahasa Inggris dalam kurikulum.
Bilingual dapat menimbulkan dampak terjadinya campur kode atau alih kode
bagi pengguna bahasa yang bilingual tersebut. Menurut Sumarsono (2009), kode
adalah istilah netral yang dapat mengacu kepada bahasa, dialek, sosiolek atau
ragam bahasa. Dengan demikian, campur kode dapat diartikan sebagai campur
bahasa, campur dialek atau campur ragam bahasa. Campur kode ini sebenarnya

69
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

juga tergolong dalam interferensi, yakni interfernsi leksikon yang berupa kata
(leksikon tunggal) atau kelompok kata (frasa). Hal itu dipertegas oleh
Sumarsono (2009) dengan pendapatnya yang menyatakan bahwa campur kode
ini tergolong pada apa yang dulu disebut interferensi dari bahasa yang satu ke
bahasa yang lain.
Selain itu, campur kode merupakan suatu gejala pemakaian dua bahasa atau
lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam
bahasa lain. Artinya, ketika seseorang berbicara dengan bahasa Indonesia, ada
unsur-unsur leksikon bahasa Bali yang masuk dan demikian pula sebaliknya.
Ketika seseorang berbicara dengan bahasa Bali, ada unsur-unsur leksikon
bahasa Indonesia yang masuk. Chaer dan Agustina (2004) berpendapat bahwa
campur kode merupakan pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu
tindak bahasa tanpa ada situasi yang menuntut percampuran itu. Percampuran
itu biasanya terjadi pada situasi santai. Selain percampuran kode tersebut,
seseorang yang bilingual juga dapat beralih kode. Inilah salah satu keunggulan
seseorang yang bilingual daripada orang yang hanya monolingual.

Penutup
Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan bahasa pada anak sangat ditentukan peran serta orang tua
dalam membangun literasi kebahasaan pada anak. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh orang tua dalam pemilihan bahasa dalam pengasuhan anak,
yakni kompetensi bahasa yang dimiliki oleh orang tua dan dominasi bahasa di
masyarakat. Kedua hal ini sesungguhnya perlu menjadi perhatian serius bagi
orang tua supaya anak mampu tumbuh kembang secara optimal dan mampu
menjadi bagian dari lingkungan masyarakatnya sendiri. Di samping itu, dalam
proses pendidikan di sekolah juga diharapkan kegiatan pembelajaran berbasis
bahasa dan budaya sehingga dapat mengembangkan kemampuan berbahasa
anak secara optimal.

Daftar Pustaka
Alexander, N. (2003). Language Education Policy, National and Sub-National
Identities in South Africa. Council of Europe, Strasbourg: Language Policy
Division.

70
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Kadek Juliantari [2020]

Alwi, H.dan Sugono, D. (2003). Politik Bahasa: Rumusan Seminar Politik Bahasa.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud. (2011a).
Pemberdayaan Bahasa Indonesia Memperkukuh Budaya Bangsa dalam era
Globalisasi: Risalah Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta: Kemdikbud.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud. 2011b. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang: Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud.
Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Gynne, A. & Gupta, S.B. (2013). Young people’s languaging and social
positioning. Chaining in“bilingual” educational settings in Sweden.
Linguistics and Education, 24 (2013) 479– 496.
Halliday, M.A.K. 2003. On the “architecture” of human language. In On Language and
Linguistics. Volume 3 in the Collected Works of M.A.K. Halliday. London and
New York: Equinox.
Merdhana, N. dan Sumarsono. (2009). Kearifan Lokal di Balik Bahasa Bali.
Laporan Penelitian Fundamental. FBS, Undiksha Singaraja.
Musfiroh, Tadkiroatun. (2017). Psikolinguistik Edukasional: Psikolinguistik untuk
Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Tiara Wacana.
O’Shea, C.; McKenna, S; & Thomson, C. (2019). We throw away our books’:
Students’ reading practices and identities. Linguistics and Education, 49
(2019) 1–10
Sartini, N.W. (2019). Konsistensi Akademik di Tengah Gerusan Globalisasi.
Artikel Dasawarsa Seminar Nasional bahasa Ibu (SNBI). Denpasar, Bali:
Dharma Pura.
Stephens, D., Morgan, D.N., DeFord, D.E., Donnelly, A., Hamel, E., Keith,
K.J., Brink, D.A., Johnson, R., Seaman, M., Young, J., Gallant, D.J., Hao,
S., and Leigh, S.R. (2011). The Impact of Literacy Coaches on Teachers’
Beliefs and Practices. Journal of Literacy Research, 43(3) 215–249.
Sumarsono. (2007). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

71
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

Peran Keluarga Terhadap Pendidikan Seksual Pada


Generasi Muda Hindu Sebagai Upaya Pencegahan
Pernikahan Usia Dini

Gede Agus Siswadi


Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Pendahuluan
Agama Hindu, pada umumnya mempunyai tujuan hidup yaitu “moksartham
jagadhita ya ca iti dharma” artinya tujuan hidup untuk mencapai kesejahteraan di
dunia maupun di akhirat. Dengan adanya pedoman tersebut, dapat
memberikan pemahaman bagi umat Hindu dalam memahami arti hidup yang
sebenarnya yaitu sebagai usaha untuk mencapai kesejahteraan jasmani,
ketenteraman batin dan kehidupan abadi dengan menyatunya atma dengan Ida
Sang Hyang Widhi. Oleh karena itu, sangat penting menerapkan dan
mengaplikasikan ajaran tersebut. Tujuan hidup manusia umumnya disebut
dengan catur purusa artha yang terdiri dari empat tujuan yakni, dharma, artha,
kama dan moksa, begitu pun dengan catur asrama yang memiliki keterkaitan satu
dengan lainnya.
Catur asrama merupakan empat tahapan kehidupan yang diajarkan dalam
Agama Hindu. Adapun tahap kehidupan ini dihubungkan dengan tingkat
umur, tingkat ilmu pengetahuan suci, tingkat spiritualitas atau rohani, sifat dan
perilaku atau moralitas seseorang. Kesemuanya ini dipengaruhi oleh proses
perkembangan sebagai manusia baik dari masih labil, remaja, dewasa, maupun
usia tua sehingga catur asrama terbagi atas empat yakni, brahmacari, grahasta,
wanaprasta, dan bhiksuka. Dari keempat bagian tersebut salah satu diantaranya
adalah grahasta. Grahasta atau pernikahan merupakan peristiwa penting bagi
setiap kehidupan manusia. Karena pernikahan dianggap sebagai sesuatu yang
mampu melahirkan keturunan bagi penerus di masa yang akan datang.
Seks merupakan sebuah ranah universal, yang berada dalam posisi fundamental
dikehidupan manusia, ranah universal ini berkembang secara integral dan
memerlukan ruang untuk berekspresi, tetapi jika dipandang dalam sudut yang

72
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

berbeda, etika sosial mentabukan ranah ini, namun jika kita berpikir lebih
mendalam, suatu hal yang ditabukan pastinya secara ideal berakibat kurang
baik bagi yang mentabukannya. Begitu juga halnya dengan Seks. Seks yang
ditabukan menyebabkan banyak orang yang buta mengartikannya. Orang pada
umumnya memandang seks hanya dari sudut naluri saja sementara nuraninya
tertinggal (Suryawan, 2007: 2).
Seks menjadikan banyak orang bahagia. Seks menjadikan banyak orang yang
sakit dan seks juga menjadikan seseorang sengsara bahkan terhina (Aryana
2008:1). Kembali kedalam sebuah hukum, bahwa jika seseorang menggunakan
sebuah media dengan baik, benar serta tepat, maka media tersebut akan
berguna bagi si pengguna. Sebaliknnya jika salah serta tidak mampu
menggunakan media dengan tepat guna maka media itu sendiri akan berakibat
yang kurang baik bagi si pengguna. Seperti itulah jika seksualitas diibaratkan
sebagai sebuah media, media yang membantu manusia mencapai tujuan yang
diinginkan.
Apabila dipandang secara biologis, seks dan hasrat pencapaiannya adalah
fenomena yang wajar dan normal, seperti penyataan diatas tak ubahnya dengan
fenomena perut lapar yang meminta makan, namun lain halnya ketika kaca
mata agama memandang tentang seksualitas. Secara umum seperti mengurai
benang kusut yang jelas-jelas sangat sulit untuk diuraikan, bahkan seks dalam
kitab suci diibaratkan sebagai figuran (peran pembantu) dalam sebuah adegan
film. Hanya terlihat sekali, sekejap dan tak muncul kembali (Aryana, 2008: 5).
Fakta menunjukkan perilaku seksual ditentukan oleh karakter tidaklah
berlawanan dengan adanya bahwa naluri seksual itu sendiri berakar kepada
aspek kimiawi tubuh kita. Naluri ini adalah akar dari seluruh bentuk tingkah
laku seksual, juga sebuah cara khusus untuk memuaskannya, bukan naluri itu
sendiri yang ditentukan oleh struktur karakter, oleh secara khusus jenis
manusia yang berkaitan dengan dunia. Tingkah laku seksual, sebenarnya
menawarkan salah satu tanda yang paling berbeda untuk memahami karakter
seseorang manusia. Bertolak belakang dengan hampir seluruh aktivitas lain,
aktivitas seksual dengan sangat alami bersifat pribadi, sehingga begiutu kurang
terpola dan lebih merupakan ekspresi dan kekhasan individu. Lebih jauh lagi,
intensitas dari hasrat seksual membuat tingkah laku seksual kurang rerponsif
terhadap kontrol manusia (Fromm, 2011: 172).

73
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

Sejalan dengan pernyataan di atas, kaca mata fakta mengatakan telah terjadi
berbagai permasalahan atau kejadian yang berkaitan dengan penyimpangan
seksual. Hal tersebut dikarenakan kurangnya andil dari keluarga yang
merupakan pihak pertama dan utama dalam pendidikan, sosialisasi serta
edukasi seks perlu dilakukan agar anak tidak menjadi tabu terhadap seks.
Pantas ditekankan sejak awal bahwa tubuh kita ini secara seksual punya makna
intrinsik dan natural, bukan sekadar koleksi fungsi biologis. Sehingga tulisan
ini berupaya untuk menjelaskan bagaimana seharusnya peran keluarga dalam
pendidikan seksual terhadap generasi muda Hindu agar pernikahan usia dini
dapat terhindari.

Pembahasan
A. Memberikan Pemahaman dari Sudut Pandang Agama/Tattwa
Agama Hindu mengenal istilah Tattwa yang artinya pemahaman agama secara
teori. Di dalam agama Hindu harus diseimbangkan proses kegiatan
pemahaman dari tattwa, susila, dan upacara agama, ketidakseimbangan
pemahaman terhadap kerangka agama Hindu justru akan mendatangkan
masalah dalam praktek kehidupan beragama. Di dalam tattwa banyak hal yang
dapat dipelajari dalam kehidupan ini salah satunya adalah tentang perkawinan
karena dalam Reg Veda X.85.42 dan Atharvaveda XIV.1.22 menyebutkan
bahwa makna perkawinan itu adalah untuk mewujudkan kehidupan dan kebahagiaan
bersama dengan putra-putri dan cucu-cucumu. Kata tersebut dapat diartikan bahwa
perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang wanita dan pria
dengan tujuan membangun rumah tangga yang bahagia dan sejahtera
berdasarkan dharma.
Sedangkan di dalam Manawadharmasastra IX.102 menyebutkan bahwa di
dalam kutipannya berbunyi seperti berikut, “hendaknya laki-laki dan perempuan
yang terikat dalam ikatan perkawinan, mengusahakan dengan tidak jemu-jemunya supaya
mereka tidak bercerai dan jangan hendak melanggar kesetiaan antara satu dengan yang
lain”.
Dari kutipan tersebut dapat diartikan bahwa, betapa beratnya
mempertanggung jawabkan sebuah perkawinan, dan tidak boleh dilakukan
dengan sembarangan tanpa perhitungan yang matang dan terencana, baik dari
segi usia dan lain sebagainya yang terkait dengan pernikahan.

74
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

Selain itu, di dalam ajaran agama Hindu juga mengenal dengan sistem
pernikahan yang diuraikan sebagai berikut:
1. Brahma Vivaha yaitu perkawinan yang dilakukan dengan jalan memberikan
anak gadisnya kepada seorang pria yang dianggap berbudi luhur dan
berpendidikan tinggi.
2. Daiwa Vivaha yaitu perkawinan yang dilakukan dengan jalan memberikan
anak gadisnya kepada seorang pria yang dianggap telah berjasa dan berbuat
kebaikan.
3. Arsha Vivaha yaitu perkawinan yang terjadi karena suka sama suka, baik dari
pihak keluarga si gadis, maupun pihak keluarga si pria.
4. Prajapatya Vivaha yaitu perkawinan dimana pihak atau orangtua si gadis
melepas anaknya untuk dikawinkan kepada pria yang telah disetujui dan
disertai dengan doa : semoga kami berdua melakukan dharma-mu bersama-
sama, hal ini juga berarti untuk menunjukkan penghargaan kepada si pria
yang akan menjadi suaminya.
5. Asura Vivaha yaitu suatu perkawinan dimana pihak pria harus memberikan
sejumlah uang kepada pihak / orangtua si gadis.
6. Gandharwa Vivaha yaitu suatu bentuk perkawinan yang dilakukan atas dasar
cinta sama cinta antara si gadis dengan si pria, tetapi pihak orangtua tidak
turut campur, walaupun mungkin mengetahuinya.
7. Raksasa Vivaha yaitu suatu perkawinan yang dilakukan dengan paksa, walau
si wanita menangis menjerit-jerit, dan mungkin pula terjadi perkelahian
dengan pihak si gadis.
8. Paisaca Vivaha yaitu suatu bentuk perkawinan yang dilakukan dengan tipu
muslihat licik misalnya dengan jalan memabukkan si gadis sedang tidur dan
lain sebagainya.
Dari kedelapan bentuk perkawinan itu yang dianggap kurang baik dan tidak
boleh dilakukan adalah Ghandharwa Vivaha, Raksasa Vivaha, dan Paisaca Vivaha.
Bukan hanya itu, di dalam agama Hindu juga tidak membenarkan adanya
pernikahan usia dini seperti yang diuraikan dalam Manawa Dharmasastra.
Menurut Manawa Dharmasastra IX. 90 dijelaskan bahwa :

75
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

Trini warsanyudikseta
Kumarytrtumati sati
Urdhwam tu kaladeta
Smadwindeta sadrcampatim
Terjemahannya:
Walaupun telah cukup untuk kawin, tiga tahun lamanya wanita itu harus
menunggu, tetapi setelah lewat tiga tahun itu biarlah ia sendiri memilih
calon suaminya yang sewarna.
Dalam kakawin Nitisastra V. 1 dijelaskan bahwa:
Taki-takining sewaka guna widya.
Samara-wisaya rwang puluh ing ayusya.
Tengah I tuwuh san-wacana gegon-ta.
Patilaring atmeng tanu panguroken”.
Terjemahannya:
Seorang pelajar wajib menutup pengetahuan dan keutamaan.
Jika sudah berumur dua puluh tahun orang harus kawin.
Jika sudah setengah tua, berpeganglah pada ucapan yang baik.
Hanya tentang lepasnya nyawa kita mesti berguru.
Dari uraian di atas dijelaskan bahwa, pernikahan diperbolehkan apabila telah
cukup umur untuk menikah yaitu di atas umur dua puluh dan apabila pria dan
wanita sudah saling mantap untuk maju kepelaminan. Pernikahan merupakan
simbol dari terwujudnya cinta suci dari setiap pasangan. Di dalam Veda pun
diajarkan mengenai hubungan dua insan yang terus terjalin hingga akhir hayat
memisahkannya dan memberikan tempat yang sangat tinggi kepada rasa cinta
dan kehidupan keluarga yang harmonis.

B. Memberikan Kejelasan Mengenai Pentingnya Undang-Undang


Perkawinan
Undang-undang pernikahan secara hukum yang sudah dibuat oleh pemerintah
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Pernikahan yakni :

76
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

a) Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.
b) Pasal 6 (2) untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum
mencapai 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
2. Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yakni:
Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak, seperti menumbuh
kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya serta
mencegah terjadinya pernikahan pada usianya yang masih anak-anak.
3. Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
Adanya penjualan atau pemindah tanganan yang dilakukan antara orang tua
dengan si pelaku yang mengharapkan imbalan tertentu dari pernikahan
tersebut. Pernyataan di atas, dikatakan bahwa undang-undang di Negara kita
telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam undang-undang perkawinan bab
II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai 16 tahun.
Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini
tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar
kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan
mental. Dengan adanya aturan di atas menjelaskan bahwa kita sebagai orangtua
tidak bisa lagi berbuat yang semena-mena kepada anak karena pada dasarnya
pernikahan usiadini sudah ditentang oleh pihak yang berwenang secara hukum.

C. Memberikan Bimbingan Kepada Anak-Anak dan Remaja Tentang


Sex Education
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi (kespro) atau
istilah dalam bahasa inggris disebut Sex Education sudah seharusnya diberikan
kepada anak-anak yang sudah beranjak remaja atau dewasa, baik melalui
pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya
pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di
kalangan remaja. Materi pendidikan seks bagi para remaja ini terutama
ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan

77
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang


komprehensif termasuk bagi para remaja.
Pendidikan seks (sex education) mempunyai pengertian yang lebih kompleks
sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis,
psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan
kejiwaan manusia (Surtiretna, 2001). Pendidikan seks diartikan sebagai
sebagian usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti benar-benar
tentang arti dan fungsi kehidupan seksnya sehingga dapat mempergunakannya
dengan baik selama hidupnya (Syamsudin, 1985). Pendapat senada
dikemukakan oleh Calderone (Suraji, 2008) bahwa pendidikan seks merupakan
pelajaran untuk menguatkan kehidupan keluarga untuk menumbuhkan
pemahaman diri dan hormat terhadap diri untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain secara sehat
dan untuk membangun tanggung jawab seksual dan sosial.
Dengan demikian, pendidikan seks dapat diartikan sebagai pendidikan tingkah
laku yang baik, menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan serta membantu
seseorang menghadapi persoalan hidup yang berpusat pada naluri seks yang
timbul dalam bentuk tertentu dan merupakan pengalaman manusia yang
normal. Pengertian ini bermakna bahwa pendidikan seks akan menerangkan
semua hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuknya
yang wajar, tidak terbatas pada anatomi, fisiologi, penyakit kelamin dan
perilaku seks yang menyimpang. Hal terpenting terutama untukmembentuk
sikap dan kematangan emosional seseorang terhadap seks.
Teori Freud tentang seks adalah tantangan bagi generasi yang masih memegang
keyakinan tabu seks era Victoria. Freud telah menunjukkan bahwa stigmatisasi
seks yang dihasilkan dari perasaan bersalah, sangat kondusif menuju neorosis.
Lebih jauh lagi, Freud juga telah membuktikan penyimpangan dari perilaku
seksual normal bukanlah anomali, namun lebih merupakan bagian dari
perkembangan seksual yang normal dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,
merupakan sisa-sisa dari pola awal, dan harus dipahami sebagai gejala neurotik,
daripada secara moral dikecam sebagai kejahatan (Fromm, 2011: 168).
Tujuan pendidikan seks diberikan pada anak meliputi: (a) Membantu anak
mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa puber, dan
kehamilan; (b) Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan; (c) Mengurangi rasa
bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan seksual; (d) Mencegah

78
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan; (e) Mendorong hubungan


yang baik; (f) Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan
seksual (sexual intercourse); (g) Mengurangi kasus infeksi melalui seks; dan (h)
Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di
masyarakat (Halstead, 2006).
Berbicara masalah seks, banyak orang tua yang sulit mencari istilah yang tepat
untuk menyebut nama-nama dalam istilah anak-anak. Namun, tentu kita tetap
bisa membicarakan masalah seks secara terbuka dan tidak perlu ragu-ragu
untuk menyebut nama-nama organ itu dengan nama yang sesungguhnya. Hal
yang perlu diperhatikan adalah sebenarnya perhatian anak terhadap seks
tidaklah tertuju pada masalah-masalah reproduksi. Jadi, membicarakan seks
dengan anak kecil tidaklah tabu, yang penting disesuaikan dengan tingkat
perkembangannya. Pertanyaan tentang seks harus dihadapi dengan
memberikan jawaban yang bersifat mendidik. Sekalipun lucu dan jorok, tetapi
anak ingin memperoleh jawaban yang jujur sesuai dengan kenyataan. Jawaban
jujur, bukan mengelak ataupun berbohong, inilah sebenarnya kunci
keberhasilan membimbing anak agar tumbuh sikap seksual dalam pribadinya.
Pada dasarnya pengetahuan tentang seks pada anak yang pertama adalah pada
perbedaan kelamin laki-laki dan perempuan, kemudian bagaimana ia bisa
berada di antara kedua orang tuanya. Naluri yang paling banyak menentukan
pengetahuan seks yang dimiliki anak, yaitu naluri untuk menganalisa apa yang
ada di lingkungannya. Oleh karena itu, pengetahuan seks yang dimiliki oleh
seorang anak berbeda dan belum tentu usia yang sama mempunyai
pengetahuan yang sama pula.
Menurut Sobur (1991) ada beberapa alasan yang bersifat umum, mengapa
orang tua sering tidak memberikan bimbingan seks kepada anak-anaknya. (1)
orang tua beranggapan bahwa persoalan seks belum saatnya dibicarakan
dengan anaknya. (2) orang tua merasa malu bila membicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan seks dihadapan anak-anaknya. (3) orang tua merasa
khawatir bahwa setelah anak anaknya diberikan penjelasan mengenai seks,
nantinya akan melakukan perbuatan yang melanggar susila. (4) orang tua tidak
mempunyai pengetahuan tentang seks yang bisa diberikan kepada anak-
anaknya di samping tidak mengetahui cara memberikannya.
Dengan demikian hal yang perlu dilakukan oleh orang tua kepada generasi
muda Hindu untuk pendidikan seks adalah kenalkan pada anak, bahwa seks

79
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

adalah pemberian Tuhan yang indah, yang harus diterima sebagai kodrat hidup
manusia. Seks hendaknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang yang rendah.
Pandanglah seks dengan pemahaman, ditinjau dari pandangan psikologis,
biologis dan religius. Berilah berbagai informasi kepada anak mengenai
kehidupan seks yang menjadi kebutuhan anak. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberi buku-buku penjelasan serta kesempatan untuk bertukar pikiran
tentang hal-hal yang berhubungan dengan seks. Sehingga anak tidak lari keluar,
kepada teman atau sumber-sumber lain yang mungkin kurang edukatif dan
kompeten dalam memberikan informasi.

Penutup
Seks merupakan sebuah ranah universal, yang berada dalam posisi fundamental
dikehidupan manusia, ranah universal ini berkembang secara integral dan
memerlukan ruang untuk berekspresi, tetapi jika dipandang dalam sudut yang
berbeda, etika sosial mentabukan ranah ini, namun jika kita berpikir lebih
mendalam, suatu hal yang ditabukan pastinya secara ideal berakibat kurang
baik bagi yang mentabukannya. Dari hal tersebut diperlukan peran keluarga
untuk memberikan pendidikan seks pada generasi muda Hindu, dimulai dari
penjelasan secara agama, undang-undang maupun pendidikan seks sejak anak-
anak. Dalam agama Hindu terdapat delapan bentuk perkawinan, dari
kedelapan bentuk perkawinan itu yang dianggap kurang baik dan tidak boleh
dilakukan adalah Ghandharwa Vivaha, Raksasa Vivaha, dan Paisaca Vivaha.
Orang tua juga seharusnya menjelaskan tentang Undang-Undang No. 1 tahun
1974 tentang Pernikahan, Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Dengan hal tersebut upaya
dalam memberikan edukasi tentang seks serta pergaulan bebas dan pernikahan
usia dini dapat terhindari.

Daftar Pustaka
Aryana I B Putra M, 2008, Seks Ala Bali menyimak tabir Rahasia Kama Tattwa.
Denpasar ; Bali Aga.
Fromm, Erich. 2011. Cinta, Seksual dam Matriarki. Jalasutra. Yogyakarta.

80
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Gede Agus Siswadi [2020]

Halstead, M. R. & Mark, J. 2006. Pendidikan Seks Bagi Remaja: dari Prinsip ke
Praktik Yogyakarta: Alenia Press.
Sobur, Alex. 1991. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Angkasa. Bandung.
Suraji & Rahmawatie, S. 2008. Pendidikan Seks Bagi Anak. Yogyakarta: Pustaka
Fahima.
Surtiretna, N. 2001. Bimbingan Seks bagi Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suryawan I Gusti Agung Jaya. 2007. Ajaran Seksualitas Dalam Lontar Rahasia
Sanggama Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna. Tesis. Denpasar. Program
Pascasarjana IHDN Denpasar.
Syamsudin. (1985). Pendidikan Kelamin dalam Islam. Solo.
Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Pernikahan.
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.

81
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

Analisis Penyebab Meningkatnya Tindak


Kriminalitas Selama Masa Pandemi Covid-19 Di
Indonesia

H. Nurianto Rachmad Soepadmo


Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta

Pendahuluan
Kemunculan virus baru di awal tahun 2020 memberikan dampak yang sangat
luar biasa bagi dunia. Kejadin pertama dikonfirmasi oleh WHO terjadi di Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok (Zhu et al., 2020). Virus corona
menyebabkan infeksi saluran pernafasan yang sifatnya dapat mematikan.
Penularan virus coronan dari manusia ke manusia terjadi melalui kontak
langsung dalam jarak dekat via tetesan kecil atau percikan (droplet) dari saluran
pernapasan yang dihasilkan penderita saat bersin dan batuk. Hal tersebutlah
yang mengakibatkan virus ini menyebar sangat cepat dan menginfeksi sebagian
besar masyarakat di berbagai negara secara bersamaan. Peningkatan pasien
positif di dunia terus terjadi, hal tersebut sesuai dengan data yang dikonfirmasi
oleh WHO (WHO, 2020). Virus ini secara global mengakibatkan angka
kematian yang terus meningkat tak terkecuali di Indonesia. Hal ini diperparah
lagi karena belum ditemukanya vaksin atau antivirus untuk mencegah dan
mengobati infeksi corona virus pada manusia (Habibzadeh P, 2020). Melihat
kondisi tersebut, pada akhirnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
tanggal 11 Maret 2020 menetapkan kejadian luar biasa ini sebagai pandemic
global (WHO, 2020). Penetapan ini dilakukan karena tingkat penyebaran dan
keparahan dari virus korona tersebut sangat mengkhawatirkan. Pandemi
merujuk pada penyakit yang menyebar ke banyak orang di beberapa negara
dalam waktu yang bersamaan (Cucinotta & Vanelli, 2020). Jumlah penyebaran
virus corona sendiri bertambah signifikan dan berkelanjutan secara global
(Anderson et al., 2020). Ciri-ciri pandemi meliputi: merupakan jenis virus baru,
dapat menginfeksi banyak orang dengan mudah, serta bisa menyebar antar
manusia secara efisien. Virus corona memiliki ketiga karakteristik tersebut.
Secara resmi WHO mengumumkan bahwa penyakit yang disebabkan oleh
virus corona ini disebut dengan istilah Covid-19.

82
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

Pemerintah Indonesia telah menetapkan wabah Corona Virus atau Covid 19


sebagai bencana nasional sejak tanggal 14 Maret 2020, yang diumumkan oleh
Presiden melalui Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 (Anwar, 2020).
Semenjak pasien positif diumumkan ke publik, berbagai protokol keamanan
mulai dan terus disosialisasikan. Dari hari ke hari pasien positif Covid-19 di
Indonesia semakin bertambah. Menurut penelitian Tosepu menyatakan bahwa
cuaca merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat kejadian covid-19
di Jakarta. Suhu rata-rata secara signifikan berkorelasi dengan covid-19
(Tosepu et al., 2020). Penambahan pasien positif berbanding terbalik dengan
ketersedian SDM dan sarana prasarana penangan Covid-19. Berbagai cara pun
mulai dilakukan untuk mencegah dan menekan laju penularan virus ini.
Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan di antaranya mencuci
tangan, menutup mulut saat batuk, menjaga jarak dari orang lain, serta
pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang mencurigai bahwa mereka
terinfeksi.
Bertambahnya pasien positif Covid-19 memaksa pemerintah untuk mengambil
langkah-langkah strategis penganggulangan bencana ini. Beberapa peraturan
pun akhirnya ditetapkan selama masa pandemi ini. Pandemi ini membawa
dampak yang sangat signifikan bagi kelangsungan hidup umat manusia di
dunia. Dampak yang sama juga terjadi di Indonesia, baik di bidang sosial
ekonomi, kesehatan, hukum dan bidang lainnya. Pandemi ini membuat
perubahan pola hidup masyarakat dunia. Adanya pembatasan kegiatan dan
interaksi di luar rumah, memaksa setiap masyarakat untuk tetap menjalankan
kehidupanya bahkan dengan atau tanpa pemasukan sedikitpun. Untuk
menangani wabah tersebut, penegakan hukum menjadi salah satu langkah yang
dipilih pemerintah. Aparat kepolisian pun dikerahkan dalam mengatasi wabah
virus corona di Tanah Air. Secara garis besar, polisi bertugas dalam
membubarkan kerumunan massa, menangani penyebar berita bohong atau
hoaks, serta penimbun bahan pokok.Kekhawatiran yang timbul dimasyarakat
dapat dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang ingin menambah kekacauan
keadaan ini. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia selalu menekankan bahwa
masyarakat harus memilah mana yang termasuk fakta dan mana yang
merupakan hoaks. Pemerintah juga meminta agar warga Indonesia tidak panik
dalam menghadapi pandemi ini. Wabah ini adalah wabah yang bisa
menginfeksi siapapun, terutama mereka yang termasuk dalamkategori rentan

83
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

terinfeksi seperti anak-anak dan usia lanjut atau mereka dengan imunitas
rendah (Susilo et al., 2020).
Demi memutus rantai penyebaran Virus Covid-19 khususnya di daerah-daerah
berzona merah seperti DKI Jakarta, pemerintah mengeluarkan kebijakan
untuk melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dalam
pelaksanaan ini masyarakat tetap dihimabu untuk melakukan segala aktivitas di
rumah. Angka kejahatan selama penerapan status PSBB karena pandemi virus
Corona atau Covid-19 di tanah air mengalami peningkatan, angka tersebut
men- capai 11 persen (Anwar, 2020). Ironisnya, fenomena kejahatan di tengah
kondisi PSBB ini, para pelakunya kebanyakan merupakan eks napi program
asimilasi yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Kementerian Hukum dan
HAM. Namun, sungguh miris karena alasan para eks napi yang kembali
melakukan kejahatan tersebut justru terpaksa melakukan kejahatan kembali
karena himpitan ekonomi di tengah kondisi PSBB (Anwar, 2020). Hal tersebut
didukung laporan dari Polda Metro Jaya yang mencatat adanya peningkatan
tindakan kejahatan selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI
Jakarta. Berdasarkan catatan Polda Metro Jaya persentase peningkatan
kejahatan yaitu sebesar 10% (Kompas.com, 2020). Kasus kejahatan yang paling
banyak terjadi adalah kasus pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan
pemberatan, begal motor, bobol minimarket dan penyalahgunaan narkotika.
Kasus pencurian atau pembobolan minimarket menjadi salah satu tindakan
kejahatan yang marak dilakukan selama Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) di DKI Jakarta. Tercatat dalam waktu sebulan, Polda Metro Jaya sudah
mengungkap 13 dari 17 kasus terkait pembobolan atau pencurian dengan
pemberatan (Curat) minimarket di wilayah DKI Jakarta (Kompas.com, 2020).
Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara, pelaku pencurian minimarket
kebanyakan adalah residivis yang pernah dipenjara dengan kasus serupa.
Sekitar 70-80% pelaku adalah residivis. Hanya ada beberapa yang merupakan
pemain baru. Sejalan dengan Polda Metro Jaya, laporan harian Biro Operasi
Polda Bali pada 10 April mencatatkan 12 kasus kejahatan. Angka ini meningkat
menjadi 15 kasus kejahatan dalam laporan harian tanggal 20 April. Jumlah
tahanan selama rentang 10-15 April di Bali juga meningkat dari 492 orang
menjadi 504 orang (Tribunbali.com, 2020). Para pelaku kriminal
memanfaatkan situasi pembatasan sosial yang membuat lingkungan sepi untuk
melakukan aksinya kejahatanya.

84
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

Berbeda dengan di Indonesia, angka kriminalitas di Inggris justru menurun


selama masa pandemi. Melansir The Guardian, tingkat kejahatan di sejumlah
daerah di negara itu turun 20% pada hari ketujuh setelah pemerintah meminta
warga berada di rumah (Ridhoi, 2020), Pada bulan Maret, kejahatan yang
menurun di antaranya adalah pencurian dan tindak kekerasan. Misalnya di
wilayah Durham tercatat penurunan kasus kriminalitas harian dari 165 menjadi
130 dibanding sebelum masa pandemi corona. Komisioner Kepolisian dan
Kriminalitas Durham, Stephen White menyatakan kejahatan yang terjadi
adalah pencurian karena masyarakat tak bisa memenuhi kebiasaan mabuknya
di tengah pandemi. Hal sama terjadi di Amerika Serikat. Sejumlah daerah di
Amerika Serikat, dalam data yang dihimpun USA Today, mencatatkan
penurunan angka kriminalitas. Di Santa Monica, misalnya, angka kejahatan
menurun dari 51,5% pada periode 15-21 Maret menjadi 43,3% pada periode
22-28 Maret (Ridhoi, 2020). Berdasarkan pemaparan tersebut, pada tulisan ini
akan di jelaskan faktor penyebab terjadinya peningkatan tindak kriminalitas di
Indonesia. Perbedaan fakta yang terjadi antara di Indonesia dan di beberapa
negara lainnya menjadi sangat menarik untuk di bahas. Adapaun tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan peningkatan tindak kriminalitas di Indonesia selama pandemi
Covid-19. Diharapkan setelah mengetahui faktor penyebabnya, masyarakat
bisa mengantisipasi hal tersebut dan mampu menciptakan suasana yang aman
selama masa pandemi ini.

Pembahasan
A. Tindak Kriminalitas
Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang
merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang
berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Dapat
diartikan bahwa, menurut Kartono tindak kriminalitas adalah segala sesuatu
perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial,
sehingga masyarakat menentangnya (Hendri, 2014). Secara kriminologi yang
berbasis sosiologis, tindak kriminalitas merupakan suatu pola tingkah laku yang
merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban) dan suatu pola
tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi sosial
tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi nonformal.

85
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

Pengertian kejahatan sebagai unsur dalam pengertian kriminalitas, secara


sosiologis mempunyai dua unsur-unsur yaitu: 1) Kejahatan itu ialah perbuatan
yang merugikan secara ekonomis dan merugikan secara psikologis. 2) Melukai
perasaan susila dari suatu segerombolan manusia, di mana orang-orang itu
berhak melahirkan celaan.
Tindakan kriminal umumnya dilihat bertentangan dengan norma hukum,
norma sosial dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Adapaun bentuk-
bentuk tindak kriminal yaitu:
1. Pencurian
Pencuri berasal dari kata dasar curi yang berarti sembunyi-sembunyi atau
diamdiam dan pencuri adalah orang yang melakukan kejahatan pencurian.
Dengan demikian pengertian pencurian adalah orang yang mengambil milik
orang lain secara sembunyi-sembunyi atau diam-diam dengan jalan yang
tidak sah. (Poerwardarminta, 1984:217). Pencurian melanggar pasal 352
KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan ancaman hukuman
maksimal 15 (lima belas) tahun penjara .
2. Tindak Asusila
Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-
norma atau kaidah kesopanan yang saat ini banyak mengintai kaum wanita.
Tindak kriminal tersebut hukumannya penjara paling lama 2 th 8 bln
tercantum dalam pasal 289 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP
) tentang perbuatan asusila dengan ancaman hukuman 9 tahun penjara.
3. Pencopetan
Pencopetan memiliki pengertian yaitu kegiatan negatif mencuri barang
berupa uang dalam saku, dompet, tas, handpone dan lainnya milik orang
lain atau bukan haknya dengan cepat, tangkas dan tidak diketahui oleh
korban maupun orang di sekitarnya (http://bahasa.cs.ui.ac.id). Tindak
kriminal ini memenuhi pasal 365 KUHP dengan ancaman hukuman
maksimal 15 tahun penjara. (Soenarto, 1994:220)
4. Penjambretan
Penjambretan merupakan perbuatan atau tindakan negatif dengan
merampas harta berharga milik orang lain secara paksa sehingga
menimbulkan kerugian materi bagi korban. penjambretan merupakan

86
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

tindak kriminal yang memenuhi pasal 365 ayat 3 KUHP dengan ancaman
hukuman 15 tahun penjara. (Soenarto, 1994:221)
5. Penodongan dengan Senjata Tajam/Api
Bentuk kriminal ini merupakan perampasan harta benda milik korban
dilakukan dengan mengancam dengan melakukan penodongan senjata api
sehingga korban yang mengalami ketakutan menyerahkan harta benda
miliknya. Tindak kriminal ini memenuhi pasal 368 dengan ancaman
hukuman maksimal 10 tahun penjara. (Soenarto, 1994:206)
6. Penganiayaan.
Penganiayaan ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada orang
lain. Akan tetepi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada
orang lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu
dilakukan untuk menambah keselamatan badan. (M.H. Tirtaamidjaja, 1955:
180) penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP (Kitab Undang-undang
Hukum Pidana) dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan. (Soenarto, 1994:226)
7. Pembunuhan
Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa
seseorang. Pengertian pembunuhan seperti ini dimaknai bahwa perbuatan
pidana pembunuhan tidak diklasifikasi apakah dilakukan dengan sengaja,
atau tidak sengaja dan atau semi sengaja. (Wahbah Zuhali, 1989: 217).
Tindak kiminal pembunuhan tercantum dalam pasal 388 KUHP (Kitab
Undang-undang Hukum Pidana) dengan sanksi hukuman pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua
puluh tahun. (Soenarto, 1994:211)
8. Penipuan
Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian
kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud
menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah
susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang
merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar. (R. Sugandhi, 1980 :
396). Di dalam KUHP tepatnya pada Pasal 378 KUHP ditetapkan kejahatan

87
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

penipuan dengan ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun . (Soenarto,


1994:140)
9. Korupsi
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi,
merugikan kepentingan umum dan negara. korupsi dalam pengertian
sosiologis sebagai: Penggunaan yang korup dari kekuasaan yang dialihkan,
atau sebagai penggunaan secara diam-diam kekuasaan yang dialihkan
berdasarkan wewenang yang melekat pada kekuasaan itu atau berdasarkan
kemampuan formal, dengan merugikan tujuan-tujuan kekuasaan asli dan
dengan menguntungkan orang luar atas dalih menggunakan kekuasaan itu
dengan sah Hamzah(1991). Tindak pidana korupsi memenuhi pasal 209
KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan hukuman 4 tahun
penjara. (Soenarto, 1994:269)

B. Faktor Penyebab Meningkatnya Kriminalitas Selama Pandemi


Covid-19
Sebagai kenyataannya bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya sering
terdapat penyimpangan terhadap norma-norma, terutama norma hukum. Di
dalam pergaulan manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut sebagai
kejahatan atau kriminalitas. Dan kriminalitas itu sendiri merupakan masalah
sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat, dimana tindak kriminalitas
tersebut mempunyai faktor-faktor penyebab yang mempegaruhi terjadinya
kriminalitas tersebut. Menurut Andi Hamza, faktor penyebab kriminalitas
dikelompokan menjadi faktor dari dalam diri pelaku dan faktor dari luar diri
prilaku (Hendri, 2014).
1. Kriminalitas terjadi karena faktor dari dalam diri pelaku sendiri. maksudnya
bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan
itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor
keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor-faktor dari dalam tersebut
antaralain:

88
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

a. Faktor Biologik
Secara Genothype dan Phenotype Stephen Hurwitz menyatakan
perbedaan antara kedua tipe tersebut bahwa Genotype ialah warisan
sesungguhnya, Phenotype ialah pembawaan yang berkembang (Hendri,
2014). Sekalipun sutu gen tunggal diwariskan dengan cara demikian
hingga nampak keluar, namun masih mungkin adanya gen tersebut tidak
dirasakan. Perkembangan suatu gen tunggal adakalanya tergantung dari
lain-lain gen, teristimewanya bagi sifat-sifat mental. Di samping itu,
nampaknya keluar sesuatu gen, tergantung pula dari pengaruh-pengaruh
luar terhadap organism yang telah atau belum lahir. Apa yang diteruskan
seseorang sebagai pewarisan kepada genrasi yang berikutnya semata-
mata tergantung dari genotype. Apa yang tampaknya keluar olehnya,
adalah phenotype yaitu hasil dari pembawaan yang diwaris dari orang
tuanya dengan pengaruh-pengaruh dari luar.
b. Faktor Pembawaan Criminal
Stephen Hurwitz setiap orang yang melakukan kejahatan mempunyai
sifat jahat pembawaan, karena selalu adainteraksi antara pembawaan dan
lingkungan (Hendri, 2014). Akan tetapi hendaknya jangan member cap
sifat jahat pembawaan itu, kecuali bila tampak sebagai kemampuan
untuk melakukan susuatu kejahatan tanpa adanya kondisi-kondisi luar
yang istimewa dan luar biasa. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan
antara pembawaan dan kejahatan
c. Umur
Kecenderungan untuk berbuat anti sosial bertambah selama masih
sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan
sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali
pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang
tergantung dari irama kehidupan manusia.
2. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat
di luar diri pelaku. Maksudnya adalah bahwa yang mempengaruhi seseorang
untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu
sendiri. Faktor-faktor dari luar tersebut antaralain:

89
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang potensial yaitu mengandung suatu
kemungkinan untuk memberi pengaruh dan terujudnya kemungkinan
tindak kriminal tergantung dari susunan (kombinasi) pembawaan dan
lingkungan baik lingkungan stationnair (tetap) maupun lingkungan
temporair (sementara). Menurut Kinberg menyatakan bahwa pengaruh
lingkungan yang dahulu sedikit banyak ada dalam kepribadian seseorang
sekarang (Hendri, 2014). Dalam batas-batas tertentu kebalikannya juga
benar, yaitu lingkungan yang telah mengelilingi seseorang untuk sesuatu
waktu tertentu mengandung pengaruh pribadinya. Faktor-faktor
dinamik yang bekerja dan saling mempengaruhi adalah baik faktor
pembawaan maupun lingkungan.
b. Kemiskinan
Kemiskinan menjadi salah satu faktor penyebab dari tindak kriminalitas
karena pasalnya dengan hidup dalam keterbatasaan maupun kekurangan
akan mempersulit seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya baik dari
segi kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (tempat
tinggal) sehingga untuk memenuhi segala kebutuhan tersebut seseorang
melakukan berbagai cara guna memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk
dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu modal sosial seseorang dalam pencapaian
kesejahteraan. Dimana dengan pendidikan, syarat pekerjaan dapat
terpenuhi. Dengan demikian seseorang yang mempunyai penghasilan
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi ekonomis. Sehingga
apabila seseorang memiliki pendidikan yang rendah hal tersebut dapat
mendorong seseoang untuk melakukan tindakan kriminal.
d. Bacaan, Harian-harian, Film
Bacaan jelek merupakan faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan
romanroman dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan
pornografik, bukubuku picisan lain dan akhirnya cerita-cerita detektif
dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah.
Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan demikian ialah
gambaran sesuatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan

90
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca.


Harian-harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga
dapat dikatakan tentang koran-koran. Di samping bacaan-bacaan
tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan
pertumbuhan kriminalitas. Tentu saja ada keuntungan dan kerugian yang
dapat dilihat disamping kegunaan pokok bacaan, harian, dan film
tersebut.
Adapun Penyebab Kriminalitas menurut beberapa para ahli dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Aristoteles ,mengemukakan bahwa kemiskinan merupakan penyebab dari
revolusi dan kriminalitas
2. Voltaire & Rousseau mengatakan bahwa penyebab kriminalitas yaitu
kehendak bebas, keputusan yang hedonistik, dan kegagalan dalam
melakukan kontrak sosial.
3. Teori klasik mengemukakan, hukuman yang diberikan pada pelaku tidak
proporsional sehingga menimbulkan rasa tidak kapok bagi pelaku.
Adapun faktor penyebab meningkatnya Tindak Kriminalitas Selama masa
pandemi Covid-19 yaitu :
1. Keadaan ekonomi masyarakat yang semakin menurun
Untuk mencegah penyebaran virus corona yang semakin meluas, dunia
membuat kebijakan untuk menggurangi kegiatan di luar rumah yang
melibatkan kontak fisik dengan orang lain. Sehingga berdasarkan kebijakan
tersebut, segala aktifitas baik bekerja, belajar dan beribadah semual dilakukan
di rumah. Segala sektor pendidikan, pariwisata, perkantoran dan pemerintahan
di tutup sementara. Banyak para pekerja swasta yang dirumahkan akibat situasi
ini. Hal ini mengakibatkan ekonomi masyarakat pun menurun, pendapatan
selama masa pandemi ini berkurang bahkan sampai tidak ada pendapatan.
Namun dengan fakta tersebut, hidup harus tetap berjalan, kebutuhan untuk
hidup mau tidak mau harus dipenuhi. Kondisi itulah yang mengakibatkan
beberapa pihak menjadi pendek akal. Karena kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai hal
tersebut memicu beberapa tidakan kriminalitas di beberapa daerah. Seperti
kasus pencurian di mini market. Kondisi ini memaksa masyarakat untuk
berusaha lebih keras terutama untuk bertahan hidup. Meskipun pemerintah

91
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

telah memberikan bantuan sembako untuk masyarakat yang kurang mampu,


namun bantuan tersebut tidak selamanya dapat memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat ditambah bahwa pandemi ini sampai saat ini belum juga mereda.
2. Kebijakan Asimilasi Narapinda
Asimilasi adalah proses pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan
yang dilaksanakan dengan membaurkan narapidana dan anak didik
pemasyarakatan dalam kehidupan masyarakat (Jufri & Anisariza, 2017). Pada
dasarnya semua Narapidana dapat diberikan asimilasi, kecuali bagi narapidana
yang terancam jiwanya atau yang sedang menjalani pidana penjara seumur
hidup. Kebijakan pembebasan narapidana dalam upaya menekan laju
penyebaran virus corona adalah wewenang Pemerintah Indonesia melalui
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hal tersebut didasar atas
kekhawatiran pemerintah akan penyebaran virus corona di dalam lapas.
Overcrowded atau kelebihan kapasitas dalam lapas memperlihatkan
kekhawatiran tersebut bukan hal yang main-main. Jumlah lapas dan rutan yang
terdapat di seluruh Indonesia mencapai 528 dengan kapasitas sebanyak
130.512 orang. Sedangkan jumlah penghuni lapas mencapai 269.846 Orang
(Anwar, 2020). Hal tersebut mengakibatkan overcrowded hingga 107%.
Bahkan Occupancy rate 23 negara di benua Asia pada tahun 2014-2017
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari delapan negara yang
mengalami extreme overcrowding bersama-sama dengan negara Afghanistan,
Bangladesh, Kamboja, Iran, Nepal, Pakistan dan Filipina (Anwar, 2020).
Dari beberapa sumber berita online, pembebasan para napi justru bisa
meningkatkan risiko lain di masyarakat yakni kejahatan. Para napi itu
berpotensi untuk mengulangi perbuatan kriminal. Pemerintah juga yang akan
dirugikan karena sudah mengeluarkan biaya untuk membina para napi tersebut,
namun ternyata terkesan sia-sia. Di kutip dari hasil riset Department of Justice
Amerika Serikat yang dirilis pada 2018. Hasilnya, 412.731 napi yang bebas di
30 negara bagian pada tahun 2005, hampir 45 persen di antaranya kembali
diamankan pihak penegak hukum dalam kurun 1 tahun sejak keluar dari
gerbang lapas.
Sementara itu pengamat sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah
Badrun mengatakan corona memang berimbas pada semua aspek kehidupan
masyarakat. Dari mulai pengangguran, peningkatan angka kemiskinan, hingga
kejahatan. Ubedilah juga menyoroti pembebasan napi saat pandemi corona.

92
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

Menurutnya, sekitar 15 atau 20 persen napi yang dibebaskan memiliki


kecenderungan untuk kembali berbuat jahat (CNNIndonesia.com, 2020).
Ubedilah mengatakan, imbas pandemi corona bukan hanya terjadi di
Indonesia, namun juga terjadi di sejumlah negara lain seperti Filipina, India,
bahkan di Amerika. Bukan cuma kejahatan, corona juga bisa berpotensi
menimbulkan kerusuhan. Karena itu ia mengingatkan pemerintah agar tak
hanya bekerja keras, namun juga harus cerdas mengatasi hal ini (CNN
Indonesia.com, 2020).
3. Faktor Psikologis Akibat Masa Pembatasan Sosial
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Reza Indragiri mengatakan
keterbatasan gerak selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
membuat masyarakat banyak yang tak bisa memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Rasa frustasi itulah yang menurut Reza bisa memicu seseorang untuk
melakukan tindak kekerasan dan kejahatan. "Teori klasik, Teori Frustrasi
Agresi. Orang yang frustrasi bisa melakukan kompensasi dengan jalan agresi,
kekerasan, dan kejahatan," katanya lewat pesan singkat kepada
(CNNIndonesia.com, 2020). Apalagi masa pandemi dan PSBB diterapkan
jelang Ramadan di mana kebutuhan masyarakat makin meningkat. Berdasarkan
hasil riset sejumlah negara barat menunjukkan bahwa tingkat kejahatan selalu
naik setiap hari Natal, utamanya kejahatan property (CNNIndonesia.com,
2020).. Kejahatan properti adalah kejahatan yang termasuk di dalamnya
pencurian, perampokan, pencurian kendaraan bermotor, kejahatan dengan
pembakaran atau pencurian barang di toko swalayan."Orang-orang
mengasosiasikan Natal dengan masa peningkatan kebutuhan. Kejahatan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.

C. Upaya Penanggulangan Kriminalitas di Masa Pandemi Covid-19


Kriminalitas yang terjadi di masa pandemi ini membuat resah masyarakat.
Idealny dalam situasi pembatasan sosial seperti ini, tingkat kejahatan
kriminalitas dapat ditekan. Namun fakta yang terjadi adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup dalam situasi seperti ini banyak oknum yang menggunakan
cara tidak baik yang akhirnya berujung pada tindak kriminalitas. Berdasarkan
fakta tersebut, agar tidak menambah banyak korban kasus kriminal haruslah
tercipta upaya-upaya penanggulangan maupun pencegahan agar tidak banyak

93
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

lagi yang mengalami kerugian materil maupun moril. Upaya-upaya


penanggulangan tindak kriminalitas antara lain :
1. Upaya preventif.
Penanggulangan kejahatan secara preventif adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali . Mencegah
kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih
baik kembali. Seperti tidak menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang
mendorong timbulnya perbuatan menyimpang juga disamping itu bagaimana
meningkatkan kesadaran dan patisipasi masyarakat bahwa keamanan dan
ketertiban merupakan tanggung jawab bersama. Langkah-langkah preventif
menurut itu meliputi :
a. Peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi pengangguran, yang
dengan sendirinya akan mengurangi kejahatan.
b. Memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan-penyimpangan.
c. Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran hukum
rakyat.
d. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya.
e. Meningkatan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para
pelaksana penegak hukum.
f. Pendekatan lain yang dapat dipilih untuk mengatasi maraknya
kriminalitas di tengah pandemi Covid-19 adalah memperkuat jaring
pengaman sosial (social safety net). Fungsinya adalah agar masyarakat dapat
tetap survive sampai pandemi berakhir. Pemerintah telah mengupayakan
penguatan jaring pengaman sosial melalui pembagian sembako dan
keringanan serta relaksasi kewajiban ekonomi masyarakat.
g. Pemerintah perlu melibatkan masyarakat sebagai agen penguatan jaring
pengaman sosial yang berbasis solidaritas sosial, yaitu ketika setiap
anggota masyarakat memiliki tanggung jawab dan kepedulian antar
sesama (Adiatama, 2020).

94
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

2. Upaya Represif
Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara
konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan
dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan
sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar
bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar
hukum dan merugikan masyarakat , sehingga tidak akan mengulanginya dan
orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan
ditanggungnya sangat berat. Langkah-langkah konkrit dari upaya represif
adalah:
a. Jika menyimpang dari norma hukum adat masyarakat: sanksi diberikan
oleh masyarakat setempat dengan cara dikucilkan dan tidak dihargai
didalam dan masyarakat.
b. Jika melanggar kaidah hukum positif apalagi hukum pidana positif, dapat
dipidana berdasarkan ketentuan hukum tertulis. Hukuman bisa
berbentuk pidana kurungan, denda, penjara, ataupun pidana mati.

Penutup
Pandemi Covid-19 memnag telah merubah pola kehidupan masyarakat dunia.
Prioritas utama pada masa pandemi ini adalah untuk bertahan hidup. Cara
penanggulangan virus ini lah yang membuat perubahan tatanan kehidupan
masyarakat dunia. Salah satunya adalah dengan adanya pembatasan kegiatan
sosial di luar rumah. Hal tersebut memaksa segala sektor harus ditutup. Banyak
para pekerja swasta yang akhirnya harus dirumahkan. Kehilangan pendapatan
merupakan fakta yang terberat bagi sebagian masyarakat di masa pandemi ini.
Selain itu dengan adanya kebijakan asimilasi narapidana yang bertujuan untuk
memutus rantai penyebaran covid-19 di rutan juga menambah kecemasan
masyarakat selama pandemi. Semua menjadi sangat kompleks di masa ini.
Dengan kondisi tersebut mengakibatkan meningkatnya tingkat kriminalitasi di
Indonesia. Adapun faktor yang menyebabkan meningkatnya kriminalitas di
Indonesia yaitu keadaan ekonomi masyarakat yang menurun, kebijakan
asimilasi narapidana dan faktor psikologis akibat masa pembatasan sosial.
Berdasarkan fakta tersebut, agar tidak menambah banyak korban kasus
kriminal haruslah tercipta upaya-upaya penanggulangan. Pendekatan lain yang

95
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

dapat dipilih untuk mengatasi maraknya kriminalitas di tengah pandemi Covid-


19 adalah memperkuat jaring pengaman sosial (social safety net). Fungsinya
adalah agar masyarakat dapat tetap survive sampai pandemi berakhir.
Pemerintah telah mengupayakan penguatan jaring pengaman sosial melalui
pembagian sembako dan keringanan serta relaksasi kewajiban ekonomi
masyarakat. Pemerintah perlu melibatkan masyarakat sebagai agen penguatan
jaring pengaman sosial yang berbasis solidaritas sosial, yaitu ketika setiap
anggota masyarakat memiliki tanggung jawab dan kepedulian antarsesama

Daftar Pustka
Adiatama, D. W. (2020). Kriminalitas pada Masa Pandemi. In Detik.Com.
Anderson, R. M., Heesterbeek, H., Klinkenberg, D., & Hollingsworth, T. D.
(2020). How will country-based mitigation measures influence the
course of the COVID-19 epidemic ? The Lancet, 395(20), 931–934.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30567-5
Anwar, M. (2020). Asimilasi dan Peningkatan Kriminalitas Di Tengah
Pembatasan Sosial Berskala Besar Pandemi Corona. ’Adalah; Buletin
Hukum Dan Keadialan, 4, 101–106.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/15504/7263
Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO declares COVID-19 a pandemic.
Acta Biomedica, 91(1), 157–160.
https://doi.org/10.23750/abm.v91i1.9397
Habibzadeh P, S. E. (2020). The Novel Coronavirus_ A Bird’s Eye View. The
International Journal of Occupational and Environmental Medicine, 11(2), 65–71.
https://doi.org/10.15171/ijoem.2020.1921. PMID 32020915
Hendri, D. (2014). Kriminalitas: Sebuah Sisi Gelap Dari Ketimpangan
Distribusi Pendapatan. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 5(2), 239–
252.
Jufri, E. A., & Anisariza, N. U. (2017). Pelaksanaan Asimilasi Narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta. ADIL : Jurnal Hukum, 8(1),
1–26.
Kompas.com. (2020). Kriminalitas di Jakarta Meningkat 10 Persen Selama Corona.
Kompas.Com; kompas.com.
96
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |H. Nurianto Rachmad Soepadmo [2020]

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200427163324-12-
497753/kriminalitas-di-jakarta-meningkat-10-persen-selama-corona
Ridhoi, M. A. (2020). Kriminalitas Meningkat Selama Pandemi Corona, Sebanyak
Apa? Katadata.Co.Id.
https://katadata.co.id/berita/2020/04/22/kriminalitas-meningkat-
selama-pandemi-corona-sebanyak-apa
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto,
R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Khie, L., Widhani, A.,
Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, O. M.,
Yunihastuti, E., Penanganan, T., New, I., … Cipto, R. (2020). Coronavirus
Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019 : Review of
Current Literatures. 7(1), 45–67.
Tosepu, R., Gunawan, J., Savitri, D., Ode, L., Imran, A., Lestari, H., Bahar, H.,
& As, P. (2020). Science of the Total Environment Correlation between
weather and Covid-19 pandemic in Jakarta , Indonesia. Science of The Total
Environment, 725, 1–4. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138436
Tribunbali.com. (2020). Kejahatan Meningkat Selama Pandemi Corona, Ini Imbauan
Polisi - Halaman 3 - Tribun Bali. Tribunbali.Com.
WHO. (2020). View of WHO Declares COVID-19 a Pandemic.
Zhu, N., Zhang, D., Wang, W., Li, X., Yang, B., Song, J., Zhao, X., Huang, B.,
Shi, W., Lu, R., Niu, P., Zhan, F., Ma, X., Wang, D., Xu, W., Wu, G.,
Gao, G. F., & Tan, W. (2020). A novel coronavirus from patients with
pneumonia in China, 2019. New England Journal of Medicine, 382(8), 727–
733. https://doi.org/10.1056/NEJMoa2001017

97
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

Desain Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis


Etnomatematika Untuk Siswa Sekolah Dasar Selama
Masa Pembelajaran Di Rumah

L.Virginayoga Hignasari
Fakultas Teknik Universitas Mahendradatta

Pendahuluan
Pandemi Covid-19 telah merubah pola kehidupan manusia di dunia. Hampir
semua sektor sangat terdampak dengan adanya pandemi ini. Salah satu sektor
yang terdampak adalah sektor pendidikan. Di Indonesia, sejak diumumkanya
status darurat Covid-19, seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah
ditiadakan. Sesuai kebijakan pemerintah, kegiatan belajar siswa dilakukan di
rumah masing-masing secara daring. Perubahan yang sangat signifikan tersebut
tentunya membuat segala pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan
termasuk orang tua siswa bekerja lebih keras dari biasanya. Pola pembelajaran
yang awalnya dilaksanakan di kelas dengan bimbingan guru, kini dilakukan di
rumah masing-masing dengan melibatkan orang tua. Perubahan pola
pembelajaran ini memang harus tetap dilakukan untuk masa depan para siswa
di Indonesia.
Selama pembelajaran dilakukan di rumah secara daring, orang tua sangatlah
berperan. Dalam hal ini orang tua berperan dalam memberikan bimbingan dan
pengawasan selama pembelajaran daring berlansung. Khususnya untuk siswa
sekolah dasar, pada prinsipnya pembelajaran yang ideal adalah kombinasi
pembelajaran yang diberikan oleh guru dan pembelajaran oleh orang tua.
Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Jean Piaget siswa sekolah dasar
pada umumnya sudah berada dalam tahap operasional konkret dan formal
(Sutarto, 2017). Pada tahap ini individu mulai berpikir secara logis tentang
kejadian-kejadian yang bersifat konkret (Abu & Soleh, 2005). Dengan
pembelajaran yang dilakukan di rumah selama pandemi ini, kemampuan siswa
baik kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dapat dikembangkan
sebagaimana mestinya pada saat pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu
kerjasama antara guru, orang tua dan lingkungan sekitar sangatlah penting bagi

98
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

perkembangan anak di masa pandemi ini. Salah satu pembelajaran yang


menjadi fokus orang tua adalah pembelajaran matematika. Banyak orang tua
yang merasa cemas karena ketidakmampuan mereka mengajarkan matematika
kepada anak. Berdasarkan hasil wawancara beberapa orang tua siswa, beberapa
orang tua merasa frustasi saat mengajarkan mata pelajaran matematika kepada
anak mereka. Frustasi yang dialami orang tua terdiri dari beberapa faktor yaitu
1) Ketidakmampuan orangtua dalam menjelaskan materi matematika nkepada
anak. 2) Ketidakmampuan orang tua dalam memahami materi pembelajaran
yang diberikan sehingga orang tua tidak bisa mengajarkanya kepada anak. 3)
Tingkat emosi orang tua yang tidak cukup stabil dalam mengajarkan anak
terutama pada mata pelajaran matematika.
Kecemasan tidak hanya terjadi pada orang tua saja. Pada anak didik pun
kecemasan dapat terjadi. Dalam konteks pendidikan, konstruk kecemasan
dapat ditemukan dalam beberapa bentuk, salah satunya adalah kecemasan
terhadap matematika, atau yang lebih dikenal dengan istilah kecemasan
matematika. Menurut Warren kecemasan matematika (mathematics anxiety)
merupakan suatu hambatan yang serius dalam pembelajaran (Hidayah et al.,
2017). Dampak negatif yang disebabkan oleh kecemasan matematika salah
satunya adalah menurunnya performa matematika (mathematical performance)
(Maloney et al., 2015). Lebih lanjut, ternyata efek negatif dari kecemasan
matematika dapat ditemui pada semua jenjang pendidikan. Menurut Wu
menemukan bahwa kecemasan matematika pada anak sekolah dasar
berpengaruh terhadap hasil belajar (Hidayah et al., 2017). Siswa yang memiliki
kecemasan matematika tinggi cenderung memiliki hasil belajar rendah. Selain
itu, Krinzinger, juga mengungkapkan terdapat hubungan kecemasan
matematika dan kemampuan matematis pada tahun pertama di sekolah dasar
(dalam Hidayah et al., 2017).
Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi mata pelajaran
matematika memuat tujuan mata pelajaran Matematika untuk lingkup
pendidikan dasar dan menengah adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan antara lain (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

99
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan


menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dalam
symbol tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah (Effendi, 2017). Sejalan dengan tujuan Standar Isi Permendiknas
tahun 2006 tersebut, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
menyatakan ada lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh
siswa yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan
komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan
penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation) (Effendi,
2017). Meskipun pendidikan Indonesia kini memasuki era baru dimana
pembelajaran kini dilakukan secara daring dar rumah masing-masing,
meskipun demikian pembalajaran yang dilaksanakan di rumah diharapkan
dapat menfasilitasi meningkatnya kemampuan matematis anak. Tentunya
untuk mewujudkan hal tersebut haruslah ada kerjasama antara guru dan orang
tua dalam menciptakan suasana belajar yang bermakna.
Dalam pembelajaran, salah satu aspek psikologi yang dapat mendorong
seseorang mencapai tujuan dalam pembelajaran tertentu adalah minat.
Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung memberikan
perhatian yang lebih besar kepada objek tersebut. Ketika anak mempunyai
minat yang bagus, mereka relatif mempunyai keberhasilan diri yang tinggi dan
mempunyai perhatian lebih, mempunyai tujuan dan menggunakan strategi
dalam berdisiplin daripada anak dengan minat yang kurang. Demikian pula
terjadi pada pembelajaran matematika, minat anak terhadap matematika
menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran matematika. Anak yang mempunyai minat belajar matematika
berarti mempunyai usaha dan kemauan untuk mempelajari matematika
(Wibowo, 2017).
Dalam pelaksanaan pembelajaran dari rumah, sangatlah penting membangun
motivasi dan minat anak dalam belajar. Belajar yang dilakukan secara daring
tanpa peran orang tua tentunya akan meberikan manfaat yang kurang
maksimal. Adanya peran orang tua untuk menciptakan suasana belajar yang
menarik dan menyenangkan tentunya akan meningkatkan motivasi anak dalam
belajar. Salah satu cara yang bisa dilakukan para orang tua dalam mendidik anak

100
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

selama masa belajar dari rumah adalah membuat pembelajaran dengan


pendekatan realistik. Begitu halnya juga dengan pembelajaran matematika.
Agar anak lebih tertarik dalam belajar, salah satu cara yang dapat diterapkan
adalah dengan pembelajaran matematika realistik. Pembelajaran matematika
realistik adalah suatu pendekatan pembeelajaran yang diawali dengan
pemberian masalah kontsktual agar anak aktif untuk menemukan dan
mengkonstruksi kembali konsep-konsep pembelajaran matematika (Lestari &
Sofyan, 2014). Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistk memberi
kesempatan kepada anak untuk menemukan kembali (reinvention) konsep
matematika seperti saat konsep tersebut ditemukan dengan bantuan dan
bimbingan guru (Nasution & Ahmad, 2018)
Selama masa pembelajaran di rumah, pendidikan dan budaya adalah sesuatu
yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Budaya merupakan
kesatuan yang utuh dan menyeluruh, yang berlaku dalam suatu masyarakat
sedangkan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap inidividu
dalam masyarakat (Utami et al., 2018). Berdasarkan hal tersebut proses
pembelajaran yang berlangsung selama di rumah tidak akan lepas dari konteks
budaya yang berkembang di lingkungan sekitar anak. Dengan pembelajaran
matematika realistik, orang tua dapat mengaitkan pembelajaran matemtika
dengan kegiatan anak sehari-hari selama masa belajar dari rumah. Salah satu
konsep yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan etnomatematika.
Etnomatematika adalah bentuk matematika yang dipengaruhi atau didasarkan
budaya. Melalui penerapan etnomatematika dalam pendidikan khususnya
pendidikan matematika diharapkan nantinya anak dapat menguasai
kemampuan matematika yang ditargetkan tanpa meninggalkan nilai budaya
yang dimiliki (Wahyuni et al., 2013). Dengan konsep pembelajaran realistik dan
berbasis budaya, tentunya akan menciptkaan pembelajaran matematika yang
menyenangkan. Anak akan merasa matematika itu dekat dengan mereka,
karena mereka dapat dengan langsung mengaplikasikan teori yang ada dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Berdasarkan pemaparan tersebut, adapun
tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengembangkan desain pembelajaran
matematika realistik berbasis etnomatematika untuk siswa sekolah dasar
selama masa pembelajaran dari rumah. Dengan mengetahui desain
pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatematika, diharapkan dapat
memberikan solusi bagi para orang tua untuk menciptakan pembelajaran yang
bermakna dan menyenangkan untuk anak selama asa pembelajaran di rumah.

101
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

Pembahasan
A. Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan adaptasi
Realistic Mathematic Education (RME) yang disesuaikan dengan lingkungan sosial,
budaya dan karakteristik masyarakat dan bangsa Indonesia. PMRI berkembang
berdasarkan pemikiran bahwa matematika merupakan hasil kegiatan manusia
(Suryanto, 2010). Prinsip dalam pembelajaran PMRI yaitu matematika harus
dirancang sebagai temuan siswa sendiri. Pemahaman terhadap konsep, prinsip,
dan fakta matematis di desain melalui temuan siswa sendiri (guided reinvention).
Hal ini dimaksudkan agar memberikan pemahaman yang mendalam, dan
matematika tidak lagi merupakan kumpulan rumus yang harus dihafal.
Gravemeijer mengemukakan bahwa “realistic mathematics education is rooted in
Freudenthal’s interpretation of mathematics as an activity” pernyataan tersebut
bermakna Pembelajaran Matematika Realistik didasari dari pandangan
Freudenthal bahwa matematika adalah aktivitas manusia (Gravemeijer, 1994).
Lebih lanjut Crompton & Traxler (2015, p. 97) “realistic mathematics education is
an approach to mathematics education that involves students developing their understanding
by exploring and solving problem set in contexts that engage their interest” (Wibowo,
2017). Pembelajaran matematika realistik adalah sebuah pendekatan untuk
pendidikan matematika yang melibatkan siswa mengembangkan pemahaman
mereka dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah yang ditetapkan
dalam konteks yang terlibat ketertarikan siswa (Wibowo, 2017). Menurut
Gravemeijer, ada tiga prinsip kunci dalam mendesain pembelajaran
matematika realistik, (Gravemeijer, 1994) yaitu:
1. Guided Reinvention dan Progressive Mathematizing
Prinsip pertama adalah penemuan kembali secara terbimbing dan matematisasi
secara progresif. Melalui topik-topik yang disajikan, siswa harus diberi
kesempatan untuk mengalami proses yang sama membangun dan menemukan
kembali tentang ide-ide dan konsep-konsep secara matematika. Maksud dari
mengalami proses yang sama dalam hal ini adalah masingmasing siswa diberi
kesempatan yang sama merasakan situai dan jenis masalah kontekstual yang
mempunyai berbagai kemungkinan solusi. Dilanjutkan dengan matematisasi
prosedur pemecahan masalah yang sama, serta perancangan rute belajar
sedemikian rupa, sehingga siswa menemukan sendiri konsep-konsep atau hasil.
Prinsip ini sejalan dengan paham konstruktivis yang menyatakan bahwa
102
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

pengetahuan tidak dapat diajarkan atau ditransfer oleh guru, tetapi hanya dapat
dikonstruksi oleh siswa itu sendiri (Banjarnahor, 2011).
2. Didactical Phenomenology
Prinsip kedua adalah fenomena yang bersifat mendidik. Dalam hal ini
fenomena pembelajaran menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk
memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Topik-topik ini dipilih
dengan pertimbangan: (1) aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi
dalam pengajaran; dan (2) kecocokan dampak dalam proses reinvention,
artinya prosedur, aturan dan model matematika yang harus dipelajari oleh siswa
tidaklah disediakan dan diajarkan oleh guru, tetapi siswa harus berusaha
menemukannya dari masalah kontekstual tersebut (Banjarnahor, 2011).
3. Self Developed Models
Prinsip yang ketiga adalah pengembangan model sendiri. Prinsip ini berfungsi
menjembatani jurang antara pengetahuan informal dengan matematika formal.
Siswa mengembangkan model sendiri sewaktu memecahkan soal-soal
kontekstual. Sebagai konsekuensi dari kebebasan yang diberikan kepada siswa
untuk memecahkan masalah, sangat mungkin muncul berbagai model hasil
pemikiran siswa, yang mungkin masih mirip atau jelas terkait dengan masalah
kontekstual. Melalui proses generalisasi dan formalisasi, model tersebut
diarahkan untuk menuju model matematika formal (Banjarnahor, 2011).
Menurut Treffers karakteristik PMR meliputi: 1) Penggunaan konteks yaitu
pembelajaran matematika melibatkan siswa secara aktif untuk melakukan
kegiatan eksplorasi permasalahan realistik yang merupakan titik awal; 2)
Penggunaan model untuk mengembangkan matematisasi progressif yaitu siswa
melakukan proses matematisasi yang meliputi penggunaan model of dan model
for; 3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa yaitu siswa melakukan
pengembangan terhadap strategi pemecahan masalah melalui proses
konstruksi yang selanjutnya digunakan sebagai landasan pengembangan
konsep matematika; 4) Terjadi interaktif guru dan siswa yaitu saling
mengomunikasikan hasil kerja dan gagasan baik antara sesama siswa maupun
antara siswa dengan guru; (5) Keterkaitan yaitu menggunakan keterkaitan
materi-materi matematika yang bertujuan untuk membangun suatu konsep
matematika yang baru (Nasution, 2018).

103
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

Menurut Sugiman tipe realistik yang mempunyai ciri pendekatan bottom up


dimana siswa mengembangkan model sendiri dan kemudian model tersebut
dijadikan dasar untuk mengembangkan matematika formalnya (Wibowo,
2017). Ada dua macam model yang terjadi dalam proses tersebut yakni model
dari situasi (model of situation) dan model untuk matematis (model for formal
mathematics). Selanjutnya Hadi (2005, p. 24) mendeskripsikan proses
pembelajaran dalam pembelajaran matematika realistik yaitu: (1) titik awal
pembelajaran harus memberi pengalaman nyata bagi siswa sehingga dapat
terlibat secara langsung dalam aktifitas matematika (2) untuk menampung
pengetahuan matematika yang dimiliki siswa, titik awal tersebut juga harus
dijelaskan berdasarkan tujuan potensial urutan belajar (learning sequence); (3)
urutan pembelajaran harus melibatkan kegiatan dimana siswa membuat dan
menguraikan model-model simbolik dari aktifitas matematika informal mereka
(4) ketiga ajaran tersebut efektif apabila direalisasikan dalam pembelajaran
interaktif (5) fenomena riil bentuk-bentuk dan konsep matematik
dimanifestasikan dalam keterkaitan (intertwining) berbagai sub pokok bahasan
(Wibowo, 2017).
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran matematika realistik yang menjadi
landasan dalam penyusunan sintaks pembelajaran matematika realistik yaitu:
(1) penemuan kembali (guided reinvention) dan matematisasi progresif, melalui
masalah kontekstual yang realistik siswa dibimbing untuk menemukan fakta,
konsep dan prosedur matematis. Sedangkan matematisasi progresif
merupakan upaya mengarahkan pemikiran matematis siswa atau
memformulasikan masalah secara matematis, dikatakan progresif karena dapat
berupa matematisasi dari masalah kontekstual ke dalam matematika formal,
atau dari matematika formal menuju tingkatan yang lebih tinggi; (2)
Fenomenologis didaktis, menekankan pada fenomena pembelajaran yang
bersifat mendidik yang bermakna dan menumbuhkan sikap positif terhadap
matematika sebagai dampak dari matematisasi; (3) Membangun sendiri model,
karena berpangkal dari masalah kontekstual maka untuk menuju matematika
formal siswa akan diarahkan untuk membuat model sendiri (Nurkamilah et al.,
2018). Berdasarkan prinsip tersebut berikut adalah Sintaks Pembelajaran
Matematika Realistik yang disajikan pada Tabel 1.

104
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Matematika Realistik

Tahapan Kegiatan Aktivitas Guru dan Siswa

Menggunakan Konteks 1. Guru menyampaikan kompetensi


dasar dan tujuan pembelajaran.
2. Guru memberikan pengantar sesuai
materi berupa konteks nyata aplikasi
materi dalam kehidupan sehari-hari
di sekitar siswa.
3. Guru memberikan masalah
kontekstual awal

Menggunakan model, dan 1. Guru memberikan kesempatan


format interaktif kepada siswa untuk bertanya.
2. Siswa melakukan interaksi baik
dengan siswa lain, atau dengan guru
untuk membahas masalah yang
diberikan

Kontribusi Siswa, guided 1. Siswa merancang penyelesaian


reinvention, matematisasi masalah yang diberikan
progresif dan 2. Guru memberikan pertanyaan yang
menggunakan model dapat membimbing siswa dalam
menemukan konsep matematika
untuk menyelesaikan masalah.
3. Menyusun deskripsi hasil
peneylesaian masalah untuk
dipresentasikan
4. Mengevaluasi strategi dan
menggunakannya pada masalah
dengan konteks yang berbeda

Sumber : Dimodifikasi dari Nurkamilah (Nurkamilah et al., 2018)

105
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

B. Etnomatematika
Menurut Shirley sebagaimana dikutip oleh (Hartoyo, 2012) bidang
etnomatmatika yaitu matematika yang timbul dan berkembang dalam
masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, merupakan proses
pembelajaran dan metode pembelajaran. Menurut Begg etnomatematika
berarti matematika budaya, tidak hanya mengacu pada budaya etnis, tetapi juga
untuk pengalaman umum seperti sebagai bahasa, kepercayaan, adat istiadat,
atau sejarah (Begg, 2001). Menurut Jones etnomatematika adalah kegiatan
matematika multikultural yang menggunakan budaya membuat koneksi
dengan topik matematika yang khas dapat memotivasi budaya dan etnis yang
beragam siswa untuk menyelidiki dan mendapatkan rasa hormat untuk budaya
warisan mereka sendiri sambil belajar signifikan konten matematika
(Wahyudin, 2018).
Etnomatematika pada pembelajaran matematika siswa dapat mengenali dan
menggunakan koneksi antara ide-ide matematika dalam menyelesaikan
masalah proyek, mengkaitkan ide-ide matematika dan matematika dengan
disiplin ilmu diluar matematika, dan matematika dengan dunia nyata dalam
kehidupan sehari-hari (Rizka & Mastur, 2014). Menurut Bishop, matematika
merupakan suatu bentuk budaya (Kasmajaya, 2015). Matematika sebagai
bentuk budaya, sesungguhnya telah terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan
masyarakat dimanapun berada. Pada hakekatnya matematika merupakan
teknologi simbolis yang tumbuh pada keterampilan atau aktivitas lingkungan
yang bersifat budaya. Dengan demikian matematika seseorang dipengaruhi
oleh latar budayanya, karena yang mereka lakukan berdasarkan apa yang
mereka lihat dan rasakan. Budaya akan mempengaruhi perilaku individu dan
mempunyai peran yang besar pada perkembangan pemahaman individual,
termasuk pembelajaran matematika. Pendidikan matematika sesungguhnya
telah menyatu dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Kenyataan tersebut
bertentangan dengan aliran "konvensional" yang memandang matematika
sebagai ilmu pengetahuan yang "bebas budaya" dan bebas nilai. Para pakar
etnomatematika berpendapat bahwa pada dasarnya perkembangan matematika
sampai kapanpun tidak terlepas dar budaya dan nilai yang telah ada pada
masyarakat.
Dalam kegiatan pembelajaran matematika di sekolah tujuan guru adalah
pembentukan skema baru. Pembentukan skema baru ini sebaiknya dari skema

106
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

yang telah ada pada diri siswa. Oleh sebab itu tepat sekali jika dalam
mengajarkan matematika formal (matematika sekolah), guru sebaiknya
memulai dengan matematika yang tidak formal yang diterapkan oleh anak di
masyarakat. Jika pada diri anak terbentuk skema dengan baik tentang
matematika yang dipakai dalam dunia sehari-hari, maka untuk menambah
pengetahuan yang telah ada tersebut guru memperkuat skema yang telah ada
atau membentuk skema baru berdasarkan skema yang telah ada. Sebagai
contoh ketika guru akan menjelaskan dalam pembelajaran tentang
pencerminan dan simetri, guru bisa membawa atau memperlihatkan contoh–
contoh artifak, lukisan tato, dan lukisan lain yang bermotif budaya lokal yang
mempunyai nilai pencerminan. Setelah siswa dikenalkan denganbentuk–
bentuk tadi, barulah kemudian mengenalkan konsep pencerminan dan simetri
yang formal.
Etnomatematika memberikan makna kontekstual yang diperlukan untuk
banyak konsep matematika yang abstrak. Bentuk aktivitas masyarakat yang
bernuansa matematika yang bersifat operasi hitung yang dipraktikkan dan
berkembang dalam masyarakat seperti cara cara menjumlah, mengurang,
membilang, mengukur, menentukan lokasi, merancang bangun, jenis-jenis
permainan yang dipraktikkan anak-anak, bahasa yang diucapkan, simbol-
simbol tertulis, gambar dan benda-benda fisik merupakan gagasan matematika
mempunyai nilai matematika yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran
pada beberapa materi pelajaran matematika khususnya siswa sekolah dasar.
Membuat jembatan antara budaya dan matematika adalah langkah penting
untuk mengenali berbagai cara berpikir yang dapat menyebabkan berbagai
bentuk matematika; Inilah bidang yang disebut etnomatematika. Hal ini dapat
diartikan bahwa berbagai konsep matematika dapat digali dan ditemukan
dalam budaya sehingga dapat memperjelas bahwa matematika dan budaya
saling berkaitan, matematika dapat lahir dari budaya, matematika dapat digali
dalam budaya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber belajar
matematika yang konkret dan ada di sekitar siswa (Hardiarti, 2017).

C. Desain Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis


Etnomatematika
Selama masa pembelajaran di rumah, orang tua harus berperan aktif untuk
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna. Namun

107
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

kenyataan di lapangan, Sebagian besar orang tua hanya mengandalkan


pembelajaran yang diberikan oleh guru secara daring. Anak dikatagorikan
sudah belajar apabila anak telah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
gurunya. Padahal belum tentu anak paham akan konsep yang dibelajarkan
melalui tugas yang diberikan. Hal tersebut terkadang terlewat oleh orang tua.
Pemahaman anak terhadap suatu konsep tidaklah utuh apabila anak hanya
menghafal apa yang diberikan oleh guru. Untuk menanamkan sebuah konsep
terutama konsep matematika, anak harus terlibat langsung untuk menemukan
konsep dan mengaplikasikan konsep yang telah ditemukan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitar mereka. Oleh sebab itu
berinteraksi dengan anak saat belajar adalah salah satu alternatif untuk
meningkatkan kemampuan matematika anak.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan matematika anak adalah dengan mengunakan hal-hal yang ada
disekitar anak. Desain pembelajaran yang memfasilitasi hal tersebut adalah
pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatematika. Adapun desain
pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatemtika adalah:
Desain pembelajaran untuk membelajarkan konsep luas bangun datar adalah
dengan mengajak anak untuk belajar sambil melakukan aktivitas adat budaya
khusunya di Bali dalam hal ini yaitu dengan melibatkan anak untuk ikut
membuat sarana persembahyangan (banten). Dalam sarana persembahyangan
umat Hindu di Bali, ada beberapa komponen yang dapat digunakan untuk
membelajarkan anak terkait konsep luas bangun datar. Beberapa komponen
seperti canang sari, ceper, tamas, tipat, sampian soda, merupakan beberapa
perwakilan sarana prasarana upakara yang dapat digunakan untuk
menanamkan konsep bangun datar kepada anak. Canang ceper yang berbentuk
segi empat dapat digunakan untuk membelajarkan konsep persegi dan persegi
panjang. Sampian soda yang berbentuk segitiga dapat digunakan untuk
membelajarkan konsep segitiga. Canang sari dan tamas yang berbentuk lingkaran
dapat digunakan untuk membelajarkan kosep lingkaran. Tipat yang mewakili
bentuk belah ketupat dapat digunakan untuk membelajarkan konsep belah
ketupat. Berikut visualisasi beberapa komponen upakara umat Hindu yang
dapat digunakan untuk membelajarkan konsep bangun datar disajikan pada
Gambar 1.

108
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

Gambar 1. Visualisasi Komponen Upakara Persembahyangan Umat Hindu di Bali


Pembelajaran bisa dimulai dengan mengajarkan anak untuk mengklasifikasikan
bentuk komponen tersebut sesuai dengan bentuk dan banyak sisinya. Setelah
anak paham tentang jenis-jenis bangun datar, kemudian ajak anak untuk
menyebutkan unsur-unsur yang terdapat di masing-masing bagun datar yang
telah dikelompokkan. Kemudian arahkan anak untuk mengukur Panjang
masing-masing sisi bangun datar tersebut. Arahkan bahwa, keliling bangun
datar adalah jumlah dari keseluruhan sisi-sisi bangun datar tersebut. Adapaun
beberapa aktivitas yang dapat dilakukan untuk menentukan keliling dan luas
bagung datar adalah sebagai berikut.
1. Aktivitas untuk menentukan keliling Persegi dan Persegi Panjang :
a. Ajak anak untuk mengambil janur yang digunakan untuk membuat
ceper.
b. Potong terlebih dahulu ukuran ceper yang akan dibuat.
c. Arahkan anak untuk mengukur panjang sisi dari ceper yang telah di buat.
d. Setelah anak menemukan panjang sisi-sisn nya arahkan anak untuk
menentukan panjang seluruh janur yang digunakan untuk membuat
ceper.
e. Pancing anak dengan beberapa pertanyaan terkait konsep keliling.
Sehingga anak paham bahwa keliling suatu bangun dapat dicari dengan
menjumlahkan sisi-sisi yang mengelilinginya.

109
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

2. Aktivitas untuk menentukan Luas Persegi dan Persegi Panjang :


a. Setelah anak paham dengan konsep keliling persegi dan persegi panjang,
ajak anak untuk menemukan sendiri konsep luas persegi dan persegi
panjang.
b. Visualisasikan bentuk persegi dan persegi panjang di sebuah kertas.
c. Kemudian ajak anak untuk menggambar kotak-kotak kecil (persegi kecil)
dengan ukuran yang sama seperti gambar berikut.

Gambar 2. Persegi kecil dalam Persegi Panjang


d. Setelah selesai menggambar, arahkan anak untuk menghitung jumlah
kotak-kotak kecil di dalam bangun datar tersebut dalam hal ini bangun
persegi atau persegi panjang.
e. Jika anak teleh menemukan banyaknya jumlah kotak-kotak kecil, berikan
pertanyaan pancingan agar anak mampu menghubungkan dengan
panjang sisi bangun datar tersebut.
f. Dengan beberapa arahan anak akan mampu menemukan konsep luas
bangun persegi atau persegi panjang yaitu luas merupakan perkalian
antara kedua sisinya.
3. Aktivitas untuk menentukan Luas Segitiga :
a. Untuk membelajarkan anak terkait konsep segitiga, komponen upakara
yang dapat digunakan adalah sampian soda.
b. Selain meletaih pemahaman konsep matematikanya, dengan melibatkan
anak untuk terlibat dalam pembuatanya tentunya akan melatih
keterampilan dan secara tidak langsung anak akan ikut melestarikan
budaya setempat.
c. Untuk membelajarkan anak tentang keliling, ingatkan kembali bahwa
keliling suatu bangun datar adalah jumlah dari sisi-sisi yang
membatasinya.

110
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

d. Jika konsep keliling di awal sudah dipahami, maka anak akan mampu
menentukan keliling bangun datar lainnya.
e. Untuk menemukan rumus luas segitiga, arahkan anak untuk membagi
segeitiga menjadi 3 bagian dan kemudian susun menjadi bentuk persegi
panjang, seperti gambar 3.
f. Pancing anak dengan beberapa pertanyaan dan kaitkan dengan konsep
luas persegi panjang agar anak dapat dengan mudah menemukan konsep
luas segitiga.

Gambar 3. Manipulasi bagian segitiga menjadi bentuk persegi panjang


4. Aktivitas untuk menentukan Luas Belah Ketupat :
a. Untuk membelajarkan anak terkait dengan konsep belah ketupat,
komponen upakara yang dapat digunakan adalah tipat.
b. Untuk konsep keliling belah ketupat, ingatkan kembali konsep yang
sudah diajarkan pada bangun-bangun sebelumnya.
c. Dalam menentukan luas belahketupat, arahkan anak untuk membagi
belahketupat menjadi empat bagian yang sama besar.
d. Kemudian arahkan anak agar bagian-bagian tersebut disusun agar
menjadi bentuk segi empat seperti gambar 4.
e. Setelah anak berhasil Menyusun bentuknya menjadi bentuk segi empat,
berikan pertanyaan pancingan dan arahan agar anak menghubungkan
konsep luas persegi panjang untuk menemukan rumus luas belah
ketupat.

111
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

Gambar 4. Manipulasi bagian belah ketupat menjadi persegi panjang


Selain menggunakan alat upakara persembahyangan, para orang tua juga dapat
memanfaatkan permainan anak-anak untuk mengeksplorasi kemampuan anak
dalam belajar konsep matematika. Salah satu permainan anak-anak sesuai
dengan kearifan lokal yang dapat digunakan untuk pembelajaran selama di
rumah adalah permainan laying-layang. Permainan laying-layang dapat
dimanfaatkan orang tua untuk membantu anak memahami luas dan keliling
bangun datar. Melibatkan anak dalam ikut membuat layang-layang selain
melatih kreatifitasnya tentunya juga akan melatih kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotornya secara bersamaan. Adapaun aktifitas belajar yang dapat
dilakukan dalam proses membuat laying-layang adalah :
1. Dalam proses membuat layang-layang, arahkan anak untuk
mengidentifikasi unsur-unsur dalam bagung datar, seperti, panjang sisi,
jumlah sisi yang bsersesuaian, titik sudut, besar sudut, panjang diagonal.
2. Setelah anak menyebutkan dengan benar unsur-unsur bagun datar
khusunya bangun datar layang-layang, arahkan anak untuk menentukan
keliling layang-layang tersebut.
3. Untuk menentukan keliling layang-layang ajak anak untuk megukur panjang
semua sisi-sisi layang-layang.
4. Setelah anak memperoleh hasil perhitungan panjang seluruh sisi laying-
layang, maka arahkan anak bahwa keliling suatu bangun dapat dicari dengan
menjumlahkan sisi-sisi yang mengelilinginya.
5. Jika anak telah mengerti bagaimana cara untuk menentukan keliling layang-
layang, ajak kembali anak untuk membuat beberapa layang-layang dengan
ukuran yang berbeda. Setelah anak paham dengan konsep layng-layang,
tahap selanjutnya adalah mengajarkan konsep luas bangun datar.

112
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

6. Konsep luas bangun datar dapat dianalogikan dengan mencari luas plastik
yang dibutuhkan untuk menutupi rangka layang-layang.
7. Ajak anak untuk membagi layang-layang menjadi empat bagian dan
kemudian susun menjadi bentuk persegi panjang seperti gambar 5.
8. Setelah anak berhasil menyusun bentuknya menjadi bentuk persegi panjang,
berikan pertanyaan pancingan dan arahan agar anak menghubungkan
konsep luas persegi panjang untuk menemukan rumus luas layang-layang.

Gambar 5. Manipulasi bagian layang-layang menjadi bentuk persegi panjang


Pelaksanaan pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatematika
tentunya akan meningkatkan pemahaman atas konsep matematika. Hal
tersebut di dukung dari beberapa penelitian yang relevan sebalumnya. Selain
meningkatkan kemampuan kognitif anak selama masa belajar di rumah,
pembelajaran yang realistik dan berbasis etnomatematika tentunya akan
menambah motivasi dan minat anak dalam belajar. Hal tersebut dikarenakan
suasana yang dihasilkan dari pembelajarn realistik berbasis etnomatematika
adalah pembelajaran yang dekat dengan anak. Hal-hal yang ada disekitar anak
dapat diajdikan bahan pembelajaran, sehingga anak akan merasa mereka tidak
sedang belajar secara formal. Selain meningkatkan kemampuan kognitif anak,
berdasarkan hasil penelitian Rizka menyatakan bahwa pembelajaran dengan
model bermuatan etnomatematika dapat meningkatkan karakter cinta budaya
lokal secara maksimal (Rizka & Mastur, 2014). Dampak tambahan yang timbul
dengan pembelajaran etnomatematika adalah, anak secara tidak langsung
belajar budaya setempat dan hal tersebut merupakan salah satu cara
melestarikan budaya setempat.

113
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

Peran orang tua dalam pelaksanaan pembelajaran di rumah juga sangat penting.
Keterlibatan orang tua dalam menciptakan suanana belajar yang kondusif
tentunya akan berdampak positif terhadap kemampuan belajar anak.
Keterlibatan orang tua secara langsung untuk membimbing anak dalam belajar
secara berkelanjutan akan memperkuat bonding antara anak dan orang tua.
Bonding adalah ikatan emosional yang terlajin antara orang tua dan anak
(Indonesia, 2019) . Tentunya dengan lebih seringnya anak dan orang tua
terlibat dalam kegiatan yang sama, hal tersebut akan membentuk skill attachment
atau rasa aman dan dicintai yang akhirnya akan membuat anak lebih siap untuk
mengeksplorasi dunianya. Hubungan anak dengan orang tua merupakan
sumber emosional dan kognitif bagi anak (Eliasa, 2011). Hubungan tersebut
memberi kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungan maupun
kehidupan sosial. Disinilah pentingnya orang tua dalam pembentukan dan
pendidikan karakter bagi anak. Kelekatan orang tua dan anak dengan
didalamnya melakukan internal working model menekankan pada pembentukan
karakter yang kuat, maka diprediksikan anak akan berperilaku sosial yang
positif, emosi yang sehat dan memiliki jiwa yang kuat (Eliasa, 2011).

Penutup
Adanya pandemi Covid-19 membuat sistem pendidikan Indonesia harus
menyesuaikan diri. Sesuai kebijakan pemerintah, demi tetap berlangsungnya
kegiatan pembelajaran untuk para siswa, kegiatan belajar mengajar dilakukan
secara daring di rumah masing-masing. Kerjasama antara guru dan orang tua
sangatlah penting untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna khususnya
dalam pembelajaran matematika. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat
dilakukan selama pembelajaran di rumah adalah pembelajaran matematika
realistik dengan berbasis etnomatematika. Pembelajaran matematika realistik
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengkontruksi sendiri
pemahaman konsep matematika dari konsep yang telah meraka pahami
sebelumnya. Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika
realistik adalah komponen real yang ada di sekitar anak. Selama pembelajaran
di rumah pada hakekatnya pendidikan dan budaya adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan. Oleh sebab itu dengan penerapatn etnomatematika, anak akan
secara langsung belajar matematika sekaligus belajar tetang budaya lokal.
Dengan memanfaatkan benda-benda real yang berkaitan dengan adat budaya,

114
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

para orang tua dapat mengemas suatu pembelajaran matematika yang menarik
dan menyenangkan. Dengan menumbuhkan minat dan motivasi anak dalam
belajar matematika, tentunya anak akan merasa lebih nyaman untuk belajar,
anak tidak akan merasa terbebani dalam belajar. Oleh sebab itu dengan kondisi
positif yang tercipta, tentu akan berdampak pada pahamana konsep
matematika yang dibelajarkan secara utuh. Selain meningkatkan kemampuan
kognitif anak, pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatematika juga
memberikan dampak positif terhadap meningkatnya karater cinta budaya lokal.
Adapaun saran yang dapat disampaikan adalah bagi para orang tua dapat
mengkreasikan metode pembelajaran yang menyenangkan yaitu dapat diselingi
dengan menyampaikan sejarah atau cerita daerah yang berkaitan dengan alat
yang digunakan dalam media pembelajaran. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap pembentukan karakter anak sejak dini. Selain itu mengajak anak
untuk berkesperimen dalam belajar sangatlah disarankan untuk melatih
kemampuan kognitif dan motorik anak sekaligus meningkatkan keterkaitan
emosi antara orang tua dan anak. Saat ini adalah momentum yang tepat bagi
orang tua untuk menanamkan pembelajaran positif untuk membentuk karakter
anak yang baik dan unggul.

Daftar Pustaka
Abu, A., & Soleh, M. (2005). Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta.
Banjarnahor, H. (2011). Pembelajaran Matematika Realistik dengan Setting
Kooperatif. Generasi Kampus, 4(1), 68–85.
Begg, A. (2001). Ethnomathematics: Why, and what Else? ZDM - International
Journal on Mathematics Education, 33(3).
https://doi.org/10.1007/BF02655697
Effendi, R. (2017). Konsep Revisi Taksonomi Bloom dan Implementasinya
pada Pelajaran Matematika SMP. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,
2(1), 72–78.
Eliasa, E. I. (2011). Pentingnya kelekatan orang tua dalam internal Working
model untuk pembentukan karakter anak. Developmental Psychology, 33(5),
806–821.

115
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

Gravemeijer, K. P. E. (1994). Developing realistic mathematics education.


Faculty of Sciences, Freudenthal Institute, 13(3), 200 pp.
http://www.cdbeta.uu.nl/tdb/fulltext/199503-
terwel2.pdf%0Ahttp://www.fisme.science.uu.nl/toepassingen/20014/
Hardiarti, S. (2017). Etnomatematika: Aplikasi Bangun Datar Segiempat Pada
Candi Muaro Jambi. Aksioma, 8(2), 99.
https://doi.org/10.26877/aks.v8i2.1707
Hartoyo, A. (2012). Eksplorasi Etnomatematika pada Budaya Masyarakat
Dayak Perbatasan Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau Kalbar. Jurnal
Penelitian Pendidikan, 13(1), 14–23. http://jurnal.upi.edu/penelitian-
pendidikan/view/1387/eksplorasi-etnomatematika-pada-budaya-
masyarakat-dayak-perbatasan-indonesia-malaysia-kabupaten-sanggau-
kalbar-.html
Hidayah, L., Ayu, I. K., & Faradiba, S. S. (2017). Teori beban kogntif dalam
kecemasan matematika. 2(2012), 105–109.
Indonesia, T. A. P. (2019). Bonding time dengan anak lebih efektif, Psikolog ini berikan
tips jitu _ theAsianparent Indonesia. Id.Theasiaparent.Com.
https://id.theasianparent.com/bonding-time
Kasmajaya, H. (2015). Ethnomathematics (Matematika dalam Perspektif budaya).
Kompasiana.Com.
https://www.kompasiana.com/hadi_dsaktyala/551f62a4a333118940b
659fd/ethnomathematics-matematika-dalam-perspektif-budaya
Lestari, L., & Sofyan, D. (2014). Perbandingan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa dalam Matematika antara yang Mendapatkan Pembelajran
Matematika Realistik (PMR) dengan Pembelajaran Konvesional. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(2), 95–108.
Maloney, E. A., Ramirez, G., Gunderson, E. A., Levine, S. C., & Beilock, S. L.
(2015). Intergenerational effects of parents’ math anxiety on children’s
math achievement and anxiety. Psychological Science, 26(9), 1480–1488.
https://doi.org/10.1177/0956797615592630
Nasution, D. P., & Ahmad, M. (2018). Penerapan Pembelajaran Matematika
Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa. Mosharafa : Jurnal Pendidikan Matematika, 7(September), 389–400.

116
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L.Virginayoga Hignasari [2020]

Nurkamilah, M., Nugraha, M. F., & Sunendar, A. (2018). Mengembangkan


Literasi Matematika Siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran
Matematika Realistik Indonesia. Jurnal Theorems (The Original Research Of
Mathematics, 2(2), 70–79.
Rizka, S., & Mastur, Z. (2014). Model Project Based Learning Bermuatan
Etnomatematika untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi
Matematika. Unnes Journal of Mathematics Education Research, 3(2), 72–78.
Suryanto. (2010). Sejarah pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI).
Sutarto. (2017). Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Islamic
Counseling, 1(02), 1–26.
Utami, R. E., Nugroho, A. A., Dwijyanti, I., & Sukarno, A. (2018).
Pengembangan E-Modul Berbasis Etnomatematika Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. JNPM (Jurnal Nasional
Pendidikan Matematika), 2(2). https://doi.org/10.33603/jnpm.v2i2.1458
Wahyudin. (2018). Etnomatematika Dan Pendidikan Matematika
Multikultural. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Etnomatnesia, 1–19.
Wahyuni, A., Aji, A., Tias, W., & Sani, B. (2013). Peran Etnomatematika dalam
Membangun Karakter Bangsa: Penguatan Peran Matematika Dan
Pendidikan Matematika Untuk Indonesia Yang Lebih Baik, 1, 111–118.
Wibowo, A. (2017). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
dan Saintifik terhadap Prestasi Belajar , Kemampuan Penalaran
Matematis dan Minat Belajar The Effect of Teaching Realistic and
Scientific Mathematics Approach on Students Learning Achievement ,
Mathema. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(1), 1–10.

117
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

Kajian Teologi Kisah Mahārāja Dhruva Dalam


Bhāgavata Purāṇa

Putu Sri Marselinawati


Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Pendahuluan
Kemajuan masyarakat dewasa ini membawa dampak dalam fenomena
kapitalisme, sehingga menjadi kekuatan besar yang mendominasi negara dan
masyarakat. Berbagai sarana komunikasi memungkinkan terjadinya mobilisasi
yang sedemikian intensif. Setiap orang dalam dunia serba cepat seakan
bergerak terus, meninggalakan batas-batas wilayah kebudayaannya. Dapat
dikatakan bahwa mobilitas merupakan fenomena sosial, ekonomi, dan politik
yang terpenting di era abad ke-20. Fenomena ini akan semakin penting pada
abad yang akan datang. Kecendrungan ini memperlihatkan batas-batas
kebudayaan mulai bercampur aduk sehingga mengkabur, karena orang atau
kelompok orang memiliki anggapan bergerak begitu cepat pada tempat yang
berbeda kemudian dengan cepat menjadi bagian dari tempat tertentu dengan
setting culture yang berbeda. Akibat terjadinya perubahan batas-batas ini secara
langsung maupun tidak langsung dapat mengubah definisi identitas dan
keterikatan pada masa lalu (tradisi-tradisi) oleh karena itu tidak ada satupun
masyarakat luput dan mampu menghindarkan diri dari perbuatan tersebut
terlebih lagi era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.
Teknologi dan budaya global terasa telah mempersempit batas-batas negara.
Menurut Yasiraf Filling dalam Nopriyadi (2011: 2) banyak peradaban manusia
modern telah kehilangan sendi-sendi masa lalu serta kearifan masa lampau
yang lebih berharga dalam pembangunan diri manusia, seperti rasa kedamaian,
rasa kebersamaan, rasa estetika, semangat spritualitas, semangat mobilitas, dan
semangat komunitas.
Seiring dengan kemorosotan moral dan semakin menipisnya nilai-nilai etika
dalam masyarakat dewasa ini, dibutuhkan sebuah pendekatan spiritual yang
dapat menananmkan nilai- nilai moral dan etika yang bersumber pada ajaran
Veda. Veda dan kesusasteraan Veda sangat kental dengan nilai-nilai moral.

118
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

Tiap-tiap tradisi agama dan filsafat yang berkembang dari spirit Veda diwarnai
oleh penanaman nilai-nilai moral. Oleh karena itu, para Mahaŗși Hindu
menyatakan bahwa untuk memudahkan dalam mepelajari dan memahami
ajaran Veda secara benar, orang harus mempelajari Veda melalui kitab-kitab
Itihasa dan Purāǹa, karena dalam kitab Purāǹa dan Itihasa dijumpai ajaran moral
dan kesusilaan. Sivananda (2003: 81) menyataka Purāǹa adalah kitab yang
berisi cerita-cerita keagamaan yang menjelaskan tentang kebenaran. Purāǹa
menguraikan kegiatan rohani penjelmaan-penjelmaan Tuhan, ataupun para
penyembah Tuhan yang terberkati.
Dipandang dari sudut ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya
menunjukkan bahwa eksistensi Bhāgavata Purāṇa mempunyai arti yang sangat
penting bagi manusia khususnya umat Hindu, karena melalui pemahman
ajaran-ajaran yang terdapat dalam cerita Mahāraja Dhruva umat manusia akan
mendapat kebahagiaan materi dan rohani akibat keyaninan dan bhaktinya
kepada Tuhan. Nilai-nilai spiritual yang dapat meningkatkan sradha dan bhakti
umat manusia di tengah peruabhan zaman yang kering dengan nilai-nilai
kehidupan.

Pembahasan
A. Sinposis Cerita Mahāraja Drhuva
Mahārāja Dhruva adalah cicit dari Dewa Brahma, cucu dari Svayambuva Manu,
atau Manu pertama yang hidup pada zaman Satya Yuga, dan Putra dari Raja
Uthanapada. Di jelaskan juga Maharaja Dhruva juga merupakan kakek Dari
raja Vena yang termasuk Prajapati atau pencipta-pencipta mahkluk hidup yang
termasuk keturunan Deva Brahma (Donder, 2007:166).
Subrahmaniam (2006:96) mengatakan kisah Maharaja Dhruva muncul dalam
Bhagāvata Purāṇa Skanda 4 setelah Maitreya menceritakan silsilah para Manu
yang tercipta dari Dewa Brahmā. Semua Manu adalah keturunan dari Dewa
Brahmā, salah satunya yang diceritakan dalam Skanda 4 ini adalah
Svāyambhuva Manu yang merupakan kakek dari Mahārāja Dhruva.
Svāyambhuva Manu memiliki dua putra laki-laki yang bernama, Uttānapāda
dan Priyavrata. Raja Uttānapāda memiliki dua ratu yang bernama Sunīti dan
Suruci, namun Suruci jauh lebih disayang daripada Sunīti. Sunīti merupakan
ibu dari Dhruva.

119
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

Pada suatu hari, Raja Uttānapāda sedang memanjakan putra Suruci yang
bernama Uttama, dengan mendudukannya di atas pangkuannya. Dhruva juga
berusaha naik ke atas pangkuan Sang Raja, namun Sang Raja tidak begitu
menyambutnya. Ketika Dhruva berusaha naik ke pangkuan ayahnya, Suruci
menjadi sangat marah dan angkuh sehingga ia mulai berbicara dengan keras,
“Wahai anakku, engkau tidak pantas untuk duduk di atas singasana atau di atas
pagkuan Raja, walau engkau putra Raja, namun engkau tidak terlahir dari rahim
ku” mendengar kata-kata dari ibu tirinya Dhruva merasa terpukul dan berlari
mencari ibunya, semua penghuni istana mengetahui kejadian tersebut sehingga
Sunīti juga menjadi sedih, lalu ia mengambil putranya dan mendudukannya di
pangkuannya.
Kejadian ini tidak sanggup ditanggung oleh kesabaran Sunīti sehingga air mata
mengalir dari wajahnya yang cantik, dengan menghela nafas ia berkata kepada
putranya, “wahai anakku sayang, jangan mengharapkan malapetaka bagi orang
lain. Siapapun menyakiti orang lain akan menderita rasa sakit itu sendiri”.
Dhruva adalah seorang ksatria maka dari itu ia cepat merasa terhina jika
mendengar harga dirinya dijatuhkan namun, ibunya senatiasa
memberitahukannya agar tidak menjadi anak yang pendendam dan iri hati,
selanjutnya ibunyapun menyuruh Dhruva agar memuja Tuhan Nārāyaṇa, yang
telah memberikan kemasyuran pada kakeknya yakni Svāyambhuva Manu, dan
apabila ia tekun memuja Beliau, Dhruvapun bisa lebih hebat dari kakeknya.
Mendengar kata-kata ibunya, Dhruva bertanya di manakah tempat tinggal
Tuhan itu ?, lalu Sunīti menjawab, “ Beliau tinggal di tengah hutan jauh dari
keramaian, semua para ṛṣi- ṛṣi berkumpul di sana untuk mendapatkan
pencerahan”.
Setelah mendengar kata-kata ibunya dan mempertimbangkannya dengan
matang Dhruvapun bertekad untuk meninggalkan kerajaan ayahnya. Nārada
Muni mendengar berita ini, lalu ia mendatangi Dhruva yang sedang berada di
hutan dan menyapanya, “ Wahai, anakku, engkau hanyalah seorang anak kecil
yang suka bermain-main dan bersenang-senang, namun sekarang mengapa
engkau terpengaruh oleh kata-kata yang menghina kehormatanmu?”. Rṣi
Nārada juga menganjurkan Dhruva untuk pulang kembali ke rumahnya namun
Dhruva tetap menolak, dan bertekad untuk beryoga di bawah arahan sang Rṣi.
Nārada menjadi sangat berbelas kasih pada anak yang masih berusia lima tahun
itu, oleh karena itu Rṣi Nārada memberikan nasehat kepada Dhruva, “Wahai

120
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

anakku, hendaknya engkau mandi di Sungai yamunā secara teratur, setelah itu
engkau hendaknya melakukan prinsip-prinsip Aṣtāṅga Yoga”.
Selanjutnya Rṣi Nārada menjelaskan bagaimana wujud Tuhan Nārāyaṇa, yang
akan muncul dalam meditasi Dhruva. Jalan ini diberikan kepada Dhruva karena
memusatkan pikiran kepada bentuk pribadi Tuhan, segera dapat membebaskan
dari penderitaan material. Lalu Rṣi Nārada memberikannya mantra “ Oṁ
Namo Bhagavate Vāsudevā. Selain melakukan Dhyāna Yoga Dhruva juga
dianjurkan untuk memuja arca dan mempersembahkan air dan bunga pada
Arca Tuhan. Setelah mendengar perintah dari Rṣi Nārada Dhruva mengelilingi
Beliau, dan pergi ke hutan yang bernama Madhuvana.
Sesampai di sana Dhruva mandi di Sungai Yamuna dan berpuasa di malam hari
dengan sangat cermat dan penuh perhatian. Selama bulan pertama Dhruva
hanya meakan buah-buahan dan buah beri setiap tiga hari, hanya untuk
menjaga jiwa dan raga tetap bersama, pada bulan kedua Dhruva hanya makan
setiap enam hari sekali dari rerumutan dan daun kering, pada bulan ketiga ia
hanya minum air saja, dengan tetap khusuk pada meditasi kepada Nārāyaṇa,
padabulan keempat Dhruva menjadi sangat ahli dalam mengatur pernafasan,
sehingga ia hanya menarik nafas hanya dua belas hari sekali, pada bulan kelima
Dhruva telah mengendalikan pernafasannya sehingga ia dapat berdiri dengan
satu kaki dan tetap khusuk dalam bermeditasi. Meditasi pada satu objek
membuat Dhruva harus mengedalikan indera-inderanyadan tetap dalam
samādhi pada Nārāyaṇa. Ketika Dhruva mempertahankan dirinya mantap
berdiri dengan satu kaki, tekanan ibu jari kakinya menekan setengah bumi,
karena ketika itu ia menjadi satu dalam berat dengan Tuhan Nārāyaṇa,
disebabkan oleh kosentrasi pikirannya. Keadaan ini membuat para Dewa dan
mahkluk hidup lain merasa lemas dan nafasnya terasa tercekik.
Karena keadaan tersebut tidak dapat ditoleransi oleh para dewa, para dewa
berdoa dan memohon perlindugan pada Tuhan Nārāyaṇa, dan Nārāyaṇa,
menjawab doa mereka, “Janganlah cemas akan keadaan ini, hal ini disebabkan
oleh seorang anak yang sedang bertapa dengan keras memusatkan pikiran
kepada-Ku di hutan Madhuvana, Aku akan segera menemui anak itu agar ia
menghentikan pertapaanya”. Para Dewapun merasa senang ketika Tuhan
Nārāyaṇa, bersedia meyelamatkan dunia dari pengaruh pertapaan keras yang
dilakukan oleh Dhruva. Saat sedang kusuk dalam meditasinya Dhruva melihat
wujud Nārāyaṇa, di dalam hatinya, lalu tiba-tiba wujud tersebut menghilang
121
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

sehingga membuat Dhruva merasa goyah dan membuka mata, namun saat ia
membuka mata, Tuhan Nārāyaṇa, yang menjadi objek meditasinya muncul di
hadapannya, air mata Dhruvapun mengalir dan ia terjatuh bersujud kepada
Beliau. Dhruva mencakupkan tanganya dan tidak dapat berbicara sepatah
katapun, lalu Tuhan Nārāyaṇa, menyentuhkan Kerang yang di bawanya ke
kepala Dhruva, sentuhan tersebut adalah beat baginya sehingga Dhruva mulai
melantunkan doa-doa untuk mengangungkan Tuhan Nārāyaṇa. Tuhan
Nārāyaṇa menjadi puas dengan pertapaan dan doa-doa yang telah
dipersembahkan padanya, lalu beliau bersabda, “ wahai anakku Dhruva apa
yang kau inginkan?” lalu Dhruvapun menjawab bahwa ia tidak mengingikan
apa-apa setelah menjalani proses Bhakti Yoga kepada Beliau, Dhruva merasa
malu melakukan pertapaan erdasarkan rasa sakit hati hanya menginginkan
sebuah kepingan-kepingan batu di kerajaannya, Ia ingin menjadi seorang
bhakta yang setia memuja Nārāyaṇa. Tuhan Nārāyaṇapun menjawab, “Baiklah
hal itu Ku kabulkan, kau akan menjadi bhakta Ku, namun Aku juga akan
menganugrahi mu, sebuah planet yang bernama Dhruva Loka yang tidak akan
terkena peleburan, dan kau dapat hidup kekal dengan senantiasa memuja Ku,
di sana”.
Kisah Mahāraja Dhruva ini mengajarkan kita bahwa ilmu kerohanian atau
teologi dapat dipraktekan dan dipelajari oleh setiap manusia tanpa batasan
umur, selayaknya Dhruva yang masih berumur 5 tahun. Teologi atau ilmu
ketuhanan dapat dimengerti oleh siapa saja yang berdasarkan niat yang tulus
dan sungguh-sungguh. Niat yang tulus, suci, dan pemujaan yang konsisten
membuat Tuhan yang berwujud Saguna Brahman menampakkan dirinya kepada
umat yang yakin akan keberadaan-Nya.

B. Hubungan Ajaran Mahārāja Dhruva dengan Teologi Hindu


Kata Teologi berasal dari kata theos yang artinya’Tuhan’ dan logos yang artinya
‘ilmu atau pengetahuan’. Jadi Teologi adalah pengetahuan tentang Tuhan,
Teologi secara harfiah berarti teori atau studi tentang Tuhan . Teologi atau
dalam Bahasa Sanskerta disebut Brahmavidya atau Brahma Tattva Jnana adalah
ilmu tentang Tuhan (Pudja, 1984: 14) Ajaran Māhāraja Dhruva memiliki
hubungan yang erat dengan ajaran Teologi Hindu yang dapat dilihat dari kosep
Ketuhanan,, sifat Tuhan yang bebas dari Tri Guna, dan ajaran Panca Sradha
yang merupakan dasar dari keimanan Teologi Hindu.
122
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

1. Konsep Ketuhanan
Pembahasan tentang Tuhan dalam Hindu dapat dilihat dari dua perspektif,
Nirguna Brahma (Tuhan yang tidak disifatkan) dan Saguna Brahman (tuhan yang
memiliki sifat yang dipuja dalam bentuk pratima, arca, idan upasana). Donder
(69:2007) menyatakan Nirguna Brahman dijadikan objek studi oleh para jnani
sedangkan Saguna Brahman dijadikan objek studi olah para ajnani. Mengingat
umat manusia tidak hanya terdiri dari orang-orang yang telah melampaui
kesadaran fisik saja maka cara Nirguna Brahma tidak cocok diterapkan oleh
seluruh umat manusia. Inilah persoalan yang sangat isensial dalam memahami
Teologi. Begitupula dalam Kisah Dhruva ia mengakui Tuhan sebagai bentuk
personal yang berwujud pribadi Saguna Brahma sebagai tuhan Nārāyana yang
memiliki empat lengan, yang memegang Cakra, Gada, Bunga Padma, dan
Kerang tiup (Sanka). Konsep Ketuhanan yang terdapat dalam kisah Mahāraja
Dhruva adalah Monotheisme Immanent dalam wujud Saguna Brahma yaitu
keyakinan yang memandang bahwa Tuhan sebagai kepribadian yang berwujud,
sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, tetapi Tuhan Yang Maha Esa itu
berada diluar dan sekaligus didalam Ciptaan-Nya.
Jadi konsep Monotheisme Imanent yang menyatakan Tuhan ada di dalam dan di
luar ciptaan-Nya, merupakan konsep Ketuhanan dalam kisah Dhruva karena
Dhruva meyakini Tuhan berada dimana-mana dan dapat dipuja melalui wujud
arca –vigraha dimana Tuhan juga benar-benar berada disana, karena sebelum
proses pemujaan dimulai proses sakralisasi simbol dilakukan dengan
mensthanakan wujud Ista Devata yang dipuja dengan proses Āvahana
(memohon kehadiran-Nya).
Tuhan berada di dalam wujud arca yang dipuja oleh penyembah-Nya namun
Tuhan juga berada dikediaman-nya yakni di Vaikuntha loka, inilah yang disebut
Tuhan bersifat Monotheisme Imanent dalam kisah Mahārāja Dhruva.
Mengucapkan mantra “Oṁ Namo Bhāgavate Vasudevaya” berulang kali,
mempersembahkan bunga, air, dan daun Tulasī, yang merupakan bagian dari
ritual keagamaan dan dalam pikirannya, emosi keagamaan itu berupa perasaan
yang mencakup rasa keterikatan terhadap wujud Tuhan, bhakti, cinta, dan
sebagainya yang terkandung dalam kisah Dhruva merupakan pemecahan
masalah untuk mengetahui adanya unsur Religi dalam kisah Dhruva Mahārāja
seperti yang disebutkan oleh E. Durkheim, bahwa ritual upacara dan emosi
keagamaan adalah unsur-unsur yang ada dalam Religi.

123
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

2. Tuhan Bebas Dari Tiga Sifat Alam


Tiga sifat alam yang membelenggu mahkluk hidup disebut dengan Tri Guna.
Tri Guna brasal dari kata Tri yang artinya tiga, dan Guna yang artinya tali. Jadi
Tri Guna berarti tiga tali pengikat yaitu sattvam, rajas dan tamas. Ketiga tali ini
mengikat segala makhluk sehingga mereka betah tinggal di alam material.Secara
umum, guna berarti sifat,ciri, keadaan atau suasana alam material. Karena itu,
Tri Guna berarti tiga sifat, suasana atau keadaan alam material yang mengikat
segala makhluk sehingga mereka merasa nyama dan senang tinggal di dunia
fana (Wikana, 2010 : 20).
Dhruva menjelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta Tri Guna
namun tidak terikat oleh Tri Guna maka dari itu beliau Bebas dari karma
berbeda dengan mahkluk ciptaannya yang terbelenggu oleh hasil karma yang
dilakukan yang menyebabkan Samsara, namun bagi roh yang ingin mengakhiri
penderitaannya maka ia harus mengembangkan sifat daivi sampad atau sifat
kedewataan yang berasal dari sifat Sattvam. Saat Sri Viṣnu muncul dihadapan
Dhruva, ia memanjatkan doa-doa yang memuji sifat Tuhan yang bebas dari
Tri Guna, seperti yang dinyatakan dalam Bhāgavata Purāṇa 4.9.15 :
tvaṁ nitya-mukta-pariśuddha-vibuddha ātmā
kūṭa-stha ādi-puruṣobhagavāṁs try-adhīśaḥ
yad-buddhy-avasthitim akhanditayā sva-dṛṣṭyā
draṣtā sthitāv adhimakho vyatirikta āsse
Terjemahan :
Tuhanku, dengan pandangan rohani-Mu yang tidak terputus, engkau
adalah saksi tertinggi bagi segala tahap kegiatan kecerdasan. Engkau
bebas selamanya, keberadaan-Mu mantap dalam ebaikan yang muri, dan
ngkau ada dalam wujud Roh Yang Utama tanpa berubah. Engkau adalah
Personalitas Tuhan Yang maha Esa yang asli, penuh dengan enam
kemewahan, dan selamanya Engkau adalah penguasa tiga sifat alam
material. Dengan demikian, engkau selalu berbeda dngan mahkluk hidup
biasa. Sebagai Viṣṇu, Engkau memelihara segala urusan seluruh alam
semesta, namun Engkau berada terpisah dan merupakan penikmat hasil
segala korban suci (Prabhupada, 2009 : 30).
Dhruva mengagungkan sifat Tuhan yang berbeda dengan sifat mahkluk hidup,
mahkluk hidup dibelenggu oleh sifat alam namun Tuhan sepenuhnya bebas

124
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

dari sifat-sifat alam sehingga Beliau sama sekali tidak tercemari oleh reaksi-
reaksi alam material. Setiap mahkluk hidup akan lahir, menderita penyakit,
mengalami usia tua, dan kematian, namun Tuhan bebas sepenuhnya dari
ikatan-ikatan ini. Perbedaan lain antara Tuhan dan mahkluk hidup dijelaskan
oleh Dhruva bahwa mahkluk hidup tidak dapat mengetahui apa yang terjadi
dahulu, dan yang akan datang, namun berbeda dengan Tuhan yang mengetahui
segalanya apa yang terjadi di setiap mahkluk hidup dan Tuhan selalu ingat apa
yang dialami setiap mahkluk hidup dalam penjelmaan karena Beliau
bersemayam di hati setiap mahkluk hidup sebagai Paramatama. Karena Beliau
sebagai Pramatma yang bersemyam di dalam diri Beliau juga adalah penikmat
segala tapa, dan yajña yang kita lakukan seperti yang disebutkan dalam
Bhagavad Gīta 5.29 Tuhan adalah “bhoktaram yajña tapasah” penikmat segala
korban suci dan pertapaan.
3. Panca Sradha Sebagai Dasar Keimanan Teologi Hindu
Rao (2006:5) mengatakan secara etimologi, kata Sraddha berasal dari kata Kata
srat yang berarti hati dan dhā yang berarti menempatkan dengan demikian
berarti ‘menempatkan hati orang pada sesuatu’. Jadi Sradha adalah keyakinan
atau kepercayaan terhadap sesuatu yang diinginkan. Panca Sradha adalah dasar
keyakinan yang mengimani Teologi Hindu. Konsep Panca Sradha juga terdapat
pada Kisah Mahāraja Dhruva dalam Bhagavata Purāǹa yakni:
a. Brahman Sradha
Guru kerohanian Dhruva yaitu Ṛṣi Narāda juga mengajarkan Brahman
Śradha kepada Dhruva tentang adanya Tuhan yang menjadi obejek
bhakti dan Samadhi Dhruva. Śri Viṣṇu adalah wujud Tuhan yang
dianjurkan oleh Ṛṣi Narāda seperti yag disebutkan dalam Bhāgavata
Purāṇa 4.11.29:
Tam enam aṅgātmani mukta-vigrahe
vyāśritaṁ nirguṇam ekam akṣaram
ātmānam anviccha vimuktam ātma-dṛg
yasminn idaṁ bhedam asat pratiyate
Terjemahan :
Wahai Dhruva, karena itu, mohon alihkan perhatianmu kepada
Kepribadian Tertinggi, yang adalah Brahman yang tidak pernah gagal.

125
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

Pandanglah Personalitas Tuhan Yang Maha Esa dalam kedudukan


aslimu, sehingga, dengan keinsyafan-diri, engkau akan menemukan
perbedaan material ini hanyalah kerlap-kerlip” (Prabhupada 2010: 235)
Subrahmaniam (2006 : 96) mengungkapkan keyakinan Mahāraja Dhruva
akan adanya Tuhan yang mengakui bentuk personal Beliau, tersirat dalam
doa-doa pujian yang diucapkannya ketika bertemu Śri Viṣṇu yakni “Aku
memberi hormat kepada-Mu yang adalah Brahman, Purusa, penyebab
Alam Semesta ini. Hasil dari pertapaa dan darsan Śri Viṣṇu, Mahārāja
Dhruva di tersebut belum memiliki anugrahi planet yang bernama
Dhruvaloka yang menjadi poros perputaran alam semesta, planet
tersebut sudah ada saat alam semesta ini tercipta namun planet tersebut
belum memiliki peminpin, maka Śri Viṣṇu menganugrahkan Dhruva
untuk tinggal di sana dan meminpin planet tersebut.
b. Atma Sradha
Dalam kisah Mahārāja Dhruva, ia menyesali dirinya yang diliputi oleh
avidya sehingga ia mencari Tuhan karena merasa terhina oleh perkataan
ibu tirinya. Pengetahuan tentang atma diungkapkan Maharaja Dhruva
saat ia bertemu Tuhan yang membandingkan dirinya dengan Tuhan yang
memiliki sifat-sifat murni, sementara ia adalah atma yang berada di
bawah ilusi maya, sloka tersebut terdapat dalam Bhāgavata Purāṇa 4.9.6 -
4.9.16. Adapun sloka 4.9.15 menyebutkan :
tvaṁ nitya-mukta-pariṣuddha-vibuddha ātmā
kuta-stha ādi puruṣo bhagavāms try-adhīṣaḥ
yad-buddhy-avastitim akhaṇditasyā sva-dṛṣṭyā
draṣṭā stitāv adhimakho vyatirika āsse
Terjemahan
Tuhanku, dengan pandangan rohani-Mu yang tidak terputus, Engkau
adalah saksi tertinggi bagi segala tahap kegiatan kecerdasa. Engkau bebas
selamanya, keberadaa-Mu mantap dalam kebaikan yang murni, dan
Engkau ada dalam wujud Roh Yang Utama tanpa berubah.

126
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

c. Karma Phala Sradha


Suhardana (2009: 131) mengatakan tidak ada sebab tanpa akibat dan
tiada karma tanpa phala. Setiap perbuatan pasti ada phalanya, perbuatan
baik pasti berakibat baik dan perbuatan buruk pasti berakibat buruk.
Hasil dari pada perbuatan pasti seimbang dengan perbuatan tiap-tiap
manusia itu sendiri.Kata karma berasal dari bahasa sansekṛta, dari kata
‘kri’ yang artinya berbuat, bekerja sehingga segala kegiatan kerja adalah
karma. Kata phala berarti buah, jadi karmaphala dapat diartikan hasil daari
perbuatan. Hukum rantai sebab kibat perbuatan (karma) dan phala
perbuatan (karmaphala) ini disebut dengan Hukum Karma.
Dalam kisah Mahāraja Dhruva ia dihina oleh ibu tirinya setelah Dhruva
dan saudara tirinya Utama sudah dewasa, Utama pergi ke hutan untuk
berburu namun ia di bunuh oleh para yaksa mendengar kematian
putranya Suruci pergi ke hutan namun ia juga meninggal akibat
kebakaran hutan. Hendaknya seseorang tidak menghina orang lain
karena perkataan buruk yang dilontarkan kepada orang akan membawa
nasib buruk kepada diri sendiri. Segala sesuatu dikuasai oleh perkataan.
Perkatakanlah akar dan asal segala sesuatu. Dengan perkataan seseorang
mendatangkan kebahagian, dan dengan perkataan juga seseorang
mendatangkan musibah besar bagi dirinya, perkataan yang lebih cepat
dari pikiran, mengakibatkan tindakan lebih cepat dari pada hati nurani,
akan menyebabkan kemarahan, sedangkan marah yang terjadi karena
rasa sombong akan menyebabkan kehancuran, maka dari itu lebih baik
berfikir terlebih dahulu sebelum berbicara.
d. Punarbhava Sradha
Wikana (2009 : 155) mengatakan kelahiran berulang-ulang ke dunia ini
membawa akibat suka dan duka. Punarbhawa atau samsara ini terjadi
karena jiwatman masih dipengaruhi oleh karma wasana. Bekas-bekas
perbuatan (karma wasana) itu ada bermacam-macam. Jika bekas-bekas itu
hanya bekas-bekas keduniawian, maka jiwatman itu lahir kembali.
Kelahiran dan hidup ini adalah samsara yang digambarkan sebagai
hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma di masa kelahiran
lampau.
Kumar (2005:15) mengatakan sebelum terlahir menjadi Māhāraja
Dhruva, ia adalah seorang brahmana yang merupakan bhakta setia Śri
127
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

Viṣṇu, pada kelahiran tersebut ia meminta agar kelahiran selanjutnya ia


menjadi seorang raja dalam usia yang masih muda, dan menikmati
indahnya kerajaan, namun di waktu yang sama ia juga menjadi seorang
bhakta yang selalu khusuk berbhakti kepada Śri Viṣṇu, semua keinginan
tersebut terpenuhi dalam kelahiran brahmana, menjadi Māhāraja Dhruva.
Keyakinan Māhāraja Dhruva aka adanganya samsara tersirat dari doa-doa
pujian Māhāraja Dhruva kepada Śri Viṣṇu, seperti yang dinyataan dalam
Bhāgavata Purāṇa 4.11.20 dan 4.12.4 :
na vai sva-paksosya vipakṣe eva va
parasya mṛtyor viṣatah samaṁ prajāḥ
taṁ dhāvamānam anudhāvanty anīśā
yathā rajāṁsy anilaṁ bhūta-saṇgaḥ
Terjemahan:
Tuhan Yang Maha Esa hadir di dunia ini tanpa pilih kasih terhadap
siapapun, tidak ada yang merupakan sekutu-Nya, dan tidak ada yang
merupakan musuh-Nya. Dalam batas wilayah unsu waktu semua orang
menikmati atau menderita hasil karmanya atau kegiatan berphala sendiri.
Seperti halnya ketika angin berhembus partikel-partikel kecil debu
terbang di udara, demikianpula, menurut karma tertentu pada diri
seseorang, ia menderita atau menikmati kehidupan material”
(Prabhupada, 2010:150).
ahaṁ tvam ity apārthā dhīr
ajnānāt puruśasya hi
svāpnīvābhāty atad-dhyānād
yayā bandha-viparyayau
Terjemahan:
Salah mengidentifikasi diri sendiri dan orang lain sebagai “aku” dan
Engkau” berdasarkan konsep hidup badan adalah hasil dari kebodohan.
Konsep badan ini adalah penyebab berulangnya kelahiran dan kematian,
hal itu membuat kita terus berada dalam kehidupan material
(Prabhupada, 2010 : 4.17.4).

128
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

Sloka tersebut menjelaskan tentang punarbhava dan karma yang saling


berkaitan, karma yang terjadi mengakibatkan sang roh mendapatkan
badan baru setelah kematian. Penyebab dari karma adalah keinginan dan
ego mahkluk hidup yang menganggap dirinya badan dan bertindak
sesuka hatinya, tanpa mengingat bahwa badan yang ia tempati bersifat
sementara, dalam keadaan ini mahkluk hidup terus melakukan kegiatan
dan mendapatkan berbagai jenis badan sesuai dengan karmanya.
e. Moksa Sradha
Suhardhana (2009: 157) menyebutkan moksa adalah suatu istilah untuk
menyebutkan atma manusia telah kembali dalam kedudukan sejatinya
sebagai bagian dari Brahman, dimana ia tidak mengalami kelahiran
kembali, bebas dari punarbhawa atau samsara, serta mencapai
kebahagiaan tertinggi. Moksa adalah tujuan akhir bagi penganut agama
Hindu.
Diakhir kisah Mahārāja Dhruva dijemput oleh para Viṣṇuduta atau
utusan Śri Viṣṇu untuk datang ke planet yang pernah dijanjikan oleh
Beliau. Saat Mahārāja Dhruva melakukan pertapaan, semua hasil
pertapaan yang dilakukan dalam waktu enam bulan menghantarkannya
pada kebahagiaan untuk hidup kekal dan tidak mengalami samsara. Moksa
dalam kisah Mahārāja Dhruva adalah hasil yang didapat dalam
melaksanakan ajaran bhakti, dengan penuh keyakinan dan kesabaran,
adapun sloka dalam Bhāgavata Purāṇa 4.12.23- 4.12.30 yang mejelaskan
tentang moksa keberangkatan Māhāraja Dhruva ke duia rohani yang
kekal abadi:
sunanda-nandāv ūcatuḥ
bho bho rājam subhadraṁ te
vācaṁ novahitah śṛṇu
yaḥ paṇca-varśas tapasā
bhavān devam atītṛpat
Terjemahan :
Nanda dan Sunanda, dua rekan dekat Śri Viṣṇu berkata : Wahai Raja,
segala kemujuran bagimu. Dengarkanlah dengan seksama apa yang kami
sampaikan. Ketika engkau baru berusia lima tahun, engkau menjalani

129
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

pertapaan yang keras, dan dengan demikian engkau sangat


mengembirakan hati Tuhan (Prabhupada, 2010 : 211).
sudurjayaṁ viśṇu-padaṁ jitaṁ tvayā
yat sūrayoprāpya vicaksate param
ātiśṭha tac candra-divākarādayo
graharkśa-tārāḥ pariyanti dakṣiṇam
Terjemahan:
Sangatlah sulit untuk mencapai Viśṇuloka, namun dengan pertapaanmu
engkau telah menakklukkannya. Para Ṛṣi dan Dewa-Dewa agungpun
tidak bisa mencapai kedudukan ini. Hanya untuk melihat-Nya, Matahari
dan Bulan serta semua planet lainnya, bintang-bintang, gugusan bulan
dan tata surya mengeliligi-Nya. Sekarang ikutlah, engkau berhak untuk
pergi ke sana (Prabhupada, 2010 : 214)
Dua utusan Viṣṇu yang bernama Nanda dan Sunanda datang
menjemput Dhruva di akhir masa hidupnya untuk membawa Dhruva ke
planet Dhruvaloka yang merupakan pusat perputaran dari planet-planet
lainnya. Titib (1996:46) menyebutkan bahwa Druva adalah salah satu
dari astavasu yang merupakan dewa konstalasi planet.
tadottānapadaḥ putro
dadarṣāntakam āgatam
mṛtyor mūrhni padam dattvā
ārurohādbhutamṁ gṛham
Terjemhan,
Ketika Mahārāja dhruva beranjak naik pesawat udara rohani tersebut, ia
melihat kepribadian kematian mendekatinya. Akan tetapi, tidak
mempedulikan kematian mendekatinya ia mengambil kesempatan itu
untuk meletakkan kakinya di atas kepala kematian, dan dengan demikian
ia naik ke atas pesawat itu, yang sebesar rumah” (Prabhupada, 2010:
221).
Ketika Mahārāja Dhruva naik pesawat rohani, ia melihat kepribadian
kematian mendekatinya, namun ia tidak takut karena kepribadian
kematian ingin menyampaikan sembah sujudnya kepada Mahārāja
Dhruva, sehingga ia menundukkan kepala di bawah kaki Dhruva. Inilah

130
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

hasil bhakti yang didapat oleh Mahārāja Dhruva hingga kepribadian


kematianpun datang untuk bersujud kepadanya. Dengan keyakinan dan
bhaktinya kepada Tuhan Mahārāja Dhruva mencapai moksa atau
keabadian.

Penutup
Kisah Mahārāja Dhruva sangat banyak mengandung nilai-nilai spiritual yang
dapat menumbuhkan keyakinan umat manusia dalam beragama. Kisah
Mahārāja Dhruva mengajarkan bahwa spritulitas dapat dipelajari dan
dipratikkan oleh semua umat manusia tanpa batasan umur, seperti Mahārāja
Dhruva yang dapat kesempurnaan ilmu kebatinan sehingga dapat melihat
Tuhan secara langsung hanya dengan mempraktikkan bhakti-yoga dengan
sungguh-sungguh sesuai arahan dari guru spritualnya.
Dalam kisah Mahārāja Dhruva terdapat ajaran Teologi Hindu. Teologi adalah
pengetahuan tentang Tuhan, baik mengenai wujud, sifat, dan dasar keimanan
dalam berketuhanan. Di dalam artikel ini dijelaskan bahwa Konsep Ketuhanan
yang terdapat dalam kisah Mahārāja Dhruva adalah Monotheisme Imanent dalam
wujud Saguna Brahman yang artinya mengakui Tuhan itu satu namun berada di
dalam dan di luar ciptaan-Nya. Sifat Tuhan juga disebutkan bebas dari tiga sifat
alam yang membelenggu mahkluk hidup atau Tri Guna.
Sradha atau keyakinan merupakan dasar keimanan Teologi Hindu juga terdapat
dalam kisah Mahārāja Dhruva. Panca Sradha atau lima keyakinan tersebut
adalah Brahma Sradha percaya akan adanya Tuhan Yang Esa, Atma Sradha
percaya akan adanya jiva, Karma Phala Sradha artinya percaya akan adanya
hokum perbuatan sebab akibat, Punarbhava Sradha artinya percaya akan adanya
kelahiran berulang-ulang, dan Moksa Sradha artinya percaya akan adanya
kebahagiaan yang kekal.

Daftar Pustaka
Donder. I Ketut. 2007. Teologi Kasih Semesta. Surabaya: Paramita.
Donder. I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu. Surabaya: Paramita.
Kumar, Pusphendra. 2005. Visnu Mahapurana. Delhi: R.K offset Process.

131
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Putu Sri Marselinawati [2020]

Nopriyadi, I Nyoman. “Ajaran Karma Yoga Dalam Bhagavad Gita Dalam Era
Globalisasi (Sebuah Tinjauan Filosofis)”. Skripsi Institut Hindu Dharma
Negeri Denpasar.
Pudja.1984. Sradha. Jakarta: Mayasari.
Prabhupada, Bhaktivedanta Swami. 2009. Bhagavad Gita. Jakarta: Hanuman
Sakti.
Prabhupada, Bhaktivedanta Swami. 2010. Bhagavata Purana Skanda 4 Jilid 2.
Jakarta: Hanuman Sakti.
Rao. 2006. Konsep Sradha. Surabaya: Paramita.
Subrahmaniam, Kumala. 2006. Srimad Bahagavatam. Surabaya: Paramita.
Suhardhana, Komang. 2009. Panca Sradha Lima Keyakinan Agama Hindu,
Surabaya: Paramita.
Sivananda, Sri Swami. 2003. Inti Sari Ajaran Agama Hindu. Surabaya:
Paramita.
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya:
Paramita.
Wikana, Ngurah. 2010. Merekontruksi Hindu. Jogjakarta: Narayana Smrti
Press.

132
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

Tri Kaya Parisudha Sebuah Desain Pendidikan


Karakter Hindu

I Kadek Abdhi Yasa


STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Pendahuluan
Berbicara masalah pendidikan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
zaman, permasalahan tentang pendidikan memang sangat kompleks dan rumit
salah satunya adalah permasalahan model dan desain, seperti apakah yang ideal
dan relevan sehingga dapat melahirkan lulusan atau output yang profesional
dan beritegritas. Propesional ini berarti berarti lembaga pendidikan mencetak
lulusan yang dapat berkontribusi sesuai dengan bidang keahlian yang mereka
miliki. Memiliki integritas berarti lembaga pendidikan dapat melahirkan lulusan
mampu menyelaraskan pikiran perkataan dan perbuatan. Keselarasan antara
pikiran perkataan dan perbuatan merupakan pondasi dasar bagi peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan yang mereka miliki.
Realitas di lapangan menggambarkan di berbagai daerah di Indonesia masih
banyak ditemukan output atau lulusan yang masih menyimpang, berperilaku
dan bertindak mencerminkan kehidupan masyarakat yang tidak berpendidikan,
seperti halnya muncul beberapa kasus seperti tawuran, judi, pencurian, mabuk-
mabukan, narkoba, seks bebas, abosri ,penggelapan uang, korupsi, Para pejabat
yang menjadi wakil rakyat tidak lagi mementingkan kepentingan umum,
melainkan memenuhi keperluan pribadinya. Kasus kenakalan remaja dan
kegiatan menyimpang lainnya. Perilaku remaja yang demikian sudah menjauhi
dari setiap nilai-nilai karakter Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Merosotnya nilai Ketuhanan jarang mendekatkan diri kepada Tuhan yang
menyebabkan perilaku tersebut terjadi. Nilai kemanusian yang mengajarkan
saling hormat-menghormati anatar sesama manusia muali terkikis. (Herawan,
Kadek Dedy, dan I. Ketut Sudarsana 2017:226). Jika dipandang secara seksama
kasus-kasus yang muncul dipermukaan tersebut tidak jarang mereka
merupakan pelaku mayoritas dari kalangan pelajar yang berpendidikan.

133
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

Fenomena-fenomena tersebut dapat disebabkan oleh kegagalan lembaga


pendidikan yang belum mampu menghadirkan sistem atau desain pendidikan
ideal. System pendidikan yang ada hanya menekankan pada aspek kognitif
peserta didik saja yakni penguasaan materi pelajaran diberikan oleh guru tanpa
diimbangi dengan aspek afektif yakni aspek pembelajaran yang mengarah dan
menekankan pada pengembangan potensi baik spiritual maupun emosional.
Potensi spiritual dan emosional mengarah pada pembentukan karakter dan
kepribadian peserta didik secara ideal hal ini dapat menjadi sebuah
pertimbangan dalam sistem pendidikan khususnya dalam pengaplikasian
Kurikulum, dapat mengintegrasikan antara sikap kognitif afektif dan psikomotor.
keselarasan dari tiga aspek ini akan menumbuhkembangkan potensi spiritual
emosional serta nilai-nilai Etika sehingga lulusan atau output yang intelek
memiliki kepribadian serta karakter yang mulia akan terwujud ( Nurul Zuriah,
2007:18).
Pendidikan yang menitikberatkan pada pembentukan karakter serta
kepribadian anak disebut dengan istilah pendidikan karakter, pendidikan
karakter adalah sebuah usaha atau upaya yang didesain untuk dilaksanakan
secara sistematis membantu anak memahami nilai-nilai kemanusiaan yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa berhubungan dengan diri sendiri
sesama manusia dan lingkungan yang terimplementasi dari pikiran perkataan
dan perbuatan berdasarkan norma agama hukum nama budaya serta adat
istiadat.
Pendidikan karakter berpijak atas karakter dasar manusia yang bersumber pada
nilai moral universal yang bersifat Absolut tentunya dilandasi oleh ajaran agama
(The Golden rule). Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang hampir
sama dengan pendidikan moral tujuannya adalah membentuk kepribadian anak
sehingga menjadi manusia yang baik. Hakekat dari pendidikan karakter dalam
konteks pendidikan adalah pendidikan nilai yakni nilai-nilai luhur yang berakar
dari nilai-nilai agama dan nilai budaya dalam rangka membina keperibadian
anak.
Terdapat tiga pilar dasar pendidikan berbasis karakter yang dapat digunakan
sebagai pijakan dalam pembelajaran. Pilar pertama adalah membangun watak,
keperibadian atau moral. Kedua adalah pilar mengembangkan kecerdasan
majemuk. Dan pilar yang ketiga adalah pilar kebermaknaan pembelajaran.
Ketiga pilar dasar tersebut memadukan potensi-potensi yang dimiliki oleh

134
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

peserta didik dan selanjutnya bisa dikembangkan secara mendalam. Konsep ini
disebut sebagai bangunan pendidikan berbasis karakter yang meliputi pondasi,
tiang dan atap. guna mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran Ketiga pilar tadi harus kokoh dan bersinergi maka dipandang
perlu adanya controlling, evaluasi, serta perbaikan berkelanjutan.
Pilar pertama mengacu pada perilaku yang mulia perilaku yang sesuai dengan
ajaran agama. Pilar kedua mengacu pada prinsip bahwa semua anak itu cerdas,
semua anak memiliki kemampuan, kecenderungan, keterampilan, keunikan
dan kecerdasan yang berbeda-beda (multiple intelligence). seperti contoh Ada anak
yang cerdas visual, cerdas kinestetik, cerdas linguistik, cerdas interpresonal dan
cerdas natural. Selanjutnya pilar yang ketiga mengacu pada proses pembelajaran
yang bermakna yakni memberikan nilai kebermanfaatan untuk mempersiapkan
kemandiriaan peserta didik. Ini memiliki arti bahwa pendidikan karakter
memiliki peranan yang sangant sentral karena tidak hanya mengajarkan yang
mana yang benar manayang salah lebih dari itu pendidikan karakter
menenmkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga peserta didik
menmahami dalam ranah kognitif tentang mana yang baik dan salah maupun
ranah afektif nilai yang baik, serta ranah psikomotorik yakni mereka mau
mengaplikasikan atau melaksanakan. (Nurul Zuriah 2007: 25).
Peserta didik yang memiliki karakter penting untuk penting untuk dibentuk hal
ini dikarenakan peserta didik disetiap tindakan atau perilakunya senantiasa
berlandaskan atas nilai-nilai karakter. Uraian tentang kecerdasan dan karakter
adalah tujuan pendidikan yang sejati pembentukan peserta didik yang cerdas
dan berkarakter dapat dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yakni sekolah
melalui kegiatan mendidik dengan keteladanan ( role mode), membudayakan
bertingkah laku yang baik, terpuji , memberikan reward dan Punishment ,
memotivasi peserta didik dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter,
mendidik dengan keteladanan sangat penting dilaksanakan karena hal ini
memiliki peranan sebagai penguat dalam pembentukan karakter anak.
Melihat hal tersebut disinilah peran seorang tenaga pendidik yang merupakan
agen pembelajaran serta agen pembentukan karakter, (learning agent and character
bulding) karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sistematis dan
berkesinambungan. Peserta didik yang cerdas dan berkarakter tentunya akan
menjadi modal sumber daya insani yang memiliki daya saing tinggi memajukan
bangsa, pembentukan karakter yang baik sangat perlu dilakukan sedini

135
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

mungkin dari pendidikan informal maupun pendidikan formal. Adapun


strategi alternatif yang dapat digunakan sebagai sarana untuk membentuk
karakter guna mengembangkan peserta didik yang cerdas dapat merujuk pada
salah satu ajaran agama hindu yang kita miliki yakni Tri Kaya Parisudha.

Pembahasan
A. Pentingnya Pengembangan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah sitem yang menumbuh kembangkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik. baik dari segi ranah apektif, kognitif dan psikomotorik
guna melaksanakan nilai-nilai tersebut. pendidikan karakter dimaknai sebagai
penggunaan semua dimensi kehidupan sekolah yang disengaja untuk
mendorong perkembangan karakter yang optimal. selain itu pendidikan
karakter dimaknai sebagai sebuah sinergi itergari dari pikiran, perkataan dan
perilaku dari warga sekolah yang dalam hal ini sebagai penyelenggara
pendidikan harus berkarakter. Semua komponen pemangku pendidikan
terlibat dengan baik dan bersinergi adapun komponen yang dikmasud adalah
pengelolaan sekolah , penanganan pengelolaan mata pelajaran kurikulum,
proses pembelajaran, evaluasi atau penilaian, pelaksanaan aktivitas serta
kegiatan non kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana pembiayaan, sampai
dengan etos kerja dari seluruh warga sekolah dan lingkungan. adapun kajian
dalam pembentukan karakter peserta didik bergantung pada aspek penekanan
seperti halnya pendidikan Nilai, Moral, pendidikan relijius atau keagamaan,
pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter itu sendiri. bebrapa kajian
pendidikan tersebut dapat saling bertukar dan saling berkaitan ( inter exchanging)
seperti hanya pendidikan moral, nilai dan pendidikan relijius juga merupakan
pendidikan karakter.
Pada hakekatnya pendidikan memiliki dua buah tujuan yang utama diantaranya
yakni pertama membentuk peserta didik menjadi cerdas dan pintar. yang kedua
membentuk dan menjadikan mereka peserta didik yang baik. tujuan yang
pertama menjadikan peserta didik cerdas, smart, pintar masih mudah bisa
diwujudkan. tetapi untuk menjadikan peserta didik yang baik dan bijak
tampaknya jauh lebih sulit dan atau mungkin sangat sulit. sehingga hal yang
wajar jika permasalahan tentang moral, menjadi sebuah momok akut atau
permasalahan kronis mengiringi kehidupan manusia dalam dunia pendidikan.(
Hamid Darmadi 2007:8). Kenyataan akan merebaknya permasalahan moral
136
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

yang akut dan kronis kemudian menempatkan pentingnya penyelenggaraan


pendidikan karakter dilaksanakan, salah satu rujuakan yang tepat untuk
menjawab problem moral ini adalah konsep atau nilai-nilai ajaran agama.
Sebagai sebuah desain pendidikan serta kajian akademik, pendidikan karakter
wajib memuat syarat -syarat keilmiahan akademik seperti dalam konten isi,
pendekatan, metoda kajian. sebagai aspek keperibadian, karakter
mencerminkan keperibadian, mental, sikap dan perilaku dari seseorang dalam
hal ini adalah peserta didik itu sendiri.pendidikan karakterini berkaitan dengan
pendidikan budi pekerti tentang tata krama, sopan santun, adat istiadat serta
berperilaku aktual tentang bagaimana mereka dapat disebut berkeperibadian
baik atau tidak baik, berdasarkan norma - norama dan nilai-nilai yang bersifat
kontekstual dan kultural. problem moral yang menggambarkan penurunan
kualitas moral dari peserta didik menuntut lembaga pendidikan atau sekolah
untuk memainkan peran dan bertanggung jawab menanamkan serta
mengembangkan nilai-nilai yang baik dan membantu peserta didik membentuk
karakter mereka. adapun penekanan -penekanan yang ditumbuhkembangkan
dari pendidikan karater antara lain rasa saling hormat, tanggungjawab, jujur dan
peduli serta berperan sebagai contoh yang baik, membantu , memperaktekkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai konsep pendidikan
berbasis karakter, maka dibawah ini akan dipaparkan beberapa pendapat para
tokoh tentang konsep pendidikan karakter.

B. Pengertian pendidikan Karakter dan karakter dasar yang harus


dikembangkan
Pendidikan Karakter menurut Albertus yakni adanya wadah atau tempat bagi
kebebasan individu untuk memahami dan menghayati nilai-nilai yang baik,
luhur, dan layak untuk diperjuangkan sebagai landasan dalam berperilaku bagi
kehidupan pribadi berhadapan dengan dirinya, dengan sesame dan Tuhan
(Albertus, Doni Koesoema 2010 : 5)
Sedangkan pendidikan karakter menurut Khan diartikan sebagai sebuah proses
kegiatan yang terwujud dari segala daya dan upaya secara sadar serta terencana
untuk memandu atau mengarahkan peserta didik ke ranah yang baik.
pendidikan karakter mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan

137
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

pengembangan budi pekerti yang membimbing, mengajarkan, membina


menjadi contoh serta membentuk peserta didik agar memiliki kemampuan
intelektual, karakter, dan keterampilan menarik. Nilai-nilai pendidikan karakter
yang dapat dikembangkan yakni nilai budi pekerti, religius, serdas, tanggung
jawab, nasionalis, disiplin, mandiri, jujur, bertanggung jawab, hormat santun,
dermawan, gotong royong, saling menolong, demokratis, rendah hati,
toleransi, solidaritas, percaya diri, kerja keras, tangguh, kreatif, kepemimpinan,,
dan peduli. (Yahya Khan 2010:34)
Menurut Dony Kusuma, pendidikan karakter adalah sebuah system
pengembangan kemampuan yang secar terus menerus dalam diri manusia
untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi
aktif, stabil dalam diri individu. System ini membuat pertumbuhan personal
menjadi semakin utuh. Adapun unsur-unsur ini menjadi system yang menjiwai
proses formasi setiap individu yang terdiri tiga ranah pokok, pertama yakni
ranah kebaikan (knowing the good), kedua cinta akan kedamainan (loving the good),
dan yang ketiga berbuat kebaikan (doing the good). Beliau berpendapat bahwa
dalam pendidikan karakter, kebaikan itu dikaitkan ke dalam sederet sifat-sifat
yang baik. (Dony Kusuma 2004:104).
Pemahaman terkait dengan pendidikan karakter menurut para tokoh tersebut
dapat ditarik sebuah benang merah atau kata kunci yang menarik untuk dikupas
lebih mendalam, yakni pendidikan karakter menjadi sebuah alat dalam
membetuk anak menjadi pintar dan baik serta bijaksana ( good and
smart).selanjutnya akan dibahas mengenai karakter dasar yang wajib
dikembangkan dalam pendidikan karakter terdapat tiga karakter dasar atau
komponen karakter baik yang hasrus dikembangkan, yang pertama adalah
pengetahuan tentang moral ( moral knowing) adalah sebuah kesadaran dan
pengetahuan tentang nilai-nilai moral, logika moral, pententuan terkait dengan
sudut pandang, keberanian mengambil, memutuskan dan mengambil sikap,
dan pengenalan akan diri sendiri ini akan bersinergi menjadi pengetahuan
kognitif mereka.
Kedua yakni penguatan terhadap ranah emosional peserta didik ( moral
feeling) asepk atau ranah ini berkaitan dengan penguatan terhadap bentuk
sikap yang mengarah pada perasaan peserta didik tertuju pada jati diri, percaya
diri, peka, cinta akan kedamaian, pengendalian diri, serta rendah hati , hal
tersebut akan menjadikan peserta didik berkarakter . sedangkan yang ketiga

138
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

adalah tindakan moral ( moral action) ranah yang ketiga ini berkaitan dengan
perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil dari kombinasi
komponen karakter lainnya, yaitu kompetensi, keinginan dan kebiasaan.
(Masnur Muslih 2011:67)
Selain tiga karakter dasar yang wajib untuk dikembangkan,sebagai warga negara
Indonesia wajib menanamkan nilai-nilai agama, norma sosial, hukum, etika.
Berkenaan dengan hal tersebut Kemendiknas telah mengidentipikasi butir nilai
karakter bangsa yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu nilai-nilai terhadap
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
berhubungan dengan dengan diri sendiri, berhubungan dengan sesama
manusia, berhubungan dengan lingkungan, dan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan kebangsaan. (Heri Gunawan 2012:32).
Pendidikan karakter dikembangkan bermuara pada sebuah usaha menumbuh
kembangkan keperibadian peserta didik menuju ke hal yang baik, guru dalam
hal ini sebagai tenaga pendidik juga wajib untuk memperhatikan, dan
menumbuh kembangkan sinergi dari itegritas personal peserta didik tersebut.
sinergi itergritas personal yang dimaksud adalah keselarasan antara pikiran (
mind), perkata ( remark) dan Tingkah laku atau perbuatan ( deed). keselarasan
dari tiga aspek tersebut menjadi modal dasar dalam pembentukan karakter
peserta didik. konsepsi itegritas personal ini sejalan dengan salah satu konsep
ajaran agama hindu yakni Tri Kaya Parisudha .
Seperti kita ketahui bersama menumbuh kembangkan karakter peserta didik,
tidak dapat kita pisahkan dari pendidikan religi atau pendidikan agama yang
diantut oleh peserta didik tersebut. ranah agama ini menjadi salah satu solusi
atau alternatif yang tepat untuk menanamkan nilai karakter kepada generasi -
generasi muda bangsa. Pada dasarnya agama atau religi juga mengutamakan
aspek moral dan etika dalam nilai-nilainya. Pembelajaran pendidikan karakter
diberikan melalui aspek-aspek keagamaan atau berbasis pada religi, maka akan
membentuk suatu kombinasi yang baik tanpa ada nilai-nilai yang saling
berlawanan atau bertolak belakang. Agama merupakan salah satu sumber nilai
dalam membangun pembelajaran pendidikan karakter. Sumber keagamaan
tersebut memunculkan nilai religi sebagai salah satu nilai yang menjadi bagian
atau unsur yang membentuk karakter individu dan karakter bangsa (Herawan,
Kadek Dedy, dan I. Ketut Sudarsana 2017:227)

139
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

C. Pendidikan Karakter Dalam Ajaran Tri Kaya Parisudha


Secara etemologi Tri Kaya Parisuda terdiri dari kata Tri yang artinya tiga, kaya
berarti perilaku, dan parisuda memiliki arti baik, bersih dan suci, jadi tri kaya
parisuda adalah tiga perilaku yang harus disucikan, yaitu perilaku dalam berbuat
yang baik dan benar ( Kayika), perilaku dalam bertuturkata yang baik dan benar
serta perilaku dalam berpikir yang bersih dan suci. tiga pilar utama Tri Kaya
Parisuda tidak bisa dipisahkan dan dapat dijadikan sebagai landasan dalam
usaha untuk membentuk peserta didik yang berkarakter (Suhardana, 2007:45).
Kerangka dasar dalam pembahasan mengenai pendidikan karakter dalam
konsep ajaran Tri Kaya Parisudha mencakup tiga karakter ini meliputi
berperilaku yang baik ( Kayika) berkata yang baik (Wacika) dan berbuat yang
baik ( Manacika). ketiga karakter inti tersebut sangat perlu dikembangkan
kepada peserta didik. karena secara personal peserta didik memiliki
kemampuan dan potensi yang unik dan sempurna. yakni memiliki kekuatan,
suara, dan memiliki akal dan budi. dalam ajaran agama hindu dikenal dengan
Tri Premana ( Sabda, Bayu, dan Idep). jika digali lebih dalam. bahwa akal, dan
budi tidak tidak hanya kemampuan berpikir, tetapi secara spesipik lebih
keranah spesifikasi manusiawi, baik daya cipta, rasa, dan karsa karena adanya
akal dan budi peserta didik dapat mengembangkan kemapuan bersuara,
kemampuan berbahasa, dan dari akal budi peserta didik dapat memiliki
kemampuan mengembangkan sebuah tindakan atau perilaku serta
menciptakan sebuah karya.(Suja 2007 ).
Begitu pentingnya tiga ranah manusiawi yang dimiliki oleh peserta didik ,
penting adanya untuk disucikan. konsepsi disucikan dalam hal ini adalah ketiga
ranah manusiawi yakni pikiran, perkataan dan perbuatan tersebut dipupuk dan
dilaksanakan dengan dasar Dhrama atau kebenaran. konsepsi inilah yang
dinamakan Tri Kaya Parisudha .
Karakter dasar atau karakter Inti Tri Kaya Parisudha yakni (Kayika), (Wacika) ,
dan ( Manacika )merupakan karakter baik (good character). Karakter baik
melibatkan pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling),
dan tindakan moral (moral acting). Nilai-nilai Tri Kaya Parisudha perlu ditanamkan
di sekolah, karena sekolah merupakan tempat pengembangan sumberdaya
insani yang cerdas dan berkarakter (smart and character building).
Pembentukan karakter inti Tri Kaya Parisudha di sekolah sangat penting. Hal
ini tujuan umum untuk mengembangkan sifat dan sikap jujur dan setia dalam
140
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

berpikir, berkata maupun berbuat bagi peserta didik dan masyarakat pada
umumnya, bertujuan untuk menumbuh kembangkan sikap mental yang
bertanggung jawab tanpa diawasi oleh orang lain, bertujuan untuk untuk
menumbuhkan kesadaran guna berbuat baik dan mengenal berbagai akibat
yang dapat timbul dari pikiran, perkataan dan perbuatan yang dilakukan, untuk
memberi petunjuk yang baik dan perlu dimiliki serta disadari dalam bergaul,
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, untuk mengajarkan agar
manusia selalu waspada dan hati-hati terhadap pikiran, perkataan serta
perbuatan.
Hal ini disebabkan karena baik pikiran, perkataan maupun perbuatan itu dapat
menyebabkan orang lain tidak senang, sedih atau marah, sehingga pada
gilirannya dapat menimbulkan kesusahan pada diri sendiri. Maka dari itu
jagalah pikiran supaya selalu positif, karena pikiran positif akan menjadi
perkataan dan tingkah laku yang bermuara pada kebiasaan yang positif pula.
Kebiasaan inilah yang menjadi nilai hidup dan dipanadang sebagai keperipasian
personal dari peserta didik.
Tri Kaya Parisudha sebagai salah satu ajaran etika merupakan sarotama (sarana
utama) membentuk peserta didik yang berkarakter seperti membangun
kebiasaan berpikir positif, berkata atau berkomunikasi dengan sopan dan jujur,
dan berbuat yang baik seperti kasih sayang, berbuat jujur, peduli dan disiplin.
ditumbuhkan pada siswa mulai sejak dini. Apabila antara pikiran berbeda
dengan perkataan dan perbuatannya, maka akan menjadikan orang yang tidak
jujur dengan dirinya. Kejujuran merupakan modal utama untuk sukses
menghadapi dunia nyata maupun menuju dunia akhirat.
Strategi yang digunakan dalam mengimplementasikan model pendidikan
karaker berbasis Tri Kaya Parisudha adalah melalui habituasi dan keteladanan.
Keteladanan (role model) merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan
dalam pendidikan nilai. Untuk berhasil melaksanakan strategi ini, harus
memenuhi dua syarat. Pertama, seluruh warga sekolah harus memiliki
komitmen menjadi teladan. yang Kedua yakni, lembaga pendidikan atau
sekolah mampu memfasilitasi peserta didik untuk berlatih,mempraktekkan ,
dan berperilaku teladan. Keteladanan berperan sentral dalam mendidik
karakter , keteladanan atau modeling berpengaruh terhadap perilaku moral
peserta didik . (Zainul Miftah 2011:37)

141
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

Peserta didik yang secara terus menerus melihat teladan kepedulian yang
ditunjukkan oleh guru atau tenaga pendidik cenderung menjadi lebih peduli
terhadap hak dan perasaan orang lain. Kehadiran guru yang ideal yang menjadi
panutan (teladan) sangat diperlukan untuk membantu peserta didik dalam
menyelesaikan masa transisi menjadi, anggota masyarakat yang berkarakter
mulia. Panutan positif perlu diperkenalkan kepada siswa untuk membendung
pengaruh-pengaruh negatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan
mendatangkan orang-orang yang sukses dan layak diteladani.
Adapun Karakter Inti Tri Kaya Parisudha dalam membentuk karakter peserta
didik adalah
1. Kayika (bebuat baik dan benar) adapun Perilaku yang dikedalikan atau perlu
disucikan yakni Tidak menyakiti, menyiksa, apalagi membunuh mahkluk
lain, Tidak berbuat curang, sehingga berakibat merugikan orang lain, Tidak
berzinah atau tidak melakukan perbuatan nilai karakter yang muncul adalah
Kasih saying, Berbuat Jujur, Peduli sesama dan lingkungan, Disiplin.
2. Wacika (berkata baik danbenar) adapun perilaku yang dikedalikan atau perlu
disucikan yakni Tidak berkata jahat, Tidak berkata kasar, Tidak memfitnah,
Tidak berkata yang mengandung kebohongana. Nilai karakter yang muncul
Berkata dengan sopan, Berkata dengan jujur.
3. Manacika berpikir yang baik dan benar, adapun perilaku yang dikedalikan
atau perlu disucikan yakni Tidak memiliki keinginan dan tidak dengki
terhadap milik orang lain Tidak berpikir buruk terhadap orang lain dan
kepada semua mahkluk, Tidak mengingkari hukum karmaphala (hukum
kasualitas) dalam kehidupan adapun nilai karakternya yakni Berpikir positif,
Religius, Meyakini adanya hukum karma pahala (hukum sebab akibat).

Penutup
Tri Kaya Parisudha merupakan salah satu konsep ajaran agama hindu yang dapat
dijadikan solusi dan alternative dalam usaha untuk menumbuh kembangkan
karakter peserta didik konsep ajaran etika masyarakat Bali yang bersifat
universal ini sebagai landasan berperilaku yang baik dan benar. Model atau
desain pendidikan karakter berlandaskan konsep ajaran Tri Kaya Parisudha
dapat ditanamkan melalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan yakni
Sekolah itu sendiri. Karakter yang ditanamkan dalam model ini terdiri dari tiga

142
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Kadek Abdhi Yasa [2020]

karakter inti, antaralain yakni berbuat baik (Kayika), berkata baik (Wacika), dan
berpikir baik (Manacika). Nilai karakter dasar Tri Kaya Parisudha yang dapat
ditanamkan meliputi. Senantiasa selalu berpikir positif, keyakinan yang kuat
terhadap terhadap adanya hukum karmapala, bertuturkata yang sopan, jujur,
kasih sayang, berbuat jujur, peduli, dan disiplin. Penanam karakater dasar Tri Kaya
Parisudham dilakukan melalui proses habituasi (pembiasaan) dan keteladanan.

Daftar Pustaka
Albertus, Doni Koesoema.( 2010 ). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak
di Zaman Global, Jakarta: PT.Grasindo.
Dony Koesoma, ( 2004). Pendidikan Karakter Jakarta: Grasindo.
Hamid Darmadi, (2007). Konsep Dasar Pendidikan Moral (Bandung: Alfabeta.
Herawan, Kadek Dedy, dan I. Ketut Sudarsana. (2017). "Relevansi Nilai
Pendidikan Karakter Dalam Geguritan Suddhamala Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Indonesia." Jurnal Penjaminan
Mutu 3.2: 223-236.
Heri Gunawan, (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Masnur Muslih,(2011). Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional (Jakarta; Bumi Aksara,).
Nurul Zuriah, (2007).Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan, Jakarta: Budi Aksara,
Suhardana,K.M.(2007). Tri Kaya Parisudha :Bahan Kajian untuk Berpikir Baik,
Berkata Baik, dan BerbuatBaik. Surabaya:Paramita.
Suja,IW. (2007). Implementasi Tri Kaya Parisudha di Lingkungan Kampus. Makalah,
disampaikan dalam Lokakarya Penyusunan Buku Panduan Pengembangan Soft
skill Mahasiswa Berlandaskan Tri Kaya Parisudha di Undiksha.
Yahya Khan, (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Yogyakarta :
Pelangi Publishing
Zainul Miftah, (2011) .Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan
Konseling (Surabaya: Gena Pratama Pustaka

143
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

Servant Leadership Sebagai Kunci Kesuksesan


Organisasi

Ida Bagus Made Wisnu Parta1, Ida Ayu Kartika Maharani2


1
Universitas Dwijendra
2
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Pendahuluan
Dalam organisasi, pemimpin menetapkan tujuan, mengarahkan organisasi
serta menggerakkan bawahannya. Mengembangkan pemahaman yang lebih
baik tentang pemimpin yang efektif sangat penting untuk keberlangsungan dan
kesuksesan suatu organisasi. Pembahasan mengenai kepemimpinan melayani
(servant leadership) telah berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Orang
yang menyerukan konsep servant leadership pertama kali adalah Robert K.
Greenleaf. Seseorang yang memiliki servant leadership pada dasarnya menyadari
bahwa dirinya bertugas melayani untuk membawa suatu kelompok tumbuh
menjadi lebih baik dari sebelumnya (Farling et al., 1999). Selain itu, servant
leadership adalah kepemimpinan yang memiliki nilai untuk tidak
mengedepankan kepentingan diri sendiri, mampu memberdayakan dan
mengembangkan bakat serta kemampuan bawahan, menekankan pada etika
dan moral yang harus dimiliki seorang pemimpin (Van de Bunt-Kokhuis &
Peshawaria, 2014).
Pemimpin yang mampu membawa suatu organisasi kearah yang lebih baik dan
mampu menghadapi perubahan dalam perjalanannya sangat langka dimiliki
oleh organisasi (Hsieh & Yik, 2005). Pemimpin perlu memiliki kompetensi
untuk dapat mengurangi kemungkinan melakukan withholding effort dalam
organisasi (Maharani et al., 2016) dan mampu menginspirasi bawahannya
(Joshi et al., 2009). Secara umum banyak yang berpandangan bahwa pemimpin
adalah posisi atau jabatan formal. Jika seseorang adalah Kepala Sekolah,
Gubernur atau Presiden, maka akan secara otomatis dianggap sebagai
pemimpin. Namun, seseorang dengan gelar besar dan posisi otoritas tinggi
tidak serta merta dapat menjadikan orang itu memiliki kualitas pemimpin.
Mungkin orang itu memiliki hak untuk berada di posisi itu, akan tetapi dia perlu
bekerja keras untuk mendapatkan kualitas tersebut.
144
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

Pemimpin yang efektif menyadari bahwa untuk dapat dukungan dari


bawahannya perlu menggapai hatinya terlebih dahulu dengan upaya dan belas
kasih yang tulus. Membina kerja sama melalui hubungan baik antara pemimpin
dan bawahan adalah langkah positif dalam menjalankan organisasi (Brewer,
2010). Disinilah servant leadership dibutuhkan dalam organisasi. Perusahaan
besar, seperti Starbucks, Ritz-Carlton, ServiceMaster, TDIndustries, SAS,
Zappos.com menggunakan pendekatan servant leadership dalam menjalankan
operasinya (Eva et al., 2019).
Pemimpin yang menerapkan pendekatan ini tidak hanya melihat segala sesuatu
dari pandangan untung-rugi, servant leadership mampu mendorong bawahannya
untuk berproses menjadi individu yang semakin kompeten disegala sisi, sehat
secara rohani dan jasmani, mampu mandiri sehingga berkembang secara
holistik (Pekerti & Sendjaya, 2010). Kemampuan untuk menciptakan masa
depan yang lebih baik bagi bawahannya dan mampu menjadikan seseorang
pemimpin, bukan dari status atau jabatan formalnya (Van de Bunt-Kokhuis &
Peshawaria, 2014).

Pembahasan
A. Definisi Konsep Servant Leadership
Robert Greenleaf menulis esai tentang servant leadership, “The Servant as Leader”
untuk pertama kali pada tahun 1970 setelah pensiun dari manajemen
perusahaan telekomunikasi termuka di Amerika Serikat, AT&T. Sejak itu,
servant leadership menarik perhatian para akademisi, peneliti dan praktis karena
servant leadership adalah sebuah konsep kepemimpinan yang membutuhkan
pembuktian secara sains (Smith, 2005). Namun, istilah servant (pelayan) sebagai
leader (pemimpin) menimbulkan perdebatan karena memiliki pengertian yang
bertolak belakang atau yang dikenal dengan istilah oxymoron (Öner, 2012;
Russell & Stone, 2002; Sendjaya & Sarros, 2002). Bagaimana pelayan dapat
menjadi pemimpin dan pemimpin menjadi pelayan? Hal ini dapat dijawab
dengan nilai filosofis dari servant leadership itu sendiri. Menurut (Eva et al., 2019)
Servant leadership memiliki nilai filosofis sebagai berikut:
1. Motivasi servant leadership adalah melayani terlebih dahulu. Pandangan ini
mencerminkan tekad dan keyakinan seseorang bahwa memimpin orang lain

145
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

perlu melepaskan diri dari rasa egoisme sehingga mampu mengedepankan


orang lain.
2. Memahami bahwa setiap individu bawahan memiliki kebutuhan,
ketertarikan, keinginan, tujuan, kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Bahwa seorang pemimpin ada untuk melayani dan mendukung peningkatan
kompetensi bawahan (secara psikologis, emosional, dan etika).
3. Mengubah cara pandang bawahannya dari orientasi pada diri sendiri
menjadi orientasi pada orang lain pula, memberdayakan bawahan untuk
lebih produktif dan menjadi katalistor prososial yang mampu membuat
perubahan bagi orang lain pula.
Sehingga dapat didefinisikan, servant leadership adalah sebuah pendekatan
kepemimpinan yang peduli kepada orang lain (1) mampu mengaplikasikannya
pada prioritas kebutuhan dan kepentingan masing-masing individu bawahan
(2) sehingga merubah cara pandang bawahan dari kepentingan untuk diri
sendiri menjadi kepentingan orang lain dalam organisasi dan komunitas yang
lebih besar (Eva et al., 2019).
Kerap kali servant leadership disamakan dengan transformational leadership dan
penggunaan istilahnya sering bergantian. Namun, hal ini kurang tepat karena
terdapat poin-poin penting yang menunjukkan perbedaan dari dua gaya
kepemimpinan seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1.
Tabel 1
Perbedaan Servant Leadership dan Transformational Leadership

Servant Leadership Transformational Leadership

Fokus Pengembangan Pencapaian tujuan organisasi


multidimensional diri menggunakan bawahan
bawahan (tujuan itu sendiri) (sarana untuk mencapai
tujuan)

Prioritas Bawahan -> Organisasi -> Organisasi -> Bawahan ->


Diri sendiri DIri sendiri

Pendekatan Melayani kebutuhan Mempengaruhi dan


bawahan, tidak mendominasi memotivasi bawahannya

146
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

dalam pengarahan dan supaya melakukan sesuatu


pengawasan. Terbuka pada seperti yang di instruksikan
setiap feedback dan ide dari agar mampu mencapai suatu
bawahan. Memberikan saran tujuan.
pada bawahan sehingga
mengeluarkan kemampuan
dengan baik.

Cara Memotivasi dengan Memotivasi dengan karisma


motivasi memberikan otonomi dan diri pimpinan
penyediaan sumber daya
yang dibutuhkan bawahan

Sumber : Eva et al. (2019);Northouse (2018);(Allen et al., 2016)


Perusahaan-perusahaan terkenal seperti Starbucks, Men’Ware House, TDIndustry
yang menempati daftar puncak perusahaan bergengsi versi majalah Fortune
Amerika telah menerapkan konsep servant leadership di organisasinya. Hal ini
menunjukkan bahwa servant leadership efektif membawa perubahan kearah yang
lebih baik bagi suatu organisasi.

B. Servant Leadership dari Perspektif Agama Hindu


Gagasan servant leadership bisa dilihat dari epos Mahabharata, yang ditulis oleh
Rsi Vyasa sekitar tahun 3100 sebelum masehi (Hee, 2007). Bhagavad Gita
diwahyukan saat peristiwa Mahabharata terjadi dan merupakan salah satu teks
Hindu yang paling dihormati. Diskusi antara Arjuna dan Sri Krisna dalam teks
Bhagavad Gita menyimpan banyak nilai-nilai kepemimpinan yang bisa diambil
dan diaplikasikan dalam organisasi masa kini (Rarick, 2011). Dalam teks
Bhagavad Gita (Vaswani & Sobarna, 2020) tersirat pada sloka 12.13 bahwa
seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang humanistik tidak
bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dan memiliki rasa peduli pada
bawahannya seperti yang dijelaskan sebagai berikut.
Seseorang yang tak mempunyai itikad buruk terhadap siapapun (dan apapun),
bersikap bersahabat dan selalu simpatik, bebas dari rasa egoisme dan rasa memiliki,
seimbang dalam suka dan duka; bersikap tenang, selalu memaafkan (12.13)

147
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

Pemimpin juga harus memiliki dorongan positif dan mencari kebaikan di


masing-masing individu bawahannya.
Seseorang yang tidak bergembira, tidak membenci, tidak bersedih, tidak bernafsu
(berangan-angan untuk memiliki atau menikmati sesuatu), yang mempersembahkan
buah dari kebaikan dan keburukan - pemujaKu yang setia adalah yang Kukasihi
(12.17)
Bhagavad Gita juga membahas konsep penting tentang servant leadership yakni
pengorbanan dan melayani sehingga pemimpin yang memiliki hal tersebut
dapat mencapai tujuan tertinggi seperti yang dijabarkan dalam sloka sebagai
berikut.
Seyogyanyalah dikau selalu mengerjakan kewajibanmu tanpa rasa keterikatan,
karena dengan bekerja tanpa pamrih seseorang akan mencapai Parama Yang
Tertinggi (3.19)
Menempatkan kepentingan bawahannya diatas kepentingan pribadi, peka
terhadap kebutuhan bawahannya, membangun dan merawat organisasi adalah
semua aspek yang selaras dengan pendekatan servant leadership. Seperti yang
tersirat pada sloka 3.15 dalam Bhagavad gita (Vaswani & Sobarna, 2020):
Ketahuilah oleh dikau bahwa karma (aksi) timbul dari Sang Brahma, dan Sang
Brahma datang dari Yang Maha Esa (Yang Tak Terbinasakan). Jadi Sang
Brahma yang selalu ada selalu hadir pada setiap pengorbanan (3.15)
Dalam banyak kasus, seorang pemimpin yang melayani harus melakukan
pengorbanan pada keuntungan pribadinya untuk mendukung keberlangsungan
organisasi yang dia pimpin.
Seseorang yang hidup di dunia ini tanpa mau menggerakkan roda-roda
pengorbanan, adalah seorang yang penuh dengan dosa dan nafsu-nafsu duniawi.
Orang semacam ini, oh Arjuna, hidup secara sia-sia (3.16)
Poin penting tentang servant leadership juga dapat dipetik dari sepenggal kisah
Mahabarata dalam Varna Parva. Yudhistira adalah saudara tertua Pandawa dan
putra Raja Pandu. Yudhistira memiliki dua saudara laki-laki, Bhima dan Arjuna,
dan dua saudara tiri, Nakula dan Sahadeva. Setelah ibu tirinya meninggal,
Yudhistira memperlakukan saudara tirinya seperti saudara kandungnya. Bhima
dan Arjuna memiliki kekuatan fisik dan keterampilan memanah yang luar biasa.
Nakula dan Sahadeva dengan kemampuan hebatnya menggunakan pisau dan

148
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

terkenal karena keindahan fisiknya. Saat para Pandawa masih diasingkan ke


hutan dan bersiap menghadapi perang Mahabarata, salah satu orang bijak di
hutan meminta Pandawa untuk membantu menemukan dan mengembalikan
arani (sepasang balok kayu yang digunakan untuk membuat api dengan cara
digesekkan) yang telah dibawa lari oleh seekor rusa. Merekapun pergi mencari
rusa tersebut, tapi tak satupun dapat menemukannya. Saat berada diperjalanan
mereka merasakan haus yang sangat luar biasa. Saudara bungsu, Sahadeva pergi
mengambil air dari kolam terdekat. Kolam itu ditinggali burung bangau dan
memperingatkan Sahadeva bahwa air akan berubah menjadi racun dan
membunuhnya jika dia meminumnya tanpa menjawab dengan benar
pertanyaan yang diajukan oleh burung tersebut. Sahadeva dengan arogan
mengabaikan peringatan itu, meminum air dan kemudian langsung dengan
seketika mati. Nakula, Arjuna, dan Bhima semuanya menunjukkan
kesombongan yang sama dan mati dengan cara yang sama. Yudhistira yang
khawatir semua saudaranya tidak ada yang kembali dari kolam akhirnya
bergegas menuju kolam tersebut. Yudishtira menemukan seluruh saudaranya
tergeletak mati disisi kolam. Yudhistira yang haus ingin meminum air kolam
sebelum mencari pembunuh keempat saudaranya. Akhirnya burung bangau
pun memperingatkan hal yang sama. Dia dengan rendah hati menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh bangau tersebut. Ternyata bangau tersebut
adalah Yaksha (sejenis roh air).
Yudisthira mampu menjawab 18 pertanyaan yang diajukan oleh Yaksha. Yaksha
yang senang dan puas dengan jawaban dari Yudisthira menawarkan pilihan
saudara mana yang ingin dihidupkannya kembali. Yudhistira memilih Nakula.
Terkejut, Yaksha bertanya mengapa Nakula adalah pilihannya. Yudhistira
menjawab bahwa sangat adil bagi Nakula, saudara tirinya, untuk tetap hidup
karena dia, Yudhistira, putra Dewi Kunti, masih hidup, jadi salah satu putra
Dewi Madri juga harus hidup. Dia juga berjanji kepada ibu tirinya, Dewi Madri
untuk merawat saudara tirinya sebelum meninggal. Jadi, meskipun Bhima atau
Arjuna, dengan kekuatan dan keterampilan memanah yang besar, dapat
membantunya memenangkan perang dengan Kurawa, Yudhistira tidak
memilih untuk kepentingan pribadinya, tetapi memilih apa yang etis sebagai
seorang kakak dan seorang anak yang telah berjanji pada ibu tirinya. Ketika
Yaksha menawarkan kepadanya berkat lain, alih-alih meminta kerajaan atau
kemenangan dalam perang, Yudhistira meminta arani yang hilang dapat
ditemukan, sehingga orang bijak yang memohon bantuannya bisa bahagia.

149
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

Sangat puas dengan cara Yudhistira mengambil keputusan, Yaksha


mengungkapkan identitas aslinya sebagai Dewa Yama. Beliau menghidupkan
kembali semua saudara dan menghilang.
Gambar 1
Ilustrasi Yudisthira dan Burung Bangau

Sumber : Yaksha Prashna - Wikipedia


Intisari dari sepenggal kisah Mahabarata ini adalah kepemimpinan Yudistira
yang bijaksana dalam pilihan-pilihannya yang tanpa pamrih. Bahkan, dalam
keadaan yang genting karena saudara-saudaranya mati dan dirinya sendiri
dalam bahaya karena di ambang perang. Yudhistira memilih sebagai pemimpin
pelayan sejati, pertama dalam konteks keluarganya dan kemudian dalam
konteks perannya, dan itu mengesankan Dewa Yama. Perlu dicatat bahwa
kebijaksanaan Yudhistira dan sikap etisnya bukanlah naluriah, akan tetapi
mengalir dari refleksi dalam diri. Kualitas yang harus ditunjukkan dalam servant
leadership.
Salah satu karya dari Kautilya atau dikenal dengan Chanakya adalah Arthasastra.
Salah satu literatur manajemen India kuno yang kerap dijadikan pedoman
pengelolaan organisasi (Latha, 2013). Prinsip servant leadership tercantum dalam
Arthasastra (Bisht, 2019) sebagai berikut:

150
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

In the happiness of his subjects lies his happiness; in their welfare his welfare; whatever
pleases himself he shall not consider as good, but whatever pleases his subjects he shall
consider as good
Artinya :
Dalam kebahagiaan rakyatnya maka disanalah kebahagiaan seorang
pemimpin berada; apapun yang menyenangkan bagi seorang pemimpin
tidak dapat diakui sebagai sesuatu yang baik, tapi segala sesuatu yang
dapat membahagiakan rakyatnya lah yang bisa diakui sebagai sesuatu
yang baik
Hal ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin perlu mengedepankan
kebahagiaan pengikut atau bawahannya disetiap keputusannya. Sesuatu yang
menguntungkan diri sendiri bukalah sesuatu yang dianggap baik, tapi
kebahagiaan bawahan atau rakyatnya yang dianggap sebagai tujuan akhir.
Konsep ini selaras dengan konsep servant leadership.

C. Model Karakteristik Servant Leadership


Servant leadership merupakan sebuah pendekatan holistik dimana kepemimpinan
yang melibatkan bawahan dari berbagai dimensi, seperti relasional, etis,
emosional dan spiritual. Sehingga bawahan dapat diberdayakan untuk tumbuh
dan memiliki kompetensi yang diinginkan. Hal Ini merupakan sasaran utama
untuk mengembangkan bawahan berdasarkan orientasi kesejahteraan orang
lain dan etika seorang pemimpin (Dennis et al., 2010). Ketika kesejahteraan
dan pengembangan kompetensi bawahan lebih diprioritaskan, pada akhirnya
hal ini akan berujung pada efektifitas saat bekerja. Servant leadership juga
memastikan bahwa pemimpin berupaya melayani dan mampu mengelola
sumber daya yang ada dalam organisasi dalam usaha untuk menopang dan
mendukung terciptanya kompetensi bawahannya (van Dierendonck & Sousa,
2016). Oleh sebab itu, pemimpin tidak mengabaikan kinerja organisasi
meskipun berfokus pada pengembangan pribadi bawahannya. Hal ini akan
berbeda dengan pendekatan kepemimpinan lain yang berfokus pada tujuan
organisasi dengan menekan dan mengorbankan bawahannya (Sendjaya, 2015),
sedangkan servant leadership memiliki fokus kinerja jangka panjang yang
berkelanjutan melalui pengembangan diri bawahannya terlebih dahulu. Sumber

151
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

daya manusia yang bahagia dan kompeten adalah pondasi yang kuat bagi suatu
organisasi dalam mencapai kesuksesan.
Sejak Robert Greenleaf memperkenalkan konsep servant leadership dan secara
eksplisit tidak menjabarkan karakteristik servant leadership. Para ahli melanjutkan
tongkat estafet dan mengembangkan konsep karakteristik servant leadership
dalam penelitian teroritis maupun empiris. Sampai sekarang, para ahli telah
berhasil menetapkan konsep dan karakteristik servant leadership seperti yang
ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 2
Karakteristik Servant Leadership Menurut Para Ahli

Spears & Russell & Stone Patterson Focht &


Lawrence (2002) (2002) (2003) Ponton (2015)

Listening : Vision : Agapao love : Value people :


menekankan kemampuan sosial atau menghargai
pada pentingnya untuk melihat kesadaran semua bawahan
komunikasi dan masa depan moral apa adanya,
identifikasi sehingga mampu tidak hanya dari
keinginan menginspirasi apa yang
bawahannya bawahannya mereka berikan
pada organisasi

Empathy : Honesty : Act with humility Humility :


memahami memegang teguh : kemampuan rendah hati
karakteristik nilai kejujuran dan untuk tidak dalam setiap
bawahannya dan kebenaran merasa perilakunya,
menerima setiap sombong atas memahami
kekuarangan dan pencapaian bahwa
kelebihan kepemimpinan
bukan tentang
diri mereka
sendiri tapi
mengayomi
orang lain

152
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

Healing : Integrity : Altuaristic : Listening :


kemampuan kemampuan membantu berusaha
untuk menjaga menjujung etika orang lain tanpa memahami
organisasi tetap dan moral pamrih dan karena mereka
utuh memegang ingin
konsep mengetahui
pengorbanan kendala yang
diri dihadapi
bawahan.
Mencoba
mencari akar
masalah dan
tahu dimana
dan kapan
harus
membantu

Awareness : selalu Trust : Visionary for Trust : berani


waspada pada menumbuhkan follower : mampu menerima risiko
perubahan, baik kepercayaan melihat sesuatu untuk dapat
peluang dan bawahan kepada yang baru dan melayani orang
ancaman dirinya melalui membawa lain. Mereka
sifat jujur dan perubahan dapat dipercaya
integritas yang karena
dimiliki mempunyai
sifat otentik dan
dapat
diandalkan

Persuasion : Service : keinginan Trusting : dapat Caring :


menggunakan untuk melayani dipercaya dan menunjukkan
pendekatan dan memiliki rasa sikap
komunikasi diimplementasika percaya diri kepedulian pada
bukan dari n dengan yang tinggi bawahannya
kekuatan posisi menyediakan
dan jabatan seluruh sumber
daya yang

153
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

dibutuhkan
bawahan untuk
berkembang

Conceptualization : Modeling: Serving : Integrity : sikap


berpikir kedepan memberikan melayani yang konsisten
contoh melalui dengan segenap dengan nilai
perilakunya dan hati dalam diri serta
berkomitmen nilai organisasi
dalam penegakan yang
etika dikembangkan
dengan
bawahannya.

Foresight : Pioneering : berani Empowers follower Service :


mengetahui menjadi yang : mampu melayani
kemungkinan terdepan dalam memberdayaka sebagai hal yang
keluaran yang penggunaaan n bawahan utama
terjadi dalam pendekatan yang termasuk
pengambilan baru untuk mendengarkan
keputusan dan memecahkan masukan
bekerja dengan masalah, menjadi bawahan,
intuisi agen perubahan membuat
dalam organisasi bawahan
merasa penting,
penekankan
pada
kerjasasama
tim,
menjunjung
nilai kasih
sayang dan
kemanusiaan

Stewardship : Appreciation of Empowering :


memegang others : senang memberdayaka
teguh sesuatu apabila orang lain n bawahanna

154
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

dengan sukses, dan mendukung


kepercayaan dan memberikan keterbukaan
berusaha dukungan, dan
melayani perhatian dan akuntabilitas
kebutuhan orang menciptakan
lain hubungan baik

Commitment to the Empowerment : Serve other needs


growth of people : memberdayakan before :
mengembangka bawahan dengan menempatkan
n bawahan menekankan pada kebutuhan
secara personal, kerjasama tim, bawahan diatas
professional, nilai kasih sayang kepentingan
dan spiritual dan kesetaraan pribadi
dalam organisasi.
Tidak mengkotak-
kotakan bawahan.

Building Collaboration :
community : menyatukan
menekankan semua
bahwa bawahan, tidak
lingkungan mengkotak-
sekitar adalah kotakkan dan
hal penting menjunjung
dalam hidup tinggi
seseorang kebersamaan.

Love,
unconditional love
:
memperlakukan
bawahan
dengan
apresiasi, kasih
sayang,
kesetaraan,

155
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

Learning : selalu
ingin belajar
dan melihat
segala sesuatu
dari banyak
persepektif baik
internal dan
eksternal
organisasi.
Belajar tren
terkini dan
perkembangan
teknologi.

Sumber : Studi literatur


Pemimpin yang ingin menerapkan pendekatan servant leadership dapat
mempelajari karakteristik ini untuk memastikan mereka memenuhi
karakteristik utama sebelum memimpin. Sehingga mengetahui karakteristik apa
saja yang perlu dilakukan agar pendekatan ini dapat membawa organisasi
mencapai kesuksesan.

Penutup
Servant leadership adalah konsep yang dapat mengubah dan membawa organisasi
menjadi sukses karena pendekatan ini menstimulus mulai dari perubahan bagi
setiap individu bawahan dan pada akhirnya akan menjadi pondasi kokoh dalam
organisasi. Motivasi servant leadership berada dari dalam pemimpin itu sendiri
yang ingin melayani bawahannya untuk membawa mereka dan organisasi pada
tingkat dan kondisi yang lebih baik secara holistik. Fitur ini memberikan model
servant leadership menjadi berbeda dengan gaya kepemimpinan lainnya. Jika
banyak pemimpin yang menggunakan konsep servant leadership maka makin
banyak pula organisasi yang akan menikmati perubahan positif yang
ditawarkan oleh gaya kepemimpinan ini. Servant leadership menawarkan
pendekatan revolusioner, namun sangat dekat dengan konsep-konsep yang
diajarkan dalam ajaran agama Hindu. Sebagai cendikiawan Hindu akan banyak
manfaatnya, jika mendukung dan mempraktekkan konsep servant leadership

156
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

dalam setiap organisasi yang ada, karena nilai-nilai ajaran agama Hindu sangat
erat dengan konsep kepemimpinan ini. Hal ini dibuktikan dengan sudah
banyak organisasi-organisasi besar yang sukses setelah menerapkan konsep
servant leaderhip dan menunjukkan pertumbuhan yang baik disetiap levelnya.

Daftar Pustaka
Allen, G. P., Moore, W. M., Moser, L. R., Neill, K. K., Sambamoorthi, U., &
Bell, H. S. (2016). The Role of Servant Leadership and Transformational
Leadership in Academic Pharmacy. American Journal of Pharmaceutical
Education, 80(7), 113. https://doi.org/10.5688/ajpe807113
Bisht, M. (2019). Kautilya’s Arthashastra. Kautilya’s Arthashastra.
https://doi.org/10.4324/9780429329333
Brewer, C. (2010). Servant Leadership: A Review of Literature. IV(2), 1–8.
Dennis, R. S., Kinzler-Norheim, L., & Bocarnea, M. (2010). Servant leadership
theory. In Servant leadership (pp. 169–179). Springer.
Eva, N., Robin, M., Sendjaya, S., van Dierendonck, D., & Liden, R. C. (2019).
Servant Leadership: A systematic review and call for future research.
Leadership Quarterly, 30(1), 111–132.
https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2018.07.004
Farling, M. L., Stone, A. G., & Winston, B. E. (1999). Servant leadership:
Setting the stage for empirical research. Journal of Leadership and
Organizational Studies, 6(1–2), 49–72.
https://doi.org/10.1177/107179199900600104
Focht, A., & Ponton, M. (2015). Identifying primary characteristics of servant
leadership: Delphi study. International Journal of Leadership Studies, 9(1).
Hee, C. C. H. (2007). A holistic approach to business management: Perspectives from the
Bhagavad Gita. 29, 73–84.
Hsieh, T.-Y., & Yik, S. (2005). Leadership as the starting point of strategy | McKinsey.
McKinsey Quarterly. https://www.mckinsey.com/featured-
insights/leadership/leadership-as-the-starting-point-of-strategy#
Joshi, A., Lazarova, M. B., & Liao, H. (2009). Getting everyone on board: The
role of inspirational leadership in geographically dispersed teams.
157
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

Organization Science, 20(1), 240–252.


Latha, K. (2013). Smart CEO of the Business Samrajya: Management Views
from Kautilya’s Arthasastra. Effective Executive, 16(4), 29.
Maharani, I. A. K., Riana, I. G., & Sudibya, I. G. A. (2016). Efek Keadilan
Remunerasi, Kompetensi Atasan dan Kohesivitas Kelompok terhadap
Withholding Effort. Jurnal Teknik Industri, 18(2), 103–112.
https://doi.org/10.9744/jti.18.2.103-112
Northouse, P. G. (2018). Leadership: Theory and practice. Sage publications.
Öner, Z. H. (2012). Servant leadership and paternalistic leadership styles in the
Turkish business context. Leadership & Organization Development Journal.
Patterson, K. A. (2003). Servant leadership: A theoretical model. Regent University.
Pekerti, A. A., & Sendjaya, S. (2010). Exploring servant leadership across
cultures: Comparative study in Australia and Indonesia. International
Journal of Human Resource Management, 21(5), 754–780.
https://doi.org/10.1080/09585191003658920
Rarick, C. A. (2011). Expanding Managerial Consciousness: Leadership Advice
from the Bhagavad Gita. SSRN Electronic Journal, 1–6.
https://doi.org/10.2139/ssrn.1082214
Russell, R. F., & Stone, A. G. (2002). A review of servant leadership attributes:
Developing a practical model. Leadership & Organization Development
Journal.
Sendjaya, S. (2015). Servant leadership research. In Personal and Organizational
Excellence through Servant Leadership (pp. 15–38). Springer.
Sendjaya, S., & Sarros, J. C. (2002). Servant leadership: Its origin, development,
and application in organizations. Journal of Leadership & Organizational
Studies, 9(2), 57–64.
Smith, C. (2005). Servant leadership: The leadership theory of Robert K.
Greenleaf. Unpublished Coursework. Retrieved from: Http://Www. Carolsmith.
Us/Downloads/640greenleaf. Pdf.
Spears, L. C., & Lawrence, M. (2002). Focus on leadership: Servant-leadership for the
twenty-first century. John Wiley & Sons.

158
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ida Bagus Made Wisnu Parta,
Ida Ayu Kartika Maharani [2020]

Van de Bunt-Kokhuis, S., & Peshawaria, R. (2014). The Brains, Bones and
Nerves of Servant-Leadership. Review of Enterprise and Management Studies,
1(2), 29–46. http://www.ucs.ac.uk/Faculties-and-Centres/Faculty-of-
Arts,-Business-and-Applied-Social-Science/Suffolk-Business-
School/REAMS/Issue-2/THE-BRAINS.pdf
van Dierendonck, D., & Sousa, M. (2016). Finding meaning in highly uncertain
situations: Servant leadership during change. In Leadership lessons from
compelling contexts. Emerald Group Publishing Limited.
Vaswani, T. L., & Sobarna, D. (2020). Bhagawad Gita Indonesia. Pesarean Sezati.
https://books.google.co.id/books?id=DqniDwAAQBAJ
Yaksha Prashna - Wikipedia. (n.d.). Retrieved June 24, 2020, from
https://en.wikipedia.org/wiki/Yaksha_Prashna

159
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

Penanaman Nilai Budi Pekerti Melalui Cerita Rakyat


Bali

Ni Wayan Sariani Binawati


Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Pendahuluan
Tindakan kekerasan dalam kehidupan berbangsa diwarnai oleh berbagai
peristiwa dan kejadian yang ada kalanya sangat mengancam keutuhan hidup
sebagai bangsa, seperti Aceh dan Irian Jaya yang bermuatan upaya memisahkan
diri dari kesatuan negara dan bangsa. Berbagai konflik bernuansa primordial
dan agama seperti terjadi di Kalimantan Barat, Ambon, Maluku, dan Poso.
Berbagai tuntutan muncul yang disebabkan oleh adanya rasa ketidakadilan,
seperti yang terjadi di Riau Semen Padang dan Tonasa. Konflik itu ada yang
bernuansa politik (Aceh dan Irian Jaya) antarsuku (Kalimantan Barat) antar
agama (Ambon, Maluku, Lombok). Konflik social di Kalimantan Barat
(Peristiwa Sambas) dan Kalimantan Tengah (Peristiwa Sampit). Konflik yang
terjadi antarsuku, yaitu Madura dengan Melayu dan Dayak di Sambas. Di
Sampit Madura dengan Dayak (Simatupang, 2002 : 7- 14).
Dalam kondisi seperti ini, cerita rakyat menyediakan bahan yang luar biasa.
Cerita rakyat merupakan ekspresi diri secara kolektif yang dapat membangun
karakter bangsa (Endra Swara, 2013 : IX). Pembangunan Karakter bangsa
dilakukan melalui Pendidikan karakter yang meliputi penalaran moral,
pengembangan kognitif, pembelajaran sosial, dan emosional, Pendidikan
kebijakan moral, Pendidikan keterampilan hidup, Pendidikan kesehatan,
pencehagan kekerasan, resolusi konflik, dan filsafat etika / moral (Latif, 2009
:82). Secara teoiritis pembentukan karakter anak dimulai dari usia dini, bahkan
sejak mulai dititipkan roh ke dalam janin (Ramadan, 2012 :522). Hal ini sejalan
dengan konsep jenjang pembelajaran Hindu yang dibagi atas : (1) pembelajaran
bayi dalam kandungan (0-9 Bulan), (2) jenjang belajar berdasarkan umur, (3)
jenjang belajar berdasarkan tingkatan hidup manusia (Subagia, 2010 :6).
Pembelajaran kepada bayi dalam kandungan dilakukan secara tidak langsung
melalui Pendidikan orangtuanya. (Manuaba, 1994 dan Suryani, 1992).

160
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

Tujuannya adalah menjaga kestabilan emosi seorang ibu yang sedang hamil
karena diyakini bahwa gangguan emosi ibu berpengaruh terhadap
perkembangan janin dalam kandungan. Contoh pembelajarannya adalah
seorang ibu yang sedang hamil hendaknya menghindarkan diri dari melihat,
melakukan, atau menderita perlakuan yang dapat mengguncang emosinya.
Misalnya seorang ibu tidak melihat orang yang sedang memotong hewan ini
adalah bagian dari Pendidikan karakter (Subagia, 2010 : 6). Pendidikan karakter
dilakukan melalui cerita rakyat, karena cerita rakyat memiliki kontribusi dalam
Pendidikan karakter bangsa (Ma’ruf, 2011 :269).
Cerita rakyat mengajarkan karakter, tanpa harus menggurui. Masyarakat
membutuhkan role model yang kuat (Yudi Latif dalam Indrawati Rudy, 2010
:741). Dalam konstruksi untuk menunjang pembentukan watak, justru
eksistensi cerita rakyat semakin terpinggirkan. Eksistensi inilah yang membuat
rakyat menjadi semakin penting diteliti, sebab perlu dicarikan solusi agar cerita
rakyat yang semakin termarginalkan itu menjadi berperan kembali dalam upaya
menumbuhkan imajinasi dan membangun perilaku, sikap sikap emosi positif
(Ronsenbelt dalam Rudy, 2005 :714). Hal ini penting dalam kerangka
merekonstruksi cerita cerita rakyat yang : (1) termarginalkan; (2) dianggap
kuno; (3) banyak para orang tua yang tidak lagi dapat bercerita/ mendongeng
seperti yang dilakukan para orang tua / kakek-kakek jaman dulu; (4) anggapan
bahwa cerita rakyat itu tahyul. Pandangan ini perlu dikaji secara ilmiah untuk
mendapatkan solusi yang tepat sehingga kandungan nilai cerita rakyat berperan
penting dalam Pendidikan karakter bangsa, khususnya sebagai ajaran etika
Hindu. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan memahami
ajaran etika Hindu yang ada dalam cerita rakyat Bali (I Belog, I Rasa, Sang
Lanjana) sebagai landasan Pendidikan karakter ditinjau dari segi Teo-
Etnopedagogi.

Pembahasan
Pada masa periode stress dan periode distorsi budaya seperti ini diperlukan
pendidikan budi pekerti. Salah satu cara pendidikan budi pekerti dapat
dilakukan melalui pemahaman dan penanaman nilai pada cerita anak.
Penanaman nilai budi pekerti pada anak melalui cerita sejak dini akan dapat
membantu pembentukan kepribadian anak menjadi anak yang santun.

161
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

Pembentukan kepribadian dapat dilakukan melalui berbagai tema cerita seperti


anak tiri, persaingan antar saudara, pencarian identitas anak durhaka. Tema
moral selalu mempunyai karakter yang sama dan bersifat universal. Karakter
ini misalnya, kebajikan mengalahkan kedengkian; yang salah mendapat
hukuman; kecerdikan akan mengalahkan kekuatan fisik; kesabaran akan
mendapatkan ganjaran, yang melanggar aturan dihukum (misal Sangkuriang
dan Malin Kundang (Lihat Norton, 1983 :4 dalam Bunanta, 1998:14)).
Dalam buku, The Use of Enchanment – The Morning and Importance of Fairy Tales,
1977, Bettelhein mengungkapkan makna psikologis yang terkandung dalam
cerita antara lain optimisme, mencapai integrase, membangun integrasi ;
mencapai realisasi diri yang lebih tinggi dan identitas pribadi, mencapai
kemandirian, dan penyembuhan dan rasa putus asa (Bunanta, 1998: 17). Sejalan
dengan hal ini Suyanto (2010 : 2) menyebutkan bahwa pendidikan budi pekerti
; bahkan pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak usia Kanak – Kanak
atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (Golden Age),
karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa sekitar 50%,
variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 Tahun dan 20% sisanya pada
pertengahan atau akhir dasa warsa kedua.
Hasil studi Martin Berkowitz dari University of Missouri – St Louis, menunjukan
peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada
sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang
secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya
penurunan drastis perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan
akademik. Sejalan dengan hal ini (Joseph Zin et. Al, 2001) menyatakan bahwa
faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah ternyata bukan terletak pada
kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan
bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati
dan kemampuan berkomunikasi (Suyanto, 2010:2).
Sejalan dengan hasil studi ini, maka seorang anak akan memerlukan pembinaan.
Pembinaan pertama ada di lingkungan keluarga, yaitu orang tua biologis. Selain
sebagai orang tua biologis (Ayah dan Ibu), juga sebagai orang tua pedagogis,
artinya orang tua sebagai pendidik. Orang tua juga merupakan orang tua

162
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

psikologis, karena dalam pergaulan antara orang tua dan anak, terdapat gejala
saling mempengaruhi baik yang bersifat positif maupun negatif (Pribadi, 1987).
Kondisi ini mengharuskan hadirnya nilai nilai pendidikan budi pekerti.
Menurut veda dan susastra Hindu nilai nilai pendidikan budi pekerti sangat
banyak. Di antara yang banyak itu, yang berikut ini sangat penting ditanamkan
kepada anak melalui cerita anak, yaitu bertanggung jawab, bertenggang rasa,
bijaksana, cermat, jujur, mwas diri, menghargai karya orang lain, pemaaf,
pengendalian diri, rasa kasih sayang, rendah hati, sabar, hormat, dan santun
(Titib, 2004 : XIV - XV). Hal inilah yang perlu diisi pada batin anak sehingga
menjadi anak yang berkarakter melalui ramuan kisah cerita anak. Ramuan kisah
ini menghangatkan jiwa setiap manusia. Jiwa manusia tidak boleh dibiarkan
kosong dan kering. Jiwa harus diisi, dijamah dengan kelima indra (Nadeak,
1987 : 5).D

A. Sinopsis Cerita
1. I Belog
Diceritakan hiduplah seorang janda yang mempunyai seorang anak yang
bernama I Belog. Suatu hari I Belog bosan berada di rumah dan ia pun pergi
jalan-jalan ke desa lain yang sangat jauh.
Singkat cerita I Belog kemalaman di desa tersebut. Ketika ia pulang lewat
kuburan yang hanya disinari oleh sinar rembulan yang redup dan remang-
remang. Kebetulan di desa itu baru saja ada orang menaruh mayat di kuburan
tersebut dimana di desa tersebut mempunyai adat kalau ada orang yang
meninggal tidak dikubur melainkan hanya disandarkan di atas kuburan, seperti
tradisi yang ada di desa Trunyan.
Ketika I Belog melewati kuburan itu ia melihat wanita cantik sekali yang sedang
bersandar di atas kuburan, karena saking bodohnya I Belog tidak tahu bahwa
itu adalah seorang mayat. Segera I Belog berlari menghampiri wanita tersebut.
Ayu… Yu… bangunlah ! untuk apa kamu tidur di sini? Lebih baik ikut aku saja
pulang. Kamu mau kan menikah sama aku ? kenapa kamu diam saja ?” ya I
Belog memang bodoh yang namanya mayat ya jelas saja diam tidak bisa
ngomong. Karena saking sukanya I Belog pada wanita itu ia langsung menarik
wanita itu dan digendong dibawanya pulang sampai I Belog tergopoh gopoh

163
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

dan di dalam hatinya berkata, “Seandainya nanti ia melawan lebih baik aku
lepaskan”.
Setibanya I Belog di rumahnya ia langsung meletakkan mayat tersebut di bale
daja. Kemudian I Belog memanggil ibunya “meme meme meme”. Ibunya pun
datang “ada apa log, ada apa?” coba kamu tenang dulu ada masalah apa?”.
Begini me, aku dapat istri cantik. Pasti meme suka sekali punya menantu cantik
“.
“Apa log? Istri?” sahut ibunya sambil tertawa terbahak bahak hahaha….. apa
meme tidak salah dengar log? Apa? Dapat istri? Hahahaha….. mana mungkin
kamu bisa merayu gadis, buktinya kemarin kemarin meme suruh kamu menikah
tapi tidak mau.
I Belong menjawab ah meme belog yang dulu tidak sama dengan yang sekarang,
belog yang dulu kan pemalu kalau searang sudah berani, lebih baik meme
membuat makanan saja dulu buat istriku, nanti kalau sudah bangun baru meme
ajak ngobrol. Sepertinya dapat dipercaya I Belog, lalu ibunya membuat
makanan mulai menanak nasi, membuat timbungan dan sayur sayuran. Setelah
selesai I Belog membawakan istrinya makanan ke bale daja sambil, berkata “
Ayu makan dulu nanti kamu sakit loh, ini masakan ibuku nikmat sekali.” Lama
I Belog menunggu dan ia pun berpikir “oh mungkin istriku masih malu, lebih
baik aku tinggalkan saja dulu biar dia tidak malu, “bergegas I Belog keluar”.
Singkat cerita entah dari mana datangnya banyak sekali kucing datang dan
langsung makan makanan yang ditaruh I Belog di bale daja. Lucunya lagi, kucing
kucing tersebut dengan pintarnya hanya makan dagingnya sampai habis.
Kemudian datanglah I Belog dengan riang gembira karena ia mengira wanita
tersebut sudah mau makan. Bahkan sangat bangga bahwa istrinya akan cepat
gemuk karena sangat senang makan daging masakan ibunya. Diceritakan setiap
hari berulang-ulang kejadian yang sama, dan makanan selalu habis dimakan
kucing.
Lama kelamaan ibunya I Belog curiga dan berkata dalam hati kenapa menantu
saya tidak pernah keluar ya? Untuk membantu menyapu atau memasak.
Apakah memang ada orang yang sangat betah tinggal di dalam kamar ? dan dia
juga tidak pernah mandi. Karena saking curiganya ibunya pun langsung ke bale
daja, kebetulan saat itu I Belog sedang keluar. Sesampainya di dalam kamar
ibunya terkejut bukan main karena yang dilihatnya bukanlah seorang wanita

164
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

cantik yang diceritakan oleh I Belog, tetapi ia melihat mayat yang sudah busuk,
dikerumuni banyak lalat dan ulat. Segera ibunya memanggil I Belog sambil
muntah muntah Belog ! dasar kamu bodoh ! kesini kamu lo ! I Belog pun
datang dan berkata ada apa me?
Ibunya menjawab log lihat mayat yang sudah busuk dikerumuni ulat lihat itu
dengan kepalamu sendiri! Inikan mayat log ! apa ini yang kamu sebut istri?
Pokoknya mayat ini busuk sekali harus dibuang dan dikubur di dalam sumur !
I belog bertanya pada ibunya “me, kalau bau busuk disebut mati ya, me?” yaaa
sahut ibunya. Dan dengan paksa ibunya menyeret mayat tersebut untuk
dibuang ke sumur, setelah itu ibunya kembali ke rumah. Setibanya di rumah I
belog mencium bau busuk dari tubuh ibunya dan dia berkata ihh bau… meme
kok bau bengu? Wah pasti meme mati. Kan meme yang bilang kalau berbau busuk
berarti mati. Kalau begitu meme harus aku buang ke sumur.
Ibunya menjawab “eh log, meme ini masih hidup bukan mati! Meme masih
kepingin hidup”. Dengan paksa I belog menarik dan menyeret ibunya ke sumur
dan langsung dibuang ke dalam sumur. Akhirnya ibunya meninggal. Sekarang
I belog hidup sebatang kara tak ada lagi yang memasakkan, mencucikan
pakaian dan memberihkan rumahnya. Suatu hari dia lapar sekali karena nggak
bisa memasak sendiri lalu ia pergi ke pasar. Di pasar ia melihat ketela, saking
laparnya ia memakan ketela tersebut mentah mentah. Selama 3 hari ia makan
ketela mentah, I belog tidak tahu bahwa ketela tersebut mengandung gas, dan
membuat perut kembung. Gas itu pun meledak, I belog kentut “bruutt….
Bruttt…” aduh luar biasa baunya. Sambil merenung I Belog ingat pesan
memenya yang mengatakan kalau bau busuk artinya mati.
Istriku mati karena bau busuk, lalu dibuang ke sumur. Memeku juga aku buang
ke sumur karena baunya busuk. Sekarang aku kentut juga bau busuk berarti
aku mati. Tidak aku masih hidup ! tidak! Aku bukan mati ! I Belog berguman
sambil terus berjalan menuju sumur, dan langsung I Belog menceburkan
dirinya ke sumur. Akhirnya I Belog mati karena kebodohannya.

2. Sang Lanjana
Sang Lanjana adalah seekor burung yang kecil yang sering hinggap di ranting
pohon kayu. Nah, diceritakan pada suatu hari, ketika para petani sedang
bekerja di sawah, ada yang baru membajak, menanam dan ada pula yang sedang

165
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

memanen (waktu potong padi…, petani berduyun-duyun, sambil bernyanyi-


nyanyi, sungguh riang di hati…) yang ditanam di sawa tersebut antara lain
jagung, padi, kedelai dan yang lainnya. Di sana tempatnya lestari. Semua orang
terpesona melihat keindahan alam tersebut. Apalagi diiringi oleh desiran angin
sepoi sepoi yang menyebabkan lambaian dedaunan pepohonan bergoyang-
goyang serta diiringi oleh kicauan burung yang sedang bercanda ria dengan
sesama burung kecil kecil. Ada yang suaranya “cit cit cit…” “cuk cuk cuk…”
“kerr, ci kukurr-ci, kukur kur”.
Nah begitulah panorama yang ada, yang membuat dunia ini menjadi indah nan
mempesona, karena kehidupan alam sangat indah, yang dirasakan oleh burung
burung kecil yang mencari makan diantara pepohonan di tepi sawah yang indah
tersebut.
Diceritakan pada saat burung burung sedang asyik mencari makan di tepi
sawah, tiba tiba datanglah seekor burung raksasa yang sangat besar bulunya
tebal, sayapnya lebar dan matanya membelalak bagaikan sorotan matahari,
yang bernama Sang Muun. Burung kecil pun takut melihat burung raksasa
tersebut yang amat galak dan tidak ada yang berani mendekatinya.
Nah, diceritakan sekarang, ada seekor burung kecil yang melayang layang di
angkasa bernama Sang Lanjana. Ia pun terbang kesana-kemari di atas sawah
tersebut. Akhirnya diapun marah melihat burung yang besar itu karena tingkah
lakunya yang sombong terhadap burung burung yang kecil itu. Disanalah Sang
Lanjana bertanya kepada burung raksasa tersebut. “hai burung besar, kamu
dari mana? Dan aku jarang melihat kamu ada di sini mencari makan. Serta
tingkah lakumu yang sangat sombong sekali !!!”. mendengar burung kecil
berani bertanya demikian, marahlah Sang Muun dengan nada sombong. “ha
haa haa haa haa, hai kamu burung kecil! berani sekali kamu bertanya. Akulah
Sang Muun, raja diraja maha raja dari pantai selatan. Sombong sekali tingkah
lakumu dan lancang bicaramu”.
Lalu Sang Lanjana berkata “hi hi hi hi, biarpun kamu jadi raja, aku tidak gentar.
Biarpun wajahmu seram, aku tidak takut, walaupun sayapmu lebar, walaupun
pantatmu besar, kotoranmu tidak akan sebesar kotoranku. Walaupun sayapmu
lebar, aku tidak gentar melihatnya”.

166
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

Kalau memang kamu berani, mari berlomba terbang setinggi tingginya.


Mendengar perkataan Sang Lanjana, hati Sang Muun menjadi berang dan
geram. Lalu ia berkata “ah, kamu burung kecil, berani juga kamu menantangku.
Tubuhmu hanya sebesar kotoranku saja. Aku ingin tahu coba, coba….
Keluarkan kotoranmu”.
Mendengar Sang Muun begitu, Sang Lanjana pun cepat undur dan bertengger
di atas kotoran kerbau sambil dia berkata “hi, hi, hi, hi”. Coba kamu lihat
kotoranku ini !” setelah Sang Muun pun bengong dan heran melihat kotoran
Sang Lanjana, dan dia merasa kalah dengan burung kecil.
Menyahutlah Sang Muun dengan nada kasar. “he…. Kamu burung kecil, aku
mengkui kotoranmu memang lebih besar dari kotoranku.” Sekarang aku
menantangmu untuk berlomba terbang setinggi tingginya siapakah yang paling
digjaya hahahaha!. Sang Lanjana pun menerima tantangan itu dan bergegaslah
Sang Lanjana mengikuti dan diam diam dia segera bertengger di atas Kepala
Sang Muun sambil mematuk matuk kepalanya sang muun. Sang Muun tidak
merasa kepalanya dihinggapi oleh Sang Lanjana karena dia hanya seekor
burung kecil.
Dikisahkan perlombakan pun sedang berlangsung. Sang Muun pun merasa
dia yang paling tinggi. Dan dia memanggil Sang Lanjana dengan nada
menggelegar, “Sang Lanjana, Sang Lanjana!!”. Uuuuk begitu sahut Sang
Lanjana dengan Lantang. Didengarlah kata Sang Lanjana masih tinggi
dibandingkan dengan dirinya, lalu Sang Muun mengarahkan semua tenaganya
untuk terbang lebih tinggi. Lalu berkata lagi Sang Lanjana Sang Lanjana !!!.
Uuuk, begitu lagi sahut Sang Lanjana, sambil mematuk matuk kepala Sang
Muun.
Mendengar suaru Sang Lanjana masih di atas Sang Muun, diapun terbang lebih
tinggi lagi. Padahal tubunya sudah merasa lelah. Tenaganya sudah loyo.
Kepalanya pun sudah terasa sakit. Lalu sang muun berkata “hai kamu ”Sang
Lanjana, akupun sudah merasa kalah, aku menyerah karena tak bisa
menandingimu. Ayolah bergegas turun.
Segera Sang Muun meluncur ke bawah saat itu juga. Ketika itu Sang Lanjana
dengaan cepat mematuk matuk kepala sang Muung sampai kulit kepalana
terkelupas. Sampai di bawah sang Lanjana cepat melompat ke semak semak
sambil bersembunyi ternyata sang Lanjana kecil kecil cabai rawit. Kecil
barangnya besar kasiatnya.
167
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

Selanjutnya Sang Muun pun tidak bisa berkutik lagi. Karena sakitnya yang
parah, akhirnya Sang Muun menemui ajalnya. Setelah sang muun mati, di
sanalah burung burung kecil kembali lagi bercanda ria sambil memadu kasih
dengan burung burung yang lain karena tidak masih merasa takut. Serta
pepohonan tumbuh ubur kembali.

3. I Rasa
Ada suatu ceritera bernama I Rasa. Ia ditinggal oleh ayahnya sejak kecil dan
hingga besar ia dirawat oleh ibunya. I Rasa adalah orang yang sangat baik
prilakunya, budi bahasanya halus serta sangat sayang kepada ibunya. Ia tidak
pernah mengganggu teman temannya, tidak pernah iri hati, menghina dan
sebagainya. Selalu kasih sayang terhadap sesama ciptaan Tuhan. Semenjak kecil
ia telah dapat melaksanakan saling hormat, menghormati di antara sesamanya.
Ketika melihat ibunya yang keadaannya sudah tua dan tidak dapat bekerja,
tergugahlah hatinya serta sadar akan keadaan anak beranak itu. Ia sangat
hormat kepada ibunya. Ibunya selalu menasehati agar I Rasa tidak menyesal
akan keadaannya yang demikian. Agar ia bisa membawa diri sehingga orang
lain menjadi belas kasihan. Nasehat ibunya diturutinya.
Sesudah itu I Rasa pergi ke hutan mencari sayur sayuran di antaranya sayur
pakis (paku). Lalu ia dihadang oleh seekor harimau yang ganas dan mau
menyergap. Dengan pelan pelan ia menasihati, tutur, dan nasehatnya penuh
dengan ajaran agama dan ajaran kerohanian. Ternyata si harimau menurut dan
tunduk kepadanya, harimau yang tadinya ganas dan pemangsa menjadi jinak
kemudian menjadi pemakan daun daunan saja. Kemudian I Rasa pulang dan
menceritakan pengalamannya kepada ibunya. Karena I rasa tidak memakan
daging, (segala yang bernafas) maka ia bermaksud berladang. Keinginannya ini
disampaikan ke ibunya. Setelah ibunya merestui lalu ia meminjam tanah
perladangan kepada kepala desa dan sekaligus memiinjam bibit. Karena rajin
bekerja maka semua tanaman menjadi subur dan berbuah serta berhasil dengan
baik. Hatinya sangat senang ketika ladang padinya menguning, dengan
demikian bibit yang dipinjamnya itu tadi dikembalikan . sisanya barulah ia
makan, karena ladang I Rasa penuh dengan tanam tanaman yang semuanya
berhasil baik,ia tidak kekurangan makan dan ibunya sangat senang mempunyai
anak I Rasa.

168
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

B. Beberapa Nilai Nilai Pendidikan yang ada dalam Cerita Rakyat Bali
(I Belog, Sang Lanjana, dan I rasa)
Cerita rakyat Bali yang berjudul I Belog, setelah dibaca dan dikaji secara
instrinsik mengandung beberapa ajaran etika didalamnya seperti : (1) adanya
komunikasi timbal balik antara orang tua dengan anak. Dapat dilihat dari dialog
I Belog dengan orang tuanya. (2) perhatian orang tua terhadap anaknya. Dapat
dilihat pada saat orang tua selalu memperhatikan kondisi anaknya. Jika
dikaitkan dengan ajaran etika Hindu dalam kitab suci Weda yaitu Sattyam atau
kebenaran dan kejujuran. Anak jujur terhadap orang tuanya.
Pada cerita rakyat Bali yang berjudul Sang Lanjana setelah di baca dan di
analisis, mengandung beberapa ajaran nilai etika di dalamnya. Yaitu burung
muun yang selalu berkata kata kasar, dan menganggap remeh burung burung
kecil yang ada di sekitarnya. Selain itu juga dapat dilihat dari burung burung
kecil dalam hal ini burung Lanjana selalu kompak dengan teman temannya. Ini
sesuai dengan ajaran etika yang tertuang dalam etika Hindu pada kitab suci
Menawa Dharma Sastra, bahwa tidak boleh berkata kata kasar sesuai dengan
pernyataan :
Jangan marah dan berkata kasar
Narumtudah syad arto pi na paradroha karmadhih yayasyodvijate vaca
nalokyam tamudarayet (Sloka, 161)
Terjemahannya:
Meski marah atau sedih janganlah memakai kata-kata kasar,
janganlah menyakiti orang lain dalam pikiran, jangan berkata yang
menyebabkan orang lain takut, hal itu dapat menghalanginya
mencapai sorga.
Pada cerita yang berjudul I Rasa setelah dibaca dan dikaji secara implisit
mengandung ajaran etika Hindu didalamnya. Seperti pada tokoh I Rasa yang
sangat baik perilakunya, halus budi bahasanya, sayang dan sangat hormat pada
ibunya. Hal ini sesuai dengan ajaran etika Hindu dalam Wedha
Kebajikan atau Kemurahan Hati
Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia agar selalu bermurah hati
dan suka menolong di samping juga dermawan. Orang dermawan akan
memperoleh kemuliaan. Yang dapat didermawankan adalah dharma dana

169
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

(pendidikan budi pekerti) widyadana (pengetahuan) dan arthadana (materi).


Dharmadana menempati kedudukan tertinggi sesudah itu widyadana, dan
yang terakhir arthadana.
1. Bagikan kekayaanmu dengan murah hati
Satahasta samahara saha srahasta sam kira (Atharva Veda III. 24.5)
Terjemahannya:
Wahai umat manusia, dapatkan kekayaan dengan seratus tangan dan
dermakanlah secara murah hati dengan seribu tangan
2. Orang yang dermawan akan mencapai sorga
Ucca divi daksinavanto asthur asvadah sahate suryena (Rgveda X.107.2)
Terjemahannya:
Orang dermawan menghuni tempat yang tinggi di alam surga. Orang
yang tidak picik, yang mendermakan kuda, bertempat tinggal bersama
Sang Hyang Surya.
Pada cerita rakyat Bali yang berjudul I Belog, Sang Lanjana, dan I Rasa setelah
dibaca dan dikaji secara implisit mengandung nilai pendidikan di dalamnya.
Seperti (1) nilai disiplin I Rasa yang sangat rajin membantu orang tua. (2) nilai
kesantunan yaitu I Rasa yang sifatnya sangat santun, penuh kebajikan, pasrah
menerima sesuatu apa adanya. (3) nilai kewaspadaan atau ke hati-hatian yang
terlihat dari sikap sang Lanjana yang sangat waspada menghindari kejahatan
dari Si Muun (4) nilai kejahatan yang patut dihindari karena kejahatanlah yang
akan mengantarkan kesakitan seperti yang dialami oleh tokoh Sang Muun
dalam cerita Sang Lanjana.

C. Teologi sebagai Sumber Pendidikan Hindu


Teo merupakan kependekan dari teologi yang berasal dari kata theos
(bahasa Yunani) yang berarti Tuhan dan logos juga bahasa Yunani yang
berarti Ilmu. Dalam sastra Sansekerta dan berbagai kitab suci Hindu, ilmu
yang mempelajari Tuhan dinamakan Brahma Vidya atau Brahma Tattva
(Puja, 1999:3). Lontar Widhisastra berisi pengetahuan tentang widhi
(teologi) (Titib, 2001:15). Jadi teologi adalah pengetahuan tentang
Tuhan.Pertanyaaan yang muncul adalah bagaimana Tuhan bertindak

170
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

menyelamatkan ciptaan-Nya yang tampak tertindas dalam kemiskinan


akibat korupsi, keserakahan para elit dengan papa minta saham di tahun
gaduh, bagaimana Tuhan hadir dalam situasi yang berlawanan dengan janji
keselamatan-nya. Kasus di tengah para korban, seperti kasus Engeline.
Bukankah tidak ada sejarah keselamatan, tanpa adanya keselamatan dalam
sejarah? Teologi tidak membahas misteri kejahatan, tetapi misteri
keselamatan yang dianugerahkan Tuhan. Teologi bukan hanya merupakan
ajaran kebijaksanaan untuk kemajuan hidup rohani perorangan saja, atau
pengetahuan rasional untuk menjelaskan isi secara metodis, sistematis,
dan logis (Budi, 2006:14). Teologi semestinya tidak hanya puas sampai
pada upaya menata ajaran yang benar sebagai wacana, tetapi jauh lebih
dari itu, adalah berjuang untuk menunjukkan tindakan yang benar dengan
teladan dari para penulisnya serta tokoh-tokoh panutannya, seperti pejabat
publik. Sehubungan dengan hal ini, pantaslah teologi itu dinobatkan
sebagai satu-satu referensi Ajaran melalui pendidikan. Sebab
Etnopedagogi memandang pengetahuan atau kearifan lokal sebagai
sumber motivasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi
kesejahteraan masyarakat (Alwasilah, 2009:50-51). Jadi Teo-Etnopedagogi
adalah pengetahuan yang bersumber dari ajaran Tuhan berupa kearifan
lokal (etika Hindu) yang digunakan dalam pendidikan karakter dan digali
dalam cerita rakyat Bali untuk menata kehidupan masyarakat yang
berbudaya demi kesejahteraan masyarakat (Tilaar, 2015:24).

Penutup
Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian dengan judul Penanaman Nilai Budi
Pekerti melalui Cerita Rakyat Bali adalah
1. Nilai pendidikan dalam cerita rakyat Bali I Belog, I Rasa, dan Sang Lanjana,
mengandung nilai disiplin, rajin membantu orang tua, nilai kesantunan, nilai
kebenaran pasti menang, nilai kejahatan yang patut dihindari, dan
pengendalian diri.
2. Implikasi Teo-etnopedagogi dalam cerita rakyat Bali pada masyarakat
Hindu Bali Belum memanfaatkan cerita rakyat Bali sebagai media dalam
pembelajaran Baik dalam lingkungan rumah tangga maupun di lingkungan
sekolah sehingga cerita rakyat Bali saat ini terpinggirkan dari dunia anak –
anak.
171
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan maka disarankan hal sebagai


berikut :
1. Perlu diadakan sosialisasi mengenai cerita rakyat Bali melalui media cetak,
media elektronik, maupun kurikulum, sehingga cerita rakyat Bali, dikenal
kembali, oleh masyarakat untuk kepentingan pendidikan karakter juga
untuk pelestarian budaya.
2. Para guru baik guru agama Hindu maupun guru bahasa Bali disarankan
untuk menggunakan cerita rakyat Bali yang dikaitkan dengan keyakinan
dalam menanamkan nilai nilai etika secara berkesinambungan melalui
pembiasaan.

Daftar Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2013. Pendidikan Karakter dalam Folklor Konsep, Bentuk,
dan Model. Yogyakarta : Pustaka Rumah Suluh.
Latif, Yudi.2009. Menyemai Karakter Bangsa : Budaya Kebangkitan Berbasis
Kesastraan. Jakarta : Kompas.
Manuaba, I.B.G. 1994. Filsafat Hindu dalam Kesehatan. Denpasar : Upada Sastra.
Ma’ruf Ali Imron. 2011. Aktualisasi Bahasa dan Sastra dan Pendidikan Karakter
dalam Prosiding Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia.
(KIMLI) 2011 Bahasa dan Pembangunan Karakter Bangsa. Bandung :
UPI Press.
Ramadhani. 2012. Permainan Anak Nagari Wadah Penanaman Nilai – Nilai
Karakter Bagi Anak Usia Dini dalam Prosiding Seminar Internasional Budaya
Membentuk Jati Diri dan Karakter Bangsa, Padang 13 November 2012.
Editor Khairil Anwar, Ronidin, dan M. Yunis. Padang : Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Andalas.
Rudy Ritai Indrawati. 2010. Mengangkat Peran Sastra Lokal dengan Konsep Sastra
untuk Semua bagi Pembentukan Karakter Bangsa “dalam Idcosinkrasi (Novi
Anoegrajekti dll. (Ed) Jakarta : Pusat Pengembangan Bahasa dan Budaya
Universitas, Negeri Jakarta dan Kepel Press.
Simatupang, Maurit. 2002. Budaya Indonesia yang Supraetnis. Jakarta : Papas Sinar
Sumantri.

172
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Wayan Sariani Binawati [2020]

Subagia, 2010. Pengembangan Taksonami dan Penilaian Hasil Belajar Berbasis


Kompetensi Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Bali. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing. Tidak Diterbitkan. Singaraja : Fakultas MIPA
Undiksha.
Suyanto.2012. Implementasi Pendidikan Karakter Untuk Membangun Bangsa. Jakarta
: Kemendekbud
Titib, I Made. 2006. Keutamaan Manusia dan Pendidikan Budi Pekerti: Surabaya :
Paramita

173
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Luh Drajati Ekaningtyas [2020]

Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah

Ni Luh Drajati Ekaningtyas


Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua perubahan yang dialami oleh
semua individu sepanjang siklus kehidupannya. Pertumbuhan diidentikkan
dengan perubahan yang bersifat kuantitatif, seperti bertambahnya ukuran dan
struktur, sehingga dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, grafik, dan
sebagainya. Contoh pertumbuhan yang paling mudah diamati pada manusia
adalah bertambahnya tinggi dan berat badan seseorang. Sedangkan
perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif, yang merupakan
proses menuju ke tingkat integrasi yang lebih tinggi, atau menuju kedewasaan.
Perkembangan didefinisikan sebagai perubahan dan perluasan secara bertahap,
perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi,
peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
maturasi, serta pembelajaran (Wong, 2009). Pertumbuhan secara fisik dapat
mempengaruhi perkembangan psikis seseorang. Contohnya, pertumbuhan
struktur otak dan otot memungkinkan anak untuk bisa mengembangkan
kemampuan baru seperti tertawa, berbicara, berjalan, dan sebagainya. Begitu
pula dengan perkembangan kemampuan lanjutan lainnya seperti membaca,
menulis, dan mengendarai sepeda yang membutuhkan koordinasi dari organ-
organ yang terus bertumbuh.
Perkembangan individu merupakan sesuatu yang pada dasarnya dapat
diprediksi, dimana keberhasilan atau kegagalan individu dalam menyelesaikan
suatu fase perkembangan akan mempengaruhi kemampuannya untuk
menyelesaikan fase-fase perkembangan berikutnya (Potter & Perry, 2005).
Oleh karena itu, fase awal perkembangan dipandang sebagai fase yang penting
karena akan menjadi dasar atau pondasi awal untuk pemenuhan fase
perkembangan berikutnya.
Keterkaitan antar fase perkembangan mendasari pentingnya masa usia dini
karena masa ini merupakan ”golden age period” yaitu masa emas untuk seluruh

174
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Luh Drajati Ekaningtyas [2020]

aspek perkembangan seseorang, baik aspek fisik, kognisi, bahasa, sosial,


emosional, dan spiritual yang akan mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam memenuhi tugas perkembangan pada fase berikutnya (Wong, 2009).
Sebutan anak usia dini diperuntukkan bagi anak usia 0-6 tahun. Salah satu fase
perkembangan anak usia dini disebut sebagai fase prasekolah yang berlangsung
dari usia 3-6 tahun. Fase prasekolah di Indonesia pada umumnya merupakan
fase dimana anak mulai memasuki lingkungan yang lebih luas, seperti
kelompok bermain, taman kanak-kanak, maupun bentuk atau lembaga
pendidikan anak usia dini lainnya. Fase ini menjadi menarik untuk dibahas
karena pada fase ini anak mulai dihadapkan pada perubahan interaksi dengan
keluarga, konsep diri, permainan kelompok, dan membedakan gender.
Tahap perkembangan anak pada kelompok usia prasekolah meliputi (Erikson,
1985):
1. Gerak kasar atau motorik kasar. Aspek ini berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, melompat, merangkak, dan
sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus. Aspek ini berkaitan dengan kemampuan
anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, menggambar, makan
sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, dan sebagainya.
3. Kognitif. Aspek perkembangan ini mengacu pada kemampuan anak untuk
berfikir lebih kompleks yang meliputi perkembangan kemampuan berfikir
(thinking), memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan
(decision making), kecerdasan (intellegence), dan bakat (aptittude).
4. Bahasa. Aspek ini berhubungan dengan kemampuan anak untuk
memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti
perintah, dan sebagainya.
5. Psikososial. Aspek ini berkaitan dengan kemampuan mandiri anak (makan
sendiri, membereskan mainan selesai bermain), mudah berpisah dengan ibu
atau pengasuh, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan
sebagainya.
Seluruh aspek tumbuh kembang anak usia prasekolah diatas merupakan aspek-
aspek yang sama pentingnya dan saling berkaitan satu sama lain. Namun

175
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Luh Drajati Ekaningtyas [2020]

berikutnya dalam bab ini pembahasan akan difokuskan pada aspek


perkembangan psikososial anak usia prasekolah yang terdiri dari karakteristik
perilaku dan sosial yang merupakan cikal bakal pembentukan karakter mandiri
dan sosial pada seseorang.

Pembahasan
A. Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial adalah proses penyesuaian psikologis atau perilaku
dan sosial sejalan dengan perkembangan seseorang sejak bayi sampai dewasa
berdasarkan delapan tahap kematangan psikologis dan sosial manusia
(Bastable, 2002). Perkembangan psikososial dilihat sebagai faktor-faktor yang
berkaitan dengan lingkungan sosial atau interaksi dengan orang lain yang dapat
memberikan pengaruh kepada perilaku individu. Pada fase ini anak akan
melalui perkembangan dalam perubahan interaksi dengan keluarga, konsep
diri, permainan kelompok, dan membedakan gender (Santrock, 2008).
Fase perkembangan psikososial yang dilalui seseorang sepanjang sikuls
kehidupannya dikelompokkan menjadi delapan fase berdasarkan usia. Delapan
fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut (Erikson, 1985):
Tabel 1. Fase Perkembangan Psikososial Sepanjang Hayat

Usia Fase Penjelasan

0-1 tahun Trust Kebutuhan akan rasa aman dan


ketidakberdayaan menyebabkan konflik yang
vs
dialami seorang anak. Bila rasa aman
Mistrust dipenuhi, maka anak akan mengembangkan
dasar-dasar kepercayaan pada lingkungan.
Sebaliknya bila anak selalu terganggu, tidak
pernah merasakan kasih sayang dan rasa
aman, anak akan mengembangkan perasaan
tidak percaya pada lingkungan.

1-3 tahun Autonomy Pengakuan, pujian, perhatian serta dorongan


akan menimbulkan perasaan mandiri atau
vs
percaya diri dan memperkuat ego anak. Hal

176
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Luh Drajati Ekaningtyas [2020]

Shame/Doubt yang sebaliknya akan mengembangkan


perasaan ragu-ragu dan malu.

3-6 tahun Initiative Bila anak berhasil menyelesaikan fase


sebelumnya, maka ia akan berani mengambil
vs
inisiatif. Tetapi bila anak mengalami
Guilt kegagalan pada fase sebelumnya, maka ia
akan selalu merasa bersalah dan tidak berani
melakukan segala sesuatu atas kehendak
sendiri.

6-12 tahun Industry Bila kemampuan untuk menghadapi


tuntutan-tuntutan lingkungan (misalnya
vs
sekolah) dihargai, maka akan berkembang
Inferiority rasa bergairah untuk terus lebih tekun dan
produktif. Jika yang terjadi sebaliknya, maka
akan timbul perasaan rendah diri.

12-20 tahun Identity Individu dihadapkan pada harapan kelompok


dan dorongan yang makin kuat untuk lebih
vs
mengenal diri sendiri. Bila ia berhasil melalui
Confusion tahap-tahap sebelumnya, maka ia akan
menemukan dirinya. Bila yang terjadi
kebalikannya, maka ia akan merasakan
kekaburan peran.

20-30 tahun Intimacy Individu sudah mulai mencari pasangan


hidup. Jika individu berhasil membagi kasih
vs
sayang dan perhatian dengan orang lain maka
Isolation ia akan mendapatkan perasaan kemesraan
dan keintiman Jika yang terjadi sebaliknya,
makai a akan merasa terasing atau terkucil.

40-50 tahun Generativity Individu menghadapi tuntutan untuk


membantu orang lain di luar keluarganya.
vs
Pengalamannya di masa lalu dapat
Stagnation menyebabkan individu mampu berbuat
banyak bagi kemanusiaan, khususnya bagi

177
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Luh Drajati Ekaningtyas [2020]

generasi yang akan datang. Tetapi bila dalam


tahap-tahap sebelumnya ia memperoleh
banyak pengalaman negatif, maka ia mungkin
terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya
sendiri.

50 tahun Integrity Memasuki masa ini, individu akan menengok


keatas masa lalu. Prestasi dan tindakan-tindakan
vs
positifnya di masa lalu akan menimbulkan
Despair perasaan puas. Bila ia merasa semuanya
belum siap dan/atau gagal, maka akan timbul
kekecewaan yang mendalam.

B. Perkembangan Psikososial Anak Usia Pra Sekolah


Perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah berada fase ketiga, yaitu
initiative vs guilt atau inisiatif versus rasa bersalah. Perkembangan inisiatif adalah
perkembangan yang muncul dimana anak mulai mendengarkan kata hati ketika
akan melakukan sesuatu, dan memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu.
Sebaliknya, perkembangan rasa bersalah adalah perasaan bersalah yang muncul
ketika anak mengalami hambatan, tidak mampu atau gagal dalam melakukan
sesuatu (Santrock, 2002).
Pada fase ini anak berusaha mendapatkan perasaan inisiatif tanpa harus merasa
bersalah ketika harus melakukan sesuatu. Anak yang berhasil mengembangkan
perasaan percaya diri dan mandiri pada fase sebelumnya akan tumbuh menjadi
pribadi yang berani mengambil inisiatif, yaitu perasaan bebas untuk melakukan
segala sesuatu atas kehendak sendiri. Tetapi bila pada tahap sebelumnya anak
mengembangkan perasaan ragu-ragu, maka ia akan selalu merasa bersalah dan
tidak akan berani melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri.
Pada tahap ini, anak terlihat tumbuh dan memiliki banyak kepandaian. Anak
belajar berfantasi dimana hal ini menjadi dasar bagi anak untuk menjadi kreatif.
Pada fase ini, anak tidak perlu dibebani dengan tugas dan pekerjaan di luar
kemampuannya, karena jika anak tidak mampu belajar sesuai dengan tugas
yang diberikan, akan menimbulkan rasa bersalah pada dirinya dan mengganggu
perkembangan inisiatifnya (Sunarti, 2004). Gangguan pada perkembangan
tahap inisiatif dapat menyebabkan anak menjadi sulit belajar, pasif, kurang

178
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Luh Drajati Ekaningtyas [2020]

inisiatif, selalu takut mencoba hal yang baru, dan terkadang mempunyai
masalah dalam bergaul dengan teman-temannya (Erikson, 1985).
Pada tahap ini anak juga mulai identitas dirinya, terutama yang berkaitan
dengan jenis kelamin mereka. Anak mulai mengenal identitas pribadinya bukan
hanya dari alat kelamin yang dimilikinya tetapi juga dari perlakuan
sekelilingnya. Kemampuan menggunakan bahasa semakin meningkat, dan
anak-anak mulai belajar melibatkan diri dalam aktivitas bersama dengan teman-
temannya (Papilia, Olds, & Feldman, 2009).
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui
kemampuan inderanya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara
melakukan eksplorasi terhadap apa yang ada disekitarnya. Hasil akhir yang
diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasi,
Perasaan bersalah akan timbul apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga
merasa tidak puas atas perkembangan yang gagal dicapainya.
Sesuai dengan pengertian perkembangan psikososial, karakteristik
perkembangan psikososial anak usia prasekolah secara garis besar terbagi
menjadi dua, yaitu (Erikson, 1985):
1. Karakteristik Sosial.
a. Memiliki hubungan dengan orang lain selain orang tua, yang meluas
kepada hubungan anak dengan kakek-nenek, saudara kandung, dan
guru-guru di sekolah.
b. Memerlukan interaksi yang teratur dengan teman sebaya untuk
membantu mengembangkan keterampilan sosial.
2. Karakteristik Perilaku atau Psikologis.
Secara operasional, bentuk perilaku yang menjadi karakteristik perilaku
inisiatif dan rasa bersalah pada anak usia prasekolah adalah sebagai berikut:

179
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Luh Drajati Ekaningtyas [2020]

Tabel 2. Karakteristik Perilaku Inisiatif versus Rasa Bersalah

Perilaku Inisiatif Perilaku Rasa Bersalah

a. Mengkhayal dan kreatif a. Tidak percaya diri


b. Belajar keterampilan fisik baru b. Pesimis
c. Menikmati bermain bersama anak c. Takut salah dalam
seusianya melakukan sesuatu
d. Mudah berpisah dengan orang tua d. Sangat membatasi
aktivitasnya
e. Mengetahui hal-hal yang benar dan
salah e. Perilaku agresif
f. Mengenal minimal empat warna
g. Merangkai kata-kata dalam bentuk
kalimat
h. Mengenal jenis kelamin
i. Mampu mengerjakan pekerjaan
yang sederhana
j. Berinisiatif bermain dengan benda-
benda sekitar

Perkembangan psikososial anak usia prasekolah tidak sama antara satu sanak
dengan anak lainnya. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat setiap
anak adalah individu yang unik. Namun demikian, orang tua dan tenaga
pendidik wajib untuk tetap memberikan stimulasi untuk mendukung dan
memaksimalkan pencapaian setiap fase perkembangan pada anak, termasuk
fase inisiatif versus rasa bersalah pada anak usia prasekolah.
Stimulasi adalah pemberian rangsangan yang berasal dari luar individu anak.
Perkembangan aspek inisiatif pada anak yang mendapatkan stimulasi yang
sesuai dan memadai akan lebih pesat dibandingkan perkembangan inisiatif
anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Stimulasi dapat berfungsi
sebagai upaya mencegah kelambatan dan juga sebagai upaya meningkatkan
atau memaksimalkan perkembangan anak.

180
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Luh Drajati Ekaningtyas [2020]

Beberapa kegiatan sederhana yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah
untuk menstimulasi perkembangan psikososial anak usia prasekolah antara
lain:
1. Memotivasi anak untuk membantu pekerjaan rumah yang sederhana,
seperti merapikan mainan setelah selesai digunakan.
2. Membiarkan anak mengembangkan kreativitasnya sembari tetap diawasi,
misalnya seperti bermain dengan alat masak atau alat rumah tangga lainnya.
3. Makan bersama dengan anak dan anggota keluarga lainnya,
4. Bermain peran bersama anak, misalnya bermain penjual-pembeli dengan
menggunakan uang buatan.
5. Memberikan kesempatan anak bermain dengan teman sebayanya.
Sedangkan tenaga pendidik di PAUD dapat memberikan stimulasi dengan
melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai.
2. Menerapkan program pembelajaran yang sesuai dengan standar nasional,
meliputi moral dan nilai-nilai agama, fisik, bahasa, kognitif, sosial emosi,
dan seni.
3. Menyampaikan materi dengan berbagai metode yang menyenangkan,
seperti bermain, bercerita, bernyanyi, bermain peran, darmawisata, kerja
kelompok, dan latihan.
Pemberian stimulasi dari orang tua dan tenaga pendidik yang memadai dan
sesuai dengan kebutuhan dan usia anak prasekolah akan mampu membantu
anak mengembangkan aspek insiatifnya, sehingga dia akan tumbuh menjadi
pribadi yang percaya diri dan mandiri, serta berani melakukan segala sesuatu
atas kehendaknya sendiri. Hal ini akan menjadi dasar yang baik bagi anak untuk
memasuki fase perkembangan berikutnya.

Penutup
Perkembangan psikososial adalah aspek perkembangan yang sama pentingnya
dengan perkembangan fisik dan motorik, kognitif, dan bahasa pada anak usia
dini. Perkembangan psikososial pada anak usia dini memiliki periode yang
khas, yaitu pada masa prasekolah (usia 3-6 tahun), dimana anak mulai
memasuki dunia kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Disini anak akan
dihadapkan pada konflik pengembangan inisiatif versus rasa bersalah.

181
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Luh Drajati Ekaningtyas [2020]

Anak yang berhasil mengembangkan inisiatifnya akan tumbuh menjadi anak


yang percaya diri dan mandiri, berani melakukan sesuatu atas kehendaknya
sendiri. Sedangkan anak yang gagal mengembangkan inisiatifnya kemungkinan
akan tumbuh menjadi anak yang mudah merasa bersalah dan tidak berani
mengambil tindakan sendiri. Namun demikian, idealnya anak usia dini tidak
sendiri dalam menjalani fase perkembangan psikososial ini. Orang tua dan
tenaga pendidik wajib untuk memberikan stimulasi atau rangsangan untuk
mendukung pencapaian setiap fase perkembangan anak.

Daftar Pustaka
Bastable, S. B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran. Jakarta: EGC.
Erikson, E. H. (1985). Childhood and Society. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Papilia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development.
Jakarta: Salemba Humanika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Fundamental Nursing: Concept, Process, and
Practice (6th Editio). St. Louis: Mosby Year Book.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (12th Editi). New York: McGraw
Hill.
Santrock, J. W. (2008). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.
Sunarti, E. (2004). Mengasuh Dengan Hati. Jakarta: EGC.
Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Edisi 6). Jakarta: EGC.

182
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Gede Dharman Gunawan [2020]

Pemanfaatan Perpustakaan Digital Sebagai Media


Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19

I Gede Dharman Gunawan


Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Pendahuluan
Saat ini pandemi Covid-19 mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Salah
satunya aspek pendidikan sangat merasakan dampak dari pandemi Covid-19.
Proses pembelajaran telah bergeser dari dalam kelas/sekolah ke pembelajaran
berbasis daring. Tentunya ini juga berpengaruh terhadap keberadaan
perpustakaan sebagai salah satu media pembelajaran di dalam mencari berbagai
bahan bacaan dan materi belajar. Dengan adanya kondisi pandemi ini
diharapkan masyarakat, mahasiswa, dan siswa selalu menjaga jarak (physical
distancing). Keberadaan perpustakaan konvesional bergeser menjadi
perpustakaan digital, di mana perpustakaan konvensional mempunyai
kelemahan dalam melakukan layanan secara fisik, saat masyarakat
membutuhkan atau ingin membaca buku, maka harus datang ke perpustakaan
untuk mengambilnya. Karena keterbatasan akses ini, pemanfaatan
perpustakaan digital diharapkan mampu sebagai media pembelajaran dan
menyediakan akses terhadap dokumen dengan lebih cepat dan online bagi
peserta didik selama masa pandemi Covid-19.
Perpustakaan digital memudahkan pengguna/masyarakat untuk mengakses
sumber-sumber bacaan dengan alat elektronik yang menyenangkan pada waktu
dan kesempatan yang tidak ada batasannya. Tujuannya untuk mendukung
media sumber belajar, serta manfaatnya untuk penyedia sumber belajar dan
mengembangkan perpustakaan digital sebagai media sumber belajar. Artinya,
sesuai dengan konteks belajar perpustakaan digital menjadikan sistem sebagai
sumber belajar. Hal ini menunjukkan bahwa perpustakaan digital dan sumber
belajar dapat diimplementasikan sebagai media pembelajaran pada masa
pandemi ini. Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai wahana belajar

183
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Gede Dharman Gunawan [2020]

sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia


yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan
pendidikan nasional (Yantiningsih, 2015:110).
Lebih lanjut menurut Hartono (2017:77), pada dasarnya perpustakaan digital
sama saja dengan perpustakaan biasa, perbedaannya adalah perpustakaan
konvensional menggunakan koleksi berbasis tercetak sedangkan perpustakaan
digital memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber daya digital.
Secara definitif bahwa perpustakaan digital adalah perpustakaan yang
mengelola semua atau sebagian yang substansi dari koleksi-koleksinya dalam
bentuk komputerisasi sebagai bentuk alternatif, suplemen atau pelengkap
terhadap cetakan konvensional dalam bentuk mikro material yang saat
didominasi koleksi perpustakaan. Perpustakaan digital terkait dengan adanya
informasi dan layanan yang terbuka bagi semua. Perpustakaan digital
memudahkan pengguna untuk mengakses sumber-sumber elektronik dengan
alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang tidak ada
batasannya. Pengguna dapat menggunakan sumber-sumber informasi tersebut
tanpa harus terikat kepada jam operasional perpustakaan seperti pada jam kerja
atau jam buka perpustakaan. Perpustakaan digital mempunyai koleksi buku
sebagian besar dalam bentuk format digital yang bisa diakses dengan
komputer. Perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang
ditempatkan secara lokal, maupun tempat yang jauh namun dapat diakses
dengan cepat dan mudah dengan melalui jaringan komputer.
Tentunya keberadaan perpustakaan digital belum dapat menggantikan
keberadaan perpustakaan konvensional secara penuh, namun keberadaan
perpustakaan digital selama masa pandemi Covid-19 diyakini sebagai
pelengkap dan penambah nilai dari perpustakaan yang ada, sehingga kebutuhan
masyarakat terhadap sumber bacaan dapat terpenuhi dengan optimal.

Pembahasan
A. Karakteristik Perpustakaan Digital
Pada masa pandemi Covid-19 ini, perpustakaan digital menjadi salah satu
pilihan media pembelajaran bagi peserta didik. Selain itu juga menjadi salah
satu solusi di tengah diberlakukannya pembatasan sosial di masyarakat terkait

184
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Gede Dharman Gunawan [2020]

pandemi Covid-19. Dengan memanfaatkan perpustakaan digital sebagai media


pembelajaran, diharapkan membantu upaya pemerintah dalam rangka
mencegah penyebaran virus corona. Perpustakaan digital merupakan
perpustakaan yang memiliki koleksi buku dalam bentuk format digital, serta
dapat diakses menggunakan perangkat elektronik, baik itu menggunakan
laptop maupun smartphone.
Perpustakaan merupakan penyedia informasi dan pelestari bahan pustaka yang
berperan penting di dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengembangan
ilmu pengetahuan, maka di era globalisasi ini dibutuhkan perpustakaan digital
dan teknologi informasi supaya pengguna perpustakaan tidak ketinggalan
informasi (Sunu, 2014:33). Tujuan dari keberadaan perpustakaan digital,
menyediakan koleksi buku, majalah, dan jurnal hingga berbagai jenis bacaan
lainnya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan bagi masyarakat khususnya
peserta didik dan akademisi. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan
adanya perpustakaan digital seperti, mengatasi keterbatasan waktu, mengatasi
keterbatasan tempat, memperoleh informasi yang paling baru dengan cepat,
dan mempermudah akses informasi dari berbagai sumber.
Karakteristik perpustakaan digital dalam lingkungan perpustakaan menurut
Siregar (dalam Hartono, 2017:81) disebutkan sebagai berikut. (1) Akses
terhadap perpustakaan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta dapat diakses
dari mana dan kapan saja. (2) Koleksi dalam bentuk elektronik akan terus
meningkat dan koleksi dalam bentuk cetak akan menurun. (3) Koleksi dapat
berbentuk teks, gambar, atau suara. (4) Penggunaan informasi elektronik akan
terus meningkat dan penggunaan bahan tercetak akan menurun. (5)
Pengeluaran anggaran informasi akan beralih dari kepemilikan kepada
pelanggan dan lisensi. (6) Pendanaan untuk peralatan dan infrastruktur akan
meningkat. (7) Penggunaan bangunan akan beralih dari ruang koleksi ke ruang
studi. (8) Pekerjaan, pelatihan, dan rekruitmen akan berubah.
Berdasarkan uraian di atas dapat dibangun sebuah kerangka pemikiran bahwa,
perpustakaan digital memiliki suatu karakteristik dalam lingkungan
perpustakaan. Perpustakaan digital memiliki akses terhadap perpustakaan tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu serta dapat diakses dari mana dan kapan saja,
serta memiliki koleksi dalam bentuk elektronik akan terus meningkat dan
koleksi dalam bentuk cetak akan menurun. Koleksi dapat berbentuk teks,
gambar, atau suara. Di mana penggunaan informasi elektronik akan terus

185
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Gede Dharman Gunawan [2020]

meningkat dan penggunaan bahan tercetak akan menurun. Pengeluaran


anggaran informasi akan beralih dari kepemilikan kepada pelanggan dan lisensi.
Pendanaan untuk peralatan dan infrastruktur akan meningkat. Penggunaan
bangunan akan beralih dari ruang koleksi ke ruang studi.
Salah satu peranan dari perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar. Perpustakaan
yang terorganisir secara baik dan sisitematis, secara langsung atau pun tidak
langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di
sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan
bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar
yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan
sarana pendidikan. Selanjutnya, tujuan perpustakaan adalah untuk membantu
masyarakat dalam segala umur dengan memberikan kesempatan dengan
dorongan melalui jasa pelayanan perpustakaan agar masyarakat: a. Dapat
mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan; b. Dapat tanggap dalam
kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan
politik; c. Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk
menjadi anggota keluarga dan masyarakat yang lebih baik; d. Dapat
mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan dapat
menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya
manusia; e. Dapat meningkatkan tarap kehidupan seharihari dan lapangan
pekerjaannya; f. Dapat menjadi warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi
secara aktif dalam pembangunan nasional dan dalam membina saling
pengertian antar bangsa; g. Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik
yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial.
Lebih lanjut, perkembangan dunia perpustakaan ini didukung oleh
perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya yang telah merambah
ke berbagai bidang. Dari segi data dan dokumen yang disimpan di
perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari
kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian muncul perpustakaan semi
modern yang menggunakan katalog (index). Katalog mengalami metamorfosa
menjadi katalog elektronik yang lebih mudah dan cepat dalam pencarian
kembali koleksi yang disimpan di perpustakaan. Koleksi perpustakaan juga
mulai dialihmediakan ke bentuk elektronik yang lebih tidak memakan tempat
dan mudah ditemukan kembali. Ini adalah perkembangan mutakhir dari
perpustakaan, yaitu dengan munculnya perpustakaan digital (digital library) yang

186
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Gede Dharman Gunawan [2020]

memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data


digital dan media jaringan komputer (internet).

B. Pemanfaatan Perpustakaan Digital sebagai Media Pembelajaran


Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari dari
medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” (Sadiman,
2006:6). Secara bahasa media berarti berarti pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal (Arsyad, 2005:3). Media pembelajaran dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi
antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa,
bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk
menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai
media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar
bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam. Dengan kelima bentuk
stimulus ini, akan membantu pembelajar mempelajari bahan pelajaran. Atau
dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai
media adalah suara, lihat, dan gerakan.
Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan
pesan atau informasi sehingga membantu proses pembelajaran. Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya
indera cacat tubuh dan lain-lain dapat diatasi dengan pemanfaatan media
pembelajaran. Media sebagai perantara yang mengantarkan informasi antar
sumber dengan penerima (Gunawan, 2017:19). Salah satu media yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran adalah perpustakaan digital (digital
library)
Selama masa pandemi Covid-19, banyak lembaga/instansi yang memberikan
layanan perpustakaan digital. Seperti misalnya, Lembaga Perpustakaan
Nasional Indonesia yang telah mengembangkan perpustakaan dalam bentuk
187
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Gede Dharman Gunawan [2020]

digital dengan berbagai koleksi yang bisa diakses oleh semua lapisan
masyarakat melalui teknologi internet dengan alamat situs di http://e-
resources.perpusnas.go.id. Semua koleksinya dapat dibuka tanpa perlu
mengeluarkan biaya alias gratis. Tetapi tentu saja sebelumnya harus
mendaftarkan diri dulu untuk menjadi anggota. Keberadaan perpustakaan
digital ini sangat membantu masyarakat, komunitas literasi, mahasiswa, dan
siswa yang ingin mendapatkan referensi pengetahuan terutama jurnal-jurnal
ilmiah. Selain itu, banyak pula koleksi buku digital yang sifatnya umum dan
memiliki nilai kegunaan sangat tinggi bagi siapa saja yang ingin belajar tentang
berbagai macam ilmu dan pengetahuan. Selain itu ada juga situs perpustakaan
lainnya yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi dan didatangi adalah milik
Indonesian Publication Index dengan alamat di http://id.portalgaruda.org.
Perpustakaan ini berdiri pertama kali pada tahun 2018 dan dirintis oleh para
peneliti dan ilmuan tanah air yang tergabung di organisasi Advance Engineering
and Science. Banyak yang menyebut jika layanan perpustakaan model digital ini
sebagai google-nya kaum akedemik Indonesia karena koleksinya sangat
lengkap.
Perkembangan perpustakaan digital seiring dengan perkembangan teknologi
informasi, dalam kondisi masa pandemi ini masyarakat lebih memilih informasi
yang dapat diperoleh dengan mudah, murah, cepat, berkualitas, dan
tepat/akurat dalam berbagai kemasan. Informasi tersebut harus tersedia
seluas-luasnya, dan dapat peroleh dari mana dan kapan saja. Oleh karena itu,
perpustakaan tidak perlu menyediakan informasi di perpustakaan secara fisik,
tetapi perpustakaan harus mampu menyediakan informasi ketika dibutuhkan.
Kondisi ini menimbul kesan bahwa, layanan perpustakaan secara tradisional
yang mengedepankan fisik dan jam buka untuk pengunjung bisa jadi akan
menjadi berlebih dan diangap kurang perlu dalam era digital library saat ini. Atau
boleh dikatakan, bahwa konsep kepemilikan koleksi yang tadinya ditekankan
pada penyediaan koleksi tercetak selengkap mungkin, tak lagi mungkin untuk
dipenuhi, karena informasi tersebut telah tersedia dan terus berkembang serta
dapat dibutuhkan kapanpun bagi pembentukan masyarakat belajar. Digital
library memberikan lebih pengguna untuk mengakses sumber-sumber
informasi elektronik. Pengguna tidak lagi terpancang pada jam pelayanan
perpustakaan dan mereka tidak perlu lagi harus datang ke perpustakaan untuk
memperoleh akses informasi. Untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan
selama adanya pembatasan sosial terkait dengan adanya pandemi Covid-19,

188
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Gede Dharman Gunawan [2020]

maka pemanfaatan perpustakaan digital menjadi salah satu pilihan masyarakat


dan peserta didik dalam mencari materi belajar dan bahan bacaan yang
diperlukan. Dengan adanya pemanfaatan perpustakaan digital sebagai media
pendidikan merupakan bagian dari upaya penguatan literasi masyarakat.
Terkait dengan upaya penguatan literasi masyarakat, menurut Sunu (2014:34),
perpustakaan digital memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan
perpustakaan konvensional di antaranya.
1. Menghemat ruang karena koleksi perpustakaan digital adalah dokumen-
dokumen berbentuk digital, maka penyimpanannya akan sangat efisien.
2. Akses ganda (multiple access) artinya setiap pemakai dapat secara bersama-
sama menggunakan sebuah koleksi buku digital yang sama baik untuk
dibaca maupun untuk diunduh atau dipindahkan ke komputer pribadinya
(download).
3. Tidak dibatasi ruang dan waktu artinya perpustakaan digital dapat diakses
dari mana saja dan kapan saja dengan catatan ada jaringan komputer
(computer internetworking).
4. Koleksi dapat berbentuk multimedia yaitu koleksi perpustakaan digital
dapat berbentuk kombinasi antara teks, gambar dan suara, bahkan dapat
menyimpan dokumen yang hanya bersifat gambar bergerak dan suara (film)
yang tidak mungkin digantikan dengan teks.
5. Biaya lebih murah artinya secara relatif dapat dikatakan bahwa biaya untuk
dokumen digital termasuk murah, tetapi tidak sepenuhnya benar karena
untuk memproduksi sebuah e-book mungkin perlu biaya yang cukup besar.
Namun jika melihat sifat e-book yang dapat digandakan dengan jumlah tidak
terbatas, maka dapat disimpulkan bahwa dokumen elektronik tersebut
biayanya sangat murah.
Berdasarkan pendapat Sunu di atas, dapat dibangun sebuah pemahaman
bahwa keberadaan perpustakaan digital memiliki beberapa kelebihan dari
perpustakaan konvensional. Perpustakaan digital dapat menghemat ruang
karena semua dokumen berbetuk digital dan memiliki akses ganda, dimana
pengguna dapat secara bersama-sama menggunakan sebuah koleksi buku
digital untuk dibaca. Koleksi dapat berbentuk multimedia yaitu koleksi
perpustakaan digital dapat berbentuk kombinasi antara teks, gambar, dan

189
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Gede Dharman Gunawan [2020]

suara. Sehingga pemanfaatan perpustakaan digital lebih banyak digunakan


sebagai media pembelajaran oleh masyarakat pada masa pandemi Covid-19.

Penutup
Keberadaan perpustakaan digital selama masa pandemi Covid-19 diharapkan
dapat dimanfaatkan secara baik oleh berbagai komunitas literasi, peserta didik,
mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya. Dengan adanya pemanfaatan
perpustakaan digital sebagai media pembelajaran selama masa pandemi Covid-
19 menjadi salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan sumber bacaan dan
materi belajar. Tentunya keberadaan perpustakaan digital juga turut berperan
dalam menyukseskan program pemerintah terkait adanya pembatasan sosial di
masyarakat, serta menjadi pilihan pengguna dan masyarakat untuk mengatasi
kejenuhan dengan adanya physical distancing.

Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gunawan, I. G. D. (2017). Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Media
Pendidikan Agama Hindu. Jurnal Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama Dan
Budaya Hindu, 8 (2), 16-27.
Hartono. (2017). Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital dalam
Membangun Aksesibilitas Informasi: Sebuah Kajian Teoritis pada
Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. UNILIB: Jurnal
Perpustakaan, 8(1), 77-91.
Sadiman, Arief S., dkk. (2006). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sunu. A. P. (2014). Peran Perpustakaan Digital dan Teknologi Informasi di Era
Globalisasi. Info Persadha, 12(1), 37-41.
Yantiningsih, D., & Santoso, S. (2015). Menciptakan Perpustakaan sebagai
Media Pembelajaran yang Tenang dan Nyaman (Studi di Perpustakaan
STAIN Kudus). LIBRARIA: Jurnal Perpustakaan, 3(1), 110-124.

190
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

Pengenalan Konsep Matematika Pada Anak Usia


Dini

Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari


Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Pendahuluan
Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan anak untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya
secara optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya
sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap anak
memiliki kecerdasan dan kebutuhan yang berbeda-beda dan karena itu setiap
anak juga memerlukan stimulasi pendidikan yang berbeda pula.
Pendidikan anak usia dini merupakan peletak dasar utama dan pertama dalam
pengembangan pribadi anak, baik berkaitan dengan karakter, kemampuan fisik,
kognitif, bahasa, seni, sosial-emosional maupun moral-agama. Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan bagi anak usia dini dalam mengembangkan
potensinya. Hasil penelitian Binet-Simon dan Gardner yang berfokus pada
perkembangan otak manusia menujukkan bahwa usia dini memegang peranan
yang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan otak manusia mengalami
lompatan dan berkembang sangat pesat pada usia dini, yaitu mencapai 80%.
Ketika lahir, perkembangan otak anak telah mencapai 25%, sampai dengan usia
4 tahun telah mencapai 50%, dan sampai usia 8 tahun telah mencapai 80%,
selebihnya berkembang sampai dengan usia 18 tahun (Mulyasa, 2014). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak usia dini memiliki perkembangan
otak yang luar biasa dalam menyerap informasi, sehingga hal ini menjadi dasar
yang kuat pentingnya anak mendapatkan stimulasi pendidikan yang tepat sejak
dini.
Setiap aspek perkembangan kecerdasan anak, baik motorik kasar, motorik
halus, kematangan non fisik, maupun kemampuan spiritualnya dapat
berkembang secara pesat apabila mendapatkan stimulasi lingkungan yang
memadai. Stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak akan berpengaruh
pada perkembangan anak selanjutnya. Dengan demikian stimulasi yang

191
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

diberikan kepada anak usia dini harus dilakukan pada saat tepat dan didasarkan
pada tahap perkembangan anak,.
Pada perkembangan kognitif, anak usia dini berada pada tahap pra-operasional.
Anak-anak pra sekolah mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk
memikirkan segala sesuatu dan dapat menggunakan simbol untuk
melambangkan objek dalam pikiran. Selama tahap praoperasional bahasa dan
konsep anak-anak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa. Piaget
menyatakan, pada tahap ini anak sudah mulai memiliki kemampuan untuk
menghitung dan menggunakan bahasa untuk menyampaikan apa yang
diinginkan. Pada tahap ini anak juga belajar mengenal dunia sekitarnya melalui
kata-kata dan gambar (Charlesworth, Rosalind;Lind, 1990).
Perkembangan kognitif pada fase pra-operasional juga ditandai dengan dengan
kemampuan anak untuk menghadirkan benda, objek, orang dan peristiwa di
dalam pikirannya walaupun semuanya tidak hadir secara fisik dihadapan anak.
Kemampuan menghadirkan suatu benda, objek, orang atau peristiwa tersebut
disebut dengan kemampuan berpikir secara simbolik (Jamaris, 2010). Bentuk-
bentuk berpikir tersebut akan diwujudkan oleh anak dalam berbagai aktivitas
bermain yang dilakukannya.
Salah satu kegiatan untuk perkembangan kognitif anak usia dini berkaitan
dengan kemampuan berpikir sombolik adalah bermain matematika permulaan.
Namun, selama ini matematika di PAUD masih dianggap sebagai salah satu
kemampuan yang harus dimiliki oleh anak usia dini untuk kesiapan tes masuk
sekolah dasar (SD). Peraturan Pemerintah Indonesia No.17 pasal 69 ayat 5
menyatakan “Penerimaan peserta didik Kelas I SD/MI atau bentuk lain yang
sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca, menulis dan
berhitung atau tes bentuk lainnya”. Mengacu pada hal di atas maka
pembelajaran di PAUD lebih diarahkan pada kegiatan bermain sambil belajar.
Anak-anak dikondisikan untuk bersosialisasi, mendapatkan teman yang banyak
untuk mengarah pada persiapan memasuki pembelajaran di kelas tinggi.
Topik maupun tema pelajaran bukanlah persoalan yang menghambat
seseorang pada usia berapa pun untuk mempelajarinya. Hal yang perlu menjadi
perhatian adalah cara belajarnya yang disesuaikan dengan kecenderungan gaya
belajar dan usianya masing-masing sehingga terasa menyenangkan dan
membangkitkan minat untuk terus belajar. Belajar membaca, menulis,
berhitung, dan bahkan sains kini tidaklah perlu dianggap tabu untuk anak usia

192
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

dini. Persoalan terpenting adalah merekonstruksi cara untuk mempelajarinya


sehingga anak-anak menganggap kegiatan belajar mereka tak ubahnya bermain,
dan bahkan memang berbentuk sebuah permainan.
Matematika untuk anak usia dini ditunjukkan sebagai pengenalan. Anak-anak
diberikan dasar untuk berpikir logis, sistematis dan berupaya memecahkan
masalahnya secara mandiri. Kemampuan ini akan menjadi dasar dan bekal anak
dalam kesiapan memasuki pendidikan selanjutnya. Semiawan mengemukakan
bahwa proses pembelajaran pada anak usia dini dilakukan dengan tujuan
memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki makna bagi anak melalui
pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukkan aktivitas dan
rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal (Semiawan, 2007).
Merujuk pada pendapat Bruner yang menyatakan bahwa sebagian
pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak
yang paling awal dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh melalui
bermain (Suyadi, 2010). Dengan demikian, pembelajaran matematika
permulaan untuk anak usia dini seharusnya dilakukan dengan cara yang
menyenangkan, tidak memaksa dan memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak untuk melatih kemampuan berpikirnya. Hal tersebut dapat
dilakukan melalui bermain dan memanfaatkan media sebagai sarana belajar
dengan memperhatikan tingkat kemampuan dan perkembangan anak.

Pembahasan
Secara sederhana, matematika dapat dikatakan sebagai bahasa simbol tentang
berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara
cermat, jelas dan akuran. Reys, dkk., mengemukakan bahwa matematika
adalah studi yang berkaitan dengan pola dan hubungan, cara berpikir, analisis
dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah
abstrak dan praktis (Runtukahu, Tombokan;Kandou, 2014). Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa matematika tidak semata-mata mengenai
kemampuan berhitung tetapi lebih luas tentang kemampuan berpikir dalam
upaya memecahkan masalah secara logis.
Matematika kerap kali dianggap pelajaran yang paling sulit. Namun demikian,
matematika merupakan salah satu bidang yang penting untuk dipahami karena
merupakan salah satu sarana untuk belajar memecahkan masalah dalam

193
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapap tersebut, Brewer


mengemukakan bhawa, “mathematic is a way of viewing the world and their experiences
in it. It is a way of solving real problems. It is an understanding of number, operations on
number, functions and relation, probability, and measurement” (Brewer, 2007).
Matematika adalah cara memandang dunia melalui pengalaman untuk
memecahkan masalah yang nyata. Matematika merupakan pemahaman tentang
angka, operasi pada jumlah, fungsi dan hubungan, probabilitas, dan
pengukuran.
Suriasumantri menjelaskan bahwa matematika adalah Bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.
Matematika juga berfungsi sebagai alat berpikir, dan juga merupakan kegunaan
praktis dalam kehidupan sehari-hari (Suriasumantri, 2007). Sejalan dengan hal
tersebut, matematika juga dapat dikatakan sebagai salah satu jenis pengetahuan
yang dibutuhkan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Matematika mencakup pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan,
pengaturan informasi/data, memahami tentang angka, jumlah, pola-pola,
ruang, bentuk, perkiraan dan perbandingan (Kemdikbud, 2011). Pengetahuan
tentang matematika sudah dapat diperkenalkan pada anak sejak usia dini.
Konsep matematika untuk anak usia dini dapat ditemukan setiap hari melalui
pengalaman bermainnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat dari
Feenly, Christensen dan Moravcik, matematika merupakan:
A discovery center is a home for math when it contains materials such as scales,
balance, lotto, objects with different attributes, and matching games that encourage
children to experiment and think about math-related experience. The processes of
comparation, classification, and measurement, as opposed to rote counting and
computation, are the bases of math in early childhood” (Feenly,
Stehanie;Chistensen, 2006).
Rumah dapat menjadi pusat penemuan untuk belajar matematika yang
mengandung unsur seperti skala, keseimbangan, lotto, berbagai objek dengan
atribut yang berbeda dan berbagai permainan yang cocok untuk mendorong
anak-anak untuk bereksperimen dan berpikir tentang pengalaman terkait
matematika. Proses perbandingan, klasifikasi, dan pengukuran, yang
bertentangan dengan penghitungan dan perhitungan hafalan, adalah dasar
matematika pada anak usia dini.

194
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

Cheng dalam penelitiannya menghasilkan bahwa kemampuan untuk


menghitung secara tradisional dianggap sebagai tonggak penting dalam
perkembangan anak mulai dari sejumlah akalnya. Namun, dengan
menggunakan strategi penghitungan untuk memecahkan soal-soal
penjumlahan bukan cara terbaik bagi anak untuk mencapai potensi
maksimalnya dan matematika dipersiapkan untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah yang lebih kompleks dan canggih
(Indrayanti, 2013).
Usia dini adalah masa ketika anak-anak secara aktif terlibat dalam memperoleh
konsep dasar dan belajar keterampilan mendasar. Konsep adalah pembentuk
pengetahuan, memungkinkan anak untuk mengatur dan mengelompokkan
informasi. Konsep dapat diterapkan sebagai solusi dari masalah baru yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Saat anak bermain, orang dewasa
dapat mengamati konsep yang dibangun dan digunakan oleh anak, misalnya
korespondensi satu-satu, perhitungan, pengelompokkan, dan pengukuran
(Charlesworth, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Osborn, perkembangan
intelektual anak pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol
sampai dengan usia pra sekolah (Depdiknas, 2007). Berdasarkan hal tersebut
usia dini sering disebut sebagai masa kritis atau masa peka belajar. Saat anak
mengalami masa peka belajar inilah waktu yang sangat tepat untuk memberikan
stimulasi mengenal konsep matematika melalui rangsangan yang diberikan oleh
lingkungannya.
Stimulasi dini mengenai konsep matematika permulaan juga sangat
berpengaruh terhadap kecerdasan logis-matematis anak. Pada teori kecerdasan
jamak menurut Gardner, kecerdasan logis-matematis memiliki beberapa aspek,
yaitu kemampuan berpikir logis, melakukan hitungan matematis, memecahkan
masalah melakukan pola pikir deduksi dan induksi serta kemampuan mengenai
hubungan. Kemampuan melakukan hitungan matematis berkaitan dengan
kemampuan yang bersifat kuantitas; contohnya adalah melakukan perkiraan
dalam berbagai bentuk hitungan matematika, menafsirkan statistika dan
menggambarkan informasi visual dalam bentuk gambar. Selanjutnya,
kemampuan dalam memahami pola-pola hubungan, seperti hubungan sebab-
akibat, hubungan timbal balik dan sekaligus memahami pola metode ilmiah
(Ansharullah, 2013).

195
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

Selain teori mengenai kecerdasan jamak, terdapat beberapa teori yang


mendasari perlunya permainan berhitung (matematika) di Taman Kanak-
Kanak (TK), yaitu 1) tinhkat perkembangan mentala anak, 2) masa peka
berhitung, dan 3) perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya
(Depdiknas, 2007).
1. Tingkat perkembangan mental anak
Dalam teori perkembangan kognitif, Jean Piaget menyatakan bahwa anak
belajar memerlukan kesiapan dalam dirinya. Kegiatan belajar yang diberikan
kepada anak usia dini harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan
mental anak. Belajar yang bermakna haruslah berasal dari keinginan anak
sendiri.
2. Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan belajar. Stimulasi orang
tua dan guru haruslah didasarkan pada kematangan yang ditunjukkan oleh
anak. Demikian halnya dengan belajar matematika, apabila anak sudah
menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua
dan guru harus tanggap dan segera memberikan stimulasi yang tepat sesuai
dengan kebutuhan anak.
3. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya
Anak usia dini merupakan individu yang sedang mengalami perkembangan
yang fundamental. Artinya, perkembangan yang terjadi sekarang ini sangat
mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Sejalan yang diungkapkan oleh
Hurlock, yaitu bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak
merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya (Depdiknas,
2007). Memperkaya pengalaman anak melalui interaksi dengan
lingkungannya menjadi dasar yang kuat dalam pencapaian hasil belajar anak
yang maksimal.
Terdapat hubungan yang sangat erat antara kegiatan bermain dengan
pengenalan matematika permulaan untuk anak usia dini. Bermain merupakan
cara yang paling tepat dalam memberikan pembelajaran pada anak usia dini
dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami anak. Sejalan dengan
beberapa teori yang telah diuraikan sebelumnya, permainan berhitung di TK
sebaiknya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur

196
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

matematika, yaitu: 1) penguasaan konsep, 2) masa transisi, dan 3) lambang


(Nurhasanah, 2012).
1. Penguasaan konsep
Penguasaan konsep berkaitan dengan pemahaman dan pengertian tentang
sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti
pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bilangan.
2. Masa transisi
Masa transisi ini berkaitan dengan peralihan proses berpikir anak dari
pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yang sifatnya abstrak. Hal
ini memberikan pemahaman kepada guru dan orang tua bahwa pengenalan
konsep matematika harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan laju dan
kecepatan kemampuan masing-masing anak.
3. Lambang
Lambang merupakan bentuk visual dari berbagai konsep, misalnya lambag
5 untuk menggambarkan konsep bilangan lima, kuning untuk
menggambarkan konsep warna, besar/kecil untuk menggambarkan konsep
ruang dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.
Ketiga tahapan atau proses tersebut sangat membantu anak dalam memahami
matematika. Tahapan tersebut juga membantu mencegah anak untuk takut
terhadap pelajaran matematika sejak dini.
Proses kognitif yang terjadi dalam diri anak akan berubah sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangannya. Kemampuan kognitif seseorang pada
umumnya berkembang secara bertahap. Kemampuan berpikir sangat erat
kaitannya dengan perkembangan kognitif. Dewey menyatakan bahwa berpikir
merupakan usaha seseorang untuk memeriksa dan menilai informasi-informasi
berdasarkan kriteria tertentu. Selanjutnya Frobel mendefinisikan berpikir
sebagai pembentukan ide-ide, reorganisasi dari pengalaman-pengalaman
seseorang dan pengorganisasian informasi-informasi ke dalam bentuk yang
khas (Mutiah, 2010). Kemampuan berpikir pada anak usia dini belum
sepenuhnya berkembang dan anak belum mampu menerapkan berbagai
keterampilan berpikir dalam situasi-situasi yang bervariasi. Chuang Meng Huat
Paul & Helena Leong memaparkan bahwa terdapat 8 keterampilan berpikir
(Mutiah, 2010), yaitu:

197
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

1. Ketajaman pancaindera dalam menerima masukan informasi dari luar


(information gathering)
2. Mengarahkan persepsi dan perhatian (focusing) untuk menjaring informasi
3. Mengevaluasi, melakukan penilaian (evaluation)
4. Mengabstraksi, rstrukturisasi, membuat ringkasan (integrating)
5. Menyimpulkan, menduga, elaborasi (generating), dan penyimpulan (inference)
6. Mengidentifikasi ciri penting (analyzing)
7. Mengurutkan, membedakan, mengelompokkan (organizing)
8. Mengingat (remembering) dengan bebarapa jenis strategi, diantaranya
pengulangan, memberi makna, membuat catatan, melakukan asosiasi
pengalaman sehari-hari.
Mengenalkan konsep matematika permulaan kepada anak usia dini akan
mengarahkan anak kepada kemampuan berpikirnya. Matematika juga sangat
berkaitan dengan kemampuan otak kiri anak. Orang yang dominan otak kirinya
(left brainer) melakukan pendekatan pemecahan masalah berdasarkan fakta,
analisis, perhitungan angka-angka dan menyatakannya dengan menunjukkan
fakta disertai urutan yang logis.
Belajar huruf dan angka merupakan salah satu pembelajaran yang penting bagi
keberhasilan anak di masa yang akan datang. Mengutip dari pendapat Burns
dalam buku Math Solution & Baratta Lorton dalam buku Wath Their Way,
keduanya mendasarkan pada teori Piaget yang menunjukkan bagaimana
konsep matematika terbentuk pada anak. Burns menyatakan, kelompok
matematika yang sudah dapat dikenalkan kepada anak mulai dari usia tiga tahun
adalah kelompok bilangan (aritmetika dan berhitung), pola dan fungsinya,
geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas, dan pemecahan
masalah (Mutiah, 2010).
Menurut Jamaris, terdapat empat pengembangan kemampuan dasar
matematika (Jamaris, 2006), yaitu:
1. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kemampuan anak dalam mengelompokkan suatu
benda berdasarkan astributnya, seperti ukuran, jenis, warna ataupun
bentuknya. Dalam kegiatan mengklasifikasi benda, objek, dan peristiwa,

198
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

anak tidak hanya mengamati tetapi juga berpikir, sehingga anak dapat
memilih dan meletakkan benda, objek, atau peristiwa sesuai dengan
klasifikasinya.
2. Berhitung
Pemahaman mengenai berhitung berhubungan dengan pengetahuan
terhadap strategi dalam menghitung yaitu menjumlah dan mengurangi.
3. Geometri
Geometri merupakan bidang matematika yang menjelaskan, mewakili dan
memahami dunia, karena seluruh aspek yang ada di dunia tidak terlepas dari
sifat-sifat geometri seperti bentuk dan ruang. Anak dapat mengenali konsep
geometri melalui gambar maupun benda-benda disekitarnya. Membangun
konsep geometri pada anak dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-
bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa,
seperti segi empat, lingkaran, segitiga.
4. Ukuran
Pengembangan kemampuan dasar yang berkaitan dengan ukuran diperoleh
anak pada waktu berinteraksi dengan lingkungannya, khususnya
pengalaman yang berhubungan dengan membandingkan, mengklasifikasi,
dan Menyusun atau mengurutkan benda-benda.
Mengenalkan konsep matematika untuk anak usia dini memerlukan cara dan
strategi yang tepat agar anak tidak merasa tertekan atau takut dengan pelajaran
matematika. Seperti halnya hakekat pembelajaran untuk anak usia dini,
pengenalan konsep matematika harus dilakukan dengan cara yang
menyenangkan, yaitu melalui bermain. Montessori menyatakan bahwa, untuk
usia balita, permainan sederhana seperti menghitung jari kaki maupun jari
tangannya merupakan awal yang baik (Mutiah, 2010). Guru maupun orang tua
dapat memanfaatkan segala sesuatu yang da di lingkungan sekitar anak untuk
menstimulasinya. Hal tersebut akan merangsang kesadaran anak terhadap
angka-angka, sehingga anak akan terbiasa dengan kegiatan menghitung saat
bermain apabila dilakukan sebagai sebuah rutinitas.
Reys, dkk., mengemukakan terdapat 10 prinsip-prinsip praktis pendekatan
belajar kognitif dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1) belajar matematika
harus berarti, 2) matematika adalah proses perkembangan, 3) matematika

199
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

adalah pengetahuan yang terstruktur, 4) anak terlibat aktif dalam belajar


matematika, 5) anak harus mengetahui apa yang akan dipelajari, 6) komunikasi
bagian yang tidak terpisahkan dengan belajar, 7) menggunakan berbagai bentuk
atau model matematika, 8) variasi matematika membantu anak belajar
matematika, 9) metakognisi mempengaruhi anak belajar, dan 10) pemberian
bantuan pada kemampuan yang terbentuk atau retension (Runtukahu,
Tombokan;Kandou, 2014). Prinsip-prinsip yang dimaksud tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi bertalian satu dengan lainnya.
1. Belajar matematika harus berarti berarti (meaningful)
Hal ini berarti bahwa belajar dengan penuh pengertian meliputi semua
materi dan tema yang berkaitan dengan konsep matematika permulaan yang
diajarkan.
2. Matematika adalah proses perkembangan
Belajar matematika yang efektif dan efisien tidak dapat terjadi dengan
sendirinya karena membutuhkan kesiapan dari pebelajar dan penyediaan
lingkungan belajar yang memadai sesuai dengan perkembangan kognitif
anak.
3. Matematika adalah pengetahuan yang terstruktur
Keterampilan matematika harus dibangun dari keterampilan sebelumnya.
Kemampuan anak akan memahami konsep dasar dari matematika akan
berpengaruh terhadap pemahaman materi matematika selanjutnya.
4. Anak terlibat aktif dalam belajar matematika
Untuk memberikan pengalaman yang bermakna mengenai konsep
matematika permulaan, anak harus terlibat aktif dalam pembelajaran. Tidak
hanya terlibat aktif secara fisik, namun juga secara mental.
5. Anak harus mengetahui apa yang akan dipelajari
Anak harus mengetahui bahwa matematika tidak hanya perihal tentang
berhitung dan upaya pemecahan masalah, tetapi anak harus mengetahui
tujuan belajar matematika dan apa manfaatnya dalam kehidupan.
6. Komunikasi bagian yang tidak terpisahkan dengan belajar
Semua anak harus belajar bagaiaman menggunakan kata-kata matematika
secara lisan sebelum anak menyajikannya dengan tanda simbol.

200
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

7. Menggunakan berbagai bentuk atau model matematika


Materi, model dan strategi belajar akan membantu anak belajar matematika.
Alat bantu ataupun media harus menyangkut banyak model dan
mendorong anak berpikir abstrak.
8. Variasi matematika membantu anak belajar matematika
Prinsip, bentuk, dan model matematika tergantung pada pengalaman anak
dengan berbagai bentuk fisik yang dikaitkan dengan konsep-konsep
matematika.
9. Metakognisi mempengaruhi anak belajar
Metakognisi adalah kemampuan mengamati diri sendiri tentang apa yang
diketahui dan merefleksikan apa yang diamati.
10.Pemberian bantuan pada kemampuan yang terbentuk atau retension
Retension adalah jumlah pengetahuan yang tahan lama dan terpelihara.
Retension matematika menyangkut pengetahuan matematika yang dapat
digunakan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Untuk memperkenalkan konsep bilangan pada anak dapat dilakukan melalui
kegiatan bernyanyi dan melibatkan gerak tubuh. Contoh nyanyian yang
dimaksud adalah “sayang semua”, “satu ditambah satu”, “anak ayam
berkotek”, maupun lagu lainnya. Beberapa hasil penelitian juga memberikan
sumbangan dalam mengenalkan konsep matematika permulaan untuk anak
usia dini. Indrayanti, dalam penelitianya yang menyimpulkan bahwa permainan
aktif berpengaruh signifikan terhadap penguasaan konsep matematika awal
anak usia 4-5 tahun (Indrayanti, 2013). Adapun permainan aktif yang
dimaksud, yaitu permainan konstruktif.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Nurhazizah, yang menghasilkan bahwa
kemampuan matematika awal anak mengalami peningkatan setelah
diterapkannya strategi pembelajaran kinestetik. Strategi pembelajaran
kinestetik dilakukan dalam bentuk kegiatan permainan dengan menggunakan
tes dan observasi dengan target kemampuan mengklasifikasi (warna, bentuk
dan ukuran), kemampuan mencocokkan dengan (pasangan, warna, dan
bentuk), kemampuan mengurutkan (besar-kecil, panjang-pendek, tinggi-
rendah), kemampuan membandingkan (besar-kecil, panjang-pendek, tinggi-

201
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

rendah), dan kemampuan membilang maju dengan benda 1-5 (Nurhazizah,


2018).
Berbagai penelitian di atas menunjukkan bahwa konsep matematika permulaan
anak usia dini dapat diberikan dengan berbagai cara baik dengan bermain
maupun melibatkan media yang menarik dalam kegiatannya. Aktivitas bermain
memberikan berbagai cara yang majemuk kepada anak untuk melatih dan dan
belajar berbagai macam keahlian dan konsep yang berbeda. Melalui bermain
anak mendapat kesempatan untuk mengesplorasi lingkungannya dengan cara
yang tepat dan mmebangun pengetahuan melalui pengalamannya.

Penutup
Pengenalan konsep matematika adalah sebuah upaya yang berkaitan dengan
perkembangan kognitif agar anak memiliki kemampuan dalam menguasai
konsep matematika. Karakteristik konsep matematika yang dapat diberikan
kepada anak usia dini adalah konsep angka, bilangan, geometri, ukuran, pola,
dan klasifikasi. Anak akan lebih mudah memahami konsep matematika
permulaan apabila anak diajak menggunakan konsep matematika permulaan
tersebut dalam kegiatan sehari-hari secara berulang.
Kemampuan anak dalam mengenal konsep matematika permulaan dapat
membantu anak untuk belajar memecahkan masalah dalam kehidupannya
dengan cara yang tepat dan melibatkan pemikiran yang logis. Orang tua
maupun guru harus memberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk
mengesplorasi lingkungannya dan belajar dari orang lain, benda maupun
peristiwa yang ditemui dalam rangka membangun pengetahuannya yang pada
akhirnya bermuara pada perkembangan kognitif anak.
Terdapat berbagai kegiatan yang dapat digunakan dalam memberikan konsep
matematika permulaan untuk anak usia dini. Kegiatan yang diberikan haruslah
menyenangkan, tidak membuat anak takut akan matematika, memberikan
pengalaman yang bermakna, serta dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk terlibat aktif di dalamnya. Bermain konsep matematika permulaan sangat
sesuai dengan hakekat pembelajaran di PAUD yang memberikan anak rasa
senang saat belajar.

202
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

Daftar Pustaka
Ansharullah. (2013). Pendidikan islam Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: STEP.
Brewer, J. A. (2007). Early Childhood Education. USA: Pearson.
Charlesworth, Rosalind;Lind, K. K. (1990). Math and Science for Young Children.
United State of America: Delmar Publisher.
Charlesworth. (2005). Experinece In Math For Young Children (Fifth Edit). New
York: TThomson Delmar Learning.
Depdiknas. (2007). Permainan Berhitung Permulaan Di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.
Feenly, Stehanie;Chistensen, D. E. (2006). Who Am I In The Lives Of Children.
New Jersey Colombus: Pearson.
Indrayanti, N. K. (2013). Pengaruh Permainan Aktif dan Tingkat Kreativitas
Terhadap Penguasaan Konsep Matematika Awal. Universitas Negeri Jakarta.
Jamaris, M. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Grasindo.
Jamaris, M. (2010). Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan
Penamas Murni.
Kemdikbud. (2011). Konsep Matematika untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan
Informal.
Mulyasa. (2014). Manajeman PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Nurhasanah. (2012). Pengembangan Matematika Permulaan Melalui Bermain
Kreatif Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, Vo.l 1 Edi.
Nurhazizah. (2018). PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA
AWAL MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KINESTETIK.
Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 8 Edi.
https://doi.org/https://doi.org/10.21009/JPUD.082.013
Runtukahu, Tombokan;Kandou, S. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.

203
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari [2020]

Semiawan. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia Widiasarana


Indonesia.
Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia.

204
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

Aktivitas Sains Anak Sekolah Dasar Pada Masa


“Belajar Di Rumah” Untuk Pengembangan
Keterampilan Proses Sains

I Komang Wisnu Budi Wijaya1, Putu Eka Sastrika Ayu2,


L.Virginayoga Hignasari3
1
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
2
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
3
Universitas Mahendradatta

Pendahuluan
Sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan
teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuiri yang
dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus;
merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan,
dan strategi memanipulasi dan menghitung, yang dapat diuji kembali
kebenarannya yang dilandasi dengan sikap keingintahuan (curiousity),
keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan oleh individu
untuk menyingkap rahasia alam semesta (Indrawati, 2016). Sains pada
hakekatnya dapat dipandang sebagai proses, produk dan sikap (Sulistyorini,
2007). Produk-produk sains adalah berupa konsep, prinsip, teori dan hukum
yang nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Proses sains adalah
keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk menemukan,
menyanggah, mendukung atau menyempurnakan produk sains yang telah ada.
Sikap sains disebut juga sikap ilmiah adalah karakter yang dimiliki oleh ilmuwan
sains dalam mengkaji produk-produk sains. Karakter yang dimaksud adalah
teliti, jujur, terbuka, kritis dan bertanggung jawab.
Berpijak pada hakekat sains, maka pembelajaran sains hendaknya menanamkan
keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan keseluruhan
keterampilan ilmiah yang terarah baik kognitif maupun psikomotor yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori,
mengembangkan konsep-konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (Trianto, 2010).
Keterampilan proses sains merupakan wujud sains sebagai proses. Dalam
205
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

pembelajaran sains, sangatlah penting untuk membantu siswa belajar


keterampilan proses sains atau inquiry skills untuk memecahkan masalah
(Verawati & Prayogi, 2016). Siswa akan menguasai konsep sains jika mereka
memiliki keterampilan proses sains (Wijaya, Suastra, & Muderawan, 2014).
Pada dunia pendidikan di Indonesia, mata pelajaran sains (IPA) sudah
diberikan kepada siswa sejak berada di sekolah dasar. Pada kurikulum 2013
yang sedang berlaku saat ini, mata pelajaran sains diberikan pada siswa kelas
tinggi yaitu kelas IV – VI. Mata pelajaran sains terintegrasi dalam wadah mata
pelajaran tematik bersama berbagai mata pelajaran lainnya. Alokasi
pembelajaran sains di sekolah dasar sebanyak 4 jam/minggu.
Sejak akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan munculnya wabah penyakit
Covid-19. Wabah yang menyerang saluran pernapasan tersebut telah menyebar
ke hampir seluruh belahan bumi dengan menelan korban yang banyak.
Keberadaan wabah tersebut telah membuat terjadinya perubahan pola kegiatan
manusia, termasuk bidang pendidikan. Saat ini telah berkembang konsep
“Belajar di Rumah” sebagai respon pengampu kebijakan dalam menanggulangi
penyebaran wabah Covid-19. Konsep “Belajar di Rumah” adalah konsep
dimana siswa belajar di rumah dengan memanfaatkan media dan sumber
belajar yang bisa diakses dari rumah serta adanya kolaborasi antara guru dan
orang tua dalam mendidik sang anak belajar.
Walaupun saat ini siswa belajar dengan konsep “Belajar di Rumah”, namun
pembelajaran sains bukan berarti harus berkurang kualitasnya. Pembelajaran
sains harus tetap menanamkan keterampilan proses sains melalui aktivitas sains
di rumah. Sains adalah ilmu yang berada dimana-mana dan bahkan fenomena
di sekitar kita identik dengan sains. Oleh karena itu, pembelajaran sains tetap
bisa dilakukan secara maksimal meskipun siswa tidak belajar di sekolah. Dalam
menjalankan akvitas sains tersebut, siswa sekolah dasar membutuhkan
bimbingan dan dukungan orang tua dan guru.

Pembahasan
A. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses ialah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil

206
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

menemukan sesuatu yang baru (Semiawan, 1992). Keterampilan proses sains


didefinisikan sebagai keterampilan berpikir logis dan rasional yang digunakan
dalam sains yang dapat memaksimalkan keterlibatan aktif siswa dalam
pembelajaran, membantu siswa memahami bagaimana kaidah dalam belajar
yang seharusnya dilakukan secara permanen. Keterampilan proses sains juga
dapat didefinisikan sebagai kemampuan siswa untuk menerapkan metode
ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan
(Dahar, 1996). Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa
sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan
sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah dimiliki. Keterampilan proses sains tidak lain adalah
tipe berpikir dan membangun penjelasan (Rauf, Mansor, Rasul, & Othman,
2013).
Keterampilan proses sains diklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar
dan keterampilan proses terpadu, American Association for the Advancement
of Science (1970), mengklasifikasikan keterampilan proses menjadi
keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan
proses dasar meliputi, observasi (pengamatan), clasifying (menggolongkan),
communication (komunikasi), measuring (pengukuran), inferensi
(menyimpulkan), prediksi (meramalkan). Sedangkan keterampilan proses
terpadu meliputi pengontrolan variable, interpretasi data, perumusan hipotesa,
pendefinisian variabel secara operasional, merancang eksperimen
Funk membagi keterampilan proses sains menjadi dua tingkatan, yaitu
keterampilan proses tingkat dasar (basic science process skill) dan keterampilan
proses terpadu (integrated science process skill). Keterampilan proses tingkat dasar
meliputi : observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi dan
inferensi. Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi menentukan
variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel,
memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan
variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan dan melakukan
eksperimen (Trianto, 2010).
Penilaian dalam keterampilan proses dilakukan selama proses pembelajaran
(penilaian proses) dengan menggunakan indikator dan kata operasional:
1. Mengamati: melihat, mendengar, merasa, meraba, mambaur, mencicipi,
mengecap, menyimak, mengukur, membaca.

207
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

2. Menggolongkan (mengklasifikasikan): mencari persamaan, menyamakan,


membedakan, membandingkan, mengontraskan, mecari dasar
penggolongan.
3. Menafsirkan (menginterprestasikan): menaksir, memberi arti, mengartikan,
memposisikan, mencari hubungan, ruang-waktu, menentukan pola,
menarik kesimpulan, mengeneralisasikan.
4. Meramalkan (memprediksi): mengantisipasi berdasarkan kecenderungan,
pola atau hubungan antar data atau informasi.
5. Menerapkan/menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori,
sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi): menghitung, menentukan
variabel, mengendalikan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan
konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.
6. Merencanakan penelitian: menentukan masalah/objek yang akan diteliti,
menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian,
menentukan sumber data, menentukan alat, bahan, dan sumber
kepustakaan, menentukan cara penelitian.
7. Mengkomunikasikan: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan,
merenungkan, meragakan, mengugkapkan, melaporkan (dalam bentuk
lisan, tulisan, gerak atau penampilan).
Indikator keterampilan proses sains dasar seperti pada Tabel 1 dan
keterampilan proses sains terpadu pada Tabel 2, sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar

No Keterampilan Indikator
Dasar

1 Observasi Mampu menggunakan semua indera (penglihatan,


(observing) pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk
mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat
benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.

2 Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-


(classifying) ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan
menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

208
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

3 Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk


(measuring) menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran
suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang,
luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu
mendemontrasikan perubahan suatu satuan
pengukuran ke satuan pengukuran lain.

4 Pengkomuni Mampu membaca dan mengkompilasi informasi


kasian dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris
(communicating) dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil
percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis dan jelas.

5 Menarik Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu


Kesimpulan benda atau fenomena setelah mengumpulkan,
menginterpretasi data dan informasi.
(inferring)

6 Memprediksi Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi


atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan
terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan
pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan
antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu
pengetahuan.

(Sumber : Hartono, 2007)


Sedangkan keterampilan proses sains terpadu dapat dilihat pada Tabel 2,
sebagai berikut:
Tabel 2 Indikator Keterampilan Proses Sains Terpadu

No Keterampilan Indikator
Terpadu

1 Merumuskan Mampu menyatakan hubungan antara dua variabel,


hipotesis mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi
dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan
(formulating
pemecahan masalah
Hypotheses)

209
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

2 Menamai Mampu mendefinisikan semua variabel jika


variabel digunakan dalam percobaan
(Naming
Variables)

3 Mengontrol Mampu mengidentifikasi variabel yang


variabel mempengaruhi hasil percobaan, menjaga
kekonstanannya selagi memanipulasi variabel bebas
(Controling
Variables)

4 Membuat Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua


definisi faktor/variabel dalam suatu eksperimen
operasional
(making
operational
definition)

5 Melakukan Mampu melakukan kegiatan, mengajukan pertanyaan


Eksperimen yang sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi
dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara
(experimenting)
operasional variabelvariabel, mendesain sebuah
eksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil
eksperimen

6 Interpretasi Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan


(Interpreting) terhadap obyek untuk menarik kesimpulan,
menemukan pola atau keteraturan yang dituliskan
(misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam

7 Merancang Mampu menentuka alat dan bahan yang diperlukan


penyelidikan dalam suatu penyelidikan, menentukan variabel
kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan
(Investigating)
diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan
langkah kerja yang mengarah pada pencapaian
kebenaran ilmiah

210
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

8 Aplikasi Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan


konsep menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu
(Appling menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam
Concepts) situasi baru

(Sumber : Hartono, 2007)

B. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar


Anak usia SD dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang unik.
Berbagai teori membahas tentang karakteristik anak usia SD sesuai dengan
aspek-aspek yang ada pada anak. Beberapa teori tersebut di antaranya yaitu
teori kognitif, teori psikososial, teori moral, teori perkembangan fisik dan
motoric (Trianingsih, 2016). Konsep-konsep di dalamnya akan dibahas lebih
lanjut sebagai berikut:
1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar
Teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget menyatakan
bahwa anak usia SD pada umumnya berada pada tahap operasional konkret
untuk anak dengan rentang usia 7 sampai 11 tahun. Tahap operasional konkret
merupakan tahap ketiga dari tahap-tahap perkembangan kognitif menurut
Piaget. Adapaun perkembangan anak pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Anak sudah dapat melakukan penalaran secara logis untuk hal-hal yang
bersifat konkret, sedangkan untuk hal-hal yang bersifat abstrak masih belum
mampu.
b. Anak sudah mampu mengklasifikasikan objek konkret ke dalam kelompok
yang berbeda
c. Anak mulai belajar membentuk sebuah konsep, melihat hubungan, dan
memecahkan masalah pada situasi yang melibatkan objek konkret dan
situasi yang tidak asing lagi bagi dirinya.
d. Anak juga sudah mulai bergeser dari pemikiran egosentris ke pemikiran
yang objektif

211
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

e. Anak mampu mengerti adanya perpindahan pada hal yang konkret serta
sudah memahami persoalan sebab akibat.
f. Anak mampu memaknai suatu tindakan dianggap baik atau buruk dari
akibat yang ditimbulkan
Beberapa penjelasan tersebut dapat menggambarkan bahwa anak usia SD
membutuhkan objek konkret dan situasi yang nyata/kebiasaan pada
pelaksanaan pembelajaran di SD. Pada tahap Operasional Konkret (7-12
tahun), anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika atau
operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak
telah hilang kecenderungan terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya
berkurang dan kemampuannya dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih
baik. Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap
operasional kongkrit masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan
tugas-tugas logika (Juwantara, 2019). Oleh sebab itu sangatlah penting untuk
menghadirkan objek nyata dengan situasi pembelajaran yang nyata bagi anak
sebagai metode atau media untuk memudahkan anak dalam berpikir logis,
membuat klasifikasi objek, membentuk konsep, melihat hubungan dan
memecahkan masalah. Adapaun kecapakan kognitif yang telah dimiliki anak
pada tahap operasional konkret adalah :
a. Kombinasivitas/Klasifikasi
b. Reversibelitas
c. Asosiativitas
d. Identitas Seriasi (Alfin, 2015)
Slavin (2011: 56) menyatakan bahwa terdapat empat implikasi teori kognitif
Piaget terhadap pendidikan.
a. Guru harus peduli terhadap metode atau proses pemikiran anak hingga
diperolehnya suatu hasil pemikiran dalam dirinya.
b. Guru harus menyediakan berbagai kegiatan yang memungkinkan adanya
keterlibatan aktif siswa dengan inisiatif dalam dirinya sendiri.
c. Guru tidak boleh menekankan kegiatan belajar yang menuntut anak
untuk berpikir layaknya orang dewasa.

212
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

d. Guru harus peduli terhadap kecepatan dan tingkat perkembangan


kognitif masing-masing siswa dalam melaksanakan suatu pembelajaran
sehingga masing-masing siswa dapat belajar secara optimal (Slavin,
2011).
2. Perkembangan Psikososial Anak Usia SD
Pandangan Erikson terhadap perkembangan psikososial anak usia SD
menekankan pada proses-proses sadar yang dialami anak ketika berinteraksi
sosial (Trianingsih, 2016). Teori Erikson mengelompokkan anak Usia SD (6-
12 tahun) ke dalam tahap industry versus inferiority (berkarya versus perasaan
rendah diri). Anak usia SD pada tahap ini telah menyadari bahwa dirinya
memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda dengan temannya. Anak
mulai membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar
keluarga. Ketergantungan anak terhadap keluarga menjadi berkurang.
Hubungan anak dengan orang dewasa di luar keluarga memberikan pengaruh
penting dalam pengembangan kepercayaan diri dan kerentanan terhadap
pengaruh sosial (Bastable, 2002: 110). Anak mencoba mencari perhatian dan
penghargaan atas karyanya. Anak mulai bertanggung jawab serta gemar belajar
bersama. Timbul ketidakpercayaan diri pada anak jika tidak mampu
mengerjakan tugas seperti temannya. Bahaya bagi anak ketika timbul rasa tidak
percaya diri, oleh sebab itu dalam proses pembelajaran peran guru sangat
penting dalam menumbuhkan semangat berkarya sesuai dengan kemampuan
masing masing anak. Tugas utama pendidik dalam hal ini adalah
menumbuhkan semangat berkarya dan menghindarkan anak dari sikap tidak
percaya diri.
3. Perkembangan Moral Anak Usia SD
Dasar perkembangan seseorang dalam berperilaku moral menjadi penting
untuk dipelajari sebagai bentuk antisipasi di masa depan. Santrock menjelaskan
bahwa perkembangan moral merupakan suatu konsep tentang
peraturanperaturan dan nilai-nilai yang menjadi dasar sikap seseorang ketika
berinteraksi dengan orang lain (Trianingsih, 2016). Menurut Santrock terdapat
tiga domain utama dalam perkembangan moral yaitu pemikiran, tingkah laku
dan perasaan (Trianingsih, 2016). Gunarsa menyatakan bahwa perkembangan
moral merupakan kemampuan sesorang untuk menyesuaikan diri dalam
bentuk sikap/perilaku sebagai hasil dari interaksi seseorang dengan norma-
norma atau nilai-nilai sosial masyarakat (Gunarsa, 2008). Pengertian tentang

213
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

konsep perkembangan moral tersebut menjelaskan bahwa seseorang dapat


dikatakan memiliki moral yang baik atau buruk sangat erat kaitannya dengan
norma dan nilai yang ada di lingkungan sosialnya. Ukuran moralitas menjadi
sangat penting jika dikaitkan dengan perkembangan anak. Anak sejatinya
adalah makhluk yang murni dan nilai moral tidak dibawa anak dari lahir. Peran
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang lebih luas di luar keluarga
menjadi pusat dari pelajaran moral anak yang akan membawa anak untuk
melalui setiap tahap perkembangan moralnya. Tahapan-tahapan
perkembangan moral Piaget membagi tahap perkembangan moral menjadi
dua, yaitu moralitas heteronom dan moralitas otonom (Trianingsih, 2016).
Moralitas heteronom (usia 4 sampai 7 tahun) yaitu tahap di mana anak
memahami keadilan dan peraturan sebagai sesuatu yang berada di luar kendali
manusia sehingga tidak dapat diubah atau bersifat tetap sehingga dalam menilai
dari suatu tindakan hanya melihat pada konsekuensinya. Moralitas otonom
(usia 10 tahun ke atas) yaitu tahap di mana anak sadar bahwa peraturan dibuat
oleh manusia sehingga dalam menilai suatu tindakan harus
mempertimbangkan niat pelaku dan konsekuensinya. Anak usia SD antara 7
sampai 10 tahun berada pada masa transisi moralitas heteronom ke moralitas
otonom sehingga pada moralitas anak akan ditemukan kedua karakteristik
perilaku pada kedua tahap tersebut.
4. Perkembangan Fisik dan Motorik Anak Usia SD
Perkembangan fisik dan motorik anak adalah sesuatu yang tidak terpisahkan.
Fisik seseorang akan mempengaruhi gerak motoriknya. Perkembangan fisik
merupakan suatu proses tumbuh kembang serta pematangan seluruh organ
tubuh manusia sejak lahir hingga dewasa. Perkembangan fisik ini dipengaruhi
oleh kesehatan fisik atau fungsi organ tubuh (Mulyani, Y & Gracinia, 2007).
Perkembangan fisik anak usia SD dapat dilihat dari gambaran umum
menyangkut pertambahan proporsi tinggi dan berat badan serta ciri-ciri fisik
lain yang tampak. Anak SD umumnya berada pada fase tenang, di mana
perkembangan fisik pada masa ini terbilang lambat namun konsisten
(Budiyartati, 2014). Ciri-ciri perkembangan fisik yang mendasar pada anak SD
usia 7 hingga usia 9 tahun, anak perempuan lazimnya lebih pendek dan ringan
daripada anak laki-laki. Pada usia 9 sampai 10 tahun, anak perempuan lazimnya
memiliki tinggi dan berat badan yang sama dengan anak laki-laki. Pada usia
sekitar 11 tahun anak perempuan lebih tinggi dan berat dibandingkan anak laki-
laki. Di usia SD ini, anak banyak mengembangkan kemampuan motorik dasar
214
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

yang digunakan untuk menyeimbangkan badan, berlari, melompat, dan


melempar (Slavin, 2011).

D. Aktivitas Sains Anak di Rumah dalam Rangka Pengembangan


Keterampilan Proses Sains
Sains terdapat di berbagai tempat, bahkan tubuh kita terbentuk, berkembang
dan berdinamika berdasarkan konsep-konsep sains. Oleh karena itu, aktivitas
pembelajaran sains untuk anak sekolah dasar dapat dilakukan di rumah.
Akvitas sains tersebut hendaknya mampu mengembangkan keterampilan
proses sains dan adanya peran serta orang tua yang berkolaborasi dengan guru.
Aktivitas sains di rumah dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Aktivitas Sains Anak Sekolah Dasar di Rumah

No Aktivitas Sains Konsep Sains Keterampilan


Proses Sains
yang
Dikembangkan

1 Menyentuh tanaman Ciri makhluk hidup Mengamati,


putri malu berkomunikasi

2 Menanam bibit kedelai Pertumbuhan dan Mengamati,


dengan media gelas perkembangan merancang
plastik dan kapas basah makhluk hidup percobaan dan
berkomunikasi

3 Membuat dua macam Peran cahaya dalam Mengamati,


tanaman, satu tanaman pertumbuhan merancang
diletakkan di halaman tanaman percobaan,
dan satu tanaman di berhipotesis dan
dalam rumah berkomunikasi

4 Mencampurkan garam Campuran, larut dan Mengamati dan


dan minyak tanah pada tidak larut merancang
air yang berbeda percobaan

215
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

5 Meletakkan es di atas Perubahan wujud Mengamati dan


meja berkomunikasi

6 Memanaskan air Perubahan wujud Mengamati dan


dengan panci berkomunikasi

7 Menonton video di Ekosistem Mengamati dan


internet tentang berkomunikasi
ekosistem

8 Membuat setek dan Perkembangbiakan Menerapkan


cangkok tanaman tumbuhan konsep pada situasi
baru

9 Menonton video Sistem tubuh Mengamati dan


pembelajaran tentang manusia berkomunikasi
sistem tubuh manusia

10 Membuat rangkaian Listrik Mengamati,


listrik sederhana merancang
percobaan dan
berkomunikasi

11 Menonton video Tata surya, rotasi dan Mengamati dan


tentang bumi dan tata revolusi bumi berkomunikasi
surya

12 Bercermin Cahaya (sifat Mengamati,


bayangan) meramalkan dan
berkomunikasi

13 Menonton video Keseimbangan Mengamati,


tentang banjir dan lingkungan berkomunikasi,
tanah longsor bertanya dan
meramalkan

14 Mengamati benda- Energi dan Mengamati dan


benda elektronik di perubahannya berkomunikasi
rumah seperti TV,

216
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

kipas angin, lampu dan


lain-lain

15 Mengamati poster atau Siklus air Mengamati,


video tentang siklus air meramalkan,
bertanya dan
berkomunikasi

D. Peran Orang Tua dalam Aktivitas Sains dan Pengembangan


Keterampilan Proses Sains
Orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anak-
anaknya. Oleh karena itu menyangkut pendidikan anak, orang tua memiliki
peranan memenuhi kebutuhan psikis dan fisik seorang anak. Ada tiga peran
orang tua yang berperan dalam prestasi belajar anak, yaitu:
1. Menyediakan kesempatan sebaik-baiknya kepada anak untuk menemukan
minat, bakat, serta kecakapan-kecakapan lainnya serta mendorong anak agar
meminta bimbingan dan nasehat kepada guru.
2. Menyediakan informasi-informasi penting dan relevan yang sesuai dengan
bakat dan minat anak.
3. Menyediakan fasilitas atau sarana belajar serta membantu kesulitan
belajarnya (Arifin, 1992).
Berkaitan dengan peran orang tua dalam aktivitas sains dan pengembangan
keterampilan proses sains, peran orang tua adalah sebagai berikut :
1. Pembimbing artinya orang tua senantiasa membimbing atau memberikan
bantuan kepada anak, ketika anak mendapatkan kesulitan dalam hal
mengembangkan keterampilan proses sains nya. Kegiatan melaksanakan
percobaan tidak mudah bagi seorang anak, disinilah peran orang tua
membimbing anak- anak agar dapat melaksanakan percobaan dengan
benar, misalnya dengan membantu mencarikan tutorial percobaan di
internet, membantu kegiatan mengukur, atau membantu kegiatan
pengklasifikasian berdasarkan kemiripan suatu benda.
2. Motivator artinya orang tua senantiasa memberikan semangat dan motivasi
kepada anaknya, sebagai contoh dalam hal melaksankan percobaan, ketika

217
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, maka orang tua
memberikan motivasi bahwa terjadi kesalahan merupakan hal yang biasa,
jadi pengulangan percobaan bukan merupakan hal yang perlu ditakuti.
3. Fasilitator artinya orang tua memfasilitasi segala sarana dan prasarana yang
mendukung perkembangan keterampilan proses sains anak, dengan
dukungan itu akan membuat anak bersemangat serta merasa diberikan
dukungan penuh oleh orang tua nya.
4. Direktur artinya orang tua memiliki peranan mengarahkan segala aktivitas
anak yang membantu pengembangan ketarmpilan proses sains anak,
sebagai contoh ketika anak meniup kapas, orang tua langsung memberikan
pertanyaan kepada anak, mengapa kapasnya bisa melayang? Atau ketika
anak mengambil es batu, mengapa lama- lama es nya bisa berubah menjadi
air kembali?

Penutup
Sains berada di segala ruang lingkup kehidupan manusia. Oleh karena itu,
pembelajaran sains bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun. Di tengah
pandemi Covid-19, aktivitas sains dapat dilakukan oleh siswa sekolah dasar di
rumah mereka masing-masing di bawah bimbingan orang tua dan guru.
Berbagai aktivitas sains tersebut nantinya akan membantu pengembangan
keterampilan proses sains. Dalam menjalankan aktivitas sains di rumah, peran
orang tua sangat penting. Peran orang tua dalam hal tersebut adalah sebagai
pembimbing, motivator, fasilitator dan direktur.

Daftar Pustaka
Alfin, J. (2015). Analisis Karakteristik Siswa Pada Tingkat Sekolah Dasar.
Halaqoh Nasional & Seminar Internasional Pendidikan Islam. Surabaya.
Arifin. (1992). Pokok-pokok Pemikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: Bulan Bintang.
Budiyartati, S. (2014). Problematika Pembelajaran di Sekolah Dasar. Yogyakarta:
Deepublish Publisher.
Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

218
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Wisnu Budi Wijaya,
Putu Eka Sastrika Ayu, L.Virginayoga Hignasari [2020]

Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT


BPK Gunung Mulia.
Hartono. (2007). Profil Keterampilan Proses sains Mahasiswa Program
Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. Proceeding of The
First International Seminar on Science Education, 11–14.
Indrawati. (2016). Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia SMA Kelompok
Kompetensi B. Bandung: P4TK IPA.
Juwantara, R. A. (2019). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Piaget pada
Tahap Anak Usia Operasional Konkret 7-12 Tahun dalam Pembelajaran
Matematika. Al-Adzka: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
9(1), 27. https://doi.org/10.18592/aladzkapgmi.v9i1.3011
Mulyani, Y & Gracinia, J. (2007). Mengembangkan Kemampuan Dasar Balita di
Rumah: Kemampuan Fisik, Seni dan Manajemen Diri. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Rauf, R. A. A., Mansor, A. N., Rasul, M. M., & Othman, Z. (2013). Inculcation
of Science Process Skills in a Science Classroom. Asian Social Science.
Asian Social Science, 9(8), 47–57.
Semiawan. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa
dalam Belajar. Jakarta: Grasindo.
Slavin, R. E. (2011). Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. In Penerbit Indeks.
Sulistyorini. (2007). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar, Dan Penerapan Dalam KTSP.
Yogyakarta: Unnes dan Tiara Wacana.
Trianingsih, R. (2016). Pengantar Praktik Mendidik Anak Usia Sekolah Dasar.
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 3(2), 197.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Verawati, N. N. S. P., & Prayogi, S. (2016). Reviu Literatur Tentang
Keterampilan Proses Sains. Prosiding Seminar Nasional Pusat Kajin
Pendidikan Sains Dan Matematika, 334–336. Mataram: IKIP Mataram.
Wijaya, I. K. W. B., Suastra, I. W., & Muderawan, I. W. (2014). Pengaruh
Model Pembelajaran Generatif Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
IPA, 4(1).

219
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L. Eka M. Julianingsih P. [2020]

Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu


Dalam Menanggulangi Terjadinya Kasus Bunuh Diri

L. Eka M. Julianingsih P.
STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin mengalami kemajuan
sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan dari cara berfikir
manusia yang semakin meningkat. Sebagai bangsa Indonesia yang termasuk
dalam katagori negara berkembang, bangsa Indonesia akan dapat mengalami
perkembangan yang pesat jika di barengi dengan kualitas sumber daya
manusianya, oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia dilakukan dengan pemberian sistem pendidikan yang baik sehingga
memungkinkan manusia untuk dapat berfikir kreatif, produktif dan kritis serta
memiliki inovasi. Hal ini sesuai dengan cita-cita serta tujuan dari bangsa
Indonesia yang tertuang didalam aturan Undang-undang no 20 tahun 2003
menurut Kemendiknas agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan adanya pendidikan yang baik, maka akan timbul keinginan dari dalam
diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik
dalam segala aspek kehidupan.
Sesuai dengan UU no 20 tahun 2003 tersebut, untuk menjadikan manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan dapat dilakukan melalui pendidikan
agama. Dengan pemberian pendidikan agama akan dapat membangkitkan
kesadaran bahwa agama merupakan kebutuhan hidup manusia, menanamkan
rasa kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membangun motivasi
untuk selalu berbuat baik.
Membangun Kualitas mental didalam ajaran Hindu bisa dilakukan dengan
Pendidikan agama Hindu yang baik agar memiliki visi yang jelas, wawasan dan
pengetahuan yang kontekstual, tujuan hidup yang jelas, komitmen terhadap
nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup yang tinggi, rasa harga diri, rasa kompeten,

220
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L. Eka M. Julianingsih P. [2020]

kemampuan hidup harmonis dan kreatif dalam masyarakat yang majemuk,


kepedulian terhadap lingkungan, serta kompetensi sesuai dengan
swadharmanya masing-masing, sehingga umat Hindu diharapkan dapat
mengikuti ajaran-ajaran dharma tersebut dengan penuh tanggung jawab. Di
dalam menjalankan ajaran yang berlandaskan dharma tersebut, seringkali
manusia dihadapkan pada rasa suka dan duka. Jika seseorang tidak dapat
melewati duka ketika mengalami cobaan pada saat proses, maka tak jarang
orang tersebut akan melakukan hal-hal yang dapat merugikan tidak hanya bagi
diri sendiri, tetapi juga akan dapat merugikan orang lain, misalnya bunuh diri.
Bila ditinjau dari segi agama, maka semua agama terutama agama yang di akui
di Indonesia akan melarang adanya tindakan bunuh diri, karena dianggap
mengingkari kodrat yang telah di berikan oleh sang pencipta, apalagi di dalam
ajaran Hindu sangat jelas dikatakan bahwa bunuh diri merupakan perbuatan
dosa. Hal ini tertuang didalam pustaka suci Veda, yaitu Yajur Veda 40.3
menyatakan bahwa: “asurya nama te loka andhena tamasavratah, tamse pretyapi
gachati ye ke catmahano janah” yang artinya seseorang yang bunuh diri akan pergi
ke asurya loka yang penuh dengan kegelapan
Seperti yang terjadi di Desa Kaliasem Kabupaten Buleleng pada tanggal 29
Januari 2020, dimana seorang pria nekat mengakhiri hidupnya hanya karena
wanita yang idamannya menikah dengan pria lain. Adanya kejadian bunuh diri
tersebut merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang dari ajaran agama
yang sedari kecil telah diberikan baik dalam lingkungan pendidikan formal
maupun non formal. Kejadian ini terjadi dari akibat proses internalisasi nilai-
nilai pendidikan agama yang tidak dapat terserap dengan baik, sehingga tidak
dapat membedakan hal yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Beranjak dari hal tersebut maka maka focus kajian yang perlu dibahas yaitu:
bagaimana internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Hindu dalam
menanggulangi terjadinya bunuh diri.

Pembahasan
Salah satu penyebab bunuh diri bisa disebabkan oleh adanya tekanan batin atau
yang biasa dikenal dengan sebutan depresi, Oktamia, Yoyon dan Sumi (2013)
menyatakan bahwa depresi muncul dikarenakan adanya faktor lingkungan,
faktor psikososial maupun faktor kognitif dari faktor inilah muncul gambaran
klinis berupa perubahan fisik, perubahan perasaan, perubahan pikiran serta
221
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L. Eka M. Julianingsih P. [2020]

perubahan pada kebiasaan sehari-hari. Perubahan-perubahan inilah yang


terjadi saat seorang individu mengalami depresi. Penelitian lainnya juga
dilakukan oleh Choirul Anam (2011) menjelaskan bahwa depresi menjadi
faktor penyebab utama bunuh diri yang bersifat internal. Depresi saja tidak
cukup kuat untuk memunculkan perilaku bunuh diri pada anak dan remaja.
Adanya kondisi eksternal yang buruk baru akan memicu perilaku bunuh diri.
Faktor eksternal, berupa lingkungan yang berkaitan dengan bunuh diri adalah
tekanan sosial yang cukup kuat disertai dengan kondisi keluarga yang tidak
mampu mencairkan tekanan itu. Bahkan keluarga menjadi sumber tekanan
bagi pelaku bunuh diri. Jika tekanan itu datang dari lingkungan sosial di luar
keluarga, sedangkan kondisi keluarga tidak kokoh, maka tidak mampu
memberikan perlindungan emosional.

A. Internalisasi Nilai-nilai pendidikan Agama Hindu


Internalisasi merupakan penggabungan atau penyatuan sikap, standar, tingkah
laku, pendapat dan seterusnya didalam kepribadian Chaplin (2005). Hal ini
berarti bahwa nilai-nilai yang diperoleh oleh seseorang harus dapat di
dipraktikkan dan dapat dimplementasikan kedalam sikap dan perilaku anak
tersebut, dimana nilai-nilai yang diinternalisasikan tersebut harus sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku dimasyarakat, dan harus pula sesuai dengan
nilai-nilai ajaran agama Hindu.
Salah satu dari nilai-nilai ajaran agama Hindu yang paling mendasar adalah
ajaran mengenai tri kaya parisudha, yang mana memiliki bagian-bagian manacika
parisudha, wacika parisudha dan kayika parisudha. Ajaran tri kaya parisudha
mengajarkan kepada anak untuk selalu dapat berfikir yang baik, bertutur kata
yang baik, dan berbuat yang baik. Dengan pemberian pemahaman yang baik
akan konsep ajaran tri kaya parisudha, maka upaya-upaya bunuh diri yang
diakibatkan adanya faktor-faktor depresi pada anak akan dapat dihindari.
Karena dasar dari adanya perbuatan yang buruk bersumber dari pikiran yang
buruk. Sehingga hal-hal yang mempengaruhi pikiran yang buruk harus dapat
dihindari agar kestabilan jiwa dan emosi selalu dapat terjaga
1. Motivasi Diri
Menurut teori hierarki Abraham Maslow dalam Julianingsih (2018), ada lima
hirarki kebutuhan dalam setiap manusia dengan tiap kebutuhan secara

222
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L. Eka M. Julianingsih P. [2020]

berurutan terpenuhi, maka kebutuhan lainnya menjadi domain. Kebutuhan


tersebut yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan social,
kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Dari teori tersebut kita
mengetahui bahwa motivasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang
berupaya melakukan sesuatu agar apa yang dicapainya terlaksana. Sehingga jika
salah satu factor kebutuhan tidak terpenuhi, maka seseorang dapat melakukan
aksi bunuh diri, dan didalam ajaran Hindu hal tersebut merupakan perbuatan
jahat karena telah melukai diri sendiri, dan hidup yang dijalaninya akan penuh
dengan kesia-siaan. Seperti yang tertuang didalam suatu sloka yang Bhagavad
Gita III.16 berbunyi:
Evam pravartitam cakram
Nanuvartayatiha yah
Aghayur indriyaramo
Mogham partha sajivati
Artinya :
Demikian sebab terjadinya perputaran roda, (dan) ia yang tidak ikut
dalam perputarannya itu berbuat jahat, selalu berusaha memenuhi nafsu
indrianya, sesungguhnya ia hidup dalam kesia-siaan, wahai partha.
2. Peran Orang Tua Dalam Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu
Partisipasi orang tua merupakan keterlibatan secara nyata dalam
mengembangkan pendidikan anak-anaknya. Partisipasi itu bisa berupa gagasan,
kritik membangun dan dukungan dalam menginternalisasikan nilai-nilai
pendidikan agama Hindu. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam
pendidikan dan kemajuan anak. Oleh karena itu penting mengkaji dan
memahami cara-cara yang dapat ditempuh untuk menggalang partisipasi orang
tua dalam menginternalisasikan nilai-nilai agama Hindu terhadap anak-
anaknya.
Menurut Mulyasa (2007) peran yang paling penting dan efektif dari orang tua
adalah menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga peserta didik
dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan. Lingkungan belajar yang
kondusif itulah tempat yang subur untuk tumbuhnya internalisasi nilai-nilai
agama Hindu yang baik untuk anak. Dalam pendidikan non formal seperti
keluarga, untuk dapat menjalankan fungsinya secara maksimal, orang tua harus
memiliki kualitas diri yang memadai sehingga anak-anak akan berkembang

223
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L. Eka M. Julianingsih P. [2020]

sesuai dengan harapan, artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran
mereka sebagai orang tua dalam memberikan pola pengasuhan yang tepat
sesuai dengan tuntunan ajaran Hindu, memahami mengenai ilmu
perkembangan anak, serta mengetahui tentang pendidikan yang dijalani anak.
Seperti yang tertuang didalam Kekawin Nitisastra/Nitisara Sargah IV, Pada 20,
disebutkan :
Tingkahning suta sasaneka kadi raja tanaya ri sedeng limang tahun, Saptang warsa
wara hulun sapuluhing tahun ika wuruken ring aksara,Yapwan sodasawarsa tulya
wara mitra tinaha-taha denta midana,Yan huwus putra suputra tinghalana
solahika wuruken ing nayenggita.
Artinya :
Adapun menurut Putra Sasana (tata tertib seorang putra), jika anak
berumur 5 tahun, hendaknya disayangi, diperlakukan seperti anak raja,
Jika sudah berumur 7 tahun dilatih supaya mau menurut, jika sudah
berumur 10 tahun, ajarilah aksara/sastra,
Jika sudah 16 tahun, diperlakukan sebagai sahabat, kalau kita mau
menunjukkan kesalahannya, harus dengan hati-hati sekali,
Jika ia sendiri telah beranak, diamat-amati saja prilakunya, kalau hendak
memberi petunjuk, hendaknya dengan contoh yang baik.
Dengan pengetahuan yang baik akan pola asuh anak, maka orang tua tidak
akan salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam
pembentukan kepribadian anak. Sehingga partisipasi orang tua mutlak
diperlukan mengingat harus ada pembiasaan yang kontinyu dari anak dalam
berperilaku baik disekolah maupun dirumah. Disamping itu pembiasaan yang
baik harus ada pemantauan yang cermat atas perilaku-perilaku yang dilakukan
anak. Sehingga orang tua dapat sedari dini menanggulangi keinginan anak
untuk melakukan bunuh diri, jika terjadi hal-hal yang sifatnya menyimpang dari
penanaman nilai-nilai keagamaan tersebut.
3. Peran lingkungan dalam memberikan nilai-nilai pendidikan agama
Hindu
Selain faktor dari diri sendiri dan orang tua, lingkungan pun memiliki peran
yang sangat penting dalam membentuk karakter manusia. Di dalam teori
tabularasa dikatakan bahwa manusia yang baru lahir, ibaratkan kertas putih

224
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L. Eka M. Julianingsih P. [2020]

yang belum tersentuh coretan, namun jika sudah menginjak masa remaja
maupun dewasa, tentunya kertas tersebut telah penuh berisi cortan-coretan
yang di peroleh selama menjalani masa kehidupan.
Menurut Chalhoun (1990) ada 4 cara bagaimana manusia bisa dipengaruhi oleh
lingkungan. Cara-cara tersebut diantaranya: 1) lingkungan mengundang dan
mendatangkan perilaku. Maksudnya disini adanya sebuah aturan/ paham yang
dibuat di suatu tempat dan wajib diikuti. Misalnya, ketika akan ada kegiatan
pujawali, umat Hindu akan ngayah ke pura. 2) lingkungan membentuk diri,
maksudnya adalah ketika berada di lingkungan yang sarat akan religiusitas,
maka lama kelamaan seseorang akan ikut menyesuaikan diri dengan lingkungan
disekitarnya. Misalnya seseorang yang berada dilingkungan pencuri, mungkin
saja ia tidak ikut sebagai pencuri, namun setidaknya karena ia berada
dilingkungan pencuri, maka sedikit tidaknya orang tersebut akan mengetahui
teknik/ cara-cara mencuri. 3) lingkungan mempengaruhi citra diri. Misalnya
seorag pengemis ketika ia menginterpretasikan dirinya dengan keadaan tempat
tinggalnya yang kotor dan kumuh, maka pengemis tersebut akan menjadi
rendah diri. 4) lingkungan menghalangi perilaku misalnya seseorang yang
tinggal di perkotaan dengan kegiatan mengakses internet setiap saat, ketika
diajak keperkampungan yang tanpa sinyal maka akan merasa kebingungan.
Peran lingkungan ini didalam ajaran Hindu pun dapat kita lihat pada susastra
suci Reg Veda X. 53.8 menyatakan:
Asmanyati riyate sam rabhadhavam, Uttisthata pra tarata sakhyah,
atra jahama ye asan asevah, sivan vayam uttaremabhi vayan
Artinya
wahai teman-teman, dunia yang penuh dosa dan penuh duka ini berlalu
bagakan sebuah sungai yang alirannya dirintangi oleh batu besar (yang
dimakan arus air) yang berat. Tekunlah, bangkitlah, dan sebrangilah ia.
Tinggalkan persahabatan dengan orang-orang tercela. Sebrangilah
sungai kehidupan untuk pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran
Seloka diatas sangat jelas memperlihatkan bahwa lingkungan pergaulan akan
sangan mempengaruhi bagaimana karakter dari diri. Sehingga jika lingkungan
tidak bersahabat, maka orang akan merasa hidup sendiri, sebab tidak ada orang
lain yang bisa diajak berbagi suka maupun duka, sehingga pikiran-pikiran
pendek akan mudah menghampiri, seperti kasus tersebut dimana dengan
nekatnya mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri

225
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L. Eka M. Julianingsih P. [2020]

B. Bunuh diri didalam ajaran Hindu


Di dalam ajaran agama Hindu, bunuh diri merupakan perilaku yang salah dan
merupakan sebuah dosa yang sangat besar. Bunuh diri terjadi akibat dari
kurangnya kemampuan seseorang dalam menyelesaikan segala permasalahan
yang dihadapi didalam hidupnya. Padahal didalam ajaran Hindu perbuatan ini
sangat jelas dilarang karena menurut keyakinan umat Hindu bahwa roh-roh
yang mengalami kematian akibat bunuh diri, maka roh tersebut akan tersiksa,
dan ditempatkan di alam neraka. Hal ini dipertegas didalam skanda purana
12.12-13 yang menyatakan bahwa:
Anandhantamovisheyuste ye caivatma-hano janah.
Bhuktva nirayasahadram te ca syur grama-sukarah”
Artinya
Orang-orang yang bunuh diri (setelah meninggalkan badan wadagnya
alias setelah mati) pergi keneraka yang paling gelap. Setelah menikmati
ribuan hukuman –hukuman berat di neraka ia akan lahir menjadi babi.
Bunuh diri sangat dilarang, oleh sebab itu sangat perlu sekali masyarakat
terutama generasi muda Hindu diberikan pemahaman-pemahaman mengenai
ajaran-ajaran Hindu yang dapat diinternalisasikan kedalam kehidupan sehari-
hari agar kasus bunuh diri tidak terjadi kembali. Menurut Maris dkk (2000)
menyatakan bahwa 67% - 84% pikiran bunuh diri dapat dijelaskan karena
masalah hubungan social dan hubungan dengan lawan jenis, terutama yang
berhubungan dengan loneliness dan perasaan membebani keluarga. Ketika
seseorang mengalami depresi, pikirannya akan menjadi lebih kaku dan bias,
sehingga dapat merubah persepsi hidup kearah yang negative karena ketidak
mampuannya menghasilkan solusi-solusi alternative terhadap permasalahan
yang dialaminya.
Menurut Durkheim dalam Corr, Nahe (2003), menyatakan bahwa tipe bunuh
diri dibedakan menjadi 4 tipe, diantaranya: (1) egoistic suicide, dimana individu
yang melakukan bunuh diri, dikarenakan individu ini terisolasi dengan
masyarakatnya, dimana individu mengalami underinvolvement dan underintegration.
(2) Altruistic suicide, pada situasi ini, hubungan yang menciptakan kesatuan
antara individu dengan masyarakatnya begitu kuat sehingga mengakibatkan
bunuh diri yang dilakukan demi kelompok. (3) anomic suicide, dimana bunuh diri
ini didasarkan pada bagaimana masyarakat mengatur anggotanya. Masyarakat

226
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L. Eka M. Julianingsih P. [2020]

membantu individu mengatur hasratnya (hasrat materi, aktivitas seksual, dll).


Dan ketika masyarakat gagal membantu mengatur individu karena perubahan
yang radikan maka anomie (tanpa hukum atau norma) akan terbentuk. (4)
Fatalistic Suicide merupakan tipe bunuh diri yang dilakukan karena mendapatkan
pengaturan dari masyarakat yang berlebihan.
Merujuk pada pengelompokkan tipe-tipe bunuh diri oleh Durkheim tersebut,
kasus bunuh diri yang terjadi di desa Kaliasem tersebut dapat digolongkan
kedalam tipe Egoistic Suicide, karena faktor penyebab bunuh diri yang dilakukan
oleh anak tersebut dikarenakan anak tersebut tidak mampu untuk menemukan
potensi diri untuk menghilangkan rasa depresi yang keluar dari dalam dirinya.

Penutup
Seperti yang terjadi di desa Kaliasem, kejadian bunuh diri ini terjadi hanya
karena wanita yang diidam idamkan bukan jodohnya. Sikap yang harus
dilakukan dalam menginternalisasi ajaran Hindu yaitu dengan cara
mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha. Dalam mengamalkan ajaran Tri Kaya
Parisudha tentunya motivasi diri, peran orang tua maupun lingkungan akan
sangat berpengaruh. Sehingga jika dari dalam diri sendiri memiliki motivasi diri
yang baik, keluarga yang selalu mendukung dan lingkungan yang nyaman, maka
aksi bunuh diri tersebut kemungkinan tidak akan terjadi. Namun hanya karena
sifat avidnya yang menyelimutinya, maka pemuda tersebut dengan mudahnya
menyerah/ putus asa pada keadaan yang dialaminya dengan cara yang ekstrim
yaitu gantung diri.

Daftar Pustaka
Calhoun, J.F dan Acocella. J.R, 1990. Psikologi Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan, Semarang: IKIP Press
Chaplin. J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press
Choirul, Anam. 2011. Peran keluarga dalam kasus bunuh diri anak dan remaja.
Skripsi. Universitas ahmad dalan
Corr,corr dkk. 2003. Death and dying live and living (4thed). USA: Wadsworth

227
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |L. Eka M. Julianingsih P. [2020]

Julianingsih, L. E. M., & Paramartha, W. (2018). Kepuasan Kerja dan Kinerja


Guru Agama Hindu pada SD Negeri Se-kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan
Kebudayaan, 18(2), 26-42.
Kajeng, I Nyoman (1997). Sarascamuscaya. Jakarta: Hanuman Sakti
Maris, berman, dkk. 2000. Comprensive textbook of siucidology. Belmont:
Guilfrod Press
Mulyasa, E. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Oktamiya, yoyon, lestari (2013). Upaya bunuh diri sebagai bentuk depresi pada
remaja putri korban Trafficing.
Pudja, G. 2005. Bhagavad Gita. Surabaya: Paramita
Suhardana, K.M (2008). Niti Sastra.Surabaya: Paramita
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional
Vasant, Lad dkk.2007. Ayurveda. Surabaya: Paramita

228
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

Pandangan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran


Online: Apakah Masih Relevan?

I Komang Sesara Ariyana, Putu Wulandari Tristananda


STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Pendahuluan
Pembelajaran online sebenarnya sudah bukan hal baru dalam dunia
pendidikan. Istilah yang sering dipakai untuk pembelajaran online adalah e-
learning dan blended learning. Hanya saja kita di Indonesia baru secara serempak
menerapkan pembelajaran online karena adanya dampak dari pandemi Covid-
19 yang membatasi ruang gerak dan melakukan aktivitas sosial. Dampak dari
pandemi Covid-19 terlihat dari berbagai sektor. Sebut saja di bidang
pendidikan, mengalami perubahan teknis pembelajaran, yang sebelumnya
peserta didik dari suatu lembaga pendidikan memasuki ruangan bersama
dengan guru dan bertatap muka langsung, berubah menjadi bertatap muka
dengan menggunakan aplikasi virtual melalui internet. Sekolah dan lembaga
pendidikan formal harus melakukan pembelajaran secara online di rumah.
Istilah pembelajaran di rumah biasanya disebut sebagai school from home (SFH),
atau learning from home (LFH), atau diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi
Sekolah dari Rumah (SDR) atau Belajar dari Rumah (BDR).
Pandemi Covid-19 walaupun menjadi bencana bagi seluruh lapisan kehidupan
di seluruh dunia, momen ini juga dapat menjadi momen yang tepat untuk
pengembangan kompetensi bagi pendidik. Seperti yang disampaikan oleh Dr.
Praptono, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah
dan Pendidikan Khusus, bahwa hal ini bisa menjadi peluang bagi guru untuk
mengembangkan diri (Kelana, 2020). Dikatakan Praptono, ini suatu hal yang
mendadak di mana guru dipaksa melakukan pembelajaran online yang
sebelumnya tidak pernah dipersiapkan oleh guru dan ini menjadi peluang
bahwa masa pandemi Covid-19 menjadi momen bagi guru untuk melakukan
pembelajaran yang selama ini diharapkan.
Pendidik perlu mendesain berdasarkan pengetahuannya mengenai siapa
peserta didiknya, tingkah laku apa yang diharapkan, bagaimana kondisi peserta
229
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

didik saat proses pembelajaran, dan seberapa tinggi tingkat pencapaian peserta
didik yang diharapkan. Pendidik sebagai perancang atau desainer pembelajaran
harus memiliki kemampuan untuk mendiagnosis dan menganalisis masalah
pembelajaran praktis. Analogi seperti seorang dokter yang tidak dapat
meresepkan obat yang efektif tanpa diagnosis yang tepat, perancang
pembelajaran tidak dapat merekomendasikan solusi preskriptif yang efektif
dengan tepat tanpa analisis yang akurat tentang permasalahan pembelajaran
(Ertmer & Newby, 2018).
Dalam merencanakan desain pembelajaran, pendidik perlu memahami
berbagai strategi pembelajaran, dimulai dari tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan juga penggunaan
media pembelajaran, serta pengaturan waktu. Untuk mengarahkan pelajar
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan terkait erat dengan
efektivitas strategi pembelajaran yang disusun oleh pendidik (Supinah & Agus,
2009). Kaitannya dengan strategi pembelajaran, pendidik perlu memiliki
pandangan terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan, apakah mengikuti
pendekatan teacher-centered learning (pembelajaran berpusat pada guru) atau
student-centered learning (pembelajaran berpusat pada siswa). Basis dari kedua
pendekatan ini adalah tiga aliran psikologi belajar yang sudah sangat dikenal di
dunia pendidikan, yakni behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
Menurut Rakes (1999, dalam Schell & Janicki, 2012), behaviorisme dan
kognitivisme merupakan pendekatan tradisional terhadap pembelajaran yang
berbeda dengan konstruktivisme. Pada pendekatan tradisional, pelajarnya
cenderung bertindak sebagai penerima pasif, sedangkan pelajar pada
pendekatan konstruktivisme cenderung sebagai penerima aktif. Dilihat dari
aspek pendidiknya, pendidik pada pendekatan tradisional berlaku sebagai
penyedia materi, sedangkan pada pendekatan konstruktivisme berlaku sebagai
fasilitator (Reid-Martinez & Grooms, 2018). Ini berarti pendekatan tradisional
mengarah ke teacher-centered learning, sedangkan pendekatan konstruktivisme
mengarah ke student-centered learning.
Teori psikologi belajar konstruktivisme dipandang lebih sesuai dengan kondisi
dunia saat ini. Menurut Bednar et al., 1991, dalam Ertmer & Newby, 2018)
dalam beberapa tahun terakhir konstruktivisme telah menjadi isu yang “panas”
karena telah mulai mendapat perhatian yang meningkat di sejumlah disiplin
ilmu yang berbeda, termasuk desain pembelajaran. Praktisi dan ahli di bidang

230
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

pendidikan saat ini sangat meyakini bahwa pendidikan perlu berorientasi pada
pandangan konstruktivisme ini. Pandangan konstruktivisme ini dapat
diaplikasikan ke berbagai aktivitas belajar, baik ilmu-ilmu sosial maupun ilmu
eksakta (Parwati, Suryawan, & Apsari, 2017).
Saat ini, dunia pekerjaan tidak cukup hanya membutuhkan keterampilan fisikal
dan prosedural saja, namun juga membutuhkan keterampilan mental lainnya.
Keterampilan-keterampilan tersebut bisa jadi merupakan hasil belajar yang
diperoleh dari lembaga pendidikan formal (seperti sekolah dan kampus).
Keterampilan fisikal dan prosedural dapat diperoleh apabila pelaksanaan
pembelajaran di lembaga pendidikan formal lebih menekankan kepada hasil,
seperti pandangan Behaviorisme. Pembelajaran harus dilaksanakan dengan
melihat bahwa peserta didik adalah manusia yang aktif untuk mengolah
informasi. Teori belajar Kognitivisme lebih menekankan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia (Karwono &
Mularsih, 2017). Proses belajar bukan hanya terjadi seperti model hubungan
stimulus dan respons melainkan juga melibatkan aspek psikologi yang lain
seperti mental, emosi, dan persepsi. Dalam perkembangannya, teori
konstruktivisme lahir dari berbagai akar filsafat, misalnya teori kognitivisme
dari Piaget, Bruner, dan Goodman (Perkins, 1991), dan juga teori dari
Vygotsky (Karwono & Mulastri, 2017; Parwati, Suryawan, & Apsari, 2017).
Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru
tidak hanya memberikan pengetahuan kepada pelajar, namun pelajar juga harus
berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya (Parwati,
dkk., 2017). Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan
manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna
pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya (Parwati, dkk., 2017).
Konstruktivisme juga menekankan adanya aspek lain di luar diri seorang
individu, yaitu lingkungan sosial. Lingkungan sosial sangat penting dalam
mengintegrasikan kemampuan dalam belajar kelompok yang akan
meningkatkan pengubahan secara konseptual (Karwono & Mularsih, 2017).
Sehingga dengan menerapkan pandangan konstruktivisme ini, perkembangan
konsep dan pengertian yang mendalam dapat diperoleh oleh peserta didik
melalui proses konstruktif aktif.
Pembelajaran dengan teori belajar ini telah banyak diteliti dalam setting klasikal
dengan ruang kelas fisik. Konstruktivisme diyakini telah mengubah

231
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

pembelajaran di kelas menjadi lebih baik, baik dari segi proses maupun
hasilnya. Namun, apakah teori psikologi belajar konstruktivisme dapat
diaplikasikan dengan maksimal pada pembelajaran dengan setting tanpa ruang
kelas dan tanpa tatap muka langsung? Menurut Ertmer & Newby (2018),
tautan kritis bukanlah antara desain pembelajaran dan pengetahuan tentang
fenomena pembelajaran, tetapi antara masalah desain instruksional dan teori-
teori pembelajaran. Oleh karena itu, akan dibahas mengenai 1) pengertian teori
belajar Konstruktivisme, 2) pengertian pembelajaran online, dan 3) bagaimana
relevansi teori belajar konstruktivisme pada pembelaran online.

Pembahasan
A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivimse adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) si belajar sendiri (Karwono
& Mularsih, 2017). Menurut teori konstruktivisme, hal yang terpenting yang
harus mendapat penekanan adalah pelajar (Rosalin, 2008). Pelajar atau peserta
didik harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pengajar atau
orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Namun,
pelajar sebagai unsur subjek tidak bisa lepas dari pengalaman sebagai unsur
objeknya. Objek ini juga penting dalam pembelajaran menurut pandangan
konstruktivisme. Jika objek sebagai bahan pengamatan dan pengalaman, maka
pelajar sebagai subjek menginterpretasi objek tersebut. Dengan demikian,
pengetahuan tidak bersifat statis, melainkan bersifat dinamis, tergantung
inidividu yang mengalami dan mengonstruksikannya. Dalam konstruktivisme,
realitas atau kenyataan konkrit dapat dikonstruksi oleh individu dan kelompok
sosial berbasis pengalaman mereka dalam menginterpretasikan dunia nyata
(Jonassen, Cernusca & Ionas, 2007, dalam Muchlas, 2016).
Para pendukung model pembelajaran konstruktivisme berpendapat bahwa
pelajar harus memiliki kontrol lebih besar atas proses pembelajaran dan bahwa
individu belajar lebih baik ketika mereka menemukan hal-hal sendiri (Leidner
dan Jarvenpaa, 1995, dalam Schell & Janicki, 2012). Memang akan selalu terjadi
keadaan di mana akan lebih efisien bagi pendidik untuk hanya memberikan
jawaban langsung kepada pelajar, daripada membimbing pelajarnya untuk
menemukan jawaban sendiri. Namun, pendukung konstruktivisme percaya

232
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

bahwa proses menentukan jawaban yang benar untuk diri sendiri, atau
setidaknya merumuskan ide dan berpikir tentang pertanyaan, adalah aspek
yang sangat penting dari proses pembelajaran (Schell & Janicki, 2012).
Gagnon dan Collay (2001, dalam Pribadi, 2010) berpendapat bahwa aktivitas
belajar yang menandai pelajar melakukan konstruksi pengetahuan terdiri dari
beberapa bentuk kegiatan yaitu: (1) merumuskan pertanyaan secara kolaboratif;
(2) menjelaskan fenomena; (3) berpikir kritis tentang isu-isu yang bersifat
kompleks; (4) mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam upaya
mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Parwati, Suryawan, &
Apsari (2017) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajarannya, yaitu sebagai berikut.
1. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan gagasan
dengan bahasa sendiri.
2. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru.
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki peserta didik.
5. Mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Peran guru atau pendidik dalam pembelajaran bukanlah pemindahan
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi hanya sebagai fasilitator, yang
menyediakan stimulus, baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan
bantuan, ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar, ataupun
menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa
termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna
dan akhirnya peserta didik tersebut mampu mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya (Karwono & Mularsih, 2017). Peserta didik harus
memberikan makna mengenai apa yang sedang dipelajari dengan penyesuaian
terhadap pengalaman-pengalaman yang telah ia peroleh sebelumnya secara
konstruktif.

233
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

B. Pengertian Pembelajaran Online


Pembelajaran online saat ini menjadi tren pelaksanaan pendidikan akibat dari
adanya pandemi Covid-19. Pembelajaran online terjadi ketika ada komunikasi
secara online. Komunikasi secara online dikenal dengan sebutan komunikasi
dalam jaringan atau daring. Komunikasi dalam jaringan memerlukan perangkat
teknologi komunikasi seperti komputer, handphone atau perangkat yang dapat
terhubung dengan internet. Pada abad ke-21 ini, internet memainkan peran
penting dalam pendidikan (Chan, 2010). Teknologi yang semakin cepat dan
situasi yang mendesak sebagai akibat dari Covid-19 mendorong pendidikan
memutar haluan dari pembelajaran tatap muka langsung menjadi
menggunakan platform-platform pembelajaran daring. Beberapa platform tersebut
yang sering digunakan adalah Google Classroom beserta platform pendukungnya
seperti Google Doc, Google Form, Spreadsheet, dan Google Meet. Selain itu ada juga
platform Zoom, Webex, Moodle, Edmodo, Quizizz, dan Whatsapp Group.
Pembelajaran online dapat dilakukan dengan menerapkan komunikasi daring
sinkron ataupun komunikasi daring asinkron (Guy, 2007, dalam Chan, 2010).
MacDonald & Creanor (2010) memberikan penjelasan kedua istilah ini.
Komunikasi sinkron berarti kegiatan komunikasi online yang berlangsung
secara real-time dengan semua peserta hadir, seperti konferensi video dan pesan
instan, misalnya menggunakan platform Zoom, Google Meet, dan Whatsapp Group.
Sedangkan komunikasi asinkron berarti kegiatan komunikasi yang tidak
mengharuskan semua peserta untuk online secara bersamaan, contoh paling
umum adalah forum diskusi online yang dapat dibaca dan ditanggapi setiap saat,
seperti penggunaan platform Google Form, Google Doc, dan Spreadsheet, bahkan juga
Whatsapp Group ketika kelas daring tidak dapat dilakukan secara asinkron.
Pembelajaran online sangat dirasakan manfaatnya, terutama fleksibilitasnya
dalam pengaturan waktu, apabila pengguna, baik itu pendidik maupun pelajar
mampu mengelola pembelajaran secara online. Menurut Ally (2004), beberapa
manfaat untuk peserta didik dan pendidik adalah sebagai berikut. Untuk
pelajar, pembelajaran online tidak mengenal zona waktu, dan lokasi serta jarak
bukanlah masalah. Dalam pembelajaran online asinkron, pelajar dapat
mengakses materi online kapan saja, sementara pembelajaran online sinkron
memungkinkan interaksi waktu nyata antara pelajar dan pendidik. Peserta didik
dapat menggunakan internet untuk mengakses materi pembelajaran terkini dan
relevan, dan dapat berkomunikasi dengan para ahli di bidang yang di pelajari.

234
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

Untuk pendidik, mengajar dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Materi
online dapat diperbaharui, dan peserta didik dapat melihat perubahan dengan
segera. Ketika peserta didik dapat mengakses materi di internet, lebih mudah
bagi pendidik untuk mengarahkan mereka ke informasi yang sesuai
berdasarkan kebutuhan mereka. Jika dirancang dengan benar, sistem
pembelajaran online dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan peserta
didik dan tingkat keahlian yang menjadi tujuan pembelajaran, dan untuk
menetapkan bahan ajar yang tepat untuk dipilih peserta didik, untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan.

C. Relevansi Teori Belajar Konstruktivisme pada Pembelajaran Online


Menurut Ally (2004), peserta didik belajar paling baik ketika mereka dapat
mengontekstualisasikan apa yang mereka pelajari untuk aplikasi langsung dan
makna pribadi. Konsepsi konstruktivis menggunakan strategi pengajaran yang
berpusat pada pelajar, karena jenis pembelajaran ini akan membantu pelajar
mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kolaborasi dan
pembelajaran terjadi di lingkungan di mana pelajar dapat berpartisipasi secara
aktif (Ozola, 2012). Menurut Ozola (2012), karakteristik pelajar saat ini adalah
(a) melek teknologi, (b) fleksibel, (c) multitasking, (d) interaktif dan jaringan,
(e) reflektif, (f) kreatif dan adaptif, (g) pelajar di mana saja kapan saja. Berkaitan
dengan ini, Joenaidy (2019) juga menyebutkan bahwa belajar kapan saja dan di
mana saja adalah tren pembelajaran masa kini, dimana pendidikan mengikuti
perkembangan revolusi industri 4.0.
Joenaidy (2019) juga menyatakan bahwa teknologi yang berkembang kian pesat
menjadi salah satu faktor terbesar yang turut mendukung konsep pembelajaran
ini. Bahan atau alat pelajaran dalam bentuk fisik pun kini perlahan mulai beralih
ke bentuk digital. Sumber daya manusia yang dalam hal ini pengguna teknologi
masa kini harus meningkat dari segi kualitas dan terus dikembangkan. Manusia
yang tidak bisa lepas dari teknologi masa kini perlu melakukan adaptasi. Melalui
proses adaptasi, maka seseorang akan membentuk pengetahuan baru dan selalu
berkembang.
Reid-Martinez & Grooms (2018) menyatakan bahwa pendekatan
konstruktivisme mengakui bahwa siswa tidak belajar secara ketat dalam batas-
batas terbatas dari lembaga pendidikan lokal, tetapi lebih dalam konteks

235
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

internasional dan global yang lebih luas dari kehidupan pribadi mereka
diperpanjang melalui media sosial dan berbagai teknologi. Ketika pelajar
bekerja secara kolaboratif dan dengan dibarengi dengan penggunaan teknologi
komunikasi, mereka akan memasukkan pengalaman dan pandangan yang
beragam untuk setiap situasi yang kompleks dan membutuhkan berbagai
perspektif. Sehingga focus pembelajaran tidak hanya pada level kognitif
mengingat dan memahami saja, melainkan dapat lebih tinggi dan mengarah
kepada apa yang disebut sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher-
order thinking skills (HOTS). Sebagaimana yang disebutkan oleh Brookhart
(2010) bahwa HOTS adalah berada pada level Menganalisis, Mengevaluasi, dan
Mencipta.
MacDonald & Creanor (2010) memberikan saran dalam mengelola teknologi
komunikasi untuk dipergunakan sebagai pembelajaran secara daring sebagai
berikut.
1. pelajar harus percaya diri dalam menggunakan komputer atau perangkat
seluler (handphone) untuk menulis (mengetik), berkomunikasi, atau
mengakses sumber daya di web.
2. pelajar mungkin sudah terbiasa dengan web browser, email, dan pemrosesan
kata; pelajar mungkin juga perlu menggunakan spreadsheet, perangkat lunak
presentasi, atau forum online.
3. pelajar mungkin perlu mengakses halaman web; artikel jurnal online dan
buku elektronik; grafik; foto-foto; dan podcast (audio) dan video, atau
gunakan alat pencarian berbasis web untuk menemukan informasi yang
relevan.
4. pelajar mungkin diminta untuk berkomunikasi melalui email, pesan instan,
konferensi video atau mengirim pesan teks; melakukan kerja kelompok
online.
5. pelajar tentu harus log in (masuk) secara teratur dan tetap mengikuti
informasi kursus dan kegiatan belajar terbaru.
Hal yang penting juga dalam mengimplementasikan pendekatan
konstruktivisme ini adalah adanya umpan balik. Umpan balik sangat beragam
tergantung dari pandangan teori belajarnya (Thurlings, Vermeulen, Bastiaens,
& Stijnen, 2013). Proses pemberian umpan balik, khususnya dalam
pembelajaran berbasis konstruktivisme sosial, terjadi ketika pendidik

236
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

melakukan scaffolding. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan


kepada pelajar selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi
bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab
yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Parwati, Suryawan, &
Apsari, 2017). Peran pendidik sebagai fasilitator berarti ia berperan sebagai
pelatih, mentor, dan / atau pemandu untuk memberikan umpan balik kepada
pelajar (Koohang, Riley, Smith, & Schreurs, 2009).
Scaffolding selama pembelajaran daring dapat dilakukan secara tertulis (misalnya,
melalui pesan instan dan email) atau lisan dengan memanfaatkan fitur audio
(misalnya, fitur voicenote pada platform Whatsapp) dan audio-visual (misalnya,
video conference pada platform Whatsapp, Zoom, Webex, dan Google Meet). Dari
pandangan konstruktivisme, khususnya konstruktivisme sosial, umpan balik
atau feedback seharusnya cukup, konstruktif, menantang, hormat, jujur dan
harus mendorong keyakinan motivasi positif, serta merupakan konsekuensi
dari performansi (Thurlings, Vermeulen, Bastiaens, & Stijnen, 2013).

D. Implikasi Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme untuk


Pembelajaran Online
Implikasi dari pembelajaran berbasis konstruktivisme untuk pembelajaran
online menurut Ally (2004) adalah sebagai berikut.
1. Belajar harus menjadi proses yang aktif.
Menjaga peserta didik aktif melakukan kegiatan yang bermakna
menghasilkan pemrosesan tingkat tinggi, yang memfasilitasi penciptaan
makna yang dipersonalisasi. Meminta peserta didik untuk menerapkan
suatu informasi dalam situasi praktis adalah proses yang aktif, dan
memfasilitasi interpretasi dan relevansi pribadi.
2. Peserta didik harus membangun pengetahuan mereka sendiri, daripada
menerima yang diberikan oleh pendidik.
Dalam lingkungan online, pelajar mengalami informasi secara langsung,
daripada menerima informasi yang di-filter dari pendidik yang gaya atau latar
belakangnya mungkin berbeda dari pelajar itu sendiri. Dalam ceramah
tradisional, pendidik mengontekstualisasikan dan mempersonalisasikan
informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, yang mungkin tidak

237
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

sesuai untuk semua peserta didik. Dalam pembelajaran online, peserta didik
mengalami informasi secara langsung, yang memberi mereka kesempatan
untuk mengontekstualisasikan dan mempersonalisasikan informasi itu
sendiri.
3. Pembelajaran kolaboratif dan kooperatif harus didorong untuk
memfasilitasi pembelajaran konstruktivisme.
Bekerja dengan peserta didik lain memberi peserta didik pengalaman nyata
bekerja dalam kelompok dan memungkinkan mereka untuk menggunakan
keterampilan metakognitif mereka. Peserta didik juga akan dapat
menggunakan kekuatan peserta didik lain, dan belajar dari orang lain. Saat
menetapkan kerja kelompok, keanggotaan harus didasarkan pada tingkat
keahlian dan gaya belajar masing-masing anggota kelompok, sehingga
anggota tim secara individu dapat memperoleh manfaat dari kekuatan satu
sama lain.
4. Peserta didik harus diberikan kendali atas proses pembelajaran.
Sebaiknya ada bentuk penemuan terbimbing di mana peserta didik diizinkan
untuk membuat keputusan tentang tujuan pembelajaran, dengan bimbingan
dari pendidik.
5. Peserta didik harus diberi waktu dan kesempatan untuk melakukan refleksi.
Ketika belajar online, pelajar memerlukan waktu untuk merefleksikan dan
menginternalisasi informasi. Pertanyaan tertanam tentang konten dapat
digunakan sepanjang pelajaran untuk mendorong peserta didik untuk
merenungkan dan memproses informasi dengan cara yang relevan dan
bermakna; atau peserta didik dapat diminta untuk membuat jurnal
pembelajaran selama proses pembelajaran, untuk mendorong refleksi dan
pemrosesan.
6. Pembelajaran harus dibuat bermakna.
Materi pembelajaran harus mencakup contoh yang berhubungan dengan
peserta didik sehingga mereka dapat memahami informasi. Tugas dan
proyek harus memungkinkan peserta didik untuk memilih kegiatan yang
bermakna untuk membantu mereka menerapkan dan mempersonalisasikan
informasi.

238
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

7. Pembelajaran harus interaktif untuk mempromosikan pembelajaran tingkat


tinggi dan kehadiran sosial, dan untuk membantu mengembangkan makna
pribadi.
Interaksi sangat penting untuk menciptakan rasa kehadiran dan rasa
komunitas untuk pelajar online. Peserta didik menerima materi
pembelajaran melalui teknologi, memproses informasi, dan kemudian
mempersonalisasikan dan mengontekstualisasikan informasi. Dalam proses
transformasi, peserta didik berinteraksi dengan konten, dengan peserta
didik lainnya, dan dengan pendidik untuk menguji dan mengkonfirmasi ide-
ide dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

Penutup
Pembelajaran kini bergerak menjadi pembelajaran kapan saja dan dimana saja.
Begitu pula para pelajar yang saat ini dapat belajar suatu materi di mana saja
dan kapan saja. Pembelajaran online dengan berbasis pada pendekatan
konstruktivisme sangat baik untuk dilakukan. Dengan pendekatan
konstruktivisme, pendidik akan memandang bahwa titik berat pembelajaran
adalah pada peserta didik.
Peserta didik mengkonstruksi pengetahuan dan pengalamannya sendiri secara
aktif untuk dapat belajar memaknai suatu informasi apabila pendidik dapat
menjadi fasilitator yang efektif bagi para siswanya. Fasilitator yang efektif
mampu menerapkan scaffolding dengan baik guna memberikan umpan balik
yang konstruktif kepada para pelajar. Pendidik sebagai fasilitator perlu
mempersiapkan bahan ajar yang relevan dengan peserta didik dengan melihat
lingkungan sosialya. Pendidik memfasilitasi belajar peserta didik dengan
memungkinkan penggunaan berbagai sumber informasi yang dapat diperoleh
dari internet. Pembelajaran online masih memungkinkan para pelajar untuk
melakukan komunikasi dan kolaborasi yang efektif dengan kemajuan teknologi
komunikasi apabila tidak dapat melakukan tatap muka secara langsung.
Dengan melakukan pembelajarna online, pendidik disarankan tidak lepas
tangan terhadap proses belajar yang sedang dialami oleh siswanya. Pendidik
tidak bisa hanya mengekspektasi hasil belajar siswanya tanpa memberikan
bahan dan masukan yang relevan. Siswa yang sedang belajar pasti
membutuhkan bantuan dan umpan balik. Sewajarnya pendidik membantu

239
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

proses belajar siswanya dan memfasilitasinya sehingga siswanya dapat


mencapai hasil belajar dengan optimal dengan usahanya sendiri. Dampak dari
inilah yang membuat para siswa merasa termotivasi untuk belajar dan terus
belajar.

Daftar Pustaka
Ally, M. (2004). Foundations of Educational Theory for Online Learning. In
Anderson, T. The Theory and Practice of Online Learning (pp. 15–44).
Canada: AU Press, Athabasca University.
Chan, S. (2010). Designing an Online Class Using a Constructivist Approach.
Journal of Adult Education, 39(1).
Ertmer, P. A., & Newby, T. J. (2018). Behaviorism, cognitivism, constructivism:
Comparing critical features from an instructional design perspective. Tersedia di
https://lidtfoundations.pressbooks.com/chapter/behaviorism-
cognitivism-constructivism/ (diakses pada tanggal 21 Juni 2020)
Joenaidy, A. M. (2019). Konsep dan Strategi Pembelajaran di Era Revolusi Industri
4.0. Yogyakarta: Laksana.
Karwono, H., & Mularsih, H. (2017). Belajar dan Pembelajaran: Serta Pemanfaatan
Sumber Belajar. Depok: Rajawali Press.
Kelana, N. S. (25 Maret 2020). Perlu Dipahami Guru, Pembelajaran di Rumah
Sebaiknya Variatif dan Bermakna. Tersedia di
https://siedoo.com/berita-29754-perlu-dipahami-guru-pembelajaran-
di-rumah-sebaiknya-variatif-dan-
bermakna/#:~:text=Perlu%20Dipahami%20Guru%2C%20Pembelaja
ran%20di%20Rumah%20Sebaiknya%20Variatif%20dan%20Bermakna
,-
Share&text=Apabila%20pembelajaran%20keterampilan%20tersebut%
20membutuhkan,rumah%2C%20tidak%20perlu%20keluar%20rumah.
Koohang, A., Riley, L., Smith, T, & Schreurs, J. (2009). E-Learning and
Constructivism: From Theory to Application. Interdisciplinary Journal of E-
Learning and Learning Objects, 5.

240
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Komang Sesara Ariyana,
Putu Wulandari Tristananda [2020]

MacDonald, J., & Creanor, L. (2010). Learning with Online and Mobile Technologies.
USA: Gower.
Muchlas. (2016). Blended Learning Berbasis Konstruktivisme untuk
Pembelajaran Praktik di Perguruan Tinggi Teknik. Seminar Nasional
Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK). Denpasar-Bali, ISSN Cetak:
2541-2361, ISSN Online: 2541-3058.
Ozola, S. (2012). Student-Centred Learning: A Dream or Reality. Bulgarian
Comparative Education Society, Paper presented at the Annual Meeting of the
Bulgarian Comparative Education Society (10th, Kyustendil, Bulgaria, Jun 12-15).
Parwati, N. N. P., Suryawan, I P. P., & Apsari, R. A. (2017). Belajar dan
Pembelajaran. Depok: Rajawali Press.
Pribadi, B, A. (2010). Pendekatan Konstruktivis Dalam Kegiatan
Pembelajaran. In: Sosok Kurikulum dalam Tataran Penerapan. Universitas
Terbuka, Jakarta, pp. 132-152. ISBN 9789790115149
Reid-Martinez, K. & Grooms, L. D. (2018). Online Learning Propelled by
Constructivism. In Khosrow, M. Encyclopedia of Information Science and
Technology. USA: IGI Global.
Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT
Karsa Mandiri Persada.
Schell, G. P., & Janicki, T. J. (2012). Online Course Pedagogy and The
Constructivist Learning Model. Journal of the Southern Association for
Information Systems, 1(1).
Supinah, & Agus, D.W. (2009). Modul Matematika SD Program BERMUTU:
Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Sleman: PPPPTK
Matematika.
Thurlings, M., Vermeulen, M., Bastiaens, T., & Stijnen, S. (2013).
Understanding Feedback: A Learning Theory Perspective. Educational
Research Review, 9, 1-15.

241
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

Komunikasi Krisis Dan Komunikasi Resiko Di Masa


Pandemi Covid-19

I Dewa Ayu Hendrawathy Putri


Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Pendahuluan
Sekarang ini Indonesia sedang mengalami krisis terkait penyebaran Covid-19
atau lebih dikenal sebagai Virus Corona. Penyebaran virus tersebut sangatlah
cepat, BNPB juga sudah menyatakan bahwa Covid-19 ini sebagai bencana
nasional sehingga diharapkan segala bentuk daya, usaha dan upaya harus
dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat untuk menangani penyebaran virus
tersebut. Covid-19 ini berdampak sangat besar terhadap stabilitas negara
Indonesia, bahkan diperkirakan dapat menyebabkan krisis yang lebih buruk
dibanding krisis moneter tahun 1998. Pemerintah telah melakukan berbagai
upaya untuk memutus penyebaran Covid-19 ini, mulai dari Physical Distancing,
Rapid Test, hingga pemberlakuan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020
tentang kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selain itu upaya
yang tidak kalah pentingnya yakni komunikasi krisis sebagai langkah awal
penanggulangan Covid-191.
Tidak ada negara yang benar-benar siap dengan pandemi kali ini. Padahal
hampir semua negara terhitung memiliki waktu yang cukup panjang untuk
mempersiapkan diri menghadapi dampak yang ditimbulkan. Rata-rata negara
di dunia memiliki waktu dua minggu hingga dua bulan hingga kemunculan
kasus pertama di negara masing-masing. Kasus infeksi di luar China pertama
kali dilaporkan oleh Thailand pada 13 Januari 2020, dua minggu setelah China
melaporkan kasus pertamanya ke WHO. Amerika Serikat (AS) sudah
diperingatkan sejak awal Januari, namun memilih untuk mengabaikan
peringatan tersebut. Sedangkan Indonesia sendiri punya rentang waktu dua
bulan lebih hingga kasus infeksi pertama diumumkan oleh Presiden Jokowi.
Ini adalah waktu kritikal yang seharusnya diisi dengan beragam bentuk

1
https://www.timesbanyuwangi.com/kopi-times/129590/pandemi-covid19-komunikasi-
krisis-dan-kepercayaan-publik/diunduh 15 Juni 2020

242
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

antisipasi. Semua negara memberi perhatian lebih, tetapi tidak cukup untuk
membuat mereka dinilai masyarakat melakukan tindakan antisipasi yang
konkret. Penilaian cepat atau lambatnya antisipasi tergantung dari perbedaan
persepsi pemerintah maupun publik terhadap skala risiko yang sedang
mengintai. Contoh, Presiden AS Donald Trump di awal wabah menganggap
flu biasa lebih berbahaya daripada virus corona. Sama halnya dengan yang
diutarakan oleh Menteri Kesehatan Indonesia dr. Terawan. Meskipun secara
ilmiah pernyataan itu didukung oleh sebagian ilmuwan, dalam konteks
antisipasi bencana, akibat yang ditimbulkan karena keyakinan itu amat fatal.
Pesannya sama, tak ada yang perlu dikhawatirkan, virus ini akan hilang dengan
sendirinya dan semua akan terkendali. Hampir semua jajaran di pemerintahan
pusat menyampaikan pesan yang sama2.
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki
makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini
yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada
pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals-in relationships, group,
organizations and societies-respond to and create messages to adapt to the environment and
one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat
yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan
satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan
secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering
kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam
karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah

2
https://news.detik.com/kolom/d-4997263/pandemi-komunikasi-risiko-dan-kepercayaan-
publik/ diunduh 20 Mei 2020

243
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel
To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu: (1)
Komunikator (siapa yang mengatakan?); (2) Pesan (mengatakan apa?); (3)
Media (melalui saluran/channel/media apa?); (4) Komunikan (kepada siapa?);
(5) Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses
komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan
menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dalam book chapter ini penulis akan menguraikan
komunikasi krisis dan komunikasi resiko di tengah pandemi Covid-19.

PEMBAHASAN
A. Apa Itu Komunikasi Krisis?
Menurut Coombs dan Sherry (2010:20) berpendapat bahwa “crisis communication
can be defined broadly as the collection, processing, and dissemination of information required
to address a crisis situation.” Yang memiliki arti bahwa komunikasi krisis secara
garis besar dapat didefinisikan sebagai pengumpulan, pemrosesan, dan
penyebaran informasi yang diperlukan untuk mengatasi situasi krisis.
Komunikasi krisis menjadi hal yang penting dilakukan oleh pemerintah dimasa
pandemi saat ini. Terlebih saat ini banyak permasalahan yang dapat dikatakan
‘menciderai’ rasa kemanusiaan, seperti stigma negatif terhadap tenaga medis
yang tidak diperbolehkan pulang ke rumah karena dianggap dapat membawa
virus ke lingkungan tempat tinggal, hingga penolakan jenazah Covid-19 yang
sebenarnya sudah ditangani sesuai protokol kesehatan. Semua anggapan
tersebut merupakan informasi yang salah dan tersebar luas dikalangan
masyarakat yang kurang memahami tentang apa itu Covid-19 dan bagaimana
penanggulangannya. Implementasi dari komunikasi krisis yang dilakukan
pemerintah saat ini dirasa kurang tepat diberbagai kalangan masyarakat
sehingga menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya masyarakat yang menganggap data positif Covid-19 dan
jumlah kematiannya dimanipulasi oleh pemerintah. Diperkirakan jumlahnya

244
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

lebih banyak dibanding data yang diinformasikan oleh pemerintah. Banyak juga
yang mengatakan bahwa data di daerah berbeda dari data yang ada di pusat.
Hal tersebut mungkin dikarenakan miskomunikasi antara pusat dan daerah.
Akibatnya informasi terkait Covid-19 menjadi tidak sesuai dengan fakta yang
terjadi3.

B. Komunikasi Publik Pada Masa Krisis


Pemerintah bisa menggunakan model Crisis and Emergency Risk Communication
(CERC) sebagai kerangka komunikasi publik pada keadaan luar biasa. Di
Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center of
Disease Control and Prevention, CDC) sudah menggunakan model ini sebagai
panduan dasar. Dasar filosofis dari CERC adalah bahwa publik berhak
mendapatkan informasi akurat terkait krisis yang terjadi. Informasi harus
secara lengkap memaparkan kondisi krisis yang terjadi dan risiko yang ada agar
membantu publik membuat keputusan rasional. Komunikasi menjadi alat agar
publik mengadopsi perilaku yang diharapkan untuk mengurangi risiko. CERC
memadukan strategi komunikasi risiko (risk communication) yang umum
digunakan sektor pemerintah dalam keadaan darurat dan komunikasi krisis
(crisis communication) yang digunakan sektor swasta untuk menghadapi krisis
organisasi.
Menyikapi Pandemi Covid-19 ini, membuat Pemerintah mengeluarkan
beberapa kebijakan dalam menghadapi wabah penyakit ini, namun kebijakan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah mengalami tumpang-tindih, karena adanya
krisis komunikasi, sehingga timbul Ketidakpastian Komunikasi Kebijakan
Tanggap Darurat Bencana Covid-19. Yang menjadi masalah komunikasi kita
dikarenakan jatuhnya trust atau kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah.
Berdasarkan hasil Penelitian Drone Empirit, yang melakukan riset terhadap
perbincangan di media sosial menemukan bahwa masalah utama yang dihadapi
Pemerintah adalah soal trust publik kepada mereka, bukan soal fear atau
kepanikan menghadapi data yang transparan4.

3
https://www.timesbanyuwangi.com/kopi-times/129590/pandemi-covid19-komunikasi-
krisis-dan-kepercayaan-publik/diunduh 15 Juni 2020
4
https://tekape.co/opini-krisis-komunikasi-kebijakan-tanggap-darurat-bencana-covid-
19/diunduh 30 Mei 2020

245
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

“Jika selama ini data tidak dibuka karena takut publik jadi panik (FEAR),
temuan Drone Empirit ini memperlihatkan sebaliknya. Bahwa dengan
dibukanya data, akan menaikkan TRUST, dan ditutupnya data, atau tidak
transparan, akan menimbulkan DISTRUST dan menyebabkan FEAR.”
Salah satu model yang dapat digunakan untuk melakukan komunikasi yang
efektif di masa bencana adalah Crisis and Emergency Risk Communication
(CERC) yang di gagas oleh Barbara Reynolds dan Matthew W Seeger (2005),
yang terdiri dari 5 (lima) tahapan:
1. Sebelum krisis (Pre-crisis),
2. Awal krisis (initial event),
3. Selama krisis (maintenance),
4. Resolusi (resolution),
5. Evaluasi (evaluation).
Lalu bagaimana langkah yang telah diambil oleh Pemerintah Indonesia? puasa
pra krisis di Indonesia, Pemerintah terkesan lamban dalam merespon adanya
pandemi ini. Padahal komunikasi, dalam hal ini, sangat penting untuk
memberikan pengetahuan awal kepada publik, agar mereka memahami dan
mempersiapkan diri saat wabah telah masuk ke Indonesia. Dengan adanya
krisis komunikasi di internal pemerintah, membuat masyarakat menjadi
bingung, karena banyaknya statement dari Pemerintah yang berbeda-beda dan
regulasi yang tumpang tindih.
Yang menjadi penyebab adanya krisis komunikasi yaitu:
1. Tidak adanya kepemimpinan,
2. Terlalu banyak aktor yang ikut berbicara/tidak satu pintu,
3. Buruk atau bahkan tidak ada koordinasi,
4. Kegagalan membuat skala prioritas.
Mengenai hal bagaimana komunikasi perumusan kebijakan yang ditempuh
Pemerintah, memunculkan sebuah isu, yang dimana pada era teknologi
komunikasi yang sangat maju, justru pemerintah semakin tidak mampu
berkomunikasi dengan efektif, mengapa demikian, karena Pemerintah lebih
bersandar teknologi komunikasi daripada teori komunikasinya sendiri.

246
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

Padahal teori komunikasi yang efektif sangat mempengaruhi sebuah kebijakan


dan informasi sehingga menghilangkan ketidakpastian akan adanya masalah
komunikasi terhadap sebuah informasi dan kebijakan.
Menyampaikan pesan berupa informasi kebijakan krisis pandemi global Covid-
19 untuk mereduksi, sehingga menghilangkan ketidakpastian dan adanya
masalah kebijakan krisis pandemi global Covid-19. Pada masa sekarang ini
komunikasi yang dilakukan Pemerintah mengalami banyak masalah dan kurang
kompoten dalam komunikasi, padahal komunikator haruslah kompoten di
bidangnya sehingga apa yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh
komunikan/penerima pesan agar makna pesan dan tujuan itu sesuai dengan
apa yang dimaksudkan oleh komunikator sehingga ada kesamaan makna antara
komunikator yang ada agar tidak menimbulkan kegaduhan komunikasi yang
menyebabkan publik menjadi bingung.
Berbagai Komunikasi Kebijakan Tanggap Darurat yang telah dikeluarkan oleh
Pemerintah Indonesia mengenai Covid-19:
1. Pada tanggal 23 Maret 2020, Pemerintah menerapkan Physical Distancing,
untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
2. Pada tanggal 31 Maret 2020, Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 dan
ketiga Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 11 Tahun 2020 tentang
penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19, fungsi kebijakan
pemerintah terkait penerapan PSBB, yaitu mencegah terjadinya
perkumpulan orang, baik dalam jumlah kecil hingga jumlah besar, dan
menekan penyebaran virus Covid-19 di kalangan Masyarakat.
3. Membuka kembali izin oprasional Mode Transportasi secara terbatas, untuk
memudahkan orang-orang yang bekerja dalam lembaga Pemerintah/Swasta
yang menyelenggarakan kegiatan percepatan pelayanan Covid-19, ekonomi
pasar, atau pelayanan kesahatan, repratiasi WNI, Pelajar/Mahasiswa dan
pekerja Migran Indonesia yang berada di luar negeri, perjalanan pasien yang
membutuhkan kesehatan darurat/keluarga inti sakit/meninggal.
4. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo
menyatakan bahwa kelompok usia 45 tahun ke bawah untuk bekerja
kembali, ini harus dilihat konteksnya pada Peraturan Menteri Kesehatan

247
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

(Permenkes) Nomor 9/2020 yaitu Pasal 11. Jadi ada 11 bidang kegiatan
yang bisa diizinkan PSBB, yaitu kantor atau intansi strategis yang
memberikan pelayanan terkait pertahanan dan keamanan, ketertiban
umum, kebutuhan pangan, bahan bakar minyak dan gas pelayanan,
kesehatan, perekonomian, keuangan, komunikasi, industri, ekspor dan
impor, distribusi, logistik dan kebutuhan dasar lainnya. Fungsi kebijakan ini
untuk memberi kesempatan bagi warga Indonesia di bawah 45 tahun untuk
beraktivitas kembali guna menekan angka Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) di tengah Pandemi Covid-19 dengan memperhatikan 11 bidang yang
telah diizinkan5.
Namun adanya beberapa kebijakan ini masih diterima secara berbeda oleh
Masyarakat walaupun Pemerintah ingin mengurangi dampak dari Pandemi,
tetapi justru menimbulkan bencana komunikasi, yang seharusnya mengurangi
resiko, tetapi justru menimbulkan bencana komunikasi yang menambah resiko.
Lalu bagaimana masyarakat mengetahui informasi terkait kebijakan yang telah
dikeluarkan Pemerintah?
Berdasarkan hasil riset dari PSSAT Komunikasi Resiko Perspektif Multilayers
Actor 2020, tentang pemahaman masyarakat tentang kebijakan pemerintah
mayoritas melalui Pemberitaan Online dan Media Sosial. Hasilnya, 92 persen
masyarakat memahami kebijakan pemerintah dari Situs Pemberitaan Online.
6% tidak, dan 2% tidak tahu/ tidak menjawab. Kemudian lewat Media Sosial
juga 84% dan 13% tidak tahu/ tidak menjawab. Jika mengacu pada data
tersebut, maka masyarakat cenderung menggunakan Situs Pemberitaan Online
atau Media Sosial dalam mendapatkan informasi. Namun yang perlu
dipertanyakan validitas dan kualitas informasi tersebut6.
Jadi masyarakat perlu memilah informasi-informasi yang ada pada Situs
Pemberitaan Online maupun Media Sosial agar tidak menimbulkan gagal
paham, karena begitu banyaknya perspektif informasi yang berbeda-beda yang
perlu kita telaah terlebih dahulu validitas informasi tersebut. Pentingnya
pemberian edukasi terkait literasi media/melek media diberikan diberikan
kepada masyarakat agar lebih bijak dalam menyimak informasi baik melalui

5
https://tekape.co/opini-krisis-komunikasi-kebijakan-tanggap-darurat-bencana-covid-
19/diunduh 30 Mei 2020
6
https://tekape.co/opini-krisis-komunikasi-kebijakan-tanggap-darurat-bencana-covid-
19/diunduh 30 Mei 2020

248
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

media massa mainstream maupun media sosial khususnya pemberitaan seputar


pandemi Covid-19.
Komunikasi krisis merupakan kunci keberhasilan dalam usaha percepatan
penanganan pandemi Covid-19. Penyampaian informasi terkait Covid-19 juga
harus jelas, berdasarkan data akurat dan tepat agar kepercayaan publik terhadap
pemerintah terbangun kembali. Strategi penyampaian informasi sebaiknya
disesuaikan dengan keadaan dan budaya masyarakat Indonesia yang heterogen
yakni terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, tingkat pendidikan, serta strata
sosial yang berbeda-beda.
Untuk itu perlunya strategi komunikasi krisis yang terintegrasi antar pemangku
kepentingan agar penyampaiannya efektif dan sesuai fakta. Komunikasi yang
sinkron antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga harus diperbaiki,
mungkin salah satunya dengan cara komunikasi top-down dengan
memaksimalkan peran pemerintah pusat yang tetap dibarengi dengan
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, perlu adanya
pendekatan komunikasi yang lebih intensif dalam menyerukan kewaspadaan
dan kedisiplinan masyarakat dalam memerangi pandemi Covid-197. Hal yang
mungkin dianggap remeh pun sebaiknya juga diperhatikan, seperti bahasa yang
dipergunakan dalam penyampaian informasi. Sebaiknya penyampaian
informasi menggunakan Bahasa Indonesia, misalnya physical distancing diganti
menjadi jaga jarak, work from home diganti menjadi kerja di rumah. Hal tersebut
dimaksudkan agar semua kalangan masyarakat dapat menangkap informasi
dengan baik tanpa ada kebingungan.
Perlu diketahui juga dalam usaha memutus rantai penyebaran Covid-19, tentu
saja pemerintah dan masyarakat tidak dapat bekerja sendiri-sendiri, harus ada
sinergitas yang terbangun. Untuk itu kita sebagai masyarakat harus saling
bekerjasama, berkontribusi dan mendukung kebijakan pemerintah dengan cara
patuh dan mengikuti semua himbauan yang disampaikan oleh pemerintah agar
penyebaran Covid-19 ini dapat segera berakhir.

7
https://www.timesbanyuwangi.com/kopi-times/129590/pandemi-covid19-komunikasi-
krisis-dan-kepercayaan-publik/diunduh 15 Juni 2020

249
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

C. Komunikasi Resiko Di Tengah Pandemi Dan Kepercayaan Publik


Setiap pemerintahan negara melakukan komunikasi publik kepada rakyatnya
untuk mendiseminasi informasi dan implementasi kebijakan dan program.
Dalam situasi bencana, komunikasi publik itu dilakukan melalui bentuk yang
berbeda dan lebih spesifik, yaitu komunikasi risiko (risk communication).
Komunikasi risiko adalah bagian dari mitigasi bencana, termasuk juga dalam
pandemi Covid-19 yang pada saat tulisan ini disusun telah menginfeksi 185
negara. Dikutip dari laman WHO, komunikasi risiko merujuk pada pertukaran
informasi, saran atau pertimbangan, dan opini secara real-time di antara para
ahli dan masyarakat yang sedang menghadapi ancaman kesehatan, ekonomi
maupun kesejahteraan sosial. Tujuan utamanya memampukan orang yang
terpapar risiko mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diperlukan
untuk melindungi dirinya dan orang lain, mengubah keyakinan dan/atau
perilaku8.

Komunikasi risiko dahulu dipandang hanya sebagai diseminasi informasi


kepada publik mengenai risiko kesehatan dan terjadinya suatu peristiwa krisis
kesehatan. Sekarang, komunikasi risiko harus lebih responsif terhadap
perkembangan di lapangan, bersifat dua arah, serta lebih berorientasi pada
solusi. Gaya Gamhewage, Kepala Departemen Support for Response in the

8
https://news.detik.com/kolom/d-4997263/pandemi-komunikasi-risiko-dan-kepercayaan-
publik/ diunduh 20 Mei 2020

250
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

Infectious Hazard Management WHO menyebut ada tiga pergeseran besar yang
mempengaruhi perubahan di bidang komunikasi risiko.
Pertama, para pakar dan pihak berwenang kurang dipercaya. Masyarakat yang
marah, kecewa, khawatir, cenderung tidak mempercayai pembawa pesan
informasi. Karena itu, kepercayaan terhadap pemerintah dan pakar sebagai
sumber informasi harus terus dibangun dari waktu ke waktu. Contoh paling
mudah tentang adanya ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah adalah
banyaknya rakyat Indonesia menyalahkan pemerintah atas keterlambatan
respons terhadap wabah. Juga adanya kesangsian terhadap data jumlah kasus
yang disampaikan pemerintah dari hari ke hari, sehingga banyak yang menuntut
transparansi data. Belum lagi kebijakan pemerintah yang dianggap aneh seperti
pembebasan narapidana oleh Kemenkumham dengan dalih kemanusiaan. Lalu
keluarnya kebijakan pemerintah yang bertentangan satu sama lain. Misalnya
kontradiksi antara Peraturan Menteri Perhubungan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan yang menimbulkan kebingungan masyarakat mengenai boleh
tidaknya ojol membawa penumpang saat PSBB.
Tapi ketidakpercayaan ini tidak hanya datang dari masyarakat ke pemerintah
atau pakar. Pemerintah pun dapat menunjukkan adanya rasa tidak percaya
kepada pakar, begitu pula sebaliknya. Mungkin sebagian dari kita sudah
membaca, bahwa banyak ahli yang menyatakan bahwa virus corona tipe baru
ini bukan hasil modifikasi manusia, melainkan berasal dari alam. Tetapi
spekulasi tentang dari mana virus ini berasal masih terus berkembang. Bahkan
AS tetap ingin menginvestigasi langsung ke Wuhan Institute of Virology,
laboratorium virus yang dicurigai sebagai asal virus ini.
Masih segar dalam ingatan kita saat Profesor Marc Lipsitch dari Harvard
terkaget-kaget karena Menteri Terawan bersikap defensif atas hasil prediksinya
tentang adanya kasus positif yang tidak terdeteksi di Indonesia. Kita mungkin
juga bisa mengambil pelajaran dari perseteruan antara pemerintah dengan
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, yang mengklaim telah beberapa kali
memperingatkan pemerintah akan wabah ini. Kehebohan baru lainnya yang di
luar nalar adalah ketika para ahli dibuat melongo oleh Presiden Trump karena
mengusulkan agar pasien Covid-19 mengonsumsi cairan disinfektan untuk
membunuh virus dalam tubuh mereka.

251
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

Perselisihan-perselisihan antara pemerintah dan pakar tadi sama sekali tidak


perlu dan tidak layak dipertontonkan. Komunikasi dan kerja samalah yang
mestinya ditingkatkan di antara mereka.
Pergeseran kedua, publik tidak lagi hanya mencari saran kesehatan langsung ke
ahli medis, dokter atau sumber lain yang kredibel. Mereka beralih ke internet,
media daring dan jejaring sosial. Laporan Global Web Index menyebut, 71%
generasi milenial, 69% generasi X, 67% generasi Z, dan 54% Boomers mencari
update berita virus corona secara online. Sayangnya, seperti yang sudah lumrah
dipahami, tidak ada yang bisa menjamin kredibilitas dan reliabilitas sumber
informasi tersebut. Menyandarkan sepenuhnya filter informasi pada masing-
masing individu jelas tidak mungkin mengingat tingkat literasi informasi
masyarakat yang rendah9.
Trio dis-informasi, mis-informasi, dan mal-informasi pada saat pandemi hanya
akan menimbulkan kebingungan, ketidakpastian, kepanikan bahkan terpicunya
pengambilan tindakan yang keliru di masyarakat. Itu di level individu. Bukan
tidak mungkin keresahan itu akan terekskalasi lebih besar pada level
berikutnya. Lagi pula siapa yang mampu memvalidasi semua informasi yang
beredar di masyarakat dalam waktu supersingkat sebelum informasi tersebut
menimbulkan dampak? Belum lagi jika kita memperhitungkan fakta bahwa
sifat kebaruan virus ini membuat sebagian besar informasi baru tentang
penyakit ini lekas menjadi obsolet ketimbang menjadi kebenaran absolut.
Yang terakhir, cara media bekerja sudah berubah karena tuntutan jurnalisme
"24 jam" sehingga mengurangi kualitas dan kedalaman berita, meningkatnya
jurnalisme warga, serta munculnya opini-opini versus sumber-sumber rujukan
dari peristiwa lalu yang sumbernya terverifikasi. Menurutnya ketergantungan
terhadap pakar di bidang medis diikuti dengan meningkatnya ketergantungan
pada pendapat dari jaringan yang publik percayai. Masyarakat harus
mewaspadai munculnya pseudo-scientist, pakar palsu yang menyebarkan hasil
analisisnya dengan sangat meyakinkan, namun tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang tergiring opini
yang bisa jadi sangat membahayakan. Ditambah kehadiran para influencer yang
dengan secuil informasi bisa mempengaruhi keyakinan fansnya. Dengan
adanya logo sebuah instansi pemerintah pada vlog YouTube saja sudah bisa

9
https://news.detik.com/kolom/d-4997263/pandemi-komunikasi-risiko-dan-kepercayaan-
publik/ diunduh 20 Mei 2020

252
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

membuat penonton berpikir bahwa konten dalam video tersebut dapat


dipercaya.Yang pasti, ketersediaan dan aksesibilitas yang tinggi terhadap
informasi dapat membuat siapapun yang terpapar, tiba-tiba merasa telah
menjadi yang paling paham tentang pandemi ini. Membuat mereka berani
mengeluarkan pendapat dan menyebabkan perdebatan10.
Semua perubahan dalam bidang komunikasi risiko yang didorong oleh
ketersediaan dan aksesibilitas teknologi digital tadi turut mempengaruhi tingkat
kepercayaan publik dalam penanggulangan pandemi. Dihimpun dari berbagai
survei, lebih dari 80% warga China dan hampir 65% warga Korea Selatan
menyatakan kepercayaan mereka kepada pemerintahnya dalam menjaga
kesehatan masyarakat dalam pandemi ini. Sementara Italia hanya meraih angka
52%, dan AS hanya 44%. Sementara itu, dalam survei terhadap 135 ribu orang
baru-baru ini, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
mencatat tingginya sentimen negatif responden terhadap pemerintah
Indonesia (66,28%). Padahal, kepercayaan publik kepada pemerintahan adalah
elemen penting, mata uang transaksi bagi suksesnya komunikasi risiko. Maka
memelihara kepercayaan terhadap pemerintah adalah mutlak dalam
komunikasi kedaruratan. Absennya tindakan membangun kepercayaan dengan
segera akan berakibat gagalnya penanggulangan krisis. Kini komunikasi risiko
tidak bisa lagi dipandang sempit hanya sebagai diseminasi informasi tentang
sebuah krisis kesehatan, tetapi juga meliputi seluruh kebijakan pemerintah yang
dikeluarkan untuk sektor-sektor yang terdampak karena krisis tersebut.
Mengkomunikasikan sebuah risiko kepada orang yang memiliki kepedulian
terhadap suatu isu di waktu yang normal termasuk mudah, meskipun strategi
komunikasinya bukan yang terbaik. Sebaliknya, berkomunikasi di tengah
keadaan bahaya, dalam waktu yang sempit, dengan audiens yang berada di
bawah tekanan, dan alat komunikasi yang benar-benar harus terseleksi dengan
baik, dengan data dan informasi yang masih harus terus diverifikasi dan tingkat
kepercayaan yang rendah adalah pekerjaan yang menguras perhatian dan
sumber daya11.

10
https://news.detik.com/kolom/d-4997263/pandemi-komunikasi-risiko-dan-
kepercayaan-publik/ diunduh 20 Mei 2020
11
https://news.detik.com/kolom/d-4997263/pandemi-komunikasi-risiko-dan-
kepercayaan-publik/ diunduh 20 Mei 2020

253
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

D. Fungsi Media Dan Metode Komunikasi Yang Tepat Di Tengah Krisis


Di tengah krisis saat ini, kebutuhan kita terhadap media, baik itu media sosial
dan media pada umumnya sangatlah besar. Hal ini terkait keperluan kita untuk
mendapatkan dan mengakses seluruh informasi yang terjadi di luar maupun
nasional termasuk jalannya pemerintahan di saat pandemi. Dalam situasi
seperti ini, pola komunikasi krisis seharusnya segera digunakan pemerintah. Ini
untuk memastikan persepsi publik bahwa negara dalam keadaan siap
menghadapi krisis sekaligus juga peduli dengan publik. Pandangan tersebut
disampaikan Komisioner KPI Pusat, Yuliandre Darwis, saat mengisi sesi
Diskusi Virtual dengan tema “Media dan Komunikasi Krisis di Tengah
Pandemi Covid-19” di laman aplikasi zoom, Selasa (14/4/2020). Dia
mengatakan metode komunikasi krisis yang tepat akan menghasillan
komunikasi yang baik dan tepat sasaran. Menyangkut persoalan wabah Corona,
lanjut Andre, pemerintah harus selalu memberikan informasi penting terkait
kasus Covid-19.
Menurut Yuliandre Darwis, “Komunikasi krisis dapat diartikan adalah seorang
komunikator harus dapat dipercaya, terbuka, berbasis keseimbangan terhadap
kejadian dan data pendukung yang akan disampaikan ke khalayak luas.”
Yuliandre yang merupakan Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia (ISKI) Pusat ini menuturkan, manajemen krisis pada situasi yang
krusial seperti sekarang harus terorganisir dengan baik. Dia juga menilai adanya
kemungkinan dari dampak krisis yang menyebabkan beberapa pihak, baik
swasta maupun negeri, yang gamang melaksanakan tindakan atau respons
komunikasi yang efektif dan tepat, berpotensi mengalami masalah besar.
“Tujuan utama komunikasi dalam krisis adalah menjaga kepercayaan publik
melalui saluran media arus utama maupun media sosial. Oleh karenanya, dalam
komunikasi krisis ini perlu adanya pasokan keakuratan data dan merespons
kebutuhan informasi secara tepat dan cepat kepada media. Jangan sampai
justru media mengolah informasi secara liar sehingga menimbulkan framing
negatif dan berdampak buruk terhadap citra sebuah Lembaga pemerintah
maupun swasta,” tutur mantan Presiden OIC Broadcasting Regulatory
Authorities Forum (IBRAF)12.

12
http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/35672-fungsi-media-dan-
metode-komunikasi-yang-tepat-di-tengah-krisis/diunduh 20 Mei 2020

254
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

E. Regulasi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat


Perlu diketahui, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat telah mengeluarkan
Imbauan dan Evaluasi Muatan Siaran di Masa Pandemi COVID-19 dengan
Nomor 183/K/KPI/31.2/03/2020 dan KPI juga mengeluarkan Surat Edaran
Nomor 156/K/KPI/31.2/03/2020 Tentang peran serta Lembaga
Penyiaran ada enam point yang diminta KPI dalam surat tersebut 13, sebagai
berikut:
1. Imbauan Dan Evaluasi Muatan Siaran Di Masa Pandemi Covid-19
Untuk Lembaga Penyiaran
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, menghaturkan salam dan doa untuk
Direktur dan seluruh jajaran manajemen serta karyawan Lembaga Penyiaran di
Indonesia. Semoga selalu sehat dan mendapat perlindungan Tuhan Yang Maha
Kuasa. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menyampaikan apresiasi dan
terima kasih kepada lembaga penyiaran baik televisi maupun radio, atas
sosialisasi penanggulangan persebaran COVID-19 yang dilakukan oleh
Pemerintah, pihak-pihak lain dan masyarakat. Pada kondisi terkini, upaya-
upaya pencegahan dan penanganan persebaran COVID-19 tidak akan
maksimal apabila tidak disertai dukungan dan ketaatan masyarakat untuk
menerapkan social distancing atau physical distancing sebagai upaya memutus rantai
persebaran COVID-19. Untuk itu, sesuai Instruksi Presiden, Keputusan
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 159 Tahun
2020 tentang Upaya Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) Melalui
Dukungan Sektor Pos dan Informatika dan Surat Edaran KPI Pusat Nomor
156/K/KPI/31.2/03/2020 tentang Peran Serta Lembaga Penyiaran dalam
Penanggulangan Persebaran Wabah Corona, dan memperhatikan 239 aduan
masyarakat terkait perlindungan anak dan remaja sepanjang bulan Maret 2020
serta hasil kajian pemantauan maka kami mengingatkan dan meminta kembali:
a. Komitmen lembaga penyiaran untuk lebih masif menyampaikan
informasi pencegahan dan penanggulangan COVID-19 terutama
tindakan social/physical distancing melalui ILM di setiap program yang
disiarkan atau setiap jam sekali.

13
http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/35672-fungsi-media-dan-
metode-komunikasi-yang-tepat-di-tengah-krisis/diunduh 20 Mei 2020

255
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

b. Memberikan contoh pelaksanaan social/physical distancing dengan


tidak memuat program yang menampilkan visualisasi massa/penonton,
baik secara live, tapping, maupun rekayasa editing kecuali
diinformasikan secara jelas bahwa tayangan tersebut
rekaman/recorded/re-run dalam bentuk running text atau caption di
sepanjang penayangan program.
c. Menerapkan protokol pencegahan dan penanganan keamanan dalam
bentuk physical distancing bagi host/presenter, kru penyiaran, jurnalis,
narasumber, dan pendukung acara lainnya baik di dalam maupun di luar
studio.
d. Mengingatkan kepada seluruh lembaga penyiaran agar patuh pada
ketentuan terkait perlindungan anak-anak dan remaja dengan:
1) Memperhatikan ketersediaan program bagi anak pada pukul 05.00
hingga pukul 18.00 WIB dengan muatan, gaya penceritaan dan
tampilan yang sesuai dengan perkembangan psikologis anak-anak dan
remaja;
2) selektif memilih materi tayangan agar tidak menstimulasi anak
melakukan tindakan yang tidak semestinya ditiru atau dianggap
lazim/lumrah seperti diberitakan akhir-akhir ini yaitu menikah pada
usia muda, eksploitasi pernikahan dini, pengungkapan konflik rumah
tangga, dan sebagainya;
3) Menampilkan konflik dan aksi/adegan kekerasan, bullying dalam
rumah tangga, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya;
4) membatasi adegan percintaan dan perselingkuhan.
e. Meminta lembaga penyiaran agar memperbanyak program siaran
bertema pendidikan dan pembelajaran untuk membantu proses belajar
mengajar anak di rumah.
f. Mengedepankan perbincangan yang konstruktif dan solutif dalam
penanganan persebaran COVID-19 sebagai wujud kepedulian bersama.
Demikian disampaikan untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih14.

14
http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-sanksi/35656-imbauan-dan-evaluasi-
muatan-siaran-di-masa-pandemi-covid-19/diunduh 20 Mei 2020

256
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

2. Surat Edaran Kpi Tentang Peran Serta Lembaga Penyiaran Dalam


Penanggulangan Persebaran Wabah Corona15
SURAT EDARAN
KOMISI PENYIARAN INDONESIA PUSAT
NOMOR 156/K/KPI/31.2/03/2020
TENTANG
PERAN SERTA LEMBAGA PENYIARAN
DALAM PENANGGULANGAN PERSEBARAN WABAH CORONA
a. Umum
Berdasarkan Siaran Pers Presiden RI Ir. H. Joko Widodo dan Ketua
Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat RI tentang penyebaran wabah
Corona (Covid-19) yang ada di Indonesia, maka perlu adanya
kewaspadaan dari masyarakat. Selain itu dalam rangka pengembangan
implementasi keselamatan dan kesehatan, perlu penerapan social
distancing measure sebagai upaya pencegahan penyebaran wabah
tersebut yakni menjaga jarak satu dengan lainnya, mengurangi
pertemuan, menghindari kontak fisik, dan menjauhi tempat-tempat
berkumpul orang banyak. Mengingat peran sosial dan edukatifnya, maka
perlu adanya kepedulian dan keikutsertaan lembaga penyiaran dalam
menyampaikan informasi penting demi menjaga keutuhan dan
keselamatan Bangsa dan Negara.
b. Maksud dan Tujuan
Surat Edaran ini dimaksudkan untuk mengajak lembaga penyiaran
berkontribusi dalam upaya membantu Pemerintah mensosialisasikan
upaya pencegahan Pandemi Covid-19, termasuk imbauan menjaga
pergerakan, social distancing measure.

15
http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-sanksi/35642-surat-edaran-kpi-tentang-
peran-serta-lembaga-penyiaran-dalam-penanggulangan-persebaran-wabah-
corona/diunduh 20 Mei 2020

257
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran ini adalah batasan-batasan yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan perkembangan pandemi Covid-19 sesuai
ketentuan Peraturan KPI Nomor 01/P/KPI/03/2012 tentang
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Peraturan KPI Nomor
02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran.
d. Dasar Hukum
1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran;
2) Peraturan KPI Nomor 01/P/KPI/03/2012 tentang Pedoman
Perilaku Penyiaran;
3) Peraturan KPI Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar
Program Siaran.
e. Memperhatikan:
1) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel
Coronavirus (INFEKSI 2019-nCoV) sebagai Penyakit yang dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya;
2) Surat Edaran Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Nomor
123/K/KPI/31.2/03/2020 tentang Penyiaran Wabah Corona;
3) Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan
Informatika Nomor 04 Tahun 2020 tentang Tindak Lanjut Upaya
Pencegahan Penyebaran COVID-19;
4) Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian
Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan
Penyebaran COVID-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah;
5) Hasil Rapat Pleno Komisi Penyiaran Indonesia Pusat tentang
Penyikapan Pencegahan Penyebaran COVID-19 tanggal 16 Maret 2020.
f. Pelaksanaan
Komisi Penyiaran Indonesia Pusat meminta kepada lembaga penyiaran
agar memperhatikan beberapa hal-hal sebagai berikut:

258
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

1) Mendukung instruksi Pemerintah dengan menginformasikan melalui


Iklan Layanan Masyarakat (spot atau ad lips) dan pernyataan
host/reporter/penyiar yang menginformasikan secara masif tentang
imbauan kepada masyarakat agar melakukan social distancing
measure atau membatasi interaksi sosial yaitu dengan melakukan
kegiatan di rumah dan menghindari kerumunan massa;
2) Mengubah format program siaran yang melibatkan banyak orang
(peserta dan/atau penonton) baik yang disiarkan secara on air (live
atau tapping) maupun off air yang ditayangkan di televisi maupun
radio di seluruh Indonesia;
3) Mengingat adanya kebijakan Pemerintah terkait pemindahan kegiatan
belajar di rumah, maka Lembaga Penyiaran agar memperhatikan
konten siaran yang ramah bagi semua usia dan mengutamakan
perlindungan anak dan remaja, serta menyediakan program siaran
pendidikan dan pembelajaran sebagai pengganti proses belajar dan
mengajar;
4) Mengutamakan keselamatan para jurnalis dan kru penyiaran lainnya
dengan menaati protokol pencegahan dan penanggulangan wabah
Covid-19.
Dalam hal lembaga penyiaran tidak melaksanakan beberapa ketentuan di
atas, maka akan ditindaklanjuti sesuai kewenangan KPI sebagaimana
Peraturan KPI Nomor 01/P/KPI/03/2012 tentang Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Peraturan KPI Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang
Standar Program Siaran.
g. Penutup
Demikian edaran ini disampaikan untuk diperhatikan dan dilaksanakan.
Terima kasih
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 16 Maret 2020
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat,
Agung Suprio

259
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

F. Pengelolaan Informasi Publik Dalam Menangkal Hoaks Dan


Disinformasi
Pada tanggal 1 April 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) menemukan 405 hoaks tentang Virus Corona
(katadata.co.id). Mengingat kondisi masyarakat membutuhkan layanan internet
sebagai sarana dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari selama kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat ini, sangat bijak ketika
Kementerian Komunikasi dan Informatika tidak memblokir akses internet,
tetapi mendorong platform digital dari media sosial menangguhkan (take down)
konteks hoaks dan disinformasi terkait virus corona. Kementerian Komunikasi
dan Informatika RI sangat inovatif dalam menanggani hoaks yang beredar di
masyarakat. Langkah ini patut mendapatkan apresiasi atas layanan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu layanan masyarakat yang dapat
diakses untuk memperoleh verifikasi suatu postingan dan atau berita yang
mana hoaks dan disinformasi atau tidak, masyarakat dapat mengunjungi
website kominfo.go.id pada layanan Informasi Publik kanal Publikasi yang
memuat Laporan Isu Hoaks. Dalam Laporan Isu Hoaks menampilkan gambar
informasi media sosial yang terverifikasi, penjelasannya, dan link counter (link
sumber informasi valid yang mengklarifikasi berita hoaks/disinformasi
tersebut).
Dalam akses layanan informasi ini, Kemenkominfo mengkategorisasikan
berita media sosial, bersifat hoaks dan disinformasi. Hal ini sangat efektif
memberikan informasi terkait pandemi covid-19 di berbagai wilayah
Indonesia. Layanan ini sangat dibutuhkan dalam ketidakpastian informasi dan
strategi melawan gelombang arus informasi yang masif di media sosial.
Beberapa konten postingan media sosial yang diklarifikasi merupakan hoaks,
seperti Warga Boalem Gorontalo Positif Corona, Kakak-Adik Relawan di RS
Wisma Atlet Meninggal Karena Corona, Dukung #DiRumahAja, Netflix
Kasih Layanan Gratis Tiga Bulan, dan lain sebagainya. Sedangkan, konten
postingan media sosial yang merupakan disinformasi misalnya Video
Penutupan Jalan di Rawa Bokor Karena Zona Merah, Karantina Wilayah di
Pekanbaru pada Tanggal 7 April 2020 Selama 20 Hari, dan lain sebagainya.
Pelayanan Laporan Isu Hoaks terkait virus corona sudah dilakukan di beberapa
Dinas Komunikasi dan Informatika di tingkat daerah. Mereka

260
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

memperbaharui informasi hoaks maupun disinformasi secara tepat (real-time),


bahkan menyediakan fitur informasi Pantau Corona di berbagai daerah16.
Meskipun demikian masih ditemukan pada beberapa pemerintah daerah yang
lamban menyampaikan pembaharuan informasi hoaks atau disinformasi terkait
covid-19 seperti Layanan Isu Hoaks tidak diperbaharui sekitar satu bulan lebih
lamanya. Hal ini menyebabkan tidak diberikannya pelayanan pembaharuan
informasi kepada masyarakat ketika mengalami kondisi genting dalam upaya
melawan persebaran covid-19 secara sosial. Pola persebaran hoaks dan
disinformasi yang begitu cepat dan tidak terkendali sangat membutuhkan
kecepatan secara kelembagaan dalam menangkal konten hoaks dan
disinformasi.
Titik kelemahan paling krusial lainnya adalah ketika Dinas Komunikasi dan
Informatika di beberapa daerah tidak menyediakan sama sekali pelayanan
terkait Laporan Isu Hoaks. Di pandemi covid-19 saat ini masyarakat
membutuhkan suatu kepastian informasi yang valid. Ini merupakan salah satu
kelemahan tata kelola pelayanan informasi yang masih ditemukan di berbagai
situs milik Dinas Komunikasi dan Informatika di daerah. Padahal sebagai
pengelola informasi dan komunikasi publik, serta verifikator informasi-
informasi yang sah berdasarkan tugas dan wewenangnya, maka peran mereka
sangat penting menjaga stabilitas sosial-politik dan ketertiban sosial di berbagai
pelosok daerah seluruh Indonesia.
Dari penjelasan di atas menunjukkan belum adanya sinkronisasi pengelolaan
informasi dan komunikasi publik antara pusat dan di daerah. Tampak belum
terbangunannya desentralisasi pengelolaan dan pelayanan informasi publik
secara baik. Kekuatan pengelolaan dan pelayanan tersebut masih bertumpu
pada pundak pemerintah pusat. Padahal pemerintah daerah memiliki peran
strategis untuk menyediakan layanan terkait Laporan Isu Hoaks secara
responsif. Pada kondisi melawan pandemi covid-19, peran institusi pemerintah
sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperoleh informasi valid yang
diperkuat dengan penjelasan dan link counter.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2009, Ombudsman RI
melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik dalam

16
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--menangkal-pusaran-hoaks-dan-disinformasi-
saat-pandemi-covid-19/diunduh 20 Mei 2020

261
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

rangka pencegahan maladministrasi. Magistrature of Influence menunjukkan peran


Ombudsman RI adalah untuk menyentuh kesadaran dan komitmen supaya
penyelenggara pelayanan publik menjalankan penyelenggaraannya berdasarkan
peraturan yang menjalankan asas, norma hukum, prosedur dan sistem
pelayanan publik (Meliala, 2019).
Tindakan mal-administrasi mengakibatkan kerugian pada hak-hak masyarakat,
maka sebab itu negara harus melindunginya. Salah satu caranya adalah
pengelolaan informasi dalam pelayanan Laporan Isu Hoaks. Pemerintah pusat
harus mendorong pemerintah daerah untuk membuat layanan Laporan Isu
Hoaks agar desentralisasi penanganan hoaks dan disinformasi terkait covid-19
dapat diantisipasi secara komprehensif.
Dengan menempatkan kekuasaan pada daerah, semestinya pemerintah daerah
memiliki kesadaran akan tugas dan wewenangnya akan kebutuhan pelayanan
berdasarkan tuntutan dan kondisi suatu masyarakat. Ketika penyelenggara
pelayanan publik tidak memenuhinya, dapat berujung pada pengaduan laporan
masyarakat, salah satunya kepada Ombudsman RI. Oleh karena itu, diharapkan
kesadaran pemerintah daerah untuk menampilkan pelayanan Laporan Isu
Hoaks sebagai langkah bersama melawan virus corona baik dari segi sosial,
politik, ekonomi, dan kesehatan17.

Penutup
Indonesia sedang mengalami krisis terkait penyebaran Covid-19 atau lebih
dikenal sebagai Virus Corona. Penyebaran virus tersebut sangatlah cepat,
BNPB juga sudah menyatakan bahwa Covid-19 ini sebagai bencana nasional
sehingga diharapkan segala bentuk daya, usaha dan upaya harus dilakukan oleh
seluruh elemen masyarakat untuk menangani penyebaran virus tersebut.
Covid-19 ini berdampak sangat besar terhadap stabilitas negara Indonesia,
bahkan diperkirakan dapat menyebabkan krisis yang lebih buruk dibanding
krisis moneter tahun 1998. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk
memutus penyebaran Covid-19 ini, mulai dari Physical Distancing, Rapid Test,
hingga pemberlakuan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selain itu upaya yang

17
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--menangkal-pusaran-hoaks-dan-disinformasi-
saat-pandemi-covid-19/diunduh 20 Mei 2020

262
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

tidak kalah pentingnya yakni komunikasi krisis sebagai langkah awal


penanggulangan Covid-19.
Komunikasi menjadi alat agar publik mengadopsi perilaku yang diharapkan
untuk mengurangi risiko. CERC memadukan strategi komunikasi risiko (risk
communication) yang umum digunakan sektor pemerintah dalam keadaan darurat
dan komunikasi krisis (crisis communication) yang digunakan sektor swasta untuk
menghadapi krisis organisasi.
Menyikapi Pandemi Covid-19 ini, membuat Pemerintah mengeluarkan
beberapa kebijakan dalam menghadapi wabah penyakit ini, namun kebijakan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah mengalami tumpang-tindih, karena adanya
krisis komunikasi, sehingga timbul Ketidakpastian Komunikasi Kebijakan
Tanggap Darurat Bencana Covid-19. Yang menjadi masalah komunikasi kita
dikarenakan jatuhnya trust atau kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah.
Jadi masyarakat perlu memilah informasi-informasi yang ada pada Situs
Pemberitaan Online maupun Media Sosial agar tidak menimbulkan gagal
paham, karena begitu banyaknya perspektif informasi yang berbeda-beda yang
perlu kita telaah terlebih dahulu validitas informasi tersebut. Pentingnya
edukasi terkait literasi media/melek media diberikan diberikan kepada
masyarakat agar lebih bijak dalam menyimak informasi baik melalui media
massa mainstream maupun media sosial khususnya pemberitaan seputar
pandemi Covid-19.
Komunikasi krisis merupakan kunci keberhasilan dalam usaha percepatan
penanganan pandemi Covid-19. Penyampaian informasi terkait Covid-19 juga
harus jelas, berdasarkan data akurat dan tepat agar kepercayaan publik terhadap
pemerintah terbangun kembali. Strategi penyampaian informasi sebaiknya
disesuaikan dengan keadaan dan budaya masyarakat Indonesia yang heterogen
yakni terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, tingkat pendidikan, serta strata
sosial yang berbeda-beda.

Daftar Pustaka
Cangara, Hafidz, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada.

263
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

CARREL, L. F. (2004) Leadership in Krisen. Ein Handbuch für die Praxis,


Bern, p. 23
Christine Arena (2008) The High Purpose Company. Pt. Gramedia Pustaka
Utama
David J Swarz, 1996.Berfikir dan berjiwa besar, Binarupa Aksara, Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana, 2003. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:
Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo. Rosdakarya
Harvard business literacy (2006) The essential of Corporate communications
and public relations., Harvard business school press
James K. Van Kleet. 1984. Rahasia kekuatan percakapan, Intimedia, Jakarta
Joep Cornelissen, (2011) Corporate Communication.Third edition.SAGE
publication,India
Kritantono, Rachmat. 2012. Public Relations & Crisis Management. Jakarta:
Kencana
Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA:
Wadsworth Publishing.Paula A. Argenti,(2010) Corporate
Communication.Edisi 5.Salemba Humanika, Jakarta.
https://www.timesbanyuwangi.com/kopi-times/129590/pandemi-covid19-
komunikasi-krisis-dan-kepercayaan-publik/diunduh 15 Juni 2020
https://news.detik.com/kolom/d-4997263/pandemi-komunikasi-risiko-dan-
kepercayaan-publik/ diunduh 20 Mei 2020
https://tekape.co/opini-krisis-komunikasi-kebijakan-tanggap-darurat-
bencana-covid-19/diunduh 30 Mei 2020
http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/35672-fungsi-
media-dan-metode-komunikasi-yang-tepat-di-tengah-krisis/diunduh 20
Mei 2020
http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-sanksi/35656-imbauan-dan-
evaluasi-muatan-siaran-di-masa-pandemi-covid-19/diunduh 20 Mei
2020

264
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |I Dewa Ayu Hendrawathy Putri [2020]

http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-sanksi/35642-surat-edaran-
kpi-tentang-peran-serta-lembaga-penyiaran-dalam-penanggulangan-
persebaran-wabah-corona/diunduh 20 Mei 2020

265
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Bernardinus Doni Sulistyo Susilo [2020]

Menghentikan Istilah “New Normal” Dalam


Melawan Covid-19 di Indonesia

Bernardinus Doni Sulistyo Susilo


Praktisi Hukum dan Certified Mediator di Mediator Masyarakat Indonesia

Pendahuluan
Saat ini Negara-Negara di dunia sedang berusaha keras bertahan dengan
melakukan perang dengan sesuatu yang tidak kelihatan yaitu sebuah virus yang
bernama Corona Virus Disease 19 (COVID-19). Covid-19 ini awalnya dari
suatu daerah yang bernama Wuhan Tiongkok pada bulan Desember 2019
disalah satu pasar hingga menyebar hampir seluruh Negara salah satunya
termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri pada awalnya Pemerintah melalui Menteri Kesehatan
menyatakan masyarakat Indonesia “kebal” dari virus corona berkat doa,
memang hingga bulan Februari 2020 saat itu Indonesia belum ada
terkonfirmasi positif COVID-19. Namun anggapan “Kebal” tersebut seolah
runtuh ketika pertama kali Presiden mengkonfirmasi adanya warga yang
terkonfirmasi positif yaitu pada bulan Maret 2020 dari seseorang perempuan
yang berumur 31 tahun dan seorang ibu berumur 64 tahun. Pada awalnya
Pemerintah melalui Menteri Kesehatan tidak terlalu khawatir atas COVID-19
ini dengan alasan bahwa Indonesia memiliki kondisi yang sangat bagus karena
adanya sinar matahari yang cukup berbeda dengan Negara-Negara lain
termasuk Tiongkok.
Bahwa sejak pertama kali diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia pada
Maret 2020 tersebut, dengan sigap Pemerintah mengikuti anjuran standar
World Health Organization (WHO) termasuk menyatakan COVID-19 adalah
Pandemi Bencana Nasional Non Alam melalui Keputusan Presiden Nomor 12
Tahun 2020.
Pemerintah dengan sekuat tenaga mencanangkan dan menyatakan “Perang
terhadap COVID-19” bahkan disampaikan pada Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Luar Biasa G20 yang diikuti oleh 27 Kepala Negara pada 28 Maret 2020,

266
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Bernardinus Doni Sulistyo Susilo [2020]

Presiden juga membuat instrumen-instrumen terkait lainnya guna


menanggulangi penyebaran COVID-19 di Indonesia, saat itu Pemerintah
sempat gamang ketika dihadapkan 2 (dua) pilihan untuk mengatasi penyebaran
COVID-19 yang begitu cepat yaitu Karantina (lebih populer dengan istilah
lockdown) atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (dikenal PSBB), dengan
berbagai pertimbangan akhirnya Pemerintah memutuskan mengambil
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan mengalokasikan
anggaran dana sebesar Rp.405,1 triliun.
Setelah seluruh anggaran dikucurkan dalam penanganan COVID-19 ternyata
persebaran dan tingkat kematian justru semakin meningkat, bukan hanya
masyarakat biasa namun termasuk para tenaga kesehatan hingga Dokter
menjadi korban keganasan COVID-19 tersebut, padahal perang tersebut baru
berjalan 2,5 bulan tetapi pada 7 Mei 2020 Presiden Republik Indonesia
menyatakan kita harus berdamai dengan COVID-19 sementara waktu karena
belum ditemukan vaksinnya.
Sejak saat itu Pemerintah membuat suatu istilah baru yaitu dengan sebutan
“New Normal” sebagai bagian atau upaya untuk berdamai dengan COVID-19
berjuang hingga ditemukannya vaksin. Tentu hal ini sangat sulit diterima oleh
masyarakat dan justru akan semakin membuat penyebaran COVID-19 meluas,
terbukti hingga saat ini Pemerintah belum menemukan titik tertinggi COVID-
19 termasuk bahaya gelombang kedua COVID-19 di Indonesia.

Pembahasan
A. Apa itu Corona Virus Disease 19 (COVID-19)
Sebelum menjelaskan apa itu COVID-19 sebaiknya kita lihat pengertian dari
apa itu coronavirus. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Beberapa coronavirus
diketahui menginfeksi saluran pernapasan pada manusia mulai batuk pilek
hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Menurut World Health Organization (WHO) yang dikutip dari website
www.who.int Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh corona virus yang baru ditemukan pada tahun
2019 di Wuhan Tiongkok.

267
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Bernardinus Doni Sulistyo Susilo [2020]

Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan
rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa
pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau
penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki.
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan.
COVID-19 ini menyerang saluran pernafasan dan paling rentan adalah
menyerah orang yang memiliki riwayat penyakit bawaan lain. COVID-19 ini
penularannya sangat cepat dan mampu bertahan pada benda-benda yang ada
disekitar kita.
Pada awalnya persebaran COVID-19 ini serasa dapat dikendalikan melalui
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tetapi karena Pemerintah
buru-buru mengeluarkan istilah “New Normal” justru saat ini ada 20 Provinsi
di Indonesia yang telah mengalami persebaran COVID-19 tersebut.

B. Apa itu New Normal


Menurut Pemerintah kebijakan istilah New Normal ini dikenalkan pada saat
Presiden pada tanggal 7 Mei 2020 menyatakan kita harus hidup berdampingan
dengan COVID-19 hingga ditemukannya vaksin. Istilah New Normal menurut
pemerintah adalah suatu keadaan normal baru dengan mengikuti protokol
kesehatan diantaranya yaitu memakai masker, jaga jarak (physical distancing),
cuci tangan (hand sanitizer), minum vitamin dan berolah raga.
Namun istilah New Normal ini justru menjadi euforia masyarakat atas
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlangsung di berbagai daerah
bahkan ada yang beberapakali dilakukan perpanjangan PSBB. Masyarakat saat
ini semakin banyak melakukan aktifitas diluar rumah termasuk dipasar-pasar
tanpa mematuhi protokol kesehatan, hal ini karena istilah New Normal ini yang
menyebabkan bias nilai dimasyarakat. Disatu sisi Pemerintah menginginkan
tetap dilaksanakan protokol kesehatan tetapi disisi lain masyarakat
menganggap keadaan sudah dapat dikendalikan, sehingga sering kali abai dalam
melaksanakan protokol kesehatan.
Disisi lain dengan istilah New Normal ini aparat dan Pemerintah Daerah juga
merasa seolah tidak memiliki kewenangan dan dasar hukum lagi untuk

268
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Bernardinus Doni Sulistyo Susilo [2020]

menegur atau memberikan sanksi bagi pihak-pihak yang tidak mematuhi


protokol kesehatan, hal ini tergambar justru semakin banyak orang-orang
terinfeksi dan penyebarannya sangat memprihatinkan, dimana Indonesia
termasuk ratio kematian tertinggi dari COVID-19.
Dilihat dari sisi lain para petugas kesehatan dan Dokter banyak yang telah
meninggal karena kelelahan dan seringnya kontak dengan COVID-19 bahkan
sempat beberapa Rumah Sakit (RS) dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) tutup
sementara karena para petugasnya terinveksi COVID-19.
Tenaga kesehatan dan Dokter itu terbatas sehingga sudah saatnya Pemerintah
segera mengambil kebijakan kembali dan menghindari istilah New Normal
karena secara dasar hukum atau aturan tentang New Normal juga tidak
ditemukan didalam instrumen peraturan perundangan di Indonesia.
Pemerintah segera mengambil kebijakan sesuai dengan Undang-Undang RI
Nomor 6 Tahun 2018 Kekarantinaan Kesehatan baik memilih skema kebijakan
Karantina Wilayah (dimasyarakat dikenal lockdown) atau Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) secara lebih ketat guna menekan penyebaran dan
menurunkan angka kematian dari COVID-19 tersebut.
Pemerintah harus mengedepankan keselamatan masyarakat termasuk para
tenaga medis dan dokter yang berada digarda terdepan dalam perang melawan
COVID-19. Jika penggunaan istilah New Normal ini terus dilakukan tidak
menutup kemungkinan akan semakin bertambah korban berjatuhan dan
semakin luas penyebarannya, hal ini juga terindikasi hingga saat ini pun
Pemerintah belum mampu memprediksi titik kurva tertinggi dan gelombang
kedua COVID-19.
Bagaimana New Normal menurut WHO sebagaimana dilansir media tirto.id
tanggal 20 Mei 2020 New Normal seharusnya dilakukan dengan pertimbangan
yang matang dan suatu negara telah berhasil mengelola penyebaran COVID-
19, WHO juga memiliki syarat-syarat suatu Negara boleh melakukan opsi New
Normal yaitu:
1. Bukti yang menunjukkan transmisi COVID-19 dapat dikendalikan.
2. Kapasitas sistem kesehatand an kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit
tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan
mengkarantina.

269
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Bernardinus Doni Sulistyo Susilo [2020]

3. Resiko virus corona diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tinggi,


terutama dipanti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang
tinggal ditempat ramail.
4. Langkah-langkah pencegahan ditempat kerja ditetapkan dengan jarak fisik,
cuci tangan, dan kebersihan pernapasan.
5. Resiko kasus impor dapat dikelola.
6. Masyarakat memiliki suara dan dilibatkan dalam kehidupan New Normal.
Berkaca dari hal-hal diatas nampaknya Pemerintah harus segera mengambil
tindakan untuk penyelamatan rakyat, sebab keselamatan rakyat adalah yang
utama (salus populi suprema lex easto) dengan mengikuti Undang-Undang RI
Nomor 6 Tahun 2018 Kekarantinaan Kesehatan sebagai pedoman utama.

Penutup
1. Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh corona virus yang baru ditemukan pada tahun 2019 di
Wuhan Tiongkok.
2. Istilah New Normal diperkenalkan di Indonesia pada saat Presiden pada
tanggal 7 Mei 2020 menyatakan kita harus hidup berdampingan dengan
COVID-19 hingga ditemukannya vaksin.
3. Istilah New Normal justru disalahpahami oleh masyarakat sehingga justru
menjadi euforia kebebasan pasca Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
dan mengabaikan protokol kesehatan.
4. New Normal belum tepat digunakan di Indonesia karena belum memenuhi
syarat-syarat dari WHO.
5. New Normal juga tidak terdapat dalam peraturan perundangan dan
mengurangi gerak penegak hukum dan Pemerintah Daerah dalam
melakukan tindakan penertiban kepada masyarakat yang melanggar
protokol kesehatan.
6. Sebaiknya Pemerintah mengganti istilah New Normal tersebut karena tidak
terdapat dalam peraturan perundangan di Indonesia dan justru
disalahpahami oleh sebagian besar masyarakat dengan semakin banyaknya
kegiatan diluar rumah.

270
Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin |Bernardinus Doni Sulistyo Susilo [2020]

7. Pemerintah mengikuti dan menggunakan Undang-Undang RI Nomor 6


Tahun 2018 Kekarantinaan Kesehatan sebagai pedoman utama.
8. Pemerintah harus segera mengambil tindakan untuk penyelamatan rakyat,
sebab keselamatan rakyat adalah yang utama (salus populi suprema lex
easto) yaitu dengan segala daya upaya serta perangkatnya memaksimalkan
anggaran Negara salah satunya untuk membiayai penemuan vaksin
COVID-19.

Daftar Pustaka
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non
Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai
Bencana Nasional.
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2018 Kekarantinaan Kesehatan
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public.
https://www.kompas.tv/article/67922/indonesia-kebal-virus-corona-
diragukan-hingga-dipuji-who.
https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-sebenarnya-corona-
pertama-kali-masuk-ri/.
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public.
https://www.vivanews.com/berita/dunia/41992-tingkat-kematian-corona-
indonesia-tertinggi-di-dunia-kemana-arahnya?medium=autonext.
https://tirto.id/syarat-new-normal-dari-who-negara-sudah-mampu-
kendalikan-covid-19-fDnC.

271

Anda mungkin juga menyukai