Anda di halaman 1dari 2

Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 setelah

diamandemen ketiga disahkan 10 Nopember 2001. Penegasan ketentuan konstitusi ini bermakna,
bahwa segala aspek kehidupan dalam kemasyarakatan, kenegaraan dan pemerintahan harus
senantiasa berdasarkan atas hukum.
Untuk mewujudkan negara hukum salah satunya diperlukan perangkat hukum yang digunakan
untuk mengatur keseimbangan dan keadilan di segala bidang kehidupan dan penghidupan rakyat
melalui peraturan perundang-undangan dengan tidak mengesampingkan fungsi yurisprudensi.
Hal ini memperlihatkan bahwa peraturan perundang-undangan mempunyai peranan yang penting
dalam negara hukum Indonesia.
Menurut A.Hamid S. Attamimi, peraturan perundang-undangan adalah semua aturan hukum
yang dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam bentuk tertentu, dengan prosedur tertentu,
biasanya disertai sanksi dan berlaku umum serta mengikat rakyat.
Hubungan hukum dan keadilan walaupun sifat dasarnya abstrak, seolah-olah hanya menjadi
ruang lingkup telaah filsafat. Tetapi kelesatarian sebagai relafansi antara hukum dan keadilan
selalu terjaga. Lintasan sejarah dari seluruh aliran pemikiran dalam ilmu hukum senantiasa
memperjuangkan keadilan, entah dari sudut pandang manapun caranya memandang hukum, baik
hukum dipdang sebagai objek, maupun hukum dipandang sebagai bagian dari subjek yang
melekat dalam diri personal. Harus diakui segala analisis, pembongkaran, dekonstruksi, hingga
kritik terhadap hukum dalam tataran implementatif semuanya terikat dengan kehendak untuk
mewujudkan hukum dalam tujuannya untuk mencapai keadilan.
Rasa keadilan terkadang hidup di luar undang-undang, yang jelas undang-undang akan sangat
sulit untuk mengimbanginya. Begitu pula sebaliknya undang-undang itu sendiri dirasakan tidak
adil. [1]Ketika rasa keadilan ini benar-benar eksis dan dirasakan oleh mayoritas kolektif, maka
kepastian hukum akan bergerak menuju rasa keadilan itu sendiri, Kepastian hukum adalah rasa
keadilan itu sendiri sebab keadilan dan hukum bukanlab dua elemen yang terpisah.
antara hukum dan kekuasaan saling berhubungan dalam bentuk saling berpengaruh satu sama
lain. Kekuasaan perlu sebuah “kemasan” yang bisa memperebutkan dan mempertahankan
kekuasaan yaitu politik. Yang menjadi permasalahan adalah mana yang menjadi hal yang
mempengaruhi atau yang dipengaruhi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak
bisa satu hal saja yang mempengaruhi hal yang dipengaruhi. Antara hukum dan kekuasaan saling
berpengaruh satu sama lain atau bisa disebut saling melengkapi. Sehingga di satu sisi hukum
yang dipengaruhi oleh kekuasaan begitu sebaliknya.
Sanski tidak terlepas dari subjek hukum dan objek hukum (perbuatan hukum). Objek hukum
berupa perbuatan melawan hukum harus terlebih dahulu dirumuskan unsure-unsurnya dalam
suatu undang-undang, atau hukum tertulis baru sanski dapat diterapkan, bila tidak sulit untuk
mencapai kepastian hukum. Sanski pun harus dituangkan ke dalam suatu rumusan undang-
undang atau hukum tertulis demi menjaga peelanggaran hak-hak asasi setiap individu dari
penguasa.
Contoh :
Oknum oknum yang menggunakan penyimpangan dari politik adalah orang orang yang
berkecimpungan dalam pemerintahan, namun biasa juga di gunakan oleh orang orang yang
mempunyai posisi cukup tinggi di masyarakat. Sebagai salah satu kasus KKN adalah
penyogokan. di tempat kita menimba ilmu,dan dimanapun kita berada tidak terlewatkan dari hal
tersebut, contohnya adalah salah satu sekolahan memilih anak dari saudara atau teman akrab dari
pejabat sekolah yang ingin masuk, dan tidak sedikit dari orang tua calon siswa menempuh jalan
cepat dengan cara “menyogok” . Dan kasus penyalah gunaan kekuasaan di masyarakat seperti
yang pernah saya alami ketika menyetir mobil pick up melintas di perbatasan kota Sarolangun-
Bangko ada seorang anggota kepolisian satlantas yang sedang piket malam saat itu menyetopkan
mobil saya dan lucunya bukan stnk, sim, atau surat jalan yang beliau tanyakan melainkan
meminta jatah kopi dan rokok, dalam kasus ini yang terbebani adalah sopir sopir antar lintas
seperti saya salah satunya. Bukan hanya sekedar uang 2000 atau 5000 rupiah, melainkan sudah
berapa banyak korban yang di pajak kopi dan rokok, bukankah “mereka” sudah digaji oleh
Negara dan meminta gaji tambahan dari sopir , di sini guna polisi lalu lintas bukanlah untuk
mengayomi masyarakat melainkan memajaki masyarakat guna menguntungkan mereka . Tidak
banyak polisi yang seperti itu, hanya iman dan kebiasaannya saja.

Anda mungkin juga menyukai