Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penegangan hak asasi manusia merupakan mata rantai yang tak terputus dari
prinsip demokrasi, kedaulatan rakyat dan negara hukum. Hak asasi manusia dapat
dikatakan sebagai paradigma universal yang harus diindahkan oleh setiap
Pemerintahan Negara yang beradab, demokrasi dan berdaulatan rakyat. Oleh
sebab itu bagi setiap negara yang menganggap dirinya beradab, harus
mencantumkan jaminan perlindungan hak-hak asasi manusia dalam konstitusinya.
Dengan demikian, hak asasi manusia menjadi penting dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara, karena merupakan sarana etis dan hukum untuk
melindungi individu, kelompok dan golongan yang lemah terhadap kekuatan-
kekuatan raksasa dalam masyarakat modern.1

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan HAM dalam UUD 1945 dan UU lainnya?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, dapat di ambil beberapa tujuan penulisan


sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan HAM dalam UUD 1945 dan UU


lainnya

1 Franz Margis Suseno, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Budaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1997) hlm xiii
2

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengaturan HAM dalam UUD 1945 dan UU Lainnya


1. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Pra-Amandemen
UUD 1946 Pra-Amandemen tersusun atas pembukaan dan batang tubuh
yang terdiri dari 37 pasal, empat aturan peralihan, dua aturan tambahan dan
penjelasan. Hak asasi manusia sendiri termuat ke dalam pembukaan dan batang
tubuh.
a. Dalam Pembukaan
Hak asasi manusia dalam pembukaan UUD 1945 terangkum dalam
tiap alinea.
Pada alinea I, pada hakikatnya merupakan pengakuan akan adanya
kebebasan untuk merdeka, peakuan akan perikemanusiaan adalah inti
dari hak asasi manusia.
Alinea II, disebutkan Indonesia sebagai negara yang adil, kata adil
menunjukkan salah satu tujuan dari negara hukum untuk mencapai atau
mendekati keadilan. Apabila prinsip negara hukum ini betul-betul
dijalankan, maka hak asasi manusia tersebut akan terlaksana dengan baik.
Alinea III, berintikan bahwa rakyat Indonesia menyatakan
kemerdekaannya supaya terjelma kehidupan bangsa Indonesia yang
bebas. Hal ini sebagai pengakuan dan perlindungan hak asasi yang
mengundang persamaan dalam bentuk politik.
Alinea IV, meneguhkan pengakuan dan perlindungan terhadap asasi
dalam segala bidang yaitu politik, hukum, sosial, kultural dan ekonomi.
b. Dalam Batang Tubuh

Dalam batang tubuh UUD 1945 terdapat 7 pasal yang mengatur


langsung hak asasi manusia. 7 pasal tersebut merupakan hal pokok,
diantaranya:

1) Pasal 27, mengenai hak tentang persamaan dalam hukum


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2) Pasal 28, tentang kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan.
3) Pasal 29, tentang kemerdekaan untuk memeluk agama.
4) Pasal 31, tentang hak untuk mendapat pengajaran.
5) Pasal 32, tentang perlindungan yang bersifat kultural.
3

6) Pasal 33, tentang hak-hak ekonomi.


7) Pasal 34, tentang kesejahteraan sosial.2
2. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Pasca-Amandemen

Gerakan reformasi yang digulirkan oleh mahasiswa sejak permulaan tahun


1998 ternyata telah mengubah peta kekuasaan dan sistem ketatanegaraan
Indonesia. Terkait hak ini, kesakralan UUD 1945 yang menjadi paradigma Orde
Baru mulai diganggu gugat. Pendek kata perubahan suatu konstitusi dalam negara
merupakan sebuah keniscayaan. Dengan kondisi yang demikian inilah, maka
terjadi paradigma baru dalam wacana politik dan ketatanegaraan Indonesia, yakni
dengan lebih membuka diri untuk mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi
pemerintahan dan penghargaan terhadap hak asasi manusia.
Terkait dengan kesadaran seperti ini, Ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998
di dalam konsideran “menimbang” menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebagai
bagian masyarakat dunia patut menghormati hak asasi manusia yang termaktub
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa serta
berbagai instrumen internasional lainnya mengenai hak asasi manusia.
Dengan adanya ketetapan MPR inilah, maka mulai tahun 1998 Pemerintah
Indonesia dan berbagai komponen Supra Struktur Politik lainnya mulai
melakukan berbagai langkah untuk merumuskan dan mengimplementasikan hak
asasi manusia sebagaimana tertuang di dalam Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia. Sehubungan dengan hal ini Pasal 1 Ketetapan MPR No.
XVII/MPR/1998 secara tegas menyatakan: “Menugaskan kepada lembaga-
lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah, untuk menghormati,
menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia
kepada seluruh masyarakat”. Lebih lanjut Pasal 2 juga dinyatakan: “Menugaskan
kepada Presiden Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia untuk meratifikasi instrumen Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hak
asasi manusia sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945”.3

2 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,
(Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2010), hlm 295

3 B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara Indonesia, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka,
2015), hlm 403-404
4

Sebenarnya secara spesifik amandemen UUD 1945 tentang HAM telah


tertuang dalam Pasal 28 yang diajukan pada masa amandemen yang kedua 18
Agustus 2000 dengan menambahkan satu bab khusus, yaitu Bab XA tentang Hak
Asasi Manusia mulai Pasal 28A sampai dengan 28J. Sebagian besar isi perubahan
tersebut mengatur hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
Adapun hak asasi manusia yang ditetapkan dalam Bab XA UUD 1945 adalah:
a. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya
(Pasal 28 A)
b. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah (Pasal 28 B Ayat 1)
c. Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28 B
Ayat 2)
d. Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasar (Pasal 28 C Ayat 1)
e. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya (Pasal 28 C Ayat 1)
f. Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif (Pasal 28 C Ayat 2)
g. Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum
yang adil dan perlakuan yang sama di depan hukum (Pasal 28 D Ayat 1)
h. Hak untuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 D Ayat 3)
i. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan (Pasal 28 D Ayat 3)
j. Hak atas status kewarganegaraan (Pasal 28 D Ayat 4)
k. Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya (Pasal 28 E ayat 1)
l. Hak memilih pekerjaan (Pasal 28 E Ayat 1)
m. Hak memilih kewarganegaraan (Pasal 28 E Ayat 1), dan hak
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta
berhak untuk kembali (Pasal 28 E Ayat 1)
n. Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap sesuai hati nuraninya (Pasal 28 E Ayat 2), dan hak kebebasan
untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28 E ayat
3)
o. Hak untuk berkomunikasi dan memeperoleh informasi (Pasal 28 F)
5

p. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,


martabat, dan harta benda (Pasal 28 G Ayat 1) , dan hak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia (Pasal 28 G Ayat 1)
q. Hak untuk bebeas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia (Pasal 28 G Ayat 2)
r. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat (Pasal 28 H Ayat 1)
s. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28 H Ayat 1),
dan hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna
mencapai persamaan dan keadilan (Pasal 28 H Ayat 2)
t. Hak atas jaminan sosial (Pasal 28 H Ayat 3), dan hak atas milik
pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapa pun
(Pasal 28 H Ayat 4)
u. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
(retroaktif) (Pasal 28 I Ayat 1)
v. Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apa pun
dan berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminatif (Pasal 28
I Ayat 2)
w. Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional (Pasal 28
I Ayat 3)4

3. Pengaturan HAM dalam UU lainnya


a. Piagam hak asasi manusia di Indonesia dalam Ketetapan MPR
Nomor XVII/MPR/1998
1) Pembukaan
Bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang
berperan sebagai pengelola dan pemelihara alam secara seimbang dan
serasi dalam ketaatan kepada-Nya. Manusia dianugerahi hak asasi dan
memiliki tanggung jawab serta kewajiban untuk menjamin
keberadaan, harkat, dan martabat kemuliaan kemanusiaan, serta
menjaga keharmonisan dalam kehidupan.
Bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada
diri manusia secara kodrati, universal dan abadi sebagai anugerah

4 Linsey dalam Denny Indrayana, Negara Hukum Indonesia Pasca Soeharto: Transisi Menuju
Demokrasi vs Korupsi, (Jurnal Konstitusi, Vol. 1 No. 1, 2004), hlm 106
6

Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga,
hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak
berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan oleh karena itu
tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Selanjulnya
manusia juga mempunyai hak dan tanggung jawab yang timbul
sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam masyarakat.
Bahwa didorong oleh jiwa dan semangat proklamasi kemerdekan
Republik Indonesia, bangsa Indonesia mempunyai pandangan
mengenai hak asasi dan kewajiban manusia, yang bersumber dari
ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa,
serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, telah
mengeluarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal
Declaration Of Human Right). Oleh karena itu, bangsa Indonesia
sebagai anggota PBB mempunyai tanggungjawab untuk menghormati
ketentuan yang tercantum dalam deklarasi tersebut.
Bahwa perumusan hak asasi manusia pada dasarnya dilandasi oleh
pemahaman suatu bangsa terhadap citra, harkat dan martabat diri
manusia itu sendiri. Bangsa Indonesia memandang bahwa manusia
hidup tidak terlepas dari Tuhannya, sesama manusia dan
lingkungannya.
Bahwa bangsa Indonesia pada hakikatnya menyadari, mengakui
dan menjamin serta menghormati hak asasi manusia orang lain juga
sebagai kewajiban. Oleh karena itu, hak asasi manusia dan kewajiban
asasi manusia terpadu dan melekat pada diri manusia sebagai pnbadi,
anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu bangsa dan
warga negara, serta anggota masyarakat bangsa-bangsa.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, demi terwujudnya
masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi hak asasi manusia,
maka bangsa Indonesia menyatakan piagam hak asasi manusia.
2) Piagam Hak Asasi Manusia
Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia terdiri dari 10 bab, yaitu :
Bab I : Hak untuk hidup (pasal 1)
Bab II : Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 2)
Bab III : Hak mengembangkan diri (pasal 3-6)
Bab IV : Hakkeadilan(7-12)
7

Bab V : Hak kemerdekaan (pasal 13 – 19)


Bab VI : Hak atas kebebasan informasi (pasal 20 – 21)
Bab VII : Hak keamanan (pasal22-26)
Bab VIII : Hak kesejahteraan (pasal 27 – 33)
Bab IX : Kewajiban (pasal 34 – 36)
Bab X : Perlindungan dan kemajuan (pasal 37 – 44)5
b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia
Instrumen ini ditetapkan pada tanggal 13 November 1998. Dalam
ketetapan MPR tersebut disebutkan antara lain :
1) Menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh
aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan dan
menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada
seluruh masyarakat.
2) Menugaskan kepada Presiden dan DPR untuk meratifikasi
(mengesahkan) berbagai instrumen hak asasi manusia internasional
selama tidak bertentangan dengan Pancasila dan DUD 1945
3) Membina kesadaran dan tanggung jawab masyarakat sebagai
warga negara untuk menghormati, menegakkan hak dan
menyebarluaskan hak asasi manusia melalui gerakan kemasyarakatan.
4) Melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan dan penelitian
serta menyediakan media tentang hak asasi manusia yang ditetapkan
dengan undang-undang
5) Menyusun naskah hak asasi manusia dengan sistematis dengan
susunan:
a) Pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia
dan,
b) Piagam hak asasi manusia
6) Isi beserta uraian naskah hak asasi manusia sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari ketetapan ini.
7) Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu langgal
13 November 19986
c. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Undang-Undang ini disahkan pada tanggal 23 September 1999.
Isi pokok HAM menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999,
terdiri atas 11 bab dan penjelasan, yaitu :

5 Piagam hak asasi manusia di Indonesia dalam Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998

6 Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia


8

1) Bab I : Pendahuluan (pasal 1).


2) Bab II : Asas-asas dasar (pasal 2 – 6)
3) Bab III : Hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia (pasal 9
-66)
4) Bab IV : Kewajiban dasar manusia (pasal 67 – 70)
5) Bab V : Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah (pasal 71 – 72)
6) Bab VI : Pembatasan dan larangan (pasal 73 – 74)
7) Bab VII : Komisi nasional hak asasi manusia (pasal 75 – 99)
8) Bab VIII : Partisipasi masyarakat (pasal 100 – 103)
9) Bab IX : Peradilan hak asasi manusia (pasal 104)
10) Bab X : Ketentuan peralihan (pasal 105)
11) Bab XI : Ketentuan penutup (pasal 106)7

7 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang ini
disahkan pada tanggal 23 September 1999
9

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1.Pengaturan HAM Nasional:

a. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945


1) Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Pra-Amandemen
Hak asasi manusia sendiri termuat ke dalam pembukaan dan batang
tubuh.
2) Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Pasca-Amandemen
Secara spesifik amandemen UUD 1945 tentang HAM telah tertuang
dalam Pasal 28 yang diajukan pada masa amandemen yang kedua 18
Agustus 2000 dengan menambahkan satu bab khusus, yaitu Bab XA
tentang Hak Asasi Manusia mulai Pasal 28A sampai dengan 28J.
Sebagian besar isi perubahan tersebut mengatur hak-hak sipil dan
politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
b. Hak Asasi Manusia dalam UU Lainnya
1) Piagam hak asasi manusia di Indonesia dalam Ketetapan MPR
Nomor XVII/MPR/1998
2) Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia
3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Undang-Undang ini disahkan pada tanggal 23 September
1999

Anda mungkin juga menyukai