PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang
lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar
kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan
memenuhi rasa keadilan. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan
dibantu oleh mediator.
Dalam kepustakaan ditemukan banyak definisi tentang mediasi.
Menurut Prof. Takdir Rahmadi, mediasi adalah suatu proses penyelesaian
sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat
dengan bantuan pihak netral yang tidak memilih kewenangan memutus.
Pihak netral tersebut disebut mediator dengan tugas memberikan bantuan
prosedural dan substansial. Dengan demikian, dari definisi atau pengertian
mediasi ini dapat diidentifikasikan unsur-unsur esensial mediasi, yaitu :
1. Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui perundingan
berdasarkan pendekatan mufakat atau konsensus para pihak.
2. Para pihak meminta bantuan pihak lain yang bersifat tidak memihak yang
disebut mediator.
3. Mediator tidak memiliki kewenangan memutus, tetapi hanya membantu
para pihak yang bersengketa dalam mencari penyelesaian yang dapat
diterima para pihak.
Pendekatan konsensus atau mufakat dalam proses mediasi
mengandung pengertian, bahwa segala sesuatu yang dihasilkan dalam
proses mediasi harus merupakan hasil kesepakatan atau persetujuan para
pihak. Mediasi dapat ditampuh oleh para pihak yang terdiri atas dua pihak
yang bersengketa maupun oleh lebih dari dua pihak (multiparties).
Penyelesaian dapat dicapai atau dihasilkan jika semua pihak yang
bersengketa dapat menerima penyelesaian itu.
Prosedur mediasi dapat dibedakan, yaitu 1) tahap pra mediasi, dimana
hakim atau ketua majelis hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh
1
2
mediasi pada sidang yang dihadiri oleh para pihak sesuai ketentuan Pasal 7
Ayat (1), hakim ketua menjelaskan kepada para pihak tentang prosedur
mediasi berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2008 sesuai dengan
ketentuan Pasal 7 Ayat (6) dan para pihak dalam waktu paling lama tiga hari
melakukan pemilihan seorang tau lebih mediator di antara pilihan-pilihan
yang tersedia sesuai dengan Pasal 8 Ayat (1), dan jika setelah dalam waktu
tiga hari para pihak tidak dapat bersepakat dalam memilih mediator, ketua
majelis hakim segera menunjuk hakim bukan pemeriksa perkara yang
bersertifikat mediator dan jika tidak ada hakim bukan pemeriksa perkara
bersertifikat, hakim pemeriksa perkara dengan atau tanpa sertifikat wajib
menjalankan fungsi mediator.
Selanjutnya tahap proses mediasi meliputi langkah-langkah: para
pihak menyerahkan resume perkara satu sama lainnya dan kepada mediator.
Mediator menyelenggarakan sesi-sesi atau pertemuan-pertemuan mediasi.
Berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2008, proses mediasi berlangsung
paling lama dalam waktu empat puluh hari kerja sejak mediator dipilih atau
ditunjuk dan atas dasar kesepakatan para pihak dapat diperpanjang paling
lama empat belas hari kerja sejak berakhirnya waktu empat puluh hari.
Namun dalam makalah ini yang menjadi pokok bahasan adalah
tahapan pra mediasi yang akan membahas lebih lanjut mengenai tahapan
proses pra mediasi di pengadilan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap pra mediasi di pengadilan?
2. Bagaimana tata cara hakim memeriksa perkara?
3. Bagaimana hak para pihak memilih mediator?
4. Bagaimana batas waktu pemilihan mediator?
3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tahap pra mediasi di pengadilan
2. Untuk mengetahui tata cara hakim memeriksa perkara
3. Untuk mengetahui hak para pihak memilih mediator
4. Untuk mengetahui batas waktu pemilihan mediator
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahapan Pra-Mediasi
Pertama-tama sebelum memasuki Mediasi itu sendiri terlebih dahulu
harus ada gugatan yang didaftarkan ke Pengadilan. Kemudian setelah itu,
terdapat penunjukan Majelis Hakim oleh Ketua Pengadilan. Setelah itu
Ketua Majelis menentukan hari pertama sidang dan mewajibkan kepada
kedua belah pihak hadir pada hari sidang yang telah ditetapkan. Berdasarkan
ketentuan dalam Het Herziene Inlandsch Reglement atau HIR Pasal 130
Ayat (1) atau Rechtsreglemen voor de Buitengewesten atau RBg Pasal 154
Ayat (1) menyatakan hakim diwajibkan untuk mengusahakan perdamaian
antara para pihak.1
Tahapan atau prosedur mediasi oleh Takdir Rahmadi dibedakan atas
tahap Pra Mediasi, dan Tahap Proses Mediasi. Bahwa pada tahap pra
mediasi melipiti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Hakim atau Ketua Majelis Hakim mewajibkan para pihak untuk
menempuh mediasi pada sidang yang dihadiri oleh para pihak sesuai
ketentuan Pasal 7 Ayat (1)
2. Hakim ketua menjelaskan kepada para pihak tentang prosedur mediasi
berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sesuai
dengan Ketentuan Pasal 7 Ayat (6)
3. Para pihak dalam waktu paling lama tiga hari melakukan pemilihan
seorang atau lebih mediator di antara pilihan-pilihan yang tersedia sesuai
dengan ketentuan Pasal 8 Ayat (1)
4. Jika setelah dalam waktu tiga hari para pihak tidak dapat bersepakat
dalam memilih mediator, Ketua Majelis Hakim segera menunjuk hakim
bukan pemeriksa perkara yang bersertifikat mediator dan jika tidak ada
hakim bukan pemeriksa perkara bersertifikat mediator, hakim pemeriksa
perkara dengan atau tanpa sertifikat wajib menjalankan fungsi mediator.
1
M. Natsir Aswani, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek dan Permasalahan di Peradilan
Umum dan Peradilan Agama Cetakan Pertama, (Yogyakarta:UII Press, 2016), hal. 230
5
Ruang lingkup tahap pramediasi diatur dalam BAB II yang terdiri dari
Pasal 3-7. Tahap ini merupakan persiapan kearah proses mediasi. Sebelum
pertemuan dan perundingan membicarakan penyelesaian materi pokok
sengketa dimulai, lebih dahulu disiapkan prasarana yang dapat menunjang
penyelesaian sengketa melalui perdamaian.
1. Hakim Memerintahkan Menempuh Mediasi
Langkah pertama yang mesti dilakukan hakim pada tahap pra mediasi
berdasarkan Pasal 3 Ayat (1) PERMA adalah sebagai berikut
a. Memerintahkan lebih dahulu menempuh mediasi
PERMA memberi fungsi dan kewenangan kepada hakim:
1) Memerintahkan para pihak yang berperkara wajib lebih dahulu
menempuh penyelesaian melalui proses mediasi
2
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Pasal 7
6
4
Ibid, hal. 308-309
5
Ibid, hal. 309
8
Pada tahap pra mediasi ini, tantangan yang dihadapi dapat berupa:
6
Takdir Rahmadi, Mediasi : Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat Cetakan Ke-2,
(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 56
7
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Pasal 8
9
8
Takdir Rahmadi, Mediasi : Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat Cetakan Ke-2,
op., cit, hal. 123
9
Ibid, hal. 124
10
10
Ibid, hal. 132
11
Ibid, hal. 133-134
11
6. Jika pada pengadilan yang sama tidak terdapat hakim bukan pemeriksa
perkara bersertifikat, maka Hakim Pemeriksa Pokok Perkara dengan atau
tanpa sertifikat yang ditunjuk oleh Ketua Majelis Hakim wajib
menjalankan fungsi mediator.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebelum memasuki Mediasi itu sendiri terlebih dahulu harus ada
gugatan yang didaftarkan ke Pengadilan. Kemudian setelah itu,
terdapat penunjukan Majelis Hakim oleh Ketua Pengadilan. Setelah itu
Ketua Majelis menentukan hari pertama sidang dan mewajibkan
kepada kedua belah pihak hadir pada hari sidang yang telah ditetapkan.
Berdasarkan ketentuan dalam Het Herziene Inlandsch Reglement atau
HIR Pasal 130 Ayat (1) atau Rechtsreglemen voor de Buitengewesten
atau RBg Pasal 154 Ayat (1) menyatakan hakim diwajibkan untuk
mengusahakan perdamaian antara para pihak.
2. Dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan mengatur tahap pra mediasi pada Bab II, yang pada Pasal 7
ayat-ayatnya menentukan sebagaimana berikut:
a. Pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri kedua belah
pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi
b. Ketidakhadiran pihak turut tergugat tidak menghalangi
pelaksanaan mediasi
c. Hakim, melalui kuasa hukum atau langsung kepada para pihak
mendorong para pihak, untuk berperan langsung atau aktif dalam
proses mediasi
d. Kuasa hukum para pihak berkewajiban mendorong para pihak
sendiri berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi
e. Hakim wajib menunda proses persidangan perkara untuk
memberikan kesempatan kepada para pihak menempuh proses
mediasi
f. Hakim wajib menjelaskan prosedur mediasi dalam Perma ini
kepada para pihak yang bersengketa
3. PERMA Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan,
menentukan pula bagian dari tahap pra mediasi dalam hal para pihak
memilih mediator, yang ditentukan dalam Pasal 8 ayat-ayatnya bahwa:
13
DAFTAR PUSTAKA
Aswani, M. Natsir. 2016. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek dan
Permasalahan di Peradilan Umum dan Peradilan Agama Cetakan Pertama.
Yogyakarta. UII Press.